Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini...

17
Jurnal Ibn Abbas 1 Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir Q.S Al-Baqarah: 183) Oleh: Dr. H. Safria Andy, MA Abstrak Tulisan ini berjudul Hakikat Puasa Ramadhan dalam Persfektif Tasawuf dengan menafsirkan Quran surah al-Baqarah ayat 183. Penulis berusaha menjembatani kondisi zaman sekarang yang penuh dengan kebimbangan dari sikap seorang hamba yang beribadah, di satu sisi dia berpuasa Ramadhan namun tetap menguasai sifat yang rakus dan sombong. Artikel ini akan membahas pengertian tasawuf dan tujuannya, ramadhan dan hikmahnya, serta korelasi puasa ramadhan dengan tasawuf sebagai wujud makna tafsir surah al-Baqarah ayat 183 dengan puasa ramadhan, dan empat makna hakikat puasa ramadhan dalam perspektif tasawuf. Abstrac This article is entitled The Nature of Ramadan Fasting in the Sufism Perspective by interpreting the Quran surah al-Baqarah verse 183. The author tries to bridge the conditions of the present time which is full of hesitation from the attitude of a worshiping servant, on the one hand he fasted Ramadan but still mastered greedy and arrogant nature . This article will discuss the understanding of Sufism and its purpose, Ramadan and its wisdom, as well as the correlation of Ramadan fasting with Sufism as a manifestation of the meaning of Surah Al-Baqarah verse 183 with fasting of Ramadan, and four meanings of the essence of Ramadan fasting in Sufism perspective. Kata Kunci: puasa, perspektif tasawuf, Q. S. al-Baqarah: 183. A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial yang padanya pikiran (akal) dan perasaan (hati). Keberadaan dari dua hal di atas telah menghadirkan lingkungan yang positive dan negative. Dua kondisi lingkungan tersebut telah dipengaruhi oleh kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah Swt. Apabila telah terjalin kedekatan yang kuat antara diri seorang hamba kepada Tuhannya,

Transcript of Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini...

Page 1: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

1

Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif

Tasawuf (Tafsir Q.S Al-Baqarah: 183)

Oleh: Dr. H. Safria Andy, MA

Abstrak

Tulisan ini berjudul Hakikat Puasa Ramadhan dalam Persfektif Tasawuf dengan

menafsirkan Quran surah al-Baqarah ayat 183. Penulis berusaha menjembatani

kondisi zaman sekarang yang penuh dengan kebimbangan dari sikap seorang

hamba yang beribadah, di satu sisi dia berpuasa Ramadhan namun tetap

menguasai sifat yang rakus dan sombong. Artikel ini akan membahas pengertian

tasawuf dan tujuannya, ramadhan dan hikmahnya, serta korelasi puasa ramadhan

dengan tasawuf sebagai wujud makna tafsir surah al-Baqarah ayat 183 dengan

puasa ramadhan, dan empat makna hakikat puasa ramadhan dalam perspektif

tasawuf.

Abstrac

This article is entitled The Nature of Ramadan Fasting in the Sufism Perspective

by interpreting the Quran surah al-Baqarah verse 183. The author tries to bridge

the conditions of the present time which is full of hesitation from the attitude of a

worshiping servant, on the one hand he fasted Ramadan but still mastered greedy

and arrogant nature . This article will discuss the understanding of Sufism and its

purpose, Ramadan and its wisdom, as well as the correlation of Ramadan fasting

with Sufism as a manifestation of the meaning of Surah Al-Baqarah verse 183

with fasting of Ramadan, and four meanings of the essence of Ramadan fasting in

Sufism perspective.

Kata Kunci: puasa, perspektif tasawuf, Q. S. al-Baqarah: 183.

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial yang padanya pikiran (akal) dan perasaan

(hati). Keberadaan dari dua hal di atas telah menghadirkan lingkungan yang

positive dan negative. Dua kondisi lingkungan tersebut telah dipengaruhi oleh

kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah Swt. Apabila telah

terjalin kedekatan yang kuat antara diri seorang hamba kepada Tuhannya,

Page 2: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

2

maka lingkungan di sekitarnya akan bernuansa positive atau penuh kedamaian

dan kesejahteraan. Namun, apabila tidak terjalin, maka yang akan terjadi di

sekitar lingkungannya berupa kondisi yang negative seperti, ketidak-adilan

yang disebabkan nuansa kehidupan di sebagian besar masyarakat dunia dalam

beraktivitas yang penuh dengan kerakusan dan kesombongan. Hal tersebut

menjadi kajian utama yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan yang

berjudul hakikat puasa ramadhan dalam persfektif tasawuf (tafsir Q.S Al-

Baqarah: 183).

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pendidikan, kepedulian

social dan bulan yang penuh dengan kepekaan diri seorang hamba atas intruksi

Allah Swt. Bagian yang terakhir, merupakan bagian utama yang ingin

dijangkau oleh kalangan hamba Allah Swt., di bulan yang berisikan rahmat,

maghfirah dan pelepasan atau menjauhkan siksa api neraka bagi yang

berpuasa. Ramadhan identic dengan puasa dan merupakan jargon utama dari

aktivitas ibadah lainnya yang dilakukan oleh seorang hamba Allah Swt. Oleh

karena itu, puasa akan memberikan pendidikan, kepedulian sosial, dan jalan

menuju kedekatan diri seorang hamba kepada Allah Swt., melalui kepekaannya

dalam menghubungkan makna ibadah yang telah dilakukannya dengan kondisi

perbuatan individu dan sosialnya sehari-hari.

Oleh karena itu, tulisan yang berjudul Hakikat Puasa Ramadhan dalam

Persfektif Tasawuf (tafsir Q.S Al-Baqarah: 183) akan mencoba menjembatani

kondisi zaman know yang penuh dengan kebimbangan dari sikap seorang

hamba yang beribadah, satu sisi ia berpuasa ramadhan namun, tetap

menguasai sifat yang rakus dan sombong. Tulisan ini akan membahas

pengertian tasawuf dan tujuannya, ramadhan dan hikmahnya, serta korelasi

puasa ramadhan dengan tasawuf sebagai wujud makna tafsir Al-Baqarah: 183

dengan puasa ramadhan, dan empat makna hakikat puasa ramadhan dalam

kacamata tasawuf sesuai surat Al-Baqarah:183.

Page 3: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

3

B. Pengertian tasawuf dan tujuannya

Untuk mengenal tasawuf maka pembaca harus mengawalinya dengan

mengetahui dari pengertian tasawuf serta tujuan bertasawuf. Mengetahui

pengertiannya dan tujuannya akan mengantarkan pembaca kepada pemahaman

hakikat tasawuf dan mampu menyandingkannya dengan pemahaman hakikat

keislaman. Dua kajian sandingan antar tasawuf dan keislaman akan menjadi

kaji utama dalam sub bab ini.

1. Pengertian tasawuf

Tasawuf adalah suatu kajian keilmuan yang membahas tentang pelatihan

jiwa dan penemuan hati serta perbuatan batini seorang hamba. Ibn Qayyim

al-Jauziyyah menempatkan pembahasan tasawuf dalam diri seorang hamba

kepada suatu aplikasi perbuatan perilakunya di bumi kepada membuktikan

dirinya sebagai wakil Tuhan. Oleh karena itu, pengertian tasawuf yang

diyakininya adalah kedekatan seorang hamba tersebut kepada Tuhan dan

melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya dengan

keikhlasan.1 Tasawuf adalah kecintaan seorang hamba dalam menjalani

kehidupannya dengan budi pekerti yang telah diperbaiki (dari ketidak

muliaan kepada kemuliaan tingkah laku.pen) dan kebersihan bathin.2

Tasawuf menurut Ibn Khaldun adalah semacam ilmu syar`iyah yang

timbul kemudian di dalam agama. Asalnya ialah bertekun beribadat dan

memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah

semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang

selalu mendaya orang banyak, kelezatan harta benda, dan kemegahan. Dan

menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadat.3 Tasawuf dapat

dipahami sebagai suatu keilmuan yang mengantarkan seorang manusia

untuk berbudi pekerti yang mulia dan menuju kehambaan dirinya kepada

Allah Swt., sehingga memperoleh kedekatan diri seorang hamba kepada

Allah Swt. Kedekatan dirinya memberikan kemampuan pengendalian yang

1Safria Andy, Hati (Qalb) dalam Pemikiran Tasawuf Ibn Qayyim Al-Jauziyyah,

Disertasi, Medan: IAIN Pascasarjana, 2012), Bab. IV, h. 4 2Lihat, Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pt. Pustaka Panjimas, 2005), h.3

3Ibid., h. 13

Page 4: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

4

seksama akan segala bentuk fasilitas dunia sehingga dunia digunakan untuk

memperoleh cinta Allah Swt.

Al-Junaid berkata: “ Tasauf ialah keluar dari budi, perangai yang tercela

dan masuk kepada budi, perangai yang terpuji.”4 Tasawuf menurut Bashir

Al-Haris adalah, “As-Şūfi man Şāfa Qalbuhu.” Orang sufi ialah yang telah

bersih hatinya semata-mata untuk Allah. Adapun Syaikh al-Islam Zakāria

al-Anşāri mengulaskan tentang tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-

hal tentang cara mensucibersihkan jiwa, tentang cara memperbaiki akhlak

dan tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai

kebahagiaan yang abadi. 5

Kata tasawuf diambil dari kata şāfa yang berarti

bersih.6 Dinamakan şufi karena hatinya tulus dan bersih dihadapan

Tuhannya.7

Pernyataan tentang tasawuf, dapat dipahami bahwa istilah sufi dapat

dikaitkan dengan dua hal, yaitu lahiriyah dan batiniah. Pernyataan yang

menghubungkan kaum sufi dengan peraktek kehidupannya berada di

serambi mesjid dan menggunakan pakaian sederhana yang terbuat dari bulu

domba adalah hal yang lahiri. Mereka telah dianggap sebagai orang-orang

yang meninggalkan dunia dan keinginan dalam memenuhi kebutuhan

jasmani yang mewah dan hanya menggunakan dunia sebagai pemenuhan

kebutuhan pokoknya saja. Adapun pernyataan kaum sufi yang berada di

dalam hati yang tulus dan suci adalah menghubungkan mereka kepada jalan

menuju keistimewaan dihadapan Tuhan dan menitikberatkan pada hal yang

batini.8

4Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: PT. Pustaka Panimas, 2005), h. 13

5Safria Andy, Hati…., h. 4 lihat juga, Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h. 45. 6Al-Kalābażi, al-Ta`ārruf lī Mażhab ahl al-Taşawuf (Kairo: al-Maktabat al-Kulliyyat

al-Azhāriyyah, 1969), h. 28 7Ibrāhīm Bāsumi, Nasy`at al-taşawuf al-Islāmi (Kairo: Dār al-Ma`ārif, 1119), Juz III, h.

9 8Safria Andy, Hati……, h. 5

Page 5: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

5

2. Tujuan Tasawuf/bertasawuf

Setiap kegiatan dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari sebuah

tujuan dan tujuan akan terpenuhi dengan diawali oleh niat. Begitu juga

dalam bertasawuf, tidak akan pernah lepas dari kegiatannya akan sebuah

tujuan.

Tujuan bertasawuf adalah mengantarkan seorang hamba Allah Swt

kepada suatu perbuatan yang mulia, yaitu perbuatan yang penuh kesadaran

bahwa seorang manusia hanya sebagai hamba Allah Swt dan melakukan

segala perintahNya dengan kecintaannya kepada Allah yang Mahaesa.

Seorang hamba akan hadir dalam berbuat dengan perbuatan yang berakhlak

mulia, karena hakikat akhlak mulia seorang hamba adalah pengakuan diri

bahwa hanya Allah Swt satu satunya Tuhan. Tuhan adalah sosok yang

dipuji dan dipuja serta yang diperebutkan oleh para pecinta-Nya, sehingga

segala fasilitas dunia yang menggoda tidak akan mampu mengendalikan diri

seorang hamba untuk menjauhkan dirinya dari Allah Swt.

Syekh Abd Qadir Isa dalam buku yang berjudul hakikat at-Tasawuf

menerangkan bahwa tujuan bertasawuf adalah membangun akhlak yang

mulia dalam diri seorang hamba. Kajian di atas dapat dipahami bahwa

dengan bertujuan untuk membangun akhlak mulia sorang hamba akan

menjadikannya sesosok hamba yang legowo akan kenyataan yang

dihadirkan oleh Allah Swt., sebab, hal tersebut sebagai bukti kecintaan

seorang hamba sehingga ia tidak pernah merasa terbebani pada segala

intruksi Allah Swt dan terbuai dengan segala pemberian kenikmatan dari-

Nya. Semua intruksi dan pemberian akan dipahami sebagai wujud rasa

syukur oleh seorang hamba kepada Allah Swt., yang pemberian tersebut

merupakan wujud kecintaan Allah Swt terhadap dirinya sebgai hamba dan ia

harus membuktikan bahwa iapun turut mencintai Allah Swt.

C. Pengertian Puasa dan Ramadhan

Puasa adalah bagian ibadah kedua setelah sholat dalam rukun Islam.

Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan.

Page 6: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

6

Puasa tidak hanya di masa Rasulullah Saw., namun juga telah ada sejak di

masa Nabi Musa As., meskipun tidak ada ketentuan di Taurat, Jabur dan Injil

tentang peraturan akan waktu dan bilangan dalam berpuasa. Nabi Musa As.,

pernah berpuasa selama 40 hari, sampai saat ini para kaum yahudi tetap

mengerjakan puasa meskipun tidak ada ketentuan, seperti puasa selama

seminggu untuk mengenang kehancuran Jerusalem dan mengambilnya

kembali, puasa hari kesepuluh pada bulan tujuh menurut perhitungan mereka

dan berpuasa sampai malam.9 Intinya dari berbagai puasa yang dikerjakan

adalah mengacu kepada tujuan perbaikan diri dari kesalahan yang pernah

diperbuat dan pencegahan diri agar tidak terjadi lagi kesalahan tersebut.

Kesalahan di atas muncul disebabkan dua syahwat yang mempengaruhi

kehidupan manusia; syahwat faraj atau seks dan syahwat lapar. Apabila kedua

syahwat tersebut tidak terkendali maka akan terjadi kesalahan-kesalahan yang

dilakukan oleh manusia. Kesalahan yang berawal dari kerakuasan dan

kesombongan. Hal ini akan dijelaskan secara rinci di bagian sub bab empat

hikmah ramadhan. Untuk lebih jelas tentang puasa akan dijabarkan di kalangan

beberapa mufassir tentangnya.

1. Pengertian Puasa

Menurut Ibn Kasir, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan

berjimak disertai niat yang ikhlas karena Allah Yang Mahamulia dan

Mahaagung karena puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan,

dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak

yang rendah.10

Oleh karena itu puasa meningkatkan penyembuhan sifat

rakus dan sombong manusia yang awalnya telah diobati dengan sholat

melalui ruku dan sujud agar manusia jujur tentang akan siapa dirinya dan

tidak melakukan kerusakan karena kerakusan dan kesombongannya.

9Lihat, Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jld I (Jakarta: Gema Insani, 2015), cet. I, h.

340 10

Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, terj. Budi Permadi, Jld. I

(Jakarta: Gema Insani, 2011), cet. I, h. 221-222

Page 7: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

7

Puasa juga dapat mensucikan badan dan mempersempit gerak setan.11

Pada permulaan Islam, puasa dilakukan tiga hari pada setiap bulan.

Kemudian pelaksanaan itu dinasakh oleh puasa pada bulan Ramadhan.12

Dari muadz, Ibnu Mas`ud, mengatakan bahwa puasa ini senantiasa

disyariatkan sejak zaman Nuh hingga Allah menasakh ketentuan itu dengan

puasa Ramadhan.13

Menurut Tafsir Jalalain, puasa dapat membendung

syahwat yang menjadi pokok pangkal dan biang keladi maksiat.14

Buya

Hamka menjelaskan puasa adalah upaya pengendalian diri seorang hamba

terhadap dua syahwat dirinya yaitu syahwat seks dan syahwat perut yang

bertujuan untuk mendidik iradat atau kemauan dan dapat mengekang nafsu.

Keberhasilan pengendalian diri tersebut akan mengangkat tingkatnya

sebagai manusia.

Pengendalian diri merupakan kesabaran dalam menahan muatan

kemauannya yang berlebihan, karena sabar adalah bagian dari puasa.

Pengendalian diri menuju kesabaran dalam menahan diri dari muatan

kemauan manusia yang berlebihan adalah dilandasi oleh niat. Niat, yaitu

perbuatan yang diniatkan karena Allah merupakan kajian pokok dalam

membawa seorang yang berpuasa pada maqam atau kedudukan bertakwa,

karena dilandasi oleh keimanan dan ia siap untuk diperintah oleh Allah yang

Maharahman. Orang yang beriman akan terlihat manakala ia siap menerima

perintah dari Tuhannya tanpa memnadang berat atau ringannya perintah

tersebut dan hal itu dinyatakan sebagai wujud kepatuhan dan bukti

keimanan. Niat juga merupakan penjelasan nyata kepada seorang hamba

untuk mampu berbuat tanpa ada rasa ragu dan takut, sebab niatnya kepada

Allah sebagai Tuhannya telah menghapuskan keraguan dan ketakutan

sehingga setiap perbuatannya hadir dengan kecintaan. Maksimal dan tidak

maksimal yang dilakukan tidak menjadi pikiran seorang hamba, sebab yan

11

Lihat Ibid., h. 222 12

Ibid. 13

Ibid. 14

Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Sayuti, Tafsir Jalalain, terj.

Bahrun Abu Bakar, Jld I, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet.kedelapan, h. 93

Page 8: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

8

ia lakukan adalah sebatas dengan usahanya dan kesadaran dirinya sebagai

hamba yang tidak luput dari lupa dan salah. Atas usahanya telah menjadikan

dirinya berbuat hanya dengan pikiran karena Allah Swt., dan serta merta

telah lahir rasa kecintaan mendalam dirinya dengan Allah Swt.

Perbuatannya berjalan lancar dengan tanpa kerguan dan ketakutan karena

semua urusan telah dipulangkannya kepada Allah yang Maharahman

sebagai pencipta seluruh alam beserta isinya.

Pernyataan di atas merupakan hal yang menjadi pemikiran akan

terhubungnya puasa dengan empat hikmah puasa ramadhan dalam

perspektif tasawuf (tafsir Q.S al-Baqarah: 183).

2. Ramadhan (dtgnya penyadaran kerakusan dan kesombongan mns dgn

kejujuran dll)

Ramadhan merupakan salah satu dari daftar bulan dalam tahun hijriyah.

Ramadhan memiliki makna yang khas dalam perjalanan kewahyuan. Di

samping maknanya secara bahasa adalah terik atau panas dan kekeringan

arti dari kata ramadhan berasal dari kata ramida.15

Terik dan panas bulan

tersebut menyesuaikan diri dengan kondisi batini para orang yang berpuasa

yang merasakan keterterikan dan kepanasan bulan tersebut meskipun cuaca

di bulan itu hujan namun mulut tetap kering dan kondisi batin sungguh

panas saat saat pengendalian emosi seorang yang berpuasa dalam

mengendalikan nafsu makan dan nafsu seksnya serta mengendalikan

amarahnya. Kajian di atas memberanikan penulis untuk menyimpulkan

hubungan makna terminology dengan makna etimologi dari kata ramadhan

serta mengkaitkannya secara filosopis dan sufistik.

Ramadhan dalam tafsir surat Al-Baqarah: 185 dijelaskan bahwa

ramadhan merupakan bulan untuk permulaan turunnya wahyu Al-Quran

yang mengandung 114 surah dan terdiri dari 6236 ayat yang turun di bulan

15

Ramadhan –Wikepedia, https://id.m.wikipedia.org lihat juga, Muslim-Ibn-Habbaj,

Abul-Hussain, “Shahih Muslim”- Book 006 (The Book of Fasting), Hadith 2391”.

Hadithcolection.com. diakses tgl 25 July 2012

Page 9: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

9

tersebut.16

Korealasinya dengan puasa adalah terletak pada intruksi berpuasa

bagi para orang yang beriman dan puasa yang jatuh bulan ramadhan

merupakan bulan yang juga diwajibkan berpuasa. Ramadhan juga

merupakan bulan yang dihadirkan wahyu wahyu Allah Swt karena

kewahyuan tersebut untuk orang yang beriman dan menuju keimanan

kepada Allah Swt. Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia dan penjelas

dari petunjuk (bayyinatin minalhuda); petunjuk sejati diantara dua petunjuk

yang ada, seperti petunjuk untuk berbuat baik dan berbuat buruk, maka yang

mana yang mengantarkan kepada hakikat petunjuk tersebut. Hakikat

petunjuk yang sejati akan mengantarkan kepada pemahaman tentang

perbedaan (Furan), yaitu perbedaan antara hak dan bathil. Petunjuk sejati

yang mengantar kepada kebaikan dan kebenaran adalah kebenaran yang

merupakan hakikat petunjuk itu sedangkan yang mengarah kepada

keburukan merupakan perbuatan yang bathil, demikianlah yang dimaksud

dengan wa al-furqan.

Keseriusan kajian dalam makna ramadhan yang berawal dari kehadiran

perintah berpuasa bagi orang yang beriman dan turunnya kewahyuan

merupakan kajian inti dalam keislaman untuk memberikan jalan bagi

umatnya agar selamat dari kehancuran dari masa kering dan panas; kering

dan panas dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia yang menggoda

dan menahannya dengan hanya karena Allah Swt sehingga semua

permasalahan terselesaikan dan segala persoalan terjawabkan. Kehancuran

tersebut muncul dari dua sifat jelek manusia yaitu kerakusan dan

kesombongan.

D. Empat Hikmah Puasa Ramadhan bagi Kehidupan Sosial (korelasi

tasawuf dengan ibada puasa ramadhan)

Muatan hikmah di bulan Ramadhan dalam ibadah puasa adalah bertujuan

untuk memberikan penyembuhan penyakit rakus dan sombong seorang

hamba dengan secara maksimal. Dua sifat di atas hadir dikarenakan volume

16

Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar……… h. 346

Page 10: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

10

kelupaan dan kesalahan manusia yang membesar dan tidak terbendung. Oleh

karena itu, hikmah dalam ibadah puasa di bulan Ramadhan ini akan

menjelaskan empat hal yang mampu mendukung upaya pengobatan dua sifat

buruk tersebut sehingga tradisi kelupaan dan kesalahan yang permanen tidak

akan bertahan dalam diri seorang hamba dan akan mendukung metode

pengobatannya melalui sholat dengan gerakan rukuk dan sujud.

1. Kejujuran

Kehidupan dalam bermasyarakat tidak lepas dari komunikasi. Dalam

berkomunikasi memerlukan keselarasan antara dua komunikan sehingga

membangun kondisi bermasyarakat yang kondisonil, efektif dan efisien,

atau dalam bahasa Islamnya kondisi yang rahmatan lil alamin. Baik di

masa keluarga Nabi Adam As sampai masa umat Nabi Muhammad Saw.,

membutuhkan komunikasi yang selaras. Komunikasi tersebut dapat

dibangun dengan kejujuran yang dimiliki oleh komunikan, sehingga

mampu membangun kondisi di atas.

Kejujuran merupakan suatu sifat yang menyadari akan siapa dirinya dan

ia berbuat dengan sesuai apa yang menjadi kodratnya, sehingga ia

menyampaikan kata, perbuatan dan tindakan sesuai dengan apa yang

dinyatakan dari yang memberinya amanat. Kejujurannya akan

mengantarkan dirinya kepada kepercayaan seseorang untuk memberikan

amanah kepadanya karena ia memiliki sifat yang amanah yang hadir dari

kejujuran dirinya. Sebagaimana Rasulullah Saw., pernah bersabda yang

artinya, bagimulah berlaku jujur, karena kejujuran akan mengantarkanmu

kepada kebaikan dan kebaikan akan membawamu kepada surge

(kebahagiaan)….

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa kejujuran dapat mengantarkan

kebaikan dan kebaikan membawa kepada surge (kebahagiaan), yaitu

kejujuran dalam arti kesadaran seorang manusia bahwa dirinya adalah

hamba bukan Tuhan. Kesadaran tersebut memotivasi dirinya untuk selalu

mengikuti petunjuk Allah Swt., melalui penyampaian Nabi dan Rasul-Nya,

Page 11: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

11

yaitu Muhammad Saw., sehingga kebaikan berada disisinya dan

kebahagiaan akan menjadi jubah istimewanya.

Hubungan kejujuran dengan puasa ibadah Ramadhan adalah puasa

menyadarkan dirinya sebagai seorang hamba bukan seorang yang

berpredikat dunia;penguasa, pejabat dan predikat dunia lainnya. Meskipun

ia berpredikat dunia namun sejatinya ia tetap menempatkan diri sebagai

yang berpredikat hamba dan merupakan predikat sejatinya. Dengan puasa

yang dilaksanakan di bulan di mana diturunkan Al-Quran (kumpulan

kewahyuan Allah Swt) telah mengingatkan dirinya bahwa yang menjadi

predikat termulia dan tertinggi serta tidak tertandingi di antara makhluk

adalah pedikat Tuhan, yaitu Allah yang Maharahman tidak yang lainnya

sama sekalipun. Hal di atas terlihat dari bukti perbuatan saat seorang

hamba Allah Swt., melakukan puasa Ramadhan dan puasa lainnya saat ia

berada sendirian. Tentunya ia mampu melakukan penipuan dengan

meminum setetes atau seteguk dari minuman yang ia punya, namun ia

mengakui bahwa Allah melihatnya dan tentunya ia telah melakukan

penipuan pada dirinya sendiri karena ia telah membatalkan puasanya

meskipun tidak ada satupun manusia atau seorang hamba

menyaksikannya.

Oleh karena itu, hakikat kejujuran adalah kesadaran seorang manusia

bahwa dirinya bukan siapa-siapa akan tetapi adalah sebagai seorang

hamba. Apapun predikatnya di dunia, maka ia tetap sebagai seorang

hamba Allah sehingga perbuatan yang dilakukannya adalah untuk mencari

dan memperoleh keridoan dan kecintaan Allah Swt. Sikap seorang hamba

yang jujur akan mengantarkan kedamaian dan menjauhkan dirinya dari

kerakusan dan kesombongan. Kerakuasan hadir karena penutupan

kesadaran dirinya (bahwa dia hanya seorang hamba meskipun predikat

dunianya adalah sebagai raja) dan melakukan penganiayaan terhadap

orang lain (rakyatnya) dengan mengambil hak mereka. Sadar maupun

tidak sadar, ia telah menuhankan fasilitas dunia sehingga ia rakus dan

ingin memperoleh keseluruhannya tanpa memperdulikan bahwa ada hak-

Page 12: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

12

hak orang lain di dalamnya. Begitu juga kesombongan, kelupaan seorang

manusia akan siapa hakikat dirinya telah membuat dirinya sombong dan

merendahkan orang lain yang tidak selevel dengannya. Hal di atas telah

dihanguskan oleh kejujuran dan kejujuran turut dilatih dengan berpuasa

yang diawali di bulan Ramadhan sebagai puasa wajib dan kedepan akan

diikuti oleh puasa sunat berikutnya bagi yang mengindahkan nikmatnya

kejujuran tersebut bagi kehidupan individu dan social.

Kejujuran di atas merupakan suatu sifat dan sikap yang perlu

diberdayakan di kalangan masyarakat agar terlepas dari kehancuran dan

kebobrokan moral. Oleh karena itu, puasa diwajibkan kepada ummat Nabi

Muhammad Saw., beserta ummat ummat sebelumnya agar terbangun sifat

kejujuran dalam setiap sikapnya dan membangun kondisi rahmatan lil

alamin. Kejujuran tersebut akan merwat teks kewahyuan dan hakikat

intruksi dari Allah yang Maharahman, sebab hamba yang jujur akan

terlepasa dari kerakuasan yang bisa berdampak negative sehingga

ujungnya melanggar larangan Allah Swt begitu juga hamba yang jujur

akan terlepasa dari sifat sombong sebab kesadarannya mengantarkan

dirinya bahwa ia tetap sebagai hamba yang tidak luput dari salah dan lupa

sehingga fasilitas dunia tidak akan mampu merubahnya untuk

meninggalkan perintah Allah Swt dan melanggar larangan-Nya

dikarenakan seorang hamba senantiasa bergantung diri kepada Allah Swt.

2. Pengakuan kepemilikan Allah Swt

Puasa Ramadhan memberikan sentuhan yang halus dan lembut kepada

setiap hamba Allah Swt untuk menyadari bahwa langit dan bumi beserta

isinya adalah ciptaan Allah Swt dan otomatis adalah milik-Nya. Hal

tersebut terbukti dalam pelaksanaan puasa melalui penahanan makan dan

minum, karena setelah datang intruksi haram untuk minum dan makan

(alias batal puasanya) ia tidak dapat meminum dan memakan minuman

dan makanan yang dinyatakan dan dipersaksikan bahwa keduanya adalah

miliknya. Kesadaran bahwa harta yang dianggap adalah milik kita ternyata

bukanlah milik kita dan hanya titipan sementara selama di dunia.

Page 13: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

13

Pendidikan tersebut diwajibkan kepada kita setiap tahun sebagai teguran

agar kita tidak kembali dan larut dalam kelupaan dan melakukan

kesalahan. Teguran tersebut diteruskan oleh pecinta Allah Swt dengan

melakukannya di puasa sunnah seperti enam syawal, senin dan kamis juga

puasa sunnat lainnya. Kegiatan puasa sunnat tersebut sebagai kekuatan

perasaan yang besar antara seorang hamba dengan Allah Swt., sehingga

hari-hari dan waktunya diingatkan oleh kesadaran diri bahwa segala yang

ada berupa harta dan fasilitas dunia lainnya adalah milik Allah Swt., bukan

miliknya dan hanya titipan Allah untuknya. Hal di atas terbukti saat

seorang hamba yang berpuasa dan memiliki banyak uang serta sanggup

membeli ratusan botol minuman mineral, namun ketika sudah terbeli dan

waktu masaih dalam berpuasa ternyata ia tidak bias mencicipi hanya

setetes saja dari “yang dikira selama ini bahwa air mineral tersebut sudah

menjadi miliknya, bila ia mencicipinya maka telah batal puasanya”.

Kesadaran seorang hamba bahwa segala harta dan fasilitas dunia lainnya

yang ada padanya bukan miliknya akan memberikan belaian kesejukan

dalam menjalani hari dan bulan berikutnya dengan kedamaian, sebab

menyadari bahwa semua adalah milik Allah Swt. Kesadaran tersebut

membuat dirinya berhati-hati dalam mengelola milik Allah Swt., dan

menampilkan pengelolaan yang teristimewa untuk memperoleh ridho dan

kecintaan Allah Swt., pada dirinya.

3. Kesadaran akan Kelemahan diri dan Kuat dengan Pertolongan Allah yang

Mahasuci

Dengan berpuasa telah menyadarkan seorang hamba bahwa ia

merupakan makhluk yang lemah. Apakah ia seorang pejabat besar,

seorang penguasa yang Berjaya dan penguasa yang kaya raya bahkan

seorang juara dalam beladirinya, maka ia akan lemah saat setengah

perjalanan berpuasa dan merasakan haus, lapar dan serbuan godaan

sayahwat untuk ia terdorong dalam berbuka. Sesungguhnya, hal tersebut

telah menyadarkannya bahwa tidak ada celah baginya untuk menyatakan

dirinya adalah makhluk yang kuat tanpa pertolongan Allah Swt.

Page 14: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

14

Pertolongan terebut dating saat azan maghrib berkumandang dan

kesadaran seorang hamba akan meningkat bahwa disamping pengakuan

bahwa dirinya sebagai makhluk yang lemah juga mengakui bahwa ia bias

menjadi kuat dengan pertolongan dan ijin Allah yang maharahmah.

Kesadaran tersebut akan memberikan rasa kehati-hatian seorang hamba

Allah Swt., untuk berbuat di setiap nafas kehidupanya, sehingga

perbuatannya senantiasa mendatang rahmat bagi alam semesta karena

perbuatannya dilandasai oleh akhlak yang mulia.

Oleh karena itu, kesadaran tersebut akan menjadi control saat seorang

hamba bertahta, berkuasa dan berwanita di muka bumi, dengan

keteladanan dalam dirinya menjadikan perjalanan hidupnya sebagai wakil

Tuhan yang Mahakuasa dan keberadaan seorang hamba tersebut akan

menjadi penyejuk bagi alam semesta dan isinya di manapun ia berada.

4. Kesadaran akan Mulut yang Berdosa

Dalam beberpa tahun belakangan, bahwa bau mulut seorang yang

berpuasa telah menjadi keresahan bagi orang-orang yang berada

disekitarnya. Tidak sedikit iklan menyangkan upaya untuk menghilangkan

rasa bau mulut tersebut. Sesungguhnya, bau mulut bagi yang berpuasa

telah dikodratkan bagi yang berpuasa bahwa ia untuk berhati-hati dalam

berkata-kata terutama dalam menghina dan memfitnah diri orang lain.

Hinaan dan fitnaahan yang dilemparkan kepada orang lain tersebut seperti

bau mulutnya sehingga menjadi hal yang sangat memalukan. Padahal,

tujuan Allah Swt., memberikan bau mulut tersebut kepad orang yang

berpuasa agar ia sadar bahwa bias saja ia juga bias dihina dan difitnah atau

bias saja dia berbuat hal yang hina dan mengundang orang untuk berbuat

fitanah pada dirinya atau mengundang dirinya untuk menjadi fitnah.

Kajian kesadaran seorang hamba bahwa bau mulut tersevut mengingatkan

kita kepada hal yang hina maka kita akan terhenti untuk menghina diri

orang lain sebab kehinaan tersevut juga bias hadir pada diri kita. Akhirnya

orang yang berpuasa akan selamat dari melakukan hal- hal yang hina dan

menghina orang lain di sekitarnya.

Page 15: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

15

Rasaulullah Saw., pernah bersabda “bau mulut orang yang berpuasa di

akhirat nanti seperti wangi minyak miski”. Sebagian besar manusia

terutama hamba Allah Swt., memahaminya secara tektual sehingga

menutup kemungkinan maksud hadis tersbut dan menganggap hadis ini

tdk masuk akal. Padahal, maksud hadis tersebut jelasa dengan

memahaminya secara kontekstual, yaitu dengan menjaga mulut kita untuk

melakukan peghinaan kepada orang lain dan menyadari bahwa kita juga

bias dihina oleh orang lain, maka akan membuatnya untuk berkata-kata

hanya yang baik-baik saja. Hal tersebut dikuatkan oleh hadis Rasulullah

Saw., yang artinya “barang siapa yang mengakui dirinya beriman kepada

Allah Swt dan hari akhirat maka berkatalah yang baik atau diam”.

Dari keempat hikmah puasa Ramadhan di atas teelah mengantarkan

seorang hamba untuk berakhlak mulia dalam setiap perbuatannya sehingga

menjadi teladan bagi setiap makhluk Allah Swt., terutama manusia dan jin. Hal

tersebut yang telah dibuktikan oleh Allah Swt dalam penjeleasan surat nasrulla

yang berbunyi “..waraitannasa sayadkhuluna fi diinillahi afwajaa...”. Akhlak

menjadi tujuan utama seorang hamba dalam beragama karena akhlak dapat

menentukan hasil dari perbuatannya. Bila baik akhlaknya maka baik pula hasil

perbuatannya dan kebahagiaan yang akan dirasakan oleh seorang hamba.

Sebaliknya, bila buruk akhlaknya maka buruk pula hasil perbuatannya.

Oleh karena itu, seorang hamba harus menyadari bahwa menyadari

bahwa seorang hamba memiliki kehinaan dan dengan berpuasa (terutama

Ramadhan) ia meraup kehormatan dari Allah Swt yang Maharahman.

E. Penutup

Berpuasa merupakan metode Islam dalam rukunnya untuk memberikan

kekuatan kepada manusia untuk berbuat mulia dengan pendidikannya,

berkepedulian social yang tinggi dan peka dalam menghubungkan setiap

ibadah dengan kecintaannya kepada Allah Swt. Berpuasa juga diwajibkan

kepada orang-orang sebelum ummat Nabi Muhammad Saw. Hal tersebut

bertujuan untuk mendukung program penuhanan seorang manusia kepada

Page 16: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

16

Allah Swt., (sehingga menjadi hamba-Nya) untuk mengingatkan dirinya

bahwa ia adalah makhluk yang tidak luput dari lupa dan salah. Kelupaan dan

kesalahan akan melahirkan kerakusan dan kesombongan sehingga menciptakan

kerusakan di bumi.

Oleh karena itu, puasa diwajibkan dan ditempatkan puasa tersbut di masa

Nabi Muhammad Saw., di bulan yang mulia, yaitu ramadhan agar kemuliaan

juga akan bersarang di diri seorang hamba Allah Swt. Ramadhan adalah bulan

diturunkan oleh Allah Al-Quran (kumpulan teks kewahyuan-Nya) dengan

ramdhan yang bermakna terik dan panas secara kontekstual bulan yang penuh

dengan pendidikan maka dihadirkan pendidikan kewahyuan untuk panggilan

keimanan dan pemantapan keyakinan serta munculnya kecintaan seorang

hamba kepada Allah Swt. Dengan korelasinya dengan tasawuf melalui

kesadaran seorang hamba dengan untuk berlaku jujur, mengakui kepemilikan

Allah akan alam semesta beserta isinya, mengakui seorang hamba adalah

makhluk yang lemah dan kuat dengan pertolongan Allah serta menyadari

bahwa seorang hamba memiliki kehinaan dan dengan berpuasa ia meraup

kehormatan dari Allah Swt yang Maharahman. Kumpulan keempat hikmah

puasa ramdhan di atas akan menempa seorang hamba yang berakhlak mulia,

karena hakikat keislaman adalah pembentukan akhlak mulia pada hamba Allah

Swt.

Page 17: Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf (Tafsir ...Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Jurnal Ibn Abbas 6 Puasa tidak hanya di masa Rasulullah

Jurnal Ibn Abbas

17

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kalābażi, al-Ta`ārruf lī Mażhab ahl al-Taşawuf (Kairo: al-Maktabat al-

Kulliyyat al-Azhāriyyah, 1969),

Andy, Safria, Hati (Qalb) dalam Pemikiran Tasawuf Ibn Qayyim Al-Jauziyyah,

Disertasi, Medan: IAIN Pascasarjana, 2012), Bab. IV,

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, terj. Budi Permadi,

Jld. I (Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. I,

As-Sayuti, Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain, terj.

Bahrun Abu Bakar, Jld I, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010),

Cet.kedelapan,

Bagir, Haidar, Epistemologi Tasawuf, (Bandung: Mizan, 2017), Cet. I

Bāsumi, Ibrāhīm, Nasy`at al-taşawuf al-Islāmi (Kairo: Dār al-Ma`ārif, 1119),

Juz III,

Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pt. Pustaka Panjimas, 2005),

…………, Tafsir Al-Azhar, Jld I (Jakarta: Gema Insani, 2015), Cet. I,

Isa, Syekh Abdul Qadir, Hakekat Tasawuf, penerj. Khairul Amru Harahap dkk,

(Jakarta: Qisti Press, 2017), cet. Ke-15

Kadir Riyadi, Abdul, Arkeologi Tasawuf: Melacak Jejak Pemikiran Tasawuf dari

Al-Muhasibi hingga Tasawuf Nusantara, (Bandung: Mizan, 2016), Cet. I

Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1995), h. 45. h. 93

Ramadhan –Wikepedia, https://id.m.wikipedia.org lihat juga, Muslim-Ibn-

Habbaj, Abul-Hussain, “Shahih Muslim”- Book 006 (The Book of Fasting),

Hadith 2391”. Hadithcolection.com. diakses tgl 25 July 2012