GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGjdih.babelprov.go.id/sites/default/files/produk-hukum/PERGUB NO....
Transcript of GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGjdih.babelprov.go.id/sites/default/files/produk-hukum/PERGUB NO....
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 59 TAHUN 2017
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN
WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN,
PENYESUAIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN
IZIN USAHA PERTAMBANGAN AFILIASI SERTA IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 PeraturanDaerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral, danmemperkuat teknis perizinan lainnya perlu menetapkanPeraturan Gubernur tentang Tata Cara Pemberian WilayahIzin Usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan,Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan dan Izin UsahaPertambangan Afiliasi serta Izin Pertambangan Rakyat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PeraturanDasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentangPembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor217, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4033);
p
-2-
4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentangPembentukan Kabupaten Bangka Selatan, KabupatenBangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan KabupatenBelitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor25, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4268);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang SumberDaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4377);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Republik IndonesiaNegara Nomor 4756);
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan KeduaAtas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5679);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentangKewenangan Pengaturan, Pembinaan dan PengembanganIndustri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3330);
-3-
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentangDana Perimbangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4575);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentangWilayah Pertambangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5110);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral danBatubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5111) sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan PemerintahNomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga AtasPeraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral danBatubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 263, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5597);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentangPembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PengelolaanUsaha Pertambangan Mineral dan Batubara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5142);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Jenisdan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yangberlaku pada Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5276);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang IzinLingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5285);
20. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka BelitungNomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata RuangWilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung Tahun 2014 Nomor 1 Seri E, TambahanLembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka BelitungNomor 52 Seri E);
21. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka BelitungNomor 7 Tahun 2014 tentang Pengelolaan PertambanganMineral (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung Tahun 2014 Nomor 4 Seri E);
-4-
22. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka BelitungNomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan danSusunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARAPEMBERIAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGANMINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN PENYESUAIANIZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHAPERTAMBANGAN AFILIASI SERTA IZIN PERTAMBANGANRAKYAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Provinsi adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah ProvinsiKepulauan Bangka Belitung.
3. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
4. Dinas adalah Dinas Energi dan Sumber Daya MineralProvinsi Kepulauan Bangka Belitung.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Energi dan SumberDaya Mineral Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
6. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu SatuPintu yang selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah DinasPenanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu PintuProvinsi Kepulauan Bangka Belitung.
7. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan TerpaduSatu Pintu yang selanjutnya disebut Kepala DPMPTSPadalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan BangkaBelitung.
8. Tim Teknis adalah Tim yang dibentuk dan/atauditugaskan Kepala Dinas untuk melakukan verifikasidan evaluasi penerbitan perizinan bidang pertambanganmineral.
9. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapankegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan danpengusahaan mineral atau batubara yang meliputipenyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta kegiatanpascatambang.
-5-
10. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk dialam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu sertasusunan kristal teratur atau gabungannya yangmembentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
11. Mineral Bukan Logam meliputi intan, korundum, grafit,arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom,klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit,yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin,feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang,pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa,perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen.
12. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer,perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate,granit, granodiorit, andesit, gabro dan peridotit, basalt,trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal,kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayuterkersikan, garnet, giok, agat, diorit, topas, batu gunungquarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai,batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug,pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahantimbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanahmerah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut dan pasirsepanjang tidak mengandung unsur mineral logam atauunsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berartiditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
13. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulanmineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panasbumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
14. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangkapengusahaan mineral atau batubara yang meliputitahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studikelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan danpemurnian, pengangkutan dan penjualan, sertapascatambang.
15. Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnyadisebut WIUP adalah wilayah yang diberikan kepadapemegang izin usaha pertambangan.
16. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebutIUP, adalah izin untuk melaksanakan usahapertambangan.
17. Afiliasi adalah badan usaha yang mempunyaikepemilikan saham langsung dengan pemegang IUPatau IUPK.
18. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnyadisingkat WPR adalah bagian dari WP tempat dilakukankegiatan usaha pertambangan rakyat
19. Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disingkatIPR adalah izin untuk melaksanakan usahapertambangan dalam wilayah pertambangan rakyatdengan luas dan investasi terbatas
-6-
BABII
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedomandalam menerbitkan WIUP dan dasar penyelenggaraanperizinan WIUP mineral bukan logam dan batuan,penyesuaian IUP dan IUP afiliasi, serta IPR melaluimekanisme pelayanan terpadu satu pintu pada DPMPTSPberdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh PemerintahProvinsi.
Pasal 3
Pengaturan tata cara pemberian WIUP Mineral BukanLogam dan Batuan, Penyesuaian IUP dan IUP Afiliasi, sertaIPR bertujuan untuk memberikan kepastian hukum danpeningkatan pelayanan kepada masyarakat.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup dalam Peraturan Gubernur ini meliputi tatacara dan persyaratan pemberian :
1. WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan;
2. Penyesuaian IUP;
3. IUP Afiliasi; dan
4. IPR.
BAB IV
TATA CARA PENERBITAN
WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
Bagian KesatuPermohonan
Pasal 6
(1) WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan dapatdiberikan kepada Pemohon yang berbentuk:
a. badan usaha;
b. koperasi; dan
c. perseorangan.
(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengajukan permohonan penerbitan WIUP MineralBukan Logam dan Batuan secara tertulis kepadaGubernur dengan tembusan kepada Dinas.
-7-
(3) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b wajibdilengkapi dengan:
1. Akta pendirian Koperasi/Badan Usaha;2. Susunan pimpinan Koperasi/Badan Usaha;3. Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Surat keterangan domisili;5. Daftar koordinat dan peta permohonan WIUP;6. Permohonan peninjauan/pengecekan lapangan
(4) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf c wajib dilengkapidengan:
1. Fotokopi KTP pemohon;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak;3. Daftar koordinat dan peta permohonan WIUP;4. Permohonan peninjauan/ pengecekan lapangan
(5) Format permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf a dan ayat (3) huruf a tercantum dalamLampiran I Peraturan Gubernur ini.
Bagian KeduaVerifikasi
Pasal 7
(1) Gubernur menugaskan Dinas untuk melakukanverifikasi dan evaluasi terhadap kelengkapanpermohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (3) dan ayat (4).
(2) Dinas melakukan verifikasi terhadap kelengkapanpermohonan.
(3) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap makaDinas menginformasikan kepada Pemohon untuk segeramelengkapi persyaratan.
(4) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap maka Dinasmelakukan evaluasi kesesuaian daftar koordinat dan
peta permohonan WIUP Mineral Bukan Logam danBatuan terhadap database Dinas.
(5) Hasil evaluasi kesesuaian daftar koordinat dan petapermohonan WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuandituangkan dalam peta informasi pertambangan.
(6) Dinas mengeluarkan peta informasi pertambanganterhadap lokasi yang dimohonkan oleh Pemohon setelahPemohon melakukan pembayaran biaya retribusi cetakpeta.
-8-
(7) Dinas melakukan peninjauan/pengecekan lapanganberdasarkan peta informasi pertambangan .
(8) Hasil peninjauan/pengecekan lapangan dituangkandalam Berita Acara peninjauan/pengecekan lapanganWIUP dengan melampirkan peta informasipertambangan.
(9) Format Berita Acara peninjauan/pengecekan lapangansebagaimana dimaksud pada ayat (8) tercantum dalamLampiran III Peraturan Gubernur ini.
Bagian KetigaRekomendasi
Pasal 8
(1) Dinas mempersiapkan surat permohonan rekomendasipenerbitan WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan dariGubernur kepada Bupati/Walikota.
(2) Dalam hal Bupati/Walikota menolak untuk memberikanrekomendasi, maka Gubernur memberikan jawabantertulis kepada pemohon disertai dengan alasanpenolakan.
(3) Dalam hal Bupati/Walikota memberikan rekomendasidengan penyesuaian lokasi, maka Dinas akanmelakukan penyesuaian terhadap koordinat dan petalokasi yang dimohonkan.
(4) Dalam hal Bupati/Walikota menyetujui untukmemberikan rekomendasi, maka Dinas menyusun danmenyampaikan rancangan Keputusan Gubernur tentangPemberian WIUP kepada Biro Hukum untuk ditetapkanoleh Gubernur.
(5) Dalam memberikan rekomendasi Bupati/Walikota wajibmemperhatikan kesesuaian tata ruang kabupaten/kotadan mencantumkan informasi mengenai pemanfaatan
lahan pada WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuanyang dimohon.
(6) Format Keputusan Gubernur tentang pemberian WIUP
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimanadimaksud pada Ayat (4) tercantum dalam Lampiran IIIPeraturan Gubernur ini.
-9-
Bagian Keempat
Kewajiban Pemohon
Pasal 9
(1) Setelah Rancangan Keputusan Gubernur tentangpemberian WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuanditetapkan oleh Gubernur, maka pemohon wajibmembayar pencadangan wilayah ke kas negara.
(2) Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerjasetelah penerbitan WIUP mineral bukan logam dan/ataubatuan, Pemohon wajib menyampaikan permohonanIUP Eksplorasi kepada Kepala DPMPTSP.
(3) Dalam hal dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerjaPemohon tidak menyampaikan permohonan IUPEksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),Pemohon dianggap mengundurkan diri dan uangpencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah danretribusi jasa umum yang sudah disetor ke kas daerahmenjadi milik Pemerintah Daerah.
(4) Dalam hal Pemohon telah dianggap mengundurkan dirisebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka WIUPmenjadi wilayah terbuka.
Pasal 10
(1) Dalam hal terdapat permohonan WIUP mineral bukanlogam dan WIUP batuan yang tumpang tindih denganWIUP mineral logam, proses pemberian WIUP hanyadapat dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dariDirektur Jenderal Mineral dan Batubara dan
mendapatkan pertimbangan dari pemegang IUP minerallogam berdasarkan perjanjian pemanfaatan lahanbersama.
(2) Dalam hal terdapat permohonan WIUP mineral bukanlogam dan WIUP batuan yang tumpang tindih denganWIUP mineral bukan logam dan/atau WIUP batuanproses pemberian WIUP hanya dapat dilakukan setelahmemperoleh pertimbangan dari pemegang IUP mineralbukan logam dan/atau IUP batuan berdasarkanperjanjian pemanfaatan lahan bersama
BAB V
TATA CARA PENERBITAN PENYESUAIAN IUP
Pasal 11
Penerbitan Penyesuaian IUP dapat diberikan kepadapemegang IUP yang:
-10- .
1. Diterbitkan oleh Bupati/Walikota di Provinsi;2. WlUP-nya tumpang tindih dengan IUP lainnya;3. luas WlUP-nya berbeda dengan koordinat;4. masa berlakunya melebihi masa berlaku yang
ditetapkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Pemegang IUP mengajukan permohonan penyesuaianIUP kepada Kepala DPMPTSP.
(2) Permohonan penyesuaian IUP sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib disertai dengan kelengkapanpersyaratan yang terdiri dari:
a. surat permohonan yang ditandatangani di atasmaterai oleh direksi Badan Usaha;
b. susunan direksi dan daftar pemegang saham;
c. salinan Surat Keterangan Domisili.
d. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinatgeografis lintang dan bujur sesuai Sistem InformasiGeografis (SIG) Nasional;
e. persetujuan laporan Eksplorasi;
f. persetujuan laporan Studi Kelayakan;
g. persetujuan rencana reklamasi dan pasca tambang;
h. tersedianya tenaga ahli di bidang pertambanganyang telah berpengalaman paling sedikit 3 (tiga)tahun.
i. Surat pernyataan mematuhi ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup yang dibubuhimaterai;
j. persetujuan dan dokumen lingkungan hidup sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
k. fotokopi bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahunterakhir.
(3) Kepala DPMPTSP melakukan verifikasi terhadapkelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (2).
(4) Dalam hal persyaratan permohonan tidak lengkap,Kepala DPMPTSP mengembalikan permohonan untukdilengkapi.
(5) Dalam hal persyaratan permohonan dinyatakanlengkap, Kepala DPMPTSP menyampaikan permohonanpelaksanaan kajian teknis kepada Dinas.
(6) Dinas menyampaikan hasil kajian teknis terhadappermohonan kepada Kepala DPMPTSP.
-11-
(7) Kepala DPMPTSP menerbitkan keputusan pemberianpermohonan penyesuaian IUP.
BAB VI
TATA CARA PENERBITAN PEMINDAHAN IUPKEPADA PERUSAHAAN AFILIASI
Pasal 13
(1) Pemegang IUP induk mengajukan permohonanpemindahan IUP kepada Perusahaan Afiliasi melaluiKepala DPMPTSP.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajibdisertai dengan kelengkapan persyaratan permohonanyang terdiri dari:
a. surat direksi Perusahaan Induk perihal permohonanpemindahan IUP bermaterai;
b. surat direksi Perusahaan Afiliasi yang menyatakanmenerima pemindahan IUP bermaterai;
c. Salinan Akta Pendirian Perusahaan Afiliasi;
d. Salinan Surat Keputusan IUP perusahaan Indukyang dimohon untuk pemindahan IUP;
e. susunan direksi dan daftar pemegang sahamPerusahaan Afiliasi;
f. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinatgeografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuansistem informasi geografi yang berlaku secaranasional;
g. tersedianya tenaga ahli di bidang pertambanganyang telah berpengalaman paling sedikit 3 (tiga)tahun;
h. pernyataan kesanggupan untuk mematuhiketentuan peraturan perundang-undangan di bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
i. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhirpada IUP yang akan dipindahkan.
(3) Kepala DPMPTSP melakukan verifikasi terhadapkelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (2).
(4) Dalam hal persyaratan permohonan tidak lengkap,Kepala DPMPTSP mengembalikan permohonan untukdilengkapi.
(5) Dalam hal persyaratan permohonan dinyatakanlengkap, Kepala DPMPTSP menyampaikan permohonanpelaksanaan kajian teknis kepada Dinas.
-12-
(6) Dinas menyampaikan hasil kajian teknis terhadappermohonan kepada Kepala DPMPTSP.
(7) Kepala DPMPTSP menerbitkan keputusan pemindahanIUP kepada Perusahaan Afiliasi.
BAB VII
TATA CARA PENERBITAN IPR
Bagian KesatuPermohonan
Pasal 14
(1) IPR dapat diberikan kepada pemohon yang merupakan:
a. perseorangan;
b. kelompok masyarakat; dan
c. koperasi.
(2) Pemohon IPR mengajukan permohonan IPR kepadaKepala DPMPTSP.
(3) Dalam mengajukan permohonan, setiap pemohon wajibmelengkapi persyaratan permohonan yang terdiri dari:
a. persyaratan administratif;
b. persyaratan teknis; dan
c. persyaratan finansial.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud padaayat (3) huruf a terdiri dari:
a. rekomendasi persetujuan IPR yang diterbitkan olehBupati / Walikota.
b. dokumen lingkungan yang telah disetujui;c. surat pernyataan kesanggupan melaksanakan
pengelolaan lingkungan;d. surat pernyataan kesanggupan melaksanakan
reklamasi dan pasca tambang bila selesaimelakukan kegiatan penambangan;
e. surat pernyataan kesanggupan membayar iurantetap, royalti, dan pajak daerah;
f. surat pernyataan kesanggupan menempatkanjaminan reklamasi dan menyampaikan dokumenrencana reklamasi; dan
g. surat pernyataan melaksanakan prosespenambangan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. fotokopi perjanjian kerjasama antara pemohondengan pemegang IUP Operasi Produksi ataupemegang IUP Operasi Produksi Khusus Pengolahandan Pemurnian dalam wilayah Provinsi.
-13-
i. surat permohonan yang mencantumkan komoditastambang;
j. surat keterangan dari desa/kelurahan setempat.k. fotokopi kartu tanda penduduk untuk pemohon IPR
perseorangan;
1. surat pengesahan kelompok masyarakat darikecamatan yang melampirkan fotokopi anggotakelompok masyarakat untuk pemohon IPR kelompokmasyarakat; dan
m. fotokopi akte pendirian koperasi yang telah disahkanoleh pejabat yang berwenang untuk pemohon IPRberbentuk koperasi dan;
n. Nomor Pokok Wajib Pajak untuk pemohon IPRberbentuk koperasi.
(5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf b berupa surat pernyataan yang memuatpaling sedikit mengenai:
a. sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima)meter;
b. menggunakan peralatan pompa mekanik ataupermesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (duapuluh lima) horse power untuk 1 (satu) IPR; dan;
c. tidak boleh menggunakan alat berat dan bahanpeledak.
(6) Persyaratan fmansial sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf c berupa laporan keuangan 1 (satu) tahunterakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi.
Bagian KeduaVerifikasi
Pasal 15
(1) Kepala DPMPTSP melakukan verifikasi terhadapkelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalamPasal 14.
(2) Dalam hal persyaratan permohonan tidak lengkap,Kepala DPMPTSP mengembalikan permohonan untukdilengkapi.
(3) Dalam hal persyaratan permohonan dinyatakanlengkap, Kepala DPMPTSP menyampaikan permohonanpelaksanaan kajian teknis kepada Dinas.
(4) Dinas menyampaikan hasil kajian teknis terhadappermohonan kepada Kepala DPMPTSP.
(5) Kepala DPMPTSP menerbitkan keputusan IPR.
-14-
Bagian KetigaLuas Wilayah dan Jangka Waktu IPR
Pasal 21
(1) Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR dapat diberikankepada:
a. perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar;b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar,
dan
c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar.
(2) IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima)tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua) kalimasing-masing dengan jangka waktu paling lama 2(dua) tahun.
Bagian KeempatPerpanjangan IPR
Pasal 22
(1) Pemegang IPR dapat mengajukan perpanjangan IPR.
(2) Permohonan perpanjangan IPR diajukan kepada KepalaDPMPTSP paling lambat jangka waktu 2 (dua) bulansebelum berakhirnya jangka waktu IPR.
(3) Pemegang IPR dalam mengajukan permohonanperpanjangan IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksudPasal 14 ayat (3).
(4) Dalam hal pemegang IPR tidak mengajukanpermohonan perpanjangan dalam jangka waktusebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan/atau tidakmemenuhi persyaratan untuk diberikan perpanjangansebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka pemegangIPR tidak dapat melanjutkan kegiatan penambangan.
(5) Kepala DPMPTSP melakukan verifikasi terhadapkelengkapan persyaratan permohonan sebagaimanadimaksud pada ayat (3).
(6) Dalam hal persyaratan permohonan dinyatakanlengkap, Kepala DPMPTSP menyampaikan permohonanpelaksanaan evaluasi perpanjangan IPR kepada Dinas.
(7) Kepala DPMPTSP menerima atau menolak permohonanperpanjangan IPR berdasarkan hasil evaluasiperpanjangan IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
-15-
Bagian KelimaHak dan Kewajiban Pemegang IPR
Pasal 23
(1) Selain hak yang telah diatur di dalam peraturanperundang-undangan, pemegang IPR dapatmenggunakan peralatan mekanik apabila lapisan tanahpenutup/ over burden lebih dari 2 (dua) meter yang tidakdapat dilakukan dengan tenaga manusia.
(2) Selain kewajiban yang telah diatur di dalam peraturanperundang-undangan, pemegang IPR wajib:
a. menempatkan dana jaminan reklamasi dan jaminanpascatambang;
b. melaksanakan reklamasi dan pasca tambang.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Permohonan WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan yangtelah diajukan sebelum Peraturan Gubernur ini ditetapkan,akan diproses sesuai ketentuan dalam Peraturan Gubernurini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku:
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 51Tahun 2016 tentang Pengelolaan Pertambangan Rakyat(Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun2016 Nomor 37 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.
-16-
Pasal 26
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Gubernur ini denganpenempatannya dalam Berita Daerah Provinsi KepulauanBangka Belitung.
Ditetapkan di Pangkalpinangpada tanggal J2 ' *lf{ef()oeC
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Diundangkan di Pangkalpinangpada tanggal ^5 9^^j)pf 2^A
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
WANDI
ROSMAN
BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017
NOMOR U^ SERI £-
-17-
LAMPIRAN IPERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGNOMOR :
TAHUN : 2017
FORMAT PERMOHONAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
KOP BADAN USAHA
Nomor
Sifat
LampiranHal
Penting1 (satu) berkasPermohonan
Penerbitan WIUP
KepadaYth Gubernur Kepulauan Bangka
Belitungdi-
PANGKALPINANG
Dengan ini kami mengajukan permohonan penerbitan WIUP bahan
galian dengan keterangan sebagai berikut :
A. Pemohon :
1. Nama Pemohon
2. Jabatan
3. Alamat Pemohon
B. Data Perusahaan :
1. Nama Perusahaan2. Alamat Perusahaan
3. Nomor telepon/faksimili4. Nomor Pokok Wajib Pajak5. Susunan Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham :
a. Direksi
No Nama/ Kewarganegaraan Alamat Jabatan/ Pekerjaan
1 2 3
1
2
b. Komisaris
No Nama/ Kewarganegaraan Alamat Jabatan/ Pekerjaan
1 2 3
1
2
c. Pemegang Saham
No Nama/ Kewarganegaraan AlamatJabatan/Pekerjaan
Nilai/Persentasi
Saham
1 2 3
1
2
-18-
6. Nomor dan tanggal Akta perusahaan :
a. Nomor dan tanggal pengesahan:b. Nomor dan tanggal perubahan :
C. Jenis KomoditasBahan galianDesa
Kecamatan
KabupatenLuas
mineral bukan logam/batuan*)
hektar
D. Lampiran permohonan :
1. Kartu Tanda Penduduk Pemohon;
2. Akta Pendirian Perusahaan dan Akta Perubahan;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Peta dan batas koordinat;
5. Surat keterangan domisili.
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatiannya
diucapkan terima kasih.
Hormat kami,Materai Rp. 6.000,-
Pemohon
Nama Terang, Tanda Tangan dan Cap
-19-
FORMAT PERMOHONAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUANPERORANGAN
Nomor
Sifat
LampiranHal
Penting1 (satu) berkasPermohonan
Penerbitan WIUP
KepadaYth Gubernur Kepulauan Bangka
Belitungdi-
PANGKALPINANG
Dengan ini kami mengajukan permohonan penerbitan WIUP bahangalian dengan keterangan sebagai berikut :
B. Pemohon :
1. Nama Pemohon
2. Alamat Pemohon
B. Data Pribadi :1. Nomor telepon/faksimili2. Nomor Pokok Wajib Pajak
C. Jenis KomoditasBahan galianDesa
Kecamatan
KabupatenLuas
mineral bukan logam/batuan*)
hektar
Si
D.Lampiran permohonan :
1. Kartu Tanda Penduduk Pemohon;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Peta dan batas koordinat;
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatiannya
diucapkan terima kasih.
Hormat kami,Materai Rp. 6.000,-
Pemohon
Nama Terang, Tanda Tangan
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BftLITUNG,
OSMAN
-20-
LAMPIRAN IIPERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGNOMOR :TAHUN : 2017
BERITA ACARA
PENINJAUAN/PENGECEKAN LAPANGAN WIUP
Nama Perusahaan
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Komoditas
Luas
Pada hari ini, tanggal bulan Tahun (...- - )telah dilakukan peninjauan/pengecekan lapangan terhadap pengajuan permohonan WIUP jeniskomoditas di Desa Kecamatan Kabupaten
, luas ha
Secara bersama-sama telah melakukan survey terhadap lokasi permohonan dengan
substansi dan informasi data pendukung sebagai berikut:
1. Kondisi Lokasi Permohonan terhadap indikasi wilayah kehutanan berdasarkan SK
Menteri Kehutanan Nomor 798 Tahun 2012.
2. Kondisi Lokasi Permohonan terhadap wilayah pertambangan berdasarkan Kepmen
ESDM No 1095 K/30/MEM/2014 (foto & koordinat).
3. Kondisi Lokasi Permohonan terhadap permohonan WIUP lainnya.
4. Kondisi Lokasi Permohonan terhadap IUP yang sudah diterbitkan.
5. Kondisi umum wilayah sekitar lokasi permohonan
6. Kesampaian daerah lokasi permohonan
7. Penggunaan Lahan
8. Ketersediaan sarana penunjang (akses jalan, pelabuhan dan stockpile)
9. Kondisi Geografis
10. Kondisi Geologi
-21-
Kegiatan peninjauan/pengecekan lapangan ini merupakan bagian dari tata cara permohonanWIUP sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
Demikian Berita Acara peninjauan/pengecekan lapangan ini dibuat dengan sebenar-benamya
dan ditandatangan sebagaimana di bawah ini.
PERUSAHAAN
.20.
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYAMINERAL
PROVINSI KEPULAUAN BANGKABELITUNG
1. Nama
(NIP )
2. Nama
(NIP )
3. Nama
(NIP )
4. Nama
(NIP )
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
OSMAN
-22-
LAMPIRANIII nniinntMPPERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGNOMOR :TAHUN : 2017
FORMAT KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG PEMBERIAN WIUP
LAMBANG GARUDA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGNOMOR: 188.44/ /WIUP/ESDM/20
TENTANG
PEMBERIAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGANMINERAL BUKAN LOGAM/BATUAN JENIS
KEPADA PERSEROAN TERBATAS (PT) / PERSEROAN KOMANDITER(CV)
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) beserta Lampiranangka I huruf CC Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah, Penetapan Wilayah IzinUsaha Pertambangan mineral bukan logam dan batuandalam 1 (satu) daerah provinsi dan wilayah laut sampaidengan 12 mil merupakan urusan Pemerintah DaerahProvinsi;
bahwa berdasarkan surat Direktur PT/CV Nomor: tanggal 20.... perihal Permohonan WIUPMineral Bukan Logam/Batuan ,dan hasil penelitianpersyaratan untuk memperoleh WIUP yang disampaikanoleh PT/CV , dapat diberikan WIUP mineral bukanlogam/batuan jenis kepada PT/CV ;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan KeputusanGubernur tentang Pemberian Wilayah Izin UsahaPertambangan Mineral Bukan Logam/Batuan JenisKepada Perseroan Terbatas/Perseroan Komanditer (PT)/(CV)
Mengingat
b.
c.
1
2. Dstnya.
Memperhatikan : 1. Surat Bupati Nomor : .../ / /20... tanggal20... Perihal Rekomendasi Pemberian WIUP;
Menetapkan
KESATU
2. dstnya;
MEMUTUSKAN:
Memberikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan kepada:
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
PT/CV.
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
-23-
NPWP !Komoditas : Mineral bukan logam/Batuan
( )•Lokasi :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :Provinsi .'• Kepulauan Bangka Belitung.Luas : hektar.Dengan Daftar Koordinat dan Peta sebagaimana tercantumdalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Dinas ini.Wilayah Izin Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksuddalam diktum KESATU hanya diperuntukan pada kegiatanusaha pertambangan sesuai dengan izin yang telahditetapkan.
Pada Wilayah Izin Usaha Pertambangan sebagaimanadimaksud dalam diktum KESATU, dapat dilakukan kegiatanusaha pertambangan setelah diterbitkan Izin UsahaPertambangan (IUP) oleh Gubernur.
Keputusan Gubernur ini berlaku selama 5 (lima) hari kerjaterhitung sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Pangkalpinangpada tanggal 20
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
ERZALDI ROSMAN
Tembusan :
1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI di Jakarta.2. Menteri Keuangan RI di Jakarta.3. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI di Jakarta.4. Inspektur Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI di Jakarta.5. Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI di Jakarta.6. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI di Jakarta.7. Direktur Jenderal Pendapatan Daerah, Kementerian Dalam Negeri RI di Jakarta.8. Bupati di9. Kepala Biro Hukum dan Humas/Kepala Biro Keuangan/Kepala Biro Perencanaan
dan Kerjasama Luar Negeri, Setjen. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI di Jakarta.10. Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral, dan Batubara KESDM RI di Jakarta.11. Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral, dan Batubara KESDM RI di Jakarta.12. Direktur Pembinaan Program Mineral, dan Batubara KESDM RI di Jakarta.13. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral KESDM RI di Jakarta.14. Direktur Pajak Bumi dan Bangunan, Kementerian Keuangan RI di Jakarta.15. Direktur PT/CV di
GUBERNUR /
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
ERZALDI ROSMAN