gp & Gb

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupa kan defi si t sens or ik yang pali ng se rin g terj adi, mempengaruhi lebih dari 2 50 juta orang di dunia. Di Indo nesia, gangguan pendeng aran dan ketul ian saat ini masih merupak an satu masalah yang dihad api masyar akat. Penye rapan informasi melalu i mende ngar adalah sebesa r 20%, lebih besar diban ding melalu i membaca yan g hanya men yer ap 10% informasi. Ana k den gan gan ggu an  pendengaran menunjukkan kesulitan untuk mempelajari k osakata, ungkapan dan aspek lain dari komu nikas i verba l. Perkembanga n aspek verbal atau kemampuan bahas a mempengaruhi perkembangan inteligen si. Walaupun perkiraan bervariasi karena perbedaan dalam criteria untuk menentukan gangguan pendengaran, kelompok umur yang disurvei, dan metode uji yang digunakan, dari 0,5 – 1 bayi baru lahir /1000 kelahiran menderita gangguan  pendengaran sensorineural bilateral, sedang sampai berat atau permanen. Dengan demikian, dip erkirakan bah wa pre val ansi kehilan gan pen dengar an bil ateral sedang sampai ber at  permanen naik sampai 1,5 – 2/1000 anak dibawah umur 6 tahun. Bila mempertimbangkan kehi langan pe ndengaran yang ke parah annya kurang at au sement ara atau ke hi langan  pendengaran berfluktuasi yang menyertai penyakit telinga tengah, begitu sering pada anak kecil, jumlah anak dengan gangguan pendengaran pada satu saat tertentu terus bertambah. B. Tujuan Tuj uan dar i pembuatan mak alah ini adalah unt uk membahas lebih spe sifik dari Gangguan Pendengaran. Selain itu, dalam makalah ini disertakan pula  Asuhan Keperawatan Gangguan Pendengaran, yang bertujuan untuk memud ahkan kita dalam menanggu langi / memberi tin dakan pad a bay i/ ana k yan g terkena Gan ggu an Pen den gar an ses uai den gan tindakan prosedur keperawatan. 1

Transcript of gp & Gb

Page 1: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 1/29

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering terjadi,

mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia. Di Indonesia, gangguan pendengaran dan

ketulian saat ini masih merupakan satu masalah yang dihadapi masyarakat. Penyerapan

informasi melalui mendengar adalah sebesar 20%, lebih besar dibanding melalui

membaca yang hanya menyerap 10% informasi. Anak dengan gangguan

 pendengaran menunjukkan kesulitan untuk mempelajari kosakata, ungkapan dan aspek lain

dari komunikasi verbal. Perkembangan aspek verbal atau kemampuan bahasa

mempengaruhi perkembangan inteligensi. Walaupun perkiraan bervariasi karena perbedaan

dalam criteria untuk menentukan gangguan pendengaran, kelompok umur yang disurvei, dan

metode uji yang digunakan, dari 0,5 – 1 bayi baru lahir /1000 kelahiran menderita gangguan

 pendengaran sensorineural bilateral, sedang sampai berat atau permanen. Dengan demikian,

diperkirakan bahwa prevalansi kehilangan pendengaran bilateral sedang sampai berat

 permanen naik sampai 1,5 – 2/1000 anak dibawah umur 6 tahun. Bila mempertimbangkan

kehilangan pendengaran yang keparahannya kurang atau sementara atau kehilangan pendengaran berfluktuasi yang menyertai penyakit telinga tengah, begitu sering pada anak 

kecil, jumlah anak dengan gangguan pendengaran pada satu saat tertentu terus bertambah.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih spesifik dari

Gangguan Pendengaran. Selain itu, dalam makalah ini disertakan pula  Asuhan KeperawatanGangguan Pendengaran, yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam menanggulangi/

memberi tindakan pada bayi/ anak yang terkena Gangguan Pendengaran sesuai dengan

tindakan prosedur keperawatan.

1

Page 2: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 2/29

 

C. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penyusunannya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan dan sistematika

 penulisan

BAB II : Tinjauan teoritik meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis.

BAB III : Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan

 pendengaran

BAB IV : Penutup

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 3/29

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIK 

A. Konsep Dasar 

Gangguan Pendengaran adalah istilah umum yang menandakan

ketidakmampuan dengan rentang keparahan dari ringan sampai sangat berat dan

meliputi tuli sebagian dan kesulitan mendengar (Donna L.Wong, 2001).

Gangguan Pendengaran adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama

melalui indera pendengarannya (Somantri, 2006).

Gangguan pendengaran dibedakan dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low of hearing), dimana deaf adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi.

Dan low of hearing adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan

tetapi masih berfungsi untuk mendengar, baik menggunakan maupun tanpa

menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). (Dwidjosumarto (Somantri, 2006).

Jadi Kesimpulannya, Gangguan pendengaran adalah anak yang mengalami

kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian maupun

seluruhnya yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau

seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

 berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengarannya sehingga ia mengalami

hambatan dalam perkembangan bahasanya.

B. Etiologi

1. Masa prenatal

a. Genetik Herediter 

 b. Non Genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan ( Infeksi bakteri atau

virus : TORCHS, campak), kelainan struktur anatomic (misalnya akibat

obat – obat ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea, dankekurangan

zat gizi.

2. Masa perinatal

3

Page 4: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 4/29

 

Prematuritas, berat badan lahir rendah ( < 2.500 gram), tindakan dengan alat

 pada proses kelahiran (ekstraksi vakum, fosrep), hiperbilirubinemia ( > 20 mg/

100 ml), asfiksia, dan anoksia otak merupakan factor resiko tejadinya ketulian.

3. Masa postnatal

Adanya infeksi bacterial / viral seperti rubella, campak, parotis, infeksi otak,

  perdarahan pada telinga tengah, dan trauma temporal dapat menyebabkan tuli

saraf atau tuli konduktif.

C. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

• tipe Konduktif ( Kehilangan pendengaran telinga bagian tengah )

• tipe Sensorineural (Tuli Saraf / Perseptif)

• tipe campuran ( Sensorineural – Konduktif )

• tipe saraf 

 

• GP. Konduktif GP Sensorineural

 

GP. Campuran GP. Saraf  

D. Patofisiologi

Gangguan pendengaran dibagi berdasarkan lokasi defek. Gangguan

pendengaran telinga bagian tengah atau konduktif  disebabkan karena

4

Page 5: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 5/29

 

terganggunya transmisi suara ke telinga bagian tengah. Gangguan ini adalah yang

 paling umum dari semua jenis kehilangan pendengaran dan yang paling sering

disebabkan oleh otitis media serosa. Gangguan pendengaran konduktif terutama

disebabkan oleh kekerasan suara.

Gangguan pendengaran sensorineural, disebut juga tuli saraf / perseptif,

melibatkan kerusakan pada struktur telinga bagian dalam dan atau saraf auditirius

(pendengaran), penyebab paling umum adalah defek kongenital pada struktur 

telinga bagian dalam atau akibat kondisi yang didapat, seperti kernicterus, infeksi,

  pemberian obat – obat oto toksik, , atau terpajan bunyi yang berlebihan.

Kehilangan pendengaran sensori neural menyebabkan distiorsi suara dan masalah

dalam membedakan suara. Walaupun anak mendengar beberapa hal yang

  berlangsung disekitarnya, namun suara tersebut terdistorsi, sehingga sangat

mempengaruhi pembedahan dan poemahaman.

Gangguan pendengaran sensorineural – konduktif (campuran) disebabkan

karena gangguan transmisi suara pada telinga bagian tengah dan disepanjang jaras

neural. Sering diakibatkan oleh otitis media yang berulang dan komplikasinya.

Gangguan pendengaran saraf  disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf  pendengaran sehingga tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.

E. Manifestasi Klinis

1. Pada Bayi

a. Kurangnya reflex terkejut atau berkedip terhadap suara keras

 b. Gagal terbangun oleh suara bising di lingkungan

c. Gagal melokalisasi sumber suara pada usia 6 bulan

d. Tidak ada suara gumaman atau perubahan nada dalam suara pada

usia 7 bulan.

e. Kurang berespon terhadap kata yang terucap, gagal mengikuti

arahan verbal

2. Pada Anak 

5

Page 6: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 6/29

 

a. Menggunakan sikap tubuh daripada verbalisasi untuk 

mengungkapkan keinginan , terutama setelah berusia 15 bulan

 b. Gagal mengembangkan kejelasan berbahasa pada usia 24 bulan

c. Kualitas monoton , bicara kurang dimengerti, tidak banyak tertawa

d. Bermain vocal, memukulkan kepala, atau menjejakkan kaki untuk 

sensasi getaran

e. Meminta untuk mengulang pertanyaan atau menjawab pertanyaan

dengan tidak tepat

f. Lebih berespon terhadap ekspresi wajah dan sikap tubuh

dibandingkan penjelasan verbal

F. Klasifikasi Kehilangan Pendengaran Berdasarkan Keparahan Gejala

Tingkat Pendengaran

(dB)

Apa yang dapat di

dengar tanpa pengerasan

Efek 

Sangat Ringan : 16 – 25

( Sulit Mendengar)

Semua suara bicara ,

suara huruf hidup

terdengar jelas,, dapat

tidak mendengar suara

konsonan yang tidak 

disuarakan.

Mempunyai kesulitan

mendengar suara yang

kecil atau jauh, biasanya

tidak menyadari kesulitan

  pendengaran, mungkin

  bersekolah tetapi dapat

memiliki masalah. Tidak 

ada defek dalam

kemampuan bicara.

Ringan : 26 – 40 Mendengar hanya

  beberapa suara

  pembicaraan,suara yang

diucapkan lebih keras.

Disfungsi pendengaran

  belajar, retardasi

kemampuan bicara ringan

Sedang : 41 – 65 Gagal mengenali

sebagian besar suara

Masalah bicara, etardasi

kemampuan bicara,

6

Page 7: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 7/29

 

  bicara pada tingkat

 percakapan normal

disfungsi belajar, tidak 

 perhatian.

Berat : 66 – 95 Tidak mendengar 

  pembicaraan percakapan

normal,

Dapat mendengar suara

keras jika dekat, mungkin

mampu mengenali bunyi

yang bising di lingkungan,

deapat membedakan bunyi

vocal tetapi tidak dapat

membedakan membedakan

sebagian besar konsonan.

Memerlukan latihan wicara

Sangat Berat : < 91

( Tuli)

Tidak dapat mendengar 

  pembicaraan atau suara

lain

Hanya dapat mendengar 

suara keras, memerlukan

latihan wicara yang

ekstensif, disfungsi belajar,

tidak perhatian.

G. Komplikasi

1) Infeksi telinga tengah,

2) Otosklerosis,

3) rheumatoid arthritis Virus infeksi pada saraf pendengaran (yang disebabkan

oleh virus seperti gondok dan rubela)

4) Meningitis (infeksi selaput otak)

5) ensefalitis (infeksi di otak)

H. Pemeriksaan Penunjang

1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory

Brainstem Response

Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)

sampai ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi

7

Page 8: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 8/29

 

yang berbeda–beda pada tingkat kekerasan yang berbeda–beda pula responnya

ditangkap langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive),

Dimana bayi akan di bius di tidurkan. Kemudian akan dilihat responnya terhadap

suara yang di ujikan. tidak perlu respon aktif dari pasien dan hasilnya

menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum dalam mendeteksi gangguan

 pendengaran..

2. TES OAE (Oto Acoustic Emission).

Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi

terutama rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga

dan menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya

  juga tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta

obyektif. Biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran

khususnya akibat gangguan di telinga tengah karena OME, OMA atau

sensorinerual hearing loss (SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.

3. Tes Tympanometri

Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang

sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan

gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu

respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan

gangguan telinga tengah jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.

4. Tes Audiometri

Audiometry, yaitu pemeriksaan untuk menunjukan berapa besar gangguan

dengar yang di derita. Bagi yang sudah berusia 10 tahun cukup dilakukan

audiometric. Caranya yaitu dengan masuk keruang kedap suara, kemudian di

 pasangkan headphone dan diuji berbagai nada. Mulai dari yang rendah hingga

nada yang tinggi, dalam test ini diharapkan harus jujur dengan apa yang di

dengarnya. Untuk memudahkan dalam menentukan berapa besar tingkat

gangguan dengar yang di derita.

5. TES ASSR (Auditory Steady State Response).

Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak.

Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti

layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien

karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak. Tes ini

8

Page 9: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 9/29

 

tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien harus diam

dan tenang dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 1 jam. Seringkali

dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika memang sulit, diminta

untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran

 pada bayi dan anak - anak yang masih kecil.

I. Penatalaksanaan

1) Bila kehilangan pendengaran teridentifikasi , evaluasi perkembangan ,

 bicara dan kemampuan bicara penuh diperlukan.

2) Anak dengan tuli saraf berat harus segera mulai memakai alat bantu

dengar, penilaian tingkat kescerdasan anak oleh psikolog untuk dirujuk 

dalam pendidikannya.

3) Pemasangan implan koklea ( dilakukan pada keadaan tuli saraf berat baik 

anak maupun dewasa yang tidak mendapat manfaat dengan alat bantu

dengar konvensional.untuk anak dengan tuli saraf sejak lahir implant

sebaiknya dipasang pada usia 2 tahun.

4) Pasca bedah ( dilakukan program rehabilitasi berupa latihan mendengar,terapi wicara, dll selama kurang lebih 6 bulan. Juga dilakukan evaluasi

 pasca bedah. Perangkat elektronik tersebut harus diperiksa dan dikalibrasi

 berkala ( mapping) setiap 6 bulan untuk anak < 6 tahun dan setiap 12

 bulan untuk anak yang berusia > 6 tahun.

BAB III

ISI MATERI

9

Page 10: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 10/29

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

A. Pengkajian

1. Kaji fisik ; perhatikan adanya anomali ( misalnya susunan telinga rendah )

2. Kaji riwayat keluarga, terutama mengenai kerusakan pendengaran

3. Kaji riwayat prenatal dan perinatal (tentang penyakit dan obat masa gestasi, tipe

dan durasi kelahiran, skor apgar, hipoksia dan hiperbilirubinemia.

4. Kaji riwayat kesehatan, (terutama mengenai imunisasi, penyakit serius, kejang,

demam tinggi, obat oksotoksik, infeksi telinga.

5. Kaji riwayat respon terhadap stimulus auditori, tes audiometric sebelumnya.

6. Kaji riwayat perkembangan motoric, perawatan diri, perilaki adaptif, sosialisasi,  perilaku ( mis, tenper tantrum, stimulasi vibratory, keras kepala, perubahan

 perilaku / kepribadian baru.

7. Observasi adanya manifestasi kerusakan pendengaran.

1) Pemeriksaan Fisik pada bayi

a) Kurangya reflex berkedip / terkejut pada bunyi keras.

 b) Tidak bangun oleh kebisingan yang keras

c) Kegagalan melokalisasi sumber bunyi pada usia 6 bulan

d) Tidak ada suara gumam atau nada suara pada usia pada usia 7 bulan.

e) Tidak membedakan bunyi secara umum

f) Kurangnya respons terhadap kata – kata yang diucapkan : gagal untuk 

mengikuti petunjuk verbal

2) Pemeriksaan fisik pada anak – anak 

a) Gagal mengembangkan keterampilan berbicara yang dapat dimengerti

pada usia 24 bulan

 b) Kualitas bicara monoton, tidak dapat dimengerti, dan kurangnya tertawa

c) Meminta untuk mengulang pernyataan atau menjawabnya dengan tidak 

tepat

d) Berespon lebih terhadap ekspresi wajah dan sikap tubuh dari pada

penjelasan verbal

10

Page 11: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 11/29

 

e) menghindari interaksi social; seringkali membingungkan dan tidak senang

dalam situasi tertentu, lebih senang bermain sendiri.

f) Sering keras kepala karena kurang pemahaman

g) Peka jika dirinya tidak paham, malu, takut dan menarik diri

B. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan sensori/ persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan

 pendengaran

2) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan

mendengar stimulus suara

3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan gangguankomunikasi

4) Risiko Tinggi Cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan

5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan diagnose ketulian pada anak 

B. Intervensi & Evaluasi

1. DX 1: Perubahan sensori/ persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan

 pendengaran

a) Tujuan

Klien akan mendapatkan pendengaran maksimal yang mungkin dicapai

 b) Kriteria hasil :

Anak mendapat dan menggunakan alat bantu dengar dengan tepat.

2) Keluarga mengetahui manfaat implant koklea

c) Intervensi :

1) Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.

Rasional : untuk menemukan satu yang dapat dipercaya

2) Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.

Rasional : untuk memastikan keuntungan maksimal

3) Tekankan pada keluarga pentingnya menyimpan batere alat bantu dengar 

dan mengajari anak atau mengawasi untuk tidak melepaskan batere

tersebut

11

Page 12: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 12/29

 

Rasional : untuk mencegah termakan / aspirasi baterai.

4) Ajarkan anak bagaimana caranya mengatur alat bantu dengar.

Rasional : Untuk mendapatkan manfaat yang maksimum

5) Bantu anak berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakan

suara tersebut.

Rasional : untuk memaksimalkan keterampilan mendengar.

d) Evaluasi : Klien dapat mengalami potensial pendengaran maksimum

2. DX 2 : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk 

mendengar stimulus suara.

a. Tujuan

1) Klien akan ikut serta dalam proses komunikasi dalam keterbatasan

gangguan

2) Klien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir 

 b. Kriteria hasil :

1) Keluarga melanjutkan praktik komunikasi dirumah

2) Keluarga memberikan rangsangan pada anak 

3) Klien berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan

4) Individu yang berkomunikasi dengan anak menggunakan teknik 

komunikasi yang baik.

c. Intervensi :

1) Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi.

Rasional : untuk melanjutkan pembelajaran dirumah ; dorong mereka

untuk mempelajari bahasa isyarat sebagai metode komunikasi.

2) Ajari bahasa yang menyampaikan tujuan bermanfaat

Rasional : Untuk komunikasi

3) Dorong penggunaan bahasa dan buku dirumah

Rasional : untuk merangsang komunikasi verbal dan meningkatkan

 perkembangan normal.

4) Dorong bahasa spontan dan perbaiki bicara

12

Page 13: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 13/29

 

Rasional : Untuk Meningkatkan perkembangan wicara

5) Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang perilaku

yang memudahkan membaca gerak bibir 

Rasional : untuk meningkatkan proses komunikasi

2. Evaluasi : Klien mampu membaca bicara gerak bibir 

3. DX 3 : perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

gangguan komunikasi

a) Tujuan

1) Klien akan mencapai tingkat kemandirian optimal sesuai dengan usia.

2) Klien akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan bersosialisasi

 b) Kriteria hasil :

1) Klien dapat melakukan aktifitas hidup sehari hari sesuai dengan tingkat

 perkembangannya

2) Klien mempunyai hubungan dan pengalaman dengan teman sebaya.

c) Intervensi

1) Bimbing keluarga dalam memilih mainan

Rasional : untuk memaksimalkan indra penglihatan dan taktil serta

 pendengaran residual

2) Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktifitas kelompok  

Rasional : untuk meningkatkan sosialisasi

3) Bantu anak mengembangkan persahabatan dengan teman sebaya yang

dapat mendengar dan tidak dapat mendengar 

Rasional : untuk meningkatkan sosialisasi

4) Anjurkan televisi yang memakai tulisan

Rasional : untuk kesenangan anak 

d) Evaluasi : Klien mencapai tingkat kemandirian optimal sesuai dengan usia.

4. DX 4 : Risiko Tinggi Cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan

Tujuan

13

Page 14: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 14/29

 

Klien tidak akan mendapatkan atau mengalami kehilangan pendengaran yang

lebih berat

Kriteria Hasil

Anak tidak mengalami kehilangan pendengaran

Anak tidak terpapar tingkat kebisingan yang berlebihan

Anak diimunisasi dengan tepat

Intervensi

1) Anjurkan imunisasi pada usia yang tepat.

Rasional : untuk mencegah kehilangan pendengaran sensorineural yang di

dapat karena penyakit masa kanak – kanak 

2) Cegah infeksi telinga

Rasional : penyebab kerusakan pendengaran yang paling umum

3) Kaji kemampuan mendengar pada bayi dan anak – anak yang mendapat

antibiotic ototoksik 

Rasional : untuk deteksi dini

4) Kaji sumber – sumber kebisingan yang berlebihan di sekitar anak 

Rasional : pemajanan pada kebisingan yang berlebihan merupakan

 penyebab Kehilangan pendengaran sensorineural

Evaluasi : Cedera Tidak Terjadi

5. DX 5 :Perubahan Proses keluarga berhubungan dengan diagnose ketulian pada anak 

Tujuan

1) keluarga menyesuaikan diri terhadap kehilangan pendengaran anak.

2) Keluarga menunjukkan kelekatan pada anak 

Kriteria Hasil

1) Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya mengenai

kehilangan pendengaran pada anak 

2) Keluarga menunjukkan pemahaman tentang implikasi dari kehilangan

 pendengaran

3) Keluarga terlibat dalam program yang tepat

14

Page 15: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 15/29

 

Intervensi

1) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan

kekhawatirannya.

Rasional : untuk meningkatkan penyesuaian

2) Bantu keluarga menghadapi perasaannya tentang respon sebelumnya

terhadap anak bila sifat masalah yang sebenarnya tidak diketahui

Rasional : untuk meminimalkan parasaan bersalah

3) Bantu keluarga menyadari luasnya ketidakmampuan anak 

Rasional : berpengaruh pada perkembangan bicara dan bahasa

4) Dorong rehabilitasi formal sesegera mungkin

Rasional : membantu mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan

normal anak 

d) Evaluasi: keluarga dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan

 pendengaran anak.

5. Implementasi

Menurut Dongoes (2000), implementasi adalah perawat

mengimplementasikan intervensi – intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan.

Menurut Allen (1998), komponen dalam tahap implementasi melipui tindakan

keperawatan, mandiri,kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan

keperawatan.

15

Page 16: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 16/29

 

BAB IV

KESIMPULAN

Gangguan pendengaran adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangankemampuan mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang disebabkan oleh kerusakan

atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan

seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera

  pendengarannya sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.

Penyebabnya terdiri dari Masa prenatal, Masa perinatal dan Masa postnatal. apabila tidak 

ditangani dengan segera dapat menyebabkan kompklikasi diantaranya : Infeksi telinga

tengah,Otosklerosis, rheumatoid arthritis, Virus infeksi pada saraf pendengaran (yang

disebabkan oleh virus seperti gondok dan rubela), Meningitis (infeksi selaput otak) dan

ensefalitis ( infeksi di otak ) . Deteksi dini sangat diperlukan .kalaupun harus memakai alat

 bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak."

16

Page 17: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 17/29

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

17

Page 18: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 18/29

 

Kemampuan bahasa membedakan manusia dan binatang. Kemampuan bahasa

merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif 

terhadap keterlambatan atau kerusakan pada siystem lainnya, sebab melibatkan kemampuan

kognitif, sensori, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak.

( Soetjiningsih.1995 ).

Perkembangan ucapan serta bahasa yang didapat diperlihatkan oleh seorang anak 

merupakan petunjuk yang kelak penting untuk menentukan kemampuan anak tersebut untuk 

  belajar. Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang lazim untuk 

mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral atau gangguan neorologik ringan, yang

kelak dapat dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar.

Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistim lambang yang dipergunakan

dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan (Nelson, 1994).

Bahasa berhubungan dengan kemampuan kognitif. Kemampuan bahasa dapat

diperlihatkan dengan berbagai cara seperti dengan cara bagaimana anak tersebut memberikan

respon atas petunjuk-petunjuk lisan yang diberikan kepadany, dengan gerakan-gerakan yang

diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan,

keinginan-keinginan serta pengetahuan tentang lingkungan yang berada di sekelilingnya serta

memulai permainan keatif dan imajinatif yang diperlihatkan oleh anak itu ( Nelson, 1994 ).

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak, emosi dan

lingkungannya.

Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua, diperkirakan gangguan wicara dan

 bahasa pada anak sekitar 4-5% ( diluar gangguan pendengaran serta cela platum ). Deteksi

dini perlu ditegakan, agar penyebabnya segera dicari, sehingga pengobatannya dapat

dilakukan seawal mungkin.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih spesifik dari

Gangguan Bicara. Selain itu, dalam makalah ini disertakan pula   Asuhan Keperawatan

Gangguan Bicara, yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam menanggulangi/ memberi

tindakan pada bayi/ anak yang terkena Gangguan Bicara sesuai dengan tindakan prosedur 

keperawatan.

C. Sistematika Penulisan

18

Page 19: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 19/29

 

Dalam penyusunan makalah ini, penyusunannya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan dan sistematika

 penulisan

BAB II : Tinjauan teoritik meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis.

BAB III : Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan bicara

BAB IV : Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIK 

A. Gangguan Bicara

1. Konsep Dasar 

19

Page 20: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 20/29

 

Gangguan Bicara adalah suatu keterlambatan dalam bicara dimana jika

dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa

( Jennifer Fusco, 2002).

Gangguan Bicara pada anak biasanya meliputi perkembangan bicara yang

terlambat, gangguan dalam pengucapan kata, kesukaran membaca atau menulis

( ilmu Kesehatan Anak, FK UI).

Jadi Gangguan Bicara pada anak adalah suatu gangguan dalam berbicara baik 

karena perkembangan bicara yang terlambat, gangguan dalam mengucapkan kata,

ataupun kesukaran membaca atau menulis.

2. Etiologi

1) Lingkungan :

a. sosial ekonomi kurang

 b. Tekanan keluarga

c. Keluarga bisu

d. Dirumah menggunakan

 bahasa bilingual

2) Emosi

a. Ibu yang tertekan

b. Gangguan serius pada

orang tua

c. Gangguan serius pada

anak 

3) Masalah pendengaran

a. Kongenital

 b. Didapat

3) Perkembangan terlambat

a. Perkembangan terlambat

b. Perkembangan lambat,

tetapi masih dalam batas

rata-rata

c. Retardasi mental.

4) Cacat bawaan

a. Palatoschizis

 b. Sindrom down

20

Page 21: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 21/29

 

6) Kerusakan otak 

a. Kelainan neuromuscular ( Mempengaruhi kemampuan menghisap,

menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi

seperti disartria)

b. Kelainan sensorimotor ( Mempengaruhi kemampuan menghisap,

menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi

seperti disartria)

c. Palsi serebral (Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga

masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia)

d. Kelainan presepsi (Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di

sekolah)

3. Macam – Macam Gangguan Bicara

1) Gangguan Bicara Kongenital

Retardasi Mental, Ketulian, Cerebral palsy, Anomali alat bicara

 perifer, Gangguan perkembangan Bicara ( Developmental speech disorders).

2) Gangguan Bicara didapat

Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, Disartria, Psikogenik,

Sosiokultural.

21

Page 22: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 22/29

 

4. Bagan faktor penyebab Gangguan Bicara

 

22

Lingkungan

1. Sosek rendah.2. Tekanan

Keluarga.3. Keluarga bisu.

Kerusakan Otak 

1. KerusakanNeuromuskuler.

2. Sensori motor.3. Serebral Palsi.

 

Emosi

1. Ibu tertekan.2. Gangguan serius

padaorangtua/anak

Masalah Pendengaran

Kongenital.

Didapat.

Gangguan

Bahasa

Ekspresif.

Perkembang

anTerlambat

Gangguan Bicara

Keluarga

1. Cemas.2. Kurang

Pengetahuan.3. Koping Keluarga

Hubungan Sosial

1. GangguanKomunikasiverbal.

2. Gangguan

Perkembangan

Intelegensi

Produktifitas

Resiko

Page 23: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 23/29

 

5. Manifestasi Klinis

1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya suara yang

datang dari belakang atau samping.

2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.

3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, da-

da, dan sebagainya.

4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.

5. Pada usia 21 bulan tidak memberi realsi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari,

 berdiri).

6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.

7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah

kata.

8. Setelah usia 4 tahun tidak bisa bicara/gagap.

9. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.

10. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau

mempunyai suara yang monoton tanpa henti, sangat keras dan tidak dapat

didengar.serta terus menerus memperdangarkan suara yang serak.

6. Pemeriksaan Diagnostik  

Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak 

tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan maka perlu

dilakukan pemeriksaan “auditory brainstem response”.

Pemeriksaan laboratorim lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis

 banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, terdapat gejala-gejala dari

suatu sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya

malformasi. Pada anak laki-laki dengan autismedan perkembangan yang sangat

lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperlukan. Skrining terhadap

 penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan jika terdapat kecurigaan ke arah itu.

23

Page 24: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 24/29

 

7. Penatalaksanaan

  Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan

oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang tua

 pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi

hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah

yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus.

BAB III

24

Page 25: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 25/29

 

ISI MATERI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA

A. Pengkajian

1. Data Subyektif  

1) Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu kata ?

2) Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin

mengungkapkan suatu ide ?

3) Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,

menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-

kata baru yang sulit diucapkan ?

4) Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?

5) Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata ?

6) Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi

mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatu kata ?

7) Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?

8) Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda

9) Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi

SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma

 persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial,

konduksi elektrik otak).

2. Data Objektif  

1) Kemampuan menggunakan kata-kata.

2) Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan

 bahasa, malas bicara).

3) Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.

4) Umur anak.

5) Kemampuan membuat kalimat.

6) Kemampuan mempertahankan kontak mata.

7) Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).

8) Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.

9) Gangguan fungsi neurologis.

25

Page 26: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 26/29

 

3. Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari

gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang

 berulang, sindrom William (fasien Elvin, perawakan pendek, kelainan jantung,

langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.

Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan

mengunyah, menjulurkan lidah dan menggulung suku kata PA, TA, PA-TA, PA-

TA-KA. Gangguan oromotor terdapat pada verbal apraksia.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi

 bahasa.

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.

3) Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.

4) Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berbicara.

C. Intervensi & Evaluasi Keperawatan

1. DX1: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya

stimulasi bahasa

kriteria hasil :

a. anak dapat mengerti beberapa stimulasi bahasa yang diajarkan padanya

 b. anak mau diajak berkomunikasi

Intervensi :

1) Lakukan latihan komunikasi dengan memperhatikan perkembangan mental anak 

2) Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal maupun non verbal.

3) Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi anak tentang suatu

hal.

4) Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.

5) Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver Speech Test.

` Evaluasi : Klien dapat berkomunikasi dengan baik 

2. DX 2 : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

26

Page 27: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 27/29

 

Pendengaran

Kriteria hasil :

a. Gangguan pendengaran pada anak berkurang

 b. Anak dapat mengerti apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya

Intervensi :

1) Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda-benda atau

dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artikulasi orang tua dalam

 berbicara.

2) Perhatikan kebersihan telinga anak  

e. Evaluasi : Klien dapat melakukan latihan komunikasi

3. DX 3 : Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa

Kriteria hasil :

Anak dapat berbicara walaupun sedikit

intervensi :

1) Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar.

2) Gunakan bahasa yang sederhana dan umum digunakan dalam

komunikasi sehar-hari.

3) Gunakan verifikasi bahasa sesuai dengan tingkat kematangan dan

pengetahuan anak.

Evaluasi : anak dapat berbicara dengan dimengerti

4. DX 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak 

 berbicara

Kriteria hasil :

a. Cemas orang tua berkurang

27

Page 28: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 28/29

 

 b. Orang tua dapat mengerti dan sabar dalam menghadapi anak 

Intervensi :

1) Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua terhadap anak.

2) Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, serta kemungkinan

 penanganan lanjutan, prognose serta lamanya tindakan atau pengobatan.

Evaluasi : Cemas Tidak Terjadi

D. Implementasi

Menurut Dongoes (2000), implementasi adalah perawat mengimplementasikan

intervensi – intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan.

Menurut Allen (1998) Komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan

keperawatan, mandiri, kolaaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan

keperawatan.

BAB IV

KESIMPULAN

Gangguan bicara adalah suatu keterlambatan dalam bicara dimana jika dilakukan

 penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa.Proses terjadinya bicaraada dua, yaitu proses sensoris dan motoris. Etiologi delayed speech antara lain faktor 

28

Page 29: gp & Gb

5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 29/29

 

lingkungan, emosi, masalah pendengaran, perkembangan terlambat, cacat bawaan dan

kerusakan otak.Pemeriksaan penunjang pada delayed speech dapat berupa BERA, OAE,

tympanometri, audiometri dan ASSR. Deteksi dini delayed speech sangat penting agar 

stimulasi dan intervensi dapat segera dilakukan.

29