Grand Strategi Polri

42
Grand strategi Polri, 2005-2025 : Surat keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia no. Pol. SKEP/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005. KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR GRAND STRATEGI POLRI 2005 – 2025 BAB I PENGANTAR 1. Bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. 2. Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya masyarakat madani yan adil makmur dan eradap berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Imdonesia tahun 1945.

description

Keputusan Kapolri tentang Grand Strategy Polri

Transcript of Grand Strategi Polri

Page 1: Grand Strategi Polri

Grand strategi Polri, 2005-2025 : Surat keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia no. Pol. SKEP/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MARKAS BESAR

GRAND STRATEGI POLRI 2005 – 2025BAB I

PENGANTAR

1. Bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia.

2. Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung

terwujudnya masyarakat madani yan adil makmur dan eradap berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Imdonesia tahun 1945.

3. Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan

fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selaku

alat Negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.

Page 2: Grand Strategi Polri

4. Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui penyelenggaraan fungsi

kepolisian agar kegiatan pembangunan nasional berjalan efektif, efisien dan

bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan Kepolisian Negara

Republik Indonesia melalui Grand Strategi Polri tahun 2005 – 2025.

5. Grand Srategi dalam rangka memantapkan kemandirian Polri sebagaimana

dirumuskan dalam buku biru Polri tentang reformasi Polri, maka melalui

rancangan paradigma baru Polri, Polri telah mencanangkan reformasi secara

gradual yang meliputi reformasi instrumental, structural dan cultural.

6. Periode 2005 – 2025 adalah masa waktu yang panjang dan penuh perubahan,

akibat Grand Srategi service untuk Polri sewajarnya juga harus merupakan

rangkaian strategi yang merespon terhadap kebutuhan public yang berevolusi.

7. Tiga tahapan dalam kebutuhan public terhadap pelayanan Polri adalah sebagai

berikut :

a. Periode 2005 – 2010 Terhadap Trust Building.

Masyarakat cenderung lebih mendambakan rasa aman dan rasa

keadilan dari pemerintah, peningkatan service quality focus pada

kebutuhan tersebut.

b. Periode 2010 – 2015 Tahap Partnership

Tingkat kepuasan terhadap rasa aman dan keadilan diharapkan

semakin baik, tuntutan masyarakat akan melebar pada manajemen rasa

aman dan adil yang akuntabel, transparan, open dan patuh rule of law.

c. Periode 2016 – 2025 Tahap Strive for Excellence

Tahap ini kebutuhan masyarakan akan lebih mengharapkan multi

dimensional service quality yang efektif dan efisien ditengah globalisasi

kejahatan yang makin canggih.

Page 3: Grand Strategi Polri

BAB II

KONDISI UMUM

1. Masih banyak factor penyebab masyarakat tidak percaya terhadap polisi baik

individu (oknum), sekelompok (semua polisi), kelembagaan (pemanpilannya)

maupun pengelaran institusinya (tidak dapat memberikan rasa aman).

2. Gambar krisis kepercayaan terhadap Polri, antara lain :

a. Saat ini banyak masyarakat yang tidak takut melanggar peraturan.

b. Masyarakat mengembangkan slogan-slogan yang melecehkan Polisi.

c. Masyarakat menganggap kewibawaan Polri hanya pada senjata dan

wewenang formalnya.

d. Masyarakat yang banyak uang menganggap Polisi tidak ada wibawa sama

sekali dan dapat dikendalikan.

e. Diera kebebasan pers penyelewengan Polri semakin terbuka dan citra Polri

semakin terpuruk.

3. Pada hakekatnya organisasi Polri adalah sebagai organisasi jasa/pelayanan dan

sekaligus sebagai organisasi kekuasaan (power) oleh karenanya dalam

pelaksanaan tugasnya harus memenuhi standar hukum, professional dan

proporsional meskipun terdapat keterbatasan sumber daya (infrastruktur, personel,

matfasjas, anggaran).

Page 4: Grand Strategi Polri

4. Kebijakan reformasi organisasi Polri yang disebut POSTUR KEKUATAN

POLRI, yaitu :

a. Memperkecil Kewenangan Mabes Polri (Desentralisasi)

b. Mabes Polri sebagai fasilitator atau pemberdaya Polda, Polres, Polsek agar

terjamin kinerjanya sesuai yang diharapkan, dalam bentuk :

1) Pelaksaaan pusat; berseragam dan tidak berseragam.

2) Dukungan auxiliary dalam bidang administrasi (kepegawaian,

keuangan).

c. Polda sebagai satuan induk penuh.

d. Polres sebagai Komando Operasional Dasar (KOD)

e. Polsek sebagai ujung tombak, mengemban pelayanan dan wewenang

diskresi penuh.

5. sasaran reformasi organisasi, yaitu perlunya memberi pelayanan yang terbaik

pada masyarakat dengan memperbesar unit garis terdepan dan memperkecil unit

pusat yaitu Mabes Polri (mengandung desentralisasi sesuai dengan tuntutan

otonomi daerah).

6. Dalam rangka Grand Strategi Polri 2005 – 2025, sasaran pembangunan diarahkan

sesuai tahap sebagai berikut :

a. Tahap I Trust Building (2005 – 2010)

Membangun kepercayaan internal Polri dalam grand strategi

merupakan factor penting karena merupakan awal dari perubahan menuju

pemantapan kepercayaan trust building internal meliputi : kepemimpinan,

sumber dana, sdm, orang yang efektif, pilot project yang konsisten di

bidang Hi-Tech, kemampuan hukum yang sarpas mendukung Visi Misi

Polri.

Page 5: Grand Strategi Polri

b. Tahap II Partnership Building (2011 – 2015)

Membangun kerja sama yang erat dengan berbagai pihak yang

terkait dengan fungsi kepolisian dalam penegakan hukum, ketertiban serta

pelayanan, perlindungan, pengayoman untuk menciptakan rasa aman.

c. Tahap III Service for Exellence (2016 – 2025)

Membangun kemampuan pelayanan public yang unggul,

mewujudkan good government, best practice polri, profesionalisme SDM.

Implementasi teknologi, infrastruktur matfasjas guna membangun

kapasitas polri (capacity building) yang kredibel di mata masyarakat

nasional, regional dan international.

BAB III

POTENSI PEMBANGUNAN DAN FAKTOR STRATEGI

1. Penegakan Keadilan Masyrakat

a.penegakan keadilan masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan restorative

community justice adalah suatu upaya pencegahan kejahatan (bukan

mengutamakan penanggulangan untuk menegakan hukum, keamanan dan

ketertiban masyarakat). Pencapaian tujuan utama lembaga polisi tersebut

terbukti tidak cukup dengan mengandalkan sistem peradilan criminal

(criminal justice system) yang mudah memancing polisi memakai sistem

pendekatan represif. Di samping itu, kita menyaksikan kejahatan makin

meningkat dalam berbagai bentuk. Diberbagai belahan dunia telah mulai

dikembangkan sitem operasi kepolisian dengan penerapan “Penegakan

Keadilan Masyarakat” yang menekankan aspek keadilan sebagai motivasi

memecahkan masalah kejahatan, pencapaian keamanan dan ketertiban

masyarakat, sekaligus menunjang kehidupan demokrasi.

Page 6: Grand Strategi Polri

b. Pendekatan penegakan keadilan ini secara integral mempunyai empat

tujuan utama yaitu :

1) Menciptakan sistem untuk pencegahan dan penurunan tindak

criminal.

2) Peneneman nilai dan norma keadilan dan cinta hukum di

masyarakat.

3) Pencegahan penyebaran tindak kejahatan.

4) Partisipasi masyarakat secara luas dalam memelihara ketertiban

dan rasa aman.

c.Keempat tujuan tersebut sebagai suatu proses yang berkesinambungan.

d. Partisipasi masyarakat merupakan srtategi utama dalam menjaga

ketertiban dan keamanan lingkungannya dengan mengupayakan

pembangunan sistem atau jaringan kebersamaan antara petugas polisi

dengan masyarakat.

e.Implementasi atau proses penegakan keadilan masyarakat dimana polisi berperan

aktif untuk mewujudkan dan menjalankan secara lebih efektif maka perlu

secara bersama memberdayakan 9 dimensi :

1) Dimensi pertama mencegah masyarakat maion hakim sendiri.

2) Dimensi kedua perlakuan manusiawi terhadap pelaku tindak

criminal.

3) Dimensi ketiga perhatian edukatif terhadap pelaku kriminal berusia

muda.

4) Dimensi keempat adalah memperhatikan secara seimbang pelaku

kriminal, korban dan keluarganya.

5) Dimensi kelima adalah memperlakukan pelaku criminal dengan

korban dengan penyelesaian keadilan.

Page 7: Grand Strategi Polri

6) Dimensi keenam adalah mengurangi penyamarataan hukum (gaya

militerristik menghadapi musuh).

7) Dimensi ketujuh adalah membangun control social terhadap proses

keadilan.

8) Dimensi kedelapan adalah membangun kebersamaan sebagai unsur

masyarakat.

9) Dimensi kesembilan adalah mencari alternative solusi untuk

mencegah tindak kejahatan.

2. Pemolisian Masyarakat

a.Kejahatan dan ketidaktertiban berbagai bentuknya telah meningkat di Indonesia

terutama sejak krisis ekonomi dan munculnya gerakan reformasi.

Kejahatan dapat digolongkan pada 2 kelompok besar :

1) Kejahatan dan ketidak tertiban yang terkait dengan lingkungan

pemukiman atau perkampungan atau terkait dengan lokasi tertentu.

2) Kejahatan dan ketidak tertiban yang terkait dengan pemukiman

antara lain demonstrasi yang bermuara pada kekerasan, terorisme,

perdagangan manusia lintas Negara.

b. Booklet peringatan Hari Bhayangkara ke 58 pada tanggal 1 juli 2004

memberi hight 4 macam kejahatan yang marak di Indonesia :

1) Kejahatan transnasional antara lain : terorisme, perdagangan

narkotika, penyelundupan senjata, pembajakan laut, perdagangan

manusia, kejahatan ekonomi internasional.

2) Kejahatan konvensional.

3) Kejahatan terhadap kekayaan Negara antara lain korupsi keuangan

Negara, illegal logging dan lain-lain.

Page 8: Grand Strategi Polri

4) Kejahatan yang berimplikasi kontijensi antara lain : konflik SARA,

unjuk rasa anrkis, GAM, OPM, RMS.

c.Kejahatan konvensional dan kejahatan kontijensi sangat terkait dengan lokasi

pemukiman sedangkan kejahatan transnasional dan kejahatan terhadap

kekayaan Negara tidak terkait dengan lingkungan. Masing-masing

kejahatan memerlukan penangana yang berbeda :

1) Kejahatan yang tak terkait dengan pemukiman (kejahatan

transnasional dan terhadap kekayaan negara), menyangkut

kejahatan terhadap negara pemerintah dan kepentingan public yang

merupakan gejolak makro yang secara tak langsung menimbulkan

kekuatiran atau keresahan masyarakat pemukiman.

2) Kejahatan dan ketidak tertiban yang terkait dengan lokasi langsung

mempengaruhi rasa takut dan ketidak amanan anggota masyarakat.

3) Oleh sebab itu, kinerja polisi terhadap penanggulangan kejahatan

dan ketidaktertiban di daerah pemukiman merupakan factor

srtategia bagi pembangun citra Polri yang pasitif.

4) Salah satu srtategi yang dinilai sangat ampuh dalam menangani

kejahatan dilingkungan pemukiman adalah Community Policing.

d. Pemikiran Community Policing timbul sebagai srtategi pemolisian yang

berbeda akibat dari pengalaman banyak Negara mengalami kesulitan

menurunkan angka kejahatan, ketidak percayaan pada kemampuan polisi

dalam menciptakan rasa aman serta makin meningkatnya organisasi

masyarakat yang berfungsi atau mengantikan fungsi polisi.

3. Pengembangan Budaya Polri

Page 9: Grand Strategi Polri

a.Budaya individu, kelompok dan organisasi mempuyai dominant yang luas,

sebagai mana tercermin dalam banyak devinisi budaya maka diperlukan

kajian tersendiri tentang pengembangan budaya polisi.

b. Pada dasarnya budaya merupaka kekuatan yang merupakan menentukan

sikap dan perilaku manusia bahkan dapat dikatakan budaya berperan

“sebagai ibu” sedangkan lembaga adalah “anak-anaknya”. Tanpa

pengembangan budaya secara terarah dan mengakar pada kehidupan

organisasi, maka manusia seperti anggota Polisi tidak dapat diharapkan

bersikap dan berperilaku yang konsisten atau menunjang visi, misi, kode

etik atau cita-cita yang dibangun oleh Polri.

c.Pengertian budaya dalam organisasi Polri :

1) Budaya adalah pola perilaku yang integrative dalam diri setiap

orang baik yang muncul pada pikiran, perkataan, perbuatan dan

artipak orang, dimana kesemuanya tergantung pada program

sosialisasi budaya dan kemampuan tiap orang untuk belajar,

meninternalisasi memperoleh insentif dan disinsetif dan

menyebarkan pengetahuan tersebut pada sesamanya atau generasi

berikutnya.

2) Dalam kontek organisasi, budaya organisasi terdapat pada nilai-

nilai, keyakinan dan perilaku kunci penting dari organisasi, yang

memanivestasi baik dalam lingkunggan kerja internal dalam

organisasi maupun diluar organisasi yang menjadi keharusan bagi

semua anggota Polisi.

4. Pengembangan Struktur Organisasi Polri diarahkan kepada :

a.Identifikasi sebagai upaya berbagai tugas utama dan pengelompokannya.

b. Rumusan tingkat kewenangan.

c.Penyeimbangan tugas dan kewenangan termasuk span of control.

Page 10: Grand Strategi Polri

d. Sistem koordinasi dan pengendalian.

e.Identifikasi kegiatan yang memerlukan kepakaran khusus atau sebaliknya

kegiatan yang tidak esensial yang dapat di out sourching.

5. Postur Kelembagaan (Institusi)

a.Organisasi dibedakan sebagai lembaga (institusi) dan sebagai birokrasi. Dalam

ilmu sosiologi, entity institusi menekankan pemberlakuan perilaku yang

standar berdasarkan kebijakan organisasi yang sangat rinci.

1) Institusi memiliki kegiatan atau fungsi yang dibakukan,

kematangan dalam kegiatan rutin, tetapi tujuannya dapat berubah

seperti Polri yang bertujuan menanggulangi kejahatan, dapat

berubah menjadi pencegahan kejahatan.

2) Kekhasan lembaga seperti Polri, selain mempunyai standarisasi,

tetapi sangat diwarnai oleh sejarah, tradisi, nili-nilai, bahkan emosi

(seperti jiwa korp yang kuat).

b. Organisasi Polri sebagai lembaga atau institusi, mengandung implikasi

khusus dalam mencari arah perkembangan Polri dimasa mendatang, serta

implikasi komponen-komponen yang menjadi cakupan dalam

merumuskan Grand Srtategi Polri dalam jangka panjang.

6. Polri Berbasis Pelayanan

a.Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu dari sekian lembaga

Negara Republik Indonesia. Setiap lembaga Negara memiliki fungsi yang

Page 11: Grand Strategi Polri

relative berbeda walaupun demikian tujuan utama dari setiap lembaga

Negara adalah sama yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat

sehingga tercipta suatu masyarakat yang aman, adil, makmur dan

sejahtera.

b. Undang-undang Polri Nomor 2 tahun 2002 menyatakan kepolisian Negara

Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum serta

perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri.

c.Peran utama Polri di masyarakat dapat dikatagorikan sebagai public service yang

memiliki implikasi yang sangat fundamental pada organisasi yang

menyediakan jasa tersebut.

d. Kinerja suatu organisasi dapat berbentuk produk, service atau kombinasi

keduanya.

BAB IV

VISI DAN MISI POLRI

1. Visi Polri

a. Polri menjadi orang yang berdedikasi penuh pada rakyat berlandaskan

demokrasi.

b. Proaktif dalam mewujudkan masyarakat yang menjujnjung tinggi

hokum dan rasa keadilan, serta hak-hak azasi manusia.

c.Polisi yang professional dan akuntabel dalam pelayana pencegahan kejahatan,

gakum, dan penciptaan rasa aman dan bebas rasa taku yang meluas di

masyarakat serta dicintai secara nasional dan diakui secara

internasiona.

Page 12: Grand Strategi Polri

d. Mewujdkan lembaga kepolisian RI yang mandiri, terbuka, bermoral

serta memiliki kredibilitas dan kompetensi yang unggul dalam setiap

perubahan lingkungannya

2. Misi Polri

a. Mengutamakan peran perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat guna mewujudkan rasa aman masyarakat. (public safety)

b. Proaktif melaksanakan pencegahan kejahatan dan pelanggaran dengan

mengefektifkan comunity policing guna peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat (crime prevention).

c.Menegakan hokum secara professional dan proporsional dengan menjunjung

tunggu supremasi hokum, HAM, keadilan dan kepastian hokum.

d. Meningkatkan kerjasama dengan intasi lembaga dalam dan luar negeri

dalam rangka memulihkan keamanan dalam negeri.

e.Membangun kelembagaan Polri serta mengelola suber daya secara efektif dan

efisien guna kelancaran pelaksanaan tugas.

f. Membangun mobilitas teknologi yang memadai guna penanggulangan

kejahatan dengan dinamikanya.

g. Melaksanakan kerjasama kepada kepolisian internasional.

BAB V

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA (PJP) POLRI

TAHUN 2005 - 2025

Dalam Grand Strategi Polri khususnya pentahapan dalam pembangunan jangka

panjang dibagi tiap periode dengan menekankan pembenahan berdasarkan orientasi

khusus yaitu :

1. Tahap I (Tahun 2005 – 2010) Membangun kepercayaan.

Page 13: Grand Strategi Polri

a. Urgensi Membangun Kepercayaan.

Ciri dasar masyarakat adalah suatu kehidupan bersama, trust

merupakan prasarat untuk terjadinya kerjasama, agar kehidupan berjalan

teratur dibutuhkan pegangan norma atau aturan yang harus disepakati

(kontrak social) dalam mengatur kehidupan bersama. Efektivitas kontrak

social terletak kepada adanya landasan kepercayaan (Trust) yang dibangun

dengan masyarakat, bahwa tiap orang benar-benar mau menjalankan

norma itu. Norma dan aturan bisa saja diadakan, tetapi bila tidak ada Trust

maka akan situasi ketidak pastian dimana setiap orang akan merasa was-

was, contoh seorang pelajan kaki akan berjalan dengan tenang di trotoar

karena percaya tidak akan ada kendaraan melanggar aturan dan tidak

berakibat penabrakan dari belakang.

Secara srtategis, trust dipilih sebagai salah satu factor utama dalam

pengembangan Polri tahap pertama adalah bahwa keberhasilan Polisi

dalam menjalankan tugasnya banyak hal memerlukan dukungan dan kerja

sama dari masyarakat, penciptaan rasa aman sangat ditentukan oleh

kepercayaan dan kerjasama masyarakat.

b. Trust Building ke Public

1) Trus dapat ditingkatkan melalui srtategi proaktif Polri dimana

mereka lebih membuka diri dan melakukan inisiatif yang pada

masa lalu tidak atau belum dilakukan. Trust Building mencakup

upaya untuk meruntuhkan “mitos” bahwa Polri (pada tingkat

individual dan organisasi) tidak dapat dipercaya. Berbagai upaya

untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dapat dilakukan

antara lain adanya pernyataan (political) dari setiap unit Polri

bahwa merekan akan lebih ankutanbel, transparan dan

professional. Namun perlu pula kejelasan pernyataan mereka

misalnya dengan indicator sehingga kesan retorika dapat

Page 14: Grand Strategi Polri

dihindarkan, spesifikasi tersebut merupakan social contract antara

Polri dengan public.

2) Membuat laporan kinerja yang disampaikan secara rutin kepada

lembaga pulik (DPR/DPRD).

3) Membuat open house (forum stakeholder) secara rutin minimal 1

tahun sekali dimana warga memberikan masukan kepada unit-unit

Polri (Polsek, Polres, Polda). Kesempatan ini meningkatkan trust

namun hasil masukan mereka harus dibahas dalam pertemuan

berikutnya sehingga tidak menjadi mubazir.

4) Memenuhi laporan kekayaan pejabat Polri ke KPKPN. Membuat

sistem pengaduan (complaint management) yang baik dan dapat

diakses sehingga pengadu dapat memperoleh kepastian mengenai

pengaduan yang diajukannya.

5) Membuat system kontrak dengan warga dimana setiap

Kapolres/Kapolsek menyebarkan leaftet, booklet, poster secara

rutin dalam periode tertentu, isi leaflet menyatakan kesediaan Polri

meningkatkan service dan himbauan agar warha membantu

keamanan.

6) Membuat Komisi Kepolisian Tingkat Propinsidan Kabupaten.

7) Berbagai upaya diatas terutama yang berkaitan dengan upaya

kontak dan komunikasi pada public.

c.Reorientasi Sistem Keadilan (Restorative Justice)

1) Strategi Restorative Justice (pemulihan keadilan) dapat

menigkatkan trust karena menunjukan bahwa Polri bertindak

sebagai fasilitator, bukan hanya “penghukum” (penegak hukum)

Page 15: Grand Strategi Polri

yang menjuru represif, melainkan dan terutama Polri

mengutamakan “pendamai” (dalam penegakan hukum) bagi

penanggulangan kejahatan ketidaktirtiban yang sebagian besar

timbul dari konflik kepentingan, berperan sebagai pihak ketiga

yang menghasilkan win win solusition.

2) Namun peran Polri tidaklah tunggal, melainkan melibatkan juga

pihak lain seperti RT/RW, Lurah/Kepala Desa, Kejaksaan Negeri,

Pengadilan negeri serta tokoh public/agama lainnya. Dalam 5

tahun kedepan perlu disosialisasi agar restorative justice dapat

dilaksanakan. Perlu pemetaan yang jelas karena terdapat

kemungkinan bahwa pihak yang bersengketa justru tidak

mendukungnya. Sebagai contoh, konflik dari pihak pihak yang

berbeda secara kelas maupun SARA sehingga menuntut

pelaksanaan hukum yang mereka anggap netral.

d. Citra Polisi (POLRI)

1) Peningkatan kepercayaan masyarakat kepada Polri, bersasaran

mencapai citra positif yang tulen. Seberapa jauh Polri memnabgun

kepercayaan masyarakat dapat diketahui baik secara bilateral

maupun trilateral.

Secara bilateral, public sebagai konsumen dapat menyatakan atau

menilai Polri melalui poling, atau secara individual seperti

wawacara di media cetak dan elektronik. Demikian pula, citra

dapat diberikan oleh seseorang (tokoh public opinion

maker/builder) melalui media cetak atau elektronik. Selain itu

secara trirateral , citra dapat pula ditentukan oleh pihak ke tiga

(yang bukan konsumen) yakni berbagai lembaga yang

mengevaluasi Polri, misalnya marketing research/audit,

universitas, KPK, Kantor Pajak, dan Police Watchdogs.

Page 16: Grand Strategi Polri

2) Upaya peningkatan citra melalui konsultan PR (Spin Doctor)

dengan kiat-kiat tertentu mungkin dapat berdampak positif bagi

suatu kelompok pada masa tertentu. Namun upaya ini dapat

menghasilkan pengaruh negatif (Back Fire). Sebaliknya upaya ini

akan menimbulkan sinis dan pulik semakin tidak percaya kepada

Polri yang dianggap tidak jujur. Masalah citra sebenarnya

berkaitan dan merupakan cerminan dari trust public sangat

tergantung dari keberhasilan upaya atau srtategi trus building.

e.Trus Building pada Internal Polri

1) Trust building ke public (eksternal) tidak akan efektif jika tidak

dibangun trust building kedalam lingkungan kerja Polri sendiri

(internal). Seperti juga upaya keluar, maka dalam upaya internal

ini peran dari pimpinan merupakan factor penting yang merupakan

awal dari perubahan menuju pemantapan kepercayaan.

2) Kepemimpinan : warga Polri (termasuk istri dan anak) akan

mempercayai pimpinan yang sesuai antara kata dengan tindakan.

Dalam hal ini masalah transparasi dan akuntabilitas mengenai

kenaikan karier (jabatan dan pangkat) yang obyektif dan menjauhi

klik atau KKN merupakan awal yang penting. Para anggota dapat

mempercayai pimpinan jika dalam penyelesaian kasus terhindar

dari pola-pola kompromi (seperti suap) yang tidak menyelesaikan

penegakan hukum. Demikian pula masalah gaya hidup pimpinan

yang wajar serta tidak adanya budaya setoran akan meningkatkan

kepercayaan internal.

3) Sumber dana : Menurunkan secara bertahap porsi sumber dana

pembiayaan kegiatan polri yang berasal Dari PARMAN

(partisipasi teman) atau PARMIN (partisipasi kriminal) yang mirip

dengan gaya preman dan mengandung pelanggaran atau kompromi

Page 17: Grand Strategi Polri

hokum, sehingga masyarakat dapat lebih trust terhadap tindakan

penegakan hokum dan keadilan dari Polisi. Kesadaran mral dalam

hubungan dengan uang serta kebijakan yang mendukungnya

merupakan usaha kunci menurunkan Parman.

4) SDM : Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM menuju service

excellence dengan asumsi adanya sumber dana yang lebih

menjamin kesejahteraan yang wajar bagi Polisi, perlu dilakukan

dengan selalu meminta masukan (feedback) dari public

(konsumen).

5) Organisasi yang efektif : Secara internal efektivitas organisasi

dapat ditingkatkan jika disesuaikan secara cukup luas dengan

karakter masyarakat dan kejahatan yang ada.

6) Pilot Project : Untuk tahap periode 2011 – 2015 (khususnya

Community Policing) perlu secara konsisten diperluas melalui

diseminasi berbagai base practices mengenai hal ini sehingga

replikasi (dan modifikasi) dapt terlaksana dengan baik. Mungkin

perlu pilot project secara nasional melalui program peningkatan

otonomi daerah dengan melakukan disatu kabupaten disetiap

propinsi.

2. Tahap II (tahun 2011 – 2015) Kemitraan/Partenership Building.

Pada Grand Strategi Tahap II periode 2011 – 2015 memfokus pada

perubahan yang berorientasi pada tema pembangunan kebersamaan (Partenership

Building). Tahap Peratama diatas, yang bertema pembangunan kepercayaan (Trust

Building) dimana salah satu yang utama adalah penguatan identitas Kepolisian.

Partenershi Building membangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang

Page 18: Grand Strategi Polri

terkait dengan kerja fungsi Kepolisian dalam penegakan hukum, ketertiban, dan

menciptakan rasa aman.

Pada dua kelompok ide besar dalam pembangunan kebersamaan ini yang menjadi

focus Grand Strategi tahap II. Kelompok pertama memusatkan pembangunan

kebersamaan dengan pihak diluar Kepolisian, termasuk didalamnya adalah Pemda,

TNI, Bank Indonesia, Berbagai organisasi masyarakat dan lain-lain, kelompok

kedua berpusat didalam organisasi (internal) termasukmasalah manajemen

Kepolisian dan kepemimpinan untuk menunjang perubahan yang diperlukan.

Orientasi kerjasama public dapat diarahkan kepada lembaga Pemerintah seperti :

a. Tentara Nasional Indonesia

1) Fungsi Kepolisian dalam masyarakat modern telah jelas

diformulasikan dalam dua kata yang dalam istilah lebih popular

sebagai To Serve & To Protect masyarakat untuk menciptakan rasa

aman. Oleh karena itu focus pekerjaan Kepolisian lebih pada

fungsi keamanan bagi masyarakat yang mempercayakan tugas

tersebut pada Polisi, namun pada situasi tertentu misalnya

keamanan individu tersebut menyangkut seorang Kepala Negara

yang mencerminkan keamanan Negara, maka tentara (TNI) bisa

saja melibatkan diri namun atas permintaan POLRI. Dalam kasus

seperti ini maka Kepolisian diharapakan mampu untuk

bekerjasama dalam penyelesaian perkara dengan baik.

2) Pada masa dimana kelangkaan dana Pemerintah pusat merupakan

suatu norma dari pada kekecualian, maka kerjasama penggunaan

peralatan dan sumber daya menjadi sangat penting dalam rangka

mengurangi duplikasi dan menghemat dana. Sharing (kerjasama

penggunaan) sumber daya seharusnya menjadi keadaan yang harus

diupayakan sejak awal.

3) Ilustrasi yang baik misalnya angkatan udara yang menguasai system

radar bersama-sama dengan Kepolisian memanfaatkan peralatan

Page 19: Grand Strategi Polri

tersebut dan tidak membuat sistem radar sendiri. Pengamanan laut

yang semasa Kepolisian menjadi bagian militer diserahkan kepada

Angkatan Laut tentunya memerlukan waktu yang lama untuk

membangun pembagian kerja dari awal.

Merujuk kasus dibeberapa Negara lain dimana fungsi Kepolisian

dipecah pada berbagai organisasi yang berbeda, maka pelayanan

fungsi ini bias saja sementara masih dilakukan oleh Angkatan

Laut.

4) Pada saat ini pengamanan kelautan bagi Polri masih pada tahap

penyedian transportasi dan logistic, yaitu mengangkut Polisi

ketempat tujuan pengamanan. Dimasa depan fungsi pengamanan

laut Polri perlu diarahkan sebagai fungsi surveillence untuk

kegiatan preventuf dan preemtif, serta membangun kerjasama

dengan pola baru. Atau bisa saja diluar Kepolisian seperti

coastguard. Adapun yang menjadi kebijakan kedepan Kepolisian

perlu bekerjasama agar fungsi pengamanan bisa dilakukan dengan

baik pada biaya yang minimal.

b. Jaksa dan Penegak Hukum lain

Kerjasama yang baik dengan Kejaksaan dan Kehakiman misalnya,

sangat membantu terselesaikannya proses hukum dengan cepat dan

menegakkan keadilan. Ketiga belah pihak merumuskan kembali intergritas

pembagian fungsi masing-masing secara intergratif. Proses kasus tidak

menjadi mentah karena masing-masing berlindung dibalik wewenangnya

yang sah menurut hukum. Tanpa mengabaikan rasa keadlian dan tidak

perlu pula membengkokkan kebenaran, kerjasama dapat menghindari

kekurangan ataupun kesalahan prosedur yang menyebabkan proses

peradilan sekali pun dengan biaya yang mahal karena adanya

pengulangan.

Page 20: Grand Strategi Polri

c.Bank Indonesia

1) Kerjahatan perbankkan dimasa depan akan semakin komplek, yang

didukung dengan teknik manajemen dan teknologi yang canggih.

Memang Kpolisian sendiri perlu menyiapkan sumberdaya yang

mampu menyidik kejahatan krah putih ini. Dengan kemampuan

sumberdaya yang baik, kerjasama institusi akan semakin

memperkuat Kepolisian secara keseluruhan dalam kejahatan sector

keuangan untuk turut memantapkan pemulihan ekonomi dalam

jangka panjang.

2) Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia mempunyai

akses pada sistem perbankan secara keseluruhan. Terlibatnya

perbankan luar negeri pada kasus transnational crime di Indonesia

semakin memperkuat alasan untuk melakukan kerjasama yang erat

dengan Bank Indonesia yang mempunyai akses pada kolega Bank

Central di Negara lain.

d. Pemerintah Daerah (Pemda)

Kepentingan daerah atas keamanan daerah mereka merupakan

perwujudan rasa aman nasional bagi setiap anggota masyarakat daerah

manapun di Indonesia serta menentukan upaya kelancaran pembangunan

daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai kalau keamanan

dapat dijamin, baik bagi investasi bagi dalam negeri maupun insvestasi

asing. Disinilah letak simbiosi anatr Kepolisian dan Pemda.

e. Organisasi Profesional

1) Kemitraan dapat pula dilakukan dengan membangun kerjasama

dengan kalangan professional sebagai stage holder dengan tujuan :

a) Memperluas Kompetensi Polri.

b) Mengatasi kejahatan-kejahatan modern.

c) Perbaikan manajemen Polri.

Page 21: Grand Strategi Polri

d) Peningkatan finansial Polri.

2) Supaya kemitraan ini tidak menjadi boomerang maka diperlukan

penanganannya dengan konsep intergrated project managemen.

3. Tahap III (Tahun 2015 – 2025) Strive For Excellence

Upaya mencapai pelayanan public yang unggul (Strive For Excellence),

termasuk Polri untuk mewujudkan pelayanan prima pada masyarakat dalam

pencegahan kejahatan, penegakan hukum dan ketertiban, merupakan bagian

prioritas pembangunan ekonomi dan budaya nasional untuk mewujudkan daya

saing bangsa (Nation Competitivenes), yang dinilai sangat terpuruk akhir-akhir ini

menjadi rangking 28 dari 30 terendah, demikian juga dalam rangking HDI (Human

Development Indexs), juga rangking dalam dunia perbankan (korupsi, kolusi dan

nepotisme), terlebih lagi dalam rangking sebagai negara terkorup dan daya tarik

rendah pada investasi, karena antara lain politik dan keamanan masih merupkan

tanda tanya dalam tahun-tahun mendatang.

Penggeleran Polri dalam Community Policing yang berbasis pada Ilpentek

dan semangat kemanusiaan yang berbudi luhur, merupakan tantangan kuat kedepan

yang harus ditempuh dengan terus memperkuat implementasi manajemen

knowledge dan teknologi dalam organisasi dan manajemen Polri. Strive For

Excellence kepada public dapat dicapai melalui upaya-upaya membangunan citra

Polri yaitu :

a. Membangunan citra Polisi dimasyarakat khusunya citra Strive For Excellence

memotivasi Polisi untuk berubah menuju professionalisme dan

kemandirian yang tangguh. Polisi perlu terus-menerus memperbaiki

pelayanannya menuju kepada pengakuan oleh masyarakat bahwa Polisi

mempunyai mekanisme perbaikan pelayanan yang terus-menerus.

Page 22: Grand Strategi Polri

b. Pengakuan masyarakat tidak saja standar pelayanan yang harus ditingkatkan

tetapi juga terhadap nilai-nilai yang menyertai profesionalisme itu sendiri,

yaitu :

1) Keunggulan (Excellence Oriented) : Orientasi pada prestasi,

dedikasi, kejujuran, dan kreatifitas proaktif berbasis kinerja.

2) Intergritas (Integrite) : Orientasi pada komitmen, menjunjung

tinggi nilai-nilai moral profesi.

3) Akuntabilitas (Acountable) : Berorientasi pada system yang dapat

ditelusuri jalurnya yang logis dan dapat diaudit mulai dari tingkat

Individu sampai Institusi Polri.

4) Tranparansi : Orientasi pada keterbukaan, kepercayaan menghargai

keragaman dan perbedaan serta tidak diskriminatif.

5) Kualifikasi (Qualified) mempunyai dasar pengetahuan dan

pengakuan.

6) Berbasis teknologi dan pengetahuan (Technologi and Knowledge

Based) : Semaksimal mungkin dalam menggunakan pengetahuan

pada semua tingkat anggota Polri sesuai dengan tuntutan tugasnya.

7) Memecahkan masalah (Problem Solver) : Fokus pada memecahkan

masalah, mengambil keputusan yang systematis, memperkecil

permainan politi organisasi.

c. Dengan semakin kuatnya nilai-nilai diatas, maka baik dari sisi Polri

maupun dari sisi public akan menghindari terjadinya pungli dan korupsi,

serta terhadap peluang-peluang kepentingan yang kuat dari pribadi-pribadi

yang berlangsung saat ini. Nilai-nilai diatas akan menguat sebagai suatu

Page 23: Grand Strategi Polri

paradigma baru yang memperhatikan kaidah-kaidah kemandirian,

keterbukaan dan profesionalime dengan menjalin kemitraan dengan

masyarakat dan batasan pada system maupun berdasarkan misi (mission

based management).

4. Rekomendasi

a. Rekomendasi program Jangka Pendek (2005 – 2010) Trust Building :

1) Menerbitkan banyak informasi actual tentang Polisi sipil yang

professional dan mandiri serta berimplikasi bagi terjaganya

ketertiban, keamanan dan penegakkan hukum ditengah-tengah

masyarakat sipil pada semua stage holder Polri.

2) Kewenangan untuk melakukan berbagai macam pendekatan

kepada masyarakat melalui program-program bersama dengan

berbagai kalangan perlu diciptakan bagi Polda, Polres dan Polsek.

3) Agar lebih dipercaya masyarakat, maka Polisi perlu lebih banyak

menciptakan inisiatif-inisiatif program pemeliharaan keamanan,

ketertiban serta pelayanan perpolisian yang dapat menarik

partisipasi masyarakat dari berbagai kalangan.

4) Upaya penegakan hukum lebih dititik beratkan pada upaya

pencegahan dan preemptive, melalui membangun berbagai aspek

pemulihan keadilan dimasyarakat.

Page 24: Grand Strategi Polri

5) Mengoptimalkan peran Polisi Wanita dalam menjalankan tugas

dilapangan yang mengedepankan pendekatan persuasif dan

dialogis.

6) Pelaksanan fungsi pengaturan, pengawalan dan penjagaan lebih

banyak diperhatikan aspek pemerataan diwilayah geografis

maupun strata social masyarakat agar semakin membangun kesan

ekklusif dan jauh dari masyarakat umum.

7) Gaya patroli lebih ditonjolkan kepada dialog dengan masyarakat

ketimbang sekedar mengawasi dari mobil maupun sekedar lewat

dengan motor patroli.

8) Optimalisasi fungsi kepolisian umum (meliputi semua lingkungan

hokum) dan khusus (misalnya : Bea Cukai, Imigrasi, Kehutanan,

Pengawasan Obat dan makanan, Patent dan Hak Cipta) yang selalu

mengambarkan citra penghargaan terhadap HAM dan martabat

manusia :

a) Meminimalisir praktek-praktek penyalah gunaan jabatan

dan wewenang Polisi di jalanan terhadap pelangaran

peraturan dan hokum.

b) Penerapan prinsip reward and punishment yang transparan

agar masyarkat melihat langsung keseriusan lembaga Poisi

membangun citra yang positif.

c) Menonjolkan citra sipil yang dialogis, persuasive, penuh

kearifan dan kedekatan dengan masyarakat melalui

berbagai masyarakat (bukan citra represif seperti banyak

tayangan tv).

Page 25: Grand Strategi Polri

9) Mereview kembali program On The Job Training, pendidikan dan

pelatihan profesi, untuk mengoperasikan semangat pemolisian

sipil.

10) Merancang ulang seragam simbol-simbol, istilah kepangkatan dan

hal-hal lain yang masih mencerminkan citra militer dengan

dominasi sentuhan tangan-tangan, perasaan serta paradigma silpil.

Pelibatan berbagai unsur masyarakat sipil dan membandingkan

“Polisi sipil” Negara lain akan sangat membantu mewujudkan

rekomendasi ini.

b. Rekomendasi Jangka Menengah (2011 – 2015) Partnership

1) Meninjau kembali kode etik profesi Polri untuk dirumuskan lebih

positif prinsif etis apa yang perlu ditumbuhkan bagi Poisi.

2) Mengambil inisiatif mengadakan banyak program yang dikelola

dengan masyarakat dengan sasaran jangka menengah dan panjang

yang berhubungan problematika masyarakat pada umumnya.

Misalnya kerja sama dengan sekolah-sekolah, perguruan tinggi,

organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan berbagai

kalangan lain dalam mengatasi bersama-sama permasalahan yang

sering dihadapi bersama yang terkait dengan ketertiban serta

keamanan.

3) Penerapan prinsip pemolisian berbasis masyarakat secara kreatif

dan disesuaikan dengan kondisi sosio cultural masyarakat

diberbagai wilayah Indonesia.

4) Peneran prinsip-prinsip penegakan keadilan masyarakat yang

mengedepankan aspek pencegahan tindak kejahatan, dialogis

dalam pemecahan konflik di masyarakat, penekanan pada

Page 26: Grand Strategi Polri

pendekatan HAM serta memperhatikan aspek manusiawi pada

pelaku tindak kejahatan sebelumnya, selama dan sesudah proses

peradilan dijalankan.

5) Bersama-sama terlibat aktif dalam pencegahan serta penanganan

kasus-kasus dibidang ekonomi, social, budaya, pelestarian alam

yang berpotensi menimbulkan masalah tindak kejahatan di

masyarakat.

6) Memperbanyak pusat-pusat studi Kepolisian bekerjasama dengan

berbagai pihak diseluruh wilayah Indonesia yang dapat

mendukung peningkatan seluruh jajaran Polisi dan pola kerjasama

dengan masyarakat, diberbagai wilayah tanpa harus selalu

diarahkan ke pusat.

7) Merekrut lebih banyak Polisi wanita sampai pada ratio yang

signifikan dan memberikan peran lebih luas pada perwira Polisi

wanita dalam posisi-posisi strategis structural/funsional serta

dikedepankan dalam interaksi dengan berbagai pihak pengambil

keputusan (institusi pemerintah, institusi penegak hokum lain,

kalangan bisnis, LSM dan kelompok masyarakat lainnya).

c. Rekomendasi Jangka Panjang (tahun 2016 – 2025) strive for

excellence.

1) Memiliki jaringan kerja dengan masyarakat yang disertai dengan

dukungan teknologi mutakhir sehingga memudahkan implementasi

prinsip-prinsip pemolisian bebasis masyarakat dan penegakan

keadilan masyarakat.

Page 27: Grand Strategi Polri

2) Polri telah sangat berperan secara sosiologic menjalankan

pemolisian berbasis masyarakat sebagai inisiator dan motivator

baik secara adapt (melalui penguasa adat, tokoh masyarakat, tokoh

adat dll) maupun secara inspiratoris terhadap satuan-satuan

pengamanan lingkungan (pemukiman, pabrik, kantor dan

pendidikan).

3) Memiliki kepemimpinan kultur kerja, manajemen, system

komunikasi, pendidikan dan pelatihan yang benar-benar

berorientasi pada hakekat Polisi sipil yang mengedepankan nilai-

nilai harkat martabat manusia serta hak asasi manusia yang hakiki.

4) Aktif diberbagai konferensi internasional baik sebagai partisipan

maupun narasumber khususnya dalam hal kajian peningkatan

kualitas Polisi sipil.

5) Melakukan internal dan eksternal bench marking kesuatu Negara

yang wilayah serta penduduknya mirip dengan Indonesia, dengan

demikian akan selalu terpacu untuk melakukan hal yang paling

baik dikelasnya.

6) Mendirikan sekolah Polisi berskala regional Asia Tenggara yang

bekerjasama dengan berbagai institusi Polisi Negara-negara Asia

Tenggara yang dapat dijadikan acuan berbagai lembaga pendidikan

dan pelatihan dilingkungan Polri.

7) Memiliki program rutin tahunan memberikan penghargaan pada

pihak sipil dengan criteria :

a) Menjadikan mitra kerja proaktif Polri.

b) Memberikan dukungan dan kontribusi positif terhadap

kesuksesan program Polisi.

Page 28: Grand Strategi Polri

c) Menjadi perpanjangan tangan Polri digaris depan dengan

penuh dedikasi serta tanpa pamrih, dan dipublikasikan

secara umum sebagai tanda kedekatan Polri dan masyarakat

sipil.