HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL...

73
HADIS ALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL-MADĪNAH; Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: Abdul Rizal NIM: 111003400094 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.

Transcript of HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL...

Page 1: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL-MADĪNAH;

Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

Abdul Rizal

NIM: 111003400094

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015 M.

Page 2: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah
Page 3: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah
Page 4: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah
Page 5: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

iv

ABSTRAK

HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL-MADĪNAH; Studi

Kritik Sanad dan Matan Hadis

Kata kunci : Ṣalāt Arba‘īn, Masjid al-Nabawī al-Madīnah.

Salah satu fenomena yang menarik untuk dicermati ketika para jamaah

haji dan umrah mendapat kesempatan mengunjungi al-Madīnah-kota nabi saw-,

adalah semangat yang berapi-api mereka untuk mengejar Ṣalāt Arba‘īn di Masjid

al-Nabawī , yaitu istilah untuk pelaksanaan Ṣalāt khusus di Masjid al-Nabawī

dengan durasi 40 (empat puluh) kali tanpa putus. Jadi dengan melaksanankan 40

kali Ṣalāt fardu berjamaah sehari semalam dan dengan pahala yang

dilipatgandakan untuk setiap Ṣalātnya 1000 (seribu), maka seseorang akan

mendapatkan pahala sebesar 40.000 (empat puluh ribu). Selain itu, jaminan

terbebas dari api neraka dan juga terhindar dari sifat kemunafikan. Sebuah

kesempatan emas yang sayang jika lewat begitu saja.

Tapi apakah ini disyariatkan dengan berlandaskan dalil yang tenilai

maqbūl/diterima? Tampaknya diperlukan adanya sebuah penelusuran lebih lanjut.

Faktor lain adalah adanya teks dari kitab-kitab fikih modern yang memberikan

keterangan tentang pelaksanaan Ṣalāt ini sekaligus pencantuman sebuah dalil

khusus dari hadis nabi saw. Hal ini dapat kita lihat di antaranya dalam kitab yang

ditulis oleh Wahbah Zuhaili (al-Fiqh al-Islāmi wa ‘Adillatuh); dan Hasan bin

Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf (al-Taqrīrat al-Sadīdah fi al-Masāil al-

Mufīdah). Namun sayang, dalil hadis terkait yang dicantumkan dalam kitab-kitab

tersebut tanpa disertai dengan keterangan tentang validitasnya.

Kendatipun banyak digunakan dikalangan jamaah haji atau umrah, serta

materinya banyak menghiasi pengajian di masyarakat. Tidak menutup

kemungkinan para jamaah haji atau umrah, kurang mengetahui kualitas hadis

tersebut. Penulis tertarik untuk mengkajinya lebih dalam lagi, terutama untuk

mengetahui kualitas hadis tersebut baik segi sanad maupun matan hadis.

Dalam melakukan pengkajian dan penelitian, landasan operasional

menggunakan buku-buku yang terkait erat dengan judul yang penulis ambil, maka

bisa dibilang metode yang penulis gunakan dalam membuat karya tulis ilmiah ini

adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan

data dari sumber primer dan sekunder untuk kemudian disimpulkan.

Page 6: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah
Page 7: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

vi

KATA PEGANTAR

Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. yang telah memberi

taufiq, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI

MASJID AL-NABAWĪ AL-MADĪNAH; Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis”

dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Selawat serta salam

kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. semoga kita

semua mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat. Dengan terselesaikannya skripsi

ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta seluruh sivitas Akademika.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan berbagai

fasilitas kepada penulis.

3. Ibu Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA. Ketua jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin, dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. Sekretaris Jurusan

Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, yang selalu menyempatkan waktunya

untuk memberikan berbagai keperluan yang berkaitan dengan skripsi penulis.

4. Bapak Drs. Maulana, M.ag. Yang selalu meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin khususnya jurusan Tafsir Hadis yang

tanpa henti memberikan pengajaran serta pemahaman.

Page 8: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

vii

6. Ibunda tercinta Kartini yang senantiasa menghadirkan kami dalam setiap

doanya, bahkan kami yakin tidak sedikit air matanya yang terjatuh karena

kami, maafkan kami yang belum bisa menjadi kebanggaan ibu, belum bisa

mengganti air mata dengan senyum tersipu bahagia, maafkan kami. Kami

hanya baru bisa mendoakan beliau dalam setiap doa, untuk pengampunan dan

rahmat-Nya. Juga Ayah kami M. Sidiq, kami bangga dengan-Mu, kami

bangga menjadi anak-Mu. Kau memang pahlawan dalam keluarga kami,

mungkin kami tidak bisa menjadi seperti-Mu Ayah, maafkan kami dan

segenap keluarga (Kakak dan Saudara) yang senantiasa mendo’akan dan

memotivasi penulis untuk terus berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu.

7. Istri tercinta, Nur Solikhah (Hananaiki) dan pangeran kecilku Muhammad

Najeeh (Jayeng Palugon). Orang yang senantiasa selalu mendampingi penulis

dalam suka maupun duka, yang selalu sabar dalam setiap keadaan, maafkan

kami yang tidak focus dalam mengemban amanah, tapi doa kami selalu

menyertai kalian semua. Semoga Allah swt membuka jalan hidup yang lebih

baik untuk kita semua.

8. Bapak dan Ibu petugas Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan pelayanan

kepada penulis dalam mencari referensi.

9. Kawan-kawan penulis yang membantu terselesaikannya skripsi ini baik

bantuan moril maupun fasilitasnya. Teman-teman kelas TH C, Paguyuban

IMJA, HIMMAH, PAG, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

Serta teman-teman IPRMA.

Page 9: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

viii

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah

refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan

dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin ya robbal

‘alamin.

Tangerang, 11 Mei 2015

Penulis

Page 10: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 9

D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ........................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALĀT ARBA‘ĪN ............................ 15

A. Pengertian Ṣalāt .................................................................................... 15

1. Pengertian Ṣalāt menurut istilah umum dan kedudukannya

dalam Islam .................................................................................... 15

2. Pengertian Ṣalāt Arba‘īn ................................................................ 25

B. Alasan Melaksanakan Ṣalāt Arba‘īn .................................................... 26

BAB III TAKHRĪJ HADIS MENGENAI ṢALĀT ARBA‘ĪN ................................ 30

A. Teks Hadis dan Terjemahannya ............................................................ 30

B. Kegiatan Takhrīj Hadis ......................................................................... 31

1. Penelusuran Hadis Melalui Matan ................................................. 32

C. Kegiatan Penelitian Hadis ..................................................................... 33

1. Penelitian Sanad Hadis .................................................................... 33

Page 11: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

x

a. I’tibar Sanad ............................................................................. 33

b. Kritik Sanad .............................................................................. 34

2. Penelitian Matan Hadis ................................................................... 48

1. Meneliti Kualitas Sanad Hadis .................................................. 52

2. Meneliti Susunan Matan Yang Semakna .................................. 53

3. Meneliti Kandungan Matan....................................................... 54

a. Bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an ........................... 54

b. Bertetangan dengan hadis yang lebih kuat .......................... 55

c. Bertentangan dengan akal sehat, indra, dan sejarah ............ 56

d. Susunan pernyataannya tidak menunjukan ciri-ciri

sabda kenabian .................................................................... 56

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 58

A. Kesimpulan .......................................................................................... 58

B. Saran ..................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

الل هكتاببماتس كتمماتضلوالنأمرينفيكمت ركتقالوسل معليهالل هصل ىالل هرسولأن 1نبيهوسن ة

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Telah aku

tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian

berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”. (HR. Al-

Imam Malik)

Ada dua wasiat nabi saw untuk seluruh umat Islam, manakala umat

berpegang teguh pada keduanya niscaya ia akan selamat di dunia dan akhirat. Dua

wasiat itu adalah al-Qur‟an dan al-Sunnah (hadis). Perbedaan antara keduanya,

bahwa al-Qur‟an dalam periwayatan-nya bersifat mutawatir atau tidak ada

keraguan sama sekali atas kebenaran berita yang dibawa, sedangkan hadis masih

harus diteliti lagi dengan sungguh-sungguh apakah hadis tersebut sahih-hasan atau

daif.

Sebagian besar kaum muslim meyakini bahwa hadis adalah perangkat

sunnah nabi dan bahwa hadis merupakan tuntunan yang tidak dapat diabaikan

dalam memahami wahyu Allah. Sebagai salah satu sumber otoritas Islam kedua

setelah al-Qur‟an, sejumlah literatur hadis memiliki pengaruh yang sangat

menentukan dan menjadi sumber hukum dalam agama. Para ulama telah berupaya

1Malik ibn Anas, al-Muwaṭṭa, (al-Imārāt: m. Musṭafa al-„Aẓami, 1425 H/ 2004 M), juz, 5,

h. 1323.

Page 13: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

2

keras mengumpulkan dan mengklasifikasi serta memilah hadis-hadis yang otentik

dan yang palsu.2

Di antara tugas Rasulullah saw adalah menjelaskan hal-hal yang masih

global dalam al-Qur‟an yang tentu saja hal ini atas perintah dari Allah SWT. Allah

berfirman:

الذكرإليكوأن زلنا 3(٤٤)ي ت فك رونولعل همإليهمن زلماللن اسلتب ي

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka

memikirkan. (Q.S. al-Nahl:44).”

Tentu saja penjelasan terhadap isi al-Qur‟an itu bukanlah sekedar

membaca al-Qur‟an. Banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang memerlukan penjelasan

praktis, dan itu sudah dilakukan oleh Rasulullah saw. Karenanya Rasulullah tidak

dapat dilepaskan begitu saja dari tugas ini. Menolak penjelasan Rasulullah saw

terhadap al-Qur‟an juga tidak mungkin, karena al-Qur‟an sendiri telah

menegaskan demikian. Oleh karena itu, menolak penjelasan Rasulullah saw

terhadap al-Qur‟an sama saja artinya dengan menolak al-Qur‟an.4

Hadis atau yang disebut juga dengan sunnah, sebagai sumber ajaran Islam

yang berisi pernyataan, pengamalan, pengakuan, dan hal ihwal Nabi Muhammad

saw yang beredar pada masa nabi hingga wafatnya, disepakati sebagai sumber

2Kamarudin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, (Jakarta: Hikmah,

2009), cet. 1, h. 1. 3Khādim al-Harāmain asy-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. al-Madīnah al-

Munawwarah: Mujamma‟ Khādim al-Harāmain asy-Syarīfain al-Mālik Fahd li ṭibā‟at al-Muṣḥaf

asy-Syarīf:1971. 4 M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah: Prof. H. Ali

Mustafa Yaqub, M.A. (Jakarta: Pustaka Firdaus,2000),h. 27.

Page 14: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

3

ajaran Islam setelah al-Qur‟an dan isinya menjadi hujjah (sumber otoritas)

keagamaan. Oleh karena itu, umat Islam pada masa Nabi Muhammad saw dan

pengikut jejaknya, menggunakan hadis sebagai hujjah keagamaan yang diikuti

dengan mengamalkan isinya dengan penuh semangat, kepatuhan dan ketulusan.5

Dalam praktek, disamping menjadikan al-Qur‟an sebagai hujjah keagamaan,

mereka juga menjadikan hadis sebagai hujjah yang serupa secara seimbang,

karena keduanya sama diyakini berasal dari wahyu Allah swt. Dalam konteks

dimaksud, hadis mereka tempatkan pada posisi yang penting setelah al-Qur‟an.

Terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang sebagian besar bersifat umum dan garis besar,

hadis selain datang untuk menjelaskan keumumannya, dan datang untuk

menafsirkannya, ia juga datang untuk melengkapi hukum yang sejalan dengan

semangat al-Qur‟an. Dalam keadaan pengamalan agama demikian dapat dipahami

bila umat Islam masa nabi saw memperlihatkan motivasi yang mendalam terhadap

hadis baik melalui penuturan lisan, hafalan, maupun penulisan hadis-hadis yang

naskah tertulisnya sampai ditangan kita sekarang. Jelasnya, hingga wafat nabi

saw, keyakinan umat Islam terhadap hadis tidaklah berubah, bahkan dikuatkannya

dengan bukti-bukti pelestarian khazanah hadis.

Namun, keadaan hadis Nabi Muhammad saw dalam kesepakatan tersebut,

tidaklah demikian keadaannya pasca masa nabi saw. Hadis pasca masa nabi saw

telah berada dalam suatu kondisi yang mulai tidak seimbang dengan posisi al-

Qur‟an, karena ia telah berada di tengah-tengah banyak faktor. Pertama, hadis

5Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah, Kritik Musthafa al-Siba‟I

terhadap Pemikiran Ahmad Amin Mengenai Hadīṡ dalam Fajr al-Islam, (Jakarta:Kencana,2003),

h. 3-4.

Page 15: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

4

misalnya dalam periwayatan selain berlangsung secara lafaẓ juga berlangsung

secara makna. Kedua, dalam sejarah hadis telah muncul berbagai pemalsuan

hadis. Ketiga, hadis merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur‟an yang

dibukukan dengan memakan waktu jauh lebih lama dari pembukuan al-Qur‟an.

Keempat, periwayatan hadis selain beragam metodenya, juga beragam tingkat

validitas masing-masing metodenya.6 Dari faktor-faktor di atas, maka kondisi

hadis pasca masa nabi saw, dan memiliki banyak peluang untuk diadakan

penelitian dan pengkajian dalam banyak persoalan.

Dengan demikian, pada pasca masa nabi saw sampai dengan memasuki

abad ke-21 sekarang (2015), keadaan hadis sudah sedemikian rupa, yang

membuka tabir melihat keberadaannya sebagai otoritas keagamaan. Melihat posisi

hadis yang sangat sentral dan signifikan dalam ajaran Islam, maka penelitian dan

pengkajian menjadi bagian penting dalam rangka menjaga dan melestarikan hadis

nabi saw.

Suatu proses penelitian dan pengkajian suatu hadis memerlukan tiga

macam ilmu yang berkaitan dengan ilmu hadis itu sendiri, yaitu „Ilmu Mustalāh

al-Hadīṡ, „Ilmu Rijāl al-Hadīṡ, dan „Ilmu Takhrīj al-Hadīṡ. Adapun kualitas suatu

hadis dapat diketahui dengan adanya penelitian melalui takhrīj hadis.

Mahmud al-Tahhan mengatakan bahwa secara epistimologi takhrīj berarti

berkumpulnya dua hal yang saling berlawanan. Secara terminologi takhrīj

mempunyai beberapa pengertian di antaranya ialah; Pertama, takhrīj yang

6 Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah, Kritik Musthafa al-Siba‟I

terhadap Pemikiran Ahmad Amin Mengenai Hadīṡ dalam Fajr al-Islam, h. 5.

Page 16: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

5

disinonimkan dengan al-ikhrāj yang berarti mengungkapkan suatu hadis kepada

orang lain dengan mengemukakan periwayatnya. Kedua, mengeluarkan atau

menampakkan hadis-hadis dari kitab induknya beserta periwayatnya. Ketiga,

bermakna al-Dilālah yaitu mengeluarkan hadis-hadis dari kitab induk dan

meriwayatkannya kembali.7

Kajian ilmu takhrīj hadis sangat penting bagi orang yang menggeluti ilmu-

ilmu syar‟i. Mempelajari kaidah-kaidahnya dan metodenya, agar ia mengetahui

bagaimana bisa sampai kepada hadis tersebut pada sumber-sumbernya yang

orisinil. Manfaat takhrīj amat besar, terutama bagi mereka yang berkecimpung

dalam hadis.8 Mahmud al-Tahhan sendiri lebih memilih bahwa takhrīj adalah

memberikan petunjuk tentang atau letak hadis pada sumber-sumber aslinya

dengan menyebutkan sanadnya kemudian menjelaskan hukum hadis tersebut bila

diperlukan.9

Melihat fungsi dan peran ilmu takhrīj al-hadīṡ yang sangat penting dalam

sebuah penelitian, karena dengan ilmu ini kita dapat mengetahui apakah suatu

hadis itu benar-benar bersumber dari nabi saw.? dan siapa saja yang

meriwayatkan hadis itu sampai kepada nabi saw.?

Sebab itu, penulis akan mencoba meneliti dan mengkaji hadis yang

menyatakan tentang ṣalāt arba„īn di Masjid al-Nabawī al-Madīnah melalui ilmu

takhrīj al-hadīṡ sebagaimana definisi yang Mahmud al-Tahhan sebutkan.

7 Mahmud al-Tahhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, Penerjemah H.S. Agil Husin dan

Masykur Hakim, (Semarang: Toha Putra, 1995), h. 7-9. 8 Mahmud al-Tahhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, h. 21.

9 Mahmud al-Tahhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, h. 10.

Page 17: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

6

Mengingat, salah satu fenomena yang menarik untuk dicermati ketika para

jamaah haji dan umrah mendapat kesempatan mengunjungi al-Madīnah-kota nabi

saw-, adalah semangat yang berapi-api mereka untuk mengejar arba„īn, yaitu

istilah untuk pelaksanaan ṣalāt di Masjid al-Nabawī dengan durasi 40 (kali)

tanpa putus. Jadi, dengan melaksanakan 40 kali ṣalāt fardu berjamaah sehari

semalam dan dengan pahala yang dilipatgandakan untuk setiap ṣalātnya 1000,

maka seseorang akan mendapatkan pahala sebesar 40.000. Selain itu, jaminan

terbebas dari api neraka dan kemunafikan juga menanti. Sebuah kesempatan

emas yang sayang jika lewat begitu saja.

Tapi apakah ini disyariatkan dengan berlandaskan dalil yang ternilai

maqbūl/diterima)? Tampaknya diperlukan adanya penelusuran lebih lanjut. Faktor

lain adalah adanya teks dari kitab-kitab fikih modern (mu„āṣir) yang memberikan

keterangan tentang pelaksanaan ṣalāt ini sekaligus pencantuman sebuah dalil

khusus dari hadis nabi saw. Hal itu dapat kita lihat di antaranya dalam kitab yang

ditulis oleh Wahbah Zuhaili (al-Fiqh al-lslāmi wa „Adillatuh)10

; dan Hasan bin

Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf (al-Taqrīrat al-Sadīdah fi al-Masāil al-

Mufīdah).11

Namun sayang, dalil hadis terkait yang dicantumkan dalam kitab-

kitab tersebut tanpa disertai dengan keterangan tentang validitasnya.

Hadis yang menjadi sandaran para pengamal ṣalāt arba„īn, sebagai

berikut:

10

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-lslāmi wa „ Adillatuh, (Suriah: Dar al-Fikr, 1989), h. 334. 11

Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf, al-Taqrīrat al-Sadīdah fi al-Masāil

al-Mufīdah, (Surabaya: Dar al-„Ulūm al-Islamiyah, 2004), cet, 3, h. 521.

Page 18: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

7

ث نا عتهالل هعبدالر حنعبدأبوقالموسىبنالكمحد ث ناموسىبنالكممنأناوس عبدحد قالأن هوسل معليهالل هصل ىالن بعنمالك بنأنسعنعمربنن ب يطعنالرجالأببنالر حن

وبرئالعذابمنوناة الن ارمنب راءة لهكتبتصلة ي فوتهلصلة أربعيمسجديفصل ىمن الن فاقمن

“Telah menceritakan pada kami Hakam bin Musa, berkata Abu

Abdurrahman Abdullah: Aku mendengar dari Hakam bin Musa (dimana) telah

menceritakan pada kami Abdurrahman bin Abi al-Rijal dari Nubaith bin Umar

dari Anas bin Malik dan Nabi saw bahwasannya beliau bersabda: Barangsiapa

melaksanakan ṣalāt (sebanyak) 40 kali ṣalāt di masjidku (dengan) tidak tertinggal

satu pun, dicatat baginya terhindar dari api neraka, selamat dari siksa, dan

terhindar dari kemunafikan” ( H R. Ahmad)12

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya dan

mutābi‟nya al-Imam Al-Thabarani dalam kitab Mu‟jam al-Awsāṭ dengan jalur dari

Abu Abdurrahman bin Abi al-Rijal dari Nubaith bin Umar dari Anas bin Malik

secara marfū‟ (sampai ke nabi saw). Setelah mencantumkan hadis tersebut. Al-

Thabarani berkomentar: "Tidak ada yang meriwayatkan dari Anas kecuali

Nubaith, dan Abdurrahman bin Abi al-Rijal pun sendiri meriwayatkan dari

Nubaith". Al-Mundzir dalam al-Targīb wa al-Tarhīb, dan Al-Haitsami dalam

Majma‟ al-Zawāid, setelah mencantumkan hadis ini, keduanya berkomentar

menguatkan jalur perawinya, sebagaimana tercantum dalam Musnad Ahmad dan

Mu‟jam al-Awsāṭ di atas. Juga menyebut bahwa al-Imam Tirmidzi meriwayatkan

sebagiannya.

Masalah yang diperdebatkan dalam jalur sanadnya adalah adanya seorang

perawi bernama Nubaith bin Umar yang ternilai majhūl (tidak diketahui

12

Abū „Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn

Hanbal, (Muasasah al-Risalah, 2001), juz, 20, h. 40.

Page 19: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

8

keadaannya), di mana hanya Al-Mundziri dan Al-Haitsami yang menguatkannya

dengan mendasarkan pada penilaian Ibnu Hibban dalam “Al-Ṡiqāt”. Namun, di

kalangan kritikus hadis , Ibnu Hibban dikenal sebagai kritikus yang dimasukkan

dalam kategori mutasāhil (mudah mengangkat derajat penilaian terhadap perawi

yang majhūl). Pun dalam kitab-kitab biografi para perawi, tidak akan kita

temukan data perawi ini. Matan (isi hadis) yang diriwayatkannya juga berbeda

sendiri dengan apa yang diriwayatkan oleh para perawi lain dari Anas bin Malik

ra. Maka dalam kajian kritik hadis, keadaan perawi demikian disebut dengan

majhūl al-„ain (tidak diketahui data pribadinya sedikitpun). Sementara itu,

kritikus hadis modern, Naṣirudin al-Albani dalam Silsilah Al-Ḍaīfah dan Ḍaīf al-

Targīb, mengomentari hadis di atas dengan munkar (informasi hadis hanya dari

satu jalur).

Kendatipun banyak digunakan dikalangan jamaah haji atau umrah, serta

materinya banyak menghiasi pengajian di masyarakat. Tidak menutup

kemungkinan para jamaah haji atau umrah, kurang mengetahui kualitas hadis

tersebut.

Penulis mencoba untuk menelitinya dengan mencari sumber hadis tersebut

melalui beberapa kamus hadis seperti kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẓ al-

Hadīs al-Al-Nabawī karya A.J. Wensinck, melalui kata kunci atau kata kerja dan

kitab Kanz al-„Ummāl karya muhammad al-Sa‟idi Ibn Basyūni dan kitab kamus

hadis lain yang dibutuhkan apabila tidak ditemukan dalam dua kamus tersebut di

atas.

Page 20: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

9

Oleh karena alasan di atas, penulis ingin menuangkan ini kedalam sebuah

karya ilmiah dengan judul “Hadis Ṣalāt a di Masjid Al-Na aw Al-

Mad ah; Studi kritik Sanad dan Matan Hadis.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berkaitan dengan permasalahan ṣalāt arba„īn di Masjid Al-Nabawī Al-

Madīnah, penulis hanya menemukan dua sumber hadis yang dikeluarkan oleh al-

Imam Ahmad bin Hanbal dan al-Imam Al-Thabarani. Ada beberapa permasalahan

di dalam pembahasan ṣalāt arba„īn di antaranya; tentang tata cara ṣalāt arba„īn,

ṣalāt sunnah atau fardu kah yang termasuk dalam kategori ṣalāt arba„īn, tempat

dan waktu pelaksanaan ṣalāt arba„īn, kualitas hadis ṣalāt arba„īn, dan lainnya.

Penulis akan membatasi dan memfokuskan pada pembahasan kualitas hadis ṣalāt

arba„īn tersebut, untuk dikaji, diteliti, dan dianalisis keotentikan kandungannya

dari segi sanad dan matan.

Di samping riwayat hadis pokok di atas yang dijadikan sebagai bahan

penelitian, penulis juga akan mencari hadis-hadis pendukung namun disertai

dengan validitas hadis tersebut secara singkat. Adapun rumusan masalah yang

akan dibahas dalam kajian ini adalah “bagaimana kualitas hadis tentang ṣalāt

arba„īn di Masjid Al-Nabawī Al-Madīnah?” ditinjau dari kritik sanad dan matan

hadis.

Page 21: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini selain untuk menyelesaikan kuliah pada program S1

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuludin

Jurusan Tafsir Hadis dan hal-hal yang bersifat administratif, juga tidak terlepas

dari tujuan pengembangan keilmuan terutama masalah pemahaman hadis dan

ilmu turunannya. Selain hal tersebut di atas, manfaat penulisan skripsi ini juga

adalah :

1. Mengetahui validitas hadis tentang ṣalāt arba„īn di Masjid Al-Nabawī Al-

Madīnah, umum-nya kepada jamaah haji dan umrah, khusus-nya untuk

penulis.

2. Sebagai upaya untuk mensemarakkan literatur keislaman, utamanya

berkaitan dengan kajian hadis.

3. Menambah khazanah keilmuan pada lembaga-lembaga yang konsern

dalam mengurus perjalanan haji dan umrah.

D. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan pengkajian dan penelitian, landasan operasional

penulisan, menggunakan buku-buku yang terkait erat dengan judul yang penulis

ambil, maka bisa dibilang metode yang penulis gunakan dalam membuat karya

tulis ilmiah ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan

mengumpulkan data dari sumber primer dan sekunder kemudian menyimpulkan.

Page 22: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

11

Adapun metode dalam kegiatan penelitian hadis ini, yaitu:

1. Melakukan takhrīj hadis dari matan hadis yang telah disebut pada judul,

langkah pertama penelitian hadis ini merujuk melalui lafal hadis dari kitab

al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Hadīs al-Al-Nabawī karya A.J

Wensinck dan kitab-kitab lainnya yang berkaitan dengan ini.

2. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk pada

kitab asli yang ditunjukkan oleh kitab kamus.

3. I‟tibar al-Sanad, menghadirkan hadis lain yang semakna dengan hadis

tersebut.

4. Menguraikan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya pendukung

yang berstatus mutābi‟ dan syawāhid.

5. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) dari data yang diambil dari

kitab-kitab Rijāl al-Hadīṡ seperti Tahżib al-Kamāl, Tahżib al- Tahżīb, al-

Jarh wa al-Ta‟dīl, dan lain-lain. Dan penelitian sanad ini yaitu menelesuri

data setiap periwayat dengan menilai keadaannya, hubungan guru dan

murid, tahun kelahiran dan tahun wafat, hingga penilaian para ulama

tentang kredibilitas peperawi tersebut. Untuk kemudian menentukan

kedudukan hadis dari semua jalur.

6. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian sanad di atas dengan

melihat dari segi bahasa, histori, bertentangan atau tidaknya dengan al-

qur‟an, ada atau tidaknya hadis lain yang semakna (dengan hadis tersebut)

yang lebih tinggi atau rendah kualitas hadisnya. Memberikan kesimpulan

dari hasil penelitian di atas dan pesan penting dari hadis tersebut. Sedang

Page 23: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

12

dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis,

yakni melalui pengumpulan data dan pendapat para ulama dan pakar untuk

kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang

ilmiah.

Selain itu juga teknik penulisan ini, penulis mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2011.

E. Tinjauan Kepustakaan

Untuk mendukung kepustakaan di atas, penulis pun melakukan tinjauan

pustaka atas beberapa karya tulis yang membahas tema yang sama atau

mempunyai kemiripan dengan yang dibahas oleh penulis. Penulis tidak

menemukan satupun dari penelitian terdahulu yang mengangkat tema yang sama.

Hanya saja ada beberapa skripsi yang mengangkat masalah ṣalāt, namun berbeda

di dalam pembahasannya, yang kesemuanya hampir membahas tentang ṣalāt

sunnah dan ada yang membahas ṣalāt fardu dengan berjamaah namun tetap juga

beda fokus obyek penelitiannya. Skripsi-skripsi hasil tinjauan pustaka penulis

sebagai berikut:

1. Ṣalāt Fajar dalam al-Kutub al-Sittah: Sebuah Kajian Tematik Hadis,

ditulis oleh Bambang Triatmojo jurusan tafsir hadis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Skripsi di atas menjelaskan waktu dan

dianjurkannya ṣalāt fajar.

Page 24: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

13

2. Fadilah Ṣalāt Sunnah Rawatib dalam perspektif hadis, ditulis oleh Fitriyah

jurusan tafsir hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006. dalam

skripsi tersebut menjelaskan tentang fadilah ṣalāt sunnah rawatib dan

fungsinya. Skripsi tersebut didapat dari perpustakaan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kritik Hadis Tentang Keistimewaan Ṣalāt Sunnah Tobat : Studi analisis

Sanad Dan Matan, ditulis oleh Eni Nuraini jurusan tafsir hadis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2009.

4. Ṣalāt Sunnah Istikharah dalam perspektif hadis, ditulis oleh Bahrudin

jurusan tafsir hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. dalam

skripsi tersebut menjelaskan bagaimana pemahaman Ibnu Hajar al-

Asqalani tentang ṣalāt sunnah istikharah dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat penelitian ṣalāt sunnah istikharah memberikan pemahaman

tentang maksud hadis-hadis yang membahas ṣalāt sunnah Istikharah serta

menggambarkan pemahaman tentang ṣalāt sunnah Istikharah itu sendiri

dari sudut pandang hadis dan ungkapan para ulama fikih.

5. Hikmah Ṣalāt Berjamaah dalam al-Qur‟an menurut penafsiran Ibnu Katsir,

ditulis oleh Ardian Maksal Lintang, jurusan tafsir hadis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Di dalam pembahasannya lebih menitik

beratkan pada hikmah-hikmah ṣalāt berjamaah.

Page 25: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

14

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membahas beberapa bab yang diuraikan dengan

sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab Pertama, Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, merupakan tinjauan umum mengenai ṣalāt arba„īn yang

berisi tentang pengertian ṣalāt di dalamnya meliputi pengertian ṣalāt menurut

istilah umum dan kedudukannya dalam islam dan pengertian ṣalāt arba„īn serta

alasan melaksanakan ṣalāt arba„īn.

Bab Ketiga, merupakan takhrīj hadis mengenai ṣalāt arba„īn yang berisi

tentang teks hadis dan terjemahannya, kegiatan takhrīj hadis, kegiatan penelitian

hadis dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian baik sanad maupun matan

hadis.

Bab Keempat, Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang telah

dibahas sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran yang bersifat membangun

serta pada akhirnya adalah daftar pustaka menjadi rujukan penulis juga lampiran.

Page 26: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALĀT ARBA‘ĪN

A. Pengertian Ṣalāt

1. Pengertian Ṣalāt Menurut Istilah umum dan Kedudukannya Dalam Islam

Secara bahasa ṣalāt berasal dari bahasa arab dari kata kerja صلى (ṣallā)

yang dalam bahasa arab diartikan dengan دعا (da„ā).1 Pengertian ini mengandung

banyak arti, yaitu; memanggil, mengundang, minta tolong kepada, meminta,

memohon, mendoakan, menamakan, meratapi, menyebabkan, mengisi,

mendatangkan.2 Sementara kata صلى (ṣallā) sendiri biasanya memiliki arti doa

atau memohon, ada yang berpendapat arti aslinya dalam bahasa adalah

pengagungan.3 Seperti dalam firman Allah swt:

لم من خذ رىم صدقةأم و يهمتطه تكإن علي هم وصلباوت زك عليمسيعوٱلل ول م سكنصلو

﴿٣٠١﴾4 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan5 dan mensucikan

6 mereka dan mendoalah untuk mereka.

1Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah al-„Adab wa al-„Ulūm, (Beirut: al-Mathba’ah al-

Kathulikiyyah, 1960), h. 434. Lihat, Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Arab-

Indonesia,(Yogyakarta: Pusaka Progresif, 1984), h. 874. 2Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 438.

3Mahir Manshur Abdurrajiq, Mu‟jizat Shalat Berjamaah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007), h. 24. 4Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. al-Madīnah al-

Munawwarah: Mujamma’ Khādim al-Harāmain al-Syarīfain al-Mālik Fahd li ṭibā’at al-Muṣḥaf al-

Syarīf: 1971. 5Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-

lebihan kepada harta benda.

Page 27: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

16

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah

Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103)

Yang dimaksud dari ayat di atas adalah berdoalah dan beristighfarlah

untuk mereka.7 Dan Nabi saw bersabda:

ث ناحف صب نغياثعن رب نأبشي بةحد ث ناأبوبك أبىري رةقالحد اب نسريينعن ىشامعن ف ل يصل كانصائما فإن ف ل يجب دعيأحدكم إذا وسل م علي و صل ىالل و الل و كانقالرسول وإن

طراف ل يط عم .مف “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah

menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dari Ibnu Sirin dari

Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian diundang, hendaknya ia penuhi undangan

tersebut, jika ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia mendo'akannya, dan jika ia

sedang tidak berpuasa, hendaknya ia memakannya."8

Ṣalāt menurut istilah adalah ibadah kepada Allah swt yang wajib

dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, diawali dengan takbir dan ditutup dengan

salam, dilengkapi dengan syarat, rukun, gerakan, dan bacaan tertentu.9 Ṣalāt dapat

juga berarti doa untuk mendapatkan kebaikan atau ṣalawāt bagi Nabi Muhammad

saw.10

Dengan begitu, ṣalāt Allah swt kepada Nabinya adalah pujian Allah swt

kepada Nabinya, dan ṣalāt Malaikat kepada Nabi saw adalah doa.11

6Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan

memperkembangkan harta benda mereka.

7Al-Hafiẓ ‘Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Kaṡir al-Qurasyi ad-Dimasyqi, Tafsir al-

Qur‟an al-Azhim,(Beirut: Dar at-Turats al-‘Arabi), jilid 2, h. 386. 8Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim,(Beirut: Dar al-Fikr), juz 2, h.

106. 9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. VII, h. 866. 10

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 207. 11

Sa’id bin Ali bin Waqf al-Qahthani, Lebih Berkah dengan Salat Berjamaah, (Surakarta:

Qaula, 2008), h. 17.

Page 28: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

17

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq ṣalāt adalah “Ibadah yang berisi

perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan khusus yang diawali dengan takbir

dan diakhiri dengan salam.12

Selain dari pengertian di atas, Hasbi Ash-Shiddieqy

juga memberikan pengertian tentang ṣalāt, menurut beliau ṣalāt memiliki dua

macam pengertian, yang keduanya dilatarbelakangi oleh sudut pandang yang

berbeda, yaitu lahiriah dan ruhiah. Dari sudut lahiriah ṣalāt adalah beberapa

perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam

dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan dari sudut ruhiah ṣalāt adalah berharap

kepada Allah swt dengan sepenuh jiwa dan segala khusyuk dihadapan Allah swt

dan berikhlas bagi-Nya serta hadir dalam berdzikir, berdoa dan memuji.13

Dari pengertian di atas mengandung maksud yang sama, yaitu suatu

ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan

takbir dan diakhiri dengan salam. Yang dimaksud dengan perkataan disini adalah

bacaan takbir, doa dan sejenisnya. Dan yang dimaksud dengan perbuatan disini

terdiri dari berdiri, ruku’, sujud dan lainnya.

Pada hakekatnya pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas

antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan merupakan suatu unsur yang

tidak dapat dipisahkan. Ṣalāt yang sesungguhnya ialah ṣalāt yang memiliki ruh

dan jasad, dan bukan sekedar ucapan dan perbuatan secara lahiriah saja, akan

tetapi harus dibarengi dengan hati dan pikiran. Hati, pikiran, ucapan dan gerakan-

12

Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), jld.1, h. 78. 13

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Salat, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986), cet. 5, h. 62.

Page 29: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

18

gerakan seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. merupakan unsur penting

dalam ṣalāt.

Ṣalāt mempunyai kedudukan yang tertinggi diantara ibadah-ibadah

lainnya, bahkan dalam Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi

oleh ibadah manapun juga. Kedudukan ṣalāt dalam Islam yaitu:

a) Ṣalāt merupakan tiang agama; tidak akan berdiri Islam kecuali

dengannya.14

Rasulullah bersabda:

عاصمب نأبال مع مرعن عانعن ث ناعب دالل وب نمعاذالص ن ث نااب نأبعمرحد أبحد ن جودعن كن تمعالن معاذب نجبلقال تي و ماقريبامن ووائلعن بصل ىالل وعلي ووسل مفسفرفأص بح

الن ارقال ن ةوي باعدنعن خلنال ب نبعمليد ون ننسريف قل تيارسولالل وأخ سأل تنعن لقد وإن و وت ؤ تاعظيم الص لة وتقيم شي ئا بو رك ولتش الل و ت ع بد علي و الل و يس ره لز كاةليسريعلىمن

ري الص و مجن ةوالص د ال ب ي تث قالألأدلكعلىأب وابال طيئةوتصومرمضانوتج قةتط فئال ال عن جو فالل ي لقالث تل}ت تجافجنوب هم مضاجعكمايط فئال ماءالن اروصلةالر جلمن

كلووعموده ر م بكبرأ سال قالألأخ ب لغي ع ملون{ث وذر وةسناموق ل تب لىيارسولالل وحت بكبل قالألأخ هادث لموعمودهالص لةوذر وةسناموال رال س م كلوق ل تقالرأ سال كذلك

ق بلسانو فأخذ الل و نب بوب لىيا ن تكل م لمؤاخذونبا وإن ا الل و نب ف قل تيا علي كىذا كف الإل علىمناخرىم أو الن اسفالن ارعلىوجوىهم يكب حصائدف قالثكلت كأمكيامعاذوىل

لأبوعيسىىذاحديثحسنصحيحأل سنتهم قا“Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin Mu'adz ash Shan'ani dari Ma'mar dari 'Ashim bin Abi

an Najud dari Abu Wail dari Mu'adz bin Jabal dia berkata; Saya pernah bersama

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, suatu pagi aku berada

dekat dari beliau, dan kami sedang bepergian, maka saya berkata; 'Wahai

Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang suatu amal yang akan memasukkanku

kedalam surga dan menjauhkanku dari neraka.' Beliau menjawab: "Kamu telah

menanyakan kepadaku tentang perkara yang besar, padahal sungguh ia

14

Ahmad Zubaidi, dkk., Menjawab Persoalan Fiqih Ibadah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima,

2001), cet. I, h. 115.

Page 30: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

19

merupakan perkara ringan bagi orang yang telah Allah jadikan ringan baginya,

yaitu: Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa

pun, kamu mendirikan Ṣalāt, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan,

berhaji ke Baitullah." Kemudian beliau bersabda: "Maukah kamu aku tunjukkan

pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai dan sedekah akan

memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan Ṣalāt seorang

laki-laki pada pertengahan malam." Kemudian beliau membaca; "Lambung

mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya

dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang

Kami berikan kepada mereka. (16) Seorang pun tidak mengetahui apa yang

disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang

menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka

kerjakan." (As-Sajdah: 16-17). Kemudian beliau bersabda: "Maukah kamu aku

tunjukkan pokok perkara agama, tiang dan puncaknya?" Aku menjawab: "Ya,

wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Pokok dari perkara agama adalah Islam,

tiangnya adalah Ṣalāt, sedangkan puncaknya adalah jihad.' Kemudian beliau

bersabda: "Maukah kamu aku kabarkan dengan sesuatu yang menguatkan itu

semua?" Aku menjawab; 'Ya, wahai Nabi Allah.' Lalu beliau memegang lisannya,

dan bersabda: "'Tahanlah (lidah) mu ini." Aku bertanya; 'Wahai Nabi Allah,

(Apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang kita

ucapkan? ' Beliau menjawab; "(Celakalah kamu) ibumu kehilanganmu wahai

Mu'adz, Tidaklah manusia itu disunggkurkan ke dalam neraka di atas muka atau

hidung mereka melainkan karena hasil ucapan lisan mereka?" Abu Isa berkata;

'Ini hadits hasan shahih”.15

b) Ṣalāt adalah ibadah yang pertama diwajibkan oleh Allah swt atas hamba-

Nya, dan perintah ṣalāt diterima langsung tanpa perantara oleh Rasulullah

saw. pada peristiwa Isra Mikraj-nya Nabi Muhammad saw. pada

pertengahan tahun ke-12 dari kerasulan beliau.16

Ibadah pada waktu itu

belum ada yang diwajibkan. Kalaupun ada menurut sejarah, hanyalah ṣalāt

dua rakaat pagi dan dua rakaat petang, itupun hukumnya sukarela, siapa

yang mau ṣalāt silahkan, dan siapa yang tidak ṣalāt tidak mengapa.

15

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmizi,(Beirut: Dar al-Fikr, 1994),

juz IV, h. 240. 16

T.A. Lathief Rousydiy, Kaifiyat Salat Rasulullah s.a.w.,(Medan: Rimbow, 1985), cet.

II, h. 1.

Page 31: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

20

Barulah setelah peristiwa itu, ṣalāt diwajibkan atas umat Nabi Muhammad

saw.17

Dalam hal ini sebuah hadis yang berasal dari Anas menjelaskan:

ث ناعب دالر ز اق ث نامم دب ني يالن ي سابوريحد أنسب نمالكقالحد ريعن الزى ب رنامع مرعن أخ حت ث نقصت الص لواتخ سني بو ري أس لة لي وسل م علي و صل ىالل و علىالن ب فرضت جعلت

نودييامم دإن ولي سخ سنيخ ساث م بد لال قو للدي وإن لكبذهال “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya An Naisaburi

berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata; telah

mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Anas bin Malik ia berkata;

"Di malam isra‟ Nabi saw. diberi kewajiban untuk melaksanakan Ṣalāt sebanyak

lima puluh kali. Kemudian bilangan tersebut dikurangi hingga menjadi lima kali,

beliau lalu diseru, "Wahai Muhammad, sesungguhnya ketentuan yang ada di sisi-

Ku tidak bisa dirubah, maka engkau akan mendapatkan pahala lima puluh (waktu

Ṣalāt) dengan lima (waktu Ṣalāt) ini.18

c) Ṣalāt merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak,

rusak dan tidaknya amal perbuatan itu tergantung pada rusak dan tidaknya

ṣalāt yang dikerjakan.19

Sabda Rasulullah saw.:

ثن قالحد ث ناه ام لب نح ادحد ث ناسه حد ضمي ه ال ب نعلي ر ب ننص ث ناعلي حد عن ق تادةلجليساصال تال مدينةف قل تالل هم يسر حري ثب نقبيصةقالقدم سنعن تال اقالفجلس

ث نبديثسع تو ي ر زقنجليساصالافحد سأل تالل وأن رسولالل وإلأبىري رةف قل تإن من فعنبوف قالسع ت ي ن رسولالل وصل ىالل وعلي ووسل مي قولإن صل ىالل وعلي ووسل ملعل الل وأن

أف لحوأن حو ف قد صلحت فإن صلتو عملو من ال قيامة ي و م ال عب د ياسببو أو لما فسدت إن فريضت ان ت قصمن خابوخسرفإن تطوعف قد لعب ديمن ان ظرواىل وجل عز قالالر ب ء وشي

يكونسائرعملوعلىذلك ال فريضةث ف يكم لباماان ت قصمن “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Nashr bin Ali Al Jahdlami

berkata; telah menceritakan kepada kami Sahl bin Hammad berkata; telah

17

Imam Ghazali, Kesilapan Ketika Sembahyang, (Kuala Lumpur: Kalam Ilham, 1993),

cet. II, h. 21. 18

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmizi, juz I, h. 254. 19

Said bin ‘Ali bin Wahf al-Qahtani, Ensiklopedi Salat Menurut al-Qur‟an dan al-Sunnah

jilid I,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2006), cet. 1, h. 171.

Page 32: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

21

menceritakan kepada kami Hammam berkata; telah menceritakan kepadaku

Qatadah dari Al Hasan dari Huraits bin Qabishah ia berkata; "Aku datang ke

Madinah, lalu aku berdo`a, "Ya Allah, mudahkanlah aku untuk mendapat teman

shalih." Huraits bin Qabishah berkata; "Lalu aku berteman dengan Abu

Hurairah, aku kemudian berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah meminta

kepada Allah agar memberiku rizki seorang teman yang shalih, maka bacakanlah

kepadaku hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam, semoga dengannya Allah memberiku manfaat." Maka Abu Hurairah

pun berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang

hamba adalah Ṣalātnya, jika Ṣalātnya baik maka ia akan beruntung dan selamat,

jika Ṣalātnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika pada amalan

fardlunya ada yang kurang maka Rabb 'azza wajalla berfirman: "Periksalah,

apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah

wajibnya yang kurang?" lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu."20

Hadis ini menunjukan bahwa kalah menangya seorang hamba di hari

kiamat nanti, masuk surga atau masuk neraka ditentukan pertama kali oleh

ṣalāt. Demikian penting kedudukan ṣalāt itu.

d) Ṣalāt juga merupakan wasiat Rasulullah saw. yang terakhir yang ditujukan

kepada seluruh umatnya ketika beliau akan menghembuskan nafasnya

yang terakhir, berpisah dengan dunia ini. Ṣalāt merupakan garis pembatas

antara Islam dan Kafir, dalam arti orang yang meninggalkan ṣalāt dengan

mengingkari ke-farduan-nya akan menjadi kafir.21

Dalam hadis Nabi saw

ditegaskan:

ث نا حد معي ث ناأبوغس انال مس عحد أن وس ب رنأبوالزب ري اب نجري جقالأخ الض ح اكب نم لدعن

وب الر جل ب ني ي قول وسل م علي و الل و صل ى الل و رسول سع ت ي قول الل و عب د ب ن الشر كجابر ني

رت ر ك الص لةوال كف

20

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmizi, juz I, h. 421-422. 21

Mujiyo Nurkholis, Meraih Pahala 27 Derajat ,(Bandung: Al-Bayan, 1995), cet.1, h. 18.

Page 33: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

22

“Telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan al-Misma'i telah

menceritakan kepada kami adl-Dlahhak bin Makhlad dari Ibnu Juraij dia

berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu az-Zubair bahwa dia mendengar Jabir

bin Abdullah berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan

kekufuan adalah meninggalkan Ṣalāt."22

e) Ṣalāt merupakan benteng terakhir dari agama, kalau ṣalāt lenyap, lenyap

pula agama seluruhnya.23

Sabda Rasulullah saw.:

حاقب نإب راىيمال مر وزي،قال:حد ث ناإس ،قال:حد ب نال مث ن ب رناأح دب نعلي ث ناال وليدب نأخ اعيلب نعب ي دالل وب نأبال مها ثنعب دال عزيزب نإس لم،قال:حد ثنسلي مانب نمس جر،قال:حد

عر حبيب لم س عرىال وسل م:"لت ن ت قضن علي و صل ىالل و الل و قال:قالرسول أبأمامة وةعن عر وة،تشب ثالن اسبال تتل م،وآخرىن :الصلة"عر وة،فكل ماان تقضت ك ضا:ال يها،فأو لن ن ق

“Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna memberitahukan kepada kami, ia

berkata: Ishaq bin Ibrahim al-Muruziy menceritakan kepada kami, ia berkata: al-

Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdul Aziz bin Ismail

bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir mengatakan kepada saya, ia berkata: Sulaiman

bin Habib mengatakan kepada kami dari Abi Umamah berkata: Rasulullah saw.

bersabda: Sungguh akan runtuhlah tali Islam satu demi satu, maka setiap kali

putus tali yang satu manusia akan bergantung (berpegang) dengan tali

berikutnya. Maka yang pertama runtuh ialah hukum Islam dan yang terakhir

ialah Ṣalāt”.

Hadis ini mengungkapkan, bahwa yang pertama kali akan hilang dan

runtuh dari ajaran Islam ialah hukum dan peraturannya. Banyak orang

yang mengaku muslim dan mukmin, akan tetapi tidak mematuhi dan

memperdulikan hukum dan peraturan Islam. Muhammad Abduh pernah

menjelaskan bahwa tidak ada yang tinggal dari al-Qur’an itu kecuali

hurufnya, dan tidak ada yang tinggal dari Islam itu kecuali namanya.

22

Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj, Ṣahīh Muslim, juz 1,h. 347. 23

Dewan Hisbah Persatuan Islam, Risalah Salat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), cet.1, h. 75.

Page 34: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

23

Bahkan lebih dari itu lagi, banyak orang yang mengaku beragama Islam,

tetapi mencaci dan merendahkan ajaran agamanya.24

Runtuhnya ajaran Islam yang terakhir ialah ṣalāt. Maksudnya apabila

perintah ṣalāt sudah tidak dihiraukan lagi, apabila suara azan yang

merupakan panggilan untuk menunaikan ibadah ṣalāt sudah tidak lagi

menggugah perasaan, tidak menarik perhatian lagi dari umat Islam sendiri.

Maka itu artinya Islam sudah terkubur dari muka bumi.

Demikianlah pentingnya kedudukan ṣalāt itu menurut ajaran Islam, sebab

itu Allah swt memperingatkan umat Islam berulang-ulang dalam berpuluh-

puluh ayat untuk menegakkan ṣalāt, baik di rumah maupun dalam

perjalanan, baik waktu aman atau dalam peperangan, baik waktu sehat

maupun sakit. Intinya selama hayat masih dikandung badan, ṣalāt wajib

ditegakkan menurut kemampuan.

f) Ṣalāt merupakan ibadah yang menjadi jaminan untuk masuk surga.25

Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda:

يزأن اب نمري دب ني يب نحب انعن مم ي يب نسعيدعن مالكعن ثنعن بنوحد رجلمن واجبف قالا ال وت ر ي قولإن مم د أبا يكن رجلبالش ام ع س دجي عىال مخ يد كنانة دجي ل مخ

جدفأ تإلعبادةب نالص امتفاع ت رض تلووىورائحإلال مس بال ذيقالأبومم دف رح ب ر تو خ كذبأبومم دسع ترسولالل وصل ىالل وعلي ووسل مي قولخ سصلوات كتب هن الل وف قالعبادة

م ل يضيع جاءبن وجل علىال عبادفمن عز دأن كانلوعن دالل وعه فافابقهن تخ شي ئااس هن ن شاءأد خ بووإن شاءعذ دإن ف لي سلوعن دالل وعه يأ تبن ل ن ةومن خلوال ن ة.يد لوال

“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari

Muhammad bin Yahya bin Habban dari Ibnu Muhairiz, bahwa ada seorang laki-

laki Bani Kinanah yang bernama Al-Mukhdaji, mendengar seorang laki-laki yang

24

Imam Ghazali, Kesilapan ketika Sembahyang, h. 27. 25

T.A. Lathief Rousydiy, Kaifiyat Shalat Rasulullah s.a.w., h. 3.

Page 35: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

24

diberi julukan Abu Muhammad berkata di wilayah Syam, "Witir itu wajib." Al-

Mukhdaji berkata; "Aku kemudian menemui Ubadah bin Shamit, aku

mencegatnya saat ia berangkat ke masjid. Aku lalu kabarkan kepadanya dengan

apa yang dikatakan oleh Abu Muhammad. Ubadah pun berkata, "Abu

Muhammad telah berdusta. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Lima Ṣalāt Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkannya

kepada-Nya. Barangsiapa melaksanakan dan tidak meninggalkan satupun

darinya karena meremehkan kewajiban, niscaya baginya janji Allah untuk

memasukkannya ke surga. Barangsiapa tidak melakukannya, niscaya dia tidak

mendapatkan janji Allah (untuk memasukkannya ke surga) . Jika berkehendak

Allah akan menyiksanya, dan jika berkehendak maka Allah akan memasukkannya

ke dalam surga.”26

g) Ṣalāt adalah syiar agama Islam yang utama dan merupakan tali

penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Ṣalāt adalah ibadah yang

menunjukan keimanan dan ke-Islaman seseorang dan merupakan ibadah

yang meninggalkan kesan dalam jiwa manusia, karena itulah agama

meninggikan derajat dan membesarkan martabat. Ṣalāt itu merupakan

ibadah yang terbesar yang dapat mendekatkan manusia kepada Allah

swt.27

Sebab itu Rasulallah saw bersabda:

ث ناعب دالل روب نسو ادقالحد ث ناىارونب نمع روفوعم وحد ارثعن روب نال عم بعن وب نوى أبىري ثعن وانيد عأباصالحذك رأن وس مو لأببك سي رسولالل وعمارةب نغزي ةعن رةأن

ثرواالدعاء.صل ىالل وعلي ووسل مقالأق ربما ربووىوساجدفأك يكونال عب دمن “Dan telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Amru bin

Sawwad keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb

dari Amru bin al-Harits dari Umarah bin Ghaziyyah dari Sumai, maula Abu

Bakar bahwasanya dia mendengar Abu Shalih Dzakwan bercerita dari Abu

Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Keadaan

seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka

perbanyaklah doa.”28

26

Abu Abdullah bin Malik bin Anas, Al-Muwaṭṭa‟, (Beirut: Dar al-Jil), h. 114. 27

Imam Ghazali, Kesilapan ketika Sembahyang, h. 30. 28

Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj, Ṣahīh Muslim, juz II, h. 438.

Page 36: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

25

Sujud merupakan posisi yang paling dekat antara seorang hamba dengan

Rabb-nya dan posisi yang paling dicintai Allah swt. Siapa saja yang

memperbanyak sujud, ia akan semakin dekat dengan Allah swt. Karena,

sujud merupakan muara ibadah dan kerendahan. Hanya milik Allah-lah

puncak kemuliaan dan milik-Nya kemuliaan yang tidak terukur. Semakin

seseorang menyelami sifat-sifatNya, semakin dekat ia dengan Allah swt.

2. Pengertian Ṣalāt Arba‘īn

Arba„īn atau Arba„ūn dalam bahasa arab berarti empat puluh. Yang

dimaksud dengan Ṣalāt Arba„īn adalah melakukan ṣalāt empat puluh waktu di

Masjid al-Nabawī secara berturut-turut dan tidak ketinggalan takbirah al-ihrām

bersama imam29

. Para jamaah haji meyakini bahwa amalan ini akan membuat

mereka terbebas dari neraka dan kemunafikan. Karenanya jamaah haji Indonesia

dan banyak negara lain diprogramkan untuk menginap di Madīnah al-

Munawwarah selama 8 hari (minimal) agar bisa menjalankan ṣalāt arba„īn.

Dasar keyakinan ini adalah sebuah hadis dari Anas bin Malik bahwa Nabi

saw. bersabda:

لوب راءةمنالن ار،وناةمنال كتبت جديأر بعنيصلة،لي فوتوصلة، صل ىفمس عذاب،من .وبرئمنالن فاق

“Barang siapa Ṣalāt di masjidku empat puluh Ṣalāt tanpa ketinggalan

sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan

dan ia bebas dari kemunafikan.” (HR. Ahmad)

29

Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji & Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press), Jld 1, h,

689.

Page 37: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

26

B. Alasan Melaksanakan Ṣalāt Arba‘īn

Ada sejumlah hadis yang menjelaskan keistimewaan Masjid al-Nabawī.

Dalam sebuah hadis disebutkan larangan untuk melakukan perjalanan jauh selain

ketiga masjid, yaitu Masjid al-Harām (Makkah), Masjid al-Nabawī (al-Madīnah),

dan Masjid al-Aqṣā (Palestina). Sabda Rasulullah saw.:

ثلثةإلإل الرحالتشدلقالوسل معلي والل وصل ىالن بعن عن والل ورضيىري رةأبعن جدمساجد رامال مس جدال جدوسل معلي والل وصل ىالر سولومس ق صىومس ال

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk

mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu 'alaihi

wasallam dan Masjidil Aqsha".(HR. al-Bukhari)30

Orang yang ṣalāt di Rawḍah Masjid al-Nabawī itu sama dengan ṣalāt di

salah satu taman surga. Rasulullah saw. bersabda:

ما ن ةرياضمن رو ضةوب ي تمن بيب ني ال

"Tempat antara mimbarku dan rumahku adalah satu taman dari taman-

taman surga." (HR. Muslim)31

لوب راءةمنالن ار،وناةمنال كتبت جديأر بعنيصلة،لي فوتوصلة، صل ىفمس عذاب،من

.وبرئمنالن فاق

“Barang siapa Ṣalāt di masjidku empat puluh Ṣalāt tanpa ketinggalan

sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan

dan ia bebas dari kemunafikan.” (HR. Ahmad).32

30

Muhammad ibn Ismaīl Abū ‘Abdillah al-Bukhāri, al-Jāmi’ al-Sahīh, (Dar Tūq al-Najāh,

1422 H), juz, 2, h. 60. 31

Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj, Ṣahīh Muslim, juz II, h. 1010.

Page 38: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

27

Pahala orang yang ṣalāt di Masjid al-Nabawī sama dengan orang yang

ṣalāt seribu kali di Masjid lainnya. Beliau bersabda:

جدالرام س امل أل فصلةفيماسواه،إل رمن جديىذاخي صلةفمس

“Satu kali shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid

lain, kecuali Masjidil Haram”. (HR. al-Bukhari).33

Alasan-alasan inilah yang menunjukkan bahwa berziarah ke Masjid al-

Nabawī memiliki arti sangat penting. Jika ṣalāt sekali di Masjid al-Nabawī itu

sama dengan ṣalāt seribu kali di masjid lain maka ṣalāt arba„īn (ṣalāt 40 kali

secara berjamaah di Masjid Nabawī) itu bisa disamakan dengan Ṣalāt 40.000 kali

di masjid lain atau selama 24 tahun. Mengingat pahala yang sangat besar inilah

Rasulullah saw. menganjurkan umatnya untuk melakukan ṣalāt arba„īn di

Masjidnya. Orang yang ingin mengerjakannya hanya membutuhkan waktu 8 hari

saja.34

Dengan demikian, melaksanakan jamaah ṣalāt arba„īn di Masjid al-

Nabawī bagi orang yang telah selesai menunaikan rangkaian amalan ibadah haji,

atau sebelum melaksanakan ibadah haji adalah termasuk ibadah yang sangat

mulia, pahalanya sebagaimana disebutkan, dijauhkan dari api neraka dan sifat

kemunafikan, akan tetapi ini bukanlah sebagai syarat maupun rukun haji,

melainkan menjadi rentetan kegiatan dari jamaah haji semisal dari Indonesia

atapun dari Negara lain.

32

Abū ‘Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn

Hanbal, (Beirut: Muasasah al-Risālah, 2001), juz, 20, h. 40. 33

Muhammad ibn Ismaīl Abū ‘Abdillah al-Bukhāri, al-Jāmi‟ al-Ṣahīh, juz, 2, h. 60. 34

‘Ablah Muhammad al-kahlawi, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita,

Penerjemah: Muhammad Zaenal Arifin, (Jakarta: Zaman, 2009), cet.1, h, 416.

Page 39: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

28

Ṣalāt Arba„īn adalah sebenarnya ṣalāt yang biasa dilakukan oleh umat

Islam pada umumnya, yaitu ṣalāt fardu yang biasa dilakukan dalam sehari-

semalam sebanyak 5 (lima) waktu. Hanya saja di sini, para jamaah haji dituntut

untuk melaksanakannya secara berjamaah di Masjid al-Nabawī sebanyak 40

waktu tanpa terputus satu kalipun. Maka ketika salah satunya ditinggalkan,

gugurlah pahala ṣalāt arba„īnnya. Maka, para jamaah haji yang niatnya sudah

bulat dan ikhlas untuk beribadah kepada Allah swt, mereka akan merasa menyesal

sekali (jika tidak dikatakan berdosa) bila ketinggalan dalam ṣalāt arba„īn ini.

Karena pahala yang akan mereka dapat sungguh sangat besar sekali.

Sesungguhnya ṣalāt berjamaah merupakan suatu perbuatan yang dipenuhi

dengan pahala. Sejak kita keluar dari rumah menuju masjid sampai selesai ṣalāt

dan kembali kerumah, maka para malaikatpun sibuk untuk mencatat pahalanya.

Melaksanakan ṣalāt berjamaah merupakan perbuatan seorang hamba yang hanya

mengharap akan mendapatkan keutamaan dari Allah swt, dan suatu perbuatan

yang menghapus dosa serta mengangkat beberapa derajat kita di sisi Allah swt.35

Mendudukkan ibadah ṣalāt diniatkan untuk mencari pahala tidaklah tepat,

salah satu dari tujuan ṣalāt adalah untuk mengingat Allah swt dan mencari

keridlaan-Nya sebagaimana dalam firman Allah swt:

نوأقمالص لإن نأناالل ولإلوإلأن ري)وافاع بد (٤١ةلذك

35

Abdullah bin Jarullah, Keutamaan Salat Berjamaah, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995),

cet. 1, h. 30.

Page 40: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

29

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain

Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S.

Thaaha;14)36

ال عالمني) (٤٦١قل إن صلتونسكيوم يايوماتلل ورب

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.(Q.S. al-An’am;162)37

36

Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (al-Madīnah al-

Munawwarah: Mujamma’ Khādim al-Harāmain al-Syarīfain al-Mālik Fahd li ṭibā’at al-Muṣḥaf al-

Syarīf:1971). 37

Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya.

Page 41: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

30

BAB III

TAKHRĪJ HADIS MENGENAI ṢALĀT ARBA‘ĪN

A. Teks Hadis dan Terjemahannya

Hadis mengenai ṣalāt arba„īn ialah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin

Malik yang berbunyi;

Redaksi dalam kitab musnad Ahmad ibn Hanbal :

ث نا كم حد كم م نح أنا وس عحت و اللو عبحد الرححن عبحد أب و قال م وسى بحن الح ث نا م وسى بحن الح الرححن عبحد حد عنح مال ك بحن أنس عنح ع مر بحن ن ب يحط عن الرجال أب بحن صلى منح قال أنو وسلم عليحو اللو صلى النب د ي ف الن فاق م نح وبر ئ الحعذاب م نح وناة النار م نح ب راءة لو ك ت بتح صلة ي ف وت و ل صلة أرحبع ي مسحج

“Telah menceritakan pada kami Hakam bin Musa, berkata Abu Abdurrahman

Abdullah: Aku mendengar dari Hakam bin Musa (dimana) telah menceritakan pada

kami Abdurrahman bin Abi al-Rijal dari Nubaith bin Umar dari Anas bin Malik dan

Nabi saw bahwasannya beliau bersabda: “Barangsiapa melaksanakan ṣalāt

(sebanyak) 40 kali ṣalāt di masjidku (dengan) tidak tertinggal satu pun, dicatat

baginya terhindar dari api neraka, selamat dari siksa, dan terhindar dari

kemunafikan” ( H.R. Ahmad)1

Redaksi hadis dalam kitab al-Mu‟jam al-Awsaṭ al- Tabarani:

كم بحن قال: ث نا الح ث نا م مد بحن عل ي الحمد ين ، عنح ن ب يحط حد م وسى قال: ث نا عبحد الرححن بحن أب الرجال د ي أرحبع ي لى اهلل عليحو وسلم: بحن ع مر، عنح أنس بحن مال ك قال: قال رس ول اللو ص منح صلى ف مسحج

ن الحعذاب صلة ل ي ف وت و صلة ، كتب الل ن النار ، وناة م و لو ب راءة م

1Abū „Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad al-Imām Ahmad ibn Hanbal,

(Beirut: Muasasah al-Risālah, 2001), juz, 20, h. 40.

Page 42: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

31

“Telah menceritakan pada kami Muhammad bin „Ali al-Madini, berkata

Muhammad bin „Ali: telah menceritakan pada kami Hakam bin Musa, berkata

Hakam bin Musa: telah menceritakan pada kami Abdurrahman bin Abi al-Rijal dari

Nubaith bin Umar dari Anas bin Malik dan Nabi saw bahwasanya beliau bersabda:

“Barangsiapa melaksanakan ṣalāt (sebanyak) 40 kali di masjidku (dengan) tidak

tertinggal satu pun, dicatat baginya terhindar dari api neraka, selamat dari siksa”

(H.R. al-Tabrani)2

B. Kegiatan Takhrīj Hadis

Sebelum melakukan kegiatan takhrīj, ada baiknya kita memahami terlebih

dahulu apa arti kata takhrīj. Takhrīj berasal dari kata kharaja (خزج) yang berarti

mengeluarkan.3 Dalam kamus al-Munawwir lafaz استخزج : اختزج : اخزج : خزج

bermakna ضذ ادخل (lawannya memasukan).4 Pada kitab usūl al-Takhrīj wa Dirāsat al-

Asānid kata takhrīj diartikan dengan : pertama, Istinbaṭ berarti mengeluarkan. Kedua,

Tadrīb bermakna meneliti atau melatih. Ketiga, Tawjīh artinya memperhadapkan.5

Adapun menurut istilah Takhrīj adalah:

ة اج الح د نح ع و تح ب ت رح م ان ي ب ث ه د ن س ب و تح ج ر خح ا ت ال ة ي ل صح الح ر اد ص م ف ث يح د الح ع ض وح ى م ل ع ة ل ل د ال و ى “menunjukan posisi hadis dalam sumber-sumber asli yang di keluarkan

dengan sanadnya. Kemudian menjelaskan kedudukan hadis ketika dibutuhkan”.

Di dalam men-takhrīj hadis, seorang peneliti harus juga mengetahui metode-

metode dalam men-takhrīj hadis. Metode-metode tersebut adalah:

1. Men-takhrīj hadis melalui periwayat pertama.

2. Men-takhrīj hadis melalui awal matan

2Sulaiman ibn Ahmad al- Tabrani, al-Mu‟jam al-Awsaṭ, (Mesir: Dar al-Qāhirah), juz V, h.

325. 3 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 155.

4A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya Agung : Pustaka

Progresif, 1997), h. 330. 5 Mahmud al-Tahhan, Usūl at-Takhrīj wa al-Dirāsah al-Asānid, (Riyad: Maktabah al-Ma‟arif,

1991), h. 8.

Page 43: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

32

3. Men-takhrīj hadis melalui kata-kata yang ada dalam matan

4. Men-takhrīj hadis melalui tema.

5. Men-takhrīj hadis melalui status hadis.

1. Penelusuran Hadis Melalui Matan

Penulis berusaha menelusuri hadis melalui kata-kata yang ada dalam matan

hadis dengan menggunakan kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Hadīṡ, namun

penulis tidak menemukan informasinya, begitu juga penulis mencari pada kitab

Tuhfah al-Asrāf bi Ma‟rifah al-Atrāf, Mausū„ah al-Atrāf, Miftah al-Kunūz, al-Jāmi‟

al-Ṣagīr min Hadīṡ al-Basyīr al-Nażīr, hal yang sama juga penulis tidak mendapatkan

informasinya. Lalu penulis mencarinya dengan menggunakan kitab Kanz al-„Ummāl

yang ditulis oleh „Ali al-Mutqi bin Hisyam al-Din al-Hindi ditemukan keterangan di

kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal.

Redaksi dalam kitab Kanz al-„Ummāl pada bab Faḍāil al-madīnah wa Mā

Hawlaha.

ع ب رح أ يح د ج سح م ى ف ل ص نح " م ئ ر ب و اب ذ ع الح ن م اة ن و ار الن ن م ة اء ر ب و ل تح ب ت ك ة ل ص و ت وح ف ي ل ة ل ص يح )6عن أنس -حم (. " اق ف الن ن م

6 „Ala al-Din al-Muttaqin Ibn Hisyam al-Din al-Hindi, Kanz al-„Ummāl Fi Sunan al-Aqwāl

wa al-Af‟āl, ( Beirut: Mu‟assasah al-Risalah,1989),juz 12,h. 259.

Page 44: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

33

Berikut redaksi dalam kitab musnad Ahmad ibn Hanbal :

ث نا كم حد كم م نح أنا وس عحت و اللو عبحد الرححن عبحد أب و قال م وسى بحن الح ث نا م وسى بحن الح الرححن عبحد حد عنح مال ك بحن أنس عنح ع مر بحن ن ب يحط عن الرجال أب بحن صلى منح قال أنو وسلم عليحو اللو صلى النب د ي ف الن فاق م نح وبر ئ الحعذاب م نح وناة النار م نح ب راءة لو ك ت بتح صلة ي ف وت و ل صلة أرحبع ي مسحج

C. Kegiatan Penelitian Hadis

1. Penelitian Sanad Hadis

a. I’tibar Sanad

I‟tibar sanad penelusuran atas jalur-jalur periwayatan sebuah hadis untuk

mengetahui ada atau tidaknya persamaan riwayat dengan jalur lain. Dalam I‟tibar ini

pula, akan diketahui apakah hadis yang diteliti memiliki syawāhid (hadis yang

periwayat di tingkat sahabat Nabi lebih dari seorang) atau mutābi‟ (hadis yang

diriwayatkan lebih dari satu orang dan terletak bukan pada tingkat sahabat) dari jalur

lain. I‟tibar sanad akan jelas terlihat pada skema sanad yang tertera pada berikut ini.

Namun di sini akan diuraikan terlebih dahulu keadaan sanad hadis tersebut secara

rinci.

Melalui penelitian yang dilakukan dengan menelusuri kitab-kitab induk hadis,

nampak bahwa hadis tentang “Ṣalāt Arba„īn di Masjid al-Nabawī al-Madīnah”

hanya memiliki satu jalur riwayat yang berakhir pada sahabat Anas ibn Malik. Berarti

hadis ini tidak memiliki syawāhid karena hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat.

Page 45: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

34

Namun hadis ini memiliki mutābi‟ pada thabaqāt kelima setelah al-Hakam ibn Musa.

Hal ini ditunjukkan sebagaimana yang tertera pada skema.

Skema Hadis

د ي ف صلى منح لى اهلل عليحو وسلم:رس ول اللو ص ال ق ل صلة أرحبع ي مسحج الن فاق م نح وبر ئ الحعذاب م نح وناة النار م نح ب راءة لو ك ت بتح صلة ي ف وت و

أنس بن مالك

نبيط بن عمر

عبد الرحن بن أب الرجال

الكم بن موسى

محمد بن علي المديني أحد بن حنبل

الطرباين

Page 46: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

35

b. Kritik Sanad

Sanad menurut bahasa berarti “bagian tanah yang tinggi”, “puncak gunung”,

“naik”, “sandaran”7. Sedangkan menurut istilah adalah rangkaian para periwayat

hadis yang mengutip matan dari sumber awal (Rasulullah saw)8

Terbunuhnya Umar ibn al-Khattab pada tahun 24 H tidak banyak

mempengaruhi perkembangan ilmu kritik hadis. Namun terbunuhnya Utsman ibn

„Affan pada tahun 36 H, begitu pula terbunuhnya al-Husein ibn Ali pada tahun 61 H,

yang diiringi lahirnya kelompok-kelompok politik dalam tubuh umat Islam, sangat

berpengaruh terhadap perkembangan ilmu kritik hadis. Karena untuk memperoleh

legitimasinya, masing-masing kelompok itu mencari dukungan dari hadis Nabi saw

apabila hadis yang dicarinya tidak ditemukan, mereka kemudian membuat hadis

palsu.

Maka sejak saat itu para ulama kritikus hadis dalam menyeleksi hadis tidak

hanya mengkritiknya dari segi matan (materi)-nya, melainkan juga dengan meneliti

identitas periwayat hadis tersebut. Imam Muhammad ibn Sirrin (33-110 H)

menuturkan, “Pada mulanya kaum muslimin tidak pernah menanyakan sanad

(transmisi hadis). Namun setelah terjadi fitnah (terbunuhnya Utsman ibn „Affan),

apabila mendengar hadis mereka selalu menanyakan dari siapa hadis itu diperoleh.

7Ibn Manzur, Lisān al-„Arab, (Beirut:Dar Beirut, 1968), jilid II, h. 215.

8Muhammad „Ajaj al-Khatib, Uṣūl al-Hadīṡ, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 32.

Page 47: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

36

Apabila diperoleh dari “Ahl al-Sunnah”, hadis itu diterima sebagai dalil dalam

agama, dan apabila diperoleh dari orang-orang penyebar bid‟ah, hadis itu ditolak9.

Di sinilah sebenarnya letak urgensinya sanad hadis, sebab tanpa sanad, setiap

orang dapat mengaku dirinya pernah bertemu dengan Nabi saw; karenanya, tepat

sekali ucapan Abdullah ibn al-Mubarak (w 181 H), “ Sistem sanad itu merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari agama Islam. Sebab tanpa adanya sistem sanad

setiap orang dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Bahkan sistem sanad itu

merupakan salah satu keistimewaan umat Islam, dimana sistem itu tidak dimiliki

umat-umat yang lain.

Dalam penelitian ini, penulis hanya mendapatkan keterangan pada kitab

musnad al-Imām Ahmad ibn Hanbal dari kitab Kanz al-„Ummāl, jalur riwayat Imam

Ahmad ibn Hanbal diriwayatkan oleh beberapa periwayat.

Urutan nama periwayat Imam Ahmad ibn Hanbal yang penulis teliti adalah:

Periwayat I : Anas ibn Malik

Periwayat II : Nubaith ibn Umar

Periwayat III : Abdurrahman ibn Aby al-Rijal

Periwayat IV : al-Hakam ibn Musa

Periwayat V : Ahmad ibn Hanbal

9Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), cet. 5, h. 3-4.

Page 48: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

37

Dalam kritik sanad ini penulis memulai dari periwayat terakhir (mukharij),

yakni Ahmad ibn Hanbal lalu diikuti oleh periwayat sebelumnya dan seterusnya.

1. Ahmad ibn Hanbal (w 241 H)10

a. Nama Lengkapnya: Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad

al-Syaibani Abu Abdurrahman al-Bagdady. Beliau lahir di Bagdad tahun

164 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tanggal 12 Rabiul Awwal

tahun 241 H pada usianya yang ke 77 tahun. Dalam mencari ilmu beliau

berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya. Selain itu beliau pernah

belajar kepada Imam Syafi‟I pada masa khalifah Mu‟tasim. Beliau pernah

di penjarakan selama kurang lebih dua puluh delapan bulan dikarenakan

tidak mau mengakui bahwa al-Qur‟an itu makhluk. Selama dalam penjara

beliau disiksa dan disakiti sampai beliau tidak berdaya. Setelah tahun 220

H beliau dibebaskan kemudian setelah itu pula ia muncul sebagai seorang

Imam hadis. Ahmad Ibn Hanbal telah banyak menulis kitab, akan tetapi

dari sekian banyak kitab yang paling terkenal adalah al-Musnad . isinya

kurang lebih 300.000 hadis yang terpilih dari 750.000 hadis.

b. Guru-gurunya: Hasyim ibn Basyir, Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn

Sa‟ad, Yahya ibn „Adam, Abu Mu‟awiyah al-Duari, al-Hakam ibn Musa,

10

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, (al-Hindi: Dāirah al-Ma„ārif al-Niẓamiyah, 1326

H), Juz, 5, h. 320-383. Al-Mizzy, Tahżīb al-Kamāl, juz, 1, h. 56.

Page 49: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

38

Abdul Razzaq al-Maliki ibn Muslim, Imam al-Syafi‟I, al-Qadi Abu Yusuf,

dan lainnya.

c. Murid-muridnya: „Ali ibn al-Madany, Yahya ibn Ma‟in, Duhaim al-

Syamy, Ahmad ibn Shalih al-Mishri, Ahmad Ibn Abi al-Hawari, dan

lainnya.

d. Pendapat Ulama Hadis:

1) Yahya ibn Ma‟in menuturkan; Aku tidak pernah melihat seseorang

yang meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga orang; Ya‟la Ibn

„Ubaid, Al-Qa‟nabi, Ahmad Ibn Hanbal.

2) Dzahaby; Ahmad Ibn Hanbal adalah orang yang Hāfiẓ, Ṣāduq.

2. Al-Hakam ibn Musa (w 232 H)11

a. Nama Lengkapnya: al-Hakam ibn Musa ibn Abi Zuhair al-Bagdady.

b. Guru-gurunya: Isma‟il ibn „Iyas, al-Khalil ibn Abi al-Khalil, Sabrah ibn

„Abdul „Aziz ibn al-Rabi‟i ibn Sabrah, Sa‟id ibn Maslamah al-Umawi,

Su‟aib ibn Ishaq al-Dimsyiqi, Sadaqah ibn Khalid, „Ubad ibn „Ubad al-

Mahlaby, „Abdullah ibn Ziyyad al-Falisthiny, ‘Abdurrahman ibn Aby

al-Rijal, Ghasan ibn „Ubaid, dan lainnya.

c. Murid-muridnya: al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibrahim ibn Aby

Dawud al-Barlisy, Ahmad ibn Ibrahim al-Dawraqy, Ahmad ibn

Muhammad ibn Hanbal, Ahmad ibn Mansur al-Ramady, Abu Bakr

Ahmad ibn „Ali ibn Sa‟id al-Maruzy al-Qadi, dan lainnya.

11

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 440.

Page 50: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

39

d. Pendapat Ulama Hadis:

1) Yahya ibn Ma‟in; Laisa Bihi Ba‟ṡ.

2) Abu Hatim; Ṣāduq.

3) Musa ibn Harun; Syaikhu al-Ṣālih

4) Ibnu Hibban; disebutkan dalam “al-Ṡiqāt”

3. Abdurrahman ibn Abi al-Rijal12

a. Nama Lengkapnya: Muhammad ibn Abdurrahman ibn Abdullah ibn

Haritsah ibn al-Nu‟man al-Anshary al-Najjary.

b. Guru-gurunya: Ishaq ibn Yahya ibn Talhah ibn „Ubaidillah, Haritsah ibn

Abi al-Rijal (saudaranya), Rabi‟ah ibn Abi Abdurrahman, Abdullah ibn

Abi Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm, Abdurrahman ibn Amr al-

Awza‟iy, dan lainnya.

c. Murid-muridnya: Isma‟il ibn Qais ibn Sa‟ad ibn Zaid ibn Tsabit al-

Anshary, Basyar ibn al-Hakam al-Naisabury, al-Hakam ibn Musa,

Sulaiman ibn Abdurrahman al-Dimsyiqi, Suwai ibn Sa‟id al-Hadatsaniy,

Abdullah ibn Yusuf al-Tanisy, Abdul „Aziz ibn Abdullah al-

Uwaisy,‟Amran ibn Khalid ibn Abi Jamil, dan lainnya.

d. Pendapat Ulama Hadis:

1) Yahya ibn Ma‟in: Ṡiqāh.

2) Abu Hatim: Ṣālih.

12

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 169. Al-Mizzi, Tahżīb al-Kamāl,juz,17, h, 88-

89.

Page 51: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

40

3) Ibnu Hibban: disebutkan dalam “al-Ṡiqāt” terkadang juga salah.

4. Nubaith ibn Umar

a. Nama lengkapnya: Tidak dikenal.

b. Guru-gurunya: Tidak dikenal.

c. Murid-muridnya: Tidak dikenal.

d. Pendapat Ulama Hadis:

1) Ibnu Hibban: Ṡiqāh (disebutkan dalam “al-Ṡiqāt”). Hanya Ibnu

Hibban yang memberikan penilaian terhadap Nubaith ibn Umar,

dikuatkan oleh al-Mundziri dan al-Haitsami.

5. Anas ibn Malik (w 92 H)13

a. Nama Lengkapnya: Anas Ibn Malik ibn an-Nadr ibn Damdam ibn Zaid

ibn Haram ibn Jundab ibn „Amir ibn „Ady ibn an-Najar al-Ansary. Anas

ibn Malik adalah urutan ketiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan

hadis. Ada 2286 hadis yang ia diriwayatkan. Anas adalah Khādam

(pembantu) Rasulullah ketika berusia sepuluh tahun, Ibunya Ummu

Sulaim, Ayahnya bernama Malik ibn al-Nadir. Anas tidak ikut berperang

dalam peperangan badar akbar, karena pada waktu itu usianya masih

sangat muda, tetapi banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu.

Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat „Umar mengenai pengangkatan

Anas menjadi pegawai di Bahrain, „Umar memujinya: “Dia adalah anak

muda yang cerdas, bisa membaca dan menulis”. Ia terkenal dengan wara‟

13

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 390-392.

Page 52: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

41

dan taqwa karena pergaulannya yang lama dengan Rasulullah saw. pada

hari-hari terakhir masa kehidupannya, Anas berpindah ke Basrah. Ia wafat

pada tahun 92 H, ada yang mengatakan 93 H, adalah sahabat terakhir yang

meninggal di Basrah. Usianya melampaui seratus tahun, pada hari

wafatnya, muwarriq berkata: “Telah hilang separuh ilmu, jika ada

seseorang yang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih

dengan kami, kami berkata kepadanya: “Marilah menghadap orang yang

pernah mendengar dari Nabi saw.14

b. Guru-gurunya: Nabi Muhammad saw., Abu bakar, „Umar, „Utsman,

„Abdullah ibn Ruahah, Fatimah Az-Zahra, Abdurrahman ibn „Auf, Abi

Talhah, Mu‟adz ibn Jabal.

c. Murid-muridnya: al-Hasan, Sulaiman at-Tamimy, Abu Qilabah, Ishaq ibn

Abi Talhah, Qatadah, Tsabit al-Banany, Muhammad ibn Sirin, dan

lainnya.

d. Pendapat Ulama Hadis:

1. Ali ibn al-Ja‟di berkata dari Syu‟bah dari Tsabit; Abu Hurairah

berkata: Saya tidak pernah melihat seorang pemuda yang ṣalāt bersama

Rasulallah saw, dari Ibn Ummi Salim. „Ali ibn al-Madiny berkata:

Orang yang terkhir menetap di Basrah dari sahabat-sahabat Rasulallah

saw adalah Anas.

14

Subhi al-Sālih,Membahas Ilmu-Ilmu Hadis(terjemahan),(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h.

336.

Page 53: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

42

Hadis ini mempunyai mutābi‟ dari Imam al-Tabarani, dalam kitabnya al-

Mu‟jam al-Awsaṭ pada bab “Man Ismuhu Muhammad”.15

Namun al-Tabarani

mengatakan; "Tidak ada yang meriwayatkan dari Anas kecuali Nubaith, dan

Abdurrahman ibn Abi al-Rijal pun sendiri meriwayatkan dari Nubaith".

Redaksi hadis dalam kitab al-Mu‟jam al-Awsaṭ al-Tabarani:

كم بحن م وسى قال: ث نا عبحد الرححن بحن أب قال: ث نا الح ث نا م مد بحن عل ي الحمد ين ، عنح ن ب يحط حد الرجال د ي أرحبع ي لى اهلل عليحو وسلم: بحن ع مر، عنح أنس بحن مال ك قال: قال رس ول اللو ص منح صلى ف مسحج

ن الحعذاب ن النار ، وناة م صلة ل ي ف وت و صلة ، كتب اللو لو ب راءة م Urutan nama periwayat Imam al-Tabarani yang penulis teliti adalah:

Periwayat I : Anas ibn Malik

Periwayat II : Nubaith ibn Umar

Periwayat III : Abdurrahman ibn Aby al-Rijal

Periwayat IV : al-Hakam ibn Musa

Periwayat V : Muhammad ibn Ali al-Madiny

Periwayat VI : al-Tabrani

Dalam kritik sanad ini penulis memulai dari periwayat terakhir (mukharij),

yakni al-Tabarani lalu diikuti oleh periwayat sebelumnya dan seterusnya.

15

Al-Tabrani, al-Mu‟jam al-Awsaṭ,(Mesir: Dar al-Haramain), juz, 5, h. 325.

Page 54: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

43

1. Al-Tabarani (w 360 H)

a. Nama Lengkapnya: Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayub ibn

Matir al-Lakhmy al-Syamy al-Tabrani. Yang memiliki tiga kitab al-

Mu‟jam al-Kabīr, al-Mu‟jam al-Awsaṭ, al-Mu‟jam al-Ṣagīr16

.

b. Guru-gurunya: Aby Zur‟ah al-Dimasyqy, Ishaq ibn Ibrahim al-Dabiry,

Idris ibn Ja‟far al-„Athar, Basyar ibn Musa, Miqdam ibn Dawud al-

Ra‟any, Yahya ibn Ayub al-„Alaf, Abdullah ibn Muhammad ibn Sa‟id ibn

Aby Maryam, Ahmad ibn Abd al-Wahab al-Huthy, Ahmad ibn Dawud al-

Bisry, Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal, dan lainnya.

c. Murid-muridnya: Abu Khalifah al-Jamhy, al-Hafidz ibn „Uqdah, Ahmad

Ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Sahaf, ibn Mandah, Abu Bakar ibn

Mardawih, Abu Nu‟aim al-Asbahany, Abu „Umar Muhammad ibn al-

Husain al-Busthamy, dan lainnya.17

d. Pendapat Ulama Hadis:

1) Abu Bakar ibn Abi „Ali: Kaṡīrah hadīṡuh.

2) Al-Hafidz Abu „Abdillah ibn Mundah: ahad al-hafiẓ al-Manẓūrin18

.

2. Muhammad ibn ‘Ali al-Madini

a. Nama Lengkapnya: tidak dikenal

b. Guru-gurunya: tidak dikenal

16

Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah,(Dār ihyā al-Turaṡ, 1408/1988), juz, 11, h. 288.

Lihat juga al-Dzahaby, Siyaru „Alāmi al-Nubalā,( Beirut: Muassasah al-Risālah, 1405/1985), juz, 10,

h. 64. 17

al-Dzahaby, Siyaru „Alāmi al-Nubalā, juz, 10, h. 65. 18

Al-Tabrani, al-Mu‟jam al-Awsaṭ, jld, 1, h, 9.

Page 55: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

44

c. Murid-muridnya: tidak dikenal

d. Pendapat Ulama Hadis: tidak dikenal

3. Al-Hakam ibn Musa (w 232 H)19

a. Nama Lengkapnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

b. Guru-gurunya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

c. Pendapat Ulama Hadis: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

4. Abdurrahman ibn Abi al-Rijal20

a. Nama Lengkapnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

b. Guru-gurunya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

c. Murid-muridnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

d. Pendapat Ulama Hadis: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

5. Nubaith ibn Umar

a. Nama lengkapnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

b. Guru-gurunya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

c. Murid-muridnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

d. Pendapat Ulama Hadis: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

6. Anas ibn Malik (w 92 H)21

a. Nama Lengkapnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

b. Guru-gurunya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

19

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 440. 20

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 169. Al-Mizzi, Tahżīb al-Kamāl,juz,17, h, 88-

89.

21

Ibnu Hajar al-„Asqalāni, Tahżīb al-Tahżīb, h. 390-392.

Page 56: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

45

c. Murid-muridnya: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

d. Pendapat Ulama Hadis: sudah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

Penelitian sanad hadis di atas tentang ṣalāt arba„īn di Masjid al-Nabawī al-

Madīnah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal dan mutābi‟nya Imam al-

Tabarani, setelah penulis mencari data perawi tersebut dari kitab Rijāl al-Hadīṡ,

bahwa ada dua periwayat yang tidak dikenal/tidak diketahui keadaannya (Nubaith ibn

Umar dan Muhammad ibn „Ali al-Madani). Imam al-Tabarani setelah mencantumkan

hadis tersebut beliau berkomentar: “Tidak ada yang meriwayatkan dari Anas kecuali

Nubaith, dan Abdurrahman ibn Abi Al-Rijal pun sendiri meriwayatkan dari Nubaith”.

Namun ada peneliti terdahulu Al-Mundziri dalam al-Targīb wa al-Tarhīb, dan Al-

Haitsami dalam Majma‟ al-Zawāid wa Manba‟ al-Fawāid nomor hadis 587822

,

setelah mencantumkan hadis ini, keduanya berkomentar menguatkan jalur perawinya,

sebagaimana tercantum dalam Musnad Ahmad dan al-Mu‟jam Al-Awsaṭ di atas.

Masalah yang dipersoalkan dalam jalur sanadnya adalah adanya seorang

perawi yang bernama Nubaith bin Umar, yang ternilai majhūl (tidak diketahui

keadaannya), dimana hanya Al-Mundziri dan Al-Haitsami yang menguatkannya

dengan mendasarkan pada penilaian Ibnu Hibban dalam “Al-Ṡiqāt”23

. Namun, di

kalangan kritikus hadis, Ibnu Hibban dikenal sebagai kritikus yang dimasukkan

dalam kategori mutasāhil (mudah mengangkat derajat penilaian terhadap perawi yang

22

Abu al-Hasan Nur al-Din „Ali Ibn Abi Bakar Ibn Sulaiman al-Haitsami, Majma‟ al-Zawāid

wa Manba‟ al-Fawāid, (Kairo: Maktabah al-Qudsiy, 1414 H/ 1994 M), juz, 4, h. 8. 23

Ibnu Hibban, “al-Ṡiqāt”, (Dairah al-Ma‟arif al-„Utsmaniyah), juz, 5, h. 483.

Page 57: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

46

majhūl). Maka dalam kajian kritik hadis, keadaan perawi demikian disebut dengan

majhūl „ain (tidak diketahui data pribadinya sedikitpun). Sementara itu, kritikus hadis

modern, Nashirudin Al-Albani dalam Silsilah al-Ahādīṡ al-Ḍa„īfah24

pada bab 364

dan Ḍa„īf al-Targīb wa al-Tarhīb 25

pada bab Kitāb al-Haj, mengomentari hadis di

atas dengan mengatakan: “Sanad hadis ini daif, Nubaith tidak dikenal kecuali dalam

hadis ini, hadis ini munkar (informasi hadis hanya dari satu jalur). Sementara

Muhammad Ibn „Ali al-Madani tidak diketahui informasinya.

Dalam hal ini,26

penulis sepakat dengan apa yang dikatakan oleh al-Albani

bahwa perawi yang bernama Nubaith ibn Umar itu majhūl „ain, tidak diketahui

keadaannya dalam beberapa kitab Rijāl al-Hadīṡ. Menurut disiplin ilmu hadis,

manakala terdapat perawi yang tidak diketahui keadaannya maka sanad perawi hadis

tersebut menurut jumhur ulama hadis, hukum riwayatnya tertolak dan hadisnya

termasuk daif.

24

Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin al-Albani, Silsilah al-Ahādiṡ al-

Ḍai'fah,(Riyadh: Dar al-Ma‟arif, 1412 H / 1992 M), juz, 1, h. 540. 25

Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ḍa'if al-Targīb wa al-Tarhīb, juz,

1, h. 189. 26

Dalam hal yang lain, penulis antipati terhadap syekh al-Albani, karena banyak di dalam

karya-karyanya, beliau mengidentifikasi setidaknya ada 990 hadis yang dianggap autentik oleh

mayoritas sarjana Muslim, namun oleh al-Albani dianggap lemah. Memang, ia menyatakan lemah

sejumlah hadis yang terdapat dalam sahih Muslim, salah satu koleksi hadis yang paling bergengsi.

(lihat dalam bukunya Kamarudin Amin; Menguji kembali keakuratan Metode Kritik Hadis, halaman

72).

Page 58: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

47

2. Penelitian Matan Hadis

Untuk mengetahui sahih atau tidaknya suatu matan hadis diperlukan suatu

penelitian matan yang biasa disebut kritik matan (naqd matan). Kritik matan ini

adalah upaya mengkritisi materi atau pembicaraan yang disampaikan oleh sanad yang

terakhir untuk diketahui ke-sahih-an matan hadis tersebut. Perlunya penelitian matan

hadis tidak hanya karena keadaan matan itu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

keadaan sanad saja, tetapi juga karena dalam periwayatan, matan hadis dikenal

adanya periwayatan secara makna (riwayat bil makna).27

Adanya periwayatan secara makna menyebabkan penelitian matan dengan

pendekatan semantik tidak mudah dilakukan. Kesulitan tersebut terjadi karena matan

tersebut terlebih dahulu telah beredar pada sejumlah periwayat yang berbeda generasi

dan tidak jarang juga berbeda latar belakang budaya dan kecerdasannya, sehingga

menyebabkan timbulnya perbedaan penggunaan dan pemahaman dalam suatu kata

ataupun istilah. Penggunaan pendekatan bahasa dalam penelitian matan sangat

diperlukan selain pendekatan semantik karena sangat membantu kegiatan penelitian

yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matan hadis yang bersangkutan.

Untuk penelitian matan hadis dari segi kandungannya, acapkali diperlukan

penggunaan pendekatan rasio, sejarah dan prinsip-prinsip pokok ajaran islam.

Penelitian matan dengan beberapa macam pendekatan tersebut ternyata memang

27

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, (Jakarta: Bulan Bintang,

1992), h. 26.

Page 59: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

48

masih tidak mudah dilakukan, apalagi kandungan matan hadis berhubungan dengan

masalah keyakinan tentang hal-hal yang ghaib dan petunjuk-petunjuk agama yang

bersifat ta‟abudi. Dengan begitu, penelitian matan hadis memang membutuhkan

kecerdasan penelitian dalam menggunakan cara pendekatan yang relevan dengan

masalah yang diteliti. Kesulitan penelitian matan juga disebabkan masih sangat

langkanya kitab-kitab yang secara khusus membahas kritik matan.28

Dalam memahami matan sebuah hadis diperlukan juga sebuah penafsiran

situasional. Sebagaimana yang dikutip oleh Fazlur Rahman, bahwa pemahaman

beberapa doktrin pokok harus dimodifikasi dan ditegaskan kembali. Harus ditafsirkan

menurut perspektif historisnya yang tepat dan menurut fungsinya yang tepat dalam

konteks kesejarahan. Harus dikemukakan secara tegas bahwa suatu revaluasi

terhadap aneka ragam unsur dalam hadis dan reinterpresentasi yang sempurna selaras

dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan moral dewasa ini meski dilakukan.29

Dalam buku metodologi penelitian hadis Nabi saw. karya M. Syuhudi Ismail

dijelaskan langkah-langkah metodologi kegiatan penelitian matan hadis, yaitu:

I. Meneliti matan dengan kualitas sanadnya.

a). Meneliti matan sesudah meneliti sanad.

b). Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya.

28

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 26. 29

Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas Studi Atas Pemikiran Fazlur

Rahman, (Bandung: Mizan, 1995), cet. 6, h. 73.

Page 60: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

49

c). Kaidah kesahihan matan hadis, yakni terhindar dari syudzudz dan „illat.30

Adapun tolok ukur penelitian matan, Shalahuddin al-Adibi menyimpulkan ada

empat macam yaitu:

a). Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an.

b). Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.

c). Tidak bertentangan dengan akal yang sehat, indera dan sejarah.

d). Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.31

II. Meneliti matan yang semakna

Menurut ulama hadis, perbedaan lafaẓ yang tidak mengakibatkan perbedaan

makna, asalkan sanadnya sama-sama sahih, dapat ditolerir. Bila terjadi perbedaan

lafaẓ pada berbagai matan yang semakna, maka metode muqaranat (perbandingan)

sangat penting dilakukan. Dengan metode ini dapat diketahui adanya perbedaan lafaẓ

pada matan, adanya ziyādah, idraj dan lain-lain yang berpengaruh pada matan

hadis.32

III. Meneliti kandungan matan

a). Membandingkan kandungan matan yang sejalan atau tidak bertentangan.

30

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 122. 31

Salahuddin bin Ahmad al-Adabi, Manhaj al-Naqd al-Matan, (Beirut: Dar al-Afaq al-

Jadidah, 1993), h. 238. 32

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h 131.

Page 61: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

50

b). Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau tampak

bertentangan.33

Ibnu Hajar al-Asqalani menempuh empat cara untuk penelitian terhadap

kandungan yang tidak sejalan atau tampak bertentangan, yaitu:

1). Al-Jam‟u

2). Al-Naskh wa al-Mansukh

3). Al-Tarjih

4). Al-Taufiq34

Untuk mengetahui status ke-hujjah-an hadis, maka penelitian sanad dan matan

memiliki kedudukan yang sama penting. Meskipun dalam prakteknya penelitian

sanad didahulukan atas penelitian matan. Menurut ulama hadis, barulah suatu hadis

dinyatakan berkualitas sahih (ṣahīh lizātih) apabila sanad dan matan-nya berkualitas

sahih.35

Dalam penelitian ini, langkah-langkah metodologisnya telah penulis

kemukakan di atas, dinukil dari buku M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian

Hadis Nabi saw. Esensi yang menjadi unsur-unsur utama yang harus dipenuhi oleh

33

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 145. 34

Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Nuzhatu al-Nazar Syarh Nukhbah al-Fikr,

(Semarang: Maktabah al-Munawar), h. 24-25. 35

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 122.

Page 62: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

51

suatu matan yang berkualitas sahih adalah terhindar dari syudzudz dan terhindar dari

„illat.

Dalam kegiatan kritik matan ini, penulis akan berusaha mengikuti dari

langkah-langkah kritik matan yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail.

1. Meneliti kualitas sanad hadis.

Dari hasil penelitian sanad yang telah dilakukan di atas, terdapat satu perawi

yang majhūl (tidak diketahui keadaannya), baik guru dan muridnya tidak

mencantumkan perawi tersebut. Dalam hal ini, penulis sepakat dengan al-Bani yang

mengatakan hadis ini sanadnya daif.

2. Meneliti susunan matan yang semakna.

Susunan matan dari dua mukharrij itu mempunyai makna sama, namun apa

yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal ada sedikit penambahan dan ini

tidak menjadikan perbedaan yang menonjol. Untuk mengetahui penambahan tersebut,

berikut penulis cantumkan kedua hadis di bawah ini:

د ي ف صلى منح الحعذاب م نح وناة النار م نح اءة ب ر لو ك ت بتح صلة ي ف وت و ل صلة أرحبع ي مسحج الن فاق م نح وبر ئ

ن النار ، وناة م د ي أرحبع ي صلة ل ي ف وت و صلة ، كتب اللو لو ب راءة م ن منح صلى ف مسحج الحعذاب

Page 63: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

52

Dari kedua matan di atas, tampak ada perbedaan sedikit, seperti pada teks

matan hadis mukharrij Imam Ahmad Ibn Hanbal. Ia menggunakan lafaẓ ب راءة لو ك ت بتح

sedangkan pada mukharrij Imam al-Tabrani menggunakan lafaẓ كتب اللو لو ب راءة. Dan

juga terdapat penambahan lafaẓ pada matan hadis Imam Ahmad, tetapi tidak merubah

maksud dari matan hadis tersebut, perubahan dan penambahan dalam matan hadis

tersebut masih dalam koridor yang tidak merubah makna matan hadis tersebut.

3. Meneliti kandungan matan.

Memahami hadis yang sepintas terkandung busyra (kabar gembira) yang

begitu menjanjikan memang perlu dicermati. Karena salah satu faktor kemunculan

dan indikasi sebuah hadis palsu (maudhu‟) adalah berlebih-lebihan dalam hal

keutamaan suatu amalan dan pahala yang didapatnya.

a. Bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an

Para komentator hadis, seperti al-Mubarakfuri memahami hadis di atas

dengan mengatakan, bahwa kebanyakannya mengarah pada anjuran agar setiap

muslim senantiasa berusaha menggiatkan ṣalāt jamaah, dengan salah satu

indikatornya adalah mendapati takbirah al-ihrām bersama imam. Mendapatkan

ganjaran berupa terhindar dari api neraka dan kemunafikan, dimaksudkan bahwa kita

akan dihindarkan di dunia ini dari sifat-ciri beramalnya kaum munafik, seperti rasa

malas dalam menunaikan ṣalāt. sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

Page 64: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

53

اد ع ون اللو وى و خاد ة قام وا ك سال ي راء ون الناس ول يذحك ر ون و مح وإ ذا قام وا إ ل الصلع ه إ ن الحم ناف ق ي ي (٢٤١اللو إ ل قل يل )

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka bordiri

dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan ṣalāt) di hadapan manusia. Dan

tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.” (Qs. An-Nisa: 142)36

Mendudukkan ibadah ṣalāt diniatkan untuk mencari pahala tidaklah tepat,

salah satu dari tujuan ṣalāt adalah untuk mengingat Allah swt dan mencari keridlaan-

Nya sebagaimana dalam firman-firman Allah swt yang artinya:

ين وأق م الصلإ نن أنا اللو ل إ لو إ ل أن ر ي )و ا فاعحب دح (٢٤ة ل ذ كح

“ Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,

Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”.(Q.S. Thaaha;14)37

(٢٦١ق لح إ ن صلت ون س ك ي ومحياي ومات ل لو رب الحعالم ي )

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.(Q.S. al-An‟am;162)38

b. Bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.

ث نا أب و ق ت يحبة سلحم بحن ق ت يحب ضم ي قال حد هح رم ونصحر بحن عل ي الح بة بحن م كح ث نا ع قح ر و حد عحمة بحن عمح ة عنح عليحو وسلم منح صلى ل لو عنح حب يب بحن أب ثاب ت عنح أنس بحن مال ك قال قال رس ول اللو صلى اللو ب رية الح ول ك ت بتح لو ب راءتان ب راءة م نح النار وب ر ر ك التكح 39اءة م نح الن فاق أرحبع ي ي وحم ا ف جاعة ي دح

36

Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (al-Madīnah al-

Munawwarah:Mujamma‟ Khādim al-Harāmain asy-Syarīfain al-Mālik Fahd li ṭibā‟at al-Muṣḥaf asy-

Syarīf:1971.) 37

Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. 38

Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya.

Page 65: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

54

“Telah menceritakan pada kami Uqbah bin Mukram dan Nashr bin Ali: Telah

menceritakan pada kami Salam bin Qutaibah dari Tu'mah bin Amru dari Habib bin

Abi Tsabit dari Anas bin Malik berkata: bersabda Rasulullah: "Siapa mengerjakan

shalat dengan ikhlas karena Allah selama empat puluh hari berjamaah dengan

mendapatkan takbiratul ihram, dicatat untuknya dua kebebasan, yaitu bebas dari

neraka dan bebas dari kemunafikan.” (H R.Tirmidzi)

Di akhirat nanti Allah swt akan menyelamatkan dari berbagai amal yang

menyebabkan orang munafik disiksa Allah swt. Dan Allah swt akan menjadi saksi,

bahwa dia bukanlah seorang munafik. Maka barang siapa yang menjaga ṣalāt

jamaahnya di masjid mana pun, baik di Makkah, Madinah, Jakarta, Medan, Surabaya,

atau di Eropa dan belahan bumi mana pun, hingga dapat mempertahankannya selama

empat puluh hari, maka ia akan mendapatkan balasan dari Allah berupa terhindar dari

api neraka dan kemunafikan.

c. Bertentangan dengan akal sehat, indra dan sejarah.

Perlu direnungkan, bagaimana mungkin amalan dengan pahala sebesar ini

tidak populer di kalangan sahabat dan hanya diriwayatkan oleh satu sahabat lalu oleh

satu tabi‟in yang tidak dikenal keadaannya dan tidak memiliki riwayat sama sekali

(tidak dalam hadis sahih maupun daif) kecuali hadis ini?40

Maka sesungguhnya

pensahihan ini tidak bisa diterima, dan pendapat yang melemahkan hadis ini adalah

pendapat yang lebih kuat.

39

Muhammad Ibn „Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahhak al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi,

(Mesir: Musthafa al-Baby al-Halaby, 1395 H/ 1975 M), juz, 2, h. 7. 40

Al-Bahṡul Amin fī Hadiṡ al-Arba„īn, diterbitkan dalam Majalah al-Jāmi‟ah al-Islāmiyyah

edisi 41.

Page 66: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

55

d. Susunan pernyataannya tidak menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.

Pada hal ini bisa kita lihat dari matan hadis yang diteliti, tidak menunjukkan

susunan bahasa kenabian, juga tidak termasuk kalam arab yang baligh. Di dalam

matan hadis itu ada pembedaan antara النار dengan العذاب , dengan bukti pemisahan

dua kalimat tersebut dengan maksud yang sama, padahal seyogyanya memang satu,

apakah memakai neraka atau azab. Bukankah neraka itu azab/siksaan? Bukankah

azab/siksa itu juga pelaksanaan dari neraka?. Setelah orang itu selamat dari neraka

dan azab dikabarkan lagi dia terbebas dari sifat munafiq, tentu sudah menjadi

maklum, orang yang dijamin selamat dari neraka/siksa bukanlah orang yang munafiq

baik di waktu sekarang ataupun kemudian.41

Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka telah memenuhi

syarat matan hadis dinyatakan tidak terhindar dari syudzudz dan „illat. Itu pula berarti

kaidah kesahihan matan tidak terpenuhi. Jadi kesimpulannya matan hadis yang diteliti

berkualitas daif, mengingat sanad hadisnya juga berkualitas daif, maka dengan

demikian hadis tersebut berkualitas daif. Jelasnya hadis tersebut tidak bisa dijadikan

hujjah.

41

Al-Bahṡul Amin fī Hadiṡ al-Arba„īn, diterbitkan dalam Majalah al-Jāmi‟ah al-Islāmiyyah

edisi 41.

Page 67: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

56

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas yang cukup panjang, menurut disiplin ilmu hadis,

manakala terdapat perawi yang tidak diketahui keadaannya maka sanad perawi hadis

tersebut (jumhur ulama hadis), hukum riwayatnya tertolak dan hadisnya termasuk

daif. Dari kesimpulan ini dapat diketahui beberapa poin yang perlu digaris bawahi

sebagai berikut:

Pertama dari segi sanad:

1. Setelah penulis meneliti hadis dari mukharrij Ahmad ibn Hanbal juga

pada semua perawi yang ada di dalamnya seperti; al-Hakam ibn Musa,

‘Abdurrahman ibn Aby al-Rijal, Nubaith ibn Umar, Anas ibn Malik dan

sampai kepada Nabi s.a.w. terdapat satu orang periwayat yang bernama

Nubaith ibn Umar bersifat Majhūl „ain (tidak diketahui keadaannya),

dikarenakan ada perawi yang Majhūl „ain maka penulis menyimpulkan

hadis ini daif sebagaimana juga yang telah disimpulkan oleh syekh al-

Albani.

2. Setelah penulis meneliti hadis dari mukharrij al-Tabarani sebagai mutābi‟

juga pada semua perawi yang ada di dalamnya seperti; Muhammad ibn

Page 68: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

57

‘Ali al-Madani, al-Hakam ibn Musa, ‘Abdurrahman ibn Aby al-Rijal,

Nubaith ibn Umar, Anas ibn Malik dan sampai kepada Nabi s.a.w.

terdapat dua orang yang tidak diketahui keadaannya yaitu; Muhammad ibn

‘Ali al-Madani dan Nubaith ibn Umar. Dari sini pula penulis mengambil

kesimpulan yang sama terhadap sanad hadis ini yaitu sanad hadis ini daif.

Kedua, dari segi matan penulis memberi kesimpulan pada hadis tersebut

bahwa matan hadis ini tidak memenuhi syarat-syarat kesahihan yang ada pada matan,

maka dari itu matan hadis ini juga berkulitas daif. Al-Hasil hadis yang menerangkan

tentang salāt arba„īn di Masjid al-Nabawī al-Madīnah tidak bisa dijadikan hujjah.

B. SARAN

Di dalam menjalankan suatu amalan ibadah bagi umat Islam seyogyanya

berdasarkan dalil-dalil yang sudah ter-Nash, baik di dalam al-Qur’an maupun al-

Sunnah/al-Hadis. Hadis sebagai sumber hukum ke-dua setelah al-Qur’an, tentu

mempunyai peran yang sangat signifikan. Oleh karena hadis di dalam proses

perjalanannya mengalami berbagai macam kondisi, yang terkadang juga tidak sedikit

yang mempunyai kepentingan pribadi ataupun kelompok dengan menisbatkan kepada

hadis Nabi, guna memperoleh kepentingannya itu. Maka oleh karena itu, perlu

diadakan pengkajian atau penelitian hadis agar dapat diketahui apakah hadis-hadis

tersebut bernilai sahih dan berasal dari Rasulallah s.a.w. atau sebaliknya.

Page 69: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

58

Penelitian ini jauh dari kata sempurna, karena penulis menyadari betul akan

kelemahan yang ada pada diri penulis. Maka penulis berdoa agar kiranya tulisan ini

bisa menjadi manfaat untuk diri sendiri juga kepada khalayak yang cinta akan ilmu

pengetahuan. Penulis juga berharap, kepada para pembaca untuk sudi kiranya

memberikan saran dan masukan serta ilmunya, guna pencapaian hasil yang lebih baik

lagi.

Page 70: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Jarullah. Keutamaan Salat Berjamaah, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995.

Abdurrajiq, Mahir Manshur. Mu‟jizat Salat Berjamaah, Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007.

Abū Isa Muhammad bin Isa bin Saurah. Sunan al-Tirmizi, Beirut: Dar al-Fikr, 1994.

Abū Abdullah bin Malik bin Anas. Al-Muwaṭṭa‟, Beirut: Dar al-Jil.

Abū Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Musnad al-Imām Ahmad ibn

Hanbal, Beirut: Muasasah al-Risalah, 2001.

al-Adabi, Ṣalahuddin bin Ahmad. Manhaj al-Naqd al-Matan, Beirut: Dar al-Afaq al-

Jadidah, 1993.

Adnan Amal, Taufik. Islam dan Tantangan Modernitas Studi Atas Pemikiran Fazlur

Rahman, Bandung: Mizan, 1995.

al-‘Asqalāni, Ibnu Hajar. Tahżīb al-Tahżīb, al-Hindi: Dāirah al-Ma‘ārif al-Niẓamiyah,

1326 H.

----------. Nuẓatu al-Nażar Syarh Nukhbah al-Fikr, Semarang: Maktabah al-Munawar.

al-Albani, Abu Abdurrahman Muhammad Naṣiruddin. Silsilah al-Ahadīṡ al-Ḍa„ifah,

Riyadh: Dar al-Ma’arif, 1412 /1992a.

---------. Ḍa„if al-Targīb wa al-Tarhīb, Riyadh: Dar al-Ma’arif, 1412 /1992b.

Amin, Kamarudin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta:

Hikmah, 2009.

Al-‘Aẓami, M.Musṭafa. Hadīṡ Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah: Prof.

H. Ali Mustafa Yaqub, M.A. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.

Al-Bahṡul Amin fī Hadīṡ al-Arba‘īn, diterbitkan dalam Majalah al-Jāmi‘ah al-

Islamiyyah edisi 41.

Page 71: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

60

al-Bukhāri, Muhammad ibn Ismaīl Abū ‘Abdillah. al-Jāmi‟ al-Ṣahīh, Dar Tūq al-

Najāh, 1422 H.

Dewan Hisbah Persatuan Islam. Risalah Salat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000.

Ensiklopedi Islam. Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Harahap, Sumuran. Kamus Istilah Haji & Umrah, Jakarta: Mitra Abadi Press.

Al-Hafiẓ ‘Imāduddin Abul Fidā’ Ismā‘il bin Kaṡir al-Qurasyi ad-Dimasyqi. Tafsir al-

Qur‟an al-Aẓim, Beirut: Dar at-Turaṡ al-‘Arabi.

al-Haiṡami, Abu al-Hasan Nur al-Din ‘Ali Ibn Abi Bakar Ibn Sulaiman. Majma‟ al-

Zawāid wa Manba‟ al-Fawāid, Kairo: Maktabah al-Qudsiy, 1414 H/ 1994 M.

al-Hindi, ‘Ala al-Din al-Muttaqin Ibn Hisyam al-Din. Kanz al-„Ummāl Fi Sunan al-

Aqwāl wa al-Af‟āl, Beirut: Mu’assasah al-Risalah,1989.

Ibnu Hibban. “al-Ṡiqāt”, Dairah al-Ma’arif al-‘Utsmaniyah, 1393/1973.

Ibnu Katsir. al-Bidayah wa al-Nihayah. Dār ihyā al-Turaṡ, 1408/1988.

Ibn Manzur. Lisān al-„Arab,Beirut: Dar Beirut, 1968.

Imam Ghazali. Kesilapan ketika Sembahyang, Kuala Lumpur: Kalam Ilham, 1993.

Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

al-Kahlawi, ‘Ablah Muhammad. Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita,

Penerjemah: Muhammad Zaenal Arifin, Jakarta: Zaman, 2009.

al-Kaf, Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim. al-Taqrīrat al-Sadīdah fi al-

Masāil al-Mufīdah, Surabaya: Dar al-‘Ulum al-Islamiyah, 2004.

al-Khatib, Muhammad ‘Ajaj. Uṣūl al-Hadīṡ, Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Khādim al-Harāmain asy-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. al-Madīnah al-

Munawwarah:Mujamma’ Khādim al-Harāmain asy-Syarīfain al-Mālik Fahd li

ṭibā’at al-Muṣḥaf asy-Syarīf:1971.

Ma’luf, Louis. al-Munjid fi al-Lughah al-„Adab wa al-„Ulum, Beirut: al-Mathba’ah

al-Kathulikiyyah, 1960.

Page 72: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

61

Al-Mizzy. Tahẓīb al-Kamāl, Beirut: Muassasah al-Risālah, 1400/1980.

Muslim bin al-Hajjaj, Imam Abul Husain. Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr.

Nurkholis, Mujiyo. Meraih Pahala 27 Derajat, Bandung: Al-Bayan, 1995.

al-Qahtani, Said bin ‘Ali bin Wahf. Ensiklopedi Shalat Menurut al-Qur‟an dan as-

Sunnah jilid I, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.

--------. Lebih Berkah dengan Shalat Berjamaah, Surakarta: Qaula, 2008.

Rousydiy, T.A. Lathief. Kaifiyat Salat Rasulullah s.a.w., Medan: Rimbow, 1985.

Sābiq, Sayid. Fiqhus Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1977.

al-Sālih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis (terjemahan), Jakarta: Pustaka Firdaus,

2002.

Al-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,Jakarta:Bulan

Bintang, 1976.

---------. Pedoman Salat, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986.

Soebahar, Erfan. Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah, Kritik Musthafa al-Siba’I

terhadap Pemikiran Ahmad Amin Mengenai Hadīṡ dalam Fajr al-Islam,

Jakarta: Kencana,2003.

Al-Tabarani, al-Mu‟jam al-Awsaṭ, Mesir: Dar al-Haramain.

al-Tahhan, Mahmud. Usūl at-Takhrīj wa al-Dirāsah al-Asānid, Riyad: Maktabah al-

Ma’arif, 1991.

---------. Dasar-Dasar Ilmu Takhrīj, Penerjemah H.S. Agil Husin dan Masykur

Hakim,Semarang:Toha Putra,1995.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

al-Tirmidzi, Muhammad Ibn ‘Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahhak. Sunan al-

Tirmidzi,Mesir: Musthafa al-Baby al-Halaby, 1395 H/ 1975 M.

Page 73: HADIS ṢALĀT ARBA‘ĪN DI MASJID AL-NABAWĪ AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28149/1/ABDUL... · kota nabi saw-, adalah semangat yang ... Faktor lain adalah

62

Warson Munawir, Ahmad. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta:

Pustaka Progresif, 1984.

Wensink, A.J. al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadīṡ al-Nabawi „an al-Kutub al-

Sittah wa „an Sunan al-Darimi wa Muwatta Malik wa Musnad Ahmad bin

Hanbal,Leiden: Maktabah Bril,1936.

Yaqub, Ali Mustafa. Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.

al-Żahaby. Siyaru „Alāmi al-Nubalā. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1405/1985.

Zubaidi, Ahmad dkk. Menjawab Persoalan Fiqih Ibadah, Jakarta: Al-Mawardi

Prima, 2001.

Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-lslāmi wa „Adillatuh, Suriah: Dar al-Fikr, 1989.