GTL BAB II

49
BAB II ISI 2.1. Geologi Regional Van bemmelen (1949) secara mum membagi fisiografi pulau jawa dan Madura menjadi empat bagian, yaitu : Jawa barat bagian tengah ( antara jakarta sampai barat Cirebon) Jawa tengah (antara Cirebon sampai semarang) Jawa timur (antara semarang sampai Surabaya) Serta bagian timur pulau jawa dengan selat dan pulau Madura Untuk daerah jawa barat sendiri van bemmelen membagi lagi menjadi enam bagian, seperti pada gambar berikut :

Transcript of GTL BAB II

Page 1: GTL BAB II

BAB II

ISI

2.1. Geologi Regional

Van bemmelen (1949) secara mum membagi fisiografi pulau jawa dan Madura

menjadi empat bagian, yaitu :

Jawa barat bagian tengah ( antara jakarta sampai barat Cirebon)

Jawa tengah (antara Cirebon sampai semarang)

Jawa timur (antara semarang sampai Surabaya)

Serta bagian timur pulau jawa dengan selat dan pulau Madura

Untuk daerah jawa barat sendiri van bemmelen membagi lagi menjadi enam bagian, seperti pada

gambar berikut :

Page 2: GTL BAB II

Pantai utara jakarta

Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang barat-

timur mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon. Darah ini

bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri atas aluvium sungai/pantai dan

endapan gunungapi muda.

Zona bogor

Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai dari

Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor

umumnya bermorfologi  perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar

maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan

batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh

batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan Sanggabuana,

Purwakarta.  Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi perbukitannya sebagai

antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

Zona Bandung

Letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40

km,  membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung

hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang

dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan

lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh

tektonik (intermontane depression).  Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas

batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik

berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut  membentuk struktur lipatan

Page 3: GTL BAB II

besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin

Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van Bemmelen,

1949).

Pegunungan selatan

Terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan bahwa

batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri,

Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari

Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau) Zona Pegunungan

Selatan. Morfologi dataran tinggi atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan

sebagai Plateau Jampang.

Zona gunung api kuarter

memisahkan antara zona bogor dan zona bandung serta memisahkan zona bandung

dengan pegunungan selatan

Kubah dan pegunungan pada zona depresi tengah

Daerah ini menempati zona depresi tengah

Page 4: GTL BAB II

2.2. Geologi Daerah Cianjur dan Sekitarnya

Secara geografis Cianjur terletak pada titik koordinat 106o42’-107o25’ Bujur Timur dan

6o21’-7o32’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 km2 dengan jumlah

penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.138.465 jiwa. Secara administratif Pemerintah kabupaten

Cianjur terbagi dalam 32 Kecamatan, dengan batas-batas administratif :

1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.

2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

Page 5: GTL BAB II

Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni

wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.

1. Wilayah Utara

Meliputi 16 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,Gekbrong, Cibeber,

Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang ,

Sukaresmi, Cipanas, Pacet dan Haurwangi.

2. Wilayah Tengah

Meliputi 9 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung,

Pagelaran, Leles, Cijati dan Kadupandak.

3. Wilayah Selatan

Meliputi 7 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun , Naringgul,

Cikadu dan Pasirkuda.

Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan

berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura,

peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi

masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Cianjur

adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia.

Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034

Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah

Page 6: GTL BAB II

pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735

Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan /

pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman

/ pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.

Sebaran batuan dasar berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Jakarta skala 1:100.000.

Batuan dasar yang tertua berupa batuan terobosan yaitu berupa batuan andesite hornblende dan

porfiri diorite hornblende (ha), andesite biotite (ba), shoshonit (sh), vitrofir, porfir basalt dan

dolerit (vi), mangerit (ma), eseksit dan gabbro eseksit (es), andesite (a) dan andesit basalt (ab)

yang kemudian di atasnya diendapkan lapisan secara selaras yang berupa batuan batu lempung,

napal, batu pasir kuarsa dari formasi rajamandala (omc) yang menjemari dengan batu gamping

(oml) dari formasi rajamandala. Selanjutnya diendapkan lapisan-lapisan tipis batu pasir tipis

dengan batu lempung (md) yang termasuk dalam formasi jampang. Selanjutnya di atas formasi

jampang di endapkan secara selaras formasi citarum dengan batuan penyusun berupa anggota

batu pasir dan lanau (Mts).

Diendapkan secara selaras di atas formasi citarum terdapat formasi jatiluhur yang terdiri

dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan, anggota napal (Mdm) dimana

napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih lempungan dengan sisipan

batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan yang menjemari dengan batu gamping koral

bersisipan batu gamping pasiran dan napal (Formasi Klapanunggal). Diatas formasi

klapanunggal di endapkan secara selaras Formasi cantayan yang terdiri dari batu gamping koral

di selatan waduk jatiluhur, batu lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan

konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran,

lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.

Page 7: GTL BAB II

Diendapkan secara selaras di atas formasi cantayan berupa anngota formasi subang yang

terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, yang diendapkan selaras dengan

anggota formasi nyalindung yang terdiri dari batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung

berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Kemudian di atas formasi nyalindung

terendapkan secara tidak selaras formasi cilanang yang terdiri dari napal tufaan berseling dengan

batupasir tufaan dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit

bersifat gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keping

di sisi selatan lembar peta.

Dan di atas formasi cilanang diendapkan secara tidak selaras batuan-batuan yang

berumur quarter seperti (pb) breksi tufaan, lava, batu pasir, conglomerate, (qoa) alluvium tua

seperti konglomerat dan batum pasir sungai , (qoh) tuff hornblende, (qot) hasil gunung api tertua,

(qos) batu pasir tufaan dan conglomerate, (qol) endapan danau seperti lempuung, konglomerat,

(qob) hasil gunug api tua, breksi, lahar, lava, (qyk) breksi dan lava di daerah gn limo, (qyb)

aliran basal dari gn. Geger bentang, (qyc) bukit0bukit kecil terutama bongkahan basalt, (qyt) tuff

dari gn tangkuban perahu, (qyd) tuff dari gn danu dan Gn tangkuban perahu, (qyl) lava dari Gn

gede, (qyg) breksi dan lahar dari Gn gede, (ql) endapan-endapan danau bersifaat tufaan, (qa)

alluvium berupa lempung, lanau, pasir.

Struktur Geologi daerah Cianjur dan Sekitarnya

Di daerah timur laut dari daerah penelitian terdapat sesar naik dan sesar mendatar dimana

arah straight dan dipnya berkisar antara 30-49 kemudian pada daerah timur dari daerah penelitian

hanya terdapat sedikit struktur.disekitar pr panyaweuyan terdapat sesar naik dan antiklin di

Page 8: GTL BAB II

sekitar wilayah tersebut juga di temukan adanya fosil koraminifera.wilayah yang paling banyak

terdapat struktur berada di arah tenggara hingga selatan dari daerah penelitian,pada daerah

itubanyak mengalami sesar naik antiklin maupun sesar-sesar lainnya dimana besar straihgt

berkisar antara 10-29.

Banyaknya struktur di daerah ini disebabkan oleh karna litologi penyusun dari daerah ini

adalah batuan sedimen oleh karna itu di daerah ini banyak mengalami gangguan struktur.di

sebelah barat dari lokasi penelitian tidak ditemukan indikasi adanya struktur hal ini disebabkan

karna litologi batuan penyusun dari daerah ini adalah batuan beku,oleh karna itu daerah ini

jarang ada struktur jika dilihat dari sifat materil batuan bekuyang kompak dan padat.di bagian

barat laut hingga utara struktur banyak ditemukan seperti adanya antiklin,sesar,serta lokasi

ditemukannya fosil koraminifera halini disebabkan oleh karna litologi batuan penyusun dari

daerah ini merupakan batuan sedimen yang mudah mengalami gangguan struktur.

Stratigrafi daerah Cianjur dan Sekitarnya

Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari

beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi  daerah penelitian dan diuraikan dari

satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.

Formasi cilanang

Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan napal tufaan berseling dengan batupasir tufaan

dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit bersifat

gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keeping di sisi

Page 9: GTL BAB II

selatan lembar peta. Fosil melimpah dengan moluska sebanyak 189 species, 33% diantaranya

masih hidup.

Formasi Nyalindung

Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung

berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Mengandung foraminifera kecil, koral dan

moluska. 18% di antaranya masih hidup. Tersingkap di sisi barat daya lembar peta.

Formasi Subang

Formasi subang ini terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, dimana

umumnya batu lempung mengandung lapisan-lapisan dan nodula batu gamping keras, napal dan

lapisan-lapisan batu gamping abu-abu setebal 2-3m, kadang-kadang mengandung batu pasir

glaukonit hijau. Formasi ini berumur Miosen Atas.

Formasi Cantayan

Formasi cantayan ini terdiri dari batu gamping koral di selatan waduk jatiluhur, batu lempung,

serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu

gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran, lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.

Breksi polemic mengandung komponen bersifat basalt, andesite, dan batu gamping koral,

bersisipan batupasir andesite pada bagian atas. Dibeberapa tempat mengandung juga batuan-

bautan bersifat intrusive.

Page 10: GTL BAB II

Formasi Klapanunggal

Batugamping Formasi Klapanunggal (Tmk), terdiri dari batugamping koral, napal dan batupasir

kuarsa, pada umumnya melapuk menengah dan berlapis. Batugamping tersusun oleh cangkang

moluska dan koral, berwarna putih kecoklatan, sebagian klastik kasar, padu, agak keras, hasil uji

kuat tekan di lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara

100-250 kg/cm2 . Napal berwarna kelabu, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan di lapangan

memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-150 kg/cm2.

Batupasir kuarsa berwarna kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, pasir berbutir halus

sampai sedang, membundar tanggung sampai bundar, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan

dilapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 150-275

kg/cm2. Tanah pelapukan umumnya berupa lempung lanauan, mengandung pecahan cangkang

moluska dan koral,berwarna coklat kehitaman, lunak, plastisitas tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, di

beberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 0,50-2,50 kg/cm2

Formasi Jatiluhur

Formasi jatiluhur ini terdiri dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan,

anggota napal (Mdm) dimana napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih

lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan. Batu pasir

kuarsa (Mdq) merupakan lapisan-lapisan tipis sampai tebal, jalur-jalur tipis batubara dan lembar-

lembar kecil muskovit dengan lensa-lensa batu gamping, pada beberapa tempat juga terdapat

lapisan-lapisna quarzit yg berwarna abu-abu. Batulempung Formasi Jatiluhur (Tmj), terdiri dari

Page 11: GTL BAB II

batulempung dengan sisipan batupasir gampingan, berlapis baik dan pada umumnya melapuk

menengah. Batulempung berwarna abuabu kebiruan, agak padu dan agak keras, setempat

menyerpih dan mudah hancur, tebal lapisan antara 0,50-2,00 m, hasil uji kuat tekan di lapangan

memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-250 kg/cm2.

Batupasir gampingan, berwarna kelabu muda, pasir berbutir halus-kasar, membundar tanggung,

agak padu, agak keras, tebal lapisan antara 0,20-0,50 m. Tanah pelapukan umumnya berupa

lanau lempungan, abu-abu kecoklatan, mengandung pecahan batulempung, lunak, plastisitas

tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, dibeberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 1,00-2,25

kg/cm2. Formasi Jatiluhur ini mencirikan lingkungan laut dangkal.

Formasi Citarum

Formasi ini umumnya terdiri dari greywacke yang berselang-seling dengan batulanau atau

batulempung tufaan serta konglomerat dan breksi volkanik pada bagian bawahnya. Fragmen

batugamping dan batulempung dapat dijumpai dalam lapisan breksi, konglomerat, dan

graywacke. Lapisan-lapisan greywacke berwarna hijau kelabu, pada bagian dasarnya terdapat

sedikit fragmen batugamping dengan fosil foraminifera besar dan fragmen batulempung

berdiameter sekitar 25 cm. Lapisan-lapisan batupasir ini kaya campuran tufa dan fragmen

batulempung. Ketebalan lapisan-lapisan greywacke dapat mencapai 25 meter. Tebal singkapan

formasi di daerah ini sekitar 850 meter. Formasi ini tertutupi secara tidak selaras oleh Formasi

Saguling

Page 12: GTL BAB II

Di daerah ini, Formasi Citarum bersentuhan secara struktur dengan Formasi Rajamandala yang

berumur lebih tua. Singkapan persentuhan sesar dapat diamati pada perbukitan Rajamandala

sejajar jalan raya (Lokasi tipe singkapan di Citatah). Batas selaras formasi ini di atas Formasi

Rajamandala kemungkinan dapat dijumpai ke arah barat daerah ini.

Lokasi tipenya di Lembah S.Citarum, pada S.Cinongnang. Formasi terdiri dari graywacke. Tebal

formasi mencapai 1,372 meter. Nama lainnya dalam literatur adalah: Tjitarum Beds (van

Bemmelen, 1949, pp. 639); Tjitarum Sandstein (Martin; 1887; pp. 369-370). Fosil diagnostik

yang dijumpai adalah Miogypsina thecidaeformis RUTTEN; Lepidocyclina cf. angulosa

PROVALE; Eulepidina sp.; Cycloclypeus sp.; Lepidocyclina epipioides.

Formasi Jampang

Formasi Jampang terdiri dari breksi vulkanik, batupasir tufaan dengan sisipan batulanau dan

batufempung, breksi dan tufa, tebal 1000 m, umur Miosen Awal. Nama Andesit Tua sering

diberikan untuk satuan ini. Di daerah utaranya seumur dengan Formasi Jampang adalah Formasi

Citarum, terdiri dari tufa dan greywacke tebal 1250 m. Kedua satuan ini merupakan satu sistem

kipas laut dalam, dimana Formasi Jampang adalah bagian dalam dan Formasi Citarum

merupakan bagian kipas luar. Ciri-ciri batuannya merupakan endapan aliran gravitasi seperti lava

dan kadang-kadang memperlihatkan struktur bantal.

 Formasi jampang ini terdiri dari lapisan-lapisan tipis batu pasir tufaan dan batu lempung yang

umumnya berwarna hijau karena klorit. Breksi tufaan bersifat gampingan bersusun andesit dan

Page 13: GTL BAB II

dasit. Batupasir gampingan, napal, serpih dan tuf pasiran berwarna putih. Formasi ini tersingkap

di daerah barat daya lembar peta.

Formasi Rajamandala

Formasi ini terdiri dari batugamping dan napal pasiran (marl). Batugamping tersebut berwarna

putih kecoklatan berupa batugamping koral (coralline limestones), masif membentuk perbukitan.

Tebal lapisan batugamping ini sekitar 9 meter. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0-200

meter. Fauna dalam batugamping berumur Aquitanian. Pada bagian bawah formasi ini terdapat

napal pasiran yang banyak mengandung konkresi lempung. Lapisan ini selaras berada di atas

batulempung napalan dan batupasir kuarsa yang mengandung fosil Camerina fichteli-intermedia

(umurnya Oligosen).

Lokasi tipe formasi ini di Gunung Masigit, dekat Rajamandala, Jawa Barat serta penyebarannya

terbatas dekat lokasi tipenya. Nama lainnya dalam literatur adalah: Masigit Limestone (van

Bemmelen, 1949, pp. 109, 639); Tagogapu Beds; Tagogapoe Lagen atau Tagogapu Limestone

(Leupold dan van der Klerk, 1931, pp. 639). Di daerah ini, Formasi Rajamandala tersingkap di

atas Formasi Citarum yang berumur lebih muda (persentuhan sesar). Singkapan di daerah ini

dapat diamati pada perbukitan Rajamandala sejajar jalan raya.

Batas formasi ini selaras dan berangsur kearah bawah menjadi batupasir kuarsa bersemen

karbonat dan batulempung tergerus kuat yang merupakan satuan Formasi Batuasih. Lapisan

batulempung napalan dan batupasir kuarsa bersemen karbonat selaras di atas napal (marls) yang

mengandung fosil Globigerina, dan graywacke dengan perselingan batuan sedimen laut.

Page 14: GTL BAB II

Singkapan batas formasi yang selaras dan berangsur menjadi batupasir kuarsa dan batulempung

Formasi Batuasih dapat diamati pada lokasi singkapan di Cipanas (lihat Lokasi singkapan di

Cipanas). Formasi ini hanya berkembang di cekungan Bogor (lihat Stratigrafi Cekungan Bogor).

Batugamping Formasi Rajamandala yang tersingkap di daerah Padalarang terbentuk sebagai

barrier reef pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Terdapat 5 fasies karbonat pembentuk

satuan ini (1) Planktonic Packstone - Wackestone, (2) Fasies Lepidocyclina Packstone (3) Fasies

Rudstone, (4) Fasies Boundstone dan (5) Fasies Milliolid Packstone. Rekontruksi hubungan

sebaran fasies menunjukkan lereng depan terumbu berada di bagian Utara sedang bagian

belakang terumbu terdapat di Selatan. Diagenesa yang teramati pada Batugamping Formasi

Rajamandala adalah sementasi, mikritisasi, pelarutan, dan kompaksi. Diagenesa terjadi mulai

dari lingkungan marine sampai burial.

Fosil yang ditemukan dalam formasi ini adalah: Globigerina; Camerina fichteli-intermedia.

Umur Formasi Rajamandala adalah Oligo-Miosen (N5). Lingkungan pengendapan laut dangkal

(Epi-Neritik, kedalaman 100-200 meter), dan merupakan terumbu karang.

Page 15: GTL BAB II

2.3. Bahasan Evaluasi Satuan Kemampuan

2.3.1. satuan kemampuan lahan Bentang Alam

2.3.2. satuan kemampuan lahan Tata Air

SKL Tata air merupakan salah satu peta SKL pokok yang paling penting dalam

pembuatan peta SKLK ( Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ) permukiman dan pariwisata

daerah Cianjur dan sekitarnya. Di dalam peta SKLK permukiman dan pariwisata pemanfaatan

sumber air permukaan, air tanah maupun sumber mata air panas sangatlah penting untuk

ketersediaan sumber air bersi untuk penunjang permukiman dan sebagai sumber air bersih

pengembangan sarana dan prasarana serta objek pariwisata.

Hal-hal yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan tata air

adalah litologi batuan, kondisis fisik secara umum, keterdapatan sumber air permukaan maupun

air tanah ( air bawah permukaan ) yang kemudian di dapatkan potensi dan kendalanya. Peta SKL

tata air dibuat dengan menggunakan peta dasar berupa peta Geologi dan peta Hidrogeologi.

Tata air daerah Cianjur Jawa Barat,termasuk kedalam potensi tata air yang baik, karena

daerah ini memiliki sumber mata air permukaan dan air tanah yang relative banyak dan didukung

pula dengan litologi yang amat mendukung dan topografi yang beragam. Terdapat kawasan

sumber mata air panas yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dengan adanya

Page 16: GTL BAB II

objek wisata tersebut dan pemanfaatan mata air panas sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan

pemanfaatan Geothermal maka akan dapat menambah pendapatan ( income ) daerah.

Klasifikasi potensi tata air di daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa Barat berdasarkan

litologi [endukung, topografi, serta kondisi fisik daerah tersebut, maka satuan ikesesuaian lahan

tata air dibagi menjadi unit :

A. Air Tanah

1. Sangat Baik

Merupakan daerah Gunungapi Muda dengan litologi berupa produk vulkanik,

yaitu lava dan lahar (Qyg, Qyb, Qyl, Qyk, Pb, dan Pl ), breksi dan batuan piroklastika tuff

( Qyd, Qyt, Qoh ). Daerah ini berumur kuater dan hampir tidak terdapat stuktur geologi.

Kemiringan topografi sedang hingga curam. Merupakan resapan yang baik untuk air

tanah dan Daerah ini sangat memungkinkan terjadinya aktivitas volkanisme karena

daerah ini terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Gunung Gegerbenteng, dan Gunung

Limo. Topografi terjal dengan ketinggian berkisar antara 100-2000 m. terletak di bagian

barat di sekitar kaki gunung Gede Pangrango.

2. Baik

Merupakan daerah endapan Alluvium ( Qa dan Qoa ), dengan endapan-endapan

batuan sedimen di sepanjang alur sungai dengan kemiringan topografi yang sangat landai

dengan ketinggian topografi 20-50 m. Daerah ini merupakan wilayah pengendapan

( depositional ) dengan resapan air yang baik.

Page 17: GTL BAB II

Dari peta hidrogeologi diketahui bahwa di daerah ini memiliki banyak sumber

mata air untuk ketersediaan air bersih. Tetapi dapat terjadi pencampuran dengan air

waduk, dan merupakan daerah dataran banjir.

3. Sedang

Tata air sedang ini tersebar di bagian selatan dan utara dengan Litologi berupa

batuan sedimen dan batuan gunung api tua. Dengan litologi batuan sedimen berupa napal,

batu pasir, batu lempung serta breksi ( Pt, Mn, Mtjs, Msb, Mss, Msc, Mttc, Mtts, Mttb,

Mdm, Qmc, Md, Mts, Mtb, Mdb, dan Mdq) dan juga terdapat litologi batu gamping

terumbu ( Qml, Mtjl, Mttl, Mk dan Mdl ). Selain itu juga tata air sedang juga di dominasi

oleh batuan gunung api tua yaitu Qos, Qot, dan Qob.

Terdapat banyak struktur-struktur mayor yakni sesar-sesar naik ataupun

turun,kekar, perlipatan, dan lain-lain. Kemiringan topografi datar hingga sedang, dengan

sumber mata air yang relative sedikit, dilihat dari peta hidrogeologi.

Tata air relative sedang, terdapat begitu banyak struktur dengan litologi berupa

batuan sedimen dan batuan-batuan gunung api tua yang cukup mendukung sebagai zona

resapan dan aliran air , ketersediaan air bersih dalam jumlah sedang. Dan merupakan

zona gelinciran dan berpotensi cukup besar terjadinya bencana geologi di daerah ini.

4. Buruk

Tata air buruk tersebar di daerah utara ( daerah Gunung Sanggabuana ) yang

merupakan hampir keseluruhan berupa intrusi dengan Litologi berupa batuan batuan beku

andesit dan lava ( Ha, Ba, Sh, V, Ma, Es, a dan b ) dengan tekstur kristalin yang kompak

dengan kemiringan topografi yang terjal, dan jarang terdapat struktur membuat tata

airnya relatif buruk dengan sangat sedikit sekali sumber mata air ( dilihat dari peta

Page 18: GTL BAB II

hidrogeologi ) dan resapan air yang sedikit pula, sehingga ketersediaan air bersih sangat

kurang sekali. Terdapat banyak zona longsoran.

B. Air Permukaan

1. Sangat Baik

Merupakan wilayah danau Saguling yang terletak di sebelah tenggara dari daerah

Cianjur, dengan litologi berupa endapan danau ( Qol ) yaitu berupa endapan epiklastik

dan endapan-endapan danau yang bersifat tufaan. Tekstur batuannya sangat baik untuk

penyimpanan air, oleh karena itu tata air sangat baik untuk ketersediaan air bersih.

Dapat dikembangkan menjadi bendungan dan wilayah asset wisata, tetapi daerah

ini merupakan daerah rawan banjir.

2. Baik

Wilayah danau Jatiluhur dan Cirata dengan litologi pendukung batuan sedimen

dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga dapat menjadi system tata air

yang baik untuk ketersediaan air bersih. Dapat dikembangkan untuk bendungan dan

merupakan wilayah aset wisata utama . kemiringan topografi sedang-curam, merupakan

daerah banjir.

C. Mata Air Panas

1. Sangat Baik

Kawasan volklanik yaitu kaki Gunung Tangkuban Perahu, amat sangat dekat

dengan kawasan waduk cirata dengan kemiringan landai-sedang. Litologi berupa aliran

Page 19: GTL BAB II

lava dan lahar dari Gunung Tangkuban Perahu( Qob dan Qos ). Merupakan daerah

wisata sumber mata air panas, dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap

( PLTU ) dan sebagai energy Geothermal. Tetapi Kuantitas dan Kualitasnya belum

diketahui dengan pasti.

2.3.3. Satuan Kemampuan Lahan Daya Dukung

Dalam menyusun peta SKLK (Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan) di perlukan data yaitu

berupa peta daya dukung tanah untuk pemanfaatan sebagai pemukiman dan pariwisata. Hal-hal

yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan daya dukung tanah

adalah litologi batuan, topografi, elevasi dan kelerengan yang kemudian didapatkan potensi dan

kendalanya.

Klasifikasi potensi daya dukung tanah daerah Cianjur, Jawa Barat berdasarkan litologi,

jenis topografi serta kelerengan dan elevasi yang mendominasi daerah tersebut, maka satuan

kesesuaian lahannya di bagi menjadi unit :

1. Sangat Tinggi

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal dan endapan

alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan andesit. Tergolong daerah

pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan

gunung api dan gerakan tanah

2. Tinggi

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping, breksi,napal

dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000

Page 20: GTL BAB II

m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser

dan sesar naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini

3. Sedang

Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping, breksi, pasir,

lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat batuan beku seperti andeit, vitrovir,

shoshonit, tuff. Tergolong daerah perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan

kelerengan < 30 %, daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar

geser dan sesar naik.

4. Rendah

Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung, breksi, gamping

dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku seperti andesit dan tuff. Tergolong

daerah dataran dengan elevasi < 200 m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di

pengaruhi oleh struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.

5. Sangat Rendah

Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen seperti napal, breksi

endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan andesit. Karena daerah ini berupa air

maka daya dukungnya sangat rendah untuk di dirikan bangunan

Page 21: GTL BAB II

KRITERIA PENILAIAN SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR,

JAWA BARAT

UNIT URAIAN

Sangat Tinggi

5

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal

dan endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan

andesit. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m

dengan lereng >30 % . Rawan terhadap letusan gunung api dan

gerakan tanah

Tinggi

4

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung,

gamping, breksi,napal dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong

daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %.

Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser dan sesar

naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini

Sedang

3

Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping,

breksi, pasir, lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat

batuan beku seperti andeit, vitrovir, shoshonit, tuff. Tergolong daerah

perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan kelerengan < 30 %,

daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar geser

dan sesar naik.

Rendah

2

Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung,

breksi, gamping dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku

seperti andesit dan tuff. Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200

m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di pengaruhi oleh

struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.

Sangat Rendah Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen

Page 22: GTL BAB II

1 seperti napal, breksi endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan

andesit. Karena daerah ini berupa air maka daya dukungnya sangat

rendah untuk di dirikan bangunan

POTENSI DAN KENDALAPETA SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR,

JAWA BARAT

NO UNIT SKL DAYA

DUKUNG TANAH

PEMERIAN PENILAIAN

POTENSI KENDALA N B N x B

1

Sangat Tinggi

Litologi penyusun

berupa batuan

sedimen seperti

breksi, pasir, napal

dan endapan

alluvium,dan batuan

beku seperti lava

basalt, vitovir dan

andesit. Sehingga

memiliki kekompakan

batuan yang baik

untuk didirikan

bangunan

Tergolong daerah

pegunungan dengan

elevasi > 1000 m

dengan lereng >30 %.

Sehingga sulit untuk

didirikan bagunan pada

lereng yan cukup besar

ini.Rawan terhadap

letusan gunung api dan

gerakan tanah

5 3 15

2

Tinggi

Litologi penyusun

berupa batuan

sedimen seperti pasir,

lempung, gamping,

Tergolong daerah

pegunungan dengan

elevasi > 1000 m

dengan lereng >30 %.

4 3 12

Page 23: GTL BAB II

breksi,napal dan juga

batuan beku seperti

tuff

Rawan terhadap letusan

gunung api, terdapat

juga sesar geser dan

sesar naik sehingga

mempengaruhi gerakan

tanah pada daerah ini

sehingga beresiko

untuk di dirikan

pemukiman

3

Sedang

Litologi penyusun

daerah ini berupa

batuan sedimen

seperti gamping,

breksi, pasir, lempung,

napal dan endapan

alluvium, juga

terdapat batuan beku

seperti andeit, vitrovir,

shoshonit, tuff. Baik

untuk didirikan

bagunan karena

daerahnya yang cukup

datar.

Tergolong daerah

perbukitan dengan

elevasi 200-1000 m

dengan kelerengan <

30 %, daerah ini

mempunyai bayak

sungai dan di pengaruhi

oleh sesar geser dan

sesar naik sehingga

mempengaruhi

bangunan pada daerah

ini.

3 3 9

4

Rendah

Litologi daerah ini

didominasi oleh

batuan beku seperti

pasir, lempung, breksi,

gamping dan endapan

alluvium, terdapat

juga batuan beku

seperti andesit dan

Tergolong daerah

dataran dengan elevasi

< 200 m denga

kelerengan < 30 %,

daerah ini sangat di

pengaruhi oleh struktur

terutama sesar naik

sehingga gerakan

2 3 6

Page 24: GTL BAB II

tuff. Baik untuk

didirikan bangunan

karena daerahnya

yang cukup datar

tanahnya cukup besar

dan mempengaruhi

kekuatan bangunan

pada daerah ini.

5

Sangat Rendah

Daerah ini berupa air

sehinggdapat

dimanfaatkan untuk

pembuatan waduk

Karena daerah ini

berupa air maka daya

dukungnya sangat

rendah untuk di dirikan

bangunan

1 3 3

2.3.4. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Pengerjaan

3. Kemudahan pengerjaan adalah skala yang menunjukan tinggi rendahnya kemudahan

suatu litologi atau lapisan batuan untuk dilakukan penerjaan atau penggalian, karena

didalam suatu daerah tidak hanya terdapat satu litologi saja. Pada daerah Cianjur yang

terletak di propinsi jawa barat, kemudahan pengerjaan dilakukan sebagai data untuk

mengetahui apakah daerah tersebut mudah untuk dikerjakan, untuk pembangunan sarana

fisik dalam bidang permukiman dan pariwisata.

Kemudahan pengerjaan dibagi menjadi 5 unit satuan kemampuan lahan, yaitu :

Sanggat tinggi

Litologinya yang sangat mudah dikerjakan. Kemungkinan daerah endapat danau

memiliki unsur butiran yang mudah lepas.

Tinggi

Page 25: GTL BAB II

Litologinya termasuk batuan sedimen yang terdapat banyak struktur oleh karena itu

daerah ini mudah untuk di kerjakan tetapi daerah ini memiliki banyak struktur (sesar)

sehingga banyak gerakan tanah

Sedang

Litologi daerah ini berupa batu sedimen dengan jumlah struktur sedikit dimana

topografi daerah ini sangat tinggi oleh karena itu daerah ini rawan longsor.

Rendah

Litologi daerah ini berupa batuan beku hasil dari gunung api tua dimana batuannya

telah terkompaksikan dimana Pada daerah ini topografi cukup tinggi, oleh karna itu

daerah ini cukup sulit untuk di eksplorasi.

Sangat Rendah

Litologi penyusun daerah ini berupa batuan beku dan miskin struktur dan

topografinya yang tinggi.

Pada daerah cianjur, kemudahan pengerjaan diberi bobot 2. Keudahan pengerjaan

mempunyai potensi dan kendala dimana hal ini pertimbangan dalam pemberiaan

nilaiuntuk setiap unit satuan kemampuan lahan kemudahan pengerjaan. Potensi dalam

SKL (satuan Kemampuan Lahan) kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki

litologi yang kurang kompak/ kurang padat dan berumur muda. Kendala dalam SKL

kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki litologi yang keras, kompak, padat,

dan berumur tua serta dilihat dari letak geografisnya.

Page 26: GTL BAB II

KRITERIA PENILAIAN SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH CIANJUR,

JAWA BARAT

nilai URAIAN

5 Litologi merupakan batuan beku, dimana batuannya berupa Qyk, Qyb, Qyg, Qot, Qyc,

Qa dan Vi yang muncul secara setempat, dan Qob, dengan elevasi berkisar antara 100

– 2000m dengan kelerengan sebesar …. . Oleh karena itu jika dilihat dari material

penyusun daerah tersebut yang merupakan produk dari gunung api dan kehadiran

struktur yang tidak ditemukan pada lembar peta maka kemudahan pengerjaan sangat

Page 27: GTL BAB II

rendah dilakukan karena materal batuan beku sangat kompak dan tidak mudah hancur

4 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan beku hasil gunung api tua dimana

batuannya berupa Qob, Mttl, Mttc, Mdm, serta Qyd. Elevasi pada daerah ini berkisar

antara 0 – 2200m dengan kelerengan sebesar . Selain itu pada daerah ini juga di

temukan indikasi adanya struktur walaupun sangat sedikit sehingga daerah ini cukup

keras untuk dikerjakan oleh karna itu nilai dari kemudahan pengerjaannya rendah

3 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa

Omc, mk, Qos, Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (qa, ha

dan vi yang terdapat dalam jumlah sedikit dan berlokasi setempat). Pada daerah ini

terdapat struktur dalam jumlah kecil, dimana elevasi berkisar antara 0 – 2900m,

dimana kemudahan pengerjaan dari daerah ini cukup baik karena litologi rata-rata

berupa batuan sedimen dan terdapat struktur pada daerah tersebut

2 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa

Omc, Mk, Qos, Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (ha, vi

dan qa yang terdapat dalam jumlah sedikit dan setempat), daerah ini juga terdapat

banyak sekali struktur oleh karena itu kemudahan pengerjaannya mempunyai nilai

yang sangat baik, tetapi karena banyak struktur di daerah tersebut dan elevasi di daerah

ini yang rata-rata 0 – 1200m, banyak pula gerakan tanah/erosi pada daerah tersebut.

1 Litologi penyusun daerah ini merupakan endapan danau dimana batuannya berupa QI,

Qoa, dan Qyl, Elevasi di daerah ini rata-rata 0-125m serta kelerengan sebesar .

Seperti yang diketahui bahwa endapan danau memiliki kemudahan pengerjaan yang

sangat baik karena materialnya yang masih mudah lepas.

POTENSI DAN KENDALA PETA SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH

CIANJUR, JAWA BARAT

No Unit SKL Potensi Kendala N B N x B

1 Sangat Litologi daerah ini berupa Berupa endapan danau 5 2 0

Page 28: GTL BAB II

tinggi endapan danau sehingga

mudah di kerjakan

dan terdapat waduk

sehingga daya dukungnya

tidak baik,material mudah

lepas

2 tinggi Litologi daerah ini batuan

sedimen yang terdapat

banyak struktur oleh karena

itu daerah ini mudah untuk

di kerjakan

Terdapat banyak struktur

(sesar) sehingga banyak

gerakan tanah.

4 2 8

3 Sedang Litologi daerah ini berupa

batu sedimen dengan jumlah

struktur sedikit sehingga

kemudahan pengerjaannya

cukup baik

Pada daerah ini terdapat

beberapa sesar dimana

topografi daerah ini sangat

tinggi oleh karena itu

daerah ini rawan longsor

3 2 6

4 rendah Litologi daerah ini berupa

batuan beku hasil dari

gunung api tua dimana

batuannya telah

terkompaksikan sehingga

kemudahan pengerjaannya

rendah

Pada daerah ini topografi

cukup tinggi, oleh karna

itu daerah ini cukup sulit

untuk di eksplorasi

2 2 4

5 Sangat

rendah

Litologi penyusun daerah ini

berupa batuan beku dan

miskin struktur.

Pada daerah ini sulit untuk

dilakukan pengerjaan jika

dilihat dari litologi

penyusunnya berupa

batuan beku dan

topografinya yang tinggi

1 2 2

2.3.5. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Geologi

Page 29: GTL BAB II

2.4. Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan

Peta Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) adalah peta yang berisi unit-

unit kawasanyang mempunyai potensi, kendala, jumlah nilai, dan rekomendasi untuk

memaksimalkan potensi dan meminimalkan kendala yang ada.

Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) di daerah Cianjur dan sekitarnya,

Jawa Barat didapatkan dari penggabungan 5 buah peta Satuan Kemampuan Lahan yang

mendukung Permukiman dan daerah pariwisata. Peta SKLK didapatkan dari hasil overlay

Page 30: GTL BAB II

kelima buah peta SKL yang ada dan kemudian di plot menjadi satu dipeta SKLK semua

peta SKL yang ada dengan garis batas masing-masing peta SKL dengan jelas, kemudian

dilakukan penjumlahan ( BXN ) dari semua keseluruhan nilai peta SKL yang telah di

overlay. Setelah penjumlahan akhirnya didapatkan wilayah potensi permukiman dan

pariwisata daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa Barat. Hasilnya adalah sebagai berikut :

A. Zona Kawasan sangat Berpotensi

Total nilai untuk Zona Kawasan sangat Berpotensi adalah 51-62,

merupakan wilayah waduk saguling, dataran kaki Gunung Tangkuban Perahu dan dataran

kaki Gunung Gede Pangrango yang terletak di sebelah timur dan tengah dari peta,

memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang, terdapat

banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan

daya dukung tanah yang sangat baik, tetapi cukup sulit untuk dilakukan pembangunan,

perlu sedikit kerja keras.

Kendala dari daerah ini adalah adanya aktivitas volkanisme dari Gunung

Tangkuban Perahu dan Gunung Gede Pangrango. Dan juga Topografi dengan kemiringan

100-600 m dengan kelerengan ……..

B. Zona Kawasan Berpotensi

Total nilai untuk Zona Kawasan Berpotensi adalah 41-50, merupakan wilayah

waduk Jatiluhur dan waduk Cirata yang berda dibagian tengah dari peta dan daerah

daerah alluvium yang terletak di bagian utara peta. Pada zona kawasan berpotensi ini

memiliki bentang alam bergelombang hingga perbukitan, terdapat cukup sumber mata air

Page 31: GTL BAB II

dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan daya dukung tanah yang

baik, dan didukung pula dengan kemudahan pembangunan yang baik di daerah ini.

Selain kawasan ini berpotensi untuk permukiman, kawasan ini juga sangat

berpotensi menjadi kawasan pariwisata karena di kaki Gunung Tangkuban perahu

disekitar waduk Cirata terdapat sumber mata air panas yang sangat baik untuk dijadikan

objek wisata, contohnya dijadikan objek wisata pemandian air panas seperti yang ada di

daerah Cipanas.

Namun kendalanya adalah daerah ini memiliki topografi yang terjal dngan

kelerengan……. Dan elevasi 300-1000m, rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakan-

gerakan tanah.

C. Zona Kawasan tidak Berpotensi

Total nilai untuk Zona Kawasan tidak Berpotensi adalah 30-40, merupakan

kawasan yang terdapat di daerah selatan peta yang di dominasi oleh litologi batuan

sedimen yang memiliki begitu banyak struktur geologi baik itu patahan, lipatan dan

kekar-kekar dalam skala yang besar. Hal ini mengakibatkan banyaknya gerakan-gerakan

tanah yang aktif terjadi di daerah ini seperti gelinciran, dan juga di dukung dengan

sedikitnya mata air, daya dukung tanah yang rendah dan topografi yang sedang-terjal

sehingga kawasan ini tidah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk sebuah

permukiman. Oleh karena itu, daerah ini merupakan zona kawasan yang tidak berpotensi.

SATUAN KESESUAIAN LAHAN KAWASAN

DAERAH CIANJUR DAN SEKITARNYA

Page 32: GTL BAB II

JAWA BARAT

TOTAL

NXB

POTENSI KENDALA REKOMENDASI

51-62

Sangat Berpotensi

memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang.

Terdapat banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air.

Ketersediaan air bersih yang cukup banyak.

Daya dukung tanah yang sangat baik

cukup sulit untuk dilakukan pembangunan, perlu sedikit kerja keras.

Banyak terdapat aktivitas

volkanisme dari

Gunung Tangkuban

Perahu dan Gunung

Gede Pangrango.

Dan juga Topografi

dengan kemiringan

100-600 m dengan

kelerengan ……..

Peningkatan kewaspadaan

wilayah akan adanya

aktivitas gunung api .

Pembuatan konstruksi

bangunan yang tahan akan

gerakan tanah.

Page 33: GTL BAB II

41-50

Berpotensi

terdapat cukup

sumber mata air

dengan litologi

pendukung yang baik

untuk resapan air.

Daya dukung tanah

yang baik.

kemudahan

pembangunan yang

baik di daerah ini

topografi yang terjal dngan kelerengan……. Dan elevasi 300-1000m

Rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakan-gerakan tanah

Pembuatan konstruksi bangunan yang tahan akan gerakan tanah dan tahan akan amblesan.

Penanaman vegetasi untuk mencegah terjadinya banjir

30-40

Tidak Berpotensi

Litologi batuan beku dan sedimen yang memiliki banyak struktur

Gerakan-gerakan tanah yang aktif terjadi seperti gelinciran.

Sedikitnya mata air. daya dukung tanah

yang rendah Topografi yang

sedang hingga terjal

Tidak cocok untuk dijadikan kawasan permukiman ataupun kawasan Wisata

BAB III

KESIMPULAN