HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI...

178
i KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh: SEPTI DWI WAHYUNI E1A011005 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2015

Transcript of HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI...

Page 1: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

i

KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40

TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:

SEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 2: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

ii

LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40

TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Oleh:

SEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan Disahkan

Pada Tanggal Februari 2015

Penguji I/ Penguji II/ Penguji III

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Arief Suryono, S.H., M.H. Sukirman, S.H., M.Hum. H. Suyadi, S.H., M.Hum.

NIP.19580929 198702 1 001 NIP. 19581006 198403 1 001 NIP. 19611010 198703 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Dr. Angkasa, S.H. M.Hum.

NIP. 19640923 198901 1 001

Page 3: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : SEPTI DWI WAHYUNI

NIM : E1A011005

Judul Skripi : KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH

KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN

2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-

UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah benar hasil karya

saya sendiri, tidak menjiplak hasil karya orang lain dan semua sumber data serta

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Apabila dikemudian hari terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan telah saya peroleh.

Purwokerto, Februari 2015

SEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

Page 4: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

iv

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATENPURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-

UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROANTERBATAS

OLEHSEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kajian yuridisPeraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 TentangTanggung Jawab Sosial Perusahaan (Perda TSP) terhadap Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan realisasiPasal 26 Perda TSP yang mengamanatkan pengelola tanggung jawab sosialperusahaan sudah harus terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannyaPerda ini.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridissosiologis berupa gabungan antara metode penelitian yuridis normatif dan yuridissosiologis. Yuridis normatif dalam penelitian hukum ini menggunakanpendekatan taraf sinkronisasi hukum untuk mengkaji Perda TSP terhadap Pasal 74UU PT. Sedangkan yuridis sosiologis dalam penelitian hukum ini digunakanuntuk mengkaji realisasi Pasal 26 Perda TSP yang mengamanatkan pengelolatanggung jawab sosial perusahaan sudah harus terbentuk paling lambat satu tahunsejak diundangkannya Perda ini.

Hasil penelitian tentang kajian yuridis Perda TSP terhadap Pasal 74 UUPT adalah beberapa Pasal dalam Perda TSP yaitu Pasal 1 angka (6), Pasal 1 angka(9) dan Pasal 20 ayat (1) bertentangan dengan Pasal 74 UU PT dan PeraturanPemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial danLingkungan Perseroan Terbatas.

Pasal 26 Perda TSP belum dapat direalisasikan dengan baik karena sampaipenelitian hukum ini dilakukan belum ada koordinator atau leading sektor dalampembentukan tim pengelola TSP, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

a. Kurangnya koordinasi antar instansi/lembaga Pemerintah DaerahKabupaten Purbalingga;

b. Kurangnya kesadaran dikalangan sumber daya manusia diinstansi/lembaga Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga;

c. Kurangnya fungsi pengawasan baik berupa pemantauan maupun evaluasidari Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Purbalingga untuk lebihmendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga untuk segeramembentuk peraturan pelaksana Perda TSP ini.

Kata kunci: Perusahaan, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,Sinkronisasi.

Page 5: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

v

ABSTRACT

JURIDICAL REVIEW OF REGIONAL REGULATION IN THE REGENCYOF PURBALINGGA NUMBER 28 IN 2012 ABOUT THE CORPORATION

SOCIAL RESPONSIBILITY TO THE ARTICLE 74 ORDINANCE NUMBER40 IN 2007 ABOUT THE LIMITED COMPANY

BYSEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

This research aims to find out how is the juridical review about theRegional Regulation in the Regency of Purbalingga Number 28 in 2012 about theCorporation Social Responsibility (Perda TSP) to the Article 74 OrdinanceNumber 40 in 2007 about the Limited Company (UU PT) and Realization of theArticle 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation socialresponsibility have to be established at least one year since establishment of thisRegional Regulation (Perda).

The method of approach in this research uses the sociological juridical bycombining between the method of normative juridical research and sociologicaljuridical. Normative juridical in this law research uses the approach of lawsynchronization level to examine the regional regulation TSP (Perda TSP) to theArticle 74 of Ordinance PT. And the sociological juridical in this law research isused to examine the realization Article 26 Perda TSP that explains thestakeholder of corporate social responsibility that must be established at least oneyear since the establishment of this Perda.

The results of research about the juridical examination Perda TSP to theArticle 74 of Ordinance PT, they are some of articles in Perda TSP that areArticle 1 number (6), Article 1 Number (9) and Article 20 sub article (1) they arecontradiction with the Article 74 Ordinance PT and Government RegulationNumber 47 in 2012 about the Social Responsibility and Limited CompanyEnvironment.

Article 26 Perda TSP can not be realized yet well because until this lawresearch is conducted there does not has the coordinator or leading sector in theestablishment of the stakeholder team TSP, it is caused there are some offactors, that are:

a. Lack of the coordination between the department/regional governmentinstitution in the Regency of Purbalingga;

b. Lack of the awareness in the human resources in the department/regionalgovernment institution in the regency of Purbalingga;

c. Lack of the controlling function such as the observation or evaluationfrom the regional legislative assembly in the regency of Purbalingga toinsist the regional government in the Regency of Purbalingga to establishthe stakeholder regulation of Perda TSP.

Keywords: Corporation, Corporate Social Responsibility, Synchronization.

Page 6: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, setelah melalui proses

yang panjang, suka duka dan jatuh bangun, akhirnya penulisan skripsi dengan

judul: “KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN

PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG

JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-

UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS” telah terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta dan ibunda

tersayang (Bapak Suwarno dan Ibu Sutiyah) yang telah mengasuh, membimbing

dengan penuh kasih sayang, dan mendoakan kemudahan dan kelancaran untuk

kesuksesan penulis. Saudara-saudara penulis yaitu kakak penulis, Andri Setiyono,

A.Md. dan adik penulis Setiya Tri Andini yang selalu memberikan dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materiil, dari berbagai pihak.

Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya atas motivasi, dukungan, kepercayaan dan do’a, baik yang

diberikan secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada:

Page 7: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

vii

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman;

2. Bapak Satrio Saptohadi, S.H., M.H. selaku Ketua Komisi Skripsi Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman;

3. Bapak Agus Mardianto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Univeritas Jenderal Soedirman;

4. Bapak Dr. Arief Suryono, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

yang telah memberikan ilmu, petunjuk, pengarahan, bimbingan, nasihat,

perhatian dan semangat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

penulis selalu tepacu untuk bangkit dan berpikir lebih baik sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Bapak Sukirman, S.H., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah memberikan ilmu, petunjuk, pengarahan, bimbingan, nasihat,

perhatian dan semangat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

penulis selalu terpacu untuk bangkit dan berpikir lebih baik sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Bapak H. Suyadi, S.H., M.Hum. selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan yang membangun dalam rangka

kesempurnaan skripsi ini;

7. Ibu Krisnhoe Kartika Wahyuningsih, S.H., M.Hum, selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, motivasi dan

nasihat kepada penulis selama berproses dari awal di Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman;

Page 8: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

viii

8. Seluruh dosen, staf dan karyawan Civitas Akademika Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman;

9. Kedua orang tua penulis tercinta, (Ibu Sutiyah dan Bapak Suwarno) yang

senantiasa memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayang tanpa

pamrih kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan masa

studi Strata Satu dengan baik dan memperoleh gelar Sarjana Hukum, serta

kepada saudara-saudaraku (Andri Setiyono, A.Md, Setiya Tri Andini dan

Muhammad Fajar, S. IKom) terimakasih atas support, doa dan kasih

sayang kalian kepada penulis;

10. Bapak Imam Solihin, Bapak Kusmartadi, Bapak Mukhlis, Bapak Tavip,

Bapak S.Gundi, Bapak Budi Setyawan, Bapak Tukimin dan Bapak Even

Kurniawan, selaku informan dalam penelitian hukum ini;

11. Teman-teman seperjuangan, Cahaya Setia N.T, S.H., Natalia Dewi, S.H.,

Dewi Indriyani, S.H., Oky Wasrikaningrum, S.H., Sani Cipti Rianti, S.H.,

Yuli Mega, S.H., Nadia Karima, S.H., Satrio Samtha Nugraha, S.H.,

Hendar Padil yang telah berjuang bersama dan akhirnya kita berhasil

memperoleh gelar Sarjana Hukum ini, gais;

12. Teman-teman, sahabat dan keluarga penulis semasa kuliah, Mona Vrunda,

Cahaya Setia N.T, S.H., Ade Wundy Damayanti, Choirunnisa Elvani,

Herlina Dyah P, dan Lusyanawati, terimakasih atas 3,5 (tiga setengah)

tahun yang tak terlupakan ini “geng”, suka dan duka “dunia perkuliahan”

kita lalui bersama “geng”, maafkan saya harus meninggalkan kalian

terlebih dahulu tapi saya ucapkan terimakasih setulus-tulusnya atas

support, do’a, semangat dan “proses” yang kita lalui bersama yang akan

menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis;

Page 9: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

ix

13. Teman-teman PLKH TUN, PLKH Pidana dan PLKH Perdata, Yudhistira

SW, Riana Dewi Muhajalina, Risti Mutiara K, S.H., Linggar Dwi T,

Choirunnisa Elvani, Mona Vrunda N, Cahaya Setia N.T, S.H., Yusuf

Saefudin, S.H., Markham Faried, S.H., Bha’iq Roza R, David Anugrah,

Lusyanawati, Purwo Aji W, Arfian Arifin dan Esnawan Wirayudha yang

telah memberikan keceriaan, support, pengalaman dan pembelajaran

dalam hidup penulis;

14. Teman-teman UKM Justitia English Club, Mira Widhi H, S.H., Hadi

Suaidi, S.H., Arieska Fitriana, S.H., Purika Meyta, S.H., Nur Baiti

Rahman, S.H., Zahra Syahidatia, Golda Florencia, Masayu Novalina,

Wahyu Noviarini, Muliyawati, dsb. atas pengalaman yang berharga dan

ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis;

15. Teman-teman KKN Desa Bogangin Sumpiuh, Denis Calvianto, Namira

Puteri, Ernawati, Silvi Wahyu, Nurul Eva Hanum, Navissatul Darojat,

Rendy Yunanto dan Wildan, terimakasih untuk waktu 35 (tiga puluh lima)

hari yang sangat berkesan dan akan menjadi pengalaman yang tak

terlupakan bagi penulis;

16. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan

2011 khususnya kelas A, terimakasih telah menjadi bagian dalam hidup

saya;

17. Mba Aliscia Francisca Insani Rahesti, S.H., M.H., Ilfi Aprilianingrum,

S.H., dan Mira Widhi Hapsari, S.H. atas bimbingan, masukan, arahan dan

sedikit curhatan selama ini, hehe;

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

Page 10: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

x

Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis,

mendapat balasan dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan

bermanfaat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-

pihak yang berkepentingan. Amin.

Purwokerto, Februari 2015

SEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

Page 11: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Kerangka Teori.............................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13

E. Kegunaan Penelitian...................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Perusahaan

1.1. Sumber Hukum dan Pengertian Perusahaan .......................... 15

1.2. Unsur-Unsur Perusahaan........................................................ 21

1.3. Bentuk-Bentuk Perusahaan .................................................... 23

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility)

2.1. Pengertian dan Konsep Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (Corporate Social Responsibility) ..................... 46

2.2. Keterkaitan Konsep Good Corporate Governence

(GCG) dengan Corporate Social Responsibility (CSR)......... 55

Page 12: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

xii

2.3. Jenis Perusahaan yang Wajib Melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 Tentang Perseroan Terbatas .......................................... 59

2.4. Pelaksanaan, Bentuk Aktivitas dan Manfaat

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan............................... 63

3. Teori Stufenbau (Stufenbau Theory) ............................................. 69

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ....................................................................... 73

B. Spesifikasi Penelitian .................................................................... 74

C. Lokasi Penelitian........................................................................... 75

D. Sumber Data.................................................................................. 76

E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 80

F. Metode Penentuan Informan......................................................... 82

G. Metode Penyajian Data ................................................................. 83

H. Metode Analisis Data.................................................................... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2007

Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan........................... 85

2. Realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang mengamanatkan Pengelola Tanggung

Page 13: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

xiii

Jawab Sosial Perusahaan sudah harus terbentuk paling

lambat satu tahun sejak diundangkannya

Peraturan Daerah ini ................................................................. 100

B. PEMBAHASAN

1. Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun

2007 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan........... 115

2. Realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan yang mengamanatkan

Pengelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

sudah harus terbentuk paling lambat satu

tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini ........... 140

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 158

B. Saran ................................................................................................ 159

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

xiv

KAJIAN YURIDIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP PASAL 74 UNDANG-UNDANG NOMOR 40

TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI

Oleh:

SEPTI DWI WAHYUNI

E1A011005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 15: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan sektor utama yang mendukung roda

perekonomian suatu negara. Perusahaan sebagai unit bisnis, yang di

dalamnya adalah kelompok orang yang memiliki tujuan sama dan

berusaha mencapai tujuan tersebut secara bersama. Orientasi perusahaan

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para pemilik (shareholder)

dan kreditur.1 Pada dasarnya suatu perusahaan dalam menjalankan

aktivitas usahanya untuk memperoleh keuntungan ekonomi semaksimal

mungkin dan mencegah atau menekan kerugian seminimal mungkin.

Keberadaan suatu perusahaan idealnya bermanfaat untuk

masyarakat sekitar. Perusahaan dalam hal ini sebagai entitas ekonomi yang

bertanggung jawab bukan hanya kepada para shareholder tetapi juga

kepada stakeholder. Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan hendaknya

tidak hanya bermanfaat bagi para pemilik modal saja namun juga bagi

masyarakat sekitar perusahaan. Jika hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat tidak harmonis, bisa dipastikan akan timbul berbagai masalah

yang dapat menghambat operasional perusahaan.

Perusahaan merupakan keluarga besar yang memiliki tujuan dantarget yang hendak dicapai, yang berada di tengah lingkunganmasyarakat yang lebih besar (community). Sebagai wargamasyarakat, perusahaan membutuhkan apresiasi dan interaksi

1 Nor Hadi, Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hal. 25.

Page 16: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

2

anggota masyarakat dalam setiap aktivitasnya. Dengan demikian,perusahaan merupakan sub sistem dari sistem siklus hidupbermasyarakat, sehingga membutuhkan keteraturan pola interaksidengan sub sistem yang lain.2

Harus diakui bahwa perusahaan mempunyai peranan yang penting

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai bagian dari

kontribusi positifnya. Penciptaan lapangan pekerjaan, tersedianya produk

barang dan/atau jasa dalam masyarakat, pembayaran pajak yang memberi

pendapatan bagi negara merupakan kontribusi positif yang dirasakan

sangat besar manfaatnya. Di sisi lain, aktivitas perusahaan khususnya yang

bergerak di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam telah

menyebabkan terjadinya berbagai masalah pada lingkungan dan terjadi

kesenjangan terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Hal ini

diperparah dengan tidak terpenuhinya tuntutan masyarakat terkait

permasalahan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang

dikatakan Nor Hadi:

Dalam perspektif lain, eksisensi perusahaan juga memunculkanberbagai dampak negatif, di samping juga memberikankemanfaatan bagi stakeholder, seperti: membuka lapangan kerja,membayar pajak, dan sejenisnya. Dampak negatif (negativeexternalities) perusahaan memunculkan degradasi lingkungan(pencemaran, tindakan kesewenangan, produk makanan haram,polusi udara, radiasi, peningkatan penyebaran virus, dansejenisnya), yang berakhir pada munculnya masalah sosial danpolitik. Untuk itu, perusahaan tidak boleh mengembangkan dirisendiri dengan tidak memperhatikan lingkungan.3

Akhir-akhir ini, banyak kasus yang muncul ke permukaan

berkaitan dengan ketidakpuasan publik, entah mengenai isu kerusakan

2 Ibid, hal. 32.3 Ibid, hal. 20.

Page 17: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

3

lingkungan baik berupa eksploitasi besar-besaran terhadap energi dan

sumber daya alam ataupun isu sosial yang marak diperbincangkan. Hal

tersebut mendorong perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk

mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan

dengan memunculkan pandangan baru akan pentingnya melaksanakan apa

yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

disebut CSR.

Suhandari dalam Hendrik Budi Untung berpendapat bahwaCorporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan ataudunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomiyang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosialperusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antaraperhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.4

Menurut Bintono Ndapdap:

Secara umum CSR dibagi menjadi dua bagian yaitu kedalamperusahaan itu sendiri (internal) contohnya terhadap karyawan dankeluar lingkungan perusahaan (eksternal), contohnya tersedialapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat danpemeliharaan lingkungan untuk generasi yang akan datang.5

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin

rumit dalam dekade terakhir ini telah menempatkan CSR sebagai suatu

konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru

dalam pemberdayaan masyarakat miskin.6 Dalam hal ini, Hendrik Budi

Untung yang berpendapat:

Tujuan CSR adalah untuk pemberdayaan masyarakat, bukanmemperdayai masyarakat. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikanmasyarakat mandiri, kalau berbicara tentang Corporate SocialResponsibility, terdapat banyak definisi. Kata sosial sering

4 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,hal. 1.

5 Bintono Ndapdap, Hukum Perseroan Terbatas, Permata Aksara, Jakarta, 2012, hal.138.

6 Loc cit.

Page 18: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

4

diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal CSR terkaitdengan sustainability dan acceptability, artinya diterima danberkelanjutan untuk berusaha di suatu tempat.7

Baru-baru ini kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan

hidup sebagai salah satu upaya dalam pembangunan berkelanjutan sudah

mulai berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan dituangkannya CSR

kedalam peraturan perundangan yang diantaranya diatur dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang

selanjutnya disebut UU PM dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UU PT. Dengan

adanya legitimasi CSR kedalam UU PM dan UU PT membawa

konsekuensi bahwa saat ini CSR tidak lagi bersifat sukarela (voluntary)

melainkan berupa kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau

menerapkannya (mandatory). Akan tetapi, CSR dalam kedua ketentuan

Undang-Undang tersebut membuat takut sejumlah kalangan pengusaha

terutama dari pelaku usaha lokal. Pro dan kontra terhadap ketentuan

tersebut masih tetap berlanjut sampai sekarang.

Pasal 1 angka (1) UU PM menyebutkan bahwa “Penanaman modal

adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal

dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di

wilayah Negara Republik Indonesia”. Tujuan dikeluarkannya UU PM

adalah untuk memberikan kepastian hukum, transparansi dan tidak

membeda-bedakan serta memberikan perlakuan yang sama kepada para

7 Hendrik Budi Untung, Op Cit, hal. 9.

Page 19: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

5

penanam modal baik penanam modal dalam dan luar negeri. Dalam UU

PM, kewajiban untuk melaksanakan CSR diatur dalam Pasal 15 huruf b

yang mengamanatkan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Dalam penjelasan Pasal

ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial

perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada perusahaan

penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,

seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat. Oleh karena itu, apabila kewajiban tersebut tidak

dilaksanakan maka dapat diberikan sanksi administrasi mulai dari

peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, hingga

pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34

ayat 1 UU PM ). CSR dalam UU PM diartikan dengan istilah Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disebut TSP.

UU PT mengatur khusus CSR dalam Pasal 74 ayat (1) s/d ayat (4)

dengan menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

yang selanjutnya disebut TJSL. Pasal 74 UU PT menyebutkan:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atauberkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan TanggungJawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dandiperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannyadilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial danLingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Page 20: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

6

Berdasarkan Pasal 74 UU PT, pelaksanaan TJSL merupakan

kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh setiap perseroan terbatas

yang menjalankan kegiatannya di bidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam, walaupun dari segi ekonomis dianggap tidak

menguntungkan, namun jika dilakukan dengan benar, efektif dan

terstruktur serta bersifat jangka panjang maka bukan hal yang mustahil

apabila kegiatan TJSL ini justru memberikan keuntungan ekonomis bagi

perseroan. Perusahaan dapat membentuk citra (image) perusahaan yang

positif dan hal ini sangat penting bagi kepentingan ekonomis perusahaan

seperti untuk pemasaran produk dan juga untuk mendapatkan kepercayaan

dari para investor.8

Apabila melihat UU PM dan UU PT, urusan CSR merupakan

domain pemerintah pusat yang termuat dalam Undang-Undang. Secara

teoritis, Pemerintah Daerah Provinsi dan/atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota mempunyai prioritas kewenangan untuk membentuk

Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dalam

rangka mensinergikan program CSR agar tercipta kepastian hukum

terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di daerah. Kabupaten

Purbalingga sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa

Tengah, telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang

selanjutnya disebut Perda TSP sebagai wujud sinergi Pemerintah Daerah

Kabupaten Purbalingga dalam melaksanakan program CSR. Purbalingga

8 Ibid, hal. 140.

Page 21: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

7

dikenal sebagai Kabupaten yang pro akan investasi, dikarenakan terdapat

ratusan perusahaan yang didirikan di wilayah Kabupaten Purbalingga baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing. Dengan

disahkannya Perda TSP, diharapkan akan membawa kepastian hukum dan

tercipta kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang berada di

sekitar perusahaan, namun dalam prakteknya masih terdapat berbagai

pemahaman yang keliru baik dari pihak-pihak yang terlibat dalam

pembentukan peraturan daerah itu sendiri maupun dari kalangan eksekutif

di Kabupaten Purbalingga untuk melaksanakan Perda tersebut.

Kebanyakan dari mereka masih menganggap bahwa CSR bukanlah suatu

kewajiban (mandatory) akan tetapi hanya bersifat sukarela (voluntary)

semata.

Dasar hukum Perda TSP mengacu pada UU PM dan UU PT,

namun penulis lebih tertarik hanya mengkaji Perda TSP dari segi UU PT.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penulisan hukum dengan judul “Kajian Yuridis Peraturan Daerah

Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Pasal 74 Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka dapat

ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

Page 22: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

8

1. Bagaimana penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan?

2. Bagaimana realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

yang mengamanatkan Pengelola TSP sudah harus terbentuk paling

lambat satu tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini?

C. Kerangka Teori

Perusahaan merupakan salah satu sendi kehidupan dalam

masyarakat modern, karena perusahaan dalam hal ini sebagai salah satu

pusat pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Selain itu, perusahaan juga

sebagai salah satu sumber pendapatan negara baik melalui pajak maupun

penyerapan tenaga kerja. Dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan adalah

setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang

perekonomian secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-terangan

dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba yang dibuktikan

dengan adanya pembukuan.

Saat ini, masyarakat tidak hanya semata-mata membeli produk dari

suatu perusahaan namun mereka juga ingin mengetahui manfaat apa saja

yang diberikan perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal inilah

yang memicu perusahaan untuk melaksanakan CSR sebagai bentuk

Page 23: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

9

kepedulian terhadap shareholder dan stakeholder nya. Social

responsibility muncul dari tuntutan stakeholders, sebagai akibat dari hak

yang dimiliki masyarakat terganggu oleh eksistensi perusahaan. Ada

beberapa definisi tentang CSR, yang pada dasarnya merupakan etika dan

tindakan untuk turut berperan dalam keberlanjutan ekonomi, sosial dan

lingkungan perusahaan.

Banyak perusahaan yang mulai menyadari bahwa menerapkan

konsep CSR merupakan investasi yang baik bagi perkembangan dan

kelangsungan bisnis mereka. Mengingat aktivitas CSR di era globalisasi

ini dianggap sebagai rujukan untuk menilai keberlangsungan suatu

perusahaan di kalangan investor. Pendukung konsep CSR memberi

argumentasi bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban terhadap

masyarakat selain untuk mencari keuntungan.

Corporate social responsibility dapat dipahami sebagai komitmen

dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan

berkontribusi dalam peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan

kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan

komunitas secara lebih luas. Dalam perkembangannya CSR tak lepas dari

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development).

Sistem dan cara dalam pelaksanaan CSR bisa saja berbeda antara

satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya, tergantung dari nilai-

nilai yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan tersebut, yang

paling penting adalah komitmen untuk melaksanakan CSR harus ada pada

manajemen puncak sehingga pelaksanaaanya dapat dilakukan secara

Page 24: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

10

konsisten dan terus-menerus dan pada akhirnya akan terjadi perbaikan-

perbaikan dan meningkatnya pelaksanaan CSR tersebut.

Konsep CSR mulai diperkenalkan pada tahun 1953 dengan

diterbitkan buku yang bertajuk “Social Responsibilities of the

Businessman” oleh Howard R. Bowen yang kemudian dikenal sebagai

Bapak CSR. Corporate Social Responsibility merupakan isu sosial yang

ramai dibicarakan di kalangan pelaku bisnis dan perusahaan. CSR sendiri

mulai ramai diperbincangkan pada tahun 1977 ketika terbit buku yang

berjudul Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line of Twentieth

Century Business, karya John Elkington. Dalam hal ini Elkington

menuliskan bahwa Business is sustainable when it lives up to the “triple

bottom line” of economic prosperity, environmental quality and social

justice. Elkington mengembangkan teori triple bottom line dalam istilah

economic prosperity, environmental quality and social justice. Teori ini

menegaskan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan

kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan

“3P” (People, Profit, and Planet). Maksudnya di sini adalah, bahwa selain

mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan

terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut

berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Dengan demikian maka perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung

jawab yang semata-mata hanya berpijak pada single bottom line, yaitu

aspek ekonomi yang direfleksikan dengan kondisi keuangan saja, namun

Page 25: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

11

juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Berdasarkan

teori Triple Bottom Line ini, maka program tanggung jawab sosial dan

lingkungan menjadi penting untuk diterapkan oleh perusahaan karena

keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan. 9

Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang diundangkan pada Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, sebagai pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Pada dasarnya TJSL

merupakan suatu kebutuhan yang cukup mendesak bagi kalangan

pengusaha sebagai pelaku usaha dan pemerintah sebagai pihak regulator di

bidang usaha, sehingga Undang-Undang perseroan terbatas yang

sebelumnya berlaku dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan

dunia usaha yang semakin modern. Sementara itu, dengan diaturnya TJSL

dalam Pasal 74 UU PT menimbulkan pro dan kontra di kalangan

masyarakat khususnya para pengusaha.

Selama ini TJSL dilakukan dengan dua model pelaksanaan yaitu

dilakukan berdasarkan prinsip voluntary (sukarela) dan prinsip mandatory

(wajib). Mengingat Indonesia telah merumuskan TJSL kedalam suatu

regulasi yakni dalam Pasal 74 UU PT, maka dapat dikatakan bahwa

prinsip pelaksanaan TJSL bagi perusahaan yang berbentuk perseroan

terbatas di Indonesia adalah bersifat mandatory.

9 John Elkington, Book Reviews of Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line of 21stCentury Business, 1997, tersedia di website : http://www.springerlink.com/business-andeconomicsdiakses pada tanggal 8 Desember 2014.

Page 26: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

12

Pelaksanaan TJSL di Indonesia tidak hanya dimuat dalam UU PT

akan tetapi termuat dalam peraturan perundang-undangan yang lain yang

diharapkan mampu mendukung pelaksanaan TJSL. Adanya peraturan

perundang-undangan yang membahas TJSL di tingkat nasional, memang

harus dibarengi dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang TJSL di tingkat daerah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah

Kabupaten Purbalingga telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 28

Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia didasarkan

pada suatu jenjang yang membentuk suatu tingkatan atau hierarki. Di

mana peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi menjadi dasar dan

sumber bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah serta

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus bersumber,

berdasar dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Agaknya hal semacam ini didasarkan pada

stufenbau teori yang dikemukakan oleh Hans Kelsen. Stufenbau teori yang

dikemukakan oleh Hans Kelsen disempurnakan oleh muridnya yang

bernama Hans Nawiasky. Teori Nawiasky disebut dengan theorie von

stufenufbau der rechtsordnung. Menurut Hans Nawiansky, norma hukum

dalam suatu negara juga berjenjang dan bertingkat.

Attamimi menunjukkan hierarki peraturan perundang-undangan di

Indonesia yang ada dalam Pasal 7 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) UU Nomor

12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Page 27: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

13

yang dikaitkan dengan stufenbau teori Kelsen-Nawiasky, adalah sebagai

berikut:10

1) Staatsfundamentalnorm atau grundnorm adalah Pancasila

(Pembukaan UUD 1945);

2) Staatsgrundgesetz adalah Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR;

3) Formell gesetz adalah Undang-Undang;

4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari

Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Gubernur, Bupati atau

Walikota serta Kepala Desa atau yang setingkat.

Perundang-undangan suatu negara merupakan suatu sistem yang

tidak menghendaki atau membenarkan atau membiarkan adanya

pertentangan atau konflik di dalamnya. Apabila terdapat suatu konflik

hukum maka diselesaikan dengan asas preferensi hukum, yaitu:

1. lex superior derogat legi inferiori;

2. lex specialis derogat legi generali;

3. lex posteriori derogat legi priori.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan.

10 Iliyas, Teori Hans Kelsen/Hans Nawiasky di Kaitkan dengan Pasal 7 Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011, tersedia di website http://ghafais.blogspot.com/2012/01/teori-hans-kalsenhans-nawiaski-di.html diakses pada tanggal 8 Desember 2014.

Page 28: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

14

2. Untuk mengetahui realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang mengamanatkan Pengelola TSP sudah harus

terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannya Peraturan

Daerah ini.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu

hukum, khususnya yang berkaitan dengan hukum perusahaan

mengenai corporate social responsibility serta dapat menambah bahan

kepustakaan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

masukan dan/atau tambahan pengetahuan yang berguna bagi pihak-

pihak yang berkepentingan mengenai perusahaan khususnya corporate

social responsibility.

Page 29: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perusahaan

1.1. Sumber Hukum dan Pengertian Perusahaan

Sumber utama hukum perusahaan adalah Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (Staatsblad 1847-23) yang selanjutnya di

sebut KUHD. KUHD diumumkan dengan publikasi pada tanggal 30

April 1847, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Berdasarkan

ketentuan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata juga menjadi sumber

hukum bagi perusahaan. Dengan demikian terhadap dua ketentuan

tersebut berlaku asas lex specialis derogat legi generalis, dalam hal ini

KUHD berkedudukan sebagai hukum khusus (lex specialis) dan

KUHPerdata berkedudukan sebagai hukum umum (lex generalis)

sehingga ketentuan dalam KUHPerdata menjadi tidak berlaku apabila

sudah diatur dalam KUHD.

Walaupun KUHD merupakan turunan dari Wetboek van

Koophandel dan KUHPerdata merupakan turunan dari Burgerlijk

Wetboek, keduanya masih tetap berlaku di Indonesia berdasar Pasal I

Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 amandemen ke-4 yang menyebutkan setiap peraturan

perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum

Page 30: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

16

diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini, dan juga

berdasarkan asas konkordansi yang tercantum dalam Pasal 163 I.S Jo.

Pasal 131 I.S. Oleh karena itu KUHD dan KUHPerdata merupakan

perangkat hukum dari negeri Belanda yang sampai saat ini masih tetap

berlaku di Indonesia dan telah disesuaikan dengan keadaan-keadaan

yang ada.

Di sisi lain, hukum perusahaan juga diatur dalam beberapa

perundang-undangan di luar KUHD dan KUHPerdata sesuai dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat dan perusahaan. Dalam praktek

perusahaan, kebiasaan merupakan sumber hukum yang diikuti oleh

para pengusaha. Dalam Undang-Undang tidak semua hal mengenai

perusahaan diatur secara lengkap. Jika tidak ada pengaturannya,

kebiasaan yang berlaku dikalangan pengusaha mengenai perbuatan

perusahaan tertentu diikuti guna mencapai tujuan yang telah

disepakati.11

Istilah perusahaan pada awalnya tidak diatur dalam KUHD,

akan tetapi dalam KUHD dikenal istilah pedagang yang diatur dalam

bab kesatu yang berkepala “Tentang Pedagang-Pedagang dan Tentang

Perbuatan Dagang” yang terdiri dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 5

KUHD.

Ketentuan Pasal 2 KUHD menyebutkan bahwa pedagang ialah

mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaan

11 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2010, hal. 1-3.

Page 31: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

17

sehari-hari. Selanjutnya, mengenai perbuatan perniagaan diperjelas

dalam ketentuan Pasal 3 KUHD yang menyatakan bahwa perbuatan

perniagaan adalah perbuatan pembelian barang-barang untuk di jual

kembali. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 KUHD ini, H.M.N

Purwosutjipto berpendapat bahwa: 12

a. Perbuatan perniagaan hanya perbuatan pembelian saja,

sedangkan perbuatan penjualan tidak termasuk di dalamnya,

karena penjualan adalah tujuan pembelian;

b. Pengertian barang di sini berarti barang bergerak, tidak

termasuk di dalamnya barang tetap.

Rumusan Pasal 4 KUHD menyebutkan bahwa perbuatan

perniagaan yaitu perbuatan-perbuatan mengenai:

1. Perusahaan Komisi;

2. Perniagaan wesel dan surat-surat berharga;

3. Pedagang, banker, kasir, makelar dan yang sejenis;

4. Pembangunan, perbaikan dan perlengkapan kapal untuk

berlayar dilaut;

5. Ekspedisi dan pengangkutan barang-barang;

6. Jual beli perlengkapan dan keperluan kapal;

7. Masalah carter mencarter kapal;

8. Mempekerjakan nahkoda dan awak kapal;

9. Makelar laut dan pembantu-pembantu pengusaha;

12 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1: PengetahuanDasar Hukum Dagang, Jakarta, Djambatan, 1995, hal. 10.

Page 32: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

18

10.Perusahaan asuransi.

Apabila mengacu pada pendapat Purwosutjipto terhadap Pasal

3, maka ketentuan Pasal 4 ayat (6) mengenai jual beli perlengkapan

dan keperluan kapal terlihat bertentangan. Dalam ketentuan Pasal 4

ayat (6) menyebutkan bahwa jual beli perlengkapan dan keperluan

kapal digolongkan sebagai perbuatan perniagaan sedangkan

Purwosutjipto menganggap bahwa perbuatan perniagaan sebagai

perbuatan pembelian saja, sedangkan perbuatan penjualan tidak

termasuk di dalamnya karena penjualan adalah tujuan pembelian.

Selanjutnya Pasal 5 KUHD menyebutkan bahwa perbuatan-

perbuatan yang timbul dari kewajiban-kewajiban menjalankan kapal

untuk melayari laut, kewajiban-kewajiban mengenai tubrukan kapal,

menolong dan menyimpan barang-barang di laut yang berasal dari

kapal karam/terdampar. Begitu pula penemuan-penemuan barang di

laut semuanya termasuk dalam golongan perbuatan perniagaan.

Ketentuan Pasal 5 KUHD ini hanya menambahkan kegiatan-kegiatan

yang termasuk perbuatan perniagaan khususnya dilaut.

Dalam perkembangannya ketentuan Pasal 2 s/d Pasal 5 KUHD

dianggap mempunyai banyak kelemahan karena dipandang tidak dapat

memenuhi perkembangan dunia perdagangan, sehingga berdasarkan

Staatblad 1938-276 yang berlaku mulai 17 Juli 1938 maka Bab Kesatu

yang berkepala Tentang Pedagang dan Perbuatan Dagang telah

Page 33: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

19

dihapus. Farida Hasyim berpendapat bahwa alasan penghapusan pasal

tersebut adalah : 13

1. Pengertian barang tidak hanya barang bergerak, tetapi juga

barang yang tidak bergerak sebagai objek perdagangan;

2. Pengertian menjual termasuk perbuatan perniagaan (dagang);

3. Apabila timbul perselisihan antara pedagang dengan bukan

pedagang sulit untuk menentukan hukum apa yang berlaku.

Dihapusnya Pasal 2 s/d Pasal 5 KUHD membawa konsekuensi

yuridis dengan lahirnya istilah perusahaan dalam KUHD sebagai

pengganti istilah pedagang. Chidir Ali berpendapat bahwa dengan

perubahan tersebut dicantumkan istilah baru yaitu perusahaan (bedrijf;

ondenting), di mana pengertian perusahaan jauh lebih luas dari

pengertian pedagang berdasar undang-undang lama.14 Hal ini dapat

ditemukan dalam Pasal 6, 16, dan 36 KUHD, tetapi KUHD tidak

memberikan pengertian secara jelas mengenai istilah perusahaan itu

sendiri. Dalam hal ini perusahaan merupakan salah satu pengertian

ekonomis yang termasuk ke dalam lapangan hukum perdata khususnya

hukum dagang.

Istilah perusahaan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam

KUHD. Hal ini sengaja dilakukan oleh pembentuk undang-undang,

agar pengertian perusahaan bisa berkembang sendiri sesuai

perkembangan dunia usaha, kebutuhan masyarakat dan kemajuan di

13 Farida Hasyim, 2009, Hukum Dagang, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 94-95.14 Chidir Ali, Badan Hukum, PT Alumni, Bandung, 2011, hal. 102.

Page 34: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

20

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun demikian, beberapa

ahli hukum sudah memberikan beberapa pengertian perusahaan.

Dalam penjelasan pembentuk undang-undang yang pada waktu

itu membacakan Memorie van Toelichting (MvT) rencana undang-

undang Wetboek van Koophandel (WvK) di muka parlemen

mengemukakan sebagai berikut: “Perusahaan adalah keseluruhan

perbuatan yang dilakukan, secara tidak terputus-putus, terang-terangan,

dalam kedudukan tertentu untuk mencari laba.”15

Menurut Molengraaff dalam Abdulkadir Muhammad

berpendapat bahwa pengertian perusahaan adalah keseluruhan

perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar,

untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau

menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan. 16

Senada dengan Molengraaff adalah pendapat yang

dikemukakan oleh Polak dalam Abdulkadir Muhammad yang

berpendapat bahwa baru dapat dikatakan ada perusahaan apabila

diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat diperkirakan dan

dicatat dalam pembukuan.17 Unsur pembukuan dalam pengertian

perusahaan menurut Polak merupakan unsur yang wajib adanya, hal ini

sesuai dengan Pasal 6 KUHD yang sekarang telah diganti dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

15 Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 14.16 Abdulkadir Muhammad, op cit, hal. 7.17 Loc cit.

Page 35: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

21

Untuk pertama kalinya istilah perusahaan dirumuskan secara

normatif ke dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan yang berbunyi:

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankansetiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dandidirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negaraIndonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan ataulaba.

Selain itu, pengertian perusahaan diatur juga ke dalam Pasal 1

angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen

Perusahaan yang berbunyi:

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukankegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperolehkeuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan olehorang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badanhukum atau bukan badan hukum, yang didirikan danberkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Menurut Abdulkadir Muhammad, perusahaan adalah setiap

badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian

secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-terangan dengan

tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan

catatan (pembukuan).18

1.2. Unsur-Unsur Perusahaan

Menurut Molengraaff perusahaan adalah keseluruhan

perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar,

untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau

menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.

18 Ibid, hal. 13.

Page 36: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

22

Berdasarkan pengertian tersebut, Farida Hasyim berpendapat bahwa

suatu perusahaan harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 19

a. Terus menerus atau tidak terputus-putus;

b. Secara terang-terangan;

c. Dalam kualitas tertentu;

d. Menyerahkan barang-barang;

e. Mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan;

f. Bermaksud memperoleh laba.

Pendapat lain dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad yang

menginventarisasi unsur-unsur perusahaan sebagai berikut: 20

a. Badan usaha

Badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang

perekonomian mempunyai bentuk hukum tertentu, seperti

perusahaan dagang (PD), persekutuan firma (Fa), persekutuan

komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), perusahaan umum

(Perum), perusahaan perseroan (Persero), yayasan dan

koperasi. Hal ini dapat diketahui melalui akta pendirian

perusahaan yang dibuat di hadapan notaris.

b. Kegiatan dalam bidang perekonomian

Kegiatan ini meliputi bidang perindustrian, perdagangan,

perjasaan, dan pembiayaan.

19 Farida Hasyim, op cit, hal. 91-92.20 Abdulkadir Muhammad, op cit, hal. 10-13.

Page 37: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

23

c. Terus-menerus

Kegiatan dilakukan secara terus-menerus artinya, kegiatan

tersebut sebagai mata pencaharian, tidak insidentil, dan bukan

pekerjaan sambilan.

d. Bersifat tetap

Bersifat tetap artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti

dalam waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu lama. Jangka

waktu tersebut ditentukan dalam akta pendirian perusahaan

atau surat izin usaha.

e. Terang-terangan

Terang-terangan artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh

umum, bebas berhubungan dengan pihak lain, serta diakui dan

dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.

f. Keuntungan dan atau laba

Kegiatan perusahaan yang dijalankan dengan menggunakan

sejumlah modal dengan tujuan utamanya yaitu memperoleh

keuntungan dan/atau laba.

g. Pembukuan

Pembukuan merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban

yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.

1.3. Bentuk-Bentuk Perusahaan

Bentuk-bentuk perusahaan di Indonesia begitu beragam.

Sebagian besar dari bentuk-bentuk perusahaan tersebut merupakan

Page 38: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

24

peninggalan zaman penjajahan (Pemerintah Belanda), beberapa

diantaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa

Indonesia, tetapi masih ada juga yang tetap mempergunakan nama

aslinya. Nama-nama yang sampai saat ini masih terus digunakan dan

belum berubah misalnya, Burgelijk Maatschap/Maatschap,

Vennootschap onder Firma atau Firma (Fa), dan Commanditaire

Vennootschap (CV). Selain itu, ada pula yang sudah di Indonesiakan

seperti Perseroan Terbatas atau PT, yang sebenarnya berasal dari

Naamloze Vennootschap (NV).

Abdulkadir Muhammad membuat klasifikasi perusahaan yaitu

apabila dilihat dari jumlah pemiliknya, terdiri dari perusahaan

perseorangan dan perusahaan persekutuan. Perusahaan perseorangan

adalah perusahaan yang dimilki oleh seorang pengusaha saja.

Perusahaan persekutuan adalah perusahaan yang dimiliki oleh

beberapa orang pengusaha yang bekerjasama dalam satu persekutuan

(maatschap, paetnership). Dilihat dari status pemiliknya, perusahaan

diklasifikasikan menjadi perusahaan swasta dan perusahaan negara.

Perusahaan swasta yaitu perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh

pengusaha swasta, sedangkan perusahaan negara adalah perusahaan

yang didirikan dan dimiliki oleh negara, yang lazim disebut Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). Dilihat dari bentuk hukum, perusahaan

diklasifikasikan menjadi perusahaan badan hukum dan perusahaan

bukan badan hukum. Perusahaan badan hukum selalu berupa

Page 39: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

25

persekutuan sedangkan perusahaan bukan badan hukum dapat berupa

perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan.21

Subyek hukum menurut C.S.T. Kansil dan Chistine S.T. Kansil

ialah siapa yang dapat mempunyai hak dan cakap untuk bertindak

dalam hukum atau dengan kata lain siapa yang cakap menurut hukum

untuk bertindak.22 Dengan kondisi yang berkembang di masyarakat

dewasa ini, subyek hukum tidak hanya terbatas pada orang saja, tetapi

ada hal lain yang disebut sebagai badan hukum (rechts persoon).

Badan hukum (recht person) diartikan sebagai orang (person) yang

diciptakan oleh hukum yang di pandang sebagai subyek hukum yang

memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam melakukan

perbuatan hukum layaknya manusia.23 Abdulkadir Muhammad dalam

Rr. Dijan Widijowati menjelaskan

Subyek hukum adalah orang yaitu pendukung hak dankewajiban. Orang dalam pengertian hukum dapat terdiri darimanusia pribadi dan badan hukum. Manusia pribadi adalahsubyek hukum dalam arti biologis sebagai makhluk sosial,sedangkan badan hukum adalah subyek hukum dalam artiyuridis sebagai gejala dalam kehidupan bermasyarakat yangmerupakan badan ciptaan manusia berdasarkan hukum,memiliki hak dan kewajiban seperti manusia pribadi.24

Jimly Asshiddiqie dalam Rr. Dijan Widijowati berpendapat

bahwa persyaratan-persyaratan badan, perkumpulan, atau suatu

perikatan hukum supaya dapat dikatakan badan hukum adalah:

21 Abdulkadir Muhammad, op cit, hal. 55.22 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok – pokok Bahan Hukum, Harapan,

Jakarta, 2002, hal.1.23 Rr. Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Andi Offset, Yogyakarta, 2012, hal. 22.24 Ibid, hal. 13-14.

Page 40: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

26

1. Memiliki harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek

hukum yang lain;

2. Memiliki tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan;

3. Memiliki kepentingan sendiri dalam lalu-lintas hukum

4. Memiliki organisasi kepengurusan yang bersifat teratur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

peraturan internalnya sendiri;

5. Terdaftar sebagai badan hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pendapat lain dikemukakan oleh H.M.N. Purwosutjipto yang

menjelaskan bahwa suatu badan dapat dikategorikan sebagai badan

hukum, apabila memenuhi persyaratan material dan persyaratan

formal sebagai berikut:

1. Persyaratan material badan hukum meliputi:

a. Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu yang

terpisah dengan kekayaan pribadi para sekutu atau pendiri

badan itu;

b. Adanya kepentingan yang menjadi tujuan bersama;

c. Adanya beberapa orang sebagai pengurus badan hukum.

Page 41: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

27

2. Persyaratan formal badan hukum yang meliputi pengakuan

dari negara yang mengakui sebagai badan hukum.25

Perbedaan antara “orang” (natuurlijk persoon) dan “badan

hukum” (rechts persoon) terletak pada beberapa hak yang dimiliki

orang yang tidak dimiliki badan hukum seperti hak untuk mewaris,

menikah, mempunyai dan mengakui anak, membuat wasiat dan lain-

lain. Sebagai konsekuensinya, badan hukum memiliki pertanggung

jawaban sendiri (eigen aansprakelijkheid) yakni dapat melakukan

perbuatan hukum, menuntut dan di tuntut di muka pengadilan dan

memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari hak dan kewajiban para

pengurus, anggota atau pendirinya.

Berdasarkan pembedaan bentuk-bentuk perusahaan menurut

Abdulkadir Muhammad, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan

badan hukum dan bukan badan hukum. Perbedaan antara perusahaan

yang berbentuk badan hukum dan bukan badan hukum terletak pada

bentuk tanggung jawabnya. Di mana perusahaan yang bukan badan

hukum anggota-anggotanya bertanggung jawab penuh secara

tanggung renteng dengan seluruh harta bendanya, contohnya adalah

perusahaan perseorangan, dan perusahaan persekutuan yang terdiri

dari persekutuan perdata, persekutuan firma dan persekutuan

komanditer. Sedangkan perusahaan badan hukum, anggota-

anggotanya tidak bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh

25 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang I: Pengetahuan DasarHukum Dagang (Cetakan Ke-12), Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 63.

Page 42: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

28

harta kekayaannya. Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang

berbentuk badan hukum, diantaranya Koperasi, Yayasan dan

Perseroan Terbatas.

a. Koperasi

Kata koperasi berasal dari bahasa Inggris cooperation atau

bahasa Belanda cooperatie, artinya kerja sama yang terjadi antara

beberapa orang untuk mencapai tujuan yang sama yang sulit di

capai secara perseorangan. Tujuan yang sama itu ialah

kepentingan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama.26

Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menentukan, perekonomian di

susun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Penjelasan Pasal 33 ayat (1) pada hakekatnya menerangkan bahwa

koperasi merupakan usaha kekeluargaan dengan tujuan

mensejahterakan anggotanya. Oleh sebab itu kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-

perorangan. Namun, pasca amandemen UUD tahun 1945 yang

telah menghapus bagian penjelasan termasuk diantaranya

penjelasan Pasal 33 ayat (1) sehingga kata “koperasi” ikut

terhapus. Meskipun demikian kata koperasi masih tetap diakui

sebagai “soko guru” dalam perekonomian nasional

26 Abdulkadir Muhammad, op cit, hal. 95.

Page 43: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

29

Untuk merealisasikan Pasal 33 ayat (1) UUD tahun 1945,

pembentuk undang-undang telah mengundangkan Undang-

Undang Nomor 79 Tahun 1958 Tentang Perkumpulan Koperasi,

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 Tentang Perkoperasian,

dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-

Pokok Perkoperasian yang mencabut UU No. 14 Tahun 1965

Tentang Perkoperasian. UU No. 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-

Pokok Perkoperasian dalam perjalanannya diganti dengan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.27

Di tahun 2012, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian diganti dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2012 Tentang Perkoperasian, namun dalam perkembangannya

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mengeluarkan putusan

yang membatalkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012

Tentang Perkoperasian. Sehingga sampai saat ini aturan hukum

yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

Tentang Perkoperasian yang selanjutnya disebut UUP.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (1) UUP yang

dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

27 Ibid, hal. 97.

Page 44: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

30

kekeluargaan. Koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya

berlandaskan Pancasila dan UUD tahun 1945 serta berdasar atas

asas kekeluargaan (Pasal 2 UUP).

Pembentukan koperasi diatur dalam Pasal 6 sampai dengan

Pasal 16 UUP. Dalam hal ini koperasi memperoleh status badan

hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah

sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 9 UUP.

Dengan mendapatkan status badan hukum berarti sebuahbadan usaha koperasi menjadi subyek hukum yang memilikihak dan kewajiban sehingga pihak ketiga dapat dengan jelasdan tegas mengetahui siapa yang dapat diminta bertanggungjawab atas jalannya usaha badan hukum koperasi. Statusbadan hukum yang dimiliki oleh koperasi memiliki dayayang mengikat, baik mengikat ke dalam koperasi maupunmengikat ke luar koperasi yang lebih lanjut dapat dijelaskansebagai berikut:1. Status badan hukum memiliki daya mengikat ke dalam

koperasi, dalam arti bahwa pengurus koperasi maupunanggota koperasi terikat pada ketentuan-ketentuan yangtelah ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi dananggaran rumah tangga koperasi.

2. Status badan hukum memiliki daya mengikat ke luarkoperasi, dalam arti bahwa semua perbuatan hukum yangdilakukan oleh pengurus atas nama koperasi dan untukkepentingan koperasi menjadi tanggung jawabkoperasi.28

b. Yayasan

Istilah yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai

terjemahan dari istilah “stichting” dalam Bahasa Belanda dan

“foundation” dalam Bahasa Inggris. Sejak zaman Hindia Belanda

lembaga yayasan pun sudah dikenal dan banyak digunakan dalam

28 Rr. Dijan Widijowati, op cit, hal. 108.

Page 45: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

31

masyarakat. Hal ini berlaku terus sampai Indonesia menjadi negara

yang merdeka dan berdaulat.29

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil menjelaskan bahwa

yayasan atau stichting merupakan suatu badan hukum yang

melakukan kegiatan dalam bidang sosial.30 Senada dengan

pandangan Subekti yang menjelaskan bahwa yayasan merupakan

badan hukum di bawah pimpinan suatu badan pengurus dengan

tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal.31

Yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun

2001 Tentang Yayasan yang kemudian dirubah menjadi Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan yang selanjutnya

disebut UUY. Definisi otentik yayasan dapat ditemukan dalam

Pasal 1 angka (1) UUY yang menyebutkan bahwa yayasan adalah

badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,

keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Berdasarkan pengertian yayasan sebagaimana tercantum dalam

Pasal 1 angka (1) UUY, diberikan batasan yang jelas dan

diharapkan masyarakat dapat memahami bentuk dan tujuan

29 Chatamarassjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, PT. CitraAditya Bhakti, Bandung, 2000, hal.5.

30 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Kamus Istilah Aneka Hukum, Pustaka SinarHarapan, Jakarta, 2000, hal. 198.

31 R. Subekti dan R. Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1969, hal156.

Page 46: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

32

pendirian yayasan. Sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi

tentang yayasan dan tujuan didirikannya yayasan yang ruang

geraknya terbatas di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan

sehingga tidak dipakai sebagai sarana untuk mencari keuntungan.

Dalam hal ini bukan berarti yayasan tidak dapat melakukan

kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mendatangkan

keuntungan, akan tetapi hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha

tersebut hanya dapat ditujukan untuk maksud dan tujuan sosial,

keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat (1)

yang menjelaskan bahwa yayasan dapat melakukan kegiatan usaha

untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara

mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan

usaha.

Hasbullah Syawie dalam Rr. Dijan Widijowati menjelaskan

bahwa yayasan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 32

a. Yayasan adalah perkumpulan orang.

b. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan

hukum.

c. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri.

d. Yayasan mempunyai pengurus.

e. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan.

f. Yayasan mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat.

32 Rr. Dijan Widijowati, op cit, hal.91.

Page 47: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

33

g. Yayasan dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

Berdasarkan unsur-unsur tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa yayasan memenuhi syarat sebagai badan hukum di mana

yayasan memiliki harta kekayaan sendiri, dapat melakukan

perbuatan hukum, memiliki maksud dan tujuan tertentu serta

unsur-unsur lainnya sehingga dalam hal ini yayasan dipersamakan

statusnya dengan orang-perorangan. Walaupun unsur-unsur

tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagai badan hukum, guna

mendapatkan status badan hukum sebuah Yayasan harus melalui

proses pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 ayat

(1) UUY. Selanjutnya, dalam Pasal 13 UUY menjelaskan bahwa

apabila yayasan belum mendapatkan pengesahan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai badan hukum, setiap

perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan

menjadi tanggung jawab pengurus yayasan sebagai pribadi dan

tanggung renteng.

c. Perseroan Terbatas (Naamloze Vennootschap/NV)

Diantara beberapa bentuk perusahaan, perseroan terbatas

yang selanjutnya disebut PT merupakan badan usaha yang paling

banyak dan lazim digunakan. Hal ini dilatar belakangi dengan

pertimbangan status badan hukum yang melekat pada PT.

Pada zaman Hindia Belanda, bentuk semacam ini disebut

Naamloze Vennootschap yang disingkat N.V. (persekutuan tanpa

Page 48: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

34

nama).33 Menurut Achmad Ichsan dalam Rachmadi Usman

mengemukakan bahwa Naamloze artinya tanpa nama, yang

maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak memakai

nama salah satu anggota persero, melainkan menggunakan nama

berdasar pada tujuan dari usahanya.34

Pada awalnya perseroan terbatas yang selanjutnya disebut

PT diatur dalam buku pertama, bagian ketiga yang berjudul

tentang perseroan terbatas yang di atur dalam Pasal 36 s/d Pasal

56 KUHD. Berdasarkan ketentuan Pasal 36, 40, 42 dan 45 KUHD

akan di dapat unsur-unsur yang membentuk badan usaha tersebut

menjadi PT. Unsur-unsur ini merupakan satu kesatuan dan

merupakan pengertian yang lengkap bagi PT, yaitu: 35

a. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-

masing Pesero (pemegang saham), dengan tujuan untuk

membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua

perikatan Perseroan.

b. Adanya pesero yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah

nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan

kekuasaan tertinggi dalam organisasi Perseroan, yang

berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan

33 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-BentukPerusahaan, Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 90.

34 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, PT Alumni,Bandung, 2004, hal. 47.

35 H.M.N. Purwosutjipto, op cit, hal. 88-89.

Page 49: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

35

komisaris, berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan

menjalankan perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum

ditetapkan dalam anggaran dasar, dan lain-lain.

c. Adanya pengurus (direksi) dan komisaris yang merupakan satu

kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan

tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai

dengan anggaran dasar atau keputusan RUPS.

Dalam perkembangannya, PT yang diatur dalam KUHD

dianggap tidak mampu memenuhi perkembangan dunia usaha dan

perkembangan hukum masyarakat sehingga pada tahun 1995

pemerintah melahirkan peraturan perundang-undangan yang

secara khusus mengatur PT yakni dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang berlaku sejak 7

Maret 1996 sampai dengan 15 Agustus 2007. PT yang diatur

dalam UU No. 1 Tahun 1995 dalam perkembangannya pun

dipandang tidak dapat memenuhi perkembangan dunia usaha dan

kebutuhan hukum masyarakat karena kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi dan informasi yang menuntut

penyempurnaan, sehingga di tahun 2007, UU No. 1 Tahun 1995

diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas yang disahkan oleh DPR pada tanggal 20 Juli

2007 dan berlaku secara efektif sejak tanggal 16 Agustus 2007

serta telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik

Page 50: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

36

Indonesia Nomor 106 Tahun 2007 Dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4756 Tahun 2007.

Definisi otentik PT tidak dapat ditemukan dalam KUHD

sebagai cikal bakal pengaturan PT. Definisi otentik PT baru dapat

dijumpai dalam Pasal 1 angka (1) UU No. 1 Tahun 1995, yang

menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut

perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Dalam UU No. 40 Tahun 2007 sebagai pengganti UU No. 1

Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas merumuskan definisi PT

ke dalam Pasal 1 angka (1) yang menyebutkan bahwa perseroan

terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Berdasar ketentuan Pasal 1 angka (1) UU No. 40 Tahun

2007, membuktikan bahwa PT adalah jenis persekutuan yang

berbentuk badan hukum (recht persoon, legal person, legal

entity). Apabila dilihat dalam KUHD tidak satu pasal pun yang

Page 51: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

37

menyatakan perseroan sebagai badan hukum, tetapi dalam UU PT

hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 angka (1) UU PT.

Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badanhukum. Badan hukum ini tidak disebut “persekutuan”, tetapi“perseroan”, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Istilah “terbatas” tertuju padatanggung jawab pesero atau pemegang saham, yang luasnyaterbatas pada nominal semua saham yang dimilikinya.36

PT sebagai badan hukum memiliki kedudukan mandiri

(persona standi in judicio) yang tidak tergantung pada pemegang

sahamnya. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi

pemegang saham sehingga PT memiliki harta kekayaan sendiri.

Setiap pemegang saham dalam PT dapat memiliki lebih dari satu

saham. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab terbatas yaitu

sebanyak saham yang dimiliki. Apabila hutang perusahaan

melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan hutang tersebut

tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila

perusahaan mendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut

dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik

saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut

deviden, yang besarnya tergantung pada besar kecilnya

keuntungan yang diperoleh PT.

Sebagai badan hukum, PT bukanlah makhluk hidup seperti

manusia, ia adalah makhluk artificial. Badan hukum tidak

memiliki daya pikir, kehendak, dan kesadaran sendiri sehingga

36 H.M.N. Purwosutjipto, op cit, hal. 87.

Page 52: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

38

PT tidak dapat bertindak dan melakukan perbuatan hukum tanpa

perantara manusia, tetapi manusia tersebut tidak bertindak atas

nama dirinya sendiri melainkan atas nama dan tanggung jawab

PT sebagai badan hukum.37 Manusia-manusia sebagai perantara

tersebut disebut sebagai organ PT yang merupakan unsur

esensialia dari PT. Berdasar ketentuan Pasal 1 angka (2) UU PT

menyebutkan bahwa organ PT terdiri dari Rapat Umum

Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.

Selain Koperasi, Yayasan dan Perseroan Terbatas sebagai

perusahaan berbentuk badan hukum, terdapat pula perusahaan yang

berbentuk bukan badan hukum yang terdiri dari :

1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan adalah bentuk usaha yang

dimiliki oleh seseorang secara pribadi dan ia bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap semua resiko dalam setiap kegiatan

perusahaan. Dengan tidak adanya pemisahan pemilikan antara hak

milik pribadi dengan harta milik perusahaan, maka harta benda

pribadi juga merupakan kekayaan perusahaan, yang setiap saat

harus menanggung utang-utang perusahaan. Perusahaan

perseorangan secara resmi memang tidak ada, tetapi dalam

masyarakat Indonesia bentuk perusahaan perseorangan sampai

saat ini masih diterima masyarakat, bentuk-bentuk perusahaan

37 Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Hukum Perseroan dan PerkumpulanKoperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 1986, hal. 17.

Page 53: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

39

perseorangan diantaranya Perusahaan Dagang (PD), Usaha

Dagang (UD). Sampai saat ini tidak ada peraturan yang mengatur

khusus perusahaan perseorangan. Dalam hal pendirian perusahaan

perseorangan, yang diperlukan hanya izin permohonan dari kantor

perizinan setempat.

2. Persekutuan (Maatschap)

Persekutuan artinya persatuan orang-orang yang sama

kepentingannya terhadap suatu perusahaan tertentu, sedangkan

sekutu artinya peserta pada suatu perusahaan. Jadi persekutuan

artinya kumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada suatu

perusahaan tertentu.38 Adapun bentuk-bentuk perusahaan yang

berwujud persekutuan antara lain:

a. Persekutuan Perdata (Burgelijk Maatschap/Maatschap)

Persekutuan perdata merupakan terjemahan dari istilah

burgerlijk maatschap (civil pantnership) yang berarti dua

orang atau lebih mengikat diri untuk memberikan sesuatu

berupa uang, barang atau tenaga dalam bentuk suatu kerja

sama dan memperoleh hasil dari padanya. Persekutuan perdata

diatur dalam KUHPerdata dalam Buku Ketiga Bab Kedelapan

Tentang Persekutuan Bagian Ke Satu yang terdiri dari Pasal

1618 sampai dengan Pasal 1652. Pasal 1618 KUHPerdata

menyebutkan bahwa persekutuan adalah suatu perjanjian

38 H.M.N. Purwosutjipto, op cit, hal. 17.

Page 54: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

40

dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk

memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud

untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Tujuan

kerja sama dalam persekutuan yaitu untuk membagi

keuntungan dari hasil kerja sama tersebut, dengan syarat

masing-masing anggota persekutuan menyerahkan sesuatu ke

dalam persekutuan sebagai modal kegiatan usaha. Jadi,

masing-masing anggota persekutuan memberi atau membawa

modal usaha (capital brought into the business), dan

keuntungan yang diperoleh dari modal itu dibagikan kepada

mereka secara rata sesuai dengan porsi atau besarnya modal

yang dimasukkan.39

Menurut Farida Hasyim, persekutuan perdata

merupakan suatu bentuk kerja sama yang paling sederhana

karena tidak ada penetapan jumlah modal tertentu yang harus

disetor, bahkan dapat diperbolehkan juga seorang anggota

hanya menyumbangkan tenaganya saja. Terhadap seorang

anggota yang hanya menyumbangkan pengetahuan atau

pengalaman serta tenaganya, maka bagian keuntungan yang

akan diperoleh ditetapkan sama dengan bagian anggota yang

memasukan uang atau barang yang paling sedikit. Lingkup

kerjanya pun tidak dibatasi pada sesuatu hal tertentu. 40

39 M. Yahya Harahap, op cit, hal. 2.40 Farida Hasyim, op cit, hal. 138-129.

Page 55: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

41

b. Persekutuan Firma (Vennootschap onder Firma/Fa)

Persekutuan firma merupakan salah satu bentuk

perusahaan yang telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Persekutuan firma merupakan suatu bentuk

perusahaan di mana dua orang atau lebih yang membentuk

persekutuan untuk menjalankan usaha dengan nama bersama,

dengan tanggung jawab masing-masing anggota firma (sekutu)

tidak terbatas. Firma diatur dalam KUHD Buku Kesatu, Bab

Ketiga, Bagian Kedua yang berjudul Tentang Persekutuan

dengan Firma dan Tentang Persekutuan Dengan Jalan

Peminjam Uang atau disebut Persekutuan Komanditer yang

terdiri atas Pasal 16-35. Pasal 16-35 KUHD mengatur

mengenai dua bentuk badan usaha yakni firma dan

persekutuan komanditer. Karena sangat minimnya ketentuan

yang mengatur firma, maka ketentuan tentang persekutuan

(Burgerlijk Maatschap/Maatschap) yang terdapat pada Buku

Ketiga, Bab Kedelapan KUHPerdata yang terdiri atas Pasal

1618-1652 berlaku terhadap firma, hal ini ditegaskan dalam

Pasal 15 KUHD yang menyebutkan

Persekutuan-persekutuan yang disebut dalam titel ini

diatur oleh perjanjian-perjanjian antara pihak-pihak oleh

kitab undang-undang ini dan oleh hukum perdata.41

41 M. Yahya Harahap, op cit, hal. 8.

Page 56: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

42

Menurut Pasal 16 KUHD persekutuan firma diartikan

sebagai tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk

menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama bersama.

Dalam hal ini para sekutu secara tanggung menanggung

bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan

dalam persekutuan (Pasal 18 KUHD). Kekuasaan tertinggi

dalam persekutuan firma adalah para sekutu yang memutuskan

segala persoalan dengan musyawarah untuk mufakat dalam

batas keleluasaan yang diberikan oleh perjanjian pendirian

persekutuan firma (Pasal 32 dan 35 KUHD Jo. Pasal 1339

KUHPerdata). 42

Persekutuan firma bukan sebuah perusahaan dengan

status badan hukum. Hal ini didasarkan bahwa persekutuan

firma tidak memiliki salah satu unsur dari sebuah badan

hukum yaitu adanya tidak adanya harta kekayaan yang terpisah

antara harta kekayaan persekutuan firma dengan para

sekutunya.

c. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap/CV)

Persekutuan komanditer merupakan terjemahan dari

istilah Commanditaire Vennootschap atau yang oleh lazimnya

disebut CV. Persekutuan komanditer merupakan salah satu

bentuk perusahaan yang memiliki status bukan badan hukum.

42 H.M.N. Purwosutjipto, op cit, hal. 55

Page 57: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

43

Sama halnya dengan firma, persekutuan komanditer diatur

dalam KUHD Buku Kesatu, Titel Ketiga Bagian Kedua yang

berjudulnya Tentang Persekutuan dengan Firma dan Tentang

Persekutuan Dengan Jalan Peminjam Uang atau disebut

Persekutuan Komanditer yang terdiri atas Pasal 16-35. Tiga

diantara pasal-pasal itu yakni Pasal 19, 20 dan 21 adalah

aturan khusus yang mengatur persekutuan komanditer. Selain

itu, berdasar Pasal 15 KUHD berlaku pula ketentuan Buku

Ketiga, Bab Kedelapan KUHPerdata yang terdiri atas Pasal

1618-1652 yang mengatur tentang persekutuan. Menurut

H.M.N Purwosutjipto persekutuan komanditer merupakan

bentuk khusus dari persekutuan firma. Kekhususan itu terletak

pada adanya sekutu komanditer dan sekutu komplementer

dalam persekutuan komanditer, sedangkan dalam persekutuan

firma hanya dikenal satu sekutu yaitu sekutu kerja atau

firmant.43 Persekutuan komanditer memiliki dua macam

sekutu yakni:44

1. Sekutu komanditer atau sekutu diam atau sekutu pasif

yaitu sekutu yang wajib menyerahkan uang atau benda

kepada persekutuan sebagai yang telah disanggupkan dan

berhak menerima keuntungan dari persekutuan. Tanggung

jawab sekutu komanditer terbatas pada jumlah pemasukan

43 H.M.N Purwosutjipto, op cit, hal.74.44 H.M.N Purwosutjipto, op cit, hal. 74-75.

Page 58: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

44

yang telah disanggupkan untuk disetor. Sekutu komanditer

tidak boleh mencampuri tugas sekutu komplementer

mengenai pengurusan persekutuan (Pasal 20 KUHD). Bila

larangan ini dilanggar, maka Pasal 21 KUHD memperluas

tangung jawab sekutu komanditer menjadi sama dengan

tanggung jawab sekutu komplementer yaitu tanggung

jawab secara pribadi untuk keseluruhan. (Pasal 18 KUHD).

2. Sekutu komplementer atau sekutu kerja atau sekutu aktif

berhak pula memasukan modal kedalam persekutuan,

namun ia bertugas mengurus persekutuan dan bertanggung

jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Bila sekutu kerja

lebih dari satu orang maka harus ditegaskan siapakah

diantara mereka yang dilarang bertindak keluar (Pasal 17

KUHD). Meskipun sekutu tersebut tidak berhak bertindak

keluar, tetapi tanggung jawabnya tetap sebagai yang

ditetapkan dalam Pasal 18 KUHD.

Hanya sekutu komplementer saja yang dapat melakukan

hubungan hukum dengan pihak ketiga selain kewajibannya

untuk mengurus persekutuan komanditer. Sedangkan sekutu

komanditer hanya memiliki hubungan interen saja dengan

sekutu komplementer dan tidak diperkenankan melakukan

perbuatan hukum dengan pihak ketiga.

Page 59: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

45

Selain bentuk-bentuk perusahaan tersebut, di Indonesia

terdapat perusahaan berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dan Perusahaan Daerah (PD). BUMN diatur dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yang

selanjutnya disebut UU BUMN. Pasal 1 angka (1) UU BUMN

menyebutkan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

BUMN merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam

perekonomian nasional di samping usaha swasta dan koperasi yang

berdasarkan pada asas demokrasi ekonomi. Dalam sistem

perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang

dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. BUMN juga mempunyai peran strategis

sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan

swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha

kecil/koperasi. Selain itu BUMN merupakan salah satu sumber

penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis yakni

pajak, deviden dan hasil privatisasi. Pasal 9 UU BUMN menentukan

bahwa BUMN terdiri dari Perusahaan Perseroan dan Perum.

Apabila suatu Negara diperkenankan memiliki badan usaha,

maka di tingkat daerah yakni Pemerintah Daerah baik di tingkat

Provinsi maupun Kabupaten/Kota diperkenankan pula memiliki badan

Page 60: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

46

usaha yang lazimnya disebut badan usaha milik daerah (BUMD) atau

perusahaan daerah. Perusahaan Daerah (PD) diatur dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah yang

selanjutnya disebut UU PD. Menurut Pasal 2 UU PD, yang dimaksud

perusahaan daerah adalah semua perusahaan yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang ini yang modalnya untuk seluruh atau

untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali

ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang. Dalam

Pasal 4 ayat (1) UU PD ditentukan, perusahaan daerah didirikan

dengan peraturan daerah (PERDA) atas kuasa Undang-Undang ini.

Dapat dikatakan bahwa perusahaan daerah merupakan badan hukum

yang kedudukannya diperoleh dengan berlakunya PERDA yang

bersangkutan (Pasal 4 ayat (2) UU PD).

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility)

2.1. Pengertian dan Konsep Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (Corporate Social Responbibility)

Perusahaan sebagai bagian dari komunitas masyarakat dalam

menjalankan kegiatan usahanya mempunyai tiga jenis tanggung jawab

Page 61: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

47

yang berbeda-beda kepada pemangku kepentingan (stakeholders),

ketiga tanggung jawab tersebut ialah:45

1. Economic responsibility. Tanggung jawab kepada para pemegang

saham dalam bentuk pengelolaan perusahaan agar menghasilkan

laba yang optimal. Selain itu, terdapat tanggung jawab ekonomi

kepada para kreditur yang telah menyediakan pinjaman bagi

perusahaan, dalam bentuk menyisihkan sebagian kas perusahaan

untuk membayar angsuran pokok dan bunga pinjaman yang jatuh

tempo.

2. Legal responsibility. Perusahaan harus mematuhi berbagai

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk

tanggung jawab perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan

“arena permainan bisnis” yang relatif adil bagi semua pelaku

bisnis.

3. Social responsibility. Tanggung jawab perusahaan dalam bentuk

komitmen secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan

komunitas dan lingkungan sekitar.

Adanya Corporate Social Responsibility sebagai salah satu

bagian dari tanggung jawab perusahaan berawal dari tuntutan

stakeholders, sebagai akibat dari hak yang dimiliki oleh stakeholders

terganggu oleh eksistensi perusahaan.

45 Bachrawi Sanusi, Sistem Ekonomi: Suatu Pengantar, Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 3.

Page 62: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

48

Social responsibility, dalam perjalanan waktu menjadi bagianyang tak terpisahkan dari keberadaan perusahaan. Hal inikarena, keberadaan perusahaan ditengah lingkungan memilikidampak positif maupun negatif. Khusus dampak negatifmemicu reaksi dan protes stakeholder, sehingga perlupenyeimbangan lewat peran social responsibility sebagai salahsatu strategi legitimasi perusahaan.46

Corporate Social Responsibility pertama kali dikemukakan

oleh Howard Rothmann Bowen pada tahun 1953 yang menerbitkan

bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman yang

membawanya dinobatkan sebagai Bapak CSR. Dalam

perkembangannya pemikiran Bowen terus dikembangkan secara terus

menerus oleh berbagai ahli. Pada awalnya kegiatan CSR hanya

berorentasi pada philantropy, tetapi saat ini telah dijadikan sebagai

salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan “citra perusahaan”.

The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) dalam pubilkasinya Making Good Business Sense

mendefinisikan CSR sebagai “continuing commitment by business to

behave ethically and contribute to economic development while

improving the quality of life of the workforce and their families as well

as of the local community and society large”. Artinya komitmen

berkelanjutan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi

kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas

46 Nor Hadi, op cit, hal. 65.

Page 63: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

49

kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan

masyarakat luas pada umumnya).47

Masyarakat Uni Eropa (European Commission) memberikan

pengertian CSR yaitu : "A concept where by companies decide

voluntarily to contribute to a better society and a cleaner

environment. A concept where by companies integrate social and

environmental concerns in their business operations and in their

interaction with their stakeholders on a voluntary basis".48 Artinya

suatu konsep di mana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk

memberikan kontribusi yang lebih baik kepada masyarakat dan

lingkungan yang bersih. Suatu konsep di mana perusahaan

mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi

bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pihak yang

berkepentingan secara sukarela.

World Bank (Bank Dunia) mendefinisikan CSR sebagai: “The

commitment of business to contribute to sustainable economic

development working with employees and their representatives the

local community and society at large to improve quality of life, in

ways that are both good for business and good for development”.49

47 Departemen Hukum & HAM, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate socialResponsibility) dan Iklim Penanaman Modal, 2010, tersedia di website:http://www.djpp.depkumham.go.id/index.php/jurnal-legislasi diakses pada 28 Oktober 2014.

48 Mallen Baker, Corporate Social Responsibility-what does it means?, tersedia diwebsite: http://www.mallenbaker.net/, diakses pada tanggal 20 November 2014.

49 Sutarto, Good Corporate Governance (GCG): Corporate Social Responsibility (CSR)dan Pemberdayaan UMKM, tersedia di website: http://www.diskopjatim.go.id/, diakses padatanggal 20 November 2014.

Page 64: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

50

Artinya adalah komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan

memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi

berkelanjutan, melalui kerjasama dengan semua pemangku

kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang

bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan

maupun masyarakat umum.

Menurut Lingkar Studi CSR Indonesia, defenisi CSR adalah

upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap

seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Di sisi lain definisi CSR menurut Yusuf Wibisono

mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para

pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek

ekonomi, sosial, dan lingkungan (Triple Bottom Line) dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.50

Berdasarkan berbagai definisi CSR yang telah diuraikan, pada

dasarnya memiliki konsep dan persepsi yang sama. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa CSR merupakan suatu komitmen perusahan untuk

menjalankan kegiatan usahanya berdasar pada nilai-nilai dan etika

bisnis yang baik serta mematuhi hukum yang telah dibuat oleh

50 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility,Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal.10.

Page 65: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

51

penguasa dengan cara yang pantas guna memenuhi kepentingan

perusahaan maupun stakeholder serta meminimalisir dampak negatif

yang ditimbulkan aktivitas perusahaan secara terus menerus agar

tercapai prinsip pembangunan berkelanjutan.

Adapun yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan

menurut The World Commission on Environment and Development

yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission, adalah

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam

memenuhi kebutuhan mereka. 51

Di Indonesia, terjadi perbincangan yang terus berlanjut seputar

konsep CSR. Ada persetujuan dan pula pertentangan. Terlebih pihak

pemerintah telah secara khusus mengatur CSR ke dalam Pasal 15

huruf (b) UU PM dan Pasal 74 UU PT. Secara terminologi Corporate

Sosial Responsibility diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (TSP) sesuai dengan terjemahan CSR dalam UU PM,

namun dalam UU PT memilih menggunakan istilah Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan (TJSL). Meskipun demikian dalam UU PM

tidak ada satu pasal pun yang mengatur secara khusus pengertian dari

CSR.

Rumusan CSR dalam UU PM dan UU PT memperlihatkan

belum adanya kesatuan bahasa untuk memaknai CSR. Kedua Undang-

51 Rahmatullah dan Trianita Kurniati, Panduan Praktis Pengelolaan Corporate SocialResponsibility, Samudra Biru, Jogjakarta, 2011, hal.3.

Page 66: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

52

Undang ini memaknai terminologi CSR pada titik pandang yang

berbeda. UU PM menekankan CSR sebagai upaya perusahaan untuk

menciptakan harmonisasi dengan lingkungan di mana ia melakukan

kegiatan usahanya. Sedangkan UU PT lebih menekankan CSR sebagai

wujud komitmen perusahaan dalam sustainable economic

development. Selain itu UU PT juga memisahkan antara tanggung

jawab sosial (social responsibility) dengan tanggung jawab

lingkungan (environment responsibility). Padahal dalam makna CSR

yang selama ini dikenal secara umum di mana aspek lingkungan

merupakan salah satu aspek selain aspek ekonomi dan sosial dari

tanggung jawab sosial itu sendiri.52 Selain perbedaan tersebut, bila

dianalisa lebih jauh mengenai pemaknaan CSR ini akan menimbulkan

konsekuensi yuridis pada tataran pelaksanaannya. UU PM hanya

menjelaskan bahwa CSR adalah tanggung jawab sosial yang

“melekat” pada setiap perusahaan penanaman modal. Kata melekat di

sini mengandung makna bahwa CSR itu merupakan suatu kewajiban

bagi seluruh perusahaan tanpa ada batasan bidang usaha dan bentuk

badan usaha perusahaan di maksud. Sedangkan dalam Pasal 74 UU

PT hanya menekankan pada perusahaan dalam bentuk Perseroan

Terbatas (PT) yang bergerak pada bidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam saja.53

52 Busyra Azheri dan Isa Whyudi, 2008, Corporate Socil Reasponsibility: Prinsip, Pengaturandan Implementasi, In-Trans Publishing, Malang, hal. 31-32.

53 Anda Lusia, The Corporate Social Responsibility (Csr) Execution Of Company ByInvestement Company In West Sumatra, Pribadi, tanpa tahun, hal 6.

Page 67: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

53

Banyak istilah yang digunakan untuk mengartikan dan

mendefinisikan CSR. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada definisi

tunggal yang disepakati secara global untuk mendefinisikan istilah

CSR. Dalam penelitian hukum ini, untuk mencapai pemahaman

makna yang sama, penulis menggunakan istilah tanggung jawab sosial

dan lingkungan yang selanjutnya disebut TJSL untuk memaknai

istilah corporate social responsibility.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang

selanjutnya disebut PP TJSL menggunakan istilah yang sama dengan

UU PT yaitu tanggung jawab sosial dan lingkungan, karena PP TJSL

merupakan amanat dari Pasal 74 ayat (4) UU PT untuk membuat

peraturan pelaksana. Pasal 1 angka (3) UU PT merumuskan

pengertian TJSL sebagai berikut

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmenPerseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomiberkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan danlingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat jelas bahwa TJSL

menekankan pada terciptanya pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri

maupun bagi masyarakat mengingat aktivitas perusahaan yang tidak

hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak

negatif.

Page 68: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

54

Berkembangnya TJSL saat ini memunculkan berbagai konsep

dan teori yang dipaparkan oleh beberapa pihak mengenai TJSL. Salah

satu yang terkenal adalah triple bottom line yang dikemukakan oleh

John Elkington pada tahun 1977 melalui bukunya “Cannibals with

Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. John

Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah

economic prosperity, environmental quality and social justice. John

Elkington berpandangan bahwa jika perusahaan ingin menjaga

kelangsungan hidupnya, maka perusahaan harus memperhatikan 3P,

yaitu pijakan yang seimbang pada aspek profit atau keuntungan,

people atau masyarakat, dan planet atau lingkungan.54 Maksudnya

adalah, bahwa selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga

harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan

masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga

kelestarian lingkungan (planet). Dengan adanya konsep triple bottom

line, perusahaan diharapkan tidak hanya berpijak pada single bottom

line, karena hal ini belum dapat menjamin kelangsungan dan

keberlanjutan sebuah perusahaan.

Perkembangan CSR telah membuat suatu perusahaan yang

pada awalnya hanya bertujuan untuk mencari keuntungan semata, kini

harus pula memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat. Pada

prinsipnya seorang pimpinan dalam perusahaan juga harus mampu

54 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, 2008, Risiko Hukum & BisnisPerusahaan Tanpa CSR, Jakarta, Forum Sahabat, hal. 33.

Page 69: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

55

memperhatikan kehendak masyarakat di lingkungannya, dan berusaha

memenuhi kehendak para stakeholders bukan hanya kehendak

pemegang saham.55

Konsep CSR yang pada awalnya dilakukan berdasarkan

prinsip voluntary (sukarela), mengingat adanya ketentuan CSR yang

dilegitimasi kedalam peraturan perundang-undagan membawa

konsekuensi menjadikan CSR sebagai sebuah kewajiban (mandatory)

yang dapat merubah pandangan maupun perilaku para pelaku usaha.

Diharapkan CSR tidak lagi dimaknai sekedar tuntutan moral, tetapi

sebagai sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan.

2.2. Keterkaitan Konsep Good Corporate Governence (GCG)

dengan Corporate Social Responbibility (CSR)

Konsep Good Corporate Governance mulai diperbincangkan

di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, saat krisis ekonomi

melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dengan adanya krisis

tersebut, banyak perusahaan mengalami kegagalan karena tidak

mampu bertahan, salah satu penyebabnya adalah karena pertumbuhan

yang dicapai selama ini tidak dibangun di atas landasan yang kokoh

sesuai prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Menurut Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) yang dikutip oleh Ismail Solihin berpendapat

bahwa corporate governance adalah “Corporate governance is the

55 Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judgement Rule, Penerbit Tatanusa,Jakarta, 2000, hal..87.

Page 70: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

56

system by which business corporations are directed and controlled.

The corporate governance structure specifies the distribution of the

right and responsibilities among different participants in the

corporation, such as the board, managers, shareholders and other

stakeholders.” Artinya bahwa corporate governance merupakan suatu

sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur

corporate governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di

antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti

dewan direksi, para manajer, pemegang saham, dan pemangku

kepentingan lainnya.56

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan

Usaha Milik Negara, dalam Pasal 1 angka (1) menyebutkan bahwa

tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governence) yang

selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu

proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan etika badan usaha.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good

Corporate Governance (GCG) merupakan suatu proses yang

digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha di samping

56 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability,Salemba Empat, Jakarta, 2009, hal. 115.

Page 71: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

57

bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang

dengan memperhatikan kepentingan stakeholders serta berlandaskan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, etika dan moral dalam

bisnis.

Menurut Munif Fuady terdapat lima prinsip dasar GCG

yakni:57

1. Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan

dalam mengemukakan informasi material, aktivitas bisnis, kinerja

perusahaan, kepemilikan, keuangan, conflict of interest dan yang

relevan mengenai perusahaan kepada stakeholder.

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu prinsip yang meminta

kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ

perusahaan kepada stakeholders sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

3. Tanggung jawab (responsibility), yaitu perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab

terhadap masyarakat dan lingkungan sesuai prinsip korporat yang

baik, moral etika perusahaan yang baik serta tidak merusak

lingkungan dan masyarakat sekitarnya, sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.

57 Munir Fuady, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, PT Citra Aditya Bakti,Bandung, 2004, hal. 34.

Page 72: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

58

4. Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan di mana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan

dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen maupun pemerintah

yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan

yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, serta

kemandirian dalam mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh

kepentingan pribadi.

5. Keadilan (fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam

memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan asas

kewajaran dan kesetaraan, seperti gaji yang proporsional,

kesempatan yang sama dalam mendapat promosi, dan lain

sebagainya.

Tata kelola perusahaan yang baik (GCG) sangat diperlukan

dalam menerapkan etika bisnis di dalam perusahaan. Prinsip

responsibility yang terdapat di dalam GCG merupakan prinsip yang

sangat berhubungan erat dengan CSR. Berdasarkan prinsip tanggung

jawab (responsibility) tersebut, maka suatu perusahaan harus

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sesuai prinsip korporat yang baik, moral dan etika bisnis yang baik,

tidak merusak lingkungan dan masyarakat sekitar serta berdasar pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat

terpelihara keberlanjutan dalam berusaha yang bersifat jangka panjang

dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen. CSR

Page 73: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

59

merupakan bagian dalam prinsip GCG, ibarat dua sisi mata uang

keduanya sama penting dan tidak terpisahkan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa apabila suatu perusahaan melaksanakan CSR,

secara tidak langsung perusahaan telah melaksanakan prinsip GCG.

Pada dasarnya CSR tidak dapat dipisahkan dari GCG, karenapelaksanaan CSR merupakan salah satu prinsip yangberpengaruh dalam penerapan GCG. Pada umumnya GCGdipahami sebagai suatu sistem dan seperangkat aturan yangmengatur hubungan para stakeholders. Dalam arti luas GCGdigunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentinganstakeholders secara proporsional dan mencegah terjadinyakesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaansekaligus memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadidapat diperbaiki dengan segera.58

2.3. Jenis Perusahaan yang Wajib Melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Aktivitas TJSL yang saat ini berkembang di Indonesia diatur

secara khusus dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas, yaitu dalam bab lima dengan judul tanggung jawab sosial

dan lingkungan yang hanya berisi satu pasal, yakni Pasal 74 yang

menyebutkan bahwa:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidangdan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajibmelaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkandan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dankewajaran.

58 Joni Emrizon, Prinsip-prinsip Good Corporate Governance, Genta Press,Yogyakarta,2007, hal. 67.

Page 74: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

60

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial danLingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Penjelasan atas Pasal 74 ayat (1) menerangkan bahwa

ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan

yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma,

dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “Perseroan

yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam”

adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan

memanfaatkan sumber daya alam. Berdasarkan Pasal 1 angka (9) UU

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan sumber daya alam adalah

unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan

non hayati yang secara keseluruhan mempengaruhi ekosistem.

Sebagai contoh perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya

dibidang sumber daya alam ialah perusahaan tambang, minyak dan

gas, kehutanan dan perkebunan.59 Selain itu, ada juga industri

perkayuan, industri kertas, dan lain sebagainya.

Selanjutnya yang dimaksud dengan “Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya

alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

59 Dwi Kartini, Corporate Social Responslibility: Transformasi Konsep SustainabilityManagement dan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 130.

Page 75: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

61

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Berdasar

rumusan penjelasan tersebut maka timbul persoalan, bagaimana

kriteria kegiatan usaha yang berdampak pada fungsi kemampuan

sumber daya alam. UU PT tidak memberikan batasan mengenai

kegiatan usaha yang berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya

alam. Inilah yang menjadi persoalan yang menyebabkan rumusan

Pasal 74 UU PT menjadi tidak jelas.

Kesimpulan dari dua penggolongan Perseroan sesuai Pasal 74Ayat (1) adalah rumusan ayat tersebut memang buruk, bahkanseakan menjebak banyak pihak dengan menaruh penjelasanyang berbeda (inklusif, mencakup seluruh perseroan) dengankesan yang ditimbulkan pada bunyi ayat (diskriminatif, hanyaberlaku untuk perseroan berbasiskan SDA).60

Timbul suatu pertanyaan bagaimana kriteria suatu PT yang

dalam menjalankan aktivitas usahanya berdampak pada fungsi

kemampuan sumber daya alam atau tidak. Sehingga berdasarkan

pertanyaan tersebut, muncul kebingungan apakah suatu PT tertentu

diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau

tidak. Akibat buruknya ketentuan dari ayat tersebut, dapat menjadi

celah bagi Perseroan yang tidak bergerak dibidang sumber daya alam

untuk tidak melaksanakan TJSL.

Sebagai contohnya adalah di Purwokerto saat ini bermunculan

pusat-pusat perbelanjaan misalnya saja PT. Bamas Satria Perkasa atau

yang dikenal dengan Moro Grosir & Ritel apabila diamati secara

sekilas memang pusat perbelanjaan tersebut tidak menjalakan kegiatan

60 Loc cit.

Page 76: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

62

usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam,

namun di dalam pusat perbelanjaan tersebut terjadi perputaran

kegiatan usaha yang salah satunya adalah usaha kuliner atau yang

dikenal dengan food court di mana kegiatan usaha yang berbasis

kuliner ini menghasilkan limbah yang dapat mempengaruhi

keseimbangan lingkungan. Konsekuesinya adalah dalam pendiriannya

harus mencantumkan hasil uji analisis mengenai dampak lingkungan

hidup (AMDAL). Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa

tidak ada satu pun kegiatan usaha yang tidak bersinggungan atau

berkaitan dengan sumber daya alam.

Menurut penjelasa Pasal 74 ayat (2) UU PT Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan

kewajaran. Dalam kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan

perseroan.

Selanjutnya penjelasan Pasal 74 ayat (3) menerangkan bahwa

yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

Ketentuan Pasal 74 ayat (4) UU PT yang menyebutkan bahwa

ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Pada tanggal 4 April

Page 77: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

63

2014 telah lahir Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 89 dan

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5305). PP

TJSL ini hanya berisi 9 Pasal yang mengatur mengenai petunjuk

pelaksana dan petunjuk teknis dari TJSL.

2.4. Pelaksanaan, Bentuk Aktivitas dan Manfaat Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan

Dalam pelaksanaan CSR sedikitnya ada empat model atau pola

CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:61

a. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR

secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial

atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya

menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate

secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari

tugas pejabat public relation.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan

mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya.

Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di

perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan

menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat

61 Saidi Zaim dan Hamid Abidin., Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan PraktekKedermawanan Sosial di Indonesia, Piramida, Jakarta, 2004, hal. 32.

Page 78: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

64

digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa

yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan

Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan

pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat

Aqua, GE Fund.

c. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR

melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-

pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau

media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam

melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop

yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR

antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi

pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI,

Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media

massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan

turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu

lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.

Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi

pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah

pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu

yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya

Page 79: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

65

secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga

operasional dan kemudian mengembangkan program yang

disepakati bersama.

Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk

menerapkan program CSR sebagai wujud eksistensinya menjaga

keseimbangan Triple Bottom Line dengan memperhatikan pula

berbagai alternatif pelaksanaan aktivitas CSR. Kotler dan Lee dalam

Dwi Kartini menyebutkan bahwa ada enam kategori aktivitas CSR

yaitu:62

1. Cause Promotions (Promosi Kegiatan Sosial). Dalam aktivitas

CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya

yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung

pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan

tenaga sukarela untuk suatu kegiatan.

2. Cause Related Marketing (Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial).

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk

menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk

suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk.

Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk

tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma

tertentu.

62 Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Managementdan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 63.

Page 80: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

66

3. Corporate Societal Marketing (Pemasaran Kemasyarakatan

Korporat). Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan

dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku

masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan

keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye yang

dimaksud lebih banyak terfokus kepada isu-isu kesehatan, isu

perlindungan terhadap keselamatan dalam berlalu lintas, isu

pencemaran lingkungan

4. Corporate Philanthropy (Kegiatan Filantropi Perusahaan). Dalam

aktivitas CSR ini, perusahaan memberi sumbangan langsung

dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu.

Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara

tunai, bingkisan/paket bantuan, atau pelayanan secara cuma-

cuma.

5. Volunteering (Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela).

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mendukung serta

mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran, atau para

pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka secara

sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal

maupun masyarakat yang menjadi sasaran program perusahaan.

6. Socially Responsible Business Practice (Praktik Bisnis yang

Memiliki Tanggung Jawab Sosial). Dalam aktivitas CSR ini,

Page 81: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

67

perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh

hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan

sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan

memelihara lingkungan hidup.

Menurut A.B. Susanto dari sisi perusahaan terdapat berbagai

manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas TJSL, antara lain sebagai

berikut:63

1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas

yang diterima perusahaan.

Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara

konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang

telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankanya.

CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang

waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala

terdapat pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan

melakukan perilaku serta praktik-praktik yang tidak pantas,

masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan

berdiri di belakang perusahaan, membela tempat institusi-institusi

mereka bekerja.

2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu

perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu

krisis. Demikian pula ketika suatu perusahaan diterpa kabar miring

63 A.B.Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, Esensi ErlanggaGroup, Jakarta, 2009, hal.106.

Page 82: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

68

bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih

mudah memahami dan memaafkannya. Sebagai contoh adalah

sebuah perusahaan produsen consumen goods yang lalu dilanda isu

adanya kandungan berbahaya dalam produknya. Namun karena

perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menjalankan

tanggung jawab sosialnya, maka masyarakat dapat memaklumi dan

memaafkannya sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan

kinerjanya.

3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan.

Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang

memilki reputasi yang baik, yang secara konsisiten melakukan

upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan

ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka

merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan

perusahaan. Hal ini akan berujung pada penigkatan kinerja dan

produktivitas.

4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu

memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan

para stakeholdersnya.

Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa

perusahaan memilki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama

ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta

Page 83: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

69

kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para

stakeholders senang dan merasa nyaman dalam menjalankan

hubungan dengan perusahaan.

5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset

Roper Search Worldwide.

Konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan

oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab

sosialnya sehingga memilki reputasi yang baik.

6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai

perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna

mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung

jawab sosialnya.

3. Teori Stufenbau (Stufenbau Theory)

Teori Stufenbau adalah teori mengenai sistem hukum yang

diciptakan oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum

merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang (hirearki) di

mana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada

norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi

(seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma hukum yang paling

mendasar (grundnorm). Menurut Kelsen norma hukum yang paling

dasar (grundnorm) bentuknya tidak kongkrit atau abstrak. Grundnorm

merupakan norma hukum tertinggi dalam suatu negara. Di bawah

grundnorm terdapat norma-norma hukum yang tingkatannya lebih

Page 84: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

70

rendah dari grundnorm tersebut. Ketentuan yang lebih rendah

merupakan kongkretisasi dari ketentuan yang lebih tinggi. Grundnorm

tersebut adalah Pancasila.64

Pada intinya, teori ini dimaksudkan untuk menyusun suatu

hierarki norma sehingga berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang.65 Selain

itu berdasar hierarki peraturan perundang-undangan menurut Pasal 7

ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, maka pembuatan suatu Undang-Undang atau

peraturan lainnya tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945 yang

menempati urutan pertama dalam hierarki peraturan perundang-

undangan. Berdasar Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan membuktikan bahwa

norma hukum yang ada di Indonesia berada dalam suatu sistem yang

berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang. Dapat disimpulkan bahwa suatu

peraturan baru dapat diakui secara legal, apabila tidak bertentangan

dengan peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu jenjang yang

lebih tinggi

Dalam perkembangannya teori stufenbau yang dikemukakan

oleh Hans Kelsen disempurnakan oleh salah seorang muridnya yang

bernama Hans Nawiasky. Teori Nawiasky disebut dengan theorie von

stufenufbau der rechtsordnung. Menurut Hans Nawiansky, norma

hukum dalam suatu negara juga berjenjang dan bertingkat. Norma

64 Siwi Purwandari, Hans Kelsen: Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung, 2010,hal. 38.

65 Theo, Huijbers, filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal. 44.

Page 85: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

71

yang di bawah berdasar, bersumber dan berlaku pada norma yang lebih

tinggi, norma yang lebih tinggi berdasar, bersumber dan berlaku pada

norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai norma

tertinggi dalam suatu negara disebut sebagai norma fundamental

negara (staatsfundamentalnorm) . Adapun susunan norma menurut

teori Nawiasky tersebut adalah:66

1. Norma fundamental negara (Staatfundamentalnorm)

2. Aturan dasar negara (Staatgrundgezet)

3. Undang-Undang formal (Formell gezet)

4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (Verordenung &

autonome satzung )

Menurut teori Kelsen-Nawiansky grundnorm atau

staatsfundamentalnorm adalah sesuatu yang abstrak, diasumsikan

sebagai sesuatu yang tidak tertulis, ia tidak ditetapkan (gesetz), tidak

termasuk tatanan hukum positif, berada di luar namun menjadi dasar

keberlakuan tertinggi bagi tatanan hukum positif.67

Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia

dengan menggunakan teori Nawiasky sebagai berikut:68

66 La patuju, Pengaruh Teori Hans Kelsen Terhadap Tata Urutan Hukum Nasional DiIndonesia, tersedia di website http://lapatuju.blogspot.com/2013/03/pengaruh-teori-hans-kelsen-terhadap.html diakses pada tanggal 28 November 2014.

67 Wikipedia, Norma Fundamental Negara, tersedia di website:http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_Fundamental_Negara, diakses pada tanggal 28 November2014.

68 Iliyas, Teori Hans Kelsen/Hans Nawiasky di Kaitkan dengan Pasal 7 Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011, tersedia di website http://ghafais.blogspot.com/2012/01/teori-hans-kalsenhans-nawiaski-di.html diakses pada tanggal 8 Desember 2014.

Page 86: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

72

1) Staatsfundamentalnorm atau grundnorm adalah Pancasila

(Pembukaan UUD 1945);

2) Staatsgrundgesetz adalah Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR;

3) Formell gesetz adalah Undang-Undang;

4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari

Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Gubernur, Bupati atau

Walikota serta Kepala Desa atau yang setingkat.

Pancasila merupakan staatsfundamentalnorm, sehingga

pembentukan hukum positif adalah dalam rangka untuk mencapai ide-

ide yang tercantum dalam Pancasila, selain itu Pancasila juga dapat

digunakan untuk menguji hukum positif. Oleh sebab itu dalam hal

pembentukan peraturan perundang-undangan, penerapan dan

pelaksanaannya harus bersumber dan berdasar pada apa yang

tercantum dalam pancasila.

Adapun Teori stufenbau des recht atau the hierarchy of norms

yang dikemukakan oleh Hans Kalsen dapat dimaknai sebagai berikut:

1) Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus

bersumber dan berdasar pada peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.

2) Isi atau materi muatan peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah tidak boleh minyimpangi atau bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Page 87: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

73

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Dalam menyusunan sebuah karya ilmiah diperlukan data-data

yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara melakukan penelitian di lingkungan atau

lingkup tertentu untuk mendapatkan data-data yang akurat dan faktual

sesuai dengan tujuan yang diinginkan penulis. Untuk memperoleh

data yang akurat dan faktual tersebut harus menggunakan suatu

metode yang disebut dengan metode penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang mempelajari dan meneliti

hukum sebagai suatu studi mengenai law in action, dalam hal ini

hukum dideskripsikan sebagai gejala sosial yang empiris. Penelitian

yuridis sosiologis adalah penerapan dan pengkajian hubungan aspek

hukum dan non hukum dalam bekerjanya hukum di masyarakat.69

Penelitian yuridis sosiologis disebut sebagai studi ilmu sosial yang

non doctrinal. Metode penelitian yuridis sosiologis dalam penelitian

hukum ini merupakan gabungan dari metode penelitian yuridis

normatif dan yuridis sosiologis sehingga data yang digunakan adalah

data primer dan data sekunder. Rumusan masalah pertama akan

69 Rony Hamitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, GhaliaIndonesia, Jakarta, 1990, hal. 35.

Page 88: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

74

dianalisis dengan metode penelitian yuridis normatif dan rumusan

masalah kedua akan dianalisis dengan metode penelitian yuridis

sosiologis.

Dalam penelitian ini, aspek normatif dapat dipahami dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012

Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

dan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012

Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan. Sedangkan aspek

sosiologisnya, peneliti menganalisis aspek-aspek hukum yang

didasarkan pada sikap dan perilaku para pembentuk Perda TSP. Selain

itu, peneliti juga menganalisis perilaku pejabat yang berwenang

dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dalam

rangka mencari kendala dalam realisasi Pasal 26 Perda TSP yang

mengamanatkan pengelola tanggung jawab sosial perusahaan sudah

harus terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannya

Peraturan Daerah ini.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif analitis adalah suatu

Page 89: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

75

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau gejala

dari suatu objek yang diteliti tanpa maksud untuk mengambil suatu

kesimpulan yang berlaku secara umum serta memperoleh pemahaman

daripadanya. Deskripsi dilakukan terhadap data primer dan juga data

sekunder yang berhubungan dengan kajian yuridis Peraturan Daerah

Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan dan pengelola tanggung jawab sosial

perusahaan di kabupaten Purbalingga. Selanjutnya dilakukan analisis

terhadap hasil penelitian dengan menggunakan peraturan perundang-

undangan dan teori yang relevan.

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian hukum ini dipusatkan di beberapa tempat,

dianataranya:

1. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Purbalingga;

2. Kantor Sekretariat Daerah Bagian Hukum;

3. Kantor Sekretariat Daerah Bagian Perekonomian;

4. Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten

Purbalingga;

5. Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten

Purbalingga;

6. Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Universitas Jenderal

Soedirman;

Page 90: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

76

7. Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman;

D. Sumber Data

Dalam penelitian hukum yuridis sosiologis, sumber data yang

digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objeknya.70 Obyek dalam penelitian hukum ini terdiri dari beberapa

informan yakni:

a. Bapak Kusmartadi, S.H. selaku Sekretaris Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga;

b. Bapak Mukhlis, S.Ag selaku Ketua Komisi III Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode

2009-2014;

c. Bapak Imam Solihin, S.H., S.E. selaku pendamping Komisi III

Periode 2009-2014 dalam Rapat Paripurna Pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor

28 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan;

d. Bapak Ahmad Sa’bani selaku Ketua Komisi III Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode

2014-1019;

70 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003,hal. 2.

Page 91: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

77

e. Bapak Tavip, S.H. selaku Kepala Sekretariat Daerah Kabupaten

Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

f. Bapak S. Gunadi, S.H. selaku Kepala Subbagian Dokumentasi

dan Informasi Hukum di Sekretariat Daerah Kabupaten

Purbalingga;

g. Bapak Budi Setyawan selaku Kepala Sekretariat Daerah

Kabupaten Purbalingga Bagian Perekonomian;

h. Bapak Ngudiarto selaku Kepala Bidang Sosial Dinas Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalingga;

i. Bapak Tukimin selaku Kepala Bidang Hubungan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigasi Kabupaten Purbalingga;

j. Bapak Even Kurniawan, S.H. selaku Mediator Hubungan

Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi

Kabupaten Purbalingga;

k. Bapak Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh Dinas

Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten

Purbalingga.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan

pustaka. Dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.71

71 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, , Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hal. 13.

Page 92: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

78

a. Bahan hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini adalah

berupa peraturan perundang-undangan yakni:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962

Tentang Perusahaan Daerah

e) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982

Tentang Wajib Daftar Perusahaan

f) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

Tentang Perkoperasian

g) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997

tentang Dokumen Perusahaan

h) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

Tentang Badan Usaha Milik Negara

i) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 tahun

2001 Tentang Yayasan

j) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal

Page 93: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

79

k) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas

l) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

m)Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

n) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah

o) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

p) Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun

2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan

q) Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat

Daerah dan Staf Ahli Bupati Kabupaten Purbalingga

r) Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011

Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

s) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara

Page 94: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

80

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian

hukum ini, bahan hukum sekunder meliputi rancangan undang-

undang, buku atau literatur hukum, hasil-hasil penelitian,

media cetak dan hasil karya ilmiah lainnya dari kalangan

praktisi hukum yang berkaitan dengan Corporate Social

Responsibility.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder, contohnya adalah kamus hukum, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedi hukum, atrikel-artikel

di internet dan seterusnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu,

data harus selalu ada agar permasalahan penelitian dapat dipecahkan.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dan data sekunder

diperoleh atau dikumpulkan dengan cara:

Page 95: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

81

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara melakukan studi lapangan

(field research) meliputi wawancara dan observasi.

a. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.72 Teknik

wawancara yang dipilih adalah tidak berencana (tidak

berpatokan) dengan menggunakan alat berupa daftar

pertanyaan yang telah disiapkan (sebagai pedoman

wawancara) sesuai dengan permasalahan yang akan dicari

jawabannya tanpa menutup kemungkinan untuk menambah

pertanyaan lain yang bersifat spontan sehubungan dengan

jawaban yang diberikan oleh responden.

b. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan yang dilakukan peneliti harus termasuk dalam

pengamatan ilmiah yang terfokus pada fenomena sosial atau

perilaku sosial dengan ketentuan pengamatan ini harus tetap

selaras dengan judul dan tujuan penelitian. Pengamatan dalam

penelitian ini menggunakan model observation non participant

yaitu metode pengumpulan data primer di mana peneliti tidak

terlibat secara langung, namun melakukan pengamatan secara

mendalam. Dalam penelitian hukum ini, peneliti melakukan

72 Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2010, hal. 9.

Page 96: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

82

pengamatan terhadap perilaku sosial para informan yang

nantinya akan menghasilkan data yang berguna dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi

kepustakaan atau dokumen (literature research). Studi

kepustakaan atau dokumen adalah kegiatan mengumpulkan dan

memeriksa atau menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan

yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang

dibutuhkan peneliti.73 Studi kepustakaan atau dokumen dilakukan

terhadap norma atau kaidah dasar dan peraturan perundang-

undangan, literatur, jurnal dan buletin ilmiah dalam bidang

hukum.

F. Metode Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif, konsep sampel berkaitan erat

dengan bagimana caranya memilih informan. Populasi adalah

keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek penelitian sedangkan

sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasinya.74 Informan adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.75

73 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2006, hal. 166.

74 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 79.75 Lexy J. Melong, op cit, hal. 132.

Page 97: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

83

Dalam penelitian ini, penentuan sampel diambil dengan cara

purposive sampling. Purposive sampling, adalah suatu teknik

penentuan informan yang didasarkan pada teori probabilitas yaitu

bahwa tidak semua elemen dalam populasi mendapat kesempatan

yang sama untuk menjadi sampel dan untuk ini diperlukan beberapa

syarat yaitu:

- Besar populasi harus diketahui

- Besar sampel harus ditentukan terlebih dahulu.76

Pengambilan sampel dipilih atas pertimbangan tertentu yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga akan memperoleh data

atau informasi dari orang yang secara kualitas mengetahui

permasalahan yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian hukum

ini informan akan terus berkembang mengikuti prinsip snowball

sampling di mana sampel atau responden dipilih berdasarkan

penunjukan atau rekomendasi responden sebelumnya.77 Begitu

seterusnya sampai terdapat indikasi tidak muncul informasi baru yang

terkait dengan penelitian ini.

G. Metode Penyajian Data

Bahan-bahan penelitian yang diperoleh akan disajikan dalam

bentuk teks deskriptif naratif yang disusun secara sistematis sebagai

suatu kesatuan yang utuh yang didahului dengan pendahuluan, yang

76 Burhan Ashshofa, op cit, hal. 80.77 Ibid, hal. 89.

Page 98: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

84

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan diteruskan dengan analisa bahan dan hasil pembahasan

dan diakhiri dengan simpulan.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis data normatif kualitatif.78 Normatif karena

penelitian ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kualitatif yaitu analisis

yang dilakukan dengan cara memahami dan merangkai data yang telah

dikumpulkan dan disusun secara sistematis dan diuraikan dalam

kalimat yang teratur, runtut, dan logis, kemudian ditarik kesimpulan.

Analisis data kualitatif yaitu data yang diperoleh tidak bisa diukur atau

dinilai dengan angka secara langsung.79

78 Ronny Hanitijo Soemitro, op cit, hal. 98.79 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, cetakan ke 3, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1995, hal. 134.

Page 99: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa dalam

penelitian hukum ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis

sosioogis yang merupakan pengabungan metode penelitian yuridis

normatif untuk menjawab rumusan masalah pertama dan metode

penelitian yuridis sosiologis untuk menjawab rumusan masalah kedua,

sehingga data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Berdasarkan hal tersebut, penulis paparkan data hasil penelitian penulis

yang diawali dengan data sekunder yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan diartikan sebagai

kewajiban suatu perusahaan untuk bertanggung jawab kepada

shareholder dan stakeholder, dan turut serta menjaga keseimbangan

lingkungan hidup. Melaksanakan TJSL secara normatif merupakan

kewajiban moral bagi semua jenis perusahaan. Ketika keberadaan

perusahaan sebagai suatu komunitas dalam masyarakat melakukan

intervensi terhadap lingkungan tempat tinggal mereka, maka sudah

Page 100: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

86

sepatutnya perusahaan tersebut melakukan penyesuaian (adaptasi) dan

memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan

karena kegiatan usaha suatu perusahaan baik secara langsung ataupun

tidak langsung telah memberikan dampak positif dan negatif terhadap

lingkungan dan/atau masyarakat. Secara eksplisit TJSL telah diatur

dalam beberapa regulasi yang bersifat mengikat agar “perusahaan

tertentu” wajib melaksanakan TJSL, yaitu:

a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal (UU PM)

TJSL diatur dalam UU PM dengan istilah yang sedikit

berbeda yakni Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) yang

diatur dalam beberapa Pasal diantaranya:

Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

Penjelasan Pasal 15 huruf b UU PM menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah

tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman

modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,

dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat setempat.

Pasal 16

Setiap penanam modal bertanggung jawab:

Page 101: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

87

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan

kesejahteraan pekerja;

Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang

tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap

untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan

lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan Pasal 17 UU PM menyebutkan bahwa ketentuan ini

dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh kegiatan penanaman modal.

Pasal 34

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif

berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal; atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal.

Page 102: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

88

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha

perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas (UU PT)

Pengaturan CSR bagi Perseroan Terbatas di Indonesia

secara khusus diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang dikenal dengan

istilah “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan” yang diatur

dalam beberapa Pasal yakni:

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

(3) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen

Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Page 103: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

89

Pasal 74

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan

yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan Pasal 74 UU PT :

Ayat (1)

Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan

Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,

nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

Yang dimaksud dengan Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya dibidang sumber daya alam adalah Perseroan

yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber

daya alam.

Page 104: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

90

Yang dimaksud dengan Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam

adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan

sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada

fungsi kemampuan sumber daya alam.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan adalah dikenai segala

bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang terkait.

c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3)

Pasal 7

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri dari:

a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e.Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

Page 105: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

91

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai

dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 8

(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang

ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah

Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,

Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga,

atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-

Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagimana dimaksud pada

ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan

hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk

berdasarkan kewenangan.

Page 106: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

92

d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah (UU Pemda)

Pasal 149

(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:

a. pembentukan Perda Kabupaten/Kota;

b. anggaran; dan

c. pengawasan.

(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di Daerah

kabupaten/kota.

Pasal 150

Fungsi pembentukan Perda Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 149 ayat (1) huruf a dilaksanakan

dengan cara:

a. membahas bersama bupati/wali kota dan menyetujui /

tidak menyetujui rancangan Perda Kabupaten/Kota;

b. mengajukan usul rancangan Perda Kabupaten/Kota; dan

c.menyusun program pembentukan Perda Kabupaten/Kota

bersama bupati/wali kota.

Pasal 236

(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas

Pembantuan, Daerah membentuk Perda.

Page 107: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

93

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh

DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi

muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan;

b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.

(3) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 240

(2) Penyusunan rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah.

e) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

(PP TJSL)

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 20112 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

merupakan peraturan pelakasana dari Pasal 74 ayat (4) UU PT. PP

TJSL memuat 9 Pasal yang secara keseluruhan digunakan dalam

penelitian hukum ini.

Page 108: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

94

f) Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28

Tahun 2012 Tetang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(Perda TSP)

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu Kabupaten

yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang pro akan investasi,

dikarenakan terdapat ratusan perusahaan yang didirikan di

wilayah Kabupaten Purbalingga baik oleh investor asing maupun

investor dalam negeri. Berdasarkan data yang didapat di Dinas

Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigasi Kabupaten Purbalingga,

di Kabupaten Purbalingga terdapat 388 perusahaan yang dimiliki

oleh penanam modal dalam negeri (PMDN) dan 22 perusahaan

penanam modal asing (PMA). Bentuk perusahaan yang ada di

Kabupaten Purbalingga bermacam-macam mulai dari perusahaan

berbadan hukum seperti Perusahaan Daerah atau BUMD, BUMN,

Perseroan Terbatas, dan perusahaan bukan badan hukum seperti

Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma dan Perusahaan

Dagang.

Pada tanggal 22 Desember 2012 Kabupaten Pubalingga

telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang dituangkan ke dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Purbalingga Tahun 2012 Nomor 28 sebagai wujud

sinergi Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dalam

Page 109: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

95

melaksanakan program CSR. Menurut S. Gundi selaku Kepala

Subbagian Dokumentasi dan Informasi Hukum di Sekretariat

Daerah Kabupaten Purbalingga mengatakan bahwa 80

“Di Kabupaten Purbalingga telah dikeluarkan PeraturanDaerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, sasaran dariPerda ini adalah perusahaan yang dimiliki dan/atau didirikanoleh penanam modal asing (PMA). Perusahaan-perusahaanPMA dalam memberikan CSR terhadap lingkungan sekitarbelum ada, kalaupun ada ya sangat minim jumlahnya.Kabupaten Purbalingga pro akan investasi, dengan adanyainvestor asing maka kontribusi yang diharapkan adalahterserapnya tenaga kerja dan yang kedua baru mengenai CSR.Perda ini merupakan Perda inisiatif dari Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Purbalingga”

Senada dengan pendapat Imam Solihin selaku pendamping

Komisi III peroide 2009-2014 dalam rapat paripurna pembahasan

Perda TSP yang mengatakan bahwa 81

“Memang benar Peraturan Daerah Kabupaten PurbalinggaNomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab SosialPerusahaan adalah Perda inisiatif dari DPRD KabupatenPurbalingga, tepatnya Komisi III DPRD KabupatenPurbalingga.”

Seperti yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa

sampai saat ini belum ada kesatuan makna yang disepakati secara

global untuk mengartikan istilah corporate social responsibility.

Dalam Perda TSP menggunakan istilah yang berbeda dengan UU

PT, namun menggunakan istilah yang sama dengan UU PM yakni

80 Data Primer hasil wawancara dengan S. Gundi selaku Kepala Subbagian Dokumentasidan Informasi Hukum di Sekretariat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 28 Oktober2014.

81 Data Primer hasil wawancara dengan Imam Solihin selaku pendamping rapat paripurnapembahasan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang TanggungJawab Sosial Perusahaan pada tanggal 28 Oktober 2014.

Page 110: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

96

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Walaupun demikian

penafsiran makna dari istilah corporate social responsibility yang

diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan ataupun

tanggung jawab sosial dan lingkungan pada dasarnya adalah

sama. Dalam rangka mencapai pemahaman makna yang sama,

maka penulis menggunakan istilah tanggung jawab sosial dan

lingkungan (TJSL) untuk mengartikan corporate social

responsibility.

Perda TSP merupakan objek penelitian penulis yang secara

keseluruhan mengatur pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan di Kabupaten Purbalingga sehingga semua Pasal

dalam Perda TSP digunakan dalam penelitian ini. Perda TSP

terdiri dari 26 Pasal.

Ada beberapa Pasal dalam Perda TSP yang menjadi

perhatian penulis untuk dikaji lebih dalam, diantaranya ialah:

Pasal 1

(6) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya

disingkat TSP adalah tanggungjawab yang melekat pada

perusahaan penanaman modal di daerah untuk menciptakan

dan mengembangkan hubungan yang serasi, selaras dan

seimbang dengan lingkungan masyarakat sesuai nilai,

norma, dan budaya setempat.

Page 111: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

97

(9) Perusahaan adalah semua badan usaha yang berdomisili di

daerah, baik berbadan hukum maupun tidak, usaha

perseorangan, persekutuan, baik milik swasta maupun milik

negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan lainnya.

Menurut Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga menjelaskan bahwa 82

“Perusahaan diartikan sebagai badan usaha yangmempekerjakan orang dan diberi imbalan, oleh karena ituPemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Purbalinggamenginginkan supaya mereka melakukan tanggung jawabsosial di Purbalingga mengingat mereka melakukan kegiatanusaha di sini dan mendapatkan keuntungan dari KabupatenPurbalingga. Kemampuan TJSL disesuaikan dengankemampuan masing-masing perusahaan. Di KabupatenPurbalingga terdapat 7 (tujuh) Perusahaan daerah yangsemuanya didirikan berdasarkan Peraturan Daerah sesuaidengan ketentuan Pasal 4 ayat (1 dan 2) UU No. 5 Tahun1962 Tentang Perusahaan Daerah. Dalam hal ini rumusanperusahaan milik negara diinterpretasikan denganperusahaan milik daerah sehingga semua perusahaan yangada di Kabupaten Purbalingga wajib menyisihkan sebagiankeuntungannya untuk TJSL.”

Menurut Mukhlis selaku ketua Komisi III Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-

2014 yang mengatakan bahwa 83

82 Data Primer hasil wawancara dengan Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 112: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

98

“Pembentukan suatu peraturan perundang-undangan dididasarkan pada landasan filosofis, landasan sosiologis danlandasan yuridis. Kehendak Komisi III pada waktu ituadalah dalam rangka membangun Kabupaten Purbalinggamaka semua perusahaan dianjurkan dan diwajibkan untukberpartisipasi melaksanakan TJSL dalam rangka mengatasipermasalahan sosial di Kabupaten Purbalingga.Mendasarkan pada alasan-alasan sosial seperti itu makasemua perusahaan wajib TJSL. Perusahaan milik negarayang tercantum dalam Pasal ini di artikan pula sebagaiperusahaan milik daerah, negara dalam hal ini dimaksudkansebagai Pemerintah. Terkait dengan perusahaan daerahsudah ditarget untuk memberi masukan pada APBD. DalamPerda pendirian perusahaan daerah di KabupatenPurbalingga sudah ada ketentuan yang mewajibkanperusahaan daerah untuk menyisihkan beberapa prosentasekeuntungan untuk kegiatan sosial.”

Pasal 20

(1) Setiap perusahaan yang berada di daerah dan mempekerjakan

karyawan paling sedikit 100 (seratus) wajib menetapkan

komitmennya dalam penyelenggaraan TSP sebagai bagian

dari kebijakan manajemen maupun program pengembangan

perusahaan dengan mempedomani ketentuan dan/atau

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi

Perusahaan.

Menurut Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga menjelaskan bahwa 84

“Dalam penyusunan Perda ini harus melihat aspek keadilan,apabila orang yang mempekerjaan 10 saja bisa dikatakan ituperusahaan, maka perda ini mengambil angka 100 karena

83 Data Primer hasil wawancara dengan Mukhlis selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 pada tanggal 5 November2014.

84 Data Primer hasil wawancara dengan Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 113: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

99

ketika sebuah perusahaan mempekerjakan 100 orangkaryawan maka secara ekonomi keuntungan termasuk dalamkategori mampu untuk melakukan TJSL.”

Menurut Mukhlis selaku ketua Komisi III Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-

2014 yang mengatakan bahwa 85

“Perusahaan yang mempekerjakan karyawan 100diasumsikan sebagai perusahaan dalam kategori besarsehingga diwajibkan untuk menetapkan komitmennya dalampenyelenggaraan TJSL. Dalam hal ini pembatasan karyawan100 didasarkan pada kepatutan dan kepantasan di KabupatenPurbalingga.”

Di sisi lain Even Kurniawanselaku Mediator Hubungan

Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten

Purbalingga menegaskan bahwa 86

“Terdapat standar perusahaan yaitu mikro, kecil,menengah/sedang dan besar. Perusahaan mikro adalahperusahaan yang mempekerjakan karyawan di bawah 5orang, sedangkan perusahaan kecil adalah perusahaan yangmempekerjakan 5-10 karwayan. Perusahaan kategorimenengah adalah perusahaan yang mempekerjakankaryawan di atas 10 dan kurang dari 99, sedangkanperusahaan yang mempekerjakan karyawan lebih dari 100termasuk dalam perusahaan kategori besar. Kaitannyadengan Perda TSP ini adalah perusahaan yangmempekerjakan karyawan 100 orang maka termasukperusahaan besar. Ada perusahaan yang mempekerjakanbanyak karyawan tapi omsetnya kecil dan sebaliknya adajuga perusahaan yang tenaga kerjanya sedikit tapi omsetnyabanyak. Sehingga adanya pembatasan 100 diasumsikanbahwa perusahaan itu besar dan mendapat keuntungan/omsetbanyak sehingga mampu melakukan TJSL.”

85 Data Primer hasil wawancara dengan Mukhlis selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 pada tanggal 5 November2014.

86 Data Primer hasil wawancara dengan Even Kurniawan selaku Mediator HubunganIndustrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17November 2014.

Page 114: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

100

Menurut Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh Dinas

Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga

menjelaskan bahwa87

“Pengkategorian industri, didasarkan pada ada dua hal yaitudari sisi tenaga kerja dan dari nilai investasi. Pengkategorianperusahaan didasarkan pada jumlah tenaga kerja dibedakanmenjadi industri mikro yaitu perusahaan yangmempekerjakan tenaga kerjanya sampai dengan 2 orang,industri kecil tenaga kerjanya sampai dengan 19 orang,industri menengah tenaga kerjanya sampai dengan 99 orangdan terkait dengan Pasal 20 Perda TSP yang menghendakijumlah karyawan 100 maka termasuk industri besar.Perusahaan besar didominasi oleh perusahaan bulu matapalsu dan wig, pengolahan kayu dan perusahaan rokok.”

2. Realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang mengamanatkan Pengelola TSP sudah harus

terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannya

Peraturan Daerah ini.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) adalah suatu

konsep di mana suatu perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap

lingkungan khususnya tempat mereka melakukan kegiatan usahanya.

Adanya pengaturan TJSL dalam berbagai peraturan perundang-

undangan di Indonesia khususnya dalam Pasal 74 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tidak lepas dari

peran Pemerintah dalam mencoba untuk memperbaiki kondisi

87 Data Primer hasil wawancara dengan Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh DinasPerdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga tanggal 8 November 2014

Page 115: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

101

stakeholders yang berada di sekitar perusahaan yang berbasis sumber

daya alam di Indonesia. Saat ini masyarakat merasa resah dan tidak

nyaman akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas

perusahaan yang melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber

daya alam. Pada hakekatnya pengaturan TJSL di Indonesia lebih

dikhususkan pada perusahaan yang berbasis sumber daya alam, hal ini

ditujukan untuk menjaga kelestarian lingkungan

Pada mulanya TJSL bersifat sukarela (voluntary) dan menjadi

wajib bagi perusahaan untuk menjalankan TJSL (mandatory), hal ini

terjadi karena telah dituangkannya persoalan TJSL dalam berbagai

peraturan perundang-undangan di Indonesia. Selama ini pelaksanaan

TJSL di Indonesia dibarengi oleh Undang-Undang yang lain yang

diharapkan mampu mendukung pelaksanaan TJSL, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (UU

Kehutanan) Jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Menjadi Undang-

Undang

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas

Bumi (UU Migas)

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara (UU BUMN)

Page 116: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

102

4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

(UU SDA)

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH)

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan

Fakir Miskin (UU PFM)

Adanya peraturan perundang-undangan yang membahas TJSL

di tingkat nasional, memang harus dibarengi dengan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang TJSL di tingkat daerah.

Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga telah

mengeluarkan Perda TSP. Dalam Perda TSP tersebut, terdapat

beberapa Pasal yang pada pokonya mengatur tentang Pengelola TSP,

diantaranya ialah:

Pasal 1

(7) Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah rangkaian

kegiatan koordinasi, perencanaan kegiatan, pendataan perusahaan,

penghimpunan, dan pendistribusian dana/kegiatan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan.

(8) Pengelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya

disebut Pengelola TSP adalah lembaga mandiri non pemerintah

yang bertanggungjawab dalam pengelolaan kegiatan dan

pendanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Page 117: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

103

Menurut Tavip selaku selaku Kepala Sekretariat Daerah

Kabupaten Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia

menjelaskan bahwa 88

“Pengelola TSP memang lembaga mandiri non pemerintah, halini ditujukan karena Pemerintah tidak boleh mengelola secaralangsung dana-dana TJSL. Jika dana-dana TJSL dikelola olehPemerintah Daerah Purbalingga maka masukanya ke APBD,sedangkan dana TJSL tidak termasuk pendapatan daerahsehingga akan lebih baik apabila dikelola oleh suatu lembaga diluar pemerintahan”

Pendapat lain dikemukakan oleh Mukhlis selaku ketua Komisi

III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode

2009-2014 yang mengatakan bahwa 89

“Pembentukan Perda TSP ditujukan untuk membentukpengelola TSP yang didasarkan pada hasil kajian akademis danberbagai pertimbangan diantaranya untuk mempermudahpengumpulan dan pendistribusian dana untuk TJSL makadibentuk lembaga mandiri non pemerintah. Ketika Perda TSP inidiberlakukan nantinya akan ada tenaga yang siapmengkoordinir, mendistribusikan dan mengadministrasikan”

Menurut Imam Solihin selaku pendamping Komisi III Periode

2009-2014 dalam Rapat Paripurna Pembahasan Perda TSP

menjelaskan bahwa90

“Karena dilihat substansi dari pembentukan Perda TSP itusendiri pada hakekatnya melambangkan niat dan kepedulianPemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dalam memotivasi

88 Data Primer hasil wawancara dengan Tavip selaku selaku Kepala Sekretariat DaerahKabupaten Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 16 Oktober 2014.

89 Data Primer hasil wawancara dengan Mukhlis selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 pada tanggal 5 November2014.

90 Data Primer hasil wawancara dengan Imam Solihin selaku pendamping Komisi IIIPeriode 2009-2014 dalam Rapat Paripurna Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah KabupatenPurbalingga Nomor 28 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada tanggal 5November 2014.

Page 118: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

104

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan sosialkemasyarakatan guna melayani kepentingan masyarakat dalampengembangan kesejahteraan pembangunan sosial dan ekonomimasyarakat, sehingga sudah jelas unsur pengelola TSP itusendiri berasal dari non pemerintahan yang terdiri dari unsurakademisi, tokoh masyarakat, LSM yang terdaftar di SKPD danperwakilan perusahaan peserta TSP.”

Pasal 4

Ruang lingkup dibentuknya Peraturan Daerah ini adalah untuk

mengatur:

a. tanggung jawab sosial Perusahaan yang menjalankan usahanya baik

yang berdampak maupun tidak berdampak di masyarakat secara

sosial maupun lingkungan;

b. Penyelenggaraan pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. Pembentukan pengelola tanggung jawab sosial perusahaan.

Pasal 5

(1) Pengelolaan kegiatan TSP dilaksanakan oleh Pengelola TSP.

(2) Tata cara pengelolaan TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan pengelola TSP berdasarkan arah kegiatan TSP.

Pasal 6

(1) Pengelolaan TSP diarahkan melalui penyelenggaraan kegiatan:

a. pemberdayaan masyarakat antara lain meningkatkan

kemampuan manajemen dan produktifitas, mendorong

inovasi dan kreatifitas, meningkatkan kemandirian usaha,

atau pelatihan fungsi manajemen keuangan, atau kegiatan

sejenis;

Page 119: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

105

b. pelayanan sosial berupa layanan kesehatan, pendidikan,

keolahragaan, keagamaan, kebudayaan, dan/atau pelayanan

sosial lainnya;

c. tanggap darurat sosial dan bencana alam.

(2) Pemerintah Daerah menyampaikan program prioritas pembangunan

daerah kepada Pengelola TSP sebagai bahan perencanaan

kegiatan TSP.

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan Pengelola TSP.

(2) Pengelola TSP berkedudukan dan berdomisili di daerah, dan

ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa tugas 3 (tiga)

tahun.

Menurut Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Purbalingga menjelaskan bahwa 91

“Kata-kata pemerintah daerah memfasilitasi artinya lembaga yangakan dibentuk itu adalah lembaga non pemerintah. Memangpenyusunan rancangan Perda ini tidak dibarengi denganpenyusunan rancangan peraturan bupati sebagai penjabaran dariPerda TSP tersebut. Jangan sampai dalam penyusunan Perbubmembuat aturan baru yang bertentangan dengan Perda-nya danmemang sering kali penyusunan Perbup terlambat sehingga dapatdikatakan bahwa Perda ini belum sepenuhnya implementatif.Dilihat dari struktur organisasi tentang penyusunan/perumusanPerbup maka itu menjadi tugas dan wewenang Sekretariat DaerahKabupaten Purbalingga Bagian Hukum. Adapun yang menyusundari draft rancangan Perbup-nya adalah SKPD terkait. Misalnyamasalah pertanian maka dinas pertanian yang membuat petunjukpelaksanaan, bisa juga dinsosnakertrans membuat draft peraturanpelaksana, namun koordinator dalam penyusunan draft rancangan

91 Data Primer hasil wawancara dengan Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 120: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

106

Perbup-nya adalah Sekretariat Daerah Kabupaten PurbalinggaBagian Perekonomian, mengingat Sekda Bagian Perekonomianadalah koordinator rumpun perekonomian. Sederhananya, dalampenyusunan draft rancangan Perbup koordinatornya adalah SekdaBagian Perekonomian yang bekerja sama dengan dinas terkaitlainnya misalnya Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Dinsosnakertrans), Dinas Perindustrian, Perdagangan danKoperasi (Dinperindagkop), Kantor Penanaman Modal danPerizinan Terpadu (KPMPT), dsb. DPRD salah satu fungsinyaadalah pengawasan, termasuk diantaranya mengawasi jalannyaPerda yang telah diterbitkan, ketika ada Perda belumimplementatif karena peraturan pelaksanaanya belum terbit makatugas dewan untuk meningkatkan pengawasannya. Sebenarnyadewan sudah pernah melakukan koordinasi dengan PemerintahDaerah untuk segera membentuk Perbup tapi tidak secara limitatifdan kelembagaan.”

Menurut Mukhlis selaku ketua Komisi III Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 yang

mengatakan bahwa 92

“Leading sektor dalam mengkoordinasikan pembentukanPengelola TSP adalah dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi.Sebenarnya tiap tahun perusahaan-perusahaan sudahmelaksanakan TJSL yang disalurkan kepada dinas sosial, tenagakerja dan transmigrasi, tepatnya pada dinas sosialnya sepertipemberian sembako, kursi roda, alat bantu dengar, dsb. Ketikasebuah Perda sudah diundangkan dalam lembaran daerah makatinggal dijalankan saja, tapi sampai saat ini Perda TSP belum bisaberjalan karena belum ada Keputusan Bupati yang menetapkanPengelola TSP”

Menurut Tavip selaku selaku Kepala Sekretariat Daerah

Kabupaten Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia

menegaskan bahwa 93

92 Data Primer hasil wawancara dengan Mukhlis selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 pada tanggal 5 November2014.

93 Data Primer hasil wawancara dengan Tavip selaku selaku Kepala Sekretariat DaerahKabupaten Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 16 Oktober 2014.

Page 121: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

107

“Apabila dilihat dari tupoksinya, masalah TJSL menjadikewenangan Sekda bagian perekonomian karena instansi itulahyang mempunyai wewenang mengatur tentang dunia usaha. Haltersebut berdasarkan Pasal 2 huruf c Perda KabupatenPurbalingga Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penjabaran TugasPokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Staf Ahli BupatiKabupaten Purbalingga, bagian perekonomian membawahi danmengkoordinasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan:

a) Sumber daya alam;b) Produksi, distribusi dan dunia usaha;c) BUMD dan lembaga keuangan.”

Senada dengan Tavip, Tukimin selaku Kepala Bidang Hubungan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigasi Kabupaten Purbalingga dan Even Kurniawan selaku

Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigasi Kabupaten Purbalingga menegaskan bahwa 94

“Perda TSP merupakan inisiatif dari dewan, namundinsosnakertrans diminta bantuannya untuk ikut serta dilibatkandalam pembahasan raperda TSP ini. Karena dinsosnakertransdianggap sebagai “bapaknya perusahaan” karena pembinaanperusahaan banyak dilakukan oleh dinsosnakertrans. Dalam halini yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah Bupati danperangkat daerah, perangkat daerah terdiri dari unsur sekretariatdaerah, unsur unit pelaksanaan teknis dan ada unsur pelaksanayang namanya dinas-dinas daerah. Dalam Pasal 7 ayat (1) PerdaTSP menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah memfasilitasipembentukan Pengelola TSP. Ketika Pemerintah daerahmemfasilitasi pembentukan pengelola maka ini adalah suatukebijakan untuk mengkoordinir seluruh unit yang ada sesuaidengan fungsi keterlibatannya. Banyaknya lembaga yang terlibatmaka harus dikoordinir oleh Asisten 2 yang membidangiekonomi, pembangunan dan kesejahteraan rakyat, adapun unit-unit yang terlibat adalah Sekda bagian perekonomian, Sekdabagian kesejahteraan rakyat, BAPEDA, Dinsosnakertrans,Dinperindagkop, Dinas Pendidikan dan Kebudaayaan jugaterlibat. Kalaupun nantinya dinsosnakertrans ditunjuk oleh Bupati

94 Data Primer hasil wawancara dengan Tukimin selaku Kepala Bidang Hubungan danPerlindungan Tenaga Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalinggadan Even Kurniawan selaku Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigasi Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 122: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

108

untuk menjadi koordinator pembentukan pengelola TSPsebenarnya kami siap, tapi selama ini belum ada suratpenunjukan.”

Di sisi lain Budi Setyawan selaku Kepala Sekretaris Daerah

Bagian Perekonomian menegaskan bahwa 95

“Selama ini perusahaan-perusahaan khususnya BUMD secaraparsial sudah memberikan TJSL. Belum jalannya Perda TSPdikarenakan belum adanya pemerintah daerah yang memfasilitasipembentukan pengelola TSP yang kemudian ditetapkan dalamKeputusan Bupati. Sampai sekarang Keputusan Bupati tersebutbelum ada. Koordinator rumpun perekonomian memang ada diSekda Bagian Perekonomian, tapi teknisnya ada di dinas. Secarainstitusional hubungan dengan perusahaan-perusahaan BUMDmemang ada di bagian perekonomian, walaupun dalam bagianperekonomian ada subbagian dunia usaha namun bagianperekonomian sebagai pembina perusahaan-perusahaan BUMDsaja. Selama ini TJSL perusahaan-perusahaan diberikan padadinsosnakertrans, yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan swasta. Terlepas dari itu semua, bisa saja pemerintahdaerah yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Perda TSP adalahbagian perekonomian, karena dalam Perda Tupoksi Sekda adaketentuan yang berbunyi pelaksanaan tugas lain yang diberikanoleh bupati. Namun perlu diingat bahwa bagian perekonomianmembidangi perusahaan BUMD saja, tapi apabila nantinyaditunjuk oleh Bupati bagian perekonomian sebagaikoordinatornya maka kami siap karena memang ada Pasal sapujagat itu yang memang sudah diamanatkan dalam Perda TupoksiSekda dan Staf Ahli Kabupaten Purbalingga. Namun sampai saatini belum ada petunjuk dari atasan untuk membentuk timpengelola TSP”

Menurut Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh Dinas

Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga

menjelaskan bahwa96

“Pemerintah daerah yang seharusnya memfasilitasi pembentukanpengelola TSP adalah Sekda bagian perekonomian. Sekda bagian

95 Data Primer hasil wawancara dengan Budi Setyawan selaku Kepala Sekretaris DaerahBagian Perekonomian pada tanggal 5 November 2014.

96 Data Primer hasil wawancara dengan Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh DinasPerdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga tanggal 8 November 2014

Page 123: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

109

perekonomian seharusnya aktif, di samping itu juga harusmelibatkan SKPD terkait seperti dinperindagkop,dinsosnakertran, dinas pertanian, dinas peternakan dan perikanan,dinas ketahanan pangan dan lain sebagainya”

Pasal 8

(1) Tugas pokok Pengelola TSP adalah:

a. mengkoordinasikan, merencanakan, mendata perusahaan,

menghimpun dana TSP, dan menyusun kegiatan TSP di

daerah;

b. menyusun pelaporan penyelenggaraan TSP kepada Pemerintah

Daerah, DPRD, dan Perusahaan Peserta Kegiatan TSP.

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Pengelola TSP mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan sosialisasi kegiatan TSP kepada perusahaan yang

menjalankan usahanya di daerah;

b. pemberian layanan dan fasilitasi kepada perusahaan peserta

kegiatan TSP;

c. pelaksanaan pendataan, pencatatan, pendokumentasian, maupun

publikasi kegiatan TSP yang akan, sedang atau telah dilakukan;

d. pemberian usulan rekomendasi penghargaan dan/atau fasilitas

kemudahaan kepada pemerintah daerah, bagi perusahaan peserta

kegiatan TSP yang memberi kontribusi nyata terhadap

kesejahteraan masyarakat.

(3) Pengelola wajib menyampaikan rencana tahunan kegiatan TSP

yang akan dilaksanakan kepada perusahaan peserta kegiatan TSP

dengan tembusan kepada Bupati dan DPRD.

Page 124: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

110

Pasal 9

(1) Pengelola TSP berjumlah 7 (tujuh) orang anggota yang terdiri atas:

a. 1 (satu) orang dari unsur Akademisi;

b. 1 (satu) orang dari unsur Tokoh Masyarakat;

c. 1 (satu) orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat yang terdaftar

di SKPD terkait;

d. 4 (empat) orang perwakilan perusahaan peserta kegiatan TSP.

(2) Susunan Pengelola TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. 1 (satu) orang Ketua;

b. 1 (satu) orang Sekretaris;

c. 1 (satu) orang Bendahara; dan,

d. 4 (empat) orang Anggota.

(3) Ketua, Sekretaris dan Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dipilih dari dan oleh anggota Pengelola TSP.

Pasal 10

Untuk dapat menjadi anggota Pengelola TSP, seorang calon harus

memenuhi syarat:

a. minimal berumur 35 tahun;

b. berpendidikan minimal sarjana;

c. berintegritas, mampu bekerjasama, serta memiliki tanggung jawab

sosial yang tinggi dalam masyarakat;

d. berpengalaman dalam organisasi;

e. mengerti dan menguasai pengelolaan TSP;

Page 125: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

111

f. warga daerah dan sudah berdomisili di daerah paling sedikit selama

5 (lima) tahun berturut-turut, kecuali anggota perwakilan dari

perusahaan;

Pasal 11

(1) Keputusan Pengelola TSP dilakukan dengan musyawarah mufakat.

(2) Apabila musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak.

Pasal 12

(1) Untuk Pengelolaan TSP, Pengelola TSP mendapatkan biaya

operasional setiap tahun.

(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

Pengelola TSP setinggi-tingginya 10% dari dana TSP yang

terhimpun.

Pasal 13

(1) Anggota Pengelola TSP dinyatakan berhenti apabila:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. tidak melaksanakan kewajibannya selama 6 (enam) bulan

berturut-turut;

d. melakukan tindak pidana dan telah mendapat putusan pengadilan

yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

e. telah habis masa tugasnya.

(2) Usul pemberhentian Pengelola TSP disampaikan oleh Ketua dan

Sekretaris kepada Bupati.

Page 126: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

112

Pasal 14

(1) Bupati membentuk tim seleksi calon Pengelola TSP yang terdiri

dari 3 (tiga) orang dengan susunan:

a. 1 (satu) orang ketua dari unsur Pemerintah Daerah;

b. 1 (satu) orang sekretaris dari unsur DPRD; dan

c. 1 (satu) orang anggota dari unsur Perusahaan.

(2) Seleksi calon Pengelola TSP dilakukan berdasar tahap seleksi

administrasi dan wawancara.

(3) Hasil seleksi calon Pengelola TSP sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

(4) Tatacara rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 16

(1) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan diberikan dalam bentuk dana

yang dikelola Pengelola TSP.

(2) Besaran dana, cara pemungutan, dan kriteria penetapan dana TSP

ditetapkan Pengelola TSP dengan persetujuan perusahaan peserta

kegiatan TSP.

Pasal 17

(1) Setiap orang atau kelompok masyarakat yang memperoleh bantuan

dana TSP diwajibkan membuat laporan penggunaan dana kepada

Pengelola TSP.

Page 127: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

113

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah kegiatan yang didanai

selesai.

Pasal 18

Pengelola TSP setiap tahun wajib menyerahkan laporan realisasi data

perusahaan peserta TSP, dana yang dihimpun, dan distribusi kegiatan

TSP kepada perusahaan peserta kegiatan TSP, dengan tembusan

Bupati dan DPRD.

Pasal 19

Setiap perusahaan peserta kegiatan TSP berhak:

a. menetapkan kegiatan TSP yang akan dilaksanakan oleh

perusahaan bersangkutan sesuai rencana dan program prioritas

yang dilaksanakan pengelola TSP;

b. mendapat penghargaan, fasilitas dan/atau kemudahan lain dari

pemerintah bagi perusahaan sesuai usulan pengelola TSP;

Pasal 23

(1) Pengelola TSP yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 18 dijatuhi sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a. teguran tertulis;

b. pemberhentian sementara atau definitif, jika pelanggaran

tersebut dilakukan lebih dari 1 (satu) kali, baik untuk

sebagian atau seluruh pengelola.

Page 128: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

114

Pasal 26

Pengelola TSP sudah harus terbentuk paling lambat 1 (satu) tahun

sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

Pada hakekatnya pembentuk Perda TSP ingin membentuk tim

pengelola TSP, hal ini dibuktikan dengan banyaknya Pasal dalam

Perda TSP yang mengatur mengenai pengelola TSP. Diaturnya

pengelola TSP dalam Perda TSP dilatar belakangi oleh adanya

apresiasi dari DPRD Kabupaten Purbalingga yang melihat kondisi

khusus di Kabupaten Purbalingga yaitu banyak ditemui perusahaan-

perusahaan besar baik berupa penanam modal asing maupun penamam

modal dalam negeri. Hal ini didukung oleh pendapat Imam Solihin

yang mengatakan bahwa 97

“Pada intinya Komisi III DPRD Kabupaten Prubalingga yangmembidangi kesejahteraan masyarakat ingin membuat suatuperaturan yang secara khusus mengatur masalah TJSL diKabupaten Purbalingga, hal ini diperuntukan agar terciptakeharmonisan dalam pengelolaan TJSL mengingat banyaknyaperusahaan di Kabupaten Purbalingga yang apabila melakukanTJSL secara individual dirasa kurang efektif dan akan menjadibesar manfaatnya apabila dilaksanakan secara kolektif ke dalamsuatu wadah yang mengkoordinir dana-dana TJSL di lingkunganKabupaten Purbalingga. Ketika suatu Perda sudah di disahkandan diundangkan maka harus segera dijalankan oleh eksekutif. ”

Menurut penulis, adanya pengelola TSP ditujukan untuk

mencapai efektivitas, efisiensi, pemerataan, keteraturan, kepastian

dalam menyalurkan dana TJSL di Kabupaten Purbalingga.

97 Data Primer hasil wawancara dengan Imam Solihin selaku pendamping rapat paripurnapembahasan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang TanggungJawab Sosial Perusahaan pada tanggal 28 Oktober 2014.

Page 129: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

115

B. Pembahasan

1. Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan

Setelah lebih dari enam tahun menjadi payung hukum dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia, Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan telah dinyatakan tidak berlaku dan digantikan

oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang

selanjutnya disebut UU P3 merupakan pedoman dasar dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia, baik di

tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dalam Undang-Undang P3 ini

disebutkan secara tegas dan jelas mengenai jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan di Indonesia yang tercantum dalam Pasal 7. Jenis

dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ditambah dengan ketentuan Pasal 8 UU P3. Pasal

tersebut di atas menjadi acuan dalam setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan. Sebagaimana yang telah penulis uraikan

sebelumnya bahwa teori stufenbau des recht atau the hierarchy of

Page 130: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

116

norms yang dikemukakan oleh Hans Kalsen dapat dimaknai sebagai

berikut:

1) Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus

bersumber dan berdasar pada peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.

2) Isi atau materi muatan peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah tidak boleh menyimpangi atau bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Senada dengan Pasal 7 ayat (2) UU P3 yang menegaskan bahwa

peraturan perundang-undangan di bawah tidak boleh bertentangan

dengan peraturan di atasnya. Dengan demikian setiap peraturan

perundangan harus selaras dan tidak boleh bertentangan dengan

peraturan perundangan di atasnya dan puncak dari peraturan

perundang-undangan adalah UUD 1945 sehingga tidak boleh ada

peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah

yang bertentangan dengan UUD 1945. Dengan demikian apabila teori

stufenbau des recht atau the hierarchy of norms yang dikemukakan

oleh Hans Kalsen dikaitkan dengan jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Jo Pasal 8

UU P3 adalah sebagai berikut:

Pertama, UUD 1945 merupakan peraturan perundangan yang

tertinggi sehingga Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

Page 131: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

117

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi,

dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak boleh bertentangan dan

harus bersumber serta berdasar pada UUD 1945.

Kedua, Amandemen UUD 1945 membawa implikasi terhadap

kedudukan, tugas, dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat.

MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara,

kini berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan

lembaga negara lainnya. Dalam pembentukan Ketetapan MPR tidak

boleh bertentangan dengan UUD 1945 dan menjadi dasar bagi

pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya yakni

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi,

dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Ketiga, Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan

yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan

bersama Presiden Republik Indonesia. Materi muatan Undang-Undang

adalah meliputi pengaturan lebih lanjut ketentuan UUD 1945, perintah

dari Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang,

pengesahan perjanjian internasional tertentu, tindak lanjut atas putusan

Mahkamah Konstitusi dan pemenuhan kebutuhan hukum dalam

masyarakat (Pasal 10 UU P3). Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu) adalah Peraturan Perundang-undangan yang

ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia dalam hal ikhwal

Page 132: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

118

kegentingan yang memaksa. Materi muatan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang adalah sama dengan materi muatan

Undang-Undang (Pasal 11 UU P3). Dalam pembentukan UU/Perpu

pun harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945

dan Ketetapan MPR serta menjadi dasar bagi pembentukan peraturan

perundang-undangan di bawahnya.

Keempat, Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-

undangan yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia. Materi

muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk ''menjalankan''

Undang-Undang sebagaimana mestinya (Pasal 12 UU P3). Dengan

demikian dalam pembuatan peraturan pemerintah harus bersumber,

berdasar dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan di atasnya (UUD 1945, Ketetapan MPR, UU/Perpu) dan

menjadi dasar bagi peraturan perundang-undangan di bawahnya yakni

Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Kelima, Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-

undangan yang dibuat oleh Presiden Republik Indonesia. Materi

muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh

Undang-Undang atau materi untuk ''melaksanakan'' Peraturan

Pemerintah atau materi untuk melaksanakan penyelengaraan

kekuasaan pemerintahan (Pasal 13 UU P3). Pembentukan Peraturan

Presiden harus bersumber, berdasar dan tidak boleh bertentangan

Page 133: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

119

dengan UUD 1945, Ketetapan MPR, UU/Perpu dan Peraturan

Pemerintah dan menjadi dasar bagi Peraturan Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Keenam, Peraturan Daerah dalam hal ini Peraturan Daerah Provinsi

dan Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan

bersama Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur atau Bupati/Walikota,

hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 236 ayat (2) UU Pemda yang

menyebutkan bahwa Perda dapat dibentuk oleh DPRD dengan

persetujuan bersama kepala Daerah. Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 Jo.

Pasal 236 ayat (1) UU Pemda menyebutkan bahwa Pemerintahan

Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan

lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan

tersebut merupakan dasar kewenangan bagi Pemerintahan Daerah

dalam membentuk Peraturan Daerah. Materi muatan Peraturan Daerah,

baik Peraturan Daerah Provinsi maupun Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota, tercantum dalam ketentuan Pasal 14 UU P3 yang

berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah

dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah

dan/atau penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi. Materi muatan Peraturan Daerah juga dapat memuat

sanksi pidana berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 bulan

atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

Page 134: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

120

rupiah) sebagaimana tercantum dalam Pasal 15 UU P3.98 Dengan

demikian maka pembentukan Peraturan Daerah harus berdasar,

bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundangan di atasanya.

Dalam sistem peraturan perundang-undangan dikenal adanya

hierarki (Pasal 7 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) UU P3). Ada peraturan

perundang-undangan yang mempunyai tingkatan yang tinggi dan ada

yang mempunyai tingkatan yang lebih rendah. Perundang-undangan

suatu negara merupakan suatu sistem yang tidak menghendaki atau

membenarkan atau membiarkan adanya pertentangan atau konflik di

dalamnya. Peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih

rendah tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi sepanjang

mengatur hal yang sama. Kalau sampai terjadi konflik, peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggilah yang akan meniadakan

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Ini merupakan asas

preferensi hukum yang dikenal dengan adagium lex superior derogat

legi inferiori. Konflik mungkin juga terjadi antara peraturan

perundang-undangan yang sifatnya umum dengan yang sifatnya

khusus, sedangkan keduanya mengatur hal yang sama. Kalau terjadi

demikian maka peraturan yang khusus akan meniadakan peraturan

yang umum sifatnya atau peraturan khususlah yang harus didahulukan

98 Serafina Shinta Dewi, Materi Muatan Peraturan Daerah dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, tersedia di website http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/34-skripsi/809-materi-muatan-peraturan-daerah-dalam-peraturan-perundang-undangan-di-indonesiadiakses pada tanggal 9 Desember 2014.

Page 135: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

121

(lex specialis derogat legi generali). Konflik dapat terjadi juga antara

peraturan perundang-undangan yang lama dengan yang baru, yang

mengatur hal yang sama. Kalau diundangkan peraturan baru yang tidak

mencabut peraturan yang lama yang mengatur materi yang sama

sedangkan keduanya saling bertentangan satu sama lain maka

peraturan yang baru meniadakan atau mengalahkan peraturan yang

lama (lex posteriori derogat legi priori).99

Seiring dengan perkembangan dunia usaha, maka pemerintah

bersama-sama dengan DPR RI melakukan penyempurnaan terhadap

UU PT yang lama (UU No. 1 Tahun 1995), hal ini disebabkan agar

dunia usaha dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang ada dan

juga tetap memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya. UU No. 1

Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas diganti menjadi UU No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Pergantian UU PT ini

dilakukan dalam rangka penyempurnaan. UU PT yang baru

mengakomodir berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa

penambahan ketentuan baru, perbaikan, penyempurnaan, maupun

mempertahankan ketentuan lama yang dinilai masih relevan.

UU PT yang baru membawa satu hal yang sama sekali baru

yang sebelumnya belum diatur dalam undang-undang perseroan

terbatas yang lama, yaitu tanggung jawab sosial dan lingkungan atau

99 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) Edisi Keempat, Liberty,Yogyakarta, 1999, hal 85-87.

Page 136: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

122

dalam bahasa Inggis dikenal corporate social responsibility (CSR).100

Persoalan mengenai CSR diatur dalam Pasal 74 UU PT yang

menyebutkan bahwa

Pasal 74

(1)Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2)Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan

kewajaran.

(3)Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan Pasal 74 UU PT :

Ayat (1)

Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan

Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma dan budaya masyarakat setempat.

100 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, Sinar grafikaOffset, Jakarta, 2009, hal. 95.

Page 137: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

123

Yang dimaksud dengan Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya dibidang sumber daya alam adalah Perseroan yang kegiatan

usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.

Secara konseptual, yang dimaksud sumber daya alam adalah

suatu sumber daya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya

tanah, air dan perairan, udara dan ruang, mineral, panas bumi dan gas

bumi, angin, arus laut.101 Di sisi lain, pengertian sumber daya alam

menurut Pasal 1 angka (9) UU PPLH adalah unsur lingkungan hidup

yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan non hayati yang secara

keseluruhan mempengaruhi ekosistem. Dalam hal ini Pasal 1 angka

(9) UU PPLH membedakan antara sumber daya alam hayati dan non

hayati. Yang dimaksud sumber daya alam hayati adalah sumber daya

alam yang berasal dan bersumber dari makhluk hidup yang sifatnya

mudah untuk diperbaharui. Contoh sumber daya alam hayati antara

lain bahan-bahan pangan dari tumbuhan atau hewan, bahan sandang

yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tertentu, dsb.

Sedangkan sumber daya alam non hayati adalah sumber daya alam

yang berasal dari benda yang tak hidup yang sukar untuk

diperbaharui, contohnya tanah, batuan, bahan-bahan tambang, dsb.

Dengan demikian, contoh Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang sumber daya alam ialah Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya dibidang pertambangan (tambang

101 Moh. Soerjani, dkk, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalamPembangunan, UI-Press, Jakarta, 2008, hal. 18.

Page 138: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

124

minyak dan gas bumi, tambang emas, timah dan intan), perindustrian

(industri kuliner, tekstil), kehutanan dan perkebunan, dsb.

Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU PT

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya

alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

Berdasar rumusan penjelasan tersebut maka timbul persoalan,

bagaimana kriteria kegiatan usaha yang berdampak pada fungsi

kemampuan sumber daya alam? Hal ini menimbulkan kebingungan

tersendiri apakah suatu PT tertentu diwajibkan melaksanakan TJSL

atau tidak, mengingat dalam UU PT tidak memberikan batasan

mengenai kegiatan usaha seperti apakah yang berdampak pada fungsi

kemampuan sumber daya alam. Inilah yang menjadi persoalan yang

menyebabkan rumusan Pasal 74 UU PT menjadi tidak jelas. Dengan

demikian akibat tidak jelasnya rumusan ayat tersebut, dapat menjadi

celah bagi Perseroan yang tidak bergerak di bidang sumber daya alam

untuk tidak melaksanakan TJSL.

Dalam Penjelasan Pasal 74 UU PT jelas disebutkan bahwakewajiban pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidangdan/atau berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanyamelihat pada bisnis inti (core business) dari perusahaan tersebut.Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsungmelaksanakan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selamakegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber

Page 139: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

125

daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakantanggung jawab sosialnya. Hal ini berarti bahwa baik ituperusahaan pertambangan, industri perkayuan, industrimakanan, yang dalam kegiatan usahanya berhubungan langsungdengan sumber-sumber daya alam, maupun rumah sakit,perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan danperusahaan-perusahan lain yang secara tidak langsungmenggunakan dan berdampak pada sumber daya alam dalamkegiatan usahanya, wajib melaksanakan Corporate SocialResponsibility (CSR).102

Ayat (3)

Yang di maksud dengan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan adalah dikenai segala bentuk sanksi

yang di atur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

Berlakunya PP TJSL sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 74

ayat (4) UU PT mengakibatkan PT yang menjalankan kegiatan usaha

di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam tunduk pada

kedua peraturan tersebut. Pasal 2 PP TJSL menyebutkan bahwa setiap

Perseroan selaku subyek hukum mempunyai TJSL. TJSL sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam berdasarkan UU, dalam hal ini kewajiban tersebut

dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan Perseroan

(Pasal 3 ayat (1) dan (2) PP TJSL). TJSL dilaksanakan oleh Direksi

berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapatkan

persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran

dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam UU, dalam rencana

102 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, op cit, hal 95.

Page 140: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

126

kerja tahunan Perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan

anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial

dan lingkungan (Pasal 4 ayat (1) dan (2) PP TJSL). Dalam hal

menyusun rencana kegiatan dan anggaran harus memperhatikan

kepatutan dan kewajaran (Pasal 5 ayat (1) PP TJSL). Adapun realisasi

anggaran pelaksanaan TJSL Perseroan diperhitungkan sebagai biaya

Perseroan (Pasal 5 ayat (2) PP TJSL). Pelaksanaan TJSL dimuat dalam

laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS

(Pasal 6 PP TJSL). Ketentuan Pasal 7 PP TJSL agaknya sama dengan

ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU PT yang menyebutkan bahwa

Perseroan yang tidak melaksanakan TJSL dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini TJSL

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak menghalangi Perseroan

berperan serta melaksanakan TJSL sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 dan Perseroan yang telah berperan serta melaksanakan TJSL dapat

diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang (Pasal 8 ayat (1

dan 2) PP TJSL).

Pada tanggal 22 Desember 2012 Kabupaten Purbalingga telah

membentuk Perda TSP. Ketentuan Pasal 240 ayat (2) UU Pemda

menegaskan bahwa penyusunan rancangan Perda dapat berasal dari

DPRD atau kepala daerah. Dalam hal ini Perda TSP merupakan usulan

atau inisiatif dari DPRD Kabupaten Purbalingga sehingga sesuai

Page 141: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

127

dengan ketentuan Pasal 240 ayat (2) UU Pemda. Hal ini didukung oleh

pendapat Imam Solihin yang menjelaskan bahwa103

“Memang benar Peraturan Daerah Kabupaten PurbalinggaNomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab SosialPerusahaan adalah Perda inisiatif dari DPRD KabupatenPurbalingga, tepatnya Komisi III DPRD KabupatenPurbalingga.”

Salah satu fungsi DPRD Kabupaten/Kota berdasar ketentuan

Pasal 149 ayat (1) UU Pemda yang meyebutkan bahwa DPRD

kabupaten/kota mempunyai fungsi: a. pembentukan Perda

Kabupaten/Kota; b. anggaran; dan c. pengawasan. Dalam hal ini fungsi

pembentukan Perda Kabupaten oleh DPRD Kabupaten Purbalingga

telah dilaksanakan yaitu dengan dibuatnya Perda TSP. Perda TSP

tersebut merupakan inisiatif dari DPRD Kabupaten Purbalingga yang

artinya bahwa DPRD Kabupaten Purbalingga mengajukan usulan

rancangan Perda Kabupaten/Kota yang kemudian dibahas bersama

dengan bupati, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 150 huruf a dan b

UU Pemda yang menyebutkan bahwa fungsi pembentukan Perda

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (1)

huruf a dilaksanakan dengan cara:

a. membahas bersama bupati/wali kota dan menyetujui atau tidak

menyetujui rancangan Perda Kabupaten/Kota;

b. mengajukan usul rancangan Perda Kabupaten/Kota; dan

103 Data Primer hasil wawancara dengan Imam Solihin, S.H., S.E. selaku pendampingKomisi III Periode 2009-2014 dalam Rapat Paripurna Pembahasan Rancangan Peraturan DaerahKabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan padatanggal 5 November 2014.

Page 142: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

128

Dasar hukum dalam Perda TSP mengacu pada dua undang-

undang yakni UU PM dan UU PT. UU PM menggunakan istilah

tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) untuk mengartikan istilah

corporate social responsibility sedangkan dalam UU PT menggunakan

istilah tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Dalam hal ini

Perda TSP menggunakan istilah yang berbeda dengan istilah yang

digunakan dalam UU PT yakni tanggung jawab sosial perusahaan

(TSP) di mana istilah ini sama dengan istilah yang digunakan dalam

UU PM. Pasal 1 angka (6) Perda TSP menyebutkan bahwa Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat TSP adalah

tanggungjawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal di

daerah untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan yang serasi,

selaras dan seimbang dengan lingkungan masyarakat sesuai nilai,

norma, dan budaya setempat.

Berdasarkan data perusahaan yang diperoleh di Dinas Sosial,

Tenaga kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrans) Kabupaten

Purbalingga terdapat 388 perusahaan yang dimiliki oleh penanam

modal dalam negeri dan 22 perusahaan penanam modal asing. Pasal 1

angka (1) UU PM menyebutkan bahwa penanaman modal adalah

segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal

dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di

wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Pasal 1 angka (1) UU

PM terdapat perbedaan antara penanaman modal dalam negeri dan

Page 143: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

129

penanaman modal asing. Pasal 1 angka (2) UU PM menyebutkan

bahwa Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam

modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan yang dimaksud

penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal

dalam negeri sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka (3) UU PM.

Adapun yang dimaksud penanam modal dalam negeri adalah

perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara

Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di

wilayah negara Republik Indonesia (Pasal 1 angka (5) UU PM).

Sedangkan yang dimaksud penanam modal asing adalah perseorangan

warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing

yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik

Indonesia (Pasal 1 angka (6) UU PM). Walaupun dalam UU PM

dibedakan antara penamam modal dalam negeri dan penanam modal

asing, namun penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia

berdasar UU PM, memberikan perlakuan yang sama dan tidak

membeda-bedakan asal negara (Pasal 2 huruf (d) UU PM). Sehingga

terdapat perlakuan yang sama antara penanam modal baik penanam

Page 144: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

130

modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk menanamkan

modalnya di negara Republik Indonesia. Menurut ketentuan UU PM

setiap penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan TSP, hal ini

dituangkan ke dalam Pasal 15 huruf (b). Dalam penjelasan Pasal 15

huruf (b) UU PM menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial

perusahan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap

perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang

serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan

budaya masyarakat setempat. Sehingga berdasar uraian tersebut di atas

setiap penanam modal baik penanam modal dalam negeri maupun

penanam modal asing wajib melaksanakan TSP. Apabila penanam

modal yang menanamkan modalnya di negara Republik Indonesia

tidak memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan TSP maka dikenai

sanksi administratif sesuai ketentuan Pasal 34 UU PM yaitu mulai dari

peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan

usaha dan/atau fasilitas penanaman modal atau pencabutan kegiatan

usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Apabila Pasal 1 angka (6)

Perda TSP dikaitkan dengan TSP yang diatur dalam UU PM maka

terdapat kesamaan dari segi penggunaan istilah dan tujuan TSP yang

diatur dalam kedua undang-undang tersebut.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diatur pula dalam

Pasal 74 UU PT. Dalam UU PT mewajibkan semua perusahaan yang

berbentuk Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usaha

Page 145: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

131

dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan TJSL. Penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU PT menjelaskan

bahwa tujuan diaturnya TJSL adalah untuk tetap menciptakan

hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Apabila

pengertian CSR yang diatur dalam Pasal 1 angka (6) Perda TSP

dikaitkan dengan Pasal 74 UU PT terdapat perbedaan yaitu dari segi

penggunaan istilah karena dalam Pasal 1 angka (6) Perda TSP

menggunakan istilah tangung jawab sosial perusahaan bukan tangung

jawab sosial dan lingkungan seperti yang diatur dalam Pasal 74 UU

PT.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa Pasal 1 angka (6) Perda TSP mengikuti UU PM dan

bertentangan dengan Pasal 74 UU PT, hal ini dapat dilihat dari segi

persamaan istilah dan tujuan TSP yang diatur dalam rumusan Pasal 1

angka (6) Perda TSP tersebut.

Seperti yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa pada

awalnya perusahaan diatur dalam KUHD, namun berdasar ketentuan

Pasal 15 KUHD, KUHPerdata menjadi sumber hukum pula bagi

perusahaan. Terhadap dua ktentuan ini berlaku asas preferensi hukum

lex specialis derogat legi generalis, dalam hal ini KUHD

berkedudukan sebagai hukum khusus (lex specialis) dan KUHPerdata

berkedudukan sebagai hukum umum (lex generalis) sehingga

Page 146: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

132

ketentuan dalam KUHPerdata menjadi tidak berlaku apabila sudah

diatur dalam KUHD. KUHD tidak memberikan pengertian secara

jelas mengenai istilah perusahaan itu sendiri, namun istilah

perusahaan dapat ditemukan dalam Pasal 6, 16 dan 36 KUHD. Pada

tahun 1982 untuk pertama kalinya istilah perusahaan dirumuskan

secara normatif ke dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan. Pengertian perusahaan

diatur pula dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1997 tentang Dokumen Perusahaan. Pengertian perusahaan dalam UU

DP mengalami perkembangan, hal ini dibuktikan dengan

dimasukannya pembedaan jenis-jenis perusahaan. Dalam hal ini

perusahaan dibedakan menjadi perusahaan badan hukum dan bukan

badan hukum. Perusahaan badan hukum selalu berupa persekutuan

sedangkan perusahaan bukan badan hukum dapat berupa perusahaan

perseorangan dan perusahaan persekutuan. Perbedaan antara

perusahaan yang berbentuk badan hukum dan bukan badan hukum

terletak pada bentuk tanggung jawabnya. Di mana perusahaan yang

bukan badan hukum anggota-anggotanya bertanggung jawab penuh

secara tanggung renteng dengan seluruh harta bendanya, contohnya

adalah perusahaan perseorangan, dan perusahaan persekutuan yang

terdiri dari persekutuan perdata, persekutuan firma dan persekutuan

komanditer. Sedangkan perusahaan badan hukum, anggota-

anggotanya tidak bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh

Page 147: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

133

harta kekayaannya. Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang

berbentuk badan hukum, diantaranya Koperasi, Yayasan dan

Perseroan Terbatas.

Setiap penanam modal yang akan melakukan kegiatan

penanaman modal di negara Republik Indonesia harus berbentuk

badan usaha. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU PM menyebutkan

penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan

usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha

perseorangan. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 5 ayat (2) UU PM

menyebutkan bahwa penanaman modal asing wajib berbentuk

perseroan terbatas. Dapat disimpulkan bahwa baik penanam modal

dalam negeri maupun penanam modal asing ketika akan menanamkan

modalnya di negara Republik Indnesia harus berbentuk badan usaha

baik yang berbadan hukum, bukan badan hukum maupun usaha

perseorangan.

Pasal 1 angka (9) Perda TSP menyebutkan bahwa Perusahaan

adalah semua badan usaha yang berdomisili di daerah, baik berbadan

hukum maupun tidak, usaha perseorangan, persekutuan, baik milik

swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh

dengan membayar upah atau imbalan lainnya. Berdasarkan rumusan

Pasal 1 angka (9) Perda TSP tersebut maka semua perusahaan yang

ada di Kabupaten Purbalingga baik yang berbentuk badan hukum

seperti PT, Koperasi, Perusahaan Daerah dan perusahaan bukan badan

Page 148: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

134

hukum seperti Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma,

Perusahaan Dagang, Usaha Dagang, baik berupa penanam modal

dalam negeri maupun penanam modal asing wajib melaksanakan

TJSL. Oleh karena itu apabila ketentuan ini dihubungkan dengan jenis

perusahaan yang wajib melaksanakan TJSL berdasar UU PM adalah

sama yaitu mewajibkan semua penanam modal untuk melaksanakan

TSP tanpa membedakan jenis-jenis perusahaan baik berbadan hukum,

bukan berbadan hukum ataukan usaha perseorangan. Hal ini

didukung oleh pendapat Kusmartadi, S.H. yang mengatakan bahwa 104

“Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga menginginkansupaya mereka melakukan tanggung jawab sosial diPurbalingga mengingat mereka melakukan kegiatan usahadisini dan mendapatkan keuntungan, sehingga pengertianperusahaan meliputi semua badan usaha karena ingin mengikatsemua badan usaha yang ada di Kabupaten Purbalingga”

Perseroan terbatas merupakan salah satu jenis perusahaan yang

berbentuk badan hukum. Hal ini dibuktikan dalam rumusan Pasal 1

angka (1) UU PT yang menyebutkan

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalahbadan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikanberdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha denganmodal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham danmemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undangini serta peraturan pelaksanaannya.

Ketentuan Pasal 1 angka (9) Perda TSP apabila dihubungkan

dengan jenis perusahaan yang wajib melaksanakan TJSL maka

bertentangan dengan apa yang diatur dalam UU PT yaitu hanya

104 Data Primer hasil wawancara dengan Kusmartadi, S.H. selaku Sekretaris DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 149: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

135

mewajibkan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas sebagai

badan hukum yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam melaksanakan TJSL.

Apabila dicermati lebih lanjut dalam rumusan Pasal 1 angka

(9) Perda TSP hanya menyebutkan “baik milik swasta maupun milik

negara”, dalam hal ini tidak menyebutkan perusahaan daerah yang

selanjutnya disebut perusda ke dalam pengertian perusahaan. Padahal

perusda berbeda dengan perusahaan milik negara ataupun swasta.

Perusda tunduk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang

Perusahaan Daerah (UU PD), sedangkan perusahaan negara atau

BUMN tunduk pada UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara. Menurut Pasal 2 UU PD, yang dimaksud perusahaan

daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-

Undang ini yang modalnya untuk seluruh atau untuk sebagian

merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali ditentukan lain

dengan atau berdasarkan Undang-Undang. Dalam Pasal 4 ayat (1) UU

PD ditentukan, perusahaan daerah didirikan dengan peraturan daerah

(PERDA) atas kuasa Undang-Undang ini. Dapat dikatakan bahwa

perusahaan daerah merupakan badan hukum yang kedudukannya

diperoleh dengan berlakunya PERDA yang bersangkutan (Pasal 4 ayat

(2) UU PD). Berdasar data yang diperoleh dari Sekertaris Daerah

Bagian perekonomian, di Kabupaten Purbalingga terdapat 7 (tujuh)

perusda yang semuanya didirikan dengan Perda. Apabila dikaitkan

Page 150: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

136

dengan rumusan Pasal 1 angka (9) Perda TSP yang tidak memasukan

perusda ke dalam pengertian perusahaan yang wajib TJSL maka

ketujuh perusda tersebut dibebaskan dari kewajiban untuk melakukan

TJSL.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perusahaan yang diwajibkan untuk melaksanakan TJSL berdasar Pasal

1 angka (9) adalah sama dengan yang diatur dalam UU PM yaitu

mewajibkan semua jenis perusahaan melaksanakan TJSL, sehingga hal

ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 74 UU PT yang mewajibkan

perseroan sebagai perusahaan berbentuk badan hukum yang

menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam untuk melaksanakan TJSL. Selain itu ketujuh

perusda yang ada di Kabupaten Purbalingga juga tidak diwajibkan

menjalankan TJSL karena tidak ada kata-kata “perusahaan daerah”

dalam rumusan Pasal 1 angka (9) Perda TSP tersebut.

Kewajiban untuk melaksanakan CSR yang diatur dalam UU

PM ataupun UU PT. Berdasar UU PM, setiap penanam modal baik

berupa badan usaha yang berbadan hukum maupun tidak badan hukum

ataupun usaha perseorangan wajib melaksanakan TSP, sedangkan

berdasar UU PT perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang

menjalankan kegiatan usaha dibidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alamlah yang wajib melaksanakan TJSL. Ketentuan Pasal

20 ayat (1) Perda TSP menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang

Page 151: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

137

berada di daerah dan mempekerjakan karyawan paling sedikit 100

(seratus) wajib menetapkan komitmennya dalam penyelenggaraan TSP

sebagai bagian dari kebijakan manajemen maupun program

pengembangan perusahaan dengan mempedomani ketentuan dan/atau

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Perusahaan. Dalam

UU PM dan UU PT tidak ada satu Pasal-pun yang memberi batasan

bahwa perusahaan yang mempekerjakan karyawan minimal 100 wajib

melaksanakan TSP. Adanya pembatasan 100 orang karyawan menurut

Kusmartadi diasumsikan sebagai perusahaan tersebut termasuk dalam

kategori mampu untuk melaksanakan TJSL. Pembatasan 100 karyawan

menurut Even Kurniawan didasarkan pada:105

“Terdapat standar perusahaan yaitu mikro, kecil,menengah/sedang dan besar. Perusahaan mikro adalahperusahaan yang mempekerjakan karyawan di bawah 5 orang,sedangkan perusahaan kecil adalah perusahaan yangmempekerjakan 5-10 karwayan. Perusahaan kategorimenengah adalah perusahaan yang mempekerjakan karyawandi atas 10 dan kurang dari 99, sedangkan perusahaan yangmempekerjakan karyawan lebih dari 100 termasuk dalamperusahaan kategori besar. Kaitannya dengan Perda TSP iniadalah perusahaan yang mempekerjakan karyawan 100 orangmaka termasuk perusahaan besar.”

Senada dengan pendapat Even Kurniawan, Avit Susanto selaku

fungsional penyuluh dalam Dinperindagkop menjelaskan bahwa 106

“Pengkategorian industri, didasarkan pada ada dua hal yaitudari sisi tenaga kerja dan dari nilai investasi. Pengkategorianperusahaan didasarkan pada jumlah tenaga kerja dibedakan

105 Data Primer hasil wawancara dengan Even Kurniawan, S.H. selaku MediatorHubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalingga padatanggal 17 November 2014.

106 Data Primer hasil wawancara dengan Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh DinasPerdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga tanggal 8 November 2014

Page 152: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

138

menjadi industri mikro yaitu perusahaan yang mempekerjakantenaga kerjanya sampai dengan 2 orang, industri kecil tenagakerjanya sampai dengan 19 orang, industri menengah tenagakerjanya sampai dengan 99 orang dan terkait dengan Pasal 20Perda TSP yang menghendaki jumlah karyawan 100 makatermasuk industri besar di mana tenaga kerjanya lebih dari 100orang. Perusahaan besar didominasi oleh perusahaan bulu matapalsu dan wig, pengolahan kayu dan perusahaan rokok.”

Berdasarkan data hasil wawancara penulis tersebut di atas,

dapat diketahui bahwa adanya pembatasan 100 karyawan dalam Pasal

20 ayat (1) Perda TSP didasarkan pada pengkategorian perusahaan.

Apabila suatu perusahaan mempekerjakan 100 karyawan maka

perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar sehingga dipandang

cukup mampu untuk melaksanakan TJSL mengingat mereka telah

menjalankan kegiatan usaha dan mendapatkan keuntungan di

Kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan diajak

untuk berperan serta dalam kemajuan Kabupaten Purbalingga, karena

tidaklah mungkin pelaksanaan Pemerintahan Daerah hanya disokong

dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dalam hal ini

membutuhkan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat termasuk

diantaranya perusahaan. Namun tetap saja, tidak ada dasar hukum yang

kuat terkait dengan pembatasan jumlah karyawan 100. Rumusan Pasal

20 ayat (1) Perda TSP bertentangan dengan Pasal 74 UU PT karena

dalam Pasal 74 UU PT tidak ada satu pasal-pun yang membatasi

jumlah karyawan tertentu dalam suatu perusahaan untuk wajib

melaksanakan TJSL, hanya saja dalam Pasal 74 UU PT membatasi

Page 153: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

139

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas sebagai suatu badan

hukum wajib melaksanakan TJSL.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

Pasal 74 UU PT Jo. PP TJSL tidak sepenuhnya diterapkan dalam Perda

TSP karena ada beberapa ketentuan dalam Perda TSP yang tidak ada

pengaturannya dalam Pasal 74 UU PT Jo. PP TJSL. Dalam Bab III

naskah akademik Perda TSP yang berjudul evaluasi dan analisis

peraturan perundangan terkait juga tidak menyebut Pasal 74 UU PT

sebagai salah satu peraturan perundang-undangan terkait dalam

penyusunan Perda TSP ini, dalam naskah akademik Perda TSP hanya

menyebut Pasal 8 ayat (2) huruf a UU PT. Akan tetapi dalam

konsideran Perda TSP mengacu pada Pasal 74 UU PT hal ini

membuktikan bahwa tidak adanya keselarasan sebagai wujud kepastian

hukum.

Selain itu, apabila Perda TSP ini dikaitkan dengan stufenbau

teori, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia

berdasar Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) UU P3, ada beberapa

ketentuan dalam Perda TSP yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ada di atasnya (UU PT Jo. PP TJSL) yaitu

Pasal 1 angka (6) dan angka (9) serta Pasal 20 ayat (1). Dalam hal ini

ada ketidaksesuaian antara peraturan perundang-undangan yang lebih

rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Terhadap hal tersebut menimbulkan adanya konflik hukum sehingga

Page 154: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

140

dapat diselesaikan dengan menggunakan asas preferensi hukum lex

superior derogat legi inferiori yaitu peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi meniadakan peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah. Oleh karena itu, jenis perusahaan yang wajib

melaksanakan TJSL adalah Perseroan Terbatas berupa badan hukum

sesuai dengan ketentuan Pasal 74 UU PT Jo. PP TJSL dan tidak ada

pembatasan terhadap suatu perusahaan yang mempekerjakan sejumlah

karyawan tertentu untuk melaksanakan TJSL.

2. Realisasi Pasal 26 Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga

Nomor 28 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yang mengamanatkan Pengelola TSP sudah harus

terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannya

Peraturan Daerah ini.

Dalam naskah akademik Perda TSP menjelaskan bahwa praktek

penyelenggaraan TSP yang selama ini berlangsung di Kabupaten

Purbalingga adalah inisiatif para pengusaha untuk memberikan

sumbangan kepada khalayak yang berada di lingkungannya. Hal ini

biasanya berjalan dengan adanya proposal kegiatan yang dikirimkan

oleh panitia kegiatan kepada pengusaha atau perusahaan. Perusahaan

atau pengusaha demi menjalin hubungan baik dengan lingkungan

biasanya memberikan sumbangannya. Hal yang sudah berjalan di atas

harus mendapat apresiasi. Namun demikian, untuk mendapatkan

Page 155: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

141

kemanfaatan lebih dari TSP yang dikeluarkan maka sebaiknya TSP

dikelola secara lebih baik dalam suatu lembaga yang disebut pengelola

tanggung jawab sosial perusahaan yang selanjutnya disebut pengelola

TSP.107

Pada hakekatnya sebagian besar Pasal dalam Perda TSP

mengatur mengenai Pengelola TSP yaitu dimulai dari Pasal 1 angka

(8), Pasal 4, Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8 sampai dengan Pasal 13, Pasal 16

sampai Pasal 18 dan Pasal 23. Dalam ketentuan Pasal 74 UU PT dan

PP TJSL tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai pengelola TSP.

Akan tetapi dalam Perda TSP diatur mengenai pengelola TSP dengan

maksud untuk mempermudah untuk mengkoordinir perusahaan-

perusahaan yang ada di Kabupaten Purbalingga untuk memberikan

TJSL sebagai salah satu kewajiban perusahaan. Berdasar Pasal 14 UU

P3 materi muatan suatu Perda yaitu

“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan DaerahKabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangkapenyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan sertamenampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjutPeraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.”

Dalam hal ini di Kabupaten Purbalingga banyak ditemukan

perusahaan, sehingga untuk membantu penyelenggaran pemerintahan

daerah di Kabupaten Purbalingga, perusahaan dituntut untuk

berpartisipasi dalam bentuk memberikan TJSL oleh karena itu

dibentuk tim pengelola TSP. Diaturnya pengelola TSP dalam Perda

107 Naskah Akademik Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, hal. 33.

Page 156: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

142

TSP merupakan salah satu bentuk Perda yang menampung kondisi

khusus yang ada didaerah. Hal ini didukung oleh pendapat Mukhlis

yang pada intinya mengatakan bahwa tujuan utama dibentuknya

pengelola TSP adalah untuk mempermudah dalam mengkoordinir,

mendistribusikan dan mengadministrasikan perusahaan-perusahaan

yang ada di Kabupaten Purbalingga untuk memberikan TJSL.

Pasal 1 angka (8) Perda TSP mengamanatkan pegelola TSP

adalah lembaga mandiri non pemerintah. Dalam hal ini penulis

sependapat apabila pengelola TSP adalah lembaga non pemerintah,

karena dalam hal pendistribusian dana-dana TJSL memerlukan orang

yang kompeten dibidangnya serta mempunyai loyalitas penuh karena

dikahawatirkan apabila pengelola TSP unsur pemerintahan maka tidak

sesuai dengan tupoksinya sehingga akan menganggu kinerja, selain itu

adalah untuk menjamim objektivitas dalam penyaluran dana-dana

TJSL. Hal ini senada dengan Tavip menjelaskan bahwa 108

“Pengelola TSP memang lembaga mandiri non pemerintah, halini ditujukan karena Pemerintah tidak boleh mengelola secaralangsung dana-dana TJSL. Jika dana-dana TJSL dikelola olehPemerintah Daerah Purbalingga maka masukanya APBD,sedangkan dana TJSL tidak termasuk pendapatan daerahsehingga akan lebih baik apabila dikelola oleh suatu lembaga diluar pemerintahan”

Menurut hemat penulis diaturnya pengelola dalam Perda TSP

adalah benar lembaga mandiri non pemerintah yang dibentuk untuk

108 Data Primer hasil wawancara dengan Tavip selaku selaku Kepala Sekretariat DaerahKabupaten Purbalingga Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 16 Oktober 2014.

Page 157: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

143

mencapai efektifitas, efisiensifitas, kepastian dan pemerataan dalam

pendistribusian dana-dana TJSL.

Ketentuan Pasal 7 ayat (1) Perda TSP menyebutkan bahwa

Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan Pengelola TSP.

Selanjutnya dalam ayat (2) Pengelola TSP berkedudukan dan

berdomisili di daerah, dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk

masa tugas 3 (tiga) tahun. Selanjutnya ketentuan Pasal 26 Perda TSP

mengamanatkan pengelola TSP sudah harus terbentuk paling lambat 1

(satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. Dalam hal ini

Perda TSP sudah diundangkan di Purbalingga pada tanggal 26

Desember 2012. Namun dalam tataran pelaksanaannya sampai

penelitian hukum ini dilakukan, belum terbit Keputusan Bupati guna

menetapkan pengelola TSP. Keputusan Bupati untuk menetapkan

pengelola TSP apabila dikaitkan dengan Pasal 8 ayat (1) UU P3 maka

termasuk dalam peraturan perundang-undangan.

Menurut penulis, ketentuan Pasal 26 Perda TSP belum

terealisasikan dengan baik karena sampai penelitian hukum ini

dilakukan belum ada Keputusan Bupati untuk menetapkan pengelola

TSP. Hal ini dikarenakan belum adanya Pemerintah Daerah yang

memfasilitasi pembentukan Pengelola TSP. Berdasar Pasal 1 angka (3)

Perda TSP yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah ini adalah

Page 158: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

144

Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini Kusmartadi berpendapat bahwa109

“Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah Sekretariat DaerahKabupaten Purbalingga Bagian Perekonomian sebagaikoordinator, kemudian bekerja sama dengan dinas terkaitseperti diantaranya Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigrasi (Dinsosnakertrans), Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop), KantorPenanaman Modal dan Perizinan Terpadu (KPMPT), dsb.Dipilihnya Sekda Bagian Perekonomian oleh Kusmartadikarena Sekda Bagian Perekonomian adalah koordinatorrumpun perekonomian sehingga membawahi danmengkoordinasikan dinas-dinas di rumpun perekonomian.”

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Tavip yang

menjelaskan bahwa apabila dilihat dari tupoksinya, masalah TJSL

menjadi kewenangan Sekda bagian perekonomian karena instansi

itulah yang mempunyai wewenang mengatur tentang dunia usaha.

Senada dengan dua pendapat di atas, Avit Susanto yang

berpendapat bahwa 110

“Sekda Bagian Perekonomian dan dinas terkait sepertidinperindagkop, dinsosnakertran, dinas pertanian, dinaspeternakan dan perikanan, dinas ketahanan pangan dan lainsebagainya yang seharusnya aktif memfasilitasi pembentukanpengelola TSP.”

Pendapat berbeda disampaikan oleh Tukimin dan Even

Kurniawan yang menyatakan bahwa 111

109Data Primer hasil wawancara dengan Kusmartadi selaku Sekretaris Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

110 Data Primer hasil wawancara dengan Avit Susanto Selaku Fungsional Penyuluh DinasPerdagangan Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Purbalingga tanggal 8 November 2014

111 Data Primer hasil wawancara dengan Tukimin selaku Kepala bagian HubunganPerlindungan Tenaga Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalinggadan Even Kurniawan selaku Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigasi Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 159: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

145

“Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)Perda TSP, adalah Asisten II yaitu yang membidangi masalahekonomi, pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Adapun unit-unit yang terlibat adalah Sekda bagian perekonomian, Sekdabagian kesejahteraan rakyat, BAPEDA, Dinsosnakertrans,Dinperindagkop, Dinas Pendidikan dan Kebudaayaan jugaterlibat. Namun apabila dilihat dari struktur organisasinyamasalah TJSL dapat di disposisikan ke Sekda BagianPerekonomian sebagai koordinator rumpun perekonomian.”

Di sisi lain menurut Mukhlis selaku ketua Komisi III pada

waktu pembentukan Perda TSP ini mengangap bahwa 112

“Yang dimaksud Pemerintah Daerah menurut Pasal 7 ayat (1)adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi KabupatenPurbalingga. Beliau menganggap bahwa selama ini perusahaan-perusahaan sudah rutin setiap tahun menyalurkan dana-danaTJSL hanya saja sifatnya parsial tidak secara kolektif danBagian sosial dari Dinsosnakertrans lah yang selama inimenangani dana-dana TJSL dari perusahaan.”

Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan eksekutif

Kabupaten Purbalingga untuk menentukan koordinator dalam

pembentukan pengelola TSP. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

bahwa pemerintah daerah yang seharusnya menjadi koordinator dalam

pembentukan tim pengelola TSP yaitu Sekretaris Daerah Bagian

Perekonomian (Sekda Bagian Perekonomian) dan/atau Dinas Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans).

Dalam Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan

112 Data Primer hasil wawancara dengan Mukhlis selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga Periode 2009-2014 pada tanggal 5 November2014.

Page 160: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

146

Staf Ahli Bupati Kabupaten Purbalingga, Pasal 2 huruf c menegaskan

bahwa

a. Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat,membawahi dan mengkoordinasikan:

1. Bagian Perekonomian, terdiri dari :

a) Sub bagian Sumber Daya Alam;

b) Sub bagian Produksi , Distribusi dan Dunia Usaha;

c) Sub bagian BUMD dan Lembaga Keuangan.

2. Bagian Pembangunan, terdiri dari :

a) Sub bagian Program;

b) Sub bagian Prasarana Wilayah;

c) Sub bagian Pengendalian.

3. Bagian Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari :

a) Sub bagian Bina Mental;

b) Sub bagian Bina Sosial;

c) Sub bagian Kemasyarakatan; .

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 26 Peraturan Bupati

Purbalingga Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penjabaran Tugas Pokok

dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Staf Ahli Bupati Kabupaten

Purbalingga menetapkan bahwa

Bagian Perekonomian mempunyai tugas pokok melaksanakansebagian tugas Asisten Ekonomi, Pembangunan danKesejahteraan Rakyat dalam memimpin, mengkoordinasikan,membina dan mengendalikan tugas-tugas dibidang sumber dayaalam, produksi, distribusi dan dunia usaha, Badan Usaha MilikDaerah (BUMD) dan lembaga keuangan yang meliputipenyiapan bahan pelaksanaan dan koordinasi penyusunankebijakan teknis satuan kerja perangkat daerah dalam rangkaperumusan kebijakan pertanian, peternakan, perikanan,perkebunan, kehutanan, penyuluhan, pertambangan dan energi,pariwisata, koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM), penanaman modal, perindustrian, perdagangan,ketahanan pangan dan badan usaha milik daerah.

Page 161: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

147

Ketentuan Pasal 27 menyebutkan bahwa untuk

menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26, Bagian Perekonomian menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan dalam rangkamendukung kelancaran tugas-tugas dibidang sumber dayaalam, produksi, distribusi dan dunia usaha, Badan UsahaMilik Daerah (BUMD) dan lembaga keuangan yang meliputipenyiapan bahan pelaksanaan dan koordinasi penyusunankebijakan teknis satuan kerja perangkat daerah dalam rangkaperumusan kebijakan pertanian, peternakan, perikanan,perkebunan, kehutanan, penyuluhan, pertambangan danenergi, pariwisata, koperasi dan Usaha Mikro Kecil danMenengah (UMKM), penanaman modal, perindustrian,perdagangan, ketahanan pangan dan badan usaha milikdaerah;

b. penyiapan bahan penyusunan program kerja dibidang sumberdaya alam, produksi, distribusi dan dunia usaha, Badan UsahaMilik Daerah (BUMD) dan lembaga keuangan yang meliputipenyiapan bahan pelaksanaan dan koordinasi penyusunankebijakan teknis satuan kerja perangkat daerah dalam rangkaperumusan kebijakan pertanian, peternakan, perikanan,perkebunan, kehutanan, penyuluhan, pertambangan danenergi, pariwisata, koperasi dan Usaha Mikro Kecil danMenengah (UMKM), penanaman modal, perindustrian,perdagangan, ketahanan pangan dan badan usaha milikdaerah;

c. penyiapan bahan pembinaan, pengendalian dan bimbinganteknis dibidang sumber daya alam, produksi, distribusi dandunia usaha, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) danlembaga keuangan yang meliputi penyiapan bahanpelaksanaan dan koordinasi penyusunan kebijakan teknissatuan kerja perangkat daerah dalam rangka perumusankebijakan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,kehutanan, penyuluhan, pertambangan dan energi, pariwisata,koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),penanaman modal, perindustrian, perdagangan, ketahananpangan dan badan usaha milik daerah;

d. penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi tugas-tugasdibidang sumber daya alam, produksi, distribusi dan duniausaha, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan lembagakeuangan yang meliputi penyiapan bahan pelaksanaan dankoordinasi penyusunan kebijakan teknis satuan kerjaperangkat daerah dalam rangka perumusan kebijakan

Page 162: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

148

pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan,penyuluhan, pertambangan dan energi, pariwisata, koperasidan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), penanamanmodal, perindustrian, perdagangan, ketahanan pangan danbadan usaha milik daerah;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas-tugas dibidangsumber daya alam, produksi, distribusi dan dunia usaha,Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan lembaga keuanganyang meliputi penyiapan bahan pelaksanaan dan koordinasipenyusunan kebijakan teknis satuan kerja perangkat daerahdalam rangka perumusan kebijakan pertanian, peternakan,perikanan, perkebunan, kehutanan, penyuluhan,pertambangan dan energi, pariwisata, koperasi dan UsahaMikro Kecil dan Menengah (UMKM), penanaman modal,perindustrian, perdagangan, ketahanan pangan dan badanusaha milik daerah;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Secara struktur kelembagaan Asisten II merupakan atasan dan

koordinator Sekda bagian perekonomian. Jadi sangat dimungkinkan

apabila Asisten II mendisposisikan masalah pembentukan pengelola

TSP pada Sekda Bagian Perekonomian. Terlebih dalam Bagian

Perekonomian terdapat subagian distribusi, produksi dan dunia usaha.

Berdasarkan Pasal 30 Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah

dan Staf Ahli Bupati Kabupaten Purbalingga

“Subbagian Produksi, Distribusi dan Dunia Usaha mempunyaitugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Perekonomiandalam memimpin, mengkoordinasikan, membina danmengendalikan tugas-tugas dibidang produksi, distribusi dandunia usaha yang meliputi pengumpulan dan pengurusan bahanpelaksanaan dan koordinasi penyusunan kebijakan teknis satuankerja perangkat daerah dalam rangka pemberdayaan industri,perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM), penanaman modal, perusahaan jasa, transportasi sertaketahanan pangan.”

Page 163: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

149

Pasal 31 Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 1 Tahun 2011

menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30, Subbagian Produksi, Distribusi dan Dunia

Usaha menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan-bahan penyusunan program kerja dibidangproduksi, distribusi dan dunia usaha yang meliputi pengumpulandan pengurusan bahan pelaksanakan dan koordinasi penyusunankebijakan teknis satuan kerja perangkat daerah dalam rangkapemberdayaan industri, perdagangan, koperasi dan Usaha MikroKecil dan Menengah (UMKM), penanaman modal, perusahaanjasa, transportasi i serta ketahanan pangan;

b. pengumpulan bahan-bahan perumusan kebijakan dalam rangkapemberdayaan industri, perdagangan, koperasi dan Usaha MikroKecil dan Menengah (UMKM), penanaman modal, perusahaanjasa, transportasi serta ketahanan pangan;

c. pengolahan/analisa bahan-bahan penyusunan evaluasi danpelaporan guna memberikan saran/masukan pertimbangan kepadapimpinan dalam rangka pemberdayaan industri, perdagangan,koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),penanaman modal, perusahaan jasa, transportasi serta ketahananpangan;

d. pengurusan dokumen/bahan-bahan koordinasi perumusankebijakan pemberdayaan industri, perdagangan, koperasi danUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), penanaman modal,perusahaan jasa, transportasi serta ketahanan pangan;

e. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

Yang dimaksud dengan “dunia usaha” secara tata bahasa

memang artinya luas akan tetapi dalam tataran pelaksanaanya sangat

sempit karena Sekda Bagian Perekonomian hanya menangani masalah

BUMD saja. Hal ini didukung oleh data primer yang diperoleh dari

Budi Setyawan yang mengatakan bahwa 113

“Koordinator rumpun perekonomian memang ada di SekdaBagian Perekonomian, tapi teknisnya ada di dinas. Secara

113Data Primer hasil wawancara dengan Budi Setyawan selaku Kepala Sekretaris Daerah

Bagian Perekonomian pada tanggal 5 November 2014.

Page 164: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

150

institusional hubungan dengan perusahaan-perusahaan BUMDmemang ada di bagian perekonomian, walaupun dalam bagianperekonomian ada subbagian dunia usaha namun bagianperekonomian sebagai pembina perusahaan-perusahaan BUMDsaja. Selama ini TJSL perusahaan-perusahaan diberikan padadinsosnakertrans, yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan swasta. Terlepas dari itu semua, bisa saja pemerintahdaerah yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Perda TSP adalahbagian perekonomian, karena dalam Perda Tupoksi Sekda adaketentuan yang berbunyi pelaksanaan tugas lain yang diberikanoleh bupati. Namun perlu diingat bahwa bagian perekonomianmembidangi perusahaan BUMD saja, tapi apabila nantinyaditunjuk oleh Bupati bagian perekonomian sebagai koordinatordalam pembentukan pengelola TSP maka kami siap karenamemang ada Pasal sapu jagat yang memang sudah diamanatkandalam Perda Tupoksi Sekda dan Staf Ahli KabupatenPurbalingga. Namun sampai saat ini belum ada petunjuk dariatasan untuk membentuk tim pengelola TSP.”

Ketentuan Pasal 31 huruf e Peraturan Bupati Purbalingga

Nomor 1 Tahun 2011 menyebutkan bahwa “pelaksanaan tugas lain

sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya” maka dimungkinkan Sekda

Bagian Perekonomian menjadi koordinator dalam pembentukan tim

pengelola TSP. Namun dalam hal ini bagian perekonomian merasa

belum/tidak menerima surat penunjukan atau surat tugas yang

diberikan oleh Bupati untuk menjadi koordinator dalam pembentukan

tim pengelola TSP.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mukhlis yang menyatakan

bahwa pemerintah daerah sebagai koordinator dalam pembentukan tim

pengelola TSP adalah dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi

(dinsosnakertrans) dan lebih tepatnya adalah bidang sosial. Dinas

sosial, tenaga kerja dan transmigrasi pada hakekatnya terdiri dari 3

(tiga) bidang yang berbeda yaitu bidang sosial, bidang hubungan dan

Page 165: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

151

perlindungan tenaga kerja (HPTK) dan bidang penempatan tenaga

kerja dan transmigrasi. Secara umum, dilihat dari segi penamaanya,

tampak bidang sosial lah yang berkaitan erat dengan masalah TJSL.

Dalam Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, Pasal 13 menegaskan bahwa

Bidang Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagiantugas Kepala Dinas dalam memimpin, mengkoordinasikan,membina dan mengendalikan tugas-tugas dibidang sosial yangmeliputi bimbingan dan rehabilitasi Sosial, asistensi sosial danperizinan.

Selanjutnya dalam Pasal 14 menyebutkan bahwa Dalam

melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Bidang Sosial, menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan dalam rangka mendukungkelancaran tugas-tugas dibidang sosial yang meliputi bimbingandan rehabilitasi sosial, asistensi sosial dan perizinan;

b. penyiapan bahan penyusunan program kerja dibidang sosial yangmeliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial, asistensi sosial danperizinan;

c. penyiapan bahan pembinaan, pengendalian dan bimbingan teknisdibidang sosial yang meliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial,asistensi sosial dan perizinan;

d. penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi tugas-tugas dibidangsosial yang meliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial, asistensisosial dan perizinan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas-tugas dibidang sosialyang meliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial, asistensi sosial danperizinan;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Berdasarkan penjabaran tugas pokok dan fungsi

dinsosnakertrans bidang sosial tersebut di atas, nampak bahwa bidang

sosial mempunyai tugas pokok meliputi bimbingan dan rehabilitasi

Page 166: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

152

sosial, asistensi sosial dan perizinan artinya dana-dana dari perusahaan

yang masuk ke dinsosnakertrans khususnya ke bidang sosial bisa

diperuntukan untuk kegiatan-kegiatan bimbingan, rehabilitasi dan

asistensi sosial. Hal ini didukung oleh pendapat Ngudiarto selaku

Kepala Bidang Sosial di Dinsosnakertrans yang menegaskan bahwa114

“Masalah CSR di Kabupaten Purbalingga sangat rumit.Walaupun sudah ada payung hukum yang mengaturnya namunbelum sepenuhnya bisa dijalankan. Selama ini perusahaanmemang sudah memberikan CSR kepada kami namunbentuknya masih insidental seperti misalnya untuk peringatanhari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus,maka perusahaan-perusahaan sudah memberikan sumbangan,contoh lainnya yaitu perusahaan mengadakan pengobatan gratis,pembagian kursi roda gratis, dsb. Namun pendisitibusian danadan bantuan-bantuan tersebut bukan di bidang sosial, melainkandi bidang HPTK yang selama ini berhubungan langsung denganperusahaan-perusahaan swasta. Dan sampai saat ini belum adaperintah dari atasan untuk dinsosnakertrans khususnya dibidangsosial untuk menangani TJSL.”

Mengacu pada pendapat tersebut di atas Even Kurniawan

selaku mediator di bidang HPTK dinsosnakertrans menyatakan

bahwa115

“Memang benar bidang dalam dinsosnakertrans yang selama iniberhubungan langsung dengan perusahaan adalah bidang HPTK.Bahkan HPTK disebut-sebut sebagai “bapaknya perusahaan”.Dalam hal ini bidang HPTK hanya sebagai pembina danpengawas perusahaan. Jadi bidang HPTK memang membinamasalah tenaga kerja termasuk didalamya masalah TJSL, tetapitidak menjadi pengelola atau lembaga yang bertanggung jawabmasalah TJSL karena dalam tupoksinya tidak ada hal demikian.”

114 Data Primer hasil wawancara dengan Ngudiarto selaku Kepala Bidang Sosial di DinasSosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tanggal 10 Oktober 2014.

115Data Primer hasil wawancara dengan Even Kurniawan selaku Mediator Hubungan

Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17November 2014.

Page 167: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

153

Berdasar ketentuan Pasal 19 Peraturan Bupati Purbalingga

Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bidang HPTK

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas

dalam memimpin, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan

tugas-tugas dibidang hubungan dan perlindungan tenaga kerja yang

meliputi hubungan industrial dan syarat kerja, pengawasan dan

perlindungan tenaga kerja serta perizinan. Dalam melaksanakan tugas

pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Kepala Bidang

Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja, menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan dalam rangka mendukungkelancaran tugas-tugas dibidang hubungan dan perlindungan tenagakerja yang meliputi hubungan industrial dan syarat kerja,pengawasan dan perlindungan tenaga kerja serta perizinan;

b. penyiapan bahan penyusunan program kerja dibidang hubungandan perlindungan tenaga kerja yang meliputi hubungan industrialdan syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sertaperizinan;

c. penyiapan bahan pembinaan, pengendalian dan bimbingan teknisdibidang hubungan dan perlindungan tenaga kerja yang meliputihubungan industrial dan syarat kerja, pengawasan dan perlindungantenaga kerja serta perizinan;

d. penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi tugas-tugas dibidanghubungan dan perlindungan tenaga kerja yang meliputi hubunganindustrial dan syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenagakerja serta perizinan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas-tugas dibidang hubungandan perlindungan tenaga kerja yang meliputi hubungan industrialdan syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sertaperizinan;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan;

Apabila melihat tupoksi bidang HPTK maka tidak ada satu

ketentuan yang menyebutkan mengenai TJSL, namun dalam Pasal 20

Page 168: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

154

huruf f Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi menyebutkan “pelaksanaan tugas lain yang diberikan

oleh pimpinan”. Mengingat kedekatan hubungan antara HPTK dengan

perusahaan swasta di Kabupaten Purbalingga maka bisa jadi bidang

HPTK dalam dinsosnakertrans yang menjadi koordinator atau

penangung jawab dalam pembentukan tim pengelola TSP berdasarkan

Perda TSP tersebut, namun dalam hal ini bidang HPTK merasa tidak

mempunyai kewenangan untuk menjadi koordinator atau penangung

jawab dalam pembentukan tim pengelola TSP karena sampai saat ini

belum ada surat penunjukan atau surat perintah dari pimpinan. Hal ini

didukung oleh pendapat Tukimin dan Even Kurniawan yang

menegaskan bahwa 116

“Kalaupun nantinya dinsosnakertrans ditunjuk oleh Bupatiuntuk menjadi koordinator pembentukan pengelola TSPsebenarnya kami siap, tapi selama ini belum ada suratpenunjukan yang menunjuk dinsosnakertrans sebagaikoordinator masalah TJSL khususnya pembentukan timpengelola TSP.”

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para informan

dapat disimpulkan bahwa dua tahun sejak Perda TSP ini diundangkan,

belum ada Keputusan Bupati yang diterbitkan untuk menetapkan

pengelola TSP. Padahal amanat dari Pasal 26 Perda TSP, pengelola

TSP sudah harus terbentuk paling lambat satu tahun sejak

116 Data Primer hasil wawancara dengan Tukimin selaku Kepala Bidang Hubungan danPerlindungan Tenaga Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigasi Kabupaten Purbalinggadan Even Kurniawan selaku Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigasi Kabupaten Purbalingga pada tanggal 17 November 2014.

Page 169: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

155

diundangkannya Peraturan Daerah ini di mana Perda TSP ini sudah

diundangkan sejak tanggal 26 Desember 2012. Dalam tataran

pelaksanaannya sampai penelitian hukum ini dilakukan belum ada

kesepahaman makna di kalangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Purbalingga untuk membentuk Pengelola TSP. Ketidakjelasan ini

disebabkan karena adanya saling lempar dan saling tunjuk antar

dinas/instansi di kalangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga

selaku eksekutif untuk menjadi fasilitator dalam pembentukan

pengelola TSP. Fakto-faktor yang menyebabkan belum terbitnya

Keputusan Bupati adalah:

a. Kurangnya koordinasi antar instansi/lembaga Pemerintah

Daerah Kabupaten Purbalingga;

b. Kurangnya kesadaran dikalangan pejabat di instansi/lembaga

Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai eksekutif;

c. Kurangnya fungsi pengawasan baik berupa pemantauan

maupun evaluasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten

Purbalingga untuk lebih mendesak Pemerintah Daerah

Kabupaten Purbalingga untuk segera membentuk peraturan

pelaksana Perda TSP ini.

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Purbalingga sebagai

representasi rakyat Kabupaten Purbalingga mempunyai fungsi

pengawasan sebagaimana diatur dalam Pasal 153 UU Pemda yang

menegaskan bahwa

Page 170: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

156

(1) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat

(1) huruf c diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap:

a. pelaksanaan Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali

kota;

b. pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan lain

yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

kabupaten/kota; dan

c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam hal ini sudah menjadi kewajiban DPRD Kabupaten

Purbalingga untuk menjalankan tugasnya di bidang pengawasan secara

maksimal. Ketika dalam hal ini terdapat suatu permasalahan

seharusnya lebih sigap dalam menangani masalah tersebut.

Mengingat Perda TSP ini adalah usulan dari Komisi III periode

2009-2014 maka Komisi III periode 2014-2019 mempunyai kewajiban

untuk memantau perkembangan dan mengevaluasi apabila Perda ini

belum berjalan. Ahmad Sa’bani selaku ketua Komisi III Dewan

Perwakilan Rakyat Kabupaten Purbalingga periode 2014-2019

menyatakan bahwa117

“Kami merupakan anggota baru yang baru saja dilantik padabulan Agustus kemarin sehingga belum konsen ke Perda TSP inimengingat aktivitas anggota dewan khususnya dalam Komisi IIIyang padar dan ada keterbatasan personil. Selama ini Komisi IIIbelum ada koordinasi dengan pihak eksekutif untuk segeramembentuk Keputusan Bupati”

117 Data Primer hasil wawancara dengan Ahmad Sa’bani selaku ketua Komisi III DewanPerwakilan Rakyat Kabupaten Purbalingga periode 2014-2019 pada tanggal 8 November 2014.

Page 171: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

157

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dalam Pasal 74 UU PT

dan kemudian ditindak lanjuti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47

Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan

Perseroan Terbatas. Pasal 74 UU PT Jo. PP TJSL tidak diterapkan

sepenuhnya dalam Perda TSP karena ada beberapa ketentuan dalam

Perda TSP yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam UU PT Jo. PP

TJSL yaitu Pasal 1 angka (6) dan angka (9) serta Pasal 20 ayat (1)

Perda TSP. Hal ini dapat diselesaikan dengan asas preferensi hukum

lex superior derogat legi inferiori. Oleh karena itu, perusahaan yang

wajib melaksanakan TJSL adalah Perseroan Terbatas berupa badan

hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 74 UU PT Jo. PP TJSL, selain

itu juga tidak ada pembatasan suatu perusahaan yang mempekerjakan

karyawan tertentu wajib melaksanakan TJSL.

2. Realisasi Pasal 26 Perda TSP yang mengamanatkan pengelola TSP

sudah harus terbentuk paling lambat satu tahun sejak diundangkannya

Perda TSP ini, belum dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Perda TSP

telah diundangkan sejak tanggal 26 Desember 2012 dan sampai

penelitian hukum ini dilakukan belum diterbitkan Keputusan Bupati

untuk menetapkan tim Pengelola TSP. Hal ini dilatar belakangi oleh

Page 172: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

158

tidak adanya instansi/lembaga di kalangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Purbalingga yang merasa mempunyai kewenangan sebagai

koordinator dalam pembentukan tim pengelola TSP yang disebabkan

oleh berberapa faktor yaitu:

a. Kurangnya koordinasi antar instansi/lembaga Pemerintah

Daerah Kabupaten Purbalingga;

b. Kurangnya kesadaran dikalangan pejabat di instansi/lembaga

Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai eksekutif;

c. Kurangnya fungsi pengawasan baik berupa pemantauan

maupun evaluasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten

Purbalingga untuk lebih mendesak Pemerintah Daerah

Kabupaten Purbalingga untuk segera membentuk peraturan

pelaksana Perda TSP ini.

B. Saran

1. Sebaiknya beberapa ketentuan dalam Perda TSP yaitu Pasal 1 angka

(6) dan angka (9) serta Pasal 20 ayat (1) yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada di atasnya dihilangkan

karena menimbulkan kebingungan dalam tataran pelaksanaanya.

Adanya ketidaksesuaian ini dapat diselesaikan dengan menggunakan

asas lex superior derogat legi inferiori.

2. Hendaknya segera diterbitkan Keputusan Bupati sebagai peraturan

pelaksana dari Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28

Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Page 173: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

159

3. Hendaknya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor

28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

menunjuk salah satu instansi/lembaga yang berperan sebagai

koordinator dalam pembentukan tim pengelola TSP.

4. Fungsi pengawasan pihak legislatif yang dilaksanakan oleh DPRD

Kabupaten Purbalingga sebaiknya perlu ditingkatkan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Page 174: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

160

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Ali, Chidir. 2011. Badan Hukum. PT Alumni. Bandung.

Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. cetakan ke 3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Azheri, Busyra dan Isa Whyudi. 2008. Corporate Socil Reasponsibility: Prinsip,Pengaturan dan Implementasi. In-Trans Publishing. Malang.

Boen, Hendra Setiawan. 2000. Bianglala Business Judgement Rule. PenerbitTatanusa. Jakarta.

Chatamarassjid. 2000. Tinjauan Sosial Yayasan Dan Kegiatan Usaha BertujuanLaba. PT. Citra Aditya Bhakti. Bandung

Amirin, M. Tatang, 1995. Menyusun Rencana Penelitian, cetakan ke 3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Emrizon, Joni. 2007. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance. GentaPress.Yogyakarta.

Faishal, Sanafiah. Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Y A 3.Malang.

Fuady, Munir. 2004. Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih. PT CitraAditya Bakti. Bandung.

Hadi. Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Harahap, M. Yahya. 2011. Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika. Jakarta.

Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang. Sinar Grafika. Jakarta.

Huijbers, Theo. 1995. Filsafat Hukum. Kanisius. Yogyakarta.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. 2002. Pokok-Pokok Bahan Hukum.Harapan. Jakarta.

---------------------------. 2000. Kamus Istilah Aneka Hukum. Pustaka SinarHarapan. Jakarta.

Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responslibility: Transformasi KonsepSustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Refika Aditama.Bandung.

Lusia, Anda. tanpa tahun. The Corporate Social Responsibility (Csr) Execution OfCompany By Investement Company In West Sumatra. Pribadi.

Page 175: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

161

Melong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Mertokusumo, Sudikno. 1999. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) EdisiKeempat. Liberty. Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. PT. Citra AdityaBakti. Bandung.

Ndapdap, Bintono. 2012. Hukum Persero an Terbatas. Permata Aksara. Jakarta.

Purwandari, Siwi. 2010. Hans Kelsen: Pengantar Teori Hukum. Nusa Media.Bandung.

Purwosutjipto, H.M.N. 1999. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1:Pengetahuan Dasar Hukum Dagang. Djambatan. Jakarta.

-------------------------. 1995. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2:Bentuk-Bentuk Perusahaan. Djambatan. Jakarta.

Rahardjo, Satjipto. 1996. Ilmu Hukum. PT Citra Aditya bakti. Bandung.

Rahmatullah dan Trianita Kurniati. 2011. Panduan Praktis PengelolaanCorporate Social Responsibility. Samudra Biru. Yogyakarta.

Ridho, Ali. 1986. Badan Hukum dan Kedudukan Hukum Perseroan danPerkumpulan Koperasi, Yayasan, Wakaf. Alumni. Bandung.

Sanusi, Bachrawi. 2000. Sistem Ekonomi (Suatu Pengantar). Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sembiring, Sentosa. 2008. Hukum Dagang. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Simanjuntak, Cornelius dan Natalie Mulia. 2009. Organ Perseroan Terbatas.Sinar grafika Offset. Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2012. Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Soerjani, Moh, dkk. 2008. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukandalam Pembangunan. UI-Press. Jakarta.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility: from Charity toSustainability. Salemba Empat. Jakarta.

Subekti, R. Dan R. R. Tjitrosoedibyo. 1969. Kamus Hukum. Pradnya Paramita,Jakarta.

Subekti R, dan R. Tjitrosudibio. 1999. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Pradnya Paramita. Jakarta.

Page 176: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

162

------------------------------. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. PradnyaParamita. Jakarta.

Sunggono, Bambang. 1996. Metodologi Penelitian Hukum. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Supranto, J. 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Susanto, AB. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. EsensiErlangga Group. Jakarta.

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika.Jakarta.

Usman, Rachmadi. 2004. Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. PTAlumni. Bandung.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate SocialResponsibility. Salemba Empat. Jakarta.

Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama. 2008. Risiko Hukum & BisnisPerusahaan Tanpa CSR. Jakarta. Forum Sahabat.

Widijowati, Rr. Dijan. 2012. Hukum Dagang. Andi Offset. Yogyakarta.

Zaim, Saidi dan Hamid Abidin. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana danPraktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramida. Jakarta.

Peraturan perundangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup

Page 177: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

163

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial danLingkungan Perseroan Terbatas

Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 TentangTanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penjabaran TugasPokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Staf Ahli Bupati KabupatenPurbalingga

Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penjabaran TugasPokok dan Fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GoodCorporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara

Website:

Ali Hidayat, Kadin Senang MK batalkan UU Koperasi yang Baru, tersediadi website http://www.tempo.co/read/news/2014/06/03/090582012/Kadin-Senang-MK-Batalkan-UU-Koperasi-yang-Baru diakses pada tanggal 22November 2014.

Bismar Nasution. Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial. tersedia diwebsite: http://bismar.wordpress.com/. diakses pada tanggal 22 November 2014.

Departemen Hukum & HAM. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate social Responsibility) dan Iklim Penanaman Modal. 2010. tersedia diwebsite: http://www.djpp.depkumham.go.id/index.php/jurnal-legislasi diaksespada 28 Oktober 2014.

Iliyas. Teori Hans Kelsen/Hans Nawiasky di Kaitkan dengan Pasal 7Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. tersedia di websitehttp://ghafais.blogspot.com/2012/01/teori-hans-kalsenhans-nawiaski-di.htmldiakses pada tanggal 8 Desember 2014.

John Elkington, Book Reviews of Cannibals With Forks: The TripleBottom Line of 21st Century Business, 1997, tersedia di website :http://www.springerlink.com/business-andeconomics diakses pada tanggal 8Desember 2014.

La patuju. Pengaruh Teori Hans Kelsen Terhadap Tata Urutan HukumNasional Di Indonesia. tersedia di website

Page 178: HALAMAN DEPAN SKRIPSI SEPTI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SEPTI DWI WAHYUNI... · Article 26 Perda TSP that explains the stakeholders of corporation

164

http://lapatuju.blogspot.com/2013/03/pengaruh-teori-hans-kelsen-terhadap.htmldiakses pada tanggal 28 November 2014.

Mallen Baker, Corporate Social Responsibility-what does it means?,tersedia di website: http://www.mallenbaker.net/, diakses pada tanggal 20November 2014.

Serafina Shinta Dewi. Materi Muatan Peraturan Daerah dalam PeraturanPerundang-undangan di Indonesia. tersedia di website http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/34-skripsi/809-materi-muatan-peraturan-daerah-dalam-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia diakses pada tanggal 9 Desember2014.

Sutarto, Good Corporate Governance (GCG): Corporate SocialResponsibility (CSR) dan Pemberdayaan UMKM, tersedia di website:http://www.diskopjatim.go.id/, diakses pada tanggal 20 November 2014.

Wikipedia. Norma Fundamental Negara. tersedia di website:http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_Fundamental_Negara. diakses pada tanggal28 November 2014.