HAL 16-1 TABLOID DINAMIKA METRO AGUSTUSbulletinmetropolis.com/arsip/2008/d04.pdftal yang mengarah...

16

Transcript of HAL 16-1 TABLOID DINAMIKA METRO AGUSTUSbulletinmetropolis.com/arsip/2008/d04.pdftal yang mengarah...

Dari KamiEdisi agustus200822

NNNNNMemaknai Kemerdekaan dengan Spirit Optimis

Perlu Sinergi KebijakanAntara Pusat dan DaerahSoal Anggaran Pendidikan ___ 3

Berbagi TanggungjawabPusat dan Daerah _______ 5

Walikota PAlembang Terpilihjadi Ketua APEKSI ______ 6

Rekomendasi HasilMunas APEKSI _________ 7

Soekarno dan Upaya MembangunKemandirian ___________ 8

Diperlukan, Kurikulum PendidikanBerbasis Lingkungan _____ 10

Mengatasi Kemiskinan Lewat BLT__________________ 12

Memahami Kemiskinan__________________ 13

EGERI indah bernama Indonesiapada Minggu, 17 Agustus 2008 lalugenap berusia 63 tahun. Di usiayang boleh dikatakan menginjakusia kearifan, tak henti-hentinya

bangsa ini didera berbagai rintangan danpersoalan. Mulai dari persoalan politik, ekonomi,sosial, lingkungan hingga persoalan kegamanganmencari identitas kedirian bangsa.

Cita-cita kemerdekaan yang digemakan olehpara founding father yang telah berjuang dengankeringat, harta, darah bahkan jiwa demi me-wujudkan Indonesia yang bermartabat terkesanhambar bila kita napak tilas perjalanan bangsahingga detik ini. Tak heran bila pemaknaan dandefinisi tentang merdeka ataupun kemerdekaandi berbagai kalangan masyarakat tak pernah satukata. Sebagian kalangan bahkan merasa belummengecap kemerdekaan dalam arti sebenarnya.Ada bentuk penjajahan lain yang saat ini menerpakehidupan berbangsa dan bernegara.

Di awal kemerdekaan, rakyat Indonesia benar-benar merasakan kemerdekaan lepas daricengkeraman dan ekspolitasi bangsa lain.Sekarang, ancaman penjajahan justru muncul darikalangan sendiri. Menghirup udara bebas danmerdeka tak lagi nyaman bagi kelompok minoritasdan berbeda pandangan dengan masyarakatkebanyakan. Konflik vertikal dan bahkan horizon-tal yang mengarah kepada disintegrasi bangsakian mengalami titik nadir.

Kemandirian dan martabat Indonesia saat ini se-dang diuji. Globalisasi dan liberalisasi per-dagangan menyebabkan perekonomian bangsajatuh-bangun. Ekonomi kerakyatan dengankoperasi sebagai fundamennya yang pada awalnyamerupakan modal khas bangsa tergerus oleh olehmodal asing. Eksploitasi ekonomi pun takterhindarkan. Disisi lain, semangat kekeluargaandan kegotong-royongan semakin memudar,digantikan dengan keserakahan dan sikapindividualistik.

Gedung-gedung pencakar langit bermunculandan berdiri angkuh di tengah pemukiman kumuh.Suatu kondisi yang sangat ironi.

Ketika badai krisis menerpa pada 1997,keberhasilan yang sudah tercapai pun sirna.Dampaknya terus terasa sampai saat ini, utangmenumpuk. Hampir 50 persen anggaranpendapatan dan belanja negara hanya untukmelunasi utang. Keadaan makin memprihatinkankarena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme terusmembudaya dan meluas sampai ke daerah-daerah

Kendati demikian, terhadap kondisi bangsa saatini kita tidak boleh berpikiran skeptis. Spirit optimisharus tetap dikedepankan dalam melangkah danberbuat. Tidak ada yang tidak mungkin bila kitasebagai bagian dari anak bangsa tetap bahu-membahu dan bekerja keras dengan spirit negarakesatuan republik Indonesia sebagai bingkainya.

Apalagi stabilitas politik saat ini yang menjadibarometer daya tahan bangsa kianmenggembirakan. Kehidupan demokrasi semakinbaik. Ini dibuktikan dengan pemilihan kepaladaerah di beberapa provinsi, kabupaten maupunkota di tanah air relatif berjalan lancar. Artinya, kitacenderung sudah dewasa dalam berpolitik.

Keputusan pemerintah menetapkan anggaranpendidikan sebesar 20 persen pada 2009mendatang juga merupakan angin segar bagi kita.Dengan kenaikan ini, upaya penyiapaninfrastruktur pendidikan guna mencetak SDM yangberkualitas dapat lebih terarah dan fokus.

Karena itu, ada baiknya momentum kemer-dekaan ini kita jadikan re-orientasi dan re-evaluasikonsep awal cita-cita kemerdekaan, yaknimewujudkan masyarakat adil dan makmur, tanpapemaksaan, tanpa rekayasa. Sekali lagi jika kitamau, tak ada yang mustahil. Dirgahayu RepublikIndonesia! (***)

Fokus Edisi Agustus2008 33

ENAIKAN anggaran pendi-dikan memang patut disyu-kuri. Kendati demikian, masihdiperlukan kesamaan

KKKKKpersepsi antara pemerintah pusat dan dae-rah soal penerapannya.

Amanat Undang-Undang Dasar 1945 ak-hirnya dipenuhi pemerintah. Yaitu denganmengalokasikan anggaran pendidikan se-besar 20 persen dari total jumlah AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.Keputusan ini disampaikan Presiden SusiloBambang Yudhoyono dalam PidatoKenegaraan di hadapan Sidang ParipurnaDPR di Senayan, Jakarta, Jumat (15/8).

Menurut Presiden, anggaran pendidikantelah meningkat hampir dua kali lipat, darisebelumnya Rp 78,5 triliun dua tahun lalu,saat ini menjadi Rp 154,2 triliun pada 2008.Tambahan anggaran pendidikan yangdialokasikan pada tahun depan tercatatsebesar Rp 46,1 triliun.

Diasumsikan, jika 20 persen dari total be-lanja negara tahun depan sebesar Rp1.122,2 triliun atau sebesar Rp178,9 triliun, maka denganpenambahan Rp 46,1 triliun,anggaran pendidikan menjadiRp 224 triliun.

Jumlah itu termasuk alo-kasi di Departemen Pen-didikan Nasional, De-partemen Agama dandana alokasi umum(DAU) pendidikan dianggaran penda-patan dan belanjadaerah (APBD),serta dana alo-kasi khusus( D A K )pen-

didikan, dana bagi hasil (DBH) pendidikan serta danaotonomi khusus (otsus) pendidikan.

Kenaikan anggaran bidang pendidikan diantaranyaakan digunakan untuk merehabilitasi gedung sekolahbaik negeri maupun swasta dan membangunpuluhan ribu kelas dan ribuan sekolah baru. Selainitu, tambah Presiden, juga akan digunakan untukperbaikan kesejahteraan dan kualitas kompetensiguru, antara lain dengan menaikkan penghasilanmereka. Pada tahun 2004 penghasilan yang diterimaguru golongan terendah masih Rp 842,6 ribu perbulan, pada tahun 2008 telah mencapai Rp1,854juta, atau naik lebih dari dua kali lipat.

Sekolah-sekolah kejuruan juga tak luput dariperhatian pemerintah. Untuk menyiapkan tenaga-tenaga kerja terampil guna semakin menunjangpertumbuhan industri, pemerintah akan mening-katkan mutu sekolah-sekolah menengah kejuruan(SMK). Kesejahteraan para peneliti juga akan diting-katkan. Dan akan lebih banyak lagi beasiswa bagipelajar dan mahasiswa berprestasi.

Tidak hanya itu, pemerintah pun merencanakanmenaikkan gaji dan pensiunan PNS, TNI/Polri rata-rata 15 persen. Dengan kenaikan ini, maka PNS go-longan terendah akan mendapatkan take home pay

minimal Rp 1,7 juta per bulan.Kesiapan Daerah

Kenaikan anggaran pendidikanini tentu saja tentu saja meng-gembirakan, tapi sekaligusmengkhawatirkan. Meng-gembirakan karena untuk kalipertama sektor pendidikan diuta-makan dalam proses pembangu-nan setelah lama diabaikan. Seka-ligus mengundang kekhawatirankarena bisa menjadi sumber ko-rupsi.

Kendala lain, dan ini lebih utama,adalah, bagaimana kesiapan

daerah (kabupaten/kota) di tanah airmenerjemahkan amanat undang-undang

ini?Pasalnya, seperti yang diungkapkanWalikota Palembang, Ir H Eddy

Santana Putra MT, bila daerah-dae-rah harus melaksanakan ang-

garan pendidikan sebesar 20persen dalam APBD, hal ini

dirasakan masih terlalu be-rat. Apalagi bila anggaran

tersebut tidak termasuk

gaji para guru.“Tidak semua pemerintah kabupaten/kota

mampu melakukan hal itu. Karena terbenturdengan pendapatan asli daerah (PAD) yangkecil atau tidak sama disetiap daerah. Dikhawatirkan malah akan mengancampembangunan di daerah,” kata Eddy.

Eddy mencontohkan, Kota Palembangsaat ini bahkan sudah menganggarkan danaAPBD senilai Rp 550 miliar atau sekitar 41persen untuk pendidikan. Tapi nominalsebesar itu sudah mencakup gaji guru.

“Dengan APBD sebesar Rp 1,3 triliun, bilaRp 700 miliar dianggarkan untuk pendidikan,mengakibatkan pos-pos strategis lain,seperti kesehatan atau infrastruktur, bisatidak kebagian,” ungkap Eddy sembari me-nambahkan bila dikurangi gaji guru, APBDmurni untuk pendidikan hanya sebesar 8persen.

Untuk tahun depan, pemerintah, kataEddy, memperkirakan anggaran untukpendidikan dari APBD Palembang hanyabertambah 2 persen atau menjadi 10persen. Dengan anggaran sebesar itu,pemerintah berupaya membangun infra-struktur pendidikan seperti ruang kelas baruserta peningkatan kualitas tenaga pendidik,

Kendati memiliki keterbatasan, kata Eddy,warga Palembang boleh berbangga. Ka-rena pendidikan di kota metropolis ini me-nurutnya sudah berjalan sangat baik. Pa-lembang bahkan selangkah lebih maju di-bandingkan daerah-daerah lain karena te-lah berhasil menuntaskan program wajibbelajar 9 tahun

“Secara nasional saja, baru akan mewu-judkan wajib belajar 9 tahun, belum tentusemua daerah bisa. Kita sekarang malahsedang fokus mengejar target wajib belajar12 tahun,” tegasnya.

Meskipun begitu, Eddy yang juga KetuaAsosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indone-sia (Apeksi) ini tetap berharap adanyasinergi kebijakan serta bantuan daripemerintah pusat agar alokasi anggaranpendidikan sebesar 20 persen dapatdipenuhi. pemerintah pusat menjelaskansecara rinci teknis realisasi 20 persenanggaran pendidikan bagi kabupatenmaupun/kota di tanah air.Tingkatkan PAD

Ketua Komisi IV DPRD Palembang Ir-maidi mengatakan, anggaran pendidikanKota Palembang pada 2008 ini sebesar Rp581 miliar. Dari jumlah itu Rp 486 miliar di-gunakan untuk menggaji guru.

”Sisanya, tinggal Rp 95 miliar atau sekitar8 persen saja,” kata Irmaidi.

Bila diasumsikan 20 persen dana pen-didikan di luar gaji, ditambah adanya me-kanisme restruktur gaji pegawai maupun

FokusEdisi AGUSTUS200844

bantuan, baik dari pemerintah pusat maupunprovinsi, kata Irmaidi, APBD kabupaten/kota tidakterlalu terganggu.

“Bayangkan, DAU (dana alokasi umum-red)dari pusat sebagian besar habis untuk gaji PNS.Sisanya sangat minim untuk pengembanganinfrastruktur,” terang Irmaidi.

Pada sisi lain, Wospodo, pengamat pendidikan dariUniversitas Sriwijaya mengatakan, dalam jangka pen-dek dan menengah, Pemkot Palembang mau tidakmau harus mencari cara dan strategi jitu guna me-ningkatkan PAD agar pembiayaan sektor pendidikantetap berjalan. Menurutnya, alokasi pendidikanmerupakan faktor penentu sebagai investasi sumber

daya manusia. Apalagi bila sebagian dana ter-sebut dialokasikan bagi peningkatan kese-jahteraan guru-guru.

“Jika kesejahteraan guru meningkat, makaakan diikuti dengan kualitas pendidikan yang jugaakan meningkat,” katanya.

(yat/rio/iin)

UPAYA pemerintah untuk memajukan duniapendidikan di tanah air bukanlah sebuahbarang baru. Bahkan, ditengah keterbatasananggaran dan seabrek persoalan yangmendera, komitmen terhadap pendidikan takpernah surut.

Saat krisis moneter tahun 1998, pemerintahmeluncurkan program Jaring PengamanSosial (JPS) di bidang pendidikan. Programini telah berhasil memberikan beasiswakepada 1,8 juta siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, 1,65 juta siswa SekolahMenengah Pertama/Madrasah Tsanawiyahdan 500 ribu siswa Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/MadrasahAliyah.

Pada 2001, JPS pendidikan diperkuatdengan suntikan dana dari programkompensasi pengurangan subsidi bahanbakar minyak (PKPS-BBM) bidangpendidikan yang terus berlanjut hinggamuncul Bantuan Operasional Sekolah (BOS)sampai saat ini.

Selain itu, pemerintah juga telah

Jalan Panjang Anggaran Pendidikanmenyalurkan dana Rp 1,66 triliun untuk pembagianBOS buku kepada 29,5 juta siswa SD dan 10,5 jutasiswa SMP di 33 provinsi.Anggaran Pendidikan 20 Persen

Beberapa tahun lalu, Indonesia harus menerimakenyataan berada diperingkat 114 dalam surveyUNDP/UNESCO perihal kualitas manusia.Sementara negara tetangga, Malaysia, naik keperingkat 61 setelah menaikkan anggaranpendidikannya menjadi lebih dari 20 persen pertahun. Saat bersamaan, Indonesia masih beradapada kisaran 1,27 persen per tahun, sementara Thai-land 3,80 persen dan Vietnam 2,32 persen.

Pemerintah berupaya untuk mewujudkan anggarantersebut, walau angkanya memang tak langsung 20persen. Pada tahun 2004, anggaran pendidikanmasih sekitar 5,5 persen dari APBN atau sekitar Rp20,5 triliun. Jumlah ini kemudian meningkat menjadiRp 24,6 tiriliun pada 2005.

Pada 2006, anggaran pendidikan menjadi Rp 36,7triliun, atau sekitar 9,1 persen dari total belanja negarayang sebesar Rp 647 triliun. Jumlah tersebut adalahalokasi murni untuk pendanaan pendidikan. Jikaditambah dengan anggaran pendidikan di

departemen dan lembaga non departemen,serta anggaran pendidikan dari danaperimbangan yaitu dana alokasi khusus danalokasi umum untuk gaji dan non gaji, makajumlahnya mencapai Rp125,29 triliun.

Pada 2007, anggaran pendidikan untukDepartemen Pendidikan Nasional Rp 44,9triliun dan di Departemen Agama Rp 11 triliun.Dengan perhitungan tersebut, anggaranpendidikan tahun 2007 sebesar Rp 55,9 triliunatau 11, 3 persen dari total belanja pemerintahpusat tahun 2007, yakni Rp 493,9 triliun.

Di tahun 2008 total anggaran pendidikansebesar Rp 64,4 triliun dan akhirnya amanatkonstitusi ini dapat dipenuhi pemerintahdengan mengalokasikan anggaran anggaranpendidikan pada 2009 sebesar Rp 154,2 triliundengan tambahan anggaran pendidikansebesar Rp 46,1 triliun. Jika 20 persen daritotal belanja negara tahun depan sebesar Rp1.122,2 triliun atau sebesar Rp 178,9 triliun,maka dengan adanya penambahan Rp 46,1triliun, total anggaran pendidikan tahun 2009adalah sebesar Rp 224 triliun. (yat)

Fokus Edisi agustus2008 55

ADA RAPBN 2009, transfer kedaerah Rp303,95 triliun atausekitar 27 persen dari totalRAPBN 2009 sebesarRp1.122,19 triliun atau naik

Dukungan RAPBN 2009 Terhadap Daerah

Berbagi Tanggung Jawab Pusat dan Daerah

yang dikerjakan daerah melalui mekanisme transferke daerah. Kemudian, dari belanja modal Rp 164,6triliun juga terdapat komponen belanja modalpemerintah daerah. Dalam komponen belanja modaltersebut, kontribusi pemerintah pusat Rp 90,7 triliun.

Dengan melihat konstruksi seperti itu, kesuksesanrealisasi pelaksanaan setiap program pembangunanjuga menjadi kewajiban daerah. Bila daerah tidakmampu menjalankan anggaran dengan baik, dapatdipastikan bahwa realisasi pelaksanaan anggaran,termasuk anggaran pendidikan 20 persen,tidak akan sesuai target.

Di sinilah persoalannya. Sebab,data menunjukkan bahwakinerja realisasi belanja da-erah cenderung tidak me-

ngalami perbaikan.Tahun lalu kita

dihebohkanbanyaknya

d a n apemda

yang

ditem-p a t k a nd a l a mbentuk inves-tasi Sertifikat Bank Indo-nesia (SBI) yang tidak produktif. Tahun ini memangtrennya telah menurun, namun angkanya masihtinggi. Per Juni 2008 ini dana BPD yang ditaruh diSBI sekitar Rp 33,5 triliun, jauh menurun dibandingkandengan Juni 2007 sebesar Rp 48,7 triliun.Taxing Power dan Sharing the Pain

Selain meningkatkan fiscal capacity daerah melaluitransfer ke daerah, pemerintah berinisitif mem-perkuat kemampuan perpajakan (taxing power) untukmeningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerahhingga kini kurang memadai untuk membiayaikebutuhan pengeluaran daerah. Yaitu, hanyamemberikan kontribusi rata-rata kurang dari 10persen terhadap APBD.

Langkah-langkah penguatan taxing power telah

diusulkan pemerintah ke DPR dalam RUU PajakDaerah dan Retribusi Daerah yang merupakanpenyempurnaan dari UU No 34/2000 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Namun, dalam penguatan taxing powertersebut, juga terdapat komponen bagi hasil(sharing the pain), khususnya melalui reformulasikebijakan pajak daerah dan retribusi daerah.Pemerintah memang perlu melakukan kebijakanitu untuk mengurangi subsidi melaluipengurangan konsumsi BBM. Mengingat salahsatu konsumen BBM terbesar adalah kendaraanbermotor, maka berbagai langkah perlu dilakukanuntuk membatasi penggunaan kendaraanbermotor, khususnya kendaraan pribadi. Salahsatu di antaranya melalui reformulasi kebijakanpajak daerah dan retribusi daerah.

Kebijakan tersebut dapat berupa peningkatantarif yang terkait kendaraan bermotor.

Dengan demikian, selain dapatmeningkatkan taxing power

daerah, kebijakan itu padaakhirnya di harapkan dapatberdampak pada pengu-rangan subsidi BBM.

Konsep bagi hasil da-lam kasus subsidi (energidan nonenergi) nanti jugadi lakukan melaluimekanisme DAU. Sesuaiamanat UU, DAU ke

daerah minimal 25 persendari penerimaan dalam negeri.

Namun, angka 25 persentersebut selama ini dihitung dari

penerimaan dalam negeri kotor yangbelum mempertimbangkan besarnya

subsidi BBM yang ditanggung APBNakibat tingginya harga minyak

mentah.Padahal, APBN kita jauh lebih

rawan terhadap tekanan hargaminyak tinggi dibandingkandengan jika harga minyakrendah. Tekanan tersebut

berasal dari dua sisi. Pertama,tingginya harga minyak mentah

otomatis menyebabkan danatransfer ke daerah akan menjadi

besar karena faktor penetapan danabagi hasil dan DAU minimal 25 persen

dari penerimaan dalam negeri.Transmisinya: tingginya harga minyak akan

me-ningkatkan penerimaan dalam negeri yangotomatis transfer ke daerah akan meningkat.

Kedua, tingginya harga minyak akanmeningkatkan subsidi BBM yang ditanggungpemerintah. Kedua komponen itulah yang akanmengurangi kapasitas fiskal pemerintah pusatbila sharing the pain tidak diberlakukan.

Berdasar analisis di atas, yang perlu dipahamibahwa peningkatan kapasitas fiskal daerah, baikmelalui peningkatan transfer ke daerah maupuntaxing power daerah, tidak dapat dilihat dari sisipeningkatan kemampuan keuangan daerahsemata. Di dalamnya juga terdapat tanggungjawab yang besar dari daerah untuk bersama-sama, baik dalam hal berbagi beban maupuntanggung jawab, untuk meningkatkankesejahteraan rakyat. (net)

PPPPPPRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono pada Sidang ParipurnaDewan Perwakilan Daerah (DPD) 22 Agustus 2008 menyatakan

komponen transfer ke daerah meningkat dibandingkandengan tahun sebelumnya.

Rp11,53 triliun dibandingkan dengan APBNP 2008sebesar Rp292,42 triliun. Anggaran itudirencanakan dalam bentuk dana bagi hasilRp89,9 triliun, dana alokasi umum (DAU) Rp183,4triliun, dan dana alokasi khusus (DAK) Rp22,3triliun.

Salah satu isu kebijakan pokok anggaran trans-fer ke daerah pada 2009 adalah soal kebijakanberbagi beban (sharing the pain) antarapemerintah dan daerah melalui mekanisme DAU.DAU 2009 direncanakan 26 persen dari pene-rimaan dalam negeri neto yang telahmemperhitungkan subsidi BBM,listrik, dan pupuk sebagaibentuk berbagi bebanantara pemerintahdan daerah.Tanggung JawabDaerah

K o m i t m e nuntuk mening-katkan ke-m a m p u a nfiscal (fiscalc a p a c i t y )daerah me-mang pen-ting. Namun,harus di pa-hami bahwa pe-ningkatan ke-mampuan fiskal da-erah juga memiliki kon-sekuensi tingginya tanggungjawab daerah dalam me-ningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Di era otonomi daerah ini tidak fair bilatanggung jawab kesejahteraan rakyat seolahhanya menjadi beban pemerintah pusat. Padahal,sejak otonomi daerah, setidaknya 25 persen dariAPBN diarahkan ke daerah.

Di luar itu, APBN kita sekitar 20 persendigunakan untuk subsidi (energi dan nonenergi),15 persen digunakan untuk membayar cicilanpokok dan bunga utang, serta 13 persen untukbelanja pegawai. Itu berarti APBN yang dapatdimanfaatkan pemerintah pusat untuk kegiatanpembangunan tinggal 25 persen dari total APBN.

Dengan komposisi tersebut, sesungguhnyatanggung jawab pemerintah pusat dan daerahdalam hal pembangunan ekonomi semestinyasama besarnya. Dalam RAPBN 2009, pe-merintah mencoba menegaskan komitmen tang-gung jawab bersama tersebut, sejalan denganupaya pemerintah pusat meningkatkan ke-mampuan keuangan daerah.

Sebagai contoh, dari alokasi anggaran pen-didikan 20 persen (Rp 224 triliun) juga di da-lamnya terdapat komponen anggaran pendidikan

FokusEdisi agustus200866

WALIKOTA Palembang Ir H Eddy SantanaPutra MT terpilih sebagai Ketua Asosiasi Pe-merintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) pe-riode 2008-2012 pada Musyawarah Nasional(Munas) III Apeksi yang berlangsung pada 23-24 Agustus 2008 lalu di The Hotel Sunan Solo,Surakarta.

Terpilihnya Eddy ini sebenarnya sudahdiperkirakan sejak awal pelaksanaan plenokomisi. Kendati selain Eddy ada beberapakandidat kuat seperti Walikota Blitar, PangkalPinang, Ternate dan Gorontalo, tapi nama EddySantana sebagai Walikota Palembang lebihmendominasi suara peserta.

“Jadi memang sudah seperti diarahkanterpilihnya Eddy Santana. Karena beliausebagai Walikota Palembang memang sudahteruji, pembangunan Palembang maju pesat,bahkan baru-baru ini Palembang kembalimeraih Piala Adipura serta beliau kembali dipilihmasyarakat untuk kedua kalinya,” kata JusufSerang Kasim, Ketua Apeksi periodesebelumnya.

Ketua Apeksi terpilih Eddy Santana Putramengatakan, jabatan yang diembankankepadanya merupakan amanah yang mahaberat sehingga akan dilaksanakannya dengansebaik-baiknya.

“Jabatan ini juga merupakan pengabdian danperjuangan. Karena jabatan ini tidak digaji ataudiupah. Perjuangan, karena di era otonomidaerah masih banyak hal-hal yangmenyangkut kewenangan daerah belummemuaskan direaliasasikan oleh pemerintahnasional,” kata Eddy.

Ketua DPD PDI-P Sumsel ini menerangkan,

Pada sisi lain, Menteri Dalam Negeri (Men-dagri) Mardiyanto mengakui hubungan antarapemerintah pusat dan daerah belum terlalusinergis. Pemerintah pusat selama ini hanyamengandalkan peran gubernur sebagai rantaipenghubung antara pusat dengan kabupaten/kota.

”Dengan jumlah pemerintah kabupaten/kotayang saat ini mencapai 471 di seluruh Indone-sia, sangat sulit bagi pemerintah pusatmelakukan komunikasi langsung dengan peme-rintah daerah. Karena itu, Gubernur sebagaiperwakilan pemerintah pusat di daerah harusbisa menjembatani hubungan yang sinergisantara pusat dan daerah,” kata Mardiyanto.Munas Apeksi

Munas III Apeksi di Kota Solo, Jawa Tengah inidiikuti 85 pemerintah kota dari total 94pemerintah kota yang tergabung dalam Apeksi.

Munas dibuka Rabu pagi oleh Menteri DalamNegeri (Mendagri), Mardiyanto. Dilanjutkandengan pemaparan makalah oleh DirekturJenderal Otonomi Daerah Depdagri, SodjuangonSitumorang, Staf Ahli Mendagri Agung Mulyana,dan Sekretaris Jenderal Asosiasi PemerintahKota dan Daerah Regional Asia Pasifik, PeterWoods.

Pada hari kedua, Kamis, berlangsung sidangkomisi membahas berbagai rekomendasi untukpemerintah pusat maupun internal Apeksisendiri.

Acara terakhir adalah pemilihan dewanpengurus dan dewan pengawas. Terpilih sebagaiketua dewan pengurus periode 2008-2012adalah Walikota Palembang, Eddy SantanaPutra. Sementara ketua dewan pengurusperiode sebelumnya, Walikota Tarakan YusufSerang Kasim, terpilih sebagai DewanPengawas.

Dalam menjalankan tugasnya, Eddy akandibantu enam wakil ketua yang membawahibidang masing-masing. Yakni Wali KotaBontang Andi Sofyan Hasdam (bidangpembangunan), Wali Kota Pangkal PinangZulkarnain Karim (bidang pemerintahan danotonomi), Wali Kota Solo Joko Widodo (bidangkerja sama), Wali Kota Jakarta Pusat SylvianaMurni (bidang kesejahteraan sosial danperkotaan), Wali Kota Bandung Eddy Rumpoko(bidang ekonomi dan keuangan), serta Wali KotaTomohon Jefferson SM Rumanjar (bidanginformasi, advokasi, dan hukum).

Munas ditutup dengan sambutan Walikota SoloJoko Widodo, serta Ketua Panitia Daerah MunasIII Apeksi, Triyanto, yang sekaligus membacakansusunan dewan pengurus dan dewanpengawas. (yat)

di era otonomi ketegasan wewenang antarapemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kotamerupakan hal yang penting. Sayangnya hal itubelum terwujud sesuai yang diatur dalam UU No 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

”Sebagai contoh dalam hal pertanahan. Mestinyadengan otonomi daerah Badan Pertanahan Nasional(BPN) dihapuskan dan masalah pertanahan menjadiwewenang penuh pemerintah kabupaten/kota. Tapikenyataannya BPN sampai sekarang masih ada dansetiap masalah pertanahan masih harus diurusmelalui provinsi kemudian baru ke pusat,” paparEddy sembari menambahkan, masalah pembagianhasil minyak dan gas (migas) antara pusat dandaerah penghasil juga harus menjadi perhatianserius pemerintah nasional.Partisipasi Daerah

Karena itu, lanjut Eddy, salah satu hasil reko-mendasi Munas III Apeksi adalah menuntut peme-rintah pusat melibatkan daerah dalam prosesperumusan kebijakan yang menyangkut otonomi da-erah. Pemerintah dipandang perlu membuat per-aturan yang tegas dan jelas mengenai apa kewe-nangan pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

“Inilah yang terus kita perjuangkan, agar terwujud.Masih banyak lagi yang belum terealisasi sepertimasalah Administrasi Pelabuhan dan lainnya,” tegasEddy Santana.

Selain persoalan kewenangan pusat dan daerah,Apeksi juga akan memprioritaskan pendidikan,kesehatan, pembangunan ekonomi kerakyatan sertapembangunan infrastruktur seperti transportasi,pemukiman, air bersih, air limbah guna meningkatkanpembangunan serta kesejahteraan kota-kota ditanah air.

KETUA APEKSI TERPILIH PERIODE 2008-2012 EDDY SANTANA PUTRA MENERIMA CINDERAMATA DARI JUSUF SK KETUAAPEKSI PERIODE SEBELUMNYA DAN WALIKOTA SOLO JOKO WIDODO. FOTO:YAT

Fokus Edisi agustus2008 77

1. Pentingnya perumusan grand design otonomidaerah yang holistik untuk bahan revisi UU No32/2004 dengan memperhatikan danmengakomodir aspirasi daerah2. Perlu ketegasan posisi provinsi sebagaiwilayah administratif semata (split model), di ma-na konsekuensinya gubernur berperan tunggalsebagai wakil pusat di daerah (dalam kerangkaasas dekonsentrasi) dan letak otonomi ada di ka-bupaten/kota (dalam kerangka asas de-sentralisasi), harus dituangkan dalam bentuk PPsehingga keberadaan gubernur sebagai wakilpemerintah pusat di daerah menjadi lebih jelas.3. Segera dilakukan harmonisasi peraturanperundangan pemerintahan daerah denganperaturan dan perundangan sektoral.4. Dalam pelaksanaan otonomi daerah ke depan,semua asosiasi pemerintah daerah harus di-libatkan dalam proses perumusan kebijakan yangmenyangkut otonomi daerah.5. Dalam rangka menyikapi berbagai persoalanspesifik, Apeksi merekomendasikan:A. Personel1. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang te-gas dalam hal mutasi para pejabat strategis danpegawai yang berkualitas di tingkat daerah, se-perti mutasi tenaga khusus sehingga tidak terjadipenumpukan di suatu daerah dan kelangkaan didaerah lain (antara lain dokter, perawat dan bidan)2. Pemerintah segera menyusun manajemenaparatur Pemda, khususnya mengenai standartentang sistem renumerasi serta evaluasiformasi jabatan aparatur Pemda sesuai dengankapasitas daerah.B. Keuangan Daerah1. Mendorong pemerintah untuk mengevaluasikebijakan tentang dana-dana dekonsentrasi yangmenjadi kewenangan instansi vertikal (termasukMuspida) untuk diintegrasikan ke dalam APBD.2. Dalam rangka pengawasan dan optimalisasidana dekonsentrasi yang dialokasikan padaobyek (pembangunan infrastruktur) harusdimasukkan dalam kas daerah ataupengelolaannya harus melibatkan SKPD terkaitdan melibatkan pimpinan daerah.3. Pemerintah meninjau kembali PP No 109 tahun2000 tentang kedudukan keuangan kepaladaerah yang sudah tidak sesuai lagi.C. Pelayanan Publik1. Guna meningkatkan kualitas pelayanan publikdi era otonomi maka pemerintah wajib untukmembuat standar minimal pelayanan kinerjaaparatur pemda dan secepatnya menyusunstandar pelayanan minimal (SPM) untuk setiapsektor.2. Mendorong pemerintah untuk melakukanevaluasi pelaksanaan SPM pendidikan dan

Rekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIApeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008

kesehatan.3. Untuk meningkatkan kualitas dan jangkauanpelayanan publik agar dilakukan peninjauan kembaliPP No 48 tahun 2004 tentang pengangkatan tenagakontrak.D. KewenanganMendesak kepada pemerintah agar kewenangandiskresi kepala daerah dimasukkan dalam revisi UUNo 32 tahun 2004 dan UU Administrasi peme-rintahan. Sehingga tindakan walikota dalam meng-ambil langkah-langkah diskresi hendaknya tidak di-anggap sebagai pelanggaran pidana tetapi meru-pakan kebijakan pejabat tata usaha negara.E. Aset Daerah1. Menteri dalam negeri agar mengupayakan peranaktif para gubernur untuk menyelesaikan perma-salahan penyerahan aset daerah pemekaran sece-patnya sesuai dengan ketentuan perundang-un-dangan yang berlaku.2. Penyelesaian aset daerah dalam rangkapelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No 22tahun 1999 yang belum tuntas penyerahan P3D-nyadari pemerintah daerah maupun provinsi kekabupaten/kota segera dilakukan mediasi danrekonsiliasi data instansi terkait.F. Tipikor1. Mendorong pemerintah untuk meningkatkan sta-tus MoU antara Kejakgung, Kapolri, dan BPKP ten-tang tata cara pelaksanaan pemeriksaan terhadapPNS menjadi peraturan pemerintah (PP) atauperaturan presiden (Perpres).2. Agar tidak terjadi kekosongan hukum apeksimendukung MoU pemerintah antara Kejakgung,Kapolri dan BPKP diteruskan dengan MoU pada levelpemerintah kota. Terutama dalam hal-hal yangmenyangkut pelaksanaan pemeriksaan terhadapPNS, dilakukan dengan mekanisme bertingkat mulaidari audit internal sampai eksternal tanpa tumpangtindih, dan tidak langsung kepada penyidik.Pelaksanaan MoU antara kejakgung, Kapolri danBPKP No. KEP-109/A/JA/09/2007, No.Pol: B/2718/IX/2007, No. KEP-1093/K/D6/2007 tertanggal 28September 2007 dimonitor dan dikawal oleh istanaWakil Presiden sebagai fungsi pengawasan (sampaiditerbitkannya PP atau Perpres).G. Tata RuangMengingat kondisi daerah Indonesia yang berbeda-beda dan sebagian besar wilayah Indonesia adalahdaerah rawan bencana serta merasakan langsungdampak perubahan iklim, maka Apeksi mendesakagar pemerintah secepatnya menyusun grand de-sign pembangunan kota-kota pantai.H. Pelestarian Budaya Lokal1. Perlu pengembangan jaringan kerja sama antardaerah terhadap perlindungan dan pelestarian wa-risan budaya.2. Perlu dukungan kebijakan atau regulasi dari

pemerintah untuk melakukan kerja sama antar-daerah di bidang perlindungan dan pelestarianwarisan budaya.3. Muspida: Perlu diatur dalam bentuk PP tentangkeberadaan Muspida di daerah danmemungkinkan pemberian honor yang standardan tidak harus dalam bentuk kegiatan.Sebagai bentuk antisipasi terhadap perma-salahan perubahan iklim, rawan bencana dankrisis ketersediaan energi, Apeksi memandang:a. Pemerintah perlu melakukan revisi atas UUNo 24 tahun 2007 tentang penanggulanganbenda bencana untuk disesuaikan dengan UUNo 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerahdan UU No 33 tahun 2004 tentang perimbangankeuangan antara pemerintahan pusat danpemerintahan daerah untuk menjamin terjadinyakepastian hukum dan efektivitas pelaksanaanpenanggulangan bencana di daerah.b. Pemerintah untuk melakukan harmonisasiatas PP No 21 tahun 2008 tentang penyeleng-garaan penanggulangan bencana, PP No 22tahun 2008 tentang pendanaan pengelolaanbantuan bencana, PP No 23 tahun 2008 tentangperan serta lembaga internasional dan lembagaasing nonpemerintah dalam penanggulanganbencana, dengan UU No 32 tahun 2004 tentangpemerintahan daerah dan UU No 33 tahun 2004tentang perimbangan keuangan antarapemerintah pusat dan pemerintah daerah.c. Pemerintah segera menyusun grand designtentang strategi mitigasi dan adaptasi daridampak perubahan iklim yang terintegrasidengan strategi pembangunan terutama denganpenataan ruang dan wilayah.d. Pemerintah daerah segera menyiapkankebijakan daerah dan sumberdaya/aparatur yangmemiliki kompetensi dan kapasitas untukmelakukan mitigasi dan adaptasi terhadappenanggulangan bencana dan menghadapiperubahan iklim.e. Mendesak pemerintah untuk menyusun grandstrategi dalam bidang energy yang berkelanjutan(suistainable) serta transparan dan akuntabeldalam pengelolaan energi yang berkelanjutan.Untuk APEKSI1. Pengembangan corporate partnership untukmeningkatkan kelangsungan organisasi, melaluiinovasi berbagai bentuk program dan kegiatan(kerja sama dengan pihak swasta, pelayananpelatihan, dan konsultasi).2. Perlu adanya tim advokasi hukum untukmemberikan bantuan hukum (konsultasi ataupunpendampingan) kepada anggota yang mengha-dapi masalah hukum.3. Penyesuaian iuran(dikutip dari solopos.com)

Rekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIRekomendasi Hasil Munas IIIApeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008Apeksi di Solo tahun 2008

TOKOH88 Edisi agustus2008

A mengajak negara-negara sedangberkembang (baru merdeka) ber-satu. Pemimpin Besar Revolusi inijuga berhasil menggerakan se-I

IR SOEKARNO (Bung Karno) Presiden PertamaRepublik Indonesia, 1945- 1966, menganut

ideologi pembangunan ‘berdiri di atas kakisendiri’. Proklamator yang lahir di Blitar, Jatim, 6

Juni 1901 ini dengan gagah mengejekAmerika Serikat dan negara kapitalis

lainnya: “Go to hell with your aid.”Persetan dengan bantuanmu.

Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, si penjajah,menjebloskannya ke penjara Sukamiskin, Bandungpada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudianbaru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul ‘In-donesia Menggugat’, dengan gagah berani ia mene-lanjangi kebobrokan Belanda, bangsa yang menga-ku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin ma-rah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.Setelah bebas (1931), Bung Karno bergabung de-ngan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Aki-batnya, ia kembali ditangkap Belanda dan dibuangke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudiandipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang,Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan ke-merdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya,ia juga berhasil merumuskan Pancasila yangkemudian menjadi dasar (ideologi) Negara KesatuanRepublik Indonesia. Ia berupaya mempersatukannusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bang-sa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin denganKonferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yangkemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisispolitik sangat hebat. Ia pun tak mau membubarkanPKI yang dituduh oleh mahasiswa dan TNI sebagaidalang kekejaman pembunuh para jenderal itu.Suasana politik makin kacau. Sehingga pada 11Maret 1966 ia mengeluarkan surat perintah kepadaSoeharto untuk mengendalikan situasi, yang ke-mudian dikenal dengan sebutan Supersemar. Tapi,inilah awal kejatuhannya.

Sebab Soeharto menggunakan Supersemar itumembubarkan PKI dan merebut simpati para politisidan mahasiswa serta ‘merebut’ kekuasaan. MPRmengukuhkan Supersemar itu dan menolak pertang-gungjawaban Soekarno serta mengangkat Soehartosebagai Pejabat Presiden.

Kemudian Bung Karno ‘dipenjarakan’ di WismaYaso, Jakarta. Kesehatannya terus memburuk. Ak-hirnya, pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggaldunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso,Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur didekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Paduka Yang Mulia Pemimpin Besar Revolusi inimeninggalkan 8 orang anak. Dari Fatmawatimendapatkan lima anak yaitu Guntur, Megawati,Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari Hartinimendapat dua anak yaitu Taufan dan Bayu. Se-dangkan dari Ratna Sari Dewi, wanita turunan Je-pang bernama asli Naoko Nemoto mendapatkanseorang putri yaitu Kartika.Orator Ulung

Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai ora-tor yang ulung, yang dapat berpidato secara amatberapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialis-me dan imperialisme. Ia juga amat percaya padakekuatan massa, kekuatan rakyat.

“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku be-sar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat danaku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno,dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Suatuungkapan yang cukup jujur dari seorang orator besar.

Gejala berbahasa Bung Karno merupakanfenomena langka yang mengundang kagum banyakorang. Kemahirannya menggunakan bahasa dengansegala macam gayanya berhubungan dengankepribadiannya. Hal ini tercermin dalam autobiografi,karangan-karangan dan buku-buku sejarah yangmemuat sepak terjangnya.

Ia adalah seorang cendekiawan yang meninggal-kan ratusan karya tulis dan beberapa naskah dra-ma yang mungkin hanya pernah dipentaskan di En-de, Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbit-kandengan judul “Diba-wah Bendera Revolusi”, dua jilid.Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan

mangat revolusi bagi bangsanya, serta menjagakeutuhan NKRI.

Tokoh pencinta seni ini memiliki slogan yangkuat menggantungkan cita-cita setinggi bintang

untuk membawa rakyatnya menuju kehidupansejahtera, adil makmur.Ideologi pembangunan yang dianut pria yang

berasal dari keturunan bangsawan Jawa(Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo,

suku Jawa dan ibunya bernama Ida Ayu NyomanRai, suku Bali), ini bila dilihat dari buku Pioneers inDevelopment, kira-kira condong menganut ideologipembangunan yang dilahirkan kaum ekonom yangtak mengenal kamus bahwa membangun suatunegeri harus mengemis kepada Barat.

Tapi bagi mereka, haram hukumnya meminta-minta bantuan asing. Bersentuhan dengan negara

Barat yang kaya, apalagi sampai meminta bantuan,justru mencelakakan si melarat (negara miskin).

Bagi Bung Karno, yang ketika kecil bernamaKusno, ini tampaknya tak ada kisah manis

bagi negara-negara miskin yangmembangun dengan modal dan bantuanasing. Semua tetek bengek manajemenpembangunan yang diperbantukan danarus teknologi modern yang dialihkan —agar si miskin jadi kaya dan mengejarBarat — hanyalah alat pengisapkekayaan si miskin yang membuatnyamakin terbelakang.

Itulah Bung Karno yang berhasil meng-gelorakan semangat revolusi danmengajak berdiri di atas kaki sendiri bagibangsanya, walaupun belum sempatberhasil membawa rakyatnya dalamkehidupan yang sejahtera. Konsep “berdiridi atas kaki sendiri” memang belum sampaike tujuan tetapi setidaknya berhasilmemberikan kebanggaan pada eksistensibangsa. Daripada berdiri di atas utang luarnegeri yang terbukti menghadirkanketergantungan dan ketidakberdayaan(noekolonialisme).

Masa kecil Bung Karno sudah diisi se-mangat kemandirian. Ia hanya beberapatahun hidup bersama orang tua di Blitar.Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Su-rabaya, indekos di rumah Haji Oemar SaidTjokroaminoto, politisi kawakan pendiriSyarikat Islam. Kemudian melanjut di HBS(Hoogere Burger School). Saat belajar diHBS itu ia pun telah menggembleng jiwanasio-nalismenya. Selepas lulus HBStahun 1920, ia pindah ke Bandung dan me-lanjutkan ke THS (Technische Hooge-school atau Sekolah Tekhnik Tinggi yangsekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraihgelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, ia merumuskan ajaran Marha-enisme dan mendirikan PNI (Partai Nasionallndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan

TOKOH Edisi agustus2008 99

paling penting karena mewakili diri Soekarno sebagaiSoekarno.

Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebuttulisan pertama yang bermula dari tahun 1926, de-ngan judul “Nasionalis-me, Islamisme, danMarxisme” adalah paling menarik dan mungkin pal-ing penting sebagai titik-tolak dalam upaya mema-hami Soekarno dalam gelora masa mudanya,seorang pemuda berumur 26 tahun.

Di tengah kebesarannya, sang orator ulung danpenulis piawai, ini selalu membutuhkan dukunganorang lain. Ia tak tahan kesepian dan tak suka tempattertutup.

Di akhir masa kekuasaannya, ia sering merasakesepian. Dalam autobio-grafinya yang disusun olehCindy Adams, Bung Karno, Penyambung LidahRakyat itu, bercerita.

“Aku tak tidur selama enam tahun. Aku tak dapattidur barang sekejap. Kadang-kadang, di larut ma-lam, aku menelepon seseorang yang dekat dengankuseperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana MenteriSatu dan kataku, ‘Bandrio datanglah ke tempat saya,temani saya, ceritakan padaku sesuatu yang ganjil,ceritakanlah suatu lelucon, berceritalah tentang apasaja asal jangan mengenai politik. Dan kalau sayatertidur, maafkanlah.... Untuk pertama kali dalamhidupku aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalulelah.”

Dalam bagian lain disebutkan, “Ditinjau secarakeseluruhan maka jabatan presiden tak ubahnyaseperti suatu pengasingan yang terpencil... Seringkalipikiran oranglah yang berubah-ubah, bukanpikiranmu... Mereka turut menciptakan pulaukesepian ini di sekelilingmu.”Anti Imperialisme

Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat kehor-matan menyampaikan pidato di depan KongresAmerika Serikat. Sebagaimana dilaporkan New YorkTimes (halaman pertama) pada hari berikutnya,dalam pidato itu dengan gigih ia menyerangkolonialisme.

“Perjuangan dan pengorbanan yang telah kamilakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggukolonialisme, telah berlangsung dari generasi kegenerasi selama berabad-abad. Tetapi, perjuanganitu masih belum selesai. Bagaimana perjuangan itubisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asiamaupun Afrika masih berada di bawah dominasikolonial, masih belum bisa menikmatikemerdekaan?” pekik Soekarno ketika itu.

Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras me-nentang kolonialisme dan imperialisme, serta cukupkritis terhadap negara-negara Barat, ia mendapatsambutan luar biasa di Amerika Serikat (AS).

Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dansikap-sikap Bung Karno yang sejak masa mudanyaantikolonialisme. Terutama pada periode 1926-1933,semangat antikolonialisme dan anti-imperialisme itusudah jelas dikedepankannya.

Sangat jelas dan tegas ingatan kolektif dari pahitnyakolonialisme yang dilakukan negara asing yang kayaitu. Namun, kata dan fakta adalah dua hal yangberbeda, dan tak jarang saling bertolak belakang.

Soekarno dan para penggagas nasionalismelainnya dipaksa bergulat di antara “kata” dan “fakta”politik yang dicoba dirajut namun ternyata tidakmudah, dan tak jarang menemui jalan buntu.

Soekarno yang rajin berkata-kata, antara lainmengenai gagasan besarnya menyatukan kaumnasionalis, agama dan komunis (1926) menemukankenyataan yang sama sekali bertolak belakang,ketika ia mencobanya menjadi fakta. Begitu pulagagasan besarnya yang lain: marhaenisme, ataunasionalisme marhaenistis, yang matang dikon-sepsikan pada tahun 1932. Bahkan, gagasannyamengenai Pancasila.Tokoh Kontroversial

Sebagai sosok yang memiliki prinsip tegas, BungKarno kerap dianggap sebagai tokoh kontroversial.Maka tak heran jika dia memiliki lawan maupun kawanyang berani secara terang-terangan mengritikmaupun membela pandangannya. Di mata lawan-lawan politiknya di Tanah Air, ia dianggap mewakilisosok politisi kaum abangan yang “kurang islami”.Mereka bahkan menggolongkannya sebagaigembong kelompok “nasionalis sekuler”.

Akan tetapi, di mata Syeikh Mahmud Syaltut dariCairo, penggali Pancasila itu adalah Qaida adzimamin quwada harkat al-harir fii al-balad al-Islam (Pe-mimpin besar dari gerakan kemerdekaan di negeri-negeri Islam).

Malahan, Demokrasi Terpimpin, yang di dalamnegeri diperdebatkan, justru dipuji oleh syeikh al-Azhar itu sebagai, “lam yakun ila shuratu min sharaasy syuraa’ allatiy ja’alha al-Qur’an sya’ana minsyu’un al-mu’minin” (tidak lain hanyalah salah satugambaran dari permusyawaratan yang dijadikan olehAl Quran sebagai dasar bagi kaum beriman).

Tatkala memuncak ketegangan antara Israel dannegara-negara Arab soal status Palestina ketika itu,pers sensasional Arab menyambut Bung Karno,“Juara untuk kepentingan-kepentingan Arab telahtiba”. Begitu pula, Tahta Suci Vatikan memberikantiga gelar penghargaan kepada presiden dari Re-publik yang mayoritas Muslim itu.

Memang, pembelaan Bung Karno terhadap kaumtertindas tidak hanya untuk negerinya namun juganegeri lain. Itulah sebabnya, mengapa ia dipuja habisoleh bangsa Arab yang tengah menghadapi seranganIsrael kala itu. Bung Karno dianggap sebagaipemimpin kaum Muslim. Padahal, di dalam negerisendiri ia kerap dipandang lebih sebagai kaumabangan daripada kaum santri.

Sebenarnya, seberapa religiuskah Bung Karno?Bukankah ia juga dalam konsepsi Pancasila me-rumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa? Sila yangmenunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bang-sa yang religius. Bangsa Indonesia adalah bangsayang majemuk dan mengakui lima agama.Bagaimana mungkin merangkum visi lima agamaitu dalam satu kalimat yang mendasar itu kalau sipembuat kalimat tidak memahami konteks kehidupanberagama di Indonesia secara benar?

Dalam hal ini elok dikutip pendapat Clifford GeertzIslam Observed (1982): “Gaya religius Soekarnoadalah gaya Soekarno sendiri.” Betapa tidak? Ke-pada Louise Fischer, Bung Karno pernah mengakubahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, dan Hindu. Dimata pengamat seperti Geertz, pengakuan se-macam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansifseolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”.

Sebaliknya, ungkapan semacam itu-pada hematBJ Boland dalam The Struggle of Islam in ModernIndonesia (1982)- “hanya merupakan perwujudan

dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyatIndonesia, khususnya Jawa”. Bagi penghayatanspiritual Timur, ucapan itu justru “merupakan kebe-ranian untuk menyuarakan berbagai pemikiran yangmungkin bisa dituduh para agamawan formalissebagai bidah”.Sistem Politik

Soekarno memiliki pandangan mengenai sistempolitik yang didukungnya adalah yang paling “cocok”dengan “kepribadian” dan “budaya” khas bangsa In-donesia yang konon mementingkan kerja sama, go-tong-royong, dan keselarasan. Dalam retorika, iamengecam “individualisme” yang katanya lahir dariliberalisme Barat. Individualisme itu melahirkanegoisme, dan ini terutama dicerminkan oleh perta-rungan antarpartai.

Lalu ia mencetuskan Demokrasi Terpimpin. Dalamberpolitik Soekarno mementingkan politik mobilisasimassa, ia bersimpati pada gerakan-gerakan anti-imperialisme, dan mungkin sebagai salah satukonsekuensinya, penerimaannya pada PartaiKomunis Indonesia (PKI) sebagai aktor politik yangsah, pendukung konsepsi demokrasi terpimpin. Jadiia mencanangkan sistem politik yang berwatak anti-liberal dan curiga pada pluralisme politik. Iamementingkan “persatuan” demi “revolusi”.

Pada tahun 1950-an, Indonesia memang ditandaioleh ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh sis-tem demokrasi parlementer. Sistem ini bersifat sa-ngat liberal, dan didominasi oleh partai-partai politikyang menguasai parlemen. Pemilu 1955-yang di-menangkan empat kekuatan besar, Masyumi, PartaiNasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU) sertaPKI- hingga kini masih dianggap sebagai pemilupaling bebas dan bersih yang pernah dilaksanakansepanjang sejarah Indonesia.

Namun, di sisi lain dari sistem parlemen yang di-kuasai partai itu adalah sering jatuh bangunnyakabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Selainitu, sejarah juga mencatat bahwa integritas nasionalterus-menerus diancam oleh berbagai gerakanseparatis, yakni DI/TI, PRRI/Permesta, dansebagainya.

Kenyataan ini membuat Soekarno makin curigapada partai politik karena dia menganggap Masyumi,dan juga PSI, terlibat dalam beberapa pemberontakandaerah.

Kemudian, Soekarno mendekritkan kembalinya In-donesia pada UUD 1945 karena kegagalan Konsti-tuante untuk memutuskan UUD baru untuk Indone-sia, akibat perdebatan berlarut-larut, terutama antarakekuatan nasionalis sekuler dan kekuatan Islam me-ngenai dasar negara. (www.tokohindonesia.com)

WartaEdisi Agustus20081010

“Materinya 70 persen praktek dan 30 persenteori. Dimana peserta akan diberi pemahamanseputar pelaksanaan tugas sebagai pemberiinformasi dan bagaimana menjalin komunikasidengan masyarakat” ujar Asmawaty.

Walikota Palembang Ir H Eddy Santana Putrayang diwakili oleh Asisten I Pemkot PalembangHA. Farhan AS menyambut positif pelaksanaanbimbingan teknis ini. Dia berharap kegiatanyang merupakan korelasi dari programDepartemen Komunikasi dan Informasi RI inidapat menghasilkan juru informasi dankomunikasi yang dapat menyerap, menyaringdan mengevaluasi informasi untuk kemudiandisampaikan kembali kepada masyarakat.

“Jadi ada hubungan timbal balik. Sehinggainformasi yang disampaikan benar-benar tepatdan terarah. Tidak menimbulkan kegamanganmaupun kebingungan dimasyarakat,” ujarFarhan, saat membuka bimtek kehumasan ini.

Selama beberapa hari (28-30 Agustus 2008)para peserta bimtek kehumasan diberikanmateri seputar informasi dan komunikasi olehbeberapa narasumber. Antara lain materitentang Tugas dan Fungsi Jabatan PranataHumas, Peluang Proses Jabatan Fungsionalmenurut PP 41/2007, Keprotokolan, Retorikadan Master of Ceremony (MC). Kemudianmateri pembuatan Pres Release, Kehumasan,Pengantar tentang Media Broadcasting, TehnikFotografi dan Camera Shooting serta SimulasiMC. (rio)

PEMERINTAH didesak proaktif dan konsistenmengatasi kerusakan lingkungan yang selamaini kerap mengemuka. Pada sisi lain,pengenalan lingkungan kepada generasipenerus perlu ditanamkan sejak dini agarterbentuk kesadaran melestarikan lingkungansecara menyeluruh.

Hal ini dapat dimulai dengan dimasukkannyapemberian pendidikan berbasis lingkungandalam kurikulum muatan lokal pendidikan bagisiswa SD dan SMP di Provinsi Sumsel.

“Melalui pendidikan lingkungan, selain dapatmemahami seriusnya masalah lingkungan,para siswa juga akan memiliki pengharapandan komitmen untuk melakukan perubahan,”kata Direktur Wahana Bumi Hijau (WHB)Sumsel, Deddy Permana, Rabu (3/9).

Sebagai negara berpenduduk padat, Indone-sia tentunya tak lepas dari kompleksitaspersoalan lingkungan. Seperti erosi, pene-bangan liar (illegal logging), kebakaran hutan.Belum lagi persoalan banjir, penumpukanlimbah yang melebihi kemampuan pengo-lahan, serta ancaman-ancaman kerusakanlingkungan bagi sumber daya pertanian, tanah,air,dan udara.

“Perlu ada generasi yang mampu menekandan mengatasi masalah lingkungan,” tegasDeddy.

Desakan pemberlakuan kurikulum muatanlokal tentang lingkungan juga dikemukakanYulius, Koordinator Sahabat Wahana Ling-kungan Hidup (Walhi) Sumsel. Menurut dia,pendidikan lingkungan memiliki cakupan lebihbesar karena menggabungkan beberapa ilmupengetahuan atau pelajaran, seperti sains,teknologi, ekonomi, geografi.

“Pendidikan lingkungan bertujuan men-ciptakan SDM yang peduli dengan nilai-nilaiketerampilan dan pengetahuan agar ke depanmampu mengelola lingkungan secara lebihbijaksana,” katanya.

Dinas Inforkom Palembang Gelar BimbinganTeknis Juru Informasi dan Komunikasi

DINAS Informasi dan Komunikasi (Inforkom)Kota Palembang, bertempat di Hotel Bumi Asih,Kamis (28/8) menggelar Bimbingan Teknis JuruInformasi dan Komunikasi/Kehumasan bagipegawai di lingkungan Pemerintah KotaPalembang.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan HjAsmawaty Thohironie SH, kegiatan ini diikuti oleh 48peserta yang terdiri dari 16 orang dari utusankecamatan, 24 orang dari Badan, Kantor dilingkungan Pemerintah Kota Palembang, serta 8orang dari Dinas Inforkom Palembang.

Diperlukan, Kurikulum Pendidikan Berbasis LingkunganYulius mengakui beberapa daerah di Sumsel telah

menerapkan sistem pengajaran lingkungan ini,terutama di daerah yang memiliki hutan lindung dantaman nasional. Diantaranya kawasan HutanSembilang di Banyuasin, Kawasan Gunung DempoPagaralam, serta sejumlah tempat di KabupatenMusi Banyuasin.

Namun, kata Yulius, kurikulum pendidikanlingkungan di daerah-daerah tersebut cenderungdisesuaikan dengan kondisi lingkungan setempatyang banyak terdapat lahanbasah seperti hutanmanggrove, rawa, danhutan gambut.

“Akibatnya, bahanajar yang diterapkanjuga terkait haltersebut,” ujarYulius.PerluPembahasan

Pada sisi lain,menurut Sek-retaris DinasPend id ikanSumsel, Tar-mizi Mairu,pendid ikanl i n g k u n g a nsebenarnya telahada atau me-nempel di sejumlahmata pelajaran ilmualam maupun ilmusosial yang diajarkanselama ini.

Kendati demikian,lanjutnya, untuk mengako-modir usulan ini diperlukanpembahasan terlebih dahulu dengandengan pihak-pihak terkait dan kompetenseperti akademisi, ahli lingkungan, dan dinas

KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS JURU INFORMASI DAN KOMUNIKASI (KEHUMASAN) YANG DIADAKAN DINAS INFORKOM KOTAPALEMBANG

pendidikan. Pembahasannya pun harus jelas.“Misalnya bentuk penerapan pendidikan

lingkungan itu seperti apa dan apa sajacakupannya,” kata Tarmizi.

Menurutnya, masing-masing sekolah bisa sajamenerapkan kurikulum muatan lokal yangberbeda sesuai dengan kebutuhan daerahbersangkutan.

“Jika pendidikan lingkungan memang dianggappenting untuk dimasukkan ke dalam

kurikulum muatan lokal dalamsatu mata pelajaran khusus,

silakan saja. Jika itumemang dianggap

baik untukd i t e r a p k a n , ”

tambahnya.(yat)

Warta Edisi Agustus2008 1111

Palembang dan Jakarta Wakili Indone-sia dalam Adipura Tingkat ASEAN

PEMERINTAH Kota Palembang akan membangun sebanyak 140 rumah tradisional baru diataslahan seluas dua hektar di Jaya Laksana Kelurahan 3-4 Ulu. Pembangunan perumahan ini didesain guna menggantikan kawasan permukiman kumuh di wilayah tersebut.

Dari total 140 unit rumah tradisional yang akan dibangun, sebanyak 68 unit akanberbentuk rumah panggung dan sisanya berupa rumah tanah dengan tipe 36 atautipe rumah sederhana. Adapun anggaran untuk pembangunan ini terdiri dariRp 16 miliar dari pemerintah pusat melalui APBN untuk pembangunaninfrastruktur, serta Rp 1,5 miliar dari Pemkot Palembang guna pembebasanlahan. Proyek ini akan dimulai pada bulan September 2008 dengan kontraktorswasta Network Urban Sub Sector Project (NUSSP).

“Bagi warga miskin yang menghuni, boleh membayar secara cicilan yakniRp 12.500-15.000 selama 20 tahun. Ini salah satu bentuk upaya mewujudkanPalembang sebagai kota metropolitan,” ujar Asisten II Pemkot Palembang,Apriady S Busri. (yat)

140 Rumah Tradisional untukWarga Miskin Palembang

JEMBATAN Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) dan Sungai Musi yang selama ini menjadikebanggaan masyarakat Palembang masuk dalam daftar wisata kunjungan pada program VisitIndonesia 2008.

“Kita patut bangga sebab jembatan Ampera dan Sungai Musi menjadi salah satu pilihan objekwisata dari ratusan objek yang tersebar di seluruh Indonesia,” ungkap Kepala Dinas Pariwisatadan Kebudayaan Prov Sumsel, Rachman Zeth.

Menurut Rahman, masuknya kedua objek wisata tersebut merupakan langkah awal yangcukup baik. Sehingga, kedepan akan lebih banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegarayang mengenal Palembang, khususnya Sumsel. (lik)

Ampera dan Sungai Musi Masuk Visit Indonesia

AgendaAgenda

BUS kota mau-pun angkutanmobil angkutankota (angkot)yang selama inibebas beroperasidi jalan-jalan uta-ma dalam KotaPalembang taklama lagi akansegera di geserke daerah ping-giran. Ini menyu-sul rencana Pe-merintah KotaPalembang me-

ASISTEN II PEMKOT PALEMBANG, APRIADY S BUSRI

Terapkan Semi Busway,Bus Kota dan Angkot akan Digeser ke Pinggiran

Kertapati -Ampera akan digusur ke daerahpedalaman, Sukabangun II, Abusman dan daerah lainyang belum terjamah transportasi umum.

“Lagian, kita menilai keberadaan angkotsebenarnya berdempetan dengan bus kota. Artinya,rute yang mereka ambil, sama dengan bus kota,tumpang tindih,” ujar Edi.

Sementara mengenai Trans Musi, Edi mengatakan,pada tahap I pihaknya sudah menyiapkan 11 rutedengan prioritas awal 3 rute di awal 2009. Yaitu ruteJakabaring - Alang-alang Lebar (AAL), Bandara SMBII – Palembang Indah Mall (PIM), serta Sako -Kambang Iwak .

“Tiga rute ini kita pilih karena akan menghidupkanbeberapa ruas jalan yang belum tersentuh angkutanumum, seperti jalur SMB II dan PIM. Juga Sako akanmelewati jalur Celentang,” terangnya.

Selanjutnya pada tahap II akan dikembangkan 8rute lainnya, terdiri dari Plaju – Karya Jaya, Pusri -Ampera, Sako - Dempo, AAL - Talang Keranggo,Pusri - Siguntang, Karya Jaya - AAL, SMB II -Kambang Iwak, dan Bukit Besar - Ampera.

Edi menjelaskan, pada tahap I dengan 3 rutepemerintah membutuhkan 94 halte dengan 20 halteakan dijadikan sebagai halte bersama. Nantinyasetiap bus way bisa berhenti di tempat tersebut.

“Misalkan, bus dari Sako atau SMB II dapat berte-

mu di halte Jalan Sudirman. Nah, penumpangdapat turun dan naik ke bus lain, tanpa harusmembayar karcis tambahan,” jelas Edi.

Ditambahkannya, pada tiap halte akandibangun tempat pembelian tiket yang dijagadua petugas dibantu satu petugas keamanan.Warga dapat membeli tiket dengan sistembulanan atau hanya sekali jalan.

“Rencananya, pembelian akan mengguna-kan sistem smart card,” ungkap Edi.

Busway yang digagas pemerintah sebagaisolusi mengatasi kemacetan, efisiensipemakaian bahan bakar sekaligus sebagaiangkutan ramah lingkungan ini juga akandilengkapi dengan penggunaan teknologicanggih melalui sistem frekuensi. Dengan polaini jarak masuknya satu bus ke bus lain di satuhalte dapat dideteksi.

“Untuk rute pertama, Jakabaring – AALdiperkirakan, frekuensi atau headwaymencapay 17,84 menit. Rute kedua, SMB II -PIM menapai 14,34 menit dan rute ketiga, Sako- Kambang Iwak mencapai 12,96 menit. Artinya,penumpang harus menunggu pada waktutersebut, baru mendapat bus jika menunggudi satu halte. Berhentinya bus juga hanya duamenit,” jelas Edi. (rio)

nerapkan semi-busway atau Trans Musi tahun2009 mendatang sebagai angkutan umumdalam kota.

“Dinas Perhubungan sendiri tidak akanmemperpanjang trayek bus kota yang habismasanya. Nanti, dalam kota semua semi-busway. Ini kebijakan pemerintah kota menujukota internasional,” kata Kasubdin LLAJ DinasPerhubungan Palembang, Edi Nursalam.

Edi menerangkan, mobil angkot sepertijurusan Km 5 – Ampera, Plaju - Ampera,

EDDY NURSALAM

PerspektifEdisi AGUSTUS20081212

EMISKINAN merupakan hal yang biasadi sekitar kita, Indonesia. Sangatmudah menemukan orang miskin dankantong-kantong kemiskinan di sekitarrumah. Indonesia mencatat tidak kurang

KKKKK acuan data yang di gunakan di Aceh adalah PendataanSosial Ekonomi Penduduk tahun 2005. Pendataan ini dilakukan bersamaan dengan Sensus Penduduk Aceh Nias(SPAN), yang melibatkan 7000 petugas sensus,menghabiskan dana sekitar Rp.8 milyar, berlangsungselama sebulan secara simultan di seluruh Nanggroe AcehDarussalam. Dalam kurun waktu 2 tahun tadi tentu sajasudah banyak sekali terjadi perubahan kependudukan.Namun BPS beralasan tidak mungkin lagi melakukanpendataan dalam waktu dekat mengingat waktu yangmendesak dan besarnya biaya. Untuk sementara BLTmenggunakan data tahun 2005, kemudian selanjutnya akandilakukan revisi data sesuai dengan masukan-masukanmasyarakat. Seminggu saja banyak penduduk pindahrumah, ada yang meninggal, mungkin saja tiba-tiba menjadimiskin, konon lagi 2 tahun! Maka dapat dimaklumi jikaorang yang sudah meninggal namanya masih ada dalamdaftar.

Bahkan Badan PBB dalam salah satu tujuan MilleniumDevelopment Goals menetapkan “penghapusankemiskinan” sebagai salah satu tujuan program-programnya. Banyak teori yang menjelaskan mengapa adakemiskinan dan apa yang harus dilakukan agar kemiskinanbisa hilang. Kurangnya asset, akses terhadap saranapelayanan publik yang kurang, kebodohan, bencana alam,harga barang- barang yang

melam-

b u n g ,dituduh sebagai penyebab utama kemiskinan. Namun darisemuanya dapat disimpulkan bahwa penyebab kemiskinanadalah ketidakmampuan manusia untuk memperolehkebutuhan minimal hidupnya, baik makanan maupun nonmakanan. Orang miskin mengeluh mereka tidak punyauang untuk memperoleh sesuatu dan celakanya lagipemerintah pun tidak sanggup melayani kebutuhan dasarmasyarakat miskin.

Membagikan duit semata ternyata menyebabkanmasyarakat menjadi “mata duitan” dan rentanpenyelewengan. Bantuan banyak salah sasaran danmasyarakat miskin yang bodoh mudah ditipu aparatpemerintah. Lebih baik jika bantuan yang diberikan adalah“kail”, bukan “ikannya”. Masyarakat harus dididik menjadiproduktif, bukannya sebagai penerima pasif. Pemberianakses pelayanan yang selebar-lebarnya kepadamasyarakat umum jauh lebih penting daripada uang Rp.100ribu. Namun untuk orang-orang yang memang dalamkondisi “belum tentu makan sehari sekali” alias berada dibawah garis kemiskinan perlu ada program cepat.

Uang Rp.100 ribu rupiah jika dikonversikan dengankebutuhan selama 1 bulan menjadi tidak ada apa-apanya.Sebagai ilustrasi, jika ada anggota keluarga yang sakit,puskesmas disekitar tidak berfungsi maka orang miskinterpaksa berobat ke dokter praktek. Sekali berobat makaduit tadi tandas! Seandainya dana subsidi tadi dipakai untuk

memfungsikan Puskesmas dengan sebaik-baiknya,maka berapa banyak duit orang miskin yang bisa dihematdan berapa banyak orang miskin yang bisa terbantu.Begitu juga dengan berbagai sarana publik lainnya sepertisekolah, jalan raya, irigasi, listrik, administrasikependudukan dan sebagainya. Masyarakat miskinsebagai penerima manfaat utama dari layanan-layanantersebut dapat menghemat pengeluarannya yangmemang sebenarnya tidak perlu.Cash for Work

Jika dari sisi akses pelayanan publik sudah terpenuhimaka langkah selanjutnya adalah memberikan“pendapatan” atau pekerjaan. Ada contoh menarikmemberikan pendapatan kepada masyarakat di Acehpasca tsunami. Salah satunya adalah program “cashfor work”. Masyarakat bekerja secara gotong royongmembangun sarana umum kemudian diberikan gajisesuai standar. Hal ini penting mengingat ada kelompok-kelompok masyarakat yang sangat lemahkemampuannya mendapat pekerjaan. Mereka inilahuntuk tahap awal dibantu, bukan dengan maksudberkelanjutan, sekedar memberikan pendapatanpermulaan.

Selain “cash for work” sebenarnya banyak caramemberdayakan masyarakat miskin. Pelatihan-pelatihanketerampilan, wira usaha, pemberian pinjaman dansebagainya. Faktor utama kegagalan programpemberdayaan orang miskin adalah rendahnya

semangat pengelola dan penerima manfaat. Padaakhirnya yang terbedayakan adalah pengelola

semata alias organisasi pemegang dana.Motivasi pemberdayaan harus dirubah,

disiplin harus ditingkatkan sepertisistem Grameen Bank. Pemerin-

tah harus memberikan teladanyang baik bagi masyarakat.

Sebagai contoh, jika adamasyarakat ditagih kreditmikronya yang macetberbulan-bulan, ia bisasaja menuding parapejabat. Para pejabatyang kreditnya macetbe rm i l i ya r -m i l i ya rselama bertahun-tahuntanpa tindakan...

Kita tidak berharap BLTakan kembalimenghasilkan kisah

kelam seperti tahun 2006lalu. Beberapa kasus dapat

disebutkan antara lain kasusperusakan Balai Desa

Panembangan Banyumas olehwarga yang tidak puas dengan

distribusi kartu BLT, Jauhnya letak kantorpos yang menyebabkan seorang warga

Banjarnegara penerima BLT tewas karena truk yangditumpangi rombongan pengambil BTL terguling danwarga sendiri harus mengeluarkan dana hingga Rp25.000 untuk transportasi. Ada juga yang mengenaskanseperti yang dialami Wadiman (70) warga Dukuh Krasak,Desa Sidomulyo, Kecamatan Dempet, KabupatenDemak, meninggal dunia saat antre memperoleh danakompensasi BBM di Kantor Pos Dempet.

Ada kisah dugaan penyelewengan yang dilakukanaparat desa seperti yang dialami Suripno. Warga RT 02RW 03, Joyotakan, Serengan, Solo, dipukul denganasbak oleh ketua RT setempat, Suparno, karena yangbersangkutan terus menolak BLT-nya dipotong Rp100.000. Masyarakat yang memaksa dapat bantuanseperti Ratusan warga Desa Kaligangsa Wetan,Kecamatan Kaligangsa, Kabupaten Brebes, merusakkantor kepala desa setempat. Mereka menuntut agarmendapatkan dana kompensasi BBM. Warga menilaihasil pendataan yang dilakukan selama tidak akurat.

Banyak lagi kisah miris lain yang mungkin tidakterekam oleh media massa. Memang tidak mungkinsama sekali menghindarkan dari ekses negatif suatuprogram tetapi belajar dari kesalahan masa lalu penting.Agar tidak dikatakan keledai, yang masuk ke lubangyang sama dua kali. Sekali lagi lebih baik memberikankail daripada memberikan ikan. (www.wikimu.com)(Penulis tinggal di Banda Aceh)

37,17 juta (Maret 2007) penduduk yang berada di bawahgaris kemiskinan mendiami negara ini. Jumlah inidiperkirakan terus bertambah secara faktual meskipunsecara persentase sering diklaim telah mengalamipenurunan. Terlebih dengan naiknya harga bahan bakarminyak (BBM) sebesar 28,7 persen. Jumlah orangmiskin diperkirakan akan bertambah menjadi 41,5 jutajiwa jika BBM benar-benar naik. Sekali lagi masyarakatkecil menjadi korban dari ketidakmampuan negaramengelola kekayaannya.

Pemerintah bukannya tidak menyadari hal ini. Bebanpemerintah sendiri sudah sangat berat untukmembereskan berbagai sektor. Dengan alasan hargaminyak dunia mencapai 120 dolar/barel, beban subsidiharus dikurangi oleh pemerintah, BBM dinaikan sebesar28,7%. Kenaikan sebesar itu akan memberi ruang fiskalyang cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliunserta menambah penghematan anggaran menjadi Rp25,877 triliun.

Pemerintah dalam upayanya mengurangi (bukanmenghilangkan) beban hidup masyarakat miskin salahsatunya adalah menciptakan Bantuan Langsung Tunai(BLT). Duitnya di ambil dari pengalihan dana subsidiBBM. Pemerintah menyiapkan dana Rp14,1 triliununtuk pelaksanaan program BLT selama tujuhbulan dalam tahun anggaran 2008.

Dana subsidi ini kemudian dialihkanlangsung kepada orang miskindalam berbagai program. Pe-merintah beralasan subsidiBBM kini lebih banyakdinikmati oleh orang kayapemilik kendaraan.Sudah saatnya subsidihanya layak dinikmatioleh si miskin tetapi inipun untuk orang yangbenar-benar miskin(lihat kriteria orangmiskin menurutBPS).

Menteri KeuanganSri Mulyani dalam ber-bagai media menjelas-kan kenaikan harga Ba-han Bakar Minyak (BBM)bahwa BLT itu ditujukan ke-pada 19,1 juta Kepala Keluar-ga (KK) miskin dengan jumlahbantuan Rp 100 ribu per KK setiapbulannya. Program BLT itu sudah dimu-lai pada akhir Mei 2008 guna dilaksanakansecara penuh sampai Desember 2008. Programini kemungkinan besar akan dilanjutkan pada 2009dengan nilai yang akan dinegosiasikan dengan DPR.

Program pemberian bantuan langsung untuk orangmiskin ada beberapa model dan bentuk. Ada dalambentuk barang seperti pemberian beras (beras miskin-raskin), pemberian fasilitas umum untuk daerah miskin(program pemberdayaan kecamatan-PPK/PNPM/P2KP)hingga pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dariberbagai bantuan tersebut tampaknya yang palingmenghebohkan adalah BLT. Mungkin karena berupauang tunai sehingga yang berebut pun jumpalitan.

Upaya pemberian BLT adalah usaha instan, yangsebenarnya diniatkan awalnya bukan untuk mengatasikemiskinan. Pemberian duit Rp.100 ribu/bulan meru-pakan bantuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tang-ga akan bahan bakar minyak setiap bulan. BPS mem-perhitungkan, setiap rumah tangga menghabiskan Rp.3000/hari untuk minyak tanah. Selama satu bulan (30hari) diperkirakan membutuhkan biaya Rp.90.000,kemudian dibulatkan menjadi Rp.100 ribu. Angka inilahyang menjadi dasar pemberian BLT kepada rumahtangga (bukan Kepala Keluarga-KK). Dengan harapansetidaknya duit tersebut dapat dipakai untuk membeliminyak tanah untuk memasak ataupun penerangan.Namun persepsi di lapangan sudah berbeda.

Pendataan penerima BLT menjadi titik awal prosesprogram. Namun titik ini juga menyimpan masalah yangkrusial. Pendataan dilakukan jauh hari, untuk tahun 2008,

Varia Edisi AGUSTUS2008 1313

M ASALAH kemiskinan memangtelah lama ada sejak dahulu kala.Pada masa lalu umumnyamasyarakat menjadi miskinbukan karena kurang pangan,

tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahanatau materi. Dari ukuran kehidupan modern padamasa kini mereka tidak menikmati fasilitas pen-didikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zamanmodern.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosialekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negarayang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat.Negara Inggris mengalami kemiskinan dipenghujung tahun 1700-an pada era kebangkitanrevolusi industri yang muncul di Eropa. Padamasa itu kaum miskin di Inggris berasal daritenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnyasebagai petani yang mendapatkan upah rendah,sehingga kemampuan daya belinya juga rendah.Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuhyang rawan terhadap penyakit sosial lainnya,seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

Amerika Serikat sebagai negara maju jugadihadapi masalah kemiskinan, terutama padamasa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatatsebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Se-bagian besar penduduknya hidup dalamkecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyakmemberi bantuan kepada negara-negara lain.Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32juta orang atau seperenam dari jumlahpenduduknya tergolong miskin.

Indonesia sebagai negara yang kaya akansumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwapenduduk yang tergolong miskin (Survai SosialEkonomi Nasional Susenas 1998). Jumlah pen-duduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa diperkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angkatersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya di-banding angka tahun 1996 (sebelum krisisekonomi) yang hanya mencatat jumlah pendudukmiskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlahpenduduk miskin diperkirakan makin bertambah.Berdasarkan data BPS, penduduk miskin diIndonseia pada 2007 berjumlah 37,71 juta jiwa.Faktor Penyebab

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinanbisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karenabuatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lainakibat sumber daya alam yang terbatas, peng-gunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuatsebagian anggota masyarakat tidak mampumenguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitaslain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi seringmengkritik kebijakan pembangunan yang meluluterfokus pada pertumbuhan ketimbangpemerataan.

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk me-mang menarik untuk disimak dari berbagai aspek,sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosialterutama akibat terbatasnya interaksi sosial danpenguasaan informasi. Aspek ekonomi akantampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi,upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, le-mah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologiterutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas,dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politikberkaitan dengan kecilnya akses terhadapberbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif,

posisi lemahdalam pro-ses pe-ngam-bil ke-p u -tusan.

Ke-mis-kinandapatdibe-d a -k a nmen-j a d itiga pe-ngertian:kemiskinanabsolut, ke-miskinan relatifdan kemiskinankultural. Seseorangtermasuk golongan miskinabsolut apabila hasil penda-patannya berada di bawah garis ke-miskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhanhidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, pa-pan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskinrelatif sebenarnya telah hidup di atas garis ke-miskinan namun masih berada di bawah kemam-puan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kulturalberkaitan erat dengan sikap seseorang atau se-kelompok masyarakat yang tidak mau berusahamemperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun adausaha dari fihak lain yang membantunya.

Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuranrata-rata kemampuan masyarakat untuk dapatmemenuhi kebutuhan hidup minimum. Melaluipendekatan sosial masih sulit mengukur gariskemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomisecara teoritis dapat dihitung dengan menggunakantiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi,pendapatan, dan pengeluaran. Sementara ini yangdilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarikgaris kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran.

Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun1998, garis kemiskinan penduduk perkotaanditetapkan sebesar Rp. 96.959 per kapita per bulandan penduduk miskin perdesaan sebesar Rp. 72.780per kapita per bulan. Dengan perhitungan uangtersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhikonsumsi setara dengan 2.100 kalori per kapita perhari, ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokokminimum lainnya, seperti sandang, kesehatan,pendidikan, transportasi. Angka garis kemiskinan inijauh sangat tinggi bila dibanding dengan angka tahun1996 sebelum krisis ekonomi yang hanya sekitar Rp.38.246 per kapita per bulan untuk pendudukperkotaan dan Rp. 27.413 bagi penduduk perdesaan.

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomimengenai definisi dan klasifikasi kemiskinan ini.Dalam bukunya The Affluent Society, John KennethGalbraith melihat kemiskinan di Amerika Serikatterdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum,kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakarekonomi lainnya melihat secara global, yaknikemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman(cyclical), dan kemiskinan individu.

Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerahatau negara yang mengalami kekurangan pangan.Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagaipenyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atauperiodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakatmenurun atau rendah. Misalnya sebagaimana, se-karang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinanindividu dapat terjadi pada setiap orang, terutama

k a u mc a c a t

fisik ataumental, anak-

anak yatim,kelompok lanjut usia.

P e n a n g g u l a n g a nKemiskinan

Bagaimana menangani kemiskinan memangmenarik untuk disimak. Teori ekonomi menga-takan bahwa untak memutus mata rantai ling-karan kemiskinan dapat dilakukan peningkatanketerampilan sumber daya manusianya, pe-nambahan modal investasi, dan mengembangkanteknologi. Melalui berbagai suntikan makadiharapkan produktifitas akan meningkat. Namun,dalam praktek persoalannya tidak semudah itu.Lantas apa yang dapat dilakukan?

Program-program kemiskinan sudah banyakdilaksanakan di berbagai negara. Sebagaiperbandingan, di Amerika Serikat programpenanggulangan kemiskinan diarahkan untukmeningkatkan kerja sama ekonomi antar negarabagian, memperbaiki kondisi permukimanperkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatanpendidikan dan kerja untuk para pemuda,penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagiorang dewasa, dan pemberian bantuan kepadakaum miskin usia lanjut. Selain programpemerintah, juga kalangan masyarakat ikut terlibatmembantu kaum miskin melalui organisasikemasyarakatan, gereja, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, program-program penanggu-langan kemiskinan sudah banyak pula dilak-sanakan, seperti pengembangan desa tertinggal,perbaikan kampung, gerakan terpadu pengen-tasan kemiskinan. Sekarang pemerintah me-nangani program tersebut secara menyeluruh, ter-utama sejak krisis moneter dan ekonomi yang me-landa Indonesia pada pertengahan tahun 1997,melalui program-program Jaring PengamanSosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat sasaranikut terlibat dalam berbagai kegiatan.

Sedangkan, P2KP sendiri sebagai programpenanggulangan kemiskinan di perkotaan lebihmengutamakan pada peningkatan pendapatanmasyarakat dengan mendudukan masyarakatsebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif.Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskinsebagai kelompok sasaran tidak hanya berke-dudukan menjadi obyek program, tetapi ikut sertamenentukan program yang paling cocok bagimereka. Mereka memutuskan, menjalankan, danmengevaluasi hasil dari pelaksanaan program.Nasib dari program, apakah akan terus berlanjutatau berhenti, akan tergantung pada tekad dankomitmen masyarakat sendiri. (***)

LensaEdisi Agustus20081414

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG, MELALUI DINAS INFORKOM MELAKSANAKAN BIMBINGAN TEKNIS JURUINFORMASI DAN KOMUNIKASI,KEHUMASAN FOTO:RYO

WAWAKO KOTA PALEMBANG H. ROMI HERTON, SAAT SIDAK PASAR DAN GUDANG SEMBAKO DIBEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG FOTO:RYO

BAMUKOI KOTA PALEMBANG IKUT MEMERIAHKAN HUT RI KE 63, DENGAN MENAMPILKAN KESENIANDARI DAERAH OGAN ILIR FOTO:RYO

SEBAGAI KOTA PERAIH ADIPURA, KOTA PALEMBANG SEMAKIN HARI MEMPERCANTIK DIRI DENGANPENANAMAN JALUR HIJAU DIPUSAT KERAMAIAN DAN JALAN-JALAN FOTO:RYO

RUSUNAWA YANG DIBANGUN PEMERINTAH KOTA PALEMBANG, HANYA DIPERUNTUKKAN BAGI PASUTRIYANG BELUM MEMILIKI RUMAH. FOTO:RYO

FOTO:RYO

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG MELALUI DINAS TENAGA KERJA BEKERJASAMA DENGAN PERUSAHAAN-PERUSAHAA SWASTA MEMBUKA KESEMPATAN KERJA BAGI MASYARAKAT PALEMBANG FOTO:RYO

MENCARI REMIS DI SIANG HARI YANG DILAKUKAN SEBAGIAN ANAK NELAYAN DIPINGGIRAN SUNGAIMUSI SEBELUM AIR PASANG NAIK FOTO:RYO

DEMI KEBUTUHAN HIDUP SEHARI-HARI, SEORANG PEMULUNG MASIH GIAT MENCARI BOTOL PLASTIKAIR MINERAL MESKIPUN DIGUYUR HUJAN FOTO:RYO

Lensa Edisi agustus2008 1515

ANTUSIAS MASYARAKAT SANGATLAH TINGGI DALAM MENYAKSIKAN EVEN-EVENHARI KEMERDEKAAN YANG DIADAKAN DI SUNGAI MUSI

LOMBA BIDAR YANG SELALU MENARIK PERHATIAN MASYARAKAT KOTAPALEMBANG PADA SETIAP HARI KEMERDEKAAN INI RUTIN DIGELAR TIAP TAHUN.

TELOK ABANG, MAINAN ANAK YANG TERBUAT DARI GABUS DAN DIHIASI TELURREBUS BERWARNA MERAH INI, HANYA ADA PADA SAAT BULAN AGUSTUS

MEMASUKI AGUSTUS, BANYAK ORANG YANG MENCOBA PERUNTUNGANNYADENGAN BERJUALAN BENDERA DAN UMBUL-UMBUL DI PINGGIR JALAN SEPERTI INI

ANAK-ANAK KECIL INIPUN TURUT MEMERIAHKAN HARI KEMERDEKAAN DENGANMENGIKUTI PERLOMBAAN MAKAN KERUPUK.

LOMBA PERAHU HIAS MEMILIKI DAYA TARIK TERSENDIRI DALAM MENARIKPENGUNJUNG WISATA DI SUNGAI MUSI

Edisi Agustus20081616