GUBERNUR JAWA TIMUR PENGELOLAAN BARANG MILIK...

82
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang

Transcript of GUBERNUR JAWA TIMUR PENGELOLAAN BARANG MILIK...

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 10 TAHUN 2017

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah dan Pasal 511 ayat (1) Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Milik Daerah, perlu menetapkan

Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan

Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-

Peraturan Negara Tahun 1950);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038);

6. Undang-Undang

- 2 -

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5533);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Milik Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

dan

GUBERNUR JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN

- 3 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN BARANG

MILIK DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Jawa Timur

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa

Timur.

6. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang

selanjutnya disingkat BPKAD adalah Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur.

7. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di lingkungan

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.

8. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT

adalah Unit Pelaksana Teknis pada Perangkat Daerah di

lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.

9. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat

BLUD adalah Perangkat Daerah atau Unit Pelaksana

Teknis pada Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Timur yang menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dan

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan

dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas.

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur.

11. Barang

- 4 -

11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli

atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman

serta melakukan pengelolaan Barang Milik Daerah.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan Barang Milik Daerah.

14. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau

pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk

menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya

dengan sebaik-baiknya.

15. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara

independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.

16. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu

opini nilai atas suatu objek penilaian berupa Barang Milik

Daerah pada saat tertentu.

17. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan

rincian kebutuhan Barang Milik Daerah untuk

menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar

dalam melakukan tindakan yang akan datang.

18. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan

Barang Milik Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah yang bersangkutan.

19. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah

yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan

fungsi Perangkat Daerah dan/atau optimalisasi Barang

Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

20. Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh Pihak

Lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima

imbalan uang tunai.

21. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atau

antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu

tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu

tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola

Barang.

22. Kerja Sama

- 5 -

22. Kerja Sama Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang

Milik Daerah oleh Pihak Lain dalam jangka waktu tertentu

dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan

pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan

lainnya.

23. Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan Barang Milik

Daerah berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara

mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh Pihak Lain

tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah

disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah

beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya

setelah berakhirnya jangka waktu.

24. Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan Barang Milik

Daerah berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara

mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya

diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak Lain tersebut

dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

25. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama

antara Pemerintah dan Badan Usaha untuk kegiatan

penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

26. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang

Milik Daerah.

27. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik

Daerahkepada Pihak Lain dengan menerima penggantian

dalam bentuk uang.

28. Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang

Milik Daerah yang dilakukan antara Pemerintah Pusat

dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah,

atau antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Lain,

dengan menerima penggantian utama dalam bentuk

barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.

29. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari

Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar

Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Daerah kepada

Pihak Lain, tanpa memperoleh penggantian.

30. Penyertaan

- 6 -

30. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan

kepemilikan Barang Milik Daerah yang semula merupakan

kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang

dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham

daerah pada badan usaha milik negara/badan usaha milik

daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.

31. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik

dan/atau kegunaan Barang Milik Daerah.

32. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik

Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan

dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan

Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa

Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan

fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

33. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi

pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

34. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan

pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan

Barang Milik Daerah.

35. Daftar Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat DBP

adalah daftar yang memuat data barang yang digunakan

oleh masing-masing Pengguna Barang.

36. Daftar Barang Kuasa Pengguna yang selanjutnya disingkat

DBKP adalah daftar yang memuat data barang yang

dimiliki oleh masing-masing Kuasa Pengguna Barang.

37. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Pemerintah Daerah.

BAB II

ASAS-ASAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Pasal 2

Pengelolaan Barang Milik Daerah berdasarkan asas:

a. fungsional;

b. kepastian hukum;

c. transparansi;

d. efisiensi;

e. akuntabilitas; dan

f. kepastian nilai.

BAB III

- 7 -

BAB III

RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Barang Milik Daerah

Pasal 3

(1) Barang Milik Daerah meliputi:

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan

b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

(2) Barang Milik Daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus

dilengkapi dokumen pengadaan.

(3) Barang Milik Daerah yang berasal dari perolehan lainnya

yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus

dilengkapi dokumen perolehan.

(4) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan ayat (3) bersifat berwujud maupun tidak berwujud.

(5) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang

sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap; atau

e. barang yang diperoleh kembali dari hasil divestasi atas

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pasal 4

Pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi:

a. pejabat pengelola barang;

b. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

c. pengadaan;

d. penggunaan;

e. pemanfaatan;

f. pengamanan

- 8 -

f. pengamanan dan pemeliharaan;

g. penilaian;

h. pemindahtanganan;

i. pemusnahan;

j. penghapusan;

k. penatausahaan;

l. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

m. pengelolaan Barang Milik Daerah oleh BLUD;

n. Barang Milik Daerah berupa Rumah Daerah;

o. ganti rugi dan sanksi; dan

p. sengketa Barang Milik Daerah.

BAB IV

PEJABAT PENGELOLA BARANG

Bagian Kesatu

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pasal 5

(1) Gubernur selaku pemegang kekuasaan pengelolaan Barang

Milik Daerah.

(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang dan

bertanggung jawab:

a. menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau

pemindahtanganan Barang Milik Daerah;

c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan

Barang Milik Daerah;

d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan

Barang Milik Daerah;

e. mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah

yang memerlukan persetujuan DPRD;

f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan dan

penghapusan Barang Milik Daerah sesuai batas

kewenangannya;

g. menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa

sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah

dan/atau bangunan; dan

h. menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam

bentuk Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Bagian Kedua

- 9 -

Bagian Kedua

Pengelola Barang

Pasal 6

(1) Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang.

(2) Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berwenang dan bertanggung jawab:

a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang

Milik Daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan

pemeliharaan/perawatan Barang Milik Daerah;

c. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan

Barang Milik Daerah yang memerlukan persetujuan

Gubernur;

d. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,

pemusnahan dan penghapusan Barang Milik Daerah;

e. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan Barang Milik

Daerah yang telah disetujui oleh Gubernur atau DPRD;

f. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi

Barang Milik Daerah; dan

g. melakukan pengawasan dan pengendalian atas

pengelolaan Barang Milik Daerah.

Bagian Ketiga

Pejabat Penatausahaan Barang

Pasal 7

(1) Kepala BPKAD selaku Pejabat Penatausahaan Barang.

(2) Pejabat Penatausahaan Barang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), berwenang dan bertanggung jawab:

a. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan

persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan

Barang Milik Daerah kepada Pengelola Barang;

b. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan

persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan

pemeliharaan/perawatan Barang Milik Daerah kepada

Pengelola Barang;

c. memberikan

- 10 -

c. memberikan pertimbangan kepada Pengelola Barang

atas pengajuan usul pemanfaatan dan

pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang

memerlukan persetujuan Gubernur;

d. memberikan pertimbangan kepada pengelola barang

untuk mengatur pelaksanaan penggunaan,

pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan Barang

Milik Daerah;

e. memberikan pertimbangan kepada pengelola barang

atas pelaksanaan pemindahtanganan barang milik

daerah yang telah disetujui oleh Gubernur atau DPRD;

f. membantu Pengelola Barang dalam pelaksanaan

koordinasi inventarisasi Barang Milik Daerah;

g. melakukan pencatatan Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari

Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak

Lain kepada Gubernur melalui Pengelola Barang, serta

Barang Milik Daerah yang berada pada Pengelola

Barang;

h. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada huruf g;

i. membantu Pengelola Barang dalam pengawasan dan

pengendalian atas pengelolaan Barang Milik Daerah;

dan

j. menyusun laporan Barang Milik Daerah.

Bagian Keempat

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

Pasal 8

(1) Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Barang.

(2) Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran

Barang Milik Daerah bagi Perangkat Daerah yang

dipimpinnya;

b. mengajukan

- 11 -

b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaan

Barang Milik Daerah yang diperoleh dari beban APBD

dan perolehan lainnya yang sah;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi Barang Milik

Daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam

penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan

tugas dan fungsi Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah

yang berada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan

Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan Barang

Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan;

g. menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah

dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah yang dipimpinnya dan sedang tidak

dimanfaatkan Pihak Lain kepada Gubernur melalui

Pengelola Barang;

h. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan

Barang Milik Daerah;

i. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

atas penggunaan Barang Milik Daerah yang berada

dalam penguasaannya; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan barang

pengguna semesteran dan laporan barang pengguna

tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada

Pengelola Barang.

Pasal 9

(1) Kepala Biro dan Kepala UPT dalam lingkungan Pemerintah

Daerah selaku Kuasa Pengguna Barang dalam lingkungan

yang dipimpinnya.

(2) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah

ditetapkan sebagai BLUD mempunyai kewenangan dan

tanggung jawab sebagai Pengguna Barang.

(3) Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah

untuk unit kerja yang dipimpinnya kepada Pengguna

Barang;

- 12 -

b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaan

Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya

kepada Pengguna Barang;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi Barang Milik

Daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam

penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan

tugas dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah

yang berada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan

Barang Milik Daerah yang berada dalam

penguasaannya kepada Pengguna Barang;

g. menyerahkan Barang Milik Daerah yang tidak

digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya dan sedang tidak

dimanfaatkan Pihak Lain kepada Pengguna Barang;

h. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan

Barang Milik Daerah kepada Pengguna Barang;

i. melakukan pengawasan dan pengendalian atas

Penggunaan Barang Milik Daerah yang berada dalam

penguasaannya; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa

pengguna semesteran dan laporan barang kuasa

pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya

kepada Pengguna Barang.

Bagian Kelima

Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang

Pasal 10

(1) Pengguna Barang dibantu oleh Pejabat Penatausahaan

Pengguna Barang.

(2) Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur atas usul

Pengguna Barang.

(3) Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) yaitu pejabat yang membidangi

fungsi pengelolaan Barang Milik Daerah pada Pengguna

Barang.

(4) Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berwenang dan bertanggung jawab:

- 13 -

a. menyiapkan rencana kebutuhan dan penganggaran

Barang Milik Daerah pada Pengguna Barang;

b. meneliti usulan permohonan penetapan status

penggunaan barang yang diperoleh dari beban APBD

dan perolehan lainnya yang sah;

c. meneliti pencatatan dan inventarisasi Barang Milik

Daerah yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang

dan/atau Pengurus Barang Pembantu;

d. menyusun pengajuan usulan pemanfaatan dan

pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah

dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan

DPRD dan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau

bangunan;

e. mengusulkan rencana penyerahan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan oleh

Pihak Lain;

f. menyiapkan usulan pemusnahan dan penghapusan

Barang Milik Daerah;

g. meneliti laporan barang setiap semesteran dan tahunan

yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau

Pengurus Barang Pembantu;

h. memberikan persetujuan atas Surat Permintaan Barang

(SPB) dengan menerbitkan Surat Perintah Penyaluran

Barang (SPPB) untuk mengeluarkan Barang Milik

Daerah dari gudang penyimpanan;

i. meneliti dan memverifikasi Kartu Inventaris Ruangan

(KIR) setiap semester dan setiap tahun;

j. melakukan verifikasi sebagai dasar memberikan

persetujuan atas perubahan kondisi fisik Barang Milik

Daerah; dan

k. meneliti laporan mutasi barang setiap bulan yang

disampaikan oleh Pengurus Barang Pengguna

dan/atau Pengurus Barang Pembantu.

Bagian Keenam

- 14 -

Bagian Keenam

Pengurus Barang Pengelola

Pasal 11

(1) Pengurus Barang Pengelola ditetapkan oleh Gubernur atas

usul Pejabat Penatausahaan Barang.

(2) Pengurus Barang Pengelola sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan

Barang Milik Daerah pada Pejabat Penatausahaan Barang.

(3) Pengurus Barang Pengelola sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berwenang dan bertanggung jawab:

a. membantu meneliti dan menyiapkan bahan

pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana

kebutuhan Barang Milik Daerah kepada Pejabat

Penatausahaan Barang;

b. membantu meneliti dan menyiapkan bahan

pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana

kebutuhan pemeliharaan/perawatan Barang Milik

Daerah kepada Pejabat Penatausahaan Barang;

c. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan

dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang

memerlukan persetujuan Gubernur;

d. meneliti dokumen usulan penggunaan, pemanfaatan,

pemusnahan, dan penghapusan dari Pengguna Barang,

sebagai bahan pertimbangan oleh Pejabat

Penatausahaan Barang dalam pengaturan

pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan,

dan penghapusan Barang Milik Daerah;

e. menyiapkan bahan pencatatan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan

dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Perangkat Daerah dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak

Lain kepada Gubernur melalui Pengelola Barang;

f. menyimpan dokumen asli kepemilikan Barang Milik

Daerah;

g. menyimpan salinan dokumen Laporan Barang

Pengguna/Kuasa Pengguna Barang;

h. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan

laporan Barang Milik Daerah; dan

i. merekapitulasi

- 15 -

i. merekapitulasi dan menghimpun Laporan Barang

Pengguna semesteran dan tahunan serta Laporan

Barang Pengelola sebagai bahan penyusunan Laporan

Barang Milik Daerah.

(4) Pengurus Barang Pengelola secara administratif dan secara

fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya

kepada Pengelola Barang melalui Pejabat Penatausahaan

Barang.

(5) Dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi administrasi

Pengurus Barang Pengelola dapat dibantu oleh Pembantu

Pengurus Barang Pengelola yang ditetapkan oleh Pejabat

Penatausahaan Barang.

(6) Pengurus Barang Pengelola dilarang melakukan kegiatan

perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa

atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/

pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya

dibebankan pada APBD.

Bagian Ketujuh

Pengurus Barang Pengguna

Pasal 12

(1) Pengurus Barang Pengguna ditetapkan oleh Gubernur atas

usul Pengguna Barang.

(2) Pengurus Barang Pengguna sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), berwenang dan bertanggung jawab:

a. membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan

dan penganggaran Barang Milik Daerah;

b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status

penggunaan Barang Milik Daerah yang diperoleh dari

beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi Barang

Milik Daerah;

d. membantu mengamankan Barang Milik Daerah yang

berada pada Pengguna Barang;

e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan

dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan

persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah selain

tanah dan/atau bangunan;

f. menyiapkan

- 16 -

f. menyiapkan dokumen penyerahan Barang Milik

Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak

digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

dan fungsi Pengguna Barang dan sedang tidak

dimanfaatkan Pihak Lain;

g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan

dan penghapusan Barang Milik Daerah;

h. menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;

i. menyiapkan SPB berdasarkan nota permintaan barang;

j. mengajukan SPB kepada Pejabat Penatausahaan

Barang Pengguna;

k. menyerahkan barang berdasarkan SPPB yang

dituangkan dalam berita acara penyerahan barang;

l. membuat KIR semesteran dan tahunan;

m. memberi label Barang Milik Daerah;

n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat

Penatausahaan Pengguna Barang atas perubahan

kondisi fisik Barang Milik Daerah berdasarkan

pengecekan fisik barang;

o. melakukan stock opname barang persediaan;

menyimpan dokumen, antara lain fotokopi/salinan

dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah dan

menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen

penatausahaan;

p. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan

laporan barang Pengguna Barang dan laporan Barang

Milik Daerah; dan

q. membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang

disampaikan kepada Pengelola Barang melalui

Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat

Penatausahaan Pengguna Barang.

(3) Pengurus Barang Pengguna sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) secara administratif bertanggung jawab kepada

Pengguna Barang dan secara fungsional bertanggung jawab

atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengelola Barang

melalui Pejabat Penatausahaan Barang.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi administrasi

Pengurus Barang Pengguna dapat dibantu oleh Pembantu

Pengurus Barang Pengguna yang ditetapkan oleh Pengguna

Barang.

(5) Pengurus

- 17 -

(5) Pengurus Barang Pengguna dilarang melakukan kegiatan

perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa

atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/

pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya

dibebankan pada APBD.

Bagian Kedelapan

Pengurus Barang Pembantu

Pasal 13

(1) Gubernur menetapkan Pengurus Barang Pembantu atas

usul Kuasa Pengguna Barang melalui Pengguna Barang.

(2) Pembentukan Pengurus Barang Pembantu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan

pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja,

lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan

pertimbangan objektif lainnya.

(3) Pengurus Barang Pembantu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berwenang dan bertanggung jawab:

a. menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan

penganggaran Barang Milik Daerah;

b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status

penggunaan Barang Milik Daerah yang diperoleh dari

beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi Barang

Milik Daerah;

d. membantu mengamankan Barang Milik Daerah yang

berada pada Kuasa Pengguna Barang;

e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan

dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan

persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah selain

tanah dan/atau bangunan;

f. menyiapkan dokumen penyerahan Barang Milik

Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak

digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

dan fungsi Kuasa Pengguna Barang dan sedang tidak

dimanfaatkan Pihak Lain;

g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan

dan penghapusan Barang Milik Daerah;

h. menyusun

- 18 -

h. menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;

i. menyiapkan SPB berdasarkan nota permintaan barang;

j. mengajukan SPB kepada Kuasa Pengguna Barang;

k. menyerahkan barang berdasarkan SPPB yang

dituangkan dalam berita acara penyerahan barang;

l. membuat KIR semesteran dan tahunan;

m. memberi label Barang Milik Daerah;

n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat

Penatausahaan Pengguna Barang melalui Kuasa

Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik Barang

Milik Daerah pengecekan fisik barang;

o. melakukan stock opname barang persediaan;

p. menyimpan dokumen, antara lain fotokopi/salinan

dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah dan

menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen

penatausahaan;

q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan

laporan barang Kuasa Pengguna Barang dan

laporan Barang Milik Daerah; dan

r. membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang

disampaikan pada Pengguna Barang melalui Kuasa

Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat

Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus

Barang Pengguna.

(4) Pengurus Barang Pembantu baik secara langsung maupun

tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan,

pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak

sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan

tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBD.

BAB V

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN

Pasal 14

(1) Perencanaan kebutuhan disusun dengan memperhatikan

kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah

serta ketersediaan Barang Milik Daerah yang ada.

(2) Perencanaan

- 19 -

(2) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan,

pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan

Barang Milik Daerah.

(3) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan salah satu dasar bagi Perangkat Daerah

dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan

baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta

penyusunan rencana kerja dan anggaran.

(4) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) kecuali untuk penghapusan, berpedoman pada:

a. standar barang;

b. standar kebutuhan; dan/atau

c. standar harga.

(5) Standar barang dan standar kebutuhan untuk Barang Milik

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan

huruf b ditetapkan oleh Gubernur, setelah berkoordinasi

dengan dinas teknis terkait.

(6) Penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) dilakukan berdasarkan pedoman

yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri.

(7) Standar harga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 15

(1) Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan

barang yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang

berada di lingkungan kantor yang dipimpinnya.

(2) Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan

Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepada Pengelola Barang.

(3) Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usul rencana

kebutuhan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) bersama Pengguna Barang dengan

memperhatikan data barang pada Pengguna Barang

dan/atau Pengelola Barang dan menetapkannya sebagai

rencana kebutuhan Barang Milik Daerah.

Pasal 16

- 20 -

Pasal 16

Tata cara pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan

penganggaraan Barang Milik Daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan

BAB VI

PENGADAAN

Pasal 17

Pengadaan Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan

prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil,

dan akuntabel.

Pasal 18

Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Daerah dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PENGGUNAAN

Pasal 19

Status penggunaan Barang Milik Daerah ditetapkan oleh

Gubernur.

Pasal 20

Penetapan status Penggunaan tidak dilakukan terhadap Barang

Milik Daerah berupa:

a. barang persediaan;

b. kontruksi dalam pengerjaan;

c. barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dihibahkan; dan

d. barang yang berasal dari realisasi belanja Anggaran

Perangkat Daerah, status penggunaannya langsung pada

Perangkat Daerah yang bersangkutan.

Pasal 21

- 21 -

Pasal 21

(1) Gubernur dapat mendelegasikan penetapan status

Penggunaan atas Barang Milik Daerah selain tanah

dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada

Pengelola Barang.

(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah Barang Milik Daerah yang tidak mempunyai bukti

kepemilikan atau dengan nilai tertentu.

(3) Nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 22

(1) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan dengan

tata cara sebagai berikut:

a. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Daerah yang

diterimanya kepada Pengelola Barang disertai dengan

usul penggunaan; dan

b. Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan mengajukan

usul penggunaan kepada Gubernur untuk ditetapkan

status penggunaannya.

(2) Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat

menetapkan status penggunaan Barang Milik Daerah pada

Pengguna Barang tanpa didahului usulan dari Pengguna

Barang.

Pasal 23

Barang Milik Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Perangkat Daerah,

guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka menjalankan

pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Perangkat Daerah

yang bersangkutan.

Pasal 24

- 22 -

Pasal 24

Barang Milik Daerah yang telah ditetapkan status

penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan

sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu

tertentu tanpa harus mengubah status penggunaan Barang

Milik Daerah tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan

persetujuan Gubernur.

Pasal 25

(1) Barang Milik Daerah dapat dialihkan status penggunaannya

dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan

persetujuan Gubernur.

(2) Pengalihan status penggunaan Barang Milik Daerah dapat

pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari Gubernur, dengan

terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut

kepada Pengguna Barang.

Pasal 26

(1) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan

bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut diperlukan

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang

bersangkutan.

(2) Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan

dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang,

kepada Gubernur melalui Pengelola Barang.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), apabila tanah dan/atau bangunan tersebut telah

direncanakan untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam

jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 27

- 23 -

Pasal 27

(1) Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik

Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak

digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan

fungsi Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 ayat (2) kepada Gubernur, dikenakan sanksi

berupa pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik

Daerah berupa tanah dan/atau bangunan tersebut.

(2) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau

tidak dimanfaatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dicabut penetapan status penggunaannya oleh Gubernur.

(3) Tata cara pengenaan sanksi kepada Pengguna Barang yang

tidak menyerahkan Barang Milik Daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

(1) Gubernur menetapkan Barang Milik Daerah yang harus

diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan

tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain.

(2) Dalam menetapkan penyerahan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Gubernur memperhatikan:

a. standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk

menyelenggarakan dan menunjang tugas dan fungsi

Perangkat Daerah bersangkutan;

b. hasil audit atas Penggunaan tanah dan/atau bangunan;

dan/atau

c. laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber

lain.

(3) Tindak lanjut Pengelolaan atas penyerahan Barang Milik

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penetapan status penggunaan;

b. pemanfaatan; atau

c. pemindahtanganan.

(4) Tata cara pelaksanaan penggunaan Barang Milik Daerah

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

- 24 -

BAB VIII

PEMANFAATAN

Bagian Kesatu

Kriteria Pemanfaatan

Pasal 29

(1) Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur, untuk

Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan

Pengelola Barang; dan

b. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,

untuk Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah

dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh

Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Sebagian tanah dan/atau bangunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

(3) Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan

berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan

kepentingan daerah dan kepentingan umum.

Bagian Kedua

Bentuk Pemanfaatan

Pasal 30

Bentuk pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa:

a. sewa;

b. pinjam pakai;

c. Kerja Sama Pemanfaatan;

d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau

e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Bagian Ketiga

- 25 -

Bagian Ketiga

Sewa

Pasal 31

(1) Sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a,

dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada

Gubernur;

b. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau

bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang;

dan

c. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

(3) Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan

huruf c dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah

mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.

Pasal 32

(1) Barang Milik Daerah dapat disewakan kepada Pihak Lain.

(2) Jangka waktu sewa paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

(3) Jangka waktu sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

untuk:

a. kerja sama infrastruktur;

b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan

waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun; atau

c. ditentukan lain dalam undang-undang.

(4) Tarif/besaran sewa untuk kerja sama infrastruktur

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a atau untuk

kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan

waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf b dapat mempertimbangkan nilai

keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur.

(5) Sewa

- 26 -

(5) Sewa dilaksanakan berdasarkan perjanjian, yang paling

sedikit memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan

jangka waktu;

c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu sewa; dan

d. hak dan kewajiban para pihak.

(6) Hasil sewa merupakan penerimaan daerah dan seluruhnya

wajib disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah.

(7) Penyetoran uang sewa harus dilakukan sekaligus secara

tunai paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum

ditandatanganinya perjanjian sewa.

(8) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (7), penyetoran uang sewa untuk kerja sama

infrastruktur dapat dilakukan secara bertahap dengan

persetujuan Pengelola Barang.

(9) Formula tarif/besaran sewa sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) diatur dalam Peraturan Gubernur.

Bagian Keempat

Pinjam Pakai

Pasal 33

(1) Pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf

b, dilaksanakan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah

Pusat atau antara Pemerintah Daerah dan pemerintah

daerah lain dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

(2) Pelaksanaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah

mendapatkan persetujuan Gubernur.

(3) Jangka waktu pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1

(satu) kali.

(4) Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan berdasarkan perjanjian tertulis yang paling

sedikit memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan

jangka waktu;

c. tanggung jawab

- 27 -

c. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan

d. hak dan kewajiban para pihak.

Bagian Kelima

Kerja Sama Pemanfaatan

Pasal 34

Kerja Sama Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

30 huruf c, dilaksanakan dalam rangka:

a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Barang Milik

Daerah; dan/atau

b. meningkatkan pendapatan daerah.

Pasal 35

(1) Kerja Sama Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 34 dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada

Gubernur;

b. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau

bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang;

dan

c. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan

oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan

Gubernur.

(3) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c

dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat

persetujuan Pengelola Barang.

Pasal 36

(1) Kerja Sama Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 34 dilaksanakan dengan ketentuan:

a. tidak

- 28 -

a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

APBD untuk memenuhi biaya operasional,

pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan

terhadap Barang Milik Daerah tersebut;

b. mitra Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan melalui

tender, kecuali untuk Barang Milik Daerah yang bersifat

khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. Penunjukan langsung mitra Kerja Sama Pemanfaatan

atas Barang Milik Daerah yang bersifat khusus

sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan oleh

Pengguna Barang terhadap Badan Usaha Milik Daerah

yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerja tertentu

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. mitra Kerja Sama Pemanfaatan harus membayar

kontribusi tetap setiap tahun selama jangka waktu

pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian

keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ke rekening

Kas Umum Daerah;

e. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan

dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh:

1. Gubernur, untuk Barang Milik Daerah berupa tanah

dan/atau bangunan; dan

2. Pengelola Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik

Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

f. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan harus

mendapat persetujuan Pengelola Barang;

g. dalam Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan, sebagian kontribusi

tetap dan pembagian keuntungannya dapat berupa

bangunan beserta fasilitasnya yang dibangun dalam

satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuk

sebagai objek Kerja Sama Pemanfaatan;

h. besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya sebagai

bagian dari kontribusi tetap dan kontribusi pembagian

keuntungan sebagaimana dimaksud pada huruf g paling

banyak 10% (sepuluh persen) dari total penerimaan

kontribusi tetap dan pembagian keuntungan selama

masa Kerja Sama Pemanfaatan;

i. bangunan

- 29 -

i. bangunan yang dibangun dengan biaya sebagian

kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dari awal

pengadaannya merupakan Barang Milik Daerah;

j. selama jangka waktu pengoperasian, mitra Kerja Sama

Pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan

Barang Milik Daerah yang menjadi objek Kerja Sama

Pemanfaatan; dan

k. jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan paling lama 30

(tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan

dapat diperpanjang.

(2) Semua biaya persiapan Kerja Sama Pemanfaatan yang

terjadi setelah ditetapkannya mitra kerja sama

Pemanfaatan dan biaya pelaksanaan kerja sama

Pemanfaatan menjadi beban mitra kerja sama

pemanfaatan.

(3) Ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf k tidak berlaku dalam hal Kerja Sama

Pemanfaatan untuk penyediaan infrastruktur:

a. transportasi meliputi pelabuhan laut, sungai dan/atau

danau, bandar udara, terminal, dan/atau jaringan rel

dan/atau stasiun kereta api;

b. jalan meliputi jalan jalur khusus, jalan tol, dan/atau

jembatan tol;

c. sumber daya air meliputi saluran pembawa air baku

dan/atau waduk/bendungan;

d. air minum meliputi bangunan pengambilan air baku,

jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan/atau

instalasi pengolahan air minum;

e. air limbah meliputi instalasi pengolah air limbah,

jaringan pengumpul dan/atau jaringan utama, dan/atau

sarana persampahan yang meliputi pengangkut

dan/atau tempat pembuangan;

f. telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi;

g. ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi,

distribusi dan/atau instalasi tenaga listrik; dan/atau

h. minyak dan/atau gas bumi meliputi instalasi

pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi,

dan/atau distribusi minyak dan/atau gas bumi.

(4) Jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan untuk penyediaan

infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling

lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani

dan dapat diperpanjang.

(5) Dalam

- 30 -

(5) Dalam hal mitra Kerja Sama Pemanfaatan untuk

penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) berbentuk Badan Usaha Milik Daerah, kontribusi tetap

dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling tinggi

sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil perhitungan

tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e.

(6) Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

Bagian Keenam

Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna

Pasal 37

(1) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 huruf d, dilaksanakan dengan

pertimbangan:

a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas

bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk

kepentingan pelayanan umum dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan

b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas

tersebut.

(2) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang

Milik Daerah setelah mendapat persetujuan Gubernur.

(3) Barang Milik Daerah berupa tanah yang status

penggunaannya ada pada Pengguna Barang dan telah

direncanakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

Pengguna Barang yang bersangkutan, dapat dilakukan

Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna setelah

terlebih dahulu diserahkan kepada Gubernur.

(4) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh Pengelola Barang

dengan mengikutsertakan Pengguna Barang sesuai tugas

dan fungsinya.

Pasal 38

- 31 -

Pasal 38

Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagai

hasil dari pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah

Guna dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi Perangkat Daerah terkait.

Pasal 39

(1) Jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah

Guna paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian

ditandatangani.

(2) Penetapan mitra Bangun Guna Serah atau mitra Bangun

Serah Guna dilaksanakan melalui tender.

(3) Mitra Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna

yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian:

a. wajib membayar kontribusi ke rekening Kas Umum

Daerah setiap tahun, yang besarannya ditetapkan

berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh

pejabat yang berwenang;

b. wajib memelihara objek Bangun Guna Serah atau

Bangun Serah Guna; dan

c. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau

memindahtangankan:

1. tanah yang menjadi objek Bangun Guna Serah atau

Bangun Serah Guna;

2. hasil Bangun Guna Serah yang digunakan langsung

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah

Daerah; dan/atau

3. hasil Bangun Serah Guna.

(4) Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil Bangun Guna

Serah atau Bangun Serah Guna harus digunakan langsung

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah

Daerah paling sedikit 10% (sepuluh persen).

(5) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang paling sedikit

memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. objek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;

c. jangka

- 32 -

c. jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah

Guna; dan

d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam

perjanjian.

(6) Izin mendirikan bangunan dalam rangka Bangun Guna

Serah atau Bangun Serah Guna harus diatasnamakan

Pemerintah Daerah.

(7) Semua biaya persiapan Bangun Guna Serah atau Bangun

Serah Guna yang terjadi setelah ditetapkannya mitra

Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dan biaya

pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

menjadi beban mitra yang bersangkutan.

(8) Mitra Bangun Guna Serah harus menyerahkan objek

Bangun Guna Serah kepada Gubernur pada akhir jangka

waktu pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat

pengawasan intern Pemerintah Daerah.

Pasal 40

Bangun Serah Guna dilaksanakan dengan tata cara:

a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan objek

Bangun Serah Guna kepada Gubernur setelah selesainya

pembangunan;

b. hasil Bangun Serah Guna yang diserahkan kepada

Gubernur ditetapkan sebagai Barang Milik Daerah;

c. mitra Bangun Serah Guna dapat mendayagunakan Barang

Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b sesuai

jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian; dan

d. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek

Bangun Serah Guna terlebih dahulu diaudit oleh Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah sebelum penggunaannya

ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Bagian Ketujuh

Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur

Pasal 41

(1) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 huruf e, dilaksanakan terhadap:

a. Barang

- 33 -

a. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

pada Pengelola Barang/Pengguna Barang;

b. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau

bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang;

atau

c. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik

Daerah pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan

persetujuan Gubernur.

(3) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik

Daerah pada Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dilaksanakan oleh

Pengguna Barang dengan persetujuan Gubernur.

Pasal 42

(1) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41 dilakukan antara Pemerintah

Daerah dan Badan Usaha.

(2) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

badan usaha yang berbentuk:

a. perseroan terbatas;

b. Badan Usaha Milik Negara;

c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

d. koperasi.

(3) Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur paling

lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperpanjang.

(4) Penetapan mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(5) Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang telah

ditetapkan, selama jangka waktu Kerja Sama Penyediaan

Infrastruktur:

a. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau

memindahtangankan Barang Milik Daerah yang menjadi

objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur;

b. wajib memelihara objek Kerja Sama Penyediaan

Infrastruktur dan barang hasil Kerja Sama Penyediaan

Infrastruktur; dan

c. dapat

- 34 -

c. dapat dibebankan pembagian kelebihan keuntungan

sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang

diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian

dimulai (clawback).

(6) Pembagian kelebihan keuntungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) huruf c disetorkan ke Kas Umum Daerah.

(7) Formula dan/atau besaran pembagian kelebihan

keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c

ditetapkan oleh Gubernur.

(8) Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur harus

menyerahkan objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur

dan barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur

kepada Pemerintah Daerah pada saat berakhirnya jangka

waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sesuai

perjanjian.

(9) Barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur menjadi

Barang Milik Daerah sejak diserahkan kepada Pemerintah

Daerah sesuai perjanjian.

Bagian Kedelapan

Tender

Pasal 43

Tender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b

dan Pasal 39 ayat (2) dilakukan dengan tata cara :

a. rencana tender diumumkan di media massa nasional;

b. tender dapat dilanjutkan pelaksanaannya sepanjang

terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra yang

memasukkan penawaran;

c. dalam hal calon mitra yang memasukkan penawaran

kurang dari 3 (tiga) peserta, dilakukan pengumuman ulang

di media massa nasional; dan

d. dalam hal setelah pengumuman ulang:

1. terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra,

proses dilanjutkan dengan mekanisme tender;

2. terdapat 2 (dua) peserta calon mitra, tender dinyatakan

gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan

mekanisme seleksi langsung; atau

3. terdapat 1 (satu) peserta calon mitra, tender dinyatakan

gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan

mekanisme penunjukan langsung.

Pasal 44

- 35 -

Pasal 44

Tata cara pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Daerah

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB IX

PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

Bagian Kesatu

Pengamanan

Pasal 45

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa

Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang

Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya.

(2) Pengamanan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi,

pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

Pasal 46

(1) Barang Milik Daerah berupa tanah harus disertifikatkan

atas nama Pemerintah Daerah.

(2) Barang Milik Daerah berupa bangunan harus dilengkapi

dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah.

(3) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan

harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama

Pemerintah Daerah.

Pasal 47

(1) Bukti kepemilikan Barang Milik Daerah wajib disimpan

dengan tertib dan aman.

(2) Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Daerah

dilakukan oleh:

a. Pejabat Penatausahaan Barang terhadap tanah

dan/atau bangunan; dan

b. Pengguna Barang terhadap barang selain tanah

dan/atau bangunan.

(3) Tata cara penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik

Daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

- 36 -

Pasal 48

(1) Gubernur dapat menetapkan kebijakan asuransi atau

pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik

Daerah tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan

keuangan Daerah.

(2) Tata cara asuransi Barang Milik Daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pemeliharaan

Pasal 49

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna

Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan Barang Milik

Daerah yang berada di bawah penguasaannya.

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang.

(3) Biaya pemeliharaan Barang Milik Daerah dibebankan pada

APBD.

(4) Dalam hal Barang Milik Daerah dilakukan pemanfaatan

dengan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung

jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra Kerja

Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun

Serah Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan

Infrastruktur.

(5) Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil

Pemeliharaan Barang yang berada dalam kewenangannya

dan melaporkan secara tertulis Daftar Hasil Pemeliharaan

Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala.

(6) Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti

laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan

menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan

dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai bahan untuk

melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan

Barang Milik Daerah.

BAB X

- 37 -

BAB X

PENILAIAN

Pasal 50

Penilaian Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka

penyusunan neraca Pemerintah Daerah, Pemanfaatan, atau

Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk:

a. pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai; atau

b. pemindahtanganan dalam bentuk hibah.

Pasal 51

Penetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan

neraca Pemerintah Daerah dilakukan dengan berpedoman pada

Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 52

(1) Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau

bangunan dalam rangka pemanfaatan atau

pemindahtanganan dilakukan oleh:

a. Penilai Pemerintah; atau

b. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) bagi penjualan Barang Milik Daerah berupa tanah

yang diperlukan untuk pembangunan rumah susun

sederhana.

(4) Nilai jual Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan perhitungan

yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

Pasal 53

- 38 -

Pasal 53

(1) Penilaian Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau

bangunan dalam rangka pemanfaatan atau

pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur, dan dapat melibatkan Penilai

yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Dalam hal penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa melibatkan Penilai,

maka hasil penilaian Barang Milik Daerah hanya

merupakan nilai taksiran.

(4) Hasil penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan

Gubernur.

Pasal 54

(1) Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan

penilaian kembali atas nilai Barang Milik Daerah yang telah

ditetapkan dalam neraca Pemerintah Daerah.

(2) Keputusan mengenai penilaian kembali atas nilai Barang

Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan oleh Gubernur dengan berpedoman pada

ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional.

Pasal 55

Tata cara penilaian Barang Milik Daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

BAB XI

- 39 -

BAB XI

PEMINDAHTANGANAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 56

(1) Barang Milik Daerah yang tidak diperlukan bagi

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dapat

dipindahtangankan.

(2) Pemindahtanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara:

a. penjualan;

b. tukar menukar;

c. hibah; atau

d. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Persetujuan Pemindahtanganan

Pasal 57

(1) Pemindahtanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

untuk:

a. tanah dan/atau bangunan; atau

b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari

Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Pemindahtanganan berupa tanah dan/atau bangunan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak

memerlukan persetujuan DPRD, apabila:

a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau

penataan kota;

b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan

pengganti sudah disediakan dalam dokumen

penganggaran;

c. diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil;

d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau

e. dikuasai

- 40 -

e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan, yang jika

status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara

ekonomis.

Pasal 58

Permintaan persetujuan DPRD untuk pemindahtanganan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf b

diajukan oleh Gubernur.

Pasal 59

Pemindahtanganan berupa tanah dan/atau bangunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dilakukan oleh

Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur.

Pasal 60

(1) Pemindahtanganan selain tanah dan/atau bangunan yang

bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

(2) Pemindahtanganan selain tanah dan/atau bangunan yang

bernilai lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf b

dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan DPRD.

Bagian Ketiga

Penjualan

Pasal 61

Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2)

huruf a, dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk optimalisasi Barang Milik Daerah yang berlebih atau

tidak digunakan/dimanfaatkan;

b. secara

- 41 -

b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi Daerah apabila

dijual; dan/atau

c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 62

(1) Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dilakukan

secara lelang, kecuali dalam hal tertentu.

(2) Pengecualian dalam hal tertentu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi:

a. Barang Milik Daerah yang bersifat khusus; dan

b. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

(3) Penentuan nilai dalam rangka penjualan secara lelang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhitungkan faktor penyesuaian.

(4) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan

batasan terendah yang disampaikan kepada Gubernur

sebagai dasar penetapan nilai limit.

(5) Tata cara penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 63

Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62,

dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

Pasal 64

(1) Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61,

dilakukan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan

usul penjualan Barang Milik Daerah selain tanah

dan/atau bangunan kepada Gubernur disertai

pertimbangan aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

b. Gubernur meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya

penjualan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau

bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. apabila

- 42 -

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Gubernur dapat

menyetujui dan menetapkan Barang Milik Daerah selain

tanah dan/atau bangunan yang akan dijual sesuai batas

kewenangannya; dan

d. untuk penjualan yang memerlukan persetujuan DPRD,

Gubernur mengajukan usul penjualan disertai dengan

pertimbangan atas usulan tersebut.

(2) Hasil penjualan wajib disetor seluruhnya ke rekening Kas

Umum Daerah sebagai penerimaan Daerah.

Bagian Keempat

Tukar Menukar

Pasal 65

(1) Tukar menukar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat

(2) huruf b, dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk memenuhi kebutuhan operasional

penyelenggaraan pemerintahan;

b. untuk optimalisasi Barang Milik Daerah; dan

c. tidak tersedia dana dalam APBD.

(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan dengan:

a. Pemerintah Pusat;

b. pemerintah daerah lainnya;

c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum

lainnya yang dimiliki negara; atau

d. swasta.

Pasal 66

(1) Tukar menukar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65

dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan

kepada Gubernur;

b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna

Barang; atau

c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan

- 43 -

(2) Penetapan berupa tanah dan/atau bangunan yang akan

dipertukarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dilakukan oleh Gubernur sesuai batas kewenangannya.

(3) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

Pasal 67

(1) Tukar menukar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat

(1) huruf a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan

usul tukar menukar berupa tanah dan/atau bangunan

kepada Gubernur disertai pertimbangan dan

kelengkapan data;

b. Gubernur meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya

tukar menukar berupa tanah dan/atau bangunan dari

aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Gubernur dapat

menyetujui dan menetapkan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang akan

dipertukarkan;

d. proses persetujuan tukar menukar berupa tanah

dan/atau bangunan dilaksanakan dengan berpedoman

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57

sampai dengan Pasal 60;

e. Pengelola Barang melaksanakan tukar menukar dengan

berpedoman pada persetujuan Gubernur; dan

f. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan

barang pengganti harus dituangkan dalam Berita Acara

Serah Terima (BAST).

(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat

(1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul tukar menukar

selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola

Barang disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan

hasil pengkajian tim intern Perangkat Daerah Pengguna

Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji pertimbangan

tersebut dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. apabila

- 44 -

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat

menyetujui usul tukar menukar selain tanah

dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya;

d. proses persetujuan tukar menukar selain tanah

dan/atau bangunan dilaksanakan dengan berpedoman

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57

sampai dengan Pasal 60;

e. Pengguna Barang melaksanakan tukar menukar dengan

berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

f. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan

barang pengganti harus dituangkan dalam BAST.

Pasal 68

(1) Barang pengganti tukar menukar dapat berupa:

a. barang sejenis; dan/atau

b. barang tidak sejenis.

(2) Barang pengganti utama tukar menukar Barang Milik

Daerah berupa tanah, harus berupa:

a. tanah; atau

b. tanah dan bangunan.

(3) Barang pengganti utama tukar menukar Barang Milik

Daerah berupa bangunan, dapat berupa:

a. tanah;

b. tanah dan bangunan;

c. bangunan; dan/atau

d. selain tanah dan/atau bangunan.

(4) Barang pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) harus berada dalam kondisi siap digunakan pada

tanggal penandatanganan perjanjian tukar menukar atau

BAST.

Pasal 69

(1) Nilai barang pengganti atas tukar menukar paling sedikit

seimbang dengan nilai wajar Barang Milik Daerah yang

dilepas.

(2) Apabila

- 45 -

(2) Apabila nilai barang pengganti lebih kecil daripada nilai

wajar Barang Milik Daerah yang dilepas, mitra tukar

menukar wajib menyetorkan ke rekening Kas Umum

Daerah atas sejumlah selisih nilai antara nilai wajar Barang

Milik Daerah yang dilepas dengan nilai barang pengganti.

(3) Penyetoran selisih nilai sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum

BAST ditandatangani.

(4) Selisih nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3) dituangkan dalam perjanjian tukar menukar.

Bagian Kelima

Hibah

Pasal 70

(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) huruf

c dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan

sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang

bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memenuhi syarat:

a. bukan merupakan barang rahasia negara;

b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup

orang banyak; dan

c. tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan

fungsi dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(3) Ketentuan mengenai kriteria kepentingan sosial, budaya,

keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non

komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

Pasal 71

(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan

kepada Gubernur;

b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna

Barang; atau

c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan

- 46 -

(2) Penetapan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau

bangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Gubernur sesuai batas

kewenangannya.

(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan

Gubernur.

(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

(5) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat

persetujuan Gubernur.

Pasal 72

(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf

a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan

usul hibah berupa tanah dan/atau bangunan kepada

Gubernur disertai dengan pertimbangan dan

kelengkapan data;

b. Gubernur meneliti dan mengkaji usul hibah

berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 70;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan Gubernur dapat

menyetujui dan/atau menetapkan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang akan

dihibahkan;

d. proses persetujuan hibah dilaksanakan dengan

berpedoman pada ketentuan Pasal 57 sampai dengan

Pasal 60;

e. Pengelola Barang melaksanakan hibah dengan

berpedoman pada persetujuan Gubernur; dan

f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan

harus dituangkan dalam BAST.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf

c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna

- 47 -

a. Pengguna Barang mengajukan usul hibah Barang Milik

Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada

Pengelola Barang disertai pertimbangan, kelengkapan

data, dan hasil pengkajian tim intern Perangkat Daerah

Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul hibah

berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 70;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat

menyetujui usul hibah Barang Milik Daerah selain tanah

dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya;

d. Pengguna Barang melaksanakan hibah dengan

berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

e. Pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan

harus dituangkan dalam BAST.

Bagian Keenam

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pasal 73

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud dalam 56 ayat (2) huruf d, dilakukan dalam

rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan

dan/atau meningkatkan kapasitas usaha Badan Usaha

Milik Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan

pertimbangan:

a. Barang Milik Daerah yang dari awal pengadaannya

sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi

Badan Usaha Milik Daerah atau badan hukum lainnya

yang dimiliki negara dalam rangka penugasan

pemerintah; atau

b. Barang Milik Daerah lebih optimal apabila dikelola oleh

Badan Usaha Milik Daerah atau badan hukum lainnya

yang dimiliki negara, baik yang sudah ada maupun yang

akan dibentuk.

Pasal 74

- 48 -

Pasal 74

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 73 dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan

kepada Gubernur;

b. tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang; atau

c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau

bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dilakukan oleh Gubernur sesuai batas kewenangannya.

(3) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang

setelah mendapat persetujuan Gubernur.

Pasal 75

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a dan huruf b

dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan

usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas Barang

Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada

Gubernur disertai dengan pertimbangan dan

kelengkapan data;

b. Gubernur meneliti dan mengkaji usul Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna Barang

berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 73;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Gubernur dapat

menyetujui dan/atau menetapkan Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan

sebagai modal Pemerintah Daerah;

d. proses persetujuan Penyertaan Modal Pemerintah

Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada

ketentuan Pasal 57 sampai dengan Pasal 60;

e. Pengelola Barang melaksanakan Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada

persetujuan Gubernur;

f. Pengelola

- 49 -

f. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

dengan melibatkan Perangkat Daerah terkait;

g. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan

Daerah kepada DPRD untuk ditetapkan; dan

h. Pengelola Barang melakukan serah terima barang

kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan

hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan

dalam berita acara serah terima barang setelah

Peraturan Daerah ditetapkan.

(2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas Barang Milik

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1)

huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah selain tanah dan/atau bangunan

kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan,

kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern

Perangkat Daerah Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Penyertaan

Modal Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna

Barang berdasarkan pertimbangan dan syarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat

menyetujui usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

selain tanah dan/atau bangunan yang diajukan oleh

Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

d. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

dengan melibatkan Perangkat Daerah terkait;

e. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan

Daerah kepada DPRD untuk ditetapkan; dan

f. Pengguna Barang melakukan serah terima barang

kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan

hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan

dalam BAST setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

Pasal 76

Tata cara pelaksanaaan Pemindahtanganan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

BAB XII

- 50 -

BAB XII

PEMUSNAHAN

Pasal 77

Pemusnahan dilakukan dalam hal:

a. Barang Milik Daerah tidak dapat digunakan,

tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat

dipindahtangankan; atau

b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 78

(1) Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur.

(2) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan

kepada Gubernur.

Pasal 79

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan,

ditimbun, ditenggelamkan atau cara lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 80

Tata cara pelaksanaan pemusnahan Barang Milik Daerah

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

PENGHAPUSAN

Pasal 81

Penghapusan meliputi:

a. penghapusan dari DBP dan/atau DBKP;

b. penghapusan dari Daftar Barang Pengelola; dan

c. penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.

Pasal 82

- 51 -

Pasal 82

(1) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 huruf

a dan huruf b, dilakukan dalam hal Barang Milik Daerah

sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang,

Pengelola Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

(2) Penghapusan dari DBP dan/atau DBKP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan

keputusan penghapusan dari Pengelola Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur.

(3) Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan

keputusan penghapusan dari Gubernur dan dilaksanakan

oleh Pejabat Penatausahaan Barang.

(4) Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan

penghapusan dari Gubernur sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), untuk Barang Milik Daerah yang dihapuskan

karena:

a. pengalihan status penggunaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25;

b. pemindahtanganan; atau

c. pemusnahan.

(5) Gubernur dapat mendelegasikan persetujuan penghapusan

Barang Milik Daerah berupa barang persediaan kepada

Pengelola Barang.

(6) Pelaksanaan penghapusan Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)

dilaporkan kepada Gubernur.

Pasal 83

(1) Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 81 huruf c, dilakukan dalam hal

Barang Milik Daerah tersebut sudah beralih

kepemilikannya, terjadi pemusnahan, atau karena sebab

lain.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan berdasarkan:

a. keputusan

- 52 -

a. keputusan dan/atau laporan penghapusan dari Pengguna

Barang, untuk Barang Milik Daerah yang berada pada

Pengguna Barang;

b. keputusan Gubernur, untuk Barang Milik Daerah yang

berada pada Pengelola Barang.

BAB XIV

PENATAUSAHAAN

Bagian Kesatu

Pembukuan

Pasal 84

(1) Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan

pencatatan Barang Milik Daerah yang berada di bawah

penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola menurut

penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang harus

melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik

Daerah yang status penggunaannya berada pada

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang ke dalam

DBP/DBKP menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(3) Pengelola Barang menghimpun DBP/DBKP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Pengelola Barang menyusun Daftar Barang Milik Daerah

berdasarkan himpunan DBP/DBKP sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dan Daftar Barang Pengelola menurut

penggolongan dan kodefikasi barang.

(5) Penggolongan dan kodefikasi Barang Milik Daerah

ditetapkan oleh Gubernur dengan berpedoman kepada

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Inventarisasi

Pasal 85

(1) Pengguna Barang melakukan inventarisasi Barang Milik

Daerah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Dalam hal

- 53 -

(2) Dalam hal Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berupa persediaan dan konstruksi dalam

pengerjaan, inventarisasi dilakukan oleh Pengguna Barang

setiap tahun.

(3) Pengguna Barang menyampaikan laporan hasil inventarisasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada

Pengelola Barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah

selesainya inventarisasi.

Pasal 86

Pengelola Barang melakukan inventarisasi Barang Milik Daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Bagian Ketiga

Pelaporan

Pasal 87

(1) Kuasa Pengguna Barang harus menyusun Laporan Barang

Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagai bahan

untuk menyusun neraca satuan kerja untuk disampaikan

kepada Pengguna Barang.

(2) Pengguna Barang menghimpun Laporan Barang Kuasa

Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sebagai bahan penyusunan Laporan Barang

Pengguna Semesteran dan Tahunan.

(3) Laporan Barang Pengguna sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca

Perangkat Daerah untuk disampaikan kepada Pengelola

Barang.

Pasal 88

(1) Pengelola Barang harus menyusun Laporan Barang

Pengelola Semesteran dan Tahunan.

(2) Pengelola Barang harus menghimpun Laporan Barang

Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 82 ayat (2) serta Laporan Barang Pengelola

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan

penyusunan Laporan Barang Milik Daerah.

(3) Laporan

- 54 -

(3) Laporan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca

Pemerintah Daerah.

Pasal 89

Tata cara pelaksanaan pembukuan, inventarisasi, dan

pelaporan Barang Milik Daerah berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

BAB XV

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 90

Pembinaan terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan Barang

Milik Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pengawasan dan Pengendalian

Pasal 91

Pengawasan dan pengendalian Barang Milik Daerah dilakukan

oleh:

a. Pengguna Barang melalui pemantauan dan penertiban;

dan/atau

b. Pengelola Barang melalui pemantauan dan investigasi.

Pasal 92

(1) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban

terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan,

penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan Barang

Milik Daerah yang berada di dalam penguasaannya.

(2) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk kantor/satuan kerja

dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang.

(3) Pengguna

- 55 -

(3) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dapat

meminta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah untuk

melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan

penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2).

(4) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang

menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 93

(1) Pengelola Barang melakukan pemantauan dan investigasi

atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan

pemindahtanganan Barang Milik Daerah, dalam rangka

penertiban penggunaan, pemanfaatan, dan

pemindahtanganan Barang Milik Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemantauan dan investigasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat ditindaklanjuti oleh Pengelola Barang dengan

meminta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah untuk

melakukan audit atas pelaksanaan penggunaan,

pemanfaatan, dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah.

(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditindaklanjuti

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 94

Tata cara pelaksanaan pengawasan dan pengendalian atas

Barang Milik Daerah berpedoman pada peraturan perundang-

undangan.

BAB XVI

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH OLEH BLUD

Pasal 95

(1) Barang Milik Daerah yang digunakan oleh BLUD

merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan untuk

menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan.

(2) Pengelolaan

- 56 -

(2) Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mengikuti ketentuan yang diatur dalam

Peraturan Daerah ini dan peraturan pelaksanaannya,

kecuali terhadap barang yang dikelola dan/atau

dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan

kegiatan pelayanan umum sesuai dengan tugas dan fungsi

BLUD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB XVII

BARANG MILIK DAERAH BERUPA RUMAH DAERAH

Pasal 96

(1) Rumah Daerah merupakan Barang Milik Daerah yang

diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan serta menunjang pelaksanaan tugas

pejabat negara dan/atau pegawai negeri sipil.

(2) Pengelolaan Barang Milik Daerah berupa Rumah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

Gubernur dengan memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai Rumah Negara.

(3) Tata cara penggunaan, pemindahtanganan, penghapusan,

penatausahaan, pengawasan dan pengendalian Barang

Milik Daerah berupa Rumah Daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII

GANTI RUGI DAN SANKSI

Pasal 97

(1) Setiap kerugian Daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan

atau pelanggaran hukum atas pengelolaan Barang Milik

Daerah diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan

sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIX

- 57 -

BAB XIX

SENGKETA BARANG MILIK DAERAH

Pasal 98

(1) Penyelesaian sengketa Barang Milik Daerah, dilakukan

terlebih dahulu dengan cara musyawarah dan/atau

mufakat oleh Perangkat Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Tata cara penyelesaian sengketa Barang Milik Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

BAB XX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 99

(1) Pejabat atau pegawai yang melaksanakan pengelolaan

Barang Milik Daerah yang menghasilkan penerimaan

Daerah dapat diberikan insentif.

(2) Pejabat atau pegawai selaku Pengurus Barang dalam

melaksanakan tugas rutinnya dapat diberikan tunjangan

yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan

keuangan Daerah.

(3) Pemberian insentif dan/atau tunjangan kepada pejabat atau

pegawai yang melaksanakan pengelolaan Barang Milik

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 100

(1) Gubernur dapat mengenakan beban Pengelolaan (capital

charge) terhadap Barang Milik Daerah pada Pengguna

Barang.

(2) Beban pengelolaan (capital charge) terhadap Barang Milik

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.

BAB XXI

- 58 -

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 101

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:

a. pemanfaatan yang telah terjadi dan belum mendapat

persetujuan dari pejabat yang berwenang, Gubernur

dapat menerbitkan persetujuan terhadap kelanjutan

pemanfaatan dengan ketentuan Pengelola Barang

menyampaikan permohonan persetujuan untuk sisa

waktu pemanfaatan sesuai dengan perjanjian kepada

Gubernur, dengan melampirkan:

1. usulan kontribusi dari pemanfaatan; dan

2. laporan hasil audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah.

b. tukar menukar yang telah dilaksanakan tanpa

persetujuan pejabat berwenang dan barang pengganti

telah tersedia seluruhnya, dilanjutkan dengan serah

terima Barang Milik Daerah dengan aset pengganti

antara Pengelola Barang dengan mitra tukar menukar

dengan ketentuan:

1. Pengelola Barang memastikan nilai barang pengganti

paling sedikit sama dengan nilai Barang Milik Daerah

yang dipertukarkan; dan

2. Pengelola Barang membuat pernyataan bertanggung

jawab penuh atas pelaksanaan tukar menukar

tersebut.

(2) Gubernur dapat menerbitkan persetujuan penghapusan

yang telah diserahterimakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b berdasarkan permohonan dari Pengelola

Barang.

(3) Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaan

pemanfaatan sebelum diberikannya persetujuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a serta

pelaksanaan tukar menukar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b sepenuhnya menjadi tanggung jawab para

pihak dalam pemanfaatan atau tukar menukar tersebut.

Pasal 102

- 59 -

Pasal 102

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:

a. seluruh kegiatan perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,

pemindahtanganan, penatausahaan, dan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian Barang Milik Daerah yang

telah mendapatkan persetujuan dan/atau penetapan dari

pejabat berwenang, dinyatakan tetap berlaku dan proses

penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan sebelum Peraturan Daerah

ini berlaku;

b. seluruh kegiatan perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,

pemindahtanganan, penatausahaan, dan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian Barang Milik Daerah yang

belum mendapat persetujuan dan/atau penetapan dari

pejabat berwenang, proses penyelesaiannya dilaksanakan

berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini.

Pasal 103

(1) Dalam hal Peraturan Daerah tentang BLUD dan/atau

peraturan pelaksanannya belum mengatur pengelolaan

dan/atau pemanfaatan Barang Milik Daerah sebagaimana

dimaksud pada Pasal 88 ayat (2), pengelolaan dan

pemanfaatannya berpedoman pada ketentuan yang diatur

dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Daerah

yang telah dilaksanakan oleh BLUD sebelum Peraturan

Daerah ini berlaku, dinyatakan berlaku dengan ketentuan

wajib disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini paling lama

2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini

diundangkan.

BAB XXII

- 60 -

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 104

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Jawa Timur

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 4

Tahun 2009 Seri E), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 105

(1) Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Timur Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Provinsi Jawa Timur dinyatakan masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti

dengan peraturan yang baru berdasarkan Peraturan Daerah

ini.

(2) Peraturan Gubernur sebagai pelaksanaan dari Peraturan

Daerah ini wajib ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan

sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 106

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 29 Desember 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR,

ttd

Dr. H. SOEKARWO

- 61 -

Diundangkan di Surabaya

Pada tanggal 29 Desember 2017

SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. AKHMAD SUKARDI, MM

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2017 NOMOR 7 SERI D.

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR : (10/347/2017)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 10 TAHUN 2017

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

I. UMUM

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dapat dipandang sebagai

suatu strategi yang memiliki tujuan ganda. Pertama, pemberian otonomi

daerah merupakan strategi untuk merespon tuntutan masyarakat daerah

terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power, distribution of

income, dan kemandirian sistem manajemen di daerah. Kedua, otonomi daerah

dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam

rangka memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era

perdagangan bebas.

Penggantian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah telah membawa perubahan yang sangat besar dan

strategis terhadap pelaksanaan fungsi pemerintahan di lingkup Pemerintahan

Daerah. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, mengadakan pembagian

urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi

serta Daerah Kabupaten/Kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi,

dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

Salah satu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

adalah kewenangan di bidang pengelolaan barang milik daerah dan merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari subsistem pengelolaan keuangan daerah.

Dari konteks pengertian barang milik daerah itu sendiri dalam Undang Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menegaskan bahwa

“barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD maupun yang berasal dari perolehan lain yang

sah”.

Dari

- 2 -

Dari aspek yuridis pengaturan pengelolaan barang milik daerah

sebelumnya tersebar dalam beberapa peraturan perundang undangan yang

bersifat sektoral yakni Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan dalam berbagai peraturan pelaksanaannya,

khususnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dan dijabarkan lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah serta telah ditindaklanjuti

oleh Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur dengan menetapkan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

Barang Milik Daerah Provinsi Jawa Timur. Beberapa peraturan perundang

undangan yang mengatur pengelolaan barang milik daerah sebagaimana

disebutkan di atas telah diganti dengan peraturan baru diantaranya adalah

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19

Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,

senyatanya diproyeksikan sebagai penyempurna Peraturan Pemerintah Nomor

6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, mengatur

lebih komprehensif materi muatan mengenai aspek dasar dan ruang lingkup

pengelolaan barang milik Negara/Daerah yang diperlukan dalam upaya

peningkatan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan barang milik

Negara/daerah. Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dalam

pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah di daerah dengan berdasar pada

prinsip otonomi daerah, peraturan tersebut mengamanatkan bahwa daerah

otonom perlu mengatur lebih lanjut pengelolaan barang milik daerah dengan

peraturan daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang milik Negara/daerah, dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 serta peraturan perundang

undangan terkait.

Secara

- 3 -

Secara substansial perubahan pengaturan pengelolaan barang milik

daerah dalam peraturan tersebut menimbulkan akibat hukum yang cukup

banyak dan berpotensi untuk menghambat pelaksanaan fungsi pemerintahan

di lingkungan Pemerintahan Daerah. Akibat-akibat hukum tersebut dapat

berupa masih terdapat produk hukum daerah sebagai landasan pelaksanaan

urusan pemerintahan khususnya pengelolaan barang milik daerah berpotensi

bertentangan secara vertikal sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam

pelaksanaan fungsi pemerintahan. Akibat hukum tersebut tidak dapat

dipandang sebelah mata, namun harus disikapi dengan cepat dan tepat, agar

penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan di lingkup Pemerintahan Daerah

khususnya kepada Provinsi Jawa Timur dapat berjalan secara efektif dan

efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh

karena itu, diperlukan suatu produk hukum daerah baru berupa peraturan

daerah yang menggantikan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor

Nomor 5 Tahun 2009, sehingga dapat sesuai dengan kaidah pengelolaan

barang milik daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan terbaru.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas fungsional” adalah bahwa pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan

barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna,

Pengguna, Pembantu Pengelola, Pengelola dan Pemegang Kekuasaan

Pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai wewenang dan tanggung

jawabnya masing-masing.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah pengelolaan

barang milik daerah harus mampu memberikan kepastian hukum

dalam segala tahapan pengelolaan barang milik daerah serta wajib

dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Huruf c

- 4 -

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas transparansi” adalah bahwa dalam

segala tahapan penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah

harus diselenggarakan secara transparan atau terbuka sehingga

masyarakat dapat memperoleh informasi yang benar.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas efisiensi” adalah bahwa pengelolaan

barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan

sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam

rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

pemerintah secara optimal.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah bahwa setiap

kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat

dipertangungjawabkan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas kepastian nilai” adalah bahwa dalam

menyelenggarakan pengelolaan barang milik daerah, pengelola barang

milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai

barang dalam rangka optimalisasi, pemanfaatan dan

pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca

daerah.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

- 5 -

Ayat (5)

Huruf a

Termasuk dalam ketentuan ini meliputi hibah/sumbangan atau

yang sejenis dari negara/lembaga internasional dalam kerangka

penanganan bencana.

Huruf b

Termasuk dalam ketentuan ini antara lain barang yang diperoleh

dari kontrak karya, kontrak bagi hasil, kontrak kerja sama dan

perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional serta kerja

sama Pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan

infrastruktur.

Huruf c

Termasuk dalam ketentuan ini antara lain Barang Milik Daerah

yang diperoleh dari aset asing/cina, benda berharga asal muatan

kapal yang tenggelam, barang rampasan, barang tegahan

kepabeanan, barang hasil lelang dan lainnya yang diperoleh secara

sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

- 6 -

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “ketersediaan Barang Milik Daerah yang ada”

adalah Barang Milik Daerah, baik yang ada di Pengelola Barang

maupun Pengguna Barang.

Ayat (2)

Perencanaan pengadaan dibuat dengan mempertimbangkan pengadaan

barang melalui mekanisme pembelian, pinjam pakai, sewa, sewa beli

(leasing), atau mekanisme lainnya yang lebih efektif dan efisien sesuai

kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan Daerah.

Perencanaan pemeliharaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan

penghapusan Barang Milik Daerah dapat dilakukan untuk periode 1

(satu) tahun dan 3 (tiga) tahun.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

- 7 -

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Termasuk data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola

Barang adalah laporan Pengguna Barang semesteran, laporan Pengguna

Barang tahunan, laporan Pengelola Barang semesteran, laporan

Pengelola Barang tahunan, dan sensus barang serta laporan Barang

Milik Daerah semesteran dan tahunan.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

- 8 -

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Persetujuan Gubernur paling kurang memuat mengenai wewenang dan

tanggung jawab Pengguna Barang dan Pengguna Barang sementara.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Termasuk dalam pengertian “sumber lain” antara lain hasil

pelaksanaan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh

Pengelola Barang dan laporan dari masyarakat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 29

- 9 -

Pasal 29

Ayat (1)

Huruf a

Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola

Barang antara lain tanah dan/atau bangunan yang diserahkan

kepada Pengelola Barang.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan ”pertimbangan teknis” antara lain berkenaan

dengan kondisi atau keadaan Barang Milik Daerah dan rencana

Penggunaan.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kerja sama infrastruktur” adalah

penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

- 10 -

Huruf c

Yang dimaksud dengan “ditentukan lain dalam undang-undang”

seperti jangka waktu sewa rumah susun.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “mempertimbangkan nilai keekonomian” antara

lain dengan mempertimbangkan daya beli/kemampuan membayar

(ability to pay) masyarakat dan/atau kemauan membayar (willingness to

pay) masyarakat.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Yang dimaksud dengan “formula tarif/besaran sewa” adalah

perhitungan nilai sewa dengan cara mengalikan suatu indeks tertentu

dengan nilai Barang Milik Daerah.

Yang dimaksud dengan “besaran sewa” adalah besaran nilai nominal

sewa Barang Milik Daerah yang ditentukan.

Pasal 33

Ayat (1)

Tidak termasuk dalam pengertian pinjam pakai adalah pengalihan

Penggunaan barang antar Pengguna Barang Milik Negara atau antar

Pengguna Barang Milik Daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

- 11 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang termasuk “Barang Milik Daerah yang bersifat khusus” antara

lain:

1. barang yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. barang yang memiliki tingkat kompleksitas khusus seperti

bandar udara, pelabuhan laut, kilang, instalasi tenaga listrik,

dan bendungan/waduk;

3. barang yang dikerjasamakan dalam investasi yang berdasarkan

perjanjian hubungan bilateral antar negara; atau

4. barang lain yang ditetapkan oleh Gubernur.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Perhitungan besaran konstribusi pembagian keuntungan yang

merupakan bagian Pemerintah Daerah harus memperhatikan

perbandingan nilai Barang Milik Daerah yang dijadikan objek Kerja

Sama Pemanfaatan dan manfaat lain yang diterima Pemerintah

Daerah dengan nilai investasi mitra dalam Kerja Sama

Pemanfaatan.

Huruf f

- 12 -

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Penetapan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan

dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Badan

Usaha Milik Daerah.

Pasal 37

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

- 13 -

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Keikutsertaan Pengguna Barang dalam pelaksanaan Bangun Guna

Serah atau Bangun Serah Guna dimulai dari tahap persiapan

pembangunan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan penyerahan

hasil Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna.

Pasal 38

Yang dimaksud dengan ”hasil” adalah bangunan beserta fasilitas yang telah

diserahkan oleh mitra setelah berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan

untuk Bangun Guna Serah atau setelah selesainya pembangunan untuk

Bangun Serah Guna.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Perpanjangan jangka waktu kerja sama hanya dapat dilakukan apabila

terjadi government force majeure, seperti dampak kebijakan pemerintah

yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan

keamanan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

- 14 -

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”pemeliharaan” adalah suatu rangkaian

kegiatan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki semua Barang Milik

Daerah agar selalu dalam keadaan baik dan layak serta siap digunakan

secara berdaya guna dan berhasil guna.

Ayat (2)

Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang merupakan bagian dari Daftar

Kebutuhan Barang Milik Daerah.

Ayat (3)

- 15 -

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan ”secara berkala” adalah setiap 6 (enam) bulan/

semester.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “Penilai Pemerintah” adalah Penilai Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah yang diangkat oleh kuasa

Menteri Keuangan serta diberi tugas, wewenang, dan tanggung

jawab untuk melakukan Penilaian, termasuk atas hasil penilaiannya

secara independen.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “Penilai Publik” adalah Penilai selain Penilai

Pemerintah yang mempunyai izin praktik Penilaian dan menjadi

anggota asosiasi Penilai yang diakui oleh Pemerintah.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “nilai wajar” adalah estimasi harga yang akan

diterima dari penjualan aset atau dibayarkan untuk penyelesaian

kewajiban antara pelaku pasar yang memahami dan berkeinginan

untuk melakukan transaksi wajar pada tanggal Penilaian. Nilai wajar

yang diperoleh dari hasil Penilaian menjadi tanggung jawab Penilai.

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan”

diantaranya ketentuan yang mengatur mengenai standar Penilaian.

Ayat (3)

- 16 -

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 53

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”tim” adalah panitia penaksir harga yang

unsurnya terdiri dari instansi terkait.

Yang dimaksud dengan ”Penilai” adalah Penilai Pemerintah atau Penilai

Publik.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 54

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “penilaian kembali” adalah proses revaluasi

sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan yang metode penilaiannya

dilaksanakan sesuai standar Penilaian.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “ketentuan Pemerintah yang berlaku secara

nasional” adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk

seluruh entitas Pemerintah Pusat.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

- 17 -

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Huruf a

Yang dimaksud dengan “tidak digunakan/dimanfaatkan” adalah Barang

Milik Daerah tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan

tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah atau tidak

dimanfaatkan oleh pihak lain.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 62

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”lelang” adalah penjualan Barang Milik Daerah

yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis

dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang

dan harus dilakukan di hadapan pejabat lelang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “nilai limit” adalah harga minimal barang yang

akan dilelang dan ditetapkan oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang

selaku penjual.

Ayat (5)

- 18 -

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Ayat (1)

Tukar Menukar ditempuh apabila Pemerintah tidak dapat menyediakan

tanah dan/atau bangunan pengganti.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “swasta” adalah pihak swasta, baik yang

berbentuk badan hukum maupun perorangan.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

- 19 -

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

- 20 -

Pasal 83

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “beralih kepemilikannya” antara lain karena

atas Barang Milik Daerah dimaksud telah terjadi Pemindahtanganan

atau dalam rangka menjalankan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum

lainnya. Yang dimaksud dengan “karena sebab lain” antara lain karena

hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, dan mencair.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 84

Cukup jelas.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89

Cukup jelas.

Pasal 90

Cukup jelas.

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas.

Pasal 93

Cukup jelas.

Pasal 94

- 21 -

Pasal 94

Cukup jelas.

Pasal 95

Cukup jelas.

Pasal 96

Cukup jelas.

Pasal 97

Cukup jelas.

Pasal 98

Cukup jelas.

Pasal 99

Cukup jelas.

Pasal 100

Cukup jelas.

Pasal 101

Cukup jelas.

Pasal 102

Cukup jelas.

Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal 104

Cukup jelas.

Pasal 105

Cukup jelas.

Pasal 106

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 77.