H13dir.pdf
-
Upload
herman-samuel -
Category
Documents
-
view
44 -
download
1
Transcript of H13dir.pdf
-
ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK
NEGATIF PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI
DINIYYA IRIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
-
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan
Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Diniyya Iriani
H44080091
-
RINGKASAN
DINIYYA IRIANI. Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif
Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya
alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya
yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan sumber daya yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah
tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Salah satu bentuk
perusakan lingkungan adalah aktivitas penambangan pasir illegal di Sungai
Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Menurut Kantor Lingkungan Hidup Kota Kediri, bahwa pada prinsipnya
penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak
diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal tersebut
dikarenakan kondisi Sungai Brantas dan lingkungannya telah mengalami
kerusakan sangat parah dan membahayakan infrastruktur sungai yang ada dan
telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara KLH, Satpol
PP dan Disperindagtamben Kota Kediri. Penambangan illegal di Sungai Brantas
Kelurahan Semampir, terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan tersebut
diantaranya, penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin dan
penambangan secara tradisional/ menggunakan perahu. Penambangan secara
mekanik/ menggunakan mesin yang dimaksud adalah proses penambangan/
pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut berfungsi untuk menyedot
pasir dalam skala besar dimana batu-batu besar yang ada di dasar sungaipun dapat
terangkut. Penambangan secara tradisonal/ mengunakan perahu yang dimaksud
yakni para penambang menggunakan perahu untuk membantu mereka menuju ke
tengah sungai untuk mengabil pasir. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan pasir illegal di kelurahan Semampir diantaranya pengusaha
tambang pasir, buruh tambang pasir, kuli angkut pasir, sopir truk pasir dan
preman yang bertugas menjaga keamanan area tambang.
Truk-truk pasir yang sering melintasi jalan desa akibat adanya
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir menyebabkan dampak
terhadap masyarakat sekitar. Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar
diantaranya menurunnya kualitas udara, meningkatnya polusi suara/ kebisingan
dan kerusakan jalan di Kelurahan Semampir. Penambangan yang tidak ramah
lingkungan juga menyebabkan dampak lain yakni rusaknya tebing-tebing sungai
dan penurunan dasar sungai. Tidak hanya memberikan dampak kerusakan secara
fisik jangka pendek namun pada jangka panjang akan menimbulkan hancurnya
ekosistem DAS Brantas. Degradasi dasar sungai yang mencapai 6 meter
menimbulkan munculnya palung-palung sungai yang sangat dalam. Longsornya
tebing-tebing sungai sehingga kondisi sungai menjadi keruh dengan tingkat
-
1
padatan terlarut yang cukup tinggi. Hal ini, sangat berpengaruh pada kualitas air
Sungai Brantas, sehingga perlu diwaspadai karena air Sungai Brantas digunakan
sebagai bahan baku air minum.
Total manfaat dari kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir meliputi segala manfaat yang diterima oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam aktivitas penambangan yakni sebesar Rp 61 703 085 000.33. Terdiri dari
pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir sebesar Rp 17 198 085 000.33,
pendapatan buruh tambang pasir sebesar Rp 17 820 000 000, pendapatan kuli
angkut pasir sebesar Rp 10 674 000 000, pendapatan sopir truk sebesar Rp 7 116
000 000, dan pendapatan preman/ keamanan sebesar Rp 8 895 000 000. Total
kerugian yang dirasakan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir sebesar Rp 84 488 162 200. Terdiri dari kerugian akibat lapisan pasir
yang hilang sebesar Rp 81 877 464 000, perbaikan jalan yang rusak Rp 1 149 570
000, pendapatan pemerintah yang hilang Rp 1 245 300 000, perbaikan tebing
sungai Rp 215 828 200, Pemasangan groundsil jembatan sebesar Rp 1 500 000
000.
Kata Kunci: Bahan galian C, Total manfaat, Total Kerugian
-
ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK
NEGATIF PENAMBANG PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI
DINIYYA IRIANI
H44080091
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
-
Judul Skripsi : Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif
Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri.
Nama : Diniyya Iriani
NRP : H44080091
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Rizal Bahtiar, SPi, MSi
NIP 19800603 200912 1 006
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
-
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih pertama penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan rahmat yang dianugerahkan kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada :
1. Ayahanda H. Zaenal Fanani, SE dan Hj. Amining Rochmad, Spd yang
penulis cintai, terima kasih atas doa, nasihat, dukungan, dan segala kasih
sayang serta cintanya kepada penulis. Serta adik-adikku tersayang Kasirotur
Rohmah dan Muhammad Syakir Kautsar dan nenekku tercinta Suci
Hidayati.
2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak
Novindra, SP, M.Si selaku penguji perwakilan departemen.
4. Segenap dosen dan staf administrasi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
5. Seluruh informan baik dari Perum Jasa Tirta I, Disperindagtamben Kota
Kediri, Satpo PP Kota Kediri, Pemerintah Kota Kediri, Dinas PU Kota
Kediri, dan khususnya masyarakat Kelurahan Semampir. Serta paklek
Agung yang telah memberikan bantuan dan informasi data kepada penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan Anis Purnama, Nanda, Erna, Andini, Husen,
Dika, Budi.
7. Sahabat-sahabatku Asih, Esti, Tya, Nina, iin, anik, wulan, Irma serta
sahabat-sahabat ESL 45 dan IKALUM, CSS MoRA IPB, KMNU, SESC,
REESA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Serta tak lupa teman-teman satu kosan yang tercinta vita, qiqi, riris, rosi dan
fina.
-
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
ridho-Nya penulis dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan
Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Didasari dengan ketertarikan penulis mengenai pertambangan dan latar
belakang sebagai mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, penulis
memiliki keinginan untuk mempelajari sisi ekonomi dari penambangan pasir
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan pihak-pihak yang
terlibat dalam aktivitas penambangan pasir, serta menganalisis nilai manfaat dan
dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan penambangan tersebut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keuntungan serta
dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas penambangan pasir khususnya di
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) kepada masyarakat maupun pemerintah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna sehingga
saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk kemajuan penelitian ini.
Bogor, Februari 2013
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan masalah ........................................................................... 5 1.3 Tujuan penelitian .............................................................................. 8 1.4 Manfaat penelitian ............................................................................ 8 1.5 Batasan penelitian ............................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................ 11 2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C ........................................ 12
2.2.1 Dampak Positif Penambangan Bahan Galian C .................... 13 2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C .................. 14
2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai ............................................. 15 2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-dranase (Drainase Ramah
lingkungan) ........................................................................... 15
2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah................................ 16 2.3.3 Fungsi Ekologi ...................................................................... 16
2.4 Analisis Cost-Benefit ........................................................................ 17 2.4.1 Konsep Biaya (cost) .............................................................. 18 2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit) ..................................................... 19 2.4.3 Penerimaan ............................................................................ 19 2.4.4 Pendapatan ............................................................................ 20 2.4.5 Efisiensi ................................................................................. 20 2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial ............ 21
2.5 Penilaian Ekonomi ............................................................................ 21 2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 22
III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 25
IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 28
4.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................. 28 4.2 Jenis dan Sumberdata ........................................................................ 28 4.3 Penetuan Jumlah Responden ............................................................. 29 4.4 Pengumpulan Data ............................................................................ 29 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 30
4.5.1 Persepsi Masyarakat .............................................................. 31 4.5.2 Estimasi Nilai Manfaat ......................................................... 31
-
ix
4.5.3 Estimasi Dampak Negatif ..................................................... 32
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................. 36
5.1 Gambaran Umum .............................................................................. 36 5.1.1 Kota Kediri ............................................................................ 36 5.1.2 Kecamatan Kota .................................................................... 38
5.2 Kelurahan Semampir ........................................................................ 38 5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis ............................................... 39 5.2.2 Keadaan Demografis ............................................................. 40
VI. ANALISIS PENAMBANG PASIR ....................................................... 42
6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas ........ 42 6.2 Faktor Penyebab Kegiatan Penambangan Pasir Illegal .................... 43
6.2.1 Faktor Dalam ........................................................................ 43 6.2.2 Faktor Luar ............................................................................ 44
6.3 Jenis Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir................ 45 6.3.1 Penambangan secara Mekanik/ menggunakan Mesin .......... 46 6.3.2 Penambangan secara Tradisional/ menggunakan Perahu ..... 47
6.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir Illegal Kelurahan Semampir Kota Kediri ......................................... 48
6.5 Analisis Dampak Kegiatan Penambangan Pasir Illegal Kelurahan Semampir Kota Kediri ...................................................................... 49
6.5.1 Analisis Dampak Positif Penambang Pasir ........................... 49 6.5.1.1 Dampak Positif terhadap Ekonomi .......................... 49 6.5.1.2 Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat ..................... 50
6.5.2 Analisis Dampak Negatif Penambang Pasir ......................... 51 6.5.2.1 Dampak Negatif Lingkungan .................................. 51 6.5.2.2 Dampak Negatif terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat .............................................................. 53
6.5.2.3 Dampak Negatif terhadap Ekologis Sungai ............ 54
VII. ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT ............................................. 56
7.1 Karakteristik Responden ................................................................... 56 7.1.1 Jenis Kelamin ........................................................................ 56 7.1.2 Usia ....................................................................................... 57 7.1.3 Pendidikan ............................................................................. 58 7.1.4 Pekerjaan ............................................................................... 58 7.1.5 Pendapatan ............................................................................ 60 7.1.6 Kependudukan ...................................................................... 60
7.2 Pandangan Umum tentang peran Lingkungan .................................. 61 7.3 Pandangan Mengenai Kondisi Lingkungan ...................................... 62
7.3.1 Kondisi Pertambangan .......................................................... 62 7.3.2 Kondisi Air ............................................................................ 63 7.3.3 Kondisi Udara ....................................................................... 64 7.3.4 Kondisi Suara ........................................................................ 65 7.3.5 Kondisi Sungai ...................................................................... 65
-
x
7.3.6 Kondisi Sarana Prasarana...................................................... 66 7.4 Persepsi Mengenai Penambangan Illegal ......................................... 67
VIII. ESTIMASI MANFAAT DAN DAMPAK PENAMBANGAN
PASIR ................................................................................................... 69
8.1 Penilaian Dampak positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ........................................................................ 69
8.1.1 Analisis Keuntungan/ pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir.... 71
8.1.2 Analisis Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 77
8.1.3 Analisis Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir............. 78
8.1.4 Analisis Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 79
8.2 Penilaian Dampak Negatif Penambangan Pasir ................................ 80 8.2.1 Lapisan Pasir yang Hilang .................................................... 81 8.2.2 Kerusakan Jalan Sekitar Area Tambang ............................... 82 8.2.3 Pendapatan Pemerintah Kota Kediri yang hilang ................. 83 8.2.4 Kerusakan Tebing Sungai ..................................................... 83 8.2.5 Kerusakan Jembatan ............................................................ 84 8.2.6 Polusi Suara dan Polusi Udara .............................................. 86 8.2.7 Nilai Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat
Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ............. 87
IX. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 89
9.1 Simpulan ........................................................................................... 89 9.2 Saran ................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 105
-
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri Tahun 2008 .............. 7
2. Matriks Metode Analisis Data .......................................................... 37
3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011 ............... 39
4. Luas Wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan Tahun 2011 ...................................................................................... 39
5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir 2011 ......................... 40
6. Peraturan dan Perundang-undangan Terkait Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas .............................................. 43
7. Jumlah Mesin dan Perahu Penambangan Pasir di Kelurahan illegal Semampir Tahun 2009-2011 ............................................................. 69
8. Total Dampak Positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ........................................................................ 71
9. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan Pasir Mesin Illegal di Kelurahan Semampir ..................................... 72
10. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan Pasir Perahu Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 75
11. Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................................... 77
12. Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-20111 ......................... 78
13. Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................................... 80
14. Total Dampak Negatif/ kerugian Akibat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ....................................... 81
15. Perhitungan Lapisan Pasir yang Hilang Akibat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................... 82
16. Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................... 88
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ....................................... 3
2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas ................................ 4
3. Kerangka Alur Pemikiran ................................................................. 27
4. Proses Penambangan Pasir secara Mekanik/ mesin .......................... 46
5. Proses Penambangan Pasir secara Tradisional/ perahu..................... 47
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ....................... 56
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 57
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 58
9. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...................... 59
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan........................... 60
11. Pandangan Responden Berdasarkan Peran Lingkungan ................... 61
12. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Tambang.................... 63
13. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Air ............................. 63
14. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Udara ......................... 64
15. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Suara.......................... 65
16. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sungai........................ 66
17. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sarana Prasarana ....... 67
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 95
2. Kuisioner Penelitian .......................................................................... 96
3. Lokasi Pasir di Sungai Brantas Kediri dan Grafik Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri .............................................................. 102
4. Dokumentasi Peneltian ..................................................................... 103
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya
alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya
yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Menurut Fauzi (2006), secara umum sumber daya alam dapat diklasifikasikan
kedalam dua kelompok. Pertama adalah kelompok yang disebut sebagai kelompok
stok. Sumber daya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga
eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan
sumberdaya yang ada. Apa yang kita manfaatkan sekarang mungkin tidak lagi
tersedia di masa mendatang. Sumberdaya stok dikatakan tidak dapat diperbaharui
(non-renewable) atau terhabiskan (exhaustible). Jenis-jenis sumber daya stok
antara lain sumberdaya mineral, logam, minyak, dan gas bumi.
Menurut Fauzi (2006), kelompok kedua adalah sumber daya alam yang di
sebut flows (alur). Jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber daya
berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang, bisa
mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumber daya di
masa mendatang. Sumber daya jenis ini dikatakan dapat diperbarui (renewable).
Regenerasi sumber daya alam ini ada yang tergantung pada proses biologi dan ada
yang tidak. Ikan dan hutan termasuk ke dalam kelompok sumber daya yang
regenerasinya tergantung pada proses biologi (reproduksi). Energi surya,
gelombang pasang surut, angin, udara, dan sebagainya termasuk kedalam
kelompok sumber daya alam yang tidak tergantung pada proses biologi.
-
2
Sumber daya alam dimanfaatkan dan dikelola untuk kepentingan manusia.
Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat
manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan
berdampak buruk bagi umat manusia. Dampak buruk yang ditimbulkan
diantaranya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan diakibatkan adanya
upaya-upaya perusakan lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, definisi perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan yang semakin berkembang meyebabkan eksploitasi akan
sumber daya alam juga semakin meningkat. Eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan dan tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan lingkungan.
Salah satu contoh sumber daya alam yang dieksploitasi berlebihan dan tidak
bertanggung jawab yakni Sungai Brantas. Sungai Brantas kaya akan berbagai
sumber daya didalamnya. Sumber daya alam tersebut diantaranya sumber daya air
bersih, sumber daya pasir, sumber daya ikan dan lain-lain.
Sungai Brantas memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas sehari-hari
masyarakat di sekitar aliran sungainya. Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan
masyarakat diantaranya digunakan memenuhi kebutuhan MCK (mandi, cuci,
kakus), penyedia air bersih dan penambakan ikan. Hal tersebut membuktikan
bahwa Sungai Brantas memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat di sekitar alirannya.
-
3
Sungai Brantas memiliki DAS (Daerah Aliran Sungai) seluas 11.800 km,
panjang sungai utama 320 km, yang mengalir melingkari Gunung Kelud yakni
gunung berapi aktif. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari
jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan
pertahun rata-rata / jumlah air yang mengalir 12 miliar m. Potensi sungai ini
dimanfaatkan oleh sekitar 16 juta penduduk atau 43% penduduk Jawa Timur1.
Hal tersebut membuktikan bahwa, Sungai Brantas memiliki fungsi yang penting
bagi masyarakat Jawa Timur.
Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008
Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
Sungai Brantas berperan penting dalam bidang pertanian, dimana 60%
produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran
Sungai Brantas2. Menurut Perum Jasa Tirta I (2010), Sungai Brantas berperan
penting dalam penyedia bahan baku air minum dan irigasi areal persawahan
daerah sekitar DAS Brantas. Perencanaan yang tepat dalam pengelolaan Sungai
Brantas perlu dilakukan. Pengembangan dilakukan melalui empat rencana induk
pengembangan Wilayah Sungai (WS) Brantas. Sasaran utama pengembanga WS
1 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas) diaksess pada 21 Maret 2012
2 Radar Kediri 2011. Laporan Jurnalistik Ekspedisi Brantas Radar Kediri. Kediri
-
4
Brantas yang dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I secara
berturut-turut yakni pengendalian banjir (1961), pengembangan irigasi (1973),
penyediaan air baku untuk domestik (1996) serta pengelolaan dan konservasi
sumberdaya air (1998).
Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008
Gambar 2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas
Persoalan-persoalan yang terjadi di Sungai Brantas belum seutuhnya
teratasi. Muncul berbagai masalah baru dan dapat merugikan masyarakat sekitar
DAS maupun pemerintah. Permasalahan tersebut diantaranya pencemaran sungai,
kerusakan infrastuktur-infrastruktur disekitar aliran sungai, pencemaran sungai
akibat membuang sampah sembarangan, sedimentasi dan kegiatan penambangan
pasir yang tidak bertanggung jawab.
Manfaat lain dari Sungai Brantas yakni sumber daya pasir. Keberadaan
sumber daya pasir menjadi peluang terjadinya aktivitas penambangan pasir secara
illegal di Kota Kediri. Daerah-daerah yang menjadi lokasi penambangan illegal
diantaranya: Kelurahan Semampir, Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan
Manisrenggo, Kelurahan Bandar Kidul, dan lain-lain. Daerah yang paling banyak
-
5
terdapat penambangan pasir illegal yakni di Kelurahan Semampir. Daerah
tersebut di lewati oleh jembatan, dimana banyak warga yang menggantungkan
hidup dengan keberadaan jembatan tersebut. Dampak yang sudah terjadi yakni
kondisi jembatan yang bergeser sehingga rentan ambruk.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu contoh kerusakan lingkungan adalah kerusakan tebing-tebing
daerah sekitar DAS Brantas akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal di
Kota Kediri. Dampak negatif penambangan pasir illegal ini menimbulkan dampak
yang besar terhadap struktur DAS Brantas. Menurut PERUM Jasa Tirta I (2010)
dampak yang ditimbulkan diantaranya: kerusakan tanggul dan tebing sungai,
penurunan dasar sungai, perubahan bentuk sungai dan kerusakan sarana prasarana
perairan.
Penambangan pasir di Sungai Brantas ini berkembang dengan cepat
karena kualitas pasir di Kediri yang cukup baik. Kegiatan penambangan pasir
yang terjadi di Sungai Brantas diantaranya: di Sungai Konto (anak sungai
Brantas) yang merusak tebing sungai, di Desa Mranggen Kecamatan Purwoasri
Kabupaten Jombang, penambangan pasir di daerah badan sungai di Kelurahan
Semampir Kota Kediri, di Kabupaten Mojokerto, dan penambang pasir liar di
Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri (Perum Jasa Tirta 2010).
Berdasarkan hasil survai Perum Jasa Tirta I (2000), volume penambangan
pasir di Sungai Brantas yang terdapat di Kota Kediri hingga Sidoarjo yakni sekitar
2,3 juta m per-tahun. Penambangan pasir di Brantas terus meningkat hal ini
seperti ditunjukkan dari hasil survai antara Kediri sampai Mojokerto pada tahun
1984 volume penambangan pasir berjumlah 0.5 juta m3/tahun, pada tahun 1986
-
6
meningkat mencapai 1 juta m3/tahun dan pada tahun 2000 menjadi 1,65 juta
m3/tahun. Hasil survai menunjukkan terdapat sekitar 108 lokasi penambangan,
yang terdiri dari 181 belt conveyor, 51 perahu, 3 dredger/kapal keruk, 2 sand
pump, 1 crushing plant dan 2.472 penambang pasir (Perum Jasa Tirta I 2000).
Berdasarkan kesepakatan antara Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota
Kediri, Satpol PP, Disperindagtamben (Dinas Perndustrian, Perdagangan,
Pertambangan, dan Energi) Kota Kediri tahun 2009, bahwa pada prinsipnya
penambangan galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak
diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional. Sejak tahun 2009 tim
pengawas dan keamanan bahan galian C Sungai Brantas Kota Kediri tidak
memberikan rekomendasi izin penambangan pasir dengan alasan dasar Sungai
Brantas sudah turun 4-6 meter yakni dapat dilihat pada Tabel 1
(Disperindagtamben Kota Kediri 2009).
Sejak pertambangan pasir tidak diberi izin, tim gencar melakukan razia
penambang pasir illegal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak para penambang
pasir yang tetap melakukan aktivitas penambangan pasir di DAS Brantas
meskipun sudah dilarang. Tim juga memasang portal-portal jalan yang menjadi
akses masuk ke wilayah penambang pasir. Pada 2010 terbentuklah tim
pengamanan Sungai Brantas Kota Kediri yang mempunyai program alih profesi
penambang pasir sebagai solusi bagi mantan penambang pasir
(Disperindagtamben Kota Kediri 2009).
-
7
Tabel 1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri tahun 2008
No.
Patok
Batas
(KB)
Dasar
Sungai
Rencana
(meter)
Dasar Sungai
Terendah
Tahun 2008
(meter)
Tanggul
(meter)
Penurunan
Dasar
Sungai
(meter)
Kiri Kanan 2008
1. 125 53,979 53,319 59,213 59,331 0,660
2. 126 55,744 50,323 59,862 59,587 5,421
3. 127 56,982 51,375 60,145 60,047 5,607
4. 128 57,838 53,875 61,841 61,433 3,963
5. 129 57,893 54,440 62,473 62,005 3,453
6. 130 58,163 52,662 62,922 62,409 5,501
7. 131 58,478 55,456 63,197 62,408 3,022
8. 132 59,242 55,538 64,900 63,818 3,884
9. 133 59,220 56,150 65,278 65,368 3,070
10. 134 59,400 55,828 65,593 64,791 3,572
11. 135 60,846 55,300 65,703 65,664 5,546
12. 136 61,437 57,063 66,473 67,060 4,374
13. 137 62,422 55,288 67,484 67,378 7,134
14. 138 62,526 53,897 68,237 68,148 8,629
15. 139 63,919 57,367 68,930 68,579 6,552
16. 140 64,505 57,367 69,277 69,209 7,138
17. 141 65,339 60,337 69,540 70,157 5,002
18. 142 65,939 59,870 70,543 71,087 6,069
Rata-rata 4,922
Sumber: Perum Jasa Tirta I Kota Kediri, 2012
Menurut Perda Provinsi Jatim No 1 Tahun 2005 Pasal 20 pelanggaran
terhadap penambangan pasir (tidak berizin) diancam hukuman 6 bulan. Undang-
undang No 4 Tahun 2009 Pertambangan mineral, batubara dan penambangan
pasir masuk ke Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dalam Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR) Pasal 158 penambangan tanpa izin (termasuk IPR) diancam
hukuman 10 tahun dan denda Rp 10 M. Undang-undang No 32 Tahun 2009 Pasal
109 pelanggaran terhadap kegiatan yang seharusnya memiliki izin lingkungan
diancam hukuman 10 tahun. Kurangnya sosialisasi adanya pelarangan
penambangan pasir mengakibatkan masyarakat tambang tidak mengetahui
penambangan pasir yang mereka lakukan adalah illegal. . Permintaan pasir yang
-
8
tinggi dan keuntungan yang besar dari usaha penambangan pasir membuat
penambang tetap nekat melakukan aktivitas penambangan di sepanjang DAS
Brantas Kota Kediri. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, perumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di
Kelurahan Semampir Kota Kediri?
3. Berapa besar nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.
2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di
Kelurahan Semampir Kota Kediri.
3. Mengestimasi nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa
Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu atau
pelajaran yang telah didapatkan diperkuliahan Departemen Ekonomi Sumberdaya
-
9
dan Lingkungan untuk diaplikasikan ke dunia nyata. Diharapkan nantinya dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
Pemerintah Kota Kediri sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang
tepat dalam pengelolaan Sungai Brantas. Diharapkan nantinya, service yang di
berikan Sungai Brantas dapat termanfaatkan secara terus menerus guna
kesejahteraan masyarakat.
3. Masyarakat
Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat akan dampak-
dampak yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal
khususnya masyarakat Kota Kediri. Diharapkan nantinya masyarakat dapat
menambah pengetahuan masyrakat khususnya tentang penambangan pasir.
1.5 Batasan Penelitian
Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Wilayah dan obyek penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir,
Kecamatn Kota, Kota Kediri Provinsi Jawa Timur.
2. Menghitung nilai manfaat dari penambangan pasir dilakukan dengan
menghitung penerimaan/ pendapatan pengusaha tambang pasir, pendapatan
buruh tambang pasir, pendapatan supir truk, kuli angkut pasir, serta
keamanan/ preman-preman yang secara tidak langsung juga merasakan
manfaat dari adanya penambangan pasir illegal.
3. Penilaian besarnya nilai dampak akibat penambangan pasir illegal yakni
menghitung nilai lapisan pasir yang hilang, kerusakan jalan, pendapatan Kota
-
10
Kediri yang hilang, dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan tebing
sungai dan pemasangan groundsil untuk perbaikan jembatan.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS), DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satukesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Suprayogo (2011), bentuk DAS akan mempengaruhi debit
pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat di
Indonesia diantaranya:
1. Berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri
kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini
mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi
berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak
sungai berbeda-beda.
2. Berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana
anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan
karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai,
3. Berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua
jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik
-
12
demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik
pertemuan sungai.
2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C
Menurut Badan Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL
(BAPEDAL) 2001, bahan galian seringkali dibedakan menjadi tiga kelompok
besar, yakni bahan galian metalliferous, nonmetalliferous dan bahan galian yang
digunakan untuk bahan bangunan atau batuan ornamen. Kelompok bahan galian
metalliferous antara lain adalah emas, besi, tembaga, timbal, seng, timah, mangan.
Bahan galian nonmetalliferous terdiri dari batubara, bauksit, trona, borak, asbes,
talk, feldspar dan batuan pospat. Bahan galian untuk bahan bangunan dan batuan
ornamen termasuk didalamnya slate, marmer, kapur, traprock, travertine, dan
granite.
Berdasarkan peraturan pemerintah No 27 Tahun 1980, mineral (bahan
galian) diklasifikasikan menjadi 3 golongan yakni:
1. Golongan bahan galian yang strategis (A) adalah: minyak bumi, bitumen
cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batu bara, batu bara
muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;
nikel, koblat dan timah.
2. Golongan bahan galian yang vital (B) adalah: besi, mangan, molobden,
khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas,
platina, perak, air raksa, intan; arsenm antimony, bismut; yttrium,
rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum;
zircon, kristal kwarsa; kriolit, fluorspar, barit; yodium, brom, klor dan
belerang.
-
13
3. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:
nitrat, pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
yarosit, leusit, tawas, oker; batu permata, batu setengah permata; pasir
kwarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit,
tanah diatome, tanah serap; marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit;
granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti
ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005
pertambangan bahan galian golongan C di sungai dan kantong-kantong pasir yang
selanjutnya disebut pertambangan adalah usaha pengambilan bahan galian
golongan C di sungai. Bahan galian C di sungai adalah bahan galian yang berupa
pasir, kerikil dan batu yang ditambang dari sungai.
2.2.1 Dampak positif penambangan bahan galian C
Segala bentuk kegiatan ekonomi selain menghasilkan manfaat dapat pula
menghasilkan kerugian atau dampak negatif. Salah kegiatan ekonomi yang dapat
menimbulkan manfaat dan dampak adalah kegiatan ekonomi bidang
pertambangan. Pasir dan kerikil merupakan salah satu bahan/ material tambang
utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi ataupun
perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian
golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A)
dan bahan galian vital (B), namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki
peran penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah.
-
14
Dampak positif adalah manfaat yang ditimbulkan dari penambang bahan
galian golongan C, diantaranya:
1. Terserapnya tenaga kerja, yakni dengan adanya penambangan pasir pengusaha
tambang dapat mempekerjakan buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut
pasir dan lain-lain.
2. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha
membayar retribusi dari iuran-iuran lain
3. Terpenuhinya kebutuhan akan sumberdaya pasir, yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembangunan. Sehingga pasir berperan penting dalam
pembangunan.
2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C
Aktivitas penambangan pasir dan atau kerikil memiliki potensi untuk
merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain. Hal
tersebut dikarenakan penambangan pasir dan/atau kerikil adalah penambangan
yang secara teknis mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan
yang sederhana (manual) hingga menggunakan alat berat (mekanik). Faktor-faktor
seperti penambangan tanpa memperhatikan teknis, cara menambang yang tidak
benar, penambangan tanpa izin di bantaran sungai merupakan beberapa faktor
penyebab kerusakan lingkungan.
Dampak negatif atau kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya
penambangan galian C, diantaranya:
1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan, kegiatan penambangan bahan galian C
akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di lingkungan sekitar
kawasan penambangan.
-
15
2. Peningkatan erosi dan sedimentasi, kegiatan pembukaan lahan, pembangunan
jalan operasional, dan tahap operasional khusus untuk penambangan pasir di
darat akan mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Penempatan tanah
penutup pada tahap pembangunan jalan operasional dan tahap operasi yang
tidak dilakukan dengan baik akan mudah tererosi air hujan dan akhirnya akan
terbawa aliran air hujan ke daerah yang lebih rendah sehingga akan
menimbulkan sedimentasi pada daerah tersebut.
3. Penurunan kualitas air, penambangan pasir akan menimbulkan penurunan
kualitas air. Terutama pada tahap operasi (penambangan).
4. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Mobilisasi truk
pengangkut pada saat pengangkutan material sebelum konstruksi, pembuatan
jalan operasional, pembangunan sarana pendukung dan pada saat
pengangkutan bahan galian pada tahap operasi merupakan sumber kegiatan
yang dominan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas udara akibat debu
dan emisi gas dari truk pengangkut serta terjadinya peningkatan kebisingan.
2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), ekosistem sungai memiliki
beberapa fungsi dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan
kehidupan makhluk hidup. Fungsi sungai yang terpelihara dengan baik akan
memberikan manfaat yang banyak kepada lingkungan sekitarnya. Berikut
disajikan fungsi dan manfaat sungai:
2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-Drainase (Drainase Ramah Lingkungan)
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), eko-drainase diartikan
sebagai suatu usaha membuang atau mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan
-
16
waktu seoptimal mungkin, sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah
kesehatan dan banjir di sungai akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan
waktu mencapai debit puncak. Sungai dalam suatu sistem sungai (river basin)
merupakan komponen eko-drainase utama pada basin yang bersangkutan.
Bentuk dan ukuran alur sungai alamiah, dalam kaitannya dengan eko-
drainase, merupakan bentuk yang sesuai dengan kondisi geologi, geografi, ekologi
dan hidrologi daerah tersebut. Sungai-sungai alamiah mempunyai bentuk yang
tidak teratur, bermeander dengan berbagai terjunan alamiah, belokan dan lain-lain.
Bentuk-bentuk ini pada hakekatnya berfungsi untuk menahan air supaya tidak
dengan cepat mengalir ke hilir serta menahan sedimen. Di samping itu juga dalam
rangka memecah atau menurunkan energi air tersebut.
2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), dalam perencanaan
bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat dipakai sebagai saluran irigasi
teknis, jika dari segi teknis memungkinkan. Kehilangan air di saluran dengan
menggunakan sungai kecil, lebih sedikit daripada menggunakan saluran tanah
buatan, karena pada umumnya porositas sungai relatif rendah mengingat adanya
kandungan lumpur dan sedimen yang relatif tinggi.
2.3.3 Fungsi Ekologi
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), komponen ekologi sungai
adalah flora dan fauna pada daerah badan, tebing dan bantaran sungai. Sehingga
kondisi habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna tersebut dapat dijadikan
indikator kondisi ekologi sungai. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi
-
17
sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen,
yang sangat vital dalam menunjang ekosistem sungai.
Apabila fungsi-fungsi di atas berjalan dengan baik, maka sungai akan
memberikan manfaat dalam berbagai hal, antara lain sebagai penyedia air,
prasarana transportasi, penyedia tenaga, penyedia material, sarana pengaliran
(drainase), dan sarana rekreasi, serta sarana pendidikan dan penelitian. Bila
dijabarkan lebih detail sesuai dengan aktivitas keseharian manusia, maka manfaat
sungai diantaranya sebagai sumber air baku air minum (PDAM), sumber air bagi
pengairan wilayah pertanian atau irigasi, sumber tenaga listrik untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), sarana pendidikan dan penelitian, sumber tambang
galian C (pasir,kerikil) dan lain-lain.
2.4 Analisis Cost-Benefit
Menurut Hafidh (2010), analisisis manfaat-biaya merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan
suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta
manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam
analisis cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipsahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang
penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini
adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu cost-
benefit (manfaat-biaya).
Menurut Reksohadiprojo (2001), Analisis manfaat dan biaya digunakan
untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang
langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak
-
18
program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia
sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-
sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi
kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk
membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
2.4.1 Konsep Biaya (Cost)
Menurut Nurmalina (2010), secara umum biaya didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang mengurangi tujuan suatu proyek. Komponen biaya tersebut
pada dasarnya terdiri dari:
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan dan pada saat tertentu memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian.
Contoh: tanah, gedung dan sarana prasarana, mesin dan peralatan dan lain-lain..
2. Biaya Operasional
Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan, dan
laninya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang
digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi.
Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama yakni:
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan
produksi atau penjualan tiap tahun. Contoh: bahan mentah atau setengah jadi
untuk diproses menjad barang jadi, solar dan lain-lain.
-
19
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan tiap tahunnya. contoh: upah
tenaga kerja, listrik, pajak, retribusi dan lain-lain.
Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1996). Menurut Suratiyah
(2008), biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tetap, misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel,
misalnya pengeluaran untuk bibit dan tenaga kerja untuk keluarga. Biaya tunai ini
berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. Biaya
tidak tunai adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri.
2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit)
Menurut Nurmalina (2010), manfaat terdiri dari dua macam yaitu:
1. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur pada umunya. Contoh:
keuntungan dari penjualan produk, peningkatan keuntungan akibat
peningkatan kualitas.
2. Tangible benefit manfaat yang riil ada tapi sulit diukur. Contoh: keindahan,
kesegaran, kenyamanan.
2.4.3 Penerimaan
Menurut Soekartawi (1986), penerimaan adalah total nilai produk yang
dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan
harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut (P x
Q). Istilah lain adalah pendapatan kotor yang diterima oleh pengusaha belum
termasuk pengurangan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.
-
20
2.4.4 Pendapatan
Menurut, Soekartawi (1986) pendapatan adalah selisih antara penerimaan
dengan biaya yang dikeluarkan, untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani
akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan merupakan nilai bersih
atau manfaat bersih yang diterima oleh pengusaha. Manfaat tersebut merupakan
pengurangan dari penerimaan yang diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh pengusaha.
2.4.5 Efisiensi
Menurut Suratiyah (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C.
R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan total dengan biaya
total dalam satu kali periode produksi suatu usaha. Indikator keberhasilan suatu
usaha dapat dilihat dari nilai R/C atau analisis imbangan penerimaan dan biaya.
R/C melihat seberapa besar pengeluaran memberikan manfaat (penerimaan)
semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin menguntungkan atau tidak suatu
usaha dijalankan.
Nilai R/C > 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat dikatakan
efisien, karena kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan penerimaan
yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usaha
yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien, karena kegiatan usaha yang
dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada
pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat
dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena
penerimaan yang diterima oleh pengusaha akan sama dengan pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pengusaha.
-
21
2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial
Menurut Nurmalina (2010), analisis kelayakan investasi ada dua macam
yakni analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah analisis
yang menilai suatu proyek dari sudut pandang secara individual atau orang yang
berkaitan langsung dengan proyek tersebut (investor), yang menanamkan modal
maupun manajer yang terlibat dalam proyek. Analisis ini bertujuan untuk
memperhitungkan besarnya insentif bagi orang yang turut serta dalam
pelaksanaan proyek.
Analisis ekonomi merupakan suatu kegiatan investasi dilihat dari sudut
pandang masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi
adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua
sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagian
keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan
siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut.
2.5 Penilaian Ekonomi
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), penilaian ekonomi
diperlukan sebagai bagian dari perencanaan pemanfaatan ekosistem sungai, guna
mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan terjadi dalam aktivitas
pemanfaatan tersebut. Keuntungan dan kerugian di sini dimaksudkan sebagai
keuntungan atau kerugian yang dapat dialami oleh masyarakat maupun dalam
konteks mempertahankan fungsi suatu ekosistem.
Setiap pemanfaatan sumber daya yang mampu mengubah peruntukannya,
dapat memberikan manfaat nyata yang lebih besar daripada biaya yang harus
dikeluarkan. Identifikasi fungsi dan manfaat kualitatif potensi dampak
-
22
pembangunan terhadap ekosistem dapat menggunakan berbagai metode. Metode
yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi suatu ekosistem tergantung dari
sifat penggunaannya, apakah bersifat ekstraktif atau tidak.
Pemanfaatan sumber daya alam dikategorikan bersifat ekstraktif apabila
pemanfaatan itu dapat mengurangi jumlah persediaan sumber daya yang ada.
Kegiatan ekstraktif adalah kegiatan pengambilan sumber daya alam tanpa disertai
pemulihan. Penggunaan bersifat ekstraktif, perhitungan dilakukan dengan
pendekatan harga pasar, yaitu menggunakan harga jual yang memang ada untuk
komoditi yang dihitung.
2.6 Penelitian terdahulu
Dyahwanti (2007) meneliti tentang kajian dampak lingkungan kegiatan
penambangan pasir pada daerah sabuk hijau gunung sumbing di Kabupaten
Temanggung. Dampak negatif dari kegiatan penambangan pasir yang tidak
memperhatikan konservasi tanah dan air menyebabkan kerusakan lingkungan
diantaranya, lahan yang rawan longsor, adanya sedimentasi pasir di sungai,
potensi terjadinya banjir, hilangnya bahan organik tanah, rusaknya jalan desa, dan
lahan menjadi kritis. Dampak positif diantaranya adanya peningkatan pendapatan
dari buruh tani menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, peningkatan
kesejahteraan bagi pemilik tanah, pengurangan angka pengangguran, peningkatan
pemasukan bagi desa, dan keuntungan bagi masyarakat pada umumnya berupa
pembangunan beberapa fasilitas umum seperti masjid, gapuro, penerangan jalan
dan sebagainya. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir
sebesar Rp 7.705.580.000,- jauh lebih kecil dibandingkan nilai kerugian
lingkungan sebesar Rp.11.562.200.000. Pada penelitian ini terdapat kesamaan
-
23
yakni sama-sama menganalisis dan menilai dampak positif dan dampak negatif
penambangan pasir. Perbedaannya adalah penambangan ini dilakukan secara legal
sedangkan penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri dilakukan
secara illegal.
Yudhistira. (2008) meneliti tentang kajian dampak kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penambang pasir di daerah kawasan gunung merapi di desa
keningar, Kecamatan Dukun, Kebupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor,
kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan dan polusi udara.
Sementara dampak sosial ekonominya yakni, penyerapan tenaga kerja dikarena
sebagian masyarakat bekerja di penambangan pasir. Persamaan dengan penelitian
ini yakni sama-sama merasakan dampak negatif yakni rusaknya tebing sungai dan
jalan. Perbedaannya yakni pada penelitian ini penulis mnghitung besarnya total
dugaan nilai erosi. Besarnya total nilai dugaan erosi yakni = 7830401,90 +
935674,09 = 8766076 ton/ tahun.
Harlan (2011), meneliti tentang nilai guna ekonomi dan dampak
penambangan pasir di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Total nilai guna
dari kegiatan penambangan pasir adalah sebesar Rp 4.368.750.000. Terdiri dari
nilai guna langsung (pendapatan pengusaha pasir dan penambangan pasir) dan
nilai guna tidak langsung (pendapatan sopir dan buruh pengangkut pasir). Nilai
kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan pasir diperoleh dari nilai
kerugian ekologi dan nilai kerugian ekonomi, termasuk hilangnya produksi padi
yaitu sebesar Rp 15.604.438.978,6. Persamaan dari penelitian Harlan yakni sama-
sama menghitung nilai manfaat dan kerugian akibat penambangan. Perbedaannya
-
24
yakni pada penelitian Harlan menyertakan kerugian nilai ekologi, sementara
penelitian ini hanya menghitung nilai kerugian ekonomi saja.
-
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber daya pasir merupakan jenis bahan galian C yang memiliki peran
penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, pasir sangat menguntungkan untuk
diusahakan. Hal tersebut dikarenakan pasir memiliki peran penting guna
pembangunan. Pembangunan yang semakin meningkat menyebbkan kebutuhan
akan sumber daya pasir semakin meningkat. Kebutuhan akan sumber daya pasir
yang meningkat menyebabkan kegiatan usaha tambang semaik meningkat.
Kegiatan penambangan pasir dapat dilakukan di darat dan di sungai.
Salah satu bentuk usaha penambangan pasir yang berada di sungaiyakni
penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Usaha penambangan pasir
memberikan manfaat bagi pengusaha tambang pasir. Manfaat lain yang diperoleh
yakni pendapatan yang diperoleh oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan. Manfaat tersebut diantaranya pendapatan yang diterima buruh
tambang pasir, sopir truk, kuli angkut pasir.
Usaha penambangan pasir yang menguntungkan menyebabkan para
penambang pasir tetap melakukan aktivitas penambangan di Sungai Brantas
meskipun sejak tahun 2009 aktivitas penambangan pasir di sepanjang DAS
Brantas telah dilarang oleh pemerintah Kota Kediri. Aktivitas penambangan
tersebut terus terjadi dan semakin tak terkendali. Apabila pasir terus dieksploitasi
maka akan berdampak besar bagi ekosistem sekitar sungai yang merugikan
masyarakat. Dampak tersbut diantaranya 1). Hilangnya lapisan pasir dasar sungai,
2). Rusaknya jalan sekitar area tambang karena sering dilalui truk pengangkut
pasir, 3). Hilangnya pendapatan pemerintah, yakni dari retribusi pasir yang
menjadi pendapatan pemerintah, 4). Rusaknya fasilitas fasilitas umum seperti
-
26
jembatan dan tebing sungai 5). Menurunnya kualitas udara dan kebisingan yang
ditimbulkan truk pengangkut pasir ataupun mesin diesel penyedot pasir.
Melihat nilai manfaat dan dampak yang diakibatkan adanya penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir perlu dilakukan suatu perhitungan.
Perhitungan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan besar nilai
manfaat dan dampak negatif akibat penambangan pasir. Penilaian tersebut
nantinya dapat memberikan manfaat khususnya kepada pemerintah dalam hal
pengambilan kebijakan. Tahap-tahap dalam perhitungan nilai manfaat dan
dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir dapat dilihat pada kerangka alur pemikiran pada Gambar 3:
-
27
Sumber: Penulis, 2012
Gambar 3. Kerangka Alur Pemikiran
Pemanfaatan
Semberdaya Alam
Penambangan Pasir
Identifikasi Kegiatan
Penambangan Pasir
dan Pihak Pihak
yang Terlibat
Kronologis
Pelarangan
Penambangan Pasir
di Sungai Brantas
Kota Kediri
Proses dan Jenis
Penambangan Pasir
Illegal
Dampak Positif:
Ketersediaan Lapangan
Kerja
Pemenuhan Kebutuhan
pasir guna
Pembangunan
Dampak Negatif:
Hilangnya Lapisan pasir
Rusaknya jalan
Pendapatan Pemerintah
yang Hilang
Kerusakan Fasilitas umum
seperti Jembatan dan
Tebing Sungai
Penilaian Dampak Positif:
Penilaian Manfaat
Pihak-pihak yang
Terlibat dalam
Akivitas Penambangan
Penilaian Dampak Negatif:
Penilaian Hilangnya Lapisan
pasir
Penilaian Rusaknya jalan
Penilaian Pendapatan
Pemerintah yang Hilang
Penilaian Kerusakan Fasilitas
umum seperti Jembatan dan
Tebing Sungai
-
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kota Kediri, Provinsi
Jawa Timur. Peta Lokasi penelitian ini disajikan pada Lampiran 1. Pengambilan
data dilakukan selama lima bulan yakni dari bulan april hingga september 2012.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan jumlah
penambang pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Penambangan pasir
illegal yang terdapat di Kelurahan Semampir merupakan penambangan pasir
illegal dengan jumlah terbanyak di Kota Kediri. Kegiatan tersebut telah
menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan dan dampak negatif
terhadap masyarakat sekitar.
4.2 Jenis dan Sumberdata
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan panduan
kuisioner terhadap penambang pasir dan masyarakat daerah sekitar penambangan
pasir di Kelurahan Semampir. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan
data yang terkait aktivitas penambangan di sekitar DAS Brantas Kelurahan
Semampir. Studi literatur dilakukan diantaranya dengan cara pengumpulan data
dari pemerintah daerah setempat, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang
mendukung. Pengambilan data diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Satpol
PP, Disperindagtamben, Perum Jasa Tirta I dan lembaga lain yang terkait dengan
penelitian.
-
29
4.3 Penentuan Jumlah Responden
Metode pengambilan atau penentuan responden untuk diwawancara
dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling.
Purposive sampling yaitu memilih dengan sengaja responden dengan kriteria
tertentu. Pengambilan data primer melalui pihak-pihak yang terkait kegiatan
penambangan pasir, masyarakat sekitar serta tokoh masyarakat. Nilai manfaat
diperoleh dari wawancara dengan para pengusaha pasir, penambang pasir guna
mengetahui manfaat penambangan pasir.
Penilaian dampak negatif dilakukan dengan menggunakan data sekunder
dari dinas dinas terkait dan data primer dari para penambang pasir. Guna
mengetahui kondisi lingkungan sekitar area tambang, dilakukan wawancara
dengan panduan kuisioner kepada masyarakat sekitar area tambang. Jumlah
responden yang diambil sebanyak 50 orang.
4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data-data yang diperoleh
diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan bantuan
Microsoft Excel 2007. Metode analisis data digunakan untuk menjawab tujuan
dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
-
30
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data
No. Tujuan Penelitian Sumber
Data
Metode Analisis
data
Jenis
Data
1.
Mengidentifikasi proses
dan pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan
penambang pasir illegal di
Kelurahan Semampir,
Meliputi jenis dan proses
penambangan, serta pihak-
pihak yang terlibat.
Perusahaan
dan Dinas
Instansi
terkait
Analisis deskriptif Data
sekunder
dan
primer
2. Mengkaji dampak yang
ditimbulkan akibat adanya
penambangan pasir illegal
di Kota Kediri.
Perusahaan
dan Dinas
Instansi
terkait
Analisis deskriptif Data
sekunder
dan
primer
3. Mengidentifikasi persepsi
masyarakat tentang
keberadaaan penambang
pasir illegal dan kondisi
lingkungan di Kelurahan
Semampir.
Masyarakat
sekitar area
tambang
Analisis deskriptif
dan kuantitatif
dengan Microsoft
Office Excel
Data
primer
4. Mengestimasi nilai
manfaat dan dampak
negatif dari adanya
penambangan pasir illegal
di Kota Kelurahan
Semampir.
Perusahaan
dan dinas
terkait
Analisis deskriptif
kualitatif dan
kuantitatif dengan
Microsoft Office
Excel
Data
sekunder
dan
primer
Sumber: Data primer (diolah), 2012
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
dengan program Microsoft Office Excel 2007. Metode analisis yang digunakan
berdasarkan Tabel 2 adalah analisis penambangan pasir, analisis persepsi
masyarakat, analisis manfaat dan dampak penambang pasir. Umur usaha
penambangan pasir dalam penelitian ini diambil berdasarkan umur teknis mesin
atau perahu sebagai investasi yang paling penting dalam penambangan pasir,
-
31
yakni selama 5 tahun. Jenis output yang dihasilkan adalah pasir. Tingkat diskonto
yang digunakan berdasarkan suku bunga deposito rata-rata bank yang ada di
Indonesia bulan Januari Februari 2013 sebesar 5.45%.
4.5.1 Persepsi Masyarakat
Menganalisis persepsi responden digunakan analisis deskriptif. Metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya yakni
ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang keadaan lingkungan sekitar areal
tambang yang dapat diperkuat dengan adanya pengetahuan dan pengalaman.
Persepsi responden terhadap keadaan lingkungan dan sosial akibat adanya
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri
dimulai dengan skala tertinggi yaitu 1 kondisi lingkungan baik, 2 kondisi
lingkungan sedang, 3 Kondisi lingkungan buruk. Analisis mengenai persepsi
dilakukan dengan mentabulasikan data dengan bantuan program Microsoft Excel
200, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis deskriftifkan.
4.5.2 Estimasi Nilai Manfaat
Nilai manfaat yang dimaksud adalah manfaat yang diperoleh pihak-pihak
yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir. Pihak-pihak yang memperoleh
manfaat diantaranya pengusaha pasir, kuli angkut pasir, sopir truk, buruh tambang
pasir. Nilai tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
PP = (Hp Bp) x 300
UB = ub x 300
Dimana :
PP : pendapatan pengusaha pasir dalam se-tahun
-
32
Hp : harga pasir
Bp : biaya penambangan pasir
UB : upah buruh tambang pasir dalam pe-tahun
ub : upah buruh tambang pasir per-hari
300 : jumlah hari kerja dalam se-tahun
4.5.3 Estimasi Dampak Negatif
Menurut Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) nomor 13 tahun
(2011), kerugian atau dampak negatif akibat suatu usaha pemanfaatan sumber
daya adalah biaya yang diperlukan untuk menanggulangi pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup serta memulihkan kondisi lingkungan hidup.
Pendapatan yang hilang (forgone eaenings) adalah nilai ekonomi dari pendapatan
masyarakat/ pemerintah yang berkurang atau hilang sebagai akibat tercemarnya
dan atau kerusakan lingkungan.
Konsep penilaian konsep future value dilakukan untuk mengetahui
penilaian/ harga kerugian dimasa mendatang dengan rumus:
F = P (1 + i)n
Dimana:
F : biaya di tahun akan datang
P : tetapan biaya di tahun sekarang
i : suku bunga
n : lama waktu
Dampak ekonomi dari adanya aktivitas penambangan pasir yakni
hilangnya PAD Kota Kediri. Aktivitas penambangan yang seharusnnya sudah
-
33
tidak beroprasi sejak tahun 2009 tetap dilakukan, sehingga pendapatan retribusi
yang harusnya diperoleh pemerintah Kota Kediri hilang. Nilai tersebut dapat
ditulis secara matematis sebagai berikut:
NK1= Tk x Jk x 300
Dimana:
NK1 : nilai kerugian (Rp)
Tk : tarif karcis retribusi per truck (Rp/truk)
Jk : jumlah truk per hari (truk)
300 : asumsi dalam 1 tahun penambang bekerja selama 300 hari
Penghitungan nilai ekonomi pasir yang hilang diambil dari keuntungan
yang diperoleh pengusaha tambang pasir. Hal tersebut dilakukan karena
keuntungan menggambarkan nilai atau harga bersih pasir. Diperoleh dari
pengurangan keuntungan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
pengambilan pasir. Perhitungan nilai pasir yang hilang menggunakan keuntungan
yang diperoleh pengusaha tambang. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis
sebagai berikut:
NK2= Kp x Jp x 300
Dimana:
NK2 : nilai kerugian (Rp)
Kp : keuntungan pengambilan pasir per m (Rp/ m)
Jp : jumlah pasir yang diambil per hari (m)
300 : asumsi dalam 1 tahun penambang bekerja selama 300 hari
-
34
Lalu lintas truk besar yang mengangkut bahan galian dalam jumlah banyak
lambat laun berakibat pada rusaknya jalan di sektar kelurahan Semampir. Metode
yang dapat digunakan adalah replacement cost (biaya pengganti). Replacement
cost menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan yang
rusak akibat lalu lintas truk yang besar. Nilai tersebut dapat ditulis secara
matematis sebagai berikut:
NK3 = l x p x Ba
Dimana:
NK3 : nilai kerugian (Rp)
l : lebar jalan yang rusak (m)
p : panjang jalan yang rusak (m)
Ba : biaya aspal (m2)
Dampak lain yang diterima masyarakat yakni biaya tambahan yang harus
dikeluarkan masyarakat atau dinas terkait, akibat kerusakan jembatan dan tebing
sungai yakni melalui data sekunder. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis
sebagai berikut:
NK4 = Bp x bp
Dimana:
NK4 : nilai kerugian (Rp)
Bp : biaya perbaikan (Rp)
bp : banyaknya perbaikan
Nilai total dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas
penambangan pasir illegal secara matematis dapat ditulis:
-
35
TNK= NK1 + NK2+ NK3+ NK4
Dimana:
TNK : total nilai kerugian (Rp)
NK1 : dampak terhadap PAD
NK2 : dampak terhadap nilai ekonomi pasir
NK3 : kerugian jalan yang rusak
NK4 : kerugian kerusakan fasilitas umum
-
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota
Kediri. Penambangan pasir di Kota Kediri dilakukan dibeberapa Kelurahan lain
diantaranya di Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan Bandar Kidul, dan Kelurahan
Manisrenggo. Penambangan dengan jumlah terbanyak yakni penambangan yang
terdapat di Kelurahan Semampir.
5.1.1 Kota Kediri
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas
wilayah Kota Kediri yakni sebesar 63,40 Km. Secara geografis , Kota Kediri
terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55
derajat lintang selatan dengan luas 63,404 Km. Aspek topografi Kota Kediri
terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat
kemiringan hingga 40%. Sebagian besar wilayah Kota Kediri merupakan dataran
rendah dengan luas wilayah memanjang (linier). Kota kediri terbelah oleh Sungai
Brantas yang membujur dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer. Kota Kediri
merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mempunyai 2 gunung yaitu :
Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang3.
Bagian barat Sungai Brantas merupakan lahan yang kurang subur yang
sebagian masuk lereng Gunung Klotok yang mempunyai ketinggian 472 meter
dan Gunung Maskumambang yang mempunyai ketinggian 300 meter. Dibagian
timur sungai merupakan lahan yang subur dengan relief tanah relatif datar.
3 (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kediri) diaksess pada 12 November 2012
-
37
Sungai Brantas di wilayah kota Kediri juga dilintasi sungai-sungai kecil yaitu:
Sungai Kresek, Sungai Karang, Sungai Kedak, Sungai Ngampel. Struktur wilayah
Kota Kediri yang terbelah menjadi dua oleh Sungai Brantas membaginya
amenjadi dua bagian yakni bagian barat dan timur sungai. Wilayah dataran rendah
terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kota dan Kecamatan
Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu
Kecamatan Mojoroto4.
Tabel 3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011
No. Kecamatan Luas (Km) Presentase (%) dari Luas Kota
1 Mojoroto 24,60 38.80
2 Kota 14,90 23.50
3 Pesantren 23,90 37.70
Jumlah 63,40 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, 2011
Kota Kediri terdri dari 3 Kecamatan yakni Kecamatan Mojoroto,
Kecamatan Kota, dan Kecamatan pesantren. Luas wilayah Kota Kediri dapat kita
lihat pada tabel 3 dimana, Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yakni
Kecamatan Mojoroto (24,6 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu
Kecamatan Kota (14,9 km2). Kecamatan Mojoroto terdiri dari 14 Kelurahan
diantaranya Kelurahan Pojok, Campurejo, Tamanan, Banjarmlati, Bandar Kidul,
Lirboyo, Bandar Lor, Mojoroto, Sukorame, Bujel, Ngampel, Gayam, Mrican dan
dermo. Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan
Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono
Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran,
4 (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kediri) diaksess pada 12 November 2012
-
38
Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Sementara Kecamatan
Pesantren terdiri dari 15 Kelurahan, diantaranya Kelurahan Blabak, Bawang,
Batet, Tosaren, Banaran, Ngletih, Tempurejo, Ketami, Pesantren, Bangsal,
Burengan, Tinalan, pakunden, Singonegaran dan Jamsaren.
5.1.2 Kecamatan Kota
Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan
Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono
Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran,
Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Diantara ketiga
Kecamatan tersebut Kecamatan Kota merupakan Kecamatan dengan Kelurahan
terbanyak sedangkan luas wilayahnya paling sedikit. Hal tersebut
menggambarkan Kecamatan Kota mempunyai tingkat kepadatan penduduk paling
tinggi di Kota Kediri.
Konsentrasi penduduk di Kecamatan Kota berdampak pada ledakan
urbanisasi, munculnya perilaku masyarakat yang kurang sehat sehingga memicu
banyak kejahatan dan ketidakmerataan pendapatan. Pemerintah Kota Kediri
dinilai perlu untuk melakukan penyebaran pembangunan dan penciptaan lapangan
kerja secara merata dalam konteks wilayah yang menyebar diseluruh Kota Kediri.
5.2 Kelurahan Semampir
Kelurahan Semampir merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Kota, Kota Kediri. Kelurahan Semampir terdiri dari 5 Rukun Warga
(RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Jarak Kelurahan Semampir menuju Ibu Kota
Kecamatan sepanjang 4 km, jarak antara Kelurahan Semampir dengan Ibu Kota
Kabupaten sepanjang 1 km. Jarak dari kelurahan menuju Ibu Kota Provinsi
-
39
sepanjang 110 km, dengan lama waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor
selama 3 jam.
5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis
Kelurahan Semampir berbatasan dengan Kelurahan Jong Biru/ Kecamatan
Gampeng Rejo sebelah utara, berbatasan dengan Kelurahan Pocanan/ Kecamatan
Kota sebelah selatan, berbatasan dengan Kelurahan Balowerti/ Kecamatan Kota
sebelah timur dan berbatasan dengan Sungai Brantas sebelah barat. Luas wilayah
Kelurahan Semampir yakni sebesar 72 ha yang terdiri dari luas pemukiman
sebesar 6 ha, dapat dilihat pada Tabel 4. persawahan merupakan
Tabel 4. Luas wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan
Tahun 2011
Uraian Luas (Ha) Prosentase (%) dari Luas
Luas Pemukiman 6 .00 8.33
Luas Persawahan 40.00 55.56
Luas Perkebunan 2.00 2.78
Luas Kuburan 1.00 1.39
Luas Pekarangan 0.00 0.00
Luas Taman 0.00 0.00
Luas Pekantoran 20.00 27.78
Luas Prasarana Umum Lainnnya 3.00 4.17
Luas Wilayah 72.00 100
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011
Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang
dilewati Sungai Brantas. Keberadaan sungai tersebut memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat sekitar . Manfaat tersebut diantaranya sumber daya air,
sumber daya ikan dan sumber daya pasir bagi masyarakat Potensi tambang
diantaranya batu kali dan pasir. Kapasitas tambang pasir di Kelurahan Semampir
-
40
sebesar 10 ton per tahunnya dan merupakan kapasitas tambang skala kecil, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir Tahun 2011
Uraian Kapasitas (Ton) Keterangan
Batu Kapur 0.00 Tidak Ada
Pasir 10.00 Kecil
Emas 0.00 Tidak Ada
Kuningan 0.00 Tidak Ada
Aluminium 0.00 Tidak Ada
Belerang 0.00 Tidak Ada
Rata-rata Potensi Bahan Tambang/ Galian 10.00 Kecil
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011
Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang
letaknya berdekatan dengan pusat kota. Permasalahan seperti kualitas udara dan
kebisingan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang ada didaerah
tersebut. Pencemaran udara bersumber yang terjadi bersumber dari pabrik yang
berada di Kelurahan Semampir dan kendaraan bermotor yang lalu lalang. Pabrik
dan kendaraan tersebut mengeluarkan asap yang mengandung CO2 yang
menyebabkan efek terhadap kesehatan diantaranya Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA). Masalah kebisingan bersumber dari adanya kendaraan bermotor
yang lalu lalang lebih dari 50%. Kebisingan tersebut masih dalam taraf dampak
ringan sehingga efeknya tidak terlalu mengganggu masyarakat sekitar.
5.2.1 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan semampir pada tahun 2011 sebesar 6.319
jiwa. Terdiri dari jumlah penduduk laki-laki yakni sebesar 3.115 jiwa dan jumlah
penduduk sebesar 3.204 jiwa. Mata pencahariaan pokok masyarakat Kelurahan
Semampir, sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan perusahaan
-
41
swasta. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Semampir berdekatan dengan salah
satu pabrik ternama di Kota Kediri yakni pabrik rokok Gudang Garam. Sehingga,
sebagian besar masyarakat Kelurahan Semampir bermata pencaharian sebagai
pegawai perusahaan swasta.
-
VI. ANALISIS PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR
6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas
Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Kediri, bahwa pada
prinsipnya penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai
Brantas, tidak diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal
tersebut telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara
KLH, Satpol PP dan Disperindagtamben. Menurut Undang-Undang No.4 tahun
2009 pasal 158 dimana setiap orang dilarang melakukan penambangan tanpa ijin
usaha penambangan, ijin usaha penambangan rakyat, ijin usaha pertambangan
khusus dan akan dipidana. Tuntutan pidana bagi aktivitas yang merusak
lingkungan menurut UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Kemudian pada tahun 2009, Disperindagtamben telah
membentuk tim pengawas dan pengendalian bahan Galian C Sungai Brantas Kota
Kediri yang tidak memberikan rekomendasi ijin penambangan pasir dengan
alasan dasar Sungai Brantas telah turun 4-6 meter.
Tahun 2010 oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah
Sungai Brantas Nomor 9 tahun 2010, menetapkan penghentian seluruh aktivitas
kegiatan illegal sand mining/ penambangan tanpa ijin di sepanjang Sungai Brantas
dan mengalihkan secepatnya ke kantong-kantong lahar / pasir di Gunung Kelud
sesuai lokasi yang telah ditentukan/ ditunjuk. Perlu dilakukan penyehatan kembali
terhadap profil melintang dan memanjang Sungai Brantas yang dilakukan pihak-
pihak terkait serta memperlancar proses perizinan yang terkait dengan segala
aktifitas kegiatan normalisasi/ penambangan pasir di lokasi. Melihat kondisi
Sungai Brantas dan lingkungannya yang mengalami kerusakan parah dan
-
43
membahayakan infrastruktur sungai yang ada (baik jembatan, bendungan,
tanggul, dan lain sebagainya).
Tabel 6. Peraturan dan Perundang-undangan Pelarangan Penambangan
Pasir di Sungai Brantas
No Tingkatan Peraturan/ Perundang-undangan
1. Makro Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Meso Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah propinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/ Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumberdaya Air
3. Mikro Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian C pada wilayah
sungai di Provinsi Jawa Timur
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 04/PRT/M/2008 tentang pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
Tingkat Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Wilayah Sungai
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 36 tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2005
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.248/KPTS/2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Brantas
Sumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor
09/KPTS/TKPSDA.BRANTAS/2010, 2010
6.2 Faktor-faktor Penyebab Kegiatan Penambang Pasir Illegal
Adanya penambangan pasir illegal di Sungai Brantas dikarenakan ada
beberapa faktor yakni faktor dalam dan faktor luar, yaitu sebagai berikut:
6.2.1 Faktor Dalam
Faktor dalam yang dimaksud yakni adanya faktor dari diri penambang
untuk melakukan usaha penambangan pasir. Faktor dalam tersebut diantaranya
-
44
keinginan/ nafsu dari para pengusaha pertambangan pasir yang ingin memperoleh
keuntungan, pemenuhan kebutuhan ekonomi oleh masyarakat penambang pa