Hak asasi Manusia

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia merupakan materi inti dari naskah undang-undang dasar negara modern. Demikian pula hak dan kewajiban warga negara merupakan salah satu materi pokok yang diatur dalam setiap undang-undang dasar sesuai dengan paham konstitusi negara modern. Hak Asasi Manusia (HAM), adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintahan, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Artinya, yang dimaksud sebagai hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi manusia (the human rights) itu berbeda dari pengertian hak warga negara (the citizen’s rights). Namun, karena hak asasi manusia itu telah tercantum dengan tegas dalam UUD 1945, sehingga juga telah resmi menjadi hak konstitusional setiap warga negara atau “constitutional rights”. 1

Transcript of Hak asasi Manusia

Page 1: Hak asasi Manusia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak asasi manusia merupakan materi inti dari naskah undang-undang dasar

negara modern. Demikian pula hak dan kewajiban warga negara merupakan

salah satu materi pokok yang diatur dalam setiap undang-undang dasar sesuai

dengan paham konstitusi negara modern. Hak Asasi Manusia (HAM), adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang

wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum,

Pemerintahan, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia. Artinya, yang dimaksud sebagai hak asasi manusia adalah

hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi

manusia (the human rights) itu berbeda dari pengertian hak warga negara (the

citizen’s rights). Namun, karena hak asasi manusia itu telah tercantum dengan

tegas dalam UUD 1945, sehingga juga telah resmi menjadi hak konstitusional

setiap warga negara atau “constitutional rights”.

1

Page 2: Hak asasi Manusia

BAB II

HAK ASASI MANUSIA

DI INDONESIA

A. Sejarah Hak-Hak Asasi Manusia

Secara historis hak asasi manusia sebagaimana yang saat ini dikenal (baik

yang di cantumkan dalam berbagai piagam maupun dalam UUD), memiliki

riwayat perjuangan panjang bahkan sejak Abad Ke-13 perjuangan untuk

mengukuhkan gagasan hak asasi manusia ini sesudah dimulai segera setelah di

tanda tanganinya Magna Charta pada tahun 1215 oleh raja John Lackbland,

maka sering kali peristiwa ini di catat sebagai permulaan dari sejarah perjuangan

hak-hak asasi manusia, sekali pun sesungguhnya piagam ini belum merupakan

perlindungan terhadap hak-hak asasi sebagaimana yang di kenal surat ini (Muh.

Kusnardi dan ibrahim,1981:307).

Menurut Muhammad Kusnardi dan Ibrahim (1981:308), bahwasannya

perkembangan dari hak-hak asasi manusia adalah dengan ditanda tanganinya

Polition of Rights pada tahun 1628 oleh raja Charles 1. Kalau pada tahun 1215

raja berhadapan dengan kaum bangsawan dan gereja, yang mendorong lahirnya

Magna Charta, maka pada tahun 1628 tersebut raja berhadapan dengan parlemen

yang terdiri dari utusan rakyat (The House Of Comouons) kenyataan ini

memperlihatkan bahwa perjuangan hak-hak asasi manusia memiliki korelasi

yang erat sekali dengan perkembangan demokrasi.

Namun dalam hal ini yang perlu dicatat, bahwasannya hak asasi manusia itu

telah ada sejak abad 13,karena telah adanya pejuangan-perjuangan dari rakyat

untuk mengukuhkan gagasan hak asasi mausia sudah di miliki.

2

Page 3: Hak asasi Manusia

Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,

merupakan bagian dari prinsip perlindungan hukum. Istilah hak asasi manusia

di Indonesia, sering disejajarkan dengan istilah hak- hak kodrat, hak-hak dasar

manusia. Natural rights, human rights, fundamental rights, gronrechten,

mensenrechten, rechten van den mens dan fundamental rechten Menurut

Philipus M Hadjon, di dalam hak (rights), terkandung adanya suatu tuntutan

(claim).

Pengertian hak asasi manusia berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU

No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia

Perkembangan konsep hak asasi manusia ditelusuri secara historis berawal

dari dunia Barat dimulai dari abad XVII sampai dengan abad XX.

Pada abad XVII, hak asasi manusia berasal dari hak kodrat (natural rights)

yang mengalir dari hukum kodrat (natural law). Dua hak yang sangat ditonjolkan

adalah kebebasan politik (political freedom) dan hak untuk ada (rights to be).

Hal ini dipengaruhi keadaan masa sebelumnya dalam kehidupan bernegara yang

absolut.

Pada abad XVIII, hak kodrat dirasionalkan melalui konsep kontrak sosial

dan mebuat hak tersebut menjadi sekular, rational, universal, individual

demokratik dan radikal. Dua hak yang sangat ditonjolkan adalah kebebasan sipil

(civil libertis) dan hak untuk memiliki (rights to have).

3

Page 4: Hak asasi Manusia

Pada abad XIX masuk pemikiran sosialisme yang lebih memberikan

penekanan pada masyarakat (society). Pada masa ini lahir fungsi sosial dan hak-

hak individu. Dua hak yang sangat ditonjolkan adalah hak untuk berpartisipasi

(participation rights) dan hak untuk berbuat (rights to do). Pada abad XX

ditandai dengan usaha untuk mengkonversikan hak-hak individu yang sifatnya

kodrat menjadi hak-hak hukum (form natural human rights into positive legal

rights).

Saat itu lahirlah The Universal Declaration of Human Rights. Hak yang

meonjol pada abad ini adalah hak-hak sosial ekonomi (sosial economic rights)

dan hak untuk mendapatkan sesuatu (rights to receive).

1. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia

Perkembangan pemikiran mengenai HAM di Indonesia tebagi dalam

dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan periode

setelah kemerdekaan (1945-sekarang).

a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM pada periode melalui organisasi pergerakan pada

masa tersebut. Dalam konteks pemikiran HAM, para pemimpin Boedi

Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan

mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada

pemerintah kolonial dalam tulisan yang dimuat dalam Goeroe Desa.

Selain itu, Boedi Oetomo telah pula memperlihatkan kepeduliannya

tentang konsep perwakilan rakyat. Langkah tersebut diambil sebagai

bentuk kewajiban mempertahankan negeri di bawah pemerintahan

kolonial. Selanjutnya, pemikira HAM pada Perhimpunan Indonesia

banyak dipengaruhi tokoh organisasinya seperti Moh. Hatta, Nazir,

Pamontjak, Ahmad Soebardjo, A.A Maramis, dan lain-lain.

4

Page 5: Hak asasi Manusia

Pemikiran itu lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan

nasib sendiri (the right of self-determination). Selanjutnya, Sarekat

Islam merupakan organisasi kaum santri yang dimotori oleh H. Agus

Salim dan Abdul Muis. Konsep HAM yang dikemukakan oleh

organisasi ini menekankan pada usaha-usaha untuk memperoleh

penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi

rasial. Selanjutnya, Partai Komunis Indonesia yang merupakan partai

yang berlandaskan pada Marxisme. Dari segi pemikiran HAM partai ini

lebih condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu

yang berkenaan dengan alat-alat produksi. Organisasi yang juga konsen

terhadap HAM ada pada Indische Partij yang memiliki konsep

pemikiran HAM paling yakni hak untuk mendapatkan kemerdekaan

serta mendapatkan perlakuan yang sama.

Bahkan, Douwes Dekker menyatakan bahwa kemerdekaan itu

harus direbut. Kemudian Partai Nasional Indonesia yang dalam konteks

pemikiran HAM mengedepankan hak untuk memperoleh kemerdekaan

(the right of self determination). Adapun pemikiran HAM dalam

organisasi Pendidikan Nasional Indonesia yang didirikan oleh Moh.

Hatta setelah Partai Nasional Indonesia dibubarkan dan merupakan

wadah perjuangan yang menerapkan taktik non kooperatif melalui

program pendidikan politik, ekonomi dan sosial.

Pemikiran HAM sebelum Indonesia merdeka juga terjadi dalam

perdebatan pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) antara Soekarno dan Soepomo di

stau pihak dengan Moh. Hatta dan Moh. Yamin pada pihak lin.

Perdebatan HAM yang terjadi dalam berkaitan dengan masalah hak

persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan,

5

Page 6: Hak asasi Manusia

hak berserikat, hak berkumpul, hak mengeluarkan pikiran dengan lisan

dan tulisan.

b. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode 1945-1950

Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih menekankan

pada hak untuk merdeka (self detemination), hak kebebasan

berserikat, melalui organisasi politik yang didirikan serta hak

kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.

2) Periode 1950-1959

Pada periode 1950-1959 Indonesia melaksanakan sistem

pemerintahan Demokrasi Parlementer pemikiran dan aktualisasi

HAM pada periode ini mengalami “pasang” dan menikmati “bulan

madu” nya kebebasan. Indikatornya antara lain; Pertama, semakin

banyak tumbuh partai politik dengan beragam idiologinya masing-

masing. Kedua, kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi

betul-betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum

sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana

kebebasan, fair dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan

perwakilan rakyat sebagai representasi dari kedaulatan rakyat

menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil-wakil rakyat

dengan melakukan kontrol/pengawasan yang semakin efektif

terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM

memperoleh iklim yang kondusif, sejalan dengan tumbuhnya

sistem kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

3) Periode 1959-1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah

sistem demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno

terhadapsistem demokrasi parlementer. Pada sistem ini kekuasaan

terpusat pada tangan presiden. Akibatnya Presiden melakukan

tindakan inkonstitusional baik pada tataran suprastruktur politik

maupun dalam tataran infrastruktur politik. Dalam perspektif

6

Page 7: Hak asasi Manusia

pemikiran HAM, telah terjadi pengekangan hak asasi masyarakat

terutama hak sipil dan hak politik. Dengan kata lain telah terjadi

restriksi atau pembatasan yang ketat oleh kekuasaan, sehingga

mengalami kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang

berbanding terbalik dengan situasi pada masa Demokrasi

Parlementer.

4) Periode 1966-1998

Terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto,

setelah sebelumnya didahului dengan adanya pemberontakan

G30S/PKI pada tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan

situasi chaos yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Pergantian tampuk pimpinan nasional ini diikuti oleh suasana

pengharapan yang tinggi akan munculnya supremasi hukum dan

penghormatan terhadap HAM di Indonesia, sehingga pada masa

awal periode ini diadakan berbagai seminar tentang HAM. Dalam

kenyataannya, harapan itu tidak juga terwujud, malah pada sekitar

awal tahun 1970-an sampai dengan akhir 1980-an persoalan HAM

di Indonesia mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi

dihormati, tidak dilindungi bahkan tidak ditegakkan karena

pemikiran elite penguasa pada masa itu menganggap bahwa HAM

merupakan produk Barat dan bersifat individualis, serta

bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut oleh bangsa

Indonesia, meskipun begitu bukan berarti usaha untuk menegakkan

HAM menjadi stagnan tapi pada periode ini masyarakat yang

dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan

masyarakat akademis melakukan berbagai upaya melalui

pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan

pelanggaran HAM yang terjadi seperti kasus Tanjung Priok, kasus

Kedung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan

sebagainya. Upaya dari masyarakat tersebut mulai memperoleh

hasil saat menjelang periode 1990-an karena pemerintah telah

7

Page 8: Hak asasi Manusia

mulai menindaklanjuti terhadap penegakan HAM. Salah satu sikap

akomodatif dari pemerintah dalam memenuhi tuntutan penegakan

HAM yakni dengan dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (KOMNAS HAM) pada tanggal 7 Juni 1993 berdasarkan

KEPRES No. 50 tahun 1993.

5) Periode 1998-sekarang

Pergantian rezim pemerintahan membawa dampak yang sangat

penting bagi pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada

periode ini dilakukan pengkajian ulang terhadap beberapa

kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan

dan perlindungan HAM. Demikian pula kajian terhadap instrumen-

instrumen internasional HAM ditingkatkan. Hasilnya, banyak

norma-norma hukum HAM internasional diadopsi dalam peraturan

perundang-undangan nasional. Masa ini tampaknya menandai era

diterima konsep universalisme HAM.

Strategi penegakan HAM pada periode ini melalui dua tahap:

Pertama, tahap status penentuan (prescriptive status) dimana

pemerintah telah menetapkan beberapa ketentuan perundang-

undangan tentang HAM, selain itu pemerintah menerima norma-

norman internasional, baik melalui ratifikasi maupun

institusionalisasi norma-norma HAM internasional ke dalam sistem

hukum nasional. Kedua, tahap penataan aturan secara konsisten

(rule consistent behavior), tahap ini akab ditandai oleh

penghormatan dan penegakan HAM secara konsisten, baik oleh

Pemerintah maupun masyarakat.

B. Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati

melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus

8

Page 9: Hak asasi Manusia

dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau

dirampas oleh siapapun.

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia

sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Menurut UU No. 39 tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat

hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai anugerah Tuhan

Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh

Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

Menurut Prof. A. Masyhur Effendi, S.H., M.H HAM dapat diartikan sebagai

“Hak dasar yang suci yang melekat pada setiap orang/manusia, pemberian

Tuhan untuk selamanya, ketika menggunakannya tidak merugikan hak-hak dasar

anggota masyarakat lainnya.

Menurut John Locke dalam teori hukum alam atau lebih dikenal dengan

teori perjanjian masyarakat mengemukakan bahwa hak-hak dasar tersebut tidak

dapat lepas dari manusia sejak manusia masih dalam keadaan tanpa negara

(artinya ketika negara belum terbentuk). Hak-hak dasar tak dapat diambil oleh

orang lain (Unaliable). Hak-hak tersebut adalah hak alamiah yang tidak dapat

dicabut dari orang-perorang anggota masyarakat yang bersangkutan. Hak

alamiah tersebut meliputi hak hidup, hak kebebasan dan hak memiliki sesuatu

(Life, Liberty, dan Estate). Hak-hak tersebut tidak pernah lepas dari orang

perorang serta tidak pernah diserahkan kepada siapapun terutama

penguasa/pemerintah.

HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:

1. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan).

2. Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang.

3. Permanen dan tidak dapat dicabut.

9

Page 10: Hak asasi Manusia

4. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.

C. Macam-Macam HAM

Perkembangan tuntutan HAM berdasar tingkat kemajuan peradaban budaya

dapat dibagi secara garis besar meliputi bidang sebagai berikut.

1. Hak asasi pribadi (personal rights)

2. Hak asasi di bidang politik (politic rights)

3. Hak asasi di bidang ekonomi (economic and property rights)

4. Hak asasi di bidang sosial budaya (social and cultural rights)

5. Hak untuk memajukan ilmu dan teknologi

6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan

perlindungan (procedural rights)

7. Hak asasi di bidang HANKAM (defense and security rights)

1. Konsepsi hak asasi manusia Hak-hak Sipil dan Politik (Generasi I)

Hak-hak bidang sipil mencakup, antara lain :

a. Hak untuk menentukan nasib sendiri

b. Hak untuk hidup

c. Hak untuk tidak dihukum mati

d. Hak untuk tidak disiksa

e. Hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang

f. Hak atas peradilan yang adil

Hak-hak bidang politik, antara lain :

a. Hak untuk menyampaikan pendapat

b. Hak untuk berkumpul dan berserikat

c. Hak untuk mendapat persamaan perlakuan di depan hukum

d. Hak untuk memilih dan dipilih

2. Hak-hak Sosial, Ekonomi dan Budaya (Generasi II)

Hak-hak bidang sosial dan ekonomi, antara lain :

10

Page 11: Hak asasi Manusia

a. Hak untuk bekerja

b. Hak untuk mendapat upah yang sama

c. Hak untuk tidak dipaksa bekerja

d. Hak untuk cuti

e. Hak atas makanan

f. Hak atas perumahan

g. Hak atas kesehatan

h. Hak atas pendidikan

Hak-hak bidang budaya, antara lain :

a. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan

b. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

c. Hak untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta (hak cipta)

3. Hak Pembangunan (Generasi III)

Hak-hak bidang pembangunan, antara lain :

a. Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat

b. Hak untuk memperoleh perumahan yang layak

1. Peran Serta dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan Hak Asasi

Manusia di Indonesia

Kategori pelanggaran HAM sebagai berikut.

a. Pembunuhan besar-besaran (genocide),

b. Rasialisme resmi (politik apartheid),

c. Terorisme resmi berskala besar,

d. Pemerintahan Totaliter,

e. Penolakan secara sadar,

f. Perusakan kualitas lingkungan (ecocide)

g. Kejahatan perang.

11

Page 12: Hak asasi Manusia

Upaya penegakan HAM merupakan kewajiban bersama. Untuk mengetahui

secara pasti tentang partisipasi perlindungan dan penegakkan HAM di Indonesia

maka KOMNAS HAM menekankan

a. Membantu terwujudnya peradilan kredibel;

b. Memprakarsai dan menfasilitasi pembentukan komnas HAM di daerah-

daerah;

c. Mengatasi pelanggaran HAM berat;

d. Meningkatkan kemampuan para penegak hukum;

e. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat;

f. Menjamin berlanjutnya proses hokum;

g. Membuat kriteria dan indikator pelanggaran HAM

2. Hak-Hak Asasi Dalam Undang-undang Dasar 1945

Telah di jelaskan pada pembangian sebelumnya bahwa Undang-Undang

Dasar 1945 terdiri dari tiga bagian yang mempunyai kedudukan yang sama,

yaitu pembukaan, batang tubuh yang terdiri dari Pasal 37.

Berdasarkan Pasal 28 dan Pasal 111 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden hanya memberikan

hak tersebut pada warga negara yang sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap

atau Daftar Pemilih Tambahan.

Sehingga warga negara yang telah memenuhi syarat untuk memilih, akan

tetapi masih belum terdaftar dalam DPT telah dirugikan atas keberlakuan pasal

dalam undang-undang tersebut. Sehingga dipastikan apabila tidak diajukannya

judicial review atas pasal tersebut, maka tidak bisa menggunakan haknya dalam

Pemilihan Umum Presiden.

Setelah pengujian (judicial review) atas Pasal 28 dan Pasal 111 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden yang kemudian diputuskan berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi

12

Page 13: Hak asasi Manusia

Nomor 102/PUU-VII/2009, maka hak asasi yang dijamin dalam konstitusi

semakin dikuatkan sehingga warga negara yang tidak terdaftar dalam Daftar

Pemilh Tetap (DPT) bisa tetap menggunakan haknya dengan kartu Tanda

Penduduk (KTP) disertai Kartu Keluarga (KK) atau Paspor bagi warga negara

indonesia yang berada di luar Indonesia dengan syarat-syarat tertentu.

a. Dalam Pembukaan

Sesungguhnya pembukaan undang-undang dasar 1945 banyak

menyebutkan hak-hak asasi sejak alinia pertama sampai alinia keempat.

- Alinea pertama pada hakekatnya adalah merupakan pengakuan akan

adanya kebebasan untuk merdeka.pengakuan akan perikemanusiaan adalah

inti sari dari hak-hak asasi manusia,

- Alinea kedua : Indonesia sebagai negara yang adil

- Alinea ketiga :Dapat disimpulkan bahwa rakyat indonesia

menyatakan kemerdekaannya supaya tercapai kehidupan bangsa indonesia

yang bebas.

- Alinea ke empat: berisikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-

hak asasi dalam segala bidang

b. Dalam Batang Tubuh

Undang-undang dasar 1945 mengatur hak-hak asasi manusia dalam 7

pasal, yaitu Pasal-Pasal yang langsung berbicara mengenai hak-hak asasi.

Ketujuh pasal tersebut adalah :

1) Pasal 27: Tentang persamaan dalam hukum dan penghidupan yang layak

bagi manusia.

2) Pasal 28: Tentang kebebasan berserikat,berkumpul,dan mengeluarkan

pikiran secara lisan maupun tulisan.

13

Page 14: Hak asasi Manusia

3) Pasal 29: Tentang kemerdekaan untuk memeluk agama

4) Pasal 31: Tentang hak untuk mendapat pengajaran

5) Pasal 32: Perlindungan yang bersifat kulturil

6) Pasal 33: Tentang hak ekonomi

7) Pasal 34: Tentang kesejahteraan sosial

Namun dalam hal ini yang perlu dicatat, bahwa dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam batang tubuh UUD 1945. Hak-hak

asasi itu telah ada. Karena itu tidak heranlah bahwasannya Negara Indonesia

saat ini telah mengatur masalah UUD 1945, dan yang harus dipikirkan oleh

pemerintah adalah bagaimana supaya segera menyusun undang-undang

pelaksanaannya.

3. Penegakan HAM di Indonesia, Instrumen Hukum, dan Peradilan Internasional

Bangsa Indonesia menyatakan hak-hak asasinya dalam berbagai peraturan

perundangan sebagai berikut.

a. UUD 1945

b. Tap. MPR No. XXVI/MPR/1998 tentang HAM

c. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

d. UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Indonesia mempunyai tugas pokok,

yaitu meningkatkan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Sedangkan Pengadilan HAM memiliki wewenang memeriksa dan memutus

perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk yang dilakukan di

luar territorial wilayah Negara RI oleh Warga Negara Indonesia.

4. Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM Di Indonesia

Adapun aspek yang menjadi penyebab pelanggaran HAM dalam penegakan

HAM tidak mudah, antara lain sebagai berikut.

a. Belum adanya pemahaman dan kesadaran.

14

Page 15: Hak asasi Manusia

b. Kurang adanya kepastian hukum terhadap pelanggar HAM.

c. Adanya campur tangan dalam lembaga peradilan.

d. Kurang berfungsinya lembaga penegak hukum.

5. Instrumen Hukum dan Peradilan HAM

Dalam Piagam PBB berkali-kali diulang bahwa PBB akan mendorong,

mengembangkan, dan mendukung penghormatan secara Universal dan efektif

hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa membedakan

suku, gender, bahasa, dan agama.

Organisasi Buruh Sedunia (ILO) yang bertugas memperbaiki syarat-syarat

bekerja dan Disamping itu, ada dua badan khusus PBB yang juga menangani

HAM hidup para buruh. Badan yang kedua adalah UNESCO yang mempunyai

tugas meningkatkan kerja sama antarbangsa melalui pendidikan, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.

Pada tanggal 16 desember 1966, disahkan Covenant on Economic, Social,

and Cultural Rights dan Internasional Covenant on Civil and Political Rights.

Pejanjian Internasional mengenai hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang

mulai berlaku sejak tanggal 3 Januari 1976. Perjanjian ini berupaya

meningkatkan dan melindungi tiga kategori hak, yaitu sebagai berikut.

a. Hak untuk bekerja.

b. Hak atas perlindungan social.

c. Hak atas pendidikan dan hak untuk menikmati manfaat kebebasan

kebudayaan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Pejanjian ini juga melarang perampasan sewenang-wenang atas kehidupan,

penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam atau merendahkan martabat,

perbudakan, kerja paksa, penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang

15

Page 16: Hak asasi Manusia

dan lain-lainnya.ng kedua adalah UNESCO yang mempunyai tugas

meningkatkan kerja sama antarban

D. Ketentuan hukum internasional berkaitan dengan HAM

1. The Universal Declaration of Human Rights

The Universal Declaration of Human Rights (selanjutnya disingkat

dengan Piagam PBB) Ditetapkan oleh Majelis Umum dalam Resolusi 217 A

(III) tertanggal 10 Desember 1948. Piagam PBB berisi 30 Pasal. Pasal 1

Pigam PBB, yaitu “all human beings are born free and equal in dignity and

rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards

one another in a spirit of brotherhood”. (Semua manusia dilahirkan merdeka

dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal budi

dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain dalam semangat

persaudaraan).

Pasal ini merupakan dasar filosofi mendefinisikan asumsi dasar

Deklarasi: bahwa hak untuk kebebasan dan persamaan merupakan hak yang

diperoleh manusia sejak lahir dan tidak dapat dicabut darinya; dan karena

manusia merupakan makhluk rasional dan bermoral, ia berbeda dengan

makhluk lainnya di bumi, dan karenanya berhak untuk mendapatkan hak dan

kebebasan tertentu yang tidak dinikmati makhluk lain.

Pasal 2 Piagam PBB, merupakan prinsip dasar dari persamaan dan

nondiskriminasi. yaitu :

“Everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth in this

Declaration, without distinction of any kind, such as race, colour, sex,

language, religion, political or other opinion, national or sosial origin,

property, birth or other status. Furthermore, no distinction shall be made on

the basis of the political, jurisdictional or international status of the country or

territory to which a person belongs, whether it be independent, trust, non-self-

governing or under any other limitation of sovereignty. (Setiap orang berhak

16

Page 17: Hak asasi Manusia

atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini tanpa

pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, keyakinan politik atau keyakinan lainnya, asal usul

kebangsaan dan sosial, hak milik, kelahiran atau status lainnya. Selanjutnya,

pembedaan tidak dapat dilakukan atas dasar status politik, hukum atau status

internasional negara atau wilayah dari mana seseorang berasal, baik dari

negara merdeka, wilayah perwalian, wilayah tanpa pemerintahan sendiri, atau

wilayah yang berada di bawah batas kedaulatan lainnya).

Pasal 3 Piagam PBB, yaitu “Everyone has the right to life, liberty and

security of person”. (Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan

keamanan pribadi). Pasal ini merupakan tonggak pertama Deklarasi

menyatakan hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan seseorang suatu hak

yang esensial untuk pemenuhan hak-hak lainnya.

Pasal 4 – 21 Piagam PBB merupakan prinsip dan jaminan atas hak – hak

sipil dan politik, yang selanjutnya dijabarkan dalam International Couvenant

on Civil and Political Rights (Kovenan hak sipil dan politik). Adapun isi dari

Pasal 4 – 21 Piagam PBB, adalah :

a. kebebasan dari perbudakan dan perhambaan (Pasal 4 ).

b. kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan atau hukuman yang keji, tidak

manusiawi atau merendahkan martabat(Pasal 5).

c. hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum di manapun (Pasal 6,7).

d. hak untuk mendapatkan upaya pemulihan yang efektif melalui peradilan

(Pasal 8).

e. kebebasan dari penangkapan, penahanan atau pengasingan sewenang-

wenang (Pasal 9).

f. hak untuk mendapatkan pemeriksaan yang adil dan peradilan yang

terbuka oleh pengadilan yang independen dan tidak berpihak (Pasal 10).

17

Page 18: Hak asasi Manusia

g. hak untuk dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya

(Pasal 11 ).

h. kebebasan dari intervensi yang sewenang-wenang atas kebebasan

pribadi, keluarga, rumah atau surat menyurat (Pasal 12 ).

i. kebebasan untuk bergerak dan bertempat tinggal (Pasal 13 ).

j. hak atas suaka (Pasal 14).

k. hak atas kewarganegaraan (Pasal 15).

l. hak untuk menikah dan mendirikan keluarga (Pasal 16 ).

m. hak untuk memiliki harta benda (Pasal 17).

n. kebebasan untuk berpikir, berkeyakinan dan beragama (Pasal 18).

o. kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat (Pasal 19).

p. hak untuk berkumpul dan berserikat secara damai (Pasal 20).

q. hak untuk ikut serta dalam pemerintahan negaranya dan mendapatkan

akses yang sama ke pelayanan publik di negaranya (Pasal 21).

Selanjutnya ketentuan Pasal 22 - 27 Piagam PBB merupakan jaminan

atas hak – hak sosial ekonomi dan budaya, yang selanjutnya dijabarkan dalam

International Couvenant on Sosial, Economic and Cultural Rights (Kovenan

hak sosial, ekonomi dan budaya). Adapun isi dari Pasal 22 - 27 Piagam PBB,

adalah :

a. hak atas jaminan sosial (Pasal 22).

b. hak untuk bekerja (Pasal 23).

c. hak untuk mendapatkan pendapatan yang sama untuk pekerjaan yang

sama (Pasal 23).

d. hak untuk beristirahat dan bertamasya (Pasal 24).

e. hak atas standar kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan

kehidupan (Pasal 25 ).

f. hak atas pendidikan (Pasal 26).

g. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya suatu masyarakat

(Pasal 27).

18

Page 19: Hak asasi Manusia

Selanjutnya Pasal 28 – 30 Piagam PBB merupakan rumusan hak dan

kewajiban masyarakat internasional, yaitu :

Pasal 28 Pigam PBB, yaitu : Everyone is entitled to a sosial and

international order in which the rights and freedoms set forth in this

Declaration can be fully realized. (Setiap orang berhak atas ketertiban sosial

dan internasional, di mana hak dan kebebasan yang diatur dalam Deklarasi ini

dapat diwujudkan sepenuhnya).

Pasal 29 Pigam PBB, yaitu :

(1) Everyone has duties to the community in which alone the free and full

development of his personality is possible. (Setiap orang mempunyai

kewajiban kepada masyarakat tempat satu-satunya di mana ia dimungkinkan

untuk mengembangkan pribadinya secara bebas dan penuh).

(2) In the exercise of his rights and freedoms, everyone shall be subject only to

such limitations as are determined by law solely for the purpose of securing

due recognition and respect for the rights and freedoms of others and of

meeting the just requirements of morality, public order and the general

welfare in a democratic society. (Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya,

setiap orang hanya tunduk pada batasan-batasan yang ditentukan oleh hukum,

semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak dan

kebebasan orang lain, dan memenuhi persyaratan-persyaratan moral,

ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil dalam masyarakat yang

demokratis).

(3) These rights and freedoms may in no case be exercised contrary to the

purposes and principles of the United Nations. (Hak dan kebebasan ini

dengan jalan apapun tidak dapat dilaksanakan apabila bertentangan dengan

tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa- Bangsa).

Pasal 30 Pigam PBB, yaitu : Nothing in this Declaration may be

interpreted as implying for any State, group or person any right to engage in

19

Page 20: Hak asasi Manusia

any activity or to perform any act aimed at the destruction of any of the rights

and freedoms set forth herein. (Tidak ada satu ketentuan pun dalam Deklarasi

ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan hak pada suatu Negara,

kelompok atau orang, untuk terlibat dalam aktivitas atau melakukan suatu

tindakan yang bertujuan untuk menghancurkan hak dan kebebasan apapun

yang diatur di dalam Deklarasi ini).

Pasal 28 – 30 Piagam PBB merupakan rumusan hak dan kewajiban

masyarakat internasional, untuk menjaga ketertiban umum dengan

pelaksanaan hak dan kebebasan yang sesuai dengan hukum.

2. International Covenant on Civil and Political Rights

International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan

internasional tentang hak sipil dan politik) ditetapkan dan dinyatakan terbuka

untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh resolusi Majelis Umum

2200 A (XXI) pada 16 Desember 1966.

Kovenan itifikasi Ini diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang RI

No. 12. Tahun 2005 tentang pengesahan International Covenant on Civil and

Political Rights (Kovenan internasional tentang hak sipil dan politik) LN

Tahun 2005 No. LN Tahun 2005 No. 119 TLN No. 4558. Kovenan

internasional tentang hak sipil dan politik berisi 52 Pasal. Adapun yang

berkaitan dengan rumusan hak sipil dan politik terdapat dalam Pasal 6 – Pasal

27, yaitu :

a. hak untuk hidup (Pasal 6)

b. tidak seorang pun dapat dijadikan obyek penyiksaan dan perlakuan atau

hukuman yang keji, tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat

(Pasal 7);

c. tidak seorangpun dapat diperlakukan sebagai budak; bahwa perbudakan

dan perdagangan budak dilarang; dan tidak seorangpun dapat

diperhambakan atau diminta untuk melakukan kerja paksa (Pasal 8);

20

Page 21: Hak asasi Manusia

d. tidak seorangpun dapat ditangkap atau ditahan sewenang-wenang (Pasal

9)

e. semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan secara

manusiawi (Pasal 10);

f. tidak seorangpun dapat dipenjarakan semata-mata atas dasar

ketidakmampuan memenuhi kewajiban suatu kontrak (Pasal 11).

g. kebebasan bergerak dan memilih tempat tinggal (Pasal 12)

h. batasan-batasan yang diperbolehkan ketika mendeportasi warga negara

asing yang secara sah berada dalam wilayah Negara Pihak (Pasal 13).

i. kesetaraan setiap orang di depan pengadilan dan lembaga peradilan dan

jaminan dalam proses pengaduan pidana dan perdata (Pasal 14).

j. melarang pemberlakuan hukum pidana yang berlaku surut (Pasal 15);

k. menegaskan hak setiap orang untuk diakui sebagai pribadi di hadapan

hukum (Pasal 16);

l. larangan terhadap pelanggaran tidak sah dan sewenang-wenang atas

kehidupan pribadi, keluarga, rumah atau korespondensi, dan serangan

tidak sah atas kehormatan dan reputasinya (Pasal 17).

m. hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama (Pasal 18),

n. kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pikiran (Pasal 19).

o. perlunya hukum yang melarang propaganda perang dan upaya-upaya

menimbulkan kebencian berdasarkan kebangsaan, ras atau agama, yang

merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau

kekerasan (Pasal 20).

p. hak berkumpul secara damai (Pasal 21).

q. hak untuk berserikat (Pasal 22)

r. hak bagi laki-laki dan perempuan pada usia kawin untuk menikah dan

membentuk keluarga, dan prinsip persamaan hak dan kewajiban

pasangan yang terikat dalam perkawinan, selama perkawinan maupun

setelah pembubaran perkawinan (Pasal 23).

s. mengatur upaya-upaya melindungi hak anak (Pasal 24),

21

Page 22: Hak asasi Manusia

t. mengakui hak setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam melakukan

kegiatan publik, untuk memilih dan dipilih, dan untuk memiliki akses

yang sama ke pelayanan publik di negaranya (Pasal 25).

u. setiap orang adalah sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan

yang sama di depan hukum (Pasal 26).

v. mengatur perlindungan terhadap hak suku bangsa, etnis, gama dan

bahasa minoritas yang berdiam di wilayah Negara Pihak (Pasal 27).

3. International Covenant on Sosial, economic and cultural Rights.

International Covenant on Sosial, economic and cultural Rights

(Kovenan internasional tentang hak sosial, ekonomi dan budaya) ditetapkan

dan dinyatakan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh

resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) pada 16 Desember 1966.

Kovenan itifikasi Ini diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang RI

No. 11. Tahun 2005 tentang pengesahan International Covenant on Sosial,

economic and cultural Rights (Kovenan internasional tentang hak sosial,

ekonomi dan budaya) LN Tahun 2005 No. 119 TLN No. 4557. Kovenan

internasional tentang hak sipil dan politik berisi 31 Pasal. Adapun yang

berkaitan dengan rumusan hak sipil dan politik terdapat dalam Pasal 6 – Pasal

15, yaitu :

a. hak untuk bekerja (Pasal 6);

b. hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan baik (Pasal 7);

c. hak untuk membentuk dan ikut dalam organisasi perburuhan (Pasal 8);

d. hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu,

anak dan orang muda (Pasal 9, 10);

e. hak untuk mendapat kehidupan yang layak (Pasal11);

f. hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tinggi

(Pasal 12);

g. hak atas pendidikan (Pasal 13 dan 14);

h. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya (Pasal 15).

22

Page 23: Hak asasi Manusia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa hak asasi manusia itu baru

muncul pada abad Ke-13, dan tetapi setelah ditanda tanganinya Magna Charta pada

tahun 1215 oleh Raja John Lackland, maka seringkali peristiwa itu dicatat sebagai

penilaian dari sejarah perjuangan hak-hak asasi manusia itu.

Adapun yang dimaksud dengan HAM (Hak Asasi Manusia) itu sendiri adalah

hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan yang di

bawah sejak lahir.

23