Hakekat Alat Peraga
-
Upload
ayah-dhanang-irawan -
Category
Documents
-
view
12 -
download
5
description
Transcript of Hakekat Alat Peraga
1. Hakekat Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami
konsep abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda konkret(riil) sebagai perantara
atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang
berbeda-beda. Bahkan orang dewasa pun yang pada umumnya sudah dapat
memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan visualisasi.
Belajar anak akan dapat meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam
pengajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi anak belajar, bahkan
untuk pengajar. Misalnya : pengajaran supaya menarik, dapat menimbulkan minat,
sikap guru dan penilaian baik, suasana sekolah menyenangkan, ada imbalan bagi guru
yang baik, dan lain-lain.
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar anak berusia 6-11 tahun dalam
perkembanganya berada dalam tahap operasional konkret.1 Siswa kelas I SDN
Cimpaeun 2 rata-rata berusia antara 7-8 tahun. Jadi subjek penelitian ini jelas berada
pada tahap operasional konkret. Siswa berada pada tahap operasional konkret. Sarana
yang tepat untuk menjembatani cara berfikir anak yang konkret dengan objek yang
abstrak adalah dengan alat peraga.
Untuk menghindari/ mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah
komunikasi maka harus digunakan sarana yang bisa membantu komunikasi yaitu alat
peraga. Beberapa pengertian alat peraga / media mengajar :
1) Menurut Darhim dalam Isti Hidayah dan Sugiarto : alat peraga yang
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah
1 Piaget dalam Ratna Wilis Dahar Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga 1989:152
tertuang dalam kurikulum dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajar.2
2) Menurut Anderson : alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan
untuk membantu para guru mengajar.
3) Menurut Briggs : media pengajaran meliputi obyek (benda nyata), model, suara
langsung, rekaman radio, pembelajaran terprogram, televisi, dan slide.
4) Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam
berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga ini dapat berupa benda ataupun
perilaku.3
5) Piaget berpendapat bahwa siswa yang tahap berfikirnya masih pada tahap konkret
mengalami kesulitan untuk memahami operasi logis dan konsep pelajaran tanpa
alat bantu dengan alat peraga.4
6) Menurut Brunner dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda (alat peraga).5 Penggunaan alat peraga proses belajar
mengajar, siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkret/alat
peraga, sehingga siswa langsung dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang
terdapat dalam benda-benda yang sedang diperhatikannya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alat peraga
mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pembelajaran matematika guna
mewujudkan konsep, menguasai teori dan definisi, sehingga siswa akan memiliki
2 Isti Hidayah dan Sugiarto Workshop I. Semarang FMIPA UNNES 2003:5,3 Rachman Natawidjaja Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta :19794 Suherman, Strategi Pengajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2003: 40
5 Ibid hal 43
penguatan yang tahan lama, juga dengan alat peraga siswa dilibatkan sebagai subjek
dalam pembelajaran.
Dalam praktik kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan
media pembelajaran. Oleh karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan mempersoalkan
penggunaan istilah tersebut. Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau
“pengantar” atau peraga.
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/ obyek konkret. Untuk memahami
konsep abstrak anak memerlukan benda – benda konkrit (riil) sebagai perantara atau
visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat – tingkat belajar yang
berbeda – beda.
Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Oleh karena itu dalam
pengajaran diperlukan faktor – faktor yang dapat memotivasi anak belajar bahkan
untuk pengajar.
Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap,
melekat dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti
siswa, bukan hanya melalui mengingat – ingat fakta.
Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
Menurut Heinich menyatakan bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah
mempengaruhi pendidikan.
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap–tiap orang mempunyai ciri
yang unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal, akan dapat memperoleh
pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya,
baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengucap, maupun peraba.
Semakin baik tanggapan seseorang, makin baik pula pengertian tersebut dapat
dipahami oleh siswa.
Menyadari karakteristik belajar yang demikian tersebut, maka keberadaan
sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat penting sekali, bahkan dalam
hal–hal tertentu, akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Setiap
proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang mengalami
proses itu.
Agar alat peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat
peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat peraga/praktek
tidak semata-mata menjadi alat bantu atau pelengkap, melainkan bersama-sama
dengan guru, materi, metode, strategi, dan evaluasi berperan dalam proses belajar.
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap orang mempunyai ciri yang
unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal akan dapat memperoleh pengertian
dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya, baik indera
penglihatan maupun peraba. Semakin baik tanggapan seorang, makin baik pula
pengertian tersebut dapat dipahami oleh siswa. Menyadari karakteristik belajar yang
demikian tersebut maka keberadaan sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar
sangat penting, bahkan dalam hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peranan guru mempunyai peranan
yang sangat penting dalam upaya merangsang alat indera siswa dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar (PBM), pada setiap mata pelajaran guru harus
menguasai materi yang akan diajarkannya, kecuali itu, siswa harus lebih banyak
dikenalkan benda-benda yang nyata dari pada abstraknya melalui alat indera masing–
masing sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pengamatan para ahli, dilihat
prosentase efektifitas alat masing – masing antara lain, Indera penglihatan 83 %,
Indera pendengar 16 %, Perasa 1 %, Penciuman/pembau 3,5 % dan Peraba 1,5 %.
Dengan melihat perincian tersebut, ternyata indera penglihatan yang mempunyai
presentasi tertinggi.6
Menurut E. T Ruseffendi dalam Darhim beberapa persyaratan yang harus
dimiliki alat peraga untuk pembelajaran adalah :
1) Tahan lama.
2) Bentuk dan warna menarik.
3) Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit).
4) Ukuran sesuai (seimbang) dengan kondisi fisik anak / siswa.
5) Dapat menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak siswa.7
Agar pemanfaatan atau penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran
efektif, maka strategi pendayagunaanya harus memperhatikan kesesuaian media / alat
peraga dengan :
1) Tujuan pembelajaran.
2) Materi.
3) Strategi pembelajaran (metode, pendekatan)
4) Kondisi ruang kelas, waktu, banyak siswa.
6 Isti Hidayah dan Sugiarto Workshop I. Semarang FMIPA UNNES.2002:6
7 E. T Ruseffendi dalam Darhim Work Shop Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III1993:17
5) Kebutuhan siswa.8
Dalam PBM diharapkan untuk semaksimal mungkin memanfaatkan indera
penglihatan siswa, dengan memacu penggunaan alat indera penglihat, berarti
pendidik, harus memaksimalkan penggunaan alat peraga, terlebih ada kesan; Saya
melihat saya ingat, Saya mengerjakan saya mengerti dan Saya mendengar saya lupa.
b. Jenis-jenis alat peraga.
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar
yaitu:
1) Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal
dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh
dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan.
2) Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara
serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan,
penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
3) Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar.
Papan tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak
perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek,
beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat
persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
8 Isti Hidayah dan Sugiarto Op. Cit , 2002
4) Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang
menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka
khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui
jarak dari desa ke desa. (Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling
dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga
berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.
Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan alat peraga replika karena disenangi anak berbagai umur, diperoleh
dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan selain itu untuk
menarik perhatian siswa dalam melakukannya yang akan diujikan pada siswa kelas I
SD Negeri Cimpaeun 2 tahun ajaran 2011/2012.
c. Peranan Alat peraga Dalam Pembelajaran
Karena menyadari pentingnya alat peraga/praktik dalam meningkatkan mutu
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, maka perlu mengupayakan pemasyarakatan
dan peningkatan fungsi alat peraga/praktik antara lain melalui pengadaan,
penyebarluasan serta melaksanakan pelatihan pembuatan dan penggunaan alat
peraga/praktik sederhana bagi tenaga kependidikan di lapangan. Hal ini perlu
dilakukan dengan harapan dapat membantu guru dan siswa dalam hal membuat dan
menggunakan alat peraga/praktik secara tepat, sehingga mutu kegiatan belajar
mengajar dapat meningkat, serta keperluan alat peraga/praktik di sekolah dapat
teratasi.
Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang
mengalami proses itu. Agar alat peraga/praktik tidak semata-mata menjadi alat bantu
pelengkap, melainkan bersama-sama dengan guru, materi, metode, strategi dan
evaluasi berperan dalam proses belajar mengajar.
Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi pelajaran
yang disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat peraga
menambah konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna bagi kehidupan siswa. Karena
itulah guru yang dalam pembelajaran menggunakan alat peraga akan memperoleh
keuntungan sebagai berikut:
1) Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih termotivasi. Baik
siswa maupun guru, terutama siswa menjadi tumbuh minatnya terhadap pelajaran
yang sedang diajarkan.
2) Konsep abstrak pelajaran tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu lebih
dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih
rendah.
3) Hubungan antara konsep abstrak pelajaran dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami. Alat peraga dapat disebut pula alat bantu dalam
pembelajaran.
4) Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model
yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti
ide – ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.9
9 Erman Suherman, dkk : Strategi Pengajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia 2003 242 – 243
Dalam praktik kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan media
pembelajaran. Oleh karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan mempersoalkan
penggunaan istilah tersebut. Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau
“pengantar” atau peraga.
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:
1) guru sebagai pengendali siswa;
2) guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;
3) guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran;
4) guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia.10
Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana digambarkan dalam
diagram berikut.
Skema Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Skema: Model Pembelajaran yang dilakukan guru11
Model pembelajaran yang tampak pada skema di atas menunjukkan keragaman
bahwa ada guru yang menggunakan media dan ada guru yang menggunakan alat peraga
dalam kegiatan pembelajaran.10 UPI. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Jurusan MIPA UPI ( UPI,
2001:200).
11 Nana Sujana, Metode Statistika. Bandung: Tarsito.1991:13
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.
1) Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan manajemen kelas
dan mengukur kemajuan balajar siswa secara bertahap dan berkelanjutan.
2) Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan
guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat peraga, hal ini dimaksudkan
agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah dicerna oleh
siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
3) Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran artinya
baik guru maupun media pembelajaran yang lain dijadikan sumber belajar.
4) Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia (guru bermedia).
Meskipun ada perbedaan, pada prinsipnya media dan alat peraga merupakan
perantara dalam kegiatan pembelajaran. Kaitannya dengan pembelajaran matematika
maka alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan diberikan pada saat itu.
Setiap pengajar hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok
bahasan/sub pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pengajaran dimulai dari
hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari yang mudah ke hal sulit dan dari
hal yang sederhana ke hal yang komplek.
Bahwa alat peraga sangat erat hubungannya dengan upaya peningkatan mutu
pendidikan, dengan menggunakan alat peraga dalam setiap proses/kegiatan belajar
mengajar akan lebih mengena dari pada tanpa menggunakan alat peraga, karena dengan
menggunakan alat peraga berarti kita akan meninggalkan hal-hal yang bersifat
perbalisme.
Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang
mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu
dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat
memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai
dalam mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-
peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan
mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan
berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari.
Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui
sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh
kesan yang jauh lebih mendalam.
Dari kajian teori di atas maka sintesis dari alat peraga adalah adalah suatu alat
yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses
belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.