HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA...

102
HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA DALAM PERSEPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh : Azazi 104044101394 Di Bawah Bimbingan Dr. Jaenal Arifin, MA. NIP. 150 289 202 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1429 H / 2008 M

Transcript of HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA...

Page 1: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA

DALAM PERSEPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

Azazi

104044101394

Di Bawah Bimbingan

Dr. Jaenal Arifin, MA.

NIP. 150 289 202

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H / 2008 M

Page 2: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA

DALAM PERSEPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Oleh :

Azazi

104044101394

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H / 2008 M

Page 3: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN

BEDA AGAMA DALAM PERSEPEKTIF HAK ASASI MANUSIA telah diujikan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 September 2008. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah.

Jakarta, 23 September 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,

MM.

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA.

(………………..)

NIP. 150 169 102

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH.

(………………..)

NIP. 150 285 972

3. Pembimbing : Dr. Jaenal Aripin, MA.

(………………..)

NIP. 150 289 202

Page 4: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

4. Penguji I : Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

(…………….....)

NIP. 150 210 422

5. Penguji II : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA.

(………………..)

NIP. 150 169 102

Page 5: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillah kita panjatkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan karunia dan nikmat akal, sehingga kita dapat menuntut ilmu,

menambah wawasan melalui ilmu-ilmu yang Allah telah berikan. Dengan rasa

bahagia, penulis juga mengucapkan Alhamdulillah, karena telah menyelesaikan judul

skripsi ini.

Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kepada kebaikan, kita dapat membedakan baik dan buruk. Beliau sebagai

tauladan kita dan menjadikan Beliau sebagai landasan dalam menjalani hidup.

Dengan penuh kerendahan hati, bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini,

terdapat pihak-pihak yang telah membantu, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Bpk Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bpk Dr. Jaenal Aripin, MA., dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

3. Bpk Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA., Ketua Studi Ahwal Syakhshiyah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Bpk Kamarusdiana, S.Ag, MH., Sektretaris Program Studi

Page 6: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Ahwal Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau staf pengajar pada jurusan al-Ahwal

Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis selama duduk di bangku kuliah

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum,

kepala Perpustakaa Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi sebagai bahan

rujukan skripsi

6. Sahabat-sahabat seperjuangan Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2004

Sekian dari penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada kita semua. Masih banyak banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan untuk kesempurnaan skripsi

ini.

Jakarta, 12 September 2008

Penulis

Page 7: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………1

B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………………….8

C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………...9

D. Metode Penelitian…………………………………………………….10

E. Sistematika Penulisan………………………………………………...12

BAB II HUKUM PERNIKAHAN BEDA AGAMA

A. Pengertian……………………………………………………………14

B. Pernikahan Pria dengan Wanita Ahli Kitab…………………………17

C. Pernikahan Pria dengan Wanita Musyrik……………………………26

D. Pernikahan Wanita Muslim dengan Pria Non Muslim……………....29

E. Akibat Hukum Pernikahan Beda Agama…………………………….31

BAB III KONSEP HAM DALAM KEBEBASAN BERAGAMA

A. Pengertian dan Perbedaannya Menurut Islam dan Barat……………..40

B. Hak Kebebasan Beragama dalam Konsep Islam…………………….48

Page 8: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

C. Hak Kebebasan Beragama dalam Konsep Barat (UDHR)…………..52

D. Hak Kebebasan Beragama dalam Konstitusi (UUD 1945)…………..53

BAB IV HAK ANAK MENURUT HAM DALAM MEMILIH AGAMA

A. Kedudukan Agama Anak Menurut Agama-agama di Indonesia……..58

B. Kepemilikan Hak Bagi Anak dalam Memilih Agama………………..66

C. Hak Anak Menurut HAM dalam Memilih Agama……..……………70

D. Analisis……………………………………………………………….79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………...82

B. Saran-saran…………………………………………………………...84

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………86

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………89

Page 9: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tanga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Jalan yang dipilih Allah

SWT untuk melestarikan keturunan. Dikeluarkannya Adam dan Hawa dari Syurga

untuk kemudian ditempatkan di bumi dapat dikatakan sebagai cikal bakal penciptaan

manusia. Manusia menurut ajaran agama Islam adalah makhluk yang paling mulia

di antara makhluk-makhluk lainnya. Manusia adalah sebagai pemimpin atau wakil

Tuhan di muka bumi. Dalam istilah agama fungsi manusia yang demikian disebut

“Khalifah”. Misi manusia sebagai khalifah pada pokoknya adalah memelihara dan

menciptakan kemaslahatan manusia dalam hubungannya dengan alam semesta.2 oleh

karena itu, untuk menjaga kemulian, akhlak, dan kesusilaan, diaturlah bagi diri

manusia dengan pernikahan.

Sayyid Sabiq menulis dalam bukunya fikih sunnah : Perkawinan adalah suatu

cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang

biak dan melestarikan hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan

1 Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta, 2001), h. 131

2 Q.S. Al-Isra’ ayat 70

Page 10: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan”. Tuhan tidak mau

menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti

nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anarki. Demi menjaga

kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah SWT membuat hukum sesuai

dengan martabatnya.3

Masalah pernikahan ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, sebagai unifikasi hukum dan menghapus peraturan atau

Undang-Undang Perkawinan sebelumnya. Peraturan yang mengatur perkawinan

yang telah diatur dalam Undang-Undang ini tidak berlaku lagi. Sebagaimana pasal

66 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. “Untuk perkawinan dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-Undang ini, maka

dengan berlakunya Undang-Undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Ordonansi

Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk Ordanantie Christen Indonesiers S. 1993

No. 74), peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de Gemangde Huwelijken S.

1898 No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan

sejauh telah diatur dalam Undang-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku”.

Permasalahan akan muncul apabila ada manusia yang ingin melaksanakan

pernikahan tetapi berbeda agama, karena Undang-Undang ini tidak mengatur

pernikahan beda agama, tapi dalam Undang-Undang ini hanya memungkinkan bagi

3 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. (Bandung : PT. Alma’arif, 1980), Jilid 6, Cet 15, h. 8

Page 11: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

mereka yang ingin melaksanakan pernikahan beda agama untuk dapat

melangsungkan pernikahannya selama dibolehkan oleh agamanya masing-masing.

Sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan. “Perkawinan adalah

sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu”

Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang dilakukan pria dan wanita

yang sama aqidah, akhlak dan tujuanya. Dibawah naungan itu suami dan istri akan

tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak akan

sejahtera. Kehidupan seperti tidak akan terwujud secara sempurna kecuali jika suami

istri berpegang kepada agama yang sama. Jika agama keduanya berbeda akan timbul

berbagai kesulitan dilingkungan keluarga, dalam pelaksanaan ibadat, pendidikan

anak, pengaturan makanan, pembinaan tradisi kegamaan, dan lain-lain.4

Pada dasarnya seluruh agama menghendaki umatnya menikah dengan

seiman, karena untuk menjaga keturunan dan menjaga keyakinan agama kepada

penerusnya. Semua agama menitikberatkan pernikahan kepada keturunan yang akan

dihasilkan, kedua orang tua ingin memberikan apapun yang terbaik kepada anaknya.

Anak sebagai hasil dari suatu perkawinan merupakan bagian yang sangat penting

kedudukannya dalam suatu keluarga. Sebagai amanah Allah SWT, maka orang tua

mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh, mendidik dan memenuhi

keperluannya sampai dewasa.

4 H. Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 9

Page 12: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Anak mempunyai hak terhadap orang tuanya, yaitu orang tua berkewajiban

memelihara dan mendidik. Pemeliharaan anak artinya tanggung jawab orang tua

untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan

hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab pemeliharaan

berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut bersifat

kontinu sampai anak tersebut mencapai batas umur yang legal sebagai orang dewasa

yang telah mampu berdiri sendiri. Dan pendidikan anak artinya kewajiban orang tua

untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak tersebut

manjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan kecakapan sesuai dengan

pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkannya di tengah-tengah

masyarakat sebagai landasan hidup dan penghidupannya setelah ia lepas dari

tangung jawab orang tua. 5

Tentu suatu pernikahan beda agama akan mengakibatkan perbedaan dalam

pemeliharaan dan pendidikan anaknya, khususnya dalam pendidikan agama

anaknya. Perebutan antara suami dan istri memberikan efek pendidikan yang buruk

terhadap anaknya. Ketika salah satu orang tua memberikan pilihan masing-masing

agama, maka anak akan merasa bingung dan kehilangan kebebasannya untuk

menentukan pilihan agamanya.6 Hal itu akan mempengaruhi dalam pertumbuhan

5 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), h. 283-284

6 Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, (Jakarta: Qalbun

Salim, 2005), h. 167

Page 13: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

pribadi anak, karena berlainannya pendidikan yang diberikan. Sikap orang tua yang

berbeda akan menyebabkan si anak terombang-ambing diantara dua kekuatan yang

berpengaruh. Pertanyaan yang akan selalu ada dipikiran anak adalah dia akan

mengikuti agama siapa? ayah atau ibunya, ia akan merasa kebingungan terhadap

keputusan yang akan ambil.

Bagitu juga bagi suami istri yang memberikan pilihan agama pada si anak,

besar kemungkinan anak akan menjadi korban, mereka sulit memilih pada agama

siapa ia berpijak. Membiarkan anak memilih akan bermasalah jika tidak bijaksana,

karena keyakinan agama ditentukan oleh pendidikan sejak kecil, bahkan sangat

membahayakan anak karena dapat menjadi atheis.7

Sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban memberikan hak-hak anak

tersebut, orang tua pasti ingin memberikan pemeliharaan dan pendidikan yang

terbaik untuk anaknya, dan kemungkinan besar menginginkan anaknya mengikuti

agama mereka. Maka orang tua yang berbeda agama sudah tentu memberikan

pendidikan agama terhadap anaknya dengan cara berbeda, di sinilah penulis ingin

bahas, seorang anak yang dihadapkan dua pilihan dalam menentukan agamanya.

apakah anak mempunyai hak bebas memilih atau apakah orang tua memberikan hak

kebebasan sepenuhnya kepada anaknya atau kedua orang tua memaksa anaknya

untuk mengikuti salah satu agama.

7 Ibid, h. 168

Page 14: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Sebagai contoh penulis kemukakan keluarga yang saat ini menjalani rumah

tangga dengan perbedaan agama, penulis akan menggambarkan secara umum

tentang keluarga ini dalam membina rumah tangganya.

“Seorang perempuan muslim bernama Sriastuti menikah dengan seorang

laki-laki yang bernama Basuki yang saat ini beragama Kristen. Ketika melakukan

akad Basuki telah mengucapkan syahadat dan beragama Islam kemudian

melaksanakan pernikahan di KUA Bogor pada bulan Desember tahun 1997. Dari

hasil pernikahan itu Sriastuti dan Basuki mempuyai tiga orang anak, yang pertama

berumur sepuluh tahun, yang kedua berumur tujuh tahun dan yang ketiga baru

berumur satu tahun. Karena faktor ekonomi tidak mencukupi kebutuhan keluarga

dan Basuki sering mendapat bantuan dari gereja dan ikut kegiatan ibadah agama

Kristen, Basuki akhirnya pindah ke agama Kristen. Kemudian Basuki ingin

mengajak anaknya yang pertama yaitu Agus Wiyanto ikut agama Kristen dengan

selalu mengajak ke gereja setiap hari minggu. Kalau Agus tidak mau, Basuki sering

memaksa dan memukul lalu Agus menangis. Karena Agus sudah mengerti, ia ingin

ikut pendidikan agama Ibunya. Karena teman-temanya juga beragama Islam, ia ingin

belajar mengaji bersama teman-temanya, tapi kalau ketahuan Basuki ia dilarang dan

dimarahi. Karena Basuki suka emosi, maka Sriastuti memberikan pendidikan agama

Islam secara sembunyi-sembunyi kepada Agus”8

8 Ibu Sriastuti, Wawancara pribadi, Tangerang , 25 Juni 2008

Page 15: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Agus Wiyanto sering ditanya di sekolahnya oleh ibu Guru, apa agamamu?

Agus sering menjawab agamanya adalah Islam, tapi Agus juga menanyakan, kenapa

saya tidak diberi buku agama. Agus juga takut kalau ketahuan ayahnya. Agus merasa

dipaksa oleh ayahnya kelau diajak ke gereja untuk beribadah sampai-sampai ia

sering menangis. Agus merasa tertekan oleh ayahnya, karena ayahnya suka marah-

marah, sedangkan ibunya tidak dapat berbuat apa-apa. Agus sering disuruh ibunya

belajar mengaji bersama teman-temanya dengan sembunyi-sembunyi, tanpa

sepengetahuan ayahnya.9

Cerita di atas adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa

anaklah yang menjadi obyek yang dirugikan oleh posisi kedua orang tua yang

berbeda keyakinan, baik kedua orang tua yang berebut atas status agama anaknya

maupun salah satu memaksakan kehendaknya. Inilah yang akan menyebabkan anak

akan merasa bingung dan tidak baik bagi perkembangan jiwa anak.

Maka berkaitan dengan hal di atas, maka penulis ingin menulis dalam

skripsi ini dengan judul “HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI

PASANGAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA”

9 Agus Wiyanto, anak dari ibu Sriastuti dan Pak Basuki, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25

Juni 2008

Page 16: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam skripsi ini penulis membatasi permasalahanya sebagai berikut :

a. Kebebasan beragama menurut agama-agama di Indonesia.

b. Kepemilikan hak bagi anak dalam memilih agama dari pasangan beda agama

c. Hak bagi anak dalam memilih agama dari pasangan beda agama dalam

perspektif Hak Asasi Manusia

2. Perumusan Masalah

Semestinya anak mempunyai hak kebebasan dalam memilih agama sekalipun

orang tuanya berbeda agama atau keyakinan, tapi dalam kenyataannya terjadi

penekanan atau deskriminasi terhadap anak sehingga ia tidak mempunyai kebebasan

dalam memilih agama. Hal inilah yang ingin penulis telusuri dalam skripsi ini.

Rumusan diatas dapat dirinci dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikit :

a. Bagaimana Kebebasan beragama menurut agama-agama di Indonesia?

b. Apakah anak dari pasangan beda agama memiliki hak memilih agama?

c. Bagaimana hak memilih agama bagi anak dari pasangan nikah beda agama

dalam perspektif Hak Asasi Manusia?

Page 17: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penulisan skripsi ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan agama-agama tentang Kebebasan beragama

2. Untuk mendapatkan informasi yang faktual berkaitan dengan hak memilih

bagi anak dalam memilih agama

3. Untuk mengetahui hak memilih agama bagi anak dalam perspektif Hak Asasi

Manusia.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan pemahaman tentang kebebasan beragama menurut

masing-masing agama

2. Dapat mendeskripsikan permasalahan tentang hak bagi anak memilih agama

dari pasangan beda agama

3. Dapat memberikan wacana dan pemahaman terhadap bagi anak memilih

agamanya dalam perspektif Hak Asasi Manusia

Page 18: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Dalam pendekatan penulis menggunakan pendekatan secara emperis, yaitu

memperhatikan dan memahami secara langsung keadaan keluarga yang menjalani

kehidupan rumah tangga yang berbeda agama kemudian dikaitkan dengan

penelaahan sumber-sumber yang relevan dengan tema penelitian

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan

perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, atau penelitian yang lebih

banyak menggunakan kualitas subjektif. Mencakup penelaahan dan pengungkapan

berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan

kemanusian.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penulis menggunakan dua cara, yaitu

pengumpulan data kepustakaan (Library Research) dan lapangan (Field Research).

Adapun dalam pengumpulan data kepustakaan penulis mengambil dari berbagai

literatur atau sumber-sumber bacaan yang ada, seperti peraturan perundang-

undangan, buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Sedangkan dalam pengumpulan data lapangan penulis mengadakan wawancara

mendalam (Deep Interview). Wawancara dilakukan terhadap keluarga Bapak Basuki

Page 19: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

dan Ibu Sriastuti yang saat ini masih berbeda agama, dan kepada Agus Wiyanto

sebagai anak dari pasangan beda agama.

4. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh, penulis kwalifikasikan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh langsung dari wawancara

dengan keluarga yang menjalani rumah tangga yang berbeda agama, sedangkan

data sekunder dipeoleh dari literatur, yaitu buku-buku, Undang-undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tantang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dan

buku-buku yang memuat keterangan dan penjelasan seputar tema dan pokok

penelitian.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah Deskriptif

Kualitatif. Digunakan untuk menuturkan, menafsirkan dan menguraikan data yang

bersifat kualitatif, baik data yang diperoleh dari literatur-literatur maupun data yang

dperoleh dari wawancara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman

penulisan skripsi, tesis, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah. Penulisan dengan

ketentuan sebagai berikiut:

Page 20: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

1. Terjemahan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits dalam penulisannya diketik satu

spasi walaupun kurang dari enam baris

2. kutipan dari buku-buku yang masih dalam ejaan lama disesuaikan dengan

ejaan yang disempurnakan (EYD)

3. Dalam daftar pustaka al-Qur’an ditulis pada urutan pertama, kemudian

sumber lainya

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi di bagi atas lima bab, tiap-tiap bab terdiri dari

sub-sub bab. Perincian sistemetika tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan; yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode pembahasan, dan sistematika

penulisan.

Bab II. Hukum pernikahan beda agama; membahas masalah pernikahan pria

dengan wanita ahli kitab, pernikahan pria dengan wanita musyrik, pernikahan wanita

dengan pria non muslim, dan akibat hukumnya

Bab III. Konsep HAM dalam kebebasan beragama, mencakup pengertian

HAM dan perbedaannya menurut Islam dan Barat, hak kebebasan beragama dalam

konsep Islam, hak kebebasan beragama dalam konsep barat (UDHR), dan hak

kebebasan beragama dalam konstitusi (UUD 1945)

Page 21: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Bab IV. Hak anak menurut HAM dalam memilih agama, dengan pembahasan

kebebasan beragama menurut agama-agama di Indonesia, kepemilikan hak bagi anak

dalam memilih agama, hak memilih agama bagi anak menurut hak asasi manusia,

dan analisis

Bab V. Penutup, bagian akhir dari skripsi ini yang berisikan kesimpulan dan

saran-saran.

Page 22: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

BAB II

HUKUM PERNIKAHAN BEDA AGAMA

A. Pengertian

Pernikahan adalah sunnatullah, yang dilakukan oleh manusia, hewan atau

tumbuhan. Manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara yang ada di dunia,

maka dari itu Allah meletakkan aturan pernikahan khusus bagi mereka, tidak seperti

makhluk lain, yang aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar.

Secara bahasa nikah adalah Ad-dhammu dan Al-wath’u yang berarti

berkumpul dan bersetubuh. Sedangkan secara syara’ nikah adalah akad yang

mengandung kebolehan untuk bersetubuh dengan lafadz Inkah dan Tazwij.

Dikalangan ahli fiqih tidak ada perbedaan yang signifikan dalam definisi pernikahan,

kecuali pada redaksi saja. Mereka sepakat bahwa nikah adalah akad yang diatur oleh

agama untuk memberikan kepada pria hak untuk memilliki penggunaan terhadap

faraj perempuan dan seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan primer.10

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

10 Ahmad Sukardja dan Bakri A. Rahman, Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU

Perkawinan, dan Hukum Perdata/BW, ( Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1981), h. 11-12

Page 23: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Sedangkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum

Islam, Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.

Adapun agama-agama yang dimaksud adalah agama yang mempunyai kitab

yang jelas diberikan oleh Allah SWT, seperti agama Islam, Yahudi, dan Nasrani dan

ada pula agama yang mempunyai kitab yang mirip dengan kitab (wahyu) seperti

agama Zoroaster (Majusi) dan mani.11

Selain itu agama yang disebut dalam al-

Qur’an, tetapi beberapa agama dalam al-Qur’an tersebut bukan berarti dapat

dikatakan pemberian legitimasi atas keabsahan eksistensi agama tersebut.

Diantaranya adalah QS. al-Baqarah ayat (62), QS. al-Maidah ayat (69), QS. al-Hajj

ayat (17).

Dilihat secara global dari penjelasan al-Qur’an, dari kepercayaan yang dianut

oleh manusia ada empat kelompok, yaitu: Pertama, Allazina amanu (yaitu orang-

orang beriman pengikut Nabi Muhammad SAW; Kedua, Allazina hadu (yaitu

pengikut Nabi Musa a.s.); Ketiga, Wa al-Nashara (yaitu pengikut Nabi Isa a.s.);

Keempat, As-sabi’in (orang-orang yang keluar dari kelompok yahudi dan nasrani dan

mereka menyembah Malaikat).12

11 Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, terj. Asywadie Syukur, (Surabya: Bina Ilmu,

2006), h. 29

12 Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, h. 111-114

Page 24: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Menurut penelitian Taib Taher Abdul Muin, orang-orang Yahudi atau Bani

Isra’il di sekitar Palestina mempunyai kitab suci yang disebut Taurat, yang

diturunkan kepada Nabi Musa di gunung Tursina. Mereka terus menerus berselisih

karena perubahan kitab suci, sehingga menjadi terpecah-pecah. Adapun agama

Nasrani, agama yang diamanatkan kepada Nabi Isa dan diturunkan di Palestina

ketika agama yang dibawa Nabi Musa telah diselewengkan. Kitab yang dibawa Nabi

Isa adalah Injil. Sepeninggal Nabi Isa, agama Nasrani mengalami perubahan

berangsu-angsur, sehingga menimbulkan beberapa golongan. Hampir dari semua

golongan mengakui bahwa setelah Nabi Isa bangkit dari kubur ia mi’raj ke langit.

Sejak itulah kaum Nasrani berbeda pendapat tentang sifat ketuhanan dan

kemanusiaan dalam diri al-Masih. Salah satu penyimpangan agama Nasrani sampai

sekarang adanya pembangkangan terhadap agama monoteis yang menjadi ciri-ciri

agama samawi saat ini, yaitu paham trinitas yang diyakini kaum Nasrani saat ini.

Selain itu ada juga agama Hindu. Hindu adalah agama yang mempercayai tiga Tuhan

yang dianggap suci. Ketiganya bersatu dan tidak dapat dipisahkan, karena asal

kejadiannya satu, tapi mereka tetap berpendapat bahwa tiga itu adalah satu.13

Hakikat agama yang diwahyukan adalah monoteisme atau bertauhid kepada

Allah, baik itu Yahudi, Nasrani maupun Islam. Walaupun ada yang memasukkan

agama Hindu sebagai agama monoteisme, tapi tidak satu rumpun seperti ketiga

agama di atas. Dalam perjalanannya agama yang masih menjaga keesaan Tuhan

13 Ibid., h. 114-120

Page 25: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

tersebut hanya dipegang oleh agama Islam dan Yahudi. Sedangkan Kristen dan

Hindu dengan paham trinitas dan tiga dalam satu tidak dapat dikatakan agama

monoteisme.14

Maka yang dimaksud dengan pernikahan beda agama di sini adalah

perkawinan orang Islam (pria/wanita) dengan orang bukan Islam (pria/wanita).

Mengenai masalah ini Islam membedakan hukumnya sebagai berikut : Pernikahan

antar seorang pria muslim denga wanita ahli kitab, Pernikahan antar seorang pria

muslim dengan wanita musyrik; perkawinan antar wanita muslimah dengan pria non

muslim.15

B. Pernikahan Pria dengan Wanita Ahli Kitab

Dalam masalah pernikahan pria muslim dengan wanita ahli kitab terdapat

perbedaan di kalangan ulama. Perbedaan pendapat itu disebabkan karena perbedaan

pendapat tentang kedudukan wanita ahli kitab.

Menurut Syaikh Hasan Ayyub kaum musyrikin terdiri dari tiga macam:

Pertama, yang mempunyai kitab. Kedua, yang tidak mempunyai kitab. Ketiga, yang

diduga mempuyai kitab. Ulama sepakat yang mempnyai kitab adalah Yahudi dan

Nasrani. Sedangkan mereka yang tidak mempunyai kitab adalah para penyembah

14 Harun Nasution, Islam Ditijau dari Berbagai Aspek, Jil. 1, (Jakarta: Universitas Indonesia,

1979), h. 12-16

15 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, cet, X, (Jakarta: Gunung Agung), 1997), h. 4

Page 26: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

berhala, batu-batuan, binatang, matahari, bulan, dan lain sebagainya. Mereka yang

diduga mempunyai kitab adalah para penganut Majusi.16

Nikah dengan wanita ahli kitab merdeka dan tidak berzina, berdasar atas

zahir ayat adalah halal, baik ahli kitab dzimmiyyah maupun harbiyyah. Lafadz al-

Musyrikin tidak mencakup ahli kitab. Kehalalan nikah dengan wanita ahli kitab

adalah takhsis (kekhususan) atau istisna (pengecualian) dari larangan nikah dengan

wanita-wanita musyrik pada umumnya.

Imam-imam madzhab empat pada prinsipnya mempunyai pandangan yang

sama, yaitu wanita ahli kitab boleh dinikahi, sekalipun berkeyakinan bahwa Isa

adalah Tuhan atau meyakini kebenaran trinitas. Hal terakhir ini syirik yang nyata,

tetapi karena mereka mempunyai Kitab Samawi mereka halal dinikahi sebagai

takhsis dari Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka

beriman (Q.S. al-Baqarah: 221). Pentakhsisnya ialah “Dan wanita-wanita yang

menjaga kehormatan (al-muhsanat) di antara orang-orang yang diberi al-Kitab

sebelum kamu” (Q.S. al-Maidah: 5).17

16 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah, M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka

Al-Kaitsar, 2006), h. 142-144

17 H. Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 19

Page 27: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Maka dalam hal ini terdapat perbedaan para ulama atas tiga golongan:18

1. Golongan pertama berpendirian bahwa menikahi wanita ahli kitab (Yahudi

atau Nasrani) halal hukumnya. Termasuk dalam golongan ini adalah jumhur

ulama’. Golongan ini berdasarkan kepada firman Allah SWT Q.S. al-Maidah

ayat 5 :

Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,

dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan

mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara

wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga

kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum

kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan

maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)

menjadikannya gundik-gundik….. (Q.S. al-Maidah : 5)

Alasan kedua pada golongan ini adalah melihat kepada sejarah yang telah

menunjukkan bahwa beberapa sahabat Nabi pernah menikahi wanita ahli

18 Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan dalam masalah Pernikahan, Jil. I. (Jakarta: Pustaka

Pirdaus, 2003), h. 287

Page 28: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

kitab. Hal mana menunjukan bahwa menikahi wanita ahli kitab itu halal

hukumnya.

Menurut mereka dari ayat di atas dapat ditarik dua argument. Pertama, ayat

ini dengan tegas membolehkan orang muslim memakan makanan orang ahli kitab

(kecuali jenis yang diharamkan) dan membolehkan menikahi wanita-wanita ahli

kitab yang muhsanat; Kedua, dari sisi kronologisnya ayat ini termasuk rangkaian

ayat-ayat madaniah, yang turunya sesudah hijrah. Hal ini memperkuat penunjukan

ayat ini terhadap hukum.19

Selain berdasarkan kepada Q.S. al-Maidah ayat 5, juga berdasarkan Sunnah

Nabi, dimana Nabi pernah menikah dengan wanita ahli kitab, yakni Mariah al-

Qibtiyyah (Kristen). Demikian pula sahabat Nabi termasuk senior bernama

Hudzaifah bin al-Yaman pernah nikah dengan seorang wanita Yahudi, sedang para

sahabat tidak ada yang menentangnya.20

2. Golongan kedua berpendirian bahwa menikah dengan wanita ahli kitab

hukumnya haram. Yang termuka dari kalangan sahabat dari golongan ini

adalah Ibnu Umar. Ketika Ibnu Umar ditanya tentang nikah dengan wanita

Yahudi dan Nasrani, ia menjawab “sesungguhnya Allah mengharamkan

wanita-wanita musrik bagi kaum muslimin. Aku tidak tahu syirik, syirik

manakah yang lebih besar daripada seorang perempuan yang berkata bahwa

19 Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, h. 130

20 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, h. 6

Page 29: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Tuhannya adalah Isa, sedangkan Isa adalah seoarang di antara hamba Allah.

Pendapat ini menjadi pegangan Syi’ah Imamiyah.21

adapun dalil dipegang

oleh golongan ini adalah firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah ayat 221:

Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman”. (Q.S. al-Baqarah: 221)

Dan firman Allah SWT Q.S. al-Mumtahanah ayat 10 :

Artinya: “Janganlah kamu pegang (yakni, ceraikanlah) perempuan-

perempuan kafir yang kamu nikahi” (Q.S. al-Mumtahanah: 10)

Ayat di atas melarang menikahi wanita-wanita kafir. Ahli kitab termasuk

golongan orang kafir musyrik, karena orang Yahudi menuhankan Uzair dan orang

Nasrani menuhankan Isa Ibnu Maryam, sedangkan dosa syirik tidak diampuni oleh

Allah SWT. Jika mereka tidak bertaubat kepada Allah SWT sebelum mereka mati.

Adapun lafadz muhsanat menurut golongan ini di-istimal-kan kepada

perempuan ahli kitab yang telah masuk Islam, atau di-istimal-kan kepada pengertian

21 H. Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 22

Page 30: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

bahwa kebolehan menikahi perempuan ahli kitab itu adalah masa (keadaan)

perempuan-perempuan Islam sedikit jumlahnya.22

3. Golongan ketiga berpendirian bahwa menikahi wanita ahli kitab itu halal

hukumya, tapi karena situasi dan kondisi menghendaki ketentuan lain.

Pandangan ini berdasarkan bahwa sayyidina Umar penah menyuruh sahabat

untuk menceraikan wanita ahli kitab. Selain itu, kekhawatiran kaum laki-laki

akan terikat hatinya pada istrinya, apalagi setelah mendapatkan keturunan.

Dan dikhawatirkan pula ketentraman dan kenyamanan dalam rumah tangga

yang menjadi tujuan tidak dapat tercapai.23

Adapun Hanafiah berpendapat, menikahi wanita ahli kitab yang berada

Darul Harbi, merupakan pembuka pintu ‘fitnah”. Mendahulukan nikah dengan

mereka adalah makruh tahrim, karena membawa kepada mafasid, nikah dengan

wanita Dzimmiyah yang tunduk kepada Undang-Undang Islam adalah makruh

tanzih. Di kalangan Malikiyah ada dua pendapat. Pertama, nikah dengan wanita ahli

kitab makruh mutlak, baik dzimmiyah maupun harbiyah. Kedua, tidak makruh secara

mutlak, karena ayat telah membolehkan secara mutlak.24

22 Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan dalam masalah Pernikahan, h. 289 23 Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, h. 136

24 H. Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 23-24

Page 31: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Menurut Imam Syafi’I mengatakan dihalalkan menikahi wanita-wanita ahli

kitab bagi setiap muslim, karena Allah SWT menghalalkan mereka tanpa

pengecualian. Wanita-wanita ahli kitab yang merdeka dan boleh dinikahi adalah

pengikut dua kitab yang Masyhur (yakni Taurat dan Injil), dan mereka adalah

Yahudi dan Nasrani, adapun Majusi tidak termasuk. Dihalalkan pula menikahi

wanita-wanita dari golongan Shabi’un dan Samirah dari kalangan Yahudi dan

Nasrani yang dihalalkan mengawini wanita mereka. Namun bila diketahui bahwa

mereka menyelisihi orang-orang yang menghalalkan apa yang dihalalkan dalam al-

Kitab dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka pada kondisi demikian

diharamkan menikahi wanita-wanita mereka sebagaimana diharamkan menikahi

wanita Majusi.25

Imam Syafi’I juga menjelaskan bahwa kebolehan laki-laki

mengawini wanita ahli kitab, apabila mereka beragama menurut Taurat dan Injil

sebelum diturunkannya al-Qur’an. Namun setelah diturunkannya al-Qur’an mereka

tetap beragama menurut kitab-kitab tersebut, tidak termasuk ahli kitab. Berbeda

dengan imam-imam yang lain yang membolehkan mengawini ahli kitab secara

mutlak.26

25 Imam Syaf’I, Ringkasan Kitab Al-Umm, Penerjemah: Imron Rosadi dan Imam Awaludin,

Jilid II, Cet. 2. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), h. 351

26 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.

344-345

Page 32: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Menjawab pertanyaan tentang menikahi Nasraniah dan Yahudiah, Ibnu

Taimiah menjawab, nikah dengan wanita ahli kitab boleh, berdasarkan Q.S. al-

Maidah ayat 5, ini pendapat jumhur salaf dan khalaf dari imam-imam madzhab

empat. Ahli kitab tidak termasuk musyrikin. Ayat al-Baqarah umum, ayat al-Ma’idah

khusus. Dapat juga dikatakan ayat al-Maidah nasikh dari ayat al-Baqarah.27

Menurut Qaul Mu’tamad dalam Madzhab Syafi’I, wanita ahli kitab yang

halal dinikahi oleh orang muslim ialah wanita yang menganut agama Nasrani atau

Yahudi sebagai agama keturunan dari orang-orang (nenek moyang mereka) yang

menganut agama tersebut semenjak masa sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi

Rosul (yakni sebelum al-Qur’an diturunkan) tegasnya, orang yang menganut agama

Nasrani atau Yahudi sesudah al-Qur’an diturunkan, mereka itu tidaklah dianggap

ahli kitab, karena terdapat perkataan min qoblikum (dari sebelum kamu) dalam surat

al-Maidah ayat (5). perkataan min qoblikum menjadi qayd bagi ahli kitab yang

dimasksud. Jalan fikiran madzhab Syafi’I ini mengakui bahwa ahli kitab itu bukan

karena agamanya, melainkan karena menghormati asal keturunannya.28

Yusuf Qardhawi menatarjih pendapat jumhur, sebenarnya kebolehan

mengawini wanita ahli kitab adalah benar, karena surat al-Ma’idah ayat 5

tersebut adalah ayat yang turun terakhir sebagaimana disebut dalam Hadits. Adapun

surat al-Baqarah ayat (221) adalah umum dan ditakhsis oleh ayat tersebut . menurut

27 H. Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 20

28 Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan dalam masalah Pernikahan, h. 290-291

Page 33: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Yusuf Qardhawi asal hukum nikah tersebut adalah mubah, dengan tujuan

menimbulkan keinginannya memeluk agama Islam, mendekatkan hubungan Islam

dan ahli kitab, dan melonggarkan toleransi antara keduanya. Namun, dengan

kemubahan ini terikat dengan beberapa aturan yang pokok , antara lain:

a. Harus dapat dipercaya wanita ahli kitab tersebut benar-benar beriman

kepada agama samawi, seperti Yahudi dan Nasrani, artinya secara

garis besar beriman kepada Allah SWT, beriman kepada Rosul SAW

dan beriman kepada Hari Akhir.

b. Wanita tersebut adalah wanita yang menjaga kehormatannya, karena

Allah tidak sembarang membolehkan menikah dengan ahli kitab,

bahkan menjadi syarat, sebagaimana dalam ayat pembolehannya. Dan

wanita yang menjaga kehormatannya adalah wanita yang menjaga

dirinya dari perbuatan zina, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu

Katsir.

c. Wanita tersebut bukan dari golongan yang memerangi dan memusuhi

umat Islam. Terhadap dzimmiyah fuqoha membolehkannya,

sedangkan harbiyyah tidak boleh. Pendapat ini dikemukakan Ibnu

Abbas.

d. Dibalik perkawinan ini tidak terdapat fitnah atau mudharat yang

diperkirakan pasti terjadi atau diduga kuat akan terjadi. Bila secara

umum mudharat akan terjadi, maka pelarangannya secara umum,

Page 34: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

namun bila mudharat secara khusus maka pengharamannya pada

situasi tertentu saja. Diantara mudharatnya adalah pernikahan dengan

wanita ahli kitab menjadi tersebar dan sering dilakukan, sementara

wanita-wanita muslimah yang lebih layak terkesampingkan.29

Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam mengawini wanita non muslim, baik

ahli kitab maupun bukan, tidak diperbolehkan, yang telah dirumuskan pada pasal 40

(c). Larangan ini lebih mengambil kepada pendapat sebagian madzhab Syafi’I yang

melihat keberadaan kitab mereka dinasakh oleh kehadiran al-Qur’an dan kajian

empiris, bahwa perkawinan antar pemeluk agama banyak menimbulkan persoalan.

Selain itu juga mengambil para pendapat Majelis Ulama Indonesia yang melarang

perkawianan antar pemeluk agama.30

C. Pernikahan Pria dengan Wanita Musyrik

Islam melarang pernikahan antara seorang pria muslim dengan wanita

musyrikah, berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 221:

Artinya:“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman….. “(Q.S. Al-Baqarah: 221)

29 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, jilid I, Penerjemah: As’ad Yasin, (Jakarta:

Gema Insani Pers, 1996), h. 587-590

30 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 345

Page 35: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Fuqaha sepakat bahwa seorang muslim tidak boleh nikah dengan wanita yang

tidak beragama samawi, yaitu agama yang mempunyai kitab yang diturunkan Tuhan

melalui Nabi yang namanya disebut dalam al-Qur’an. Setiap wanita yang tidak

beragama samawi, tidak halal dinikahi. Mereka tergolong musyrikah yang termasuk

ke dalam larangan umum.31

Hanya dikalangan ulama timbul beberapa pendapat tentang siapa musyrikah

yang haram dinikahi itu? menurut Ibnu Jarir al-Thabari, seorang ahli tafsir, bahwa

musyrikah yang dilarang untuk dinikahi ialah musyrikah dari Bangsa Arab saja,

karena Bangsa Arab pada waktu turunnya al-Qur’an memang tidak mengenal kitab

suci dan mereka menyembah berhala. Maka menurut pendapat ini, seorang muslim

boleh kawin dengan wanita musyrik dari non-Arab, seperti wanita Cina, India, yang

diduga dahulu mempunyai kitab suci atau serupa kitab suci, seperti pemeluk agama

Budha, Hindu, yang percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, percaya adanya hidup

sesudah mati, dan sebagainya. Muhammad Abduh juga sepakat dengan pendapat

ini.32

31 H.Chuzaimah T. Yanggo, dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 18

32 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, h. 4

Page 36: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Jumhur berpendapat bahwa musyrikah adalah mereka yang beragama selain

dari agama Islam, Yahudi, Nasrani di luar atau dalam arab, jadi hukum pernikahan

terhadap mereka juga haram.33

Adapun menurut Yusuf Qardhawi, selain ayat diatas, dia menambahkan surat

al-Mumtahanah ayat 10 :

Artinya:“……..Janganlah kamu pegang (yakni, ceraikanlah) perempuan-perempuan

kafir yang kamu nikahi……” (Q.S. al-Mumtahanah: 10)

Konteks ayat ini beserta asbabun nuzul-nya, al-Kawafir adalah musyrikah,

yakni al-Wastaniyah atau penyembah berhala. Hikmah pengharaman ini jelas, yaitu

ketidak mungkinan bertemunya dengan keberhalaan. Selanjutnya penyembah berhala

tidak mempnyai kitab suci yang mu’tabar dan tidak mempunyai Nabi yang dikenal

dan diketahui. Dengan demikian, menurut Hardhawi al-Wasthaniyah dan Islam ada

pada dua kutub yang saling bertentangan. Maka hukum menikahi wanita musyrikah

haram, ditetapkan berdasarkan Ijma’ dan Nash yang jelas, sebagaimana dijelaskan

oleh Ibnu Rusyd pada Bidayatul Mujtahid.34

Sedangkna menurut Abu A’la al-

Maududi, larangan tersebut karena hubungan dalam pernikahan ini, karena

33 Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:

Gema Insani Pers, 2003), h. 260

34 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 580

Page 37: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

perbedaan agama dan kebudayaan antara keduanya, membuat hubungan itu hanya

hubungan fisik saja, bukan menjadi hubungan yang membudaya yang menjadi azas

pernikahan dalam Islam.35

D. Pernikahan Wanita Muslimah dengan Pria Non Muslim

Ulama telah sepakat, bahwa haram hukumnya pernikahan seorang wanita

muslimah dengan pria non muslim, baik calon itu termasuk pemeluk agama yang

mempuyai kitab suci, seperti Kristen dan Yahudi, atupun pemeluk agama yang

mempuyai kitab serupa kitab suci. Termasuk pula disini penganut animisme,

ateisme, polotiesme dan sebagainya.36

Landasan pengharaman pernikahan wanita muslimah dengan non muslim

adalah surat al-Baqarah ayat 221:

Artinya: “…Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-

wanita mu'min) sebelum mereka beriman”. (Q.S. al-Baqarah: 221)

Imam Syafi’I berkata: apabila seorang wanita masuk Islam atau dilahirkan

dalam keadaan Islam, atau salah seorang dari kedua orang tuanya masuk Islam

35 Abu A’la al-Maududi, Kawin Cerai Menurut Islam, Penerjemah: Ahmad Rais, (Jakarta:

Gema Insani Pers, 1995), h. 20

36 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, h. 6

Page 38: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

sementara ia masih anak-anak dan belum mencapai usia baligh, maka haram atas

setiap laki-laki musyrik. Ahli kitab atau penyembah berhala untuk menikahinya

dalam segala keadaan. Apabila kedua orang tuanya musyrik, lalu disebutkan

kepadanya sifat-sifat Islam dan ia memahaminya, maka Imam Syafi’I melarang

wanita dinikahi oleh laki-laki musyrik. Namun bila disebutkan kepadanya sifat-sifat

Islam tapi ia tidak memahimnya, maka Imam Syafi’I lebih menyukai jika orang

musyrik dilarang untuk menikahiya.37

Diantara hikmah yang dikemukakan adalah kekhawatiran kehilangan

kebebasan beragama dan kerena lemahnya pendirian sehingga dapat mudah terseret

kepada murtad. Demikian juga dengan keturunan, dominan akan mengikuti agama

bapaknya. Dalam hal ini ada banyak fakta kasus pemurtadan dengan cara-cara

pernikahan.38

Selain itu menurut pangamatan Masjfuk Zuhdi, pernikahan antar

agama menjadi salah satu sumber konflik rumah tangga yang dapat mengancam

keutuhan dan kelaggengan rumah tangga.39

Dan dalam Kompilasi Hukum Islam telah diatur pada pasal 44, yaitu:

“seorang wanita muslim dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria

yang tidak beragama Islam”

37 Imam Syaf’I, Ringkasan Kitab Al-Umm., h. 350

38 Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, h. 259

39 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, h. 9

Page 39: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

E. Akibat Hukum Pernikahan Beda Agama

1. Kewarisan

Suatu permasalahan yang akan muncul, akibat dari pernikahan beda agama

yaitu masalah kewarisan. Bagaimana penyelesaian pembagian harta waris dari orang

tua beda agama, khususnya antara agama Islam dan bukan Islam. karena hanya

agama Islam yang mengatur secara jelas mengenai pembagian harta waris. Adapun

agama lain tidak mengatur secara jelas. Dalam agama Kristen Protestan dan Katolik,

mereka memandang bahwa perbedaan agama tidak menghalangi seorang anak untuk

mendapatkan harta waris dari orang tuanya, karena bagaimanapun anak yang telah

lahir tidak dapat dibebankan sangsi tidak mendapat harta waris yang memang

menjadi milikya hanya karena perbedaan agama dengan orang tuanya. Bagitu juga

dengan agama Budha dan Hindu, dua agama ini menyerahkan kepada hukum

Negara. Tapi menurut agama Hindu jika perkawinan beda agama dilakukan oleh

kedua orang tuanya itu tidak sah secara agama, maka si anak yang dilahirkan pun

akan jatuh hina, karena tidak diakui sebagai pewaris sah dari orang tuanya.

Adapun Kewarisan dalam Islam dikenal dengan istilah Fara’id, yaitu

ketentuan-ketentuan tentang siapa saja yang termasuk ahli waris yang berhak

mendapatkan warisan, ahli waris yang tidak berhak mendapatkan warisan, dan

berapa bagian yang harus didapat oleh mereka.40

berbicara hukum Islam berarti

aturan tersebut mempunyai sumber hukum yang jelas dan ditetapkan semenjak awal

40 Ahmad Rapiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 3

Page 40: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

mula turunnya Islam. dasar tersebut adalah Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Ijtihad.41

Dalam aturan tersebuit pula dibahas tentang syarat bagi ahli waris yang bisa

menerima warisan, diantaranya karena hubungan kekarabatan baik darah atau

perkawinan, atau karena memerdekakan hamba, dan ahli waris benar-benar dalam

keadaan hidup. Ada syarat lain yang harus terpenuhi, yaitu diantara pewaris dan ahli

waris tidak ada halangan untuk saling mewarisi.42

Diantara halangan pewarisan tersebut adalah adanya perbedaan agama antara

pewaris dan penerima waris, yaitu bila antara salah satu pewaris atau ahli waris

beragama selain Islam. mengenai kedudukan berlainan agama sebagai penghalang

pewarisan telah menjadi Ijma’seluruh umat Islam.43

hal ini dikarenakan Hadits

Rasulullah SAW :

��ث : �� ا���� �� ز�� ر�� ا� ان ا���� ��� ا� �� و��� ��ل

ا�"!�� ا�$�#� و ��ث ا�$�#� ا�"!��

Artinya: Tidaklah saling mewarisi sesuatu di antara dua orang yang berlaianan

agama. Orang Islam tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir pun tidak

mewarisi orang Islam” (H.R. Bukhari dan Muslim).

41 Ibid, h. 22-26 42 Ibid, h. 29

43 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

2002), h. 38

Page 41: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Hadits ini juga dikuatkan oleh firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ ayat

141:

Artinya: “….. dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang

kafir (untuk menguasai orang-orang yang berima”. (QS.an-Nisa’:141)

Selain itu Rosulullah SAW juga pernah mempraktekan pembagian warisan,

bahwa perbedaan agama menyebabkan antara mereka tidak saling mewarisi, yaitu

pada saat Abu Thalib meninggal dunia. Abu Thalib belum masuk Islam dan

meninggalkan empat orang anak. Uqail dan Talib yang belum masuk Islam, Ali

serta Ja’far telah masuk Islam. Oleh Rosulullah SAW harta warisan diberikan kepada

Uqail dan Talib. Ini menunjukkan bahwa perbedaan agama, menjadi penghalang

saling mewarisi.44

Menurut Hadits di atas ulama-ulama termasyhur dari golongan sahabat,

tabi’in, dan imam-imam madzhab bahwa perbedaan agama mutlak menjadi

penghalang pewarisan. Jadi seorang muslim tidak dapat mewarisi ahli warisnya yang

non-muslim, begitu juga sebaliknya. Namun demikian, Mu’adz, Muawiyah, Ibn al-

Musayyab, Masruq, dan an-Nakha’I, berpendapat bahwa penghalang pewarisan

karena perbedaan agama, tidak termasuk bagi orang muslim untuk mewarisi harta

peninggalan ahli waris yang non muslim. Hal ini dilihat dari pendapat mereka:

44 Ahmad Rafiq, Fiqih Mawaris., h. 405

Page 42: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

sesungguhnya seorang muslim dapat mewarisi harta seorang ahli warisnya yang

kafir, tetapi tidak sebalikya, seperti halnya seorang laki-laki muslim mengawini

wanita kafir, sedangkan laki-laki kafir tidak boleh mengawini wanita muslim.45

Para ulama madzhab sepakat bahwa non-muslim tidak bisa mewarisi muslim,

tetapi mereka berbeda pendapat apakah non-muslim bisa mewarisi muslim?

imamiyah berpendapat bolehnya mewarisi non-muslim kepada muslim, sedangkan

Madzhab yang empat tidak.46

Bila merujuk kepada yang pertama, memungkikan

terjadinya murtad seorang muslim dari agama Islam, berarti untuk ayah dan

anakanya yang beragama Islam ia tidak lagi mewarisi, maka dalam kasus kedua

boleh jadi dalam keluarga seorang yang bukan Islam, seperti anak laki-laki, masuk

Islam, maka bagi golongan Sunni hubungan kewarisan tetap terputus, sedangkan

bagi syiah Imamiyah ia tetap berhak untuk mewarisi orang tuanya yang kafir tanpa

berhak untuk diwarisi.47

Berdasarkan Hadits dan keterangan fiqih mawaris yang telah disepakati di

atas, bahwa perbedaan agama, walaupun ada hubungan kekerabatan karena

mushaharah, tidak dapat saling mewarisi. Perbedaan hukum waris itu berlaku pula

pada anak-anakya, seperti yang dijangkau oleh Hadits. Oleh karena itu, pasangan

45 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris, h. 38

46 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, penerjemah: Masykur dkk,

(Jakarta: Lentera Basritama, 2000), h. 541

47 Sukris Sarnadi, Transedensi Keadilan Hukum Waris Islam Transfrmatif, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1997), h. 29

Page 43: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

suami istri yang berlainan agama, kemungkinan mengalami benturan dalam hal

kewarisan, karena pasangan suami istri tidak tunduk pada hukum yang sama.48

Meskipun ada yang berpendapat bahwa umat Islam bisa menerima pusaka

dari kafir zimmi, sebagaimana yang diulas oleh Muhammad Amin Suma, dalam

pemikiran Ibnu Taimiyah, Islam boleh menerima warisan dari kerabat (ahli waris)

yang kafir zimmi, tetapi tidak sebaliknya. Ada pula diantara mereka menggunakan

analogi kebolehan laki-laki muslim menikahi perempuan ahli kitab atau sebaliknya.

Namun pendapat tersebut bertentangan dengan jumhur ulama’. 49

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak menegaskan secara

eksplisit perbedaan agama antara ahli waris dan pewaris sebagai penghalang

mewarisi. KHI hanya menegaskan bahwa ahli waris beragama Islam pada saat

meninggalnya pewaris, yaitu pada pasal 171 huruf (c): “ahli waris adalah orang

yang pada saat meninggal dunia mempuyai hubungan perkawinan dengan pewaris,

beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.”

2. Perwalian dalam Pernikahan

Perwalian dalam pernikahan pada hakikatnya hanya pada agama Islam, selain

agama Islam memadang perwalian anak dalam pernikahan hanya sebagai pelengkap,

48 Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, h. 173

49 Ibid, h. 174

Page 44: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

bukan syarat sah pernikahan. Sedangkan dalam agama Islam perwalian dalam

pernikahan merupakan hal yang terpentig.

Sebagian besar fuqaha sepakat bahwa wali masuk dalam rukun pernikahan,

hanya Hanafi mengatakan wanita yang telah baligh dan berakal sehat boleh memilih

sendiri suami dan boleh pula melakukan akad nikah sendiri, baik perawan maupun

janda.50

Hal ini mengisyaratkan bahwa tanpa wali yang sah, maka pernikahan

seseorang dapat dipertanyakan.

Aturan ini didasarkan pada Hadits Rosulullah SAW :

ا��اة ن$,+ �*� اذن و�'� #�$�)'� ��&% ا�"�

Artinya: “barang siapa diantara perempuan menikah tanpa seizin walinya, maka

pernikahannya batal”. (HR Empat Ahli Hadits keculai Nasa’I)

Hadits lain Rosulullah SAW bersabda:

ن$�ح ا ���2 و�1ه�ي ��ل

Artinya: “ tidak sah nikah itu tanpa wali dan dua orsang saksi”. (HR. Ahmad)51

Wali nikah dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi

calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya (pasal 19 KHI).

Apabila tidak dipenuhi maka status perkawinannya tidak sah, ketentuan ini

50 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, h. 345

51 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat I, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), h. 67

Page 45: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

berdasarkan Hadits diatas.52

karena keberadaan wali menjadi salah satu rukun

nikah, maka ada syarat wali yang harus terpenuhi untuk sahnya sebuah perwalian,

diantaranya adalah Islam, Baligh, berakal, laki-laki, adil, dan tidak sedang ihram atau

umrah.53

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 20 ayat (1) dirumuskan: “yang

bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum

Islam yakni muslim, aqil, dan baligh.”

Yang menjadi syarat wali disebutkan adalah muslim, maka orang tua yag non

muslim tidak dapat menikahkan anak perempuanya yang muslim. Sangat

disangsikan orang yang bukan Islam dapat bertindak menjadi wali dalam pernikahan

seorang perempuan yang Islam.54

Hal serupa juga ditegaskan oleh Sayyid Sabiq,55

bahwa syarat Islam ditambahkan jika menikah adalah Islam. Sedangkan untuk selain

Islam tidak boleh menurut syara’, sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nisa’

ayat 141:

Artinya: “….. dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang

kafir (untuk menguasai orang-orang yang beriman.)

52 Ahmad Rafiq, Fiqih Mawaris., h. 83

53 Ahmad Sukardja dan Bakri A. Rahman, Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU

Perkawinan, dan Hukum Perdata/BW,h. 28 54 Asaf A.A. Fyzee dkk, Pokok-Pokok Hukum Islam I, penejemah: Arifin Bey, (Jakarta: Tinta

Mas, 1959), h. 272

55 Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah, Jilid II, (Semarang: Toha Putra), h. 111

Page 46: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Menurut kesepakatan para ulama, diantaranya Imam Malik, Syafi’I, Abu

Ubaid, Ahmad, dan para penganut Madzhab Hanafi, seorang kafir sama sekali tidak

diperbolehkan menikahkan seorang muslimah, dan tidak pula seorang muslim boleh

menikahkan wanita kafir, kecuali jika orang muslim itu seorang hakim atau tuan dari

budak wanita kafir. Adapun seorang hakim, ia mempunyai hak perwalian atas ahlu

dzimmah (wanita kafir yang tinggal di negri Islam) yang tidak mempunyai wali,

karena perwaliannya bersifat umum bagi penduduk Darul Islam, dan ahlu dzimmah

itu termasuk dari penduduk dari penduduk Darul Islam, sehingga ia ditetapkan bagi

hakim hak perwalian atasnya, sebagaimana atas wanita muslimah. Sedangkan

seorang majikan muslim mempunyai hak atas budak wanita kafir untuk

menikahkannya, karena wanita kafir itu tidak boleh dinikahkan oleh muslim. Jika

seorang muslim menikahi wanita dzimmi, maka wali dari wanita adalah orang

kafir.56

Apabila terjadi perkawinan antara wanita muslim dengan pria non muslim,

maka sang ayah tidak punya hak perwalian terhadap anak perempuan dalam

pernikahan. Karena melihat esensi dari pentingnya wali sebagai pengarah dan

pemberi tanggung jawab kepada calon suami serta melihat syarat yang telah

disepakati oleh ulama- ulama jumhur dan pasal 20 ayat (1) KHI, maka seorang ayah

non muslim bukan termasuk wali yang ditetapkan.

56 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarg, h. 55-56

Page 47: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Dalam hal ini, berarti perwalian sesuai dengan kedekatan hubungan dengan

calon perempuan, atau sampai akirnya harus memakai wali hakim, sesuai dengan

Pasal 21, 22, 23 Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Page 48: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

BAB III

KONSEP HAK ASASI MANUSIA DALAM KEBEBASAN

BERAGAMA

A. Pengertian HAM, Perbedaannya Menurut Islam dan Barat

Hak asasi manusia (HAM) pada awalnya merupakan terjemahan dari kata

“droits de I’homme” (Prancis), yang terjemahan harfiahnya ialah hak-hak manusia,

yaitu suatu hak-hak manusia dengan warga Negara yang dikeluarkan di Prancis

dalam tahun 1789.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan kata tersebut di dalam bahasa

inggrisnya disebut pada mulanya dengan istilah Fundamental human Rights,

kemudian disingkat Human Rights. Sementara HAM dalam Islam dikenal dengan

isltilah Huquq al-Insan ad-Dhoruriyah dan huquq Allah, dalam Islam Huquq al-

Insan ad-Dhoruriyah dan huquq Allah tak dapat dipisahkan atau berjalan sendiri

tanpa ada keterkaitan satu dengan yang lain.57

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, hak asasi di artikan sebagai hak dasar

atau pokok, seperti hak mendapatkan hidup dan hak mendapatkan perlindungan.

57 Pendidikan Kewarnageraan (Civic Education) Demokrasi, HAM, dan Masayarakat

Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 200

Page 49: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kondratnya,

yang tak dapat dipisahkan dari pada hekekatnya dan karena bersifat suci. Sementara

itu, Jan Materson, seperti dikutip Baharudin Lopa mengartikan hak-hak asasi

manusia sebagai hak yang melekat pada manusia, yang tanpa denganya manusia

mustahil hidup sebagai manusia. Tapi Baharudin Lopa mengomentari bahwa kalimat

mustahil dapat hidup sebagai manusia hendaklah diartikan mustahil dapat hidup

sebagai manusia di samping mempunyai hak juga harus bertanggung jawab atas

segala yang dilakukannya 58

Selanjutnya John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-

hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak yang kodrati.

Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1

disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pasa

hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlidungan harkat dan martabat manusia”59

Pengertian HAM juga dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yakni sudut

pandang HAM sebagai substansi dan HAM sebagai wacana. Sebagai substansi hak

58 Ahmad Kosasih, HAM Dalam perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), h. 18

59 Pendidikan Kewarnageraan (Civic Education), Demokrasi, HAM, dan Masayarakat

Madani, h. 200

Page 50: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

asasi manusia adalah modal hidup manusia yang dimiliki oleh setiap individu sejak

ia lahir. Rumusan yang lebih baku seperti yang diungkapkan Yusril Ihza Mahendra

yang senada dengan Barudin Lopa. Yusril mengungkapkan bahwa hak asasi manusia

adalah hak dasariah yang dimiliki manusia karena kemanusianya. Dari defenisi

Baharudin Lopa dan Yusril Ihza Mahendra dapat dipahami bahwa hak asasi manusia

sebagai substansi adalah modal dasar yang dimiliki oleh setiap individu sejak lahir

atau secara kodrati (tanpa usaha). Dalam pandangan orang yang menganut

kepercayaan, hak itu diakui sebagai pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa,

sedangkan dalam pandangan kaun animis dan filosof hukum kodrat hak-hak tersebut

dianggap sebagai pemberian alam (given of nature). Dengan demikian, manusia

diasumsikan tidak mempunyai perbedaan antara satu sama lain.60

Menurut Al-Maududi hak-hak tersebut adalah pemberian Tuhan kepada

seorang semenjak lahir ke alam dunia. Sebab, kalau hak itu dianggap pemberian

manusia, ia dapat ditarik kembali dengan cara yang sama ketika hak itu diberikan.

Karena hak asasi datangnya dari Tuhan, maka tak satupun lembaga atau perorangan

di dunia ini berhak mencabut atau membatalkannya.

Hak-hak asasi yang dianggap sebagai hak yang dibawa sejak lahir ke dunia

itu sebenarnya adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa (hak yang bersifat

kodrati). Karenanya tidak ada satu kekuasaanpun di dunia dapat mencabutnya.

Meskipun demikian, menurut Baharudin Lopa, bukan berarti menusia dengan hak-

60 Kumpulan Hasil Penelitian 2002, Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam Dan

Implementasi di Indonesia, oleh Jainal Aripin, Dkk. h. 150

Page 51: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

haknya itu dapat berbuat semena-mena. Sebab, apabila seseorang melakukan sesuatu

yang dapat dikategorikan memperkosa hak asasi orang lain, maka ia harus

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Jadi hak asasi mengandung kebebasan

secara mutlak tanpa mengindahkan hak-hak dan kepentingan orang lain. Karena itu

HAM atas dasar yang paling fundamental, yaitu hak kebebasan dan hak

persamaan.61

Rumusan tentang hak hak-hak asasi manusia yang dianggap legal dan

dijadikan standar pada saat ini adalah yang diterbitkan oleh Badan Perserikatan

Bangsa-Bangsa, yang dideklarisakan pada 10 Desember 1948 dan lebih dikenal

dengan “The Universal Declaration Of Human Rights” (Deklarasi semesta tentang

hak-hak asasi manusia), disingkat dengan UDHR. Rumusan ini terdiri dari 30

pasal.62

Pertimbangan-pertimbangan dideklerasikan hak asasi manusia ini adalah

untuk menghargai harkat dan martabat alami manusia, sehingga dengan demikian ia

bisa hidup bebas dan menigkatkan taraf hidupnya itu secara layak.63

Nagara-negara

maju (barat) pada umumnya mengacu kepada HAM yang dideklarasikan oleh Majlis

PBB. Walaupun hampir diterima seluruh anggota PBB, tapi hak-hak asasi tersebut

61 Ahmad Kosasih, HAM Dalam perspektif Islam, h. 19

62 Ibid, h. 24

63 Kumpulan Hasil Penelitian 2002, Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam Dan

Implementasi di Indonesia, oleh Jainal Aripin, Dkk h. 147

Page 52: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

belum tuntas disepakati dan belum dapat mengakomodasi keinginan bangsa-bangsa

di dunia yang amat beragam latar belakang budaya dan agamanya.64

Ada tiga pandangan dari kelompok agama, termasuk umat Islam terhadap

HAM yang dideklarasikan itu, yaitu: Pertama, mereka yang menerima tanpa reserve

dengan alasan bahwa HAM itu sudah sejalan dengan ajaran Islam. Kedua, mereka

yang menilai bahwa konsep HAM tersebut bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Ketiga, posisi kelompok moderat yang mengambil sikap hati-hati, yakni menerima

dengan beberapa perubahan dan modifikasi seperlunya.65

Islam memandang rumusan-rumusan HAM yang terdapat dalam UDHR, ada

permasalahan yang prinsipil yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pasal 16

mengenai perkawinan antar umat yang berbeda agama dan pasal 18 tentang hak

kebebasan keluar masuk agama. Dalam pandangan Islam, perkawinan seorang

muslim dengan non muslim terlarang (haram), sedangkan kebebasan keluar masuk

agama adalah suatu kemurtadan. Atas dasar ini maka negara-negara yang tergabung

dalam Organisasi Konferensi Islam sedunia (OKI) membuat suatu rumusan tentang

HAM berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah yang dideklarasikan di Kairo, Mesir

tanggal 5 Agustus 1990. Rumusan ini terdiri dari 25 pasal, kemudian di sebut dengan

Cairo Declaration, disingkat dengan CD. Dekalarasi Kairo tidaklah membentuk

64 Ahmad Kosasih, HAM Dalam perspektif Islam, h. 24

65 Ibid, h. 25

Page 53: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

rumusan HAM yang baru sama sekali tapi mengoreksi pasal-pasal yang dianggap

menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Islam, sedangkan pada pasal yang tidak

bertentangan dengan prinsip ajaran Islam diberi landasan Al-Qur’an dan Sunnah.66

Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam

Islam dan HAM dalam konsep barat, antara lain:

1. HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Dasar

HAM dalam Al-Qur’an dalam surat al-Hujurat ayat 13:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal…..”

Dimana dikatakan bahwa manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-

bangsa adalah untuk saling mengenal, artinya supaya manusia saling

berhubungan dan saling membantu serta saling memberi manfaat, tidak

mungkin terjadi hubungan yang serasi kalau tidak terpelihara hak persamaan

dan kebebasan. Bagaimana bisa kita berhubungan dengan seorang kalau ia

ditekan atau dianggap berstatus lebih tinggi rendah dari pada kita. Sedangkan

66 Ibid, h. 20

Page 54: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

HAM Barat (UDHR) bersumber pada pemikiran filosofis semata, karena

sepenuhnya produk otak manusia.

2. HAM dalam Islam bersifat Theosentrik, artinya manusia dalam hal ini dilihat

hanya sebagai Makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, bukan

sebagai pemilik mutlak. Oleh karena itu wajib memeliharanya sesuai dengan

aturan Tuhan. Dalam penegakkan, selain untuk kepentingan kemanusian juga

didasari atas kepatuhan dan ketaatan melaksanakan perintah Tuhan dan

dalam mencari keridhoannya. Maka di dalam penegakkan HAM itu tidak

boleh berbenturan dengan ajaran syari’at secara komprehensif. Sedangkan

HAM Barat lebih bersifat antrofosentrik, maksudnya ialah manusialah yang

menjadi fokus perhatian utama. manusia dilihat sebagai pemilik sepenuhnya

hak tersebut.

3. HAM dalam Islam mengutamakan keseimbagan antara hak dan kewajiban

pada seseorang. Karena itu, kepentingan sosial sangat diperhatikan.

Penggunaan hak-hak pribadi di dalam Islam tidak boleh merugikan atau

mengabaikan kepentingan orang lain. apabila seseorang melakukan perbuatan

sebagai haknya, tapi perbuatannya merugikan orang lain maka haknya boleh

dibatasi. Sedangkan HAM barat lebih mengutamakan hak dari pada

kewajiban, karena itu ia lebih terkesan individualistik. Dalam hal ini,

Page 55: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

penggunaan hak oleh seseorang kurang memperhatikan kewajiban

memelihara hak orang lain.67

Jadi dapat disimpulakan bahwa HAM menurut barat adalah semata-mata

hasil otak manusia, yang lebih mengutamakan manusia untuk melakukan kebebasan

tanpa ada batasan-batasan. Sedangkan HAM dalam Islam merupakan salah satu

bagian dari pola umum syari’at. Hak-hak ini sesuci hukum-hukum syari’at lainnya

dan dengan demikian hak-hak ini harus diindahkan sesuai dengan syari’at. Tidak ada

ketetapan Allah yang dapat dikurangi ataupun dibatasi demi hak-hak manusia. Jadi

semua hukum yang telah ditetapkan syari’at itu membatasi ruang lingkup hak-hak

manusia.68

Menurut Alwi Sihab, HAM dalam perspektif barat menempatkan manusia

dalam suatu seting di mana hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut.

Hak asasi manusia dinilai sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sedangkan

HAM dalam perspektif Islam, menganggap dan meyakini bahwa hak-hak manusia

merupakan anugrah Tuhan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggung

jawab kepada Tuhan.

Pada hakikatnya, HAM terdiri dari dua Hak fundamental, yaitu hak

persamaan dan hak kebebasan, dari kedua hak ini lahir hak-hak yang lain. Adapun

hak yang dikenal saat ini adalah meliputi segala hak-hak dasar, yaitu hak hidup, hak

67 Ibid, h. 36-37

68 Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Penerjemah: Abdul Rochim,

(Jakarta: Gema Insani press, 1996), h. 100

Page 56: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

berpendapat, hak beragama, hak penghidupan yang layak, hak persamaan di muka

hukum, hak milik, hak memperoleh kecerdasan intelektual dan sebagainya.

Dan dalam sekripsi ini hanya membahas hak kebebasan memilih agama,

selanjutnya akan dijelaskan konsep hak kebebasan dalan konsep Islam dan Barat,

serta dalam Konstitusi.

B. Hak Kebebesan Beragama Dalam Konsep Islam

Agama Islam memberikan hak kebebasan memilih agama dan kepercayaan

kepada seluruh umat manusia.69

Sehubungan dengan ini Al-Qur’an menyebutkan

antara lain:

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya

telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang

siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka

sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang

tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

(Q.S. al-Baqarah: 256)

69 Ibid, h. 74

Page 57: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Artinya: “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka

barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa

yang ingin (kafir) biarlah ia kafir……". (Q.S. al-Kahfi; 29)

Artinya:“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang

di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia

supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.

(Q.S. Yunus: 99)

Al-Qur’an secara tegas menentang pemaksaan agama dan menekankan

bahwa iman dan kafir, petunjuk yang benar dan kesesatan merupakan hak Allah

untuk memberi atau menahannya. Prinsip ini secara jelas ditujukan kepada Nabi

Muhammad yang tecantum dalam surat Yunus ayat 99. Prinsip kebebasan memilih

berkenaan dengan keyakinan pribadi ditentukan oleh kekuasaan dan pengetahuan

Allah yang abadi dan mutlak. Namun demikian, bahwa kekuasaan Allah dibatasi

keadilan-Nya sehingga berimplikasi pada kebebasan mutlak manusia untuk memilih.

Manusia diberi kebebasan untuk beriman atau kafir seperti pada surat al-Kahfi ayat

29, tapi dengan keadilan Allah maka yang beriman baginya pahala yang abadi dan

yang kafir baginya hukuman yang kekal. Kebebasan untuk beriman atau kafir setelah

mengetahui kebenaran, menyiratkan adanya kebebasan beragama dan tanggung

Page 58: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

jawab pribadi. Ini juga ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 256. Tapi kebebasan

beragama tidak berarti anarki religius yang tak bertanggung jawab, lanjutan ayat ini

menyatakan “sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah”.

Dan konsekuensi dari ini dijelaskan pada akhir ayat, “karena itu barang siapa yang

ingkar pada taghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. 70

Pada piagam madinah juga dijelaskan pada pasal 25, disebutkan “bagi orang-

orang Yahudi agama mereka dan bagi orang-orang Islam agama mereka”. Pasal ini

memberikan jaminan kebebasan beragama. Diantara wujud kebebasan beragama

adalah beribadat menurut ajaran agama masing-masing. Dalam kehidupan bersama

dengan orang-orang Islam, komunitas Yahudi bebas dalam melaksanakan agama

mereka. Islam memang menunjukan sikap toleran terhadap agama lain. 71

Umat Islam diperbolehkan mengajak orang-orang non muslim untuk menuju

jalan Islam, tapi tidak boleh mempengaruhi dengan cara melakukan tekanan-tekanan

social dan politik. Nabi Muhammad diutus untuk menyampaikan petunjuk Allah,

Beliau menyadari tidak akan memaksa seorangpun untuk mengikuti agama Islam.

70 Mahmoud Mustafa Ayoub, Mengurai Konflik Muslim-Kristen, Penterjemah: Ali Noer

Zaman, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 299 71 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian

Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk, (Jakarta: UI-Press,

1995), h. 124

Page 59: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

sepanjang hidup Beliau menganut prinsip kebebasan hati nurani dan keyakinan. 72

Nabi Muhammad tidak memaksa rakyatnya untuk mengubah agama, ia hanya

mendakwahkan Islam, soal konversi ke agama Islam tergantung kepada kesadaran

mereka. Disebutkan dalam piagam madinah bahwa orang-orang musyrik yang hidup

pada masa beliau tidak dinyatakan sebagai musuh-musuh orang Islam. Kepada

mereka disampaikan dakwah tidak dengan paksaan. Adapun tindakan kekerasan dan

perang yang dilakukan Nabi Muhammad terhadap orang-orang musyrik bukan

karena perbedaan agama atau mereka menyembah berhala tapi karena penghianatan

politik dan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap utusan Nabi Muhammad

untuk mengajarkan agama.73

Berdasarkan ayat-ayat dan keterangan-keterangan di atas, jelaslah bahwa

masalah menganut suatu agama atau kepercayaan diserahkan kepada manusia itu

sendiri untuk memilihnya, tidak ada paksaan-paksaan dalam memilih agama dari

siapapun. Islam hanya menyuruh untuk berda’wah, menyeruh, mengajak dan

memimbing kepada kebenaran. Dengan tidak ada paksaan dalam beragama akan

menimbulkan sikap tolerans terhadap penganut agama-agama lain untuk hidup

berdampingan, bekerjasama, dan berlaku adil, selama mereka tidak mengganggu

ketentraman umat Islam.74

72 Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, h. 74 73 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian

Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk, h. 126

74 Ahmad Kosasih, HAM Dalam perspektif Islam, h. 60-61

Page 60: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Untuk mengimplementasikan pesan-pesan dari ayat-ayat di atas guna

terciptanya suatu kerukunan hidup antar umat beragama dalam suatu Negara,

Deklearasi Kairo (CD) menegaskan prinsipnya sebagaimana tercantum dalam pasal

10 berikut:

“Islam adalah agama yang murni ciptaan alam (Allah YME). Islam

melarang melakukan paksaan dalam bentuk apapun atau untuk mengeksploitasi

kemiskinan atau ketidak tahuan seseorang untuk mengubah agamanya atau menjadi

atheis”.

C. Hak Kebebasan Beragama Dalam Konsep Barat (UDHR)

Hak kebebasan beragama dalam konsep Barat telah dideklarasikan dalam

The Universal Declaration Of Human Rights (UDHR) pada pasal 18, yaitu:

“Setiap orang berhak untuk bebas berpikir, bertobat dan beragama; hak ini

meliputi kebebasan berganti agama atau kepercayaanya dan kebebasan untuk

menyatakan agama atau kepercayaannya dalam bentuk beribadat dan menepatinya,

baik sendiri maupun dilakukan bersama-sama dengan orang lain, baik ditempat

umum maupun tersendiri”

Sehubungan dengan hak kebebasan memilih agama pada pasal di atas, yakni

semua orang memiliki hak untuk bebas berpikir, berkeyakinan, dan beragama. Hak

Page 61: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

ini mencakup kebebasan memeluk agama dan kepercayaan sesuai pilihannya,

kebebasan baik secara individual maupun bersama-sama, baik di tempat umum

maupun privat untuk menyatakan agama atau kepercayaan dalam pemujaan,

pelaksanaan perintah agama, praktik dan pengajaran.

Pada awalnya pasal ini tidak mendapat pertentangan, kontroversi baru timbul

saat ada usaha untuk mendefinisikin isinya, yaitu kebebasan berganti atau berpindah

agama atau kepercayaan. Ini akan dapat mengakibatkan salah tafsir, terutama pada

pribadi yang tidak berdasarkan kesadaran. Oleh karena itu, Negara-negara muslim

mengusulkan agar klausul ini dihapus. Dan pada akhirnya, kompromi yang diterima

adalah pengakuan atas hak individu untuk “memeluk atau menganut agama atau

kepercayaan sesuai dengan pilihannya”.75

D. Hak Kebebesan Beragama Dalam Konstitusi (UUD 1945)

Sebelumnya terjadi perdebatan antara para tokoh nasional tentang HAM

(Hak Asasi Manusia) yang diakomodasi dalam konstitusi. Satu pihak yang diwakili

Soekarno dan Soepomo memandang bahwa Indonesia sebagai Negara yang

menjunjung tinggi asas kekeluargaan tidak mungkin mengakomodasi HAM di dalam

konstitusi, karena konsep tersebut lahir dari ideology liberalisme dan individualisme.

Sedangkan di pihak lain yaitu Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin,

75 Syari’ah Islam dan HAM, Dampak Perda Syari’ah terhadap Kebebasan Sipil, hak-hak

perempuan, dan Non-Muslim, (Jakarta: Center for the study of Religion and Culture UIN Syahid,

2007), h. 15

Page 62: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

berpendapat bahwa HAM harus dituangkan dalam konstitusi, karena kekhawatiran

akan munculnya otoritarianisme dan kesewenang-wenangan penguasa. Walaupun

adanya pertentangan diantara keduabelah pihak, akhirnya HAM dimuat dalam

konstitusi. 76

Mengenai hak-hak asasi manusia telah disempurnakan dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dan telah diatur secara rinci seiring dengan bergulirnya

reformasi yang terjadi pada tahun 1998, karena munculnya kesadaran bangsa yang

sedemikian kuat untuk menghargai dan menghormati nilai-nilai kemanusian dan

menjadi pedoman bagi seluruh kekuatan bangsa Indonesia untuk berprilaku sesuai

dengan nilai-nilai peradaban manusia yang ideal sehingga kita bisa mensejajarkan

diri di antara bangsa-bangsa beradab. Sebelumnya mengenai hak asasi manusia

diatur pada pasal 27 dan pasal 28. Setelah UUD 1945 diamandemen, mengenai hak-

hak asasi manusia secara tekhnis dijelasakan lebih lanjut dan ditambahkan BAB X A

pasal 28A sampai dengan pasal 28J.77

Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa ber-bhineka.

Kemajemukannya antara lain terletak pada keyakinan dan agama. Kemajemukan

masyarakat dalam hal agama tersebut merupakan sumber kerawanan sosial apabila

pembinaan kehidupan beragama tidak tertata dengan baik. Agama adalah masalah

76 Kumpulan Hasil Penelitian 2002, Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam Dan

Implementasi di Indonesia, oleh Jainal Aripin, Dkk., h. 151

77 Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 30-31

Page 63: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

yang peka, yang jika tidak tertanam saling pengertian dan toleransi diantara pemeluk

agama yang berbeda-beda, akan mudah menimbulkan pertentangan, bentrokan,

bahkan permusuhan. Oleh karena itu, Negara memberikan kebebasan beragama, agar

terciptanya perdamaian dan toleransi antara pemeluk agama.78

Secara konstitusional,

kehidupan beragama di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar

1945 pasal 29 ayat (1) dan (2), berbunyi:

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

Memeluk suatu agama yang diyakini seseorang adalah sesuatu yang bersifat

hakiki. Kebebasan beragama adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi di

antara hak-hak asasi lainnya, karena hak ini langsung berkaitan dengan martabat

manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.79

Selanjutnya dalam

Undang-Undang Dasar 1945 juga dijelaskan mengenai kebebasan beragama pada

pasal 28E ayat (1) dan (2), berbunyi:

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

78 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian

Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk,, h. 167

79 Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di

Indonesia, h. 28

Page 64: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Suatu usaha pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama di seluruh

Negara Indonesia. Pemerintah menjamin kebebasan tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan sekaligus

menjamin, melindungi, membina, mengembangkan serta memberikan bimbingan

dan pengarahan agar kehidupan beragama lebih berkembang dan serasi dengan

kebijaksanaan pemerintah dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara.80

80 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian

Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk, h. 168

Page 65: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

BAB IV

HAK ANAK MENURUT HAM DALAM MEMILIH AGAMA

Pada dasarnya seluruh agama tidak menghendaki terjadinya perkawinan beda

agama, karena menyangkut aqidah ataupun keyakinan seseorang dan juga generasi

penerusnya. Agama Islam tidak menghendaki terjadinya perkawinan beda agama,

baik laki-laki maupun perempuan sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 221,

namun kemudian ada pengecualian bagi-bagi laki-laki muslim untuk dapat menikah

dengan wanita ahli kitab sebagaimana pada surat al-Maidah ayat 5. Kemudian dalam

perkembangannya terdapat perbedaan pendapat para ulama-ulama mengenai

siapakah ahli kitab yang boleh dinikahi. Namun ulama-ulama Indonesia sepakat

untuk menjaga kemaslahatan, maka perkawinan antara laki-laki muslim dan wanita

ahli kitab diharamkan. terdapat pada pasal 40 jo. Pasal 44 KHI, dan kumpulan fatwa

MUI. Juga dengan agama-agama lain, tidak menghendaki terjadinya perkawinan

beda agama, kecuali tepenuhinya syarat-syarat yang telah ditentukan.

Page 66: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Namun pada abad modern ini terjadinya kelonggaran aqidah di kalangan

umat Islam, sehingga banyak terjadi perkawinan beda agama di masyarakat muslim.

hal ini karena dipicu munculnya paham sinkretis dan pluralis serta yang paling parah

efek globalisasi dan liberalisasi dari dunia barat. Kemudian tidak dapat dipungkiri

kemajemukan agama di Indonesia memberi peluang kepada masyarakat untuk

melakukan perkawinan beda agama.81

Akan menjadi persoalan apabila terjadi perkawinan beda agama terhadap

status agama anak, akan ikut agama siapa?. Hal ini penting untuk dibahas, karena

kaitannya dengan dampak terhadap perkembangan anak. Untuk lebih jelas penulis

akan menjelaskan terlebih dahulu hak kebebasan atau memilih agama menurut

agama selain agama Islam yang ada di Indonesia. Adapun dalam Islam telah

dijelaskan pada bab sebelumnya dalam konsep hak kebebasan.

A. Memilih Agama menurut Agama-Agama di Indonesia

Sehubungan dengan kebebasan beragama, setiap agama mengajarkan supaya

setiap orang bebas memilih, menentukan dan menganut serta menghayati salah satu

agama yang memang sungguh-sungguh sesuai dengan hati nurani, dengan kata lain

tidak ada paksaan. Sebagai dasar perlu adanya kebebasan beragama bahwa manusia

harus mempertenggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan secara pribadi. Semua

agama mengajarkan bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan segala tingkah

81 Budi Hadrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Khairul

Bayaan, 2003), h. 34

Page 67: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

laku, segala amal baiknya, serta segala perbuatannya tidak kepada seseorang tertentu

atau pejabat Negara, tetapi langsung kepada Tuhan. Karena agama itu adalah sesuatu

yang bersifat individual semata-mata

1. Menurut Agama Kristiani (Katolik)

Bagi umat Katolik melalui Konsili Vatikan II, kebebasan beragama telah

mempunyai dasar yang cukup jelas terdapat dalam deklarasi tentang kebebasan

beragama (Libertate Religiosa). Kesadaran akan martabat pribadi manusia makin

hari makin bertambah besar dalam hati nurani manusia zaman sekarang, serta

menimbulkan tuntutan yang semakin mendesak agar manusia hendaknya bertindak

atas pertimbangan dan keputusan sendiri, dengan mengenyami dan menggunakan

kebebasan yang bertanggung jawab, bukannya didorong oleh paksaan melainkan

digerakkan oleh kesadaran dan kewajiban. Konsili Vatikan mengakui bahwa ke atas

hati nurani manusia jualah jatuhnya kewajiban-kewajiban ini beserta kekuatannya

yang mengikat dan bahwa kebenaran tidak dapat timbul dengan sendirinya kecuali

berkat jasa kebenaran itu sendiri, yang menembusi pikiran manusia dengan dayanya

yang sekaligus lembut dan kuat.82

Konsili Vatikan menyatakan bahwa pribadi manusia mempunyai hak atas

kebebasan beragama. Kebebasan ini berarti bahwa semua orang harus kebal terhadap

82 . Budiyono HD, Membina Kerukunan hidup Antar Umat Beriman, (Yogyakarta: Kanisus,

1983), h. 227

Page 68: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

paksaan, baik dilakukan oleh orang-orang perorangan, sesuatu golongan, maupun

kekuasaan. Sehigga dalam urusan-urusan keagamaan tiada seorang pun boleh

dipaksa untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan keyakinannya

sendiri, atau dihalang-halangi untuk bertindak menurut keyakinannya.83

Hak atas kebebasan beragama sesungguhnya berakar di dalam martabat

pribadi manusia sendiri seperti yang dikenal melaui sabda Allah yang diwahyukan

dan oleh akal budi sendiri. Sesuai denga martabatnya sebagai pribadi, yaitu makhluk-

makhluk yang dianugrahi akal budi dan kehendak bebas dan karenanya mempunyai

hak istimewa untuk memikul tanggung jawab pribadi, maka semua orang didorong

oleh kodratnya dan sekaligus juga terikat oleh kewajiban moral untuk mencari

kebenaran, terutama kebenaran agama. Kebenaran itu harus dicari melaui cara yang

sesuai dengan martabat pribadi manusia dan kodrat sosialnya. Ini berarti pencarian

itu harus bebas, dijalankan dengan bantuan pengajaran dan pendidikan. Pertukaran

pendapat dan dialog, di dalam mana manusia saling menjelaskan kepada satu sama

lain kebenaran yang telah mereka temukan, agar dengan demikian dapat saling

membantu dalam mencari kebenaran itu. Apabila kebenaran itu telah ditemukan

maka manusia harus meganutnya dengan setia atas persetujuan pribadi tanpa ada

paksaan. Deklerasi Konsili Vatikan tentang hak manusia atas kebebasan beragama

berdasarkan martabat pribadi, yang eksigensinya makin lebih sempurna diketahui

oleh akal budi manusia melalui pengalaman. Lebih lebih lagi, karena doktrin

83

Ibid, h. 229

Page 69: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

kebebasan ini berakar di dalam wahyu Ilahi, maka orang Kristen wajib

mengindahkannya dengan segala kesadarannya. Salah satu dalil dari ajaran Katolik

ialah bahwa jawaban manusia kepada Allah di dalam perkara iman harus bebas, oleh

sebab itu tiada seorang pun boleh dipaksa untuk memeluk agama melawan

kemauannya sendiri.84

Adapun ibadat iman itu pada hakekatnya adalah suatu tindakan yang bebas.

Manusia yang ditebus oleh kristus, juru selamat, dan oleh Yesus Kristus telah

dijadikan anak angkat Allah, tidak dapat menyangkutkan dirinya kepada Allah yang

mewahyukan diri-Nya sendiri, selain ditarik oleh bapa, dan ia pun memberi kepada

Allah ketaklukan imannya secara bebas lagi masuk akal. Oleh sebab itu, sesuai

benarlah dengan hakekat iman bahwa di dalam urusan-urusan keagamaan setiap cara

paksaan dari pihak manusia harus dijauhkan.

Apa yang menjadi pilihan manusia dari apa yang ia lakukan, hanya tanggung

jawab pribadi manusia kepada Tuhan. Oleh karena itu manusia tidak dapat

menghakimi manusia yang lain. Dalam ajaran Kristiani dapat dilihat dalam Al-kitab,

antara lain:

“janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan

janganlah kamu menghukum, maka kamu tidak akan dihukum; …” (Lukas 6:37-38)

“karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang

lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab dalam menghakimi orang lain,

84 Ibid, h. 231-234

Page 70: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain,

malakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu bahwa hukuman Allah berlangsung

secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. …….” (Rm 2:1-11)

2. Menurut Agama Budha

Menurut ajaran agama Budha, mengenai kebebasan beragama dan sikap

terhadap agama lain menyebutkan bahwa umat Budha Indonesia menyadari bahwa

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah pribadi yang paling

dalam bagi seseorang, yang merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara

hak-hak asasi manusia, yang tidak dapat ditiadakan atau dicampuri oleh siapa pun

juga. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila di tanah air di Indonesia terdapat

berbagai agama dan kepercayaan. Menyadari kenyataan demikian di dalam

masyarakat, maka umat Budha Indonesia memupuk sikap menghormati kebebasan

setiap orang untuk memeluk agama dan kepercayaannya yang diyakininya dan untuk

beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu. Umat Budha Indonesia

tidak sekali-kali ingin memaksaan keyakinannya dengan cara-cara apapun kepada

orang yang memeluk agama yang berbeda, sehingga dapat selalu terbina kerukunan

hidup beragama.85

Sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk

agama yang berbeda itu merupakan sikap umat Budha di seluruh dunia sejak zaman

85 Ibid, h. 236

Page 71: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

dahulu. Hal itu terbukti dengan adanya prasasti Batu Kalinga No. XXII dari Raja

Asoka (aba ketiga sebelum masehi) yang berbunyi antara lain:

“…..janganlah kita menghormati agama (Mazhab) sendiri dan mencela

agama orang lain tanpa sesuatu dasar yang kuat….sebaliknya, agama orang lain

pun hendaknya dihormati atas dasar tertentu. Dengan berbuat demikian, kita telah

membantu agama kita sendiri untuk berkembang, disamping menguntungkan pula

agama orang lain. dengan berbuat sebaliknya, maka kita telah merugikan agama

kita sendiri, disamping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa

menghormati agamanya sendiri dan mencela agama orang lain semata-mata karena

terdorong oleh rasabakti kepada agamanya sendiri,dengan berfikir, “bagaimana

aku dapat memuliakan agamaku sendiri, dengan berbuat demikian ia malah amat

merugikannya sendiri. Oleh karena itu, kerukunanlah yang dianjurkan dengan

pengertian bahwa semua orang hendaknya mendengarkan dan bersedia

medengarkan ajaran yang dianut oleh orang lain.86

86 Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Budha Mazhab Theravada di Indonesia, h.

13-14

Page 72: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

3. Menurut Agama Kong Hu Chu

Dalam agama Kong Hu Chu juga memberikan kebebasan kepada umatnya

untuk memilih agama.87

Hal ini dapat di kutip dalam kitabnya di antaranya adalah:

“Cu-k’ong bertanya tentang bersahabat, Guru menjawab: “(Bila kawan

bersalah), dengan setia berilah nasehat agar dapat kembali ke jalan yang suci.

Kalau dia tidak mau menurut janganlah mendesaknya, itu hanya akan memalukan

diri sendiri.” (Lungi XII: 23)

“Orang yang berperi cinta kasih itu mencintai sesame manusia. Yang

berkesusilaan itu menghormati sesama manusia. Yang mencintai sesama manusia

niscaya selalui dicintai orang. Yang menghormati sesama manusia, niscaya akan

selalui dihormati orang” (Bingcu IVB 28/2,3)

“Bersikap keras kepada diri sendiri dan bersikap lunak kepada orang lain,

akan menjauhkan sesalan orang” (Sabda Suci XV: 21)

‘Seorang panglima yang mengepalai tiga pasukan masih dapat ditawan,

tetapi cita/keyakinan/iman seorang rakyat jelata tidak dapat dirampas (Sabda Suci

IX : 26)

Demikianlah menurut beberapa agama yang ada tentang kebebasan beragama

dan berlandaskan kepada kutipan kitab suci masing-masing yang mengajarkan

tentang kebebasan memilih, menganut agama sesuai dengan keyakinannya sehingga

87 AP. Budiyono HD, Membina Kerukunan hidup Antar Umat Beriman., h. 229

Page 73: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

tidak boleh memaksakan kepada orang lain, karena masalah iman itu bukan usaha

manusia dan bukan hasil penalaran, tetapi merupakan rahmat Tuhan.

Kebebasan beragama yang diberikan pada setiap agama dapat menimbulkan

perdamaian antar umat beragama, baik di masyarakat luas maupun dalam keluarga.

Salah satu tidak memaksakan kehendak dan tidak mengaku yang lebih benar.

Pemerintah telah mejamin kepada warga Negara untuk memeluk agama sesuai

dengan keyakinannya, tidak mendeskriminisaikan kelompok minoritas. Tentu dalam

hal ini pemerintah mempunyai tujuan yaitu menjaga perdamaian dan kerukunan.

Mengutip dari karangan Sayyid Sabiq dalam Anashirul qauwati fil Islam,

ciri-ciri dan unsur-unsur yang esensial dari kebebasan agama ada lima macam:

a. Tidak boleh memaksa seseorang supaya keluar dari agama yang

dipeluknya atau memaksanya menganut aqidah yang tertentu

b. Tidak boleh menggangu kebebasan penganut-penganut agama lain

dalam melaksanakan ibadah dan syiar-syiar keagamaan

c. Memberikan kebebasan kepada penganut-penganut agama lain untuk

mengerjakan hal-hal yang diharuskan menurut agama mereka

d. Memberikan kebebasan kepada penganut-penganut agama lain untuk

menjalankan hukum-hukum privat menurut ajaran mereka

e. Memelihara hak-hak dan kehormatan pemeluk-pemeluk agama lain

dan memberikan kebebasan kepada mereka menyelesaikan sengketa-

sengketa intern mereka.

Page 74: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

B. Kepemilikan Hak Bagi Anak Memilih Agama

Hubungan antara anak dan orang tua mempunyai hak dan kewajiban. Hak-

hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah merupakan kewajiban, orang tua

berkewajiban terhadap anaknya sesuai dengan kadar kemampuannya yaitu,

memelihara, mengasuh, mendidik, menjaga dan melindunginya.

Menurut Abdur Rozak anak mempunyai hak-hak,88

yaitu:

1. Hak anak sebelum dan sesudah dilahirkan.

2. Hak anak dalam kesucian keturunannya.

3. Hak anak dalam menerima pemberian nama yang baik.

4. Hak anak dalam menerima susuan.

5. Hak anak dalam mendapatkan asuhan, perawatan dan pemeliharaan.

6. Hak anak dalam kepemilikan harta benda atau hak warisan demi

kelangsungan hidupnya.

7. Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Adapun dalam Undang-Undang Nomor 39 Iahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia, diatur secara khusus mengenak hak-hak anak, terdapat pada bab ketiga,

bagian kesepuluh dari pasal 52 sampai pasal 66. Salah satu di antara hak-hak anak

yang terpenting untuk dipenuhi adalah pendidikan dan pengajaran, hal itu karena

agar anak mampu megembangkan pemikirannya sampai dewasa dan dapat

88

Abdur Rozak Husein, Hak Anak Dalam Islam, (Jakarta : Fikahati Aneska, 1992), h. 21

15

Page 75: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

menentukan langkah hidupnya sesuai dengan hati nuraninya untuk mencapai

kebahagiannya.

Prinsip orang tua dalam mendidik anak-anaknya menentukan segalanya.

Segala arus pemikiran yang muncul dewasa ini menawarkan berbagai alternatif sikap

dan tindakan. Prinsip orang tua yang sama akan berjalan dengan seimbang terhadap

pemikiran anak tanpa ada pertentangan antar keduanya. Anak sebagai generasi

penerus tentu akan mengikuti apa yang dilakukan kedua orang tuanya, apapun yang

diajarkan oleh kedua orang tuanya senantiasa diterima dengan sepenuh hati. Hal ini

dapat mudah terjadi apabila keyakinan kedua orang tua sama, ketika orang tua

berbeda keyakinan dan memberikan pendidikan yang berbeda serta menjadikan

perebutan terhadap status agama anak, akan menimbulkan ketidak seimbangan

pemikiran terhadap anak dan tidak sepenuh hati menerima ajaran dari salah satu dari

kedua orang tua. Oleh karena itu, diperlukan hak kebebasan bagi anak sesuai hati

nuraninya untuk memilih.

Kedua orang orang tua yang berbeda keyakinan menerapkan suatu ideologi

yaitu kebebasan, maka memiliki tolak ukur tentang benar-salah dan baik-buruk yang

sesuai dengan ideologi kebebasan. Penerapan prinsip ini dalam jiwa anak-anak yang

sedang tumbuh berkembang, tentu merupakan pendidikan yang amat berkesan pada

mereka, segala yang mengarahkan kepada kebebasan berpikir, berbicara,

berkehendak dan berbuat tertanam sejak dini pada diri anak.

Page 76: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Orang tua memberikan keteladanan terhadap anak dalam menerapkan prinsip

kebebasan tersebut, yaitu dengan memberikan contoh yang baik dalam perkataan

maupun perbuatan, karena anak biasanya akan meniru apa yang dilakukan orang

tuanya. Jadi kedua orang tua tidak perlu memaksa dan memperebutkan anak tentang

status agamanya, karena akan berdampak buruk kepada keadaan anak, cukup dengan

memberikan pendidikan dan ketauladan yang baik kemudian memberikan hak

kebebasan sepenuhnya untuk menentukan pilihan agama sesuai hati nuraninya.

Keterangan dalam surat al-Baqarah ayat 256, dalam salah satu riwayat ayat

tersebut turun disebabkan karena ada seorang wanita anshar berjanji kepada dirinya,

apabila anaknya lahir dia akan menjadikan anaknya yahudi. Tatkala Bani Nadhir

diusir dan diantara mereka ada anak-anak kaum anshar, maka kaum anshar berkata,

kami tidak akan membiarkan anak kami manjadi Yahudi, maka Allah menurunkan

ayat ini. diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abbas.89

Keterangan di atas menunjukan bahwa orang tua tidak ada hak untuk

memaksa anaknya dalam mengikuti agamanya. artinya orang tua yang berbeda

agama juga tidak dapat memaksa anaknya untuk mengikuti agamanya masing-

masing, apalagi sampai adanya perebutan yang menimbulkan dampak yang tidak

baik bagi anak itu sendiri. Maka sebaiknya orang tua hanya dapat memberikan

pendidikan agama dengan cara bijaksana dan contoh yang baik kepada anak,

89 Muhammad Nasab Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jil. I, Penerjemah:

Syahibudin, (Jakarta: Gema Insani Pres, 1999), h. 427

Page 77: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

sedangkan untuk memilih agama siapa yang ia inginkan diberikan hak sepenuhnya

untuk memilih sesuai hati nuraninya.

Adapun dalam pada pasal 55 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia, anak mempunyai hak untuk beribadah menurut agamanya, yaitu

“setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi

sesuai dengan tingkat intelektualitasnya dan biaya di bawah bimbingan orang tua

dan atau wali”.

Dan pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, yaitu: “setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya,

berpikir dan berekpresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam

bimbingan orang tua”

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada anak dalam

rangka mengembagkan kreativitas dan intelektualitasnya sesuai dengan tingkat usia

anak. Ketentuan pasal ini juga menegaskan bahwa pengembangan tersebut masih

tetap harus berada dalam bimbingan orang tua. Setiap anak mendapatkan

perlindungan untuk beribadah menurut agamanya. Dengan demikian, anak dapat

menentukan pilihannya apabila anak tersebut telah berakal dan bertanggung jawab

serta memenuhi agama yang dipilihnya.

Telah jelas bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berbeda agama,

ketika telah mampu berpikir dapat menentukan pilihan agama dari orang tuanya

yang berbeda agama. Orang tua memberikan hak tersebut dan masih dalam

Page 78: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

bimbingannya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, seorang anak yang

mempunyai orang tua yang berbeda agama, memiliki hak untuk memilih agama

sesuai hati nuraniya. Hak memilih agama itu beriringan dengan hak mendapatkan

pendidikan khususnya pendidikan agama, karena pendidikan itu adalah merupakan

sarana dalam mendapatkan pengetahuan-pengetahuan sehingga tercapailah suatu

kebenaran itu dengan yakin dan sesuai hati nurani tanpa ada paksaan-pakasaan.

C. Hak Anak Menurut HAM dalam Memilih Agama

Seorang anak dalam keluarga sangat penting, karena anak adalah sebagai

penerus keluarga. Harus diberikan hak-haknya agar terjamin kebahagiannya,

terutama dalam pendidikan. Sesuai dengan keterangan di atas bahwa anak

mempunyai hak dalam memilih agama dari orang tuanya yang berbeda agama. Anak

akan memperhatikan apa yang dilakukan orang tuanya dalam segala hal, terutama

dalam hal beribadah. Kemungkinan orang tua tidak memberikan kebebasan bagi

anak untuk memilih agamanya sesuai yang ia inginkan itu ada, karena kebanyakan

setiap orang tua menginginkan anaknya untuk mengikuti agamanya dan dengan cara

pendidikan sesuai agamanya. Dengan macam cara yang dilakukan orang tua tentu

akan mengakibatkan dampak buruk terhadap anak. Banyak penelitian yang

dilakukan, apabila terjadi perkawinan beda agama, menimbulkan permasalahan,

khususnya dampak kepada anak tentang pendidikan dan agamanya. Sebagian orang

Page 79: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

ada juga untuk tidak melakukan perkawinan beda agama karena binggung dalam

mendidik dan menentukan agama anak-anaknya.90

Penulis menemukan keluarga berbeda agama, yaitu keluarga antara Basuki

yang beragama Kristen dan Sriastuti yang beragama Islam. Basuki yang ingin

menghendaki anaknya beragama Kristen, sedangkan anaknya ingin beragama Islam,

sehingga Basuki selalu melakukan pemaksaan dan memukul serta marah apabila

Sriastuti mengajarkan tentang agama Islam kepada anaknya. Tentu hal ini tidak baik

kepada perkembangan anak, karena selalu mendapatkan tekanan-tekanan dari orang

tuanya.91

Penulis juga mengambil contoh kasus yang diambil dari laporan penelitian

oleh Bapak Nooryamin Aini, yaitu perkawinan beda agama yang dilakukan pria

muslim dari Malaysia dengan wanita Kristren warga Australia. Ini terjadi pada tahun

1994, anak menjadi objek yang menjadi pokok permasalahan, dimana ayahnya

sebagai seorang muslim dituntut untuk agar anaknya dididik secara Islami,

sedangkan ibunya menghendaki anaknya dididik secara Kristen. Kemudian kasus ini

menjadi memanas, dan akhirnya perlu campur tangan pemerintah kedua Negara,

karena mereka berbeda kewarganegaraan. Pada akhirnya kasus ini berakhir dengan

keberhasilan ayah membawa pulang kedua anaknya ke Malaysia melalui kerja keras

90 R.I. Suhartin. C, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, (Jakarta: Bharata Karya

Aksara, 1986), h. 32

91 Wawancara Pribadi

Page 80: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

yang telah dilakukan. Sebuah alasan yang sederhana mengakibatkan hancurnya

rumah tangga, yaitu ayah merasa dituntut dan diwajibkan oleh ajaran agama untuk

membesarkan dan mendidik keturunannya secara Islami.92

Hal di atas menggambarkan bahwa perkawinan beda agama menimbulkan

ketidakseimbangan dalam menjalaninya, maka suatu perkawinan yang dilandasi

agama yang sama secara potensial akan lebih stabil dalam menjalaninya.93

Tentu

anak akan menjadi korban, apabila pasangan yang berbeda agama memaksakan

kehendak untuk mengikuti salah satu agamanya. Tapi tidak menutup kemungkinan

perkawinan beda agama akan berjalan dengan utuh, yaitu apabila dalam keluarga

ditumbuhkan cinta kasih, toleransi yang tinggi dan khususnya terhadap anak,

diberikan hak kebebasan dalam memilih agamanya dan bijaksana dalam memberikan

pendidikan.

Anak mempunyai hak sebagai manusia. Hak bagi anak dalam masyarakat

internasional didefinisikan sebagai “hak asasi manusia untuk anak” dimana hak

tersebut melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu kita tidak dapat hidup

sebagai manusia yang sempurna.94

Hak anak adalah hak kodrat yang dimiliki sejak

dalam kandungan.

92 Nooryamin Aini, Affiliasi Agama Anak dari keluarga Berbeda Agama, (Jakarta: Laporan

Penelitian, 1997), h. 3 93 Ibid, h. 31

94 Rusjdi Ali Muhammad, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Syari’at Islam; Mengenal

Jati Diri Manusia, (Jakarta: Arraniri Pres, 2004), h. xxxiii

Page 81: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Memberikan hak kebebasan kepada anak untuk memilih agama sesuai hati

nuraninya merupakan solusi agar tidak berdampak negatif terhadap jiwa anak. Setiap

menusia diberikan hak berkebebasan dalam menjalani hidup dengan menggunakan

akal pikirannya yang telah diberikan Tuhan. Maka seorang anak mempunyai hak

kebebasan sebagai hak kodrat yang dimilikinya, diberikan hak kebebasan memilih

agamanya. Dengan melalui pendidikan dan pengetahuan yang telah didapat, akan

mampu berpikir untuk menentukan pilihannya. Suatu contoh kasus penulis

kemukakan, seorang anak yang diberikan kebebasan dalam menentukan pilihan

agamanya dan menjalani hidup tanpa ada beban sedikitpun walaupun kedua orang

tuanya berbeda agama.

Seorang anak gadis yang bernama Luci Septiana, yang akan menginjak

dewasa hasil dari perkawinan beda agama. Ia mengaku tidak merasa tidak

terbebankan oleh keadaan orang tuanya yang berbeda agama. Ia mengatakan bahwa

kedua orang tuanya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak-anaknya,

apakah ia mau masuk Islam maupun agama katolik. Ayahnya yang beragama katolik

tidak seikitpun mempangaruhi anak-anakya untuk seagama dengan ayahnya, selain

itu ayahnya juga jarang bicara tentang agamanya, karena kedua orang tua ayah dari

Luci (kakek nenek) sudah berbeda agama, dan hanya ayahnya saja beragama

Katolik, sedang lainnya beragama Islam. Begitu juga dengan keluarga Luci, dari

empat saudara hanya satu yang beragama Katolik, itupun karena kasihan melihat

Page 82: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

ayahnya selalu sendirian jika pergi ke gereja untuk kebaktian dan bukan karena

pengaruh ayahnya.

Ini menunjukan kebebasan memilih agama adalah merupakan bagian dari hak

asasi bagi anak yang harus diberikan, agar terpenuhinya kerukunan dalam menjalani

keluarga dan tidak menjadikan beban bagi anak itu sendiri dalam menentukan

pilihannya.

Hak asasi manusia yang paling dasar adalah kebebasan, dengan kebebasan itu

akan dapat menentukan apa yang ingin diperbuat. Tapi yang perlu diperhatikan

bahwa kebebasan yang dalam Islam adalah hak yang diberikan Tuhan, maka apa

yang telah diperbuat harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, artinya

kebebasan itu dibatasi oleh perintah dan larangan Tuhan. Begitu juga dengan agama-

agama lain yang percaya adanya Tuhan. Berbeda dengan kebebasan yang dicetuskan

oleh barat, kebebasan sepenuhnya dari manusia tanpa ada pertanggungjawaban

kepada Tuhan tapi kepada manusia itu sendiri yang memegang hak sepenuhnya.

Hak asasi bagi anak dalam memilih agama dari pasangan beda agama sesuai

hati nuraninya, mau ikut agama ayahnya, atau ikut agama ibunya?. dalam Islam hak

anak ini didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di

muka bumi. Seorang anak akan mempertanggungjawabkan apa yang menjadi

pilihannya di hadapan Allah. Inilah konsekuensi yang harus diterima, karena telah

dijelaskan bagi setiap manusia yang diberikan akal untuk mengetahui kebenaran itu

yang tercantum dalam al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan dalam konsep barat bahwa

Page 83: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

tingkah laku semata-mata hanya ditentukan oleh hukum-hukum Negara atau

sejumlah otoritas resmi untuk tercapainya aturan-aturan public yang aman dan

sejahtera. Jadi semua tingkah laku tidak ada pertanggungjawaban di hadapan Tuhan,

karena hak itu hanya berlandaskan kepada pemikiran manusia sepenuhnya.

Pemahaman akidah dalam Islam, bahwa manusia sebelum dilahirkan ke

dunia sebenarnya telah mengakui keesaan Allah. Jiwa manusia telah bersaksi bahwa

Tuhan adalah Allah yang Maha Esa. Sebagaimana terdapat dalam surat al-A’raf ayat

172 :

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka

(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:

"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Q.S. al-A’raf : 172)

Ayat ini menjelaskan behwa setelah dilahirkan manusia dalam keadaan

tauhid (Islam) sesuai dengan fitrahnya. Maka ketika manusia menyimpang dari

tauhid itu dan mempersekutukan Tuhan, mereka tidak dapat dapat mengatakan

bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka

tidak tahu-menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada jalan bagi

Page 84: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka, karena itu mereka menganggap

bahwa tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.95

Ada Hadits Rosulullah SAW :

��ل ر�2ل ا� ��� ا� �� و��� �� : �� ا�� ه���ة رر�� ا� �� ��ل

�2�2د ا ���2 ��� ا�:9�ت #��2ا7 �'2دان و��5�ان و�"4!�ن ��

Artinya:“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci bersih. Kedua

orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”

(HR. Bukhori dan Muslim)

Seorang anak akan mengetahui agamanya setelah orang tua memberikan

pendidikan agama, pendidikan orang tua sangat berperan dalam membentuk

kepribadian anak, orang tua adalah wakil lingkungan sosial budaya sekitar, yang

melalui mereka seorang anak dapat bersinggungan, berkenalan dan kemudian

menyertai pola-pola kehidupan, tapi hal itu belum tentu sesuai dengan fitrah. Agama

anak sesuai dengan agama kedua orang tuanya. Maka orang tua yang Kristen

biasanya anak menjadi Kristen, dan orang tua Yahudi anak biasanya akan menjadi

yahudi, ataupun orang tua yang berbeda agama anak akan mengikuti salah satu

agamanya. Tentu sesuai dengan penjelasan ayat di atas dan dikaitkan dengan Hadits,

bahwa anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah dengan ketauhidannya, dengan

kefitrahannya itu dan petunjuk dari Tuhan bahwa agama tauhid (Islam) akan mudah

95 Departemen Agama RI, Al-Qur’an tan terjemahnya, (Semarang: PT Karya Toha Putra),

h. 250

Page 85: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

diterima secara akal. Selanjutnya ketika ada penyimpangan tauhid walaupun karena

pendidikan orang tua, karena apa yang diajarkan belum tentu sesuai dengan fitrah,

maka tetap tidak lepas dari pertanggung-jawaban yang telah dilakukannya di akhirat.

Dalam Islam anak-anak mempunyai hak asasi, sesuai dengan tujuan

disyari’atkan hukum Islam yaitu yang disebut dengan Dhoruriyah Khomsah atau

lima hak asasi yang harus dipelihara, diselenggarakan dan mutlak harus terpenuhi

seperti halnya hak asasi semua manusia. Dari lima hak asasi itu adalah menjaga

agama (Hifzuddin) atau hak beragama. Beragama merupakan dimensi yang paling

utama pusat dari segala upaya untuk memanusiakan manusia. Menyerahkan hidup

menuju totalitas yang sempurna, diciptakan untuk kemudian kembali kepada sang

kholik dengan kesucian jiwa. Memelihara dan menjalankan agama suatu kewajiban.

Hidup yang inheren dalam diri manusia dengan seperangkat aturan (syariat) secara

otonom menusia bebas dan berhak menentukan pilihan untuk memperoleh hakiki jati

diri kemanusiannya. Demikianlah bagi seorang anak, ia berhak memperoleh harkat

kemanusiannya melalui penanaman keagamaan sebagai landasan. Bertolak dalam

menjalankan hidupnya sebagai manusia penanaman akidah menjadi penting untuk

perkembangan jiwa anak.

Ada kemungkinan orang tua yang berbeda agama membiarkan anakanya

memilih pada agama siapa ia berpijak akan bermasalah jika tidak bijaksana, ia bisa

menjadi athies atau tanpa agama, karena keyakinan agama itu ditentukan dengan

pendidikan sejak kecil. Tapi hal itu tidak akan terjadi, apabila kedua orang tua

Page 86: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

memberikan pendidikan agama itu sejak kecil sampai ia dapat berpikir dan

menentukan pilihannya. Kedua orang tua mempunyai sifat toleransi dan bijaksana

satu sama lain dalam mendidik, apalagi kalau orang tua mengarahkan dengan satu

agama. Dengan pendidikan agama itu anak akan mengetahui dan mampu berpikir

dan akan lebih mudah untuk memilih keyakinan agama sesuai hati nuraninya tanpa

ada paksaan-paksaan dan tekanan-tekanan, seperti yang di alami keluaraga Luci

Septiana yang mampu menjalani keluarga dengan baik, walaupun kedua orang

tuannya berbeda agama.

Orang tua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang diterima oleh anak,

oleh karena itu kehormatan dan ketentraman dalam keluarga merupakan faktor

penting dan harus diperhatikan dalam rangka keberhasilan pengasuhan dan

pengembangan anak. Orang tua dan keharmonisan keluarga merupakan faktor paling

penting dan pengaruh paling kuat dalam membentuk sikap, perilaku dan akhlak.

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bahwa anak

mendapatkan perlindungan dalam memeluk agamanya, meliputi pembinaan,

pembimbingan dan pengajaran yang harus dijamin oleh Negara, Masyarakat,

keluarga, orang Tua dan lembaga sosial. Sesuai dengan pasal 1 ayat (12) Undang-

Undang No. 23 tahun 2002 “bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan

negara”.

Page 87: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Hak anak memeluk agama sesuai dengan hati nurani dan intelektual

kecerdasannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

terutama orang tua yang berhubungan langsung dengan anak.

D. Analisis

Setiap agama tidak memaksakan kehendak orang lain untuk mengikuti

agamanya, memberikan hak kepada setiap orang untuk kebebasan beragama, dan

Negara telah menjamin warganegaranya bebas untuk memeluk agamanya sesuai hati

nurani. Hal ini untuk mengembangkan kehidupan yang damai antar pemeluk agama.

Anak sebagai manusia mempunyai hak-hak kodrat yang dimilikinya. Dalam

Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah

mengatur hak-hak anak yang harus dijamin oleh Negara, khususnya orang tua yang

berhubungan langsung dengan anak. Salah satu haknya yang harus dijamin adalah

masalah ibadahnya sesuai agama yang ia anut. Tentu bagi pasangan yang berbeda

agama untuk memberikan hak itu sesuai agama yang anak pilih, agama ayah atau

agama ibunya.

Agama anak dapat ditentukan oleh agama orang tua, karena anak biasanya

mengikuti perilaku orang tua. Anak yang mempunyai orang tua yang berbeda agama

tentu melihat perilaku orang tua dengan berbeda, khususnya dalam beribadah. Oleh

karena itu sesuai dengan ketentutan Undang-Undang anak mempunyai hak untuk

Page 88: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

beribadah sesuai agamanya, artinya anak dapat menentukan agama pilihannya dari

salah satu agama orang tuanya dan beribadah sesuai agama yang dipilihnya.

Pendidikan agama yang diberikan orang tua tentu berbeda, tapi perbedaan-

perbedaan itu dapat menambah pengetahuan bagi anak. Ketika anak telah mampu

berpikir ia dapat menentukan pilihan agamanya tanpa ada paksaan dari salah satu

orang tuanya. Dengan kebebasan yang diberikan untuk memilih dan bijaksana dalam

memberikan pendidikan serta toleransi yang tinggi antara satu sama lain merupakan

cara untuk membentuk keluarga yang damai.

Hak anak memilih agama merupakan bagian dari hak asasi manusia yang ia

miliki. Terdapat dua pandangan dalam hal ini; dalam Islam bahwa hak-hak itu

dibatasi oleh perintah dan larangan Tuhan, artinya semua pola tingkah laku manusia

mempunyai konsekuensi. Agama apa yang dipilih seorang anak, ia akan

mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan, karena ini berkaitan langsung

dengan Tuhan. Sedangkan dalam HAM konsep Barat yang dituangkan dalam

UDHR, bahwa hak itu sepenuhnya milik manusia tanpa ada batasan-batasan, artinya

anak dapat memilih agamanya bahkan dapat berganti agama sesuai kehendak

hatinya.

Dapat disimpulkan kedua pandangan ini, baik HAM dalam Islam maupun

HAM yang dituangkan dalam UDHR, bahwa kebebasan memilih agama adalah hak

yang dimiliki anak. Pasangan yang berbeda agama tidak boleh memaksa kehendak

anaknya untuk memilih agama, tapi hanya dapat memberikan pendidikan,

Page 89: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

pengajaran, bimbingan dan tauladan yang baik, karena masalah keyakinan ini besifat

individual. Perbedaan kedua pandangan terletak pada yang memberikan hak itu dan

konsekusensinya.

Page 90: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab di atas penulis dapat simpulkan:

1. Pada dasarnya seluruh agama tidak menghendaki terjadinya pernikahan beda

agama, karena menyangkut keyakinan seseorang dan juga generasi

penerusnya. Majelis Ulama Indonesia telah memfatwakan bahwa pernikahan

beda agama adalah haram begitu juga dalam Kompilasi Hukum Islam.

Sedangkan dalam agama lain mempunyai syarat-syarat tertentu

dibolehkannya pernikahan beda agama. Tapi dengan perbedaan-perbedaan

ulama-ulama Islam dahulu tentang boleh dan tidak bolehnya menikahi ahli

kitab, pemikiran-pemikiran barat yang telah mempengaruhi masyarakat

Indonesia, dan kemajemukan agama yang ada di Indonesia masih ada

kemungkinan besar terjadinya pernikahan beda agama saat ini.

Page 91: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

2. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga dari pernikahan beda agama

diperlukan toleransi yang tinggi, mengambil keputusan yang bijaksana

diantara keduanya dan menerapkan ideologi kebebasan terhadap anaknya

untuk memilih agama

3. Kebabasan memilih agama merupakan hak yang paling asasi diantara hak-

hak asasi lainnya, karena hak ini bersifat individual dan langsung berkaitan

dengan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Hak bagi anak dalam memilih agamanya merupakan bagian dari hak asasi

manusia yang dimilikinya yang harus dilindungi sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Orang

tua yang berhubungan langsung dengan anak harus memenuhi hak tersebut

dengan masih dalam bimbingan, pendidikan dan pengajaran sampai ia

mampu menentukan agama pilihannya..

5. Orang tua yang berbeda agama memberikan hak kebebasan kepada anak

untuk memilih agamanya dengan melalui bimbingan dan pendidikan agama

sampai ia dapat menentukan pilihannya sepenuh hati tanpa ada paksaan-

paksaan. Hal ini agar tidak berdampak buruk terhadap jiwa anak, karena

agama apapun yang ia pilih diterima dengan sepenuh hati, akan merasa

nyaman dan bahagia tanpa ada beban dan menjalani kehidupan keluarganya

dengan baik.

Page 92: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

6. Hak kebebasan bagi anak, dalam Islam merupakan pemberian dari Tuhan

sebagai makhluk yang paling mulia (Khalifah) di muka bumi, diberikan akal

untuk menggunakan hak kebebasannya. Karena hak itu dari Tuhan maka

semua tingkah lakunya di batasi aturan Tuhan dan dipertanggungjawabkan di

hadapan-Nya. Berbeda dengan Barat, pola tingkah laku ditentukan semata-

mata oleh penguasa.

B. Saran-saran

1. Hendaknya bagi masyarakat yang ingin melaksanakan perkawinan, terlebih

dahulu mengerti dan memahami makna perkawinan itu sendiri. Jika telah

memahami, mereka dapat mempersiapkannya dengan baik. Mereka benar-

benar memilih mana yang terbaik baginya. Adapun jika berbeda agama

denganya, maka ada baiknya mempertimbangkan dampak-dampak dari

perkawinan tersebut.

2. Pernikahan sebaiknya dilakukan dengan sesama aqidah, karena akan lebih

mudah menjalani rumah tangga dan untuk menjaga keturunan. kalaupun

terjadi pernikahan beda agama harus ditanamkan toleransi yang tinggi,

memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih agamanya agar tidak

menimbulkan kebingungan pada anak, dan bijaksana dalam memberikan

bimbingan dan pendidikan agama.

Page 93: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

3. Kepada anak-anak yang orang tuanya berbeda agama, hendaknya memahami

dan mengerti betul dari ajaran agama yang dianut kedua orang tua anda.

Mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat perkawinan yang dilakukan

orang tua anda. Jika orang tua anda tipe orang tua yang tertutup dan bahkan

memaksa kepada keinginan mereka, maka anda harus menjadi orang yang

pintar untuk memilih jalan hidup sendiri tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

4. Peraturan Perundang-undangan telah menjelaskan bahwa hak kebebasan anak

beragama harus dilindungi dan sesuai dengan tujuan syari’at yaitu untuk

menjaga agama atau hak beragama. Maka kepada orang tua yang berbeda

agama agar sungguh-sungguh dalam memberikan hak itu dan pendidikan

sampai ia dewasa sehingga terjamin kebahagian (kemaslahatan) anak

5. Kepada seorang anak, dengan hak yang ada pada diri anda, apapun

pendidikan agama orang tua berikan dapat anda cerna. Allah telah

memberikan akal untuk berpikir, dengan memikirkan apa-apa yang ada di

sekitar lingkungan anda, akan mampu mencapai keyakinan itu dan dapat

menentukan agama pilihan anda sesuai dengan keyakinan.

Page 94: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

DAFTAR PUSTAKA

al-Qur’an al-Karim

Handrianto, Budi, Perkawinan Beda Agama dalam Syari’at Islam, Jakarta : Khaerul

Bayan, 2003

Aini, Nooryamin, Afiliasi Agama Anak dari Keluarga Berbeda Agama, Jakarta:

Laporan Penelitian, 1997

Sukrdja, Ahmad, Perkawinan Beda Agama menurut Hukum Islam, Jakarta : LSIK,

1999

Djalil, Basiq, Pernikahan Lintas Agama dalam Persepektif Fiqh dan KHI, Jakarta:

Qalbun Salim, 2005

Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, Jakarta : Gunung Agung, 1997

Budi, Utomo, Setiawan, Fiqih Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,

Jakarta : Gema Insani, 2003

Nuruddin, Amiur, dan Akmal, Tarigan, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai

KHI, Jakarta : Kencana, 2004

Page 95: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Lopa, Baharuddin, Al-Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Jakarta : Dana Bakti, 1996

Syaukat, Hussain, Syeikh, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta : Gema Insani

Press, 1996

Hasan, Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah : M. Abdul Ghoffar, Jakarta : Pustaka

Al-Kautsar, 2006

Nasab Ar-Rifa’I, Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jil. I, Penerjemah,

Syahibudin, Jakarta: Gema Insani Pres, 1999

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jilid 6, Bandung : PT. Alma’arif, 1980,

Yanggo, H.Chuzaimah T., dan H. A. Hafiz Anshary A.Z., Problematika Hukum

Islam Kontemporer,, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002

Sukardja, Ahmad dan Bakri Rahman, A., Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU

Perkawinan, dan Hukum Perdata/BW, Jakarta: Hidayah Karya Agung,

1981

Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, terj. Asywadie Syukur, Surabya: Bina Ilmu,

2006

Nasution, Harun, Islam Ditijau dari Berbagai Aspek, Jil. 1, Jakarta: Universitas

Indonesia, 1979

Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, cet, X, Jakarta: Gunung Agung, 1997

Hosen, Ibrahim, Fiqih Perbandingan dalam masalah Pernikahan, Jil. I. Jakarta:

Pustaka Pirdaus, 2003

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000

Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, jilid I, terj. As’ad Yasin, Jakarta:

Gema Insani Pers, 1996

al-Maududi, Abu A’la, Kawin Cerai Menurut Islam, terj. Ahmad Rais, Jakarta:

Gema Insani Pers, 1995

Rapiq, Ahmad, Fiqih Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Usman, Suparman dan Somawinata, Yusuf, Fiqih Mawaris, Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2002

Page 96: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Jawad Mughniyah, Muhammad, Fiqih Lima Madzhab, terj. Masykur dkk, Jakarta:

Lentera Basritama, 2000

Sarnadi, Sukris, Transedensi Keadilan Hukum Waris Islam Transfrmatif, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1997

Abidin, Slamet, dan Aminiddin, Fiqih Munakahat I, Jakarta: Pustaka Setia, 1999

Asaf A.A. Fyzee dkk, Pokok-Pokok Hukum Islam I, penejemah: Arifin Bey, Jakarta:

Tinta Mas, 1959

Sabiq, Sayid, fiqih Sunnah, Jilid II, Semarang: Toha Putra

Pendidikan Kewarnageraan, (Cicic Education) Demokrasi, HAM, dan Masayarakat

Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003

Kosasih, Ahmad, HAM Dalam perspektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003

Jainal Aripin, Dkk, Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam Dan Implementasi di

Indonesia, Kumpulan Hasil Penelitian, 2002

Mustafa, Ayoub, Mahmoud, Mengurai Konflik Muslim-Kristen, Penterjemah, Ali

Noer Zaman, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian

Perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang

majemuk, Jakarta: UI-Press, 1995

Syari’ah Islam dan HAM, Dampak Perda Syari’ah terhadap Kebebasan Sipil, hak-

hak perempuan, dan Non-Muslim, Jakarta: Center for the study of Religion

and Culture UIN Syahid, 2007

Bisri, Ilhami, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di

Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

AP. Budiyono, HD, Membina Kerukunan hidup Antar Umat Beriman, Yogyakarta:

Kanisus, 1983

Rozak Husein, Abdur,Hak Anak Dalam Islam, Jakarta : Fikahati Aneska, 1992

15

Page 97: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

R.I. Suhartin. C, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, Jakarta: Bharata

Karya Aksara, 1986

Ali Muhammad, Rusjdi, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Syari’at Islam;

Mengenal Jati Diri Manusia, Jakarta: Arraniri Pres, 2004

Budi Hadrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam, Jakarta: PT. Khairul

Bayaan, 2003

LAMPIRAN I

NAMA: Sriastuti (Wanita Muslim yang suamianya beragama Kristen)

1. Kapan Ibu menikah dengan pak Basuki?

• Saya menikah pada Bulan Desember tahun 1997

2. Apakah Ibu tahu agama pak Basuki yang sebenarnya pada waktu itu?

• Ya, saya tahu, agamanya nasrani, tapi karena ketika menikah dia mau dengan

cara Islam dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah

syahadat di depan seorang penghulu dan Akhirnya saya mau.

3. Di mana Ibu menikah dan siapa yang menjadi wali Ibu?

• Saya menikah di KUA Bogor, dan yang menjadi wali saya adalah seorang

Hakim

4. Berapa jumlah anak ibu sekarang ini?

Page 98: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

• Anak saya sekarang berjumlah tiga orang; anak pertama berumur sepuluh

tahun (kelas lima SD), anak kedua berumur tujuh tahun (kelas 2 SD) dan

anak ketiga berumur satu tahun

5. Apakah Ibu tahu akibat-akibat hukum dalam Islam dari pernikahan

dengan Pak Basuki sebelumnya terhadap anak-anak?

• Tidak tahu, tapi saya hanya menghawatirkan bagaimana agama anak-anak

6. Sekarang apakah anak ibu yang pertama sudah mengerti tentang

agamaya?

• Ya, ia sudah mengerti, ia sering menanyakan agamanya, karena ia selalu

melihat teman-temannya belajar membaca Al-Qur’an dan di sekolah bersama

teman-temannya belajar tentang agama Islam, tapi ia tidak punya buku

tentang agama Islam karena dilarang oleh ayahnya (pak Basuki).

7. Kalau anak Ibu ditanya, ia mau ikut agama Ibu atau Agama pak

Basuki?

• Anak saya itu cendrung mau ikut agama saya (Islam), karena dekat dengan

saya dan ia sering bergaul dengan teman-temannya yang beragama Islam

8. Ketika menikah dengan Ibu pak Basuki beragama Islam, kenapa

sekarang pak Basuki pindah agama lagi?

• Karena keluarga kami tidak mencukupi dalam keuangan, suami saya (pak

Basuki) hanya seorang kuli bangunan yang penghasilan tidak menentu. Suatu

saat ia bertemu teman lamanya yang beragama Kristen, kemudian setiap hari

Page 99: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

minggu mengajaknya pergi ke gereja. Dan gereja selalu memberikan

sembako dan uang tapi dengan syarat mengajak saya dan anak-anak

beragama Kristen

9. Apakah Ibu dan anak-anak mau diajak pak Basuki pindah ke agama

Kristen?

• Kalau saya masih berkeyakinan dengan agama Islam dan anak saya yang

pertama (Agus Wiyanto) juga ingin ikut agama saya, tapi suami saya selalu

memaksa Agus ke gereja dengan paksa. Kalau tidak mau suami saya

memukul dan Agus menangis, karena ia sering tidak mau

10. Bagaimana keadaan Agus sekarang ini?

• Agus setelah pulang sekolah hanya di rumah saja, karena dilarang oleh

ayahnya untuk bermain dengan teman-temanya. Ia sering merasa minder. Ia

ingin belajar sholat dan membaca al-Qur’an, tapi ia tidak berani karena takut

ketahuan ayahnya

11. Apa yang ibu lakukan terhadap Agus?

• Agus sangat dekat dengan saya, ia ingin ikut agama saya, tapi kalau saya

mengajarkan tentang agama Islam suami saya sangat marah. Maka saya

mengajarkannya tentang agama Islam dengan diam-diam

Yang Diwawancara

Page 100: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

Sriastuti

LAMPIRAN II

NAMA: Agus Wiyanto (anak pertama dari Ibu Sriastuti dan pak Basuki)

1. Apakah agus tahu agama ayah dan Ibumu?

• Ya, saya tahu, ayah beragama Kristen dan Ibu beragama Islam

2. Bagaiamana kedua orang tuamu mengajarkan agama kepadamu?

• Ayah sering mengajakku setiap hari minggu ke gereja, kata ayah untuk

beribadah. Sedangkan Ibu menyuruhku untuk belajar membaca Al-Qur’an

bersama teman-temanku, tapi sembunyi-sembunyi dari ayah karena ayah

sering marah kalau saya belajar tentang agama Islam.

3. Agus sekarang memilih Agama siapa? Ikut agama ayahmu atau Agama

Ibumu?

Page 101: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan

• Sebenarnya Saya ingin ikut agama Ibu, tapi ayah saya sangat marah-marah

dan memaksa bahkan sering memukul kalau saya tidak mau ke gereja

sehingga saya sering menangis. Ayah melarang untuk bermain keluar rumah.

4. Apakah Ibu Agus juga memaksa apabila menyuruh belajar membaca

Al-Qur’an?

• Tidak, karena saya ingin sekali belajar pelajaran agama Islam dan membaca

Al-Qur’an seperti teman-teman saya. Ibu hanya menyuruh saja tapi tidak

memaksa seperti memaksa.

5. Bagaimana keadaan Agus sekarang dengan perbedaan agama orang

tua?

• Sekarang saya bingung dan merasa tertekan oleh ayah, maka sekarang saya

kalau diajak ayah ke gereja saya ikut walaupun dengan keadaan terpaksa.

Dan kalau di sekolah saya belajar membaca al-Qur’an dan Sholat juga

bersama teman-teman.

Yang Diwawancara

Agus Wiyanto

Page 102: HAK MEMILIH AGAMA BAGI ANAK DARI PASANGAN BEDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8288/1/AZAZI... · Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum ... Jakarta dan