GTL -asih-

28
BAB I PENDAHULUAN Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu (artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan (removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics). Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah : a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis. b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous. Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus alveolarisnya akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan / atropi processus alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint. 1

Transcript of GTL -asih-

Page 1: GTL -asih-

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental

prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu

(artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan

lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan

sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan

(removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).

Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk

menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena

apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat

fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi

keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :

a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau

mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.

b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan

edentulous.

Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus

alveolarisnya akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.

Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai

berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan / atropi processus

alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang

disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya

oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan

rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan

menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif dan hal ini

menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.

1

Page 2: GTL -asih-

Indikasi pembuatan GTL antara lain:

a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan

gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

d. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.

Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan dukungan

jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal.

Hal ini mencakup :

a. Kondisi edentulous berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa

bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan

gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.

b. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

c. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

d. Penetapan / pengaturan gigi yang benar, meliputi :

• Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

• Posisi individual gigi

• Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi RA dan RB

e. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi

gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak

disebut mucobuccal fold dan fornik. Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk

mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat. Perawatan

pada pengguna GTL dapat dikatakan berhasil apabila enak dipakai, nyaman dan

menyenangkan, dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis,

serta dapat memelihara keadaan jaringan mulut.

2

Page 3: GTL -asih-

BAB II

ISI

Full denture (complete denture) atau gigi tiruan lengkap menurut Soelarko

dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada

lengkung rahang sehingga dikenal dengan istilah upper full denture yaitu gigi

tiruan penuh rahang atas serta lower full denture yaitu gigi tiruan penuh rahang

bawah. Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah :

a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kesehatan

atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat.

e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.

Pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan

mandibula secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang atas.

Hal ini dikarenakan adanya perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak

adanya sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka

dimensi vertikal dan physiological rest position akan kembali seperti pada saat

gigi asli ada.

Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi

tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam.

Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam

mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap bidang

oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigi

tiruan mempunyai retensi yang cukup. Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan

retensi GTL adalah :

1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta

mukosa.

2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-gaya

3

Page 4: GTL -asih-

kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi retensi

gigi tiruan dan berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis terhadap

jaringan

3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan

melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.

Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan

terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3

permukaan gigi tiruan antara lain:

a. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang

berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi

tiruan lawan atau gigi asli.

b. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang

terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan

palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk

permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan

bibir, pipi, dan lidah.

c. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang

konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang

terbentang ke permukaan poles.

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot

dan tekanan fisik.

Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam

keberhasilan GTL. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL, terutama GTL

rahang atas:

1. Faktor fisis:

a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek

retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah

disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas,

pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah.

b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle

4

Page 5: GTL -asih-

dekat fovea palatine.

2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak

antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-

gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi

selektif.

3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).

Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh

basis gigi tiruan.

4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai

pegangan terutama pada rahang atas.

5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk

menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.

Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan dari

suatu gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi

(adanya tekanan fungsional).

Tercapainya suatu hasil yang diinginkan, maka diperlukan suatu alat yang

disebut artikulator yang dapat mewakili rahang pasien. Adapun jenis artikulator

yang digunakan disini adalah artikulator jenis simple anatomical type, yang

disebut Free Plane Articulator yang terdiri dari bagian upper member, lower

member, incisal guide pin dan mounting tabel.

Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan tahap

laboratoris.

Tahap Klinis

Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah

pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan

dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson, 1964).

Soelarko dan Herman (1980), membagi dua macam cetakan, yaitu:

1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan tidak

5

Page 6: GTL -asih-

menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan

sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang dipakai adalah compound, alginat.

2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini

memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan

tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang dibuat dari

bahan shellac atau self curing acrilic resin. Hasil cetakannya digunakan

sebagai model kerja.

Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat

mungkin, dikenal sebagai double impression.

Cara membuat sendok cetak individual menurut Itjiningsih (1993), yaitu

shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan sesuai

dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2

mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal jangan mudah

lepas dari rahang pasien. Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula

lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan

lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena bila

tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada jaringan

pendukungnya. Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM individual tray dibuat dari

shellac base material.

Tahap Laboratoris

Pembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan

jaringan disekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan

yang tidak bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh, dengan

membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut tidak bergerak

yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi hasil dan

suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap.

Selain itu pembuatan GTL perlu memperhatikan pendukung utama, yaitu

residual ridge karena tidak adanya gigi asli yang dapat digunakan sebagai

pegangan. Agar tercapai hasil yang baik juga diperlukan artikulator sebagai alat

6

Page 7: GTL -asih-

yang berguna untuk mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan

gerakan rahang pada saat artikulasi.

Pembuatan base plate diklasifikasikan dalam 2 golongan (Jehl, 1959),

yaitu:

1. Temporer base, bila digunakan untuk perlekatan oklusal rim guna merestorasi

facial dari rahang atas dan rahang bawah.

2. Permanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan

menempatkan gigi-gigi.

Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan

dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi-

gigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base

plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan modeling wax (Swenson,

1964). Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim

atau tanggul gigitan. Kegunaan bite rim adalah:

1. Untuk melekatan gigi sebelum diganti dengan akrilik.

2. Untuk mencatat maxilo-mandibula relationship pada pasien

Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim harus kelihatan

kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti general out

line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).

Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang

atas dan bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah

ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman,

1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai dengan

mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan

dagu pasien (PM=HD) dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman,

1980). Menurut Itjiningsih (1996), pengukuran vertical dimensi terdapat 2 cara:

1. Dengan Willis bite gauge

Pada alat ini ada 3 bagian penting:

a. Fixed arm : diletakkan di bawah hidung

b. Sliding arm : yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan

7

Page 8: GTL -asih-

di bawah dagu

c. Verctical orientation gauge :mempunyai skala dalam mm/cm,

ditempatkan sejajar sumbu vertical dari muka

2. Two dot technique

Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah), yang

ditempatkan pada daerah yang tidak ergerak yaitu di atas dan di bawah garis

bibir dan kedua titik di ukur dengan jangka sorong

Oklusi sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas

dan rahang bawah dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan

maksila dan mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling

posterior dalam fossa glenoid (Swenson, 1964).

Pemasangan gigi geligi yang penting untuk diperhatikan adalah

personality expression, umur, jenis kelamin yang nantinya akan berpengaruh

dalam pemilihan ukuran, bentuk, warna terutama untuk gigi anterior karena harus

mengingat estetis, walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan gigi

posterior yang tidak harus sama ukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil,

untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan pada waktu

penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung. Perlu diperhatikan pula

overbite, overjet, curve von spee, curve monson, agar diperoleh suatu keadaan

yang diharapkan pada pembuatan GTL.

Menurut Itjiningsih (1996), setiap perubahan dalam hubungan kontak

oklusal dari geligi tiruan setelah selesai diproses, harus diperbaiki dengan

mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta model kerjanya pada articulator

sebelum geligi tiruan akrilik dilepaskan dari model kerjanya. Perubahan oklusi

dapat diperbaiki dengan cara:

1. Mengembalikan tinggi vertical sesuai dengan tinggi vertical sebelum

geligi tiruan diproses.

2. Memperbaiki oklusi sentrik (working dan balancing side)

8

Page 9: GTL -asih-

Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam articulator di laboratorium,

dimensi vertical oklusal ditetapkan dengan pengasahan selektif (selective

grinding). Pengasahan selektif adalah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi

dengan mengasahnya pada tempat selektif/terpilih sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang kontak-

kontak gigi yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal

hingga relasi sentris.

Cups palatal gigi-gigi atas dan cups bukal gigi-gigi bawah atau holding cups

yang mempertahankan dimensi vertical. Oleh karena itu tidak boleh mengashanya

terlalu banyak. Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal

guide pin berkontak dengan meja incisal dalam hubungan sentris (Itjiningsih,

1996).

Langkah-langkah selective grinding pada articulator (Itjiningsih, 1996):

1. Langkah awal dari pengasahan selective adalah selalu untuk memperoleh

kembali dimensi vertical oklusal.

• Elemen kondil dikunci dalam hubungan sentris hingga hanya suatu

gerakan engsel yang mungkin dilakukan. Gigi-gigi dikatupkan di atas

kertas karbon dengan membuka dan menutup articulator. Permukaan gigi

yang menyimpang kontak oklusalnya terlihat berwarna.

• Setelah menandai kontak-kontak yang menyimpang pada oklusi sentrik,

lepaskan elemen kondil dan gerakan gigi-gigi ke oklusi kerja, seimbang,

dan protrusive untuk menandai kontak oklusi yang menyimpang dalam

oklusi sentrik.

• Untuk memperoleh kembali dimensi vertical oklusal, satu dari kedua

permukaan gigi yang berlawanan dari setiap kontak yang menyimpang

dalam oklusi sentrik harus dikurangi. Permukaan gigi yang akan dikurangi

dipilih sesuai dengan dua hukum dasar, yaitu:

a. Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris dan eksentris, kurangi

ketinggian cupsnya.

9

Page 10: GTL -asih-

b. Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam

oklusi eksentris, perdalam fossanya.

• Setelah menghilangkan kontak awal yang menyimpang, tandai setiap

kontak menyimpang tambahan dengan kertas artikulasi. Elemen kondil

harus selalu terkunci dalam relasi sentris ketika kontak-kontak yang

menyimpang dalam oklusi sentris ditandai, kemudian kunci dilepaskan

untuk menandai kontak-kontak yang meyimpang dalam oklusi eksentrik.

Lanjutkan pengasahan selektif sampai jarum penunjuk incisal menyentuh

meja incisal, menunjukkan dimensi vertical oklusak telah diperoleh

kembali. Pada saat ini warna penunjuk dapat terlihat di semua permukaan

oklusal , menunjukkan bahwa gigi-gigi dalam oklusi sentris.

• Setelah dimansi vertical oklusal diperoleh kembali, terdapat 3 hukum

tambahan yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Jangan mengurangi holding cusp/cusp palatal gigi-gigi atas

b. Jangan mengurangi holding cusp/cusp fasial gigi-gigi bawah

c. Jangan memperdalam fossa manapun

2. Pengasahan selektif kontak menyimpang pada oklusi eksentris, sebagai

berikut:

a. Pada sisi kerja:

• Kurangi lereng bagian dalam cusp facial/guiding cusp gigi atas

• Kurangi lereng bagian dalam cusp lingual/guiding cusp gigi bawah

b. Pada sisi bawah yang mengimbangi, kurangi lereng bagian dalam cusp

facial/holding cusp gigi bawah

c. Dalam relasi protrusive, kurangi guiding cusp/cusp facial gigi-gigi atas

dan guiding cusp/cusp lingual gigi-gigi bawah

10

Page 11: GTL -asih-

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Sumardiman

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh swasta

Alamat : Mangkuyudan MJ III/281

Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2009

No Kartu : S – 080391

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Motivasi

CC

PI

PDH

PMH

:

:

:

:

:

Pasien datang sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan karena

banyak gigi yang hilang

Merasa sulit mengunyah makanan yang keras karena

semua gigi telah hilang

Mengalami kecelakaan mobil ± 30 tahun yang lalu

sehingga gigi depan atas hilang. Gigi yang lain goyah satu

persatu dan dicabutkan sendiri dengan tangan. Saat ini

tidak ada rasa sakit, namun sulit untuk mengunyah

makanan yang keras.

Belum pernah ke dokter gigi sebelumnya dan belum

pernah memakai gigi tiruan.

• Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.

• Tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan

• Tidak pernah mengkonsumsi obat dalam jangka

waktu lama

• Memiliki riwayat alergi terhadap ayam potong dan

11

Page 12: GTL -asih-

FH

:

Ayah :

Ibu :

telur negeri.

Sudah meninggal karena usia tua, tidak dicurigai

menderita penyakit sistemik.

Sudah meninggal karena usia tua, tidak dicurigai

menderita penyakit sistemik.

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

GENERAL :

Jasmani : Sehat

Rohani : Komunikatif dan Kooperatif

LOKAL

1. EKSTRA ORAL :

Wajah : simetris, tidak terdapat kelainan

Bibir : simetris, tidak terdapat kelainan

Pipi : simetris, tidak terdapat kelainan

Lnn : tidak teraba

2. INTRA ORAL :

Mukosa : normal, tidak terdapat kelainan

Palatum : normal, tidak terdapat kelainan

Gingiva : terdapat traumatic keratosis

Lidah : terdapat black hairy tongue

Keadaan gigi-gigi : tidak bergigi (edentulous)

Torus Palatinus : tidak ada

Pemeriksaan Processus alveolaris :

a) Rahang Atas b) Rahang Bawah

Posterior kiri : sedang Posterior kiri : rendah

Anterior : sedang Anterior : sedang

Posterior kanan : sedang Posterior kanan : sedang

12

Page 13: GTL -asih-

BAB IV

RENCANA PERAWATAN

Gambar-gambar batas anatomis

Rahang Atas

1. Frenulum labii superior

2. Ruggae palatina

3. Frenulum buccalis

4. Tuberositas maxillae

5. Hamular notch

6. Vibrating line

7. Processus alveolaris

8. Incisivus papilae

9. Fornix

10. Vovea palatine

Rahang Bawah

1. Frenulum labii inferior

2. Frenulum buccalis

3. Vestibulum buccalis

4. Retromolar pad

5. Frenulum lingualis

6. Processus alveolaris

7. Mylohyoid line

13

Page 14: GTL -asih-

1. KUNJUNGAN I

a) Anamnesa dan pemeriksaan obyektif

b) Membuat cetakan studi model

• Sendok cetak : perforated stock tray nomor 2

• Bahan cetak : elastic impression (alginat)

• Metode mencetak : mucostatic

c) Membuat sendok cetak individual

Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac

base plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia

ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border

material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu

spiritus lalu ditekan diatas study model. Sellac dipotong sesuai batas-batas

yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan

menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus

kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat

mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan

postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak

mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok

cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat

dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih dari

5 mm.

2. KUNJUNGAN II

a) Mencoba sendok individual

• Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment

• Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah

b) Membuat cetakan model kerja

• Sendok cetak : Sendok cetak individual

• Bahan cetak : Elastomer (Exaflec)

14

Page 15: GTL -asih-

• Metode mencetak : mucodynamic

• Cara mencetak

Rahang Atas

➢ Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas

➢ Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator

disamping kanan belakang.

➢ Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line.

➢ Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis,

frenulum labialis superior.

➢ Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting

➢ Cetakan dilepas dan dicuci

Rahang Bawah

➢ Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah

➢ Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator

disamping kanan depan.

➢ Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum

lingualis.

➢ Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis,

frenulum labialis inferior.

➢ Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting

➢ Cetakan dilepas, dicuci

c) Membuat base plate

Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.

Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuat

postdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari

wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh

dihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax.

Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,

posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/lingua

15

Page 16: GTL -asih-

dibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas adalah :

peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line dan

hamular notch.

3. KUNJUNGAN III

Tahap Klinis

1. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah daya

tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah

daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahan

berlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan pada

salah satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan

tersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi

tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat

diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan ‘ah’.

Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempat

ketika difungsikan.

Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi / kohesi saliva.

Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat

terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusi

keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada

under extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat

menjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat

yang baru.

2. Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien

tersebut. Dalam kasus ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki

ciri khas profil cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus otot

labial sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibir

dalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian

anterior bite rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya,

jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim kurang cembung sehingga

16

Page 17: GTL -asih-

perlu ditambah dengan malam merah.

3. Pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR), caranya:

Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal

diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di

bawah ini :

4 mm dari meatus acusticus externus

telinga kanan dan kiri

spina nasalis anterior

Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan

diisolasi. Selanjutnya record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan

RB harus tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakan

suatu garis lurus).

Kemudian dicari dimensi vertical (inter occlusal distance),

didapatkan dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut sama

dengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada keadaan rest posisi

PM = HD.

Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan

mengucapkan huruf M. Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal

cukup. Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf S

terdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulit

terucap, demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa semburan

saliva ketika pengucapan huruf S).

Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis

yang berjalan dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticus

externus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk bagian

anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir atas /

lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan adalah

occlusal guide plane.

17

Page 18: GTL -asih-

4. Centric relation record

Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasi

vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.

HD = PM – 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi

bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way space. Cara

menentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien untuk

menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga prosessus

Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan dari

otot dan mengintruksikan untuk menelan berulang-ulang. Untuk

mendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan gerakan mandibula

berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut. Setelah

mendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan

garis ketawa.

Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan

kemudian dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan

menutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan

tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik.

Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-groove

shape, caranya: dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;

pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim

rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawah

V-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah

dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat,

kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang.

5. Pemasangan pada artikulator

Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut free

plane articulator.

Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member,

incisal guide pin dan mounting table.

Cara kerja :

18

Page 19: GTL -asih-

a) Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior

pertama.

b) Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan

pedoman : garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis

tengah mounting table, tepi luar anterior bite rim RA menyinggung

garis incisal edge mounting table, jarum horizontal incisal guide pin

ujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dan

tepat pada garis tengah bite rim.

c) Fiksasi dengan wax pada mounting table.

d) Buat adonan gips.

e) Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan

pada bagian atas model kerja RA lalu upper member digerakkan ke

bawah sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA.

f) Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips

yang memfiksir upper member dengan model RA kemudian tunggu

sampai keras.

g) Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.

h) Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan

oklusinya.

i) Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips

dituang pada model kerja RB kemudian lower member digerakkan ke

bawah sampai menekan adonan gips, setelah itu artikulator dibalik dan

gips dirapikan.

4. KUNJUNGAN IV

Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.

Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang

bawah.

19

Page 20: GTL -asih-

Pemasangan gigi anterior:

• axisnya bersudut 5° terhadap mid line

• incisalnya menyentuh bite rim RB

• bagian 1/3 permukaan labial agak depresi

• axisnya bersudut 100 terhadap mid line

• incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB

• permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite

rim

• axisnya tegak lurus/ hampir sejajar dengan garis median

• incisalnya menyentuh bite RB

• bagian 1/3 labioservikal lebih prominen.

• bagian servikal permukaan labial sedikit depresi

• axisnya tegak lurus dengan bidang insisal, sedikit ke labial

• perhatikan overjet dan overbite

• axisnya sedikit miring ke mesial dengan permukaan labial

tegak lurus bidang insisal

• letaknya diantara

• axisnya sedikit ke mesial

• bagian servikal permukaan labial lebih prominen

• letak tonjolnya di antara

20

1 1

2 2

3 3

1 1

2 2

2 1 1 2

3 3

Page 21: GTL -asih-

Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:

1. Overbite dan overjet

2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)

3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat

ketawa)

4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m).

Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri.

5. KUNJUNGAN V

Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.

Urutan pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try in

pada pasien.

• axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal

• tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol

palatinal menggantung 1 mm

• axis tegak lurus bite rim RB

• kedua tonjol menyentuh bite rim RB

• sumbu gigi condong ke distal

• tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya

menggantung

• axis lebih miring daripada

• semua tonjol menggantung

Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan:

1. dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson

2. dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von

Spee

21

4 4

5 5

6 6

7 7

Page 22: GTL -asih-

Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi 6 6

• tonjol mesiopalatinal 6 6 tepat pada fossa sentral 6 6

• relasi 6 6 terhadap 6 6 neutrooklusi (Klas I Angle)

• axisnya tegak lurus bite rim

• letaknya di antara 3 4 dengan tonjol bukal terletak di fossa

sentral antara P1 dan Caninus RA

• axisnya tegak lurus bite rim

• letaknya di antara 4 5 dengan tonjol bukal terletak di fossa

sentral antara P1 dan P2 RA

• axisnya tegak lurus bite rim

• tonjol mesiobukal 7 7 berada di antara tonjol mesiodistal

6 6 dan tonjol mesio-bukal 7 7

Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.

Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan

pengamatan tehadap:

1. Oklusi.

2. Stabilisasi gaya working dan balancing side.

3. Estetis dengan melihat garis kaninus.

4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A

dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.

Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTL sebelum diproses dengan cara

melatih pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan

tersebut :

1. Dilatih berfungsi : bicara, menelan, mengunyah

2. Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali

22

6 6

4 4

5 5

7 7

Page 23: GTL -asih-

3. Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik

6. KUNJUNGAN VI

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu

dilakukan pengamatan pada :

a) Oklusinya

b) Stabilisasinya dengan working side dan balancing side

c) Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa

d) Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain

sampai tidak ada gangguan

7. KUNJUNGAN VII

Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dan

diperhatikan :

1. Retensi

Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.

2. Oklusi

Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu,

dilakukan grinding. Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang

diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti

mengunyah. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL

(pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan

pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan

diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian

pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.

3. Stabilisasi

Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,

bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,

maka protesa dapat dipolis.

Instruksi untuk pemeliharaan protesa :

23

Page 24: GTL -asih-

a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas

b. Protesa dijaga kebersihannya

c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas

Diberikan instruksi kepada pasien untuk: beradaptasi dengan protesa

tersebut sampai biasa; Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan

otot-otot dibawahnya dapat beristirahat; Pasien membersihkan protesanya

setiap kali sehabis makan; Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa

tidak stabil, pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik; dan Kontrol

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut

dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.

8. KUNJUNGAN VIII

Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang

perlu diperhatikan pada saat kontrol :

a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak,

ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada

rasa sakit.

b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan

atau perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi

24

Page 25: GTL -asih-

BAB V

DISKUSI

Pasien merupakan laki-laki berusia 56 tahun dan datang ke poliklinik

untuk membuatkan gigi tiruan karena hilangnya seluruh gigi pada kedua

rahangnya. Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga

memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Keadaan

residual ridge RA dan RB baik, sehingga dalam pembuatan GTL dapat diperoleh

retensi dan stabilisasi yang baik. Pasien sebelumnya belum pernah memakai GTL.

Retensi adalah kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan, sedangkan

stabilisasi adalah kemampuan bertahan terhadap perpindahan tempat dan

goncangan. Besar kecilnya retensi dipengaruhi oleh :

1. Pheripheral seal

2. Posterior seal

3. Luasnya permukaan protesa yang menempel mukosa

4. Adaptasi yang baik antara basis protesa dengan mukosa mulut

5. Penentuan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak.

Untuk retensi yang baik maka harus memperhatikan faktor – faktor sebagai

berikut:

1. Fitting surface

• Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di dalam

mulut.

• Jaringan keras harus dihindari untuk memberikan kesempatan bergerak

• Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.

2. Ketebalan GTL

Ketebalan GTL RA dan RB tidak sama, yaitu protesa RB lebih tebal dibanding

protesa RA. Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan:

a. polishing surface

25

Page 26: GTL -asih-

b. occlusal surface

c. penyesuaian gigi-gigi tiruan

d. artikulasi

e. dimensi vertikal, apabila dimensi vertikal kurang maka gigi geligi tidak

tampak dan bila terlalu tinggi maka gigi geligi terlihat panjang dan tidak

baik.

Tujuan utama ketika melakukan penyesuaian oklusi ketika insersi adalah agar

tercapai oklusi yang seimbang (balance).

26

Page 27: GTL -asih-

BAB VI

PROGNOSA

Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik,

dengan mempertimbangkan :

1) Oral hygine pasien baik

2) Jaringan pendukung sehat

3) Kesehatan umum pasien baik

4) Pasien kooperatif dan komunikatif

BAB VII

KESIMPULAN

Dalam pembuatannya, GTL harus dibuat melalui tahapan-tahapan

pekerjaan seperti yang telah ditentukan sehingga hasil akhir GTL dapat

mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal mungkin.

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat

dibuatkan GTL dan prognosa baik karena processus alveolaris RA dan RB masih

baik, kesehatan dan kebersihan mulut baik, pasien kooperatif dan komunikatif,

serta keinginan yang kuat dari pasien untuk memiliki gigi tiruan.

27

Page 28: GTL -asih-

DAFTAR PUSTAKA

Basker., R. M., Davenport, J.C. and Tomlin, H. R., 1996, Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III, EGC, Jakarta.

Itjingningsih , W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC, Jakarta.

Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Unnpad, Bandung.

Swenson, M. G., 1960, Complete Denture, 5 th ed., C. V. Mosby Co., Saint Louis.

28