hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup...

91
ALᾹT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis Sanad dan Matan) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: M. Afwan Al-Mutaali NIM: 1110034000097 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup...

Page 1: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

ṢALᾹT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis Sanad dan Matan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

M. Afwan Al-Mutaali

NIM: 1110034000097

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

ṢALᾹT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF HADIS

(Studi Analisis Sanad dan Matan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

M. Afwan Al-Mutaali

NIM: 1110034000097

Pembimbing,

Dr. Masykur Hakim, MA

NIP. 19570223 199203 1 001

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.

Page 3: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki
Page 4: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketetuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 09 Oktober 2014

M Afwan Al-Mutaali

Page 5: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

iv

ABSTRAK

M Afwan Al-Mutaali

ṢALĀT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF HADIS (STUDI ANALISIS

SANAD DAN MATAN)

Kedudukan Hadis Nabi Saw. Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah

al-Qur’an mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena ia merupakan

sentral figur umat manusia. Maka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya

terjamin keotentikannya. Sementara dalam perjalanan sejarah telah terjadi

pergeseran, baik secara internal maupun eksternal, akibatnya status hadis bias

berkualitas shahih, hasan, dha’if dan bahkan maudu’. Dalam hal ini penulis

mencoba mengungkap kualitas hadis tentang Ṣalāt tasbīh yang merupakan bagian

dari ibadah Ṣalāt sunnah yang tidak asing ditelinga umat muslim pada umumnya.

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dan menjaga keotentikan

sumber, dengan mengkaji bagaimana kualitas hadis dari segi sanad dan matan

hadis. Juga melihat kedudukan hadis tersebut. Dengan tujuan dalam rangka

menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. Sehingga dapat atau tidaknya

diamalkan. Dengan demikian, ajaran atau hujjah yang disandarkan atas Nabi Saw.

tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan

library Reseach sepenuhnya. Yaitu Dengan menelaah beberapa literatur yang

relevan dengan pokok pembahasan skripsi.

Setelah melakukan penelitian sanad dan matan hadis penulis

berkesimpulan bahwa hadis tentang salat tasbih berkualitas daif. Kendati

demikian salat tasbīh tersebut dapat dijadikan sebagai fadāil al-a’māl.

Page 6: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

v

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas untuk diucap selain“Alḥamdulillāh” sebagai rasa

syukur yang begitu dalam, atas segala nikmat yang tak terhingga kepada Tuhan

seluruh alam, Allah swt., atas segala limpahan rahmat, nikmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang amat sederhana ini, yang

masih jauh dari kata sempurna.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita

sang revolusioner yakni Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Beserta

keluarga, sahabat dan kita sebagai pengikutnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini,

tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan, dan

kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A. selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadits

Fakultas Ushuluddin. Jauhar Azizi. M.A. selaku Sekretaris Jurusan Tafsir

Hadits Fakultas Ushuluddin.

3. Dr. Maskur Hakim, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar

telah membimbing penulis dan memberikan banyak masukan dalam

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Tafsir Hadits yang telah berbagi

ilmu pengetahuan serta pengalaman berharganya kepada para mahasiswa.

Semoga amal kebaikan Bapak dan Ibu Dosen dibalas dengan pahala yang

tidak terhingga.

Page 7: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

vi

5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, sehingga membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda H.A Musyaffa dan

Ibunda tercinta Hj. Yayah Siti Sarah yang tidak henti-hentinya

memberikan do’a, semangat, nasihat kepada penulis. Juga Kepada kaka-

kakaku yang sangat penulis banggakan (Qurrotul Millah, bang Rahmat,

Farhan Amrullah, Yasri Aulawi, Syauqi, Silvia Rahmah) yang senantiasa

mendo’akan dan memotivasi penulis untuk terus semangat dalam mencari

ilmu.

7. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pimpinan Pondok

Pesantren Dar el-Hikam Pondok Ranji-Ciputat. KH. Bahruddin, S.Ag dan

keluarga. Selaku Guru dan orang tua yang banyak memberikan ilmu,

nasihat dan doa selama tinggal di Ciputat.

8. Seluruh teman-teman Tafsir Hadis angkatan 2010 (Januri, Gojali, Ryan,

Abdul Rizal, Muchtar, uki, Aceng Aum, Lail….), juga seluruh teman-

teman perjuangan Ikatan Santri Dar el-Hikam (ISDAH) Ciputat terutama

untuk semua di Kobong wali. kalian luar biasa.

Akhirnya penulis pun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis

yang masih sedikit, referensi, dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca,

menjadikan penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan

perbaikan penulisan ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan harapan yang begitu besar, semoga skripsi ini bermanfaat

untuk para pembaca.

Ciputat, 09 Oktober 2014

M. Afwan Al-Mutaali

Page 8: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

gh ═ غ r ═ ر ’ ═ ء f ═ ف z ═ ز b ═ ب q ═ ق s ═ س t ═ ت k ═ ك sh ═ ش th ═ ث l ═ ل Ṣ ═ ص j ═ ج m ═ م ḍ ═ ض ḥ ═ ح n ═ ن ṭ ═ ط kh ═ خ w ═ و ẓ ═ ظ d ═ د h ═ ةه/ (nya) ‘ ═ ع dh ═ ذ y ═ ي

B. Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

═ a ا— ═ ā ى ═ ī ═ i ى— ═ á و ═ aw

═ u و— ═ ū ي ═ ya

Page 9: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

viii

C. Keterangan Tambahan

1. Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya

ة) جزي ار) ,al-jizyah (ال al-dhimmah. Kata sandang (الذمة) al-āthār dan (االث

ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.

2. Tashdīd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-

muwaṭṭa’.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai

dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.

D. Singkatan

SWT = Subḥānahu wa ta’ālā

As = ‘Alaihi al-Salām

M = Masehi

QS = al-Qur’an Surah

SAW = Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

H = Hijriyah

r.a = Raḍiya Allāh ‘anhu

w = Wafat

h = Halaman

Page 10: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR …….…………………………………………………v

PEDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………….vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….ix

BAB I: PENDAHULUAN …………...……………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….......1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………….……..7

C. Tinjauan Pustaka ……………………………………...…...………8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………………………………….10

E. Metodologi Penelitian ……….…………………………………….10

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………..12

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALᾹT TASBῙH ………………13

A. Pengertian Ṣalāt Tasbīh ………………………………….……..….13

B. Tujuan Ṣalāt Tasbīh ……………………………………………..….17

C. Tata Cara Ṣalāt Tasbīh ………………………………………….….19

BAB III: KAJIAN TERHADAP SANAD DAN MATAN ………………….24

A. Kritik Sanad Hadis….. ……………………………………………..24

B. Kritik Matan Hadis………………… ……………………………....70

BAB IV: PENUTUP ……..…………………..……………...………………...77

A. Kesimpulan …….…………………………………………………..77

B. Saran-saran ...….……………………………………….…………..78

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 79

Page 11: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

al-Sunnah dalam Islam memiliki kedudukan sebagai penafsir atas al-

Qur‟an dalam praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Hal ini

mengingat bahwa pribadi Nabi Saw. merupakan perwujudan dari al-Qur‟an yang

ditafsirkan untuk kebutuhan manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam

kehidupan sehari-hari.1 Oleh karena itu, umat Islam pada masa Nabi Muhammad

Saw. (al-sahābaṯ ) dan pengikut jejaknya, menggunakan hadis sebagai hujjah

diikuti dengan mengamalkan isinya dengan penuh semangat, kepatuhan, dan

ketulusan. Dalam prakteknya, di samping menjadikan al-Qur‟an sebagai hujjah,

mereka juga menjadikan hadis sebagai hujjah yang serupa secara seimbang,

karena keduanya sama diyakini berasal dari wahyu Allah Swt.

Terdapat perbedaan mendasar antara keduanya, yakni kedudukan al-

Qur‟an bersifat qat’i al-wurūd,2 sedangkan hadis kebanyakan yang bersifat

zhanny al-wurūd.3 Juga karena dilihat dari periwayatannya hadis berbeda dengan

al-Qur‟an. Al-Qur‟an diriwayatkan tanpa keterputusan antara sumber pertama

dengan sumber berikutnya. Artinya, periwayatan al-Qur‟an selalu mutawatir

sedangkan hadis tidak demikian, bahkan bila dikalkulasi jumlah hadis yang

mutawatir lebih sedikit dibanding keseluruhan hadis yang kebanyakan bersifat

1 Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Penerjemah Muhammad al-

Baqīr (Bandung : Karisma, 1993), h. 17. 2 Qat’i al-wurūd adalah absolute (mutlak) kebenaran beritanya. Syuhudi Ismail,

Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet.I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 4. 3 Zhanni al- wurūd adalah nisbi atau relatif (tidak mutlak) tingkat kebenaran beritanya.

Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.4.

Page 12: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

2

ahad.4 Dalam proses periwayatan tersebut umumnya terjadi periwayatan secara

makna, sehingga kemurniannya tidak mendapat jaminan dari Allah Swt. Sifatnya

yang tipikal itu tidak menjamin hadis dapat terhindar dari intervensi luar yang

sifatnya destruktif, terutama adanya usaha-usaha untuk memalsukannya dalam

rentang waktu pengkodifikasian hadis yang cukup lama, sehingga hadis-hadis

palsu muncul dengan berbagai motivasi dan kepentingan pribadi dan golongan.5

Oleh sebab itu hadis tersebut perlu diteliti kembali kemurniannya agar

ajaran yang disandarkan kepada Nabi Saw. dapat dipertanggung jawabkan hal ini

agar terhindar dari pernyataan Nabi Saw. “Barang siapa yang secara sengaja

berbohong atas namaku maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempat

duduknya di neraka”.6 Sebab di dalam tubuh hadis tak terlepas dari

permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan kualitas hadis menjadi Ṣahīh,

hasan, dhaif, dan bahkan maudu‟. Pokok permasalahan hadis secara umum adalah

menyangkut kualitas hadis, pemahaman hadis sampai pada aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Sentralnya adalah sanad dan matan hadis, keduanya

merupakan unsur penting yang saling berkaitan erat menentukan keberadaan dan

kualitas suatu hadis. Sehingga kekosongan salah satunya akan berpegaruh, dan

bahkan merusak eksistensi dan kualitas suatu hadis.

Selain itu, dalam perjalanan sejarah telah terjadi pemalsuan hadis pada

peristiwa pergolakan politik antara kubu Muawiyah bin Abi Sufyan (w. 60 H/680

M) dan kubu Ali bin Abi Thalib (memerintah 35-40 H/656-661 M). Masing-

masing ingin meligitimasi pendapatnya dengan al-Qur‟an dan al-Sunnah sampai

4 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi. h. 3.

5 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Press,

1992), h. 1-10. 6 Shahih Bukhari, Kitab „Ilm Bab dosa seorang yang berbohong atas Nabi SAW. Juz I. h.

31

Page 13: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

3

melakukan pemalsuan hadis.7 Sesunggguhnya Pemalsuan ini bukan saja dilakukan

oleh umat muslim tetapi juga oleh non muslim. Motivasi orang-orang melakukan

pemalsuan hadis ialah untuk : Pertama, membela kepentingan politik. Kedua,

menyesatkan umat Islam ; ketiga, membela ras, suku, negara dan imam ; keempat,

memikat hati orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya ; kelima,

menjadikan orang lain lebih zahid ; keenam, perbedaan Mazhab dan Teologi ;

ketujuh, memperoleh perhatian dari penguasa.8 Dalam pemalsuan hadis tersebut

ada yang bersifat sengaja dan ada yang bersifat tidak sengaja, meski demikian,

pemalsuan tetap merupakan perbuatan tercela.9 Berdasarkan fenomena di atas,

dalam rangka menetapkan hujjah yang benar-benar murni bersumber dari Nabi

Muhammad Saw. maka melakukan penelitian kemurnian hadis adalah suatu

keniscayaan.

Dari gambaran tentang perjalanan panjang hadis Nabi tersebut, maka

dituntut adanya penelitian hadis selanjutnya secara seksama sebagai kehati-hatian

untuk menghindarkan diri dari penggunaan hadis yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan validitas dan orisinalitasnya serta untuk menjaga

keutuhan dan kelestariannya sebagai sumber ajaran Islam.

Demikian juga halnya dengan hadis yang dipahami oleh masyarakat

sebagai dalil yang mengajarkan tentang suatu ṣalāt Sunnah yang disebut dengan

ṣalāt tasbīh, istilah ṣalāt tasbīh merupakan ibadah ṣalāt sunnah yang tidak asing

ditelinga umat muslim pada umumnya. Ṣalāt ini secara umum sama dengan tata

7 Muhammad „Ajaj al-Khathib, Ushūl al-Hadis, Penerjemah Qodirun Nur dan Ahmad

Musyafiq (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), Cet. IV. h. 353. 8 Muhammad „Ajaj al-Khathib, Ushūl al-Hadis, h. 354-362.

9 M.Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet.

3. h. 111.

Page 14: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

4

cara ṣalāt yang lain, hanya saja ada tambahan bacaan tasbīh di dalamnya. banyak

buku pedoman ṣalāt sunnah yang beredar di masyarakat yang didalamnya

menjelaskan mengenai ṣalāt tersebut diantaranya mengenai keistimewaan atau

fadilah, tata cara mengerjakanya dan sebagainya. Dari alasan itulah ṣalāt tasbīh ini

menjadi suatu rangkaian Ibadah ṣalāt yang tidak asing ditelinga sebagian besar

umat Islam khususnya di Indonesia yang meyakini akan kebenaran dan

kebolehanya. Mereka mengerjakanya secara rutin dengan beragam waktu, ada

yang mengerjakan setiap minggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali dan juga

waktu-waktu khusus seperti Menjelang Ramadhan (Nisyfu Sya’ban) dan

sebagainya. Bahkan di beberapa daerah Ṣalāt Tasbīh ini dikerjakan secara

berjamaah di masjid.

Kekhusyu‟an umat Islam yang menjalankan ibadah tersebut merasa

terganggu dengan munculnya buku yang menjadi gerakan provokatif dan bersifat

menyudutkan yang menyatakan bahwa ṣalāt tasbīh ini hadisnya termasuk ke

dalam hadis mawdu’ (palsu).10 Serta ada juga yang menjelaskan tentang

hukumnya yang diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang berpendapat bahwa

Ṣalāt tasbīh hukumnya Sunnah karena didasarkan atas banyaknya hadis dari

berbagai jalur periwayatan yang menjelaskan Ṣalāt tasbīh dan ada pula yang

menyatakan hadisnya ḍa‟if.

Diantara ulama yang mengatakan bahwa hadis tentang Ṣalāt tasbīh adalah

hadis palsu antara lain Ibn al-Jawzi. Beliau memiliki kitab khusus yang berisi

10

Karena di dalam hadis-hadis tersebut disebutkan bahwa pahala melaksanakannya tidak

terhingga banyaknya, yaitu: segala dosa, baik yang besar maupun yang kecil, yang disengaja

maupun yang tidak, baik yang lalu maupun yang akan datang semuanya diampuni oleh Allah swt.

Penyebutan pahala yang begitu besar merupakan salah satu dari ciri-ciri hadis palsu.

Page 15: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

5

hadis palsu yang bernama al-Mawdū‟āt, dan di dalamnya terdapat hadis tentang

Ṣalāt tasbīh.11

Kemudian diantara contoh buku yang beredar di Masyarakat ditemukan

dalam buku “Menyingkap Perbedaan Ulama” buah karya Syaikh Mohammad bin

Saleh Utsaimin di dalamnya menjelaskan bahwa Ṣalāt Tasbīh adalah bid'ah dan

hadits yang berkaitan dengannya tidak tsabit atau tidak dapat dipertanggung

jawabkan keṢahīhan sumbernya dari Nabi Saw. 12

Kemudian hal serupa pula di dalam buku Pedoman Ṣalāt karya Hasbi Ash

shiddeqy dikatakan bahwa ṣalāt tasbīh merupakan suatu Ṣalāt yang

diperselisihkan ulama. Ada yang menganggapnya sunnah dan ada pula yang

membid‟ahkan. Riwayat yang menerangkan kesunnatannya dicela oleh

sebahagian ahli hadis, oleh sebab itu menurutnya lebih utama meninggalkannya.13

Tetapi sebaliknya banyak juga dari para ulama, baik klasik maupun

kontemporer yang menegaskan bahwa hadis Ṣalāt tasbīh ini Ṣahīh. Diantara para

ulama klasik yang bependapat seperti itu adalah Ibn shalah, al-Mundzirī, al-

Khātīb al-Baghdadi, al-Zarkasyī, al-Suyutī, dan lain-lain.14

Sementara diantara ahli-ahli hadis masa kini yang menyatakan bahwa

Hadis Ṣalāt tasbīh itu Ṣahīh, atau minimal hasan, adalah al-hafīdh Muhammad

„Abd al-rahman al-Mubarakfūri (w.1353 H), Mustafa Azami, Muhammad Fuad

11

Muhammad bin „Alī al-Syawkānī, Al-Fawāid al-Majmū’at fī al-Ahādīs al-Mawdū’ah

(Bayrūt: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1995), h. 37-38. 12

Atoillah Wijayanto, Shalat Tasbih, Sunnah Rasul Yang Dianggap Bid’ah (Malang:

Pustaka Basma, 2009), h. xii 13

Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), h.

302. 14

Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2012), h. 131

Page 16: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

6

abd al-Baqi, Nashir al-Dīn al-Albāni, dan lain-lain. Bahkan Nashir al-Dīn al-

Albāni menegaskan bahwa Hadis Ṣalāt tasbīh itu Ṣahīh. Karenanya, beliau

kemudian memasukkan Hadis tersebut dalam kitabnya Ṣahīh Sunan Abi daud,

sebuah kitab yang berisi hadis-hadis Ṣahīh.15

Adapun hadis yang dimaksudkan dalam menjelaskan tentang Ṣalāt tasbīh

adalah sebagai berikut:

ث نا عبدالرحن بن بشر بن احلكم الن يساب وري حدث نا احلكم بن .ث نا و بن عبد الل حد.حدطلب: عن عكر عن ابن عباا اا ابان،

: اا ر وا اهلل صل اهلل عليو و لم لللباا بن عبد امل

اذا انت للت , ا ا ل ب عشر اال , ا احب و , ا ا ن , ا اعطي , اعباا اعماه" ره , و د و وحد و , ذل ر اهلل ل ذن ب اولو وا ره ره و بي ره وعال , و طاه وعمده وص ي و

اذا ر ت ن . ان لل ارب ر لاال را ل ر ل ل ب اا الك اا و ور ل : عشر اال . ني و واهلل ا ب ر خس , و الو ا اهلل ,واحلمد هلل , ب ان اهلل : ال راا اوا ر ل ل وانت اامم

ث هوي , ولا عشرةا. ث ر را ن الرر و , ث ر وا وانت را م عشرةا, عشر ر ة ا وا وانت اجدم عشرةا ث سجد ولا , ث ر را ن السرجود ولا عشرةا, اجدة

لون ل ر ل ل . عشرةا ث ر را ن السرجود ولا عشرةا ل ذل , ل خسم و ب ر ة ا ل ان سط ل ل ل ر ة , ارب ر لاال ها ل و ل ان , وان ا طلت ان للي

16" ان ل عمر ر ة , ان ل ل ن ل ر ل , ل هرل ر ة

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam An

Naisabury telah menceritakan kepada kami Musa bin Abdul Aziz telah

menceritakan kepada kami Al Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu

Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada

Abbas bin Abdul Mutthalib: "Wahai Abbas, wahai pamanku, sukakah

paman, aku beri, aku karuniai, aku beri hadiah istimewa, aku ajari

sepuluh macam kebaikan yang dapat menghapus sepuluh macam dosa?

Jika paman mengerjakan ha itu, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa

paman, baik yang awal dan yang akhir, baik yang telah lalu atau yang

akan datang, yang di sengaja ataupun tidak, yang kecil maupun yang

besar, yang samar-samar maupun yang terang-terangan. Sepuluh macam

15

Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah, h.131. 16

Abi Dawud Sulayman bin al-As'as al-Sijistany, Sunan Abi Dāwud, kitab al-Salat bāb

ṣalāt al-Tasbīh, juz I (Bayrūt: Dar al-Fikr, 1994), h. 483-484.

Page 17: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

7

kebaikan itu ialah; "Paman mengerjakan Ṣalāt empat raka'at, dan setiap

raka'at membaca AL Fatihah dan surat, apabila selesai membaca itu,

dalam raka'at pertama dan masih berdiri, bacalah; "Subhanallah wal

hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar (Maha suci Allah, segala

puji bagi Allah, tidak ada ilah selain Allah dan Allah Maha besar) "

sebanyak lima belas kali, lalu ruku', dan dalam ruku' membaca bacaan

seperti itu sebanyak sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dari ruku'

(i'tidal) juga membaca seperti itu sebanyak sepuluh kali, lalu sujud juga

membaca sepuluh kali, setelah itu mengangkat kepala dari sujud (duduk di

antara dua sujud) juga membaca sepuluh kali, lalu sujud juga membaca

sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca sepuluh kali,

Salim bin Abul Ja'd jumlahnya ada tujuh puluh lama kali dalam setiap

raka'at, paman dapat melakukannya dalam empat raka'at. jika paman

sanggup mengerjakannya sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika tidak

mampu, kerjakanlah setiap jum'at, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap

bulan, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap tahun sekali. Dan jika masih

tidak mampu, kerjakanlah sekali dalam seumur hidup."

Berangkat dari adanya kontroversi mengenai hadis tentang Ṣalāt tasbīh

tersebut, maka untuk itu perlu adanya penelitian dalam rangka menjelaskan

pemahaman kepada masyarakat tentang berbagai ibadah, dengan melihat kualitas

tersebut, sehingga dapat atau tidaknya diamalkan. penulis tertarik untuk meneliti

hadis tentang Ṣalāt tasbīh tersebut karena betapa pentingnya melakukan penelitian

hadis baik sanad maupun matan dengan tujuan untuk mengetahui otentisitas dan

validitas hadis tersebut juga bagaimana memahami kandungannya. oleh karena

itu, Maka penulis menetapkan judul : ṢALĀT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF

HADIS (STUDI ANALISIS SANAD DAN MATAN)

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dari uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam Skripsi

ini adalah bagaimana kualitas hadis tentang Ṣalāt tasbīh, Ruang lingkup penulisan

ini hanya mencakup hadis-hadis yang dipedomani oleh masyarakat dalam

melakukan Ṣalāt tasbīh, dan hadis-hadis yang akan diadakan penelitian terbatas

pada hadis-hadis yang dirujuk dalam kitab al-Mu’jām al-Mufahras li al-Fāz al-

Page 18: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

8

Hadīs al-Nabawī. Untuk lebih terarahnya pembahasan, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas hadis tentang Ṣalāt tasbīh ?

2. Bagaimana kedudukan Ṣalāt tasbīh ?

C. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah ditemukan

beberapa penelitian sebelumnya. Adapun review studi terdahulu yang penulis

telah kaji adalah:

1. Kritik Hadis Tentang Keistimewaan Salat Sunnah Tobat : Studi

analisis Sanad Dan Matan, ditulis oleh Nuraini, Eni Jurusan Tafsir

Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Tema tentang

salat banyak sudah banyak dibahas, namun dalam judul berbeda-beda

diantaranya tentang salat sunnah taubat, dalam skripsi ini adalah

meneliti hadis baik sanad maupun matan dengan tujuan untuk

mengetahui otentisitas dan validitas hadis tersebut. Skripsi tersebut

didapat dari perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dahsyatnya Ṣalāt Tasbīh yang ditulis oleh Misbahus Surur, Jakarta :

Qultum Media, 2009. Buku ini menjelaskan Tinjauan umum mengenai

Ṣalāt tasbīh diantaranya Pengertian, keajaiban dan hikmah, tata cara

pelaksanaanya dan juga penjelasan para ulama mengenai dasar hukum

yang di dalamnya dijelaskan pro kontra terhadap penilaian kedudukan

hadis tersebut.

Page 19: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

9

3. Buku “Ṣalāt Tasbīh, Sunnah Rasul Yang Dianggap Bid‟ah” yang

ditulis oleh Atoillah Wijayanto, Malang, Pustaka Basma, 2009. Di

dalam buku ini, penulis menjelaskan dan menunjukkan dalil atau

hujjah tentang kesunahan Ṣalāt Tasbīh dengan menampilkan hadis-

hadis sebagai bukti otentik dan pendapat ulama ahlussunnah yang

kredibel serta mumpuni dalam ilmu mereka. Juga membahas para

perawi hadis yang meriwayatkan Ṣalāt Tasbīh dengan menukil

pendapat para ulama ahli hadis yang mereka juga telah membahasa

masalah ini sebelumnya.

4. Buku “Hadis hadis bermasalah” yang ditulis oleh Ali Mustafa Yaqub,

Jakarta, Pustaka Firdaus, 2012. Di dalam buku ini, penulis memasukan

Ṣalāt Tasbīh dalam bagian pembahasan buku tersebut. Di dalamnya

dijelaskan secara singkat atau berupa kesimpulan penulis dan

dijelaskan pula mengenai Ulama yang pro dan kontra dalam menilai

Hadis tersebut.

Setelah meninjau pustaka mengenai literature yang membahas tentang

Ṣalāt tasbīh, penulis belum mendapatkan adanya pembahasan khusus mengenai

kualitas hadis-hadis tentang ṣalāt tasbīh yang terfokus pada satu buku, khususnya

juga yang mengkritik kualitas hadis yang dipahami oleh masyarakat sebagai Ṣalāt

tasbīh. Jadi, rancangan penelitian ini merupakan pengembangan dari peneliti

sebelumnya, atau pelengkap dari karya-karya yang sudah ada.

Page 20: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

10

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis.

2. Untuk menggali kandungan hadis tentang Ṣalāt tasbīh.

3. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan kaum muslimin

pada umumnya.

4. Untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan gelar sarjana

setrata satu (S1) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Metodologi Penelitian

Adapun metode dalam kegiatan penelitian hadis ini, yaitu:

1. Melakukan takhrij hadis dari matan hadis yang telah disebut pada judul,

langkah pertama penelitian hadis ini merujuk melalui lafal hadis dari kitab al-

Mu’jām al-Mufahras li al-Fāz al-Hadīs al-Nabawī karya A.J Wensinck.

2. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk pada kitab

asli yang ditunjukkan oleh kitab kamus.

3. Menguraikan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya pendukung

yang berstatus muttabi‟ dan syawahid.

Page 21: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

11

4. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) dari data yang diambil dari kitab-

kitab Rijal al-Hadis seperti Tahdzīb al-Kamal, Tahdzīb al-Tahdzīb, al-Jarh at-

Ta‟dīl, dan lain-lain. Dan penelitian sanad ini yaitu menelesuri data setiap

periwayat dengan menilai keadaannya, hubungan guru dan murid, tahun kelahiran

dan tahun wafat, hingga penilaian para ulama tentang kredibilitas perawi tersebut.

Untuk kemudian menentukan kedudukan hadis dari semua jalur.

5. Jika terdapat kontradiktif antara jarh dan ta’dīl, maka dalam hal ini

Mendahulukan jarh atas ta’dīl secara mutlak ( اجلرح د عل ال لد )

6. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian sanad di atas.

7. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian di atas dan pesan penting dari

hadis tersebut. Sedang dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode

deskriptif analisis, yakni melalui pengumpulan data dan pendapat para ulama dan

pakar untuk kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan

yang ilmiah.

Penulis memakai metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode

penelitian pustakaan (library research) artinya data-datanya berasal dari sumber

keperpustakaan, baik berupa buku-buku, ensiklopedi, dan sebagainya, termasuk

juga data primer seperti kitab-kitab hadis, maupun data sekunder, seperti data-data

yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.

Page 22: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

12

Selain itu juga metode penulisan ini penulis juga mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang disusun oleh tim

CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklasifikasi menjadi lima bab dan

setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang setiap sub saling berkaitan.

Sistematika penulisan tersebut berikut ini :

bab I (pertama) sebagai pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang, rumusan dan batasan masalah, metode penelitian, tinjauan

pustaka, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II (kedua), merupakan tinjauan umum mengenai ṣalāt tasbīh

yang berisi pengertian ṣalāt tasbīh, tujuan ṣalāt tasbīh, tata cara atau

praktek pelaksanaan ṣalāt tasbīh.

Bab III (ketiga). berisi kegiatan takhrij, Yang terdiri dari Kegiatan

Takhrij Hadis, Klasifikasi hadis tentang Ṣalāt tasbīh, Kegiatan I‟tibar.

bab IV (keempat), kegiatan Penelitian Kritik Sanad dan Matan.

Bab V (kelima), yang merupakan bagian penutup yang berisi

kesimpulan dan saran.

Page 23: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALᾹT TASBῙH

A. Pengertian Ṣalāt Tasbīh

Istilah ṣalāt tasbīh terdiri atas dua kata, yakni “ṣalāt” dan “tasbīh”. Kata

“ṣalāt” pada dasarnya berakar dari kata صالة berasal dari kata kerja يصلي– صلي .

Kata “Ṣalāt” menurut bahasa mengandung dua pengertian, yaitu “berdoa”1 dan

“bersalawat”. Ini berarti bahwa ungkapan “saya ṣalāt” dapat berarti “saya berdoa”

atau “saya bersalawat”. Berdoa yang dimaksud dalam pengertian ialah berdoa atau

memohon hal-hal yang baik, nikmat dan rezeki. Sedangkan “bersalawat” berarti

meminta keselamatan, kedamaian, keamanan, dan pelimpahan rahmat Allah swt.2

Ṣalāt dalam pengertian di atas adalah doa yang dilakukan untuk

mendekatkan diri kepada Allah swt. Untuk meminta pengampunan dari segala

dosa, untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah swt. Untuk menolak

kezaliman, dan untuk menegakkan suatu kewajiban ibadah dalam agama.

Secara istilah “ṣalāt” diartikan sebagai suatu ibadah kepada Allah swt.

Dengan gerakan-gerakan tertentu dan perkataan-perkataan tertentu yang diawali

1 Ṣalāt dalam pengertian “doa” antara lain terdapat dalam QS. al-Tawbah (9): 103.

2 Abī Husayn Ahmad bin Fāris bin Zakariyyah, Mu‟jām Maqayis al-Lugah, juz III

(Mesir: Maktabah Matbāh Mustafa al-Bābi al-Halabi wa Awlāduh, 1972), h. 300-301.

Page 24: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

14

dengan takbir dan diakhiri dengan salam dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan

dengan syarat-syarat tertentu.3

Sedangkan kata “tasbīh” merupakan bentuk dasar (masdar) dari kata kerja

yang artinya mensucikan dengan mengucapkan lafal tasbīh, atau يسبح- سبح

menafikan Allah dari keserupaan dengan semua makhluk dari segala bentuk

kekurangan, dengan ucapan subhānallāh (Maha Suci Allah).4 Lafal tasbīh

seringkali diucapkan atau digandengkan dengan lafal-lafal tahmīd (احلمدهلل), tahlīl

.(اهلل اكرب) dan takbīr ,(الاله اال اهلل)

Jadi ṣalāt tasbīh adalah suatu ṣalāt yang dalam setiap perpindahan dari satu

hay‟ah (gerakan) kepada hay‟ah lainnya mengandung pujian (tasbīh, zikir) kepada

Allah swt yang berbunyi Maha Suci) سبحان اهلل و احلمد هلل وال اله اال اهلل و اهلل أكرب

Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar).

Adapun perintah-perintah untuk bertasbīh terdapat dalam Al-Qur‟an dan

Hadis Nabi saw, diantaranya:

1. Qs al-Fath (48): 9:

3 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid V (Cet. VI; Jakarta: PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve, 2003), h. 1536. 4 Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Cet. XIV;

Surabaya: Pustaka Progresif, 19970, h. 209.

Page 25: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

15

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,

menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbīh kepada-Nya

di waktu pagi dan petang.”5

2. Qs. al-Hijr (15): 98:

“Maka bertasbīhlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara

orang-orang yang bersujud (Ṣalāt).”6

3. Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh „Uqbah bin „Amr:

حدثنا الربيع بن نافع أبوتوبة و موسي بن امساعيل ادلعين قاال أخربنا ابن ادلبارك عن موسي قال 7فسبح باسم ربك العظيم،"دلا نزلت : "ابوسلمة موسي بن ايوب عن عمه عن عقبة بن عامر قال

8فسبح باسم ربك االعلي،" فلمانزلت. "اجعلواها يف ركوعكم: صللي اهلل عليه وسللم قال رسول اهلل 9.اجعلوها يف سجودكم: قال

“Al-Rabi‟ bin Nāfi‟ Abū Tawbah dan Mūsā bin „Ismaīl menceritakan

kepada kami, Ibnu al-Mubārak memberitakan kepada kami, dari Mūsā

Abū Salamah Mūsā bin Ayyūb berkata, dari pamannya dari „Uqbah bin

„āmr berkata Fasabbih bismi rabbika al-„Azīm” (Maka bertasbīhlah kamu

dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar) Rasulullah saw besabda:

“Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.” Dan ketika turun firman Allah

“sabbihisma Rabbika al-a‟lā” (Tasbīhkanlah nama Tuhanmu yang Maha

Tinggi), Rasulullah bersabda: Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.”

4. Qs. al-Wāqi‟ah (56): 74 dan 96:

5 Al-Qur‟an Al-Hadi

6 Al-Qur‟an Al-Hadi

7 Qs. Al-Wāqi‟ah (56): 74.

8 QS. Al-A‟lā (87): 1.

9 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, kitab al-Azān bāb

mā Yaqūlu al-Rajūl fī Rukū‟ihī wa Sujūdihī, juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994), h. 239.

Page 26: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

16

“Maka bertasbīhlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha

besar.”10

5. Qs. al-A‟lā (87): 1:

“Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi.”11

6. Qs. al-Nasr (110): 3:

“Maka bertasbīhlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun

kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.”12

7. Hadis yang diriwayatkan oleh „Aisyah:

ضال ثنا مسدلد ثنا يي عن سفيان قال: حدل ثثين منصور عن مسلم عن مسروق عن عا : حدل حدلا قالت : يكثر ان ييقول يف ركوعه وسجد صللي اهلل عليه وسللم كان النب : ة رضي اهلل عن ا أ ل

"سبحانك الل م ربلنا وبمد ، اللل مل اغفريل"13

“Musaddad telah menceritakan kepada kami, Yahya telah menceritakan

kepada kami dari Sufyan dia berkata: Mansūr telah menceritakan

kepadaku, dari Muslim, dari Masrūq, dari „A RA. Dia berkata:

Bahwasanya Nabi saw. memperbanyak membaca dalam rukuk dan

sujudnya; Maha suci engkau Ya Allah Tuhan kami dan segala puji bagi-

Nya, Ya Allah ampunilah aku.”

10

Al-Qur‟an Al-Hadi 11

Al-Qur‟an Al-Hadi 12

Al-Qur‟an Al-Hadi 13

Al-Imām Abī 'Abdillāh Muhammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm ibn Mughīrah ibn

Bardizbah al-Bukhārī al-Jā'fī, Sahīh al-Bukhārī, juz I (Bayrūt: Dār al-Kutūb al-Ilmiyyah, 1992), h.

246.

Page 27: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

17

C. Tujuan Ṣalāt Tasbīh

Tujuan dari ṣalāt adalah pengakuan hati bahwa Allah Swt. Sebagai

pencipta yang Maha besar dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas

kebesaran serta kemuliaan-Nya yang kekal dan abadi. Bagi seseorang yang telah

melaksanakan ṣalāt dengan penuh rasa takwa dan keimanan kepada penciptanya,

hubungannya dengan Allah swt. akan kuat, istiqamah (teguh) dalam beribadah

kepada-Nya, dan menjaga ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh-Nya.14

Ṣalāt yang dilaksanakan dengan hati yang penuh takwa dan mengharap

keridaan Allah swt. akan mempunyai pengaruh yang mendalam dalam jiwa dan

menopang manusia untuk berakhlak mulia. Dengan demikian Ṣalāt dapat berperan

sebagai alat penangkal yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan

mungkar sebagaimana yang telah disebutkan dalam Qs. al-Ankabūt (29): 45:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-

Qur‟an) dan dirikanlah Ṣalāt. Sesungguhnya Ṣalātitu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat

Allah (Ṣalāt) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang

lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.15

Ṣalāt tidak hanya merupakan perwujudan dan rasa terima kasih terhadap

nikmat yang dianugerahkan Allah swt. tetapi juga mempunyai dampak positif

bagi yang melaksanakannya. Dampak tersebut antara lain adalah selalu terjadinya

14

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid IV (Cet. IV; Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1997), h. 208. 15

Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 28: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

18

hubungan yang kuat antara seorang hamba dan pencipta yang membawa

kenikmatan, keamanan, ketenangan, dan keselamatan yang diwujudkan dalam

bentuk pernyataan diri dan penghambaan diri kepada Allah swt. ṣalāt juga

merupakan sarana untuk mencapai kemenangan, keberuntungan,16

dan ṣalāt yang

dilakukan lima kali sehari semalam dapat menghapus dosa seperti air dipakai

mandi dapat menghapus daki yang ada di badan sebagaimana yang dijelaskan

dalam Hadis:

ثنا ابراهيم بن حزة قال حدل ثين ابن أيب حازم والدراوردي عن يزيد عن حممد بن ابراهيم عن أيب : حدلأرايتم لو أن : ييقول صللي اهلل عليه وسللم سلمة بن عبد الرلحن عن ايب هريرة أنه مسع رسول اهلل

الييبقي من درنه : ني را بباب احدكم ييغتسل فيه كلل ييوم خسا ماتيقت ذلك ييبقي من درنه؟ قالوا".فذلك مثل الصلوات اخلمس ميحواهلل به اخلطايا: "قال. ي ا

17

“Seandainya ada sebuah sungai di depan rumah salah seorang dari kamu

dan ia mandi di sana lima kali sehari, apakah menurutmu masih akan ada

daki (kotoran) yang tersisa ditubuhnya? Mereka berkata: “Tidak akan

ada sedikitpun kotoran yang tersisa ditubuhnya.” Nabi saw.

menambahkan, ini adalah ibarat (mengerjakan) Ṣalāt lima waktu

menghapus perbuatan jahat (dosa).”

Dengan ṣalāt akan tercipta hubungan yang amat dekat antara pelaku dan

Allah swt. Sehingga terasa adanya pengawasan dari Allah swt. Terhadap segala

tindakan yang pada akhirnya akan memberikan ketenangan yang besar dalam jiwa

dan menjauhkan dari kelalaian yang dapat memalingkan seseorang dari

ketentuannya kepada Allah swt. (Qs. al-Zāriyat (51): 56).

Adapun tujuan atau manfaat melaksanakan Ṣalāt tasbīh, bagi para ulama

yang tidak menerima kehujjahan Hadis tentang Ṣalāt tasbīh tentu saja Ṣalāt tasbīh

16

Lihat Qs. al-Mukminūn (23): 1, QS. al-Ma‟ārij (70): 19 17

Al-Bukhārī al-Ja'fī, juz I kitāb Mawāqīt al-Shalat Bāb al-Shalāwat al-Khamsu

Kaffārat, h. 167.

Page 29: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

19

bagi mereka tidak ada manfaatnya. Karena itu mereka tidak mengerjakannya. Tapi

bagi para ulama yang mensahihkan Hadis tersebut, nyata disebutkan bahwa Allah

akan mengampuni dosa, baik yang pertama dan terakhir, yang terdahulu dan yang

baru, yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang

besar, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.

D. Tata Cara Ṣalāt Tasbīh

Ṣalāt tasbīh semua riwayat sepakat dengan empat rokaat18

, jika pada siang

hari dengan satu kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang di malam hari

dua rokaat-dua rokaat dengan dua kali salam (dua kali shalat dengan masing-

masing 2 rakaat) dengan tasbih sebanyak 75 kali tiap raka‟atnya, jadi keseluruhan

bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4 rokaat tersebut 300 kali tasbih.19

Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya

saja ada tambahan bacaan tasbih yaitu:

20سبحان اهلل واحلمد للله وال له الل اهلل واهلل أكبير

Adapun cara mengerjakan ṣalāt tasbīh adalah sebagai berikut:

1. Berdiri tegak menghadap kiblat, lalu mengucapkan niatnya.

Lafaz niat Ṣalāt tasbīh (bila dikerjakan dua rakaat-dua rakaat):

18

Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, kitab al-Shalāt bāb

Shalāt al-Tasbīh, juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994), h. 484. Al-Hafiz Abī 'Abdullāh Muhammad ibn

Yazīd al-Qaswinī. Sunan ibn Mājah, Kitāb Iqāmat al-Shalāt wa al-Sunnat Fī hā Bāb Mā Ja‟a fī

Shalāt al-Tasbīh juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1995), h. 442. Abī Muhammad bin „Isā bin Sawrah,

Sunan al-Tirmizī, Kitāb al-Shalāt Bāb Mā Ja‟a fī Shalāt al-Tasbīh, juz II (Bayrūt: Dār al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1987), h. 347. 19 Abī „Isā Muhammad bin „Isā bin Sawrah, h. 350. 20 Abū Dāwud, kitab al-Shalāt bāb Salāt at-Tasbīh, h. 483-484.

Page 30: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

20

. اصللي سلنة التلسبيح ركعتي لله تيعايل

Lafaz niat Ṣalāt tasbīh dikerjakan empat rakaat :

“Saya niat Ṣalāt tasbīh dua rakaat karena Allah ta‟alā”.

أصلل سنلة التلسبيح أربع ركعات للله تيعاا

“Saya niat Ṣalāt tasbīh empat rakaat karena Allah ta‟alā”.

2. Setelah niat, lalu membaca do‟a iftitah yaitu:

را وسبحان اهلل بكرة وأصيال أنل وجل ت وج ي لللذي فطر السلموات اهلل أكرب كبيا واحلمد هلل كثيي رك

فا مسلما وما أنا من ادل أن صالت ونسكي وحمياي ومات هلل ربل العادل ال . واالر حنيي

سلم . ريك له وبذلك أمرت وأنا من ادل

21

“Allah Maha Besar lagi sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya

dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku

kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan

menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin.

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata hanya untuk

Allah Seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan aku

diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagi-Nya. Dan aku dari

golongan orang muslimin.

Atau boleh juga membaca doa iftitah sebagai berikut:

الل مل نيقلين من خطاي كما . ألل مل باعد بييين وبي خطاياي كما باعدت بي الم رق والمغرب اا واللثلل والربد . يينيقلي الثيلوب االبيي من اللدنس

22.الل مل اغسلين من خطاياي بادل

“Ya Allah, jauhkanlah daripada kesalahan dan dosa sejauh antara timur

dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa

bagaikan bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah

kesalahanku dengan air, dan air salju yang sejuk”.

21

Al-Imām Abū Muhammad 'Abdullah ibn 'Abdū al-Rahman ibn al-Fadhl ibn Bahrām al-

Dārimī, Sunan al-Darimī, Kitāb al-Shalat bāb Mā Yuqālu ba‟da Iftitāh, juz II; Indonesia:

Maktabah wahlan, t.th., h. 282. 22

Al-Bukharī al-Ja'fī, Kitāb al-Azān bāb Mā Yuqālu ba‟da al-Takbīr, h. 224.

Page 31: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

21

Setelah selesai membaca doa iftitah, kemudian dilanjutkan dengan

membaca surah al-Fatihah dan surah yang lain.23

Setelah itu bacalah tasbīh

sebanyak lima belas kali, yaitu:

24.سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب

Bacaan tersebut dapat pula ditambah dengan:

وال حول وال قيولة االل باهلل

3. Kemudian rukuk dengan membaca tasbīh sebanyak sepuluh kali, yaitu:

25سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب وال حول وال قيولة االل باهلل

4. Kemudian iktidal dengan membaca tahmid iktidal yaitu:

د 26مسع اهلل لمن ح

Setelah berdiri tegak lalu membaca membaca tasbīh sepuluh kali:

27سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب وال حول وال قيولة االل باهلل

23

Ibnu „Abidin (W. 1252 H.), ahli fikih Mazhab Hanafi, di dalam kitab fikihnya yang

berjudul Hasyiyah Rad al-Muhtār „alā al-Dur al-Mukhtār –sebagaimana yang dijelaskan dalam

Ensiklopedi Islam- menjelaskan bahwa berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas, pada setiap rakaat

dibaca surah al-Fatihah. Setelah membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat secara berturut-turut

dibaca surah al-Takasur, al-„Asr, al-Kafirun, dan al-Ikhlas. Selanjutnya Ibnu Abidin menjelaskan

bahwa sebagian ulama berpendapat bahwa surah yang terbaik dibaca pada masing-masing rakaat

adalah surah al-Hadid, al-Hasyr, al-Saff, dan al-Tagabun. Karena terdapat kesesuaian antara

makna yang terkandung di dalam surah-surah ini dengan bacaan-bacaan tasbih yang terdapat di

dalam salat tasbih. Lihat Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam (Cet. VI; Jakarta: PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), h. 1603. 24

Abū Dāwud, kitab al-Shalāt bab Shalāt at-Tasbīh, h. 483-484. 25

Abū Dāwud, kitab al-Shalāt bab Shalāt at-Tasbīh, h. 483-484. 26

Al-Bukhāri, Kitāb al-Azān bāb al-Takbīr izā Qāma min al-Sujūdi, h. 293-294. Al-Imām

Abī Husaīn Muslim ibn al-Hajjāj al-Qushairī, al-Naisabūrī, Shahīh Muslīm, Kitāb al-Shalāt bāb

Isbāt al-Takbīr, juz I (Bayrūt: Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, 1992), h. 293-294.

Page 32: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

22

5. Kemudian sujud dengan membaca tasbīh sebanyak sepuluh kali:

28سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب وال حول وال قيولة االل باهلل

6. Kemudian duduk diantara dua sujud dengan membaca membaca tasbīh

sebanyak sepuluh kali:

29سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب وال حول وال قيولة االل باهلل

7. Kemudian sujud kedua dengan membaca tasbīh sebanyak sepuluh kali:

30سبحان اهلل واحلمدهلل وال اله االاهلل و اهلل اكرب وال حول وال قيولة االل باهلل

Sebelum berdiri untuk rakaat kedua hendaknya “duduk istirahat” sambil

membaca tasbīh seperti tersebut di atas sepuluh kali. Sedangkan pada rakaat

terakhir, setelah sujud kedua dan membaca tasbīh sebanyak sepuluh kali, maka

selanjutnya adalah membaca tahiyat yaitu:

باركات الصللوات الطيلبات هلل نا . السلالم عليك أيي ا النلب ورحة اهلل وبيركاته . االتلحيلات ادل السلالم عليي

ألل مل صل علي . أ د أن ال أله أال اهلل وأ د أنل حمملدا رسول اهلل. وعلي عباد اهلل الصلاحل . كما صلليت علي سيلدنا أبراهيم وعلي أل سيلدنا أبراهيم . سيلدنا حمملد وعلي أل سيلدنا حمملد

كما باركت علي سيلدنا أبراهيم و علي ال سيلدنا . وبارك علي سيلدنا حمملد وعلي ال سيلد نا حمملد يد يد 31.أبراهيم يف العادل أنلك ح

“Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah.

Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi

Muhammad. Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh

hamba yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan

aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah,

27

Abū Dāwud, kitab al-Shalāt bab Shalāt at-Tasbīh, h. 483-484. 28

Abū Dāwud, kitab al-Shalāt bab Shalāt at-Tasbīh, h. 483-484. 29

Abū Dāwud, h 483-484. 30

Abū Dāwud, h. 483-484. 31

Bukhāri, Kitāb al-Azān bāb al-Tasyahhud fī al-ākhirah, h. 250. Muslim,,Kitāb al-

Shalāt bāb al-Tasyahhud fī al-Shalāt, h. 301-305.

Page 33: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

23

limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muh}ammad beserta seluruh

keluarganya. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi

Ibrāhīm dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi

Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi

berkah kepada Nabi Ibrāhīm dan keluarganya. Di seluruh alam semesta

Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia”.

9. Terakhir adalah salam.

Demikian dikerjakan pada rakaat pertama, yang bila dihitung seluruh

bacaan tasbīhnya berjumlah tujuh puluh lima kali tasbīh. Jadi apabila dikerjakan

dalam empat rakaat berarti bacaan tasbīhnya berjumlah tiga ratus tasbīh.32

Apabila seseorang lupa melaksanakan salah satu gerakan di dalam Ṣalāt

tasbīh, lalu ia melaksanakan sujud sahwi (sujud karena lupa), maka ia tidak

dianjurkan untuk membaca tasbīh di atas pada sujud sahwi tersebut. Akan tetapi,

jika lupa membaca tasbīh di dalam salah satu gerakan Ṣalātnya, maka ia

menyempurnakannya pada gerakan yang lain selain pada waktu iktidal (karena

iktidal adalah rukun Ṣalāt yang singkat waktunya), sehingga jumlah bacaan

tasbīhnya secara keseluruhan tetap berjumlah tiga ratus kali.33

Demikian tata cara pelaksanaan Ṣalāt tasbīh yang dipahami oleh

masyarakat.

32

Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistānī, h. 483-484. 33

Sebagaimana yang ditakhrij oleh Tirmizī dari „Abd al-„Azīz dari Abū Rizmah, dia

berkata: “Aku bertanya kepada Ibnu al-Mubārak, bagaimana jika dia lupa di dalam salat tasbih,

apakah dia bertasbih sepuluh kali di dalam sujud sahwi?” Dia menjawab: “Tidak perlu.

Sesungguhnya tasbihnya tiga ratus kali”. Abī „Isā Muhammad bin „Isā. bin Sawrah, h. 350.

Page 34: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

24

BAB III

KAJIAN TERHADAP SANAD DAN MATAN HADIS

A. Kritik Sanad Hadis

Untuk menentukan suatu hadis, maka terlebih dahulu haruslah melakukan

penelitian lebih lanjut baik dalam meneliti dari segi sanadnya ataupun dari

matannya.

1. Teks dan terjemahannya

ث نا عبدالرحن بن بشر بن احلكم الن يساب وري حدث نا احلكم بن ابان،.ث نا و بن عبد الل حد.حد

طلب: عن عكر عن ابن عباس اا اعباس : " اا ر وا اهلل صل اهلل عليو و لم لللباس بن عبد امل

اذا انت للت ذل غفر اهلل , ا ا ل ب عشر اال , ا احب و , ا ا ن , ا اعطي , اعماهره , و د و وحد و , ل ذن ب اولو وا ره ره و بي : عشر اال . و ره وع ني و , و طاه وعمده وص ي

اذا رغت ن ال راء اوا ر ل ل . ان لل ارب ر لاال را ل ر ل ل بفاا الك اا و ور ل ث ر وا وانت , واهلل ا ب ر عشر ر ة , و الو ا اهلل ,واحلمد هلل , ب ان اهلل : وانت اامم ا وا وانت اجدم عشرةا, ولا عشرةا. ث ر را ن الرر و , را م عشرةا ث , ث هوي اجدة

ث سجد ولا عشرةا ث ر را ن السرجود ولا , ر را ن السرجود ولا عشرةالون ل ر ل ل . عشرةا ها ل , فل ذل ارب ر لاال , ل م و ب وان ا طلت ان للي

ر ة ا ل ان سط ف ل ل ل ر ة ان فل ف , ان فل ف هرل ر ة , و ل 1" ان فل ف عمر ر ة , ل ن ل ر ل

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam An

Naisabury telah menceritakan kepada kami Musa bin Abdul Aziz telah

menceritakan kepada kami Al Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas

bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Abbas bin

1 Abi Dawud Sulayman bin al-As'as al-Sijistany, Sunan Abi Dāwud, kitab al-Salat bāb ṣalāt

al-Tasbīh, juz I (Bayrūt: Dar al-Fikr, 1994), h. 483-484.

Page 35: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

25

Abdul Mutthalib: "Wahai Abbas, wahai pamanku, sukakah paman, aku beri,

aku karuniai, aku beri hadiah istimewa, aku ajari sepuluh macam kebaikan

yang dapat menghapus sepuluh macam dosa? Jika paman mengerjakan ha

itu, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa paman, baik yang awal dan

yang akhir, baik yang telah lalu atau yang akan datang, yang di sengaja

ataupun tidak, yang kecil maupun yang besar, yang samar-samar maupun

yang terang-terangan. Sepuluh macam kebaikan itu ialah; "Paman

mengerjakan Ṣalāt empat raka'at, dan setiap raka'at membaca AL Fatihah

dan surat, apabila selesai membaca itu, dalam raka'at pertama dan masih

berdiri, bacalah; "Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu

akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada ilah selain Allah

dan Allah Maha besar) " sebanyak lima belas kali, lalu ruku', dan dalam

ruku' membaca bacaan seperti itu sebanyak sepuluh kali, kemudian

mengangkat kepala dari ruku' (i'tidal) juga membaca seperti itu sebanyak

sepuluh kali, lalu sujud juga membaca sepuluh kali, setelah itu mengangkat

kepala dari sujud (duduk di antara dua sujud) juga membaca sepuluh kali,

lalu sujud juga membaca sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dan

membaca sepuluh kali, Salim bin Abul Ja'd jumlahnya ada tujuh puluh lama

kali dalam setiap raka'at, paman dapat melakukannya dalam empat raka'at.

jika paman sanggup mengerjakannya sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika

tidak mampu, kerjakanlah setiap jum'at, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap

bulan, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap tahun sekali. Dan jika masih

tidak mampu, kerjakanlah sekali dalam seumur hidup."

2. Kegiatan Takhrîj

Dalam men-takhrîj hadis, seorang peneliti haruslah mengetahui terlebih

dahulu metode apa saja yang digunakan dalam melakukan takhrîj hadis, karena

seorang peneliti tidak akan bisa menentukan kualitas hadis tanpa mengetahui

metodenya.

Dalam berbagai metode takhrīj al-hadis yang ada, para ulama berbeda

pendapat. Syuhudi Ismail misalnya, membagi dua macam yaitu:

1. Takhrīj al-hadis bi al-lafz dan

Page 36: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

26

2. Takhrīj al-hadis bi al-mawdū‟i.2

Mayoritas ulama hadis membagi dalam lima bagian metode takhrīj al-hadis yaitu:

1. Metode takhrīj melalui lafal pertama matan hadis. Di samping itu metode ini

juga mengkodifikasikan hadis-hadis yang lafal pertamanya sesuai dengan

huruf-huruf hijaiyah.

2. Metode takhrīj melalui kata-kata dalam matan hadis. Metode ini digunakan

berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik itu berupa isim

(kata benda) atau fi‟il (kata kerja). Huruf-huruf tidak digunakan dalam matan

hadis. Hadis-hadis yang dicantumkan hanyalah bagian hadis, diutamakan

kata-kata yang asing. Adapun ulama yang meriwayatkannya dan nama-nama

kitab induknya dicantumkan di bawah potongan hadis-hadisnya.

3. Metode takhrīj melalui periwayat hadis pertama. Metode ini digunakan

berdasarkan periwayat hadis pertama yang didahului dengan meneliti sahabat

(bila sanad hadisnya bersambung kepada Nabi saw. (muttasīl) atau tabi‟i bila

hadis itu (mursal) yang diriwayatkan hadis yang hendak ditakhrīj ).

4. Metode takhrīj menurut tema hadis. Metode ini digunakan berdasarkan tema

atau topik masalah sebuah hadis.

2 Takhrīj al-hadīs bi al-lāfz ialah penelusuran hadis melalui lafal, sedangkan takhrīj al-hadis

bi al-mawdu‟i ialah penelusuran hadis melalui tema atau topik pembahasan. Syuhudi Ismail,

Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 46-49.

Page 37: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

27

5. Metode takhrīj berdasarkan status hadis, yakni bila akan mentakhrij suatu

hadis, maka dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu metode dari

yang telah disebutkan. Namun metode kelima ini mengetengahkan suatu hal

yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah menyusun

kumpulan hadis-hadis berdasarkan status hadis.3

Dalam menelusuri hadis-hadis tentang Ṣalāt tasbīh, penulis menggunakan

metode kedua dari lima metode yang di atas, yakni takhrīj al-hadis melalui kata-kata

dalam matan hadis atau metode takhrīj bi al-lafz dengan upaya penelusuran hadis-

hadis pada kitab-kitab hadis dengan menelusuri matan hadis yang bersangkutan

berdasarkan hal-hal yang terdapat dalam matan hadis tersebut.

Sengaja penulis memilih metode ini, karena kemudahan dan cepatnya

pencarian hadis yang ditakhrīj khususnya hadis tentang Ṣalāt tasbīh, dengan merujuk

pada kitab (kamus) yang terkenal dalam metode ini yaitu kamus al-Mu‟jam al-

Mufahras li Alfāz al-Hadis al-Nabawī yang disusun oleh A.J. Wensinck.

Hadis yang mengemukakan tentang Ṣalāt tasbīh, setelah ditelusuri dengan

menggunakan kata kunci سبيح ص melalui kata dasarnya yaitu 4 بح maka matan

3 Abū Muhammad Mahdi bin „Abd al-Qadīr bin „Abd al-Hadī, Turūq Takhrīj al-Hadīs

Rasūlullah saw, diterjemahkan oleh H.S. Aqil Husain al-Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Mukhtar

dengan judul Metode Takhrij Hadis (Cet. I; Semarang: Dina Utama, 1994), h. 16-195. 4 A. J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadīs al-Nabawī, juz II (Leiden: E. J.

Brill, 1943), h. 392.

Page 38: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

28

hadis tersebut secara lengkap beserta sanadnya dapat ditemukan dalam kamus al-

Mu‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadis al-Nabawī sebagai berikut:

باب صالة التسبيح

١٤ طو : د -

١٩و ر : ا -

١٨٩ ا ا : جو -

Setelah ditelusuri, ternyata data yang diperoleh menunjukkan bahwa hadis-

hadis tentang Ṣalāt tasbīh berada pada kitab dan bab yang berbeda dengan yang

ditunjukkan di dalam al-Mu‟jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadis al-Nabawī. Adapun

hadis-hadis tersebut berada pada:

1. Sunan Abī Dāwud, Kitāb taṭowu‟, Nomor Hadis 14.

2. Sunan al-Tirmizī, Kitāb witr, Nomor Hadis 19.

3. Sunan Ibnu Mājah, Kitāb Iqāmat, Nomor Hadis 189.

Dengan demikian, hadis-hadis tentang Ṣalāt tasbīh yang berhasil dikumpulkan

sesuai petunjuk kamus al-Mu‟jam tersebut adalah berjumlah enam riwayat, yang

termuat dalam tiga kitab hadis.

Page 39: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

29

. Adapun hadis-hadisnya akan penulis sebutkan dibawah ini, yakni sebagai

berikut:

1. Riwayat Abū Dāwud

ث نا ، حد ث نا هدير بن يمونل ، حد ث نا حبان بن ى ا ابو حبيبل ث نا ممد بن فيان ا بل ر، حد حدعمرو بن ا ل ل عن ايب اجلوزاء، حدثين رج م انت لو ص ب م رون انو عبداهلل بن عمرلو اا اا ل

ظننت انو لطيين ": صل اهلل عليو و لم (ر وا اهلل )النبر ا احب و واثيب واعطي حت اا ين غدة اا ث ر رأ لين ن السجد . اذا زاا الن هار م ل ارب ر لاال ر وه : اا. عطي ة

ال اني ا و جالسةا و م حت سبلح عشرةا، وامد عشرةا، و كب لر عشرةا، و هلل عشرةا، ث ن ذل لت ن : اا. ن لو نت أع م أى ا ر ذن بةا غفر ل ب ل : اا. ا رب ر لاال

ها ل الساع اا 5."صللها ن اللي والن هار : أ ط أن أصللي

“Muhammad bin Sufyān al-Ubullī menceritakan kepada kami, Habbān bin

Hilāl Abū Habībi menceritakan kepada kami, Mahdī bin Maymūn

menceritakan kepada kami, „Amr bin Mālik menceritakan kepada kami, dari

Abī al-Jawzāi, rajulun lahū Suhbah menceritakan kepadaku, dia

meriwayatkan bahwasanya „Abdullāh bin „Amr berkata: Rasulullah saw.

berkata: “Kembalilah besok, aku akan memberi suatu hadiah kepadamu.

Apabila siang telah hilang, maka berdirilah untuk mengerjakan Ṣalāt empat

rakaat berzikirlah dan sebagainya, kemudian angkat kepalamu yakni dari

sujud kedua dilanjutkan dengan duduk, dan jangan berdiri sebelum bertasbīh

sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, bertakbir sepuluh kali, dan bertahlil

sepuluh kali, kemudian lakukan yang demikian sebanyak empat rakaat.

Kemudian beliau bersabda meskipun dosamu sebanyak penduduk bumi

niscaya akan diampuni. Apabila engkau tidak dapat mengerjakannya setiap

saat, maka Ṣalāt lah malam atau siang.”

5 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, kitab al-Shalāt bāb

Shalāt at-Tasbīh, juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994), h. 484.

Page 40: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

30

ثين ا ن ارير أن ر وا ، حد ث نا ممد بن هاجرل عن عرو ابن رويل ث نا أبو وب الربي بن نا ، حد حد ر وىم اا السجد ال اني ن الر ل ا ول . اهلل صل اهلل عليو و لم اا جللفر ب ا احلد ث

6. ما اا حد ث هدير بن يمونل

“Abū Tawbah al-Rabi‟ bin Nāfi‟ menceritakan kepada kami, Muhammad bin

Muhājir menceritakan kepada kami, dari „Urwah bin Ruwaym, al-Ansārī

menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah saw. berkata kepada Jafar dengan

hadis ini, maka ia menyebut hadis seperti ini. Dia berkata pada sujud kedua

dari rukuk pertama, sebagaimana pada hadis Mahdī bin Maymūn”.

ث نا عبدالرحن بن بشر بن احلكم الن يساب وري حدث نا احلكم بن ابان، .ث نا و بن عبد الل حد.حدطلب صل اهلل عليو و لم اا ر وا اهلل : عن عكر ، عن ابن عباس؛ اا

اعباس " لللباس بن عبدامل

اذا انت للت ذل غفر اهلل . اعماه، ا اعطي ، ا ا ن ، ا احب و ، ا ا ل ب عشر اال ره، ره وع ني و ره و بي ان : عشر اال . ل ذن ب اولو وا ره، و د و وحد و، و طاه وعمده، ص ي

اذا رغت ن ال راء اوا ر ل ل وانت . رأ ل ر ل ل اا الك اا و ور ة . لل ارب ر لاال ث ر ولا، وانت را م . عشر ر ة . ب ان اهلل واحلمد هلل و الو ا اهلل واهلل ا رب: لت اامم ث ر . ث هتوي اجدا ولا وانت اجدا عشرا. ث ر را ن الر و ولا عشرا. عشرةا

ل . ث ر رأ ولاعشرا. ث سجد ولا عشرا. رأ ن السجود ولاعشرا ان . ان ا طلت ان ليها و ا ل . فل ذل ارب ر لاا. و بلون ر ل

ان فل ف ن ر ، ان فل . ان فل ف هر ر . فل ف ل ر 7". ف عمر ر

“Abd al-Rahmān bin Bisyri bin al-Hakam al-Naysabūrī menceritakan kepada

kami, Mūsā bin „Abd al-„Azīz menceritakan kepada kami, al-Hakam bin Abān

menceritakan kepada kami, dari „Ikrimah dari Ibnu „Abbās, dia berkata:

Rasulullah saw berkata kepada „Abbās bin „Abd Muttalib: “Wahai pamanku

Abbās, maukah menerima sekiranya aku memberi suatu hadiah kepadamu?

Aku telah mengerjakan sepuluh perkara yang apabila engkau

mengerjakannya pula, maka Allah akan mengampuni dosa-dosamu, baik yang

6 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistanī, Sunan Abī Dāwud, kitab al-Shalāt bab

Shalāt at-Tasbīh, juz I, h. 485. 7 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistanī, h. 483-484.

Page 41: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

31

terdahulu maupun yang akan datang, yang lama maupun yang baru, yang

tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, dan

yang rahasia maupun yang terang-terangan. Sepuluh perkara itu adalah:

Hendaklah engkau mengerjakan Ṣalāt empat rakaat, yang setiap rakaatnya

membaca Surah al-Fatihah dan disertai surah yang lain. Ketika selesai

membaca surah pada rakaat pertama, sedangkan engkau masih dalam

keadaan berdiri, bacalah tasbīh: Subhānallāhi walhamdu lillāhi wa lā ilāha

illallāhu wallāhu akbar sebanyak lima belas kali. Ketika rukuk, bacalah

tasbīh sepuluh kali. Kemudian bangkit dari rukuk (iktidal), lantas bacalah

tasbīh sepuluh kali, lalu sujud. Ketika dalam keadaan sujud, bacalah tasbīh

sepuluh kali. Lalu duduk, dan ketika duduk di antara dua sujud, bacalah

tasbīh sepuluh kali. (Ketika sujud yang kedua, bacalah tasbīh sepuluh kali).

Dan ketika bangkit dari sujud (ketika berdiri pada rakaat berikutnya sebelum

membaca surah al-Fatihah), bacalah tasbīh sepuluh kali. Demikianlah

engkau lakukan, hingga setiap rakaatnya membaca tujuh puluh lima kali

bacaan tasbīh, dan engkau lakukan dalam empat rakaat. Apabila engkau

mampu mengerjakannya setiap hari, maka lakukanlah. Tetapi bila tidak

mampu, maka kerjakanlah satu kali dalam seminggu, pada setiap hari jum‟at.

Apabila tidak mampu, maka setiap bulan sekali. Bila tidak mampu, maka

setiap tahun sekali. Dan apabila masih belum mampu melaksanakan setahun

sekali, maka lakukanlah satu kali selama hidupmu.”

2. Riwayat Tirmizī

ث نا أبو ر ب حدثنا ز د بن حباال اللكل ر حدثنا و بن عب يد حدثين ليد بن ايب ليدل ول حد، عن ايب را ؛ اا لللباس صل اهلل عليو و لم اا ر وا اهلل : أيب بكر بن ممد بن عمرو بن ح ل

اعم، ص ل ارب ر لاا، رأ " ار وا اهلل، اا . بل : أ أصل أ أحب و ، أ أن فل ، اا! اعم " اهلل ا رب، واحلمد هلل، و ب ان اهلل، : ل ر ل ل بفاا الك اا و ور ل ، ذا ان ضت ال راء

. ث ا جد لها عشرا. ث ار رأ لها عشرةا. عشر ر ة ب ان ر ، ث ار لها عشرةا ل م . ث ار رأ لها عشرا ب ان و . ث ا جد لها عشرا. ث ار رأ لها عشرا

، ل فرىا اهلل ل . وى ث الاا أرب ر لاال . و بلون ل ر ل ل " لو انت ذنوب ر ل عاجلل

Page 42: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

32

لها . ن س ط أن ولا ل ل "و ن س ط ولا و ؟ اا ! ار وا اهلل: اا8". لها ن ل " لم ا وا لو حت اا " هرل

“Abū Kurayb menceritakan kepada kami, Zayd bin Hubāb al-Uklī

menceritakan kepada kami, Mūsā bin „Ubaydah menceritakan kepada kami,

Sa‟īd bin Abī Sa‟īb mawlā Abī Bakr bin Muhammad bin „Amr bin Hazm

menceritakan kepadaku, dari Abī Rāfi‟, dia berkata: Rasulullah saw berkata

kepada „Abbās: Wahai paman, maukah sekiranya aku memberi hadiah

kepadamu? Dia berkata: tentu Ya Rasulullah, Rasulullah berkata: Wahai

pamanku, Ṣalāt lah empat rakaat, bacalah pada tiap rakaat fātihat al-kitāb

dan surah yang lain. Maka setelah selesai membaca, maka ucapkan allāhu

akbar, al-hamdulillāh, dan subhānallāh lima belas kali sebelum rukuk,

kemudian rukuk bacalah sepuluh kali, kemudian bangkit dari rukuk bacalah

sepuluh kali, kemudian sujud bacalah sepuluh kali, kemudian bangkit dari

sujud bacalah sepuluh kali, kemudian sujud bacalah sepuluh kali, kemudian

bangkit bacalah sepuluh kali sebelum berdiri, demikian berjumlah tujuh

puluh lima kali tiap rakaat, dan tiga ratus kali dalam empat rakaat.

Seandainya dosamu bagaikan gunung pasir, niscaya akan diampuninya.

Kemudian dia (Abbās) berkata: “Ya Rasulullah, jika tidak dapat dikerjakan

setiap hari”, Rasulullah berkata: “Jika tidak dapat dikerjakan, maka lakukan

pada waktu jum‟at, jika tidak dapat lakukan sebulan sekali, hingga dikatakan

kepadanya: lakukan sekali setahun.”

3. Riwayat Ibn Mājah

ث نا و بن عبدالرحن، سرو ، ث نا ز د بن احلباا، ثنا و بن عب يد ، حدثين ليد أ حدبو و امل

، عن أيب را ل ؛ اا صل اهلل عليو اا ر وا اهلل : بن أيب ليدل، ول أيب بكرل بن عمرلو بن ح ل ل أرب " اا ! ار وا اهلل . ب ل : اا " اعمل أ أحب و ، أ أنفل ، أ أصل " لللباس و لم

ب ان اهلل واحلمد هلل : ر لاال ، رأ ل ر ل ل بفاا الك اا و ور ل ، ا ذا ان ضت ال راء . ث ار رأ لها عشرةا. و الو ا اهلل واهلل ا رب، عشر ر ة ب ان ر ، ث ار لها عشرةا

ث ار رأ لها عشرةا . ث ا جد لها عشرةا. ث ار رأ لها عشرةا. ث ا جد لها عشرةالون ل ر ل ل . ب أن و لو انت ذن وب . وى ث الاا ل أرب ر لاال . ل م و ب

8 Abī „I Muhammad bin „Isā. bin Sawrah,. Sunan al-Tirmizī, Kitāb al-Shalāt Bāb Mā Ja‟a fī

Shalāt al-Tasbīh, juz II (Bayrūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1987), h. 347.

Page 43: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

33

، غفرىا اهلل ل ؟ اا ! ار وا اهلل : اا " ر ل عال ل ان . لها ل ل " و ن س ط ولا و ل9". لها ن ل " حت اا " س ط لها هرل

“Mūsā bin „Abd al-Rahmān menceritakan kepada kami, Zayd bin al-Hubbāb

menceritakan kepada kami, Mūsā bin „Ubaydah menceritakan kepada kami,

Sa‟īd bin Abī Sa‟īd menceritakan kepadaku, dari Abī Rāfi, dia berkata:

Rasulullah saw berkata kepada „Abbās: Wahai paman, maukah sekiranya aku

memberi hadiah kepadamu? Dia berkata: tentu Ya Rasulullah, Rasulullah

berkata: Wahai pamanku, Ṣalātlah empat rakaat, bacalah pada tiap rakaat

fātihat al-kitāb dan surah yang lain. Apabila telah selesai membaca, maka

ucapkanlah Subhānallāh walhamdu lillāhi wa lā ilāha illallāhu, dan allāhu

akbar sebanyak lima belas kali sebelum rukuk, kemudian rukuk bacalah

sepuluh kali, kemudian bangkit dari rukuk, lantas bacalah sepuluh kali, lalu

sujud bacalah sepuluh kali, bangkit dari sujud bacalah sepuluh kali sebelum

berdiri, demikian berjumlah tujuh puluh lima kali pada tiap rakaat dan tiga

ratus tasbīh dalam empat rakaat. Meskipun dosamu bagaikan gunung pasir,

niscaya akan diampuninya. Kemudian dia („Abbās) berkata: “Ya Rasulullah,

jika tidak dapat dikerjakan setiap hari”, Rasulullah berkata: “Jika tidak

dapat dikerjakan, maka lakukan pada waktu jum‟at, jika tidak dapat lakukan

sebulan sekali, hingga dikatakan kepadanya: lakukan sekali setahun.”

ث نا عبدالرحن بن بشر بن احلكم الن يساب وري، ث نا و بن عبد الل ، حدث نا احلكم بن ابان، حد حدطلب صل اهلل عليو و لم اا ر وا اهلل : عن عكر ، عن ابن عباس؛ اا

اعباس " لللباس بن عبدامل

اذا انت للت ذل غفر اهلل . اعماه، ا اعطي ، ا ا ن ، ا احب و ، ا ا ل ب عشر اال ره، ره وع ني و ره و بي ان : عشر اال . ل ذن ب اولو وا ره، و د و وحد و، و طاه وعمده، ص ي

اذا رغت ن ال راء اوا ر ل ل وانت . رأ ل ر ل ل اا الك اا و ور ة . لل ارب ر لاال ث ر ولا، وانت را م . عشر ر ة . ب ان اهلل واحلمد هلل و الو ا اهلل واهلل ا رب: اامم لت

ث ر . ث هتوي اجدا ولا وانت اجدا عشرا. ث ر را ن الر و ولا عشرا. عشرةا ل . ث ر رأ ولاعشرا. ث سجد ولا عشرا. رأ ن السجود ولاعشرا

ان . ان ا طلت ان ليها و ا ل . فل ذل ارب ر لاا. و بلون ر ل

9 Al-Hafiz Abī 'Abdullāh Muhammad ibn Yazīd al-Qaswinī, Sunan ibn Mājah, Kitāb Iqāmat

al-Shalāt wa al-Sunnat Fī hā Bāb Mā Ja‟a fī Shalāt al-Tasbīh juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1995), h.

442.

Page 44: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

34

ان فل ف ن ر ، ان فل . ان فل ف هر ر . فل ف ل ر 10". ف عمر ر

“Abd al-Rahmān bin Bisyr bin al-Hakam al-Naysabūrī menceritakan kepada

kami, Mūsā bin „Abd al-„Azīz menceritakan kepada kami, al-Hakam bin Abān

menceritakan kepada kami, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata:

Rasulullah saw berkata kepada Abbas bin „Abd al-Muttalib: “Wahai

pamanku Abbās, maukah menerima sekiranya aku memberi suatu hadiah

kepadamu? Aku telah mengerjakan sepuluh perkara yang apabila engkau

mengerjakannya pula, maka Allah akan mengampuni dosa-dosamu, baik yang

terdahulu maupun yang akan datang, yang lama maupun yang baru, yang

tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, dan

yang rahasia maupun yang terang-terangan. Sepuluh perkara itu adalah:

Hendaklah engkau mengerjakan Ṣalāt empat rakaat, yang setiap rakaatnya

membaca Surah al-Fatihah dan disertai surah yang lain. Ketika selesai

membaca surah pada rakaat pertama, sedangkan engkau masih dalam

keadaan berdiri, bacalah tasbīh: Subhānallāh walhamdu lillāhi wa lā ilāha

illallāhu wallāhu akbar sebanyak lima belas kali. Ketika rukuk, bacalah

tasbīh sepuluh kali. Kemudian bangkit dari rukuk (iktidal), lantas bacalah

tasbīh sepuluh kali, lalu sujud. Ketika dalam keadaan sujud, bacalah tasbīh

sepuluh kali. Lalu duduk, dan ketika duduk di antara dua sujud, bacalah

tasbīh sepuluh kali. (Ketika sujud yang kedua, bacalah tasbīh sepuluh kali).

Dan ketika bangkit dari sujud (ketika berdiri pada rakaat berikutnya sebelum

membaca surah al-Fatihah), bacalah tasbīh sepuluh kali. Demikianlah

engkau lakukan, hingga setiap rakaatnya membaca tujuh puluh lima kali

bacaan tasbīh, dan engkau lakukan dalam empat rakaat. Apabila engkau

mampu mengerjakannya setiap hari, maka lakukanlah. Tetapi bila tidak

mampu, maka kerjakanlah satu kali dalam seminggu, pada setiap hari jum‟at.

Apabila tidak mampu, maka setiap bulan sekali. Bila tidak mampu, maka

setiap tahun sekali. Dan apabila masih belum mampu melaksanakan setahun

sekali, maka lakukanlah satu kali selama hidupmu.”

10 Al-Hafiz Abī 'Abdullāh Muhammad ibn Yazīd al-Qaswinī. Sunan ibn Mājah, Kitāb Iqāmat

al-Shalāt wa al-Sunnat Fī hā Bāb Mā Ja‟a fī Shalāt al-Tasbīh juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1995), h.

442.

Page 45: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

35

3. I’tibār Hadis

Kata al-i‟tibār (االعتبار) merupakan masdar dari kata اعتب. Menurut bahasa,

arti al-i‟tibār adalah “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat

diketahui sesuatunya yang sejenis.”11

Menurut istilah ilmu hadis, al-i‟tibār berarti menyertakan sanad-sanad yang

lain untuk sesuatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya

terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain

tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk

bagian sanad dari sanad hadis dimaksud.12

Dengan dilakukannya al-i‟tibār, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur

sanad hadis-hadis tentang Ṣalāt tasbīh, demikian pula dengan nama-nama

periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing

periwayat yang bersangkutan. Jadi kegunaan al-i‟tibār adalah untuk mengetahui

keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa

periwayat yang berstatus syāhid dan mutabi‟.

Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-i‟tibār, maka

dibuatkan skema sebagai berikut:

11 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang,

1992), h. 51. 12

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.51.

Page 46: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

36

Page 47: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

37

4. Kritik Sanad

Berikut ini dikemukakan kualitas sanad hadīs-hadīs tentang Ṣalāt tasbīh

berdasarkan klasifikasi riwayat yang ada yang terkait dengan masalah tersebut yaitu

terdapat dalam enam riwayat dari tiga mukharrij, yaitu Abū Dāwud, al-Tirmizī dan

Ibnu Mājah.

Pada skema sanad hadīs tercantum ada lima nama sahabat Nabi yang

meriwayatkan hadīs tersebut, yakni al-Ansārī, „Abdullāh bin „Amr, Ibnu „Abbās, ,

Abī Rāfi‟ dan Anas bin Mālik. Itu berarti bahwa sanad yang dikritik mendapat

dukungan berupa syāhid, begitu pula pada periwayat-periwayat sesudahnya

ditemukan dukungan berupa muttabi‟.13

Lambang periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat dalam

beberapa sanad tersebut meliputi haddasanā, akhbaranā,„an, haddasanī, anna, dan

qāla.

Sanad yang dipilih utuk diteliti langsung dalam penelitian sanad terhadap

hadīs-hadīs yang termasuk klasifikasi pertama adalah salah satu sanad Abū Dāwud,

yakni melalui Muhammad bin Sufyān al-Ubullī. Akan tetapi jika ditemukan bahwa

13 Menurut istilah ulama hadis, syāhid ialah hadis yang diriwayatkan oleh seseorang sahabat

sama dengan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain, secara lafal atau secara makna.

Sedangkan mutabi‟ ialah berserikatnya seorang periwayat dengan yang lain tentang suatu riwayat

(hadis) dari seorang guru yang terdekat tetapi tidak sampai pada tingkat sahabat (periwayat pertama).

Muhammad „Ajjaj al-Khatīb, Ushūl al-Hadīs „Ulūmuhū wa Musthalahuhū (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1989),

h. 366-367.

Page 48: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

38

sanad dari jalur tersebut berkualitas dhaīf, maka penelitian sanad akan dipindahkan ke

jalur yang lain untuk mencari kemungkinan terdapatnya sanad hadīs yang yang

kualitasnya lebih kuat.

Adapun kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs

dimaksud adalah: a. „Abdullāh bin „Amr (Periwayat I, sanad VII); b. Rajulun

(Periwayat II, sanad VI); c. Abī al-Jawzāi (Periwayat III, sanad V); d. „Amr bin Mālik

(Periwayat IV, sanad IV); e. Mahdī bin Maymūn (Periwayat V, sanad III); f. Hubbāb

bin Hilāl (periwayat VI, sanad II); g. Muhammad bin Sufyān al-Ubullī (Periwayat VII

, sanad I); h. Abū Dāwud (Periwayat VIII, mukharrij).

1. Abū Dāwud.

Nama lengkapnya, menurut Ibnu Hātim adalah Sulaymān bin al-Asy‟as bin

Syidad bin „Amr bin „Amir.14

Sedangkan menurut al-Khatīb al-Bagdadi, namanya

adalah Sulaymān bin al-Asy‟as bin Syidad bin „Amr bin „Imrān. Dikatakan bahwa

kakek kedua Imam Abū Dāwud yang bernama „Imrān adalah salah seorang yang

berjuang bersama „Alī bin Abī Thālib dalam perang shiffin.

Kelahirannya: Al-Zahabī berkata, “Ia lahir pada tahun 202 H.” Abū „Ubaīd

al-Ajari berkata: Aku telah mendengar Abū Dāwud berkata, “Aku dilahirkan pada

14 Abū Muhammad„Abd al-Rahmān bin Abī Hātim Muhammadbin Idrīs bin al-Munzir al-

Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl, juz IV (Cet. I; Hayderabat: Majlis Da‟irat al-Ma‟arif, 1987), h. 102.

Page 49: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

39

tahun 202 H. dan aku turut menyalati „Affān yang meninggal pada tahun 220 H.”15

Abū Dāwud meninggal pada tanggal 16 Syawal tahun 275 H. 16

Abū Dāwud meriwayatkan hadīs antara lain dari Abū Salamah al-Tabuzaki,

Abū al-Walid al-Tayalisi, Muhammad bin Kasir al-„Abdi, Muslim bin Ibrāhīm, Abū

„Umar al-Haudi, Abū Tawbah al-Halabī, Sulaymān bin Abd al-Rahmān al-Dimasyqi

dan masih banyak lagi, baik dari Iran, Khurasan, Syam, Mesir, Jazirah maupun dari

daerah lain. Sedangkan murid-muridnya antara lain: Abū Abd al-Rahmān al-Nasāī,

Abū „Isā al-Tirmizi, anak Abū Dāwud yang bernama Abū Bakr, Abū Bakr „Abdullah

bin Muhammad bin Abī Dunyā, juga Ibrāhīm bin Humayd bin Ibrāhīm bin Yūnus al-

Aquli, Abū Hāmid Ahmad bin Ja‟far al-Asfahayānī, Ahmad bin Ma‟lā bin Yazīd ad-

Dimasyqi, Ahmad bin Muhammad Yasin al-Harawī, Al-Hasan bin Sahib al-Syasyi,

Al-Husayn bin Idrīs al-Ansāri, dan masih banyak lagi lainnya.17

Abū Dāwud adalah periwayat hadīs yang terpuji kualitas pribadi dan

intelektualnya. Terbukti dari pernyataan para kritikus hadīs tentang dirinya. Misalnya,

Mūsa bin Hārūn mengatakan bahwa Abū Dāwud diciptakan di dunia untuk hadīs dan

di akhirat untuk surga. Ibrāhīm al-Harbī mengatakan bahwa hadīs telah dilembutkan

bagi Abū Dāwud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud. Abū Bakr al-Khilāli

15 Abū „Abdullāh Muhammad bin Ahmad bin „Usmān al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz

XIII (Cet.VII; Bayrūt: Mu‟assasat al-Risālah, 1990), h. 204. 16

Abū „Abdullāh Muhammad bin Ahmad bin „Usmān al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz

XIII., h. 221. Lihat pula Syaikh Ahmad Farid, Min A‟lam As-Salaf, yang diterjemahkan oleh Masturi

Ilham dan Asmu‟i Tamam dengan judul 60 Biografi Ulama Salaf (Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2006), h. 537-538. 17

Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IV (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994),

h. 149-150.

Page 50: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

40

mengatakan Abū Dāwud adalah imam terkemuka pada zamannya, penggali berbagai

disiplin ilmu, dan tidak seorang pun yang dapat menandinginya. Ibnu Hibbān

mengatakan Abū Dāwud adalah seorang pemimpin dunia yang berilmu, hafiz, banyak

beribadah, wara‟, dan pembela al-sunnah. Sedangkan Muslim bin Qāsim mengatakan

Abū Dāwud itu siqah, zuhud, ahli hadīs, dan imam pada zamannya.18

Tidak seorangpun yang mencela pribadi Abū Dāwud. Sebaliknya, puji-pujian

yang diberikan kepadanya adalah berperingkat tinggi. Antara Abū Dāwud dan

Muhammad bin Sufyān al-Ubullī telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai

murid dan guru. Dengan demikian, pernyataannya bahwa dia menerima hadīs di atas

dari Muhammad bin Sufyān al-Ubullī dengan lambang haddasana dapat dipercaya

dan sanad keduanya dalam keadaan bersambung.

2. Muhammad bin Sufyān al-Ubullī.

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sufyān bin Abī al-Zardi al-Ubullī.

Beliau meriwayatkan hadīs dari Habbān bin Hilāl, Sa‟īd bin „A, Bukayr bin Bakār,

„Usmān bin „Umar bin Fāris, Yahyā bin Abī Bukayr al-Kirmānī, Ya‟qūb bin

Muhammad al-Zuhrī, Abī„A19

Sedangkan orang yang meriwayatkan hadīs darinya

adalah Abū Dāwud, Sahl bin Mūsā Bisyrān al-Rāmahurmuzī, al-„Iyās bin Hamdān al-

18 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IV, h. 151-152.

19 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, Juz IX, h. 164.

Page 51: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

41

Asbahānī, „Abdān bin Ahmad al-Ahwāzī, Ibnu Huzaymah, Muhammad bin al-

Musayyab al-Argiyānī, Ibnu Abī Dāwud, dan yang lainnya.20

Adapun penilaian terhadapnya, Al-Ajarī berkata: saya mendengar Abū Dāwud

memujinya, Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Siqah.21

Dan Ibnu Hajar

mengatakan shadūq.22

Meskipun tidak banyak ditemukan yang memberikan penilaian terhadap

Muhammad bin Sufyān al-Ubullī, akan tetapi itu sudah cukup mengungkapkan

keterpujiannya. Dengan demikian, pengakuannya bahwa dia menerima riwayat

tersebut dari Habbān bin Hilāl Abū Habib dengan lambang haddasanā dapat

dipercaya, dan sanad antara keduanya bersambung.

3. Habbān bin Hilāl Abū Habib.

Nama lengkapnya adalah Habbān bin Hilāl al-Bāhilī, Abū Habīb al-Basrī.23

Beliau meriwayatkan hadīs dari Abi „Awānah, Mubārak bin Fadālah, Mu‟ammar,

Mahdī bin Maymūn, Wuhayb, dan yang lainnya. Sedangkan orang yang

meriwayatkan hadīs darinya antara lain Ahmad bin Sa‟īd al-Rabātī, Ahmad bin Sa‟īd

20 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, Juz IX, h. 165.

21 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, Juz IX, h. 165.

22 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahzīb al-Kamāl fī Asmā‟ al-Rijāl, jilid XXV,

h. 283. 23

Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz II, h. 157.

Page 52: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

42

al-Dārimī, Abū al-Jawzāi al-Nawfalī, Ishāq bin Mansūr, Ya‟qūb bin Sufyān, dan

Ya‟qūb bin Syaybah, dan Muhammad bin Sufyān al-Ubullī.24

Adapun penilaian terhadapnya Ibnu Ma‟īn, Tirmizī, dan al-Nasāī mengatakan

siqah. Ibnu Sa‟d mengatakan siqah sabit dan dapat dijadikan hujjah, dan dia

meninggal di Basrah pada tahun 216 H. Al-Bazzār mengatakan siqah dan dapat

diikuti. Ibnu Qāni‟ mengatakan bahwa dia orang Basrah yang saleh, al-Khatīb

mengatakan siqah sabit. Al-„Ajalī, Ibnu Hibbān, al-Zahābi, dan Ibnu Hajar

mengatakan siqah. 25

Penilaian para kritikus di atas menunjukkan bahwa Habbān bin Hilāl adalah

periwayat yang memiliki integritas pribadi dan kemampuan intelektual yang tidak

diragukan. Oleh karena itu, pernyataannya bahwa dia menerima riwayat tersebut dari

Mahdī bin Maymūn dengan lambang haddasanā, dapat dipercaya. Jadi, sanad

antara Habbān bin Hilāl dan Mahdī bin Maymūn benar-benar bersambung.

4. Mahdī bin Maymūn.

Nama lengkapnya adalah Mahdī bin Maymūn al-Azdī al-Ma‟walī, budak dari

Abū Yahyā al-Basrī. Dia meninggal pada tahun 171 H.26

24 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz II, h. 157. Jamāl al-Dīn Abī al-

Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahzīb al-Kamāl fī Asmā‟ al-Rijāl, jilid V h. 330. 25

Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz II, h. 157. 26

Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X h. 291.

Page 53: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

43

Dia meriwayatkan hadīs dari Wāsil budak dari Abī „Uyaynah, Gaylān bin

Jarīr, Muhammad bin Sīrīn, Hisyām bin „Urwah, „Imrān al-Qusayr, Abī „Usmān al-

Ansārī, Matar al-Warrāq, ‘Amr bin Mālik, dan yang lainnya. Sedangkan orang yang

meriwayatkan hadīs darinya adalah Hisyām bin Hassān (usianya lebih tua dari Mahdī

bin Maymūn), Ibnu Mahdī, Waki‟, „Abdullāh bin Bakr, al-Qattān, Habbān bin Hilāl,

dan yang lainnya.27

Adapun penilaian para kritikus terhadapnya, Abū Sa‟īd berkata dari „Abdullāh

bin Idrīs dia bertanya kepada Syu‟bah mengenai Mahdī bin Maymūn, dan dia

menjawab siqah. Demikian pula dengan „Abdullāh bin Ahmad (dari ayahnya), al-

Nasāī, Ibnu Ma‟īn, Ibnu Sa‟d mengatakan siqah. Dan Ibnu Hibbān menyebutnya di

dalam al-Siqah.28

Penilaian para kritikus di atas menunjukkan bahwa Mahdī bin Maymūn

adalah periwayat yang memiliki integritas pribadi dan kemampuan intelektual yang

tidak diragukan. Pada sisi lain, antara Mahdī bin Maymūn dan ‘Amr bin Mālik

terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid dan guru. Dengan menggunakan

lambang haddasanā dapat dipercaya bahwa sanad antara keduanya bersambung.

5. ‘Amr bin Mālik.

27 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X h. 291.

28 ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X, h. 292. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-

Ta‟dīl.,jilid VIII h. 335-336. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz VIII, h. 10-11.

Page 54: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

44

Nama lengkapnya adalah „Amr bin Mālik al-Nukrī, Abū Yahyā. Ada yang

mengatakan Abū Mālik al-Basrī, dan meninggal pada tahun 129 H.29

Beliau meriwayatkah hadīs dari ayahnya dan Abī al-Jawzāi. Sedangkan

orang yang meriwayatkan hadīs darinya adalah anaknya yakni Yahyā, Nūh bin Qays,

Mahdī bin Maymūn, Sa‟īd, Hammād, „Ibād bin „Ibād, dan yang lainnya.30

Tidak banyak ditemukan kritikus yang memberikan penilaian terhadap „Amr

bin Mālik. Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Siqah, hadīsnya yang

diriwayatkannya mu‟tabar selain riwayat anaknya darinya (dari „Amr bin Mālik), dan

dikatakan pula bahwa ia sering melakukan kesalahan. Sedangkan Ibnu Hajar

mengatakan bahwa ia shadūq lahū awhām.

Berdasarkan penilaian terhadap „Amr bin Mālik, dapat dinyatakan bahwa dia

adalah periwayat yang kontroversial. Akan tetapi pujian yang ditujukan kepadanya

sangat rendah yakni shadūq. Lagi pula dia mengakui bahwa riwayat tersebut diterima

dari Abī al-Jawzāi,31

sedangkan dalam biografi Abī al-Jawzāi ditemukan bahwa

riwayat „Amr bin Mālik dari Abī al-Jawzāi tidak sah, karena „Amr bin Marajulun,

yakni seorang yang tidak diketahui identitasnya (majhūl).32

29 Ahmad ibn 'Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X, h. 292.

30 Ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz VIII, h. 80.

31 Nama lengkap Abī al-Jawzāi adalah Aus bin „Abdullāh al-Raba‟ī, Abū al-Jawzāi al-Bashrī.

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz I h. 349. 32

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz I, h. 349.

Page 55: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

45

Karena kualitas sanad yang diteliti adalah ḍa‟īf, maka penelitian sanad

dipindahkan ke jalur yang lain untuk mencari kemungkinan terdapatnya sanad yang

lebih kuat (sahih).

Adapun kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs

dimaksud adalah: a. Al-Ansārī (Periwayat I, sanad IV); b. „Urwah bin Ruwaym

(Periwayat II, sanad III); c. Muhammad bin Muhājir (Periwayat III, sanad II); d. Abū

Tawbah bin al-Rabi‟ bin Nāfi‟ (Periwayat IV, sanad I); e. Abū Dāwud (Periwayat V,

mukharrij).

1. Abū Dāwud.

Telah disebutkan pada halaman 46.

2. Abū Tawbah al-Rabī’ bin Nāfi’.

Nama lengkapnya adalah al-Rabi‟ bin Nāfi‟, Abū Tawbah al-Halabī. Dia

meninggal pada tahun 241 H.

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari Abī Ishāq al-Fazārī, Abī al-Hasan bin

„Umar al-Raqī, Mu‟awiyah bin Salām, dan Muhammad bin Muhājir. Sedangkan

orang yang meriwayatkan hadīs darinya antara lain dari Abū Dāwud.33

Adapun penilaian terhadapnya, al-Nasaī mengatakan tidak apa-apa, Abū

„Abdullāh mengatakan saya tidak mengetahuinya kecuali kebaikan, Abu Hātim

33 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz III, h. 225.

Page 56: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

46

mengatakan siqah, shadūq, hujjah. Demikian pula dengan Ya‟qūb bin Syaybah

mengatakan siqah, shadūq. Ya‟qūb bin Sufyān mengatakan lā ba‟sa bih, Ibnu Hibbān

menyebutnya di dalam al-Siqah,34

Ibnu „Asākir, al-Zahābī, Ibnu Hajar mengatakan

siqah, dan al-Fasawī mengatakan lā ba‟sa bih.35

Berdasarkan penilaian terhadap Abū Tawbah dapat dipahami bahwa dia tidak

diragukan keadilan dan kedabitannya. Dengan begitu, pernyataannya bahwa dia

menerima riwayat tersebut dari Muhammad bin Muhājir dengan lambang haddasanā

dapat dipercaya, dan sanad antara keduanya bersambung.

3. Muhammad bin Muhājir.

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhājir bin Abī Muslim Dīnār al-

Ansārī al-Syāmī, saudara dari „Amr bin Muhājir mawlā Asmā binti Yazīd al-

Asyhaliyyah. Dia meninggal pada tahun 170 H.36

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari saudaranya yakni „Amr, ayahnya

Muhājir, dan „Urwah bin Ruwaym al-Lakhmī. Sedangkan salah seorang yang

meriwayatkan hadīs darinya adalah Abū Tawbah al-Rabi’ bin Nāfi’ al-Halabī.37

Adapun penilaian terhadapnya, Ahmad, Ibnu Ma‟īn, Duhaym, Abū Zur‟ah al-

Dimasyqī, dan Abū Dāwud mengatakan siqah, demikian pula dengan al-Bazzār dan

34 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 226.

35 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid XXII, h. 22. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl. juz

III, h. 471. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, jilid X h. 653-655. 36

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX, h. 411. 37

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX, h. 411.

Page 57: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

47

Ibnu Hajar mengatakan siqah. Ya‟qūb bin Sufyān dan al-„Ajalī mengatakan

Muhammad bin Muhajir dan saudaranya „Amr siqah, al-Zahābī mengatakan siqah

masyhūr, al-Nasāī mengatakan laysa bih ba‟s, dan Ibnu Hibbān menyebutnya di

dalam al-Siqah.38

Tidak seorangpun kritikus yang mencela Muhammad bin Muhājir. Dengan

demikian, pengakuannya bahwa dia menerima riwayat tersebut dari Abū Tawbah

dengan lambang haddasanā dapat dipercaya, dan sanad antara keduanya bersambung.

3. ‘Urwah bin Ruwaym.

Nama lengkapnya adalah „Urwah bin Ruwaym al-Lakhmī, Abū Qāsim al-

Urdunī.39

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari „Abdullāh al-Daylamī, Abī Idrīs al-

Khawlānī, dan al-Ansārī40

(ada yang mengatakan bahwa beliau adalah Jābir bin

„Abdullāh), dan salah seorang yang meriwayatkan hadīs darinya adalah Muhammad

bin Muhājir.41

Ibnu Ma‟īn, Duhaym, dan al-Nasāī menilainya siqat, Al-Dāruqutnī

mengatakan lā ba‟sa bih, dan Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Siqah. Riwayat

„Urwah bin Ruwaym dari Jābir bin „Abdullāh, Sawbān, „Abd al-Rahmān bin al-

38 Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl, jilid VIII, h. 91.

39 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz VII h. 158. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz VII,

h. 137-138. 40

Orang yang mempunyai gelar al-Anshārī ada beberapa orang, diantaranya adalah

Muhammad bin „Abdullāh, Abū Ishāq, dan Jābir. Setelah ditelusuri di dalam kitab Tahzīb al-Tahzīb,

yang ditemukan bersambung sanadnya dengan Rasulullah saw adalah Jabir bin „Abdullāh. 41

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz VII h. 158. Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid XX, h.

10-11. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā,juz VII, h. 137-138.

Page 58: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

48

Asy‟arī, dan Abī Sa‟labah adalah mursal. Abī Hātim berkata dari ayahnya bahwa

secara umum hadīs-hadīsnya adalah mursal, demikian pula dengan penilaian Ibrāhīm

bin Mahdī dan Abū Hātim.42

Berdasarkan penilaian terhadap „Urwah bin Ruwaym terjadi perbedaan

pendapat. Akan tetapi karena „Urwah menerima riwayat dari Jābir bin „Abdullāh,

maka dinyatakan bahwa sanad „Urwah bin Ruwaym dinyatakan ḍa‟īf.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa „Urwah bin Ruwaym

adalah periwayat yang ḍa‟īf karena tidak memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs.

Oleh karena „Urwah bin Ruwaym dikatakan sebagai periwayat yang

berpredikat ḍa‟īf, maka menjadikan pula sanad yang diteliti berkualitas ḍa‟īf. Dengan

demikian penelitian ini dipindahkan ke jalur yang lain.

Urutan periwayat, sanad, dan hasil penelitian mengenai kualitas dan

kapasitasnya masing-masing adalah: a. Ibnu „Abbās (periwayat I, sanad V); b.

„Ikrimah (periwayat II, sanad IV); c. al-Hakam bin Abān (periwayat III, sanad III); d.

Mūsā bin „Abd al-„Azīz (periwayat IV, sanad II); e. „Abd al-Rahmān bin Bisyr

(periwayat V, sanad I); f. Abū Dāwud (periwayat I, mukharrij).

1. Abū Dāwud.

Telah disebutkan pada halaman 46.

42 Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz VII, h. 137-138.

Page 59: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

49

2. ‘Abd al-Rahmān bin Bisyri.

Nama lengkapnpya adalah „Abd al-Rahmān bin Bisyri bin al-Hakam bin

Habīb bin Mihrān al-„Abdī, Abū Muhammad al-Naysabūrī.43

Dia menerima hadīs dari Sufyān bin Uyainah, Mālik bin Sa‟īr bin al-Khams,

„Abd al-Razzāq bin Hamām, Bahz bin Asad, „Alī bin Husayn bin Wāqid, Yahyā bin

Sa‟īd al-Qattān, Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz al-Qinbārī, dan yang lainnya. Adapun

yang menerima hadīs darinya antara lain adalah al-Bukhārī, Abū Dāwud bin

Muhammad al-Asadī, Ibrāhīm al-Harbī Ahmad bin „Alī al-Abāri, Abū Bakr bin Abī

Dāwud, Abū Hāmid Ahmad bin Muhammad bin Yahyā bin Bilāl al-Bazzār, dan yang

lainnya.44

Adapun penilaian kritikus hadīs terhadap „Abd al-Rahmān bin Bisyr, Salih bin

Muhammad mengatakan bahwa ia sadūq, Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam “al-

Siqah”,45

Ibnu Hajar mengatakan siqah, Abī Hātim mengatakan shadūqan siqah.46

Meskipun tidak banyak ditemukan penilaian terhadap „Abd al-Rahmān bin

Bisyrī, akan tetapi hal tersebut sudah cukup sebagai alasan bahwa ia adalah siqah.

Pada sisi lain, pengakuan „Abd al-Rahmān bin Bisyri bahwa dia menerima hadīs dari

43 Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl, h. 215.

44 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 131.

45 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 132.

46 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,, jilid XVI h. 547-548. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā,

juz XII h. 340.

Page 60: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

50

Mūsā bin „Abd al-„Azīz al-Qinbārī dengan lambang sanā tidak diragukan bahkan

keduanya terjadi persambungan sanad.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa „Abd al-

Rahmān bin Bisyri adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah

kesahihan sanad hadīs.

3. Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz.

Nama lengkapnya adalah Mūsā bin „Abd al-„Azīz al-Yamānī al-„Adanī, Abū

Syu‟ayb al-Qinbārī.47

Dia meriwayatkan hadīs dari al-Hakam bin Abān, dan yang meriwayatkan

hadīs darinya adalah Muhammad bin Asad al-Khasyanī, Bisyri bin al-Hakam al-

Naysabūrī, dan „Abd al-Rahman bin Bisyri.

Adapun penilaian kritikus hadīs terhadapnya, al-Qinbāri mengatakan bahwa

beliau sering melakukan kesalahan, Ibnu al-Madīnī mengatakan ḍa‟īf, al-Sulaymānī

mengatakan munkar al-hadīs, dan Ibnu al-Jawzi mengatakan Mūsā bin „Abd al-„Azīz

adalah majhūl. Berbeda dengan pernyataan ulama yang lain, „Abdullāh bin Ahmad

dari Ibnu Ma‟īn berkata bahwa saya tidak melihat apa-apa, dan al-Nasāī berkata

“laisa bih ba‟sin”, juga Bisyr bin Hakam, „Abd al-Rahmān bin Bisyr, Ishāq bin Abū

Isrāīl, dan Zayd bin al-Mubārak mengatakan lā ba‟sa bih, di dalam Bazl al-Majhūd fī

47 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X, h. 318.

Page 61: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

51

Halli Abī Dāwūd dikatakan shadūq jelek hafalannya,48

Ibnu Hibbān menyebutnya di

dalam al-Siqah, dan Abū Bakr bin Abī Dāwud mengatakan riwayat Mūsa bin „Abd

al-„Azīz mengenai hadīs tentang Ṣalāt tasbīh adalah sah.49

Berdasarkan penilaian tersebut maka Mūsā bin „Abd al-„Azīz adalah orang

yang dipermasalahkan kualitasnya. Yakni, di samping dinilai positif, dia juga dinilai

negatif. Akan tetapi lebih banyak kritikus yang menilai Mūsā bin „Abd al-„Azīz

sebagai orang yang tidak ada masalah dibandingkan dengan yang mencelanya.

Seperti Ibnu Ma‟īn, al-Nasāī, Bisyr bin Hakam, „Abd al-Rahmān bin Bisyr, Ishāq bin

Abū Isrāīl, Zayd bin al-Mubārak, Ibnu Hibbān dan Abū Bakr bin Abī Dāwud

mengatakan lā ba‟sa bih, bahkan Abū Bakr bin Abū Dāwud menganggap bahwa

riwayat Mūsa bin „Abd al-„Azīz mengenai hadīs tentang salat tasbīh adalah sah.

Akan tetapi al-Rāzī, al-Amidī, Ibnu Shalah dan Jumhur Ushūliyyīn

mengatakan bahwa secara mutlak, jarh didahulukan dari ta‟dīl. Seandainya jumlah

orang yang mena‟dilkan lebih banyak dari yang menjarah dan orang yang menjarah

itu lebih banyak meneliti keadaan rawi maka akan tampak masalah yang tidak

diketahui oleh orang yang mena‟dilnya. Sementara orang-orang yang mena‟dilnya

hanya faktor luar keadaan seseorang. Dengan demikian orang yang memberi jarh

48 Lihat pernyataan al-Mubarakfūri dalam Syekh Khalīl Ahmad al-Sahārnufūrī, Bazl al-

Majhūd fī Halli Abī Dāwud juz VII (Bayrūt: Dār al-Fikr, t. th.), h. 43. 49

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jiliz XXIX h. 101-102. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl.

jilid VIII h. 151. Al-Imam Abī 'Abdillah Muhammad ibn Ismāil ibn Ibrāhīm ibn Mugirah ibn

Bardizbah Al-Bukharī al-Ja'fī, Al-Tārīkh al-Kabīr, juz VII (Cet. I; Bayrūt: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah,

2001), h. 169-170.

Page 62: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

52

mempunyai nilai tambah bisa dijadikan dasar pendapatnya atas pendapat orang yang

mena‟dil.50

Hal ini pula yang terjadi pada penilaian terhadap Mūsa bin „Abd al-„Azīz.

Yakni meskipun lebih banyak jumlah orang mena‟dilnya akan tetapi tingkatan

ta‟dilnya rendah yakni lā ba‟sa bih dan shadūq itupun ditambah dengan kata siu al-

hifzi. Sedangkan pendapat Ibnu Hibbān yang mengatakan siqah tidak dapat dijadikan

patokan karena beliau termasuk orang yang tasahul. Sedangkan jarh terhadap Mūsā

bin „Abd al-„Azīz meskipun lebih sedikit daripada orang yang mena‟dilnya, akan

tetapi tingkat jarh yang dikemukakannya tinggi yakni munkar al-hadīs dan ḍa‟īf.

Maka pendapat yang menjarah lebih didahulukan dari pendapat yang menta‟dil. Itu

berarti bahwa Mūsā bin „Abd al-„Azīz berkualitas ḍa‟īf.

4. Al-Hakam bin Abān.

Nama lengkapnya adalah al-Hakam bin Abān al-Madanī, Abū „Isā.51

Dia

meriwayatkan hadīs diantaranya dari „Ikrimah, Tāwus, Idrīs bin Sinān, dan yang

lainnya. Adapun yang meriwayatkan hadīs darinya antara lain adalah Yazid bin Abī

Hakam, Mūsā bin „Abd al-„Azīz al-Qinbārī, dan yang lainnya.52

50 Mahmud Ali Fayyad, Manhāj al-Muhaddisīn fī Dhabt al-Sunnah, diterjemahkan oleh A.

Zarkasyi Chumaidy dengan judul Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis (Cet. I; Bandung: Pustaka

Setia, 1998), h. 78. 51

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz II, h. 380. 52

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz II, h. 380.

Page 63: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

53

Mengenai penilaian kritikus hadīs terhadapnya, Ibnu Hibbān menyebutnya di

dalam al-Siqah, dan dikatakan bahwa ia sering melakukan kesalahan dan riwayatnya

dari Ibrāhīm adalah mungkar, karena Ibrāhīm adalah ḍa‟īf. Ibnu „A mengatakan

bahwa al-Hakam bin „Abān adalah ḍa‟īf.53

Ishāq bin Mansūr dari Yahyā bin Ma‟īn

mengatakan siqah, demikian pula dengan al-Nasāi. Abū Zur‟ah mengatakan Shālih,

dan Ahmad bin „Abdullāh al-„Ajlī mengatakan siqah sāhib al-sunnah.54

Berdasarkan penilaian terhadap al-Hakam bin „Abān, maka dapat dinyatakan

bahwa dia adalah periwayat yang kontroversial. Akan tetapi sebagian besar kritikus

menilainya sebagai orang yang siqah. Adapun penilaian yang mengatakan bahwa

hadīsnya dari Ibrāhīm adalah mungkar karena Ibrāhīm adalah ḍa‟īf tidak dapat

dijadikan sandaran karena hadīs yang sedang diteliti ini tidak melalui jalur Ibrāhim.

Oleh karena itu, maka dapat dinyatakan bahwa Hakam bin Abān adalah siqah.

Dengan demikian pernyataan bahwa dia menerima hadīs dari Ikrimah dengan

lambang „an dapat dipercaya, dan keduanya dalam keadaan bersambung.

5. Ikrimah.

Nama lengkapnya adalah Ikrimah al-Barbarī, Abū „Abdullāh al-Madanī maula

Ibn „Abbās. Dia berasal dari Barbar, pada mulanya dia adalah budak dari Husain bin

53 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz II, h. 380.

54 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid VII, h. 87.

Page 64: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

54

Abī al-Hur al-„Anbarī kemudian diserahkan pada Ibnu „Abbās yang pada saat itu

menjadi pemimpin Basrah.55

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari tuannya (Ibnu ‘Abbās), „Alī bin Abī

Thālib, Hasan bin „Alī, Abī Hurayrah, Mu‟āwiyah bin Abī Sufyān, „A bin Ya‟mar.

Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya adalah Ibrāhīm al-Nakhāī, Abū al-

Sya‟sāi, Jābir bin Zayd dan al-Sya‟bi (keduanya adalah sahabat Ikrimah), Abū Ishāq

al-Sabī‟ī, Abū Zubayr, al-Hakam bin Abān, dan masih banyak lagi yang lainnya.56

Adapun penilaian kritikus hadīs terhadapnya, Ibnu Luhay‟ah mengatakan dari

al-Aswad bahwa „Ikrimah qalīl al-„aql, Ibnu „Umar mengatakan bahwa Ikrimah al-

kazzāb. Ahmad mengatakan bahwa hadīs „Ikrimah dapat dijadikan hujjah, demikian

pula dengan al-Bukhāri mengatakan bahwa tidak satupun sahabatku yang tidak

berhujjah kepada Ikrimah. Ikrimah bin Khālid mengatakan sah hadīsnya dan dia

siqah, al-„Ajalī mengatakan beliau tabi‟i siqah, Ibnu Ma‟īn, al-Nasāī, Abū Hātim dan

Maymūn bin Mihrān mengatakan siqah, dan Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-

Siqah.57

Berdasarkan penilaian terhadap Ikrimah al-Barbarī, maka dapat dinyatakan

bahwa beliau adalah periwayat yang kontroversial. Ada yang mengatakan siqah,

adapula yang mengatakan al-kazzāb. Akan tetapi „Umar bin Fudayl menyatakan dari

55 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz VII, h. 228-234. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl.jilid

VIII h. 7-9. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā, juz V h. 31. 56

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz VII, h. 228-234. 57

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,juz VII, h. 228-234.

Page 65: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

55

„Usmān bin Hakīm bahwa dia mendengar Ibnu „Abbās mengatakan kepada Umāmah

bin Sahl bahwa Apapun yang dikatakan Ikrimah itu benar dan dia tidak berbohong.

Jadi, tuduhan Ibnu „Umar terhadap „Ikrimah tidak beralasan. Jadi pengakuan Ikrimah

al-Barbarī bahwa dia menerima riwayat dari al-Hakam bin Abān dengan lambang „an

tidak diragukan, bahkan diyakini pula bahwa keduanya dalam keadaan bersambung.

6. Ibnu ‘Abbās.

Nama lengkapnya adalah „Abdullāh bin „Abbās bin „Abd al-Mutthalib al-

Hāsyimī, salah seorang sepupu Rasulullah saw.58

Dia meriwayatkan hadīs dari Rasulullah saw., ayahnya („Abbās), Ibunya

(Ummu al-Fadhl Lubābah al-Qubrā binti al-Hars al-Hilāliyah), bibinya Maymūnah

(istri Rasulullah saw.), para tokoh sahabat seperti Abū Bakr, „Umar, „Usmān, „Alī,

dan masih banyak lagi yang lain. Sedangkan yang meriwayatkan hadīs darinya antara

lain „Atha‟, Thāwus, ‘Ikrimah, serta masih banyak kelompok yang lain.59

Dia mendapat julukan hibr al-ummah (tinta umat) dan pernah didoakan oleh

Rasulullah: “Ya, Allāh pintarkanlah „Abdullāh dalam masalah al-Qur‟an dan

mahirkanlah dalam agama”. Atha‟ mengatakan: “Saya tidak melihat suatu majelis

yang lebih mulia daripada majelis Ibnu „Abbās, yang banyak menguasai ilmu dan

paling besar rasa ketakwaannya kepada Allah swt. Ia menguasai fiqh, al-Qur‟an dan

58 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz V, h. 245.

59 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz V, h. 246.

Page 66: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

56

sunnah”. Thāwus mengatakan: “Saya menjumpai lima puluh atau tujuh puluh orang

sahabat yang jika mereka berselisih pendapat, maka mereka merujuk kepada pendapat

Ibnu „Abbās”. Dan Asir mengatakan: “Tidak seorangpun yang lebih alim daripada

Ibnu „Abbās tentang hadīs Rasulullah saw. dan yang lebih tahu tentang keputusan

Abū Bakr, „Umar, dan „Usmān dari pada Ibnu „Abbās”.60

Tidak seorangpun yang mencela pribadi Ibnu „Abbās. Dia adalah sahabat

Nabi saw. yang tidak diragukan kejujuran dan kesahihannya dalam menyanpaikan

hadīs Nabi. Itu berarti bahwa antara Nabi saw. dengan Ibnu „Abbās telah terjadi

persambungan sanad.

Memperhatikan rangkaian sanad yang diteliti, tampak bahwa tidak semua

sanad dalam keadaan muttasīl mulai dari mukharrij sampai kepada Nabi saw. karena

salah satu periwayat yang tergabung di dalamnya, yakni Mūsa bin „Abd al-„Azīz

dinilai mursal, maka sanad hadīs tersebut berkualitas ḍa‟īf. Dengan demikian

penilitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain.

Kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs dimaksud

adalah: a. Abū Rāfi‟ (Periwayat I, sanad V); b. Sa‟īd bin Abī Sa‟īd (Periwayat II,

sanad IV); c. Mūsā bin „Ubaydah (Periwayat III, sanad III); d. Zayd bin al-Hubbāb

(Periwayat IV, sanad II); e. Abū Kurayb (Periwayat V, sanad I); f. Tirmizī (Periwayat

VI, mukharrij).

60 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 247-248.

Page 67: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

57

1. Tirmīzī

Nama lengkapnya adalah Abū „I Muhammad bin „I bin Sawrah bin al-Dahhāk

al-Sulamī al-Būgī al-Tirmīzī.61

Imam Tirmizī lahir pada tahun 208 H. ada pula yang mengatakan 209 H.

Mengenai tahun wafat Imam Tirmizī, ada yang mengatakan bahwa dia wafat pada

tahun 277 H. dalam usia 68 tahun, ada yang mengatakan 279 H. yakni dalam usia 70

tahun, adapula yang mengatakan bahwa Imam Tirmizī wafat pada bulan Rajab

tanggal 13 tahun 279 H.62

Pada masa Imam Tirmizī, perkembangan hadīs ditandai dengan penulisan,

penyampaian, penerimaan, penghafalan dan majelis taklim pengkajian hadīs,

periwayatan dan pembukuannya. Kajian pengembangan hadīs itu, oleh Imam Tirmizī

sebagian besar telah dilakukannya dan berperan serta aktif, mulai dari menulis,

menghafal, menyampaikan, menerima, menghadiri dan mengadakan majelis taklim,

meriwayatkan dan sampai dengan pembukuannya.

Imam Tirmizī sejak remajanya telah belajar dengan guru-guru di

kampungnya. Di Khurasan ia berguru dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr

dengan Muhammad bin „Amr al-Sawaq, kemudian menuju ke „Irāq untuk belajar

61 Ahmad Sutarmadi, Al-Imām al-Tirmizī Peranannya dalam pengembangan Hadis dan Fiqh

(Cet. I; Jakarta: Logos, 1998), h. 49. 62

Ahmad Sutarmadi, Al-Imām al-Tirmizī Peranannya dalam pengembangan Hadis dan Fiqh, h. 53.

Page 68: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

58

pada ulama hadīs dan para hafiz di sana, kemudian ke Hijaz untuk belajar lagi dengan

ulama Hijaz, serta masih banyak lagi yang lain.63

Diantara murid-murid Imam Tirmizī yang termashur ialah: Abū Bakr Ahmad

bin „Ismā‟īl bin „Amīr al-Samarkandī, Abū Hāmid Ahmad bin „Abdullāh bin Dāwud

al-Marwazī al-Tājir, Ahmad bin „Alī al-Maqārī, Ahmad bin Yūsūf al-Nasāfī, dan

lain-lain.64

Penilaian para ahli kritik hadīs terhadap diri Tirmizī adalah Ibnu Hibbān

menyebut Tirmizī dalam al-Siqah. Dia itu seorang penghimpun hadīs, penyusun

kitab, penghafal hadīs, dan senantiasa berdiskusi dengan para ulama. Ibnu Hazm

mengatakan bahwa Muhammad bin „I bin Sawrah adalah seorang yang majhūl.65

Al-

Idrisī mengatakan Tirmizī itu seorang pemimpin yang menguasai ilmu hadīs,

penyusun kitab-kitab al-Jāmi‟, al-Tārikh, dan al-Ilāl. „Umar bin „Allāk mengatakan

bahwa al-Bukhārī wafat dan tidak meninggalkan pengganti di Khurasan seperti Abū

„I, baik di bidang keilmuan, hafalan, wara‟ maupun kezuhudannya. Sedangkan al-

63 Al-Zahābī, juz XIII, h. 271. Tidak ditemukan data secara tersurat bahwa Ahmad bin

Muhammad bin Mūsā adalah gurunya, Akan tetapi, karena Tirmizī telah melawat ke berbagai kota dan

mendengar riwayat hadis dari sejumlah guru, baik dari ulama-ulama Khurasan, Irak, Hijaz, ataupun

selainnya, maka diperkirakan bahwa Tirmizī pun telah berguru kepada Abū Kurayb. 64

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 344. Al-Zahabi, Siyār, h. 271-272. 65

Majhūl ialah periwayat yang tidak diketahui diri atau kepribadiannya. Atau diketahui kepribadiannya, tetapi tidak diketahui sama sekali tentang sifat keadilan dan kecermatannya.

Page 69: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

59

Mubārakfūrī mengatakan bahwa Tirmizī adalah seorang imam yang terkenal siqah,

hāfiz, muttaqīn, muttafaq „alayh.66

Hampir seluruh ahli kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan

intelektual Tirmizī. Satu-satunya kritikus yang mencela Tirmizī adalah Ibnu Hazm.

Kritikan orang yang mencela seharusnya menjelaskan sebab-sebab alasan

ketercelaannya. Akan tetapi Ibnu Hazm tidak melakukan hal itu. Justru para ulama

membela Tirmizī.67

Oleh karena itu, celaan Ibnu Hazm tidak mempengaruhi

kedudukan Tirmizī sebagai seorang periwayat yang siqah. Imam Tirmizī sejak

remajanya telah belajar dengan guru-guru di kampungnya. Di Khurasan ia berguru

dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr dengan Muhammad bin „Amr al-Sawaq,

kemudian menuju ke „Irāq untuk belajar pada ulama hadīs dan para hafiz di sana,

kemudian ke Hijaz untuk belajar lagi dengan ulama Hijaz, serta masih banyak lagi

yang lain.68

66 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 344-345. lihat juga al-Mubārakfurī, Tuhfat al-Ahwazī bi

Syarh Jami‟ al-Tirmizī, (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1979), h. 341-342. 67

Al-Asqalānī mengecam Ibnu Hazm dan menilai pernyataannya itu sebagai kesombongan

belaka, sebab dia menilai negatif terhadap ulama yang ternama dan terpercaya. Al-Khalīlī mengatakan

Ibnu Hazm itu tidak mengenal pribadi Tirmizī, kekuatan hafalannya, dan kitab-kitab yang disusunnya.

Abū Syuhbah mengatakan bahwa ia belum pernah melihat orang yang merendahkan Tirmizī selain

Ibnu Hazm. Akan tetapi, tidak seorang pun ulama yang menyetujui pendapatnya, bahkan Abū Syuhbah

sendiri menilai negatif terhadap Ibnu Hazm. Demikian pula Ibnu Kasīr mengatakan bahwa sikap Ibnu

Hazm tidak akan mengurangi kemuliaan Tirmizī. Sebaliknya, dapat merendahkan Ibnu Hazm sendiri

di mata para ulama hadis. Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 355. 68

Al-Zahabī, Siyar, h. 271. Tidak ditemukan data secara tersurat bahwa Ahmad bin

Muhammad bin Mūsā adalah gurunya, Akan tetapi, karena Tirmizī telah melawat ke berbagai kota dan

mendengar riwayat hadis dari sejumlah guru, baik dari ulama-ulama Khurasan, Irak, Hijaz, ataupun

selainnya, maka diperkirakan bahwa Tirmizī pun telah berguru kepada Ahmad bin Muhammadbin

Mūsā.

Page 70: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

60

Hampir seluruh kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan

intelektual Tirmizī. Jadi, walaupun nama Abū Kurayb tidak disebutkan secara tegas

sebagai gurunya, tetapi penggunaan shīgat al-tahammul “haddasanā, semakin

menambah kepercayaan bahwa Tirmizī benar-benar telah menerima riwayat dari Abū

Kurayb. Itu berarti bahwa antara keduanya telah terjadi persambungan sanad.

2. Abū Kurayb.

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-„Alāī bin Kurayb al-Mahdānī,

Abū Kurayb al-Kūfī al-Hāfiz.69

Dia meninggal pada bulan Jumadil Akhir 248 H.

dalam usia 87 tahun.70

Dia menerima hadīs dari „Abdullāh bin Idrīs, Hafs bin Giyās, Abī Bakr bin

„Iyās, Ibnu Mubārak, Zayd bin Hubāb, „Abdullāh bin Numayr, Ibnu Fudayl,

Muhammad bin Abī „Ubaydah, „Abdah bin Sulaymān, dan yang lainnya. Sedangkan

orang yang menerima hadīs darinya antara lain jamāah,71

Abū Hātim, Abū Zur‟ah,

„Usmān bin Kharzād, serta masih banyak yang lain.72

Abū Kurayb adalah periwayat hadīs yang terpuji kualitas pribadi (sifat adil)

dan kapasitas intelektualnya (sifat dhābit)nya. Terbukti dari pernyataan para kritikus

hadīs tentang dirinya: Husayn bin Sufyān mengatakan bahwa ia mendengar Ibnu

69 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 333.

70 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 334.

71 Menurut al-Syawkānī, bahwa yang termasuk jamaah adalah Ahmad, Bukhārī, Tirmīzī,

Nasāī, dan Ibnu Mājah. Lihat Muhammad bin „Alī bin Muhammad al-Syawkānī, Nayl al-Awtār Syarh

Muntaqā al-Akhbār min Ahādīs Sayyid al-Akhbār, juz I (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1992), h. أ(alif). 72

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb h. 334.

Page 71: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

61

Numayr berkata tidak ada di Irak yang lebih banyak hadīsnya dari Abū Kurayb, Ibnu

Abī Hātim bertanya pada ayahnya perihal Abū Kurayb dan ia mengatakan shadūq.

Mūsā bin Ishāq mendengar dari Abū Kurayb 1100 hadīs. Al-Nasāī mengatakan lā

ba‟sa bih dan sekali lagi ia mengatakan siqah. Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam

al-Siqah. Ibrāhīm bin Abī Thālib mengatakan bahwa tidak ada yang lebih hafiz

setelah Ahmad bin Hanbal di Irak selain Abū Kurayb.73

Tidak seorang pun yang mencela Abū Kurayb. Sebaliknya, hanya pujian yang

diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataan Abū Kurayb bahwa dia

menerima hadīs dari Zayd bin Hubbāb dengan lambang haddasanā dipercaya

kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abū Kurayb dan Zayd al-Hubbāb dalam

keadaan bersambung.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Abū Kurayb

adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs.

3. Zayd bin Hubāb al-‘Uklī.

Nama lengkapnya adalah Zayd bin al-Hubāb bin al-Rayyān. Ada yang

mengatakan Rūman al-Tamīmī, Abū Husayn al‟Uklī al-Kūfī. Dia wafat pada tahun

203 H.

73 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb h. 334.

Page 72: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

62

Dia menerima hadīs dari Aymān bin Nābil, „Ikrimah bin „Ammār al-Yamāmī,

Ubay bin „Abbās bin Sahl bin Sa‟d al-Sā‟idī, Mālik bin Anas, dan masih banyak yang

lain.74

Sedangkan orang yang menerima hadīs darinya adalah Ahmad, Abū

Haysamah, Abū Kurayb, „Alī bin al-Madīnī, dan yang lainnya.

Mengenai penilaian ulama terhadapnya, Abū Hātim mengatakan shadūq

shālih. Abū Dāwud mengatakan bahwa saya mendengar Ahmad berkata bahwa Zayd

bin al-Hubbāb shadūq, akan tetapi banyak kesalahan (kasīr al-khata‟). „Ubayd al-

Qawārīrī mengatakan bahwa Abū al-Husayn al-„Uklī zakiyyan, hāfizan, „āliman. Ibnu

Hibban menyebutnya di dalam al-Siqāṯ, dan dikatakan bahwa hadīsnya dapat diambil

sebagai pelajaran jika ia meriwayatkan dari orang-orang yang masyhūr. Akan tetapi

jika ia meriwayatkan dari orang-orang yang majhūl maka di dalamnya terdapat hadīs

yang mungkar. Ibnu Khalafūn mengatakan siqah, shadūq dan dikenal hadīsnya. Ibnu

Qāni‟ mengatakan dia adalah orang Kufah yang sālīh. Ibnu Yūnus mengatakan

hadīsnya baik, dia adalah salah seorang syekh Kufah yang sabit dan tidak ada yang

menyangkal bahwa dia sadūq. Sedangkan Ibnu Mākūlā, Ibnu Syāhayn, „Alī al-

Madīnī dan al-„Ajalī mengatakan siqah.75

Umumnya ahli kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan

intelektual Zayd. Mengenai penilaian Ahmad termasuk lafal ketercelaan, akan tetapi

74 Zayd tidak menyebutkan Mūsa bin „Ubaydah sebagai salah seorang gurunya, akan tetapi di

akhir penyebutan nama-nama gurunya di katakan wa khuliqa kasīr, maka diperkirakan Mūsa bin

„Ubaydah termasuk di dalamnya. 75

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX h. 393-395.

Page 73: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

63

peringkat ketercelaannya rendah. Jadi bila dihadapkan dengan penilaian kritikus

lainnya, maka Zayd tetap dinyatakan bersifat siqah. Itu berarti pengakuannya bahwa

dia menerima riwayat di atas dari Mūsa bin „Ubaydah dengan lambang haddasanā

tidak diragukan, bahkan diyakini pula bahwa keduanya dalam keadaan bersambung.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Zayd bin

Hubāb al-„Uklī adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan

sanad hadīs.

4. Mūsā bin ‘Ubaydah.

Nama lengkapnya adalah mūsā bin „Ubaydah bin Nasyīt bin „Amr bin al-

Hāris al-Rabazī, Abū Abd al-„Azīz al-Madanī.

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari saudaranya „Abdullāh dan

Muhammad, „Abdullāh bin Dīnār, Iyās bin Salamah al-Akwa‟, Sa’īd bin Abī Sa’īd

mawla Abī Bakr bin Hazm, dan Mus‟ab bin Muhammad bin Syurahbil. Sedangkan

orang yang meriwayatkan hadīs darinya, antara lain anak saudaranya yakni Bakar bin

„Abdullāh, al-Sawrī, Ibnu Mubārak, „īsā bin Yūnus, Zayd bin al-Hubāb, dan

„Abdullāh bin Mūsā.

Adapun penilaian para ahli kritik terhadapnya, Ahmad mengatakan munkar

al-hadīs, laysa bi syai‟, dan bukan penghafal hadīs. Ahmad mengatakan dari Ibnu

Ma‟īn bahwa Mūsa bin „Ubaydah bukan pembohong, akan tetapi beliau

meriwayatkan hadīs dari „Abdullāh bin Dīnar hadīs-hadīs yang mungkar. Ibnu Ma‟īn

Page 74: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

64

mengatakan hadīsnya tidak dapat dijadikan hujjah, daīf, laysa bi syai‟. Abū Zur‟ah

mengatakan hadīsnya tidak kuat. Ibnu Abī Hātim mengatakan munkar al-hadīs. Al-

Nasāī mengatakan ḍa‟īf, laysa bi siqah, Ibnu Sa‟d mengatakan siqah banyak

hadīsnya, akan tetapi tidak dapat dijadikan hujjah. Ya‟qūb bin Syaybah mengatakan

shadūq hadīsnya lemah sekali, Ibnu Qāni‟ dan Ibnu Hibbān mengatakan ḍa‟īf.

Dari keterangan di atas dapat dinyatakan bahwa Mūsā bin „Ubaydah adalah

periwayat hadīs yang dipermasalahkan kualitasnya. Pujian yang diberikan kepadanya

sangat rendah. Sebaliknya celaan yang dilontarkan terhadap dirinya berperingkat

tinggi, bahkan Ibnu Hibbān yang terkenal tasahul (longgar) dalam memberikan

penilaian, menilainya sebagai orang yang ḍa‟īf. Maka cukup kuat alasan untuk

memenangkan ketercelaan yang bersangkutan dari pada keterpujiannya. Itu

berimplikasi bahwa Mūsā bin „Ubaydah berkualitas ḍa‟īf.76

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Mūsā bin

„Ubaydah adalah periwayat yang ḍa‟īf karena tidak memenuhi kaidah kesahihan

sanad hadīs.

76 Demikian pula dengan Sa‟īd bin Abī Sa‟īd mawlā Abī Bakr bin Muhammad bin „Amr bin

Hazm (Sa‟īd bin Abī Sa‟īd al-Ansārī al-Madīni) yang diakui sebagai gurunya dinilai sebagai orang

yang majhūl oleh Al-Zahābī dan Ibnu Hājar. Hanya Ibn Hibbān yang menilainya siqah. Akan tetapi

penilaian Ibnu Hibbān tidak dapat dijadikan ukuran karena beliau terkenal tasahul.

Page 75: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

65

Oleh karena Mūsā bin „Ubaydah dikatakan sebagai periwayat yang

berpredikat ḍa‟īf, maka menjadikan pula sanad yang diteliti berkualitas ḍa‟īf. Dengan

demikan, kegiatan penelitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain.

Urutan periwayat, sanad, dan hasil penelitian mengenai kualitas dan

kapasitasnya masing-msing adalah: a. Abū Rāfi‟ (Periwayat I, sanad V); b. Sa‟īd bin

Abī Sa‟īd (Periwayat II, sanad IV); c. Mūsābin „Ubaydah (Periwayat III, sanad III); d.

Zayd bin al-Hubbāb (Periwayat IV, sanad II); e. Mūsā bin „Abd al-Rahmān

(Periwayat V, sanad I); f. Ibnu Mājah (Periwayat VI, mukharrij).

1. Ibnu Mājah.

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazīd al-Rabā‟ī, Abū „Abdullāh ibn

Mājah al-Qazwinī.77

Dia meriwayatkan hadīs dari „Alī bin Muhammad al-Tanāfisī, Ibrāhīm bin

Munzir, Muhammad bin „Abdullāh bin Numayr, dan yang lainnya.78

Di sini tidak

dicantumkan bahwa Mūsābin „Abd al-Rahmān adalah gurunya. Akan tetapi dikatakan

bahwa untuk mengumpulkan hadīs beliau merantau ke beberapa negeri, antara lain

Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah, dan kota-kota lain untuk mendapatkan hadīs

dari ulama setempat.79

Dengan demikian dapat diyakini bahwa Ibnu Mājah telah

77 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid IX h 457. Al-Zahābī, Siyar A‟lam al-Nubalā juz XIII,

h. 277-278. 78

Al-Zahābī, juz XIII, h. 277-278. 79

„Ajjāj al-Khatīb, Ushūl al-Hadīs, h. 326.

Page 76: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

66

berguru kepada Mūsābin „Abd al-Rahmān. Sedangkan murid yang menerima

hadīsnya antara lain Abū Ya‟lā al-Khalīlī, Abū al-Hasan al-Qattān, dan Abū al-

Thayyib al-Bagdadī.80

Ibnu Mājah adalah periwayat hadīs yang terpuji integritas pribadi dan

kemampuan intelektualnya, terbukti dari pernyataan para kritikus hadīs tentang

dirinya. Abū Ya‟lā al-Khalīlī mengatakan bahwa Ibnu Mājah shiqah kAbīr, muttafaq

„alayh, dan pendapatnya menjadi hujjah. Dia memiliki pengetahuan luas dan

penghafal hadīs.81

Al-Zahabī mengatakan bahwa Ibnu Mājah itu ahli hadīs dan ahli

tafsir, penyusun kitab al-Sunan, al-Tafsīr, dan al-Tārīkh. Sedangkan Ibnu Kasīr

mengatakan bahwa Ibnu Mājah adalah penyusun kitab sunan yang termashur, dan

kitab itu merupakan bukti amal dan ilmunya yang luas.82

Tidak seorangpun yang mencela pribadi Ibnu Mājah. Puji-pujian yang

ditujukan kepadanya berperingkat tinggi dan tertinggi. Oleh karena itu,

pernyataannya bahwa dia menerima riwayat tersebut dari Mūsa bin „Abd al-Rahmān

dengan lambang haddasanā dapat dipercaya, dan keduanya terjadi persambungan

sanad.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Ibnu Mājah

adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs.

80 Al-Zahābī, juz XIII, h. 277-278.

81 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz XVII h. 355.

82 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz XVII h. 355.

Page 77: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

67

2. Mūsā bin ‘Abd al-Rahmān.

Nama lengkapnya Mūsābin „Abd al-Rahmān bin Sa‟īd bin Masrūq bin

Ma‟dān bin al-Marzubāni al-Masrūqī, Abū „I al-Kūfī.83

Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari Zayd al-Hubāb, sedangkan yang

meriwayatkan hadīs darinya antara lain Tirmizī, al-Nasāī, dan Ibnu Mājah.84

Al-Nasāi mengatakan bahwa Mūsa bin „Abd al-Rahman siqah, dan di tempat

lain al-Nasāī mengatakan lā ba‟sa bih. Ibnu Abī Hātim mengatakan shaduq shiqaṯ,

dan Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Shiqāṯ. Sedangkan menurut Abū al-Qāsim

bin „Asākir, Mūsā meninggal pada tahun 258 H.85

Tidak seorang pun yang mencela pribadi Mūsā bin Abd al-Rahmān, oleh

karena itu pernyataan bahwa dia menerima riwayat Zayd al-Hubbāb dengan lambang

haddasanā dapat dipercaya, dan keduanya terjadi persambungan sanad.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Mūsā bin „Abd

al-Rahmān adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan

sanad hadīs.

83 Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X h. 317. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta‟dīl jilid VIII

h. 91. 84

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X h. 317. 85

Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X h. 318.

Page 78: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

68

Jalur yang dilewati oleh Ibnu Mājah melalui sanad Mūsa bin „Abd al-

Rahmān, juga melewati sanad Zayd bin al-Hubbāb, Mūsa bin „Ubaydah, Sa‟īd bin

Abī Sa‟īd, dan Abū Rāfi. Sedangkan pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa

Mūsā bin „Ubaydah dikatakan sebagai periwayat yang berpredikat ḍa‟īf, maka

menjadikan pula sanad yang diteliti berkualitas ḍa‟īf. Dengan begitu, kegiatan

penelitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain.

Kualitas dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs yang dimaksud adalah:

a. Ibnu „Abbās (periwayat I, sanad V); b. „Ikrimah (periwayat II, sanad IV); c. al-

Hakam bin Abān (periwayat III, sanad III); d. Mūsa bin „Abd al-„Azīz (periwayat IV,

sanad II); e. „Abd al-Rahmān bin Bisyr (periwayat V, sanad I); f. Ibnu Mājah

(periwayat VI, mukharrij).

1. Ibnu Mājah.

Telah disebutkan pada halaman 64.

2. ‘Abd al-Rahmān bin Bisyrī.

Telah disebutkan pada halaman 56.

Akan tetapi, karena hadīs tersebut diterima dari Mūsa bin „Abd al-„Azīz,

sedangkan pada penelitian sanad terdahulu yakni pada sanad Abū Dāwud ditemukan

bahwa Mūsa bin „Abd al-„Azīz berkualitas ḍa‟īf sehingga menjadikan sanad yang

diteliti berkualitas ḍa‟īf. Dan karena sanad Ibnu Mājah merupakan sanad dan jalur

Page 79: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

69

terakhir yang diteliti dan ditemukan berkualitas ḍa‟īf, sehingga seluruh sanad hadīs

tentang Ṣalāt tasbīh juga berkualitas ḍa‟īf.

B. KRITIK MATAN HADIS

Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sanad hadīs memiliki

kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam

hubungannya dengan kualitas hadīs. Oleh karena itu, menurut ulama hadīs bahwa

suatu hadīs barulah dinyatakan berkualitas sahih, dalam hal ini shahīh lizātih,

apabila sanad dan matan hadīs itu sama-sama berkualitas sahih.

Jadi, hadīs yang sanadnya sahih tetapi matannya tidak sahih, tidak dapat

dinyatakan sebagai hadīs sahih. Meski begitu, dalam prakteknya, kegiatan

penelitian sanad didahulukan atas penelitian matan. Itu berarti bahwa penelitian

matan dianggap penting setelah sanad bagi matan tersebut diketahui kualitasnya,

dalam hal ini memiliki kualitas sahih, atau minimal tidak termasuk parah (berat)

keḍa‟īfannya. Bagi sanad yang berat keḍa‟īfannya maka matan yang sahih tidak

akan menjadikan hadīs yang bersangkutan berkualitas sahih.

Terhindar dari syāz. dan „illat merupakan dua unsur yang harus dipenuhi

untuk kesahihan matan. Meski begitu, dalam melakukan penelitian matan tidak

secara ketat ditempuh langkah-langkah dengan membagi kegiatan penelitian

menurut kedua unsur tersebut. Maksudnya, tidak menekankan bahwa langkah

pertama harus meneliti syāz. dan langkah berikutnya meneliti „illat. Akan tetapi,

Page 80: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

70

lebih mengacu pada tolok ukur penelitian matan yang telah dirumuskan oleh

ulama hadīs. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Shalahuddīn al-Adabī bahwa

matan hadīs yang maqbūl (diterima sebagai hujjah) haruslah: 1) tidak

bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an; 2) tidak bertentangan dengan hadīs

yang lebih kuat; 3) tidak bertentangan dengan akal yang sehat, indera, dan

sejarah; 4) susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.86

Berikut ini ditelaah kualitas matan hadīs-hadīs tentang Ṣalāt tasbīh seperti

yang ditempuh pada kajian kualitas sanad, yakni berdasarkan klasifikasi hadīs

yang ada.

1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad

Suatu matan hadis tidak dianggap sahîh apabila sanadnya diragukan.

Dari hasil penelitian sanad yang telah dilakukan, bahwa penulis telah mendapati

pada hadis di atas beserta mukharrij-nya telah diriwayatkan dalam keadaan

bersambung, akan tetapi ada periwayat hadīs yang dipermasalahkan kualitasnya.

Pujian yang diberikan kepadanya sangat rendah. Sebaliknya celaan yang

dilontarkan terhadap dirinya berperingkat tinggi. Maka cukup kuat alasan untuk

memenangkan ketercelaan yang bersangkutan dari pada keterpujiannya.

Sebagaimana Ibnu Shalah dan Jumhur Ushūliyyīn mengatakan bahwa jarh

didahulukan dari ta‟dīl. Seandainya jumlah orang yang mena‟dilkan lebih banyak

86 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992),

h. 128-129.

Page 81: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

71

dari yang menjarah dan orang yang menjarah itu lebih banyak meneliti keadaan

rawi maka akan tampak masalah yang tidak diketahui oleh orang yang

mena‟dilnya. Sementara orang-orang yang mena‟dilnya hanya faktor luar keadaan

seseorang. Dengan demikian orang yang memberi jarh mempunyai nilai tambah

bisa dijadikan dasar pendapatnya atas pendapat orang yang mena‟dil.87

Hal ini pula yang terjadi pada penilaian terhadap Mūsa bin „Abd al-

„Azīz. Yakni meskipun lebih banyak jumlah orang mena‟dilnya akan tetapi

tingkatan ta‟dilnya rendah yakni lā ba‟sa bih dan shadūq itupun ditambah dengan

kata siu al-hifzi. Sedangkan pendapat Ibnu Hibbān yang mengatakan siqah tidak

dapat dijadikan patokan karena beliau termasuk orang yang tasahul. Sedangkan

jarh terhadap Mūsā bin „Abd al-„Azīz meskipun lebih sedikit daripada orang yang

mena‟dilnya, akan tetapi tingkat jarh yang dikemukakannya tinggi yakni munkar

al-hadīs dan ḍa‟īf. Maka pendapat yang menjarah lebih didahulukan dari

pendapat yang menta‟dil. Itu berarti bahwa Mūsā bin „Abd al-„Azīz berkualitas

ḍa‟īf. sehingga seluruh sanad hadīs tentang Ṣalāt tasbīh berkualitas ḍa‟īf. maka

hal ini dapat mempengaruhi ke-sahîh-an hadis tersebut.

2. Meneliti Matan yang Semakna

Mencermati susunan matan hadīs tersebut sebagaimana telah disajikan pada

bab kedua, tampak bahwa dari enam riwayat yang ada ditemukan mengandung

87 Mahmud Ali Fayyad, Manhāj al-Muhaddisīn fī Dhabt al-Sunnah, diterjemahkan oleh A.

Zarkasyi Chumaidy dengan judul Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis (Cet. I; Bandung: Pustaka

Setia, 1998), h. 78.

Page 82: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

72

beberapa hal, yakni perkataan tasbīh yang dimaksud untuk diucapkan pada tiap

gerakan di dalam Ṣalāt adalah tasbīh dalam arti zikir. Karena lafal yang

diucapkan bukan hanya lafal tasbīh „subhanallāh”, tetapi juga lafal hamdalah

“al-hamdulillāh”, lafal tauhid “lā ilāha illāllāh”, dan lafal takbir “Allāhu

akbar”.

ب ان اهلل واحلمد هلل و الو ا اهلل واهلل ا رب

“Maka ucapkanlah subhānallāh, al-hamdulillāh, lā ilāha illallāh, dan

allāhu akbar “

Di dalam hadīs yang sahih, dikatakan bahwa tasbīh yang dianjurkan untuk

diucapkan di dalam Ṣalāt adalah ketika rukuk dan sujud, yakni hadīs Nabi saw. yang

diriwayatkan oleh „Uqbah bin „Amr:

حدثنا الربي بن نا أبو وب و و بن امساعي امللين ا أ ربنا ابن املبار عن و اا ابو لم اا 88 سبح با م رب الل يم،"ملا ن لت : " و بن ا وا عن عمو عن ع ب بن عا ر اا

: اا89 سبح با م رب ا عل ،" لمان لت. "اجللواىا ر وعكم: ر و هلل صل اهلل عليو و لم .اجللوىا جود م

90

“Al-Rabi‟ bin Nāfi‟ Abū Tawbah dan Mūsābin „Ismāil menceritakan kepada

kami, Ibnu al-Mubārak memberitakan kepada kami, dari Mūsā, Abū Salamah

Mūsābin Ayyūb berkata, dari pamannya dari „Uqbah bin „AFasabbih bismi

rabbika al-„Azīm” (Maka bertasbīhlah kamu dengan nama Tuhanmu yang

Maha Besar) Rasulullah saw besabda: “Jadikanlah tasbīh itu dalam

sujudmu.” Dan ketika turun firman Allah “sabbihisma Rabbika al-a‟lā”

88 Qs. Al-Wāqi’ah (56): 74.

89 QS. Al-A’lā (87): 1.

90 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asy'as al-Sijistanī,. Sunan Abī Dāwud, kitab al-Azān bab mā

Yaqūlu al-Rajul fī Rukū‟ihī wa Sujū dihī, juz I (Bayrūt: Dar al-Fikr, 1994), .h. 239.

Page 83: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

73

(Tasbīhkanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi), Rasulullah bersabda:

Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.”

Hadīs yang senada juga terdapat dalam Shahīh Muslim dan Al-Musnad Ahmad

ibn Hanbal:

حدثنا عبد اهلل حدثين أيب ثنا و ي ثين عكر بن عمار عن ا ق بن أيب طل عن أن بن ال جاء ا أ ليم ال النب صل اهلل عليو و لم الت ار وا اهلل عللمين لماا أدعوبن اا : اا

سبي ي اهلل ع وج عشرةا و امد نو عشرةا و كبري نو عشرةا ث ل حاج انو وا د للت د 91. للت

“‟Abdullāh menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku,

Waki‟ mencertitakan kepada kami, „Ikrimah menceritakan kepadaku, dari

Ishāq bin Abī Thalhaṯ, dari Anas bin Mālik, ia berkata: Ummu Sulaym datang

kepada Nabi saw dan berkata Ya Rasulullah ajarilah aku beberapa kalimat

yang dapat aku baca dalam doaku. Kemudian Rasulullah mengatakan

bertasbīhlah kepada Allah sepuluh kali, bertahmidlah sepuluh kali, dan

bertakbirlah sepuluh kali kemudian bermohonlah kepada Allah apa saja yang

engkau kehendaki. Lantas Rasulullah mengatakan kerjakanlah.”

Adapun mengenai matan hadīs tersebut terdapat perbedaan pendapat di

kalangan ulama. Imām Tirmizi menganggap bahwa hadīs tersebut membahas tentang

Ṣalāt tasbīh sehingga beliau meletakkannya dalam bab Ṣalāt tasbīh. Akan tetapi,

dalam syarh Tirmīzī, al-Irāqī mengatakan bahwa hadīs tersebut hanya membicarakan

91 Muslim al-Naisabūrī, Al-Imām Abī Husaīn Muslim ibn al-Hajjāj al-Qushairi. Shahih

Muslim,, juz I (Bayrūt: Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, 1992), h. 418. Al-Imām Ahmad ibn Ibn Hanbal,. Al-

Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid III (Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994), h. 120.

Page 84: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

74

tentang tasbīh sesudah Ṣalāt, bukan tentang Ṣalāt tasbīh. Juga karena lafaz-lafaz

dalam hadīs tersebut tidak sesuai dengan lafaz-lafaz Ṣalāt tasbīh.92

Setelah membandingkan redaksi kedua matan hadīs di atas, maka dapat

dinyatakan bahwa kandungan keduanya sama, yakni sama-sama berbicara tentang

permintaan Ummu Sulaym kepada Rasulullah saw. Untuk diajari kalimat yang dapat

ia baca dalam Ṣalāt, kemudian Rasulullah saw menyuruh untuk bertasbīh, bertahmid,

dan bertakbir masing-masing sebanyak sepuluh kali baru kemudian mengucapkan

doa. Dengan kenyataan tersebut, dengan didukung oleh asbāb wurūd93

dapat

ditegaskan bahwa hadīs Ummu Sulaym berbicara tentang tasbīh sesudah Ṣalāt, bukan

tentang Ṣalāt tasbīh. Hal tersebut juga sesuai dengan kebiasaan masyarakat ketika

selesai Ṣalāt, yakni duduk bertasbīh baru kemudian dilanjutkan dengan berdoa.

Sehingga meskipun hadis yang kedua sahih tetapi tidak dapat mendukung

hadis yang pertama. Dengan demikian hadis yang pertama tidak mendapat

pendukung. Dengan begitu, hadis tersebut tetap berkualitas daif dan juga tidak

memenuhi kaidah kesahihan matan hadis,

92 Al-Imām al-Hāfiz Abā al-‘Ulā Muhammad‘Abd al-Rahmān ibn ‘Abd al-Rahīm al-

Mubarakfūrī, Tuhfat al-Ahwaz bi Syarh Jāmi’ al-Tirmīzī juz II (Bayrūt: Dār al-Fikr, t.th.), h. 509. 93

Menurut asbāb wurūdnya, hadis tersebut berbicara tentang tasbih sesudah salat. Lihat Al-Syarīf Ibrāhīm Muhammad bin Kamāl al-Dīn al-Syahīr bin Hamzah al-Husayn al-Hanafī al-Dimasyqī, Al-Bayān wa al-Ta’rīf fī Asbāb Wurūd al-Hadīs al-Syarīf, juz I (Cet. I; Bayrūt: Al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1982), h. 167.

Page 85: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

75

Berdasarkan kajian tersebut di atas, maka dapat ditegaskan bahwa hadis-hadis

yang dipahami oleh masyarakat sebagai dalil untuk melaksanakan salat tasbih

berkualitas daif, baik dari segi sanad ataupun matannya.

Kendati demikian hadis daif tersebut memenuhi syarat dijadikan sebagai

fadāil al-a‟māl yang cukup berlandaskan hadis daif. Oleh karena itu, Ibn Qudamah

berkata bahwa jika ada orang yang melakukannya maka hal tersebut tidak mengapa,

karena salat nawāfil dan fadāil al-a‟māl tidak disyaratkan harus dengan berlandaskan

hadis sahih.

Page 86: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

76

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis meneliti otentitas dan kritik hadis tentang salat tasbih,

setelah ditelusuri, ternyata data yang diperoleh menunjukkan bahwa hadis-

hadis tentang Ṣalāt tasbīh berada pada kitab dan bab yang berbeda dengan

yang ditunjukkan di dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadis al-

Nabawī berdasarkan klasifikasi riwayat yang ada yang terkait dengan masalah

tersebut yaitu terdapat dalam enam riwayat dari tiga mukharrij, yaitu Abū

Dāwud, al-Tirmizī dan Ibnu Mājah. Tercantum ada nama sahabat Nabi yang

meriwayatkan hadīs tersebut, yakni al-Ansārī, ‘Abdullāh bin ‘Amr, Ibnu

‘Abbās dan Abī Rāfi’. Itu berarti bahwa sanad yang dikritik mendapat

dukungan berupa syāhid, begitu pula pada periwayat-periwayat sesudahnya

ditemukan dukungan berupa muttabi’.

Adapun Setelah melakukan penelitian sanad penulis berkesimpulan

bahwa hadis tentang salat tasbih berkualitas daif demikian pula dengan

matannya.

Kendati demikian salat tasbīh tersebut memenuhi syarat dapat

dijadikan sebagai fadāil al-a’māl karena cukup berlandaskan hadis daif.

Page 87: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

77

B. Saran-Saran

Kedudukan Hadis Nabi Saw. Sebagai sumber ajaran Islam kedua

setelah al-Qur’an mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Untuk itu

penulis menghimbau sebagai berikut :

Agar pembaca dapat menindak lanjuti penelitian kualitas sanad dan

matan terhadap hadis-hadis yang beredar di masyarakat yang hal itu sudah

menjadi amaliyah kaum muslimin. Dengan tujuan memberikan perhatian

yang penuh terhadap hadis, agar pengetahuan, pemahaman dan

pengamalan hadis di masyarakat dapat tersebar dengan baik.

Akhirnya kepada Allah Swt. Penulis berharap agar skripsi ini

menjadi titik sumber pengetahuan dan inspirasi yang bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Page 88: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bāqi, M. Fuad. Mu’jam al-Mufaḥras alfāẓ al-Qur’ān al-Karīm. Beirut: Dār

al Fikr, 1987.

Ajaj al-Khathib, Muhammad. Ushūl al-Hadis. Jakarta : Gaya Media Pratama,

2007.

al-Asqalānī, ibn Hajar. Tahzīb al-Tahzīb.Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994.

Bustamin dan Salam Isa. Metodologi Kritik Sanad. Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2004.

Chumaidy, A. Zarkasyi. Ilmu Jarh wa Ta’dil. Bandung: Gema Media Pusakatama,

2003.

Chumaidy, A. Zarkasyi. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis. Bandung:

Pustaka Setia, 1998.

al-Dārimī, al-Fadhl ibn Bahram. Sunan al-Darimī. Indonesia: Maktabah wahlan,

t.th

al-Dimasyqī, Husayn al-Hanafī. Al-Bayān wa al-Ta’rīf fī Asbāb Wurūd al-Hadīs

al-Syarīf. Bayrūt: Al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1982.

Fathullah, Ahmad Lutfi. Al-Qur’an Al-Hadi. Jakarta : Pusat Kajian Hadis.

Husain al-Munawwar, Said Aqil. Metode Takhrij Hadis. Semarang: Dina Utama,

1994.

Ilham, Masturi dan Tamam, Asmu’i. 60 Biografi Ulama Salaf . Jakarta: Pustaka al

Kautsar, 2006.

Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang,

1992.

---------------------, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

----------------------, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi. Jakarta: Intimedia

dan Insan Cemerlang, t.th.

--------------------, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Bulan

Bintang, 1994.

Itr, Nuruddin. Manhāj al-Naqd fī‘Ulūm al-Hadīs. Damaskus: Dār al-Fikr, 1979.

al-Ja'fī, Bukhārī. Sahīh al-Bukhār. Bayrūt: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992.

Page 89: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

79

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif 1997.

Manzūr, Ibn. Lisān al-‘Arab. Bayrūt: Dār al-Shadr, 1968.

Mujieb, M. Abdul. Ensiklopedi Fiqh ‘Umar bin Khatab. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999.

Mujiyo. ‘Ulum al-Hadits. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.

Ma’luf, Louis. Al-Munjid al-Lugah wa A’lam. Bayrūt: Dar al-Fikr, 1986.

al-Mizzī, Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf. Tahzīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl.

al-Mubārakfurī. Tuhfat al-Ahwazī bi Syarh Jami’ al-Tirmizī. Bayrūt: Dār al-Fikr,

1979.

Nasution, Harun. Teologi Islam. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia

Press, 1992.

al-Naisabūrī, Muslim ibn al-Hajjāj al-Qushairī. Shahīh Muslīm. Bayrūt: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, 1992.

Noor, Muhibbin. Kritik Kesahihan Hadis Imam Bukhari; Kritik atas Kitab

al-Jami’ al-Sahīh. Jogjakarta: Waqtu, 2003.

al-Naysabūrī, Abū ‘Abdullāh al-Hakim. Ma’rifat ‘Ulūm al-Hadīs. Haydrabat: Dār

al-Ma’rifat al-Usmāniyyah al-Ka’inah, t. th.

Qardhawi, Yusuf. Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW. Bandung : Karisma,

1993.

al-Rāzī, al-Munzir. Kitāb al-Jarh wa al-Ta’dīl. Hayderabat: Majlis Da’irat

al-Ma’arif, 1987.

Shalih, Subhī. ‘Ulūm al-Hadīs. Bayrūt: Dār al-‘Ilm al-Malāyin, 1977.

al-Sijistany, Abi Dawud. Sunan Abi Dawud. Bayrut: Dar al-Fikr, 1994.

ash-Shiddieqy, Hasbi. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang, 1994.

al-Sahāranfūrī, Khalīl Ahmad. Bazl al-Majhūd fī Halli Abī Dāwud. Bayrūt: Dār

al-Fikr, t. th.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Dār al-Fath al-I’lām al-‘Arabi, 1990.

Page 90: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

80

al-Syawkānī, Alī. Al-Fawāid al-Majmū’at fī al-Ahādīs al-Mawdū’ah. Bayrūt: Dār

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995.

al-Syawkānī, Muhammad. Nayl al-Awtār Syarh Muntaqā al-Akhbār min Ahādīs

Sayyid al-Akhbār. Bayrūt: Dār al-Fikr, 1992.

Shalāh, ibn. ‘Ulūm al-Hadīs. Madīnah al-Munawwarah: al-Maktabah

al-‘Ilmiyyah, 1972.

al-Suyūtī, Jalāl al-Dīn. Tadrīb al-Rāwī fī Syarh Taqrīb al-Nawāwī. Bayrūt: Dār al

Fikr, 1988.

al-Tahhan, Mahmūd. Ushūl al-Takhrīj wa Dirāsat al-Asānid. Halb: Matba’ah al

-Arabiyah, 1978.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2000.

‘Usmān, Abd al-Rahman. Awn al-Ma’būd. Bayrūt: Dār al-Fikr, t.th.

Wensinck, A. J. Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadīs al-Nabawī. Leiden: E. J.

Brill, 1943.

Wijayanto, Atoillah. Shalat Tasbih, Sunnah Rasul Yang Dianggap Bid’ah.

Malang: Pustaka Basma, 2009.

Yaqub, Ali Mustafa. Hadis hadis bermasalah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2012.

Lidwa Pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadis.

Page 91: hAL dd^ 5, DALAM PERSPEKTIF HADIS (Studi Analisis · PDF fileMaka hadis sebagai pedoman hidup seyogianya ... menjelaskan pemahaman kepada masyarakat. S. ... al-Sunnah dalam Islam memiliki

36

صلي ل عليه ورلم ( رسول )التبي

عب ل بل ع ر

ل ل

ا ي الجسزاء

و بل للر ع ل

w. 129 H

ب ال بل و

w. 216 H

سار ب ي ل

w. 171 H

ي ا اال ل لي ل ب رل

ااة

ويم وة ا ب ل عل

ل بل ل ل

w. 170 H

أ لس تس ت ال يعل بل ة فع

W. 241 H

ا ب عب س

عك ت

ال كمل ب ا ا

سري ب عب الل ي ل

ب ب ش عب ال

ب ار زي ب ل

w. 203 H

ي أ لس ل

w. 248 H

بي ة سري بل عل

w. 253 H

رلي ل ب ا ي رلي ر

ا ي افع

ب لسري ب عب ال

w. 258 H

ابن ماجه ابوا داود الترمذى