Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

31
1. hari kiam at, TERJEMAHAN DAN TAJWID SURAH AL- QARI’AH 2. Apakah hari kiam atitu? MARI KITA BACA BASMALAH

Transcript of Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Page 1: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

1. hari kiamat,

TERJEMAHAN DAN TAJWID SURAH AL-QARI’AH

2. Apakah hari kiamat itu?

MARI KITA BACA

BASMALAH

Page 2: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

BIODATA1. N a m a : ABDUL MUCHITH. M, Ag2. Status Marital : KAWIN3. Alamat : DASANA INDAH BLOK TE 1/174. Kantor : YPISB 5. Kontak : 08151624339/087880953432

: 0821146680026. Face Book : abdul muchith7. E – Mail : [email protected]. PIN BB :59efaba2PEKERJAAN1. Dosen PAI FTKE Universitas Trisakti2. Dosen fakultas Tarbiyah Universitas Satyagama Jakarta3. Dosen PAI STTPLN Jakarta4. Guru PAI SD, SMP dan SMA SUNAN BONANG5. Dakwah dan Motivasi

Assalamualaikum

Page 3: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Page 4: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Page 5: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Dialog antara Malaikat Jibril,

dengan Kerbau, Kelelawar, Ulat dan

Cacing

Page 6: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Suatu ketika malaikat Jibril diperintah oleh Allah untuk bertanya kepada kerbau, apakah ia senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor kerbau. Maka pergilah Jibril menemui kerbau yang ketika itu sedang berenang di sebuah sungai di bawah teriknya sinar matahari. Jibril pun bertanya kepadanya, “Hai Kerbau, apakah engkau senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor kerbau?”.

Page 7: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Kerbau menjawab : “Alhamdulillâh saya senang dan bahagia sekali diciptakan Allah menjadi seekor kerbau, sehingga saya bisa berenang di air sungai seperti ini. Daripada aku diciptakan sebagai seekor kelelawar yang mandi dengan air kencingnya sendiri.”

Page 8: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Kemudian, malaikat Jibril pun berangkat menemui kelelewar dan menanyakan apakah dia senang dan bahagia diciptakan sebagai kelelawar. Kelelawar pun menjawab : “Alhamdulillâh saya sangat senang dan bahagia diciptakan menjadi kelelawar, dengan sayap yang diberikan Allah saya bisa terbang ke mana saja dalam waktu yang singkat dan cepat. Daripada saya diciptakan sebagai seekor ulat yang ukuran tubuhnya kecil dan berjalan melata di atas bumi”.

Page 9: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Malaikat Jibrilpun berangkat menemui ulat dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor ulat. Ulatpun menjawab, “Alhamdulillâh saya sangat senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor ulat, walaupun berjalan melata di muka bumi namun masih dapat menyaksikan dan menatap cahaya matahari. Tidak seperti cacing yang hidup di dalam tanah, tidak berani menatap matahari dan berjalan menarik tubuhnya”.

Page 10: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Maka Jibril pun berangkat menemui cacing dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia diciptakan menjadi seekor cacing. Cacingpun menjawab, “Alhamdulillâh saya senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor cacing. Walaupun tubuh saya kecil dan berdiam di dalam tanah serta tidak bisa menatap matahari, namun kalau saya nanti mati saya tidak akan mempertanggungjawabkan apa yang telah aku lakukan kepada Tuhan, ….

Page 11: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

dari pada saya diciptakan menjadi manusia yang

sempurna, namun jika dia tidak mampu beramal kebajikan dan

menggunakan kesempurnaannya itu untuk

beribadah kepada Tuhan, maka selamanya dia akan menerima

siksa dari Tuhan.

Page 12: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

PELAJARAN Pertama, bahwa dalam hidup di dunia ini kita haruslah selalu memandang ke bawah. Jangan membiasakan diri memandang ke atas karena akan membuat kita “silau” karenanya. Orang yang selalu melihat ke bawah akan senantiasa bersyukur dengan kondisinya apapun bentuknya. Sebab, dia akan merasakan bahwa kondisinya jauh lebih baik dan lebih sempurna bila dibandingkan orang lain.

Page 13: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Kedua, manusia selaku makhluk sempurna akan diminta pertanggungjawaban atas kesempurnaannya itu. Allah telah memberikan akal dan rohani kepadanya yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan itu juga manusia dibebani dengan serangkaian tugas dan kewajiban yang mesti ditunaikannya. Jika dia tidak mampu maka kelak dia akan menerima siksa dari Allah.

Page 14: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Berbeda halnya dengan binatang yang tidak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Oleh karena itu, manusia haruslah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertanyaan Tuhan nanti di akhirat dengan melakukan amal-amal shalih. Insya Allah.

Page 15: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

الخامس الحـديث

قالت • عنها الله رضي عائشة الله عبد أم المؤمنين أم عنوسلم: : عليه الله صلى الله رسول في قال أحدث من

. رد فهو منه ليس ما هذا ومسلم ] أمرنا البخاري رواهلمسلم : رواية فهو وفي أمرنا عليه ليس عمال عمل من

[ردDari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak)

Page 16: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Page 17: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Bid’ah

Tema-tema hadits : 1. Kesempurnaan Islam : 5 : 3.

pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu J adi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Page 18: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.(al-Isra:36)

Page 19: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Macam-Macam Bid’ahBid’ah terbagi menjadi dua bagian:Pertama:Bid’ah Dlalalah.Disebut pula dengan Bid’ah Sayyi-ah atau Sunnah Sayyi-ah.Yaitu perkara baru yang menyalahi al-Qur’an dan Sunnah.Kedua: Bid’ah Hudadisebut juga dengan Bid’ah Hasanah atau Sunnah Hasanah.Yaitu perkara baru yang sesuai dan sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah.

Tema-tema hadits : 1. Kesempurnaan Islam : 5 : 3.

pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu J adi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Page 20: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Bidáh memiliki 2 tinjauan secara lughah dan secara syarí. Bidáh secara lughah berarti segala sesuatu yang tidak ada contoh atau tidak ada yang mendahuluinya pada masanya. Adapun bidáh secara syarí adalah seperti yang didefinisikan oleh para ulama, yaitu yang memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:1. Dilakukan secara terus menerus.2. Baru, dalam arti tidak ada contohnya.3. Menyerupai syariát baik dari sisi sifatnya atau atsarnya. Dari sisi sifat maksudnya seperti sifat-sifat syariát yaitu sudah tertentu waktu, tempat, jenis, jumlah, dan tata caranya. Dari sisi atsarnya maksudnya diniati untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari pahala. Bidáh termasuk jenis Dosa Besar, karena merupakan amal kemaksiatan namun mengharapkan pahala.

Bidáh

Page 21: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Mashalihul Mursalah

Kalau seseorang tidak benar-benar memahami hakikat bidáh maka dia bisa rancu dengan sesuatu yang disebut Mashalihul Mursalah. Sepintas, antara bidáh dan Mashalihul Mursalah ada kemiripan, namun hakikatnya berbeda. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut :1. Mashalihul Mursalah terjadi pada perkara duniawi atau pada sarana (wasilah) demi penjagaan lima maqosid syariát yaitu agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal. Sementara bidáh terjadi pada ibadah atau ghayah.2. Mashalihul Mursalah tidak ada tuntutan untuk dikerjakan pada masa Nabi shallallaahu álaihi wa sallam, adapun bidáh tuntutan untuk dikerjakannya sudah ada pada masa Nabi shallallaahu álaihi wa sallam.

Page 22: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

SEBAB-SEBAB TIMBULNYA BID’AH Jahil tentang agama. Memperkatakan urusan agama tanpa ilmu adalah dusta dan dusta

adalah haram karena ia adalah permainan dan perangkap syaitan. Firman Allah dalam surah Al-A’raaf, ayat 33 maksudnya :

“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan

yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.”

Firman Allah dalam surah Al-An’aam, ayat 144 maksudnya :

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berbuat dusta terhadap Allah supaya menyesatkan manusia tanpa ilmu.”

Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa yang diberi fatwa tanpa ilmu, maka dosanya tertanggung atas orang yang memberi fatwanya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Ibnu Majah dan Ad-Darimi)

Page 23: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Mengikut hawa nafsu yaitu orang yang berpaling dari Al-Quran dan As-Sunnah. Firman Allah dalam surah Al-Qasas, ayat 50 maksudnya :

"Sesungguhnya mereka hanya mengikut hawa nafsu mereka dan tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang

menurut hawa nafsu tanpa berdasarkan hidayah pertunjuk daripada Allah“

Firman Allah dalam surah Al-Jaatsiyah, ayat 18 maksudnya :

“Kemudian Kami jadikan engkau atas satu syariat (Islam) maka ikutilah dia dan janganlah engkau mengikuti hawa

nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”

Page 24: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Kagum dengan pendapat tokoh-tokoh tertentu.

Imam Syafi’e berkata : “Jika kamu dapati dalam kitabku bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAW maka berkatalah dengan Sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku.”

Imam Ahmad berkata : “Perhatikanlah dalam urusan agama kamu kerana sesungguhnya taqlid kepada yang bukan maksum itu adalah tercela dan padanya membutakan kecerdikan pandangan.”

Imam Ath-Thahawi berkata : “Tidak akan bertaqlid (kepada selain Rasul itu) kecuali orang yang fanatik atau orang yang dungu.”

Page 25: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

• Terpengaruh dengan budaya kafir dan mengikutinya. Contoh : menyambut kedatangan hari-hari atau tahun-tahun tertentu.

• Kejahilan dalam Bahasa Arab sehingga menimbulkan kesalahan dan kesesatan. Contohnya di dalam mentafsirkan ayat Al-Quran dan Hadith.

• Jahil mengenai Sunnah Rasulullah SAW. Menganggap semua hadith adalah sahih dan boleh beramal dengannya sedangkan kategori hadith : sahih, hasan, dhaif dan maudhu’.

• Jahil tentang konsep ibadah. Skop ibadah disempitkan hanya kepada ibadah khusus sahaja sedangkan ibadah terbahagi kepada 2 : khusus dan umum.

Page 26: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

Bid’ah berkembang dengan 3 sebab :

1. Amalan bid’ah yang diamalkan oleh orang alim dan diikuti oleh orang awam karena berkeyakinan apa yang dilakukan oleh orang alim tersebut adalah benar.

2. Adat tradisi jahiliah yang diamalkan oleh orang-orang Islam sebelum ini dikekalkan dan diamalkan sebagai suatu amalan agama.

3. Sikap mendiamkan diri oleh para ulama terhadap amalan bid’ah dalam masyarakat.

Page 27: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

CARA MENCEGAH BID’AH• Haramkan buku-buku yang mengandungi bid’ah.• Memberi penerangan kepada masyarakat tentang bid’ah.• Sebarkan hadith-hadith sahih Rasulullah SAW.• Penguatkuasaan undang-undang terhadap golongan yang menyebarkan

amalan bid’ah.• Hadith Rasululullah SAW :

“Barangsiapa di antara kamu yang melihat sesuatu kemungkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak

mampu maka hendaklah dengan lidahnya dan jika tidak mampu hendaklah dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim, Ibnu

Majah, Ahmad, At-Tirmizi dan Abu Daud)

Page 28: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

KESIMPULAN

Setiap amalan dalam masyarakat kita perlu dinilai dan diteliti dengan cermat berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah.

Ada ketikanya amalan mereka itu merupakan bid‘ah hasanah, ada juga ketikanya bid‘ah dalalah dan khurafat yang mesti ditentang, dan ada juga ianya merupakan persoalan khilafiyyah (perbezaan pendapat di kalangan ulama).

Tidak wajar melabelkan semua perlakuan yang tiada nass khusus mengenainya di dalam satu pengertian yang sama sebagai bid ‘ah dalalah atau sayyiah.

Page 29: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

BIODATA1. N a m a : Drs. Iwan Falahudin, M.Pd.2. Status Marital : Kawin ( 1 istri, dengan 4 anak ).3. Alamat : Cibadak, Lebak, Banten.4. Kantor : Kementerian Agama Republik Indonesia Balai Diklat Keagamaan, Jakarta5. Kontak : 0852.1802.9940.6. Face Book : iwanfalahudin7. E – Mail : [email protected]. Guru MTs. MA, SMK – Manahijus Sadat LEBAK, BANTEN2. Dosen STAI Latansa, LEBAK , BANTEN3. Widyaiswara / Trainer - BDK Jakarta JAKARTA

Assalamualaikum

Page 30: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul

1. STRONG IN THE WORLD

2. STRONG IN THE SPIRIT

3. STRONG IN THE WORK

Page 31: Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul