GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis...

22
1 GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa kesehatan bayi, anak balita, anak dan wanita usia subur merupakan salah satu indikator utama tingkat kesejahteraan suatu bangsa dan daerah yang berkontribusi melalui keluarga sejahtera dengan memberikan perhatian pada investasi sumber daya manusia sejak dini; b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. bahwa penyelenggaraan imunisasi adalah bagian dari bidang kesehatan yang merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi yang perlu diatur sehingga tertib, efektif dan tepat sasaran; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Imunisasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah- daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958

Transcript of GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis...

Page 1: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

1

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN IMUNISASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa kesehatan bayi, anak balita, anak dan wanita usia subur

merupakan salah satu indikator utama tingkat kesejahteraan suatu

bangsa dan daerah yang berkontribusi melalui keluarga sejahtera

dengan memberikan perhatian pada investasi sumber daya manusia

sejak dini;

b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan

imunisasi sebagai tindakan preventif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. bahwa penyelenggaraan imunisasi adalah bagian dari bidang kesehatan

yang merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah

daerah provinsi yang perlu diatur sehingga tertib, efektif dan tepat

sasaran;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Imunisasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-

Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958

Page 2: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

2

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1646);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5606);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Imunisasi;

Page 3: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

3

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SUMATERA BARAT

dan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Barat.

5. Kementerian adalah kementerian yang membidangi bidang kesehatan.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

7. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

8. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

9. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah

mati atau masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa

toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan,

yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi.

11. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang

sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan

masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.

Page 4: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

4

12. Imunisasi pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai

dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit

tertentu.

13. Auto Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai

untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi.

14. Safety Box adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk menampung sementara limbah

bekas ADS yang telah digunakan dan harus memenuhi persyaratan khusus.

15. Cold Chain adalah serangkaian peralatan yang dimaksudkan untuk memelihara dan

menjamin mutu vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuat vaksin sampai

pada sasaran yang dilengkapi dengan sistem pengelolaan vaksin yang baik.

16. Perangkat anafilaktik adalah alat kesehatan dan obat untuk penanganan syok

anafilaktik.

17. Dokumen pencatatan status imunisasi adalah formulir pencatatan dan pelaporan yang

berisikan cakupan imunisasi, laporan KIPI, dan logistik imunisasi.

18. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian

medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek

simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program,

koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

19. Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang

selanjutnya disebut Komda PP KIPI adalah komite independen yang melakukan

pengkajian untuk penanggulangan kasus KIPI di tingkat daerah provinsi.

20. Kelompok Kerja Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

yang selanjutnya disebut Pokja PP KIPI adalah komite independen yang melakukan

pengkajian untuk penanggulangan kasus KIPI di tingkat daerah kabupaten/kota.

21. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerjanya.

22. Bayi baru lahir atau disebut neonatal adalah anak usia 0 (nol) sampai 28 (dua puluh

delapan) hari.

23. Bayi adalah anak usia 0 (nol) sampai dengan 11 (sebelas) bulan 29 (dua puluh

sembilan) hari atau sebelum ulang tahun pertama.

24. Batita adalah anak usia 12 (dua belas) bulan sampai dengan 36 (tiga puluh enam)

bulan.

25. Balita adalah anak usia 12 (dua belas) bulan sampai dengan 59 (lima

puluh sembilan) bulan.

26. Dewasa adalah orang yang berusia di atas 18 tahun.

Page 5: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

5

27. Ibu adalah wanita usia subur yang masih dapat hamil, sedang hamil, bersalin, nifas

dan menyusui.

28. Wanita usia subur yang selanjutnya disingkat WUS adalah wanita usia 15-39 tahun.

29. Masyarakat adalah perseorangan, suami, keluarga, kelompok, organisasi sosial

dan/atau organisasi kemasyarakatan.

30. Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang selanjutnya disingkat BIAS merupakan imunisasi

lanjutan pada anak usia sekolah.

31. Bacillus Calmette Guerin yang selanjutnya disingkat BCG merupakan imunisasi untuk

mencegah penyakit tuberkulosis.

32. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B yang selanjutnya

disingkat DPT-HB-Hib adalah imunisasi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis,

hepatitis B, pneumonia dan meningitis.

33. Hepatitis B pada bayi baru lahir merupakan imunisasi yang diberikan pada bayi baru

lahir sampai dengan usia 7 hari untuk mencegah penyakit hepatitis B.

34. Polio merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio.

35. Campak merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak.

36. Diphtheria Tetanus yang selanjutnya disingkat DT merupakan imunisasi lanjutan yang

diberikan pada anak usia sekolah dasar untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus.

37. Tetanus Diphtheria yang selanjutnya disingkat TD merupakan imunisasi lanjutan yang

diberikan pada anak usia sekolah dasar untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus.

38. Tetanus Toxoid yang selanjutnya disingkat TT merupakan imunisasi lanjutan yang

diberikan pada wanita usia subur untuk mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi

baru lahir.

39. Haemophillus influenza tipe b yang selanjutnya disingkat Hib merupakan imunisasi

yang diberikan untuk mencegah penyakit pneumonia dan meningitis.

40. Measles Mumps Rubellayang selanjutnya disingkat MMR merupakan imunisasi yang

diberikan untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubela.

41. Human Papilloma Virusyang selanjutnya disingkat HPV merupakan imunisasi yang

diberikan untuk mencegah penyakit kanker serviks.

42. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki kemampuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

43. Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan bidang

kesehatan dibawah jenjang Diploma Tiga.

Page 6: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

6

Pasal 2

Peraturan Daerah ini bertujuan :

a. menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat

Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Daerah;

b. tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar

lengkap pada bayi minimal 80% secara merata di seluruh jorong/kelurahan di Daerah;

c. tercapainya imunisasi lanjutan lengkap pada Batita dan anak sekolah.

d. tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000

kelahiran hidup dalam satu tahun);

e. tercapainya eradikasi polio di Daerah; dan

f. tercapainya eliminasi campak dan pengendalian penyakit rubela/ Congenital Rubella

Syndrome di Daerah.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini, meliputi:

a. jenis Imunisasi;

b. penyelenggaraan Imunisasi wajib;

c. pencatatan dan pelaporan;

d. pemantauan dan penanggulangan KIPI;

e. peran serta masyarakat dan kemitraan;

f. pembinaan dan pengawasan; dan

g. pembiayaan.

BAB II

JENIS IMUNISASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi

wajib dan Imunisasi pilihan.

(2) Imunisasi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Imunisasi yang

diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam

rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit

menular tertentu.

Page 7: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

7

(3) Imunisasi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Imunisasi yang

dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka

melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu.

(4) Vaksin untuk imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki izin edar

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Imunisasi Wajib

Paragraf 1

Umum

Pasal 5

(1) Imunisasi wajib terdiri atas:

a. Imunisasi rutin;

b. Imunisasi tambahan; dan

c. Imunisasi khusus.

(2) Sasaran pelaksanaan Imunisasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. Bayi;

b. Batita;

c. anak sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3; dan

d. WUS.

(3) Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana yang ditetapkan dalam pedoman

Penyelenggaraan Imunisasi.

Paragraf 2

Imunisasi Rutin

Pasal 6

(1) Imunisasi rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dilaksanakan

secara terus menerus sesuai jadwal.

(2) Imunisasi rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Imunisasi dasar; dan

b. Imunisasi lanjutan.

Pasal 7

(1) Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a diberikan pada

Bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.

Page 8: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

8

(2) Jenis Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Bacilus Calmite Guerin (BCG);

b. Diphteri Pertusi tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Dipteri pertusis Tetatanus-

Hepatitis B-Hemophilis Influensa type B (DPT-HB-Hib);

c. Hepatitis B pada bayi;

d. Polio;

e. Tetanus; dan

f. Campak.

Pasal 8

(1) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b merupakan

Imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk

memperpanjang masa perlindungan.

(2) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada:

a. Batita

b. anak usia sekolah dasar; dan

c. WUS.

(3) Jenis Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Batita sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a, terdiri atas Diphteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Difteria

Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan campak.

(4) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).

(5) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphteria Tetanus (DT), campak dan Tetatus

Diphteria (TD).

(6) Jenis Imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa Tetanus Toxoid (TT).

Paragraf 3

Imunisasi Tambahan

Pasal 9

(1) Imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, diberikan

pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian

epidemiologis pada periode waktu tertentu.

(2) Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

menghapuskan kewajiban pemberian Imunisasi rutin.

Page 9: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

9

Paragraf 4

Imunisasi Khusus

Pasal 10

(1) Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, dilaksanakan

untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi

tertentu.

(2) Jenis Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri atas :

a. Imunisasi Meningitis Meningokokus;

b. Imunisasi demam kuning; dan

c. Imunisasi Anti Rabies (VAR).

Bagian Ketiga

Imunisasi Pilihan

Pasal 11

(1) Imunisasi pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap :

a. pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus;

b. diare yang disebabkan oleh rotavirus;

c. influenza;

d. varisela,;

e. gondongan (mumps);

f. campak jerman (rubella);

g. demam tifoid;

h. hepatitis A;

i. kanker mulut rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus;

j. japanese enchephalitis;

k. herpes zoster; dan

l. hepatitis B pada dewasa.

(2) Sasaran pelaksanaan Imunisasi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

meliputi :

a. Bayi;

b. anak sampai dengan 18 tahun; dan

c. Dewasa.

(3) Pelayanan Imunisasi pilihan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah

maupun swasta.

Page 10: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

10

BAB III

PENYELENGGARAAN IMUNISASI WAJIB

Bagian Kesatu

Tanggung Jawab

Paragraf 1

Tanggungjawab Pemerintah Daerah

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendistribusian vaksin, auto disable

syringe, safety box, dan dokumen pencatatan status Imunisasi ke seluruh

kabupaten/kota di wilayahnya.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap penyediaan:

a. peralatan pendukung cold chain, peralatan anafilaktik, dan dokumen pencatatan

status Imunisasi sesuai dengan kebutuhan; dan

b. ruang untuk menyimpan vaksin dan logistik Imunisasi lainnya pada instalasi yang

memenuhi standar dan persyaratan teknis penyimpanan.

(3) Penyediaan logistik untuk Penyelenggaraan Imunisasi wajib dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 13

(1) Perencanaan Penyelenggaraan Imunisasi wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Daerah secara berjenjang.

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penentuan sasaran,

kebutuhan logistik, dan pendanaan.

Pasal 14

(1) Penentuan sasaran Penyelenggaraan Imunisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (2) dihitung berdasarkan angka jumlah penduduk, pertambahan penduduk serta

angka kelahiran dari data yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang atau dari

hasil pendataan yang dapat dipertanggungjawabkan atau berdasarkan data yang

ditetapkan Pusat Data dan Informasi Kementerian.

(2) Perhitungan sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menentukan jumlah

sasaran imunisasi dalam satu tahun yang dibagi menjadi sasaran Kabupaten/Kota.

Page 11: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

11

Pasal 15

(1) Untuk mengetahui Vaksin yang dibutuhkan, Pemerintah Daerah menetapkan besar

cakupan yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan.

(2) Penetapan target cakupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan target

yang ditetapkan oleh Kementerian.

Pasal 16

(1) Penyedian dan kebutuhan logistik sebagimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)

meliputi :

a. Vaksin;

b. Auto Disable Syringe;

c. safety box;

d. peralatan cold chain;

e. perangkat anafilaktik;

f. peralatan pendukung cold chain; dan

g. dokumen pencatatan status imunisasi suhu serta pencatatan logistik.

(2) Peralatan cold chain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. alat penyimpan vaksin, meliputi cold room, freezer room, vaccine refrigerator,dan

freezer;

b. alat transportasi vaksin, meliputi cool box, vaccine carrier, cool pack, dan cold pack;

dan

c. alat pemantau suhu, meliputi termometer, termograf, alat pemantau suhu panas,

alat pemantau/mencatat suhu secara terus-menerus, dan alarm.

(3) Peralatan pendukung cold chain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Automatic Voltage Stabilizer (AVS);

b. standby generator; dan

c. suku cadang peralatan cold chain.

Bagian Ketiga

Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik

Pasal 17

(1) Untuk menjaga kualitas, Vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali suhu

tertentu.

(2) Tempat menyimpan Vaksin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

diperuntukkan khusus untuk penyimpanan Vaksin.

Page 12: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

12

Bagian Keempat

Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi Wajib

Pasal 18

(1) Pelayanan Imunisasi wajib dapat dilaksanakan secara massal dan perseorangan.

(2) Pelayanan Imunisasi secara massal dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, sekolah,

atau Pos pelayanan Imunisasi lainnya yang telah ditentukan.

(3) Pelayanan Imunisasi secara perseorangan dilaksanakan dirumah sakit, puskesmas,

klinik, pratek dokter dan dokter spesialis, pratek bidan dan fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya.

Bagian Kelima

Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang

Penyelenggaraan Imunisasi.

(2) Sebelum mendapatkan pelayanan Imunisasi, masyarakat berhak mendapatkan

informasi mengenai tujuan, manfaat, jenis vaksin yang diberikan, keserentakan

program.

(3) Pemberian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara

perseorangan maupun massal.

(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat ke dalam media komunikasi

massa dalam ruang atau luar ruang.

Pasal 20

(1) Dalam hal tertentu, pelaksana Imunisasi melakukan penyaringan terhadap adanya

kontraindikasi dari individu yang merupakan sasaran Imunisasi.

(2) Terhadap individu yang diduga memiliki kontraindikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilaksanakan pelayanan Imunisasi dengan memberikan penjelasan :

a. jenis Imunisasi;

b. manfaat Imunisasi;

c. kemungkinan terjadinya KIPI; dan

d. jadwal Imunisasi berikutnya.

Pasal 21

(1) Tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan wajib melaksanakan program

Imunisasi.

Page 13: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

13

(2) Setiap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan program Imunisasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan sanksi administratif berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan / atau

c. sanksi kepegawaian lainnya.

(3) Sanksi kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keenam

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melaksanakan

pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Program Imunisasi wajib secara berkala,

berkesinambungan, dan berjenjang.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

mengukur kinerja Penyelenggaraan Imunisasi wajib sebagai masukan dalam

penyusunan perencanaan.

(3) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan menggunakan instrumen Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), Data Quality

Self Assessment (DQS),Effective Vaccine Management (EVM),Supervisi Suportif,

Surveilans KIPI, Recording and Reporting (RR), Stock Management System (SMS),

Cold Chain Equipment Management (CCEM), Rapid Convinience Assessment (RCA) dan

Survei Cakupan Imunisasi.

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 24

(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Imunisasi

harus melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin dan berkala serta berjenjang

sesuai peraturan perundang-undangan.

Page 14: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

14

(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi cakupan

Imunisasi, stok dan pemakaian vaksin, monitoring suhu, kondisi peralatan cold chain

dan kasus KIPI atau diduga KIPI.

Pasal 25

(1) Pelaksana pelayanan Imunisasi harus melakukan pencatatan terhadap pelayanan

Imunisasi yang dilakukan.

(2) Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin dilakukan sesuai peraturan perundang-

undangan.

(3) Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin yang dilakukan pada pelayanan kesehatan

swasta wajib dilaporkan setiap bulan ke Puskesmas wilayahnya dengan menggunakan

format yang berlaku.

Pasal 26

(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban menyampaikan laporan rekapitulasi

pelaksanaan Imunisasi yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas baik secara manual

maupun elektronik kepada Dinas Kesehatan.

(2) Dinas Kesehatan menyampaikan laporan rekapitulasi pelaksanaan imunisasi yang telah

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota baik secara manual maupun

elektronik kepada pemerintah pusat.

BAB V

PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI

Pasal 27

(1) Dalam rangka pemantauan dan penanggulangan KIPI, Pemerintah Daerah membentuk

Komda PP KIPI.

(2) Keanggotaan Komda PP KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur

perwakilan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis

forensik, farmakolog, vaksinolog, imunolog.

(3) Penanggulangan KIPI harus dilaksanakan melalui kegiatan:

a. surveilans KIPI dan website keamanan vaksin;

b. pengobatan dan perawatan pasien KIPI; dan

c. penelitian dan pengembangan KIPI.

(4) Pembiayaan operasional Komda PP KIPI dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

(5) Komda PP KIPI ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Page 15: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

15

Pasal 28

(1) Masyarakat yang mengetahui adanya dugaan terjadinya KIPI, harus melapor kepada

pelaksana pelayanan Imunisasi, Puskesmas, atau dinas kesehatan setempat.

(2) Pelaksana pelayanan Imunisasi, Puskesmas, atau dinas kesehatan setempat yang

menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan investigasi.

(3) Hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus segera dilaporkan secara

berjenjang kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas

Kesehatan yang selanjutnya dilaporkan kepada Komda PP KIPI.

(4) Kepala Dinas Kesehatan melalui Kementerian menyampaikan hasil investigasi kepada

Komnas PP KIPI untuk dilakukan pengkajian kausalitas KIPI.

(5) Hasil kajian kausalitas KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada

Kementerian.

Pasal 29

(1) Pasien yang mengalami gangguan kesehatan diduga akibat KIPI diberikan pengobatan

dan perawatan selama proses investigasi dan pengkajian kausalitas KIPI berlangsung.

(2) Dalam hal gangguan kesehatan akibat KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan gangguan kesehatan berkaitan dengan Vaksin, maka pasien mendapatkan

pengobatan dan perawatan.

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu

Peran Serta Masyarakat

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menggerakkan masyarakat agar berperan aktif

dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi wajib.

(2) Penggerakkan peran aktif masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui kegiatan:

a. pemberian informasi melalui media cetak, media elektronik, dan media luar ruang;

b. advokasi dan sosialisasi;

c. pembinaan kader;

d. pembinaan kepada kelompok binaan balita dan anak sekolah; dan/atau

e. pembinaan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat.

Page 16: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

16

Pasal 31

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pelaksanaan Imunisasi bekerjasama dengan

Pemerintah Daerah.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan

melalui :

a. penggerakan masyarakat;

b. sosialisasi Imunisasi;

c. dukungan fasilitasi Penyelenggaraan Imunisasi; dan/atau

d. turut serta melakukan pemantauan Penyelenggaraan Imunisasi.

Bagian Kedua

Forum Kemitraan Peduli Imunisasi

Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah membentuk Forum Kemitraan Peduli Imunisasi Provinsi.

(2) Keanggotaan Forum Kemitraan Peduli Imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

meliputi unsur :

a. instansi pemerintah yang terkait dengan urusan Kesehatan;

b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

c. perguruan tinggi;

d. organisasi profesi;

e. organisasi agama;

f. organisasi kemasyarakatan;

g. media massa; dan

h. pihak lain yang terkait.

(3) Forum Kemitraan Peduli Imunisasi Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempunyai tugas:

a. mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat, sehingga bersedia

mendukung pelaksanaan pelayanan Imunisasi dan membangun dukungan

masyarakat;

b. menggali peran lintas sektor;

c. melakukan kegiatan untuk mengatasi tindakan-tindakan penolakan terkait

pelaksanaan Imunisasi dan memberikan dukungan moril maupun material; dan

d. membantu meningkatkan cakupan imunisasi wajib.

(4) Forum Kemitraan Peduli Imunisasi Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Page 17: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

17

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap Penyelenggaraan Imunisasi secara

berkala, berjenjang dan berkesinambungan.

(2) Pembinaan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. melakukan pelatihan dan bimbingan teknis.

b. melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang.

c. memberikan penghargaan terhadap kabupaten/kota yang mencapai target cakupan

Imunisasi.

(3) Pembinaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan

cakupan dan kualitas pelayanan Imunisasi.

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Imunisasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota secara berkala.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pemerintah Kabupaten/Kota melaporkan Penyelenggaraan Imunisasi di daerahnya

kepada Gubernur melalui Dinas Kesehatan.

(3) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan

sebagai tolak ukur kepatuhan Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap Penyelenggaraan

Imunisasi.

(4) Pengawasan Penyelenggraaan Imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pengawasan terhadap :

a. rencana kerja yang dilaksanakan, jumlah Bayi yang diimunisasi dan kegiatan

Imunisasi dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan

serta monitoring dan evaluasi;

b. cakupan program dan drop out;

c. Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan;

d. Logistik; dan

e. kualitas dan keakuratan data Imunisasi mencakup data sasaran, data logistik, data

capaian dan data pelaksanaan Imunisasi.

Page 18: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

18

BAB VIII

PEMBIAYAAN

Pasal 35

(1) Pembiayaan Penyelenggaraan Imunisasi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat dan sumber pembiayaan dari pihak lain

yang tidak mengikat;

(2) Pemerintah Daerah dapat membantu biaya penyelenggaraan imunisasi.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang

pada tanggal 20 Juni 2016

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

dto

IRWAN PRAYITNO

Diundangkan di Padang

pada tanggal 20 Juni 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI

SUMATERA BARAT,

dto

ALI ASMAR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 NOMOR : 4

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT : (4/2016)

Page 19: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

19

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN IMUNISASI

I. UMUM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan

salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu

kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen

pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk

menurunkan angka kematian pada anak.

Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan

imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan

penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu

Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang

saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua

negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak- pengendalian rubella (EC-PR) dan

Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE).

Di samping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dengan menetapkan

standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi penerima suntikan yang

dikaitkan dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman (waste disposal management),

bagi petugas maupun lingkungan.

Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini bertujuan

untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian

luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus penyakit yang berpotensi

menimbulkan KLB, imunisasi perlu didukung oleh upaya surveilans epidemiologi.

Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I yang sebelumnya telah

berhasil ditekan (Reemerging diseases), timbulnya penyakit-penyakit menular baru (Emerging

Infectious Diseases) serta penyakit infeksi yang betul-betul baru (new diseases) yaitu penyakit-

penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada, atau sudah ada tetapi penyebarannya

sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang serius

Page 20: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

20

pada manusia). Penyakit yang tergolong ke dalam penyakit baru adalah penyakit-penyakit yang

mencuat, yaitu penyakit yang angka kejadiannya meningkat dalam dua dekade terakhir ini, atau

mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat, penyakit yang area geografis

penyebarannya meluas, dan penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan obat-obatan namun

kini menjadi resisten.

Seiring dengan kebijakan pemerintah, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berkomitmen

untuk menyelenggarakan imusinasi dengan tujuan :

a. menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I) di provinsi Sumatera Barat.

b. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN.

c. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase minimal 80% bayi yang

mendapat IDL di suatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan.

d. Tercapainya target imunisasi lanjutan pada batita dan pada anak sekolah.

e. Tercapainya validasi Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal

f. Tercapainya Eradikasi Polio.

g. Tercapainya Eliminasi Campak dan Pengendalian Penyakit Rubela/ Congenital Rubella

Syndrome.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Imunisasi, diharapkan

mampu mencegah penularan penyakit menular yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat

Sumatera Barat dan tujuan penyelenggaraan imunisasi sebagaimana dimaksud dapat tercapai.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Page 21: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

21

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Yang dimaksud dengan “kendali suhu tertentu” adalah untuk menjaga kualitas

vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan ketingkat berikutnya (atau

digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, seperti:

a. Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freeze room atau

freezer.

b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau vaccine

refrigerator.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Page 22: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH · PDF filePuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas ... Polio merupakan imunisasi yang diberikan ... yang ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan

22

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 124.