Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

18
Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699 176 Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di Indonesia Achmad Suhaili STIQ Wali Songo [email protected] Abstrak Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang secara alamiah diperoleh seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia itu sendiri. HAM pada hakikatnya merupakan anugrah Allah kepada semua manusia. Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga menjadi keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya. Karena Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, di jungjung tinggi, di lindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia. Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dari sisi kehidupan manusia, dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun memang tidak dalam satu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat-ayat suci alQuran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Islam, selalu konsisten dalam penerapan Hukum Islam yang senantiasa mensandingkan prinsipnya dengan Nilai-nilai Hak Asasi Manusia yang harus di lindungi oleh Negara dan Pemerintah. A. Pendahuluan Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga menjadi keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya. Istilah HAM baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, munculah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia. Diantaranya adalah pengumuman hak asasi manusia dari Raja John kepada rakyat

Transcript of Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Page 1: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

176

Hak Asasi Manusia (HAM)

Dalam Penerapan Hukum Islam Di Indonesia

Achmad Suhaili

STIQ Wali Songo

[email protected]

Abstrak

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang secara alamiah diperoleh

seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia itu sendiri. HAM

pada hakikatnya merupakan anugrah Allah kepada semua manusia. Dilihat dari kodrat

manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah SWT.

Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang

melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan

martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga menjadi keharusan dari sebuah

negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya. Karena Hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, di jungjung tinggi,

di lindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat martabat manusia. Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dari sisi

kehidupan manusia, dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan

yang tinggi terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun memang tidak dalam satu

dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat-ayat suci alQuran dan Sunnah

Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya

adalah Islam, selalu konsisten dalam penerapan Hukum Islam yang senantiasa

mensandingkan prinsipnya dengan Nilai-nilai Hak Asasi Manusia yang harus di

lindungi oleh Negara dan Pemerintah.

A. Pendahuluan

Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok

yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi

manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal,

dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga

menjadi keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya.

Istilah HAM baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh

borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang

telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami

masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, munculah perlawanan rakyat dan yang

akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia.

Diantaranya adalah pengumuman hak asasi manusia dari Raja John kepada rakyat

Page 2: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

177

Inggris tahun 1216. Hak asasi ini lalu diadopsi oleh tokoh-tokoh Revolusi Perancis

dalam bentuk yang lebih jelas dan luas, serta dideklarasikan pada 26 Agustus 1789.

Di Indonesia penegakan HAM dapat dikatakan kurang berjalan maksimal.

Faktor yang berpengaruh pada penegakan HAM di Indonesia terhambat seperti

masalah politik, dualisme peradilan, prosedural acara. Bagi masyarakat muslim,

belum pernah mengalami penindasan yang dialami Eropa, dimana sistem perundang-

undangan Islam telah menjamin hak-hak asasi bagi semua orang sesuai dengan

aturan umum yang diberikan oleh Allah kepada seluruh umat manusia. Hak asasi

dalam pandangan barat tidak dengan sendirinya mengharuskan negara memberi

jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya. Dalam Islam, konsep

mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri dalam pemikiran

Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang telah

mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi, pengakuan

terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai macam

pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan didalamnya konsep

tentang penegakan HAM.

Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang

lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak

memiliki konsep tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan

mencoba memberikan sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.

B. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugrah-Nya yang wajib dihormati, di jungjung tinggi, di lindungi oleh negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

martabat manusia.

Dalam mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Right) dijelaskan mengenai hak asasi manusia sebagai

berikut:

Page 3: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

178

“Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama

dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga

kemanusiaan adalah dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia.”1

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang

umum dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara

maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja

menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi tersebut, melainkan juga mempunyai

kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak tersebut.

C. Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Islam

HAM merupakan hak yang secara alamiah diperoleh seseorang sejak lahir,

karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia itu sendiri. HAM pada hakikatnya

merupakan anugrah Allah kepada semua manusia.

Menurut Syari‟ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya

adalah keadilan yang ditagakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang

bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,

sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab

itu sendiri.2

Oleh Islam manusia di tempatkan sebagai makhluk yang memilki kemuliaan

dan keutamaan, memiliki harkat dan martabat yang tinggi, sebagaimana dinyatakan

dalam al-Quran.

على كثير من خلقنا ولقد كرمنا بن آدم وحلناىم ف الب ر والبحر ورزق ناىم من الطيبات وفضلناىم .ت فضيل

“ dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka

didaratan dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk

yang telah kami ciptakan.”(Q.S. Al-Isra:70 )

Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,

kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia Persamaan, artinya Islam

1. Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Quran, PT Al-Husna Zikra, Jakarta 2003, hal.32

2. M. Luqman Hakim, Deklarasi Islam tentang HAM, Risalah Gusti, Surabaya, 2000, hal. 12.

Page 4: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

179

memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-

satunya keunggulan yang dinikmati atas manusia lainnya hanya ditentukan oleh

tingkat ketakwaannya.3

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13:

ا ي كم عند أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أكرم اللو أت قاكم إن اللو عليم خبير

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sedangkan kebebasan merupakan elemen penting dari ajaran Islam.

Kehadiran Islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agar terhindar dari

kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan

ideologi. Namun demikian, pemberian kebebasan terhadap mansia bukan berarti

mereka dapat menggunakan kebebasan tersebut mutlak, tetapi dalam kebebasan

tersebut terkandung hak dan kepentingan orang lain yang harus dihormati juga.

Mengenai penghormatan terhadap sesama manusia, dalam Islam seluruh ras

kebangsaan mendapat kehormatan yang sama. Dasar persamaan tersebut sebenarnya

merupakan manifestasi dari wujud kemuliaan manusai yang sangat manusiawi.

Sebenarnya citra kehormatan tersebut terletak pada keunggulan kemanusiaan, bukan

pada superioritas individual dan ras kesukuan. Kehormatan diterapkan secara global

melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam, jika

Adam tercipta dari tanah dan mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak

cucunya pun mendapat kehormatan yang sama, tanpa terkecuali.

Dalam teologi Islam manusia diciptakan oleh Allah sebagai golongan genus

mahluk yang dimuliakan (Q.S Al-Israa:70) dan dia harus dihormati sebagai manusia

apapun warna kulit. Dari manapun asalnya, dan apapun agama yang dianut. Sampai-

sampai Malaikatpun harus menghormatinya (Al-Baqarah: 34, Al-a‟raf:11).

Bersamaan dengan pemberian status sebagai “mahluk yang unggul”

3. Harun Nasution dan Bahtisr Effendi, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Yayasan Obor

Indonesia, Cet. 5. Jakarta, 2001, hal 124

Page 5: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

180

Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang

terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-

insaniyah fi al-Islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung

lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu: 4

1. Hifdzu al-nafs wa al-ird atau Hak Untuk Hidup (Al-Quran surat AL-An‟am :

151)

2. Hifdzu al-„aql atau Hak Persamaan Derajat (Al-Quran surat AL-Hujurat : 13)

3. Hifdzu al-nasl atau Hak memperoleh keadilan (Al-Quran surat al-Maidah : 2)

4. Hifdzu al mal atau Hak Perlindungan harta/Milik (Al-quran surat AL-Baqarah

: 188)

5. Hifdzu al-din atau Hak Kebebasan Beragama (Al-quran surat AL-Baqarah :

256, dan surah Yunus : 99).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang mengisyaratkan hak asasi

manusia yang dihormati secara universal. Kelima dharurat ini yang menjadi tiang

kehidupan manusia. Tidak akan hidup baik kehidupan manusia kecuali dengan

menjaga lima perkara ini. Bahkan kelima hal ini adalah HAM yang dijamin syariat

Islam. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda yang

Artinya:

“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya. Jangan

menzhaliminya dan jangan menyerahkannya. Siapa yang membantu

kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya dan siapa

yang menyelamatkan seorang muslim dari satu bencana maka Allah akan

selamatkan dari satu bencana di hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang

muslim maka Allah akan tutupi aibnya dihari kiamat.” (HR al- Bukhori).

Demikian juga dalam haji Wada‟ Nabi shallallahu „alaihi wasallam pernah

berkhuthbah yang isinya:

“Wahai Manusia hari apakah ini? Mereka menjawab: hari suci. Beliau

bertanya lagi: Dinegeri apakah ini? Mereka menjawab : Negeri suci (tanah

suci). Beliau tanya: Pada bulan apa ini? Mereka menjawab: Bulan suci. Lalu

beliau bersabda: Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram

seperti sucinya hari kalian ini dinegeri kalian ini dan dibulan kalian ini. Beliau

ulang beberapa kali.” (HR al- Bukhori).

Secara historis, prinsip-prinsip HAM sudah diaplikasikan oleh nabi

Muhammad saw. Pada masa awal kepemimpinan beliau di madinah. Di madinah di

samping berfungsi sebagai Rosul, Nabi Muhammad saw juga menjabat sebagai

4 Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam dalam Ismail Muhammad Syah, dkk.

Filsafat Hukum Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 25-26

Page 6: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

181

kepala negara, yang warganya terdiri atas berbagai macam aliran dan golongan yang

jauh sebelumnya saling bersengketa dan bermusuhan. Untuk mempersatukan warga

majemuk itu diperlukan adanya suatu konsensus yang di wajibakan semua pihak

tunduk pada perstujuan bersama(common platform).

Prinsip-prinsip penghormatan terhadap HAM, seperti yang menyangkut ke-

adilan, persamaan derajat, kebebasan beragama dan lainnya tanpa diskriminasi atas

dasar ras, warna kulit, jenis kelamin dan agama dapat dijumpai terutama pada ayat-

ayat Makiyah (yang turun selama periode Mekah), Kemudian dalam perjalanan

peradaban Islam, para ulama dan sarjana muslim mengembangkan konsep-konsep

rasional baik dalam masalah hukum, (yang lazim disebut fiqih) atau teologia (yang

sering disebut ilmu kalam), dan disitu mulai terlihat adanya banyak perbedaan

persepsi dalam menyikapi HAM di kalangan ulama dan sarjana Islam dan hal ini

berlangsung sampai sekarang, ditambah lagi dengan gencarnya Revivalisme Islam

dalam dekade terakhir ini. Semangat Revivalisme Islam juga menyentuh tentang

HAM. Konsep HAM yang universal ditolak karena dianggap mengandung Bias

kepentingan Barat, sebaliknya kemudian diajukan prinsip HAM dalam prinsip Islam

dan Formulasi paling modern dari HAM versi Islam ini adalah “Al-Bayan al-

alami‟an huquq al insan fil islam”5

Islam sebagai agama Samawi, telah meletakkan dasar-dasar teologia dan

ajaran-ajaran yang telah diuji-cobakan oleh sang pembawanya sendiri (Nabi

Muhammad SAW) dan berhasil meletakkan pengalaman social yang menjunjung

tinggi prinsip kemanusiaan dan Hak-hak asasi manusia di tengah-tengah kehidupan

masyarakat dengan berbagai tradisi, berbagai agama dan kemajemukkannya.

Suritauladan tersebut juga diteruskan oleh penerus selanjutnya. prestasi yang

seharusnya dipertahankan ini juga mengalami pasang surut, Bukan karena kelemahan

dan kesalahan Teologia atau ajaran Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi

Muhhammad SAW akan tetapi karena faktor-faktor seperti disebutkan di atas!

Untuk masalah yang menyangkut penerapan HAM dalam Plurarisme agama.

Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw memberikan bimbingan dan teladan

implementasinya kepada para pengikutnya, mulai dari kehidupan berkeluarga hingga

5. Deklarasi Internasional tentang Hak-hak asasi manusia dalam Islam, yang disampaikan di paris

pada tahun 1981.

Page 7: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

182

kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan pemerintahan atau negara yang pertama

kali didirikan oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya di madinah adalah sebuah

negara dengan keragaman Agama dan suku.

Secara garis besar pandangan para intelektual Muslim dalam menyikapi

tentang HAM, dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu:6

Pertama, kelompok fundamentalis. tipologi pemikiran kelompok

fundamentalis ini menolak HAM international secara penuh, pemikiran kegamaan

mereka lebih bersifat apologis, literalis dan romantis

Kedua, kelompok reformis sekuler. Tipologi pemikiran kelompok reformis

sekuler ini adalah menerima HAM Internasional tanpa reserve, mengedepankan

unsur rasionalitas dan unsur kemanusiaan. Karena kelompok reformis sekuleris ini

dalam menyikapi urusan politik dan agama berusaha untuk memisahkannya. Secara

umum kelompok ini menganut dan mengamalkan sekulerisme. Tokoh yang paling

terkemuka yang dapat dikategorikan kelompok ini adalah Ali Abd Raziq.

Ketiga, kelompok reformis fundamentalis. Kelompok reformis fundamentalis

ini menerima HAM secara terbatas (kritis). Pada umumnya kelompok ini berupaya

mencari sintesis yang memungkinkan antara nilai-nilai Islam dan nilai-nilai baru

(yang datang dari luar Islam) meskipun pada kenyataannya pemikiran ini masih tetap

berpegang teguh pada ajaran Islam (yang bersikap teknis praktis) yang

bertentangan dengan pemikiran HAM internasional dan nilai-nilai kemanusiaan.

Pemikiran ini mempunyai kesamaan dengan tipologi pemikiran fundamentalis, yaitu

bersipat teosentris.

Keempat, tipologi kelompok pemikir mutakhir. Ciri dari tipe ini adalah sikap

kritis dan obyektif terhadap pemikiran Barat (HAM internasional) dan pemikiran

Timur (Islam) secara berimbang. Kelompok ini berupaya mencari nilai autentik dari

pemikiran Islam dan Barat. Oleh karena itu tipe ini bisa digolongkan pada Reformis

Super Fundamentalis. Di antara tokoh yang membangun pemikiran ini adalah Hasan

Hanafi.

6.

Harun Nasution dan Bahtisr Effendi, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Yayasan Obor

Indonesia, Cet. 5. Jakarta, 2001, hal 130

Page 8: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

183

D. Nilai-Nilai HAM dalam Syari’ah/Hukum Islam

Secara normatif, nilai-nilai HAM dirumuskan oleh PBB dalam sebuah

deklarasi yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal

(Universal Declaration of Human Rights) PBB pada 10 Desember 1948. Deklarasi

ini disepakati oleh 48 negara dimaksudkan untuk menjadi standar umum yang

universal dari hak asasi manusia bagi sleuruh bangsa dan umat manusia. Deklarasi

ini menyebutkan seluruh hak dan kebebasan yang dinikmati setiap individu tanpa

memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik, dan opini

lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, status kekayaan, kelahiran, dan status

lainnya. 7

Deklarasi ini terdiri dari 30 pasal. Secara umum pasal-pasal itu mengatur hak-

hak yang menjunjung tinggi martabat manusia baik sebagai individu, anggota

masyarakat bangsa, maupun masyarakat internasional.

Dilihat dari tujuan, nilai-nilai HAM di atas sangat universal dan baik. Harkat

dan martabat manusia dijunjung tinggi terlepas dari perbedaan ras, agama, warna

kulit, dan perbedaan lainnya. Dalam konteks ajaran Islam, nilai-nilai itu diakui

sebagai sunnatullah.

Islam adalah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi

beberapa konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat yang

masing-masing memuat ajaran keimanan. Aqidah, ibadah dan muamalat, di samping

mengandung ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama Islam yang

dilandasi oleh ketentuan-ketentuan berupa syariat atau fikih.8

Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu A'Ala Al-Maududi, ada dua

konsep tentang Hak. Pertama, Hak manusia atau huquq al-insān al-dharuriyyah.

Kedua, Hak Allah atau huquq Allah. Kedua jenis hak tersebut tidak bisa dipisahkan.

Dan hal inilah yang membedakan antara konsep HAM menurut Islam dan HAM

menurut perspektif Barat. 9

Perlu dicatat bahwa inti dari HAM adalah egalitarianisme, demokrasi,

persamaan hak di depan hukum, dan keadilan sosial, ekonomi, dan budaya.

7. M. Luqman Hakim, Deklarasi Islam tentang HAM, Risalah Gusti, Surabaya, 2000, hal. 54.

8.

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Islam dan Hak Asasi Manusia, PT Pustaka Rizki

Putra,Semarang, 1999, hal.50. 9.

Abu A'Ala Al-Maududi http://ufukislam.blogspot.com/2009/12/abul-ala-al-maududi.html

Page 9: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

184

Perbedaan, misalnya dalam pandangan Islam, adalah kehendak Allah karena itu

segala upaya yang memaksa agar semua manusia itu seragam (satu agama, satu

bangsa, satu warna kulit, satu opini politik) adalah penyangkalan terhadap

sunnatullah itu. Dalam al-Qur'an Allah menegaskan,:

يعا أفأنت تكره الن اس حت يكونوا مؤمنين ولو شاء ربك لمن من ف الرض كلهم ج"Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di

muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya

mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS, Yunus : 99)

Kitab tafsir yang sangat dihormati, Tafsir Jalalain10

, membuat tekanan sentral

yang lebih memperjelas ayat ini dengan mengatakan, "hendak kau paksa jugakah

orang untuk melakukan apa yang Allah sendiri tidak ingin melakukannya terhadap

mereka?"11

Penegasan Jalalain dapat mempertegas bahwa usaha untuk menyamakan

semua perbedaan semua umat manusia adalah sebuah tindakan pelanggaran HAM.

Ini juga menunjukkan bahwa dengan perbedaan manusia didorong untuk saling

menolong dan bekerjasama. Karena itu, sikap menghargai atas perbedaan di antara

manusia adalah sikap primordial yang tumbuh secara organik sejak Islam diserukan

kepada umat manusia 1500 tahun yang lalu.

Islam menyadari bahwa mengakui perbedaan adalah sikap paling realistis.

Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 272 "Bukan tugasmu (hai

Rasul) memberi petunjuk kepada mereka. Tetapi Allah lah yang memberi petunjuk

kepada siapapun yang kekehendaki-Nya". Ayat-ayat ini adalah prinsip HAM dalam

beragama dan dalam menghormati perbedaan. Namun demikian, ayat ini

menganjurkan agar setiap orang yang beriman harus tetap teguh tanpa harus

terpengaruh oleh ajaran yang lain.

Selain prinsip HAM di atas, prinsip-prinsip lain yang bersifat menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia adalah kritik Islam atas ketidakadilan,

ketimpangan sosial, dan diskriminasi. Nilai-nilai ini adalah juga yang diperjuangkan

10

. karya Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli (791 H-864 H) dan Abu al- Fadl Abdur

Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad Jalaluddin as-Suyuti (849-911 H). Ia disebut Jalalain

yang berarti dua (ulama tafsir bernama) Jalal. 11.

Jalaluddin Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti, terbit dalam banyak edisi dan tafsir yang saya

kutip mengikuti ayat dari QS 10: 99 di atas.

Page 10: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

185

oleh HAM. Sejak 1500 tahun yang lalu, al-Qur'an menyampaikan kritik ini seperti

ketidakadilan ekonomi dalam pernyataan "kekayaan tidak boleh berputar di kalangan

orang-orang kaya saja", QS 59:7. Juga aturan zakat dalam QS 9:60 memperkuat

bagaimana Islam peduli pada orang-orang tertindas yang perlu ditolong dan

ditingkatkan harkat dan martabatnya. Melakukan pembiaran atas nasib orang-orang

miskin dan terlantar adalah perbuatan melanggar agama dan HAM.

Selanjutnya, pada level sosial-politik al-Quran ingin menguatkan unit

kekeluargaan paling dasar yang terdiri dari kedua orang tua, anak-anak, dan kakek-

nenek. Unit keluarga adalah dasar keharmonisan di mana harkat manusia mulai

ditegakkan. Karena itu al-Qur'an peduli pada aspek ini seperti diterangkan dalam QS,

2: 83, 4:36, 6:161, 17:23, 29:8, dan lain-lain. Karena itu, peningkatan harkat dan

martabat manusia hanya bisa bermakna jika dikaitkan dengan aspek keadilan

ekonomi, sosial, dan politik. Prinsip-prinsip al-Qur'an di atas mengatur sedemikian

rupa sehingga hak-hak manusia tidak dilanggar baik dalam tingkat individu,

keluarga, maupun masyarakat. Baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

Jadi, persamaan hak, keadilan, tolong-menolong, dan persamaan di depan

hukum adalah prinsip-prinsip kunci yang sangat diperhatikan di dalam Syari'ah.

Dalam sejarah peradaban Islam, prinsip-prinsip ini dipegang oleh umat Islam sebagai

cara hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dengan prinsip-prinsip yang sangat jelas di atas, maka setiap pemaksaan

kehendak, penindasan, diskriminasi, intoleransi, terorisme, dan hal-hal yang

menyalahi sunnatullah bukanlah ajaran Islam. Sekalipun hal ini dilakukan oleh

oknum umat Islam, namun ini tetap sebagai bukan ajaran Islam. Penegasan ini perlu,

karena semua pelanggaran HAM dalam bentuk pemerintahan otoriter (Saddam

Hussein Abd al-Majid al-Tikriti, Moammar Abu Minyar Al- Khadafi dan lain-lain),

dalam bentuk terorisme, dan dalam bentuk penindasan kaum wanita selalu

dialamatkan kepada umat Islam. Terorisme adalah persoalan politik dan ada di setiap

agama manapun. Terorisme bukan ajaran agama karena ia bertentangan dengan nilai-

nilai kemanusiaan dan sunnatullah.

Secara normatif, tidak ada agama yang menganjurkan kekerasan, kekejaman,

dan pelanggaran atas hak-hak asasi manusia. Dalam konteks ajaran Islam, ia justru

menawarkan konsep kerja sama berdasarkan keadilan, saling menghormati, dan

Page 11: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

186

persaudaraan. Masalah keyakinan adalah masalah Tuhan, yang manusia sendiri tidak

memiliki kewenangan untuk mengadili. Hal ini ditegaskan dalam QS An Nahl:125,

"Sesungguhnya Tuhanmu jauh lebih mengetahui daripada engkau tentang siapa

yang menyimpang dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk".

Prinsip ini mempertegas bahwa dahulukan penghormatan terhadap HAM dan

jangan engkau hiraukan keyakinannya selama ia tidak memusuhi dan melakukan

penyerangan. Dengan kata lain, keyakinan yang berbeda jangan menghalangi kerja

sama dan saling menghormati di antara manusia. Prinsip al-Qur'an ini menjadi jalan

umat Islam untuk menjadi pelopor dalam toleransi dan penegakan hak-hak asasi

manusia. Umat Islam semestinya tidak gamang berbicara soal HAM, karena prinsip-

prinsipnya telah diajarkan dalam al-Qur'an 1500 tahun yang lalu. Kegamangan untuk

menegakkan HAM oleh umat Islam justru menandai kemunduran perspektif.12

Penggalian prinsip-prinsip HAM dari Syari'ah memang sudah mulai

dilakukan oleh sejumlah ulama. Hasilnya adalah munculnya karya-karya tentang

HAM. Bahkan dengan pengayaan baru bahwa Hak Asasi Manusia harus satu paket

dengan kewajiban asasi manusia. Konsep Syari'ah tentang HAM dan seluk-beluknya

masih terus dapat digali. Bahkan bisa ditambahkan ke dalam muatan HAM yang

sudah ada. Pengembangan nilai-nilai HAM dengan pengayaan prinsip-prinsip

Syari'ah dapat menjadi pilihan masa depan yang selanjutnya membentuk semacam

"Teologi Toleransi", "Teologi HAM", atau "Teologi Kerukunan Beragama".

E. Implementasi Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam Di Indonesia

Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam islam memberikan

penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Quran sebagai sumber

hukum pertama bagi umat islam telah melatakan dasar-dasar HAM seta kebenaran

dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat

dunia. Ini dapat di lihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dal ak-Quran, antara

lain:

1. Dalam al-Quran terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup

dan penyediaan sarana kehiduapan, misalnya dalam surat al-Maidah ayat 32.

Disamping itu al-Quran juga berbicara tentang kehormatan dalam ayat 20.

12 .

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Islam dan Hak Asasi Manusia, PT Pustaka Rizki

Putra,Semarang, 2001, hal.56.

Page 12: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

187

2. Al-Quran juga menjelaskan sekitar 150 ayat tentang ciptaan makhluk-

makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam surat al-

Hujurat ayat 13.

3. Al-Quran telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang

yang berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat dan memerintahkan berbuat adil

dalam 50 ayat yang di ungkapkan dengan kata-kata : „adl, qisth dan qishash.

4. Dalam al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan

memaksa untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan

mengutamakan aspirasi. Misalnya yang dikemukakan oleh surat al-Kahfi ayat

29.

Begitu juga halnya dengan sunnah nabi. Nabi Muhammad saw telah

memberikan tuntunan dan contoh dalam penegakan dan perlindungan terhadap

HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam perintah nabi yang menyuruh untuk

memelihara hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan, walaupun terhadap orang yang

berbeda agama, melalui sabda beliau:13

“Barang siapa yang mendzalimi seseorang mu‟ahid (seorang yang telah

dilindungi oleh perjanjian damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya

diluar batas kesanggupannya atau mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak

rela hatinya, maka aku lawannya di hari kiamat”

Dalam deklarasi Madinah melalui Piagam Madinah yang terdiri 47 poin

merupakan konstitusi atau Undang-undang Dasar (UUD) bagi negara Islam yang

pertama didirikan oleh Nabi Muhammad saw sebagai pedoman perilaku sosial,

keagamaan, serta perlindungan semua anggota komunitas yang hidup bersama-sama

di Madinah.

Fenomena Piagam Madinah yang dijadikan pedoman perilaku sosial,

keagamaan, serta perlindungan semua anggota komunitas yang hidup bersama-sama

tersebut sampai menimbulkan decak kagum dari seorang sosiolog modern terkemuka

berkebangsaan Amerika, yaitu Robert N, Bellah, yang menyatakan bahwa kehidupan

Madinah yang sangat menjunjung tinggi HAM, terlampau modern untuk ukuran

zaman itu.

Adapun ajaran pokok dalam Piagam Madinah itu adalah: Pertama, interaksi

secara baik dengan sesama, baik pemeluk Islam maupun non Muslim. Kedua, saling

membantu dalam menghadapi musuh bersama. Ketiga, membela mereka yang

13.

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Islam dan Hak Asasi Manusia, PT Pustaka Rizki

Putra,Semarang, 2001, hal.65.

Page 13: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

188

teraniaya. Keempat, saling menasihati. Dan kelima menghormati kebebasan

beragama. Satu dasar itu yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai

landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat majemuk di Madinah.

Selain deklarasi Madinah juga terdapat deklarasi Cairo. Deklarasi ini

dicetuskan oleh menteri-menteri luar negeri dari negara-negara Organisasi

Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1990. Peran sentral syari‟at Islam sebagai

kerangka acuan dan juga pedoman interpretasi dari Deklarasi Kairo ini terwujud pada

dokumen itu sendiri, terutama pada dua pasal terakhirnya yang menyatakan bahwa

semua hak asasi dan kemerdekaan yang ditetapkan dalam deklarasi ini merupakan

subjek dari syari‟at islam, syari‟at islam adalah satu-satunya sumber acuan untuk

menjelaskan dan penjernihan pasal-pasal deklarasi ini (Pasal 23 dan 24).

Dari gambaran di atas baik deklarasi Madinah maupun Deklarasi Kairo,

betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM yang dimulai sejak Islam ada

sehingga Islam tidak membeda -bedakan latar belakang agama, suku, budaya, strata

sosial dan sebagainya.

Begitu pula penserapan atau implementasi Hak Asasi Manusia yang

dilaksanakan oleh NKRI dengan dibentuknya Organisasi Negara yaitu Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM), yang tidak lain mempunyai

orientasi melindungi individu dan masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehari-

hari, serta menjamin hak persamaan dan keadilan antar sesama. Sehinggi bisa di

abstraksikan bahwa Islam, PBB dan NKRI berjalan senada dan seirama dalam

penegakan Hak Asasi Manusia demi mewujudkan kesetaraan hidup dan keadilan

sosial sehingga kearifan lokal dan tujuan substansi adanya agama dan negara dapat

tercapai.

F. Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia

Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum islam antar lain: 14

1. Hak Hidup

Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang

merupakan karunia dari Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum Islam

terhadap hak hidup manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan syari‟at yang

14.

Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut al-Qur‟an, PT al-Husna Zikra, Jakarta, 2003, hal.

57

Page 14: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

189

melindungi dan menjungjung tinggi darah dan nyawa manusia, melalui larangan

membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.

Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 93 yang artinya:

“Dan barang siapa membunuh seorang muslim dengan sengaja maka

balasannya adalah jahannah, kekal dia didalamnya dan Allah murka

atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat”.

2. Hak Kebebasan Beragama

Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk

didalamnya kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh

karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan keyakinan agama kepada

orang yang telah menganut agama lain. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran surat

al-baqarah ayat 256, yang artinya:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar dan jalan yang salah”.

Kemerdekaan beragama terwujud dalam bentuk-bentuk yang meliputi

antar lain: 15

Pertama, tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama atau

kepercayaan tertentu atau paksaan untuk menanggalkan suatu agama yang

diyakininya.

Kedua, Islam memberikan kekuasaan kepada orang-orang non islam

(ahli kitab) untuk melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban atau apa saja

yang dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan hukum islam.

Ketiga, Islam menjaga kehormatan ahli ktab, bahkan lebih dari itu

mereka diberi kemerdekaan untuk mengadakan perdebatan dan bertukar pikiran

derta pendapat dalam-dalam batasan-batasan etika perdebatan serta menjauhkan

kekerasaan dan paksaan.

Islam telah memberikan respon positif terhadap kebebasan beragama

yang tercermin dalam bentuk kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama. Hal

ini tercermin dalam bentuk larangan memaki sembahan penganut agama lain,

meskipun menurut pandangan Islam hal itu termasuk syirik, sebagaimana

dikatakan dalam surat al-An‟am ayat 108, yang artinya:

“dan jangan kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah, karena nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas

tanpa pengetahuan.”

15.

Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut al-Qur‟an, PT al-Husna Zikra, Jakarta, 2003, hal.

59-61

Page 15: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

190

3. Hak atas Keadilan

Keadilan adalah dasar dari cita-cita islam dan merupakan disiplin mutlak

untuk menegakan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat Quran

maupun sunnah yang mengajak untuk mengakkan keadilan, diantaranya pada

surat an-Nahl ayat 90, yang artinya:

“sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan

keji, kemungkaran dan permusuhan.”

4. Hak Persamaan

Isalm tidak hanya mengakui prinsup kesamaan derajat mutlak diantara

manusia tanpa memandang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan

menjadikannya realitas yang penting.

Al-Quran menjelaskan idealisnya tentang persamaan manusia dalam

surat al-Hujurat ayat 13, yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertakwa”

5. Hak mendapatkan Pendidikan

Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan

pengajaran. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan

kesanggupan alminya. Dalam islam, mendapatkan pendidikan bukan hanya

merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia,

sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits nabi saw yang diriwayatkan oleh

Bukhari:

“menuntuk ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”

6. Hak Kebebasan Berpendapat

Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan

pendapatnya dalam batasan-batasan yang ditentukan hukum dan norma-norma

lainya. Artinya tidak seorangpun diperbolehkan menyebarkan fitnah dan berita-

berita yang mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan nama baik orang

lain.

Kebebasan berpendapat telah dikenal dalam Islam. Sudah merupakan

tradisi dikalangan sahabat untuk bertanya kepada Nabi saw tentang beberapa

masalah berkenaan dengan perintah Allah yang diwahyukan kepadanya. Apabila

nabi menyatakan bahwa dirinya tidak mendapat petunjuk dari Allah, maka para

sahabat boleh menyatakan pendapatnya dengan bebas. Hal ini misalnya terlihat

Page 16: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

191

dalam peristiwa perang badar, dimana Nabi saw memilih suatu tempat khusus

yang dianggapnya pantas untuk menyerang musuh, namun sahabat menyarankan

mengambil tempat lain dan Nabi pun menyetujuinya, karena tempat itu lebih

strategis.

Kebebasan berpendapat juga dijamin dengan adanya lembaga

musyawarah dengan rakyat, yang dijelaskan dalam surat asy-Syura ayat 38, yang

artinya:

“Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka”.

7. Hak Kepemilikan

Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan

penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan

haknya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 188, yang

artinya:

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan

sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)

dosa, padahal kamu mengetahui”

8. Hak Mendapatkan Pekerjaan

Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai

kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana

sabda nabi saw:

“Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada

makanan yang dihasilkan dari tangannya sendiri”(HR. Bukhari)

Disamping itu islam menjamin hak pekerja:

“Berilah pekerja itu upah sebelum kering keringatnya” (HR. Ibnu Majah)

G. Kesimpulan

Hak dapat dimaknai sebagai suatu nilai yang diinginkan seseorang untuk

melindungi dirinya, agar ia dapat ia memelihara dan meningkatkan kehidupannya

dan mengembangkan kepribadiannya. Ketika diberi imbuhan asasi, maka ia

sedemikian penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban, dan mutlak

pemenuhannya.

Karena Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugrah-Nya yang wajib dihormati, di jungjung tinggi, di lindungi oleh negara,

Page 17: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

192

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

martabat manusia.

Manusia dalam Islam di tempatkan sebagai makhluk yang memilki kemuliaan

dan keutamaan, memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Pada sistem HAM Islam

mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan

terhadap sesama manusia. Apapun warna kulit, dari manapun asalnya, dan apapun

agama yang dianut. Sampai-sampai Malaikat pun harus menghormatinya (QS Al-

Baqarah: 34, Al-a‟raf:11). Bersamaan dengan pemberian status sebagai “mahluk

yang unggul”

Hak-hak asasi manusia memperoleh landasan dalam Islam melalui ajarannya

yang paling utama, yaitu Tauhid (mengesakan Tuhan). Karena itu, hak-hak asasi

manusia dalam Islam lebih dipandang dalam perspektif theosentris. Walau demikian,

ajaran tauhid tersebut berimplikasi pada keharusan prinsip persamaan, persaudaraan

dan keadilan antar sesama manusia, dan prinsip kebebasan manusia. Selain prinsip-

prinsip yang bersifat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia adalah kritik

Islam atas ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan diskriminasi. Al-Qur'an

menyampaikan kritik ini seperti ketidakadilan ekonomi dalam pernyataan "kekayaan

tidak boleh berputar di kalangan orang-orang kaya saja" (QS 59:7). Jadi, persamaan

hak, keadilan, tolong-menolong, dan persamaan di depan hukum adalah prinsip-

prinsip kunci yang sangat diperhatikan di dalam Syari'ah. Dalam sejarah peradaban

Islam, prinsip-prinsip ini dipegang oleh umat Islam sebagai cara hidup

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Prinsip tersebut telah menjadi landasan

bagi pembentukan peradaban masyarakat Muslim awal, sehingga menempatkan

dunia Islam beberapa abad di depan barat. Wallu a'lam bi al-shawab.

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Ismail Muhammad, dkk. Filsafat Hukum Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi

Aksara,1992)

Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh Jilid 1, Kencana. 2008

Dalizar putra. 1995. Hak Asasi Manusia Menurut Al-Quran, Jakarta: PT. Al-Husna

Zikra

Nasution, Harun dan Bahtiar Effendi. Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia. 1987

Hakim, M. Luqman. Deklarasi Islam Tentang HAM. Surabaya : Risalah Gusti. 1993

Page 18: Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di ...

Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, No.2. Juli 2019 p-ISSN: 2615-2568 e-ISSN: 2621-3699

193

ash Shiddieqy, T. Muhammad Hasbi. Islam Dan Hak Asasi Manusia, Semarang :PT.

Pustaka Rizki Putra. 1999