GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN …arsipjdih.jatimprov.go.id/upload/2016/PERGUB_41_2008.pdfGUBERNUR...

35
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) dan peningkatan kualitas pengelolaan pembangunan desa di Provinsi Jawa Timur, maka perlu menetapkan Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur. MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851). 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286). 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355). 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421). 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548). 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438). Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

Transcript of GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN …arsipjdih.jatimprov.go.id/upload/2016/PERGUB_41_2008.pdfGUBERNUR...

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2008

TENTANG

PEDOMAN UMUMSISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP)

PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR

MENIMBANG : bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) dan peningkatan kualitas pengelolaan pembangunan desa di Provinsi Jawa Timur, maka perlu menetapkan Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286).

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355).

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421).

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548).

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438).

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578).

8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593).

10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664).

11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negera Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negera Nomor 4737).

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan.

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaaan Masyarakat Desa.

15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kerjasama Desa.

18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.

19.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008 (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 3, Seri E).

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008.

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 2

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Timur.5. Kecamatan adalah Kecamatan di Jawa Timur.6. Desa adalah Desa di Jawa Timur.

Pasal 2

Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Provinsi Jawa Timur sebagaimana tersebut dalam Lampiran, merupakan kerangka acuan dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan pembangunan khususnya pembangunan desa yang berbasis pada peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan.

Pasal 3

Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bertujuan untuk :

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kualitas pengelolaan pembangunan desa secara transparan dan akuntabel dengan mendayagunakan segenap potensi masyarakat desa.

b. Meningkatkan kualitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam menyusun perencanaan dan penganggaran pembangunan desa.

c. Mensinergikan sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan di daerah mulai dari level desa hingga Kabupaten/ Kota.

d. Memberikan dukungan fasilitasi bagi proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelestarian program pembangunan.

e. Meningkatkan kualitas administrasi pengelolaan pemerintahan dan pembangunan desa.

Pasal 4

Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan sebagai Pedoman bagi Dinas/lnstansi di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan, Desa, serta stakeholders lain dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa).

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 3

Pasal 5

Guna mengoptimalkan implernentasi Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) di Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur diperlukan dukungan pembiayaan dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat desa maupun berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 6

Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mengembangkan kerjasama pembiayaan (cost sharing) dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP).

Pasal 7

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 7 Mei 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd.

H. IMAM UTOMO

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 4

DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH

PROPINSI JAWA TIMUR

TGL 7-5-2008 No.41 Th 2008 / E1

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 41 TAHUN 2008 TANGGAL : 7 MEI 2008

PEDOMAN UMUMSISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP)

PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008

I. UMUM

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Otonomi daerah mengakui adanya kepemilikan otoritas lokal dalam mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi daerah.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah menjelaskan mekanisme perencanaan pembangunan baik pada level Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. Mekanisme ini telah dijabarkan secara prosedural dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang ditetapkan setiap tahun anggaran sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri. Namun demikian, dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun Petunjuk Teknis Musrenbang belum sepenuhnya mengatur mengenai mekanisme perencanaan maupun prosedur teknis pengelolaan pembangunan Desa. Sebagai sistem pengelolaan pembangunan, Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) dikembangkan dalam rangka melengkapi sistem perencanaan dan prosedur teknis Pembangunan Nasional, terutama pada level Desa.

Orientasi pengembangan SMPP difokuskan pada tataran pemerintahan maupun kemasyarakatan. Pada tataran pemerintahan, ditumbuhkan perilaku kepemerintahan yang partisipatif, jujur, terbuka, bertanggung jawab, dan demokratis (good governance). Sedangkan pada tataran kemasyarakatan, dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Dalam hal ini, masyarakat merupakan pelaku utama program, dimana prakarsa pembangunan dipastikan berasal dan dilakukan oleh masyarakat serta diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Peran serta aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan diharapkan memberikan peluang bagi terwujudnya keterbukaan dan kebertanggungjawaban maupun komitmen masyarakat dalam pelestarian program.

Pelaksanaan SMPP di Jawa Timur mulai dilaksanakan sejak tahun 2002 hingga sekarang. Hingga tahun 2007, SMPP telah dilaksanakan di 26 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hasil Evalusi Penerapan SMPP menunjukkan bahwa praktik pengelolaan pembangunan Desa yang telah berjalan selama ini masih kurang terpadu dan lebih dominan sebagai aktifitas perencanaan saja. Sedangkan pengawasan dan pemeliharaan

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

yang seharusnya juga menjadi bagian penting dalam merealisasikan kegiatan pembangunan balum banyak dilakukan oleh masyarakat dan pemeran pembangunan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem pengelolaan pembangunan desa secara menyeluruh dan terpadu meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan tindak lanjut program yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pengembangan dan peningkatan fasilitasi kepada masyarakat, Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan stakeholders dalam peyelenggaraan forum Musrenbang, penguatan forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam mengadvokasi hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan, serta jaminan akses informasi forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa pada Forum Musrenbang dalam berbagai tingkatan.

Terkait dengan hal tersebut, maka dalam rangka optimalisasi pelaksanaan SMPP maka dilakukan penyempurnaan Pedoman Umum SMPP agar lebih responsif. Pedoman Umum SMPP ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka acuan pengembangan sistem perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program pembangunan dengan dukungan fasilitasi dan pengendalian program pembangunan secara optimal berlandaskan pada prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Disamping itu juga dimaksudkan sebagai bentuk fasilitasi bagi upaya peningkatan partisipasi masyarakat, penyelenggara pemerintahan daerah terutama Pemerintahan Desa, dan berbagai stakeholders agar mampu berperanserta secara sinergis dalam pengelolaan pembangunan.

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional.5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005.6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional.11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan.

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 2

14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaaan Masyarakat Desa.

15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kerjasama Desa.18.Peraturan Mentari Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan

Pembangunan Desa.19.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 -2008.

C. PENGERTIAN

Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) adalah sistem perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan tindak lanjut program pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan dengan mendayagunakan potensi sumberdaya lokal yang didukung oleh penganggaran dan pengendalian program serta difasilitasi secara sinergis oleh segenap pemeran pembangunan.

D. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

a. Mempertajam dan mengoptimalkan kualitas pengelolaan pembangunan desa dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP-Desa), Pengelolaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APB-Desa), Pelaksanaan Program dan Pertanggung Jawaban Penyelengaraan Pemerintahan Desa sebagai satu kesatuan dengan sistem perencanaan dan pengelolaan pembangunan daerah maupun pembangunan nasional.

b. Menggerakkan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan maupun mengembangkan potensi melalui aktifitas pembangunan desa.

c. Mengoptimalkan bantuan fasilitasi dan pengendalian program guna mendorong terwujudnya efisiensi dan efektifitas pengelolaan pembangunan desa.

2. Tujuan

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada semua tahapan kegiatan pembangunan mulai proses perencanaan,pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program pada masing-masing desa.

b. Mendayagunakan potensi sumberdaya lokal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian.

c. Meningkatkan fungsi dan peran Pemerintah Desa sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan.

d. Memantapkan fungsi dan peran Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam memfasilitasi pemberdayaan dan pelaksanaan program pembangunan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 3

e. Mengoptimalkan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif di desa.

f. Mensinergikan berbagai pemeran pembangunan (stakeholders) dalam pengelolaan pembangunan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 4

II. PRINSIP DAN RUANG LINGKUP SMPP

A. PRINSIP.

1. Partisipatif, memeransertakan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik sebagai pengelola, pemanfaat, pengawas dan pelestari pembangunan.

2. Keterbukaan, semua informasi dan kegiatan pembangunan dikelola secara terbuka oleh masyarakat sehingga kontrol masyarakat dapat terwujud demi mendorong partisipasi.

3. Berbasis Kemampuan Lokal, mendayagunakan segenap potensi, modal sosial, kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki demi mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian.

4. Keterpaduan, program dikembangkan secara utuh dan menyeluruh serta dilaksanakan dengan mengoptimalkan kerjasama antara masyarakat, Pemerintah dan pemeran pembangunan lainnya.

5. Keberpihakan, memprioritaskan kegiatan pembangunan pada pemberdayaan masyarakat miskin, kelompok-kelompok marjinal, berwawasan keadilan dan kesetaraan gender.

6. Akuntabel, pengelolaan program harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral, teknis, administratif dan publik.

7. Berkelanjutan, pengelolaan program mampu menumbuhkan peranserta masyarakat untuk memanfaatkan, memelihara, melestarikan dan mengembangkan program.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup SMPP meliputi kegiatan:1. Pengkajian Potensi dan Masalah, yakni aktifitas penggalian aspirasi secara

partisipatif guna mengenali, menemukan dan merumuskan potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagai titik tolak penentuan prioritas program.

2. Penyusunan Dokumen Perencanaan PembangunanPenyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan difokuskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa).Dokumen perencanaan pembangunan desa digunakan sebagai dasar dan acuan pengelolaan pembangunan desa oleh berbagai pihak dan kegiatan/program dari berbagai sumber pembiayaan.

3. Penyelenggaraan dan Pendampingan Penyelenggaraan MusrenbangForum Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilaksanakan pada levelDesa, Kecamatan maupun Kabupaten/Kota. Adapun Forum MusyawarahPerencanaan Pembangunan terdiri dari:a. Musrenbang Desab. Musrenbang Kecamatanc. Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD)d. Musrenbang Kabupaten/Kota.

Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan Musrenbang Desa dan Kecamatan oerlu dikembangkan seqenap fasilitasi kepada masyarakat,Pemerintahan

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 5

Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan stakeholders lainnya agar mereka mampu berpartisipasi secara optimal dalam penyelenggaraan forum Musrenbang. Kegiatan pendampingan dan fasilitasi lainnya dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) di masing-masing desa.

Perlu didorong penguatan forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa agar memiliki kemampuan efektif untuk mengadvokasikan hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, Musrenbang Kabupaten-Kota maupun Penyusunan APBD Kabupaten-Kota.Untuk menjamin akses informasi dan integrasi program dalam pengambilan keputusan rencana pembangunan desa maka diperlukan peranserta DPRD dari daerah pemilihan, SKPD, Forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa pada pelaksanaan Musrenbang Kecamatan.

4. Penyusunan dan Penetapan Anggaran PembangunanPenyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APB-Desa) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan mengacu pada program/kegiatan sebagaimana terdapat dalam RPJM-Desa dan RKP-Desa. Untuk mewujudkan efisiensi penggunaan dana dan optimalisasi pencapaian tujuan pembangunan desa maka perlu dikembangkan APB-Desa berdasarkan prinsip-prinsip penyusunan anggaran berbasis kinerja.

5. Pelaksanaan ProgramMerupakan kegiatan merealisasikan rencana pembangunan baik yang didanai

oleh swadaya murni masyarakat, Alokasi Dana Desa (ADD) maupun dari sumber anggaran lainnya.

Pelaksanaan pembangunan harus berbasis pada: (i) komitmen dan peningkatan kemampuan masyarakat serta pendayagunaan sumber-sumber lokal (community based development), (ii) peran serta kelembagaan lokal sesuai dengan fungsi, minat dan kepentingannya dalam program (community based organization), (iii) menempatkan Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan pemeran lain sebagai fasilitator dan katalisator (technical assistance) yang mendukung, melengkapi, memperkuat, menunjang dan memperlancar proses pelaksanaan program.

Dalam pelaksanaan pembangunan desa dilakukan serangkaian kegiatan meliputi: (i) mobilisasi potensi sumberdaya lokal dan gotong-royong masyarakat, (ii) monitoring program, (iii) pembimbingan teknis dalam realisasi kegiatan dan penyusunan laporan, (iv) pengawasan realisasi kegiatan.

6. Pertanggungjawaban dan Tindak Lanjut Program

a. Pertanggungjawaban merupakan kegiatan menyampaikan, menilai, membahas dan menetapkan pertanggungjawaban pengelola kegiatan pembangunan baik secara administratif maupun publik.

b. Dalam rangka mendorong terwujudnya transparansi, akuntabilitas dan tertib administrasi pertanggungjawaban program, maka diperlukan fasilitasi terhadap peran publik dalam menilai pertanggungjawaban program sekaligus fasilitasi peningkatan kapasitas Pemerintah Desa dalam menyusun Laporan Tahunan maupun Laporan Akhir Penyelenggaraan Pemerintahan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 6

c. Tindak Lanjut Program merupakan kegiatan pasca pelaksanaan program yang berupa kegiatan operasional, pelestarian dan pengembangan program. Selanjutnya untuk menyusun rencana operasional, pelestarian dan pengembangan, maka perlu diselenggarakan evaluasi dan refleksi program. Melalui kegiatan ini akan diperoleh gambaran pencapaian program, tingkat eflsiensi dan efektifitas pola pengelolaan dan pendayagunaan sumber-sumber lokal, faktor penghambat dan pendukung program maupun rekomendasi kegiatan.

7. Pengendalian Programa. Kegiatan pengendalian program dilakukan pada seluruh aktifitas pengelolaan

pembangunan, sejak pengkajian potensi dan masalah sampai dengan pertanggung jawaban dan tindak lanjut program.

b. Pengendalian program dilakukan demi menjamin kesesuaian program yang dilakukan dengan yang direncanakan serta memberikan koreksi atas penyimpangan atau ketidakmampuan dalam pelaksanaan program.

c. Pengendalian program pembangunan dilaksanakan melalui pendampingan, pengawasan, pelaporan, pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis dan pembinaan.

8. Dukungan Fasilitasia. Merupakan kegiatan yang bersifat mendukung dan menunjang optimalisasi

kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak antara lain Pemerintah, dunia usaha, LSM dan Perguruan Tinggi maupun stakeholders lainnya.

b. Dukungan fasilitasi antara lain berbentuk pendampingan, konsultasi, manajemen dan teknologi, permodalan, pengembangan SDM, pengembangan infrastruktur, pengembangan akses pemasaran, kemitraan dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran.

c. Dalam rangka menumbuhkembangkan, menggerakkan partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat perlu dibentuk Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang berasal dari unsur masyarakat desa setempat. KPM bertugas membantu Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam aktifitas pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan partisipatif. Proses seleksi, pelatihan, penempatan, pemantauan dan pembinaan KPM dilaksanakan bersama antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 7

III.PELAKSANAAN KEGIATAN SMPP

A. Pengkajian Potensi dan Masalah

1. Pengkajian Potensi dan Masalah adalah kegiatan mengidentifikasi, menganalisis dan menetapkan skala prioritas kegiatan untuk mengembangkan potensi dan mengatasi permasalahan masyarakat desa dengan mempertimbangkan sumberdaya lokal yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal sosial dengan menggunakan berbagai teknik partisipatif yang relevan.

2. Pengkajian Potensi dan Masalah dilaksanakan dalam rangka penyusunan RPJM-Desa, RKP-Desa maupun kegiatan lain. Kegiatan ini dilaksanakan melalui media pertemuan dusun, pertemuan RT-RW, penggalian aspirasi oleh BPD, LKMD maupun Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) semacam PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat dan lembaga sosial-ekonomi lainnya.

3. Metode atau teknik yang digunakan untuk melakukan pengkajian potensi dan masalah adalah teknik-teknik perencanaan partisipatif. Penggunaan metode atau teknik pengkajian disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan serta penguasaan terhadap metode yang akan diterapkan. Dalam pelaksanaan pengkajian potensi dan masalah bisa digunakan seperangkat alat yang berfungsi sebagai media seperti peta potensi desa, kalender kegiatan, peta kelembagaan, profil dan monografi desa dan sebagainya.

4. Proses penyusunan hasil pengkajian dilakukan melalui tahapan: (i) menginventarisir potensi dan masalah, (ii) menentukan peringkat potensi dan masalah, (iii) menginventarisir alternatif kegiatan pengembangan potensi dan penanggulangan masalah, (iv) menentukan peringkat kegiatan pengembangan potensi dan penanggulangan masalah.

5. Hasil pengkajian potensi dan masalah adalah: (i) daftar prioritas potensi dan masalah, (ii) daftar prioritas kegiatan pembangunan dalam rangka pengembangan potensi dan penanggulangan masalah. Daftar prioritas potensi dapat digali dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, dan modal sosial lokal. Sedangkan daftar prioritas masalah dapat diidentifikasi antara lain dari permasalahan kemiskinan, kerawanan sosial, pengangguran dan sebagainya. Hasilnya kemudian didokumentasikan dan disebarluaskan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan perencanaan pembangunan desa.

6. Pengkajian Potensi dan Masalah merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara rutin sesuai dengan kebutuhan demi menjamin ketersediaan data dan informasi untuk kepentingan perencanaan pembangunan desa.

B. Penyusunan Dokumen RPJM-Desa

1. Dokumen RPJM-Desaa. RPJM-Desa merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang

memuat arah kebijakan umum pembangunan desa serta prioritas program yang disertai rencana kegiatan beserta pagu indikatif anggarannya.

b. Maksud dan tujuan penyusunan RPJM-Desa adalah (i) mewujudkan rencana pembangunan desa sesuai dengan permasalahan, potensi dan kemampuan lokal, (ii) merumuskan rencana pembangunan desa secara bertahap dan berkelanjutan, (iii) mendayagunakan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat dalam pembangunan desa, (iv) mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap pelestarian pembangunan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 8

c. Dalam penyusunan RPJM-Desa perlu mempertimbangkan arah kebijakan pembangunan sebagaimana terdapat dalam RPJMD Kabupaten/Kota, RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional.

d. RPJM-Desa secara pokok memuat komponen:a) Profil Desa, yang secara pokok memuat karakteristik wilayah, penduduk,

kelembagaan, infrastruktur pendukung, potensi unggulan desa dan sebagainya.b) Isu Strategis Pembangunan Desa yang dirumuskan berdasarkan permasalahan

kunci dan prioritas pengembangan potensi yang akan dilaksanakan dalam pengelolaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan.

c) Rumusan Visi-Misi, sebagai arah dan landasan kerja jangka menengah pembangunan Desa.

d) Rumusan Program Jangka Menengah Desa, merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi dan misi pembangunan desa selama 5 (lima) tahun ke depan. Kategori program pembangunan Jangka Menengah Desa terdiri dari Program desa dan Program Antar Desa.Program Antar Desa dikelola melalui Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai penyelenggara kerjasama/kemitraan dengan fokus antara lain: (i) penataan tata ruang dan pengembangan wilayah, (ii) penguatan kapasitas kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat, (iii) pendayagunaan aset budaya dan lingkungan hidup, (iv) pengembangan potensi ekonomi kawasan dan (v) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa.Program Jangka Menengah Desa disusun dalam bentuk matrik yang dilengkapi dengan gugus rencana kegiatan setiap tahun/tahap beserta pagu indikatif anggarannya.

2. Langkah Penyusunan RPJM-Desaa. Penyusunan RPJM-Desa dilaksanakan melalui kegiatan: (i) persiapan, (ii)

pelaksanaan dan penetapan, (iii) pelembagaan.b. Persiapan meliputi:

a) Pembentukan Tim RPJM-Desa. Pembentukan Tim dilaksanakan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Desa. Tim RPJM-Desa berjumlah maksimal 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari: (i) Kepala Desa merupakan pengendali kegiatan, (ii) Sekretaris Desa sebagai penanggung jawab kegiatan, (iii) Ketua/unsur LKMD sebagai Ketua Tim Penyusunan RPJM-Desa.Sedangkan anggota Tim terdiri dari unsur: (i) Pemerintah Desa, (ii) BPD, (iii) LKMD dan atau dan LKD lainnya yang eksis di desa, (iv) unsur PKK dan atau kelompok perempuan lainnya, (v) unsur perwakilan RT-RW atau dusun, (vi) unsur KPM sebagai fasilitator penyusunan.

b) Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim RPJM-Desa untuk menyusun rencana kerja penyusunan RPJM-Desa beserta jadwal pelaksanaannya.

c) Review Data dan Program. Review Data merupakan kegiatan memperbaruhi data monografi desa, profil desa dan data potensi desa sekaligus seleksi data yang relevan untuk kepentingan penyusunan RPJM-Desa. Sedangkan Review Program merupakan kegiatan evaluasi program pembangunan yang telah dilaksanakan setidaknya 5 tahun terakhir serta pengumpulan informasi kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh dinas/instansi atau pihak lain di desa. Rekomendasi evaluasi dan informasi program yang telah dikumpulkan merupakan bahan masukan penting dalam penyusunan RPJM-Desa.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 9

d) Pengkajian Potensi dan Masalah. Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama masyarakat melalui berbagai forum yang ada di desa baik forum BPD, LKMD dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya maupun forum RT-RW dan dusun. Agenda utama yang dilakukan meliputi: (i) merumuskan gagasan masa depan desa sebagai bahan penyusunan visi-misi, (ii) analisis masalah dan analisis potensi. Analisis masalah dilaksanakan mulai dari inventarisasi dan pengelompokan masalah, penentuan prioritas masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan akhirnya menentukan prioritas tindakan pemecahan masalah. Sedangkan analisis potensi dilaksanakan mulai dari inventarisasi potensi, menetapkan prioritas potensi yang akan dikembangkan, menginventarisir alternatif kegiatan pengembangan potensi dan sekaligus menyusun prioritas kegiatan pengembangan potensi. Hasil kegiatan pengkajian ini meliputi: (i) usulan rumusan visi-misi, (ii) isu strategis pembangunan desa yang dirumuskan berdasarkan permasalahan kunci dan prioritas pengembangan potensi yang telah digali, (iii) program strategis yang dirumuskan berdasarkan usulan tindakan pemecahan masalah dan usulan kegiatan pengembangan potensi, (iv) usulan program kerjasama antar desa apabila menjadi prioritas program pembangunan desa.

e) Penyusunan Draft RPJM-Desa. Berdasarkan masukan bahan yang telah ada selanjutnya Tim RPJM-Desa melakukan penyusunan Draft RPJM-Desa. Adapun bahan-bahan penyusunan RPJM-Desa antara lain: (i) Data Monografi Desa, Profil Desa dan Data Potensi Desa yang telah terbaharui (up-date) (ii) rekomendasi evaluasi program dan informasi program yang akan berjalan, (iii) daftar prioritas masalah dan potensi beserta usulan kegiatan yang dihasilkan melalui pengkajian potensi dan masalah, (iv) usulan program kerjasama antar desa apabila diperlukan, (v) dokumen RPJM dan RPJP Kabupaten/Kota, (v) dokumen lain seperti RPJM dan RPJP Provinsi maupun Nasional.

c. Pelaksanaan Musrenbang Desa, dengan agenda:a) Pemaparan isi pokok Draft RPJM-Desa oleh Kepala Desa.b) Pembahasan dan penyepakatan bersama tentang:

b.1)Visi-Misi Pembangunan Desa b.2)Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Desa. b.3)Program Pembangunan Jangka Menengah Desa. b.4)Kaidah pengelolaan pembangunan desa berupa tahapan dan langkah-

langkah pencapaian tujuan pembangunan. b.5)Rencana pembiayaan dari berbagai sumber pendanaan baik dari sumber

swadaya, ADD, APBD, APBN maupun dari sumber-sumber pembiayaan lainnya.

b.6)Indikator kinerja pengelolaan program.c) Hasil Musrenbang Desa selanjutnya disempurnakan menjadi Dokumen RPJM-

Desa oleh Tim RPJM-Desa.d) RPJM-Desa ditetapkan oleh Pemerintah Desa bersama BPD dalam bentuk

Peraturan Desa (Perdes). RPJM-Desa berfungsi sebagai acuan bagi penyusunan RKP-Desa.

d. PelembagaanMerupakan kegiatan untuk menyebarluaskan informasi atau dokumen RPJM-Desa kepada berbagai pihak baik dinas-instansi maupun stakeholders lainnya. Pelembagaan RPJM-Desa dilaksanakan dalam rangka menggalang partisipasi semua pihak agar mendukung pengelolaan dan pengembangan kegiatan pembangunan desa.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 10

3. Sistematika Dokumen RPJM-Desa terdiri dari:a. Bab I: PENDAHULUAN

Bagian ini menjelaskan: (!) latar belakang perlunya dilaksanakan perencanaan jangka menengah desa, (ii) maksud dan tujuan penyusunan RPJM-Desa (iii) landasan hukum penyusunan RPJM-Desa, (iv) metode penyusunan RPJM-Desa.

b. Bab II: PROFIL DESAProfil ini antara lain meliputi: (i) karakteristik wilayah, (ii) karakteristik penduduk, (iii) potensi unggulan Desa, (iv) kondisi infrastruktur pendukung, (v) review terhadap kelembagaan desa.

c. Bab III:ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DESABagian ini menjelaskan berbagai prioritas isu strategis yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan kegiatan pembangunan desa. Isu strategis dirumuskan berdasarkan permasalahan pokok dan potensi desa beserta usulan prioritas kegiatannya.

d. Bab IV: VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DESABagian ini menguraikan visi sebagai rumusan harapan yang ingin dicapai oleh masyarakat Desa pada kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan dan misi sebagai rumusan upaya yang akan digunakan untuk mewujudkan visi yang diinginkan bersama.

e. Bab V : PROGRAM PEMBANGUNAN DESABagian ini memaparkan program strategis pembangunan desa yang akan direalisasikan secara bertahap selama lima tahun ke depan.

f. BAB VI: KAIDAH PENGELOLAAN DAN INDIKATOR KINERJABagian ini memaparkan pola pengelolaan beserta indikator pencapaian yang ditargetkan dalam setiap kegiatan pembangunan desa.

g. BAB VII: PENUTUPh. Lampiran: MATRIK RPJM-Desa.

C. Penyusunan RKP-Desa

1. Dokumen RKP-Desaa. RKP-Desa merupakan dokumen rencana kegiatan tahunan yang akan

direalisasikan untuk mengimplementasikan program sebagaimana terdapat dalam RPJM-Desa. Dokumen RKP disusun dalam bentuk matrik kegiatan pembangunan dalam kurun waktu satu tahun anggaran.

b. Maksud dan tujuan penyusunan RKP-Desa adalah merumuskan kegiatan pembangunan desa untuk satu tahun anggaran beserta RAB-nya, sumber pendanaan, pola pelaksanaan dan indikator kinerja yang ditargetkan.

c. RKP-Desa disusun berdasarkan: (i) skala prioritas kebutuhan dalam pengembangan potensi yang dimiliki maupun prioritas pemecahan masalah yang dihadapi serta sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam dokumen RPJM-Desa, (ii) hasil evaluasi pelaksanaan rencana tahun sebelumnya, (iii) masukan data dan informasi hasil pengkajian potensi dan masalah, (iv) masukan dari nara sumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi.

2. Langkah Penyusunan RKP-Desaa. Penyusunan RKP-Desa dilaksanakan melalui kegiatan: (i) persiapan, (ii)

pelaksanaan dan penetapan, (iii) pelembagaan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 11

b. Persiapan meliputi:a) Penyusunan RKP-Desa difasilitasi oleh Tim Penyusun RKP-Desa yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa.b) Tim RKP-Desa berjumlah maksimal 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari: (i)

Kepala Desa merupakan pengendali kegiatan, (ii) Sekretaris Desa sebagai penanggung jawab kegiatan, (iii) Ketua/unsur LKMD sebagai Ketua Tim Penyusunan RKP-Desa.Sedangkan anggota Tim terdiri dari unsur: (i) Pemerintah Desa, (ii) BPD, (iii) LKMD dan atau dan LKD lainnya yang eksis di desa, (iv) unsur PKK dan atau kelompok perempuan lainnya, (v) unsur perwakilan RT-RW atau dusun, (vi) unsur KPM sebagai fasilitator penyusunan.

c) Menyusun rencana kerja dan jadwal kegiatan serta mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang Desa minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan. Disamping itu, juga menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Desa.

d) Melakukan review dengan mengkaji kembali program tahunan sebagaimana terdapat dalam dokumen RPJM-Desa.

e) Mempertimbangkan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya.

f) Menganalisis informasi kegiatan/program yang akan dilaksanakan dinas-instansi atau pihak lain di desa pada tahun yang akan datang.

g) Menganalisis data terbaru sebagaimana terdapat dalam monografi desa, profil desa maupun data potensi desa.

h) Menentukan prioritas Rencana Kegiatan Pembangunan Desa pada tahun anggaran berjalan.

i) Menyusun Draft RKP-Desa. Bahan-bahan yang dipertimbangkan untuk penyusunan Draft RKP-Desa antara lain:i.1) Pendapatan Asli Desa dan swadaya masyarakat yang diperkirakan dapat

dihimpun.i.2) Dokumen RPJM-Desa dan RKP-Desa tahun yang lalu.i.3) Formulir Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP

Desa).i.4) Informasi dari Kabupaten/Kota tentang pagu indikatif ADD yang akan

diberikan untuk tahun anggaran berikutnya.i.5) Hasil evaluasi dan pelaporan seluruh kegiatan pembangunan desa baik

yang didanai swadaya murni masyarakat, ADD, APBD, APBN maupun sumber pendanaan lainnya pada tahun anggaran sebelumnya.

i.6) Daftar program yang sedang berjalan atau akan berjalan dari Pemerintah Kota/Kabupaten/Provinsi/Pusat maupun berbagai sumber pendanaan lainnya.

i.7) Daftar prioritas masalah dan potensi yang dihasilkan dari pengkajian RT-RW, dusun maupun kelompok masyarakat seperti kelompok tani, kelompok nelayan, dan sebagainya.

i.8) Prioritas kegiatan pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tempat Desa berada.

c. Pelaksanaan Musrenbang Desa, dengan agenda:a) Paparan dari pihak Kecamatan tentang prioritas kegiatan pembangunan

kecamatan dan hasil evaluasi pembangunan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 12

b) Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan pembangunan dan hasil evaluasi program pembangunan di Kecamatan yang bersangkutan.

c) Paparan Draft RKP-Desa oleh Kepala Desa. Dalam hal ini dipaparkan prioritas program/kegiatan dan rencana pendanaan.termasuk perkiraan jumlah ADD.

d) Pembahasan Skala Prioritas Program yang dilakukan melalui seleksi dan penetapan ranking prioritas program.

e) Pembahasan Pemilahan Pembiayaan Usulan Kegiatan berdasarkan sumber Pendanaan, baik dari swadaya, ADD dan sumber dana lain maupun APBD/APBN yang masih harus diajukan pada forum Musrenbang Kecamatan.

f) Penetapan daftar nama delegasi dari peserta Musrenbang Desa untuk menghadiri Musrenbang Kecamatan. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan.

d. Penetapan RKP-Desaa) Keluaran yang dihasilkan Musrenbang Desa adalah Dokumen RKP-Desa yang

berisi: (i) prioritas kegiatan pembangunan desa yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan atau swadaya, (ii) Prioritas Kegiatan pembangunan yang akan diusulkan ke kecamatan untuk dibiayai melalui APBD Kabupaten-Kota, APBD Provinsi dan APBN yang masih akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan.

b) Penyempurnaan Rumusan RKP-Desa dilaksanakan oleh Tim Perumus yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa.

c) Hasil Musrenbang meliputi: (i) Dokumen RKP-Desa yang berisi prioritas kegiatan pembangunan yang akan didanai ADD maupun swadaya yang akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui APBD yang masih akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan, (ii) Daftar nama delegasi Desa yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan, (iii) Berita acara Musrenbang Desa.

d) Rumusan RKP-Desa yang sudah ditetapkan selanjutnya dikirim ke kecamatan untuk digunakan sebagai bahan Musrenbang Kecamatan.

e. Pelembagaan. Merupakan kegiatan untuk menyebarluaskan informasi atau dokumen RKP-Desa kepada berbagai pihak baik dinas-instansi maupun stakeholders lainnya. Pelembagaan RKP-Desa dilaksanakan dalam rangka menggalang partisipasi semua pihak agar mendukung pengelolaan dan pengembangan kegiatan pembangunan desa.

3. Sistematika RKP-Desaa. Bab I: PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan maksud dan tujuan penyusunan,

proses dan sistematika RKP-Desa.b. Bab II: PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA. Dalam bab ini diuraikan prioritas

program yang diagendakan pada tahun bersangkutan. Prioritas Program ini disusun berdasarkan review terhadap dokumen RPJM-Desa maupun hasil penggalian aspirasi masyarakat.

c. Bab III: RENCANA KERJA DAN PENDANAAN. Dalam bab ini dirumuskan daftar usulan Rencana Kerja Pembangunan Desa (DU-RKP Desa) beserta pagu pendanaannya. Rencana Kerja dan Pendanaan ini dirinci dalam bentuk matrik kegiatan secara terpilah misalnya DU-RKP Desa untuk kegiatan ekonomi produktif (UEP), sosial budaya, sarana prasarana fisik maupun kegiatan Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Kemasyarakatan (LKMD, PKK, Karang Taruna dan sebagainya).

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 13

d. BablV: KAIDAH PENGELOLAAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN. Dalam bab ini dijelaskan pengelola kegiatan, mekanisme pengelolaan pembangunan desa serta ukuran-ukuran yang dipedomani dalam rangka menilai realisasi target maupun tingkat keberhasilan program.

e. BabV:PENUTUP

D. Penyelenggaraan dan Pendampingan Musrenbang1. Musrenbang Desa

a. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan antar pemeran pembangunan di Desa untuk menyepakati rencana kerja pembangunan lima tahunan dan satu tahunan. Apabila desa telah memiliki dokumen RPJM-Desa, maka kegiatan musrenbang desa setiap tahun dilaksanakan untuk menyusun RKP-Desa.

b. Musrenbang Desa diselenggarakan dengan tujuan antara lain: (i) menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya, (ii) menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui swadaya, Alokasi Dana Desa (ADD), APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN maupun sumber pendanaan lainnya, (iii) menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang Kecamatan, (iv) memilih dan menetapkan delegasi Desa yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan.

2. Musrenbang Kecamatana. Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah stakeholders Kecamatan

dalam rangka mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa serta menyepakati kegiatan lintas Desa pada Kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD pada tahun berikutnya.

b. Musrenbang Kecamatan diselenggarakan dengan tujuan: (i) membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang Desa yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan, (ii) membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat Kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan Desa, (iii) melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi SKPD Kabupaten/Kota.

c. Berbagai hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain:

a) Dari Desa a.1) Dokumen RKP-Desa masing-masing Desa yang setidaknya berisi prioritas

kegiatan yang dilengkapi kode Desa dan Kecamatannya.a.2) Daftar nama anggota delegasi dari Desa untuk mengikuti Musrenbang

Kecamatan.a.3) Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga, koperasi, LSM

yang bekerja di Kecamatan, atau organisasi tani/nelayan tingkat Kecamatan.b) Dari Kabupaten/Kota

b.1) Kode Kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di Desa) uptuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui Kecamatan pengusul kegiatan.

b.2) Prioritas kegiatan pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di Kecamatan bersangkutan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 14

b.3) Penjelasan nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya.

d. Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan meliputi:a) Tahap Persiapan

a.1) Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan.a.2) Tim Penyelenggara: (i) mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan

yang menjadi tanggungjawab SKPD dari masing-masing Desa berdasarkan masing-masing fungsi atau SKPD, (ii) menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Kecamatan, (iii) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang Kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, (iv) mempersiapkan peserta Murenbang Kecamatan baik dari wakil Desa maupun dari kelompok-kelompok masyarakat, (v) menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Kecamatan.

b) Tahap Pelaksanaan b.1) Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan.b.2) Pemaparan Camat mengenai prioritas masalah Kecamatan, seperti

kemiskinan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.b.3) Pemaparan mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat

Kecamatan yang bersangkutan beserta strategi, besaran plafon dana oleh Kepala-kepala Cabang SKPD atau Pejabat SKPD dari Kabupaten/Kota.

b.4) Pemaparan masalah dan prioritas kegiatan dari masing-masing Desa menurut fungsi/SKPD oleh Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan.

b.5) Verifikasi oleh delegasi Desa untuk memastikan semua prioritas kegiatan yang diusulkan oleh Desa masing-masing sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.

b.6) Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.

b.7) Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh Desa (kegiatan lintas Desa yang belum diusulkan Desa).

b.8) Kesepakatan kriteria penetapan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan untuk masing-masing fungsi/SKPD atau gabungan SKPD.

b.9) Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan berdasarkan masinq-masing fungsi/SKPD.

b.10)Pemaparan prioritas pembangunan Kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

b.11)Penetapan daftar nama delegasi Kecamatan 3-5 orang (masyarakat) untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan.

e. Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah: (i) Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan menurut fungsi/SKPD atau gabungan SKPD, yang siap dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota, yang akan didanai melalui APBD Kabupaten/Kota dan sumber pendanaan lainnya. Daftar tersebut disampaikan kepada masyarakat di masing-masing Desa oleh para delegasi yang mengikuti Musrenbang Kecamatan, (ii) Terpilihnya delegasi Kecamatan untuk mengikuti Forum SPKD dan Musrenbang Kabupaten/Kota, (iii) Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 15

f. Peserta Musrenbang Kecamatan terdiri dari wakil Desa dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala Kecamatan (misalnya: organisasi petani, organisasi pengrajin, dan lain sebagainya).

g. Narasumber Musrenbang Kecamatan terdiri dari: (i) Dari Kabupaten/Kota: Bappeda, Bapemas, perwakilan SKPD dari Kabupaten/Kota, kepala-kepala cabang SKPD di Kecamatan yang bersangkutan, kepala-kepala unit pelayanan di Kecamatan, anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan, (ii) Dari Kecamatan: Camat, aparat Kecamatan, LSM yang bekerja diKecamatan yang bersangkutan, dan para ahli/profesional yang dibutuhkan.

h. Tugas Tim Musrenbang Desaa) Merekapitulasi hasil dari seluruh Musrenbang Desa.b) Menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan.c) Mengumumkan secara terbuka jadual, agenda, dan tempat pelaksanaan

Musrenbang Kecamatan.d) Mendaftar peserta Musrenbang Kecamatan.e) Membantu para delegasi Kecamatan dalam menjalankan tugasnya di Forum

SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota.f) Merangkum daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan untuk

dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota.g) Merangkum berita acara hasil Musrenbang Kecamatan sekurang-kurangnya

memuat: (i) prioritas kegiatan yang disepakati, dan (ii) daftar nama delegasi yang terpilih.

h) Menyampaikan Berita Acara hasil Musrenbang Kecamatan kepada anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan, sebagai referensi mereka dalam forum pembahasan Panitia Anggaran DPRD.

i. Tugas Delegasi Kecamatana) Membantu Tim Penyelenggara menyusun daftar prioritas kegiatan

pembangunan di wilayah Kecamatan untuk dibahas pada Forum SKPD dan Mncronhann Kahunaten/Kota

b) Memperjuangkan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan dalam Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota.

c) Mengambil inisiatif untuk membahas perkembangan usulan Kecamatan dengan delegasi dari Desa dan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat Kecamatan.

d) Mendiskusikan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan dengan anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan.

e) Setelah memperoleh kepastian mengenai berbagai kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di Kecamatan oleh masing-masing SKPD (dengan sumber dana dari APBD maupun sumber lainnya), maka Tim Penyelenggara Musrenbang Tahunan Kecamatan dan delegasi Kecamatan membantu Camat mengumumkan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap kegiatan.

3. Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD)

a. Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 16

b. Pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD memperhatikan masukan kegiatan dari Kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta Renstra SKPD. Namun demikian, dalam hal salah satu dokumen tersebut belum tersedia, pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat tetap dilakukan.

c. Jumlah Forum SKPD dan formasi Forum Gabungan SKPD serta jadual acara pelaksanaannya ditentukan dan dikoordinasikan Bappeda, disesuaikan dengan volume kegiatannya dan kondisi setempat. Disarankan agar langkah persiapan sudah dilakukan sejak bulan Januari sehingga pada bulan Februari sudah jelas diketahui jumlah dan nama forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD yang dibentuk.

d. Bappeda memprioritaskan pembentukan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD pada: (i) Fungsi-fungsi pelayanan dasar Pemerintahan daerah seperti: pendidikan dasar, kesehatan, prasarana, dan dukungan kegiatan ekonomi masyarakat dan (ii) SKPD yang mengemban fungsi yang berkaitan dengan prioritas program-program pembangunan Kabupaten/Kota tersebut. Sebagai contoh: Forum SKPD Pendidikan, Forum SKPD Kesehatan, Forum SKPD Kimpraswil atau Forum Gabungan SKPD Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, dan sebagainya.

e. Tujuan Forum SKPD Kabupaten/Kota adalah:a) Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai Kecamatan

dengan Rancangan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD). b) Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dimuat dalam Renja-SKPD.c) Menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang

termuat dalam prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah).

d) Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, terutama untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD.

f. Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam penyelenggaraan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD antara lain:a) Dari Provinsi dan Kementerian Negara: infomasi kegiatan dan pendanaannya

yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi.b) Dari Kabupaten/Kota: (i) Daftar kegiatan prioritas yang bersumber dari Renstra-

SKPD, (ii) Prioritas kegiatan pembangunan/Rancangan RKPD, (iii) Rancangan Renja-SKPD, (iv) Prioritas dan plafon/pagu dana indikatif masing-masing SKPD, (v) Daftar individu/organisasi masyarakat skala Kabupaten/Kota seperti: Asosiasi Profesi, LSM, perguruan tinggi dan stakeholders lainnya, (vi) Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.

c) Dari Kecamatan: (i) Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan hasil Musrenbang Kecamatan, (ii) Daftar delegasi Kecamatan yang diutus untuk mengikuti pembahasan pada forum-forum SKPD.

g. Adapun mekanisme pelaksanaan Forum-SKPD Kabupaten/Kota meliputi:a) Tahap Persiapan

a.1) Kepala Bappeda menetapkan jumlah dan tata cara penyelenggaraan Forum SKPD dan atau gabungan SKPD agar penyelenggaraannya secara optimal. Dalam tata cara tersebut tercantum: jadwal, tempat, peserta, agenda pembahasan, dan keluaran Forum SKPD yang akan dibahas dalam Musrenbang Kabupaten/Kota.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 17

a.2) Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sesuai dengan jumlah dan formasi yang telah ditetapkan dan terdiri dari unsure SKPD dan Bappeda sebagai tindak lanjut dari keputusan Kepala Bappeda.

a.3) Tim Penyelenggara Forum SKPD melakukan:a.3.1.Menggabungkan daftar prioritas kegiatan pembangunan dari setiap

Kecamatan.a.3.2.Mengkompilasi daftar prioritas kegiatan pembangunan yang berasal

dari Rancangan Renja-SKPD.a.3.3.Mengindentifikasi prioritas kegiatan pembangunan dari tiap Kecamatan

yang sesuai dengan prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari Renja-SKPD demikian pula dengan kegiatan yang tidak sesuai.

a.3.4.Memperkirakan biaya tiap prioritas kegiatan.a.3.5.Menyusun rincian agenda pembahasan Forum SKPD berdasarkan

keputusan Kepala Bappeda.a.3.6.Mengumumkan secara terbuka jadual, agenda pembahasan, dan

tempat penyelenggaraan Forum SKPD selambat-lambatnya 7 hari sebelum pelaksanaan.

a.3.7.Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Forum SKPD yang berasal dari delegasi Kecamatan maupun dan kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam bidang yang terkait dengan fungsi/SKPD tersebut dalam skala Kabupaten/Kota.

a.3.8.Mempersiapkan bahan/materi dan peralatan serta notulen untuk Forum SKPD.

b) Tahap Pelaksanaanb.1)Pendaftaran peserta Forum SKPD oleh masing-masing Tim penyelenggara

Forum SKPD.b.2)Pemaparan dan pembahasan prioritas kegiatan pembangunan menurut

rancangan Renja-SKPD oleh Kepala SKPD.b.3)Pemaparan prioritas kegiatan pembangunan yang dihasilkan oleh

Musrenbang Kecamatan oleh Tim Penyelenggara Forum SKPD.b.4)Verifikasi prioritas kegiatan berbagai Kecamatan oleh para delegasi

Kecamatan untuk memastikan prioritas kegiatan dari Kecamatan sudah tercantum.

b.5)Pemaparan prioritas kegiatan dan plafon/pagu dana indikatif SKPD yang bersumber dari prioritas pembangunan daerah/ Rancangan RKPD Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Kementrian/Lembaga Negara oleh Kepala SKPD.

b.6)Merumuskan kriteria untuk menyeleksi prioritas kegiatan pembangunan baik yang berasal dari Kecamatan maupun dari rancangan Renja-SKPD.

b.7)Menetapkan prioritas kegiatan pembangunan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga pagu dana Renja-SKPD baik yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, maupun APBN dapat dibelanjakan secara optimal.

b.8)Menyusun rekomendasi untuk kerangka regulasi SKPD dengan cara: (i) mengidentifikasi keefektifan regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, (ii) merekomendasikan regulasi yang baru, perubahan regulasi, penggabungan regulasi, atau pembatalan sesuai kebutuhan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 18

b.9)Menetapkan delegasi masyarakat dari Forum SKPD yang berasal dari organisasi/kelompok masyarakat skala Kabupaten/Kota untuk mengikuti Musrenbang dengan memperhatikan peran-serta perempuan.

h. Keluaran Forum-SKPD Kabupaten/Kota adalah:a) Ancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD yang memuat kerangka

regulasi dan kerangka anggaran SKPD.b) Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan dari APBD

setempat, APBD Provinsi maupun APBN yang termuat dalam Rancangan Renja-SKPD disusun menurut Kecamatan dan Desa . Selanjutnya, prioritas kegiatan setiap Kecamatan disampaikan kepada masing-masing Kecamatan oleh para delegasi Kecamatan.

c) Terpilihnya delegasi dari Forum SKPD yang yang berasal dari organisasi kelompok-kelompok masyarakat skala Kabupaten/Kota untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.

d) Berita Acara Forum SKPD Kabupaten/Kota.

4. Musrenbang Kabupaten/Kotaa. Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholders Kabupaten/Kota

untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD. RKPD adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Kegiatan prioritas RKPD menjadi rujukan utama penyusunan Rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (RAPED).

b. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota memperhatikan hasil pembahasan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/Renstra Daerah, kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta.

c. Tujuan: (i) mendapatkan masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD, rancangan alokasi dana desa termasuk dalam pemutakhiran ini adalah informasi mengenai kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya, (ii) mendapatkan rincian rancangan awal Renja-SKPD, khususnya yang berhubungan dengan pembangunan (Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD), (iii) mendapatkan rincian rancangan awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan dengan pembangunan.

d. Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota adalah:a) Dari Kabupaten/Kota

a.1)Rancangan RKPD yang disusun oleh Bappeda berdasarkan prioritas pembangunan daerah.

a.2)Rancangan Renja-SKPD hasil Forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang kegiatannya sudah dipilah berdasarkan sumber pendanaan dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN maupun sumber pendanaan lainnya.

a.3)Prioritas dan plafon anggaran yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas: a) plafon untuk setiap SKPD dan b) plafon untuk Alokasi Dana Desa.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 19

a.4)Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.

a.5)Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan.

b) Dari Kecamatanb.1)Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari Kecamatan.b.2)Daftar nama delegasi Kecamatan yang terpilih untuk mengikuti Forum

SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota.b.3)Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti

Musrenbang Kabupaten/Kota.e. Adapun agenda Musrenbang Kabupaten/Kota meliputi:

a) Tahap PersiapanMenetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kabupaten/Kota untuk melakukan:a.1) Kompilasi prioritas kegiatan pembangunan dari Forum SKPD dan

Musrenbang Kecamatan.a.2) Persiapan jadual, agenda, peserta, tempat, peralatan, bahan, materi dan

notulen Musrenbang Kabupaten/Kota minimal 7 hari sebelum acara Musrenbang dilaksanakan.

b) Tahap Pelaksanaanb.1) Pemaparan Rancangan RKPD dan prioritas kegiatan pembangunan serta

plafon anggaran yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota oleh Kepala Bappeda.

b.2) Pemaparan hasil kompilasi prioritas kegiatan pembangunan dari Forum SKPD berikut pendanaannya oleh Ketua Tim Penyelenggara.

b.3) Verifikasi hasil kompilasi oleh Kepala SKPD, delegasi Kecamatan, dan delegasi Forum-SKPD.

b.4) Pemaparan Kepala SKPD Rancangan Renja-SKPD (terutama SKPD yang mengemban fungsi pelayanan dasar dan yang menjadi prioritas pembangunan Kabupaten/Kota), yang meliputi:b.4.1 Isu strategis SKPD yang berasal dari Renstra Kabupaten/ Kota dan

Renstra-SKPD.b.4.2 Tujuan, indikator pencapaian dan prioritas kegiatan

pembangunan yang akan dimuat dalam Renja-SKPD.b.4.3 Penyampaian perkiraan kemampuan pendanaan terutama dana yang

berasal dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumberdana lainnya.

b.5) Membahas kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan tahun berikutnya.

b.6) Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok berdasarkan fungsi/SKPD.b.7) enetapkan prioritas kegiatan sesuai dengan besaran plafon anggaran

APBD setempat serta yang akan diusulkan untuk dibiayai dari sumber APBD Provinsj, APBN maupun sumber dana lainnya.

b.8) Membahas pemutakhiran Rancangan RKPD Kab-Kota.b.9) Membahas kebijakan pendukung implementasi program atau kegiatan

tahun berikutnya.f. Keluaran Musrenbang Kabupaten/Kota adalah kesepakatan rumusan yang menjadi

masukan utama untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan rancangan Renja-SKPD, yang meliputi:a) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan plafon/pagu dana

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 20

berdasarkan fungsi/SKPD.b) Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan

dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, dansumber pendanaan lainnya.

c) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan/atau Pusat.

d) Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa.g. Peserta Musrenbang Kabupaten/Kota adalah delegasi dari Musrenbang Kecamatan

dan delegasi dari Forum SKPD.h. Narasumber Musrenbang Kabupaten/Kota terdiri dari SKPD Kabupaten/Kota,

DPRD, LSM, Perguruan Tinggi, Perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja-SKPD Panitia/Tim Anggaran Eksekutif maupun DPRD.

i. Setelah hasil Musrenbang Kabupaten/Kota disepakati oleh peserta, maka Pemerintah Kabupaten/Kota menyampaikan hasilnya kepada: (i) DPRD, (ii) SKPD, (iv) Tim Penyusun Program Tahunan Daerah dan RAPBD, (v) Kecamatan, (vi) Delegasi dari Musrenbang Kecamatan dan Forum SKPD, (vii) Bappeda Provinsi, (viii) SKPD Provinsi.

5. Pendampingan MusrenbangDalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan Musrenbang yang berupa hasil keputusan dan tindak lanjutnya, maka perlu dilaksanakan serangkaian kegiatan fasilitasi, advokasi, peningkatan kapasitas, kordinasi maupun konsultansi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik oleh unsur Pemerintahan Daerah, Kecamatan, Pemerintahan Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, LSM dan Perguruan Tinggi, KPM maupun stakeholders lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan kapasitas implementasi pembangunan partisipatif. Adapun kegiatannya antara lain terdiri dari:a. Fasilitasi KPM untuk kegiatan Pra Musrenbang (Review Data dan Review

Program, Pelaksanaan Pengkajian Potensi dan Masalah, Lokakarya Penyusunan Draft RPJM-Desa dan RKP-Desa, Perumusan aspirasi visi-misi).

b. Advokasi Forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk membuka akses informasi dan akses pengambilan keputusan perencanaan dan penganggaran pembangunan pada tingkat kecamatan dan kabupaten/kota.

c. Memantapkan keterpaduan perencanaan kegiatan dan penganggaran pembangunan desa dengan pembangunan daerah melalui koordinasi dan konsultasi yang efektif dengan eksekutif dan leaislatif daerah.

d. Advokasi pengoptimalan sumber dana yang menjadi hak desa meliputi ADD, bagi hasil pajak dan retribusi kabupaten-kota secara proporsional sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

e. Mengintegrasikan kegiatan Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) yang dilakukan oleh legislatif daerah melalui mekanisme Musrenbang.

E. Pembahasan dan Penetapan Anggaran

1. Berdasarkan RKP-Desa dilaksanakan penyusunan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (RAPB-Desa) sebagai dokumen yang memuat perkiraan jumlah dan sumber penerimaan desa maupun perkiraan jenis dan jumlah pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. Sumber penerimaan antara lain meliputi pendapatan asli

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 21

desa, ADD, Bantuan Pemerintah, Hibah dan sumbangan, pinjaman maupun bentuk lain. Sedangkan pengeluaran antara lain meliputi belanja rutin dan pembangunan.

2. ADD merupakan pendapatan dari desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan retribusi Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, dan bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

3. APB-Desa dimaksudkan sebagai instrumen dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan desa secara teratur, terarah, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. RAPB-Desa ditetapkan menjadi APB-Desa melalui pembahasan antara Pemerintah Desa bersama Badan Perwakilan Desa (BPD) dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes). Deimi memastikan transparansi dan akuntabilitas maka diperlukan upaya-upaya memperluas partisipasi publik dalam pembahasan, penetapan maupun realisasi APB-Desa.

5. Disamping itu, dalam rangka menjamin akses penganggaran kegiatan Desa dari sumber APBD Kabupaten/Kota, perlu dilaksanakan (i) sosialisasi dan publikasi hasil musrenbang, RAPED, maupun APBD kepada masyarakat umum, (ii) optimalisasi peranserta masyarakat dalam penyusunan KUA maupun pembahasan Raperda APBD, dan (iii) dan pelibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap proses penyusunan APBD.

6. Penganggaran pembangunan desa sedapat mungkin diupayakan untuk menerapkan metode penganggaran berbasis kinerja, dimana setiap pendanaan yang dituangkan dalam berbagai kegiatan dipastikan efisien dengan hasil yang optimal. Dalam hal ini pemerintahan desa harus memperhatikan standar pelayanan publik yang mengacu pada tugas pokok dan fungsinya dalam kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan.

F. Pelaksanaan Program1. Persiapan

a. Pelaksanaan program diawali dengan kegiatan Pra Pelaksanaan dalam rangka: (i) memilih dan menetapkan Tim Pelaksana sekaligus pembagian tunas ii) nenviisunan renrana keria realisasi kecriatan oleh Tim Pelaksana.iii) penyiapan bahan, alat, tenaga kerja maupun sumber material lainnya yang akan didayagunakan dalam mendukung realisasi program, iv) rencana pengelolaan dana dan pelaporan kegiatan (v) pengembangan dukungan swadaya masyarakat. Dalam rangka persiapan realisasi kegiatan, perlu dibangun komunikasi, konsultasi, koordinasi, negosiasi, dan kerjasama dengan berbagai pihak demi mendukung keberhasilan pelaksanaan program.

b. Keanggotaan Tim Pelaksana dapat berasal dari unsur LKMD maupun LKD lainnya, RT-RW, maupun unsur masyarakat lain. Penetapan keanggotaan tim didasarkan pertimbangan keterkaitan, kesesuaian dan kemampuan personal. Tim Pelaksana dapat membentuk satuan-satuan pelaksana sesuai kebutuhan.

2. Realisasi Kegiatana. Realisasi Kegiatan oleh Tim Pelaksana seoptimal mungkin dikembangkan melalui

manajemen yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama.b. Realisasi kegiatan harus menjamin adanya partisipasi dari segenap pemeran

program, penggunaan dana secara terbuka dan efisien, pengelolaan kegiatan secara bermutu dan tepat waktu, sehingga menumbuhkan kepuasaan dan kebanggaan serta rasa memiliki dari masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan. Hal ini dilakukan dengan cara penyampaian informasi melalui antara lain : i) papan informasi, ii) forum/pertemuan baik formal maupun informal, iii) media cetak maupun elektronik, dan lain-lain.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 22

c. Realisasi kegiatan pada dasarnya bisa dilaksanakan dengan berbagai model pengelolaan kegiatan pembangunan baik dengan pola: (i) swakelola, dimana program direncanakan, dikerjakan, diawasi dan dibiayai oleh masyarakat secara mandiri, (ii) kerjasama operasional (KSO) dimana program dikerjakan oleh pelaksana yang ditetapkan melalui tender dengan sebagian pekerjaan dikerjasamakan dengan masyarakat setempat, (iii) build operated transferd (BOT), dimana program dikerjakan oleh pelaksana pemenang tender, dimana pembiayaannya dibayar melalui retribusi selama kurun waktu tertentu dan setelah itu menjadi hak penuh Pemerintah/masyarakat, atau (iv) pola rekanan penuh. Dari semua pola di atas, dipastikan bahwa program yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

G. Pertanggungjawaban dan Tindak Lanjut Program

1. Pertangunggjawabana. Pertanggungjawaban dilaksanakan setelah realisasi kegiatan selesai dilaksanakan.

Pertangungjawaban dilaksanakan baik secara administratif maupun kepada publik. Pertanggungjawaban secara administratif antara lain meliputi pertangungjawaban pencapaian target kegiatan dan pertangung jawaban keuangan dalam bentuk SPJ disertai dengan bukti pendukungnya. Sedangkan pertanggungjawaban publik dilaksanakan melalui forum Musyawarah Pertangungjawaban.

b. Pertanggungjawaban program dilaksanakan dalam rangka: (i) menaembanakan transoaransi dan akuntabilitas oenaelolaan program, (ii) memberikan dorongan bagi pengelola kegiatan untuk mengotimalkan mutu pelayanan, (iii) dukungan terhadap perluasan akses partisipasi publik dalam pengambilan keputusan pembangunan secara berkelanjutan.

2. Tindak Lanjut Programa. Hasil-hasil kegiatan pembangunan baik berupa pembangunan sarana dan

prasarana, pengembangan kapasitas sosial-ekonomi, pemenuhan kebutuhan dasar (pendidikan, kesehatan dan usaha ekonomi), penguatan kapasitas kelembagaan maupun lainnya merupakan aset bersama yang perlu dipelihara, dilestarikan dan dikembangkan.

b. Pertanggungjawaban kegiatan ditindaklanjuti dengan rekomendasi perbaikan program dan tindak lanjut rencana pelestarian dan pengembangan program,

c. Dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian dapat dibentuk Tim Operasional dan Pemeliharaan (O&P) maupun kegiatan paska program maupun langkah-langkah pelaksanaannya.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 23

V. PENGENDALIAN PROGRAM

A. Koordinasi kegiatan1. Dilaksanakan pada setiap tahapan program, dengan tujuan: i) pengendalian realisasi

perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program ii) pengendalian jadwal kegiatan agar sesuai dengan waktu yang ditentukan, iii) menjaga konsistensi proses pelaksanaan agar selaras dengan rencana dan koridor aturan.

2. Koordinasi kegiatan dilakukan dalam bentuk pertemuan dan dialog publik antar pemeran pembangunan.

B. Pengawasan1. Dilaksanakan demi mencegah penyimpangan, menjaga konsistensi proses

pelaksanaan dan mengoptimalkan hasil.2. Jenis pengawasan terdiri dari: i) pengawasan struktural, yakni pengawasan yang

dilakukan oleh aparat pada semua jajaran pemerintahan dan dilaksanakan secara berjenjang, ii) pengawasan fungsional, yakni pengawasan yang dilakukan oleh KPM, maupun fasilitator pembangunan lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, iii) pengawasan masyarakat, yakni pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat luas. Jenis pengawasan ini bisa dilaksanakan oleh masyarakat desa sendiri, perguruan tinggi, LSM, media massa dan sebagainya.

3. Dalam rangka mengoptimalkan pengawasan maka dapat dibuka forum pengaduan publik. Setiap permasalahan yang diadukan hendaknya dilakukan klarifikasi dan tindakan penyelesaian secara berjenjang. Pengawasan secara obyektif membutuhkan keterbukaan informasi yang harus dirancang dan dikondisikan terintegrasi secara sistemik ke dalam manajemen program.

C. Pelaporan1. Pelaporan bisa disampaikan secara insidental sesuai kebutuhan maupun secara

berkala misalnya bulanan, triwulan dan sebagainya.

2. Jenis pelaporan antara lain meliputi laporan realisasi kegiatan, laporan perkembangan kegiatan dan laporan keuangan. Laporan Realisasi Program menjelaskan perkembangan realisasi program, hal yang telah dicapai, masalah yang dihadapi dan kemungkinan solusinya. Laporan perkembangan menjelaskan progres yang dicapai dan dampak yang terjadi pada pasca kegiatan. Sedangkan laporan keuangan berkenaan dengan realisasi penggunaan dana atau sumber pendanaan yang berhasil dihimpun dalam suatu kegiatan.

3. Pelaporan disusun secara lengkap dan informatif dengan menguraikan informasi pokok meliputi: (i) kegiatan yang sedang atau telah dilaksanakan, (ii) pencapaian target kegiatan dan realisasi biaya (iii) perkembangan hasil/dampak kegiatan, (iv) kendala dan permasalahan yang dihadapi beserta penggulangannya (v) tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pengelolaan pembangunan, (vi) tingkat keswadayaan masyarakat dalam pendayagunaan sumberdaya pembangunan, (vii) rencana pelestarian dan pengembangan program.

D. Pemantauan1. Merupakan kegiatan untuk memastikan sejauh mana program telah berjalan sesuai

dengan rencana, prinsip dan prosedur penerapannya.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 24

2. Kegiatan pemantauan dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, melalui jalur struktural pemerintahan maupun pemantauan jalur fungsional oleh Tim Pemantau Kegiatan misalnya pemantauan oleh Tenaga Pendamping seperti KPM atau Konsultan Pembangunan Desa. Kegiatan pemantauan dapat juga dilaksanakan oleh perguruan tinggi, LSM, media massa dan sebagainya.

3. Teknis pemantauan dilakukan secara partisipatif melalui kunjungan lapangan, mekanisme pelaporan, pengaduan masyarakat, media massa, dan lainnya. Setiap pengaduan dan keluhan yang muncul dari masyarakat segera ditanggapi secara serius. Penyelesaian setiap pengaduan harus menjunjung tinggi kerahasiaan identitas pelapor, dilaksanakan secara berjenjang dengan prosedur yang terbuka, proporsional dan obyektif.

4. Agar prosedur pemantauan berjalan secara partisipatif, maka pelaksanaannya: i) sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat, ii) merupakan bagian integral yang tidak terpisah dengan manajemen program, iii) dirancang secara kreatif sesuai dengan konteks dinamika perkembangan program, iv) dilakukan secara rutin sehingga menjamin kontinuitas data dan informasi, v) dirancang dengan format yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan dan didokumentasikan.

E. Evaluasi1. Merupakan penilaian kesesuaian masukan, proses, keluaran, hasil dan tingkat

kemanfaatan, serta dampak program terhadap tujuan fungsional program yang telah ditetapkan.

2. Kegiatan evaluasi dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pelaku terutama di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa secara terpadu antara lain dalam forum kelompok, RT/RW/Dusun, Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota maupun forum lainnya.

3. Kegiatan evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti langkah: (i) pengumpulan dokumen, seperti hasil pemantauan, dokumen laporan pelaksanaan, rekomendasi pertemuan pemantauan, hasil kunjungan lapangan, temuan pengawasan, maupun bahan lain, (ii) penggalian data lapangan, dengan menggali penilaian pelaku dan sasaran program tentang pengelolaan program, keperansertaan masyarakat, hasil dan manfaat (penguatan kapasitas, perluasan akses kerjasama, kualitas hidup dan kesejahteraan), permasalahan yang dihadapi, keberlanjutan program dan seterusnya. Indikator penilaian disusun secara kontekstual, relevan dengan ciri dan tujuan program, serta mudah dipahami, (iii) analisis dan interpretasi dengan mengkaji input data maupun informasi sehingga diperoleh deskripsi, kesimpulan dan rekomendasi dari berbagai indikator yang dievaluasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (iv) pelaporan hasil yakni penyajian proses dan hasil evaluasi dalam sebuah laporan, yang secara pokok berisi dasar pemikiran-tujuan-sasaran dan metode evaluasi, deskripsi hasil evaluasi, analisis temuan evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi.

4. Evaluasi sedapat mungkin dilaksanakan secara partisipatif. Dalam hal ini perlu imtuk mfinauranai oola oelaksanaan evaluasi secara konvensional. Evaluasi konvensional kurang memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan oleh karena: (i) terlalu peduli dengan upaya, efek, efisiensi, bukti nyata, serta penampilan material program, (ii) bias kuantitatif, sehingga kurang menangkap konsekuensi perkembangan dan perubahan secara kualitatif, (iii) direncanakan dan dilaksanakan oleh orang luar sehingga sedikit sekali membuka terhadap berprosesnya daur pengalaman belajar masyarakat lokal.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 25

5. Evaluasi Partisipatif pada dasarnya ingin menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pengembangan suatu program secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan karena partisipasi pada dasarnya merupakan proses yang terus-menerus berlangsung dan mendasari kemajuan sebuah program. Oleh karenanya, tidak bisa didekati secara terbatas dan terpisah dari rangkaian sistem manajemen program. Evaluasi partisipatif dilaksanakan dengan menggabungkan dua dimensi, baik kuantitatif maupun kualitatif agar hasilnya lebih dipahami. Evaluasi dilaksanakan dengan seluas mungkin menggali, merumuskan, menganalisis, dan menyimpulkan pandangan-pandangan pemeran pembangunan.

F. Bimbingan Teknis dan PembinaanHasil koordinasi, pemantauan dan pengawasan perlu segera ditindaklanjuti dalam bentuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan progam dengan memberikan bantuan teknis dari berbagai pihak sesuai kebutuhan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 26

VI. DUKUNGAN FASILITASI

A. Umum1. Dukungan fasilitasi diperlukan guna mengoptimalkan realisasi pengelolaan program

pembangunan desa. Dukungan fasilitasi pada dasarnya merupakan berbagai bentuk aktifitas oleh Pemerintah dan pemeran pembangunan lainnya, yang dapat memperlancar, mendukung, melengkapi, menyempurnakan, meningkatkan kualitas, dan memperkuat kegiatan maupun yang memiliki berdampak positif bagi pengelolaan pembangunan desa.

2. Dukungan fasilitasi bertujuan memberikan kemudahan dalam penerapan SMPP melalui peningkatan kemampuan melaksanakan proses pengelolaan pembangunan secara partisipatif, dukungan pengembangan potensi dan pendayagunaan sumber daya lokal, maupun optimalisasi kerjasama antar pemeran pembangunan dalam mengembangkan kebijakan/program/ kegiatan yang mendukung, memperlancar, melengkapi, menyempurnakan, dan memperkuat pengelolaan pembangunan desa.

B. Bentuk Fasilitasi1. Anggaran

a. Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani, aktifitas pembangunan pada dasarnya perlu diterjemahkan sebagai tugas dan tanggung jawab bersama antara masyarakat, swasta maupun Pemerintah. Oleh karena itu, dalam pembiayaan pembangunan sangat diharapkan adanya keswadayaan pembiayaan kegiatan yang berasal dari masyarakat, swasta, dan organisasi non Pemerintah lainnya. Di samping itu, Pemerintah perlu menggalang sumber-sumber pembiayaan baik yang berasal dari APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, swasta, masyarakat, organisasi non-Pemerintah, maupun lembaga donor internasional.

b. Diperlukan komitmen tegas dari Pemerintah dan berbagai stakeholders, utamanya Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengalokasikan APBD dalam bentuk: (i) block grant, yang dialokasikan langsung pada masing-masing Desa pada masing-masing Kecamatan, (ii) mathcing grant melalui kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi, (iii) dana alokasi khusus (specific grant), maupun (iv) alokasi pendanaan kegiatan dari SKPD agar secara integral difokuskan untuk memfasilitasi program pembangunan yang telah dirancang secara partisipatif oleh warga masyarakat.

2. Kemitraana. Keberhasilan pengelolaan pembangunan amat tergantung pada kesediaan seluruh

pelaku program, untuk berkerja bersama dan berperan setara sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing yang didukung oleh jaringan kerjasama sinergis dalam bentuk kemitraan.

b. Untuk itu, perlu didorong peningkatan partisipasi dan keswadayaan masyarakat maupun pelibatan Dunia Usaha, PT, dan LSM melalui jaringan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan program pembangunan.

3. Bantuan TeknisBentuk-bentuk bantuan teknis dari Pemerintah dan pihak lain dapat berupa: informasi dan kebijakan, pelatihan, pendampingan, konsultasi teknis, bantuan permodalan, intervensi Iptek dan TTG, perluasan akses jaringan kerja, advokasi kebijakan, penguatan kelembagaan dan manajemen, litbang, mediasi dan jaringan pasar, pengembangan infrastruktur pendukung, dan bentuk lain yang relevan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 27

4. PendampinganDalam rangka mengoptimalkan implementasi pembangunan desa secara partisipatif maka diperlukan fasilitasi, bimbingan, motivasi dan advokasi kebijakan. Proses fasilitasi pembangunan desa dilaksanakan oleh KPM selaku tenaga pendamping lokal yang bertugas membantu segenap unsur pemerintahan dan kemasyarakatan desa.KPM berjumlah antara 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) Kader yang dibentuk melalui proses pemilihan dari calon-calon KPM. KPM ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Desa. KPM mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif yang meliputi:a. menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembangunan diwilayahnya; b. membantu masyarakat dalam mengartikulasikan kebutuhannya dan membantu

mengidentifikasi masalahnya; c. membantu masyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah

yang dihadapi secara efektif;d. mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk benar-benar

mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat; dan e. melakukan pekerjaan purna waktu untuk menghadiri pertemuan/musyawarah,

membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan yang dibutuhkan.

C. Menu Teknis Fasilitasi1. Untuk memudahkan penerapan SMPP maka perlu dikembangkan berbagai pedoman

teknis dan panduan fasilitasi yang dapat digunakan oleh para pelaku program. Pedoman teknis dan panduan fasilitasi akan disusun tersendiri, namun masih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman Umum ini.

2. Adapun Pedoman Teknis penerapan SMPP terdiri dari: (i) Pedoman Teknis Kegiatan Musrenbang.(ii) Pedoman Teknis Penyusunan RPJM-Desa, RKP-Desa dan APB-Desa (iii) Pedoman Teknis Monev dan Pengawasan Program, (iv) Pedoman Teknis Penyusunan Laporan Pertangungjawaban Pemerintah Desa.

3. Adapun Panduan Fasilitasi penerapan SMPP terdiri dari: (i) Panduan Fasilitasi Pra Musrenbang Desa, (ii) Panduan Advokasi Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan, (iii)'Panduan Fasilitasi KPM.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 28

VII.INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja merupakan tolok ukur untuk melihat perkembangan dan tingkat pencapaian pengelolaan pembangunan. Indikator SMPP dikembangkan dengan mengacu pada komponen masukan, proses, keluaran, hasil dan dampak dari pengelolaan pembangunan desa yang dilandasi oleh prinsip-prinsip partisipatif.

Penetapan target kinerja harus memenuhi kriteria spesifik, terukur, realistik sehingga dapat dicapai, menggambarkan kondisi perubahan yang diinginkan dan memiliki kerangka waktu pencapaian yang jelas.

A. MASUKANMerupakan sumber daya yang digunakan untuk pengelolaan pembangunan meliputi sumber daya manusia (man), sumberdaya pendanaan (money), sumberdaya material (material) dan metode (method) berupa aturan, cara atau kebijakan. Indikator masukan meliputi:1. Bahan material berkaitan dengan Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia,

Kelembagaan Sosial dan Pemerintahan, maupun infrastruktur pendukung dan modal sosial lokal.

2. Dukungan Sumber Daya Manusia pengelola maupun pemanfaat program baik kapasitas SDM aparatur pemerintah maupun kemasyarakatan.

3. Dukungan kebijakan berupa mekanisme pengelolaan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat desa.

4. Dukungan pendanaan yang bersumber dari berbagai sumber anggaran.5. Dukungan Fasilitasi dalam berbagai bentuk baik dari Pemerintah, ormas, LSM,

Perguruan Tinggi, dunia usaha maupun dari masyarakat itu sendiri dan lembaga lainnya.

B. PROSESMerupakan tahapan, prosedur kerja atau langkah-langkah aktifitas pengelolaan pembangunan. Indikator proses meliputi:1. Pengkajian Potensi dan Masalah, yakni kegiatan untuk mengenali, menggali,

menemukan, dan merumuskan potensi serta permasalahan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan oleh segenap komponen kemasyarakatan dan pemerintahan desa dengan menggunakan berbagai teknik partisipatif.

2. Perencanaan, merupakan musyawarah warga masyarakat, aparat dan berbagai pemeran pembangunan untuk merumuskan RPJM-Desa, RKP- Desa maupun perencanaan pembangunan lainnya.

3. Pelaksanaan, yakni kegiatan merealisasikan program pembangunan yang telah disepakati bersama. Realisasi program berdasarkan prioritas kebutuhan, dilaksanakan sesuai kemampuan dan seoptimal mungkin bertumpu pada sumberdaya yang dimiliki.

4. Pertanggungjawaban dan Tindak Lanjut Program, merupakan kegiatan mempertanggungjawabkan pengelolaan kegiatan secara administratif maupun publik, serta upaya untuk memanfaatkan hasil, melestarikan dan mengembangkan program.Untuk memastikan program berjalan sesuai dengan proses, mekanisme, tahapan dan target yang diharapkan dilakukan pengendalian program, melalui koordinasi kegiatan, pelaporan, pengawasan, pemantauan, evaluasi, bimbingan teknis danpembinaan.

C. KELUARANMerupakan produk yang dihasilkan dari aktifitas/kegiatan pengelolaan pembangunan desa sesuai dengan tahapan dan prosedurnya. Indikator keluaran meliputi:

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 29

1. Terselenggaranya pengkajian potensi dan masalah dalam rangka penyediaan data dan informasi bagi penyusunan perencanaan pembangunan.

2. Berkembangnya dialog antar pemeran pembangunan secara partisipatif dan demokratis dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan.

3. Tersusunnya dokumen RPJM-Desa, RKP-Desa dan APB-Desa.4. Terwujudnya penetapan anggaran secara terpadu dengan kegiatan perencanaan

dalam rangka mewujudkan kepastian pengelolaan pembangunan.5. Terlaksananya kegiatan pembangunan Desa secara partisipatif.6. Terlaksananya pertanggungjawaban kegiatan secara administratif maupun publik

serta pelestarian program.7. Terlaksananya fasilitasi untuk mewujudkan tertib pertangungjawaban pembangunan

oleh Pemerintah Desa dalam bentuk Laporan Tahunan dan Laporan Akhir Penyelenggaraan Pemerintahan.

8. Terlaksananya secara efektif pengendalian program dalam bentuk koordinasi kegiatan, pelaporan, pemantauan, pengawasan, evaluasi maupun bimbingan teknis dan pembinaan.

D. HASILMenggambarkan hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. Indikator hasil terdiri dari:1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik sebagai

pengelola, pemanfaat, pengawas dan pelestari pembangunan.2. Peningkatan keswadayaan melalui pendayagunaan modal sosial, keberdayaan dan

martabat manusia, sarana dan prasarana, maupun penguatan dukungan lingkungan sosial ekonomi.

3. Peningkatan produktivitas dan kapasitas ekonomi dalam bentuk pengembangan kegiatan usaha, perluasan kesempatan kerja, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan secara adil, merata dan lestari.

4. Penguatan kelembagaan yang berfungsi dan berperan secara optimal dalam pengelolaan pembangunan.

5. Ketepatan implementasi dukungan fasilitasi dan efektifitas pengendalian program oleh segenap pemeran pembangunan.

E. DAMPAKMerupakan bentuk pengaruh yang bisa diwujudkan dari pencapaian hasil kegiatan pengelolaan pembangunan desa dalam jangka panjang. Indikator dampak terdiri dari:1. Peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan, kemandirian dan lingkungan yang

berkeadilan pada masyarakat desa.2. Terwujudnya manajemen pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan secara

terpadu berdasarkan prinsip good governance, yakni partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.

3. Berkembangnya wilayah desa dan antar desa secara terpadu, selaras dan seimbang baik dari sisi ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 30

VIII.PENUTUP

Komitmen, kesungguhan dan kerjasama dalam menumbuhkan manajemen pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan secara partisipatif oleh semua pemeran pembangunan menjadi kunci pokok dari keberhasilan prakarsa pemantapan pola pengelolaan pembangunan melalui SMPP.

Dalam rangka mendukung penerapan SMPP disusun menu-menu teknis operasional yang diatur tersendiri. Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan mampu mengambil berbagai kebijakan demi mendukung implementasi SMPP yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

Semoga Allah Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan bimbinganNya kepada kita sekalian dalam upaya melaksanakan pengelolaan pembangunan secara partisipatif demi mewujudkan peningkatan kesejahteraan, kemandirian, harkat dan martabat bangsa.

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd.

H. IMAM UTOMO

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 31

DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH

PROPINSI JAWA TIMUR

TGL 7-5-2008 No.41 Th 2008 / E1