Hakikat Fitrah Dan Citra Manusia
-
Upload
andee-tjan -
Category
Documents
-
view
89 -
download
8
Transcript of Hakikat Fitrah Dan Citra Manusia
HAKIKAT FITRAH DAN CITRA MANUSIA DALAM PSIKOLOGI ISLAM
Oleh: Ikwan Lestari
Salah satu perbedaan utama ajaran-ajaran Islam dengan ajaran agama-agama lain, aliran-
aliran filsafat modern dan aliran-aliran psikologi modern adalah tentang sifat asal manusia. Islam
mempercayai bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah.
Fitrah adalah sesuatu yang telah menjadi bawaannya sejak lahir. Fitrah manusia yaitu
mempercayai dan mengakui Allah sebagai Tuhannya. Konsep fitrah tersebut merupakan citra
unik yang dimiliki manusia, yang mana menjadi landaan bagi konstruksi psikologi Islam.
Secara etimologi, fitrah berarti penciptaan atau “terbukanya sesuatu dan melahirkannya”.
Sedangkan menurut makna nasabi (pemahaman dari beberapa ayat dan hadits nabi), fitrah dapat
diartikan sebagai berikut : al-thuhr (suci), al-din al-islamiy (potensi ber-Islam), Tauhid Allah
(mengakui keesaan Allah), al-salamah (kondisi selamat) dll.
Berdasarkan makna etimologi dan nasabi maka dapat disimpulkan bahwa secara
terminologi fitrah adalah citra asli yang dinamis yang terdapat pada sistem-sistem psikofisik
manusia, dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk tingkah
laku.http://rifacons.wordpress.com/2009/02/19/hakikat-fitrah-dan-citra-manusia-dalam-
psikologi-islam/Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam) Citra unik
tersebut telah ada sejak awal penciptaannya.
Ada beberapa pendapat tentang fitrah manusia yaitu :
A. Pandangan Fatalis
Pandangan fatalis mempercayai bahwa setiap individu, melalui ketetapan Allah Azza wa
jalla adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya
atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. (Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia : seri
psikologi islami)
Ibnu Mubarak sebagai tokoh utama pandangan ini menafsirkan suatu hadits bahwa anak-
anak orang-orang musyrik terlahir dalam keadaan kufur atau iman (Yasien Mohamed, Insan
yang suci : Konsep Fitrah Islam, penterjemah : Masyhur Abadi). Adapun syaikh Abdul
Qodir Jailani, tokoh populer pandangan ini mengungkapkan bahwa seorang pendosa akan
masuk surga jika hal itu menjadi nasibnya yang telah ditentukan Allah Azza wa jalla
sebelumnya.
B. Pandangan Netral
Ulama yang paling representatif yang menganut pandangan netral ini adalah Ibn ‘Abd Al-
Barr. Ia memandang keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun pada saat kelahiran ini suatu
kondisi “kosong” yang suci, suatu keadaan sempurna atau utuh, tetapi kosong dari suatu
esensi yang baik atau yang jahat. Menurut pandangan ini, iman (kebaikan) atau kufur
(keburukan) hanya mewujud ketika anak tersebut mencapai kedewasaan (taklif). Setelah
mencapai taklif, seseorang menjadi bertanggung jawab atas perbuatannya.
C. Pandangan Positif
Tokoh pandangan positif ini yaitu Ibnu Taimiyyah, Ibu Qayyim al-jauziyah (klasik),
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mufti Muhammad Syafi’i dll.
Menurut Ibnu Taimiyyah semua anak terlahir dalam keadaan fitrah; dalam suatu keadaan
kebajikan bawaan dan lingkungan sosial itulah yang menyebabkan seorang individu
menyimpang dari keadaan ini.
Menurut sayyid Quthb, dua pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh,
yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai dua kecenderungan yang
setara pada manusia (kecenderungan untuk mengikuti Tuhan atau kecenderungan untuk
tersesat)
Begitupun Shari’ati berpandangan bahwa manusia adalah berdimensi-ganda dengan sifat
dasar ganda, suatu susunan dari dua kekuatan, bukan saja berbeda, tetapi juga berlawanan.
Yang satu cenderung turun pada materi dan yang lain cenderung naik pada Ruh suci
(ciptaan)Allah.
Fitrah dan citra manusia adalah sebuah implikasi psikologis, karena manusia dilahirkan
dalam keadaan fitrah yang cenderung menganut agama yang lurus. Mereka memiliki
kecenderungan untuk mengenal Tuhan, berpihak pada kebenaran, berbuat kebajikaFitrah
diungkap dalam Al-qur’an sebanyak 20 kali yang tergelar di dalam 17 surat, antara lain yang
terdapat dalam surat Ar-rum ayat 30 yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Allah), (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan orang tidak mengetahuinya.
Firman tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT menurut
fitrahnya. Fitrah ini merupakan citra manusia yang penciptaannya tidak ada perubahan, sebab
jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra itu dapat
berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Dengan adanya fitrah, maka manusia dapat memilih dan memilah antara kebenaran dan
kesalahan serta antara kebaikan dan keburukan.
Adapun yang dimaksud citra di sini adalah gambaran tentang diri manusia yang
berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi yang merupakan sunnatullah yang
dibawa sejak ia dilahirkan.
Dalam diri manusia terdapat potensi yang positif dan juga negatif. Adapun potensi atau
segi positifnya antara lain adalah :
1. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.
2. Manusia mempunyai kapasitas intelegensi yang paling tinggi dibandingkan dengan
semua makhluk yang lain.
3. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan.
4. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat.
5. Manusia tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja.
Sedangkan dari segi negatifnya, Al-qur’an telah menyatakan dalam beberapa ayat yaitu
bahwa manusia itu keji dan bodoh. Adapun ayat tersebut antara lain terdapat dalam Q.S. Al-
Ahzab : 72 yang artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Selain itu, manusia digambarkan sebagai makhluk ganda, setengah dipuji dan setengah
dikutuk; tetapi mereka tidak dipuji/dikutuk karena sifat ganda tersebut. Ayat-ayat tertentu
dalam Al-qur’an secara terang membedakan antara manusia terpuji dengan manusia tercela.
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia yang tidak beriman kepada Allah itu
bukanlah manusia sejati. sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-‘Asryang artinya : Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.
Adapun citra manusia dalam psikologi Islam dapat disederhanakan sbb
a. Manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti membawa potensi suci, ber-Islam,
bertauhid dan menjadi khalifah di muka bumi.
b. Manusia memiliki ruh yang berasal dari Tuhan yang mana menjadi esensi kehidupan
manusia.
c. Bahwa pusat tingkah laku manusia adalah kalbu, bukan otak atau jasad manusia;
manusia memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti pengetahuan intuitif
dalam bentuk wahyu dan ilham; serta tingkat kepribadian manusia tidak hanya
sampai pada humanitas atau sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan (Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam)