halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ......

4
Ilustrasi: Buku Saku RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan TATA RUANG PERTANAHAN MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan SOSIALISASI ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA 2015 halaman 2 PERPRES NO.99/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH halaman 3 RESENSI BUKU PENATAAN RUANG BERBASIS CEKUNGAN AIR TANAH halaman 4 EDISI MARET 2015 RPJMN 2015 - 2019 merupakan rencana pembangunan jangka menengah nasional periode 2015 - 2019 sebagai penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, yang juga merupakan rencana pembangunan jangka menengah ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025. Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, RPJMN merupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) masing- masing. Dalam rangka menyosialisasikan RPJMN 2015 -2019 bidang tata ruang pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan kegiatan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada para pemangku kepentingan dalam berbagai kepentingan terkait bidang tata ruang dan pertanahan. Kegiatan ini menghadirkan para pakar terkait dengan tata ruang pertanahan sebagai penanggap. Menurut Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Oswar Mungkasa, Perpres No.2 Tahun 2015 yang telah ditandatangani pada 8 januari 2015 merupakan acuan bagi semua pihak, bukan hanya bagi pemerintah. Pakar Perencanaan Regional dan Studi Lingkungan, Prof. Herman Haeruman, menyebutkan persoalan tata ruang sekarang adalah implementasi yang tidak berjalan. Stakeholders tidak melaksanakan perencanaan yang sudah dirumuskan. Dalam hal Jabodetabekpunjur seharusnya ada harmonisasi dan networking antarinstitusi dan antarperaturan perundang-undangan. Pada hakikatnya, perencanaan tata ruang harus memberikan jaminan bagi publik akan tersedianya ruang tetap untuk jangka panjang. Prof. Budi Mulyanto, Deputi Bidang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Badan Pertanahan Nasional (BPN), mengatakan yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang adalah pengelolaan sumber daya alam, bukan hanya tentang tanah dan ruang saja. Nomenklatur yang tepat akan berdampak pada peraturan perundang-undangan dari masing-masing sektor terkait tata ruang dan pertanahan yang harmonis. Beberapa tantangan di bidang tata ruang dan pertanahan, antara lain; Pertama, kesenjangan antarwilayah (dominasi Jawa-Bali dan Sumatera yang masih tinggi). Kedua, kawasan perdesaan (penyediaan pangan nasional, defisit sumber daya manusia dan lahan). Ketiga, pemekaran wilayah (pembentukan daerah otonom baru tanpa mempertimbangkan sumber daya dan keberlanjutan program). Keempat, lingkungan hidup (penurunan kualitas lingkungan). Kelima, kelembagaan (koordinasi, sistem informasi, kualitas SDM, penyediaan data, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS). [RA] NEWSLETTER KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN REDAKSI: | Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan | | Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Santi Yulianti, Rini Aditya, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Indra Ade Saputra dan Rini Aditya | Kunjungan Tim Alih Fungsi Lahan Pertanian KPK ke Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ..... halaman 4

Transcript of halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ......

Page 1: halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ... Sumber: Dokumentasi TRP ... Kepala Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Ilustrasi: Buku Saku RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

TATA RUANG PERTANAHANMEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

SOSIALISASI ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA 2015halaman 2

PERPRES NO.99/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN

TANAHhalaman 3

RESENSI BUKUPENATAAN RUANG BERBASIS

CEKUNGAN AIR TANAHhalaman 4

EDISI MARET 2015

RPJMN 2015 - 2019 merupakan rencana pembangunan jangka menengah nasional periode 2015 - 2019 sebagai penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, yang juga merupakan rencana pembangunan jangka menengah ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025.

Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, RPJMN merupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) masing-masing.

Dalam rangka menyosialisasikan RPJMN 2015 -2019 bidang tata ruang pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan kegiatan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada para pemangku kepentingan dalam berbagai kepentingan terkait bidang tata ruang dan pertanahan. Kegiatan ini menghadirkan para pakar terkait dengan tata ruang pertanahan sebagai penanggap.

Menurut Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Oswar Mungkasa, Perpres No.2 Tahun 2015 yang telah ditandatangani pada 8 januari 2015 merupakan acuan bagi semua pihak, bukan hanya bagi pemerintah.

Pakar Perencanaan Regional dan Studi Lingkungan, Prof. Herman Haeruman, menyebutkan persoalan tata ruang sekarang adalah implementasi yang tidak berjalan. Stakeholders tidak melaksanakan perencanaan yang sudah dirumuskan. Dalam hal Jabodetabekpunjur seharusnya ada harmonisasi dan networking antarinstitusi dan antarperaturan perundang-undangan.

Pada hakikatnya, perencanaan tata ruang harus memberikan jaminan bagi publik

akan tersedianya ruang tetap untuk jangka panjang.

Prof. Budi Mulyanto, Deputi Bidang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Badan Pertanahan Nasional (BPN), mengatakan yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang adalah pengelolaan sumber daya alam, bukan hanya tentang tanah dan ruang saja. Nomenklatur yang tepat akan berdampak pada peraturan perundang-undangan dari masing-masing sektor terkait tata ruang dan pertanahan yang harmonis.

Beberapa tantangan di bidang tata ruang dan pertanahan, antara lain; Pertama, kesenjangan antarwilayah (dominasi Jawa-Bali dan Sumatera yang masih tinggi). Kedua, kawasan perdesaan (penyediaan pangan nasional, defisit sumber daya manusia dan lahan). Ketiga, pemekaran wilayah (pembentukan daerah otonom baru tanpa mempertimbangkan sumber daya dan keberlanjutan program). Keempat, lingkungan hidup (penurunan kualitas lingkungan). Kelima, kelembagaan (koordinasi, sistem informasi, kualitas SDM, penyediaan data, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS). [RA]

NEWSLETTER

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

REDAKSI:| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |

| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Santi Yulianti, Rini Aditya, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Indra Ade Saputra dan Rini Aditya |

Kunjungan Tim Alih Fungsi Lahan Pertanian KPK ke Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ..... halaman 4

Page 2: halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ... Sumber: Dokumentasi TRP ... Kepala Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Para perwakilan dari 32 provinsi di Indonesia mengamati paparan Sosialisasi Proses Penilaian Anugerah Pangripta Nusantara 2015 di Gedung SG Bappenas, (02/03). Sumber: Dokumentasi TRP

BKPRN Mengupas UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah dari Perspektif Penataan Ruang

Anugerah Pangripta Nusantara 2015

Jakarta [02/03]. Anugerah Pangripta Nusantara (APN) 2015 kali ini diharapkan dapat memberikan dorongan semangat bagi masing-masing daerah untuk meningkatkan mutu dokumen rencana pembangunan dan memperkuat kemitraan dalam perencanaan pembangunan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Oswar Mungkasa dalam acara sosialisasi pada Senin (2/3) di kantor Bappenas.

Sesuai Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2004, perencanaan yang baik menjadi salah satu penentu keberhasilan pencapaian tujuan dan

Jakarta, (18/03). Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan implikasi terhadap kebijakan Pemerintah di berbagai bidang.

Dalam rangka sosialisasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan implikasinya terhadap penyelenggaraan penataan ruang, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Tingkat Eselon II untuk mengidentifikasi perubahan pembagian kewenangan penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta potensi permasalahan penyelenggaraan tata ruang sebagai implikasi pemberlakuan UU tersebut.

Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Tekonologi dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Kabinet Ir. Agustina Murbaningsih, M.Si menyampaikan bahwa urusan pemerintahan merupakan kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada Menteri yang membidangi urusan tertentu bidang pemerintahan, serta Kepala Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Implikasi pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 terhadap penyelenggaraan penataan ruang lainnya adalah proses evaluasi Rancangan Perda

Rencana Tata Ruang Provinsi/Kabupaten/Kota yang menjadi lebih panjang karena dalam proses evaluasi, Menteri Dalam Negeri harus berkoordinasi dengan Menteri ATR.

Disamping itu, Rancangan Perda Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota yang sebelumnya cukup dievaluasi oleh Gubernur, harus dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri. Hal ini perlu ditindak lanjuti dengan penyesuaian terhadap Permendagri No. 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga memunculkan kewenangan baru bagi Pemerintah Pusat untuk menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di Kawasan Perbatasan. Oleh karena itu, Presiden lazimnya mendelegasikan kewenangannya kepada K/Ltertentu yang dipandang berkompeten. [CW/ZH/RA]

sasaran pembangunan nasional. Salah satu langkah meningkatkan mutu rencana pembangunan adalah dengan memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil menyusun dokumen rencana pembangunan secara baik.

Tahun ini, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Dit. TRP) mendapat tugas menjadi koordinator pelaksanaan kegiatan pemberian Anugerah Pangripta Nusantara (APN).

Tim penilai terdiri dari tiga unsur, yaitu Tim Penilai Independen, (TPI) Tim Penilai Utama (TPU), dan Tim Penilai Teknis (TPT).

Tahapan penilaian provinsi ada tiga tahap, yaitu (1) Penilaian dokumen RKPD, (2) Verifikasi penyusunan RKPD dan kunjungan lapangan, dan (3) Presentasi dan wawancara di Jakarta oleh TPI dan TPU. Tahapan penilaian kabupaten/kota ada empat tahap, yaitu tahap (1) dan (2) sama seperti penilaian provinsi, (3) Penilaian dokumen oleh TPT pusat, dan (4) Presentasi dan wawancara di Jakarta oleh TPI pusat dan TPU pusat.

Ada 17 provinsi yang lolos ke penilaian tahap II. Provinsi-provinsi itu adalah Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Aceh, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan yang terakhir Sumatera Utara. Sementara itu, jumlah kabupaten/kota yang lolos ke penilaian tahap III ada 18 daerah.

Dengan adanya penganugerahan ini, diharapkan agar setiap daerah dapat menyiapkan dokumen rencana pembangunan yang lebih konsisten, komprehensif, dan terukur. [RA/SY]

POTRET KEGIATAN:

Oswar Mungkasa selaku Direktur Tata Ruang dan Pertanahan (kiri) dan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Kabinet Agustina Murbaningsih (kanan), memimpin diskusi UU N0.23/2014 Tentang Pemerintah Daerah dari Perspektif Penataan Ruang di Bappenas. (18/03). Sumber: Dokumentasi TRP

2

Page 3: halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ... Sumber: Dokumentasi TRP ... Kepala Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Peraturan Presiden No 99 Tahun 2014

Joko Widodo saat meninjau pembangunan dan proses pembebasan lahan akses tol Tanjung Priok (03/13) .Sumber: istimewa

Di Indonesia, tanah dikuasai oleh Negara dan berfungsi sosial, akan tetapi diatasnya melekat berbagai hak masyarakat seperti hak milik dan hak guna bangunan. Sehingga apabila Negara akan melaksanakan pembangunan perlu dilakukan pembebasan tanah.

Salah satu contoh permasalahan terkait pengadaan tanah yakni lamanya proses pengadaan tanah yang dialami pemerintah untuk mengambil alih hak atas tanah dari masyarakat.

Maka dari itu, dalam rangka penyelesaian pengadaan tanah untuk percepatan pembangunan infrastrukur bagi kepentingan umum, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 17 September 2014 telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) No. 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Perpres No. 71 Tahun 2012 merupakan amanat dari pelaksanaan Pasal 53 dan Pasal 59 UU No. 2 Tahun 2012. Perpres ini mengatur tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan umum dari tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan, sampai dengan penyerahan hasil.

Hal-hal pokok yang diatur dalam kedua Perpres ini adalah keharusan setiap instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, agar menyusun dokumen perencanaan pengadaan tanah, yang antara lain memuat tujuan rencana pembangunan yang sesuai dengan Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW); letak tanah; luas tanah yang dibutuhkan; gambaran umum status tanah; dan perkiraan nilai tanah,

dan untuk selanjutnya diserahkan kepada Gubernur yang melingkupi wilayah dimana letak tanah berada.

Agar Perpres ini dapat diimplementasikan secara penuh, diatur pula bahwa izin lokasi yang telah diterbitkan oleh Gubernur dalam rangka pengadaan tanah proyek-proyek pengadaan tanah yang capaiannya telah mencapai 75 persen tersebut diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2015.

Apabila sampai dengan 31 Desember 2015, pengadaan tanah yang telah diperpanjang tersebut belum selesai dilaksanakan, maka sisa tanah yang belum diselesaikan, pengadaannya diselesaikan melalui tahapan-tahapan sebagaimana diatur dalam Perpres No. 71 Tahun 2012.

Antara Perpres No.71 Tahun 2012 dengan Perpres No.99 Tahun 2014 tidak terdapat banyak penambahan atau pengurangan. Hanya ada dua pasal yang ditambahkan ayatnya, yaitu pasal 63 dan pasal 76. Sementara itu antara pasal 123 dan pasal 124, disisipkan satu pasal lagi, yakni 123A.

Pengaturan Ganti Rugi

Pengaturan pemberian ganti rugi dapat diberikan dalam bentuk uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak.

Ganti Rugi Keadaan Khusus

Pengaturan ganti rugi dalam keadaan khusus, meliputi pengaturan dimana sejak ditetapkannya lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, pihak yang berhak hanya dapat mengalihkan hak atas

tanahnya kepada pelaksana pengadaan tanah; dan ketentuan bahwa pelaksana pengadaan tanah dapat mendahulukan pemberian ganti rugi kepada pihak yang berhak dan membutuhkan pemberian ganti rugi dalam keadaan mendesak, maksimal 25% dari perkiraan ganti rugi berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tahun sebelumnya.

Syarat dan ketentuan penitipan ganti kerugian di pengadilan negeri, yaitu dalam hal adanya penolakan dari pihak yang berhak, padahal dari hasil musyawarah yang telah dilaksanakan, tidak ada keberatan sebelumnya; pihak yang berhak tidak diketahui keberadaannya; dan obyek pengadaan tanah menjadi obyek perkara di pengadilan masih disengketakan kepemilikannya, diletakkan sita, atau menjadi jaminan bank.

Perubahan ketentuan mengenai tahapan pembebasan tanah untuk kepentingan umum ini diperlukan sehubungan dengan adanya beberapa proyek infrastruktur strategis yang pembebasan lahannya telah mencapai atau hampir mencapai 75% dari luas kebutuhan lahan, namun diakhir 2014 diperkirakan tidak akan mencapai 100 % (misalnya, pembangunan jalan tol Trans Jawa dan jalan tol Non Trans Jawa).

Dengan terbitnya Perpres No.99 Tahun 2014, diharapkan pembangunan-pembangunan infrastruktur strategis yang telah menjadi prioritas pembangunan dapat tetap dilanjutkan. [RA]

WAWASAN

LINK TERKAITDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Portal Tata Ruang dan PertanahanSekretariat BKPRN

Potret Kegiatan TRPSosialisasi Anugerah Pangripta Nusantara 2015BKPRN Review UU No.23/2014 dari Perspektif Penataan Ruang Kunjungan KPK ke Direktorat TRP

tentang Perubahan Kedua atas Perpres 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

3

Page 4: halaman 4 NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN Maret 2015... · ada harmonisasi dan networking ... Sumber: Dokumentasi TRP ... Kepala Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

MATERI TEKNIS STANDAR PENATAAN RUANG BERBASIS CEKUNGAN AIR TANAH

Judul Buku: Materi Teknis Standar Penataan Ruang Berbasis Cekungan Air TanahPenyusun dan Penerbit : Dirjen Pe-nataan Ruang Kemen PUJumlah halaman : 278

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN,BAPPENASJalan Taman Suropati No. 2AGedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412F : 021 392 6601 E : [email protected]: www.trp.or.idPortal : www.tataruangpertanahan.com

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

KPK Mengkaji Implementasi LP2B di Daerah

Jakarta (17/03). Tim Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berkunjung ke Direktorat TRP Bappenas pada Selasa (17/3) guna membahas alih fungsi lahan pertanian. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan awal Tim Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kementerian Pertanian.

Regulasi perlindungan lahan pertanian telah disebutkan dalam Pasal 48 UU No. 26 Tahun 2007 terkait penataan ruang kawasan

perdesaan yang menyebutkan bahwa perlindungan terhadap kawasan lahan abadi pertanian pangan diatur dengan UU tersendiri. Regulasi tersebut ditetapkan melalui UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B).

Implementasi penetapan LP2B di daerah belum berjalan optimal walaupun telah memasuki tahun ke-6 karena masih banyak daerah yang tidak menetapkan LP2B dalam Perda RTRW.

Sebanyak 91 kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda RTRW namun dengan menetapkan luasan LP2B, hasilnya jauh dibawah luas lahan hasil audit Kementerian Pertanian tahun 2011 dan 2013.

Angka laju alih fungsi lahan di Indonesia masih berbeda antara satu institusi dan institusi lainnya. Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN), laju alih

fungsi lahan pertanian sebesar 100 ribu Ha/tahun, sementara berdasarkan data Kementerian Pertanian sebesar 40-60 ribu Ha/tahun.

Salah satu kendala utama dalam penetapan LP2B di daerah adalah belum tersedianya data sebaran lokasi LP2B di tingkat kabupaten/kota. Skala peta dalam RTRW yang digunakan adalah 1:50.000, sementara skala peta yang dibutuhkan adalah 1:5.000.

Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan dalam mendorong daerah menetapkan LP2B diantaranya adalah melaksanakan diseminasi dan sosialisasi tidak hanya pada pemerintah daerah tetapi juga pihak petani sehingga tercipta kesetaraan pemahaman tentang LP2B, serta pemberian insentif kepada petani, maupun pemerintah daerah. [CW,RA]

RESENSI BUKU:

Kunjungan Tim Alih Fungsi Lahan Pertanian KPK ke Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Ir. Oswar Mungkasa, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, bersama Tim Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian KPK berdiskusi di ruang Direktur TRP (17/03). Sumber: Dokumentasi TRP

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa sumber daya air salah satunya adalah air tanah, dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah, Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Konservasi air tanah sebagai bagian dari pengelolaan air tanah menjadi penting untuk dijadikan salah satu dasar penataan ruang guna mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Buku Materi Teknis ini dijadikan standar

untuk memberikan ketentuan teknis dan acuan dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang mempertimbangkan aspek konservasi air tanah.Dengan mengacu pada standar ini, diharapkan dapat menjamin berlangsungnya harmonisasi antara keberadaan air tanah dan pemanfaatannya, keterpaduan penggunaan air tanah yang memperhatikan kebutuhan dasar manusia, dan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap air tanah akibat pemanfaatan ruang. [RA]

4