HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf ·...

123
HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : ATNI RACHMAWATI NIM. 135080407113007 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf ·...

Page 1: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG

DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh : ATNI RACHMAWATI

NIM. 135080407113007

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh : ATNI RACHMAWATI

NIM. 135080407113007

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 3: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

NGESAHAN

Page 4: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar – merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Juli 2017

Atni Rachmawati 135080407113007

Page 5: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

RINGKASAN

ATNI RACHMAWATI. Penelitian tentang Nilai Ekonomi Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur (di bawah bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si)

Wilayah Indonesia memiliki perairan umum lebih dari 54 juta hektar (540 ribu Km2) dan tercatat sebagai perairan umum terluas di Asia setelah China. wilayah perairan umum menyediakan berbagai sumber daya alam yang produktif, baik sebagai sumber air baku untuk minum dan keperluan sehari – hari, sumber protein, tambang mineral dan energi, media transportasi, maupun untuk pariwisata. Perairan umum berfungsi menyangga kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air tawar. Secara asal pembentukannya, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan alami dan perairan buatan, serta jenis perairan umum yang banyak terdapat di Indonesia, yaitu sungai, danau, rawa, dan air tanah (Supangat, 2006). Waduk adalah salah satu contoh perairan tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk dibuat dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan. Air waduk digunakan untuk berbagai tujuan, seperti sumber baku air minum, pembangkit listrik tenaga air, irigasi, pencegah banjir, sebagai kegiatan perikanan, dan bahkan untuk kegiatan tirta wisata (Handayani, 2006). Pemanfaatan untuk kegiatan perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan produksi ikan.

Tujuan penelitian di Waduk Sutami Desa Karangkates ini adalah untuk mendeskripsikan profil waduk sutami, mendeskripsikan usaha perikanan keramba jaring apung, menganalisis kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring, menganalisis nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan pada keramba jaring apung.

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Data primer diperoleh dari hasil wawancara oleh para pembudidaya ikan nila yang menggunakan media keramba jaring apung. Data sekunder diperole dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, dan Kecamatan Sumberpucung.

Waduk Sutami (Waduk Karangkates) terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi waduk berada pada Sungai Brantas ± 14 Km di hilir Waduk Sungguruh dan ± 35 Km dari Kota Malang. Waduk ini mempunyai luas permukaan 15 Km2 dan kedalaman maksimum 31 meter. Daerah pengumpulan air pada waduk ini mencakup 2050 Km2. Volume Air yang bisa di tampung waduk Sutami ini adalah 158.562.000 m3 (tahun 2014), serta mempunyai ketinggian permukaan 297 meter. Panjang maksimumnya 100 m dan lebar maksimumnya 400 m. Debit masuk rata – rata (average inflow) adalah 55,20 m3/det.

Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan Ikan Nila, karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan terhadap kondisi perairan yang kurang stabil, dan pemasarannya Ikan Nila memiliki harga

Page 6: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

vi

yang relatif menguntungkan. Lama pemeliharaan Ikan Nila adalah 6 – 8 bulan. Budidaya ikan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan di Waduk Sutami biasanya menggunakan keramba jaring apung dengan ukuran per keramba 10 x 15 m2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keramba jaring apung ini di antaranya batu pemberat, tambang besar, tambang kecil, bambu, hapa, jaring, palu, dan gergaji.

Analisis investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi, penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas. Rata – rata modal tetap investasi pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai Rp.16.412.817,00, rata – rata modal lancar adalah senilai Rp.14.338.475,00, rata – rata modal kerja adalah senilai Rp.22.596.353,00, rata – rata biaya produksi adalah senilai Rp.22.628.962,00, rata – rata penerimaan adalah senilai Rp.44.806.875,00, rata – rata R/C adalah senilai 1.87,rata – rata BEP Sales adalah senilai Rp.12.405.212,00, rata – rata BEP Unit adalah senilai 639, rata – rata keuntungan adalah senilai Rp.18.812.565,00, dan rata – rata rentabilitas dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 67%.

Analisis investasi jangka panjang meliputi NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Rata – rata nilai NPV dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 113.220.308, rata – rata nilai Net B/C adalah senilai 6.90, rata – rata nilai IRR adalah senilai 106%, dan rata – rata PP (payback period) dari adalah senilai 1,2.

Nilai residual rent diperoleh dengan menghitung luas lahan keramba jaring apung, yakni 255.075 m2, maka nilai pemanfaatan kawasan Waduk Sutami di Kecamatan Sumberpucung untuk kegiatan budidaya perikanan selama satu tahun adalah senilai Rp.3.129.417.700,00.

Saran yang diberikan untuk pengembangan kawasan budidaya ikan nila dengan media keramba jaring apng di Waduk Sutami Desa Karangkates adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang khususnya bidang budidaya diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi kelompok pembudidaya ikan nila dalam pelaksanaan program intensifikasi dengan penyerapan teknologi budidaya agar peningkatan produktivitas dapat tercapai, perlu dikaji lagi tentang penggunaan input produksi secara optimal agar pengembangan usaha ikan nila dapat memberikan keuntungan maksimal, dan pengembangan lemaga ekonomi formal yang dapat membantu permodalan dan pemasaran produk ikan nila, sehingga dapat meningkatkan pengelolaan usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi para pembudidaya ikan nila yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat lokal.

Page 7: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, pemilik segala ilmu dan

kekuatan yang tak terbatas, yang telah memberikan penulis kekuatan,

kesabaran, ketenangan, dan karunia selama ini sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Nilai Ekonomi

Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur”

Penulisan skripsi ini tidak luput dukungan dan bantuan dari pihak – pihak

yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan doa, pikiran,

tenaga, dan inspirasi bagi penulis. Dengan ikhlas dan tulus penulis

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Orang tua saya, terutama untuk mama saya Ibu Maisaroh dan adik saya

tercinta Mya Juwita Martasari yang selalu memberikan doa dan perhatiannya

untuk saya.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS., selaku dosen pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu untuk menerima penulis berdiskusi dan membimbing

serta memberikan pengarahan sejak awal hingga akhir penyusunan tugas

skripsi.

3. Bapak Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing 2 yang

senantiasa menerima penulis untuk berdiskusi, memberikan kritik dan saran

yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

baik.

Page 8: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

viii

4. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP., selaku dosen wali serta ketua program studi

Agrobisnis Perikanan UB Kampus III yang selalu memberikan nasihat,

motivasi, dan semangat selama di bangku perkuliahan.

5. Bapak Moch. Sulton, S. Pi., selaku penyuluh bidang budidaya perikanan dari

Balai Penyuluhan Kecamatan Sumberpucung yang telah bersedia

memberikan arahan, kritik, dan saran selama menyelesaikan penelitian tugas

akhir.

6. Para pembudidaya ikan nila keramba jaring apung Waduk Sutami Desa

Karangkates yang telah bersedia untuk bekerja sama dengan penulis dalam

menyelesaikan penelitian tugas akhir.

7. Keluarga besar civitas akademika Universitas Brawijaya Kampus III,

terimakasih untuk segala perjuangannya demi masa depan pendidikan yang

lebih baik.

8. Amelia Hudayana dan Cynthia June Indah Widiyasari, sebgagai sahabat

sekaligus saudara yang selalu menemani di saat suka dan duka, serta

memberikan kenangan persahabatan yang mengesankan dan tak terlupakan.

9. Keluarga besar Agrobisnis Perikanan Kampus III yang setia menemani dan

memberikan canda tawa selama 4 tahun ini.

10. Rizal Hermawan Wibowo, terimakasih atas segala bentuk dukungan, nasihat,

dan omelan yang diberikan telah membantu penulis untuk tetap semangat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Dengan segala kekurangan yang ada, maka penulis mengharapkan masukan

serta kritikan yang dapat membangun. Namun dengan kekurangan tersebut

penulis berharap semoga karya skripsi ini menjadi amal yang dapat memberikan

manfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, Mei 2017 Atni Rachmawati 135080407113007

Page 9: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih dan Maha

Penyayang, atas limpahan nikmat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan

laporan skripsi yang berjudul “Nilai Ekonomi Usaha Perikanan Keramba

Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates, Kecamatan

Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur”. Tulisan ini memuat isi

bahasan mengenai kondisi perairan umum, profil Waduk Sutami Desa

Karangkates, analisis kelayakan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung,

dan analisis nilai ekonomi Waduk Sutami. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dalam hal penyusunan, oleh karena itu penulis menerima segala kritikan dan

mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, Mei 2017

Atni Rachmawati 135080407113007

Page 10: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iv

RINGKASAN .................................................................................................. v

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vii

KATA PENGANTAR...................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... 15

I. PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined. 1.1. Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined. 1.2. Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined. 1.3. Tujuan ....................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4. Kegunaan .................................................. Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................. Error! Bookmark not defined. 2.1. Penelitian Terdahulu ................................. Error! Bookmark not defined. 2.2. Waduk ....................................................... Error! Bookmark not defined.

2.2.1. Pengertian Waduk ......................... Error! Bookmark not defined. 2.2.2. Fungsi Waduk ................................ Error! Bookmark not defined. 2.2.3. Karakteristik Waduk ....................... Error! Bookmark not defined.

2.3. Budidaya Keramba Jaring Apung .............. Error! Bookmark not defined. 2.3.1. Teknis Keramba Jaring Apung ....... Error! Bookmark not defined.

2.4. Klasifikasi Ikan Nila ................................... Error! Bookmark not defined. 2.5. Analisis Kelayakan Usaha ......................... Error! Bookmark not defined.

2.5.1. Analisis Ekonomi ............................ Error! Bookmark not defined. 2.5.2. Analisis Kelayakan Usaha .............. Error! Bookmark not defined. 2.5.3. Analisis Sensitivitas ....................... Error! Bookmark not defined.

2.6. Analisis Perubahan Produktivitas .............. Error! Bookmark not defined.

III. METODE PENELITIAN ................................. Error! Bookmark not defined. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................... Error! Bookmark not defined. 3.2. Jenis Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined. 3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................ Error! Bookmark not defined.

Page 11: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

xi

3.3.1. Observasi ....................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.2. Wawancara .................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.3. Kuesioner ....................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.4. Dokumentasi .................................. Error! Bookmark not defined.

3.4. Jenis dan Sumber Data ............................. Error! Bookmark not defined. 3.5. Populasi dan Sampel................................. Error! Bookmark not defined. 3.6. Analisis Data ............................................. Error! Bookmark not defined.

3.6.1. Analisis Kualitatif ............................ Error! Bookmark not defined. 3.6.2. Analisis Kuantitatif .......................... Error! Bookmark not defined.

3.7. Batasan dan Pengukuran .......................... Error! Bookmark not defined. 3.8. Kerangka Pemikiran .................................. Error! Bookmark not defined.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined. 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang ....... Error! Bookmark not defined.

4.1.1. Letak dan Keadaan Alam ............... Error! Bookmark not defined. 4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan .... Error! Bookmark not defined.

4.2. Gambaran Umum Kecamatan Sumberpucung ........ Error! Bookmark not defined.

4.2.1. Letak dan Luas Wilayah ................. Error! Bookmark not defined. 4.2.2. Penduduk ....................................... Error! Bookmark not defined. 4.2.3. Sarana dan Prasarana ................... Error! Bookmark not defined.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................ Error! Bookmark not defined. 5.1. Profil Waduk Sutami .................................. Error! Bookmark not defined. 5.2. Pengelolaan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA)............ Error! Bookmark not defined.

5.2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pembudidaya Ikan Nila............ Error! Bookmark not defined.

5.3. Kelayakan Usaha Waduk Sutami .............. Error! Bookmark not defined. 5.3.1. Jangka Pendek .............................. Error! Bookmark not defined. 5.3.2. Jangka Panjang ............................. Error! Bookmark not defined.

5.4. Analisis Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung ....... Error! Bookmark not defined.

4.5.1. Nilai Panen .................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.2. Analisis Residual Rent ................... Error! Bookmark not defined.

5.4. Implikasi Nilai Ekonomi Waduk Sutami ...... Error! Bookmark not defined.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................ Error! Bookmark not defined. 6.1. Kesimpulan ............................................... Error! Bookmark not defined. 6.2. Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

xii

Page 13: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Nila Jantan dan Betina (Oreochromis niloticus)Error! Bookmark not

defined.

2. Teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2001)Error! Bookmark not

defined.

3. Kerangka Berpikir ............................................. Error! Bookmark not defined.

4. Grafik Modal Tetap Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.

5. Grafik Modal Lancar Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.

6. Grafik Modal Kerja Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.

7. Grafik Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.

8. Grafik Penerimaan (Total Revenue) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .......... Error! Bookmark not defined.

9. Grafik R/C Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.

10. Grafik BEP Sales Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.

11. Grafik BEP Unit Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ........................................ Error! Bookmark not defined.

12. Grafik Keuntungan (π) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.

13. Grafik Rentabilitas Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.

14. Grafik NPV (Net Present Value) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ........ Error! Bookmark not defined.

Page 14: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

xiv

15. Grafik Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............ Error! Bookmark not defined.

16. Grafik IRR (Internal Rate of Return) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............. Error! Bookmark not defined.

17. Grafik PP (payback Period) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.

18. Keramba Jaring Apung untuk Budidaya Ikan NilaError! Bookmark not defined.

19. Keramba Jaring Apung untuk Budidaya Ikan NilaError! Bookmark not defined.

20. Perahu Pembudidaya Ikan Nila di KJA ........... Error! Bookmark not defined.

21. Gubuk sebagai tempat penyimpanan pakan dan peralatanError! Bookmark not defined.

22. Pakan – T78 – 2 ............................................. Error! Bookmark not defined.

23. Pakan Campuran (Singkong / sepe) ............... Error! Bookmark not defined.

24. Pakan Campuran (Roti Kadaluarsa) ............... Error! Bookmark not defined.

25. Obat Boster .................................................... Error! Bookmark not defined.

26. Persiapan Panen ............................................ Error! Bookmark not defined.

27. Panen ............................................................. Error! Bookmark not defined.

28. Menunggu tengkulak untuk menjual hasil panenError! Bookmark not defined.

29. Menunggu tengkulak untuk menjual hasil panenError! Bookmark not defined.

30. Wawancara di rumah salah satu pembudidaya ikan nilaError! Bookmark not defined.

31. Wawancara dengan para pembudidaya ikan nilaError! Bookmark not defined.

Page 15: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Lokasi Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.

2. Modal Tetap Investasi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami .................................................. Error! Bookmark not defined.

3. Modal Lancar Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung Waduk Sutami ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

4. Modal Kerja Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

5. Perhitungan Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.

6. Jangka Pendek Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.

7. Jangka Panjang Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.

8. Hasil Perhitungan Nilai Residual Rent Menggunakan Program SPSS ..... Error!

Bookmark not defined.

9. Kegiatan Penelitian di Waduk Sutami Desa KarangkatesError! Bookmark not

defined.

Page 16: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Budidaya Keramba Jaring Apung .................................................... Error! Bookmark not defined.

2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Ratio Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun 2015 ...... Error! Bookmark not defined.

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Malang Tahun 2015 ......................................... Error! Bookmark not defined.

4. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Malang Tahun 2015Error! Bookmark not defined.

5. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin ................................ Error! Bookmark not defined.

6. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ...... Error! Bookmark not defined.

7. Komposisi Penduduk Kecamatan Sumberpucung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ...................................................... Error! Bookmark not defined.

8. Sarana Transportasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ............. Error! Bookmark not defined.

9. Jumlah Lokasi dan Luas Area Parkir Per Desa di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ...................................................... Error! Bookmark not defined.

10. Sarana Komunikasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ............ Error! Bookmark not defined.

11. Produksi Budidaya Ikan Menurut Jenis Kegiatan Budidaya Tahun 2014 - 2015 ............................................................... Error! Bookmark not defined.

12. Perkembangan Areal Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang pada Tahun 2011 - 2016 .. Error! Bookmark not defined.

13. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Produksi Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang Tahun 2011 - 2016Error! Bookmark not defined.

14. Jumlah Produksi Ikan per Komoditas di Kabupaten Malang Tahun 2015Error! Bookmark not defined.

Page 17: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

17

15. Kelompok Umur Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.

16. Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.

17. Status Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.

18. Pengalaman Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.

19. Interval pada Modal Tetap .............................. Error! Bookmark not defined.

20. Interval pada Modal Lancar ............................. Error! Bookmark not defined.

21. Interval pada Modal Kerja ............................... Error! Bookmark not defined.

22. Interval pada Biaya Produksi .......................... Error! Bookmark not defined.

23. Interval pada Penerimaan (Total Revenue) ..... Error! Bookmark not defined.

24. Interval pada R/C ............................................ Error! Bookmark not defined.

25. Interval pada BEP Sales ................................. Error! Bookmark not defined.

26. Interval pada BEP Unit .................................... Error! Bookmark not defined.

27. Interval pada Keuntungan ............................... Error! Bookmark not defined.

28. Interval pada Rentabilitas................................ Error! Bookmark not defined.

29. Interval pada Nilai NPV ................................... Error! Bookmark not defined.

30. Interval pada Nilai Net B/C .............................. Error! Bookmark not defined.

31. Interval pada Nilai IRR .................................... Error! Bookmark not defined.

32. Interval pada Nilai PP (Payback Periode) ....... Error! Bookmark not defined.

33. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Sutami untuk Kepentingan Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung per Tahun ........... Error! Bookmark not defined.

Page 18: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas

wilayah laut yang dapat dikelola senilai 5,8 juta Km2 yang memiliki

keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar.

Potensi lestari sumber daya ikan di perairan laut Indonesia senilai 6,5 juta ton per

tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan senilai 5,2 juta ton/tahun

(Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

KEP.45/MEN/2011). Besarnya potensi perikanan tangkap di perairan umum yang

memiliki total luas sekitar 54 juta Ha, yang meliputi danau, waduk, sungai, rawa,

dan genangan air lainnya, diperkirakan mencapai 0,9 juta ton ikan/tahun

(Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.15/MEN/2012). Sementara,

untuk perikanan budidaya, potensi yang dimilikinya adalah a) perikanan budidaya

air laut seluas 8,3 juta Ha (yang terdiri dari 20% untuk budidaya ikan, 10% untuk

budidaya kerang, 60% untuk budidaya rumput laut, dan 10% untuk lainnya), b)

perikanan budidaya air payau atau tambak seluas 1,3 juta Ha, dan c) perikanan

budidaya air tawar seluas 2,2 juta Ha (yang terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu

Ha, perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu Ha, dan

sawah untuk mina padi seluas 1,55 juta Ha) (Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No.PER.15/MEN/2012).

Wilayah Indonesia memiliki perairan umum lebih dari 54 juta hektar (540

ribu Km2) dan tercatat sebagai perairan umum terluas di Asia setelah China.

Menurut Haryani (2001), wilayah perairan umum menyediakan berbagai sumber

daya alam yang produktif, baik sebagai sumber air baku untuk minum dan

keperluan sehari – hari, sumber protein, tambang mineral dan energi, media

Page 19: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

2

transportasi, maupun untuk pariwisata. Oleh karena itu, perairan umum

merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

di masa kini dan masa mendatang. Pemanfaatan sumber daya perairan umum

bersifat multisector, sehingga bila terjadi dampak dari kegiatan sektor tertentu,

akan memberikan gangguan terhadap sektor lainnya. Oleh karena itu,

pemanfaatan sumber daya perairan umum membutuhkan pendekatan

pengelolaan terpadu berbasis ekologis, mengingat sangat beragamnya kondisi

dan pemanfaatan yang ada. Dengan pengelolaan yang terpadu diharapkan

pemanfaatannya akan berjalan secara berkelanjutan.

Perairan umum identik dengan perairan yang berada di wilayah daratan.

Perairan umum adalah bagian permukaan atau daratan bumi yang secara

permanen ataupun berkala tertutup oleh massa air dan terbentuk secara alami

dan/atau buatan, baik yang berair tawar, payau, ataupun air laut yang bersifat

umum. Status kepemilikan perairan umum dikuasai oleh negara dan tidak dimiliki

secara perorangan (Supangat, 2006).

Perairan umum berfungsi menyangga kehidupan manusia maupun

makhluk hidup lainnya sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air

tawar. Pemanfaatannya juga dilakukan secara bersama oleh berbagai sektor

dengan tujuan dan kepentingannya masing – masing. Oleh karena itu, perlu

dilakukan tindakan pemeliharaan yang seimbang, sehingga pemanfaatannya

dapat dilakukan secara terus – menerus atau berkelanjutan. Pembentukan

perairan umum dapat terjadi secara alami maupun buatan. Perairan alami terjadi

tanpa ada campur tangan manusia dan memiliki karakteristik masing – masing.

Sementara perairan umum buatan terjadi akibat adanya campur tangan manusia.

Mengklarifikasi perairan umum berdasarkan morfologi, hidrologi, ekologi,

dan asal pembentukannya, sebagai berikut : 1) Secara morfologi atau bentuk,

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan memanjang dan perairan melebar ; 2)

Page 20: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

3

Secara hidrologi, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan (lotic) dan perairan

tergenang (lentic) ; 3) Secara ekologi, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

lingkungan perairan mengalir (lotic environment) dan lingkungan perairan

tergenang (lentic environment) ; dan 4) Secara asal pembentukannya,

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan alami dan perairan buatan, serta jenis

perairan umum yang banyak terdapat di Indonesia, yaitu sungai, danau, rawa,

dan air tanah (Supangat, 2006).

Waduk adalah salah satu contoh perairan umum tawar yang menunjang

kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk

dibuat dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan.

Waduk cenderung menerima masukan air secara terus menerus dari sungai

yang mengalirinya. Air waduk digunakan untuk berbagai tujuan, seperti sumber

baku air minum, pembangkit listrik tenaga air, irigasi, pencegah banjir, sebagai

kegiatan perikanan, dan bahkan untuk kegiatan tirta wisata (Handayani, 2006).

Pemanfaatan untuk kegiatan perikanan dapat dilakukan dengan

menggunakan keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung dapat

memberikan dampak positif dalam meningkatkan produksi ikan atau

meningkatkan produktivitas perairan dan meningkatkan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat setempat dengan adanya lapangan pekerjaan baru,

namun keramba jaring apung juga dampak berdampak negatif bagi lingkungan

perairan waduk apabila tidak dikelola dengan baik (Siagian, 2014).

Waduk Sutami merupakan bendungan yang menciptakan suatu waduk

karena tertahannya aliran Sungai Brantas. Waduk Sutami dikelola oleh Perum

Jasa Tirta I terletak di Jalan Raya Blitar – Malang, Desa Karangkates,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan

luas 2050 Km2. Waduk Sutami berfungsi sebagai sumber Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA), sumber irigasi, sebagai kegiatan perikanan, dan tirta wisata.

Page 21: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

4

Pemanfaatan Waduk Sutami merupakan salah satu faktor yang dapat

menunjang peningkatan pendapatan pada sub sektor perikanan. Pembangunan

sub sektor perikanan mempunyai beberapa tujuan, yaitu untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya

perikanan secara luas dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

nilai tambah hasil perikanan.

1.2. Rumusan Masalah

Perairan waduk dibangun karena sangat penting dan perlu untuk

dikembangkan untuk sumber daya hayati pengganti dari lahan daratan yang

digenangi. Perairan waduk biasanya dikembangkan dan dilaksanakan dalam

bentuk perikanan budidaya yang umum diterapkan adalah teknologi dalam

keramba jaring apung. Usaha budidaya tersebut banyak dilakukan oleh

masyarakat yang berlokasi di sekitar Waduk Sutami dan menjadi salah satu

sumber untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Kawasan Waduk Sutami yang telah dikembangkan untuk kepentingan

perikanan. Dengan demikian tujuan utama dari pengembangan fungsi waduk

untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat setempat serta dapat

memberikan kemampuan yang lebih dalam menjaga dan meningkatkan

pengelolaan sumber daya perairan waduk yang disebabkan oleh kepentingan

masyarakat setempat yang lebih dahulu telah tertanam pada sumber daya

perairan waduk.

Untuk mengetahui besarnya nilai manfaat ekonomi dari kegiatan

perikanan di sekitar Waduk Sutami, perlu adanya penelitian yang dapat

mengetahui nilai ekonomi tersebut dan dapat dikemukakan dalam rumusan

permasalahan sebagai berikut :

Page 22: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

5

1) Bagaimana profil Waduk Sutami?

2) Bagaimana pengelolaan usaha perikanan budidaya keramba jaring apung

di Waduk Sutami?

3) Berapa nilai kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring

apung Waduk Sutami?

4) Berapa nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan keramba jaring

apung Waduk Sutami?

1.3. Tujuan

Penelitian di Waduk Sutami Desa Karangkates ini bertujuan untuk :

1) Mendeskripsikan profil Waduk Sutami ;

2) Mendeskripsikan pengelolaan usaha perikanan keramba jaring apung ;

3) Menganalisis kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring ;

4) Menganalisis nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan pada

keramba jaring apung.

1.4. Kegunaan

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat, antara lain :

1) Pemerintah Daerah dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk

menentukan kebijakan dalam penetapan kegiatan dan pengembangan

potensi sumber daya dengan melihat manfaat ekologi dan ekonomi.

Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menambah

pendapatan asli daerah.

2) Pelaku budidaya perikanan di Waduk Sutami dapat mengetahui

kelayakan usaha dan nilai ekonomi keramba jaring apung. Sehingga

dapat lebih dikembangkan dan digunakan secara berkelanjutan.

Page 23: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

6

3) Lembaga Akademisi dapat mengembangkan riset nilai ekonomi di zona

lainnya pada waduk di daerah Jawa Timur, agar dapat mengetahui total

nilai ekonomi keseluruhan waduk.

Page 24: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis sebagai bahan

pertimbangan dalam penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan

penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang

dilakukan penulis.

Luas Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri diperkirakan sekitar

± 8.800 Ha. Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Gajah Mungkur yaitu Ikan

Nila Merah (Oreochromis niloticus), sedangkan komoditi penangkapan yang

dominan yaitu Ikan Patin (Pangasius pangasius), Ikan Tawes (Puntius

gonionotus), dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Potensi perikanan budidaya

keramba jaring apung (KJA) dan penangkapan yang ada di Waduk Gajah

Mungkur yaitu budidaya KJA dengan jumlah KJA keseluruhan 913 unit dan

penangkapan dengan jumlah nelayan senilai 1.266 orang. Rata – rata produksi

senilai 2.400 ton/tahun. Dari hasil perhitungan nilai ekonomi Waduk Gajah

Mungkur yang dimanfaatkan untuk usaha perikanan, diperoleh nilai ekonomi

senilai Rp.30.364.631/Ha dengan luas keseluruhan waduk senilai 8.800 Ha,

sehingga diperoleh nilai ekonomi keseluruhan senilai Rp.267.208.753.423 /

tahun. Dengan mengetahui nilai ekonomi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

waduk memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar terhadap kehidupan

masyarakat (Dwi Sofiati, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan

Waduk Jatiluhur untuk perikanan dan pariwisata. Kegiatan perikanan diukur

dengan usaha budidaya keramba jaring apung melalui analisis perubahan

Page 25: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

8

produktivitas dengan pendekatan residual rent, sedangkan kegiatan pariwisata

diukur dengan surplus konsumen melalui metode biaya perjalanan rata – rata

dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan individu. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa total nilai ekonomi pemanfaatan Waduk Jatiluhur untuk

kepentingan aktivitas perikanan budidaya keramba jaring apung dan aktivitas

tirta wisata dalam setahun senilai Rp.193.950.403.826,20. Total nilai ekonomi

tersebut terdiri dari atas pemanfaatan Waduk Jatiluhur untuk kegiatan perikanan

budidaya keramba jaring apung senilai 99,89% atau senilai

Rp..193.744.882.532,77 per tahun dan nilai ekonomi dari pemanfaatan Waduk

Jatiluhur untuk kegiatan wisata tirta senilai Rp.205.521.293,43 per tahun atau

senilai 0,11% (Wijaya, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa nilai ekonomi Waduk

Cirata untuk perikanan dan wisata tirta, serta mengetahui kelayakan usaha

perikanan KJA. Hasil penelitian menunjukkan nilai ekonomi dari kegiatan

perikanan senilai Rp.141.015.369.497,95 (99,711 %) per tahun dan nilai ekonomi

wisata tirta senilai Rp.408.043.590,60 (0,289 %) per tahun, sehingga diperoleh

nilai ekonomi total Waduk Cirata untuk perikanan dan wisata tirta senilai

Rp.141.423.413.088,55 (100 %). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

usaha perikanan KJA layak dilakukan dan memberikan manfaat bagi masyarakat

(Aksomo, 2007).

Proses pembangunan di Kabupaten Jayapura mengakibatkan tekanan

terhadap keberadaan dan kelestarian Danau Sentani, yang dilakukan oleh

masyarakat, maupun pemerintah. Masalah tersebut meliputi pencemaran air,

limbah rumah tangga, dan industri, listrik untuk menangkap ikan, membuang zat-

zat berwarna ke danau. Aktivitas itu menyebabkan kerusakan fisik, biologi,

ekosistem serta biodiversitas yang terdapat di dalamnya. Danau Sentani terletak

di Kabupaten Jayapura dengan luas 9.360 ha, yang memiliki kekayaan alam

Page 26: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

9

yang sangat besar, dan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi aset

sekaligus sumber pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah. Adapun

peran Danau sentani berfungsi sebagai budidaya perikanan, perikanan tangkap,

sumber air bersih, pariwisata, dan transportasi penyebrangan. Tujuan penelitian

tersebut adalah menyediakan informasi tentang nilai Ekonomi Danau Sentani

sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemanfaatan Danau Sentani dan

untuk peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup serta pembangunan

berkelanjutan. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan harga pasar,

pendekatan biaya perjalan dan pendekatan contingen valuation method. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Nilai ekonomi Danau Sentani sebagai budidaya

perikanan mencapai Rp.7.507.500.000. Nilai ekonomi Danau Sentani sebagai

produsen ikan tangkap Rp.27.256.250.000/tahun. Nilai ekonomi Danau Sentani

sebagai sumber air minum masyarakat sebesar Rp.13.305.500.000. Sedangkan

sebagai obyek wisata alam mencapai Rp.790.759.200/tahun, ditambah dengan

pelaksanaan Festival Danau Sentani sebesar Rp.1.750.000.000. Nilai ekonomi

Danau Sentani sebagai transportasi yakni Rp.569.921.500/tahun. Nilai ekonomi

total Danau Sentani sebesar Rp.51.179.921.700/tahun (Halomoan Hutajulu,

2002).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

padat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, kebutuhan

akan sumberdaya energi akan semakin meningkat. Salah satu energi yang

dibutuhkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yaitu listrik. PLTA Cirata

merupakan salah satu pembangkit listrik di Jawa Barat yang menggunakan

energi air dari Waduk Cirata yang bersumber dari aliran sungai Citarum, terletak

di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.

Waduk Cirata merupakan sumber yang penting bagi PLTA Cirata untuk

menghasilkan energi. Waduk Cirata yang memiliki luas 6.334 hektar tersebut

Page 27: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

10

sangat potensial untuk budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung

(KJA). Adanya faktor penarik berupa keuntungan yang besar dari kegiatan

budidaya ikan dengan sistem KJA di Waduk Cirata memicu terjadinya

peningkatan jumlah KJA yang setiap tahunnya semakin tidak terkendali. Tercatat

pada tahun 2011 terdapat 53.031 unit KJA di Waduk Cirata yang telah melebihi

batas normal sebesar 12.000 unit KJA. Jumlah KJA di Waduk Cirata yang kini

tak terkendali serta pemberian pakan yang intensif pada KJA kurang tepat

karena akan menyebabkan banyaknya pakan yang tidak termakan oleh ikan

sehingga mengakibatkan sedimentasi pada Waduk Cirata. Biaya yang akan

dikeluarkan oleh pihak PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata

(PT. PJB UP Cirata) dan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) untuk

mengeluarkan sedimen limbah KJA bukan merupakan jumlah yang kecil, namun

mencapai milyaran rupiah yang merupakan kerugian besar bagi pihak PT. PJB

UP Cirata dan BPWC. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan

finansial usaha KJA di Waduk Cirata, menentukan biaya yang harus dikeluarkan

pihak PT. PJB UP Cirata dan BPWC untuk melakukan pengeluaran sedimen

limbah KJA dan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani pemilik KJA per unit,

menganalisis pengaruh pembayaran biaya untuk mengeluarkan sedimen limbah

dari pemilik usaha KJA di Waduk Cirata kepada pihak PT. PJB UP Cirata dan

BPWC terhadap kelayakan usaha KJA di Waduk Cirata. Pengolahan data pada

penelitian ini menggunakan Metode Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and

Benefit Analysis) dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft

Excel. Usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata merupakan usaha yang

layak untuk diusahakan setelah dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap

usaha tersebut dengan nilai NPV sebesar Rp 53.594.849,00 per unit, nilai BC

rasio sebesar 2,66 , nilai IRR sebesar 64,86 persen, dan payback period selama

1 tahun 8,5 bulan. Besar biaya yang ditanggung pihak PT. PJB UP Cirata dan

Page 28: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

11

BPWC untuk melakukan pengeluaran sedimen limbah keramba jaring apung

dengan metode flushing yaitu sebesar Rp 28.240.066.960,00 yang dihitung

berdasarkan hilangnya air waduk yang digunakan untuk menggelontorkan

sedimen yang seharusnya dapat digunakan untuk menggerakkan turbin yang

dapat menghasilkan energi listrik. Besar biaya yang harus dibayarkan pemilik

usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata kepada pihak PT. PJB UP Cirata

dan BPWC untuk mengganti dana penggelontorkan sedimen limbah budidaya

ikan usaha KJA tersebut adalah sebesar Rp 21,62 per kg dari ikan yang

diproduksi petani setiap tahun atau sebesar Rp 266.271,92 per periode.

Kelayakan usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata setelah dilakukan

penambahan biaya flushing sebesar Rp 21,62 per kg pada komponen arus

pengeluaran maka usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan dengan nilai

NPV sebesar Rp 51.285.263,00 nilai B/C Rasio sebesar 2,61, nilai IRR sebesar

62,47%, dan payback period selama 1 tahun 9 bulan (Yunisa, 2013).

2.2. Waduk

2.2.1. Pengertian Waduk

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang

Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,

urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk

menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan

menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga

terbentuk waduk. Bendungan atau waduk merupakan wadah buatan yang

terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah

setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang

Page 29: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

12

menampung air atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing

tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga

bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.

Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu : danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang

terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam,

kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik, contohnya seperti rawa, danau, dan

sungai. Sedangkan danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan sengaja

oleh kegiatan manusia dengan tujuan – tujuan tertentu dengan jalan membuat

bendungan pada daerah dataran rendah, contohnya seperti kanal, waduk, dan

empang (Odum, 1993).

Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang

memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan

berhubungan langsung dengan sungai utama yang mengairinya. Waduk

umumnya memiliki kedalaman 16 sampai 23 kaki (5 – 7 m). Waduk merupakan

badan air tergenang (lentik) yang dibuat dengan cara membendung sungai,

umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk awal dasar sungai (Perdana

2006).

Tujuan utama waduk digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik,

namun peruntukannya terlepas dari kerangka dasar kebijakan pemerintah dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat sehari- hari, karena itu tujuan dibuatnya waduk

adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan berbagai air baku, di antaranya untuk memenuhi

keperluan sehari- hari yakni kebutuhan Domestic Municipal and

Industry (DMI) atau rumah tangga, kota dan industri (RKI).

2) Pengendali banjir.

Page 30: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

13

3) Irigasi teknis, dalam upaya mendukung pencapaian swasembada beras

menuju swasembada pangan.

4) Konservasi air.

5) Pembangkit tenaga listrik.

6) Aktivitas perikanan.

7) Pariwisata dan olahraga.

2.2.2. Fungsi Waduk

Menurut Perdana (2006) berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan

menjadi dua jenis yaitu :

1) Waduk eka guna (single purpose) Waduk eka guna adalah waduk yang

dioperasikan untuk memenuhi satu kebutuhan saja, misalnya untuk

kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA. Pengoperasian waduk eka

guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multi guna dikarenakan

tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka guna

pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan

satu kebutuhan ;

2) Waduk multi guna (multi purpose) Waduk multi guna adalah waduk yang

berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk

memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi dari

berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan fungsi

waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu waduk.

2.2.3. Karakteristik Waduk

Waduk dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001 – 0,01 m/s) atau

tidak ada arus sama sekali. Arus air waduk dapat bergerak ke berbagai arah.

Perairan waduk atau danau umumnya memiliki stratifikasi kualitas air secara

vertikal. Stratifikasi ini terjadi karena perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan

suhu pada kolom air. Stratifikasi tersebut tergantung pada kedalaman air dan

Page 31: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

14

musim. Zonasi perairan 10 tergenang dibagi menjadi dua, yaitu zonasi bentik dan

zonasi kolom air. Zonasi bentik (zonasi dasar) terdiri atas supra – litoral, litoral,

sub – litoral, dan profundal. Zonasi kolom air terdiri atas zonasi limnetik,

tropogenik, kompensasi, dan tropolitik (Effendi, 2003). Beberapa karakteristik

fisik suatu waduk di antaranya adalah panjang, kedalaman, luas, dan volume.

Berdasarkan kedalamannya waduk dibedakan menjadi waduk dangkal dengan

kedalaman kurang dari 7 meter, waduk sedang, dan waduk dalam (Perdana,

2006).

Di waduk yang dalam, perairan di permukaan dan di dasar bisa jadi akan

sangat berbeda secara fisik, kimia, dan biologi. Permukaan waduk dipengaruhi

oleh angin dan temperaturnya hangat karena matahari. Terdapat banyak

organisme yang hidup di permukaan karena didukung oleh intensitas cahaya

yang cukup dan temperatur yang hangat. Semakin banyak organisme yang

hidup, maka semakin banyak kegiatan fotosintesis, respirasi, makan, dan tumbuh

yang menyebabkan meningkatnya produktivitas waduk. Bagian dasar waduk

hanya mendapatkan sedikit cahaya atau tidak mendapat cahaya sama sekali,

sehingga air menjadi lebih dingin. Di bagian dasar juga terjadi dekomposisi biota

air yang mati, dan tidak terdapat pengadukan oleh angin. Sebaliknya waduk yang

dangkal memiliki perairan yang lebih homogen, mulai dari permukaan hingga

dasar waduk. Air waduk teraduk dengan baik oleh angin, dan perbedaan

temperatur dan oksigen terlarut tidak jauh berbeda seiring dengan kedalaman.

Cahaya matahari mampu mencapai dasar waduk, sehingga fotosintesis dan

pertumbuhan organisme waduk dapat berlangsung di seluruh bagian waduk

(Azmeri, 2008).

Page 32: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

15

2.3. Budidaya Keramba Jaring Apung

Keramba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya air berupa jaring

yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung. Sistem ini

terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan

inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti, 2006).

Keramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari

jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air

permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi,

serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan

dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Ikan yang

dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan

tebster. KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan

kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Samadi, 2010).

Jenis ikan yang akan dibudidayakan dalam kantong/ keramba jaring

terapung harus bernilai ekonomis tinggi agar daya serap pasar bisa dipenuhi,

selain itu, benih jenis ikan sewaktu – waktu mudah didapat di sekitar lokasi

usaha. Hal ini dimaksudkan agar kontinuitas usaha nantinya dapat ditunjang.

Faktor paling penting adalah kesanggupan jenis ikan itu sendiri untuk dapat

hidup dan tumbuh dengan baik di perairan budidaya keramba jaring apung

(Rochdianto, 2005).

Ada beberapa jenis ikan yang dapat dipilih untuk KJA yaitu ikan Karper

(Cyprinus carpio), ikan Nila Merah (Oreochromis sp), ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus), ikan Jambal (Pangasius pangasius), ikan Gurami (Osphronemus

gouramy), ikan Tawes (Puntius gonionotus), dan ikan hias (Rochdianto, 2005).

2.3.1. Teknis Keramba Jaring Apung

Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif. Aspek teknis ini meliputi

pemilihan lokasi, persiapan keramba jaring apung, penggunaan input, luas

Page 33: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

16

produksi dan rencana produksi, layout lahan lokasi serta pemilihan jenis

teknologi dan equipment (Perdana, 2008). Berikut adalah aspek teknis dari

keramba jaring apung :

1. Pemilihan Lokasi

Lokasi kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan nila dan lele pada KJA

di daerah penelitian dipilih berdasarkan pada ketersediaan lahan waduk yang

memadai, yaitu :

a. Sumber air waduk berasal dari aliran sungai sehingga sirkulasi air dalam

kondisi baik.

b. Waduk memiliki kedalaman lebih dari lima meter sesuai dengan

persyaratan minimal kedalaman untuk kegiatan budidaya pada KJA.

c. Waduk tersebut terletak di dataran rendah sehingga peluang terjadinya

up welling (umbalan) sangat kecil dibanding dengan waduk yang terletak

di dataran tinggi. Up welling merupakan gejala alam yang mengakibatkan

arus balik dari dasar waduk yang dapat mengapungkan lumpur ke

permukaan perairan, biasanya terjadi pada pergantian musim dari musim

kemarau ke hujan.

d. Batas maksimum pemanfaatan waduk yang ditetapkan senilai 10% dari

luas total areal waduk. Penetapan batas maksimum pemanfaatan waduk

untuk kegiatan budidaya ikan bertujuan agar ekosistem perairan tetap

lestari dalam jangka panjang.

e. Waduk tersebut merupakan salah satu perairan umum yang dapat

dimanfaatkan oleh setiap orang.

2. Persiapan Keramba Jaring Apung

Konstruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka jaring, pelampung

dan kantong atau jaring pemeliharaan ikan.

Page 34: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

17

a. Kerangka jaring apung menggunakan bambu dan kayu kasau (kaso) yang

memiliki daya tahan selama dua tahun. Kerangka bambu berfungsi untuk

menggantungkan kantong jaring dan sebagai tempat pijakan di atas

keramba jaring apung. Kerangka kayu digunakan untuk menjepit

pelampung agar tidak terlepas.

b. Pelampung yang digunakan terdiri dari drum plastik. Penggunaan

pelampung bertujuan agar kantong jaring dapat terapung di permukaan

air.

c. Kantong atau jaring digunakan untuk wadah pemeliharaan ikan. Bahan

jaring yang digunakan harus memenuhi syarat kuat dan tahan lama.

Bahan jaring yang digunakan biasanya terbuat dari net nylon atau

polyethylene.

3. Persiapan Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan pada kegiatan usaha budidaya di keramba

jaring apung terdiri dari input tetap dan variabel. Berikut jenis input tetap dan

variabel :

Page 35: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

18

Tabel 1. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Budidaya Keramba Jaring Apung

No. Input

1. Input Tetap : a. Bahan jaring b. Drum plastik c. Bambu d. Kayu Kaso e. Paku f. Tambang g. Bandul/pemberat h. Jangkar i. Rumah jaga j. Plastik bag k. Serok l. Ember dan baskom plastik m. Perahu

2. Input Variabel : a. Benih ikan nila dan lele b. Pakan c. Tenaga kerja d. Obat – obatan

4. Kegiatan Budidaya

Kegiatan budidaya merupakan kegiatan pemeliharaan untuk

memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu

biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi 2004). Kegiatan budidaya

ikan di daerah penelitian merupakan teknik pembesaran ikan nila dan lele

dengan menggunakan teknik keramba jaring apung. Tahapan kegiatan

pembesaran ikan yaitu tahap persiapan, penebaran benih, pemberian pakan,

pengendalian penyakit, panen dan penanganan pasca panen. Berikut adalah

kegiatan pembesaran ikan dengan keramba jaring apung :

a) Persiapan

Tahap persiapan pembesaran ikan nila dan lele, yaitu pengadaan sarana

dan prasarana atau input dan penyusunan konstruksi KJA. Penentuan lokasi

tempat peletakan KJA dipilih perairan yang memiliki kedalaman lebih dari lima

meter dan tidak ditempatkan dekat dengan pintu air.

Page 36: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

19

b) Penebaran Benih

Benih ikan nila/lele ditebar di jaring atas dan jaring bawah. Ikan nila /lele

yang dipelihara tidak diberikan pakan secara langsung. Benih ikan diperoleh dari

luar daerah dan juga dari balai benih ikan serta pembenihan yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar.

c) Pemberian Pakan

Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

kegiatan budidaya ikan, karena pembesaran ikan pada KJA bergantung pada

pemberian pakan tambahan. Pakan yang digunakan berupa pakan buatan/pellet

memiliki sifat terapung sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan

terhadap perkembangan ikan.

d) Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit pada ikan di daerah penelitian jarang terjadi, hal ini

disebabkan kondisi kualitas air waduk masih cukup baik. Penyakit yang 97

pernah terjadi pada ikan ditandai kulit luka memerah dan sisik pada luka terlepas

diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophiladan.

e) Panen dan Penanganan Pasca Panen

Panen ikan dilakukan pada pagi hari untuk menjaga kondisi ikan tetap

segar. Ikan yang akan dipanen dipuasakan selama satu hari dengan tujuan agar

pada saat pendistribusian ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran yang dapat

menyebabkan racun. Panen ikan dilakukan dengan cara mengangkat jaring

sehingga dapat mempermudah penangkapan ikan, kemudian dilakukan

penimbangan.

Page 37: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

20

2.4. Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang berasal dari

Sungai Nil di Benua Afrika. Secara umum, ikan nila mempunyai bentuk tubuh

panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,

dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian

tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak

garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik dan sirip anak mempunyai

jari – jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip

dadanya berwarna hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu – abu

atau hitam (Khairuman dan Amri, 2008).

Ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip

dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor

(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga

bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan perut yang berukuran kecil.

Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sedangkan sirip

ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Arie, 2007).

Klasifikasi ikan nila menurut Kordi (2004) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichilidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis nilotica

Page 38: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

21

Gambar 1. Ikan Nila Jantan dan Betina (Oreochromis niloticus) Sumber : Suyanto, 2003

2.5. Analisis Kelayakan Usaha

2.5.1. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menghitung

manfaat dan biaya proyek dari pihak masyarakat atau pemerintah sebagai pihak

yang berkepentingan dalam proyek. Sedangkan analisis finansiil adalah analisis

yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi individu

atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek (Gittenger, 1986

dalam Aksomo, 2007). Menurut Kadariah, Karlina dan Gray, 1978 dalam

Aksomo, 2007, dalam analisis ekonomi yang diperhatikan ialah hasil total, atau

produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai

dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan tanpa

melihat siapa yang menyediakan sumber – sumber tersebut dan siapa dalam

masyarakat yang menerima hasil dari pada proyek tersebut. Hasil itu disebut the

social returns atau the economic returns dari proyek. Ada beberapa unsur yang

Page 39: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

22

berbeda penilaiannya dalam analisis finansiil dan analisis ekonomi (Kadariah,

1978 dalam Aksomo, 2007) :

1) Harga

Analisis ekonomi selalu menggunakan harga bayangan (shadow prices atau

accounting price), yaitu harga yang menggambarkan nilai sosial dan ekonomi

yang sesungguhnya, sedangkan dalam analisis finansiil harga yang digunakan

adalah harga pasar.

2) Pembayaran Transfer

a. Pajak. Dalam analisis ekonomi, pajak tidak dianggap sebagai biaya dalam

proyek. Pajak merupakan bagian dari hasil netto proyek yang diserahkan

kepada masyarakat.

b. Subsidi. Subsidi merupakan suatu pembayaran transfer dari masyarakat

kepada proyek. Dalam analisis finansiil subsidi mengurangi biaya proyek.

Jadi menambah manfaat bagi proyek, sedangkan dalam analisis ekonomi

subsidi merupakan transfer yang dikeluarkan pemerintah yang

dibebankan kepada masyarakat.

c. Bunga. Dalam analisis ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau

dikurangkan dari hasil bruto. Dalam analisis Finansiil dibedakan antara

lain :

1) Bunga yang dibayarkan kepada orang – orang dari

luar yang meminjamkan uangnya kepada proyek.

Bunga ini dianggap biaya (Cost).

2) Bunga atas modal proyek (inputed or paid to entity)

tidak dianggap sebagai biaya, karena bunga

merupakan bagian dari “financial return” yang

diterima oleh modal proyek.

Page 40: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

23

2.5.2. Analisis Kelayakan Usaha

Aspek finansial dapat disebut sebagai aspek keuangan. Aspek keuangan

atau finansial adalah aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan

secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

diteliti kelayakannya (Primyastanto, 2011). Layak atau tidak layak suatu usaha

yang dijalankan dapat ditentukan setelah menelaah semua faktor produksi yang

dijalankan. Selisih antara alokasi sumber daya yang digunakan dengan hasil

penjualan disebut sebagai keuntungan atau hasil pengembalian investasi. Jika

keuntungan atau hasil pengembalian investasi lebih besar maka usaha tersebut

layak untuk dijalankan (Johan, 2011).

Aspek finansial membahas tentang bagaimana menghitung kebutuhan

terkait dana untuk modal aktiva tetap, maupun dana untuk modal kerja. Sumber

dana yang digunakan dalam kegiatan tersebut juga dibahas. Sumber dana dapat

berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Apabila menggunakan modal

pinjaman, bisa dengan pinjaman jangka panjang atau jangka pendek (Husnan

dan Suwarsono, 2008).

1) Analisa Jangka Pendek

Analisa investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi,

penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.

a. Permodalan (Modal Usaha)

Modal jika dilihat dari bentuknya disebut modal aktif sedangkan menurut

asalnya disebut modal pasif. Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam

perusahaan, modal aktif dibedakan lagi menjadi menjadi dua, yaitu modal kerja

dan modal tetap. Modal kerja itu akan mengalami proses perputaran dalam

jangka waktu yang panjang (Riyanto, 1995). Untuk menentukan apakah suatu

Page 41: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

24

aktiva itu dapat dilihat dari fungsi dari aktiva tersebut dalam perusahan yang

bersangkutan. Modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan

menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan

menjadi dua yakni, modal sendiri da modal asing (Primyastanto, 2009).

b. Biaya Produksi

Biaya produksi meliputi biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variable

cost). Biaya tetap (fix cost) adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan

berapapun outputnya. Misalnya penyusutan, sewa gedung, dan lain – lain.

Sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah jumlah biaya yang berubah –

ubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan. Misalnya ongkos

untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut, dan lain – lain (Riniwati, 2005 dalam

Primyastanto, 2009). Biaya total (total cost) adalah pengeluaran total usaha yang

didefinisikan sebagai semua nilai masukkan yang habis terpakai atau dikeluarkan

didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga (Primyastanto dan

Istikharoh, 2006).

Keterangan :

TC : Total Cost (Biaya Total)

FC : Fix Cost (Biaya Tetap)

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

c. Penerimaan

Penerimaan atau total revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang

didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu

(Primyastanto dan Istikharoh, 2006). Penerimaan atau total revenue adalah

penerimaan produsen dari penjualan output nya. Penerimaan diperoleh dari hasil

kali antara harga satuan dan jumlah output (Rosyidi, 2005).

Page 42: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

25

Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai uang yang diterima dari

penjualan, di[eroleh dari perkalian antara produk yang dihasilkan (Q) dengan

harga penjualan (P). Beberapa orang menyebutkan bahwa penerimaan

merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya (Pangemanan dan

Kapantow, 2011). Penerimaan atau total revenue rumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

TR : Total Revenue (penerimaan)

P : Harga Produk

Q : Jumlah Produk

d. Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) merupakan alat analisis untuk

melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang

dipakai dalam kegiatan tersebut (Ngamel, 2012). R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)

merupakan efisiensi usaha perbandingan antara penerimaan dan biaya

(Soekartawi, 1995).

Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif

suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layal bila R/C > 1. Hal ini menggambarkan

semakin tinggi R/C, maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi

(Effendi dan Oktariza, 2006). Revenue Cost Ratio yaitu perbandingan antara

total penerimaan dengan total biaya. RC Ratio merupakan perhitungan untuk

mengetahui perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

(Primyastanto, 2011). Rumus R/C adalah sebagai berikut :

Page 43: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

26

Keterangan :

TR : Penerimaan Total (Total Revenue)

TC : Biaya Produksi (Total Cost)

R/C mempunyai 3 kriteria yang digunakan sebagai berikut :

R/C > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan.

R/C < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak menguntungkan.

R/C = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi).

e. Break Event Point (BEP)

Analisis BEP (Break Event Point) merupakan alat analisis untuk

mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik

impas (Ngamel, 2012). Break Event Point atau titik impas merupakan keadaan di

mana suatu usaha mengalami kerugian. BEP merupakan teknik analisa yang

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan, dan

keuntungan. Dalam perencanaan keuntungan analisa Break Event Point

merupakan profit planning approach yang mendasarkan pada hubungan antara

biaya (cost) dengan penghasilan penjualan (revenue) (Primyastanto, 2011).

Untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha

mencapai titik impas, maka digunakan formula sebagai berikut:

a) BEP Sales

Keterangan :

FC : Biaya Tetap (Fix Cost)

VC : Biaya Variabel (Variable Cost)

S : Volume Penjualan

Page 44: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

27

b) BEP Unit

Keterangan :

FC : Biaya Tetap (Fix Cost)

P : Harga (Price)

V/s : Biaya Variabel per Unit

f. Keuntungan (π)

Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan

setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik

tetap maupun tidak tetap (Primyastanto dan Istikharo, 2006). Keuntungan adalah

jumlah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk

proses produksi baik proses produksi tetap maupun tidak tetap (Ghozali, 2004).

Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya

yang digunakan.. Keuntungan usaha adalah besarnya permintaan setelah

dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan proses produksi baik biaya tetap

maupun biaya tidak tetap (Rizka, 2003). Rumus keuntungan sebagai berikut :

Keterangan :

π : Biaya Tetap (Fix Cost)

TR : Total Revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Biaya Total)

g. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja

didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rentabilitas merupakan suatu

usaha menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

Page 45: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

28

menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain rentabilitas suatu perusahaan

menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut (Primyastanto, 2011).

Menurut Bambang (2001), rentabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan dalam menganalisis laba selama periode tertentu atau merupakan

suatu perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang dihasilkan dari

laba tersebut. Rumus rentabilitas sebagai berikut :

Keterangan :

L : Laba yang diperoleh selama periode tertentu

M : Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba

2) Analisa Jangka Panjang

Penilaian investasi jangka panjang memiliki merode yang digunakan,

yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost

Rasio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period) (Husnan dan

Suwarsono, 2000).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari

arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value didefinisikan

sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan

pengeluaran awal. Apabila nilai hasil perhitungan positif maka usaha investasi

bisa dilanjutkan (Keown, 2004).

NPV merupakan selisih antara Present Value dari manfaat (benefit) dan

Present Value dari biaya (cost). Apabila NPV = 0, maka proyek tersebut

mengembalikan dana sama persis dengan Social Opportunity Cost of Capital.

Jika NPV < 0, maka proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih

Page 46: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

29

menguntungkan untuk sumber – sumber yang diperlukan proyek. Sebaliknya jika

NPV > 0 suatu proyek layak dilaksanakan (Primyastanto, 2011). Rumus yang

digunakan untuk menghitung nilai NPV, yaitu :

Keterangan :

Bt : Benefit pada tahun t

Ct : Cost pada tahun t

n : Umur ekonomis suatu proyek

i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Menghitung nilai NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :

a) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat

pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi

normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.

b) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

c) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan

sebaiknya tidak dilaksanakan.

b. Net Benefit- Cost Ratio (Net B/ C)

Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio merupakan metode

menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan – penerimaan kas

bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau profitability index

(IP) – nya > 1, maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi kalau kurang dari

satu maka dikatakan tidak menguntungkan. Sebagaimana metode NPV, maka

Page 47: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

30

metode ini perlu menentukan dulu tingkat bunga yang akan digunakan (Husnan

dan Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto, 2011).

Net benefif cost ratio merupakan perbandingan antara jumlah present

value yang positif (sebagai pembilang) dengan prezent value yang negatif

(sebagai penyebut) atau perbandingan antara biaya dengan keuntungan. Jika

NPV pada proyek sama dengan nol, maka hasil dari Net B/C bisa lebih dari satu,

sehingga bisa dikatakan layak dan menguntungkan, namun apabila nilai Net B/C

kurang dari satu maka proyek tersebut masih belum layak untuk dijalankan

(Primyastanto, 2011). Adapun rumus Net B/C adalah :

Menghitung nilai Net B/C memiliki indikator sebagai berikut :

Net B/C > 1 berarti proyek (usaha) layak dikerjakan (layak dilanjutkan)

Net B/C <1 berarti proyek (usaha tidaklayak untuk dilanjutkan

Net B/C = 1 berarti cash in flows = cash out flows (BEP)

c. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah menghitung tingkat bunga yang

menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan –

penerimaan kas bersih di masa – masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini

lebih besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang

disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, namun apabila lebih

kecil dikatakan merugikan (Husnan dan Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto,

2011).

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present

value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan

Page 48: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

31

Net Present value (NPV) sama dengan nol (Evan, 2008). Berikut bentuk

penulisan fungsi sebagai berikut :

Keterangan :

Values : Diisi dengan range yang menunjukkan suatu aliran kas, baik aliran kas

keluar (investasi) maupun aliran kas masuk.

Guess : Tingkat suku bunga yang diisyaratkan, jika diabaikan, dianggap

sebesar 10%.

IRR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Husanan dan

Suwarsono, 1999) :

Keterangan :

i’ : Tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)

i” : Tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)

NPV’ : Nilai NPV pada discount rate pertama (positif)

NPV” : Nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)

d. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan metode yang mencoba mengukur seberapa

cepat investasi bisa kembali. Karena nilai satuan hasilnya bukan persentasi,

tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Apabila payback period ini

lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan

menguntungkan. Sedangkan jika lebih lama, maka proyek ditolak (Husnan dan

Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto, 2011).

Metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, maka

dasar yang digunakan adalah aliran kas, bukan laba : untuk itu kita hitung dulu

aliran kas dari proyek tersebut. Problem utama dari metode ini adalah sulitnya

Page 49: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

32

menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan

sebagai angka pembanding. Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang

bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya yang

dipergunakan adalah payback umunya dari perusahaan – perusahaan yang

sejenis (Primyastanto, 2011).

Model perhitungan yang digunakan dalam menghitung masa

pengembalian modal investasi, yaitu (Kasmir dan Jakfar, 2003) :

2.5.3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah dari hasil suatu analisis. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk

melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,

apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di

dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini perlu dilakukan karena dalam

berinvestasi perhitungan didasarkan pada proyek – proyek yang mengandung

ketidak pastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang

(Gittenger, 1986 dalam Aksomo, 2007).

Menurut Gittinger (1986) dalam Aksomo (2007), suatu variasi pada

analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis

sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut

dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada

analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut

terhadap daya tarik proyek. Dalam penelitian ini, analisis kepekaan digunakan

apabila terjadi perubahan pada kenaikan harga input atau bahan baku,

penurunan volume produksi dan penurunan harga jual output.

Page 50: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

33

2.6. Analisis Perubahan Produktivitas

Perubahan lingkungan akan mengarah kepada perubahan produktivitas

dan biaya produksi, sehingga menyebabkan perubahan harga dan tingkat output

yang dapat dilihat dan dinilai dari perubahan – perubahan tersebut. Kualitas

lingkungan dilihat sebagai faktor produksi. Nilai surplus yang didapat dari

penggunaan metode ini merupakan nilai manfaat langsung yang diturunkan dari

pemanfaatan output yang didapat dari alam. produktivitas tergantung pada

pemanfaatan hasil langsung yang didapat dari lingkungan dengan asumsi

ekonomi yang terpengaruh tidak mengkompensasi untuk mengubah produktivitas

dan kegiatan, dampak lingkungan serta perubahan output tidak mempengaruhi

harga pasar. Nilai manfaat langsung juga dapat diinterpretasikan sebagai

perkiraan dari fungsi nilai pemanfaatan tidak langsung (Wijaya, 2006). Berikut

beberapa metode yang terkait dengan perhitungan nilai yang beragam dalam

tingkat estimasi suplai atau fungsi produksi dari sistem alami output (Wijaya,

2006) :

1) Model Present Value per hektar lahan – Pendekatan Pendapatan

Perhitungan terhadap nilai manfaat dari produksi biologi didapat dari

perhitungan terhadap habitatnya. Dengan memisahkan nilai produksi lahan

per hektar dapat mendukung dalam menghitung manfaat biologi produksi—

per hektar dari habitatnya pendekatan ini mengabaikan biaya dari buruh dan

sumber daya manusia lainnya sebagai faktor produksi. Perhitungan

produktivitas ekonomi tersebut menjadi dasar dalam menghitung manfaat

ekosistem alami dari input populasinya.

2) Pendekatan Residual Rent

Page 51: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

34

Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya faktor produksi yang

digunakan dalam suatu pemanfaatan sumber daya dengan nilai total dari

hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai

kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan, guna memperoleh

nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumber daya.

3) Pendekatan Produktivitas Marjinal

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung perubahan kecil dalam

produktivitas akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya. Teknik ini dapat

menghasilkan determinasi dari fungsi produksi bioekonomi yang didapat dari

determinasi produktivitas marjinal. Data – data yang signifikan dibutuhkan

dalam menghitung produktivitas yang bervariasi. Untuk perubahan

produktivitas lahan yang lebih sempit lagi pendekatan produktivitas marjinal

tidak menghitung perubahan dalam kesejahteraan.

Page 52: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Waduk Sutami yang terletak Desa

Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis kuantitatif dan

analisis kualitatif. Data dan informasi kuantitatif diolah dengan menggunakan

program microsoft excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi yang

bertujuan untuk mengklarifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data.

Jenis penelitian kuantitatif lebih menekankan pada data penelitian berupa

angka – angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011). Sedangkan

penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu (Usman dan Akbar, 2006).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Teknik yang di gunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara,

kuesioner, dan dokumentasi.

Page 53: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

36

3.3.1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang

terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2011).

Observasi dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan pengamatan

dan pencatatan secara langsung aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan

perikanan keramba jaring apung budidaya ikan nila dan lele di Waduk Sutami.

3.3.2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengemukakan permasalahan yang

harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden

yang mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil (Sugiyono, 2011).

Menurut Sugiyono (2011), macam – macam wawancara adalah :

1) Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data.

Apabila penelitian telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis yang

alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat.

2) Wawancara tak berstruktur

Wawancara yang bebas di mana tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Untuk memperoleh informasi yang lebih

dalam tentang responden maka penelitian dapat menggunakan wawancara tidak

terstruktur.

Page 54: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

37

Sehingga dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang lebih

mendalam maka dilakukan wawancara, baik wawancara terstruktur maupun tidak

terstruktur. Sehingga peneliti dapat memperoleh data yang lebih akurat.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden

atau narasumber untuk memperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang

berhubungan dengan kegiatan perikanan keramba jaring apung budidaya ikan

nila di Waduk Sutami.

3.3.3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu,

kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar

di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan

tertutup atau terbuka dapat di berikan kepada responden secara langsung atau

di kirim melalui pos, atau internet (Sugiyono, 2011).

Penelitian dalam mengumpulkan data secara kuesioner dengan cara

memberikan kuesioner yang terbuka yang telah dipersiapkan oleh peneliti

kepada obyek yang diteliti, selanjutnya obyek akan memberikan jawaban sesuai

dengan kondisi yang mereka alami.

3.3.4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pekerjaan mencatat atau merekam

suatu peristiwa dan obyek atau aktivitas yang dianggap berharga dan penting.

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data di mana peneliti menyelidiki benda

– benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan – peraturan, dan lain

sebagainya (Arikunto, 2002).

Page 55: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

38

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,

dan lain – lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013).

Dokumentasi penelitian ini menggunakan buku, jurnal, foto, serta internet

untuk menunjang penelitian ini yang di anggap berharga untuk di masukkan ke

dalam metode. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan yaitu data – data

pembukuan, buletin, dan laporan tahunan dari Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Malang, serta artikel – artikel dari internet.

3.4. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya Mardiana (2013). Hal ini

juga diungkapkan oleh (Kartini, H. 2013), bahwasanya data primer merupakan

sumber data langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Bisa juga

berupa opini baik secara individual atau kelompok. Bisa juga berupa

terhadap suatu benda, dan objek lainnya.

Data primer diperoleh dari tempat objek penelitian yang dilakukan dengan

melakukan observasi dan wawancara kepada responden. Data primer yang

dibutuhkan adalah :

Page 56: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

39

1) Karakteristik pembudidaya ikan nilai Waduk Sutami yang meliputi usia,

tingkat pendidikan, status usaha, dan pengalaman usaha.

2) Biaya operasional serta investasi pembudidaya ikan nila di Waduk Sutami

dalam satu tahun.

b. Data Sekunder

Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen hasil

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di lokasi tersebut (Mardiana, 2013).

Data sekunder diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Malang,

DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Malang, Kantor Kecamatan

Sumberpucung, Kantor Kelurahan Karangkates, jurnal, artikel, dan literatur yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan gabungan dari seluruh elemen yang terbentuk

peristiwa, hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat

perhatian peneliti, karena dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand,

2006). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sujarweni dan Endrayanto, 2012).

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi yang

karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya

sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi (Sugiyono, 2011).

Pengambilan sampel pemanfaatan Waduk Sutami untuk perikanan

budidaya dilakukan dengan cara simple random sampling (sederhana), yaitu

teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa

Page 57: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

40

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2001). Simple

random sampling merupakan teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung

dilakukan pada unit sampling. Setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang

terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk

mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam

suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang

mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak

150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian,

ordinal, maupun tabel bilangan random (Margono, 2004).

Gambar 1. Teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2011)

Pengambilan sampling dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

slovin yaitu (Umar, 2003) :

Keterangan :

N = Ukuran sampel.

N = Jumlah populasi.

E = Persentase kelonggaran ketelitian yang ditoleransi (10 – 20%).

Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar.

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.

Page 58: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

41

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dar teknik slovin adalah antara 10 – 20%

dari populasi penelitian (Umar, 2003).

Jumlah populasi pembudidaya keramba jaring apung budidaya ikan nila

adalah sebanyak 318 orang, sehingga persentase kelonggaran yang digunakan

adalah 15% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.

Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan di atas sampel yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah senilai 40 responden atau sekitar 15% dari seluruh total

pembudidaya keramba jaring apung budidaya ikan nila. Sampel yang diambil

menggunakan teknik simple random sampling, di mana peneliti dapat

menentukan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.

3.6. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data merupakan

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel

yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

(Sugiyono, 2011).

3.6.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas

dari berbagai suatu kondisi, dan situasi dari berbagai data yang telah

dikumpulkan berupa hasil dari wawancara atau pengamatan mengenai masalah

Page 59: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

42

yang di teliti di lapangan (Wirartha, 2006). Analisa kualitatif dilakukan dalam

situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif.

Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang

mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan

menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi

tertentu (Usman dan Akbar, 2006).

Berikut adalah analisa data kualitatif :

a. Karakteristik Waduk Sutami

Analisa yang digunakan dengan mengumpulkan data sekunder tentang

karakteristik waduk dan potensi perikanan di Waduk Sutami, Kabupaten Malang.

Dengan melakukan wawancara terhadap responden yang mempunyai peran

dalam memanfaatkan waduk, yaitu pembudidaya keramba jaring apung serta

mengambil dokumentasi kondisi lapang.

b. Pengelolaan Waduk untuk Perikanan

Analisa yang digunakan yaitu melibatkan pembudidaya ikan nila Waduk

Sutami, yaitu masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya keramba jaring

apung (KJA) di area Waduk Sutami dan menjadikannya sebagai sumber

pendapatan utama.

3.6.2. Analisis Kuantitatif

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini

sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk

penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan

pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah / scientific, karena

telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah, yaitu konkret, empiris, obyektif, terukur,

Rational, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena

dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.

Page 60: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

43

Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka – angka dan

analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Analisis Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung

Suatu kegiatan dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari perhitungan

dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat. Perhitungan ini sesuai untuk

mengukur pengaruh dari produktivitas dengan atau tanpa kegiatan. Pendekatan

ini memiliki beberapa metode yang berkaitan dalam dasar penetapan untuk nilai

output. Nilai ekonomi untuk perubahan produktivitas diukur dengan

menggunakan shadow prices yang dikalkulasikan dengan observasi harga pasar

(Wijaya, 2006).

Nilai ekonomi Waduk Sutami yang diukur dengan menggunakan analisis

perubahan produktivitas dapat dilakukan dengan tiga pilihan pendekatan, yaitu

model present value per hektar lahan, residual rent dan pendekatan produktivitas

marginal. Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk

menghitung nilai ekonomi dari kegiatan perikanan keramba jaring apung (Wijaya,

2006).

Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya dari faktor

produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumber daya dengan nilai

total hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai

kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan guna memperoleh nilai

ekonomi total dari suatu pemanfaatan sumber daya (Wijaya, 2006). Pendugaan

jumlah nilai ekonomi dari pemanfaatan sumber daya yang dilihat dari nilai

residual rent berupa fungsi berikut (Wijaya, 2006) :

Page 61: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

44

Keterangan :

Y = Nilai Residual Rent (Rp)

X = Luas lahan (m2)

Persamaan dalam menduga atau mengestimasi nilai residual rent yang

didapatkan dari hasil regresi antara nilai residual rent dengan jumlah keramba

adalah sebagai berikut (Wijaya, 2006) :

Keterangan :

Y = Nilai Residual Rent (Rp)

X = Luas lahan (m2)

α = Intersep

β = Koefisien Regresi

ε = Faktor Kesalahan

Perhitungan regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis atau

mengestimasi nilai residual rent secara keseluruhan. Dalam hal ini tidak

dilakukan perhitungan terhadap nilai daya dukung optimal lingkungan terhadap

jumlah keramba dan nilai residual rent.

2) Analisis Finansiil Keramba Jaring Apung

1. Analisa Jangka Pendek

Analisa investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi,

penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.

a. Permodalan (Modal Usaha)

Modal jika dilihat dari bentuknya disebut modal aktif sedangkan menurut

asalnya disebut modal pasif. Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam

perusahaan, modal aktif dibedakan lagi menjadi menjadi dua, yaitu modal kerja

dan modal tetap. Modal kerja itu akan mengalami proses perputaran dalam

jangka waktu yang panjang (Riyanto, 1995). Untuk menentukan apakah suatu

Page 62: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

45

aktiva itu dapat dilihat dari fungsi dari aktiva tersebut dalam perusahan yang

bersangkutan. Modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan

menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan

menjadi dua yakni, modal sendiri da modal asing (Primyastanto, 2009).

b. Biaya Produksi

Rumus biaya produksi adalah sebagai berikut (Rosyidi, 2005) :

Keterangan :

TC : Total Cost (Biaya Total)

FC : Fix Cost (Biaya Tetap)

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

c. Penerimaan

Rumus dari penerimaan adalah sebagai berikut (Rosyidi, 2005) :

Keterangan :

TR : Total Revenue (penerimaan)

P : Harga Produk

Q : Jumlah Produk

d. Revenue Cost Ratio (R/C)

Rumus R/C adalah sebagai berikut (Ngamel, 2012):

Page 63: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

46

Keterangan :

TR : Penerimaan Total (Total Revenue)

TC : Biaya Produksi (Total Cost)

R/C mempunyai 3 kriteria yang digunakan sebagai berikut :

R/C > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan.

R/C < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak menguntungkan.

R/C = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi).

e. Break Event Point (BEP)

BEP dapat diketahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu

usaha mencapai titik impas dengan menggunakan formula sebagai berikut

(Primyastanto, 2011) :

a) BEP Sales

Keterangan :

FC : Biaya Tetap (Fix Cost)

VC : Biaya Variabel (Variable Cost)

S : Volume Penjualan

b) BEP Unit

Keterangan :

FC : Biaya Tetap (Fix Cost)

P : Harga (Price)

V/s : Biaya Variabel per Unit

f. Keuntungan (π)

Rumus keuntungan sebagai berikut (Primyastanto, 2011) :

Page 64: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

47

Keterangan :

π : Biaya Tetap (Fix Cost)

TR : Total Revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Biaya Total)

g. Rentabilitas

Rumus rentabilitas sebagai berikut (Primyastanto, 2011) :

Keterangan :

L : Laba yang diperoleh selama periode tertentu

M : Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba

2. Analisa Jangka Panjang

Penilaian investasi jangka panjang memiliki merode yang digunakan,

yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost

Rasio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period) (Husnan dan

Suwarsono, 2000).

a. Net Present Value (NPV)

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai NPV, yaitu :

Keterangan :

Bt : Benefit pada tahun t

Ct : Cost pada tahun t

n : Umur ekonomis suatu proyek

i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Page 65: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

48

Menghitung nilai NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :

a) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat

pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi

normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.

b) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

c) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan

sebaiknya tidak dilaksanakan.

b. Net Benefit- Cost Ratio (Net B/ C)

Adapun rumus Net B/C adalah :

Menghitung nilai Net B/C memiliki indikator sebagai berikut :

Net B/C > 1 berarti proyek (usaha) layak dikerjakan (layak dilanjutkan)

Net B/C <1 berarti proyek (usaha tidaklayak untuk dilanjutkan

Net B/C = 1 berarti cash in flows = cash out flows (BEP)

c. Internal Rate of Return (IRR)

Berikut bentuk penulisan fungsi IRR sebagai berikut :

Keterangan :

Values : Diisi dengan range yang menunjukkan suatu aliran kas, baik aliran kas

keluar (investasi) maupun aliran kas masuk.

Guess : Tingkat suku bunga yang diisyaratkan, jika diabaikan, dianggap

sebesar 10%.

Page 66: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

49

IRR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Husanan dan

Suwarsono, 1999) :

Keterangan :

i’ : Tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)

i” : Tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)

NPV’ : Nilai NPV pada discount rate pertama (positif)

NPV” : Nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)

d. Payback Period (PP)

Model perhitungan yang digunakan dalam menghitung masa

pengembalian modal investasi, yaitu (Kasmir dan Jakfar, 2003) :

1) Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas juga dilakukan karena dalam analisis kegiatan

investasi, perhitungan didasarkan pada usaha-usaha yang mengandung

ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang

(Gittinger 1986). Ada 4 hal yang perlu diperhatikan menurut Kadariah et al (1978)

:

1) Terdapatnya “cost overrup”, umpamanya kenaikan dalam biaya konstruksi.

2) Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum.

3) Mundurnya waktu implementasi

4) Kesalahan dalam perkiraan hasil per hektar (yield).

Analisis sensitivitas pada kegiatan KJA dilakukan terhadap kenaikan

harga pakan hingga menghasilkan NPV negatif. Analisis sensitivitas dilakukan

menggunakan metode switching value, yaitu dengan cara memilih secara

Page 67: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

50

langsung sejumlah nilai harga, kemudian nilai tersebut digunakan dalam

perubahan terhadap variabel input.

3.7. Batasan dan Pengukuran

1. Nilai ekonomi adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya

alam (waduk) secara langsung untuk kepentingan perikanan KJA dan

aktivitas wisata tirta yang dinyatakan dalam Rupiah.

2. Kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.

3. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada waktu usaha belum

mendapatkan hasil atau biaya yang digunakan untuk penggantian barang

yang diinvestasikan yang dinyatakan dalam Rupiah.

4. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung kepada jumlah

produksi yang dihasilkan yang dinyatakan dengan Rupiah.

5. Biaya tetap adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun dan tidak

terpengaruh pada hasil produksi yang dinyatakan dalam Rupiah.

6. Nilai panen adalah besarnya produksi ikan yang dihasilkan oleh KJA

dengan satuan Kg.

7. Biaya faktor produksi adalah biaya total dari pemanfaatan sumber daya

untuk suatu usaha sejak mulai usaha sampai panen yang dinyatakan

dalam Rupiah.

8. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan

harga dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam Rupiah.

9. Nilai sisa adalah nilai dari investasi yang tidak habis terpakai selama

umur proyek.

Page 68: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

51

10. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total

selama satu tahun, dinyatakan dalam Rupiah.

11. NPV adalah penerimaan bersih yang diterima sekarang untuk proyek

yang dilakukan di masa yang akan datang pada tingkat diskonto tertentu.

12. Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan

bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan

bersih yang negatif.

13. Sensitivitas adalah tindakan menganalisis kembali untuk mengetahui

sampai sejauh mana dapat diadakan penyesuaian sehubungan dengan

perubahan harga yang terjadi baik harga input maupun output.

3.8. Kerangka Pemikiran

Waduk Sutami memiliki potensi dan nilai manfaat yang besar untuk

perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan waduk

dapat berupa aktivitas perikanan keramba jaring apung dan kegiatan rekreasi

wisata tirta. Aktivitas perikanan sistem keramba jaring apung bertujuan untuk

meningkatkan produksi untuk mendapatkan keuntungan maksimum, pencapaian

tujuan produksi didukung oleh kemampuan pembudidaya dalam mengelola input

tetap berupa investasi peralatan dan sewa lahan, serta input variabel berupa

benih, pakan, dan lainnya yang merupakan faktor penting untuk dapat mencapai

tujuan. Pemanfaatan dan pengembangan kawasan Waduk Sutami untuk

kegiatan perikanan memerlukan nilai ekonomi untuk mengukur seberapa besar

nilai manfaat yang dihasilkan. Nilai ekonomi kegiatan perikanan diperoleh

menggunakan pendekatan produktivitas (residual rent), pendekatan tersebut

merupakan hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang

diperoleh pembudidaya, analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui layak

Page 69: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

52

tidaknya kegiatan ini dilaksanakan, ukuran yang dihasilkan analisis ekonomi

berupa nilai NPV dan Net B/C.

Page 70: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

53

Gambar 2. Kerangka Berpikir

1. Peningkatan pendapatan ; 2. Kelayakan Finansiil pembudidaya ;

dan 3. Kelestarian sumber daya waduk.

Manfaat Perikanan

Pendekatan Produktivitas

Nilai Ekonomi Kelayakan Usaha

KJA Ikan Nila

Pembangkit Listrik

Irigasi Pertanian

Pengendali Banjir

Perbekalan Air Minum

Waduk Sutami

Kegiatan Perikanan

Sumber daya Alam Perairan Waduk

Page 71: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa
Page 72: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang

4.1.1. Letak dan Keadaan Alam

Kabupaten Malang merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

terletak di Provinsi Jawa Timur, terletak di antara 1120 17’ 10,90” – 1120 57’ 00”

Bujur Timur dan 70 44’ 55,11” – 80 26’ 35,45” Lintang Selatan. Secara

administratif, Kabupaten Malang mempunyai batas – batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan dan Mojokerto

Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang

Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.238,26 Km2 terdiri dari 33

kecamatan, 378 desa, dan 12 Kelurahan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Ratio Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun 2015

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio Jenis

Kelamin

1 Donomulyo 31 554 30 994 62 548 101,80

2 Kalipare 30 216 30 288 60 504 99,80

3 Pagak 22 541 23 216 45 757 97,10

4 Bantur 34 520 34 296 68 816 100,70

5 Gedangan 27 123 25 815 52 938 105,10

6 Sumbermanjing 46 095 44 255 90 350 104,20

7 Dampit 59 661 59 351 119 012 100,50

8 Tirtoyudo 30 665 30 072 60 737 102,00

9 Ampelgading 26 634 25 988 52 622 102,50

10 Poncokusumo 46 837 45 900 92 737 102,00

11 Wajak 40 785 40 040 80 825 101,90

12 Turen 57 449 56 659 114 108 101,40

13 Bululawang 35 480 35 667 71 147 99,50

Page 73: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

55

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio Jenis

Kelamin

14 Gondanglegi 42 106 42 471 84 577 99,10

15 Pagelaran 33 739 33 436 67 175 100,90

16 Kepanjen 52 914 53 754 106 668 98,40

17 Sumberpucung 26 508 27 134 53 642 97,70

18 Kromengan 18 824 19 398 38 222 97,00

19 Ngajum 24 285 24 809 49 094 97,90

20 Wonosari 20 233 21 059 41 292 96,10

21 Wagir 44 045 42 833 86 878 102,80

22 Pakisaji 43 894 44 136 88 030 99,50

23 Tajinan 26 839 26 904 53 743 99,80

24 Tumpang 37 693 37 747 75 440 99,90

25 Pakis 77 357 76 265 153 622 101,40

26 Jabung 37 525 36 325 73 850 103,30

27 Lawang 54 716 54 929 109 645 99,60

28 Singosari 89 773 88 761 178 534 101,10

29 Karangploso 41 470 40 516 81 986 102,40

30 Dau 38 268 36 685 74 953 104,30

31 Pujon 34 585 32 917 67 502 105,10

32 Ngantang 28 433 27 913 56 346 101,90

33 Kasembon 15 744 15 271 31 015 103,10

Kabupaten Malang 1 278 511 1 265 804 2 544 315 101,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015

Kondisi iklim di Kabupaten Malang termasuk pada zona iklim sejuk,

dengan rata – rata curah hujan berkisar antara 15,2 – 485 mm per tahun. Curah

hujan rata – rata terendah terjadi pada bulan Juli – Oktober, sedangkan rata –

rata hujan tertinggi terjadi pada bulan April. Suhu di Kabupaten Malang rata –

rata relatif rendah berkisar antara 17 0C – 27,6 0C dengan kelembaban udara

rata – rata 9% – 99,0%.

4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Tahun 2015 tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Malang senilai

855 orang per Km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,46% per tahun.

Jumlah penduduk Kabupaten Malang sebanyak 2.544.315 jiwa, terdiri dari laki –

laki 1.278.511 (40,24%) jiwa dan perempuan 1.265.804 (49,76%) jiwa. Ratio

Page 74: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

56

jenis kelamin penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2015 senilai 101,91 yang

berarti terdapat 102 laki – laki diantar 100 orang perempuan.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Malang Tahun 2015

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 103 788 99 969 203 757

5 - 9 103 532 99 914 203 446

10 - 14 104 686 100 530 205 216

15 - 19 102 068 94 963 197 031

20 - 24 101 187 92 495 193 682

25 - 29 97 887 93 514 191 401

30 - 34 99 992 97 144 197 136

35 - 39 96 617 96 451 193 068

40 - 44 96 554 96 978 193 532

45 - 49 90 346 93 311 183 657

50 - 54 80 438 80 328 160 766

55 - 59 65 879 62 710 128 589

60 - 64 47 451 47 026 94 477

65 - 69 35 344 39 761 75 105

70 - 74 25 524 30 626 56 150

75 ke atas 27 218 40 084 67 302

Jumlah 1 278 511 1 265 804 2 544 315

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang dapat

diketahui bahwa dari 1.228.309 orang dengan komposisi umur produktif sekitar

68,12%, maka sumber daya manusia Kabupaten Malang cukup potensial dalam

mendukung pembangunan daerah.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Malang Tahun 2015

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan J u m l a h

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

15 - 19 25 844 3,30 14 312 3,22 40 156 3,27

20 - 24 81 444 10,40 45 534 10,23 126 978 10,34

25 - 29 85 369 10,90 37 879 8,51 123 248 10,03

30 - 34 95 794 12,23 34 973 7,86 130 767 10,65

Page 75: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

57

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan J u m l a h

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

35 - 39 91 066 11,63 54 451 12,23 145 517 11,85

40 - 44 90 927 11,61 62 027 13,94 152 954 12,45

45 - 49 90 211 11,52 57 285 12,87 147 496 12,01

50 - 54 75 710 9,67 46 609 10,47 122 319 9,96

55 - 59 57 960 7,40 36 588 8,22 94 548 7,70

60+ 88 900 11,35 55 426 12,45 144 326 11,75

Jumlah 783 225 100,00 445 084 100,00 1 228 309 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015

Penduduk Kabupaten Malang sebagian besar bekerja di sektor Pertanian,

perdagangan, dan industri. Ketiga sektor ini merupakan sektor utama di

Kabupaten Malang. Hal ini terbukti bahwa setiap tahun sebagian besar penduduk

bekerja di ketiga sektor tersebut.

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, Perikanan

261 086 142 321 403 407

Pertambangan dan Penggalian 2 612 1 189 3 801

Industri 120 448 72 813 193 261

Listrik, Gas Dan Air 2 489 1 034 3 523

Konstruksi 143 126 1 036 144 162

Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi

132 069 147 285 279 354

Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi

43 626 2 874 46 500

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

17 645 4 454 22 099

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan,

60 124 72 078 132 202

J u m l a h 783 225 445 084 1 228 309

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015

Page 76: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

58

4.2. Gambaran Umum Kecamatan Sumberpucung

4.2.1. Letak dan Luas Wilayah

Kecamatan Sumberpucung merupakan salah satu daerah dari 33

kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan

Sumberpucung terletak antara 1120 27’ 51” – 1120 31’ 54” Bujur Timur dan 80 10’

21” – 80 09’ 44” Lintang Selatan. Kecamatan Sumberpucung memiliki batas –

batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Kromengan

Sebelah Selatan : Kecamatan Kromengan dan Kepanjen

Sebelah Timur : Kecamatan Pagak dan Kalipare

Sebelah Barat : Kabupaten Blitar

Luas wilayahnya adalah 3.401,5 Ha yang tersebar di 7 Desa, yaitu Desa

Karangkates, Sumberpucung, Jatiguwi, Sambigede, Senggreng, Ternyang, dan

ngebruk. Pada Tabel 6 menunjukkan 68,67% dari luas daerah di Kecamatan

Sumberpucung diperuntukkan sebagai pengairan yang diusahakan, pemukiman

7,62%, tegal 8,17%, hutan 2,45%, dan lain – lain 13,08%.

Tabel 5. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014

No. Jenis Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)

1 Berpengairan Diusahakan 3877,50 68,67

2 Tidak Berpengairan Diusahakan 0,00 0,00

3 Sementara Tidak Diusahakan 0,50 0,01

4 Lahan tidur / tidak diusahakan 0,00 0,00

5 Pemukiman 430,30 7,62

6 Bangunan Industri 0,00 0,00

7 Tegal kebun 461,50 8,17

8 Perkebunan 0,00 0,00

9 Padang rumput 0,00 0,00

10 Rawa 0,00 0,00

Page 77: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

59

No. Jenis Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)

11 Tambak 0,00 0,00

12 Hutan 138,25 2,45

13 Lainnya 738,60 13,08

Jumlah 5646,65 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Sumberpucung, 2015

4.2.2. Penduduk

Penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili di wilayah

teritorial Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Komposisi penduduk

adalah pola persebaran penduduk menurut karakteristiknya, contoh : penduduk

menurut kelompok umur, penduduk menurut kelompok jenis kelamin (Kabupaten

Malang dalam Angka 2016, 2016).

Tabel 6. Komposisi Penduduk Kecamatan Sumberpucung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Nama Desa / Kelurahan Laki = laki Perempuan Jumlah Ratio Jenis Kelamin (%)

1 Karangkates 5 505 5 464 10 969 100,75

2 Sumberpucung 5 140 5 447 10 587 94,36

3 Jatiguwi 4 329 4 334 8 663 99,88

4 Sambigede 2 458 2 337 4 795 105,18

5 Senggreng 4 598 4 803 9 401 95,73

6 Ternyang 3 287 3 318 6 605 99,07

7 Ngebruk 3 978 4 685 8 663 84,91

2014 29 295 30 388 59 683 96,40

Sumber : Monografi Kecamatan Sumberpucung, 2015

Kecamatan Sumberpucung terdiri dari 59.683 orang. Penduduk berjenis

kelamin perempuan sebanyak 30.388 orang dan penduduk yang berjenis

kelamin laki – laki sebanyak 29.295 orang.

Page 78: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

60

4.2.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi merupakan peranan

penting dalam memperlancar proses pembangunan suatu wilayah. Kondisi

sarana dan prasarana ini juga mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan

informasi pembangunan yang berasal dari pemerintahan daerah maupun pusat.

Tabel 7. Sarana Transportasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014

No. Jenis Sarana Transportasi Jumlah

1 Becak 509

2 Gerobak / Pedari / Delman 45

3 Ojek Sepeda Motor 221

4 Mikrolet 7

5 Taksi 0

6 Pick Up 22

7 Bus 2

8 Truk 20

2014 826

Sumber : Monografi Kecamatan Sumber Pucung, 2015

Tabel 8. Jumlah Lokasi dan Luas Area Parkir Per Desa di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014

No. Nama Desa / Kelurahan Lokasi Parkir Luas Area

1 Karangkates 1 80

2 Sumberpucung 3 350

3 Jatiguwi 1 49

4 Sambigede 1 22

5 Senggreng 1 20

6 Ternyang 0 0

7 Ngebruk 1 10

2014 8 531

Sumber : Monografi Kecamatan Sumber Pucung, 2015

Sarana komunikasi adalah penghubung penyampaian informasi jarak

jauh dan memegang peran penting agar masyarakat Kecamatan Sumberpucung

dapat mengetahui informasi yang berada di luar Kecamatan Sumberpucung.

Page 79: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

61

Tabel 9. Sarana Komunikasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014

No. Jenis Sarana Komunikasi (Unit) Jumlah

1 Wartel / kiospon / Warpostel 0

2 Warung Internet 6

3 Biro Perjalanan Wisata 1

4 Pedagang Pulsa 38

5 Ekspedisi 1

6 Kantor Pos / Pos Pembantu/ Rumah Pos 1

2014 47

Sumber : Monografi Kecamatan Sumber Pucung, 2015

Page 80: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Waduk Sutami

Perairan waduk merupakan badan air yang terbentuk dari pembendungan

aliran sungai oleh manusia dan mempunyai karakteristik fisik, kimia, dan biologi

yang berbeda dengan sungai yang dibendungnya. Kualitas air pada waduk

biasanya lebih stabil sehingga produksi perikanannya lebih tinggi dibanding

sungai asalnya, namun dapat menjadi lebih rendah apabila kualitas air waduk

telah tercemar (Wijaya, 2006).

Waduk Sutami (Waduk Karangkates) terletak di Desa Karangkates,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan

posisi geografis antara 80 8’ 20” Lintang Selatan dan 1120 28’ 41” Bujur Timur.

Lokasi waduk berada pada Sungai Brantas ± 14 Km di hilir Waduk Sungguruh

dan ± 35 Km dari Kota Malang (Monografi Jasa Tirta I, 2016).

Waduk ini mempunyai luas permukaan 15 Km2 dan kedalaman

maksimum 31 meter. Daerah pengumpulan air pada waduk ini mencakup 2050

Km2. Volume Air yang bisa di tampung waduk Sutami ini adalah 158.562.000 m3

(tahun 2014), serta mempunyai ketinggian permukaan 297 meter. Panjang

maksimumnya 100 m dan lebar maksimumnya 400 m. Debit masuk rata – rata

(average inflow) adalah 55,20 m3/det (Monografi Jasa Tirta I, 2016).

Kualitas air Waduk Sutami dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain

yaitu limbah domestik / pemukiman, pertanian, perikanan, dan pariwisata, baik

yang berasal dari daratan atau dari kegiatan di perairan waduk. Dengan semakin

pesat pertumbuhan penduduk yang bermukim di sekitar Waduk Sutami berikut

Page 81: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

63

dengan beragam kegiatannya, maka kualitas air cenderung menurun (Monografi

Jasa Tirta I, 2016).

Kualitas air di Waduk Sutami menunjukkan suhu yang berkisar 24,5 – 25,7

0C, pH normal 6,7, kadar oksigen terlarut (DO) 6 mg/l, kadar Total NO3 1 mg/l ini

menunjukkan amoniak yang normal, dan kadar NO2 1 mg/l hal ini menunjukkan

penguraian amoniak air sesuai ketentuan (Monografi Jasa Tirta I, 2016).

Pembangunan Waduk Sutami dilaksanakan dari tahun 1961 – 1972.

Pelaksanaan pembangunan untuk terowongan pengelak dan anak waduk adalah

Kajima Constructuion Co., Ltd., dengan supervisi dari Nippon Koei Co., Ltd.,

keduanya dari Jepang, sedangkan pembangunan waduk utama dan bangunan

yang lain dilaksanakan secara swakelola oleh tenaga Indonesia sendiri (eigen

beheer / on force). Pada saat itu Nippon Koei Co., Ltd., tetap bertindak sebagai

konsultan perencanaan, sedangkan Kajima Corporation Co., Ltd., bersama

dengan Overseas Construction Co., Ltd., bertindak sebagai pembimbing di

lapangan. Waduk Sutami diresmikan pada tanggal 2 Mei 1972, sedangkan untuk

fungsi PLTA diresmikan pada tanggal 4 September 1973. Keduanya diresmikan

oleh Presiden RI Jenderal TNI Soeharto (Monografi Jasa Tirta I, 2016).

Waduk Sutami merupakan waduk serbaguna dengan berbagai fungsi,

antara lain (Monografi Jasa Tirta I, 2016) :

1. Pengendalian banjir. Banjir maksimum (1.000 tahun) senilai 4.200 m3 / det,

banjir 200 tahunan senilai 3.000 m3 / det, banjir 10 tahunan senilai 1.540 m3 /

det dapat dikendalikan menjadi 350 m3 / det.

2. Pemberian air irigasi. Dengan mengatur / mengendalikan air Waduk Sutami

bersama – sama Waduk Lahor dapat diperoleh tambahan debit untuk air

irigasi di daerah hilir pada musim kemarau senilai 24 m3 / det. Ini berarti

bahwa waduk – waduk tersebut dapat memberi air secara kontinyu

sepanjang tahun pada daerah persawahan seluas 34.000 Ha.

Page 82: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

64

3. Pembangkit tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang

senilai 2 x 35.000 kW dapat menghasilkan energi listrik senilai ± 400 juta kWh

per tahun. bersama – sama dengan Waduk Lahor (berikut terowongan

penghubungnya) daya terpasang bertambah menjadi 3 x 35.000 kW,

sehingga total daya terpasang menjadi 3 x 35.000 kW dan menghasilkan

energi listrik total senilai ± 488 juta kWh per tahun.

4. Pemberian air baku. Untuk air minum, air industri, air pemeliharaan sungai,

dan lain – lain. Kekurangan air baku untuk air minum, air industri, air

pemeliharaan sungai, dan lain – lain, di daerah hilir pada musim kemarau

dapat dipenuhi dari Waduk Sutami.

5. Manfaat lain dari Waduk Sutami, yaitu untuk perikanan darat dan pariwisata.

5.2. Pengelolaan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA)

Kegiatan perikanan di Kabupaten Malang terdiri dari kegiatan budidaya

dan penangkapan. Produksi perikanan untuk kegiatan budidaya berasal dari

tambak, kolam, mina padi, mina mendong, dan jaring sekat / keramba jaring

apung.

Produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang terdiri dari jenis

perairan tawar dan payau mencapai 20.476,92 ton. Produksi budidaya perairan

tawar yang terbesar berasal dari wadah budidaya kolam senilai 9.416,97 ton atau

45,99% dari total produksi budidaya ikan, selain itu berasal dari jaring sekat atau

keramba jaring apung (KJA) senilai 8.761,40 ton atau 42,80%, mina mendong

senilai 89,10 ton atau 0,44%, serta mina padi senilai 20,45 ton atau 0,10%,

sedangkan produksi budidaya perairan payau yang berasal dari tambak

mencapai 2.189,00 ton atau 10,69% dari total produksi perikanan (Laporan

Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan, 2016).

Page 83: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

65

Secara umum, nilai produksi budidaya tahun 2015 mengalami

peningkatan senilai 921,08 ton atau 4,71% dari produksi perikanan budidaya

tahun 2014. Peningkatan produksi budidaya ikan tersebut sebagian besar

berasal dari budidaya di kolam yang peningkatannya mencapai 1.971,37 ton atau

26,48% dari produksi tambak tahun 2014. Peningkatan produksi perikanan

budidaya didukung oleh peningkatan areal lahan serta jumlah sarana dan

prasarana budidaya baik melalui program atau kegiatan pemerintah maupun

swadaya masyarakat sebagai perwujudan program nasional dalam rangka

memacu peningkatan produksi perikanan budidaya.

Budidaya jaring sekat atau kerama jaring apung tahun 2015 mengalami

penurunan senilai 578,91 ton atau 6,19% dari produksi jaring sekat atau keramba

jaring apung tahun 2014. Hal ini terjadi karena pengaruh abu vulkanik dari erupsi

Gunung Kelud yang terjadi pada awal tahun 2014, yang mengakibatkan tingginya

kematian benih ikan serta adanya kebijakan pembatasan budidaya keramba

jaring apung di waduk yang merupakan kewenangan Perum Jasa Tirta. Produksi

tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada berikut :

Tabel 1. Produksi Budidaya Ikan Menurut Jenis Kegiatan Budidaya Tahun 2014 – 2015

Perairan

Produksi (Ton) Kenaikan / Penurunan % dari Total

Produksi Tahun 2015

2014 2015 Volume (Ton)

(%)

Air Payau 2 657,00 2 189,00 -468,00 -17,61 10,69

Tambak 2 657,00 2 189,01 -468,00 -17,61 10,69

Air Tawar 16 898,84 18 287,92 1 389,08 8,22 89,31

Kolam 7 455,60 9 416,97 1 971,37 26,48 45,99

Mina padi 24,43 20,45 -3,98 16,29 0,10

Mina mendong 89,40 89,10 -0,30 -0,34 0,44

Sekatan / KJA 9 339,41 8 761,40 -578,01 -6,19 42,79

Total 19 555,84 20 476,92 921,08 4,71 100,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, 2016

Page 84: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

66

Areal budidaya perikanan pada tahun 2015 juga mengalami peningkatan

secara keseluruhan jika dibandingkan pada tahun – tahun sebelumnya.

Sedangkan pada tahun 2016 untuk areal perikanan dengan menggunakan mina

mendong dan jaring sekat atau keramba jaring apung mengalami penurunan.

Tabel 2. Perkembangan Areal Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang pada Tahun 2011 – 2016

No. Jenis Tempat

Usaha Perikanan Budidaya

Luas Areal Perikanan Budidaya (Ha)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Tambak 84,50 84,50 84,50 84,50 84,50 84,50

2 Kolam 131,42 157,42 185,15 190,19 195,32 195,50

3 Mina Padi 10,00 10,00 11,00 11,00 11,00 12,00

4 Mina Mendong 40,00 41,25 42,33 42,33 42,33 33,00

5 Jaring Sekat / KJA 183,00 241,00 241,00 241,00 241,00 191,64

Total Luas 448,92 534,17 563,98 569,02 574,15 516,64

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, 2016

Perkembangan jumlah rumah tangga produksi perikanan di Kabupaten

Malang dari tahun 2011 – 2016 secara umum menunjukkan penurunan jumlah

unit rumah tangga produksi. Penurunan ini sangat jelas terjadi pada sektor

perikanan dengan menggunakan tempat pemeliharaan sekatan atau KJA yang

pada tahun 2011 mencapai 2.806 unit, sedangkan pada tahun 2016 menurun

hingga 2.000 unit. Sebaliknya terdapat kenaikan unit rumah tangga perikanan

produksi usaha pemeliharaan ikan pada tempat pemeliharaan kolam, di mana

pada tahun 2011 sebanyak 2.143 unit, meningkat menjadi 3.295 unit pada tahun

2016.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Produksi Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang Tahun 2011 – 2016

No. Jenis Tempat Usaha Perikanan Budidaya

Jumlah Rumah Tangga Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Tambak 9 9 9 9 9 8

2 Kolam 2 143 2 383 2 683 3 176 3 285 3 295

3 Minapadi 48 54 56 56 52 56

4 Minamendong 160 162 162 142 142 132

5 Sekatan / KJA 2 806 3 240 3 240 2 807 2 288 2 000

Page 85: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

67

No. Jenis Tempat Usaha Perikanan Budidaya

Jumlah Rumah Tangga Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Total 5 166 5 848 6 150 6 190 5 776 5 491

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, 2016

Jenis ikan terbanyak yang dibudidayakan di Kabupaten Malang adalah

ikan lele dan nila. Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak memilih

untuk membudidayakan ikan nila. Beberapa tahun lalu, selain ikan nila

pembudidaya juga membudidayakan ikan lele, tetapi karena perubahan cuaca

yang ekstrim ikan lele lebih mudah mati karena daya tahan tubuh yang lemah.

Maka dari itu pembudidaya lele keramba jaring apung gulung tikar dan lebih

banyak membudidayakannya di kolam.

Tabel 4. Jumlah Produksi Ikan per Komoditas di Kabupaten Malang Tahun 2015

No. Jenis Ikan Jumlah Produksi (Ton)

1 Tombro / Mas 228,41

2 Nila 8 898,80

3 Lele 9 131,47

4 Gurami 12,85

5 Patin 7,29

6 Lainnya 9,10

Total 18 287,92

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, 2015

Pembudidaya keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan Ikan

Nila, karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan terhadap

kondisi perairan yang kurang stabil, dan pemasarannya Ikan Nila memiliki harga

yang relatif menguntungkan. Lama pemeliharaan Ikan Nila adalah 6 – 8 bulan.

Budidaya ikan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan di Waduk Sutami biasanya

menggunakan keramba jaring apung dengan ukuran per keramba 10 x 15 m2.

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keramba jaring apung ini di

antaranya batu pemberat, tambang besar, tambang kecil, bambu, hapa, jaring,

palu, dan gergaji. Setelah alat dan bahan tersedia, maka dilakukan pembuatan

Page 86: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

68

kerangka jaring apung di darat dan tidak jauh dari lokasi pemasangan keramba

tersebut. Persiapan jaring apung untuk kolam ikan nila adalah sebagai berikut :

1. Kerangka. Berbahan dasar bambu. Pembudidaya Kecamatan Sumberpucung

biasa membuat KJA dengan ukuran 10 x 15 m2.

2. Tali Jangkar atau pemberat. Berbahan polietilen (PE) dengan panjang 1,5

kali dari kedalaman perairan. Tali jangkar berdiameter 0,75 inchi.

3. Jangkar. Terbuat dari blok beton yang dibungkus karung. Bentuknya segi

empat atau bulat dengan berat masing – masing 150 – 200 Kg.

4. Jaring. Jaring digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan nila. Bahan

jaring terbuat dari polietelin (PE 210 D / 12) berukuran 1 inchi, 1’ ¼, atau 1’

½. Setelah jaring selesai dibuat, jaring apung bisa ditempatkan di waduk.

Sebelum digunakan, jaring apung dibiarkan beberapa hari, agar bau

plastiknya hilang.

Penebaran benih disesuaikan dengan ukuran mata jaring yang digunakan

dan lamanya pemeliharaan yang ingin di capai. Benih pada umumnya ditebar

oleh pembudidaya dengan panjang sekitar 4 – 9 cm. Harga benih Ikan Nila

berkisar antara Rp.40,00 – Rp.60,00. Pembudidaya memperoleh benih Ikan Nila

dari Balai Benih Ikan Kecamatan Wlingi, Blitar.

Benih ikan yang ditebar memerlukan pakan yang baik dan cukup dengan

kandungan protein yang cukup tinggi. Pemberian pakan oleh pembudidaya dapat

dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Dalam setahun atau dua kali periode.

Dalam sekali panen pembudidaya ikan biasanya menghabiskan pakan sebanyak

1.000 – 2.000 ton. Pakan diperoleh dengan membelinya dari tengkulak dengan

pembayaran secara tunai atau dibayar dengan hasil panen. Selain pakan

komersil, pembudidaya juga menggunakan pakan tambahan, yaitu singkong, roti,

ikan lohan, dan dedak.

Page 87: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

69

Rata – rata panen yang dihasilkan oleh pembudidaya ikan nila di Waduk

Sutami adalah 2.300 Kg dengan harga jual per kilogramnya sekitar

Rp.19.500,00. Pemanenan Ikan Nila dilakukan oleh tengkulak sendiri, sehingga

pembudidaya ikan tidak lagi menanggung biaya panen. Waktu panen biasanya

dilakukan pada waktu suhu dengan relatif rendah, yaitu pada pagi atau sore hari.

Panen dilakukan dengan cara ruang gerak ikan di dalam kantong jaring. Ikan

yang terkumpul kemudian di serok menggunakan serokan dan dimasukkan ke

drum plastik yang telah dilubangi untuk menampung ikan, kemudian ikan dibawa

menggunakan perahu ke pinggiran waduk untuk ditimbang lalu dipasarkan.

5.2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pembudidaya Ikan Nila

Aspek sosial ekonomi menjadi salah satu faktor yang menjadi

pertimbangan dalam menentukan model dan arah pengembangan tata ruang.

Keterlibatan masayarakat dalam sebuah proses pengembangan wilayah

diharapkan dapat memberikan berbagai masukan yang penting, oleh sebab itu

karakteristik sosial ekonomi responden menjadi penting untuk diketahui.

Karakteristik sosial ekonomi pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami diperoleh berdasarkan sample yang dilakukan oleh 40 responden

pembudidaya ikan nila keramba jaring apung. Karakteristik tersebut dapat dilihat

berdasarkan kriteria tertentu, seperti yang dijelaskan di bawah ini :

1. Usia

Berdasarkan pengelompokan menurut umur, persentase terbesar

pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami memiliki kisaran

umur 54 – 72 tahun dengan persentase sebesar 22.5%, sedangkan persentase

terkecil pada kelompok umur 22 – 25 tahun, yaitu sebesar 10%. Pengelompokan

usia persentase responden dapat dilihat pada tabel 15.

Page 88: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

70

Tabel 5. Kelompok Umur Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami

Umur Responden (Orang) Persentase (%)

22 - 28 4 10

29 - 35 4 10

36 - 41 8 20

42 - 47 7 17.5

48 - 53 8 20

54 - 72 9 22.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pembudidaya ikan nila keramba jaring apung

menyebar pada tingkat lulusan SD hingga Sarjana. Pada pembeudidaya yang

menjadi responden terdapat 20 orang lulusan SD dengan persentase (50%), 11

orang lulusan SMP dengan persentase 27.5%, 8 orang lulusan SMA dengan

persentase 20%, dan 1 orang lulusan sarjana dengan persentase 2.5%.

Pengelompokan tingkat pendidikan persentase responden dapat dilihat pada

tabel 16.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami

Tingkat Pendidikan Responden (Orang) Persentase (%)

SD 20 50

SMP 11 27.5

SMA 8 20

Sarjana 1 2.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

3. Status Usaha

Status usaha pembudidaya ikan nila keramba jaring apung rata – rata

sebagai pekerjaan sampingan, yaitu 26 orang dengan persentase 65%, dan

sisanya 14 orang dengan persenntase 35% menjadikan usaha budidaya ikan nila

Page 89: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

71

keramba jaring apung sebagai pekerjaan utama. Pengelompokan tstatus usaha

persentase responden dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 7. Status Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami

Status Usaha Responden (Orang) Persentase (%)

Utama 14 35

Sampingan 26 65

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

4. Pengalaman Usaha (Th)

Pembudidaya ikan nila keramba jaring apung memiliki rata – rata pengalaman

usaha pada kisaran 3 – 9 tahun (62.5%), sedangkan yang paling lama dalam

pengalaman usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung mencapai 10 – 16

tahun dengan persentase 37.5%. Pengelompokan tstatus usaha persentase

responden dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 8. Pengalaman Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami

Pengalaman Usaha Responden (Orang) Persentase (%)

3 - 5 14 35

6 - 7 6 15

8 - 9 5 12.5

10 - 11 12 30

12 - 13 1 2.5

14 - 15 2 5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

5.3. Kelayakan Usaha Waduk Sutami

5.3.1. Jangka Pendek

Analisis investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi,

penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π) rentabilitas.

Page 90: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

72

1. Permodalan

a. Modal Tetap Investasi

Modal tetap investasi pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring

apung di Waduk Sutami menunjukkan bahwa modal tetap tertinggi adalah senilai

Rp.42.865.000,00 dengan jaring seluas 2.400 m2. Sedangkan modal tetap

terendah adalah senilai Rp.5.065.000,00 dengan lahan seluas 300 m2. Rata –

rata modal tetap dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media

keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai Rp.16.412.817,00. Modal

tetap bisa dilihat pada grafik Gambar 4. Rincian modal tetap investasi secara

jelas bisa dilihat pada Lampiran 2.

Modal tetap pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang modal Rp.5,065,000 –

Rp.11,365,000 berjumlah 14 orang dengan persentase 35%, rentang modal

Rp.11,365,000 – Rp.17,665,000 berjumlah 11 orang dengan persentase 27,5%,

rentang modal Rp.17,090,300 – Rp.23,102,800 berjumlah lima orang dengan

persentase 12.5%, rentang modal Rp.23,102,900 – Rp.29,115,400 berjumlah

tujuh orang dengan persentase 17.5%, rentang modal Rp.29,115,500 –

Gambar 1. Grafik Modal Tetap Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 91: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

73

Rp.35,128,000 berjumlah 1 orang dengan persentase 2.5%, dan rentang modal

Rp.35,128,100 – Rp.41,140,600 berjumlah 2 orang dengan persentase 5%.

Modal tetap investasi para pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring

apung di Waduk Sutami banyak dikeluarkan untuk pembelian bambu, hapa

halus, jaring, dan perahu. Interval modal tetap bisa dilihat pada Tabel 20.

Tabel 9. Interval pada Modal Tetap

Kelas Frequency Persentase (%)

5,065,000 - 11,365,000 14 35

11,365,001 - 17,665,000 11 27.5

17,665,001 - 23,965,000 8 20

23,965,001 - 30,265,000 4 10

30,265,001 - 36,585,000 1 2.5

36,565,001 - 42,865,000 2 5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

b. Modal Lancar

Modal lancar pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa modal lancar tertinggi adalah senilai

Rp.64.915.000,00 dengan lahan seluas 3.500 m2. Sedangkan modal lancar

terendah adalah senilai Rp.3.910.000,00 dengan lahan seluas 255 m2. Rata –

rata modal tetap dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media

keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai Rp.14.338.475,00. Modal

lancar bisa dilihat pada grafik Gambar 5. Rincian modal lancar secara jelas bisa

dilihat pada Lampiran 3.

Page 92: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

74

Modal lancar pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang modal Rp.3,910,000 –

Rp.14,077,500 berjumlah 30 orang dengan persentase 75%, rentang modal

Rp.14,077,600 – Rp.24,245,000 berjumlah 4 orang dengan persentase 10%,

rentang modal Rp.24,245,100 – Rp.34,412,500 berjumlah 3 orang dengan

persentase 8%, rentang modal Rp.34,412,600 – Rp.44,580,000 berjumlah 2

orang dengan persentase 5%, rentang modal Rp.44,580,000 – Rp.54,757,500

berjumlah nol dengan persentase 0%, dan rentang modal Rp.54,757,600 –

Rp.64,915,000 berjumlah 1 orang dengan persentase 3%. Modal lancar para

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

banyak dikeluarkan untuk pembelian benih, pakan, dan obat. Interval modal

lancar bisa dilihat pada Tabel 20.

Tabel 10. Interval pada Modal Lancar

Modal Lancar Frequency Persentase (%)

3,910,000 - 14,077,500 30 75

14,077,600 - 24,245,000 4 10

24,245,100 - 34,412,500 3 8

34,412,600 - 44,580,000 2 5

44,580,100 - 54,757,500 0 0

Gambar 2. Grafik Modal Lancar Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 93: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

75

54,757,600, 64,915,000 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

c. Modal Kerja

Modal kerja pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa modal lancar tertinggi adalah senilai

Rp.78.905.167,00 dengan lahan seluas 3.500 m2. Sedangkan modal lancar

terendah adalah senilai Rp.8.136.095,00 dengan lahan seluas 255 m2. Rata –

rata modal tetap dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media

keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai Rp.14.338.475,00. Modal

kerja bisa dilihat pada grafik Gambar 6. Rincian modal kerja secara jelas bisa

dilihat pada Lampiran 4.

Modal kerja pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang modal Rp. 8,136,095 –

Rp.19,930,940 berjumlah 24 orang dengan persentase 60%, rentang modal

Rp.19,930,941 – Rp.31,725,786 berjumlah 8 orang dengan persentase 20%,

rentang modal Rp.31,725,787 – Rp.43,520,631 berjumlah 4 orang dengan

Gambar 3. Grafik Modal Kerja Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 94: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

76

persentase 10%, rentang modal Rp.43,520,631 – Rp.55,315,476 berjumlah 3

orang dengan persentase 8%, rentang modal Rp.55,315,477 – Rp.67,110,321

berjumlah nol dengan persentase 0%, dan rentang modal Rp.67,110,322 –

Rp.78,905,167 berjumlah 1 orang dengan persentase 3%. Modal lancar para

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

banyak dikeluarkan untuk pembelian benih, pakan, obat, tenaga kerja, perawatan

KJA, dan biaya penyusutan. Interval modal tetap bisa dilihat pada Tabel 21.

Tabel 11. Interval pada Modal Kerja

Modal Kerja Frequency Persentase (%)

8,136,095 - 19,930,940 24 60

19,930,941 - 31,725,786 8 20

31,725,787 - 43,520,631 4 10

43,520,631 - 55,315,476 3 8

55,315,477 - 67,110,321 0 0

67,110,322 - 78,905,167 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

2. Biaya Produksi

Biaya produksi pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa biaya produksi tertinggi adalah senilai

Rp.78.905.167,00 dengan faktor produksi berupa pakan mencapai

Rp.59.250.000,00. Sedangkan biaya produksi terendah adalah senilai

Rp.8.136.095,00. Rata – rata biaya produksi dari responden pembudidaya ikan

nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai

Rp.22.628.962,00. Biaya produksi bisa dilihat pada grafik Gambar 7. Rincian

biaya produksi secara jelas bisa dilihat pada Lampiran 5.

Page 95: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

77

Biaya produksi pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang biaya produksi yang dikeluarkan

senilai Rp8,136,100 – Rp.19,390,940 berjumlah 22 orang dengan persentase

55%, rentang biaya produksi senilai Rp.19,393,941 – Rp.31,725,796 berjumlah

10 orang dengan persentase 25%, rentang biaya produksi senilai Rp.31,725,797

– Rp.43,520,631 berjumlah empat orang dengan persentase 10%, rentang biaya

produksi senilai Rp.43,520.632 – Rp.55,315,476 berjumlah tiga orang dengan

persentase 7.5%, rentang biaya produksi senilai Rp55,315,417 – Rp.67,110,321

berjumlah nol dengan persentase 0%, dan rentang biaya produksi Rp.67,110,322

– Rp.78,905,167 berjumlah satu orang dengan persentase 2.5%. Biaya produksi

para pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk

Sutami banyak dikeluarkan untuk pembelian pakan, benih ikan nila, dan obat,

serta biaya perawatan dan gaji karyawan. Interval biaya produksi pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada

Tabel 22.

Gambar 4. Grafik Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 96: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

78

Tabel 12. Interval pada Biaya Produksi

Kelas Frequency Persentase (%)

8,136,100 - 19,390,940 22 55

19,390,941 - 31,725,796 10 25

31,725,797 - 43,520,631 4 10

43,520,632 - 55,315,476 3 7.5

55,315,477 - 67,110,321 0 0

67,110,322 - 78,905,167 1 2.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Diolah

3. Penerimaan

Penerimaan atau total revenue (TR) tertinggi pada pembudidaya ikan nila

keramba jaring apung adalah senilai Rp.209.000.000,00 dengan hasil produksi

11.000 Kg/tahun dengan harga jual Rp.19.000,00/Kg. Sedangkan penerimaan

terendah adalah senilai Rp.15.000.000,00 dengan hasil produksi 600 Kg/tahun

dengan harga jual Rp.25.000,00/Kg. Rata – rata penerimaan dari 40 responden

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

adalah senilai Rp.44.806.875,00. Penerimaan atau total revenue (TR) dapat

dilihat pada Gambar 8.

Penerimaan pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang penerimaan yang diperoleh senilai

Gambar 5. Grafik Penerimaan (Total Revenue) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 97: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

79

Rp.15,000,000 – Rp.47,333,400 berjumlah 30 orang dengan persentase 75%,

rentang penerimaan senilai Rp.47,333,500 – Rp.79,666,700 berjumlah lima

orang dengan persentase 13%, rentang penerimaan senilai Rp.79,666,800 –

Rp.112,000,000 berjumlah tiga orang dengan persentase 8%, rentang

penerimaan senilai Rp.112,000,100 – Rp.144,333,400 berjumlah satu orang

dengan persentase 3%, rentang penerimaan senilai Rp.144,333,500 –

Rp.176,666,700 berjumlah nol dengan persentase 0%, dan rentang penerimaan

senilai Rp.176,666,800 – Rp.209,000,000 berjumlah satu orang dengan

persentase 3%. Penerimaan yang diperoleh pembudidaya ikan nila dengan

media keramba jaring apung di Waduk Sutami berasal dari dua sampai tiga kali

siklus panen dalam satu tahun. Biasanya ikan nila dijual ke tengkulak atau

langsung dijual ke pasar. Interval penerimaan pada usaha budidaya ikan nila

keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada Tabel 23.

Tabel 13. Interval pada Penerimaan (Total Revenue)

Kelas Frequency Persentase (%)

15,000,000 - 47,333,400 30 75

47,333,500 - 79,666,700 5 13

79,666,800 - 112,000,000 3 8

112,000,100 - 144,333,400 1 3

144,333,400 - 176,666,700 0 0

176,666,800 - 209,000,000 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Diolah

4. R/C

R/C Ratio pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa R/C Ratio tertinggi adalah senilai 3.5, dengan

jumlah 6 unit KJA dan 9.000 padat tebar benih per kolam. Sedangkan R/C Ratio

terendah adalah senilai 1.40, dengan jumlah 10 unit KJA dan 10.000 padat tebar

benih per kolam. Rata – rata R/C Ratio dari 40 responden pembudidaya ikan nila

Page 98: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

80

dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 1.87,

dengan begitu dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut dikatakan efisien dan

layak. R/C bisa dilihat pada grafik Gambar 9. Rincian R/C secara jelas bisa dilihat

pada Lampiran 6.

R/C pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa rentang R/C adalah senilai 1.4 – 1.7 berjumlah 21

orang dengan persentase 52.5%, rentang R/C senilai 1.8 – 2.1 berjumlah

sembilan orang dengan persentase 22.5%, rentang R/C senilai 2.2 – 2.4

berjumlah lima orang dengan persentase 12.5%, rentang R/C senilai 2.5 – 2.7

berjumlah tiga orang dengan persentase 7.5%, rentang R/C senilai 2.8 – 3.0

berjumlah satu dengan persentase 2.5%, dan rentang R/C senilai 3.1 – 3.4

berjumlah satu orang dengan persentase 2.5%. R/C yang diperoleh

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

berasal dari total penerimaan dibagi dengan total biaya produksi, sehingga ada

yang memperoleh R/C kecil meskipun jumlah unit kerambanya banyak,

dikarenakan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Interval R/C pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada

Tabel 24.

Gambar 6. Grafik R/C Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 99: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

81

Tabel 14. Interval pada R/C

Kelas Frequency Persentase (%)

1.4 - 1.7 21 52.5

1.8 - 2.1 9 22.5

2.2 - 2.4 5 12.5

2.5 - 2.7 3 7.5

2.8 - 3.0 1 2.5

3.1 - 3.4 1 2.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Diolah

5. BEP (Break Event Point)

a. BEP Sales

BEP Sales pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa BEP Sales tertinggi adalah senilai

Rp.21.810.101,00. Sedangkan BEP Sales terendah adalah senilai

Rp.5.433.110,00. Rata – rata BEP Sales dari 40 responden pembudidaya ikan

nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai

Rp.12.470.527,00. Nilai tersebut berada pada titik impas yang mana titik

tersebut tidak rugi maupun tidak untung. Titik tersebut harus dihindari oleh

sebuah perusahaan agar tidak mengalami titik impas. BEP Sales pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada grafik

Gambar 10. Rincian BEP Sales secara jelas bisa dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 7. Grafik BEP Sales Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 100: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

82

BEP Sales pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang BEP Sales adalah senilai 5,433,200

– 8,162,6084 berjumlah enam orang dengan persentase 15%, rentang BEP

Sales senilai 8,162,609 – 10,892,107 berjumlah 10 orang dengan persentase

25%, rentang BEP Sales senilai 10,892,108 –13,621,605 berjumlah 10 orang

dengan persentase 25%, rentang BEP Sales senilai 13,621,606 – 16,351,104

berjumlah tujuh orang dengan persentase 17.5%, rentang BEP Sales senilai

16,351,105 –19,080,602 berjumlah tiga orang dengan persentase 7.5%, dan

rentang BEP Sales senilai 19,080,603 –21,810,101 berjumlah empat orang

dengan persentase 10%. BEP Sales yang diperoleh pembudidaya ikan nila

dengan media keramba jaring apung berasal dari biaya total dikalikan

penerimaan dibagi dengan penerimaan dikurang biaya variabel, sehingga

diketahui rencana keuntungan pada titik impas yang sebaiknya dihindari oleh

pembudidaya ikan nila. Interval BEP Sales pada usaha budidaya ikan nila

keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada tabel 25.

Tabel 15. Interval pada BEP Sales

Kelas Frequency Persentase (%)

5,433,200 - 8,162,608 6 15

8,162,609 - 10,892,107 10 25

10,892,108 - 13,621,605 10 25

13,621,606 - 16,351,104 7 17.5

16,351,105 - 19,080,602 3 7.5

19,080,603 - 21,810,101 4 10

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

b. BEP Unit

BEP Unit pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa BEP Unit tertinggi adalah senilai 1.212. Sedangkan

BEP Unit terendah adalah senilai 247. Rata – rata BEP Unit dari 40 responden

Page 101: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

83

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

adalah senilai 642. Nilai tersebut berada pada titik impas yang mana titik

tersebut tidak rugi maupun tidak untung. Titik tersebut harus dihindari oleh

sebuah perusahaan agar tidak mengalami titik impas. BEP Unit pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada grafik

Gambar 11. Rincian BEP Unit secara jelas bisa dilihat pada Lampiran 6.

BEP Unit pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa rentang BEP Unit adalah senilai 247 – 407

berjumlah lima orang dengan persentase 12.5%, rentang BEP Unit senilai 408 –

568 berjumlah 12 orang dengan persentase 30%, rentang BEP Unit senilai 569 –

729 berjumlah 10 orang dengan persentase 25%, rentang BEP Unit senilai 730 –

890 berjumlah delapan orang dengan persentase 20%, rentang BEP unit senilai

891 – 1,060 berjumlah dua orang dengan persentase 5%, dan rentang BEP unit

senilai 1,061 – 1,212 berjumlah tiga orang dengan persentase 7.5%. BEP Sales

yang diperoleh pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung

berasal dari biaya total dibagi dengan harga dikurang variabel per unit, sehingga

diketahui rencana produksi pada titik impas yang sebaiknya dihindari oleh

Gambar 8. Grafik BEP Unit Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 102: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

84

pembudidaya ikan nila. Interval BEP Unit pada usaha budidaya ikan nila

keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada Tabel 26.

Tabel 16. Interval pada BEP Unit

Kelas Frequency Persentase (%)

247 - 407 5 12.5

408 - 568 12 30

569 - 729 10 25

730 - 890 8 20

891 - 1,060 2 5

1,061 – 1,212 3 7.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

6. Keuntungan

Keuntungan pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi adalah senilai

Rp.126.444.833,00. Sedangkan keuntungan terendah adalah senilai

Rp.1.597500. Rata – rata keuntungan dari 40 responden pembudidaya ikan nila

dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai

Rp.18.812.565. Keuntungan tersebut telah dikurangi dengan NKK (Nilai Kerja

Keluarga) pembudidaya ikan nila keramba jaring apung. NKK (Nilai Kerja

Keluarga) dapat dihitung menggunakan rumus (Tjahjono dan Primyastanto,

2005) :

𝐍𝐊𝐊 = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐤𝐮𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐛𝐚𝐭 𝐱 𝐔𝐩𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐱 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧

Keuntungan pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami bisa dilihat pada grafik Gambar 12. Rincian keuntungan secara

jelas bisa dilihat pada Lampiran 6.

Page 103: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

85

Keuntungan pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang keuntungan yang diperoleh senilai

Rp.1,597,500 – Rp.22,405,389 berjumlah 32 orang dengan persentase 80%,

rentang keuntungan senilai Rp.22,405,390 – Rp.43,213,278 berjumlah 3 orang

dengan persentase 8%, rentang keuntungan senilai Rp.43,213,279 –

Rp.64,021,167 berjumlah 3 orang dengan persentase 8%, rentang keuntungan

senilai Rp.64,021,168 – Rp.84,829,056 berjumlah 1 orang dengan persentase

3%, rentang keuntungan senilai Rp.84,829,057 – Rp.105,636,944 berjumlah nol

dengan persentase 0%, dan rentang keuntungan senilai Rp.105,636,945 –

Rp.126,444,833 berjumlah 1 orang dengan persentase 3%. Keuntungan yang

diperoleh pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk

Sutami berasal mengurangi penerimaan dengan total biaya produksi dikurangi

dengan NKK. Jadi keuntungan ini adalah pendapatan bersih yang di terima oleh

pembudidaya dalam satu tahun. Interval keuntungan pada usaha budidaya ikan

nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada tabel 27.

Gambar 9. Grafik Keuntungan (π) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 104: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

86

Tabel 17. Interval pada Keuntungan

Keuntungan Bersih Frequency Persentase (%)

1,597,500 - 22,405,389 32 80

22,405,390 - 43,213,278 3 8

43,213,279 - 64,021,167 3 8

64,021,168 - 84,829,056 1 3

84,829,057 - 105,636,944 0 0

105,636,945 - 126,444,833 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

7. Rentabilitas

Rentabilitas pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentabilitas tertinggi adalah senilai 223%.

Sedangkan rentabilitas terendah adalah senilai 13%. Rata – rata rentabilitas dari

40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di

Waduk Sutami adalah senilai 67%. Nilai ini menjadi tolak ukur keuntungan dari

investasi yang diperoleh dari hasil usaha budidaya ikan nila keramba jaring

apung. Rentabilitas pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami bisa dilihat pada grafik Gambar 13. Rincian rentabilitas secara

jelas bisa dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 10. Grafik Rentabilitas Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 105: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

87

Rentabilitas pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang rentabilitas adalah sebesar 13% –

48% berjumlah 19 orang dengan persentase 48%, rentang rentabilitas sebesar

49% – 83% berjumlah 10 orang dengan persentase 25%, rentang rentabilitas

sebesar 84% – 118% berjumlah 3 orang dengan persentase 8%, rentang

rentabilitas sebesar 119% – 153% berjumlah 4 orang dengan persentase 10%,

rentang rentabilitas sebesar 154% – 188% berjumlah tiga orang dengan

persentase 8%, dan rentang rentabilitas sebesar 189% – 223% berjumlah satu

dengan persentase 3%. Rentabilitas yang diperoleh tersebut menunjukkan

perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut.

Interval rentabilitas pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami bisa dilihat pada tabel 27.

Tabel 18. Interval pada Rentabilitas

Rentabilitas Frequency Persentase (%)

13% - 48% 19 48

49% - 83% 10 25

84% - 118% 3 8

119% - 153% 4 10

154% - 188% 3 8

189% - 223% 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

5.3.2. Jangka Panjang

1. NPV (Net Present Value)

Nilai NPV pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa NPV tertinggi adalah senilai 814.502.441.

Sedangkan keuntungan terendah adalah senilai 1.161.557. Rata – rata nilai NPV

dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di

Waduk Sutami adalah senilai 113.220.308. Nilai NPV di atas dapat dikatakan

Page 106: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

88

bahwa dari 40 responden atau pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami mempunyai nilai NPV > 0. Disimpulkan bahwa usaha yang

mereka jalankan saat ini menguntungkan dan dapat dilakukan investasi untuk

pengembangan budidaya ikan nila keramba jaring apung pada Waduk Sutami.

Nilai NPV pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami

bisa dilihat pada grafik Gambar 14. Rincian NPV secara jelas bisa dilihat pada

Lampiran 7.

Nilai NPV pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa rentang nilai NPV adalah sebesar 1,161,600 –

136,718,371 berjumlah 31 orang dengan persentase 77.5%, rentang nilai NPV

sebesar 136,718,372 – 272,275,185 berjumlah tiga orang dengan persentase

7.5%, rentang nilai NPV sebesar 272,275,186 – 407,831,998 berjumlah empat

orang dengan persentase 10%, rentang nilai NPV sebesar 407,831,999 –

543,388,812 berjumlah satu orang dengan persentase 2.5%, rentang nilai NPV

sebesar 543,388,813 – 678,945,626 berjumlah nol dengan persentase 0%, dan

rentang nilai NPV sebesar 678,945,627 – 814,502,440 berjumlah satu dengan

persentase 2.5%. Nilai NPV yang diperoleh tersebut menunjukkan resiko dari

arus kas masuk masa depan untuk pengembalian modal investasi. Interval nilai

NPV pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa

dilihat pada Tabel 29.

Gambar 11. Grafik NPV (Net Present Value) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017

Page 107: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

89

Tabel 19. Interval pada Nilai NPV

Kelas Frequency Persentase (%)

1,161,600 - 136,718,371 31 77.5

136,718,372 - 272,275,185 3 7.5

272,275,186 - 407,831,998 4 10

407,831,999 - 543,388,812 1 2.5

543,388,813 - 678,945,626 0 0

678,945,627 - 814,502,440 1 2.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

2. Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio)

Nilai Net B/C pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami menunjukkan bahwa nilai Net B/C tertinggi adalah 22.43,

sedangkan nilai Net B/C terendah adalah 1.18. Rata – rata nilai Net B/C dari 40

responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk

Sutami adalah senilai 6.90. Nilai Net B/C di atas menunjukkan bahwa profitablity

indeks merupakan rasio PVbenefit terhadap PVcost, sehingga menggambarkan

keuntungan relative dari suatu proyek. Nilai Net B/C di atas > 1, maka usaha

tersebut dapat dinyatakan layak. Net B/C pada usaha budidaya ikan nila

keramba jaring apung di Waduk Sutami bisa dilihat pada grafik Gambar 15.

Rincian Net B/C secara jelas bisa dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 12. Grafik Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017

Page 108: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

90

Nilai Net B/C pada Tabel 24 menunjukkan bahwa rentang nilai Net B/C

adalah sebesar 1.18 – 4.72 berjumlah 18 orang dengan persentase 45%,

rentang nilai Net B/C sebesar 4.73 – 8.26 berjumlah 12 orang dengan

persentase 30%, rentang nilai Net B/C sebesar 8.27 – 11.80 berjumlah empat

orang dengan persentase 10%, rentang nilai Net B/C sebesar 11.81 – 15.34

berjumlah satu orang dengan persentase 2.5%, rentang nilai Net B/C sebesar

15.35 – 18.8 berjumlah dua orang dengan persentase 5%, dan rentang nilai Net

B/C sebesar 18.9 – 22.43 berjumlah tiga orang dengan persentase 7.5%. Nilai

Net B/C yang diperoleh tersebut menunjukkan resiko dari perbandingan antara

nilai keuntungan di masa yang akan datang dengan nilai investasi sekarang.

Interval nilai Net B/C pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di

Waduk Sutami bisa dilihat pada Tabel 30.

Tabel 20. Interval pada Nilai Net B/C

Kelas Frequency Persentase (%)

1.18 - 4.72 18 45

4.73 – 8.26 12 30

8.27 – 11.80 4 10

11.81 – 15.34 1 2.5

15.35 - 18.8 2 5

18,9 – 22.43 3 7.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

3. IRR (Internal Rate of Return)

Nilai IRR pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa IRR tertinggi adalah senilai 339%. Sedangkan IRR

terendah adalah senilai 10%. Rata – rata nilai IRR dari 40 responden

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami

adalah senilai 106%. Nilai IRR di atas dapat dikatakan bahwa dari 40 responden

atau pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami mempunyai

Page 109: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

91

nilai tingkat suku bunga yang relevan, yaitu < 7,5%. Disimpulkan bahwa usaha

yang mereka jalankan saat ini adalah menguntungkan. Nilai IRR pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami dapat dilihat pada

grafik Gambar 16. Rincian IRR secara jelas bisa dilihat pada Lampiran 7.

Nilai IRR pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami menunjukkan bahwa rentang nilai IRR adalah sebesar 10% – 65%

berjumlah 14 orang dengan persentase 35%, rentang nilai IRR sebesar 66% –

120% berjumlah 14 orang dengan persentase 35%, rentang nilai IRR sebesar

121% – 175% berjumlah enam orang dengan persentase 15%, rentang nilai IRR

sebesar 176% – 230% berjumlah satu orang dengan persentase 3%, rentang

nilai IRR sebesar 231% – 285% berjumlah dua orang dengan persentase 5%,

dan rentang nilai IRR sebesar 286% – 340% berjumlah tiga orang dengan

persentase 8%. Nilai IRR tersebut menunjukkan nilai sekarang dari arus kas

masuk dan nilai investasi suatu usaha. Interval nilai IRR pada usaha budidaya

ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami dapat dilihat pada Tabel 31.

Gambar 13. Grafik IRR (Internal Rate of Return) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017

Page 110: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

92

Tabel 21. Interval pada Nilai IRR

Kelas Frequency Persentase (%)

10 - 65 % 14 35

66 - 120 % 14 35

121 - 175 % 6 15

176 - 230 % 1 3

231 - 285 % 2 5

286 - 340 % 3 8

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

4. PP (Payback Period)

Grafik PP (payback period) pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring

apung di Waduk Sutami menunjukkan bahwa PP (payback period) yang

mempunyai jangka waktu yang pendek adalah 0,3. Sedangkan PP (payback

period) yang mempunyai jangka waktu yang lama adalah 3,2. Rata – rata PP

(payback period) dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media

keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 1,2. Nilai Grafik PP

(payback periode) di atas dapat dikatakan bahwa dari 40 responden atau

pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami hampir

mempunyai jangka waktu yang pendek untuk mengembalikan investasi yang

digunakan. Disimpulkan bahwa usaha yang mereka jalankan saat ini adalah

menguntungkan. Nilai PP (Payback Period) pada usaha budidaya ikan nila

keramba jaring apung di Waduk Sutami dapat dilihat pada grafik Gambar 17.

Page 111: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

93

Nilai PP (Payback Periode) pada usaha budidaya ikan nila keramba jaring

apung di Waduk Sutami menunjukkan bahwa rentang nilai PP (Payback Periode)

adalah sebesar 0.3 – 0.8 berjumlah 14 orang dengan persentase 35%, rentang

nilai PP (Payback Periode) sebesar 0.9 – 1.2 berjumlah 12 orang dengan

persentase 30%, rentang nilai PP (Payback Periode) sebesar 1.3 – 1.7 berjumlah

tujuh orang dengan persentase 18%, rentang nilai PP (Payback Periode)

sebesar 1.8 – 2.2 berjumlah tiga orang dengan persentase 8%, rentang nilai PP

(Payback Periode) sebesar 2.3 – 2.7 berjumlah tiga orang dengan persentase

8%, dan rentang nilai PP (Payback Periode) sebesar 2.8 – 3.2% berjumlah satu

orang dengan persentase 3%. Nilai PP (Payback Periode) tersebut menunjukkan

ukuran kelayakan usaha yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi

yang telah dikeluarkan dengan total nilai sekarang arus kas yang akan

dihasilkan. Semakin cepat modal investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin

baik usaha tersebut untuk dipilih. Interval PP (Payback Period) pada usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami dapat dilihat pada

Tabel 32.

Gambar 14. Grafik PP (payback Period) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017

Page 112: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

94

Tabel 22. Interval pada Nilai PP (Payback Periode)

Kelas Frequency Persentase (%)

0.3 - 0.8 14 35

0.9 - 1.2 12 30

1.3 - 1.7 7 18

1.8 - 2.2 3 8

2.3 - 2.7 3 8

2.8 - 3.2 1 3

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

5.4. Analisis Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung

4.5.1. Nilai Panen

Pembesaran ikan nila membutuhkan masa tumbuh sekitar 6 – 7 bulan

untuk sapai pada ukuran siap jual, denganberat berkisar antara 200 – 250 gram

per ekor. Oleh sebab itu dalam budidaya ikan nila pada keramba jaring apung

pembudidaya rata – rata mengalami dua kali musim panen. Hasil panen

kegiatana usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung umumnya tidak selalu

sama dari satu musim dengan musim berikutnya. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain yaitu air dan cuaca.

Nilai rata – rata panen per unit keramba dalam satu tahun didapat dengan

mengalikan jumlah produksi (Kg) dalam satu tahun dengan harga jual produk

(Rp). Jumlah produksi ikan erat hubungannya dengan ukuran benih ikan yang

ditebar pada waktu penanaman, lama masa pemeliharaan dan pemberian pakan.

Waktu panen kebutuhan panen ditanggung oleh pihak tengkulak, harga jual dari

hasil produksi tersebut ditetapkan oleh pihak tengkulak.

Page 113: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

95

Tabel 23. Nilai Rataan Panen

Penerimaan Usaha Panen (Kg)

Nilai Panen (Rp/Kg)

Nilai Total Panen (Rp)

Per Musim

Per Tahun

Budidaya Ikan Nila KJA

2304 19625 45216000 90432000

Sumber : Data Primer (Data Diolah), 2017

Tabel di atas merupakan nilai rataan panen dari 40 responden

pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Sutami. Harga ikan nila di

tingkat pembudidaya ikan nila berfluktuatif berdasarkan penawaran dan

permintaan ikan nila di pasaran. Tingkat harga jual ikan nila di Waduk Sutami

mempunyai kisaran antara Rp.17.000,00 – Rp.25.000,00 per Kg dengan harga

jual rata – rata Rp.19.625,00 per Kg. Ukuran ikan Nila saat panen berkisar antara

3 – 4 ekor per Kg dengan masa panen sekitar tiga kali dalam satu tahun. Rata –

rata jumlah produksi ikan nila per unit keramba yang dihasilkan oleh jenis

budidaya keramba jaring apung di Waduk Sutami dalam satu tahun adalah

senilai 2.299 Kg dengan tingkat produksi tertinggi senilai 11.000 Kg dan tingkat

produksi terendah senilai 600 Kg.

4.5.2. Analisis Residual Rent

Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk menghitung

total nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan

perikanan. Kegiatan perikanan yang dijalankan oleh pembudidaya di Waduk

Sutami adalah budidaya ikan nila keramba jaring apung. Residual rent diartikan

sebagai selisih antara biaya dari faktor produksi budidaya ikan nila keramba

jaring apung yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya waduk

dengan nilai total hasil produksi usaha budidaya tersebut. Residual rent dapat

juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem serta faktor pendapatan guna

memperoleh total nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

Page 114: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

96

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Malang, jumlah total pembudidaya ikan nila di Waduk Sutami

Kecamatan Sumberpucung sebanyak 318 orang. Residual rent yang merupakan

apresiasi dari nilai ekonomi total pemanfaatan Waduk Sutami untuk kepentingan

perikanan budidaya keramba jaring apung diperoleh dengan cara menduga

persamaan residual rent melalui perhitungan regresi sederhana, dengan

meregresikan antara luas lahan dari 40 sampel sebagai variabel bebas dan nilai

residual rent dari 40 sample yang diperoleh di lapang sebagai variabel tidak

bebas. Alasan digunakannya regresi adalah untuk memprediksi / estimasi total

nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung dalam satu tahun dengan

menggunakan jumlah sample 40. Sehingga diperoleh hasil persamaannya,

sebagai berikut :

Setelah diperoleh persamaan residual rent seperti di atas, kemudian

dapat dijumlahkan dengan nilai (X) adalah total luas lahan populasi atau luas

lahan keramba jaring apung dari total pembudidaya sebanyak 318 orang di

Waduk Sutami, Kecamatan Sumberpucung. Luas lahan untuk keramba jaring

apung di Waduk Sutami, Kecamatan Sumberpucung adalah 255.075 m2. Hasil

yang diperoleh untuk nilai residual rent (Y) dalam satu tahun adalah senilai

Rp.3.129.417.684.

Nilai ekonomi dari pemanfaatan Waduk Sutami dalam satu tahun sebagai

media pengelolaan usaha budidaya ikan nila dengan menggunakan teknik

keramba jaring apung apung dapat dilihat pada tabel 34.

Page 115: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

97

Tabel 24. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Sutami untuk Kepentingan Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung per Tahun

No. Komponen Nilai (Rp)

1 Modal Tetap 667,860,500

2 Biaya Tetap 331,619,473

3 Biaya Variabel 567,725,467

4 Residual Rent 3,129,417,684

Sumber : Data Primer (Diolah), 2017

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh produktivitas atau

hasil produksi ikan nila dengan besarnya nilai residual rent. Kegiatan usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung ini layak untuk dikembangkan karena

telah memberikan keuntungan kepada para pembudidaya berupa pendapatan.

Nilai residual rent yang dihasilkan mencerminkan nilai kontribusi sumberdaya

Waduk Sutami terhadap kegiatan usaha budidaya ikan nila keramba jaring

apung. Nilai ekonomi ini penting diketahui, karena melihat usaha budidaya ikan

nila memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kondisi sumberdaya dari

Waduk Sutami. Sehingga nilai residual rent ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan penentuan rekomendasi kebijakan pengelolaan sumberdaya

Waduk Sutami yang optimal.

Nilai dari hasil pemanfaatan sumberdaya yang lebih optimal, yaitu

perlunya peningkatan dalam penggunaan input produksi untuk kegiatan usaha

budidaya ikan nila keramba jaring apung. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

cara meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan nila keramba jaring apung

mengenai teknis produksi usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung. Oleh

karena itu, peran dari Dinas Kelautan dan Perikanan khususnya unit sektor

budidaya diperlukan untuk campur tangan. Semakin optimal tingkat pemanfaatan

sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan usaha budidaya ikan nila keramba

jaring apung, maka akan semakin besar dampak ekonomi yang dihasilkan dari

kegiatan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung yang akan berpengaruh

Page 116: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

98

terhadap perekonomian masyarakat di Waduk Sutami Kecamatan

Sumberpucung.

5.4. Implikasi Nilai Ekonomi Waduk Sutami

Berdasarkan hasil dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keberadaan usaha budidaya ikan nila dengan media keramba jaring

apung di Waduk Sutami memberikan dampak ekonomi terhadap pendapatan

masyarakat lokal serta menimbulkan sumber – sumber pendapatan baru.

Dengan adanya usaha budidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di

Waduk Sutami, mata pencaharian masyarakat tidak lagi terbatas pada petani

sawah. Akibatnya di daerah sekitar Waduk Sutami muncul pusat ekonomi atau

unit usaha yang melibatkan banyak tenaga kerja serta investasi dari

pembudidaya ikan nila itu sendiri. Secara positif menumbuhkan dan menciptakan

lapangan kerja melalui kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa

yang dibutuhkan selama proses pra produksi hingga pasca panen.

Dalam rangka menghasilkan nilai pemanfaatan sumberdaya yang lebih

optimal diperlukan adanya adopsi teknologi untuk kegiatan budidaya. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan pembudidaya

mengenai teknis budidaya ikan nila, seperti konstruksi keramba jaring apung,

pemilihan benih, dan pemberian pakan tambahan. Pada bagian ini, peran serta

pemerintah daerah khususnya unit sektor budidaya menggunakan keramba

jaring apung diperlukan. Semakin optimal tingkat pemanfaatan atau kontribusi

sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan budidaya ikan nila, maka akan

semakin besar dampak ekonomi yang dihasilkan kegiatan budidaya ikan nila

yang akan berpengaruh terhadap perekonomian di Kecamatan Sumberpucung.

Page 117: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan atas permasalahan dalam penelitian

yang telah dijelaskan sebelumnya,, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan

oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Waduk Sutami (Waduk Karangkates) terletak di Desa Karangkates,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Lokasi waduk berada pada Sungai Brantas ± 14 Km di hilir Waduk

Sungguruh dan ± 35 Km dari Kota Malang. Waduk ini mempunyai luas

permukaan 15 Km2 dan kedalaman maksimum 31 meter. Daerah

pengumpulan air pada waduk ini mencakup 2050 Km2. Volume Air yang

bisa di tampung waduk Sutami ini adalah 158.562.000 m3 (tahun 2014),

serta mempunyai ketinggian permukaan 297 meter. Panjang

maksimumnya 100 m dan lebar maksimumnya 400 m. Debit masuk rata

– rata (average inflow) adalah 55,20 m3/det.

2. Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan

Ikan Nila, karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan

terhadap kondisi perairan yang kurang stabil, dan pemasarannya Ikan

Nila memiliki harga yang relatif menguntungkan. Lama pemeliharaan Ikan

Nila adalah 6 – 8 bulan. Budidaya ikan yang dilakukan oleh pembudidaya

ikan di Waduk Sutami biasanya menggunakan keramba jaring apung

dengan ukuran per keramba 10 x 15 m2. Alat dan bahan yang digunakan

dalam pembuatan keramba jaring apung ini di antaranya batu pemberat,

tambang besar, tambang kecil, bambu, hapa, jaring, palu, dan gergaji.

Page 118: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

100

3. Analisis Kelayakan Usaha :

a. Analisis investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya

produksi, penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.

Rata – rata modal tetap investasi pembudidaya ikan nila dengan

media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai

Rp.16.412.817,00, rata – rata modal lancar adalah senilai

Rp.14.338.475,00, rata – rata modal kerja adalah senilai

Rp.22.596.353,00, rata – rata biaya produksi adalah senilai

Rp.22.628.962,00, rata – rata penerimaan adalah senilai

Rp.44.806.875,00, rata – rata R/C adalah senilai 1.87,rata – rata

BEP Sales adalah senilai Rp.12.405.212,00, rata – rata BEP Unit

adalah senilai 639, rata – rata keuntungan adalah senilai

Rp.18.812.565,00, dan rata – rata rentabilitas dari 40 responden

pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di

Waduk Sutami adalah senilai 67%.

b. Analisis investasi jangka panjang meliputi NPV (Net Present

Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio),

IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Rata –

rata nilai NPV dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan

media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai

113.220.308, rata – rata nilai Net B/C adalah senilai 6.90, rata –

rata nilai IRR adalah senilai 106%, dan rata – rata PP (payback

period) dari adalah senilai 1,2.

4. Nilai residual rent diperoleh dengan menghitung total luas lahan seluruh

pembudidaya ikan nila keramba jaring apung, yakni 255.075 m2, maka

nilai pemanfaatan kawasan Waduk Sutami di Kecamatan Sumberpucung

Page 119: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

101

untuk kegiatan budidaya perikanan selama satu tahun adalah senilai

Rp.3.129.417.700,00.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan

sebelumnya, saran dapat disampaikan dalam rangka pengembangan kawasan

budidaya ikan nila menggunakan keramba jaring apung di Waduk Sutami Desa

Karangkates, Kecamatan Sumberpucung guna meningkatkan perekonomian

masyarakat lokal adalah :

1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang khususnya bidang

budidaya diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi

kelompok pembudidaya ikan nila dalam pelaksanaan program

intensifikasi dengan penyerapan teknologi budidaya agar dapat

mempertimbangkan daya dukung dari Waduk Sutami.

2. Pengembangan lembaga ekonomi formal yang dapat membantu

permodalan dan pemasaran produk ikan nila, sehingga dapat

meningkatkan pengelolaan usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi

para pembudidaya ikan nila yang dampaknya dapat dirasakan oleh

masyarakat lokal.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor – faktor

keberhasilan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk

Sutami dengan melihat besarnya daya dukung optimal Waduk Sutami

dari hasil penelitian ini.

Page 120: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

DAFTAR PUSTAKA

Agustono.1996. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Bagi Masyarakat (Studi Kasus di Muara Cimanuk, Indramayu). [Thesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Arie, U. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Jakarta : Penebar Swadaya.

Aksomo, Rudi. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Perikanan dan Wisata Tirta di Kabupaten CIanjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Azmeri. 2008. Pemodelan Trade – Off Pengoperasian Waduk Kaskade Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: Waduk Kaskade Saguling, Cirata, dan Djuanda). [Disertasi]. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Dwi Sofiati, Nuddin Harahab, Pudji Purwanti. (2011). Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Gajah Mungkur Untuk Perikanan Di Kabupaten Wonogiri. Jawa Tengah. sepk.ub.ac.id/berita444.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Effendi, Irzal, dan Oktariza. 2005. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia : Jakarta.

Fandeli, Chafid. 2001. Dasar – dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.

Fauzi, A. 2001. Prinsip – prinsip Penelitian Sosial Ekonomi Panduan Singkat. Bogor : IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. 28 halaman.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gittinger. JP. 1986. Analisis Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press.

Page 121: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

103

Haryani, G.S. (2001). Menuju Pemanfaatan sumber daya Perairan Darat Berkesinambungan : Permasalahan dan Solusinya. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia.

Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT. Grasindo.

Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN : Yogyakarta.

Kadariah, Karlina L, dan Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Kamelia. 2000. Analisis Permintaan Rekreasi di Taman Akuarium Air Tawar. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertahanan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan. Jakarta : Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertahanan Nasional.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. Kep. 45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.15/MEN/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 – 2014. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1997. Peraturan Menteri No. 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Krisanti. 2006. Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Perairan Waduk : Contoh Kasus Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.

Ngamel, Kartika Anna. 2012. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Luat dan Nilai Tambah Tepung Karaginan di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol-2 (1) : 68 – 83.

Nisa, C. 2006. Analisis Ekonomi Usaha budidaya Udang Galah Pada kelompok Tani ”Mitra Gemah Ripah” di Desa SituJaya, Kecamatan Karangpanitan, Kabupaten Garut. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Page 122: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

104

Odum, E.P. 1993. Dasar- dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahyono Samingan. Gadjah mada University PresS. Yogyakarta.

Oka, A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta : Kompas.

Perdana, Ari. 2006. Pola Hubungan Antara Tata Guna Lahan dengan Erosi di Daerah Tangkapan dan Nitrat dalam Waduk Berdasarkan Perhitungan Limpasan Hujan. Tugas Akhir TL – ITB. Bandung.

Perdana, Haris. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertania. Institut Pertanian Bogor.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Clarias sp). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas.

Primyastanto, Mimit, dan Istikharoh, N. 2006. Potensi dan Peluang Bisnis Usaha Unggulan Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Perss : Malang.

Primyastanto, M. 2009. Buku Ajar Evaluasi Proyek Usaha edisi 2009/2010. Laboratorium Terpadu Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Primyastanto, Mimit. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Malang : UB Press.

Riyanto, B. 1995. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE : Yogyakarta.

Rochdianto, A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan , Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan.

Samadi, Budi. 2010. Pembesaran Ikan Dalam Keramba Jaring Apung. Jakarta : Pustaka Mina.

Saparinto, Cahyo. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Bogor : Penebar Swadaya.

Sarono, W. E., dan Asmoro, Widhi. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadaslintang. Undergraduate Thesis. Fakultas Teknik : Universitas Diponegoro.

Siagian, Madju. 2014. Pengelolaan Waduk yang Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Perairan. Riau : Universitas Riau.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus X c. Fuscus). Kelas Benih Sebar. 01-6484.4.

Sugiyono. 2001. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Afabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Afabeta.

Sujarweni, V., dan Poly, Endrayanto. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 123: HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa

105

Supangat, Agus. (2006). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta : Kanisius.

Suyanto. 2003. Pembenihan dengan Pembesaran Nila. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suyanto, R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tjahjono, Primyastanto. 2005. Pemanfaatan Ikan Rucah untuk Pakan pada Usaha Ikan Mas Koki (Carassius auratus) di Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Malang : Jurnal Mitra Akademika Vol. X, No. 2:10 – 15.

Umar, Husein. 2002. Metodologi Penelitian. Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Wijaya, I. 2006. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Jatiluhur Untuk Perikanan dan Wisata Tirta di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Wiratha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : C.V Andi Offset.