Hakikat anak didik
-
Upload
universitas-pgri-semarang -
Category
Documents
-
view
2.773 -
download
4
Transcript of Hakikat anak didik
Hakikat Anak Didik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta
didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab
seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Anak didik sebagai subjek pendidikan yang memiliki kedudukan sebagai pokok
persoalan pendidikan, anak didik sebagai seoarang amnesia yang memiliki sifat
individualisme yang memunculkan perbedaan-perbedaan antara satu individu dengan
individu yang lain.
Sebagai seorang pendidik guru perlu memahami karakteristik serta kebutuhan-
kebutuhan anak didiknya sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif dan mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam makalah ini, kami mencoba memaparkan pokok permasalahan di atas tentang
hakikat anak didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat anak didik sebagai manusia ?
2. Bagaimanakah peranan anak didik sebagai subjek belajar ?
3. Apasajakah karakter dan perbedaan individual antar anak didik ?
4. Apasajakah kebutuhan anak didik dan implikasinya terhadap pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat memahami hakikat anak didik sebagai manusia
2. Agar dapat menjelaskan peranan anak didik sebagai subjek belajar
3. Agar dapat memahami karakter dan perbadaan individual antar anak didik
4. Agar dapat mengetahui kebutuhan anak didik dan implikasinya terhadap pendidikan.
1
Hakikat Anak Didik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Anak Didik sebagai Manusia
1) Pengertian Peserta Didik
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan
tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan.
Sebagai salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan peserta didik sering
disebut sebagai “raw material” (bahan mentah).
Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk
“homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Peserta didik
dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga
dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi
manusia susila yang cakap.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang,
peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kea rah
titik optimal kemampuan fitrahnya. (Arifin, 1996).
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.”
2) Hakikat anak didik sebagai seorang manusia
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan
tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan.
Sebagai komponen manusiawi berarti pemahaman tentang hakikat manusia secara
umum.
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori psikologi tentang hakikat manusia
tersebut.
2
Hakikat Anak Didik
a) Pandangan Psikodinamika (teori psikoanalitik)
Para psikoanalitik beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan
oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat insting. Brend
mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu seseorang terdiri dari tiga
komponen yaitu:
Id atau Das Es, adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil, meliputi
berbagai instink manusia yang mendasari perkembangan individu.
Ego atau Das Ich, adalah aspek psikologis kepribadian yang timbul dari
kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan luar secara
realistik.
Super-Ego atau Das Uber Ich, adalah aspek sosiologis kepribadian yang
merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita masyarakat menurut tafsiran
orang tua kepada anak-anaknya, yang diberikan dengan perintah maupun
larangan juga dapat dipandang sebagai aspek moral di dalam suatu
kepribadian maunusia.
Dalam dinamika dan realitas kehidupan pribadi, kalau id lebih cenderung
pada nafsu, sedangkan superego lebih cenderung pada hal-hal yang moralitas.
Agar tercipta keseimbangan hidup, id dan superego harus dijembatani oleh hal
yang bersifat realistis (ego). Artinya, agar manusia tidak terlalu
mengembangkan nafsu saja dan juga tidak terlalu cenderung pada hal-hal yang
idealis dan moralis, perlu ada imbangan melalui dunia kenyataan atau
dijembatani oleh ego.
b) Pandangan Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia
yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958). Menurut teori ini, orang
terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
mengalami pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku
tersebut dengan hadiah-hadiah.
Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk
memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif,
mekanistik dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengondisian.
3
Hakikat Anak Didik
c) Pandangan Humanistik
Oleh Rogers pandangan humanistic berpendapat bahwa manusia itu
memiliki suatu dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif,
maka manusia itu rasional dan dapat menentukan sendiri nasibnya. Maka dari
itu dikatakan bahwa manusia itu selalu berubah maupun dapat berkembang
untuk menjadi manusia yang sempun dan juga lebih maju.
Sedangkan Adler, juga pendukung pandangan humanistic tersebut,
berpendapat bahwa manusia itu tidak semata-mata hanya digerakan oleh
dorongan memuaskan kebutuhan sendiri, tetapi manusia juga digerakan dalam
kehidupan sebagian karena rasa rasa tanggang jawabnya dan juga kebutuhannya
memperoleh sesuatu.
d) Pandangan Psikologi Transpersonal
Aliran psikologi ini disebut aliran keempat psikologi. S.I. Shapiro dan
Denise H. Lajoie (1992) menggambarkan psikologi transpersonal sebagai
berikut:
Transpersonal psychplogy is concerned with the study of humanitys
highest potential, and with the recognition, understanding, and
realization of unitive, spiritual, and trncendent states of consciousness.
Dari rumusan di atas terlihat dua unsure penting yang menjadi perhatian
psikologis transpersonal, yaitu potensi-potensi luhur dan fenomena kesadaran
manusia. Dengan kata lain psikologi transpersonal memfokuskan perhatian pada
dimensi spiritual dan pengalaman-pengalaman rohaniah manusia.
Psikologi transpersonal menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran biasa
terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensialnya serta mengajarkan
praktek-praktek untuk mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, id, ego,
dan superego-nya.
e) Pandangan Martin Buber
Martin Buber berpendapat bahwa hakikat manusia itu tidak dapat dikatakan
“ini” atau “itu”. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi, namun
dihadapkan pada kesemestaan alam, sehingga manusia itu terbatas.
Berikut merupakan karakteristik anak didik sebagai makhluk manusia menurut
Sutari Iman Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati :
Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik (guru); atau
4
Hakikat Anak Didik
Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik.
Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu
yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan
berbicara anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial,
latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya) serta perbedaan
individual.
2. Anak Didik sebagai Subjek Belajar
Anak didik adalah subjek belajar, karena anak didik adalah sentral kegiatan dan
pihak yang mempunyai tujuan. Anak didik adalah unsure manusiawi yang penting dalam
kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak
kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki
kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak
mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi,
anak didik adalah “kunci” yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
Skema anak didik sebagai pokok persoalan
3. Anak didik sebagai makhluk Individual
Sebagai organisme yang sedang tumbuh dan berkembang peserta didik dipandang
sebagai individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologis istilah
individu berasal dari kata Latin “individuum”, yang berarti tidak dapat dibagi,
perseorangan atau pribadi. Dalam bahasa Inggris individu berasal dari kata “in” dan
“divided”. Kata “in” salah satunya mengandung pengertian “tidak”, sedangkan “devided”
artinya “terbagi”. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
5
Evaluasi Sarana
MetodeSiswa Punya
Tujuan
Guru Sarana
Hakikat Anak Didik
Perkembangan peserta didik bersifat unik, di samping terdapat kesamaan-kesamaan
dalam pola-pola umum setiap individu, terdapat variasi individual dalam perkembangan
yang bisa terjadi setiap saat. Hal ini adalah karena perkambangan itu sendiri merupakan
suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur yang saling
berpengaruh satu sama lain.
Akibat dari variasi individual tersebut maka timbullah perbedaan-perbedaan
individual peserta didik. Secara umum, perbedaan individual dapat digolongkan menjadi
dua perbedaan, yaitu:
1) Perbedaan secara vertical.
Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk,
tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya.
2) Perbedaan horizontal
Adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kecerdasan, bakat,
minat, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya.
4. Kebutuhan Anak Didik dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Kebutuhan-kebutuhan peserta didik tidak jauh berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia pada umumnya. Berikut ini beberapa contoh kebutuhan anak didik yang harus
diperhatikan oleh guru.
a) Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani anak didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di
sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani,
gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan-
kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi, di samping dapat mempengaruhi pembentukan
pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, juga dapat berpengaruh terhadap
proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah
melakukan upaya-upaya seperti:
Memeberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup
sehat dan teratur.
Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-
makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat.
Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik, seperti berolah raga.
6
Hakikat Anak Didik
Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta
didik dapat bergerak bebas bermain, berolah raga dan sebagainya.
Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik
mereka masing-masing.
b) Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi peserta didik,
terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Hilangnya rasa aman dalam diri siswa
akan memicu munculnya perasaan cemas, ketakutan, dan kegelisahan selain itu juga
dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonal anak didik dengan orang lain,
membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya
rasa aman dalam dirinya, lebih lagi akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di
sekolah.
c) Kebutuhan akan kasih sayang
Peserta didik yang kurang mendapat kasih saying akan merasa terisolasi, rendah
diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan
belajar, serta memicu munculnya tingkah laku negative. Kondisi ini akan
menyebabkan lemahnya motivasi belajar.
d) Kebutuhan akan penghargaan
Untuk menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:
Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh.
Menghargai pendapat dan pilihan siswa.
Menerima kondisi siwa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok
secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing tanpa adanya paksaan guru.
Dalam proses pembelajaran guru harus menunjukkan kemampuan secara
maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya.
Secara terus menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif.
e) Kebutuhan akan rasa bebas
Guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam batas-batas
kewajaran dan tidak membahayakan. Anak didik harus diberi kesempatan dan bantuan
secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
7
Hakikat Anak Didik
f) Kebutuhan akan rasa sukses
Guru harus mendorong para anak didiknya untuk mencapai keberhasilan dan
prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang mereka capai
betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-
verbal.
8
Hakikat Anak Didik
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi
yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan
perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan. Sebagai salah satu
komponen penting dalam sistem pendidikan peserta didik sering disebut sebagai “raw
material” (bahan mentah).
Teori psikologi tentang hakikat manusia: Pandangan Psikodinamika (teori
psikoanalitik), Pandangan Behavioristik, Pandangan Humanistik, Pandangan Psikologi
Transpersonal, Pandangan Martin Buber.
Sebagai organisme yang sedang tumbuh dan berkembang peserta didik dipandang
sebagai individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologis istilah
individu berasal dari kata Latin “individuum”, yang berarti tidak dapat dibagi,
perseorangan atau pribadi.
Kebutuhan anak didik yang harus dipenuhi oleh guru, yaitu : Kebutuhan jasmani,
Kebutuhan akan rasa aman, Kebutuhan akan kasih saying, Kebutuhan akan penghargaan,
Kebutuhan akan rasa bebas, Kebutuhan akan rasa sukses.
9
Hakikat Anak Didik
Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaodih, 2007. Nana Sukmandinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
____________________. 2010. Guru & Anak Didik dalam Edukasi Interaktif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Haryani, Titik. 2005. Strategi Belajar Mengajar 1 Pendidikan Kewarganegaraan. Semarang.
10