GUBERNUR JAWA TENGAH - jatengprov.go.id€¦ · tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu...
Transcript of GUBERNUR JAWA TENGAH - jatengprov.go.id€¦ · tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu...
GUBERNUR JAWA TENGAH
RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH
NOMOR ………… TAHUN …………….
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI PROVINSI JAWA TENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TENGAH,
Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, maka
Peraturan Gubenur Jawa Tengah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Provinsi Jawa Tengah sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan dunia usaha, perkembangan teknologi dan keadaan;
b. bahwa dalam rangka percepatan berusaha, peningkatan penanaman modal serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 Undang-undang nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan sesuai ketentuan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Provinsi Jawa Tengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan
Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman 86-92);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
3. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir dengan Undang-Undang Nomo 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);
8. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 221);
9. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal (Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 97);
10. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Lembaran Negara
Tahun 2017 Nomor 210);
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6);
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2010, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 29);
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 85);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1956);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
DI PROVINSI JAWA TENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah.
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
5. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah Perangkat
Daerah Provinsi Jawa Tengah.
6. Dinas adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, yang selanjutnya disingkat DPMPTSP sebagai unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan daerah.
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah.
8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalahpelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk
pelayanan melalui satu pintu.
9. Penyelenggara PTSP adalah Perangkat Daerah yang membidangi penanaman modal sesuai dengan kewenangan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
10. Penyelenggaraan PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan Perizinan dan
Nonperizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu pintu.
11. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan
diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
12. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama gubernur,
kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
13. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal
14. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.
15. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.
16. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau kegiatan oleh Pelaku
Usaha melalui OSS dan/atau non OSS.
17. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan
atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan komersial atau
operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.
18. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional
dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.
19. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional.
20. Perizinan adalah pemberian dokumen dan bukti legalitas persetujuan dari pemerintah kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21. Nonperizinan adalah pemberian dokumen atau buktilegalitas atas sahnya sesuatu kepada seseorang atausekelompok orang dalam
kemudahan pelayanan daninformasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Tunjangan Kinerja Khusus adalah tunjangan khusus yang diberikan
dalam rangka penyelenggaraan PTSP.
23. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
24. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.
25. Administrator adalah Pejabat yang menandatangani dokumen Perizinan.
26. Verifikator adalah Pejabat yang memproses keabsahan dokumen
perizinan.
27. Pelaksana Kegiatan adalah petugas yang melaksanakan pelayanan administrasi perizinan.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Maksud Dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan PTSP.
(2) Penyelenggaraan PTSP bertujuan untuk :
a. meningkatkan kualitas PTSP dalam mewujudkan kepastian hukum
dan perlindungan kepada masyarakat;
b. memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan prima; dan
c. meningkatkan kemudahan berusaha dan iklim investasi yang kondusif
di Daerah.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang lingkup penyelenggaraan PTSP meliputi: a. kelembagaan dan kewenangan;
b. maklumat pelayanan publik, standar dan manajemen layanan; c. mekanisme pelayanan; d. sarana dan prasarana;
e. sumber daya manusia; f. etika pelayanan; g. monitoring, evaluasi dan pelaporan;
h. pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dan; i. pembiayaan;
BAB III
KELEMBAGAAN DAN KEWENANGAN
Pasal 4
Penyelenggaraan PTSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 melekat pada
DPMPTSP.
Pasal 5
(1) DPMPTSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat membentuk
layanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Layanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. gerai layanan;
b. layanan keliling;
c. layanan perbantuan dan/atau pendampingan perizinan berusaha
melalui OSS;
d. layanan bersama antar DPMPTSP dan DPMPTSP Kabupaten/Kota;
dan/atau,
e. layanan lainnya sesuai kebutuhan dan perkembangan teknologi.
Pasal 6
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan dan nonperizinan,
Gubernur mendelegasikan kewenangan administratif perizinan kepada
Kepala Dinas, meliputi: a. kewenangan perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan
Daerah;
b. kewenangan perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan
pemerintah yang dilimpahkan kewenangannya kepada Daerah.
(2) Perizinan dan nonperizinan yang dilaksanakan melalui OSS, diterbitkan
oleh Gubernur sesuai dengan Kewenangannya. (3) Pelaksanaan kewenangan penerbitan perizinan dan nonperizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk penerbitan dokumen lain
yang berkaitan dengan Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
(4) Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah terkait
dengan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik untuk dan atas nama Gubernur menerbitkan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
Pasal 7
Berdasarkan delegasi wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan meliputi: a. penerimaan dan/atau penolakan dan/atau pengembalian berkas
permohonan;
b. penerbitan dokumen perizinan dan nonperizinan;
c. verifikasi dan notifikasi pemenuhan komitmen yang tercantum
dalamwebform OSS sesuai dengan kewenangannya;
d. penyerahan dokumen perizinan dan nonperizinan; dan
e. pencabutan dan pembatalan dokumen perizinan dan nonperizinan.
Pasal 8
(1) Dalam menyelenggarakan perizinan dan nonperizinan, PTSP
bertanggungjawab secara administratif, sedangkan tanggung jawab teknis
secara materiil berada pada PD teknis yang bersangkutan.
(2) Pengawasan dan evaluasi setelah terbitnya perizinan dan nonperizinan
dilakukan dan menjadi tanggung jawab PD teknis terkait, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Guna kelancaran pelaksanaan perizinan dan nonperizinan, dapat
dibentuk Tim Teknis sesuai kebutuhan yang merupakan representatif dari
PD teknis terkait.
(2) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kewenangan
untuk memberikan pertimbangan teknis sebagai dasar untuk penerbitan
rekomendasi teknis yang diterbitkan oleh Kepala PD teknis yang
bersangkutan.
(3) Pembentukan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Gubernur.
(4) Keberadaan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas
di Kantor DPMPTSP sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 10
Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaaran pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, Gubernur memberikan tunjangan kinerja khusus kepada
penyelenggara dan tim teknis sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
BAB IV
MAKLUMAT PELAYANAN PUBLIK, STANDAR, DAN
MANAJEMEN PELAYANAN
Bagian Kesatu
Maklumat Pelayanan Publik
Pasal 11
(1) Penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan serta perizinan berusaha
mengacu pada Maklumat Pelayanan Publik yang merupakan pernyataan
kesanggupan Dinas dalam menyelenggarakan Pelayanan Publik.
(2) Maklumat Pelayanan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipublikasikan secara transparan.
Bagian Kedua
Standar Pelayanan
Pasal 12
Penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan serta perizinan berusaha pada Dinas, menerapkan standar pelayanan publik dan standar operasional
prosedur.
Bagian Ketiga
Manajemen Layanan
Pasal 13
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan,
DPMPTSP menerapkan manajemen PTSP.
(2) Manajemen PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelaksanaan pelayanan;
b. pengelolaan pengaduan masyarakat;
c. pengelolaan informasi;
d. pengawasan internal;
e. penyuluhan kepada masyarakat;
f. pelayanan konsultasi; dan
g. konsultan perizinan.
Paragraf 1
Pelaksanaan Pelayanan
Pasal 14
(1) Pelayanan terdiri atas:
a. Pelayanan perizinan dan nonperizinan yang dilaksanakan melalui
sistem aplikasi OSS;
b. Pelayanan perizinan dan nonperizinan yang dilaksanakan diluar
sistem OSSdilaksanakan secara manual dan/atau dapat
menggunakan layanan aplikasi Siap Jateng,Sicantik Cloud dan
layanan aplikasi terintegrasi lainnya sesuai ketentuan perundang-
undangan.
(2) Jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Izin Usaha; dan
b. Izin Komersial atau Operasional.
(3) Pembagian Jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan yang dilaksanakan melalui sistem aplikasi OSS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan mengikuti lampiran peraturan perundangan-undangan terkait OSS.
Pasal 15
Jenis-jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), tersebut dalam Lampiran I dan Lampiran IIdan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
Pasal 16
(1) Sektor pelayanan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. sektor ketenagalistrikan;
b. sektor pertanian
c. sektor lingkungan hidup dan kehutanan;
d. sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
e. sektor kelautan dan perikanan;
f. sektor kesehatan;
g. sektor obat dan makanan;
h. sektor perindustrian;
i. sektor perdagangan;
j. sektor perhubungan;
k. sektor komunikasi dan informatika;
l. sektor keuangan;
m. sektor pariwisata;
n. sektor pendidikan dan kebudayaan;
o. sektor pendidikan tinggi;
p. sektor agama dan keagamaan;
q. sektor ketenagakerjaan;
r. sektor kepolisian;
s. sektor perkoperasian dan usaha mikro, kecil, menengah;
t. sektor ketenaganukliran.
(2) Sektor pelayanan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. sektor ketenagalistrikan;
b. sektor air bawah tanah;
c. sektor pertambangan;
d. sektor perkebunan;
e. sektor kehutanan;
f. sektor pekerjaan umum bina marga dan cipta karya;
g. sektor pekerjaan umum sumber daya air dan penataan ruang;
h. sektor kelautan dan perikanan;
i. sektor perdagangan;
j. sektor pendidikan dan kebudayaan;
k. sektor perkoperasian dan usaha mikro, kecil, menengah.
l. sektor peternakan dan kesehatan hewan
m. sektor kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat
n. sektor sosial
(3) Sektor pelayanan perizinan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (1) huruf g, huruf l, huruf o, huruf p dan huruf t bersifat layanan
perbantuan dan/atau pendampingan.
Pasal 17
Sektor perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diselenggarakan oleh
PTSP sesuai dengan kewenangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Pemohon Perizinan dan nonperizinan melalui OSS terdiri atas:
a. Pelaku Usaha perseorangan; dan
b. Pelaku Usaha non perseorangan.
(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a merupakan orang perseorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk
bertindak dan melakukan perbuatan hukum.
(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. perseroan terbatas;
b. perusahaan umum;
c. perusahaan umum daerah;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;
e. badan layanan umum;
f. lembaga penyiaran;
g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;
h. koperasi;
i. persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap);
j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan
k. persekutuan perdata.
(4) Ketentuan mengenai bentuk dan kriteria pelaku usaha non perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19 (1) Pemohon Perizinan dan Nonperizinan di luar OSS sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, dapat diajukan oleh :
a. Badan usaha; dan
b. Perseorangan.
(2) Ketentuan mengenai pemohon perizinan dan nonperizinan sebagaimana
tersebut pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Paragraf 2
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Pasal 20
(1) Pengelolaan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf b, berpedoman pada standar operasional prosedur (SOP)
dan dilakukan secara cepat, tepat, tuntas, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) Pelaksanaan pengelolaan pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan tahapan sebagai berikut:
a. menerima pengaduan atas layanan perizinan dan nonperizinan,
memeriksa kelengkapan dokumen pengaduan, menanggapi, dan
memberikan tanda terima kepada pengadu;
b. menelaah, mengklasifikasi, dan memprioritaskan penyelesaian
pengaduan;
c. memproses penyelesaian setiap pengaduan dalam hal substansi
pengaduan terkait langsung dengan layanan perizinan dan/atau
nonperizinan;
d. dalam hal substansi pengaduan tidak menjadi kewenangan
penyelenggara PTSP, pengaduan disalurkan kepada PD terkait;
e. menyampaikan informasi dan/atau tanggapan kepada pengadu
dan/atau pihak terkait;
f. melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pengelolaan pengaduan;
dan
g. pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan.
(3) Pelaksanaan layanan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf e, dilakukan oleh pegawai yang ditugaskan pada
kantor depan/front office dan/atau kantor belakang/back office.
(4) Pelaksanaan layanan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b sampai dengan huruf c, huruf d, huruf f dan huruf g, dilakukan
oleh pegawai yang ditugaskan pada kantor belakang/back office.
(5) Pegawai yang ditugaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) dari bidang yang memiliki fungsi pengaduan pada DPMPTSP.
Pasal 21
(1) DPMPTSP wajib menyediakan sarana pengaduan untuk mengelola
pengaduan masyarakat terkait layanan perizinan dan nonperizinan.
(2) Layanan pengaduan dapat dilakukan secara manual dan elektronik.
(3) Sarana pengaduan secara manual menggunakan formulir dan kotak
pengaduan.
(4) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan untuk
pengaduan yang disampaikan secara langsung.
(5) Kotak pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk pengaduan
yang disampaikan secara tidak langsung.
(6) Sarana pengaduan secara elektronik dapat menggunakan surat
elektronik dan/atau pesan layanan singkat dan/atau telepon.
Paragraf 3
Pengelolaan Informasi
Pasal 22
(1) Pengelolaan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 2
huruf c wajib dilakukan secara terbuka dan mudah diakses oleh
masyarakat.
(2) Pelaksanaan pengelolaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi:
a. menerima permintaan layanan informasi;
b. menyediakan informasi terkait layanan perizinan dan nonperizinan;
dan
c. memberikan informasi terkait perizinan dan nonperizinan.
(3) Pelaksanaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan
huruf c, dilakukan oleh pegawai yang ditugaskan pada kantor
depan/Front office.
(4) Pelaksanaan pelayanan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, dilakukan oleh pegawai yang ditugaskan pada kantor
belakang/back office.
Pasal 23
(1) Penyediaan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf c meliputi:
a. profil kelembagaan;
b. standar pelayanan;
c. penelusuran proses perizinan dan nonperizinan;
d. pengelolaan pengaduan perizinan dan nonperizinan; dan
e. penilaian kinerja PTSP.
(2) Layanan informasi dapat dilakukan secara manual dan elektronik.
(3) Penyediaan dan pemberian informasi kepada masyarakat tidak dipungut
biaya.
(4) Pelaksanaan pemberian informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4
Pengawasan Internal
Pasal 24
Pengawasan internal sebagaimana dimaksud dala Pasal 13 ayat 2 huruf d, meliputi:
a. pengawasan oleh atasan langsung; dan
b. pengawasan oleh pengawas fungsional.
Pasal 25
Pelaksanaan pengawasan internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 5
Penyuluhan Kepada Masyarakat
Pasal 26
(1) Penyuluhan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf e, meliputi:
a. hak dan kewajiban Dinas dan masyarakat terhadap pelayanan
perizinan dan nonperizinan;
b. manfaat perizinan dan nonperizinan bagi masyarakat;
c. jenis pelayanan;
d. persyaratan dan mekanisme layanan perizinn dan nonperizinan;
dan
e. waktu dan tempat pelayanan.
(2) Penyelenggaraan penyuluhan kepada masyarakat dilakukan melalui:
a. media elektronik;
b. media massa;
c. media cetak; dan/atau
d. pertemuan.
(3) Pelaksanan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh bidang yang memiliki fungsi penyuluhan pada
DPMPTSP.
Paragraf 6
Pelayanan Konsultasi
Pasal 27
(1) Pelayanan konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf f, meliputi:
a. konsultasi teknis jenis layanan perizinan dan nonperizinan;
b. konsultasi aspek hukum perizinan dan nonperizinan; dan
c. pendampingan teknis.
(2) Pelayanan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada ruang konsultasi.
(3) Layanan konsultasi dilakukan oleh bidang yang memiliki tugas dan
fungsi pengaduan dan peningkatan layananpada DPMPTSP.
Paragraf 7
Konsultan Perizinan
Pasal 28
(1) Konsultan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf g, adalah badan usaha yang bergerak pada salah satu bidang
usaha jasa administrasi perkantoran, jasa pengurusan perizinan.
(2) Pengajuan permohonan perizinan kepada Kepala DPMPTSP dapat
dilaksanakan secara langsung oleh Pemilik Perusahaan dan/atau
penanggungjawab perusahaan yang tertera dalam akta notaris
perusahaan.
(3) Pengajuan permohonan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikuasakan kepada karyawan perusahaan satu tingkat lebih
rendah daripada pemberi kuasa dan/atau dapat dikuasakan kepada
konsultan perizinan yang telah terdaftar.
(4) Konsultan perizinan sebagaimana dimaksud padaAyat(1) didaftarkan
pada DPMPTSP dengan memenuhi persyaratan, meliputi :
a. kartu tanda penduduk (KTP);
b. akta notaris perusahaan dan pengesahan;
c. surat izin usaha perdagangan (SIUP);
d. TDP dan/atau NIB yang berlaku efektif;
(5) Konsultan perizinan yang telah terdaftar pada DPMPTSP dapat mengajukan perizinan setelah mendapatkan bukti registrasi atau kartu
kepersertaan konsultan perizinan.
BAB V
MEKANISME PELAYANAN
Pasal 29
(1) Penyelenggaraan PTSP dilaksanakan secara terpadu oleh Dinas.
(2) Sistem pelayanan terpadu satu pintu dilakukan dengan cara memadukan
beberapa jenis, pelayanan untuk menyelenggarakan pelayanan secara
terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan
sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu.
(3) Proses Penyelenggaraan pelayanan dapat dilakukan untuk satu jenis
pelayanan tertentu atau pelayanan pararel.
(4) Dalam hal penyelenggaraan pelayanan pararel sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), untuk 1 (satu) kali persyaratan permohonan beserta
kelengkapan yang dilampirkan dapat digunakan untuk memproses
berbagai perizinan yang berkaitan pada saat yang bersamaan.
(5) Untuk mendapatkan pelayanan, ditetapkan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemohon sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi:
a. persyaratan teknis dan/atau persyaratan administrasi
b. surat keterangan bukti pelunasan pajak/retribusi.
c. Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) yang terintegrasi dalam sistem
pelayanan perizinan.
(6) Persyaratan teknis dan administratif harus diinformasikan kepada
pemohon sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Pelayanan perizinan dan non perizinan dilaksanakan secara manual
dan/atau elektronik.
(8) Guna mempercepat proses pelayanan dan/atau terdapat cabang
dinas / balai / UPT/ gerai perizinan di daerah, pengajuan
permohonan perizinan dapat dilaksanakan pada tempat-tempat
tersebut.
(9) Penandatanganan izin dapat dilakukan secara manual dan/atau
elektronik.
(10) Jam pelayanan dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 15.00 WIB.
(11) Pengambilan Nomor antrian pelayanan 07.30 WIB. sampai dengan 14.30
WIB, kecuali hari Jumat pelayanan sampai dengan Pukul 15.30 WIB.
(12) Pelayanan Informasi dan Pengaduan melalui helpdesk dimulai dari Pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
(13) Pelayanan Pengaduan dapat dilaksanakan secara manual dan/atau
Elektronik.
BAB VI
SARANA DAN PRASARANA
Pasal 30
(1) Sarana dan prasarana penyelenggaraan PTSP, paling sedikit meliputi:
a. kantor depan/front office;
b. kantor belakang/back office;
c. ruang pendukung; dan
d. alat/fasilitas pendukung.
(2) Sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan PTSP terintegrasi secara
elektronik, paling sedikit meliputi:
a. koneksi internet;
b. aplikasi pelayanan perizinan, pengaduan, penelusuran proses
penerbitan perizinan dan nonperizinan (tracking system), jejak audit
(audit trail), sms gateway, dan arsip digital;
c. pusat data (data center), dan server aplikasi dan pengamanan;
d. telepon pintar (smartphone); dan
e. alat/fasilitas pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pemenuhan sarana dan prasarana penyelenggaraan PTSP dilaksanakan
mengacu kepada standar pelayanan, kebutuhan dan perkembangan
teknologi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 31
(1) Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia penyelenggara fungsi
PTSP pada DPMPTSP dilakukan secara proporsional dan profesional
untuk mencapai tujuan dan sasaran PTSP.
(2) Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
ditugaskan pada PTSP harus memiliki keahlian dan kompetensi
dibidangnya.
(3) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditingkatkan
melalui pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan secara berkala.
(4) Dalam pelaksanaan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, DPMPTSP
dapat menggunakan Pegawai Non ASN dan/atau Tenaga Ahli
Pendamping.
(5) Dalam rangka pelaksanaan layanan bersama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, PTSP dapat menempatkan pegawainya
(person in charge) pada PTSP Kabupaten/Kota.
(6) Penempatan pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 32
(1) Dalam rangka efektivitas dan percepatan pelayanan Perizinan dan
Nonperizinan, Tim Teknis PTSP dari unsur PD terkait, ditempatkan dan
berkantor di DPMPTSP sesuai kebutuhan.
(2) Penempatan Tim Teknis pada kantor PTSP ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaaran pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan, dapat diberikan tunjangan khusus kepada
penyelenggara dan tim teknis sesuai dengan beban kerja dan
kemampuan keuangan daerah.
BAB VIII
ETIKA PELAYANAN
Pasal 33
(1) PTSP wajib menerapkan etika pelayanan. (2) Etika pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sikap aparatur penyelenggara dalam pelaksanaan pelayanan PTSP. (3) Etika pelayanan penyelenggara PTSP Daerah sebagaimana dimaksud
padaayat 1 meliputi :
a. integritas b. disiplin c. simpatik
d. loyalitas e. cepat
f. komunikatif g. obyektif h. bertanggungjawab
i. kreatif
BAB IX
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 34
(1) Dinas melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan perizinan secara berkala sesuai dengan Standar Pelayanan Publik dan
Standar Operasional Prosedur yang telah ditetapkan. (2) Kepala PD melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala
terhadap pertimbangan teknis perizinan yang diterbitkan.
(3) Monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan serta pertimbangan teknis dilakukan setiap triwulan oleh Kepala Dinas.
(4) Kepala Dinas wajib menyusun laporan penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan secara tertulis setiap triwulan kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah dengan tembusan kepada Kepala PD.
BAB X
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 35
(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan perizinan secara teknis dilakukan oleh Kepala PD.
(2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara administrasi perizinan dilakukan oleh Kepala Dinas.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 36
Semua biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan Gubernur
ini dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
c. Sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
Izin yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini tetap
berlaku sampai dengan habis berlakunya izin yang bersangkutan.
Pasal 38
(1) Perizinan yang masih dalam proses di PD pada saat berlakunya Peraturan
Gubernur ini, tetap diproses sampai dengan terbitnya dokumen perizinan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum di proses,
disesuaikan dengan Peraturan Gubernur ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Pada saat peraturan Gubernur ini mulai berlaku, peraturan Gubernur Jawa Tengah No 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 18) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 40
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Ditetapkan di Semarang pada tanggal
GUBERNUR JAWATENGAH,
GANJAR PRANOWO
Diundangkan di Semarang pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
JAWA TENGAH
SRI PURYONO KARTOSOEDARMO
BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2019 …… NOMOR …….
LAMPIRAN I
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH
NOMOR..........................
TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
DI PROVINSI JAWA TENGAH
I.JENIS PERIZINAN YANG DILAKSANAKAN MELALUI OSS
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
A. Sektor Ketenagalistrikan
1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)
IUPTL Pembangkitan Tenaga Listrik (IUPTL yang
dilakukandalam Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota)
IUPTL Transmisi Tenaga Listrik (IUPTL yang dilakukan dalam
Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota)
IUPTL Distribusi Tenaga Listrik (IUPTL yang dilakukan dalam
Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota)
IUPTL Penjualan Tenaga Listrik (IUPTL yang dilakukan dalam
Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota)
IUPTL Terintegrasi (IUPTL yang dilakukan dalam Provinsi dan
Lintas Kabupaten/Kota)
2. Izin Operasi
Pembangkitan Tenaga Listrik (Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota)
Pembangkitan Tenaga Listrik dan Distribusi Tenaga Listrik (Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam Provinsi dan lintas
Kabupaten/Kota)
Pembangkitan Tnaga Listrik, transmisi tenaga listrik dan
distribusi tenaga listrik (Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota)
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
3. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik
(Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga
listrik (Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik (Izin usaha
jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
pengoperasian instalasi tenaga listrik (Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki
PMA dalam Provinsi)
pemeliharaan instalasi tenaga listrik (Izin usaha jasa penunjang
tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
penelitian dan pengembangan (Izin usaha jasa penunjang
tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provins)i
pendidikan dan pelatihan (Izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provins)i
laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik
(Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik (Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham
dimiliki PMA dalam Provinsi)
sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan (Izin
usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
saham dimiliki PMA dalam Provinsi)
sertifikasi badan usaha (Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi BUMN/Mayoritas saham dimiliki PMA dalam
Provinsi)
4. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik Untuk
Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika penyangga dan/atau jalur sepanjang jaringan;
1. Memiliki IUPTL yang dilakukan dalam Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota; atau
2. Memiliki Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota
serat optik pada jaringan; 1. Memiliki IUPTL yang dilakukan dalam Provinsi dan Lintas
Kabupaten/Kota; atau 2. Memiliki Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam
Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota
konduktor pada jaringan; 1. Memiliki IUPTL yang dilakukan dalam Provinsi dan Lintas
Kabupaten/Kota; atau 2. Memiliki Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam
Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota
kabel pilot pada jaringan.
1. Memiliki IUPTL yang dilakukan dalam Provinsi dan Lintas Kabupaten/Kota; atau
2. Memiliki Izin Operasi yang fasilitas instalasinya dalam
Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota
5. Sertifikat Laik Operasi (SLO) Dalam sistem OSS tercatat sebagai kewenangan Pusat, Informasi
dari ESDM registrasi sertifikat kewenangan Provinsi
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
B. Sektor Pertanian
1. Izin Usaha Perkebunan Digabung, meliputi: a) Izin Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan (IUP-B)
b) Izin Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP-P) c) Izin Usaha Perkebunan yang terintegrasi antara budidaya
dengan industri pengolahan hasil perkebunan (IUP) d) Izin Usaha Produksi Perbenihan Tanaman
Penerbitan izin usaha perkebunan yang kegiatan usahanya lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah
provinsi.
2. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih/Bibit Ternak Penerbitan izin yang kegiatan usahanya lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi diselenggarakan melalui Non oss
3. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewandan Tumbuhan
Kewenangan Provinsi, meliputi:
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan
Penerbitan izin yang kegiatan usahanya lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi
diselenggarakan melalui Non oss
4. Rekomendasi Pemasukan dan Pengeluaran Produk Hewan Digabung, meliputi:
a) Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau olahannya b) Pemasukan dan Pengeluaran Produk Pangan Asal Hewan c) Pemasukan dan Pengeluaran Produk Hewan Non Pangan
d) Pemasukan Makanan Hewan Kesayangan (Pet Food) Kewenangan Provinsi adalah memberikan rekomendasi
untuk pemenhuhan komitmen izin pemasukan dan
pengeluaran untuk kebutuhan ekspor impor diselenggarakan
melalui Non oss
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
5. RekomendasiPemasukandan
PengeluaranTernakRuminansia dan Babi
Digabung, meliputi:
a) Pemasukan Ternak Ruminansia Besar (Termasuk untuk Pemasukan Sapi Indukan dan Sapi Bakalan)
b) Pengeluaran Ruminansia Kecil dan Babi
Kewenangan Provinsi adalah memberikan rekomendasi
untuk pemenhuhan komitmen izin pemasukan dan pengeluaran untuk kebutuhan ekspor impordiselenggarakan
melalui Non oss
6. Pendaftaran Usaha Perkebunan Digabung, meliputi:
a) Pendaftaran Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan b) Pendaftaran Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan
Dengan kriteria:
Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan dengan Luas kurang
dari 25 hektar (Lokasi Budidaya Perkebunan berada pada wilayah lintas kabupaten/kota)
Komoditas: Kelapa Sawit
Produk: CPO, inti sawit (palm kernel); tandan kosong, cangkang, serat (fiber); sludge
Kapasitas maksimal: 5 ton TBS per jam (Lokasi Budidaya Perkebunan berada pada wilayah lintas kabupaten/kota)
Komoditas: Teh Produk: Teh hijau
Kapasitas maksimal: 1 ton pucuk segar per hari (Lokasi Budidaya Perkebunan berada pada wilayah lintas kabupaten/kota)
Komoditas: Teh Produk: Teh hitam
Kapasitas maksimal: 10 ton pucuk segar per hari (Lokasi
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
Budidaya Perkebunan berada pada wilayah lintas
kabupaten/kota)
Komoditas: Tebu
Produk: Gula Kristal putih Kapasitas maksimal: 1.000 ton tebu per hari (Ton Cane
Day/TCD) (Lokasi Budidaya Perkebunan berada pada wilayah lintas kabupaten/kota)
C. Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Produksi
Berdasarkan UU 23 tahun 2014 dan PM-KLHK 22 Tahun 2018 merupakan kewenangan Gubernur
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan daerah kab/kota
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Jawa Non DIY dikelola oleh Perhutani sesuai PP 72 tahun
2010
2. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi Berdasarkan UU 23 tahun 2014 dan PM-KLHK 22 Tahun
2018 merupakan kewenangan Gubernur
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan daerah
kab/kota
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Jawa Non DIY dikelola oleh Perhutani sesuai PP 72 tahun
2010
3. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan
Produksi dan Hutan Lindung Berdasarkan UU 23 tahun 2014 dan PM-KLHK 22 Tahun
2018 merupakan kewenangan Gubernur
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan daerah
kab/kota
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Jawa Non DIY dikelola oleh Perhutani sesuai PP 72 tahun
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
2010
4. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung
Berdasarkan UU 23 tahun 2014 dan PM-KLHK Nomor 22
Tahun 2018 merupakan kewenangan Gubernur
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan daerah
kab/kota
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Jawa Non DIY dikelola oleh Perhutani sesuai PP 72 tahun 2010
5. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan Pusat
Kewenangan Provinsi sesuai dengan PM-KLHK Nomor 27
Tahun 2018
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk pembangunan fasilitas umum yang bersifat non komersial
untuk luas paling banyak 5 (lima) hektar
Dilaksanakan NON OSS
6. Izin Usaha Industri Primer Hasil HutanKayu (IUIPHHK) Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu kapasitas produksi di bawah 6.000 m3/tahun
7. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK)
IUIPHHBK di luar areal IUPHH (IUIPHHBK di luar areal IUPHH)
8. Penetapan Pengada dan Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar
PM-KLHK Nomor 22 Tahun 2018 merupakan kewenangan Menteri/Gubernur
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan daerah Pusat
Klarifikasi ke DLHK dan Pusat
Kendala teknis pada sistem OSS
9. Sertifikasi Sumber Benih Jika di provinsi ada UPTD
Kendala teknis pada sistem OSS
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
10. Sertifikasi Mutu Bibit dan Sertifikasi Mutu Benih Jika di provinsi ada UPTD
Kendala teknis pada sistem OSS
11. Izin Lingkungan Kriteria kewenangan Provinsi mengacu pada P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
12. Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LimbahB3) untuk Usaha Jasa
Kewenangan Provinsi, meliputi:
Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengumpulan
Limbah B3 lintas Daerah kabupaten/ kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi
D. Sektor Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
1. Surat Izin Pengambilan Air Tanah a) Proses dilakukanterintegrasi denganproses AMDAL b) Prasyarat Izin Lingkungan
E. Sektor Kelautan Dan Perikanan
1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Digabung, meliputi: a) Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Penangkapan
kapal perikanan berukuran di atas 10 GT sampai dengan
30 GT. b) Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Pembudidayaan
Yang usahanya lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi
c) Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Pengangkutan
kapal perikanan berukuran di atas 10 GT sampai dengan
30 GT. d) Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Pengolahan
Hasil Perikanan lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.
e) Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Pemasaran
Hasil Perikanan lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
(satu) Daerah Provinsi.
2. Tanda Daftar Kapal Perikanan untuk nelayan kecil Hanya untuk nelayan kecil yang melakukan penangkapan
ikan dengan menggunakan kapal ukuran paling besar 10 GT
Pelaksanaan saat ini berada di kewenangan Provinsi sesuai
dengan UU Nomor 23 tahun 2014
Sistem OSS menjadi kewenangan Kab/Kota
Perlu koordinasi ke DKP dan Pusat
3. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) Digabung, meliputi:
a) Surat Izin Penangkapan Ikan untuk Kapal Penangkapan Ikan b) Surat Izin Penangkapan Ikan untuk Kapal Latih
c) Surat Izin Penangkapan Ikan untuk Kapal Penelitian/Eksplorasi Perikanan
d) Surat Izin Penangkapan Ikan ANDON (Klarifikasi ke DKP dan
Pusat)
4. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Digabung, meliputi:
a) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Angkut Hasil Tangkapan Ikan
b) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Hasil Budidaya Ikan
antara 5 GT sampai dengan 30 GT
tidak menggunakan modal asing
dalam pelaksanaan sesuai ketentuan Permen KP 30 tahun 2012, yaitu 10 GT s.d 30 GT.
5. Persetujuan Pengadaan Kapal Proses persetujuannya digabung dengan SIUP
dalam OSS kewenanganProvinsiantara 5 GT sampai 30 GT
sementara SIUP kewenanganProvinsi 10 GT sampai 30 GT
Koordinasike DKP danPusat
6. Izin Pengelolaan Perairan di WP-3-K Digabung, meliputi: a) Izin Pengelolaan WP-3-K
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
b) Izin pengangkatan BMKT
c) Izin wisata bahari d) Izin produksi garam
e) Izin biofarmakologi f) Izin bioteknologi g) Izin pemanfaatan air laut selain energi
Sesuai UU No. 23 tahun 2014, Kewenangan Provinsi adalah
Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
Penerbitan izin dan pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
Sementara dalam OSS menjadi kewenangan Pusat (Penerbit : Direktorat Perencanaan Ruang Laut)
7. Izin Pelaksanaan Reklamasi Izin Pelaksanaan dalam hal di wilayah :
Perairan laut diluar kewenangan Kab/Kota s.d. paling jauh 12
Mil laut
Pelabuhan Perikanan yang dikelola Pemerintah provinsi
8. Izin Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya Dalam Rangka Penanaman Modal Asing
Pemanfaatan pulau-pulau kecil dalam UU No 23/2014 kewenangan Provinsi adalah Penerbitan izin dan
pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi, sementara OSS dalam rangka PMA menjadi kewenangan Pusat (Direktorat penerbit: Direktorat
Pendayagunaan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil)
Klarifikasi dan koordinasi ke DKP dan Pusat.
9. Cek Fisik Kapal 10 - < 30 GT Perlu justifikasi kewenangan ke DKP dan Pusat
10. Buku Kapal Perikanan 10 - < 30 GT
Buku Kapal Perikanan Provinsi (OSS)
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
11. Rekomendasi Izin Lokasi Pulau-Pulau Kecil dengan luas
dibawah100 Km2 Dalam OSS tercatat sebagai kewenangan Pusat
Perlu justifikasi kewenangan ke DKP dan Pusat
F. Sektor Kesehatan
1. SertifikatDistribusi Cabang Farmasi Sesuai dengan Permenkes 26 tahun 2018 merupakan
kewenangan Gubernur
Dalam OSS tidak tercatat
2. Sertifikat Produksi Usaha Kecil dan Mikro Obat Tradisional Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT): usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan
tablet, efervesen, suppositoria dan kapsul lunak.
3. Sertifikat Distribusi Cabang Alat Kesehatan Kewenangan Provinsi
4. Izin Mendirikan Rumah Sakit Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas B(Umum dan Khusus)
5. Izin Operasional Rumah Sakit Izin Operasionalisasi Rumah Sakit Kelas B(Umum dan Khusus)
6. Izin Operasional Laboratorium Klinik Umum dan Khusus Digabung, meliputi: a) Izin Mendirikan Laboratorium Umum Klinik Madya
b) Izin Operasionalisasi Laboratorium Klinik Umum Madya Laboratorium klinik umum madya: laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat laboratorium klinik umum pratama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik sederhana
G. Sektor Perindustrian
1. Izin Usaha Industri Industri Skala Besar, PMDN
INDUSTRI BESAR: industri yang mempekerjakan paling sedikit 20 orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi
lebih dari Rp. 15.000.000.000 (lima belas miliyar rupiah).
2. Izin Perluasan Industri Skala Besar, PMDN
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
3. Izin Usaha Kawasan Industri Lintas Kab/Kota dalam 1 Provinsi
4. Izin Perluasan Kawasan Industri Tidak tercatat pada sistem OSS
H. Sektor Perdagangan
1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Kewenangan Provinsi, meliputi: a) SIUP-MB TBB b) SIUP Bahan Berbahaya (B2)
(bagi Pengecer) Digabung dengan catatan: c) Tiap bidang usaha memiliki persyaratan izin yang berbeda
*)Perlu konfirmasi Dinperindag dan jika diperlukan koordinasi ke
Pusat (dalam UU 23 merupakan kewenangan Provinsi namun sesuai permendag 77 diproses oleh Dit Sarana Produksi Kemendag.
2. Angka Pengenal Importir NIB sekaligus sebagai API–dalam penerbitan dengansistem OSS
I. Sektor Perhubungan
1. Izin Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum Digabung, meliputi:
a) Izin Usaha Prasarana Perkeretaapian Umum
Jaringanjalurnya melintasi batas Daerah
Kabupaten/Kota b) Izin Operasi Prasarana Perkeretaapian Umum
Jaringan jalurnya melintasi batas Daerah Kabupaten/Kota
c) Lintas Kab/Kota satu wilayah Provinsi.
Pembangunan Prasarana Perkeretaapian Umum
(Jaringan jalurnya melintasi batas Daerah Kabupaten/Kota)
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
2. Izin Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum Digabung; a) Izin Operasi Sarana Perkeretaan Umum
b) Lintas Kab/Kota satu wilayah Provinsi
Dengan kriteria:
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum (Jaringan jalurnya melintasi batas Daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) Daerah provinsi)
Operasi Sarana Perkeretaapian Umum (Jaringan jalurnya
melintasi batas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi)
3. Izin Penyelenggaraan Perkeretaapian Khusus Digabung; a) Izin Operasi Perkeretaapian Khusus
b) Lintas Kab/Kota satu wilayah Provinsi.
Dengan kriteria:
Prinsip Pembangunan Perkeretaapian Khusus (Jaringannya melebihi 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
Daerah provinsi)
Pembangunan Perkeretaapian Khusus (Jaringannya
melebihi 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi)
Operasi Perkeretaapian Khusus (Jaringannya melebihi 1
(satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi)
4. Izin Penyelenggaraan Pelabuhan Sungai dan Danau Digabung; a) Izin penetapan lokasi pelabuhan sungai danau
b) Izin pengoperasian pelabuhan sungai dan danau
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
Dengan kriteria:
Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau (melayani trayek lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah
provinsi)
penetapan lokasi Pelabuhan Sungai dan Danau (melayani
trayek lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi)
pengoperasian pelabuhan sungai dan danau (melayani trayek lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah
provinsi)
5. Izin Usaha Angkutan Sungai dan Danau kapal yang melayani trayek antar-Daerah kabupaten/kota dalam
Daerah provinsi yang bersangkutan
6. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Digabung, meliputi:
a) Izin Usaha Angkutan Orang Dalam Trayek (Dalam Trayek Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi)
b) Izin Usaha Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek (Wilayah operasinya melampaui lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi)
7. Persetujuan Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas (baru) a) Diubah
b) Sebelumnya: Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) Pada jalan Provinsi
8. Izin Pelabuhan Umum Digabung, meliputi: a) Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan b) Penetapan Lokasi Pelabuhan
c) Izin Pembangunan Pelabuhan Laut d) Izin Pengembangan Pelabuhan
e) Pengoperasian Pelabuhan
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
dengan kriteria :
Pelabuhan pengumpan regional
9. Izin Usaha Angkutan Laut Digabung, meliputi: a) Izin Usaha Angkutan Laut (Angkutan di Perairan)(SIUPAL) b) Izin Operasi Angkutan Laut Khusus
Dengan kriteria:
Angkutan di Perairan (Bagi badan usaha yang berdomisili
dalam wilayah dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar-Daerah kabupaten/ kota dalam wilayah Daerah provinsi)
10. Izin Usaha Angkutan Laut Pelayaran Rakyat (Angkutan di Perairan)
Angkutan Laut Pelayaran Rakyat bagi: 1) orang perorangan atau;
2) badan usaha yang berdomisili dan yang beroperasi pada lintas pelabuhan antar Daerah kabupaten/kota dalam Daerah provinsi, pelabuhan antar-
Daerah provinsi, dan pelabuhan internasional
11. Izin Usaha Jasa Terkait dengan Angkutan di Perairan Diubah;
a) Izin Usaha Bongkar Muat Barang(lintas Kab. dalam 1 provinsi) b) Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi(lintas Kab. dalam
1 provinsi)
c) Izin Usaha Angkutan Perairan Pelabuhan d) Izin Usaha Penyewaan Peralatan Angkutan Laut/Peralatan
Jasa Terkait Dengan Angkutan Laut e) Izin Usaha Tally Mandiri f) Izin Usaha Depo Peti Kemas
12. Persetujuan Kegiatan Kerja Keruk dan/atau Reklamasi Digabung, meliputi: a) Surat Izin Kerja Keruk (SIKK)
b) Surat Izin Kerja Reklamasi (SIKR) Dengan kriteria:
Kerja Keruk (pekerjaan pengerukan dan/atau reklamasi di
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
wilayah perairan pelabuhan pengumpan regional)
Kerja Reklamasi (pekerjaan pengerukan dan/atau reklamasi di wilayah perairan pelabuhan pengumpan
regional)
13. Surat Izin Membangun, Memindahkan dan Membongkar
Bangunan dan/atau Instalasi Kewenangan Provinsi
UU 23 TH 2014
14. Izin Terminal Khusus/TUKS Kewenangan Pusat sesuai PM Perhubungan 89 tahun 2018
Revisi PM 89 tahun 2018
Dalam UU 23 tahun 2014 kewenangan Provinsi pada
pelabuhan pengumpan regional
J. Sektor Pariwisata
1. Tanda Daftar Usaha Pariwisata Lintas Kab/Kota dalam 1 Provinsi, meliputi:
Pengelolaan Museum
Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala –
Pengelolaan Pemandian Air Panas Alami
Pengelolaan Goa
Wisata Agro
Pengelolaan Permukiman dan/atau lingkungan adat atau
Pengelolaan Objek Ziarah
kawasan pariwisata
Angkutan Jalan Pariwisata
Angkutan Wisata dengan Kereta Api
Angkutan Laut Wisata Dalam Negeri
Angkutan Laut Internasional Wisata
Agen Perjalanan Wisata
Biro Perjalanan Wisata
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
Restoran atau Rumah Makan
Jasa Boga
Pusat Penjualan Makanan
Bar/Pub
Kafe
Hotel
Pondok Wisata
Bumi Perkemahan
Persinggahan Karavan
Vila
Kondominium Hotel atau Apartemen Servis
Rumah Wisata
Jasa Manajemen Hotel atau Hunian Wisata Senior/Lanjut
Usia
Sanggar Seni
Jasa Impresariat
Galeri Seni atau Gedung Pertunjukan Seni
Rumah Bilyar
Lapangan Golf
Gelanggang Bowling
Gelanggang Renang
Lapangan Sepak Bola/Futsal
Lapangan Tenis
Wisata Olahraga Minat Khusus
Wisata Petualangan Alam
Taman Bertema
Taman Rekreasi
Kelab Malam atau Diskotik
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
Karaoke
Arena Permainan
Panti/Rumah Pijat
Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif, konferensi
dan Pameran
Jasa Informasi Pariwisata
Jasa Konsultan Pariwisata
Jasa Pramuwisata
Wisata Arung Jeram
Wisata Selam
Wisata Dayung, Wisata Selancar, dan Wisata Olahraga Tirta
Wisata Memancing
Dermaga Wisata
Spa
Lain-lain
Dengan Kriteria : Usaha yang lokasi usaha atau kantor berada di lebih dari 1
(satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau usaha pariwisata yang lokasi usaha atau kantor berada di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Perlu Klarifikasi yang dimaksud dengan satu lokasi = satu
hamparan?
K. Sektor Pendidikan dan Kebudayaan
1. Izin Pendirian Program atau Satuan Pendidikan Pendidikan menengah
Pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, SMALB, SMKLB)
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
2. Izin Penambahan dan Perubahan Program Keahlian pada
SMK Kewenangan Provinsi pada Pendidikan menengah atas
(Undang-undang No. 23 tahun 2014)
Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan Pusat
Perlu klarifikasi ke Disdikbud dan Pusat
L. Sektor Agama dan Keagamaan
1. Izin Pendirian satuan pendidikan keagamaan Pada sistem OSS tercatat sebagai kewenangan Pusat
Koordinasi dengan Disdikbud, Biro Kesra, dan Pusat
M. Sektor Ketenagakerjaan
1. IzinUsahaLembagaPenempatan Tenaga Kerja Swasta - lintas kab/kota dalam 1 (satu) Provinsi
- sesuai Permenaker 39 Tahun 2016 tentang penempatan tenaga kerja
2. Izin Operasional Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh
3. Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Pekerja Rumah Tangga Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 12, Nomor 2 tahun 2015
4. Izin Kantor Cabang Izin Kantor Cabang Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia
OSS Masuk di kewenangan Pusat, perlu koordinasi dengan Pusat
5. Izin Tempat Penampungan Izin Tempat Penampungan Pekerja Migran Indonesia
Rekrutmen pekerja Lintas Kab/Kota dalam 1 (satu) Provinsi
OSS Masuk di kewenangan Pusat, perlu koordinasi dengan
Pusat
N. Sektor Perkoperasian Dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
1. Izin Koperasi Simpan Pinjam KSP/KSPPS Primer (Koperasi yang wilayah keanggotaannya
lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provinsi :
No. Perizinan Berusaha yang telah
dilaksanakan melalui OSS
Keterangan
Gubernur)
KSP/KSPPS Sekunder (Koperasi yang wilayah keanggotaannya lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provinsi :
Gubernur)
2. Izin Pembukaan Kantor Cabang Koperasi Simpan Pinjam Kewenangan Provinsi apabila telah ditetapkan sebagi koperasi
Provinsi yaitu wilayah keanggotaannya lintas Kab/Kota dalam 1 (satu) Provinsi.
3. Izin Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Koperasi Simpan Pinjam
4. Izin Pembukaan Kantor Kas Koperasi Simpan Pinjam
GUBERNUR JAWATENGAH,
GANJAR PRANOWO
LAMPIRAN II
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH
NOMOR.......................
TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
II. JENIS PERIZINAN YANG DILAKSANAKAN NON OSS
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
1. Sektor Ketenagalistrikan ESDM
1. Izin Usaha Niaga Bahan bakar nabati Kapasitas
Penyediaan 5.000 sampai dengan 10.000 Ton
DESK
2. Sektor Air Tanah ESDM 1. Izin Eksplorasi Air Tanah DESK
2. Perpanjangan Izin Eksplorasi Air Tanah
3. Izin Pengeboran Air Tanah
4. Izin Penggalian Air Tanah
5. Perpanjangan Izin Pengusahaan Air Tanah
6. Izin Pemakaian Air Tanah
7. Perpanjangan Izin Pemakaian Air Tanah
8. Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah
9. Perpanjangan Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah
10. Izin Juru Bor
11. Perpanjangan Izin Juru Bor
12. Izin Perusahaan Pengeboran airtanah (SIPPAT)
3. Sektor Pertambangan ESDM 1. Wilayah Izin Usaha Pertambangan DESK
2. IUP Eksplorasi
3. IUP Operasi Produksi
4. IUP OP Khusus Pengolahan dan Pemurnian
5. IUP OP Khusus Pengangkutan danPengolahan
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
6. IUP OP Untuk Penjualan
7. Izin Sementara Untuk Penjualan
8. Perpanjangan Izin
9. Izin Usaha Jasa Pertambangan
10. Surat Keterangan Terdaftar
4. Sektor Perkebunan 1. Persetujuan Perubahan Luas Lahan DESK
2. Persetujuan Perubahan Jenis Tanaman
3. Persetujuan Penambahan Kapasitas Industri Pengolahan Hasil Perkebunan
4. Persetujuan Diversifikasi Usaha
5. Sektor Kehutanan 1. Dispensasi Penggunaan KawasanHutan Izin
pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan fasilitas umum yang bersifat non komersial sampai
dengan 5 hektar
DESK
dihapus
2. Penetapan Tempat Penampungan Terdaftar Kayu
Bulat/Kayu Olahan dari hutan alam dan hutan tanaman pada hutan Produksi
DESK
TETAP
PM/LHK. 58 dan 60 tahun 2016
3. Izin Pemanfaatan kawasan hutanpada areal
penggunaan lain (APL) DESK
TETAP
PM/LHK. 62 tahun 2015
4. Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan pada Hutan
Produksi yang telah di Konversi (HPK) atau Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH)
DESK
TETAP
PM/LHK. 62 tahun 2015
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
6. Sektor Pekerjaan Umum Bina Marga
dan Cipta Karya
1. Izin Pemakaian tanah jalan untuk konstruksi
reklame
DESK
Diubah
2. Izin Pemakaian Tanah Jalan untuk pemasangan pipa PDAM
3. Izin Pemakaian Tanah Jalan untuk penanaman kabel
4. Izin Pemakaian Tanah Jalan untuk pemasangan pipa Pertamina
5. Izin Pemakaian tanah jalan untuk JPO DESK
Diubah
6. Izin Pemakaian tanah jalan untuk konstruksi reklame yang melekat / berada di JPO
DESK
Izin Baru
7. Izin pemakaian tanah jalan untuk bercocok tanam
8. Izin pemakaian tanah jalan untuk pemasangan peralatan atau barang
9. Izin Pemakaian tanah jalan untuk usaha atau industri kecil dan halamannya
10. Izin Pemakaian tanah jalan untuk penjemuran
atau penimbunan
11. Izin Pemakaian tanah jalan untuk keperluan
lainnya
12. Izin Pemakaian tanah jalan untuk videotron
13. Izin Pemakaian tanah jalan untukpemasangan
peralatan pada saluran
7. Sektor Pekerjaan Umum Sumber
Daya Air dan Penataan Ruang
1. Izin Pengambilan dan pemanfaatan airpermukaan DESK
2. Izin pelaksanaan konstruksi
3. Izin Pemakaian Tanah dan / atau Bangunan
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
8. Sektor Kelautan & Perikanan 1. Izin peredaran obat ikanuntuk distributor obat ikan
DESK
2. Izin Pendirian PelabuhanUmum, Khusus dan Perikanan
3. Izin Pemasangan pipadan kabel bawah laut
4. Izin budidaya laut
5. Izin bangunan laut
9. 0 Sektor Kesehatan
1. Izin Operasional Balkesmas (BalaiKesehatan Masyarakat) BKPM (Balai Kesehatan Paru
Masyarakat) & BKIM (Balai Kesehatan Indera Masyarakat) Provinsi Jawa Tengah
DESK
10. Sektor Perdagangan
1. Rekomendasi Penerbitan SIUP-MB bagi Distributor dan atau Sub Distributor.
DESK
2. Rekomendasi Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya bagi Importir
Terdaftar Bahan Berbahaya dan atau Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya (Rekom SIUP B2 IT-B2 dan atau DT-B2).
3. Penetapan Importir Terdaftar Bahan Berbahaya
(IT-B2) dan atau Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya (DT-B2) sebagai Kantor Cabang di Daerah
Permendag 44 Tahun 2009
Perubahan Permendag 23 Tahun 2011
11.
Sektor Pendidikan dan Kebudayaan 1. Pendirian Satuan PendidikanMenengah – SMA dan SMK Negeri.
DESK
2. Pendirian Satuan Pendidikan Khusus – SLB Negeri.
3. Perubahan Satuan Pendidikan Menengah – SMA dan SMK Negeri.
4. Perubahan Satuan Pendidikan Khusus – SLB
Negeri.
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
5. Penutupan Satuan Pendidikan Menengah – SMA
dan SMK Negeri
6. Penutupan Satuan Pendidikan Menengah – SMA
dan SMK yang diselenggarakan oleh masyarakat.
7. Penutupan Satuan PendidikanKhusus – SLB
Negeri.
8. Penutupan Satuan Pendidikan Khusus – SLB yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
12. Sektor Peternakan dan Kesehatan
Hewan
1. Izin Usaha Distributor Obat Hewan DESK
2. Izin Pemasukan Ternak Antar Provinsi
3. Izin Pengeluaran Ternak Antar Provinsi
4. Rekomendasi Pengeluaran Ternak
5. Izin Pemasukan Produk Hewan Antar Provinsi
6. Izin Pengeluaran Produk Hewan Antar Provinsi
7. Rekomendasi Pemasukan Pakan Ternak dan Pakan Hewan Kesayangan
8. Rekomendasi Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan
9. Rekomendasi Pemasukan ProdukHewan
10. Rekomendasi Pemasukan Ternak
11. Rekomendasi Pengeluaran Produk Hewan
12. Rekomendasi Pemasukan Hewan Kesayangan
13. Rekomendasi Pengeluaran Hewan Kesayangan
14. Rekomendasi Pendaftaran Pakan Ternak
15. Rekomendasi Produsen Obat Hewan
16. Rekomendasi Eksportir Obat Hewan
17. Rekomendasi Importir Obat Hewan
13. Sektor Kesatuan Bangsa, Politik dan 1. Rekomendasi melaksanakan Survey DESK
No. Sektor Perizinan Jenis Perizinan
Keterangan
Perlindungan Masyarakat 2. Rekomendasi melaksanakan Riset
3. Rekomendasi melaksanakan KKN
4. Rekomendasi melaksanakan PKL
5. Rekomendasi melaksanakanPenelitian
14. Sektor Sosial 1. Izin pengumpulan uang atau barang DESK
GUBERNUR JAWATENGAH,
GANJAR PRANOWO