gp & Gb
-
Upload
nnurlatipah -
Category
Documents
-
view
202 -
download
0
Transcript of gp & Gb
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 1/29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering terjadi,
mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia. Di Indonesia, gangguan pendengaran dan
ketulian saat ini masih merupakan satu masalah yang dihadapi masyarakat. Penyerapan
informasi melalui mendengar adalah sebesar 20%, lebih besar dibanding melalui
membaca yang hanya menyerap 10% informasi. Anak dengan gangguan
pendengaran menunjukkan kesulitan untuk mempelajari kosakata, ungkapan dan aspek lain
dari komunikasi verbal. Perkembangan aspek verbal atau kemampuan bahasa
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Walaupun perkiraan bervariasi karena perbedaan
dalam criteria untuk menentukan gangguan pendengaran, kelompok umur yang disurvei, dan
metode uji yang digunakan, dari 0,5 – 1 bayi baru lahir /1000 kelahiran menderita gangguan
pendengaran sensorineural bilateral, sedang sampai berat atau permanen. Dengan demikian,
diperkirakan bahwa prevalansi kehilangan pendengaran bilateral sedang sampai berat
permanen naik sampai 1,5 – 2/1000 anak dibawah umur 6 tahun. Bila mempertimbangkan
kehilangan pendengaran yang keparahannya kurang atau sementara atau kehilangan pendengaran berfluktuasi yang menyertai penyakit telinga tengah, begitu sering pada anak
kecil, jumlah anak dengan gangguan pendengaran pada satu saat tertentu terus bertambah.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih spesifik dari
Gangguan Pendengaran. Selain itu, dalam makalah ini disertakan pula Asuhan KeperawatanGangguan Pendengaran, yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam menanggulangi/
memberi tindakan pada bayi/ anak yang terkena Gangguan Pendengaran sesuai dengan
tindakan prosedur keperawatan.
1
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 2/29
C. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusunannya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan dan sistematika
penulisan
BAB II : Tinjauan teoritik meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis.
BAB III : Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
pendengaran
BAB IV : Penutup
DAFTAR PUSTAKA
2
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 3/29
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Konsep Dasar
Gangguan Pendengaran adalah istilah umum yang menandakan
ketidakmampuan dengan rentang keparahan dari ringan sampai sangat berat dan
meliputi tuli sebagian dan kesulitan mendengar (Donna L.Wong, 2001).
Gangguan Pendengaran adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama
melalui indera pendengarannya (Somantri, 2006).
Gangguan pendengaran dibedakan dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low of hearing), dimana deaf adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi.
Dan low of hearing adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan
tetapi masih berfungsi untuk mendengar, baik menggunakan maupun tanpa
menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). (Dwidjosumarto (Somantri, 2006).
Jadi Kesimpulannya, Gangguan pendengaran adalah anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian maupun
seluruhnya yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengarannya sehingga ia mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya.
B. Etiologi
1. Masa prenatal
a. Genetik Herediter
b. Non Genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan ( Infeksi bakteri atau
virus : TORCHS, campak), kelainan struktur anatomic (misalnya akibat
obat – obat ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea, dankekurangan
zat gizi.
2. Masa perinatal
3
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 4/29
Prematuritas, berat badan lahir rendah ( < 2.500 gram), tindakan dengan alat
pada proses kelahiran (ekstraksi vakum, fosrep), hiperbilirubinemia ( > 20 mg/
100 ml), asfiksia, dan anoksia otak merupakan factor resiko tejadinya ketulian.
3. Masa postnatal
Adanya infeksi bacterial / viral seperti rubella, campak, parotis, infeksi otak,
perdarahan pada telinga tengah, dan trauma temporal dapat menyebabkan tuli
saraf atau tuli konduktif.
C. Klasifikasi Gangguan Pendengaran
• tipe Konduktif ( Kehilangan pendengaran telinga bagian tengah )
• tipe Sensorineural (Tuli Saraf / Perseptif)
• tipe campuran ( Sensorineural – Konduktif )
• tipe saraf
• GP. Konduktif GP Sensorineural
GP. Campuran GP. Saraf
D. Patofisiologi
Gangguan pendengaran dibagi berdasarkan lokasi defek. Gangguan
pendengaran telinga bagian tengah atau konduktif disebabkan karena
4
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 5/29
terganggunya transmisi suara ke telinga bagian tengah. Gangguan ini adalah yang
paling umum dari semua jenis kehilangan pendengaran dan yang paling sering
disebabkan oleh otitis media serosa. Gangguan pendengaran konduktif terutama
disebabkan oleh kekerasan suara.
Gangguan pendengaran sensorineural, disebut juga tuli saraf / perseptif,
melibatkan kerusakan pada struktur telinga bagian dalam dan atau saraf auditirius
(pendengaran), penyebab paling umum adalah defek kongenital pada struktur
telinga bagian dalam atau akibat kondisi yang didapat, seperti kernicterus, infeksi,
pemberian obat – obat oto toksik, , atau terpajan bunyi yang berlebihan.
Kehilangan pendengaran sensori neural menyebabkan distiorsi suara dan masalah
dalam membedakan suara. Walaupun anak mendengar beberapa hal yang
berlangsung disekitarnya, namun suara tersebut terdistorsi, sehingga sangat
mempengaruhi pembedahan dan poemahaman.
Gangguan pendengaran sensorineural – konduktif (campuran) disebabkan
karena gangguan transmisi suara pada telinga bagian tengah dan disepanjang jaras
neural. Sering diakibatkan oleh otitis media yang berulang dan komplikasinya.
Gangguan pendengaran saraf disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran sehingga tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.
E. Manifestasi Klinis
1. Pada Bayi
a. Kurangnya reflex terkejut atau berkedip terhadap suara keras
b. Gagal terbangun oleh suara bising di lingkungan
c. Gagal melokalisasi sumber suara pada usia 6 bulan
d. Tidak ada suara gumaman atau perubahan nada dalam suara pada
usia 7 bulan.
e. Kurang berespon terhadap kata yang terucap, gagal mengikuti
arahan verbal
2. Pada Anak
5
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 6/29
a. Menggunakan sikap tubuh daripada verbalisasi untuk
mengungkapkan keinginan , terutama setelah berusia 15 bulan
b. Gagal mengembangkan kejelasan berbahasa pada usia 24 bulan
c. Kualitas monoton , bicara kurang dimengerti, tidak banyak tertawa
d. Bermain vocal, memukulkan kepala, atau menjejakkan kaki untuk
sensasi getaran
e. Meminta untuk mengulang pertanyaan atau menjawab pertanyaan
dengan tidak tepat
f. Lebih berespon terhadap ekspresi wajah dan sikap tubuh
dibandingkan penjelasan verbal
F. Klasifikasi Kehilangan Pendengaran Berdasarkan Keparahan Gejala
Tingkat Pendengaran
(dB)
Apa yang dapat di
dengar tanpa pengerasan
Efek
Sangat Ringan : 16 – 25
( Sulit Mendengar)
Semua suara bicara ,
suara huruf hidup
terdengar jelas,, dapat
tidak mendengar suara
konsonan yang tidak
disuarakan.
Mempunyai kesulitan
mendengar suara yang
kecil atau jauh, biasanya
tidak menyadari kesulitan
pendengaran, mungkin
bersekolah tetapi dapat
memiliki masalah. Tidak
ada defek dalam
kemampuan bicara.
Ringan : 26 – 40 Mendengar hanya
beberapa suara
pembicaraan,suara yang
diucapkan lebih keras.
Disfungsi pendengaran
belajar, retardasi
kemampuan bicara ringan
Sedang : 41 – 65 Gagal mengenali
sebagian besar suara
Masalah bicara, etardasi
kemampuan bicara,
6
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 7/29
bicara pada tingkat
percakapan normal
disfungsi belajar, tidak
perhatian.
Berat : 66 – 95 Tidak mendengar
pembicaraan percakapan
normal,
Dapat mendengar suara
keras jika dekat, mungkin
mampu mengenali bunyi
yang bising di lingkungan,
deapat membedakan bunyi
vocal tetapi tidak dapat
membedakan membedakan
sebagian besar konsonan.
Memerlukan latihan wicara
Sangat Berat : < 91
( Tuli)
Tidak dapat mendengar
pembicaraan atau suara
lain
Hanya dapat mendengar
suara keras, memerlukan
latihan wicara yang
ekstensif, disfungsi belajar,
tidak perhatian.
G. Komplikasi
1) Infeksi telinga tengah,
2) Otosklerosis,
3) rheumatoid arthritis Virus infeksi pada saraf pendengaran (yang disebabkan
oleh virus seperti gondok dan rubela)
4) Meningitis (infeksi selaput otak)
5) ensefalitis (infeksi di otak)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory
Brainstem Response
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)
sampai ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi
7
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 8/29
yang berbeda–beda pada tingkat kekerasan yang berbeda–beda pula responnya
ditangkap langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive),
Dimana bayi akan di bius di tidurkan. Kemudian akan dilihat responnya terhadap
suara yang di ujikan. tidak perlu respon aktif dari pasien dan hasilnya
menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum dalam mendeteksi gangguan
pendengaran..
2. TES OAE (Oto Acoustic Emission).
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi
terutama rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga
dan menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya
juga tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta
obyektif. Biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran
khususnya akibat gangguan di telinga tengah karena OME, OMA atau
sensorinerual hearing loss (SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang
sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan
gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu
respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan
gangguan telinga tengah jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
Audiometry, yaitu pemeriksaan untuk menunjukan berapa besar gangguan
dengar yang di derita. Bagi yang sudah berusia 10 tahun cukup dilakukan
audiometric. Caranya yaitu dengan masuk keruang kedap suara, kemudian di
pasangkan headphone dan diuji berbagai nada. Mulai dari yang rendah hingga
nada yang tinggi, dalam test ini diharapkan harus jujur dengan apa yang di
dengarnya. Untuk memudahkan dalam menentukan berapa besar tingkat
gangguan dengar yang di derita.
5. TES ASSR (Auditory Steady State Response).
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak.
Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti
layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien
karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak. Tes ini
8
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 9/29
tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien harus diam
dan tenang dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 1 jam. Seringkali
dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika memang sulit, diminta
untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran
pada bayi dan anak - anak yang masih kecil.
I. Penatalaksanaan
1) Bila kehilangan pendengaran teridentifikasi , evaluasi perkembangan ,
bicara dan kemampuan bicara penuh diperlukan.
2) Anak dengan tuli saraf berat harus segera mulai memakai alat bantu
dengar, penilaian tingkat kescerdasan anak oleh psikolog untuk dirujuk
dalam pendidikannya.
3) Pemasangan implan koklea ( dilakukan pada keadaan tuli saraf berat baik
anak maupun dewasa yang tidak mendapat manfaat dengan alat bantu
dengar konvensional.untuk anak dengan tuli saraf sejak lahir implant
sebaiknya dipasang pada usia 2 tahun.
4) Pasca bedah ( dilakukan program rehabilitasi berupa latihan mendengar,terapi wicara, dll selama kurang lebih 6 bulan. Juga dilakukan evaluasi
pasca bedah. Perangkat elektronik tersebut harus diperiksa dan dikalibrasi
berkala ( mapping) setiap 6 bulan untuk anak < 6 tahun dan setiap 12
bulan untuk anak yang berusia > 6 tahun.
BAB III
ISI MATERI
9
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 10/29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN
A. Pengkajian
1. Kaji fisik ; perhatikan adanya anomali ( misalnya susunan telinga rendah )
2. Kaji riwayat keluarga, terutama mengenai kerusakan pendengaran
3. Kaji riwayat prenatal dan perinatal (tentang penyakit dan obat masa gestasi, tipe
dan durasi kelahiran, skor apgar, hipoksia dan hiperbilirubinemia.
4. Kaji riwayat kesehatan, (terutama mengenai imunisasi, penyakit serius, kejang,
demam tinggi, obat oksotoksik, infeksi telinga.
5. Kaji riwayat respon terhadap stimulus auditori, tes audiometric sebelumnya.
6. Kaji riwayat perkembangan motoric, perawatan diri, perilaki adaptif, sosialisasi, perilaku ( mis, tenper tantrum, stimulasi vibratory, keras kepala, perubahan
perilaku / kepribadian baru.
7. Observasi adanya manifestasi kerusakan pendengaran.
1) Pemeriksaan Fisik pada bayi
a) Kurangya reflex berkedip / terkejut pada bunyi keras.
b) Tidak bangun oleh kebisingan yang keras
c) Kegagalan melokalisasi sumber bunyi pada usia 6 bulan
d) Tidak ada suara gumam atau nada suara pada usia pada usia 7 bulan.
e) Tidak membedakan bunyi secara umum
f) Kurangnya respons terhadap kata – kata yang diucapkan : gagal untuk
mengikuti petunjuk verbal
2) Pemeriksaan fisik pada anak – anak
a) Gagal mengembangkan keterampilan berbicara yang dapat dimengerti
pada usia 24 bulan
b) Kualitas bicara monoton, tidak dapat dimengerti, dan kurangnya tertawa
c) Meminta untuk mengulang pernyataan atau menjawabnya dengan tidak
tepat
d) Berespon lebih terhadap ekspresi wajah dan sikap tubuh dari pada
penjelasan verbal
10
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 11/29
e) menghindari interaksi social; seringkali membingungkan dan tidak senang
dalam situasi tertentu, lebih senang bermain sendiri.
f) Sering keras kepala karena kurang pemahaman
g) Peka jika dirinya tidak paham, malu, takut dan menarik diri
B. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan sensori/ persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan
pendengaran
2) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
mendengar stimulus suara
3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan gangguankomunikasi
4) Risiko Tinggi Cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan diagnose ketulian pada anak
B. Intervensi & Evaluasi
1. DX 1: Perubahan sensori/ persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan
pendengaran
a) Tujuan
Klien akan mendapatkan pendengaran maksimal yang mungkin dicapai
b) Kriteria hasil :
Anak mendapat dan menggunakan alat bantu dengar dengan tepat.
2) Keluarga mengetahui manfaat implant koklea
c) Intervensi :
1) Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.
Rasional : untuk menemukan satu yang dapat dipercaya
2) Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.
Rasional : untuk memastikan keuntungan maksimal
3) Tekankan pada keluarga pentingnya menyimpan batere alat bantu dengar
dan mengajari anak atau mengawasi untuk tidak melepaskan batere
tersebut
11
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 12/29
Rasional : untuk mencegah termakan / aspirasi baterai.
4) Ajarkan anak bagaimana caranya mengatur alat bantu dengar.
Rasional : Untuk mendapatkan manfaat yang maksimum
5) Bantu anak berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakan
suara tersebut.
Rasional : untuk memaksimalkan keterampilan mendengar.
d) Evaluasi : Klien dapat mengalami potensial pendengaran maksimum
2. DX 2 : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mendengar stimulus suara.
a. Tujuan
1) Klien akan ikut serta dalam proses komunikasi dalam keterbatasan
gangguan
2) Klien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
b. Kriteria hasil :
1) Keluarga melanjutkan praktik komunikasi dirumah
2) Keluarga memberikan rangsangan pada anak
3) Klien berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan
4) Individu yang berkomunikasi dengan anak menggunakan teknik
komunikasi yang baik.
c. Intervensi :
1) Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi.
Rasional : untuk melanjutkan pembelajaran dirumah ; dorong mereka
untuk mempelajari bahasa isyarat sebagai metode komunikasi.
2) Ajari bahasa yang menyampaikan tujuan bermanfaat
Rasional : Untuk komunikasi
3) Dorong penggunaan bahasa dan buku dirumah
Rasional : untuk merangsang komunikasi verbal dan meningkatkan
perkembangan normal.
4) Dorong bahasa spontan dan perbaiki bicara
12
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 13/29
Rasional : Untuk Meningkatkan perkembangan wicara
5) Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang perilaku
yang memudahkan membaca gerak bibir
Rasional : untuk meningkatkan proses komunikasi
2. Evaluasi : Klien mampu membaca bicara gerak bibir
3. DX 3 : perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
gangguan komunikasi
a) Tujuan
1) Klien akan mencapai tingkat kemandirian optimal sesuai dengan usia.
2) Klien akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan bersosialisasi
b) Kriteria hasil :
1) Klien dapat melakukan aktifitas hidup sehari hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya
2) Klien mempunyai hubungan dan pengalaman dengan teman sebaya.
c) Intervensi
1) Bimbing keluarga dalam memilih mainan
Rasional : untuk memaksimalkan indra penglihatan dan taktil serta
pendengaran residual
2) Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktifitas kelompok
Rasional : untuk meningkatkan sosialisasi
3) Bantu anak mengembangkan persahabatan dengan teman sebaya yang
dapat mendengar dan tidak dapat mendengar
Rasional : untuk meningkatkan sosialisasi
4) Anjurkan televisi yang memakai tulisan
Rasional : untuk kesenangan anak
d) Evaluasi : Klien mencapai tingkat kemandirian optimal sesuai dengan usia.
4. DX 4 : Risiko Tinggi Cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan
Tujuan
13
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 14/29
Klien tidak akan mendapatkan atau mengalami kehilangan pendengaran yang
lebih berat
Kriteria Hasil
Anak tidak mengalami kehilangan pendengaran
Anak tidak terpapar tingkat kebisingan yang berlebihan
Anak diimunisasi dengan tepat
Intervensi
1) Anjurkan imunisasi pada usia yang tepat.
Rasional : untuk mencegah kehilangan pendengaran sensorineural yang di
dapat karena penyakit masa kanak – kanak
2) Cegah infeksi telinga
Rasional : penyebab kerusakan pendengaran yang paling umum
3) Kaji kemampuan mendengar pada bayi dan anak – anak yang mendapat
antibiotic ototoksik
Rasional : untuk deteksi dini
4) Kaji sumber – sumber kebisingan yang berlebihan di sekitar anak
Rasional : pemajanan pada kebisingan yang berlebihan merupakan
penyebab Kehilangan pendengaran sensorineural
Evaluasi : Cedera Tidak Terjadi
5. DX 5 :Perubahan Proses keluarga berhubungan dengan diagnose ketulian pada anak
Tujuan
1) keluarga menyesuaikan diri terhadap kehilangan pendengaran anak.
2) Keluarga menunjukkan kelekatan pada anak
Kriteria Hasil
1) Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya mengenai
kehilangan pendengaran pada anak
2) Keluarga menunjukkan pemahaman tentang implikasi dari kehilangan
pendengaran
3) Keluarga terlibat dalam program yang tepat
14
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 15/29
Intervensi
1) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatirannya.
Rasional : untuk meningkatkan penyesuaian
2) Bantu keluarga menghadapi perasaannya tentang respon sebelumnya
terhadap anak bila sifat masalah yang sebenarnya tidak diketahui
Rasional : untuk meminimalkan parasaan bersalah
3) Bantu keluarga menyadari luasnya ketidakmampuan anak
Rasional : berpengaruh pada perkembangan bicara dan bahasa
4) Dorong rehabilitasi formal sesegera mungkin
Rasional : membantu mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan
normal anak
d) Evaluasi: keluarga dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pendengaran anak.
5. Implementasi
Menurut Dongoes (2000), implementasi adalah perawat
mengimplementasikan intervensi – intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan.
Menurut Allen (1998), komponen dalam tahap implementasi melipui tindakan
keperawatan, mandiri,kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan
keperawatan.
15
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 16/29
BAB IV
KESIMPULAN
Gangguan pendengaran adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangankemampuan mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang disebabkan oleh kerusakan
atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera
pendengarannya sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.
Penyebabnya terdiri dari Masa prenatal, Masa perinatal dan Masa postnatal. apabila tidak
ditangani dengan segera dapat menyebabkan kompklikasi diantaranya : Infeksi telinga
tengah,Otosklerosis, rheumatoid arthritis, Virus infeksi pada saraf pendengaran (yang
disebabkan oleh virus seperti gondok dan rubela), Meningitis (infeksi selaput otak) dan
ensefalitis ( infeksi di otak ) . Deteksi dini sangat diperlukan .kalaupun harus memakai alat
bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak."
16
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 17/29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
17
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 18/29
Kemampuan bahasa membedakan manusia dan binatang. Kemampuan bahasa
merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada siystem lainnya, sebab melibatkan kemampuan
kognitif, sensori, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak.
( Soetjiningsih.1995 ).
Perkembangan ucapan serta bahasa yang didapat diperlihatkan oleh seorang anak
merupakan petunjuk yang kelak penting untuk menentukan kemampuan anak tersebut untuk
belajar. Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang lazim untuk
mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral atau gangguan neorologik ringan, yang
kelak dapat dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar.
Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistim lambang yang dipergunakan
dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan (Nelson, 1994).
Bahasa berhubungan dengan kemampuan kognitif. Kemampuan bahasa dapat
diperlihatkan dengan berbagai cara seperti dengan cara bagaimana anak tersebut memberikan
respon atas petunjuk-petunjuk lisan yang diberikan kepadany, dengan gerakan-gerakan yang
diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan serta pengetahuan tentang lingkungan yang berada di sekelilingnya serta
memulai permainan keatif dan imajinatif yang diperlihatkan oleh anak itu ( Nelson, 1994 ).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak, emosi dan
lingkungannya.
Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua, diperkirakan gangguan wicara dan
bahasa pada anak sekitar 4-5% ( diluar gangguan pendengaran serta cela platum ). Deteksi
dini perlu ditegakan, agar penyebabnya segera dicari, sehingga pengobatannya dapat
dilakukan seawal mungkin.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih spesifik dari
Gangguan Bicara. Selain itu, dalam makalah ini disertakan pula Asuhan Keperawatan
Gangguan Bicara, yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam menanggulangi/ memberi
tindakan pada bayi/ anak yang terkena Gangguan Bicara sesuai dengan tindakan prosedur
keperawatan.
C. Sistematika Penulisan
18
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 19/29
Dalam penyusunan makalah ini, penyusunannya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan dan sistematika
penulisan
BAB II : Tinjauan teoritik meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis.
BAB III : Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan bicara
BAB IV : Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Gangguan Bicara
1. Konsep Dasar
19
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 20/29
Gangguan Bicara adalah suatu keterlambatan dalam bicara dimana jika
dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa
( Jennifer Fusco, 2002).
Gangguan Bicara pada anak biasanya meliputi perkembangan bicara yang
terlambat, gangguan dalam pengucapan kata, kesukaran membaca atau menulis
( ilmu Kesehatan Anak, FK UI).
Jadi Gangguan Bicara pada anak adalah suatu gangguan dalam berbicara baik
karena perkembangan bicara yang terlambat, gangguan dalam mengucapkan kata,
ataupun kesukaran membaca atau menulis.
2. Etiologi
1) Lingkungan :
a. sosial ekonomi kurang
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Dirumah menggunakan
bahasa bilingual
2) Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada
orang tua
c. Gangguan serius pada
anak
3) Masalah pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
3) Perkembangan terlambat
a. Perkembangan terlambat
b. Perkembangan lambat,
tetapi masih dalam batas
rata-rata
c. Retardasi mental.
4) Cacat bawaan
a. Palatoschizis
b. Sindrom down
20
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 21/29
6) Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuscular ( Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi
seperti disartria)
b. Kelainan sensorimotor ( Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi
seperti disartria)
c. Palsi serebral (Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga
masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia)
d. Kelainan presepsi (Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di
sekolah)
3. Macam – Macam Gangguan Bicara
1) Gangguan Bicara Kongenital
Retardasi Mental, Ketulian, Cerebral palsy, Anomali alat bicara
perifer, Gangguan perkembangan Bicara ( Developmental speech disorders).
2) Gangguan Bicara didapat
Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, Disartria, Psikogenik,
Sosiokultural.
21
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 22/29
4. Bagan faktor penyebab Gangguan Bicara
22
Lingkungan
1. Sosek rendah.2. Tekanan
Keluarga.3. Keluarga bisu.
Kerusakan Otak
1. KerusakanNeuromuskuler.
2. Sensori motor.3. Serebral Palsi.
Emosi
1. Ibu tertekan.2. Gangguan serius
padaorangtua/anak
Masalah Pendengaran
Kongenital.
Didapat.
Gangguan
Bahasa
Ekspresif.
Perkembang
anTerlambat
Gangguan Bicara
Keluarga
1. Cemas.2. Kurang
Pengetahuan.3. Koping Keluarga
Hubungan Sosial
1. GangguanKomunikasiverbal.
2. Gangguan
Perkembangan
Intelegensi
Produktifitas
Resiko
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 23/29
5. Manifestasi Klinis
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya suara yang
datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, da-
da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi realsi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari,
berdiri).
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah
kata.
8. Setelah usia 4 tahun tidak bisa bicara/gagap.
9. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
10. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa henti, sangat keras dan tidak dapat
didengar.serta terus menerus memperdangarkan suara yang serak.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak
tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan maka perlu
dilakukan pemeriksaan “auditory brainstem response”.
Pemeriksaan laboratorim lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis
banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, terdapat gejala-gejala dari
suatu sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya
malformasi. Pada anak laki-laki dengan autismedan perkembangan yang sangat
lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperlukan. Skrining terhadap
penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan jika terdapat kecurigaan ke arah itu.
23
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 24/29
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan
oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang tua
pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi
hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah
yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus.
BAB III
24
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 25/29
ISI MATERI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
1) Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu kata ?
2) Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin
mengungkapkan suatu ide ?
3) Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-
kata baru yang sulit diucapkan ?
4) Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?
5) Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata ?
6) Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatu kata ?
7) Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
8) Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda
9) Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi
SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma
persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial,
konduksi elektrik otak).
2. Data Objektif
1) Kemampuan menggunakan kata-kata.
2) Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan
bahasa, malas bicara).
3) Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
4) Umur anak.
5) Kemampuan membuat kalimat.
6) Kemampuan mempertahankan kontak mata.
7) Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
8) Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
9) Gangguan fungsi neurologis.
25
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 26/29
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari
gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (fasien Elvin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan
mengunyah, menjulurkan lidah dan menggulung suku kata PA, TA, PA-TA, PA-
TA-KA. Gangguan oromotor terdapat pada verbal apraksia.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi
bahasa.
2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
3) Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
4) Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berbicara.
C. Intervensi & Evaluasi Keperawatan
1. DX1: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya
stimulasi bahasa
kriteria hasil :
a. anak dapat mengerti beberapa stimulasi bahasa yang diajarkan padanya
b. anak mau diajak berkomunikasi
Intervensi :
1) Lakukan latihan komunikasi dengan memperhatikan perkembangan mental anak
2) Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal maupun non verbal.
3) Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi anak tentang suatu
hal.
4) Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.
5) Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver Speech Test.
` Evaluasi : Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. DX 2 : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
26
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 27/29
Pendengaran
Kriteria hasil :
a. Gangguan pendengaran pada anak berkurang
b. Anak dapat mengerti apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya
Intervensi :
1) Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda-benda atau
dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artikulasi orang tua dalam
berbicara.
2) Perhatikan kebersihan telinga anak
e. Evaluasi : Klien dapat melakukan latihan komunikasi
3. DX 3 : Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa
Kriteria hasil :
Anak dapat berbicara walaupun sedikit
intervensi :
1) Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar.
2) Gunakan bahasa yang sederhana dan umum digunakan dalam
komunikasi sehar-hari.
3) Gunakan verifikasi bahasa sesuai dengan tingkat kematangan dan
pengetahuan anak.
Evaluasi : anak dapat berbicara dengan dimengerti
4. DX 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak
berbicara
Kriteria hasil :
a. Cemas orang tua berkurang
27
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 28/29
b. Orang tua dapat mengerti dan sabar dalam menghadapi anak
Intervensi :
1) Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua terhadap anak.
2) Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, serta kemungkinan
penanganan lanjutan, prognose serta lamanya tindakan atau pengobatan.
Evaluasi : Cemas Tidak Terjadi
D. Implementasi
Menurut Dongoes (2000), implementasi adalah perawat mengimplementasikan
intervensi – intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan.
Menurut Allen (1998) Komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan
keperawatan, mandiri, kolaaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan
keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN
Gangguan bicara adalah suatu keterlambatan dalam bicara dimana jika dilakukan
penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa.Proses terjadinya bicaraada dua, yaitu proses sensoris dan motoris. Etiologi delayed speech antara lain faktor
28
5/6/2018 gp & Gb - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gp-gb 29/29
lingkungan, emosi, masalah pendengaran, perkembangan terlambat, cacat bawaan dan
kerusakan otak.Pemeriksaan penunjang pada delayed speech dapat berupa BERA, OAE,
tympanometri, audiometri dan ASSR. Deteksi dini delayed speech sangat penting agar
stimulasi dan intervensi dapat segera dilakukan.
29