Green Pulp Industry

download Green Pulp Industry

of 16

Transcript of Green Pulp Industry

1

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah serius yang dihadapi penduduk dunia saat ini adalah pemanasan global. Banyak inovasi yang telah dilakukan untuk menghambat laju pemanasan global. Salah satunya adalah dengan mengurangi penebangan pohon secara besar-besaran. Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia yang menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton kayu (http://bioindustri.blogspot.com). Seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan kertas juga semakin meningkat. antara Pertumbuhan 2% hingga dalam 3,5% dekade tahun, berikutnya sehingga diperkirakan per

membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun. Salah satu bahan baku pengganti kayu dalam pembuatan kertas adalah bagasse atau ampas tebu yang merupakan turunan produksi dari industri gula ternyata belum layak dari sisi ekonomi dan efisiensi. Bagasse merupakan sumber energi utama bagi pabrik gula dan jika dialihkan sebagai bahan baku pengganti kertas, maka diperlukan solar sebagai bahan bakar pengganti. Tentunya pabrik tidak akan menjual bagassenya dengan harga yang murah, karena jelas harga solar jauh lebih tinggi. Selain itu, tebu tanaman semusim sehingga tidak dapat di panen sepanjang tahun. You, seorang ilmuwan dari Korsel, pada tahun 2004 mampu membuat bubur rumput laut di laboratorium produk kehutanan Universitas National Chungnam Korea. Dia membuktikan mampu

2

membuat kertas berbahan dasar rumput laut dengan menyewa pabrik kertas untuk mengolah bahan dasar tersebut. Oleh karena itu, rumput laut adalah solusi pembuatan kertas pengganti peran pohon yang selama ini menjadi bahan dasar pembuatan kertas di masa depan. Mengingat luas laut yang mencapai dari luas Indonesia, yaitu 5,8 juta km. Beberapa kelebihan yang dimiliki rumput laut adalah pertumbuhan massa rumput laut yang sangat tinggi, yakni 5-10% sehari. Dengan masa panen 70 hari, pertumbuhan tersebut sangat cepat di bandingkan pohon sebagai bahan baku pembuatan kertas konvensional, yang baru dapat dipanen setelah minimal 7 tahun. Salah satu kendala yang menghambat You, dalam

mengembangkan penemuan di negaranya ialah minimnya sumber daya alam dan lahan pengembangan budidaya rumput laut. Untuk negara yang beriklim subtropis, rumput laut hanya dapat di panen selama dua kali dalam setahun. Sedangkan untuk negara tropis seperti Indonesia, rumput laut dapat dipanen sepanjang tahun dan lahan pembudidayaan rumput laut tersedia sangat luas. Secara tidak langsung hal ini merupakan suatu keuntungan bagi Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, penulis sebagai generasi penerus bangsa di masa depan merasa tertarik dan tertantang untuk memberi kontribusi dalam pengembangan industri kertas berbahan dasar rumput laut tersebut di Indonesia. Oleh karena itulah, kami sebagai penulis mengambil judul Pengembangan Konsep Green Pulp Indutry Berbahan Dasar

Rumput Laut Gracilaria sp di Indonesia.

3

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah: a. Apakah yang dimaksud dengan konsep Green Pulp Industry serta kaitannya dengan perkembangan industri kertas di Indonesia ? b. Bagaimana pengolahan rumput laut Gracilaria sp menjadi kertas ? c. Apakah manfaat dari penerapan konsep Green Pulp Industry ditinjau dari berbagai segi kehidupan ? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Memahami pengertian konsep Green Pulp Industry serta kaitannya dengan perkembangan industri kertas di Indonesia. b. Menjelaskan pengolahan rumput laut menjadi kertas yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. c. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan konsep Green Pulp Industry dari berbagai aspek kehidupan. 1.4 Manfaat Penulisan 1. Sebagai pengetahuan bahwa rumput laut ternyata dapat digunakan berbagai hal,termasuk dapat sebagai bahan baku pembuatan kertas. 2. Sebagai masukkan untuk pemerintah, guna mengembangkan pabrik kertas dari rumput laut, khususnya di Indonesia.

4

BAB II Telaah Pustaka

2.1

Kertas Berbahan Baku Kayu Kertas dihasilkan dari bahan kayu selulosa, dalam hal ini kayu yang banyak digunakan sebagai bahan utama pada mayoritas industri pulp dan kertas di dunia karena memiliki berbagai kelebihan dibandingkan sumber selulosa yang lain. Sel kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa membentuk kerangka yang dikelilingi oleh senyawa-senyawa lain yang berfungsi sebagai matrik (hemiselulosa) dan bahan-bahan yang melapisi (lignin). Untuk menjadi produk kertas, kayu harus diproses melalui berbagai tahapan seperti pulping, bleaching, hingga menjadi lembaran-lembaran (Anonim,1983:25) kertas dalam proses paper machine.

2.2

Kertas Berbahan Baku Rumput Laut Selama ini kita mengenal kertas dihasilkan dari kayu yang ditebang dari pepohonan di hutan, dengan laju deforestrasi hutan cukup tinggi yang mencapai 1,18 juta hektar. Namun, yang sering dilupakan bahwasanya 3/4 dari luas Indonesia berupa perairan atau lautan. Banyak potensi yang belum dioptimalkan diantaranya adalah rumput laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, pengganti kayu dari hutan. Luas laut Indonesia yang sesuai untuk budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 1,1 juta ha yang hingga saat ini belum digarap maksimal. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara pengekspor rumput laut dunia. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 2.1 berikut.

5

Tabel 2.1 Negara Utama Produsen Rumput Laut Dunia, 1998 2002 Kenaikan Rata-rata (%) 8.81 7.91 16.51 4.44 8,26 19.02 14.47 2.76

Negara Total (ton) Philipines China Taiwan Korea Rep Indonesia Chili Japan

1998

1999

2000

2001

2002

1.845.64 1.925.34 1.980.75 2.225.78 2.574.64 3 656.632 364.450 14.770 190.979 117.210 68.386 396.615 8 673.361 411.370 15.327 205.706 133.720 31.278 409.850 8 678.743 481.590 12.529 130.488 205.227 33.471 391.68 3 760.640 583.990 15.628 167.909 212.473 65.538 373.121 0 884.066 670.620 16.799 223.650 223.080 71.648 436.031

Sumber Statistical Year Book FAO 2002..

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Eucheuma cottonii dan Gracelaria sp (http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut). Berikut gambar 2.2 Gracelaria sp dan Euchema cottonii

Gracelaria sp

Eucheumacottonii Sumber: www.iptek.net

2.4 Rumput Laut di Indonesia Kunci Sukses transformasi rumput laut menjadi kertas adalah ditemukannya serat atau fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandung serat agalosa selebar 3-7

6

mikrometer dan panjang 0,5-1 mm, fleksibikitas tinggi,tidak ada jejak lignin, dan mengandung substansi perekat cair . Struktur serat agalosa lebih homogen tidak seperti serat selulosa yang bulat, pipih atau lonjong.Homogenitas inilah yang membuat kertas lebih fleksibel, lebih halus, lebih mudah ditulisi. Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Gracillaria sp (di tambak) dan Euchema (di laut). Dalam pembuatan kertas berbahan dasar rumput laut ini, jenis yang digunakan adalah alga merah (red seaweeds / Rhodophyceae) species Gracillaria. Gracilaria memiliki kelebihan dibandingkan jenis alga merah yang lain. Kelebihan Gracilaria adalah seratnya lebih panjang berdasarkan hasil analisa yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Analisa Rumput Laut dari Jenis Eucheuma dan GracilariaSumber TIP- FTP Unibraw Jenis analisa Kadar air Protein (Crude protein) Lemak Karbohidrat Serat kasar Abu Mineral:Ca Fe Cu Pb Vitamin B1 (Thiamin) Vitamin B2 (Riboflacin) Vitamin C Carrageenan Agar 43 mg/100g 65,75% = 41 mg/100g 67,51% = 12 mg/100g 61,52% = 12 mg/100g = 47,34% 2,26 mg/100g 8,45 mg/100g 2,7 mg/100g 4,00 mg/100g E. spinosum E. spinosum E. spinosum (Bali)% (Sul Sel)% (Bali)% 12,90 5,12 0,13 13,38 1,39 14,21 52,85 ppm 0,108 ppm 0,768 ppm = 11,80 9,20 0,16 10,64 1,73 4,79 69,25 ppm 0,326 ppm 1,869 ppm 0,015 ppm 13,90 2,69 0,37 5,70 0,95 17,09 22,39 ppm 0,121 ppm 2,736 ppm 0,040 ppm G. gigas (Bali)% 12,90 7,30 0,09 4,94 2,50 12,54 29,925 ppm 0,701 ppm 3,581 ppm 0,190 ppm

0,21 mg/100g 0,10 mg/100g 0,14 mg/100g 0,019 mg/100g

7

BAB III METODOLOGI PENULISAN

3.1

Waktu, Tempat dan Sasaran Penulisan Penulisan ini dilakukan di Universitas Brawijaya Malang pada pertengahan bulan Februari 2009. Sasaran penulisan ini ialah mengenai pengembangan konsep Green Pulp Industry berbahan dasar rumput laut Gracilaria sp terhadap masa depan industri kertas di Indonesia khususnya.

3.2

Rancangan Penulisan Penulisan ini dimaksudkan untuk memaparkan sebuah konsep atau metode pengolahan kertas yang murah, berkualitas, dan ramah lingkungan. Metode penulisan dilakukan dengan memahami serta mengeksplorasi beberapa data sehingga memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis. Sejalan dengan jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan teknik penulisan kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi rangkaian bahasan yang terpadu. Adapun beberapa metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data ialah metode Kepustakaan ( Agung Andiojaya, 2006: 10 ). Metode ini dimaksudkan untuk mencari data dan informasi yang diperlukan dengan tujuan penulisan yang ada di refrensi kepustakaan.

3.3

Jenis dan Sumber Data Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disiapkan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder juga diartikan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur. Studi literatur adalah menelusuri rangkaian data melalui literatur, baik berupa pustaka cetak maupun

8

elektronik. Dalam penyajian karya tulis ini literatur yang digunakan adalah melalui buku dan internet. 3.4 Teknis Analisis Data 3.4.1 Penulisan Deskriptif yang Bersifat Development Arikunto ( 1997 : 247 ) menyatakan bahwa biasanya penulisan jenis ini digunakan untuk menemukan sesuatu model, konsep atau prototype yang dapat digunakan untuk segala jenis bidang. Apabila di dalam pelaksanaannya terjadi kesulitan dan hambatan, maka diadakan modifikasi terhadap model atau pelaksanaanya. Setelah agak mantap sedikit demi sedikit diadakan perluasan atau penyebaran (diseminasi) melalui tahap prasimenasi. 3.4.2 Thematic Content Analysis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thematic Content Analysis (Analisis Isi Tema). Karena teknik data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kajian literatur, maka analisis isi tema yang dilakukan tidak dengan melalui interview. Oleh karena itu, teknik yang digunakan adalah review literatur yang diringkas dan feed back terhadap hasil-hasil ringkasan yang diperoleh yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.

9

BAB IV Pembahasan

4.1

Green Pulp Industry Selama ini industri kertas menggunakan kayu sebagai bahan baku utama. Hal ini berdampak terjadinya deforestrasi atau berkurangnya luas hutan akibat penebangan pohon secara terus-menerus sebagai bahan baku kertas. Sehubungan dengan masalah di atas, telah dilakukan banyak penelitian guna menemukan bahan baku alternatif sebagai pengganti kayu. Salah satu bahan baku alternatif yang potensial dan ramah lingkungan adalah rumput laut. Green Pulp Industry merupakan sebuah konsep

pengolahan kertas berbahan baku ramah lingkungan yang berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang. Dengan digunakannya rumput laut sebagai bahan baku kertas, diharapkan laju deforestrasi dapat diminimalisir. Selain itu, bahan baku ini dapat disebut sebagai Zero Waste Product dikarenakan pengolahannya menggunakan ampas dari rumput laut. Dengan adanya penerapan konsep tersebut dalam industri kertas di Indonesia tidak akan lagi dikatakan sebagai sunset industry. Sunset Industry adalah pasokan bahan baku kayu yang tidak cukup, kelebihan kapasitas industri perkayuan, inefisiensi industri, rendahnya daya saing produk, pangsa pasar yang terus menurun dan kurangnya produk yang memiliki nilai tambah, merupakan masalah yang selalu dihadapi industri ini sejak dulu. Dengan penggunaan rumput laut Gracilaria sp dalam industri kertas diharapkan kelak industri kertas di Indonesia dapat berkembang pesat.

1

4.2

Pengolahan Kertas dari Rumput Laut Gracilaria sp Dalam pengolahan kertas dari bahan baku rumput laut Gracilaria sp hingga menjadi produk jadi ada tahapan proses yaitu sebagai berikut.

4.2.1. Penyiapan Bahan Baku Ada tiga perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian, dan sortasi. Rumput laut agar merah kering direndam dalam air bersih sekitar 2 jam, sedangkan untuk campuran agar merah dan Gracilaria tambak direndam 1 malam. Rumput laut diremas sambil disortasi untuk memisahkan kotoran (pasir, karang, jenis rumput laut lain, dsb), kemudian dibilas sampai bersih. 4.2.2 Ekstraksi dengan perebusan Ekstraksi agar merah dilakukan dalam dua tahap dengan direbus (boiling) dengan suhu tinggi, dengan total air perebusan sebanyak 20 kali berat rumput laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus 14 kali berat kering selama 2 jam (suhu 850-950C, pH 6-7) sambil diaduk. Hasil perebusan disaring dengan kain saring dan ampasnya diekstrak lagi selama 1,0 jam dengan air perebus 6 kali berat rumput laut kering. Hasil perebusan disaring dan filtratnya dicampurkan ke filtat hasil penyaringan pertama. Campuran ini lalu diendapkan untuk memisahkan kotoran halus yang masih ada. Ekstraksi rumput laut campuran dilakukan sekali dengan menggunakan air perebus sebanyak 12 kali berat kering campuran rumput laut. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam pada suhu 80-850 dan pH 4,5. Sehingga ekstrak inti berupa agar untuk pangan terpisah dari ampasnya. Ampas inilah yang akan diproses menjadi kertas.

1

4.2.3 Penghancuran Setelah diperoleh ampas dari hasil ekstraksi, tahap selanjutnya adalah proses penghancuran ampas. Proses ini bertujuan supaya diperoleh bubur rumput laut merah (pulp). Kemudian pulp dicampur dengan zat pemutih berupa air kapur. 4.2.4 Penggumpalan Setelah ampas menjadi pulp, dilakukan penggumpalan dengan menambahkan bahan (KCL atau KOH) sambil dipanaskan selama 15 menit dan terus diaduk. Untuk hasil ekstraksi rumput laut agar merah digunakan bahan penjendal 2-3% KOH atau KCL, sedangkan hasil ekstraksi campuran rumput laut dengan 2,5% KCL. Hasilnya dituang ke dalam pan pencetak dan dibiarkan sampai menggumpal cukup keras. 4.2.5 Pemotongan dan pengepresan Kemudian hasil yang diperoleh diiris tipis dengan ketebalan 8-10 mm. Tiap irisan dibungkus kain dan disusun dalam alat pengepres dan dilakukan pengepresan untuk mengeluarkan air dari bubur agar merah dengan beban pengepres ditambah secara bertahap. Pengepresan dihentikan jika lembaran agar-agar sudah cukup tipis. Jika belum tipis, pengepres dapat ditambah beban secara bertahap. 4.2.6 Pengeringan, Sortasi dan pengemasan Selanjutnya lembaran hasil pengepresan yang sudah tipis tersebut dijemur di panas matahari sampai kering berikut kain pembungkusnya. Selama penjemuran agar-agar dibalik-balik sampai benar-benar kering, kemudian kain pembungkus dilepas satu-persatu. Setelah itu dilakukan sortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek, dan kotor sekaligus

1

dilakukan pengelompokan mutunya. selanjutnya kertas rumput laut dikemas dalam kantong plastik, atau tergantung permintaan pasar. 4.3 Manfaat penerapan konsep Green Pulp Industry Dengan menerapkan Green Pulp Industry yang berbahan baku rumput laut Gracilaria sp, diharapkan mendapatkan banyak manfaat dari berbagai segi kehidupan yang akan dipaparkan di bawah ini. 4.3.1 Segi Ekonomi Kertas merupakan suatu komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kegiatan produksi kertas berbahan kayu membutuhkan biaya produksi yang besar karena selain harga kayu sendiri yang cukup mahal, biaya operasionalnya pun relatif tinggi. Berbeda dengan kayu, harga rumput laut relatif lebih murah Pertumbuhan kayu sangat lama, sedikitnya dibutuhkan waktu 7 15 tahun sampai dapat dipanen dan diolah menjadi kertas. Sementara itu, pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp sangat cepat yaitu berkisar antara 5 20 % per hari sehingga dapat dipanen dalam waktu 70 hari(http://bioindustri.blogspot.com). Maka dari itu akan diperoleh bahan baku dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat sehingga kegiatan produksi dapat terus berlangsung. Harga rumput laut Indonesia termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan negara eksportir lainnya semisal Filipina. Hal ini dikarenakan rumput laut Indonesia hanya diekspor dalam bentuk kering tanpa dilakukan pengolahan lanjutan. Dengan diterapkannya konsep ini, diharapkan rumput laut tidak lagi di ekspor dalam bentuk kering, tetapi diolah terlebih dahulu menjadi agar-agar dan ampasnya dapat diolah menjadi kertas. Keuntungan lain dari olahan rumput laut ketika diekspor adalah pengenaan tarif yang lebih rendah dibanding dalam bentuk mentah yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.

1

4.3.2 Segi Lingkungan Umumnya, industri pengolahan kertas menggunakan kayu sebagai bahan baku utama. Hal ini berdampak buruk terhadap keseimbangan lingkungan sebab hutan yang merupakan salah satu penyeimbang alam diekploitasi secara berlebih sehingga luas area hutan setiap tahunnya berkurang. Selain itu percepatan program hutan tanaman industri ( HTI ) yang telah dicanangkan oleh pemerintah guna menyeimbangkan antara eksploitasi dan penenaman kembali masih belum berjalan lancar. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus berlangsung, bukan tidak mungkin kelak hutan di bumi akan punah. Proses produksi kertas dari kayu, sarat bahan kimia seperti NaOH dan Na2S ( untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik ). Dan, menghasilkan gas berbau yang mengandung Hidrogen Sulfida (H2S), methyl mercaptan (CH3SH), dimethyl sulfide (CH3SH3), dimethyl disulphide (CH3S2CH3) dan sulphur compound gas. Kelebihan lain dari kertas berbahan dasar rumput laut untuk kertas rokok adalah minimnya komponen racun yang ada dibandingkan dengan berbahan dasar kayu. 4.3.3 Segi Sosial Konsep Green Pulp Industry yang berbahan dasar rumput laut Gracilaria sp mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru dalam jumlah besar. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak hanya berpusat pada pabrik-pabrik kertas tetapi juga pada area pengembangan budidaya rumput laut. Dengan begitu tingkat pengangguran dapat ditekan sehingga secara tidak langsung angka kriminalitas dapat berkurang karena kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Di samping itu, dengan semakin menigkatnya kesejahteraan masyarakat akan berpengaruh terhadap meningkatnya taraf pendidikan di Indonesia kelak serta gejolak-gejolak dalam masyarakat dapat berkurang.

1

4.4 Integrated Industry System Integrated Industry System merupakan sebuah konsep guna mengatasi kendala dalam pengembangan Green Pulp Industry berbahan dasar ampas rumput laut Gracilaria sp di Indonesia dengan jalan menggabungkannya dengan industri agar-agar pangan yang telah ada. Hal ini bertujuan agar Industri ini kelak dapat lebih cepat berkembang. Adapun beberapa kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan konsep Green Pulp Industry ini ialah mengenai letak pabrik yang harus dekat dengan sumber bahan baku dengan tujuan efisiensi biaya produksi serta kendala lainnya.. Jadi, kelak ada kerjasama yang menguntungkan antara kedua belah pihak yang akan dijelaskan sebagai berikut. 4.4.1 Ketersediaan Bahan Baku Dengan adanya penggabungan antara kedua industri tersebut dalam satu klaster dapat memberikan keuntungan pada industri hertas berbahan baku rumput laut tersebut sebab bahn baku yang digunakan ialah ampas dari sisa pengolahan menjadi agar - agar untuk pangan. Sehingga nantinya diharapkan dapat meminimalisir biaya produksi ataupun biaya penyediaan bahan baku. 4.4.2 Pengolahan Limbah Dengan adanya Integrated Industry System, kelak industri pengolahan agar untuk pangan dapt mengatasi masalah limbah berupa ampas rmput laut. Hal ini dikarenakan ampas tersebut dapat lansung diolah lebih lanjut menjadi kertas sehingga juga akan meminimalisir biaya pengolahan limbah. Jadi rumput laut dapat dikatakan sebagai Zero waste Product dikarenakan seluruh komponenya dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

1

BAB V Penutup5.1 Kesimpulan 1. Green pulp industry merupakan konsep pembuatan kertas berbahan baku rumput laut yang ramah lingkungan. 2. Proses pengolahan rumput laut menjadi kertas meliputi Pembersihan, pemutihan, ekstraksi, penggumpalan, pemotongan dan pengepresan, pengeringan, sortasi dan pengemasan. 3. Tercapainya Green Pulp Industry di Indonesia dapat memberikan dampak positif pada berbagai aspek kehidupan, antara lain dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial. 5.2 Saran 1. Dalam pengimplementasiannya, diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian pada pengembangan dan realisasi konsep Green Pulp Industry. 2. Perlu adanya kerjasama antara pihak investor, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung dalam pengembangan industri kertas berbahan dasar rumput laut di Indonesia.

1