GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF...

107
GURU AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fathul Munir NIM. 105011000179 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Transcript of GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF...

Page 1: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

GURU AGAMA ISLAM

DALAM PERSPEKTIF PAIKEM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Fathul Munir

NIM. 105011000179

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,
Page 3: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,
Page 4: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fathul Munir

NIM. : 105011000179

Jur./Fak. : PAI/FITK

Jenis Kelamin : Pria

Judul Skripsi : Guru Agama Islam Dalam Perspektif PAIKEM

Dosen Pembimbing : Drs. Mu’arif Sam, M.Pd

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen yang

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata

Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya sendiri dan

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 25 Februari 2011

Fathul Munir

Page 5: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

i

ABSTRAKSI

Pendidikan tidak bisa dipungkiri telah menjadi sebuah formulasi yang

mampu membuat manusia belajar mengenai hakikat kehidupan layaknya titel

animal educandum sekaligus animal educandus yang telah disandang sejak

manusia terlahir sebagai konsekwensi logis atas eksistensinya di dunia ini.

Namun, realita berbicara akan kondisi pendidikan di Indonesia yang tak

kunjung memperlihatkan kemajuannya yang pesat, tampak dengan jelas

demoralisasi telah menjangkit ke berbagai lini dalam konteks pendidikan.

Berita tawuran antar pelajar yang bahkan tak jarang berakhir dengan kematian

ibarat sudah menjadi makanan ringan dalam kehidupan sehari-hari, rendahnya

kualitas pendidik menjadi salah satu faktor adanya legitimasi akan

ketidakmampuan pendidikan dalam menjawab harapan bangsa. Disinilah

urgensi dari penelitian ini yang kemudian dijadikan dasar oleh penulis dalam

mencari format guru agama ideal yang bisa membawa pendidikan Indonesia ke

arah yang lebih baik sebagai jawaban atas problematika pendidikan Indonesia.

. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui format guru agama ideal

menurut PAIKEM yang bisa dijadikan alternatif pedoman bagi guru agama

dalam meningkatkan kualitas pribadinya sebagi pendidik. Dengan mengunakan

metode penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, menganalisis, dan

mensintesiskan data-data yang tedapat dalam buku-buku, kitab-kitab, majalah,

surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema guru agama dalam

perspektif PAIKEM. Hasil penelitian tersebut memberikan penjabaran akan

empat kompetensi pendidik yang terkandung dalam undang-undang menurut

strategi PAIKEM. Empat kompetensi tersebut meliputi; pemahaman akan

kesamaan kemampuan otak serta perbedaan akan penggunaannya oleh peserta

didik (kompetensi pedagogik), kemampuan intrapersonal dan interpersonal

(kompetensi sosial), pemahaman serta kesadaran pendidik akan tipologi

kepribadian (kompetensi keoribadian), serta kemampuan akan keselarasan

komunikasi pendidik dalam bentuk 3 V, yakni visual, verbal, dan voice

(kemampuan profesional).

Wallahu a’lam

Page 6: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, yang

dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan secerca karya tulis yang

diharapkan bisa bermanfaat untuk sesama. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada Muhammad SAW, Insan sempurna yang selalu mengajarkan akan

keselarasan pikiran, ucapan dan perbuatan. Semoga penulis selalu bisa belajar dan

mengamalkan setiap ajaran yang diajarkannya. Begitu juga semoga rahmat dan

ridho Allah selalu mengiringi Aba Fatah dan Ibu Muniro, dua sosok guru bangsa

yang telah mengikhlaskan gerak hati dan langkah kakinya dalam mendidik penulis

dalam proses pencarian jati dirinya.

Selanjutnya, dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari hambatan

dan kendala yang penulis hadapi baik pikiran, tenaga maupun biaya. Namun

berkat Ridho Allah serta kesediaan berbagai pihak dalm membimbing dan

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga

penulis sampaikan kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Kajur. dan Sekjur. beserta staff Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mu’arif Sam yang dengan kesediaan serta kesabarannya berkenan

membimbing penulis.

4. Om Bagus (Tubagus Wahyudi) guru besar penulis dalam kuliah kehidupan

5. Neng IIS & Mas Wahid yang sudah ditemani keponakanku tercinta Siroj,

sepupuku dzurriyah, alif atas dukungannya selama ini

6. Lek Jib sekeluarga atas kesediaannya menerima dan membimbing penulis

sejak berada di Jakarta.

7. Kanda Tanenji atas kesediaannya memberikan arahan-arahan positif dalam

keberlangsungan belajar kehidupan.

Page 7: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

iii

8. Bunda Kholiyah Tohir atas kepercayaan yang diberikan untuk mengajar di

MAN 4 Model

9. Para Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10. Fathul Arif Wasekjend PAO PB HMI, Adit, Cilung, Bang Erick Hariadi,

K’Amel, Bang Fajri Ketua Umum PB HMI, Bang Rizki Ketum Lisuma

Indonesia beserta pengurus, Bang Oqe Sekjend Lisuma Indonesia, Bang Fahri

Ketum Lisuma Jakarta, Bang Ilung Kabid HI PB HMI, Bang Ujo & Cak Oji

(Ketum & Sekjend HIMA Kosgoro 57).

11. Kawan-kawan seperjuangan, khususnya Riyan Nuridansyah atas kesediaannya

mendesign semua skema gambar yang dibutuhkan di skripsi ini, Ujang

Syahid, Ridwan, Wahyudin, Aris, Dewa, Riki, Oji, Fuad Tangsel, Fajri, Sipak,

Faiq semoga sukses selalu. Keluarga besar KAHFI Al-KARIM, HMI

Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, HMI Cabang Ciputat, LAPENMI,

LISUMA INDONESIA, LISUMA JAKARTA, DPP PARMA, FK2I.

12. Adik-adik satu embrio HMI, Puzi, Eka, Nengsri, Milal, Johan (staff Dewan

Pendidikan Tangsel), Edi (Program Manager Lazuardi Biru), Iman (Ketum

DPP PARMA), Nira, Gendut, Fuad, Aan (Ketum Komtar), Anang, Abduh,

Ucing, Nda, Mamen, Nnot.

13. Seseorang yang yang selalu mensupport penulis untuk segera menyelesaikan

studi S1 Afaf Zahruddin Tohir, semoga selalu diberi kemudahan untuk meraih

masa depan bersama yang cerah

14. Keluarga penulis di PAI, khususnya kelas E angkatan 2005 uus, tado, huda.

Serta ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon,

Ciputat, 25 September 2012

Fathul Munir

Page 8: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAKSI ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

F. Metodologi Penelitian................................................................... 7

BAB II. KONSEP PAIKEM ......................................................................... 9

A. Sejarah & Pengertian PAIKEM .................................................... 9

B. Landasan PAIKEM....................................................................... 23

C. Prinsip-prinsip PAIKEM .............................................................. 27

D. Hubungan PAIKEM dengan Teori Pembelajaran ........................ 29

E. Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM .......................................... 31

BAB III. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ........................ 34

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam di Sekolah ........................ 34

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah ........................ 37

Page 9: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

v

BAB IV. GURU AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEM .... 44

A. Pengertian Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM ........ 44

B. Kompetensi Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM ..... 46

1. Kompetensi Pedagogik ......................................................... 47

2. Kompetensi Kepribadian ...................................................... 53

3. Kompetensi Sosial ................................................................ 57

4. Kompetensi Profesional ....................................................... 61

C. Peran Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM ............... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 68

A. Kesimpulan ................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 10: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tentang Guru Menurut Kelayakan Mengajar 2002-2003 3

Tabel 2 Tentang Ciri-ciri Gaya Belajar 51

Tabel 3 Tentang Kelebihan Dan Kekurangan Tipologi Kepribadian 55

Tabel 4 Tentang Cara Melatih dan Mengembangkan 3 V 62

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tentang Model Pembelajaran 11

Gambar 2 Tentang Kekuatan 3 V 21

Gambar 3 Tentang Komponen Kurikulum 38

Gambar 4 Tentang Fungsi Otak Kiri Dan Otak Kanan 50

Gambar 5 Tentang Tipologi Kepribadian Pendidik Dan Peserta Didik 56

Gambar 6 Tentang 3 V 62

Gambar 7 Tentang Guru Agama Ideal dalam Perspektif PAIKEM 69

DAFTAR LAMPIRAN

1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI Tingkat SD, SMP,

SMA

2 Materi PAI Tingkat SD, SMP, SMA

Page 11: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membincang perihal pendidikan di Indonesia, sudah semestinya semua

pihak tergugah untuk berusaha mendermakan segenap pikiran dan tenaganya

dalam konteks memperbaiki serta memajukan pendidikan di Indonesia. Berbagai

problematika pendidikan muncul di seantero nusantara seolah tidak ada solusi

yang bisa ditawarkan dalam penyelesaian problematika tersebut, tampak dengan

jelas demoralisasi telah menjangkit ke berbagai lini dalam konteks pendidikan.

Berita tawuran antar pelajar yang bahkan tak jarang berakhir dengan kematian

ibarat sudah menjadi makanan ringan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih

tragis lagi, dibeberapa media sering tersorot wajah oknum pendidik yang

tertangkap polisi karena merenggut keperawanan peserta didiknya. Belum lagi,

kepedulian ditingkatan eksekutif seolah menjadi tanda tanya besar dalam benak

masyarakat Indonesia, demikian juga pihak legislatif yang diharapkan menjadi

mediator akan ekspektasi masyarakat terkesan membisu dan terlihat lebih

mementingkan kepentingan pribadi dan kerumunannya masing-masing.

Padahal disadari atau tidak, pendidikan menjadi faktor yang sangat

berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sehingga

diperlukan usaha yang ekstra secara sistematis serta terencana dalam proses

memajukan pendidikan Indonesia seperti yang tertuang dalam dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Page 12: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

2

2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menjadikan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.1

Dalam Undang-undang tersebut sangat jelas bahwa proses pembelajaran

yang terjadi sudah semestinya diarahkan kepada pemberian ruang atau

keleluasaan peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang

dimilikinya sehingga proses pembelajaran yang terjadi bisa berjalan seperti yang

diharapkan dimana peserta didik merasa senang, nyaman serta tertantang untuk

terus mencari & menggali berbagai pengetahuan.

Abdurrahman Shaleh menjelaskan akan dua komponen pendidikan yang

berupa hardware & software yang kedua komponen tersebut harus saling

bersinergis dan berkesesuaian antara satu dengan yang lainnya, sehingga proses

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bisa diraih dengan mudah. Salah satu

komponen yang berupa hardware yang penulis rasa memiliki signifikansi yang

besar dalam proses pembelajaran adalah tenaga pendidik atau lebih akrab dengan

sapaan guru dimana kata guru tersebut bisa dipahami dengan arti ”digugu &

dituru (dipercaya & dijadikan suri tauladan).”

Sangat tepat kalau kemudian sosok guru dianggap sebagai salah satu

komponen yang sangat berpengaruh dalam frame pembelajaran karena memang

guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar seperti penjelasan dari PP No

9 tahun 2005, pasal 28 yang berisi :

”yang dimaksud dengan pendidik sebagai agent pembelajaran (learning agent)

pada ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,

dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.

Akan tetapi, pada tataran riilnya semua pihak tidak bisa menutup mata

akan kebanyakan kondisi guru, baik dalam aspek mental serta kualitasnya,

sehingga hal tersebut memiliki implikasi negatif bagi keberlangsungan proses

1 Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Peraturan

Pemerintahan RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar,

(Bandung : Citra Umbara, 2010), Cet. I, h. 2

Page 13: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

3

3

pembelajaran. Data penelitian yang pernah dilakukan oleh Depdiknas dapat dilihat

di bawah ini2:

Tabel I Tentang Guru Menurut Kelayakan Mengajar 2007-2008

No Jenjang

Pendidikan Jumlah

Guru Presentasi kepala Sekolah & Guru Menurut

Ijazah tertinggi < S1 S1 Keg S1 N-

Keg S2 S3

1. TK 233.563 88,84 8,26 2,67 0,23 1) -

2. SLB 16.090 57,00 38,75 3,66 0,59 1) -

3. SD 1.445.132 77,85 20,13 1,83 0,19 1) -

4. SMP 621.878 28,33 65,82 4,53 1,32 1) -

5. SM 536.639 18,60 70,51 8,82 2 2,07 1) -

6. a. SMA 305.852 15,25 75,27 7,23 2,25 1) -

7. b. SMK 230.787 23,04 64,22 10,92 1,82 1) -

8. PT 286.127 - 54,63 2) - 39,84 5,53

Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran cukup idealsebagaimana tertera

dalam peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan bab VI standar

pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 dan 29.3 Hasil tersebut terbagi 8,2 %

untuk tingkat TK, 38,75% untuk tingkat SLB, 20,13% untuk tingkat SD, 65,82%

untuk tingkat SMP, 70,51% untuk tingkat SM, 75,27 untuk tingkat SMA, dan

64,22% untuk tingkat SMK.

Memang tidak tepat mengeluarkan justifikasi akan kelemahan banyak guru

begitu saja tanpa melihat berbagai faktor penyebab akan munculnya kelemahan-

kelemahan tersebut. Di beberapa media terlihat dengan jelas akan faktor-faktor

penyebab kelemahan tersebut, mulai dari gaji yang kurang manusiawi, sarana dan

prasarana pendukung yang kurang memadai, kesejahteraan guru yang terabaikan,

sampai pada diskriminasi akan tunjangan guru yang di negeri maupun di swasta.

Selain itu, wacana diberlakukannya UASBN pada materi pendidikan

agama Islam sebenarnya telah menjadi perbincangan yang cukup hangat akhir-

akhir ini. Hal tersebut sangatlah wajar mengingat beberapa point yang termaktub

2

http://www.depdiknas.go.id//Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008,

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan

2008, hal. 29 3

Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintahan RI Nomor 74

Tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Citra Umbara, 2010), Cet. III, h. 154-155

Page 14: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

4

4

dalam tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan potensi-potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa serta berakhlak

mulia. Akan tetapi pada tataran riilnya seolah tidak ada format evaluasi tentang

tujuan tersebut yang dilaksanakan dalam konteks pendidikan. SK Dirjen

pendidikan Islam perihal pelaksanakan UASBN pada materi PAI sebenarnya telah

dikeluarkan, akan tetapi sampai saat ini SK tersebut seolah-olah masih terdiam

tanpa ada persetujuan secara resmi dari menteri agama akan diberlakukannya SK

tersebut. Hal itu bisa dilihat dari ketiadaan sosialisasi secara masif akan

diberlakukannya SK tersebut, khususnya di dunia pendidikan Islam.4

Terlepas dari faktor itu semua, kesadaran akan peran dan tanggung jawab

guru menjadi penting karena hal itulah yang pada akhirnya membentuk

bagaimana mental guru semestinya dalam konteks pengabdiannya untuk bangsa

dan negara. Kesadaran akan peran dan tanggung jawab tersebutlah yang juga

kemudian akan membangun kesadaran bahwa betapa mulianya profesi guru yang

pada akhirnya nanti akan menegasikan faktor-faktor yang dianggap menjadi

penyebab akan kelemahan-kelemahan pendidik.

Akar fundamental berupa mental yang telah dijelaskan menjadi pondasi

awal untuk kemudian disuplai dengan kualitas guru yang semestinya telah

memenuhi kriteria atau kompetensi yang telah ditetapkan dalam Undang-undang

berupa kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional. Sehingga

stereotipe tentang guru asal-asalan, semua orang bisa menjadi guru dengan mudah

akan terminimalisir begitu saja.

Problem yang muncul kemudian, ternyata masih banyak ditemukan proses

pembelajaran konvensional, pembelajaran tanpa strategi yang mempertimbangkan

semua hal dalam menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan akan

terjadinya proses interaktif antara pendidik dan peserta didik.

Berubahnya kurikulum seiring berubahnya zaman sudah semestinya

diimbangi dengan bertambahnya berbagai pendekatan pembelajaran yang

4 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Nomor : Dj.I /754/ 2010 Tentang

Pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (Usbn) Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Pada Sd, Smp, Dan Sma / Smk Tahun Pelajaran 2010/2011, Ditetapkan di Jakarta, 2

Nofember 2010, Ditandatangani Oleh Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali.

Page 15: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

5

5

diharapkan bisa menjawab akan kebutuhan peserta didik & pendidik dalam

bingkai pembelajaran. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional telah dikenal

beberapa strategi yang pernah menjadi trend pada masanya seperti SAS

(Sistematis-Analisis-Sintesis), CBSA (Cara belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual

Teaching Learning), Life Skill Education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan), dan yang cukup mutakhir dikenal yakni PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Strategi PAIKEM dinilai bisa menjadi alternatif strategi yang dilakukan

oleh pendidik dalam proses pembelajaran karena memang strategi ini sangat

berkesesuaian dengan diberlakukannya UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen serta Permendiknas No 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam

Jabatan. Dan yang lebih penting lagi bahwa strategi PAIKEM diyakini tepat untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran karena strategi ini sangat memperhatikan

potensi-potensi peserta didik yang perlu untuk dikembangkan.

Strategi PAIKEM memandang bahwa peserta didik tidak semestinya

dipahami sebagai bejana kosong yang pasif yang hanya menerima cekokan dari

guru, sehingga guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang

memungkinkan dan memberi stimulus peserta didik untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Strategi ini juga memberi peluang besar untuk melahirkan ide-ide

baru atau inovasi positif dalam proses pembelajaran yang kemudian diarahkan

untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik karena pada dasarnya setiap

peserta didik memiliki imajinasi-imajinasi dan rasa keingintahuan yang tak

terbatas. Tentunya strategi ini juga selalu mempertimbangkan efektifitas proses

pembelajaran yang terjadi demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan yang

sangat penting juga bahwa pendidik diharapkan mampu mendesign atau

mensetting proses pembelajaran sedemikian rupa yang diarahkan pada

terwujudnya proses pembelajaran yang menyenangkan karena suasana yang

menyenangkan disadari atau tidak sangat mendukung keaktifan peserta didik serta

membantu berkembangnya kreatifitas guru maupun peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Page 16: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

6

6

Dari realitas tersebut, maka dalam konteks pembelajaran agama Islam,

seorang guru sudah selayaknya memahami hakikat materi pendidikan agama

Islam serta peserta didik dalam perspektif Islam dan aneka ragam metode

pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dengan merujuk

pada strategi PAIKEM agar proses pembelajaran yang berlangsung bisa berjalan

sesuai dengan harapan. Sehinga penulis tergerak untuk menyusun sebuah tulisan

yang kemudian diharapkan bisa menjadi alternatif pedoman atau panduan bagi

penulis dan pendidik pada umumnya dalam menjalankan profesi keguruan.

Tulisan ini dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul “Guru Agama Islam

dalam Perspektif PAIKEM”.

B. Identifikasi Masalah

Guru agama Islam merupakan suatu kebutuhan yang mestinya terpenuhi

dalam mewujudkan tujuan pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran

yang mengarah pada pemberdayaan dan pembentukan karakter peserta didik. Hal

ini disebabkan guru agama Islam merupakan salah satu referensi karakter

kehidupan beragama, minimal di lingkungan sekolah. Dengan demikian, banyak

hal yang harus dibahas dalam penelitian ini mengenai profil guru agama dalam

perspektif PAIKEM. Oleh karena itu diperlukan adanya identifikasi masalah

dalam penelitian ini.

Adapun masalah yang akan diteliti dan dibahas adalah masalah-masalah

seperti definisi, tugas dan fungsi, syarat, kompetensi, peran, dan sifat guru agama

Islam dalam perspektif PAIKEM.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan

penelitian ini, maka perlu dilakukan pembatasan masalah pada pembahasan guru

agama Islam dalam perspektif PAIKEM. Dalam hal ini penulis hanya berusaha

mengetahui guru agama Islam dalam perspektif PAIKEM yang berkaitan dengan

pengertian, kompetensi, dan peran guru agama dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di sekolah

Page 17: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

7

7

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

akan diteliti adalah sebagai berikut: ”Bagaimana Profil Guru Agama Islam di

Sekolah dalam Perspektif PAIKEM?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui profil guru agama Islam dalam perspektif PAIKEM

b. Untuk menemukan alternatif pedoman guru dalam meningkatkan kualitas

pribadinya sebagai pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

a. Pendidikan Islam Secara Umum dalam Menambah khazanah Ilmu

Pendidikan Agama Islam khususnya tentang profil guru agama ideal

dalam perspektif PAIKEM.

b. Guru dan Calon Guru Agama Islam untuk dijadikan bahan pertimbangan

dan rujukan alternatif dalam meningkatkan kompetensinya.

c. Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk dijadikan salah satu bahan pertimbangan dan rujukan dalam proses

evaluasi kompetensi tenaga pendidik.

d. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk dijadikan salah satu saran dan motivasi dalam

proses pembelajaran menjadi calon pendidik agama ideal.

F. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif analitis, yaitu penelitian yang bermaksud mengadakan deskripsi

mengenai data-data5 tentang PAIKEM dan menganalisis serta mensintesiskan data

tersebut dalam kaitannya dengan profil guru agama Islam.

5 Sumadi Suryabrata, Metodologi penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Cet IX, h.

18

Page 18: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

8

8

Kemudian dalam teknik pengumpulan data, penulis berusaha

menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian

yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, menganalisis, dan

mensintesiskan data-data yang tedapat dalam buku-buku, kitab-kitab, majalah,

surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema pembahasan skripsi ini.

Sumber data primer diantaranya; Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis

PAIKEM karya Ismail, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

Untuk Guru SD karya Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) karya Yudhi Munadi dan

Farida Hamid, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Erektif, Menyenangkan

(PAIKEM) karya Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata, Menjadi Public

Speaker Handal karya Tubagus Wahyudi, Ilmu Pendidikan Islam; Telaah Atas

Komponen Dasar Pendidikan Islam karya Abdul Mujib, Sejarah Pendidikan

Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia

karya Samsul Nizar. Sementara, sumber data sekunder diantaranya; Active

Learning; 101 Cara Belajar Siswa Aktif karya Melvin L Silberman, The IQ

Answer; Meningkatkan dan Memaksimalkan IQ Anak karya Dr. Frank Lawlis,

Dalam konteks ini yang dideskripsikan adalah mencari format baru profil guru

agama.

Secara teknis, penelitian ini disandarkan pada Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007

Page 19: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

9

BAB II

KONSEP PAIKEM

A. Sejarah & Pengertian PAIKEM

Strategi pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam

mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tentu strategi

pembelajaran tersebut melewati berbagai dinamika perkembangan seiring

dengan diberlakukannya kebijakan kurikulum pendidikan mulai dari

kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004 & KTSP 2006.

Strategi pembelajaran sering disandingkan dengan beberapa terminologi

yang menurut beberapa ahli diaggap memiliki kemiripan dalam hal

pemahaman. Term tersebut meliputi pendekatan, metode, teknik, taktik

maupun desain pembelajaran. Meskipun jika dikaji lebih mendalam, maka

akan ditemukan pemahaman yang berbeda antara satu term dengan term yang

lainnya. Tetapi semua terminologi tersebut memiliki hubungan, dalam arti

keselarasan dan kesesuaian satu term dengan yang lainnya dalam mencapai

suatu tujuan yang ditetapkan. Pendekatan (approach) merupakan titik tolak

atau sudut pandang pendidik terhadap proses pembelajaran, sedangkan

metode dipahami sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk

mencapai tujuan, sementara cara yang dilakukan pendidik dalam

mengimplementasikan metode agar efektif dan efisien dipahami sebagai

teknik, lebih detail lagi taktik dipahami sebagai gaya pendidik dalam

melaksanakan suatu teknik dan metode tertentu.

Page 20: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

10

Kata strategi berasal dari bahasa latin strategia, yang diartikan sebagai

“seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan”.6 Dan dalam bahasa

yunani strategeia (stratos = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni

atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Pada mulanya kata strategi banyak

digunakan dalam dunia militer yang digunakan sebagai cara penggunaan

keseluruhan kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan,

misalnya ketika suatu negara sudah memutuskan untuk berperang dengan

negara lain, maka sang panglima perang harus sudah mempunyai gambaran

terlebih dahulu tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dan dijalankan

oleh pasukannya agar kemenangan bisa diraih, baik pertimbangan akan

kekuatan pasukan yang dimilikinya dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya.

Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan yang

harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik

dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu

serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan

berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Begitu juga dalam

kompetisi bisnis di era 1990-an kata strategi diartikan sebagai “penetapan

arah “manajemen” dalam arti sumber daya di dalam bisnis dan tentang

bagaimana mengidentifikasi kondisi yang memberikan keuntungan terbaik

untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar.7

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu dan seni

menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan

tertentu di waktu perang dan damai; ilmu dan seni memimpin bala tentara

untuk menghadapi musuh diperang dalam kondisi yang menguntungkan;

rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.8

Strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai garis besar haluan bertindak

6 Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Sebagai Bahan Ajar pada Program

Sertifikasi Guru yang dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, hal. 16

7 Crown Dirgantoro, Manajemen Strategik, (Jakarta : Grasindo, 2001), hal. 5

8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi

ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1092.

Page 21: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

11

untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.9 Dalam perkembangannya,

strategi tidak lagi hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang

dapat dipelajari.

Sementara dunia pendidikan pun tidak mau kalah dalam mengadopsi

kata strategi yang kemudian disandingkan dengan kata pembelajaran demi

mewujudkan tujuan pendidikan dalam konteks pembelajaran. Dengan

demikian strategi pembelajaran bisa dipahami sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieve a particular education goal, yang

berarti perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.10

Strategi pembelajaran juga

diartikan sebagai cara dan seni menggunakan sumber daya untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran yang

diciptakan secara kondusif, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang

dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara efektif.

Akhmad Sudrajat dengan jeli menjabarkan perbedaan beberapa

terminologi yang dipaparkan di atas dengan strategi pembelajaran dalam

sebuah skema yang menarik dan mudah dipahami.11

Gambar I Tentang Model Pembelajaran

9 Tabani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1992), h. 165 10

Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran, ( Surabaya : LAPIS-PGMI, 2008), hal. 8 11

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model

Pembelajaran, Artikel tanggal 03 Januari 2008.

Pendekatan Pembelajaran

(Student or Teacher Centered)

Strategi Pembelajaran

(exposition-discovery learning or group-

individual learning))

Metode Pembelajaran

(ceramah, diskusi, simulasi, dsb)

Teknik dan Taktik Pembelajaran

(spesifik, individual, unik)

Page 22: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

12

Contoh sederhana, disaat guru telah menetapkan pendekatan student

centered adalah pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran, maka

dia akan menentukan strategi yang dirasa mendukung dan sejalan dengan

pendekatan yang telah ditetapkan, misalnya strategi CTL atau PAIKEM.

Setelah itu, pertimbangan akan metode yang akan diterapkan dalam proses

pembelajaran juga harus diselaraskan dengan strategi dan pendekatan yang

telah ditetapkan, maka metode yang variatif dalam proses pembelajaran

memungkinkan untuk memberi keleluasaan bagi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Alur tersebut memberikan

gambaran secara jelas tentang bentuk sebuah design atau model

pembelajaran.

Pemahaman akan perbedaan beberapa terminologi dalam konteks

pembelajaran tersebut menjadi penting agar terjadi kesamaan frame dalam

mengkaji strategi pembelajaran yang lebih spesifik. Merunut pada sejarah

pendidikan nasional telah dikenal berbagai strategi pembelajaran seperti SAS

(Sistematis-Analisis-Sintesis), CBSA (Cara Belajar Peserta didik Aktif), CTL

(Contextual Teaching Learning), Life Skill Education, PAKEM

(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), dan yang cukup

mutakhir dikenal yakni PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan).

Diperkenalkannya pendekatan PAIKEM dapat diketahui dan

didiskripsikan secara singkat pasca diberlakukannya UU RI No 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen serta diterbitkannya Permendiknas Nomor 18

Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Dalam Permendiknas

tersebut diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian portofolio

dengan sepuluh komponen yang bertujuan empat kompetensi pendidik, yakni

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

kompetensi profesional.

Dalam pelaksanaan penilaian tersebut ketika pendidik dinyatakan lulus,

maka pendidik tersebut mendapatkan sertifikat pendidik serta dinyatakan

sebagai guru profesional. Sementara bagi pendidik yang belum lulus, maka

Page 23: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

13

diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan profesi guru

(PLPG). Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG PAI yang

diberlakukan secara nasional dijabarkan bahwa salah satu materi pokok yang

harus diberikan adalah materi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Dengan demikian sejak akhir tahun

2007 istilah PAIKEM mulai dikenal secara luas dan mulai diterapkan dalam

praktik dunia pendidikan di Indonesia.12

PAIKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bisa

dipahami secara mudah karena PAIKEM sendiri adalah singkatan dari

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah

Aktif dimaksudkan bahwa pembelajaran dipahami sebagai proses aktif

membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan

maupun pengalaman peserta didik sendiri dimana dalam proses pembelajaran

tersebut peserta didik tidak semetinya dianggap layaknya bejana kosong yang

pasif dan hanya mendengarkan ceramah-ceramah guru. Sehingga dalam

proses pembelajaran pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana yang

memungkinkan peserta didik untuk menemukan, memproses serta

mengkonstruk ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.

Pembelajaran aktif berarti pembelajaran yang lebih mengacu pada

pendekatan student centered daripada teacher centered, dimana kata kunci

yang bisa dipegang oleh guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk

dilakukan peserta didik baik kegiatan berpikir (minds-on) maupun berbuat

(hands-on), sehingga fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.13

Pembelajaran aktif bukan hanya berarti membuat peserta didik beraktifitas,

bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif dengan indikator situasi kelas

yang ramai dan bergemuruh, sementara pendidik lebih santai. Hal tersebut

dipahami karena kita telah lama mengenal cara belajar peserta didik aktif

(CBSA) yang kemudian sering disalahartikan, bahkan di Bandung

12

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL

Media Group, 2008), Cet I, h. 46 13

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan Untuk Guru SD, (Jakarta : PPPPTK IPA, 2009), hal. 12

Page 24: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

14

dipelesetkan menjadi ”cul budak sinah anteng” (biarkan anak asyik

bermain).14

Pembelajaran aktif sebenarnya sudah lama dikenal dan

dikembangkan. Lebih dari 2400 tahun silam, Kon fusius menyatakan: ”What

I hear, I forget. What I see, I remember. What I do, I understand”.15

Tiga

pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif.

Setelah itu Melvin L Silberman memodifikasi dan memperluas kata-kata

Konfusius di atas menjadi apa yang ia sebut sebagai “Paham Belajar Aktif”,

yakni dalam ungkapan: “Yang saya dengar, saya lupa… Yang saya dengar

dan lihat, saya sedikit ingat… Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau

diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami… Dari yang saya dengar,

lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan

keterampilan…Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.”16

Silbermen (1996) sebagaimana dikutip oleh Trianto juga berpendapat

dalam aplikasi strategi pembelajaran aktif dikelompokkan dalam tiga bagian,

yaitu :

a. Bagaimana membantu peserta didik aktif sejak awal, misalnya strategi tim

membangun, penilaian mendadak, dan keterlibatan langsung.

b. Bagaimana membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang aktif, misalnya strategi pembelajaran

kelas, diskusi kelas, kolaborasi, dan peer teaching.

c. Bagaimana membuat pembelajaran yang tidak terlupakan, misalnya

review, penilaian diri, dan perencanaan masa depan.17

Menurut Taslimuharrom sebuah proses belajar dikatakan aktif (active

learning) apabila mengandung:

14

Hisyam Zaini Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD

IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hal. 110 15

Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani,

2009), cet. III, hal. 63 16

Melvin L Silberman, Active Learning; 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, (Bandung

: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2004), cet. I, hal. 15 17

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), cet. I, hal. 138

Page 25: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

15

1) Keterlekatan pada tugas (Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran

hendaknya bermanfaat bagi peserta didik (meaningful), sesuai dengan

kebutuhan peserta didik (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan

dengan kepentingan pribadi (personal);

2) Tanggung jawab (Responsibility)

Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang

kepada peserta didik untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab,

sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide

peserta didik, serta memberikan pilihan dan peluang kepada peserta

didik untuk mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic

peserta didik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif,

motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi

intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak

bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan

mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk

masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih

langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan

keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar peserta didik akan

meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada

peserta didik (student centered learning). Guru mendorong peserta didik

untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri.

Ia tidak hanya menyuapi peserta didik, juga tidak seperti orang yang

menuangkan air ke dalam ember.

Pembelajaran Inovatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran

semestinya mampu memberikan keleluasaan dalam melahirkan ide-ide atau

inovasi-inovasi pembelajaran yang kemudian diharapkan membantu peserta

didik dalam meningkatkan rasa keingintahuan serta keinginannya untuk terus

belajar dan menggali berbagai ilmu pengetahuan yang terus berkembang.

Proses pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat memberikan

peluang kepada peserta didik untuk berinovasi. Inovasi berarti pembaruan dan

perubahan. Inovasi adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke

arah perbaikan atau berbeda dari yang ada sebelumnya (baru), dilakukan dengan

sengaja dan berencana. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk

berinovasi, tentunya harus oleh guru yang inovatif pula. Prinsip-prinsip yang

harus dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah:

Page 26: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

16

a. Inspiratif, yang ditandai dengan sikap sebagai berikut:

1) Memancing rasa ingin tahu peserta didik

2) Menimbulkan banyak pertanyaan peserta didik

3) Memancing munculnya ide peserta didik yang baru

b. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan bakat

peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut:

1) Membuka peluang mencari sesuai bakat sendiri

2) Membuka peluang melakukan sesuai bakat sendiri

3) Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain

yang memiliki kesamaan bakat

c. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan minat

peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut:

1) Membuka peluang mencari sesuai dengan minat sendiri

2) Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan minat sendiri

3) Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain

yang memiliki kesamaan minat.

d. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan

perkembangan fisik peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut:

1) Membuka peluang mencari sesuai dengan kemampuan fisik sendiri

2) Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisik

sendiri

e. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan

perkembangan psikologis peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal

berikut:

1) Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

2) Membuka peluang mencari sesuai dengan cara berpikir sendiri

3) Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan berpikir

sendiri

4) Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain

yang memiliki kesamaan cara berpikir.18

Pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

mengakomodir setiap karakteristik diri. Misalnya, sebagian orang ada yang

berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau

mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan

mendengar, dan kinestetik.19

Dan hal tersebut dapat menyeimbangkan fungsi

otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng-integrasikan

media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses

18

Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan....., hal. 34 19

http://www.google.com/artikel/pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.htm

Page 27: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

17

pembelajaran tersebut, sehingga terjadi proses renovasi mental, di antaranya

membangun rasa pecaya diri peserta didik. Penggunaan bahan pelajaran,

software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu

alternatif. 20

Sementara itu, istilah kreatif dari segi etimologi berasal dari bahasa

inggris yaitu ”to create” yang berarti ”mencipta”.21

Jika dihubungkan dengan

konteks pembelajaran, maka kata kreatif dimaknai sebagai sebuah proses

pengembangan kreatifitas peserta didik, karena pada hakikatnya setiap

individu memiliki potensi, imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah

berhenti. Sehingga dalam hal ini seorang guru diharapkan bisa menciptakan

proses pembelajaran yang memberdayakan segenap potensi pesera didik yang

beraneka ragam yang nantinya mengarah pada pemberdayaan potensi dan

imajinasi peserta didik secara maksimal. Hal tersebut sejalan dengan

ungkapan Stepehn Tong yang dikutip oleh Andreas Harefa ”we are created

by Creator to be creature with creativity”.22

Sementara Roger B. Yepsen berpendapat bahwa kreativitas merupakan

”creativity is the capacity for making something new”, kapasitas untuk

membuat hal yang baru. Berbeda dengan Mihaly Csikszentmihalyi (1996)

yang memahami kreatif sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir dan

bertindak mangubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru ”a create

person is someone whose thoughts or actions change a domain, or establish a

new domain”.23

Proses pembelajaran yang kreatif memberikan peluang lebih besar bagi

guru maupun peserta didik dalam berpikir divergen (proses berpikir ke

macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dari

20

Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, Menyenangkan (PAIKEM). Dipresentasikan pada Pendidikan & Latihan

Profesi Guru (PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2009. 21

Selo Sumardjan, Kreativitas Suatu Tinjauan dari Sudut Sosiologi, (Jakarta: Dian

Rakyat, 1983), cet. I, hal. 87 22

Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000), cet VII. 23

http:/www.google.com//kreativitas.

Page 28: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

18

pada berpikir konvergen (proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang

paling tepat ).24

Beberapa ciri pembelajaran yang berpegang pada prinsip kreatif adalah:

1. Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan

gagasan dan pengetahuan baru.

2. Bersikap respek dan menghargai ide-ide peserta didik.

3. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri peserta didik.

4. Penekanan pada proses, bukan hasil penilaian hasil akhir karya peserta

didik.

5. Memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik berpikir dan

menghasilkan karya.

6. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kreativitas peserta

didik, seperti mengapa, bagaimana dan apa yang terjadi ketika. Bukan

hanya pertanyaan apa dan kapan.

7. Mampu memotivasi peserta didik.

8. Mampu menstimulus peserta didik untuk berpikir kritis.

9. Membangkitkan daya imajinasi peserta didik.

10. Memberikan keleluasaan peserta didik untuk menyampaikan

pendapatnya sendiri.

11. Mampu mendorong peserta didik untuk meraih prestasi.

12. Memberikan ruang peserta didik untuk berpikir secara orisinil.25

Pemikiran kreatif juga menuntut kelancaran, keluwesan, dan

kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk mengembangkan suatu

gagasan (elaborasi).26

Sebagaimana Guilford dalam penelitiannya mengenai

kreativitas dengan analisis faktor menemukan bahwa faktor penting yang

merupakan ciri kemampuan berpikir kreatif adalah :

1. Kelancaran berpikir (fluence of thinking), yaitu kemampuan untuk

menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara

cepat.

2. Keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah

ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat

melihat suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda-beda, mencari

24

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999), cet.

I, hal. 79 25

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, (Jakarta : PPPPTK IPA,

2009), hal. 14-15 26

Conny Semiawan dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta didik Sekolah

Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), cet. III, hal. 12-13

Page 29: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

19

alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan

bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif

adalah orang yang luwes dalam berpikir.

3. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan

gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari objek,

gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4. Keaslian (original), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik

atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.27

Sementara itu, istilah efektif dijabarkan bahwa model pembelajaran

apapun yang diterapkan harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan akan tercapai secara optimal. Indikasi tercapainya tujuan

tersebut terlihat pada pencapaian kompetensi peserta didik pasca

berlangsungnya proses pembelajaran yang tampak pada perubahan

pengetahuan, sikap & keterampilan pada diri peserta didik.

Proses pembelajaran pada esensinya merupakan proses komunikasi

antara guru dan peserta didik, maka tidak mengherankan muncul istilah one

way communication atau two way communication dalam proses pembelajaran.

Istilah yang pertama cenderung dipahami sebagai gaya pembelajaran

konvensional, sementara istilah yang kedua lebih tepat untuk digunakan

dalam proses pembelajaran di era ke-kinian.

Kesepahaman tersebut menuntut para guru untuk mampu mewujudkan

proses komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran. Suhadi

memberikan beberapa tips yang bisa dijadikan acuan dalam proses

mewujudkan komunikasi yang efektif antara guru dan peserta didik,

diantaranya28

:

a. Penggunaan terminologi yang tepat

Langkah ini mencegah peserta didik mengalami kebingungan, dan

kerancauan pada pemahaman materi, sehingga guru dituntut untuk

menggunakan terminologi atau istilah yang tepat sesuai dengan tempatnya

27

Fuad Nashori dan Rachmi Dian Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Yogjakarta: Menara Kudus, 2002), h. 43-44 28

Suhadinet.wordpress.com; komunikasi pembelajaran yang efektif, 21 mei 2009

Page 30: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

20

(materinya). Hal tersebut sejalan dengan mulyadhi kartanegara dalam

bukunya ”seni mengukir kata”, dia menjelaskan pentingnya penggunaan

kata-kata yang ringan dan tidak terlalu bertele-tele agar pembaca maupun

pendengar bisa memahami dengan jelas apa yang telah kita sampaikan

maupun yang kita tulis.29

b. Presentasi yang sinambung dan runtut

Mempersiapkan materi secara sistematis dan membuat alur pembahasan

yang jelas mempermudah peserta didik dalam memahami segala sesuatu

yang terjadi dalam proses pembelajaran.

c. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan

Sinyal transisi ini memungkinkan peserta didik untuk mengetahui kapan

suatu segmen bahasan atau topik berakhir dan dilanjutkan dengan topik

atau pembahasan yang baru.

d. Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran

Tekanan yang dimaksud tidak hanya berbentuk kata-kata, melainkan yang

lebih penting adalah intonasi, dramatisasi suara dan gerakan tubuh (body

language).

e. Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal & non verbal

Langkah terakhir ini bisa dikatakan sebagai salah satu kunci komunikasi

yang paling efektif dalam proses pembelajaran. Contoh sederhana disaat

seorang guru agama menjelaskan tentang keindahan surga dengan mimik

muka yang terlihat menyeramkan dan menjelaskan tentang kesengsaraan

di neraka dengan mimik muka yang membahagiakan, maka muncul

kekhawatiran bahwa semua peserta didik ingin masuk neraka karena

terpengaruh oleh mimik muka guru.30

Sejalan dengan Suhadi, pakar komunikasi Albert Mehrabian (profesor

UCLA) dalam the silent massage yang dikutip oleh Tarmizi Yusuf

29

Mulyadhi Kartanegara, Seni Mengukir Kata, ( Bandung: Mizan Learning Center, 2005),

cet. I, hal. 90 30

Tubagus Wahyudi, modul pelatihan tentang Menjadi Public Speaker Handal. Sebagai

bahan ajar dalam Training Public Speaking for Teaching yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif

Mahapeserta didik UIN Jakarta 2010.

Page 31: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

21

menjelaskan tentang pengaruh kata-kata (verbal) dalam proses komunikasi

hanya 7%, suara (voice) 38%, dan selebihnya 55% adalah bahasa badan

(visual). Hasil penelitian tersebut lebih familiar dengan sebutan kekuatan 3V

seperti gambar dibawah ini:31

Gambar II Tentang Kekuatan 3 V

Kemudian istilah menyenangkan menjadi perhatian yang cukup

menarik karena dalam proses pembelajaran sejatinya harus diusahakan

seoptimal mungkin bahwa proses pembelajaran tersebut mampu menciptakan

suasana yang menyenangkan dan memang diyakini bahwa suasana yang

menyenangkan dalam proses pembelajaran membantu akan penguatan

pengalaman belajar peserta didik, kesan yang mendalam serta tertanam secara

kuat dalam memory peserta didik (long term memory).

Dave Meler sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Wanwan

memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar

dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut,

hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-

ciri suasana belajar yang menyenangkan diantaranya :

a. Rileks

b. Bebas dari tekanan

c. Aman

d. Menarik

e. Bangkitnya minat belajar

f. Adanya keterlibatan penuh

g. Perhatian peserta didik tercurah

31

Tarmizi Yusuf, Be The Winner, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal. 133

Page 32: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

22

h. Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang,

pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)

i. Bersemangat

j. Perasaan gembira

k. Konsentrasi tinggi

Sementara ciri-ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan meliputi :

a. Tertekan

b. Perasaan terancam

c. Perasaan menakutkan

d. Merasa tidak berdaya

e. Tidak bersemangat

f. Malas / tidak berminat

g. Jenuh / bosan

h. Suasana pembelajaran monoton

i. Pembelajaran tidak menarik peserta didik32

Sementara itu terdapat dua prinsip yang harus diperhatikan dalam

proses menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

1. Menciptakan kondisi yang terbaik untuk belajar, yaitu:

a. Menyediakan segala fasilitas belajar yang menyenangkan,

menciptakan aroma dan warna yang menyenangkan, menghiasi

dinding-dinding dengan berbagai poster berwarna, menyuguhkan

seluruh poin penting yang harus dipelajari dalam bentuk kata-kata,

musik maupun gambar. Semua fasilitas yang demikian itu akan

memperkaya pikiran bawah sadar peserta didik, peserta didik

menyerap bahan pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar. Seluruh

sudut ruangan terasa hangat dan bersahabat.

b. Menciptakan sebuah iklim atau atmosfer yang menyenangkan di setiap

ruang kelas. Di sini adanya variasi, kejutan, imajinasi, dan tantangan

sangatlah penting dalam menciptakan iklim ini. Mendatangkan tamu

yang mengejutkan, melakukan perjalanan, kunjungan lapangan,

program spontan, pembuatan drama, pertunjukan boneka (lebih baik

direncanakan oleh para peserta didik) semuanya menambah pengayaan

di samping membaca, menulis, dan diskusi.

Dalam kondisi seperti di atas, peserta didik dapat belajar dengan cara

melakukan, menguji, menyentuh, membau (mencium), berbicara, bertanya,

dan mencoba. Kondisi ruangan yang penuh warna, poster, dan mobilitas

akan mulai menstimulasi para pelajar visual. Musik akan menyentuh para

pelajar auditorial, dan aktivitas membuat para pelajar kinestetik akan

segera merasa nyaman.

32

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran……..h. 16

Page 33: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

23

2. Menampilkan presentasi yang baik

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

presentasi yang baik, di antaranya adalah:

a. Berorientasi pada peserta didik

b. Terkait dengan tujuan pembelajaran mereka

c. Harus bersifat positif, artinya guru sebagai fasilitator tidak boleh

mengesankan bahwa pelajaran ini tidak menyenangkan, hindari

kalimat-kalimat yang membuat peserta didik tidak nyaman.

d. Suguhkan terlebih dahulu gambaran umum dari apa yang akan

dipresentasikan

e. Mengoptimalkan keterlibatan indera peserta didik. Presentasi yang

bagus haruslah menarik bagi setiap gaya belajar individu peserta didik

(visual, auditorial, dan kinestetik). Gaya belajar yang paling banyak

terabaikan adalah gaya belajar kinestetik.

f. Menghindari pola-pola perkuliahan (lecturing) sepenuhnya. Ini

mungkin membutuhkan perubahan paling mendasar dalam gaya

mengajar. Guru yang baik adalah seorang aktivator, fasilitator, pelatih,

motivator, dan orkestrator.

g. Melakukan berbagai perubahan suasana, sehingga para peserta didik

secara bergantian melakukan kegiatan satu ke kegiatan berikutnya,

misal dari mendengar ke melihat, kemudian ke berbicara, ke diskusi

dan seterusnya.

h. Jadikan belajar tentang cara belajar sebagai kunci belajar. Ini mungkin

merupakan hasil keseluruhan yang diinginkan dari seluruh proses

belajar. Jadi, teknik-teknik tersebut harus disatupadukan dalam seluruh

aktivitas.33

B. Landasan PAIKEM

Bukan tanpa alasan PAIKEM muncul dan diketahui oleh khalayak

umum dalam dunia pendidikan nasional. PAIKEM dalam tinjauan yuridis

formal (dasar hukum penerapan PAIKEM). Dalam konteks ini adalah segala

bentuk perundangan dan peraturan serta kebijakan pendidikan yang berlaku di

Indonesia yang didalamnya telah mengatur dan memberi rambu-rambu

tentang implementasi proses pendidikan yang berbasis PAIKEM.

33

Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan....., hal 37-39

Page 34: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

24

Beberapa regulasi dan kebijakan pendidikan yang dimaksud meliputi :

1. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS;

a. pasal 1, ayat 1 yakni; ” Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

menjadikan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan Negara”.

b. pasal 4, ayat 3 yakni; ”Pendidikan diselenggarakan suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat”.

c. pasal 4, ayat yakni; ”Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan

ketaladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran”.

d. kemudian pasal 39, ayat 2 yakni; ”Pendidik merupakan tenaga profesional

yang bertugas merencanakan serta melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

pedidikan tingkat sekolah/madrasah”.

Makna pendidikan, penyelengaraan pendidikan serta tenaga

kependidikan yang termuat dalam UU RI tentang sisdiknas tersebut terlihat

dengan jelas akan hubungannya dengan PAIKEM dimana peserta didik

menjadi bagian dari subjek pendidikan (student centered) yang harus diberi

keleluasaan dalam mengembangkan potensi-potensinya. Sementara pendidik

tidak hanya berkewajiban memberikan pengajaran di ruangan kelas, akan

tetapi lebih luas lagi harus mengabdikan dirinya kepada masyarakat demi

memperbaiki kualitas sumber daya manusia indonesia.

Page 35: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

25

2. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan;

a. Pasal 19, ayat 1 yakni; ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

manantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik”.

b. Pasal 28, ayat 1 yakni; ”Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

PP tentang standar nasional pendidikan tersebut menuntut para guru

untuk mampu mengcreate proses pembelajaran sedemikian rupa agar proses

pembelajaran yang terjadi mampu memancing dan mengembangkan

kreativitas peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan PAIKEM dimana proses

pembelajaran harus mengutamakan keaktifan dan kreativitas peserta didik.

3. UU RI No 14 Tahun 2005 tentang GURU dan DOSEN;

a. Pasal 1, ayat 1 yakni; ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan peserta didik usia dini jalur

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

b. Pasal 6 yakni; ”kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional

bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab”.

UU RI tentang guru dan dosen tersebut menggambarkan betapa mulia

tugas seorang guru dan betapa besar tanggung jawab guru dalam konteks

pendidikan. Sementara PAIKEM memiliki keselarasan dengan UU tersebut,

Page 36: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

26

dalam arti bisa dijadikan alternatif strategi pembelajaran yang diterapkan oleh

guru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pada beberapa regulasi pendidikan tersebut, baik berupa

undang-undang maupun peraturan pemerintah dapat dipahami dengan jelas

bahwa proses pembelajaran pada satuan manapun secara yuridis formal

dituntut diselanggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis

dan dalam suasana mengesankan serta bermakna bagi peserta didik. Disinilah

terlihat dengan jelas relevansi serta legitimasi implementasi pembelajaran

PAIKEM dalam dunia pendidikan nasional.

Strategi PAIKEM secara filosofis berlandaskan pada pandangan

konstruktivisme dimana peserta didik membangun pemahaman dan

pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan benda-benda

yang direfleksikannya melalui pengalamannya. Ketika menemukan sesuatu

yang baru, kita dapat merekonstruksinya dengan ide-ide awal yang ada. Hal

ini memungkikankann terjadinya perubahan pengetahuan atau bahkan

memperkuat pengetahuan hasil dialektika antara ide awal dan ide baru.

Landasan filosofis ini memberikan pemahaman bagi pendidik bahwa peserta

didik yang mengikuti proses pembelajaran tidak berangkat dari kekosongan

ide atau pengetahuan, sehingga pendidik bisa melakukan penyesuaian-

penyesuaian yang tepat dalam proses pembelajaran.

Sementara itu, PAIKEM dalam tinjauan psikologis-pedagogis

(kepribadian-pengajaran) dimaksudkan untuk melihat signifikansi penerapan

pembelajaran berbasis PAIKEM dalam frame kajian psikologi belajar. Proses

pembelajaran tradisional menitik-beratkan pada metode imposisi dimana

pembelajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh

guru bagi peserta didik, cara ini tidak mempertimbangkan kesesuaian antara

materi dengan kebutuhan, minat serta tingkat perkembangan dan pemahaman

peserta didik.

Hasil penelitian terbaru dalam bidang psikologi kepribadian dan tingkah

laku manusia, berpendapat bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-

motif tertentu, sehingga aktivitas belajar akan berhasil apabila didasarkan

Page 37: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

27

pada motivasi pada diri peserta didik. Ibarat pepatah ”anda dapat memaksa

kambing masuk air, tapi anda tidak bisa memaksanya untuk minum air”,34

maksudnya bahwa peserta didik bisa dipaksa untuk melakukan suatu

perbuatan, akan tetapi tidak bisa dipaksa untuk menghayati perbuatan

sebagaimana mestinya. Begitu juga guru dapat memaksakan materi pelajaran

kepada peserta didik, akan tetapi guru tidak dapat memaksanya untuk belajar

dalam arti yang sebenarnya. Disinilah terlihat tugas guru yang paling berat

adalah berupaya agar peserta didik mau belajar dan memiliki keinginan

belajar secara berkelanjutan tanpa dibatasi ruang & waktu.

Dalam konteks inilah kehadiran PAIKEM diharapkan dapat

memperkaya guru dalam hal strategi, metode dan teknik mengajar sebagai

seni dalam proses pembelajaran, sehingga secara psikologis-pedagogis

PAIKEM memiliki relevansi dalam kerangka mewujudkan proses

pembelajaran yang memberdayakan peserta didik.

C. Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam

penerapan PAIKEM, yakni :

1. Memahami sifat peserta didik; pada dasarnya peserta didik memiliki

modal yang luar biasa berupa sifat rasa ingin tahu dan imajinasi yang

kemudian harus dipahami oleh pendidik untuk kemudian modal tersebut

diusahakan agar terus berkembang dan terberdayakan secara maksimal.

2. Mengenal peserta didik secara individual; pada hakikatnya peserta didik

merupakan bagian dari ciptaan Tuhan yang memiliki beraneka ragam

keunikan masing-masing dan memiliki latar belakang, potensi serta

kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Perbedaan tersebut harus diperhatikan dan tercermin secara riil dlam

proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tersebut memberikan

peluang sinergitas antara satu dengan yang lain dengan modal potensinya

masing-masing.

34

Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar…, h. 92

Page 38: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

28

3. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar;

peserta didik secara naluriah memiliki sifat kebersamaan atau

berpasangan. Hal ini bisa dimanfaatkan pendidik dalam pengorganisasian

kelas yang nantinya memberikan peluang terjadinya pertukaran pikiran

atau ide-ide antara peserta didik yang satu dengan yang lain.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif serta mampu

memecahkan masalah; pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah,

untuk itu peseerta didik perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis,

kreatif untuk menganalisa berbagai masalah yang muncul, sehingga

peserta didik mampu melahirkan berbagai alternatif pemecahan masalah.

Guru bisa mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata ”mengapa”,

”bagaimana”, ”apa yang terjadi jika” (tipe open question).35

5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik;

ruangan kelas yang di setting semenarik mungkin menjadi hal yang harus

diwujudkan, salah satunya seperti pemajangan hasil karya peserta didik

dirungan karena hal itu bisa memotivasi peserta didik serta memberikan

apresiasi atas karya yang telah diciptakan. Hal tersebut juga

memungkinkan lahirnya inspirasi-inspirasi positif baik bagi pendidik

maupun peserta didik.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar; lingkungan (fisik,

sosial, budaya) merupakan bagian dari sumber yang sangat kaya untuk

bahan belajar peserta didik. Lingkungan juga dapat berfungsi sebagai

media belajar serta objek belajar peserta didik.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan belajar;

pemberian feedback yang positif merupakan interaksi antara pendidik &

peserta didik yang diharapkan bisa memberikan motivasi bagi peserta

didik dalam meningkatkan kegiataan belajarnya, tentunya feedback yang

diberikan tidak mengandung unsur merendahkan apalagi meremehkan

peserta didik.

35

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran……..h. 19

Page 39: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

29

8. Membedakan antara aktif fisik & aktif mental; dalam pembelajaran

PAIKEM, aktif mental sebenarnya lebih diharapkan dari pada aktif fisik.

Karena itu, aktifitas sering bertanya, mempertanyakan pendapat orang lain

& mengemukakan gagasan sendiri merupakan indikasi dari keaktifan

mental peserta didik.36

Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut Muhibbin Syah dan Rahayu

Kariadinata juga berpendapat bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam

implementasi PAIKEM adalah:

a. Memahami sifat yang dimiliki peserta didik

b. Memahami perkembangan kecerdasan peserta didik

c. Mengenal peserta didik secara perorangan

d. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar

e. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan

memecahkan masalah

f. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

g. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

h. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

i. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental37

D. Hubungan PAIKEM dengan Teori Pembelajaran

Belajar dalam konteks PAIKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam

membangun pengetahuan atau membangun makna. Dalam proses belajar,

peserta didik akan terlibat dengan proses sosial, dan proses tersebut akan

dilaksanakan secara berkesinambungan atau sepanjang hayat. Makna tersebut

didasari oleh pandangan konstruktivisme.

Sedangkan Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori

perubahan konsep juga dipengaruhi atau didasari oleh filsafat konstruktivisme.

Filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh peserta didik yang

sedang belajar, dan teori perubahan konsep menjelaskan bahwa peserta didik

36

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam…., h. 54-56 37

Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, Menyenangkan……………, hal. 6-13

Page 40: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

30

yang mengalami perubahan konsep terus menerus, sangat berperan dalam

menjelaskan mengapa seorang peserta didik bisa salah mengerti dalam

menangkap suatu konsep yang ia pelajari, sehingga teori perubahan konsep

bisa dikatakan sejalan dengan makna belajar dalam konteks PAIKEM.

Begitu juga menurut teori skema, pengetahuan disimpan dalam suatu

paket informasi, atau skema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita.

Teori ini lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita tersusun dalam suatu

skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar, kita dapat menambah

skema yang ada sehingga dapat menjadi lebih luas dan berkembang.38

Hal

tersebut juga ditekankan oleh PAIKEM dalam proses belajar dimana peserta

didik diharapkan mampu menancapkan pengetahuannya dengan kuat (long

term memory).

Bruner dalam teori belajar penemuan (discovery learning)

mengasumsikan bahwa belajar paling baik apabila peserta didik menemukan

sendiri informasi dan konsep-konsep. Dalam belajar penemuan, peserta didik

menggunakan penalaran deduktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-

contoh. Misalnya, guru menjelaskan kepada peserta didik tentang penemuan

sinar lampu pijar, kamera, dan CD, serta perbandingan antara invertion dengan

discovery (misalnya listrik, nuklir dan gravitasi). Peserta didik kemudian

menjabarkan sendiri apakah yang dimaksud dengan invertion dan bagaimana

perbedaannya dengan discovery.

Dalam belajar penemuan, peserta didik ”menemukan” konsep dasar atau

prinsip-prinsip dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan

konsep tersebut. Bruner yakin bahwa peserta didik ”memiliki” pengetahuan

apabila menemukan sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya

sendiri, yang memotivasinya untuk belajar.

Sementara mengajar dalam konteks PAIKEM bukanlah memindahkan

pengetahuan dari guru ke peserta didik, melainkan sesuatu kegiatan yang

memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya sendiri.

Mengajar berarti partisipasi peserta didik dalam membentuk pengetahuannya

38

http://www.freewebs.com

Page 41: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

31

sendiri, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis, dan mengadakan

justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar itu sendiri.39

E. Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM

Beberapa kelebihan dari strategi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) di antaranya adalah:

a. Proses belajar mengajar menjadi proses yang menyenangkan (learning is

fun). Karena peserta didik terlibat dan berperan aktif di dalam proses situ.

Pengetahuan yang mereka peroleh, mereka konstruksi sendiri melalui

pengalaman belajar bukan transfer dari guru kepada peserta didik. Dengan

demikian pembelajran menjadi bermakna (meaningful).

b. Strategi PAIKEM sangat sesuai dengan berbagai gaya belajar. Pada

umumnya gaya belajar peserta didik ada tiga macam, yaitu visual,

auditorial, dan kinestetik.

1) Visual

Gaya belajar ini sangat mengandalkan indera penglihatan. Mereka

sangat mudah mengakses citra visual, yang diciptakan maupun

diingat. Seseorang yang sangat visual mempunyai ciri-ciri:

a) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan;

b) Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada

dibacakan;

c) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap

detail, mengingat apa yang dilihat.

2) Auditorial

Gaya belajar ini sangat mengandalkan indera pendengaran. Mereka

sangat mudah mengakses segala jenis bunyi dan kata, seperti musik,

nada dan irama. Ciri-ciri seseorang yang auditorial adalah:

a) Perhatiannya mudah terpecah;

b) Berbicara dengan pola berirama;

c) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/berbicara

saat membaca.

d) Berdialog secara internal dan eksternal

3) Kinestetik

Gaya belajar ini mampu mengakses segala jenis gerak dan emosi –

diciptakan maupun diingat– gerakan, koordinasi irama, tanggapan

emosional dan kenyamanan fisik sangat menonjol di sini. Ciri-ciri

gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut:

a) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak;

b) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca,

menanggapi secara fisik;

c) Mengingat sambil berjalan dan melihat.

39

http://www.depdiknas.go.id

Page 42: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

32

c. Aspek sosial belajar. Di dalam proses pembelajaran, peserta didik terlibat

dan berpartisipasi aktif seperti berdiskusi dalam kelompok kecil,

mempresentasikan hasil diskusi, menanggapi pertanyaan teman, membuat

rangkuman baik secara individu maupun kelompok. Hal ini akan dapat

membuat peserta didik merasa senang dan merasa memiliki dan dimiliki

sesama anggota kelompok. Secara berproses hal ini akan memupuk rasa

percaya diri peserta didik. Di samping itu, adanya interaksi peserta didik di

dalam diskusi atau kerja kelompok, akan menjadikannya memiliki

keterampilan sosial dan keterampilan berkomunikasi.

Di atas kita telah melihat begitu banyak kelebihan dari strategi

PAIKEM, namun kita tidak menafikan akan adanya kelemahan strategi ini.

Kelemahan strategi PAIKEM ini antara lain:

a. Membutuhkan waktu yang banyak; hal ini akan sangat berbeda jika

dibandingkan ketika guru menggunakan metode ceramah. Ketika guru

harus melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara

langsung seperti dalam diskusi kelompok, guru harus menghabiskan

waktu paling tidak sekitar 5-10 menit hanya untuk membentuk kelompok.

b. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan kreativitas. Dalam

pelaksanaan pembelajaran ini guru yang kreatif menjadi syarat utama.

Yang dihadapi oleh guru adalah peserta didik sebagai individu yang

kadang tidak dapat diperkirakan perubahannya. Ketika seorang guru telah

membuat sebuah skenario pembelajaran dan telah sukses diterapkan di

sebuah kelas, namun bisa terjadi skenario tersebut tidak dapat kita

gunakan di kelas lain karena kondisi anak berubah di luar perkiraan guru.

Maka guru harus dengan cepat mengubah skenario yang ada yang

disesuaikan dengan kebutuhan kelas tersebut, dan hal ini membutuhkan

kreatifitas. Kreatifitas juga sangat diperlukan untuk menciptakan media

pembelajaran yang sesuai dengan materi, tujuan, dan kondisi kelas.

c. Proses pembelajaran hanya menjadi ajang permainan. Sering terjadi

proses pembelajaran hanya focus kepada permainanya saja, sehingga

tujuan pembelajaran tidak tercapai. Seorang guru harus secara teliti

membuat perencanaan secara rinci dan bila perlu guru harus

memperhitungkan menit per menit semua kegiatan sehingga guru dapat

mengambil tindakan jika proses pembelajaran melenceng dari tujuan

yang telah dibuat.

d. Membutuhkan biaya yang besar. Ketika guru menerapkan pembelajaran

dengan strategi PAIKEM, maka guru membutuhkan media atau alat

peraga. Karena tanpa alat peraga proses pembelajaran tidak maksimal.

e. Membutuhkan persiapan yang matang. Ketika seorang guru tampil

mengajar di depan kelas itu hanya merupakan puncak dari serangkaian

kegiatan yang harus dilakukan guru sebelumnya. Guru harus membuat

berbagai persiapan; dari mempersiapkan materi, merumuskan tujuan yang

akan dicapai, memilih dan membuat media yang sesuai sampai pada

Page 43: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

33

menentukan alat evaluasi untuk mengetahui seberapa banyak peserta

didik dapat menyerap materi yang disampaikan.40

Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada, mestinya setiap

pendidik sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Sehingga

proses pembelajaran yang berlangsung bisa berjalan sesuai pada tracknya,

dengan kata lain, pendidik mampu menerapkan PAIKEM tanpa

menanggalkan tujuan yang hendak dicapai. Beberapa langkah yang patut

untuk dilakukan oleh pendidik sebelum menerapkan strategi PAIKEM dalam

proses pembelajaran, diantaranya:

a. Mempersiapkan materi yang hendak disampaikan

b. Menyediakan alat, media yang diperlukan dalam penerapan PAIKEM

c. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan strategi PAIKEM

d. Mempersiapkan berbagai games yang berhubungan dengan materi yang

akan dibahas

e. Berpegang teguh pada prinsip pencapaian tujuan pembelajaran

40

Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan....., hal 41-43

Page 44: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

34

BAB III

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Pendidikan dalam konteks keIslaman lebih populer dikenal dengan kata

”tarbiyah”, ta’lim, dan ta’dib,. Masing-masing istilah tersebut memiliki

keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara

bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika

disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah

yang lain. Dari ketiga term tersebut, tarbiyah menjadi term yang popular dan

sering digunakan dalam praktik pendidikan Islam dibanding dengan dua term

yang lainnya.

Term tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki makna tumbuh,

berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau

eksistensinya.41

Term tersebut mengisyaratkan adanya empat unsur

pendekatan dalam pendidikan Islam, yakni:

1. Memelihara dan menjaga fitrah peserta didik sebelum dewasa (baligh).

2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

3. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan

4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Sementara term ta’lim berasal dari kata ‘allama yang berarti

pengajaran. Berbeda dengan term tarbiyah dan ta’lim, term ta’dib dipahami

41

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 25

Page 45: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

35

sebagai pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak,

moral dan etika. Pemahaman akan ketiga term tersebut memberikan

gambaran secara jelas bahwa term tabiyah lebih tepat untuk digunakan dalam

konteks pendidikan Islam, karena memiliki makna pendidikan yang lebih

sistematis.

Berbagai term-term yang muncul akan mempermudah untuk kemudian

dicari pengertian tentang hakikat pendidikan agama Islam. Tetapi sebelum

merumuskan pengertian pendidikan agama Islam, akan lebih tepat kalau kita

menelaah terlebih dahulu berbagai pandangan tentang pendidikan agama

Islam, yakni :

Pertama, Syaikh Mustafa Al-Ghulayani memaknai pendidikan Islam sebagai

berikut:

yang berarti bahwa pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam

jiwa peserta didik serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga

menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta

cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.42

Hal tersebut sejalan dengan

Zakiah Daradjat berpandangan bahwa pendidikan agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam yang telah diyikininya secara menyeluruh, serta menjadikan

ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.43

Artinya, bahwa

pendidikan Islam dipahami sebagai sebuah proses mendidik peserta didik

dalam memahami serta mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam yang nantinya

42

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam…., h. 35 43

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. VI, h. 86

Page 46: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

36

diharapkan bisa dijadikan sebagai pedoman maupun petunjuk bagi peserta

didik dalam menjalani kehidupan.

Kedua, Muhammad SA Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa

pendidikan Islam adalah “Islamic education in true sense of the lern, is a

system of education which enable a man to lead his life according to the

Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accordance with

tenets of Islam.”44

(Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya

adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga dengan

mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam). Pendapat

tersebut lebih mengarah pada sebuah sistem yang memiliki keterkaitan antara

komponen yang satu dengan komponen yang lainnya, seperti keterkaitan

antara akidah, syariah, dan akhlak yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Ketiga, Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam sebagai segala usaha

untuk memelihara fitrah manusia, serta sumber daya insani yang ada padanya

menuju terbentuknya menusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam.

Dari beberapa penjabaran para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan Islam merupakan suatu proses transformasi dan internalisasi ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik melalui pertumbuhan dan

pengembangan potensi fitrah peserta didik, guna mencapai keselarasan dan

kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya, serta menjadi manusia yang

dapat menyelaraskan kehidupan dunia-akhirat, keseimbangan pelaksanaan

fungsi manusia sebagai kahlifah Allah dan keseimbangan pelaksanaan segala

dimensi yang terdapat dalam diri manusia, sehingga menjadikan dia hidup

penuh bahagia, sejahtera dan penuh kesempurnaan.

Dengan kata lain, pendidikan agama Islam di sekolah dipahami sebagai

segenap usaha sadar yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik di

44

Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

h. 3-4

Page 47: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

37

sekolah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik

menjadi insan yang dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan ajaran

Islam secara menyeluruh dan dengan penuh kesadaran.

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Ditinjau dari segi etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani,

yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang ditempuh

oleh pelari. Istilah ini pada mulanya dipakai dalam dunia olahraga yang

berarti ”a litle race course” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam

pertandingan olahraga). Berdasarkan pengertian ini, dalam kaitannya dengan

dunia pendidikan, maka kurikulum bisa dipahami sebagai ”circle of

instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan peserta didik

terlibat didalamnya.

Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa kurikulum adalah

arena pertandingan, tempat pelajaran bertanding untuk menguasai pelajaran

guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah, atau gelar

kesarjanaan.45

Kurikulum juga dipahami sebagai keseluruhan pengalaman, ilmu

pengetahuan yang akan dihayati oleh peserta didik. Bukan berarti seluruh

pengalaman manusia ditumpahkan di dalam kurikulum sekolah karena

sekolah bukanlah replika dari kehidupan nyata, tetapi merupakan abstraksi

dari perjalanan kehidupan manusia.46

Kurikulum juga merupakan suatu

rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis,

lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan”.47

Ada empat unsur utama dalam kurikulum, yaitu:

1. Tujuan kurikulum yang hakikatnya arah dari program tersebut

45

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), cet. I, h. 126 46

H. A. R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional; Tinjauan Dari Perspektif

Postmodernisme dan Studi Kultural, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), Cet. I, h.117 47

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008), Cet. 10, h. 4.

Page 48: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

38

2. Isi atau materi yang harus diberikan kepada peserta didik untuk mencapai

tujuan

3. Proses pembelajaran yang merupakan strategi pelaksanaan program

4. Program penilaian yang dimaksud untuk mengetahui apakah program itu

telah mencapai arah atau tujuan yang ditetapkan.48

Gambar III Tentang Komponen Kurikulum49

1. Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.50

Tujuan-tujuan tersebut terinci dalam

bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar sabagaimana terlampir.

48

H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta : Quantum Teaching, 2005), cet. I, h. 25 49

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi;

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h.

67 50

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD & MI, (Jakarta:

Puskur. Balitbang. Depdiknas, 2003) / http://www.puskur.net/inc/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf

Page 49: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

39

Sementara Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada

Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.51

Tujuan-tujuan tersebut

terinci dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar

sabagaimana terlampir.

Selanjutnya Pendidikan Agama Islam di SMA/MA bertujuan untuk:

menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT, mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama

dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin

beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi

(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta

mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.52

Tujuan-

tujuan tersebut terinci dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi

dasar sabagaimana terlampir.

2. Bahan atau Isi

Sasaran dan tujuan pendidikan akan tercapai, bilamana materi

pendidikan tersebut diseleksi dengan baik dan tepat. Materi dalam

konteks ini intinya adalah substansi yang akan disampaikan dalam

proses pembelajaran. Cakupan ruang lingkup materi pendidikan Islam

51

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTS, (Jakarta:

Puskur. Balitbang. Depdiknas, 2003) / http://www.puskur.net/inc/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf 52

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA & MA, (Jakarta:

Puskur. Balitbang. Depdiknas, 2003) / http://www.puskur.net/inc/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf

Page 50: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

40

tidak terlepas dari tiga esensi ajaran Islam, yakni iman (akidah), ibadah

(syariah), dan akhlak.

Materi akidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang harus

ditanamkan kepada anak sejak dini. Karena dengan pendidikan inilah

peserta didik akan mengenali siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap

kepada Tuhannya, dan apa saja yang meski diperbuat dalam hidup.

Materi ini diharapkan mampu untuk mengikat peserta didik dengan

dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah sejak peserta

didik mulai mengerti dan memahami sesuatu. Sedangkan tujuan yang

paling mendasar dari materi ini adalah agar peserta didik hanya

mengenal Islam mengenai dirinya, alquran sebagai imamnya, dan rasul

Muhammad sebagai pemimpin dan teladannya.

Kemudian, materi ibadah yang lebih dikenal dengan materi fiqh,

karena materi ini secara menyeluruh telah dikemas oleh para ulama

menjadi sebuah disiplin ilmu yang didalamnya terkandung semua tata

cara peribadatan. Materi ini perlu diperkenalkan kepada peserta didik

sejak usia dini dan sedikit demi sedikit dibiasakan dalam

mengaplikasikannya, agar kelak peserta didik tumbuh menjadi manusia

yang bertaqwa.

Selanjutnya, materi akhlak adalah materi yang didalamnya

membahas mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan, tabiat yang

harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh peserta didik. Tujuan dari

materi ini adalah untuk membentuk benteng religius yang berakar dari

hati sanubari. Benteng tersebut diharapkan mampu memisahkan peserta

didik dari sifat-sifat negatif, kebiasaan dosa dan tradisi jahiliah.53

Materi

ini sejatinya merujuk pada tujuan diutusnya rasul Muhammad dalam

menyebarkan agama Islam.

Secara lebih rinci, materi mata pelajaran pendidikan agama Islam di

sekolah dapat diuraikan sebagaimana terlampir.

53

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam…., h. 40-41

Page 51: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

41

3. PBM

Proses belajar-mengajar (pembelajaran) sebagai komponen

kurikulum dipahami kearah metode pembelajaran, meskipun sebenarnya

pemahaman ini akan cenderung mempersempit makna proses

pembelajaran itu sendiri. Akan tetapi penjabaran lebih lanjut tentang

proses pembelajaran ini tidak disinggung terlalu banyak, mengingat

penjabaran tentang proses pembelajaran telah termaktub dalam bab II

sebagai bagian yang inheren dengan strategi PAIKEM.

4. Evaluasi

Komponen kurikulum pendidikan agama Islam yang juga tak kalah

penting adalah evaluasi, yakni sebuah proses yang dilakukan oleh guru

untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan hasil belajar peserta

didik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan suatu selang

waktu atau tidak sesaat saja.54

Hal senada juga dipaparkan oleh Dr. H.

Samsul Nizar, bahwa evaluasi diartikan sebagai kegiatan untuk

menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam.

Dalam lingkup terbatas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pendidik agama Islam.

Sementara dalam lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam

(dengan seluruh komponen yang terlibat di dalamnya) dalam mencapai

tujuan pendidikan yang dicita-citakan.55

Dengan demikian, secara sederhana evaluasi dipahami sebagai

sebuah kegiatan untuk melihat tingkat keberhasilan pendidikan Islam

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa fungsi

pelaksanaan evaluasi bagi pendidik dan peserta didik, yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam menjalankan

tugasnya sebagai guru

54

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan; Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta : PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. I, hal. h.75 55

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis………, h. 77

Page 52: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

42

b. Untuk mengatahui tingkat kesungguhan guru dalam usahanya

menciptakan proses pembelajaran yang selaras dengan pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

c. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai

dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran.

d. Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang

tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan lainnya yang dimiliki

peserta didik.

e. Untuk mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan

peserta didik terutama yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Komponen kurikulum pendidikan agama Islam yang satu ini masih

sering mendapat kritikan tajam, mengingat eratnya hubungan evaluasi

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Maksudnya, bahwa format evaluasi

yang digunakan mayoritas guru dalam konteks pembelajaran sering tidak

ditemukan akurasinya, misalnya kalau peserta didik dilatih untuk

menyetir mobil, maka evaluasi yang harus dilakukan adalah ujian

menyetir, tidak hanya sebatas pemahaman akan menyetir itu sendiri.

Peserta didik tersebut dinyatakan lulus kalau dia mampu menyetir

dengan baik, tidak membuat kesalahan dalam starter, menekan pedal,

memberi isyarat lampu berhenti dan sebagainya.56

Jadi, evaluasi tersebut

tidak hanya merujuk pada konsep ”belajar tentang agama Islam”, akan

tetapi lebih pada ”belajar agama Islam”.

Salah satu alternatif format evaluasi yang cukup tepat untuk

diterapkan oleh guru adalah tes kepribadian (personality test), mengingat

evaluasi dalam pendidikan Islam tidak sepatutnya hanya diarahkan pada

hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun salat dan sebagainya, akan

tetapi harus diusahakan agar mengarah pada rajin atau tidaknya peserta

didik dalam melaksanakan salat dan sebagainya.57

56

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Al Husna Zikra, 2000),

cet. I, h. 356 57

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 53

Page 53: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

43

Penjelasan tentang kurikulum pendidikan agama Islam tersebut

sejatinya tidak terlepas dari adanya transformasi nilai dalam proses

implementasinya, seperti yang dipaparkan oleh Hasan Langgulung

tentang tujuan pendidikan Islam. Hal tersebut sejalan oleh argumen

Thomas ”schools can never be free of values. Transmitting values to

students occurs implicity through the content and materials to which

students are exposed as a part of the formal curriculum as well as

through the hidden curriculum”, hal ini mengandung makna bahwa

kegiatan pendidikan disekolah baik melalui pembelajaran di dalam kelas

atau diluar kelas , tidak pernah bebas nilai. Isi dan materi kurikulum

yang diberikan kepada peserta didik pun secara implisit akan memuat

transmisi nilai, yang terwujud sebagai bagian dari kurikulum formal

maupun melalui kurikulum tersembunyi.58

Secara lebih luas, kurikulum sebenarnya juga merupakan platform

dalam upaya social recunstruction, sosial enginering menuju

terwujudnya masyarakat ideal yang diinginkan. Jika sekolah

diidentikkan sebagai komunitas masyarakat ideal yang diinginkan, maka

kurikulum adalah guidance untuk mewujudkannya. Dengan demikian

eksistensi kurikulum memang sangat strategis, karena hitam putihnya

implementasi pendidikan sangat ditentukan oleh warna kurikulum

tersebut. Bagaimana wujud kompetensi dan profesionalisme guru yang

diinginkan adalah cerminan dari kurikulum yang ada.59

58

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam….., h. 20 59

Tim Peneliti PPSDM UIN Syahid, “Efektivitas Kurikulum Tarbiyah IAIN dalam

Menyiapkan Guru PAI di SMU”, dalam Jurnal Penelitian Agama dan Keagamaan, Edukasi,No. 1,

Maret 2004, hal. 80-81

Page 54: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

44

BAB IV

GURU AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEM

A. Pengertian Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM

Guru merupakan gelar yang tidak bisa disandang oleh sembarangan

orang pada umumnya, karena dalam konteks pendidikan guru merupakan

salah satu faktor penting yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan.

Bahkan keberadaan guru merupakan faktor conditio sine quanon (kondisi

yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun). Sehingga,

siapapun yang menyandang gelar tersebut sudah pasti berani untuk

menjalankan beragam konsekwensi yang melekat dengan gelar tersebut.

Jabatan guru merupakan profesi yang bersifat professional yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan

bukan profesi yang yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak

memperoleh pekerjaan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

profesi profesional adalah profesi yang dipersiapkan melalui proses

pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus

dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya.60

Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi

panutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para peserta didik di

ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat di sekelilingnya

dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.

60

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan; Visi, Misi dan Aksi….,

hal. 99

Page 55: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

45

Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat

dalam kehidupan bermasyarakat, mengutip ungkapan Ki Hajar Dewantara

yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di

belakang memberi dorongan dan motivasi. Ing ngarso sung tulodho, ing

madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Kedudukan guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan

perkembangan zaman dan sampai kapanpun diperlukan. Kedudukan seperti

itu merupakan penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi para

guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut prestise dan prestasi

yang senantiasa terpuji dan teruji dari setiap guru, bukan saja di depan kelas,

tidak saja di pagar-pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.61

Guru atau pendidik dalam konteks pendidikan Islam biasa disebut

sebagai “ murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, mursyid, ustadz dan

bahkan syaikh”. Meskipun berbagai sebutan tersebut sebenarnya memiliki

tempat masing-masing dalam peristilahan di dunia pendidikan Islam. Guru

merupakan bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang

memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan

meluruskan perilakunya yang buruk.62

Dalam pandangan Zakiyah Daradjat, guru pendidikan agama Islam

adalah sesosok manusia yang mendedikasikan dirinya untuk membimbing

dan mengasuh peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia

dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam

yang telah diyikininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama

Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya (way of life) demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.63

Dengan demikian guru pendidikan agama Islam dalam kaca mata

PAIKEM dipahami sebagai seorang bapak ruhani yang membimbing peserta

61

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1999), cet. X, h. 8. 62

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam; Telaah Atas Komponen Dasar Pendidikan Islam,

(Jakarta: Kencana, 2006), cet. I, h. 1-3

63 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam....., h. 86

Page 56: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

46

didik dalam proses memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama

Islam serta membina akhlak peserta didik dengan mengimplementasikan

prinsip-prinsip pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan peserta

didik (student oriented) dimana efektivitas proses pembelajaran tersebut

memberi keleluasaan peserta didik untuk aktif, berinovasi, mengembangkan

kreatifitas, serta nuansa pembelajarannya menyenangkan.

B. Kompetensi Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM

Profesi guru bukanlah profesi yang bisa disandang oleh sembarangan

orang mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban dalam konteks

pendidikan, maka tidak mengherankan profesi tersebut hanya dapat

disandang oleh segelintir orang yang dinyatakan telah memenuhi kualifikasi

tertentu sebagai persyaratan untuk bisa menjadi guru. Berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,

yakni Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara

utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2)

kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional.

Broke dan Store, sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman, memandang

kompetensi sebagai “gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang

tampak sangat berarti”.64

Sedangkan dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:

“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.”

Secara etimologi kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu

Competency yang berarti kecakapan atau kemampuan. W. Robert Houston

memberikan pengertian kompetensi sebagai berikut: “competence ordinarily

is defined as adeguency for a task or as possession of require knowledge skill

and abilities, yakni kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau

64

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional……., h.14

Page 57: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

47

kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut

oleh jabatan seseorang”.65

Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik

beratkan pada tugas guru dalam mengajar.

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemampuan

seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah, yakni “the ability of

teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, yang berarti

bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan

layak”.66

Penjelasan keempat kompetensi yang tertuang dalam Permendiknas

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru dalam perspektif PAIKEM dipahami

sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

Pertama, kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki

guru agama berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari

berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut

berimplikasi bahwa seorang guru agama harus mampu menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena peserta didik memiliki

karakter, sifat, dan interest yang berbeda.

Kompetensi pedagogik meliputi subkompetensi pedagogik dan

pengalaman belajar, yaitu:

a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,

kultural, emosional dan intelektual.

b. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan

kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan, budaya.

c. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

65

Ny. Roetiyah Nk. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989),

h.18 66

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1996), cet. Ke-3, h.230

Page 58: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

48

d. Memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik.

e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang

mendidik.

f. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta

didik dalam pembelajaran.

g. Merancang pembelajaran yang mendidik.

h. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.

i. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

Pemahaman guru agama akan keberagaman karakteristik peserta

didik membuat guru agama mengetahui cara dan pendekatan apa yang

semestinya dilakukan dalam konteks pembelajaran. Meskipun sampai

saat ini masih terdapat beberapa guru agama yang mengesampingkan

akan pemahaman tersebut, sehingga kesan diskriminasi dalam proses

pembelajaran sering dirasakan oleh peserta didik. Hal tersebut terlihat

dengan jelas bagaimana perbedaan seorang guru agama dalam

memperlakukan peserta didik yang memiliki kemampuan speed learner,

middle learner, dan low learner.

Hal yang sepatutnya menjadi salah satu pertimbangan bagi guru

agama dalam memandang peserta didik adalah kesamaan potensi peserta

didik sebagai bagian yang inheren dalam diri peserta didik, perbedaannya

hanya terletak pada penekanan-penekanan perkembangan potensi peserta

didik yang dikembangkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga

proses pembelajaran yang berlangsung berjalan secara demokratis dan

penuh penghargaan, apresiasi atas perbedaan-perbedaan kemampuan

peserta didik.

Salah satu persamaan dan perbedaan karakteristik peserta didik

bisa dilihat dari kemampuan otaknya. Semua peserta didik memiliki

kapasitas otak yang sama yakni 180 quintriliun bit atau 280 milyar

mainframe yang kalau ditarik persatunya bisa menciptakan 20-50

jaringan sel baru perdetik, sementara komputer hanya memiliki

Page 59: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

49

kemampuan maksimal 60 bit.67

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan

Nick Herbet dalam “the element mind”, bahwa secara sadar kita hanya

memproses 15-50 bit data per detik. Istilah bit dalam ilmu komputer

merupakan satuan informasi, satu bit informasi sama dengan sebuah data.

Misalnya, data “$500” adalah satu bit. Otak mampu mengelolah

1.000.000.000.000 kali 1.000.000.000.000 bit informasi.68

Akan tetapi

setiap peserta didik memiliki perbedaan masing-masing dalam hal

penggunaannya, maka kemudian dikenal istilah otak kiri dan otak kanan

yang keduanya memiliki fungsi serta cara kerja masing-masing.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikutip oleh Arvan

Pradiansyah dari tulisan Emily Dickinson (1830-1886) yang menjelaskan

bahwa69

:

The brain is wider than sky

For put them side by side

The one the other will contain

The brain is deeper than the sea

For hold them blue to blue

The one the other will absord

As sponges buckets do

The brain is just the weight of God

For heft them pound for pound

And they will differ if they do

As syllable from sound

Otak kiri biasa disebut sebagai otak objektif dimana data yang

masuk harus bersifat teratur, sistematis, matematis, logis. Cara

berpikirnya selalu teratur, detail, faktual. Berbeda dengan otak kanan

yang biasa disebut sebagai otak subyektif, tempat data-data yang

67

Abu Fatimah, Belajar Itu Mak Nyuss!, (Jakarta : PT Mirqat Tebar Ilmu, 2008), cet. I, h.

27 68

Dr. Frank Lawlis, The IQ Answer; Meningkatkan dan Memaksimalkan IQ Anak,

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 15 69

Arvan Pradiansyah, The 7 Laws of Happiness; Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia,

(Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka, 2009), cet. VII, h. 43

Page 60: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

50

menyenangkan. Cara berpikirnya tidak teratur, acak, intuitif, holistik,

imajinatif. Begitu juga pendapat Lawrence tentang fungsi otak manusia

yang digolongkan menjadi dua, yakni otak logika dan otak emosi.70

Istilah tersebut memang berbeda, akan tetapi maksud dan maknanya

sama, yaitu otak kiri (otak logika) dan otak kanan (otak emosi).

Roger Sperry 1961 dalam penelitiannya menjelaskan akan struktur

dan fungsi dari otak kiri dan otak kanan sebagaimana berikut71

:

Gambar IV Tentang Fungsi Otak Kiri Dan Otak Kanan

Biasanya, peserta didik yang dominan menggunakan otak kiri akan

berperilaku sebagai berikut:

1. Menyukai kata-kata, symbol, dan huruf

2. Gemar mengikuti kegiatan-kegiatan yang merangsang kemampuan

artikulatif

3. Mengerjakan suatu pekerjaan dengan menggunakan jadwal yang

teratur dan alokasi waktu yang sesuai

4. Menyukai informasi yang bersifat factual

5. Dapat menganalisis atau memprediksi sesuatu yang akan terjadi

6. Menyimpan segala sesuatu di tempat khusus

7. Suka membuat perencanaan sendiri secara matang

8. Sangat stabil dan konsisten

70

Hamzah B. Uno, Masri Kuadrat, Mengelolah Kecerdasan Dalam Pembelajaran;

Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. I, h. 57 71

Adi W Gunawan, Genius Learning Strategi; Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan

Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. II, hal. 62

Page 61: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

51

Sementara peserta didik yang dominan menggunakan otak kanan

biasanya berperilaku sebagai berikut:

1. Lebih bisa berpikir dalam bentuk gambar (skema)

2. Lebih suka segala sesuatu yang bersifat acak

3. Lebih menyukai lingkungan belajar yang bersifat spontan

4. Menyukai informasi yang membahas mengenai hubungan dengan

beberapa hal

5. Menyukai pendekatan yang bersifat terbuka dan baru

6. Sangat fleksibel, bahkan terkadang sulit untuk ditebak

7. Dapat mengikuti perencanaan yang dibuat oleh siapa saja

8. Biasanya bertindak berdasarkan perasaan72

Kemampuan otak peserta didik juga memiliki keunikan dalam hal

gaya belajar (learning style). Gaya belajar peserta didik terbagi menjadi

tiga tipologi, yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya

belajar kinestetik. Ketiga tipologi tersebut tidak dimaksudkan sebagai

pembatasan bahwa setiap peserta didik hanya memiliki satu gaya belajar,

karena bisa jadi dalam diri peserta didik terdapat dua atau bahkan tiga

gaya belajar sekaligus.

Ciri-ciri tipologi gaya belajar peserta didik menurut DePoter dan

Hernacki meliputi73

:

Tabel II Tentang Ciri-ciri Gaya Belajar

Gaya Belajar Visual

Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

Belajar dimana saja, tidak menghiraukan keributan atau

suara berisik disaat belajar

Kutu buku

Lebih suka membaca dari pada dibacakan

Suka dijelaskan secara jelas dalam membahas sesuatu

72

Deasy Harianti, Metode Jitu Melejitkan Daya Ingat, (Jakarta: PT Tangga Pustaka,

2008), cet. II, h. 5-6 73

Abu Fatimah, Belajar Itu Mak Nyuss…………, h. 48-49

Page 62: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

52

Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu dari pada

mengatakannya di depan

Gaya Belajar Auditorial

Belajar harus ditempat yang tenang

Lebih suka mendengarkan dari pada membaca

Jika membaca, lebih senang membaca dengan suara keras

Berbicara fasih

Belajar mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan

dari pada apa yang dilihat

Lebih suka berdiskusi dan menjelaskan sedetail-detailnya.

Gaya Belajar Kinestetik

Belajar sambil praktek langsung

Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca

Ketika membaca, banyak menggunakan bahasa tubuh

(nonverbal)

Tidak dapat duduk diam di suatu tempat

Suka kegiatan yang menyibukkan (secara fisik)

Beberapa karakteristik tersebut selayaknya dipahami oleh guru

agama agar guru agama memahami kapan semestinya data-data atau

materi-materi yang disampaikan selaras dengan kondisi peserta didik

serta sesuai dengan waktu yang tepat untuk dipelajari dalam proses

pembelajaran. Hal ini menjadi sangat penting karena peserta didik disaat

proses pembelajaran dimulai ibarat sebuah botol yang tertutup (kondisi

otak kiri) yang perlu adanya stimulus untuk membuka tutup botol

tersebut (kondisi otak kanan), sehingga data-data atau materi yang

dipelajari tidak hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, akan

tetapi tertanam secara kuat dalam database peserta didik (long term

memory)

Page 63: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

53

Dengan begitu, guru agama dapat menciptakan pembelajaran

berbeda dengan secara harmonis menyusun pengalaman-pengalaman

pembelajaran yang kuat untuk memenuhi kebutuhan unik dari setiap

peserta didik, dipandu oleh konsep-konsep pembelajaran yang harmonis

dengan otak. Hal tersebut merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-

prinsip yang termaktub dalam strategi PAIKEM.

2. Kompetensi Kepribadian

Kedua, guru agama harus mempunyai kemampuan yang berkaitan

dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru agama. Di

sini guru agama dituntut untuk mampu membelajarkan peserta didiknya

tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai

waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan

belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila

guru agama juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Kompetensi kepribadian meliputi subkompetensi kepribadian dan

pengalaman peserta didik yaitu:

a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa.

b. Berlatih membiasakan diri bersikap dan bertindak secara konsisten.

c. Berlatih membiasakan diri mentataati peraturan.

d. Mengevaluasi kinerja.

e. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Kompetensi kepribadian sangat berhubungan dengan integritas

seorang guru agama, sehingga kesadaran akan kepribadian masing-

masing guru agama serta pemahaman guru agama akan kepribadian

setiap peserta didik menjadi salah satu faktor penting dalam konteks

pembelajaran. Artinya, pemahaman guru agama akan dua hal tersebut

membantu guru agama untuk bersikap secara tepat sesuai dengan

keunikan kepribadian peserta didik dalam menciptakan hubungan yang

harmonis serta interaktif saat proses pembelajaran berlangsung. Karena

Page 64: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

54

memang penyamarataan akan keunikan kepibadian merupakan

ketidaktepatan bagi guru agama, mengingat keunikan tersebut

merupakan anugerah kolaborasi dari faktor bawaan sekaligus

pembentukan lingkungan dimana peserta didik berada yang harus

dipahami sebagai konsekwensi logis atas eksistensi peserta didik di

dunia ini. Hal ini menuntut guru agama untuk memahami akan keunikan

tersebut yang nantinya bisa dijadikan dasar untuk membimbing kearah

yang tepat dalam arti kearah yang positif dari setiap keunikan

kepribadian peserta didik.

Secara umum tipologi kepribadian manusia terbagi menjadi empat

macam sesuai dengan ciri-cirinya masing-masing, yaitu:

1. Sanguinis

Sanguinis biasa disebut sebagai tipe pemimpin yang populer, ciri-

cirinya: supel (mudah bergaul), suka berbicara, suka dilihat orang,

senang tampil didepan, suka bergerombol, ceroboh, sering NATO

(no action talk only).

2. Koleris

Koleris biasa disebut sebagai tipe pemimpin yang kuat, ciri-cirinya:

prinsipil, teguh berpendirian, disiplin, kaku dalam menjalankan

peraturan, egois.

3. Melankolis

Melankolis biasa disebut sebagai tipe perasa, ciri-cirinya:

perfeksionis, terstruktur, perasa, pendendam.

4. Pleghmatis

Pleghmatis biasa disebut sebagai tipe pendamai, ciri-cirinya:

pendiam, tenang, sabar, tidak suka konflik, agak lamban dalam

bertindak.74

74

Resume Dari Buku Personality Plus karya Florence Littauer, (Jakarta, Binarupa

Aksara, 1996).

Page 65: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

55

Alvan Pradiansyah dalam “the 7 laws of happiness” menjelaskan

tentang kelebihan dan kekurangan keempat tipe kepribadian manusia

sebagaimana berikut75

:

Tabel III Tentang Kelebihan Dan Kekurangan Tipologi Kepribadian

Sanguinis

Kelebihan Kekurangan

Suka bicara Kurang disiplin

Senang menjadi pusat

perhatian

Kurang terorganisir

Selalu ingin menonjol Pelupa

Mendominasi percakapan Cenderung kekanak-

kanakan

Koleris

Kelebihan Kekurangan

Banyak bicara Kurang relaks

Tegas Kurang sabar

Serius Sering merasa benar

sendiri

Bergerak serba cepat Sering memaksa orang

lain

Tidak suka menyia-nyiakan

waktu

Cenderung egois

Suka berkata apa adanya

(terbuka)

Melankolis

Kelebihan Kekurangan

Sangat terorganisir Kurang gembira

Pekerja keras Mudah tertekan

75

Arvan Pradiansyah, The 7 Laws of Happiness; Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia,

(Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka, 2009), cet. VII, h. 293-294

Page 66: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

56

Sangat teliti Cenderung menunda-

nunda

Phlegmatis

Kelebihan Kekurangan

Low profile Kurang bersemangat

Tidak suka menjadi pusat

perhatian

Kurang menyukai

perubahan

Mudah menyesuaikan diri Suka menunda-nunda

Tidak menyukai konflik Tampak tidak

berpendidikan

Relatif santai dan tidak

tergesa-gesa

Sulit mengambil

keputusan

Gambar V Tentang Tipologi Kepribadian Pendidik Dan Peserta

Didik

Sanguinis Koleris

Pleghmatis Melankolis

Personality

Page 67: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

57

Pemahaman serta kesadaran akan tipologi tersebut jarang dimiliki

oleh guru agama, sehingga terkadang terjadi ketidak tepatan sikap guru

agama dalam menyikapi keunikan pribadi masing-masing peserta didik

dalam proses pembelajaran. Pemahaman kedua hal tersebut adalah

bagian integral yang secara implisit terkandung dari strategi PAIKEM.

3. Kompetensi Sosial

Ketiga, guru agama di mata masyarakat dan peserta didik

merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan

dalam kehidupanya sehari-hari. Guru agama perlu memiliki kemampuan

sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses

pembelajaran yang efektif. Dengan adanya kemampuan tersebut,

otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan

lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para

guru agama tidak akan mendapat kesulitan untuk mendiskusikannya

bersama-sama.

Kompetensi sosial meliputi:

a. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik,

orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan

masyarakat.

b. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan

masyarakat.

c. Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di tingkat lokal,

regional, nasional, dan global.

d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Kemampuan sosial setidaknya mengisyaratkan akan adanya dua

hal yang harus dimiliki oleh guru agama dalam konteks pembelajaran,

yakni kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal karena

keduanya patut ada dalam diri setiap guru agama demi terwujudnya

Page 68: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

58

keefektifan proses pembelajaran dan proses interaksi secara baik

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam konteks pendidikan.

Kemampuan intrapersonal dipahami sebagai kemampuan untuk

mengenal diri sendiri, maksudnya bahwa setiap guru agama

diharapkan memahami akan konsep dirinya secara komperhensip

(menyeluruh). Jersild (1976) menggambarkan konsep diri sebagai

“The label self-concept has been used to identify these subjective

states, even though the self embodies far more than just a conceptual

framework”.76

Setidaknya ada tiga komponen konsep diri, yakni:

1. Diri Ideal (Self Ideal)

Diri ideal merupakan gabungan dari semua kualitas dan pribadi

seseorang yang sangat dikagumi atau lebih jelasnya adalah

gambaran dari sosok seseorang yang sangat diinginkan jika kita

bisa menjadi seperti orang itu. Dalam adagium jawa yang

diperkenalkan oleh Andreas Harefa sebagaimana dikutip oleh

Tanenji dikenal rumus 3 N (Niteni, Niro’ke, Nambahi) yang bisa

menjelaskan tentang diri ideal. Niteni. Maksudnya, bahwa disaat

kita suka atau mengidolakan seseorang, maka kita akan selalu

belajar untuk melihat dan mengamati setiap karakter, ucapan dan

perilaku seseorang yang kita idolakan. Setelah itu, niro’ke

dimaksudkan, bahwa proses pengamatan di awal kemudian

dijadikan landasan untuk meniru atau dalam bahasa familiarnya

dikenal dengan istilah plagiat setiap karakter, ucapan dan perilaku

seseorang yang kita idolakan. Baru rumus terakhir berlaku, yakni

nambahi. Artinya bahwa setelah kedua proses tersebut dilalui,

maka diri kita akan memodifikasi secara sendiri yang kemudian

terbentuklah karakter unik kita sebagai pribadi yang utuh.

Disinilah, terlihat bahwa diri ideal guru agama semestinya

terbentuk dari pribadi yang patut untuk dijadikan suri tauladan atau

76

Hamzah B. Uno, Masri Kuadrat, Mengelolah Kecerdasan Dalam Pembelajaran; …….,

h.85

Page 69: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

59

pribadi yang memang layak untuk diidolakan seperti sesosok

Muhammad yang kehidupannya selalu berjuang demi

kemaslahatan umat dan mendedikasikan dirinya untuk kebaikan

seluruh umat.

2. Citra Ideal (Self Image)

Citra diri dipahami sebagai cara kita melihat diri kita sendiri dan

berpikir mengenai diri kita saat ini atau sekarang. Citra diri juga

bisa disebut sebagai “cermin diri”, artinya bahwa kita akan melihat

ke dalam cermin ini untuk mengetahui bagaimana kita harus

bertindak pada suatu keadaan tertentu.

Contoh disaat kita melihat diri kita di dalam cermin diri sebagai

orang yang percaya diri, tenang, selalu positif thinking, dan mampu

mengajar dengan baik. Maka setiap kali mengajar kita akan merasa

percaya diri, tenang, dan mampu. Hasilnya disaat kita mengajar,

kita mampu mengajar dengan sukses dan luar biasa. Jika ternyata

suatu hal kita gagal mengajar dengan baik, maka kita akan

mengabaikan kegagalan tersebut dan menganggapnya sebagai

kondisi yang bersifat sementara karena nantinya kita pasti akan

berhasil dalam mengajar. Hal tersebut dikarenakan citra diri yang

sangat jelas dalam diri kita.

3. Harga Diri (Self Estem)

Harga diri diartikan sebagai kecenderungan untuk memandang diri

sendiri sebagai pribadi yang mampu dan memiliki daya dalam

menghadapi tantangan hidup yang mendasar dan layak untuk hidup

bahagia. Atau lebih mudahnya harga diri dipahami sebagai

“seberapa suka kita terhadap diri kita sendiri, dan menghormati diri

kita sendiri sebagai pribadi yang berharga dan bermakna”, semakin

tinggi harga diri kita, maka kita akan merasa lebih berharga sebagai

manusia. Hal tersebut memiliki implikasi langsung (direct effect)

terhadap sikap kita dalam menjalani aktifitas sehari-hari dengan

cara yang positif, termasuk mengajar (sebagai pendidik).

Page 70: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

60

Hal ini sejalan dengan ungkapan DR. Robert Firestone yang

dikutip oleh Daniel H Pink dalam bukunya yang berjudul “misteri

otak kanan manusia”, DR. Robert Firestone mengungkapkan bahwa

“Anda tidak akan menemukan makna kehidupan yang tersembunyi

dibawah sebuah batu yang ditulis oleh orang lain. Anda hanya akan

menemukannya dengan memberikan makna kepada kehidupan dari

dalam diri anda sendiri”.77

Sementara kemampuan interpersonal dimaknai sebagai

kemampuan untuk menjalin hubungan dengan sesama. Artinya setiap

guru agama dituntut untuk mampu menjadi pribadi yang mampu

berkomunikasi, bersinergis secara baik dengan semua pihak, dan

mampu membaca perasaan, suasana hati semua pihak. Hal ini

dimaksudkan agar tercipta satu kesamaan frame dalam mewujudkan

tujuan pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, amin Abdullah dalam

tulisannya yang dimuat dalam “the significance of education for the

future; the gulen model of education” berpendapat bahwa “We all are

character educators. Whether we are teachers, administrators,

custodians, or school cleaning servers, we are helping to shape the

character of the children we come in contact with. It is in the way we

talk, the behaviors we model, the conduct we tolerate, the deeds we

encourage, the expectations we transmit”.78

Tulisan Amin Abdullah

tersebut menggambarkan akan pentingnya kemampuan interpersonal

seorang guru agama dalam mengajak semua pihak yang berkaitan di

dunia pendidikan untuk saling bersinergis dengan cara menunjukkan

karakternya yang positif, sehingga peserta didik pun termotivasi untuk

mengikuti karakter-karakter yang ada disekelilingnya.

Dengan adanya kemampuan intrapersonal serta kemampuan

interpersonal dalam diri guru agama, maka guru akan memahami

77

Daniel H. Pink, Misteri Otak Kanan Manusia, (Jogjakarta: Think, 2009), cet. XV, h.

288 78

International Fethullah Gulen Conference, The Significance of Education for The

Future: The Gulen Model of Education, (20 Oktober 2010), h. 22

Page 71: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

61

hakikat dirinya serta bagaimana sejatinya guru berucap, bertindak

serta berhubungan dengan semua orang yang ada disekelilingnya. Hal

tersebut membantu pendidik dalam usahanya menciptakan proses

pembelajaran yang berlandaskan pada strategi PAIKEM.

4. Kompetensi Profesional

Keempat, kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus

dimiliki guru agama dalam perencanaan dan pelaksanaan proses

pembelajaran. Guru agama mempunyai tugas untuk mengarahkan

kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran,

untuk itu guru agama dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.

Guru agama harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran

yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan

mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku

terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan

kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Kompetensi profesional meliputi:

1. Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.

2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

dalam pembelajaran.

4. Mengorganikasikan kurikulum bidang studi.

5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan

kelas.79

Salah satu faktor penting dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru agama adalah kemampuan guru agama dalam menjalin

komunikasi yang efektif, khususnya dalam konteks pembelajaran. Salah

besar jika paradigma komunikasi dipahami hanya sebagai faktor bawaan

79

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi guru; dan upaya Peningkatan Kualifikasi,

Kompetensi dan Kesejahteraan, (Jakarta: Prestasi pustaka, 2007) h. 72-79

Page 72: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

62

manusia, karena kemampuan komunikasi sejatinya perlu dilatih dan

dikembangkan. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi guru sangat

perlu untuk dilatih dan dikembangkan sebagai salah satu cara dalam

meningkatkan profesionalitas guru agama. Kesadaran tersebut memicu

guru agama untuk kemudian mencari format dan cara peningkatan

kemampuan komunikasi yang efektif. Merujuk pada hasil penelitian

Albert Mehrabian 1972 (profesor UCLA) bahwa proporsi pengaruh kata-

kata (verbal) dalam proses komunikasi hanya 7%, suara (voice) 38%,

dan selebihnya 55% adalah bahasa badan (visual) sebagaimana gambar

grafik di bawah ini:

Gambar VI Tentang 3 V

Pemahaman akan proporsi pengaruh bentuk komunikasi tersebut

membantu guru agama untuk mampu menyelaraskan semua bentuk

komunikasi visual, verbal, voice dalam proses pembelajaran, sehingga

miss-communication dan miss-understanding dapat terminimalisir

dengan sendirinya.

Sementara cara untuk melatih bentuk-bentuk komunikasi tersebut

harus memperhatikan beberapa hal sebagaimana berikut :

Tabel IV Tentang Cara Melatih dan Mengembangkan 3 V

VISUAL

VERBAL

VOICE

Page 73: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

63

Mimik Muka Seni Bahasa Intonasi

Suara

Gestur Tubuh Sistematisasi

Kata

Dramatisasi

Suara

Body

Languange

Ketepatan

Bahasa

Penekanan

Suara

Performance Alur Kata Olah Vocal

Keselarasan komunikasi visual, verbal, dan voice guru agama

dalam proses pembelajaran memiliki implikasi positif dalam arti

membantu peserta didik untuk lebih mudah memahami materi-materi

yang didiskusikan dalam proses pembelajaran serta mampu menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan, karena guru agama mampu

membahasakan materi yang disampaikan dengan semua bentuk

komunikasi yang ada dalam seluruh anggota badannya. Hal tersebut

sesuai dengan makna dan substansi dari strategi PAIKEM.

C. Peran Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM

Keberadaan guru pada suatu bangsa sangat penting, apalagi bagi

bangsa yang tengah membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup

bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang

semakin canggih dan segala perubahan dan pergeseran nilai-nilai yang

cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni

pada kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.

Peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada

hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting

dalam menentukan gerak maju suatu bangsa. Contoh, pasca terjadinya

insiden di hirosima dan nagasaki. Pertanyaan pertama yang muncul dari

Kaisar Jepang adalah “berapa jumlah guru yang tersisa?”. Hal tersebut

Page 74: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

64

menjadi salah satu indikasi bahwa peran guru menjadi sangat fundamental

dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta berakhlak

(professional-religious).

Beberapa jenis peran guru agama, yakni:

1. Peran guru agama ditinjau dalam arti luas. Dalam arti luas, guru agama

mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen

moral, sebagai inovator dan kooperatif.

a. Guru agama sebagai ukuran kognitif tugas guru agama umumnya

adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai ketrampilan kepada

generasi muda. Hal-hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus

sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh agama,

masyarakat, dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial,

ekonomi, dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu guru

agama harus memenuhi ukuran kemampuan yang diperlukan untuk

melaksanakan tugasnya, sehingga peserta didik dapat mencapai

ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pembelajaran merupakan hasil

interaksi antara unsur-unsur, motivasi, dan kemampuan peserta

didik, isi atau materi pelajaran yang disampaikan dan dipelajari oleh

peserta didik, keterampilan guru agama menyampaikannya dan alat

bantu pembelajaran yang membuat jalannya pewarisan itu.

b. Guru agama sebagai agen moral dan politik. Guru agama bertindak

sebagai agen moral masyarakat, karena fungsinya mendidik warga

masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung dan berbagai

keterampilan kognitif lainnya. Keterampilan-keterampilan itu

dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan moral, karena

masyarakat yang telah pandai membaca dan berpengetahuan, akan

berusaha menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang

kriminal dan menyimpang dari ukuran masyarakat. Guru agama juga

merupakan gambaran sekaligus berperan sebagai agen politik. Guru

agama menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat

Page 75: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

65

kepada generasi muda. Kemauan-kemauan politik masyarakat

disampaikan dalam proses pembelajaran dalam kelas.

c. Guru agama sebagai inovator. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, maka masyarakat senantiasa berubah dan berkembang

dalam semua aspek. Perubahan dan perkembangan itu menuntut

terjadinya inovasi pendidikan yang menimbulkan perubahan yang

baru dan kualitatif, berbeda dengan hal yang sebelumnya. Tanggung

jawab melaksanakan inovasi itu diantaranya terletak pada

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru yang memegang

peranan utama. Guru agama bertanggung jawab menyebarluaskan

gagasan-gagasan baru, baik terhadap peserta didik maupun terhadap

masyarakat melalui proses pembelajaran dalam kelas.

d. Peranan kooperatif. Dalam melaksanakan tugasnya, guru agama

tidak mungkin bekerja sendirian dan mengandalkan kemampuannya

secara individual. Karena itu para guru agama perlu bekerja sama

antar sesama guru dan dengan pekerja-pekerja sosial, lembaga-

lembaga kemasyarakatan, dan dengan persatuan orang tua peserta

didik. Peranan kerja sama dalam pembelajaran diantara guru-guru

secara formal dikembangkan dalam sistem pembelajaran

berkelompok.

2. Peran guru agama dalam arti yang sempit. Yakni, dalam hubungan

proses belajar mengajar atau dalam proses pembelajaran di sekolah (di

kelas) peran guru agama lebih spesifik sifatnya. Peranan guru agama

adalah sebagai pengorganisir lingkungan belajar dan sebagai fasilitator

belajar. Peranan-peranan yang lebih spesifik tersebut meliputi:

a. guru agama sebagai model,

b. guru agama sebagai perencana,

c. guru agama sebagai peramal,

d. guru agama sebagai pemimpin, dan

e. guru agama sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing ke arah

pusat-pusat belajar.

Page 76: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

66

Konsekwensi dari peran guru agama sebagai fasilitator, menuntut

guru agama untuk memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada peserta didik dengan

berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket,

dan sebagainya.

2. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang

baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak

berkembang

3. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara

memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar peserta

memilihnya dengan tepat.

4. Mengadakan evaluasi setiap waktu, baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk mengetahui apakah perkembangan peserta didik berjalan

dengan baik atau tidak.

5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik menemui

kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

6. Meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang studi yang diajarkan

maupun dalam cara mengajarkannya.82

7. Harus mengetahui terlebih dahulu apa yang perlu diajarkan.

Kedudukannya sebagai guru agama mengharuskan dia mempelajari atau

mendapatkan informasi tentang apa materi yang akan diajarkan.

8. Harus mengerti secara keseluruhan bahan yang perlu diberikan kepada

peserta didiknya

9. Harus mempunyai kemampuan menganalisa materi yang akan diajarkan

dan menghubungkannya dengan konteks komponen-komponen

pendidikan secara keseluruhan. Islam sudah memberikan pola tentang

bagaimana way of thinking dan way of life yang perlu dikembangkan

melalui proses edukasi.

10. Harus mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat

82

M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), h. 142

Page 77: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

67

Berbagai peran guru agama dalam perspektif PAIKEM yang

tercantum di atas memberikan diskripsi akan besarnya tanggung jawab

seorang guru agama di dunia pendidikan, khususnya dalam hal

pembelajaran. Disadari atau tidak, warisan adagium dari orde baru bahwa

”guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” bisa memiliki impliksasi negatif

akan kekurang-perhatian pemerintah dan semua kalangan dalam

memberikan apresiasi yang selayaknya diberikan bagi guru sebagai bagian

dari feedback dedikasinya dalam membangun bangsa.

Terlepas dari adagium tersebut, maka sudah semestinya tendensi satu-

satunya guru dalam menjalankan perannya adalah pengabdiannya kepada

masyarakat sebagai bagian integral dari konsekwensi logis atas peraihan

legalitas formal atau gelar kesarjanaan yang diperoleh.

Page 78: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa guru agama ideal dalam

perspektif PAIKEM adalah sesosok manusia yang mendedikasikan dirinya

dalam membimbing peserta didik dalam proses memahami, menghayati,

mengamalkan ajaran agama Islam serta membina akhlak peserta didik dengan

mengimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran yang berorientasi pada

pemberdayaan peserta didik (student oriented) dimana efektivitas proses

pembelajaran tersebut memberi keleluasaan peserta didik untuk aktif,

berinovasi, mengembangkan kreatifitas, serta nuansa pembelajarannya

menyenangkan.

Disamping itu, kompetensi guru agama ideal dalam perspektif

PAIKEM diindikasikan melalui kompetensi pedagogik dengan cara

memahami karakteristik otak serta gaya belajar peserta didik, melalui

kompetensi kepribadian dengan cara memahami akan kepribadiannya sendiri

serta memahami berbagai tipologi kepribadian peserta didik, melalui

kompetensi sosial dengan memahami akan dirinya sendiri serta mampu

menjalin hubungan secara baik dengan semua pihak (kemampuan

intrapersonal dan kemampuan interpersonal), melalui kompetensi profesional

dengan cara memahami, menyelaraskan serta mengaplikasikan konsep 3 V

(visual, verbal, voice) dalam proses pembelajaran.

Page 79: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

69

Begitu juga peran guru agama dimaknai sebagai fasilitator yang

mengimplimentasikan prinsip-prinsip strategi pembelajaran PAIKEM serta

berorientasi pada pemberdayaan peserta didik (student oriented).

Gambar VII Tentang Guru Agama Ideal Dalam Perspektif PAIKEM

B. Saran-saran

Dari kesimpulan tersebut, terdapat beberapa hikmah (pelajaran) yang

berupa saran bagi guru agama dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Pendidik diharapkan memiliki kemauan untuk meningkatkan kualitas

pribadinya secara kontinuitas demi terwujudnya proses pembelajaran yang

sesuai dengan harapan.

Page 80: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

70

2. Pendidik sepatutnya memiliki kemauan untuk memahami setiap

karakteristik peserta didik, baik dari segi kesamaan kemampuan otak serta

perbedaan penggunaan otak peserta didik.

3. Pendidik diharapkan memahami dan mengenal dirinya sendiri secara utuh,

baik dalam hal kepribadiannya maupun kemampuan komunikasinya, serta

menjalin hubungan baik dengan semua pihak.

4. Pendidik diharapkan terus melatih dan mengembangkan kualitas

komunikasinya dengan belajar menyelaraskan semua bentuk

komunikasinya sebagai sebuah keniscayaan yang harus dilaksanakan.

5. Begitu juga, penulis berharap bisa terus belajar mengaplikasikan serta

mengembangkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam skema guru agama

ideal dalam perspektif PAIKEM, sehingga bisa bermanfaat untuk sesama

dalam rangka membangun bangsa melalui dunia pendidikan.

Page 81: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

71

DAFTAR PUSTAKA

Aly Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu,

1999).

Athiyah Al Abrasyi M., Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1990).

Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

Dirgantoro Crown, Manajemen Strategik, (Jakarta : Grasindo, 2001).

Fatimah Abu, Belajar Itu Mak Nyuss!, (Jakarta : PT Mirqat Tebar Ilmu, 2008).

Gunawan Adi W, Genius Learning Strategi; Petunjuk Praktis Untuk

Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2004).

Harefa Andreas, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000).

Harianti Deasy, Metode Jitu Melejitkan Daya Ingat, (Jakarta: PT Tangga

Pustaka, 2008).

HM Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,

1991).

http://www.depdiknas.go.id.

http://www.freewebs.com.

http:/www.google.com//kreativitas.

http://www.google.com/artikel/pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.htm.

http://www.puskur.net/inc/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf

http:/www.pdip-balitbang2004.com

http://www.suhadinet.wordpress.com; komunikasi pembelajaran yang efektif, 21

mei 2009.

Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan Untuk Guru SD, (Jakarta : PPPPTK IPA, 2009).

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:

RaSAIL Media Group, 2008).

Page 82: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

72

International Fethullah Gulen Conference, The Significance of Education for The

Future: The Gulen Model of Education, (20 Oktober 2010)

Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran, ( Surabaya : LAPIS-PGMI, 2008).

Kartanegara,Mulyadhi Seni Mengukir Kata, ( Bandung: Mizan Learning Center,

2005).

Ladjid H. Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis

Kompetensi, (Jakarta : Quantum Teaching, 2005).

Langgulung Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Al Husna Zikra,

2000).

Lawlis Dr. Frank, The IQ Answer; Meningkatkan dan Memaksimalkan IQ Anak,

(Jakarta: PT Gramedia, 2008).

Littauer Florence, Personality Plus karya, (Jakarta, Binarupa Aksara, 1996).

L Silberman Melvin, Active Learning; 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung :

Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2004).

Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2006).

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005).

Mujib Abdul, Ilmu Pendidikan Islam; Telaah Atas Komponen Dasar Pendidikan

Islam, (Jakarta: Kencana, 2006).

Munadi Yudhi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Erektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Sebagai Bahan

Ajar pada Program Sertifikasi Guru yang dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.

Munthe Bermawy, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan

Madani, 2009).

Nashori Fuad dan Rachmi Dian Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Yogjakarta: Menara Kudus, 2002).

Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan

Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2007).

Page 83: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

73

Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Nk Ny. Roetiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara,

1989).

Pink Daniel H., Misteri Otak Kanan Manusia, (Jogjakarta: Think, 2009).

Pradiansyah Arvan, The 7 Laws of Happiness; Tujuh Rahasia Hidup yang

Bahagia, (Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka, 2009).

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)

Rusyan Tabani, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 1992).

Semiawan Conny dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah

Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1990).

Shaleh Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan; Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta : PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000).

Sudrajat Akhmad, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan

Model Pembelajaran, Artikel tanggal 03 Januari 2008.

Sukmadinata Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008).

Sumardjan Selo, Kreativitas Suatu Tinjauan dari Sudut Sosiologi, (Jakarta: Dian

Rakyat, 1983).

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Nomor : Dj.I /754/ 2010

Tentang Pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (Usbn) Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Sd, Smp, Dan Sma / Smk

Tahun Pelajaran 2010/2011, Ditetapkan di Jakarta, 2 Nofember 2010,

Ditandatangani Oleh Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali.

Suryabrata Sumadi, Metodologi penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1995)

Syah Muhibbin & Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatihan tentang Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Erektif, Menyenangkan (PAIKEM).

Dipresentasikan pada Pendidikan & Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2009.

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1996).

Page 84: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

74

Tilaar H. A. R., Manifesto Pendidikan Nasional; Tinjauan Dari Perspektif

Postmodernisme dan Studi Kultural, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

2005).

Tim Peneliti PPSDM UIN Syahid, “Efektivitas Kurikulum Tarbiyah IAIN dalam

Menyiapkan Guru PAI di SMU”, dalam Jurnal Penelitian Agama dan

Keagamaan, Edukasi,No. 1, Maret 2004.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,

dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009).

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi guru; dan upaya Peningkatan

Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan, (Jakarta: Prestasi pustaka,

2007).

Trim Bambang, Magical Public Speaking, (Yogyakarta: MedPress, 2010).

Usman Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1999).

Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Peraturan

Pemerintahan RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta

Wajib Belajar, (Bandung : Citra Umbara, 2010)

Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintahan RI

Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Citra

Umbara, 2010)

Uno Hamzah B., Masri Kuadrat, Mengelolah Kecerdasan Dalam Pembelajaran;

Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009).

Wahyudi Tubagus, modul pelatihan tentang Menjadi Public Speaker Handal.

Sebagai bahan ajar dalam Training Public Speaking for Teaching yang

dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta 2010.

Yusuf Tarmizi, Be The Winner, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005)

Zaini Hisyam Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:

CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002).

Page 85: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Lampiran I

Materi PAI Tingkat SD, SMP, SMA54

1. Aqidah keimanan

a. Sekolah dasar

Kelas Materi

Kelas I Hafal enam rukun iman

Dua kalimat syahadat

Kelas II Lima Asmaul Husna

Arti Asmaul Husna

Kelas III Di Standar Kompetensi Puskur tidak dicantumkan

Kelas IV Sepuluh sifat-sifat wajib bagi Allah

Nama-nama malaikat serta tugas-tugasnya

Kelas V

Nama-nama kitab suci Allah serta nama-nama rasul

yang menerimanya

Nama-nama Rasul Allah SWT.

Nama-nama rasul ulul azmi

Membedakan antara nabi dan rasul

Kelas VI Iman kepada hari akhir

Iman kepada qadha dan qadhar

b. Sekolah Menengah Pertama

Kelas Materi

Kelas VII

Iman kepada Allah SWT.

lima Asmaul Husna (al-Azas, al-Wahhab, al-

Fattah, al-Qayyum, dan al-Hadi)

Iman kepada malaikat

Kelas VIII Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

Iman kepada Rasul Allah SWT.

Kelas IX

Iman kepada hari akhir

Beberapa hal yang berkaitan dengan hari akhir

Adanya pembalasan amal baik dan buruk

c. Sekolah Menengah Atas

Kelas Materi

Kelas X

Iman kepada Allah SWT.

Sifat-sifat Allah SWT.

Asmaul Husna (al’Adlu, al-Ghaffar, al-Hakim, al-

Malik, al-Hasib)

Iman kepada malaikat

Kelas XI Fungsi iman kepada rasul-rasul Allah SWT.

54

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD & MI, (Jakarta:

Puskur. Balitbang. Depdiknas, 2003) / http://www.puskur.net/inc/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf

Page 86: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Dalil naqli dan aqli tentang fingsi iman kepada

rasul-rasul Allah

Tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman

kepada rasul-rasul Allah SWT. dalam kehidupan

sehari-hari

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

Kelas XII

Iman kepada hari akhir

Dalil naqli tentang hari akhir

Iman kepada qadha dan qadhar

2. Akhlak

a. Sekolah dasar

Kelas Materi

Kelas I

Hidup bersih, jujur, kasih saying

Dermawan, rajin

Adab belajar, adab makan dan minum

Adab sebelum dan sesudah tidur

Kelas II

Berprilaku rendah hati, sederhana, dan hormat

kepada orang tua

Adab mandi dan buang air

Kisah Nabi Adam AS. Dan Nabi Muhammad

SAW.

Kelas III Sikap percaya diri, tekun, dan hemat.

Kelas IV

Kisah Nabi Ibrahim AS. dan puteranya Nabi Ismail AS

Sikap hormat dan santun kepada guru

Sikap hormat dan santun kepada tetangga.

Kelas V

Kisah Nabi Ayub AS. ketika menderita sakit

Sikap disiplin dan tolong menolong

Menghindari perilaku mencuri

Menghindari sikap lalai.

Kelas VI

Pengertian dan contoh-contoh tanggungjawab

Kisah Nabi Musa AS.

Kisah Nabi Isa AS.

Ajaran Islam tentang silaturahmi

b. Sekolah Menengah Pertama

Kelas Materi

Kelas VII

Berhati lembut, setia, kerja keras, tekun, dan ulet

Sabar dan tawakkal

Hasad, suudzan, khianat dan jubun.

Kelas VIII

Tata cara bergaul dengan orang tua, guru, yang

lebih tua, teman sebaya, dan lawan jenis

Sifat egois dan pemarah

Sifat dendam dan munafik

Page 87: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Tata karma dalam kehidupan

Kelas IX

Qana’ah dan toleransi

Peduli terhadap lingkungan

Takabbur (sombong)

Minuman keras (khamar, narkoba dan sejenisnya

c. Sekolah Menengah Atas

Kelas Materi

Kelas X

Husnuzhzhan kepada Allah SWT.

Akhlak karimah terhadap diri sendiri

Akhlak karimah terhadap lingkungan

Hasad, riya dan aniaya

Kelas XI

Taubat kepada Allah SWT.

Raja’ (mengharap keridhaan Allah SWT.)

Ajaran tentang larangan perilaku tercela

Ajaran tentang tolong menolong

Ajaran tentang menghargai karya orang lain.

Kelas XII

Ajaran tentang perilaku terpuji

Riddah, israf, ghibah, mengadu domba dan fitnah

Ajaran tentang tasamuh

Pandangan Islam tentang ilmu

3. Sejarah

a. Sekolah Menengah Pertama

Kelas Materi

Kelas VII Masyarakat Makkah sebelum Islam datang

Masyarakat Makkah sesudah Islam dating

Kelas VIII

Masyarakat Madinah sebelum Islam dating

(sebelum hijrah)

Masyarakat Madinah sesudah Islam datang

(sesudah hijrah)

Penyiaran Islam periode Madinah.

Kelas IX Perkembangan Islam pada masa Khulafaur

Rasyidin.

b. Sekolah Menengah Atas

Kelas Materi

Kelas X Islam pada masa bani Umayah

Islam pada masa bani Abbasiyah

Kelas XI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan

pada abad pertengahan

Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan

Page 88: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Pembaharuan dalam Islam

Kelas XII Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan pemikiran Islam di dunia

4. Al-Qur’an dan Hadits

a. Sekolah dasar

Kelas Materi

Kelas I Surat al-Fatihah Surat al-Ikhlas Surat al-Kautsar

Kelas II Surat al’Ashr Surat an-Nashr Surat an-Naas

Kelas III Membaca dan menulis al-Qur’an permulaan Surat al-Falaq

Kelas IV

Membaca dan menulis surat/ayat pilihan Hafalan surat al-Kafirun Membaca al-Qur’an surat/ayat pilihan Surat al-Lahab

Kelas V

Surat al-Maun

Surat al-Fiil

Surat al-Quraisy

Kelas VI

Mengartikan surat al-Fatihah

Surat al-Ikhlas

Surat al-‘Ashr

b. Sekolah Menengah Pertama

Kelas Materi

Kelas VII

Surat ad-Dhuha

Surat al-‘Adiyat

Hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam

qamariyah

Hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati

Hadits tentang rukun Islam.

Kelas VIII

Surat at-Tiin

Surat al-Qadar

Hukum bacaan qalqalah, lam dan ra’

Hukum bacaan mad

Hadits tentang menuntut ilmu.

Kelas IX

Surat al-Qari’ah

Surat Alam Nasyrah

Surat al-Bayyinah

Hukum bacaan waqaf

Hukum bacaan idgham

Hadits tentang kebersihan.

Page 89: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

c. Sekolah Menengah Atas

Kelas Materi

Kelas X

Surat al-Mukmin ayat 67

Surat al-Baqarah ayat 30

Surat adz-dzariyat ayat 56

Surat al-An’am ayat 162-163

Surat al-Bayyinah ayat 5

Surat Ali Imran ayat 159

Surat asy-Syuara ayat 38

Surat an-Nahl ayat 125.

Kelas XI

Surat al-Baqarah ayat 148 Surat al-Mujadalah ayat 11 Surat Fathir ayat 32-33 Surat al-Isra ayat 26-27 Surat al-Baqarah ayat 177 Surat ar-Rum ayat 41-42 Surat al-A’raf ayat 56-58 Surat Shaad ayat 27-28

Kelas XII

Surat Yunus ayat 40-41 Surat asy-Syura ayat 14 Surat an-Nisa ayat 32 Surat al-Jumu’ah ayat 9-10 Surat Yunus ayat 101 Surat al-Baqarah ayat 164.

5. Fiqh

a. Sekolah dasar

Kelas Materi

Kelas I

Bersuci/thaharah

Berwudhu

Hafal rukun Islam

Kelas II

Hal-hal yang berkaitan dengan wudhu

Bacaan shalat wajib

Gerakan-gerakan shalat

Gerakan dan bacaan shalat

Kelas III Gerakan, bacaan, dan keserasian shalat yang

sempurna

Kelas IV

Bacaan, gerakan, rukun, syarat sah, dan hal-hal

yang membatalkan shalat

Lafal adzan dan iqamah

Kelas V Puasa ramadhan

Puasa sunnah

Kelas VI Zakat fitrah

Bacaan dzikir dan do’a setelah ahalat

Page 90: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

b. Sekolah Menengah Pertama

Kelas Materi

Kelas VII

Thaharah (bersuci)

Shalat wajib, shalat berjamaah, macam-macam sujud

Shalat jum’at

Shalat jama’ dan qashar

Shalat sunnah rawatib dan iedain.

Kelas VIII

Shalat tahiyyatul masjid, tarawih dan witir

Puasa wajib

Zakat fitrah dan zakat mal

Shalat sunnah dhuha

Puasa sunnah senin, kamis, syawal dan arafah

Hukum Islam tentang makanan dan minuman

Hukum Islam tentang binatang yang dihalalkan dan

diharamkan

Kelas IX

Aqiqah dan kurban

Ibadah haji dan umrah

Shalat tahajjud dan istikharah

Shalat jenazah

Pernikahan

c. Sekolah Menengah Atas

Kelas Materi

Kelas X

Sumber-sumber hukum Islam (al-Qur’an dan Hadits)

Ijtihad dalam hukum Islam

Pembagian hukum Islam

Hukum Islam tentang zakat dan hikmahnya

Haji dan umrah

Wakaf dan hikmahnya

Kelas XI

Ketentuan tentang jual-beli

Ketentuan tentang riba

Ketentuan tentang syirkah

Ketentuan tentang musaqah, muzaraah, dan mukhabarah

Ketentuan tentang perbankan

Ketentuan tentang asuransi

Ketentuan tentang kerja sama ekonomi

Penyelenggaraan jenazah

Ketentuan tentang jinayat

Ketentuan tentang hudud

Ketentuan tentang khutbah jum’at.

Kelas XII

Mawaris

Perbandingan dengan hokum adapt

Munakahat, talak dan rujuk

Buku I kompilasi hokum Islam di Indonesia.

Page 91: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Lampiran II

SK dan KD PAI Tingkat SD, SMP, SMA

Kelas I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran

Hafal surat Al Fatihah, Al Ikhlas

dan Al- Kautsar

Aspek Keimanan

Mengenal enam rukun iman

dan syahadatain.

Beriman dan mengenal enam rukun

iman serta dua kalimat syahadat

(syahadat tauhid dan syahadat rasul)

Aspek Akhlak

Terbiasa berperilaku sifat-sifat

terpuji dan bertatakrama.

Berperilaku hidup bersih, jujur,

kasih sayang, dermawan dan rajin Terbiasa bertatakrama ketika

belajar, makan-minum, dan sebelum

dan sesudah tidur

Aspek Ibadah

Mengenal lima rukun Islam dan

mengerti tatacara bersuci

Mengenal rukun Islam, dan mampu

melakukan tata cara thaharah/

bersuci

Kelas II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran

Hafal Al Quran surat-surat

pendek pilihan

Hafal surat pendek pilihan Al-’Ashr,

An Nashr, dan An Naas

Aspek Keimanan

Beriman kepada Allah dan

mengenal Asmaul Husna

Mengenal dan hafal lima Asmaul

Husna

Aspek Akhlak

Terbiasa berperilaku sifat-sifat

terpuji, menghindari sifat

tercela, dan bertatakrama dalam

kehidupan sehari-hari

Terbiasa berperilaku rendah hati,

sederhana dan hormat terhadap

orang tua Tertib ketika mandi dan buang air Terbiasa berperilaku dengan sifat-

sifat terpuji

Aspek Ibadah

Mampu berwudu, hafal bacaan

dan melakukan gerakan shalat.

Berwudhu dengan benar Hafal bacaan dan melakukan

gerakan shalat Melakukan shalat fardu dengan

benar

Page 92: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Kelas III

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran

Membaca, menulis Al Quran

permulaan dan hafal surat-surat

pendek pilihan.

Membaca dan menulis Al Quran

permulaan (Membaca Al Quran

permulaan Tuntas) Hafal surat Al Falaq

Aspek Keimanan

Aspek Akhlak

Terbiasa berperilaku sifat

terpuji, menghindari sifat

tercela, dan bertatakrama

Berperilaku dan bersikap percaya

diri, tekun dan tidak boros

Aspek Ibadah

Mampu shalat dengan

menserasikan bacaan dan

gerakannya

Mampu melaksanakan shalat fardhu

(Pemantapan)

Kelas IV

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran

Membaca, menulis Al Quran

permulaan, dan hafal surat-surat

pendek pilihan

Membaca dan menulis Al Quran

Permulaan Membaca dan menulis Al Quran

dengan benar (lanjutan) Membaca dan hafal surat Al Lahab

Aspek Keimanan

Beriman kepada Allah dengan

mengenal sifat-sifat-Nya serta

meneladani ketaatan para Nabi.

Beriman kepada Allah dengan

mengenal sifatsifat wajib bagi Allah

Aspek Akhlak

Meneladani ketaatan Nabi Ibrahim

AS dan putranya Ismail AS Terbiasa bertatakrama terhadap

guru dan tetangga

Aspek Ibadah

Melakukan shalat dan mengerti

syarat sah dan membatalkannya

Melakukan shalat dengan memarahi

sempurna dan syarat sah serta

membatalkannya Melakukan adzan dan iqamah

sebelum shalat dengan benar

Kelas V

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran Membaca dan menulis Al Quran serta hafal surat pendek pilihan.

Membaca dan hafal surat Al Ma’un dan Al Fii

Membaca dan hafal surat Al Quraisy

Aspek Keimanan Beriman kepada kitab suci dan

Beriman kepada kitab suci dan nama-nama rasul yang menerimanya

Page 93: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Rasul Allah serta mengenal namanamanya

Beriman kepada Rasul Allah SWT

Aspek Akhlak Terbiasa berperilaku sifat terpuji, menghindari sifat tercela, dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari.

Meneladani ketabahan Nabi Ayub AS

Berperilaku disiplin dan tolong menolong

Menghindari sikap dan perilaku suka mengambil milik orang lain (mencuri)

Menghindari sikap dan perilaku lalai Aspek Ibadah Memahami dan melakukan puasa Ramadhan

Melakukan puasa ramadhan dan puasa sunnah

Kelas VI

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aspek Alquran

Membaca fasih, menulis,

mengartikan dan hafal Al

Quran surat pilihan.

Membaca dengan fasih dan

mengartikan surat Al Fatihah, Al

Ikhlas dan Al- ‘Ashr

Aspek Keimanan Beriman kepada hari akhir,

qadha dan qadar dan

menyebutkan tandatandanya

Beriman kepada Hari Akhir dan

Qadha-Qadar

Aspek Akhlak

Terbiasa berperilaku sifat

terpuji dan meneladani para

Nabi pilihan

Terbiasa berperilaku tanggung jawab

dan meneladani Nabi Musa AS Meneladani sikap penolong Nabi Isa

AS dan senang

melakukansilaturrahim

Aspek Ibadah

Melaksanakan zakat fitrah

menurut ketentuannya

Melaksanakan zakat fitrah Melaksanakan dzikir dan do’a

setelah shalat

Kelas VII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

Mengamalkan ajaran

Al Quran/Hadits dalam

kehidupan sehari-hari

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

Ad Dhuha.

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

Al ‘Adiyat

Siswa mampu menerapkan hokum

bacaan Alif Lam Syamsiyah dan

Alif Lam Qamariyah

Siswa mampu mempraktikkan

Page 94: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

hukum bacaan Nun mati/Tanwin

dan Mim mati.

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin hadits

tentang rukun Islam

Aqidah

Menerapkan aqidah

Islam dalam kehidupan

seharihari.

Siswa beriman kepada Allah dan

memahami sifat-sifat Nya.

Siswa mampu meneladani Allah

melaluii lima Asma- Nya (Asmaul

Husna).

Siswa beriman kepada Malaikat

Allah dan mengetahui

tugastugasnya

Akhlak

Menerapkan akhlaqul

karimah (akhlak yang

mulia) dan

menghindari akhlak

tercela dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa berhati lembut, setia, kerja

keras, tekun, dan ulet

Siswa berperilaku sabar dan

tawakal

Siswa mampu menghindari sifat

hasad, suuzhan, khianat, dan jubun

Fiqih

Menerapkan hukum

Islam dalam kehidupan

seharihari.

Siswa mampu melakukan thaharah

(bersuci).

Siswa mampu melakukan shalat

wajib.

Siswa mampu melakukan shalat

berjama’ah.

Siswa mampu melakukan sujud

sahwi, tilawah, dan syukur.

Siswa melakukan shalat Jum’at

Siswa melakukan shalat jama’ dan

qasar

Siswa melakukan macam-macam

shalat sunat.

Tarikh dan Kebudayaan

Islam Mengambil manfaat

dari sejarah Islam

tentang keadaan

masyarakat Makkah

sebelum dan sesudah

Islam datang dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa mampu mengambil manfaat

dari perkembangan masyarakat

Makkah sebelum Islam datang

Siswa mampu mengambil manfaat

dari perkembangan masyarakat

Makkah sesudah Islam dating

Page 95: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Kelas VIII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

Mengamalkan ajaran Al

Quran/Hadits dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

At Tiin.

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

Al Qadar.

Siswa mampu menerapkan hokum

bacaan alqalah, lam dan ra’.

Siswa mampu menerapkan hokum

bacaan Mad

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin hadits

tentang menuntut ilmu.

Aqidah

Menerapkan aqidah

Islam dalam kehidupan

seharihari

Siswa beriman kepada Kitab-kitab

Allah

Siswa beriman kepada Rasul Allah

serta memahami sifat dan tugas-

tugasnya

Akhlak

Menerapkan akhlaqul

karimah (akhlak yang

mulia) dan menghindari

akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa bertatakrama dalam

pergaulan sehari-hari.

Siswa mampu menghindari sifat

egois dan pemarah

Siswa mampu menghindari sifat

dendam dan munafik

Siswa bertatakrama (beradab)

dalam kehidupan.

Fiqih

Menerapkan hukum

Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

Siswa melakukan shalat tahiyatul

masjid, tarawih, dan witir

Siswa melakukan puasa wajib

Siswa melakukan zakat fitrah dan

zakat mal.

Siswa melakukan shalat sunat

Dhuha

Siswa melakukan puasa sunnah

Senin, Kamis, Syawal, dan Arafah.

Siswa menerapkan ketentuan

hokum Islam tentang makanan dan

minuman

Siswa menerapkan ketentuan

hokum Islam tentang binatang

yang dihalalkan dan yang

diharamkan

Page 96: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Tarikh dan Kebudayaan Islam Mengambil manfaat dari

sejarah Islam tentang

keadaan masyarakat

Madinah sebelum dan

sesudah Islam datang

dalam kehidupan sehari-

hari.

Siswa mampu mengambil manfaat

dari perkembangan masyarakat

Madinah sebelum Islam dating

(sebelum hijrah).

Siswa mampu mengambil manfaat

dari perkembangan

masyarakat Madinah sesudah

Islam dating (sesudah hijrah).

Siswa memahami penyiaran Islam

periode Madinah

Kelas IX

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

Mengamalkan ajaran Al

Quran/Hadits dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

Al-Qari’ah dan Alam Nasyrah

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin surat

Al Bayyinah.

Siswa mampu menerapkan hokum

bacaan Waqaf

Siswa mampu menerapkan hokum

bacaan Idgham

Siswa mampu membaca,

mengartikan, dan menyalin hadits

tentang kebersihan

Aqidah

Menerapkan aqidah

Islam dalam kehidupan

seharihari.

Siswa beriman kepada hari akhir.

Siswa beriman kepada beberapa

hal yang berhubungan dengan hari

akhir.

Siswa beriman kepada adanya

pembalasan amal baik dan buruk

Siswa beriman kepada qadha’ dan

qadar Allah.

Akhlak

Menerapkan akhlaqul

karimah (akhlak yang

mulia) dan menghindari

akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa berperilaku dengan sifat

qana’ah dan toleransi

Siswa peduli terhadap lingkungan.

Siswa menghindari sifat takabur

(sombong).

Siswa menghindari minuman keras

(khamer), narkoba, dan sejenisnya.

Page 97: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Fiqih

Menerapkan hukum

Islam dalam kehidupan

seharihari

Siswa memahami hukum Islam

tentang aqiqah dan qurban

Siswa memahami ibadah haji dan

umrah

Siswa melakukan shalat tahajud

dan istikharah

Siswa melakukan shalat jenazah

Siswa memahami pernikahan

Tarikh dan Kebudayaan Islam Mengambil manfaat dari

perkembangan Islam

pada masa Khulafaur

Rasyidin dalam

kehidupan seharihari.

Siswa mampu mengambil manfaat

dari perkembangan Islam pada

masa Khulafaur Rasyidin

Kelas X, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-Qur’an

Memahami ayat-ayat Al-

Qur’an tentang manusia

dan tugasnya sebagai

khalifah di bumi.

Membaca QS Al-Baqarah; 30, Al-

Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56

dan An Nahl : 78

Menyebutkan arti QS Al-Baqarah;

30, Al-Mukminun; 12-14, Az-

Zariyat; 56 dan An Nahl : 78.

Menampilkan perilaku sebagai

khalifah di bumi seperti terkandung

dalam QS Al-Baqarah;30, Al-

Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56

dan An Nahl : 78.

Memahami ayat-ayat Al-

Qur’an tentang

keikhlasan dalam

beribadah.

Membaca QS Al An’am; 162-163

dan Al-Bayyinah; 5.

Menyebutkan arti QS Al

An’am;162-163 dan Al-Bayyinah; 5.

Menampilkan perilaku ikhlas dalam

beribadah seperti terkandung dalam

QS Al An’am;162-163 dan Al-

Bayyinah; 5.

Page 98: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Allah melalui

pemahaman sifat-sifatNya

dalam Asmaul Husna

Menyebutkan 10 sifat Allah dalam

Asmaul Husna.

Menjelaskan arti 10 sifat Allah

dalam Asmaul Husna.

Menampilkan perilaku yang

mencerminkan keimanan terhadap

10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak

Membiasakan perilaku

terpuji

Menyebutkan pengertian perilaku

husnuzhan.

Menyebutkan contoh-contoh

perilaku husnuzhan terhadap Allah,

diri sendiri dan sesama manusia.

Membiasakan perilaku husnuzhan

dalam kehidupan sehari-hari.

Fiqih

Memahami sumber hokum

Islam, hukum taklifi, dan

hikmah ibadah.

Menyebutkan pengertian kedudukan

dan fungsi Al-Qur’an, Al-Hadits,

dan Ijtihad sebagai sumber hukum

Islam

Menjelaskan pengertian, kedudukan

dan fungsi hukum taklifi dalam

hukum Islam

Menerapkan hukum taklifi dalam

kehidupan sehari-hari.

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Memahami keteladanan

Rasulullah dalam membina

umat periode Makkah.

Menceritakan sejarah dakwah

Rasullah SAW periode Makkah.

Mendeskripsikan substansi dan

strategi dakwah Rasullullah SAW

periode Makkah

Page 99: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Kelas X, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

Memahami ayat-ayat Al-

Qur’an tentang

Demokrasi

Membaca QS Ali Imran; 159 dan

QS Asy Syura; 38.

Menyebutkan arti QS Ali Imran 159

dan QS Asy Syura; 38.

Menampilkan perilaku hidup

demokrasi seperti terkandung dalam

QS Ali Imran 159, dan QS Asy

Syura; 38 dalam kehidupan sehari-

hari.

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Malaikat.

Menjelaskan tanda-tanda beriman

kepada malaikat.

Menampilkan contoh-contoh

perilaku beriman kepada malaikat.

Menampilkan perilaku sebagai

cerminan beriman kepada malaikat

dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak

Membiasakan perilaku

terpuji.

Menjelaskan pengertian adab dalam

berpakaian, berhias, perjalanan,

bertamu, dan atau menerima tamu.

Menampilkan contoh-contoh adab

dalam berpakaian, berhias,

perjalanan, bertamu atau menerima

tamu.

Mempraktikkan adab dalam

berpakaian, berhias, perjalanan,

bertamu dan atau menerima tamu

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 100: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Menghindari Perilaku

Tercela

Menjelaskan pengertian hasad, riya,

aniaya dan diskriminasi

Menyebutkan contoh perilaku hasad,

riya, aniaya dan diskriminasi

Menghindari hasad, riya, aniaya dan

diskriminasi dalam kehidupan

sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Fiqih

Memahami hukum Islam

tentang zakat, haji dan

wakaf.

Menjelaskan perundang-undangan

tentang pengelolaan zakat, haji dan

waqaf.

Menyebutkan contoh-contoh

pengelolaan zakat, haji dan wakaf.

Menerapkan ketentuan perundang-

undangan tentang pengelolaan zakat,

haji dan wakaf.

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Memahami keteladanan

Rasulullah dalam

membina umat periode

Madinah.

Menceritakan sejarah dakwah

Rasullah SAW periode Madinah.

Mendeskripsikan strategi dakwah

Rasullullah SAW periode Madinah.

Kelas XI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

Memahami ayat-ayat Al-

Qur’an tentang kompetisi

dalam kebaikan

Membaca QS. al Baqarah : 148

dan QS. al Fatir : 32

Menjelaskan arti QS. al Baqarah

: 148 dan QS. al Fatir : 32

Menampilkan perilaku

berkompetisi dalam kebaikan

seperti terkandung dalam QS. al

Page 101: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Baqarah : 148 dan QS. al Fatir :

32

Memahami ayat-ayat al

Qur’an tentang perintah

menyantuni kaum

Dhu’afa

Membaca Qs. al Isra : 26-27 dan

QS. al Baqarah : 177

Menjelaskan arti QS. al Isra :

26-27 dan QS. al Baqarah : 177

Menampilkan perilaku

menyantuni kaum Dhu’afa

seperti terkandung dalam QS. al

Isra : 26-27 dan QS. al Baqarah :

177

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Rasul rasul Allah

Menjelaskan tanda-tanda

beriman kepada Rasul-rasul

Allah

Menunjukkan contoh-contoh

perilaku beriman kepada Rasul-

rasul Allah

Menampilkan perilaku yang

mencerminkan keimanan kepada

Rasul-rasul Allah dalam

kehidupan sehari-hari

Akhlaq

Membiasakan

berperilaku terpuji

Menjelaskan pengertian taubat

dan raja’

Menampilkan contoh-contoh

perilaku taubat dan raja’

Membiasakan perilaku bertaubat

dan raja’ dalam kehidupan

sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Fiqih

Memahami hukum Islam Menjelaskan azas-azas transaksi

Page 102: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

tentang Mu’amalah ekonomi dalam Islam

Memberikan contoh transaksi

ekonomi dalam Islam

Menerapkan transaksi ekonomi

Islam dalam kehidupan sehari-hari

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Memahami

perkembangan Islam

pada abad pertengahan

(1250 – 1800)

Menjelaskan perkembangan Islam

pada abad pertengahan

Menyebutkan contoh peristiwa

perkembangan Islam pada abad

pertengahan

Kelas XI, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

Memahami ayat-ayat al

Qur’an tentang perintah

menjaga kelestarian

lingkungan hidup

Membaca QS. al Rum: 41-42, QS

Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash

Shad: 27

Menjelaskan arti QS. al Rum: 41-

42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS

Ash Shad: 27

Membiasakan perilaku menjaga

kelestarian lingkungan hidup

seperti terkandung dalam QS. al

Rum: 41-42, QS Al-A’raf: 56-58,

dan Shad: 27

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Kitab-kitab Allah

Menampilkan perilaku yang

mencerminkan keimanan terhadap

Kitab-kitab Allah

Menerapkan hikmah beriman

kepada Kitab-kitab Allah

Akhlak

Page 103: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Membiasakan perilaku

terpuji

Menjelaskan pengertian dan

maksud menghargai karya orang

lain

Menampilkan contoh perilaku

menghargai karya orang lain

Membiasakan perilaku

menghargai karya orang lain

dalam kehidupan sehari-hari

Menghindari perilaku

tercela

Menjelaskan pengertian dosa

besar

Menyebutkan contoh perbuatan

dosa besar

Menghindari perbuatan dosa besar

dalam kehidupan sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Fiqih

Memahami ketentuan

hukum Islam tentang

pengurusan jenazah

Menjelaskan tatacara

pengurusan jenazah

Memperagakan tatacara

pengurusan jenazah

Memahami khutbah,

tabligh dan dakwah

Menjelaskan pengertian

khutbah, tabligh dan dakwah

Menjelaskan tatacara

khutbah, tabligh dan dakwah

Memperagakan khutbah,

tabliqh dan dakwah

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Memahami

perkembangan Islam

pada masa modern

(1800-sekarang)

Menjelaskan perkembangan

Islam pada masa modern

Menyebutkan contoh

peristiwa perkembangan

Page 104: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Islam pada masa modern

Kelas XII, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

Memahami ayat-ayat al

Qur’an tentang anjuran

bertoleransi

Membaca QS. al Kafirun, QS. Yunus : 40-41, dan QS. al Kahfi : 29

Menjelaskan arti QS. al Kafirun, QS. Yunus : 40-41, dan QS. al Kahfi : 29

Membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam QS al Kafiiruun, QS. Yunus : 40-41, dan QS. al Kahfi : 29

Memahami ayat-ayat al

Qur’an tentang etos kerja

Membaca QS. Al Mujadalah :

11 dan QS. Al Jumuah : 9-10

Menjelaskan arti QS. Al

Mujadalah : 11 dan QS. Al

Jumuah : 9-10

Membiasakan perilaku beretos

kerja seperti terkandung

dalam Al Mujadalah : 11 dan

QS. Al Jumuah : 9-10

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Hari Akhir

Menampilkan perilaku yang

mencerminkan keimanan

terhadap Hari Akhir

Menerapkan hikmah beriman

kepada Hari Akhir

Membiasakan perilaku

menghargai karya orang lain

dalam kehidupan sehari-hari

Akhlaq

Membiasakan perilaku

terpuji

Menjelaskan pengertian adil,

ridha dan amal shaleh

Page 105: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Menampilkan contoh perilaku

adil, ridha dan amal shaleh

Membiasakan perilaku adil,

ridha dan amal shaleh dalam

kehidupan sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Fiqih

Memahami Hukum Islam

tentang Hukum Keluarga

Menjelaskan ketentuan hukum

perkawinan dalam Islam

Menjelaskan hikmah

perkawinan

Menjelaskan ketentuan

perkawinan menurut

perundang-undangan di

Indonesia

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Memahami

perkembangan Islam di

Indonesia

Menjelaskan perkembangan

Islam di Indonesia

Menampilkan contoh

perkembangan Islam di

Indonesia

Mengambil hikmah dari

perkembangan Islam di

Indonesia

Kelas XII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

Memahami ayat-ayat al

Qur’an tentang

pengembangan IPTEK

Membaca QS. Yunus : 101

dan QS. al Baqarah : 164

Menjelaskan arti QS Yunus :

101 dan QS. al Baqarah : 164

Melakukan pengembangan

Page 106: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

IPTEK seperti terkandung

dalam QS Yunus : 101 dan

QS. al Baqarah : 164

Aqidah

Meningkatkan keimanan

kepada Qadha’ dan

Qadhar

Menjelaskan tanda-tanda

keimanan kepada Qadha’

dan Qadar

Menerapkan hikmah beriman

kepada Qadha’ dan Qadhar

Akhlaq

Membiasakan perilaku

terpuji

Menjelaskan pengertian dan

maksud persatuan dan

kerukunan

Menampilkan contoh

perilaku persatuan dan

kerukunan

Membiasakan perilaku

persatuan dan kerukunan

Menghindari perilaku

tercela

Menjelaskan pengertian

Isyrof, Tabzir, Ghibah dan

Fitnah

Menjelaskan contoh perilaku

Isyrof, Tabzir, Ghibah dan

Fitnah

Menghindari perilaku Isyrof,

Tabzir, Ghibah dan Fitnah

dalam kehidupan sehari-hari

Fiqih

Memahami Hukum Islam

tentang Waris

Menjelaskan ketentuan

hukum Waris

Menjelaskan contoh

pelaksanaan hukum Waris

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Page 107: GURU AGAMA I SLAM DALAM PERSPEKTIF PAIKEMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27717/1/FATHUL MUNIR-FITK.pdf · mensintesiskan data -data yang tedapat dalam buku -buku,

Memahami

perkembangan Islam di

dunia

Menjelaskan perkembangan

Islam di dunia

Menampilkan contoh

perkembangan Islam di

dunia

Mengambil hikmah dari

perkembangan Islam di

dunia