granulasi basah tablet parasetamol

24
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SOLID PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH Disusun Oleh : Kelompok I Nama NPM Annisa Rosdiana 260110130003 Mega Hijriawati 260110130121 Kurnia Megawati 260110130122 Imas Laili Lestari 260110130123 Nadhira Mahda Dinar 260110130124 Nadya Nur Kusumo 260110130126 Arni Praditasari 260110130127 Muhammad Ismail 260110130132 Yonahar Masula 260110130134 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016

description

Pembuatan tablet parasetaml granulasi basah

Transcript of granulasi basah tablet parasetamol

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SOLID

PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH

Disusun Oleh : Kelompok I

Nama NPM

Annisa Rosdiana 260110130003 Mega Hijriawati 260110130121 Kurnia Megawati 260110130122 Imas Laili Lestari 260110130123 Nadhira Mahda Dinar 260110130124 Nadya Nur Kusumo 260110130126 Arni Praditasari 260110130127 Muhammad Ismail 260110130132 Yonahar Masula 260110130134

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR 2016

PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL

MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH

A. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet bahan aktif tunggal

(Paracetamol) menggunakan metode granulasi basah

B. Teori Dasar

Granulasi, teknik pembesaran partikel oleh aglomerasi, adalah salah

satu unit operasi yang paling signifikan dalam produksi bentuk sediaan

farmasi , sebagian besar tablet dan capsules. Selama proses granulasi, partikel

kecil yang halus atau kasar diubah menjadi gumpalan besar yang disebut

granul.Umumnya, granulasi dimulai setelah pencampuran bahan-bahan serbuk

bersama dengan bahan aktif dalam keadaan kering , sehingga menunjukkan

distribusi bahan yang seragampada seluruh campuran serbuk. Meskipun

granulyang digunakan dalam industri farmasi memiliki ukuran partikel dalam

kisaran 0,2-4,0 mm, granul umumnya diproduksi sebagai perantara dengan

berbagai ukuran 0,2-0,5 mm baik untuk dikemas sebagai bentuk sediaan atau

dicampur dengan bahan pengisi lainnya untuk pemadat tablet atau

pengisikapsul (Shanmugam, 2015).

Granul diproduksi untuk meningkatkan keseragaman bahan aktif

dalam produk akhir, untuk meningkatkan kepadatan campuran sehingga

mengisi kekurangan volume obat per satuan berat untuk penyimpanan dan

pengiriman yang lebih baik, untuk memfasilitasi penyaluran metering atau

volumetrik, untuk mengurangi debu selama proses granulasi untuk

mengurangi paparan racun dan terkait proses bahaya, dan untuk memperbaiki

penampilan produk. Oleh karena itu, karakteristik ideal granul yaitu bentuk

bulat untuk memperbaiki aliran, distribusi ukuran partikel sempit untuk

keseragaman konten dan penyaluran volumetrik, kehalusan yang cukup untuk

mengisi ruang kekosongan antara granul untuk pemadatan yang lebih baik dan

karakteristik kompresi, dan kelembaban yang memadai dan kekerasan untuk

mencegah pecah dan pembentukkan debu selama proses (Shanmugam, 2015).

Mengingat fungsi granul yang berbeda dalam sediaan tablet dan kapsul

perlu diketahui perbedaan kedua sediaan tersebut.Kapsul atau capsulae adalah

bentuksediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang

kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain (Depkes RI,

1979). Tablet atau compressi adalah sediaan padat kompak, dibuat secara

kempacetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dnegan atau tanpa

zat tambahan (Depkes RI, 1979).

Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain

formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien

sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer (diluents)

Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara

signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan

kimia dari tablet jadi (akhir)

2. Pengikat (binders dan adhesive)

Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk

meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan)

dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa

kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam

granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.

3. Penghancur (disintegrants)

Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat

setelah ditelan pasien.Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum

dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum

dikempa atau pada kedua tahap proses.

4. Pelincir (lubricant)

Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang

meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama

pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir

dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (antiadherant) atau pelicin

(glidan) Stickland mendeskripsikan:

• Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa

selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.

• Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan

selanjutnya ada dinding cetakan.

• Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.

5. Antiadheran

Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi

mudah tersusun/terkumpul.

6. Pelicin (glidan)

Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam

lobang lumpang.Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering

ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung.Glidan meminimalkan

kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.

Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :

• Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.

• Distribusi glidan dalam granul.

• Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.

• Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.

• Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena

glidan teradhesi pada permukaan granul (Goeswin, 2012).

Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur

dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu

ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam

lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh

seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai

pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi

kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah

kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang

diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin

tablet.

Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode

granulasi basah yaitu :

1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien.

2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling.

3. Preparasi larutan pengikat

4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk

membentuk masa basah.

5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran

mesh 6-12.

6. Pengeringan granul basah.

7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20.

8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan

disintegran.

9. Pengempaan tablet (Goeswin, 2012),

Parasetamol atau asetominofen memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan

antipiretis, tetapi tidak antiradang. Aksi dari parasetamol yaitu

menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-

inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung pada

hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk

menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Dosis

dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4

g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak-anak 4-6 dd 10

mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 240-360 mg, 4-5x

sehari (Tjay, 2003).

C. Formulasi

Pembuatan tablet parasetamol 375 mg sebanyak 300 tablet

No. Nama Bahan Baku Jumlah Per tablet (mg) Jumlah yang

diperlukan untuk 1

Batch (gram)

1. Parasetamol 375 mg 112.5 g

2. Saccarum Lactis 100 mg 30 g

3. Amprotab 50 mg 15 g

4. Pasta kanji 7%

(Amilum 7g dalam 100

mL aquadest)

540 mg

77.08 g

5. Mg Stearat 1% 2.95 mg 0,8873 g

6. Talkum 1% 2.95 mg 0.8873 g

7. Amprotab 5% 14.7 mg 4.4365 g

Granul Tablet

Jumlah Batch Teoritis 240.79 g 300 butir

Jumlah Batch Nyata 94.87 g 130 butir

D. Preformulasi Zat Aktif dan Eksipien

1. Acetaminophen

4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]

C₈H₉NO₂ BM 151,16

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C₈H₉NO₂, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah

larut dalam etanol.

Jarak lebur:Antara 168˚ dan 172˚.

Kegunaan:

Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Simpan dalam suhu ruang, hindarkan dari kelembapan dan panas.

(DEPKES RI,1995)

2. Amylum Manihot

Nama Lain : Pati singkong

Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.)

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin

Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil,

warna putih tidak berbau, tidak berasa

Penggunaan : Bahan penolong bahan sediaan obat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Amprotab

(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-

granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk yang berbeda

untuk setiap varietas tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.

Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.

Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;

pengikat tablet. (Kibbe,2000)

4. Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau

mengandung satu molekul air hidrat.

Nama resmi : Laktosa

Sinonim : Laktosa, saccharum lactis

Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih

krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis, higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air

mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam

eter..

Kegunaan : Sebagai bahan pengisi (Kibbe,2000)

5. Magnesium Stearat

Magnesium Stearate

Magnesium stearat [557-04-0]

Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam

organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat

dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara

dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO.

Pemerian: Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah melekat di

kulit; bebas dari butiran.

Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.

Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik. (Kibbe,2000)

6. Talk

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit

aluminium silikat.

Nama resmi : Talk

Sinonim : Talkum, serbuk talk

Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.

Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran debu.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut

organic dan air.

Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener.

Kegunaan : Sebagai glidant dan sebagai lubrikan. (Kibbe,2000)

E. Perhitungan

Perhitungan jumlah bahan yang diperlukan untuk 1 Batch :

a. Parasetamol

= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch

= 375 mg x 300 butir

= 112,5 gram

b. SL

= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch

= 100 mg x 300 butir

= 30 gram

c. Amprotab

= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch

= 50 mg x 300 butir

= 15 gram

d. Pasta amylum 7%

Pasta amylum 7% = 7 gram/100 mL

Pemakaian larutan pengikat :

Berat pasta amylum yang digunakan = berat awal – berat akhir = y

gram

7% pasta amylum = 7/100 x y gram = z gram (Untuk sejumlah besar

batch)

Berat pasta amylum yang digunakan = 228,97 gram – 151,89 gram

= 77,08 gram

7% pasta amylum = 7/100 x 77,08 gram = 540 mg

e. Mg stearat 1%

Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram

Mg stearat = 1% dari seluruh jumlah granul

= 1/100 x 88,73 gram

= 0,8873 gram

f. Talkum 1%

Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram

Talkum = 1% dari seluruh jumlah granul

= 1/100 x 88,73 gram

= 0,8873 gram

g. Amprotab 5%

Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram

Amprotab = 5% dari seluruh jumlah granul

= 5/100 x 88,73 gram

= 4,4365 gram

Perhitungan berat tablet teoritis :

Berat tablet (mg) = berat parasetamol + berat SL + berat amprotab + berat mg

stearat + berat talkum + berat amprotab

= 375 mg + 100 mg + 50 mg + 5,25 mg + 5,25 mg + 26,25

mg

= 561, 75 mg

Perhitungan berat tablet nyata :

Berat tablet (mg) = berat parasetamol + berat SL + berat amprotab + berat mg

stearat + berat talkum + berat amprotab

= 375 mg + 100 mg + 50 mg + 2,95 mg + 2,95 mg + 14,7

mg

= 545, 6 mg

F. Prosedur Kerja

CATATAN PENGOLAHAN

Tanggal Kerja Uraian

8 Maret 2016 1. Kondisi ruangan

- Bersih dicek

- Suhu

- Kelembaban relatif

2. Alat

- Ayakan mesh no 10, 14, 20

Bersih di cek

- Baskom ukuran diameter 30,7 cm

Bersih di cek

- Gelas ukur ukuran 100 mL, 50 mL, dan 10

mL

Bersih di cek

- Gelas piala ukuran 1 L, 250 mL, dan 100 mL

Bersih di cek

- Tray oven

Bersih di cek

- Oven pengering

Bersih di cek

3. Proses

Parasetamol dan amylum diayak dan ditimbang

- Gelas piala dan batang pengaduk kosong

ditimbang

- 7 g amylum disuspensikan dalam 100 mL air

menggunakan gelas piala ukuran 250 mL

- Gelas piala tersebut dipanaskan diatas

pemanas, aduk hingga terbentuk mucilago

yang bening

- Keseluruhan isi gelas piala yang berisi pasta

amylum ditimbang kembali

- Parasetamol dan amylum yang telah diayak

dalam baskom ukuran diamteter 30,7 cm

diaduk homogen

- Perlahan-lahan pasta amylum 15% yang telah

dibuat dimasukkan pada campuran dalam

baskom

- Keseluruhan campuran diaduk dengan cara

meremas hingga terbentuk massa yang dapat

dikepal

- Sisa isi gelas piala yang berisi pasta amylum

ditimbang kembali

- Massa yang dapat dikepal dilewatkan pada

mesh 14, ditampung pada tray oven yang

telah dilapisi kertas roti

- Granul basah diratakan dalam tray oven,

dikeringkan dalam oven suhu 60o – 70oC

sampai kadar air < 2%

15 Maret 2016 1. Kondisi ruangan

- Bersih dicek oleh

- Subu

- Kelembaban relatif

2. Alat

- Ayakan mesh no 10, 14, 20

Bersih dicek oleh

- Baskom ukuran diameter 30,7 cm

Bersih dicek oleh

- Plastik ukuran A4

Bersih dicek oleh

- Mesin cetak tablet

Bersih dicek oleh

3. Proses

- Granul kering ditimbang

- Granul kering dicampurkan dengan mg

stearat, talkum dan amprotab

- Granul kering dievaluasi

- Granul kering dicetak dengan mesin tablet

- Tablet dievaluasi

- Tablet dimasukkan ke dalam wadah kemasan

produk

G. Evaluasi

1. Evaluasi Granul

A. Uji kelembaban

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar air dari granul

Prosedur:

• Timbang 10 gram granul yang telah dikeringkan

• Simpan pada alat uji kelembaban dan nyalakan lampu pemanas pada

suhu berkisar antara 70 – 80 OC.

• Perhatikan penurunan bobot granul, bila bobot granul telah stabil

selama + 1 menit berarti telah selesai.

• Catat bobot awal, bobot akhirnya dan hitung :

= Kadar  air   LOD =  !"#"$  !"!#!!"#"$  !"#$%!"#"$  !"!#

x  100%

B. Uji daya alir granul

Pengujian ini dilakukan untuk melihat profil aliran granul tanpa

penambahan lubrikan

Prosedur:

• Timbang sebanyak 25 g granul

• Masukkan ke dalam corong bertutup.

• Simpan corong pada ketinggian 10 cm.

• Alasi tempat jatuh granul dengan kertas putih untuk menandai tempat

jatuhnya.

• Bersamaan dengan membuka tutup corong, mulailah penghitungan

waktu jatuhnya dengan stopwatch.

• Catat tinggi puncak dan diameter granul yang terbentuk.

• Hitung daya alir dan sudut istirahat dari granul :

Daya  alir =  Berat  granulWaktu  alir  x  100%Sudut  istirahat =  

tan  (Tinggi  puncak)1/2  Diameter

C. Uji kompresibilitas granul

Pengujian ini dilkukan untuk mengetahui sifat mudah atau sulit dikempa

dari granul

Prosedur:

• Timbang sebanyak 25 g granul.

• Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml lihat tanda batas dan

catat.

• Ketuk-ketukan gelas ukur berisi granul dengan interval ketukan 2 detik

1 ketukan.

• Perhatikan tanda batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami

penurunan volume lagi setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian

dinyatakan selesai dan catat volume akhirnya.

• Hitung kompresibilitas (indeks carr) :

Kerapatan  longgar   App.Density =Berat  granulVolume  awal

Kerapatan  mampat   Tap.Density =Berat  granulVolume  akhir

Kompresibilitas   Indeks  Carr

=  Kerapatan  mampat− kerapatan  longgar

kerapatan  mampat  x  100%

2. Evaluasi Tablet

A. Uji penampilan

Amati tablet hasil cetak secara visual, apakah distribusi warna

merata, ada cacat fisik atau tidak. Dilakukan dengan interval waktu

yang sama, parameter lain yang diukur keseragaman diameter dan

ketebalannya.

B. Uji kekerasan

Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik

selama proses produksi berikutnya, selama penyimpanan dan

transportasi. Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama

untuk menunjukkan adanya keseragaman. Pada pengujian kekerasan

dibutuhkan alat Hardness tester.

C. Uji keseragaman bobot

Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama dengan uji

penampilan. Pengujian dikerjakan pada 20 tablet dengan

menimbang satu per satu. Sesuai Farmakope Indonesia persyaratan

yang baik adalah :

Bobot rata-rata (mg) Deviasi Maksimum (%)

2 Tablet 1 Tablet

25 15 30

26 – 150 10 20

151 – 300 7,5 15

> 300 5 10

Untuk membuat bagan pemeriksaan kualitas bobot rata-rata tablet perlu

ditentukan batas aksi dan batas peringatan dengan rumus :

Batas aksi = X + / - 3,09 sd / n-2

Batas peringatan = X + / - 1,96 sd / n-2

Dimana :

X : berat tablet teoritis

sd : standar deviasi berat tablet

sd / n-2 : standar error rata-rata berat tablet

n : jumlah tablet yang diambil berurutan pada waktu tertentu

D. Uji kerapuhan (Friabilitas)

Pengujian dilakukan dengan alat friabilator, menggunakan 20

tablet selama 15 - 20 menit. Melalui pengujian ini terlihat tingkat

kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Tablet yang baik

mempunyai friabilitas < 1 %, bila lebih dapat diperbaiki dengan

meningkatkan kekerasannya atau menambahkan pengikat.

E. Uji waktu hancur

Dilakukan terhadap 6 tablet, menggunakan alat desintegration

tester. Persyaratan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua

tablet harus hancur < 15 menit (tanpa salut) dan < 60 menit (dengan salut).

F. Uji disolusi

Pengujian dilakukan untuk menentukan waktu melarut dari zat

aktif, metode yang digunakan sesuai dengan Farmakope Indonesia IV/

1995, atau Farmakope lain.

H. Hasil dan Pengolahan Data

• Evaluasi Granul

- Uji kelembaban

o Kadar air (LOD) = Bobot Awal – Bobot akhir x 100 %

Bobot Awal

= 10,022 gram – 9,098 x 100%

10,022 gram

= 1,15%

- Uji daya alir granul

o Daya alir = Berat granul/waktu alir

= 25 gram/2 s

= 12,5 gram/s

o Sudut istirahat = tan (tinggi puncak)/ ½ diameter

= tan (1,8)/4,25 cm

= 14,34o

- Uji kompresibiltas granul

Kerapatan longgar (App. Density) = Berat granul/volume awal

= 25 gram/40 mL

= 0,625

Kerapatan mampat (Tap. Density) = Berat granul/volume akhir

= 25 gram/31 mL

= 0,806

Kompresibilitas (Indeks Carr = Tap. Density – App.Densityx 100 %

Tap. Density

= 0,806 – 0,625 x 100%

0,806

= 22, 4% (Cukup)

• Evaluasi Tablet

- Uji keseragaman bobot

Rata-rata bobot keseluruhan = Jumlah dari keseluruhan bobot tablet

n tablet

= 11,25 gram/ 20 butir

= 0,5625 = 56,25%

- Uji Friabilitas

Friabilitas = Wo – WIx 100%

Wo

= 11,22 – 11,07 x 100%

11,22

= 1,33 %

I. Pembahasan

Percobaan pembuatan tablet parasetamol dalam praktikum ini

menggunakan metode granulasi basah. Pada umumnya hampir semua obat tidak

punya daya kompresibilitas, termasuk parasetamol, oleh karena itu digunakan

metode granulasi basah untuk mendapatkan daya kompresibilitas dan daya alir

yang baik. Daya alir yang baik diperlukan saat mencetak tablet dalam mesin,

tablet yang memiliki daya alir yang baik dapat masuk kedalam lubang cetakan

copper dengan mudah sehingga menghasilkan tablet yang baik (Kurnializa, 2013).

Dalam pembuatan tabalet parasetamol, digunakan eksipien untuk fase

dalam dan eksipien untuk fase luar. Pembagian fase dalam dan fase luar dibagi

berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari

zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat. Sedangkan, fase luar adalah zat esksipien

yang berfungsi untuk membantu proses peempaan tablet, yaitu zat pelicir dan zat

eksipien lain (Kurnializa, 2013).

Dalam membuat tablet parasetamol, pertama-tama ditambahkan amprotab

dan saccarum lactis sebagai bahan pengisi. Aprotab yang digunakan bersifat

sebagai disintegran (penghancur) dalam. Mekanisme kerjanya adalah dengan

membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat

cairan masuk ke dalam partikel tablet parasetamol. Amprotab merupakan zat

tambahan yang digunakan sebagai pengisi dan pengikat. Berfungsi sebagai

pengisi untuk menambah massa tablet yang akan di cetak dan fungsi sebagai

pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur

dengan homogen. Penambahan amprotab tidak boleh terlalu banyak karena akan

menyulitkan proses granulasi dan pada akhirnya tablet yang dihasilkan akan

sangat keras dan waktu hancurnya akan sangat lama (Kurnializa, 2013).

Parasetamol memiliki sifat higroskopis maka setelah ditambahkan zat

pengisi, diperlukan zat pengikat dan pengikat yang digunakan adalah pasta kanji.

Pasta kanji terbuat dari amilum 10%, penentuan kadar tidak boleh lebih dari 10%

karena akan membentuk masa yang keras (Atmajasari, 2014).

Metode granulasi basah akan membentuk granul, pembentukan granul atau

granulasi ini bertujuan untuk meningkatkan aliran dan karakteristik serbuk (atau

campuran serbuk). Hal ini berkaitan erat dengan parameter kualitas yang harus

dimiliki oleh zat yang akan dibuat tablet, yakni memiliki aliran (flow ability) dan

kemampuan dikempa (compressibility) yang tinggi (Kurnializa, 2013).

Granulasi di buat dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat

sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau

cairan bubur yang mengandung pengikat, yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting

dalam mengikat partikel. Kekuatan ikatan anatara parktikel dengan cairan akan

meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, bila cairan sudah

ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata, jika

sudah diperoleh dispersi yang merata berbentuk massa basah atau lembab maka

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat

dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak

kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan

ukuran tablet yang akan dibuat.

Namun dalam pengerjaannya dipraktikum ini, penambahan pasta kanji

untuk mendapatkan granul terlalu berlebih dan granul terlalu basah sehingga sulit

untuk melewati ayakan. Pasta kanji yang telah dibuat sebelumnya dicampurkan

sedikit demi sedikit hingga terbentuk suatu massa yang dapat dikepal.

Penambahan pasta kanji harus dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan,

karena apabila pasta kanji yang digunakan terlalu banyak akan menyulitkan

proses granulasi karena massa yang terbentuk basah dan sulit di proses menjadi

sebuah granul (Atmajasari, 2014)..

Massa yang telah bisa dikepal kemudian diseragamkan ukuran granulnya

dengan ayakan Mesh No. 14. Setelah diayak dan diperoleh granul, granul tersebut

disimpan pada suhu 500C selama ± 15 menit, suhu penyimpanan didalam oven

diatur sedemikian menyesuaikan suhu lebur zat aktif dalam sediaan, karena waktu

lebur parasetamol adalah 1690C sehingga jika aman jika suhu oven yang

digunakan adalah 500C (Atmajasari, 2014).

Dari hasil pengerjaan praktikum, granul dikeringkan selama 24 jam karena

granul terlalu basah, namun pengeringan selama 24 jam menyebabkan granul

mengeras dan menyusut terlalu banyak. Setelah pengeringan dengan oven, garnul

kembali diayak menggunakan Mesh 16, karena granul terlalu keras dan sulit

diayak, granul dihaluskan terlebih dulu menggunakan mortar dan stamper.

Kemudian kembali di ayak untuk membentuk ukuran granul yang lebih homogen.

Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang

berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke

dalam copper dengan baik pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di

cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat,

sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak

(tidak cepat hancur). Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk

memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan

ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan

sebanyak 1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5%

(Atmajasari, 2014).

Pada praktikum ini digunakan talcum 1% dan magnesium stearat 1%,

penambahan hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet

terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme

didalam tubuh. Jika Mg stearat terlalu besar akan terjadi laminating. Lamination

adalah keadaan dimana tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet

terjadi segera setelah kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah

udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau

overlubrikasi dengan stearate (Atmajasari, 2014)..

Selanjutnya, parasetamol sebagai zat aktif dan amprotab dicampurkan

hingga terbentuk suatu campuran yang homogen. Amprotab yang ditambahkan

kali ini bersifat sebagai disentegran luar. Penambahannya juga tidak boleh terlalu

banyak karena akan menyebabkan tablet yang terbentuk menjadi keras.

Setelah itu, campuran sediaan tersebut di timbang dan dievaluasi. Evaluasi

sediaan bertujuan agar jika terjadi kelainan selama proses dapat segera

ditanggulangi dan diperbaiki, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan yang

parah. Agar memiliki konsistensi yang selalu sama, maka diperlukan parameter

pengujian evaluasi yang sama selama proses berlangsung. Pengujian-pengujian

yang dilakukan antara lain, yaitu pengujian setelah granulai, pengujian saat

pencetakan, dan pengujian setelah pencetakan(Atmajasari, 2014).

Pengujian evaluasi setelah granilau yang dilakukan adalah uji daya alir

granul, uji kelembapan, dan uji komprasibilitas granul. Pengujian saat pencetakan

yang dilakukan yaitu, uji keseragaman bobot. Pengujian setelah pencetakan yaitu

uji kerapuhan (Friabilitas).

Uji daya alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet.

Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman

bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat

dari granul dengan menggunakan metode corong, sudut istirahat ini merupakan

sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk

atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal

ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 25 g

serbuk ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan

dihitung waktu alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang

dihasilkan.Dari hasil uji terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat

granul sebesar 14,340C dengan waktu alir selama 2 detik.Nilai ini menunjukkan

bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karena pada

umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya

lebih kecil dari 30 0C dan kurang dari 10 detik, sehingga granul dapat dicetak

menghasilkan tablet yang homogen.

Uji kelembapan atau penentuan kadar susut pengeringan “loss of drying”

(LOD) unutk menentukan kadar air yang terkandung dalam granul. Sebanyak 10 g

granul disimpan secara merata diatas piringan logam pada alat uji. Kemudian suhu

diatur pada 70 0C, dan kemudian alat dinyalakan selama 10 menit. Dari hasil

pengujian diperoleh % LOD atau kadar air yang terkandung dalam granul sebesar

1,15 %. Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki kadar air yang baik, karena

batas maksimum kadar air untuk granul adalah 2%.

Uji kompresibilitas granul dilakukan dengan menggunakan alat tap

density. Sebanyak 25 g granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat,

kemudian dicatat volume awalnya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 1250

ketukan dan kemudian volume akhir nya dicatat. Suatu granul yang baik memiliki

nilai % kompresibilitas aliran : 5-12 % sangat baik, 12-18 % baik, dan 18-23 %

cukup baik. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh nilai %

kompresibilitas dari granul sebesar 22,4 %. Nilai ini menunjukan bahwa granul

memiliki nilai kompresibilitas yang cukup baik.

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh tablet

memiliki skala yang telah ditetapkan atau tidak. Bobot rata-rata tablet parasetamol

adalah 56,25 %. Keseragaman bobot tercapai karena tidak ada tablet yang

mempunyai penyimpangan bobot yang terlalu signifikan dan angka ini sesuai

dengan perhitungan berat tablet teoritis yaitu 545,6 mg.

Uji kerapuhan (Friabilitas) dilakukan dengan menghitung persen bobot

yang hilang setelah tablet diguncang. Kerapuhan tablet di hitung pada 10 sampel

tablet menggunakan alat friabilator, nilai kekerasan yang didapat yaitu 4,133.

Sehingga dapat disimpulkan nulai kerapuhan tablet parasetamol ini baik karena

masih dalam rentang kekerasan tablet yang baik yaitu nilainya antara 4-10.

Setelah proses evaluasi dapat diterima dengan baik, maka tablet

parasetamol dikemas dalam kemasan yang baik dan dapat dipasarkan sesuai izin

edar yang berlaku.

J. Kesimpulan

Cara pembuatan tablet bahan aktif tunggal (Paracetamol) menggunakan metode

granulasi basah dapat diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

Atmajasari, Dwiyanti. 2014. Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit

Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan gelatin sebagai bahan

pengikat. Skripsi : Program studi farmasi Fakultas kedokteran dan ilmu

kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.

Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 4-6, 112, 488, 515, 649, 711

Goeswin, Agoes. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB.

Kibbe, A.H. 2000. Handbook of pharmaceutical exipients. Ed. III. American

Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Press. United States of

America. 102, 276, 305, 522, 555

Kurnializa, Era. 2013. Potensi Amilum Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis

Guineensis Jacq.) Sebagai Bahan Penhancur Pada Formulasi Tablet

Parasetamol. Skripsi : Program studi farmasi Fakultas kedokteran

Universitas Tanjungpura Pontianak.

Lachman, Lieberman HA, Kanig JL.1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri:

edisi ketiga vol II. Jakarta: UI Press.

Shanmugam, Srinivasan. 2015. Granulation techniques and technologies: recent

progresses. Journal biolmpacts, 2015, 5(1), 55-63.

Tjay, H.T dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media

Computindo.