Guru Menulis Di Era Media

17
Guru Menulis di Era Media Globalisasi telah membawa perubahan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi sendiri mulai berkembang pesat pada awal 1980 yakni dengan ditemukannya komputer personal. Perkembangan perangkat keras komputer itu diiringi dengan perkembangan perangkat lunak yang bahkan masih berlangsung hingga pada saat ini. Pada awalnya, teknologi informasi dan komunikasi memiliki konsep yang berbeda Teknologi komunikasi ditekankan pada sebagaimana suatu hasil data dapat disalurkan, disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan sedangkan teknologi informasi lebih ditekankan pada hasil data yang diperoleh. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak ) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20 . Martin, Brown, DeHayes, Hoffer, dan Perkins (2005) mendefinisikan Teknologi Informasi merupakan kombinasi teknologi komputer yang terdiri dari perangkat keras dan lunak untuk mengolah dan menyimpan informasi dengan teknologi komunikasi untuk melakukan penyaluran informasi. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk

description

Essay

Transcript of Guru Menulis Di Era Media

Kolaborasi Tenaga Pendidik dan Teknologi Informasi di Era Modern

Guru Menulis di Era Media

Globalisasi telah membawa perubahan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi sendiri mulai berkembang pesat pada awal 1980 yakni dengan ditemukannya komputer personal. Perkembangan perangkat keras komputer itu diiringi dengan perkembangan perangkat lunak yang bahkan masih berlangsung hingga pada saat ini. Pada awalnya, teknologi informasi dan komunikasi memiliki konsep yang berbeda Teknologi komunikasi ditekankan pada sebagaimana suatu hasildatadapat disalurkan, disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan sedangkan teknologi informasi lebih ditekankan pada hasil data yang diperoleh. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologikomputer(baikperangkat kerasmaupunperangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahanabad ke-20. Martin, Brown, DeHayes, Hoffer, dan Perkins (2005)mendefinisikan Teknologi Informasi merupakan kombinasi teknologi komputer yang terdiri dari perangkat keras dan lunak untuk mengolah dan menyimpan informasi dengan teknologi komunikasi untuk melakukan penyaluran informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mendukung pembelajaran masyarakan Indonesia. Radio pendidikan dan siaran televisi pendidikan kenyataannya memiliki kelemahan karena bersifat satu arah. Tidak ada feedback yang bisa diberikan terhadap materi yang disampaikan. Perkembangan komputer dan kemampuannya dalam mengolah data multimedia (gambar, suara, teks, grafis, dan gambar bergerak) membawa keuntungan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran berbasis internet mampu mengatasi kelemahan yang terdapat pada televisi, karena adanya sistem sinkronisasi dan memberikan peluang interaksi dengan baik.

Perkembangan teknologi yang terjadi secara terus menerus dalam dunia pendidikan, seperti e-book,e-learning,e-laboratory,e-education,e-library, dan sebagainya menunjukkan bahwa kita hidup di era digital. Awalanebermaknaelectronicsyang secara implisit dimaknaiberdasar teknologi elektronika digital. Perkembangan teknologi tersebut merupakan salah satu bentuk revolusi digital, dimana teknologi analog berubah menjadi teknologi digital. Sebuah teknologi yang membawa perubahan besar pada dunia yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia.

Fakta menunjukkan bahwa Pada tahun 2011, jumlah pengguna internet lebih kurang 2,2 Miliar orang, atau sama dengan 1/3 jumlah penduduk dunia. Indonesia adalah negara pengguna internet terbesar ke-8 dunia, lebih kurang 22,1%, dari jumlah penduduk. Kalau kita cermati pengguna internet di Indonesia sebagian besar berada di perkotaan, namun saat ini masyarakat dipedesaan sudah banyak yang menggunakan internet. Warung internet menjamur sampai ke seluruh pelosok tanah air. Perkembangan teknologi komunikasi seperti smartphone mempengaruhi cara orang berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Informasi dengan cepat dan mudah diakses masyarakat. Kecendrungan masyarakat saat ini, lebih suka membuka internet untuk mengakses informasi ketimbang membaca di media konvensional, Media cetak tertinggal dari media digital, namun tetap eksis apabila dapat beradaptasi dengan baik sesuai perkembangan saat itu. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi di kalangan umum, namun juga dikalangan siswa. Akses informasi yang tanpa batas layaknya pedang bermata dua, membawa keuntungan dan bisa membawa kerugian. Keuntungannya antara lain tidak adanya batasan dalam mengakses informasi, seluruh informasi dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Namun kerugiannya, tidak ada filter terhadap informasi yang beredar, sehingga tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat. Tidak hanya itu, akses informasi tanpa batas juga dapat menjerumuskan siswa, dan mampu merusak moral mereka sebagai generasi muda.

Tenaga pendidik, khususnya guru merupakan orang yang paling dekat dengan siswa. Guru bertugas untuk mendidik, mengayom, mengajar, membimbing, dan menanamkan nilai moral kepada siswa. Guru adalah pahlawan tanpa jasa yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia pendidikan. Guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam membimbing siswanya dan semestinya menjadi pembatas antara siswa dan hal negatif yang ada di luar sana. Perkembangan teknologi informasi saat ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga pendidik dalam melindungi dan mendidik siswanya.

Jika dilihat dari fakta-fakta yang ada, guru dapat memanfaatkan segala kemajuan teknologi dan kemudahannya dalam mendidik dan mengayom siswa. Tidak zamannya lagi guru kuper dan gaptek. Sebaliknya, guru harus menjadi pengguna teknologi yang bijaksana dan kreatif. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah menulis. Mengapa menulis? Ada beberapa poin mengapa menulis bagi seorang guru adalah hal yang penting, bahkan semakin penting di era media saat ini.

Menulis Adalah BerbagiPrinsip berbagi sendiri merupakan prinsip yang berkembang dalam masyarakat. Berbagi pengalaman, berbagi waktu, berbagi ilmu, berbagi kekayaan jasmani dan rohani bisa dilakukan oleh semua kalangan. Sarana untuk berbagi sangatlah banyak. Tenaga pendidik berbagi ilmu, berbagi waktu, berbagi apa yang dimilikinya tidak hanya secara lisan, namun juga tulisan. Guru dapat berbagi apa yang dimilikinya dengan menulis, karena menulis merupakan salah satu seni dalam berbagi. Menulis berarti menyampaikan ide, informasi, ataupun berbagi pengetahuan kepada pembaca. Menulis bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, begitu juga dengan membaca. Bahkan dengan perkembangan zaman saat ini, menulis dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan bantuan teknologi. Tulisan yang dihasilkan dapat bersifat lebih awet, menarik, dan berkualitas. Penulis dapat mengekspresikan aspek-aspek pemikirannya terhadap lingkungan sosial melalui kata-katanya.

Penyair William Stafford mengatakan bahwa seorang penulis bukan hanya seorang yang mengatakan sesuatu, tetapi dia juga orang yang tahu cara untuk mengatakannya. Proses menulis tidak hanya berhubungan dengan diri penulis sendiri, tetapi juga menjalin pertalian dengan banyak orang di sekitarnya, karena dengan satu artikel saja, seseorang mampu menjangkau ribuan bahkan lebih pembaca.

WarisanGajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan seorang guru mati meninggalkan tulisan. Untuk seorang guru, warisan apa yang ditinggalkan untuk anak didiknya? Ilmu? Ya sudah pasti. Namun seorang guru harus meninggalkan tulisan, mewariskannya kepada generasi mendatang. Berbeda dengan uang yang akan cepat habis, nilai dalam tulisan adalah kekal, tak lekang oleh waktu, dan bahkan bisa diwariskan lagi ke generasi berikutnya. Kita bisa mengambil contoh R.A Kartini dengan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang, yang sampai saat ini selalu mengingatkan kita akan perjuangannya membela emansipasi wanita. Zaman dahulu mungkin R.A Kartini hanya menggunakan kertas sebagai medianya. Namun isi dan makna yang terkandung di dalam kertas-kertas itulah yang sesungguhnya menjadi warisan. Tidak peduli apapun media yang digunakan dalam menulis, sesungguhnya apa yang tertulis di dalamnya adalah hal yang paling penting. Warisan yang ditinggalkan seorang guru adalah harta yang tidak ternilai. Kita yang pernah duduk di bangku sekolah, pasti menerima ilmu, yang notabene adalah warisan turun temurun dari generasi ke generasi. Ilmu-ilmu yang diwariskan akan lebih bermakna jika dituangkan ke dalam tulisan. Hal ini bukan berbicara soal penerbitan buku, karena ilmu tidak hanya berasal dari buku pelajaran saja. Guru bisa mewariskan tulisan apapun, bahkan puisi, diari, karya sastra atau apapun yang menjadi bagian dari kekayaan batinnya. Generasi-generasi mendatang perlu melihat keunikan dan sejarah yang pernah terjadi di masa lampau melalui warisan, yakni tulisan dari seorang guru.

Menulis = BerbicaraMenulis adalah salah satu bentuk komunikasi yang terjadi secara simbolis. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam buku Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding mengatakan bahwa, Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol ((Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya)

Seorang guru harus bisa membangun komunikasi yang baik dengan siswanya dan memahami dan menghormati perbedaan individual siswa. Setiap siswa memiliki jati diri yang berlainan karena berasal dari dan dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Dan hal ini menjadikan setiap siswa memiliki kebiasaan dan kebutuhan yang tidak sama. Guru tidak bisa menuntut dan memperlakukan mereka sama dengan mengutamakan hal-hal umum yang serupa diantara mereka, karena terdapat perbedaan terhadap kepribadian dan prilaku masing- masing siswa. Thomas Hora, seorang ahli komunikasi mengatakan bahwa untuk dapat dipahami orang lain seseorang perlu memahami orang itu dengan baik (Gamble dan Gamble, 1990:19). Jadi, apabila dalam mengajar guru ingin dimengerti siswa, maka guru pun harus memahami mereka. Apabila siswa yang bersangkutan sulit mengemukakan masalah yang sedang dialami, maka mengemukakan lewat tulisan adalah pilihan yang tepat. Ketika seorang guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan siswanya, maka akan ada keterbukaan. Dengan adanya keterbukaan, seorang guru dapat memberikan respon yang tepat terhadap siswanya dan memberikan solusi yang tepat atas masalah siswanya. Karena guru tidak hanya bertugas mengajar dan mendidik, namun juga harus mampu menjadi teman bagi anak didiknya.

Ketika seorang guru tidak bisa mengungkapkan isi hatinya secara langsung, maka ia dapat menulis surat, seperti yang dilakukan oleh seorang guru dari gerakan Indonesia Mengajar bernama Marcella Chandra Wijayanti. Selama tahun 2011 hingga 2012, ia pernah mengajar di SD Inpres Onatali, Kecamatan Rote Tengah, Rote, Nusa Tenggara Timur. Setelah satu tahun dan masa pengajarannya selesai, ia memberikan surat untuk 25 siswanya. Surat itu ia cetak dengan nama masing-masing anak dan ia bagikan bersama rapor mereka. Isi surat itu tidak lain adalah nasihat dan kata-kata motivasi untuk siswa yang akan ia tinggalkan. Surat itu sungguh menunjukkan bahwa seorang guru adalah pendorong bagi siswanya, begitu juga sebaliknya. Segala harapan kehidupan siswanya kelak, tercermin dalam tiap kata surat itu.Membangun ImajinasiDisadari atau tidak, saat menulis, kita sedang menyebar virus. Seorang guru dapat mempengaruhi siswa untuk menulis dan memiliki imajinasi. Ketika penulis duduk di bangku sekolah dasar, penulis ditugaskan untuk membuat cerpen. Topik yang kebanyakan ditulis oleh siswa saat itu adalah pengalaman liburan yang menurut penulis pribadi, tidak menarik. Dan pada saat itu penulis tidak ingin sekedar berbagi tentang liburan ke rumah nenek atau tempat wisata lain. Ide untuk membuat cerita muncul ketika penulis berpikir tentang cerita-cerita rakyat Indonesia yang memang menjadi bacaan favorit penulis. Pada akhirnya penulis membuat cerita pendek tentang keluarga, dimana tokoh utamanya adalah ayah, anak dan ibu tiri. Cerita yang penulis buat banyak dipengaruhi oleh gambaran tentang ibu tiri yang jahat seperti dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, meskipun tidak sama sepenuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dibaca seseorang mempengaruhi apa yang ditulisnya. Bayangkan apabila seorang guru menulis, apapun itu, dapat mempengaruhi dan membangun imajinasi dan kreativitas siswa. Siswa akan menulis cerita berdasarkan apa yang telah dibacanya. Jika guru yang menulis cerita, baik dongeng ataupun karya sastra lain, maka apa yang ditulis siswa dipengaruhi oleh apa yang ditulis oleh guru.

Berpikir kreatif berarti berani menciptakan sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya dengan mengerahkan kekuatan daya imajinasi kita. Proses menciptakan sesuatu berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, menyelami keraguan dan akhirnya menemukan pemecahan yang kreatif. Aktivitas menulis mendorong seseorang untuk berpikir kreatif dalam menjawab pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan.

Menulis adalah Terapi

Menulis tidak hanya baik bagi para pembaca, namun juga bagi diri sang penulis sendiri. Menulis itu adalah terapi. Tidak hanya sebatas informasi atau cerita, kita juga bisa menuliskan perasaan, secara personal tanpa harus membagikannya kepada orang lain. Seorang pakar psikologi dari Amerika Serikat, Dr. James. W. Pennebaker dalam bukunya Writing to Heal (2004), menyatakan bahwa mencurahkan pikiran, perasaan dan emosi ke dalam bentuk tulisan adalah salah satu bentuk terapi. Penelitiannya bahkan membuktikan bahwa menulis dapat memberi dampak positif pada kesehatan si penulis. Ketika kita menerjemahkan pengalaman kita ke dalam tulisan, saat itu sebenarnya kita sedang membuat pengalaman itu dapat dipahami. Kita sedang berusaha untuk memahami diri kita sendiri sehingga kita dapat berfokus bukan kepada masalah, namun kepada lingkungan di sekitar kita.

Pengalaman-pengalaman tersebut dapat ditulis dalam bentuk buku harian atau catatan pribadi. Seorang guru tentu menghadapi perilaku siswa yang bermacam-macam dan bahkan membuat hati jengkel atau mungkin sebaliknya, senang. Saat itulah guru sebaiknya menulis. Hal itu merupakanprivilegebagi guru sendiri. Tulisan itu bisa disimpan jika memang harus disimpan, dan bahkan dibagikan kembali jika memang bisa dibagikan. Manfaat itu tidak hanya dirasakan saat tulisan itu dibuat, namun saat tulisan itu dibaca kembali oleh penulisnya. Saat tulisan itu dibaca kembali, si penulis dapat mengenang apa yang pernah terjadi pada dirinya pribadi, apakah kesedihan atau kegembiraan. Kesemuanya itu pada akhirnya mendatangkan rasa syukur bagi si penulis itu sendiri. Menulis adalah terapi dan menulis bisa membuat kita bersyukur!

Pennebaker juga menambahkan bahwa hal yang paling penting bukanlah selalu menuliskan setiap peristiwa yang terjadi ke dalam diari, namun evaluasi diri. Bagaimana kita sesekali merenungkan setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita dan memahami dimana kita berada saat ini.

Penulis harus mampu membedakan menulis dalam media sosial dan diari pribadi. Banyak kasus yang berhubungan dengan media yang pada akhirnya merugikan diri penulis itu sendiri, seperti yang marak terjadi belakangan ini. Menulis melalui media sosial membawa dampak yang sangat kuat, karena apapun yang ditulis dapat dibaca oleh pihak-pihak lain. Tulisan dalam sosial media dapat mempengaruhi pembaca. Oleh karena itu penulis, dalam hal ini, ketika menulis dalam media sosial, seorang guru harus mampu menuliskan sesuatu yang positif.

Kelima poin diatas merupakan alasan pentingnya mengapa guru harus menulis. Kita hidup di zaman modern yang serba canggih, ilmu pengetahuan yang semakin bertambah dan, akses informasi yang dapat diperoleh secara bebas dan cepat. Kesemua hal ini dapat menjadi ancaman bagi generasi muda, namun apabila hal ini dapat dimanfaatkan dengan tepat, maka akan membawa keuntungan. Seorang guru harus mampu menyebarkan hal positif melalui tulisan-tulisannya dengan memanfaatkan keadaan ini. Tulisan-tulisan yang dihasilkan seorang guru akan membawa dampak positif bagi generasi muda. Dalam hal ini, guru sedang berupaya mendidik dan mencegah kemerosotan mental anak didik. Ketika guru sudah mengetahui alasan mengapa menulis itu penting, apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas?

Pembelajaran Menulis Menurut Ariadinata (2009:5) menulis merupakan sarana paling ampuh untuk menyampaikan gagasan. Seorang penulis yang baik, mampu menyampaikan gagasan dengan baik pula. Oleh karena itu, penulis yang baik perlu memperhatikan beberapa syarat mutlak yang harus dikuasai di antaranya: (a) kemampuan menggali masalah, (b) kemampuan menuangkan gagasan ke dalam kalimat dan paragraf, (c) menguasai teknik penulisan seperti penerapan tanda baca (pungtuasi), dan (d) memiliki sejumlah kata yang diperlukan. Sedangkan menurut Keraf (2004:35) keterampilan menulis, sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain, menuntut penguasaan aspek bahasa yang meliputi (a) penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata, (b) penguasaan kaidah-kaidah sintaksis secara aktif, (c) kemampuan menemukan gaya (genre) yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan, dan (d) tingkat penalaran atau logika yang dimiliki seseorang

Kedua pendapat ahli diatas menunjukkan bahwa penulis baik harus memiliki penalaran yang baik dan mampu menggunakan kata-kata dengan baik. Untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas, selain memiliki keterampilan menulis yang baik, penulis harus mengetahui apa yang menjadi tujuan ia menulis. Dalam konteks ini, tujuan guru menulis adalah untuk membimbing siswa, mendidik siswa dan menginspirasi siswa. Guru sebagai penulis juga harus memahami konteks situasi dan konteks budaya yang melingkupi kegiatan menulisnya Setelah itu, penulis melakukan pendekatan dan strategi yang tepat agar tujuan menulis dapat tercapai.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Strategi ini, mencoba untuk menyajikan sistem pengajaran menulis yang inovatif. Strategi ini didasarkan atas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh White (1989). Temuan hasil penelitian itu menyebabkan bergesernya pendekatan produk, yakni pendekatan pembelajaran menulis yang menekankan hasil tulisan, ke pendekatan proses, yakni pendekatan pembelajaran menulis yang menekankan bagaimana caranya menulis.

Menurut White (1989:7) karangan yang baik dalam prosesnya mempertimbangkan empat hal, yakni (1) the appeal target audience (menentukan target pembaca), (2) a coherent structure (struktur tulisan yang koheren), (3) a smooth, detailed development (ketuntasan pengembangan masalah tulisan), dan (4) an appropriate, well articulated style (gaya tulisan yang menarik). Pendapat ini diukung oleh pendekatan proses penulis Tompkins dan Hoskisson. Mereka menyatakan the focus in the writing process is on what student think and do as they write and the five stage are prewriting, drafting, revising, editing, and publishing. Pendekatan proses dalam menulis terdiri atas lima tahap yaitu pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan mempublikasikan).

Tahapan-tahapan menulis menggunakan pendekatan proses dijelaskan seperti berikut ini

(1) Pramenulis adalah tahap persiapan menulis untuk memperoleh dan menata ide, gagasan, dan masalah yang berkaitan dengan topik karangan. Kegiatan yang dilakukan penulis yakni memilih topik, mempertimbangkan tujuan, bentuk, sasaran pembaca, dan memperoleh serta menyusun ide-ide. Setelah memilih topik, menentukan tujuan (corak wacana), mempertimbangkan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah menata ide-ide tulisan menjadi runtut. Penulis perlu menyusun ide-ide untuk menulis dalam bentuk kerangka karangan. Melalui kegiatan pramenulis, guru berbicara, menggambar, membaca, dan bahkan menulis untuk mengembangkan informasi yang diperlukan.

(2) Menyusun draf adalah menata ide-ide tulisan agar menjadi runtut. Penulis perlu menyusun ide-ide untuk menulis dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut, digunakan penulis untuk mempersiapkan diri ketika menulis.

Kerangka karangan terdiri atas pendahuluan atau pengantar (berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan), isi/tubuh (butir-butir penting inti karangan), dan penutup. Bagian pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Bagian isi menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan. Bagian akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.

(3) Menyunting adalah kegiatan merevisi atau perbaikan tulisan. Penyuntingan di sini meliputi perbaikan unsur mekanik dan isi. Penyuntingan sifatnya lebih kompleks karena berkaitan dengan perbaikan secara tekstual dan kontekstual

(4) Merevisi adalah perbaikan karangan yang dilakukan oleh penulis atau orang lain untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Merevisi lebih fokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan penyusunan kembali isi karangan sesuai dengan kebutuhan pembaca. Penyuntingan karangan meliputi perbaikan unsur mekanik dan subtansi isi. Fokus pada tahap ini adalah melakukan perubahan-perubahan aspek mekanik karangan. Penulis memperbaiki karangannya pada ejaan dan tanda baca atau kesalahan bahasa yang lain. Tujuan penyuntingan agar karangan lebih mudah dan enak dibaca orang lain.

(5) Publikasi adalah menginformasikan tulisan untuk memberikan pesan atau informasi kepada orang lain. Media publikasi dapat berupa media cetak maupun media elektronik tergantung sasaran pembacanya. Karangan guru yang sudah direvisi dapat dipublikasikan dengan meng-upload di blog atau di kirim ke media cetak/koran.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menulis adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide, gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia menjadi sebuah karya tulis yang dapat dibaca dan mudah dimengerti atau dipahami orang lain. MacArthur (2007:2) menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a language skill to convey knowledge and information. Pengertian menulis berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi mengungkapkan pikiran, masalah, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis berupa susunan kalimat dan paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis merupakan sarana komunikasi untuk melakukan negosiasi dan transaksi dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi. Keterampilan ini yang dibutuhkan oleh seorang guru di era media. Tidak hanya sekedar tulisan tanpa makna, namun tulisan yang berkualitas dan memiliki sasaran pembaca. Tujuan guru menulis adalah untuk membimbing, mendidik,dan menginspirasi. Setelah mengetahui alasan untuk menulis, maka guru harus mengetahui bagaimana cara untuk menciptakan tulisan yang baik, dan untuk melakukannya, diperlukan strategi yang baik. Strategi pendekatan produk, untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas dapat diubah dengan strategi pendekatan proses, yakni bagaimana cara menulis. Guru di era media dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif karena saat ini mereka bersaing dengan teknologi. Namun bukannya bersaing, guru di era media bisa memanfaatkan teknologi dengan menulis!BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Stephanie Dwisa Ayu dan lahir di Bandung pada tanggal 21 Juli 1993. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Saat ini penulis sedang menempuh semester 5 pendidikan S-1 di Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro. Di waktu luang, penulis suka bermain musik, membaca, dan menulis.