Haen, bocah pemetik kelapa

73
Haen

description

Haen, bocah 11 tahun pemetik kelapa. Berangkat sekolah dengan perut kosong karena tidak ada yg bisa dimakan. Sepulang sekolah bekerja serabutan untuk sekedar membeli beras. Ayahnya sudah menikah lagi sehingga Haen dititipkan di neneknya bersama Hamdan kakaknya - satu ayah lain ibu. Ibunya meninggalkannya saat Haen berusia 3 tahun.

Transcript of Haen, bocah pemetik kelapa

Page 1: Haen, bocah pemetik kelapa

Haen

Page 2: Haen, bocah pemetik kelapa

Disaat semua orang masih tertidur lelapHaen sudah memulai harinya.Mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah

Lokasi sekolahnya pun cukup jauhTentu ia tak boleh terlambat masukTak ada bekal makanan yang tersedia untuk dibawa

Page 3: Haen, bocah pemetik kelapa

Hanya tinggal dirinya yang masih bisa bersekolahHamdan, kakaknya sudah lama berhenti sekolah sejak lama

Page 4: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 5: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 6: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 7: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 8: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 9: Haen, bocah pemetik kelapa

Haenudin atau biasa dipanggil Haen oleh teman-temannyaSering merasa takut bila berjalan sendiri dalam kegelapan

Page 10: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 11: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 12: Haen, bocah pemetik kelapa

Untuk dapat bersekolah anak-anak harus berjalan cukup jauhMelewati sawah dan bukit sebagai jalan pintasJalan utama yang berkelok dan memutar tak menjadi pilihan untuk segera sampai ke sekolah

Page 13: Haen, bocah pemetik kelapa

Karena jarak inilah banyak anak-anak di kampung Haen dan sekitarnya yang putus sekolahRasa lelah dan malas menjadi kendala sehingga semangat sekolah luntur tak dilanjutkan lagi

Page 14: Haen, bocah pemetik kelapa

Haen sendiri sempat berhenti sekolah selama dua tahunDi usianya kini yang menginjak 11 tahun dirinya masih ada di kelas 3 sekolah dasar

Page 15: Haen, bocah pemetik kelapa

Kini dengan tekad baru Haen kembali berjalan meniti masa depanKembali bersekolah bersama teman-temannyaIa menyadari kesulitan yang dihadapi bila tak bersekolahSang kakak kiranya cukup menjadi sebuah contoh

Page 16: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 17: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 18: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 19: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 20: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 21: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 22: Haen, bocah pemetik kelapa

Kondisi keluarga yang serba kekurangan membuat Haen jarang sekali makanBahkan bekal makanan untuk bekal ke sekolah yang begitu jauh pun tak pernah ada

Page 23: Haen, bocah pemetik kelapa

Itulah sebabnya ia harus menahan rasa lapar hingga pulang sekolah nanti

Page 24: Haen, bocah pemetik kelapa

Layaknya sekolah yang lain, kurikulum yang diajarkan pun tak berbedaSekolah ini begitu memahami keadaan murid yang belajarBerseragam ataupun tidak bersepatu ataupun hanya menggunakan sandal tak menjadi masalah

Page 25: Haen, bocah pemetik kelapa

Pihak sekolah menyadari kondisi mayoritas warga disekitarnyaMurid-murid yang berlatar ekonomi rendahMembuat mereka menggunakan peralatan sekolah seadanya

Page 26: Haen, bocah pemetik kelapa

Semangat untuk menuntut ilmu merupakan syarat mutlak untuk bersekolah disiniBukan hanya sepatu yang tak dimiliki HaenKeperluan sekolah yang lain pun sering terabaikan

Page 27: Haen, bocah pemetik kelapa

Bersekolah dengan kendala yang begitu banyak membuat Haen sering ingin menyerahNamun setiap kali ia menyampaikan niatnya kepada sang kakakMalah kemarahan yang ia terima

Page 28: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 29: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 30: Haen, bocah pemetik kelapa

Saat pulang sekolah masihlah lamaNamun rasa lapar di perut sudah tak tertahankanHaen tak bisa berkonsentrasi karena itu

Page 31: Haen, bocah pemetik kelapa

Tak seperti teman-temannya yang membawa bekal makanan ataupun uang sakuHaen tak pernah membawa apa-apaHanya semangat belajar yang menjadi modal untuk terus sekolah

Page 32: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 33: Haen, bocah pemetik kelapa

Perutnya seolah tak mau kompromi lagiBeruntung ada pohon yang tumbuh di depan sekolahWalau telah diberi pagar duri agar tidak dinaikinampaknya rasa lapar mengalahkan larangan dari sekolah

Page 34: Haen, bocah pemetik kelapa

Tak banyak buah yang matang di pohon iniHampir setiap hari Haen mengambil buahnya

Page 35: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 36: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 37: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 38: Haen, bocah pemetik kelapa

Senang rasanya ada yg membutuhkan tenaganyaNampaknya hari ini ia cukup beruntung Karena rejekilah yang datang padanya

Page 39: Haen, bocah pemetik kelapa

Biasanya setiap hari Haen yang harus mencari pekerjaan menawarkan jasaKetangkasannya sudah terbukti sehingga orang sering meminta tenaganya untuk melakukan berbagai pekerjaan

Page 40: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 41: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 42: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 43: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 44: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 45: Haen, bocah pemetik kelapa

Haen memang sering memaksakan diri melakukan berbagai pekerjaanBagaimanapun dirinya masih kecil tak mudah melakukan segala hal yang mestinya dilakukan orang dewasaNamun hidup harus terus dijalaniHaen harus mencari nafkah

Page 46: Haen, bocah pemetik kelapa

Tak seperti dulu dikala sang nenek masih kuatHaen dan Hamdan tak perlu memaksakan membanting tulangHanya sesekali bekerja untuk tambahan saja

Page 47: Haen, bocah pemetik kelapa

Kini Ica, sang nenek telah renta dan tak mempu bekerjaTerpaksa mereka yang mengambil peran mencari nafkah

Page 48: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 49: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 50: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 51: Haen, bocah pemetik kelapa

Sejak kecil ia dan Hamdan dirawat sang nenekAkibat perceraian orang tua kehidupan mereka jadi penuh likuPilihan terbaik bagi Haen dan Hamdan adalah tinggal bersama sang nenek

Page 52: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 53: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 54: Haen, bocah pemetik kelapa

Icah kini telah berumur lebih dari 75 tahunSelama hidup selalu dalam kesusahanHal ini membuat badannya sering sakit-sakitanPekerjaan yang dulu biasa ia lakukan tak mampu lagi dikerjakanTerpaksa, dari cucunyalah ia mengandalkan untuk hidup sehari-hari

Page 55: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 56: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 57: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 58: Haen, bocah pemetik kelapa

Tidak setiap hari ada pekerjaan sehingga kehidupan mereka jadi tak menentuHanya jika sedang banyak rejeki saja Icah berbelanja bahan makananSelebihnya hanya nasi dan garam

Page 59: Haen, bocah pemetik kelapa

Sekuat tenaga Hamdan bekerja walau hanya pekerjaan serabutan semua ia lakukan dengan sungguh-sungguhDari pekerjaan semacam ini lah ia dapat menghidupi keluargaSebagai anak paling besar Hamdan bertanggungjawab kepada adiknya – Haen dan sang Nenek - Icah

Page 60: Haen, bocah pemetik kelapa

“Buat beli beras, buat makan nenek, aku dan HaenKalau bukan aku yang kerja siapa lagiNenek sudah tidak bisa kerja”

Page 61: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 62: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 63: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 64: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 65: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 66: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 67: Haen, bocah pemetik kelapa

Haen dan Hamdan memang kakak beradik, Namun mereka lahir dari ibu yang berbeda, nasib serupa menimpa merekaAyahnya beberapa kali menikah, menitipkan anak2nya pada Icah, sang nenekBegitupun dengan ibu Hamdan dan Haen, keduanya kini telah menikah kembaliDan memiliki anak dalam keluarga barunya.Tak pernah sekalipun ibunya menengok mereka.

Page 68: Haen, bocah pemetik kelapa

Namun nampaknya nasib Hamdan masih lebih baik dibanding HaenSetidaknya ia pernah bertemu dan mengenal ibunyaTidak demikian dengan Haen yang sama sekali tidak mengenal dan mngetahui rupa ibunya.Seringkali haen meminta Hamdan untuk mengantar ke rumah sang ibuNamun karena letaknya yang jauh hamdan hanya mengiyakan permintaan itu,Tanpa pernah mengantarnya

Page 69: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 70: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 71: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 72: Haen, bocah pemetik kelapa
Page 73: Haen, bocah pemetik kelapa

http://www.mytrans.com/video/2013/12/18/1/3/148/21763/perjuangan-menuntut-ilmu-si-bocah-pengambil-kelapa

http://www.mytrans.com/video/2013/12/18/1/3/148/21764/tetesan-keringat-haen-si-pengambil-kelapa

http://www.mytrans.com/video/2013/12/18/1/3/148/21765/secercah-harapan-haen

Video lengkap bisa diakses di:

Instrument: Yiruma, Kiss the Rain