Hadis Perencanaan

download Hadis Perencanaan

of 24

description

Makalah Hadis Perencanaan

Transcript of Hadis Perencanaan

HADIS PERENCANAAN PENDIDIKANDosen Pembimbing :Aunur Rofiq, Lc, M.Ag, Ph.D

Oleh: Abu Hasan Suyuti

NIM: 13710005

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAMUIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG2014

KATA PENGANTAR

Pertama-tama sebagai penyusun makalah ini ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan olehnya kepada selama penyusunan makalah ini hingga makalah yang berjudul Hadits Tentang Perencanaan Pendidikan ini dapat terselesaikan. Makalah ini pada dasarnya menjabarkan mengenai Hadits yang menjelaskan tentang perencanaan pendidikan atau hadis yang mempunyai kandungan makna perencanaan pendidikan. Saya mengakui bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kelemahan. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh keterbatasan sumber yang kami punya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini selalu kami harapkanBesar harapan kami makalah yang singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan kita dalam mendalami mata kuliah studi al-Quran. Akhir kata, kami sebagai penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila ada perkataan yang salah di dalam makalah ini.

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I PENDAHULUAN4A.Latar Belakang4B.Rumusan Masalah5C.Tujuan Pembahasan5BAB II PEMBAHASAN6A.Perencanaan Pendidikan6B.Hadits Yang Berkaitan Dengan Perencanaan Pendidikan6C.Konsep Perencanaan Pendidikan Dalam Hadis Nabi Muhammad SAW17BAB III PENUTUP19Simpulan19DAFTAR PUSATAKA21

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Dalam melakukan sebuah kegiatan baik itu yang bersifat formal maupun non-formal tentu tidak akan lepas dari sebuah rencana. Sebuah rencana dipergunakan untuk mendapatkan gambaran global dari kegiatan tersebut. Apabila sebuah kegiatan mempunyai perencanaan yang baik, diharapkan nantinya kegiatan tersebut berjalan baik sesuai dengan apa yang direncanakan. Perencanaan dilakukan untuk memperoleh keberhasilan. Apabila dalam perencanaan sudah mendapatkan kegagalan, bias dipastikan kegiatan tersebut juga akan mengalami kegagalan. Karena itulah para pakar mengatakan gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.Begitu pula dengan pendidikan. Dalam pendidikan perencanaan memiliki peranan yang penting, karena perencanaan pendidikan berisikan target atau harapan dan juga metode untuk meraih apa yang menjadi tujuan pendidikan. Pendidikan juga dituntut untuk berhasil, karena pendidikan merupakan tonggak utama sebuah peradaban. Bias dipastikan apabila sebuah Negara mempunyai pendidikan yang maju maka Negara tersebut pasti maju. Begitu pula sebaliknya, apabila pendidikan sebuah Negara buruk, bisa dipastikan Negara tersebut juga buruk.Dalam kaitannya dengan mata kuliah Studi Hadis, perlu kita break down hadis yang berkaitan dengan perencanaan. Sebagai seorang manager lembaga pendidikan, perlu kiranya kita mengetahui hadis yang berkaitan dengan manajemen. Karena, hadis merupakan sumber utama dalam menggali sebuah hukum. Maka dari itu, sebagai calon manager lembaga pendidikan Islam kita harus mengetahui hadis yang berkaitan dengan manajemen itu sendiri. Dalam makalah ini, penulis berusaha untuk memberikan gambaran tentang hadis yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. B. Rumusan MasalahBertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan pokok masalah sebagai berikut:1. Apakah yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan?2. Apa hadis yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan?C. Tujuan PembahasanSesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan pembahasan ini adalah:1. Untuk mengetahui perencanaan pendidikan.2. Untuk mengetahui hadis yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan.

BAB II PEMBAHASANA. Perencanaan Pendidikan1. Pengertian Perencanaan PendidikanPerencanaan pendidikan adalah mempersiapkan keputusan-keputusan untuk masa depan dalam pembangunan pendidikan yang merupakan fungsi dari pada perancanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan[footnoteRef:1]. [1: M. Djumberansyah Indar. Perencanaan Pendidikan. 1995. Surabaya: Karya Abditama. Hlm 7]

Berikut kami paparkan pengertian perencanaan pendidikan menurut para ahli: a. Menurut Guruge, perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan keputusan-keputusan bagi kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.[footnoteRef:2] [2: Ibid.]

b. Albert Waterston berpendapat, perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan social[footnoteRef:3]. [3: Ibid.]

c. Cunningham mengatakan, perncanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian[footnoteRef:4]. [4: Made Pidarta. Perencanaan Pendidikan Partisipatori. 1990. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 3]

Ketiga pengertian perencanaan di atas, semuanya ingin mencari dan mencapai apa yang menjadi tujuan dan harapan pada masa depan. Namun pengertian yang nomor tiga tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa wujud yang dicari itu akibat dari adanya perubahan.

2. Tujuan Perencanaan PendidikanPada dasarnya tujuan perencanaan pendidikan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam dunia pendidikan dan juga sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapan. Jika diurai lebih lanjut, dapat kita temukan beberapa tujuan perencanaan pendidikan, antara lain[footnoteRef:5]: [5: http://syaifasnack.blogspot.com/2012/06/hadis-tentang-perencanaan-pendidikan.html diakses pada hari senin tanggal 7/4/2014 pukul 1:38 PM]

a. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun.b. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan.c. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik.d. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.e. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan.f. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus (spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan.g. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai suatu sistem.h. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan.i. Untuk mengarahkan proses pencapaikan tujuan pendidikan.3. Ada beberapa prinsip dalam perencanaan pendidikan[footnoteRef:6]: [6: M. Djumberansyah Indar. Op.Cit. hlm 12.]

a. Perencanaan harus bersifat komprehensif.Artinya melihat masalah pendidikan secara keseluruhan. Juga setiap aspek pendidikan perlu mendapatkan perhatian sewajarnya baik formal maupun non-formal, pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dalam arti yang seluas-luasnya.b. Perencanaan pendidikan harus bersifat integralMaksudnya, perencanaan pendidikan harus diintegrasikan pada perencanaan yang menyeluruh. Sifat integral ini harus sudah nampak di dalam system dan prosedur pengelolaan pendidikan.c. Perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek kualitatif dan kuantitatifPerencanaan pendidikan yang selama ini ada, lebih memperhatikan aspek kuantitatif, misalnya keberhasilan sebuah lembaga pendidikan dilihat dari banyaknya siswa yang lulus. Sedangkan apakah lulusan-lulusan itu mampu berhasil di masyarakat atau di sekolah-sekolah lanjutannya tidak pernah dicarikan pemecahannya. Seharusnya perencanaan pendidikan juga harus memperhatikan aspek kualitatif, dalam contoh tadi misalnya, harusnya juga difikirkan bagaimana kompetensi output sekolah tersebut di dunia luar (masyarakat).d. Perencanaan pendidikan harus merupakan rencana jangka panjang dan kontinyu.Suatu siklus pendidikan berlangsung selama 10-20 tahun. Dan hasil dari siklus ini tidak bisa dilihat dalam kurun 1 atau 2 tahun. Kebanyakan pelaksanaan kebijakan pendidikan sekarang ini mengalami kegagalan, karena berlangsung hanya sepintas, lalu disusul dengan kebijakan baru lagi.e. Perencanaan pendidikan harus didasarkan efisiensiYang sering menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan adalah masalah biaya. Jadi, sebuah perencanaan pendidikan dituntuk untuk mengolah bagaimana menggunakan dana yang ada seefisien mungkin.f. Perencanaan pendidikan harus dibantu oleh organisasi administrasi yang efisien dan data yang dapat diandalkanData merupakan input untuk perencanaan. Sudah banyak bukti dari pengalaman tentang betapa terhambatnya saluran-saluran informasi dari daerah ke pusat dan sebaliknya. Untuk itulah, sebuah perencanaan pendidikan harus dibantu dan didukung oleh administrasi yang efisien dan data yang dapat diandalkan.g. Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan semua sumber-sumber yang ada atau yang dapat diadakan.Pelaksanaan pendidikan dalam aplikasinya tidak merupakan tanggung jawab pemerintah, tapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Dengan ini, sebuah perencanaan pendidikan hendaknya memanfaatkan sumber yang ada sebaik mungkin. B. Hadits Yang Berkaitan Dengan Perencanaan Pendidikan1. Segala Perbuatan bergantung pada niat ( )

a. Takhrij Hadits 1) Bagan Rawi Hadits

2) Uji Ketsiqahan Para Rawia. Abdullah bin Zubair

Nama lengkapAbdullah bin Zubair bin Isa bin Ubaidillah bin Asamah bin Abdullah bin Humaidi bin Zubair al Hamidi. Beliau wafat pada tahun 219 H.

Guru1. Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy Al-Kuufiy.2. Abu Usamah Hammad bin Usamah bin Zaid Al-Kuufiy.3. Abu Abdillah Bisyr bin Bakr Al-Bajaliy.4. Abu Dlamrah Anas bin Iyadl Al-Laitsiy Al-Madaniy5. Abu Ishaq Ibrahim bin Saad bin Ibrahim Al-Qurasyiy Al-Aufiy

Murid1. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhariy2. Abu Ali Hanbal bin Ishaq bin Hanbal Asy-Syaibaniy, wafat tahun 263 H.3. Ibrahim bin Shaalih Asy-Syiraziy.

Menurut Ibnu Majjah tsiqah

Menurut DzahabiAhadul Alam

b. Sufyan bin Uyaynah

Nama LengkapNama lengkapnya adalah Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah bin Maimun al-Hilali al Kufi. Ia sempat bertemu dengan 87 tabiin dan mendengar hadits dari 70 orang diantara mereka. Yang paling terkenal diantaranya adalah Jafar ash-Shadiq, Humaid ath-Thawl, Abdullah bin Dinar, Abu az-Zanad dan Shalih bin Kaisan. Beliau wafat pada tahun 198 H.

Guru1. Ibrahim bin Aqobah2. Yahya bin Said al Anshori3. Al-Walid bin Katsir4. Muhammad bin Aqobah5. Ubaidillah bin Abi Yazid

Murid1. Abdullah bin Zubair al-Humaidi2. Ahmad bin Mani al-Baghawi3. Yaqub bin Hamid bin Kasib

Menurut Ibnu MajjahTsiqah

Menurut DzahabiAhadul Alam

c. Yahya bin Said al Anshori

Nama LengkapNama lengkapnya adalah Yahya bin Said bin Qays al Anshori. Beliau merupakan tabiin kecil. Beliau wafat sekitar tahun 144 H.

Guru1. Muhammad bin Ibrahim at Taymi2. Muhammad bin Abdurrahman al Anshori3. Ishaq bin Abdullah bin Abi Tholhah4. Anas bin Malik

Murid1. Sufyan bin Uyaynah2. Sufyan ats Tsauri3. Said bin Abi Hilal4. Said bin Ghailan at Tajibi

Menurut Ibnu MajjahTsiqah

Menurut DzahabiHafidzun Faqihun

d. Muhammad bin Ibrohim at Taymi

Nama LengkapMuhammad bin Ibrohim bin Harits bin Khalid at Taymi. Beliau wafat pada tahu 120 H.

Guru1. Alqamah bin Waqash al Laitsi2. Kholid bin Madan3. Abdullah bin Abbas4. Anas bin Malik

Murid1. Yahya bin Said al Anshori2. Hisyam bin Urwah3. Abdullah bin Thawus4. Asamah bin Zayd al Laitsi

Menurut Ibnu MajjahTsiqah

Menurut DzahabiTsiqah

e. Alqamah bin Waqash al-Laitsi

Nama LengkapAlqamah bin Waqash bin Muhson al-Laitsi. Beliau merupakan salah seorang tabiin besar.

Guru1. Bilal bin Harits2. Muawiyah bin Abu Sofyan3. Aisyah binti Abu Bakar4. Umar bin Khattab

Murid1. Muhammad bin Ibrahim at Taymi2. Yahya bin Nadhir al Anshori3. Muhammad bin Ibrahim bin Syihab az Zuhri

Menurut Ibnu HajjarTisqatun Tsabatun

Menurut DzahabiTsiqah

f. Umar bin Khattab

Nama LengkapUmar bin Khattab bin Nufail. Beliau merupakan salah satu khulafa ar Rasyidin.

Guru1. Rasulullah SAW2. Ubay bin Kaab3. Abu Bakar as Shiddiq

Murid1. Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf2. Alqamah bin Waqash al-Laitsi3. Anas bin Malik

Menurut Ibnu HajjarSahabat Nabi (Amirul Muminin)

Menurut DzahabiSahabat Nabi (Amirul Muminin)

Setelah melihat paparan data dari para periwayat hadits di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa seluruh rawi dalam sanad hadits tersebut merupakan rawi yang Tsiqah.3) Uji Persambungan SanadSalah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melihat bersambung tidaknya hadis ini, bisa kita lakukan dengan melihat bentuk tahammul dan ada-nya.Pertama, Abdullah bin Zubair meriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah dengan menggunakan lafadz haddatsana.Untuk ittisal al-sanad pada tingkatan ini penulis kira tidak perlu dipermasalahkan, karena periwayatan hadis dengan lafaz haddatsana menunjukkan bahwa periwayat mendengar langsung hadis yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan sanad Abdullah bin Zubair dari Sufyan bin Uyainah adalah muttasil.Kedua, Sufyan bin Uyainah meriwayatkan dari Yahya bin Said al Anshori dengan menggunakan lafadz akhbarani. Penggunaan lafadz haddatsani dan akhbarani adalah model penerimaan hadis tingkat pertama yaitu tingkat yang paling tinggi, dimana kedua orang periwayat (guru dan murid) saling bertemu langsung, sehingga hadis yang diriwayatkan masuk kategori hadis yang muttasil al-Sanad.Ketiga, Yahya bin Said al Anshori meriwayatkan dari Alqamah bin Waqash al-Laitsi dengan menggunakan lafadz annahu samia. Penggunaan lafadz ini bisa dikategorikan pada tingkat pertama. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan sanad Yahya bin Said al Anshori dari Alqamah bin Waqash al-Laitsi adalah muttasil.Keempat, Alqamah bin Waqash al-Laitsi meriwayatkan dari Umar bin Khottob dengan menggunakan lafadz samitu. Lafadz sami'tu sama artinya dengan haddathani dan akhbarani. Jadi persambungan sanad pada tingkatan seperti ini penulis kira tidak perlu dipermasalahkan. Dari paparan data dan analisa tentang tsiqah al-rawi dan ittisal al-sanad dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Dilihat dari kualitas periwayat dapat dinyatakan bahwa seluruh periwayat dalam sanad termasuk periwayat tsiqah.2. Semua periwayat dalam sanad bersambung sanadnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis riwayat Bukhori tentang perbuatan tergantung pada niat dalam analisis parsialnya (satu jalur sanad) dinyatakan berstatus shahih al-sanad. 4) Pembahasan SyududzSetelah penulis meneliti dan membandingkan hadis ini dengan dalil-dalil naqli lain yang satu tema baik itu ayat Al-Quran maupun hadis lain yang memilki derajat lebih tinggi, maka peneliti berkesimpulan bahwa hadits ini terbebas dari unsur syadz.5) Pembahasan IllatSetelah selesai membahas ittisal al-sanad dan juga tsiqah al-rawi, maka dengan sendirinya telah selesai pula pembahasan illat di dalam sanad. Kesimpulannya hadis riwayat Bukhori tentang perbuatan tergantung pada niat tidak ada masalah dalam segi sanad, artinya tidak ditemukan illat pada jalur sanadnya, karena sanad hadis ini terbukti muttasil dan periwayatnya juga masuk dalam kategori tsiqah.

2. Manajemen Waktu : ( ) . a. Takhrij Hadis1) Bagan Rawi Hadis

2) Uji Ketsiqahan Para Rawia. Ali bin Abdillah

Nama lengkapAli bin Abdillah bin Jafar bin Najih as Saadi. Wafat pada tahun 234 H.

GuruMuhammad bin Abdurrahman at ThofawiAli bin AsimAffan bin MuslimMuawiyah bin Abdul Kari mats TsaqafiMuad bin Hisyam

MuridAbu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-BukhariyAbu DawudIsmail bin Ishaq al Qadli

Menurut Ibnu HajjarTsiqah

Menurut Syekh Ibnu MahdiAli adalah manusia yang paling mengetahui hadis Rasulullah SAW

b. Muhammad bin Abdurrahman at Thofawi

Nama LengkapNama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdurrahman at Thofawi.

GuruSulaiman al A'masyAuf al ArabiYunus bin Ubaid

MuridAli bin Abdillah Utsman bin HafsAzhar bin Jamil

Menurut Ibnu HajjarSaduq

Menurut DzahabiTidak menyebutkan

c. Sulaiman al Amasy

Nama LengkapNama lengkapnya adalah Sulaiman bin Mahran. Lahir pada tahun 61 H dan wafat pada tahun 147 atau 148 H.

GuruMujahid bin JabirAbu Jafar Muhammad bin Ali bin HusainMasud bin MalikAbu Umar al Hamdani

MuridMuhammad bin Abdurrahman at ThofawiHasyim bin BasyirManshur bin Abu AswadMuhammad bin Fadhil

Menurut Ibnu HajjarTsiqatun Hafidzun

Menurut DzahabiAl Hafidz

d. Mujahid bin Jabir

Nama LengkapMujahid bin Jabir. Disebut juga dengan Ibnu Jubair. Wafat antara tahun 101 104 H.

GuruAbdullah bin Umar bin KhattabIyas bin HarmalahAbdullah bin Umar bin AshYusuf bin Zubair

MuridSulaiman al Amasy Habib bin Abi TsabitHasan bin MuslimTholhah bin Musrif

Menurut Ibnu HajjarTsiqah

Menurut DzahabiHujjah, Imam Qiraah dan Tafsir

e. Abdullah bin Umar bin Khattab

Nama LengkapNama lengkapnya adalah Abdullah bin Umar bin Khattab. Termasuk dalam sahabat Nabi. Wafat pada tahun 73 atau 74 H.

GuruRasulullah SAWZaid bin TsabitSaad bin Abi WaqashAbdullah bin MasudUtsman bin Tholhah

MuridMujahid bin JabirMuhammad bin Zaid bin AbdillahAbu Bakar bin SulaimanBilal bin Abdillah bin Umar

Menurut Ibnu HajjarSahabat Rasul

Menurut DzahabiSahabat Rasul

Setelah melihat paparan data dari para periwayat hadits di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa seluruh rawi dalam sanad hadits tersebut merupakan rawi yang adil dan dhabit, hanya saja periwayat yang bernama Abdulloh bin Basyir bin Dzakwan mempunyai predikat Shoduq, dan Laisa bihi ba`sun. Dengan demikian hadits yang diriwayatkan mempunyai nilai hasan.3) Uji Persambungan SanadPertama, Ali bin Abdullah meriwayatkan dari Muhammad bin Abdurrahman dengan menggunakan lafadz haddatsana.Untuk ittisal al-sanad pada tingkatan ini penulis kira tidak perlu dipermasalahkan, karena periwayatan hadis dengan lafaz haddatsana menunjukkan bahwa periwayat mendengar langsung hadis yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan sanad Ali bin Abdullah dari Muhammad bin Abdurrahman adalah muttasil.Kedua, Muhammad bin Abdurrahman meriwayatkan dari Sulaiman al Amasy dengan menggunakan lafadz An. Penggunaan lafadz An menandakan bahwa perawi bisa jadi mendengar langsung dari guru atau tidak. Penggunaan redaksi seperti ini tidak menjamin ke-mutthasil-an sanad. Ketiga, Sulaiman al Amasy meriwayatkan dari Mujahid dengan menggunakan lafadz Haddatsani. Penggunaan lafadz ini bisa dikategorikan pada tingkat pertama. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan sanad Sulaiman al Amasy dari Mujahid adalah muttasil.Keempat, Mujahid meriwayatkan dari Abdullah bin Umar dengan menggunakan lafadz an. Sama seperti penjelasan sebelumnya, penggunaan lafadz an tidak menjamin ke-mutthasil-an sanad. Dari paparan data di atas, terdapat dua orang rawi yang dalam meriwayatkan hadis menggunakan lafadz an. Hadis yang menggunakan redaksi an seperti ini harus diteliti terlebih dahulu supaya sanadnya bisa tersambung (ittisal al-sanad).Data yang ada di atas, menyebutkan dua orang rawi yang menggunakan redaksi an dalam hadis ini. Yaitu, Mujahid dan Muhammad bin Abdurrahman. Sebuah hadis yang menggunakan redaksi an belum memiliki kepastian bahwa sanadnya itthisal kecuali dengan terpenuhinya beberapa syarat. Menurut Imam Bukhori, Syarat agar hadits itu disebut memiliki sanad yang muttashil adalah perawi-perawi yang ada di dalamnya bukan termasuk mudallis. Mujahid bin Jabir menggunakan redaksi an dalam hadis ini. Meskipun demikian beliau termasuk dalam golongan tsiqah. Jadi menurut kami sanad dari Mujahid bin Jabir masih bersambung. Selanjutnya adalah Muhammad bin Abdurrahman at Thofawi. Beliau juga menggunakan redaksi an dalam hadis ini. Ibnu Hajjar mengatakan beliau adalah orang yang saduq. Tingkatan saduq berada dibawah tsiqah. Jadi hemat kami, periwayatan dari Muhammad bin Abdurrohman at Thofawi dari Sulaiman al Amasy ini masih tersambung.Dari paparan data dan analisa tentang tsiqah al-rawi dan ittisal al-sanad dapat disimpulkan sebagai berikut:3. Dilihat dari kualitas periwayat dapat dinyatakan bahwa seluruh periwayat dalam sanad termasuk periwayat tsiqah. Meskipun ada seorang rawi yang menyandang predikat saduq, namun predikat ini penulis kira tidak perlu dipermasalahkan karena tidak sampai kepada mudallis. Ditambah lagi, status rawi yang saduq dan menggunakan redaksi an dalam meriwayatkan hadis ini memang bisa dipastikan pernah bertemu dengan gurunya. Hal ini bisa kita lihat, dari nama-nama guru dalam biografinya. Dan adanya nama rawi ini dalam biografi gurunya.4. Semua periwayat dalam sanad bersambung sanadnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis riwayat Bukhori tentang manajemen waktu dalam analisis parsialnya (satu jalur sanad) dinyatakan berstatus shahih al-sanad. 4) Pembahasan SyududzSetelah peneliti meneliti dan membandingkan hadits ini dengan dalil-dalil naqli lain yang satu tema baik itu ayat al quran dan hadits lain, maka peneliti berkesimpulan bahwa hadits ini terbebas dari unsur syadz atau syududz.5) Pembahasan IllatSejauh yang peneliti amati dan pikirkan, Hadits tentang : manajemen waktu, teks maupun maknanya, tidak ada yang bertentangan dengan akal. Hal ini sama halnya bahwa hadits ini bersih dari unsur illat.C. Konsep Perencanaan Pendidikan Dalam Hadis Nabi Muhammad SAWPada dasarnya, perencanaan pendidikan yang ditawarkan oleh nabi muhammad melalui hadits-haditsnya, adalah perencanaan secara global. Dalam hal ini yang dimaksud Rosulullah adalah persiapan, dalam arti ketika kita hendak melaksanakan aktifitas dalam kehidupan termasuk aktifitas pendidikan sebaiknya harus dimulai dengan perencanaan atau persiapan.Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dan essensial, misalnya hadits tentang Segala Perbuatan bergantung pada niat, hal itu sangat berkaitan dengan perencanaan. Niat dapat diumpamakan sebagai perencanaan meskipun niat belum terbentuk atau tergambar dalam sebuah tulisan, namun sudah terlintas dan tergambar dalam hati atau fikiran seseorang. Suatu perencanaan yang matang akan menghasilkan hasil yang baik dan maksimal, bagitu juga sebaliknya perencanaan yang kurang matang atau tidak baik maka akan membuahkan hasil yang tidak maksimal juga. Begitu pula dengan niat, ketika niat seorang mumin tidak baik maka hasil yang dikeluarkan dari perbuatannya tentu tidak baik. Maka dari irtu perencanaan atau persiapan atau dapat dikatakan sebagai niat adalah sanagat mutlak adanya. Tanpa adanya niat atau perencanaan atau persiapan, maka aktifitas seseorang tidak akan berhasil dan sia-sia belaka. Begitu juga di dalam perencanaan pendidikan harus direncanakan dengan baik dan matang agar hasil yang dikeluarkan dapat memenuhi tujuan pendidikan.Ketika perencanaan diartikan sebagai persiapan untuk melasanakan aktifitas sesuatu dengan jangka waktu tertentu, dalam hadits yang disabdakan oleh nabi Muhammad SAW juga ada contohnya. Yaitu, hadis yang telah kami cantumkan tentang manajemen waktu. Manajemen waktu disini titik penekanannya lebih kearah perencanaan dan persiapan. Maksudnya, merencanakan sesuatu sebelum datang waktu temponya merupakan langkah yang amat penting. Inilah yang kami sebut sebagai perencanaan atau persiapan. Untuk itu persaipan atau perencanaan ternasuk pendidikan baik itu perencanaan jangka pendek, sedang, atau panjang, harus benar-benar dilaksanakan agar dalam semua kegiatan atau aktifitas dapat terukur, teramati dan terevaluasi secara baik dan bertenggung jawab. Kunci utama kegiatan perencanaan adalah proses kegiatan perencanaan itu sendiri. Proses perencanaan adalah suatu cara pandang yang logis mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana cara mengetahui apa yang dilakukan, dapat membantu dalam pengambilan keputusan, dan bersifat rasional.

BAB IIIPENUTUPSimpulan1. Perencanaan pendidikan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dalam dunia pendidikan dan langkah-langkah yang akan digunakan untuk melaksanakannya.2. Hadits-hadits nabi Muhammad yang bekaitan dengan pendidikan antara lain adalah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim sebagaimana tercantum di atas.3. Tujuan Perencanaan Pendidikan secara umum adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam dunia pendidikan dan juga sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapan.4. Perencanaan pendidikan yang ditawarkan oleh nabi muhammad melalui hadits-haditsnya, adalah perencanaan secara global. Dalam hal ini yang dimaksud Rosulullah adalah persiapan, dalam arti ketika kita hendak melaksanakan aktifitas dalam kehidupan termasuk aktifitas pendidikan sebaiknya harus dimulai dengan perencanaan atau persiapan.5. Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan antara lain:a) Prinsip interdisiplinerb) Prinsip fleksibel,c) Prinsip efektifitas-efisiensid) Prinsip progress of changee) Prinsip objektif, rasional dan sistematisf) Prinsip human resources developmentg) Prinsip kooperatif-komprehensi6. Proses atau Tahapan Penyusunan Perencanaan Pendidikan:a) Tahap need assessmentb) Tahap formulation of goals and objective,c) Tahap policy and priority setting,d) Tahap program and project formulatione) Tahap feasibility testing,f) Tahap plan implementationg) Tahap evaluation and revision for future plan.

Daftar Pusataka

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003.http://syaifasnack.blogspot.com/2012/06/hadis-tentang-perencanaan-pendidikan.htmlIbrahim & Nana. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.Indar, Djumberansyah. Perencanaan Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama. 1995. Juwariyah. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Sukses offset. 2010.Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.Pidarta, Made. Perencanaan Pendidikan Partisipatori. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.

21