GOTONG ROYONG

22
BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA GOTONG ROYONG

description

GOTONG ROYONG. BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA. Pengertian Gotong-Royong yang ada di daerah lain di Indonesia : Poso (Sulawesi Tengah) : Mesale : Sintuwu Maroso Toraja : Situru Bugis : Akasituruang Key : Mareen Sumba : Tuamang Kupang : Mapubua ; Mepu ta Bua - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of GOTONG ROYONG

Page 1: GOTONG ROYONG

BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA

GOTONG ROYONG

Page 2: GOTONG ROYONG

Pengertian Gotong-Royong yang ada di daerah lain di Indonesia :

Poso (Sulawesi Tengah) : Mesale : Sintuwu Maroso

Toraja : Situru Bugis : Akasituruang Key : Mareen Sumba : Tuamang Kupang : Mapubua; Mepu ta Bua Serui (Papua) : Aera Maluku Tengah : Masohi Timor-Timur : Sewisu

Page 3: GOTONG ROYONG

Kabupaten Merauke Bahasa Madrid : Isakod BekayKapupaten Maluku Tenggara Bahasa

Luang/Sermata Kecamatan Babar (Tepa) : Narera – Maipo it Tarera

Asmat : CakasarFak-fak : Komprak gha danggeBahasa Iararutu (Arguni Babo) Kaimana : NararipiBahasa Kamrau (Kaimana) : Yowaw Abana WuraBahas Biak : Karararur KameBahasa Banggai (Sulawesi Tengah) : PolailingBahasa Suku Saluan : Mosampo, Ala-ala, Mosaud :

Mopasa’angu Tanga = menyatukan pendapat

Page 4: GOTONG ROYONG

Bahasa Tolaki (Kendari) : Sana Turu, Metawang : baku bantu

Bahasa Talulandang (Toli-toli)/Sangir : Mapolasi

Bahasa Bolang Mandaow : MaposadeEnde (Flores) : Bou Mondo : kemasamaBatak Toba : MarsiadaperiKabupaten Landak : BalaleKalimatan Tengah : Handep atau

HakadohopKalimantan Selatan : Batolongan, Kayuh

Baimbai (mengayuh bersama-sama)

Page 5: GOTONG ROYONG

SIKAP DAN KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI

Ada 4 macam sikap yang paling menonjol dan sering ditempuh oleh berbagai negara dalam rangka perkembangan gerakan koperasi sbb :

1. Antagonism2. Indifference3. Over Sympaty4. Well- Balance

Page 6: GOTONG ROYONG

1. ANTAGONISM Pada mulanya timbul gerakakan Koperasi di

negara-negara, pemerintah pada waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan yang keras terhadap koperasi.

Sikap-sikap tsb ditunjukkan dengan sistem perpajakan yang tidak adil , peraturan-peraturan atau undang-undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke-koperasian

Di negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Koperasi di Italia Facis dan Jerman Nazi sanagat dicurigai dan agaknya dibatasi gerakan Koperasi melancarkan ajaran persamaan ras agama di dalam lapangan perekonomian

Page 7: GOTONG ROYONG

2. INDIFFERENCE

Sikap “acuh tak acuh” atau tidak memperhatikan ternyata dari tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja secara wajar. Sikap pemerintah tsb sepertinya tidak menggambarkan sikap menghalangi geakan, tetapi tidak pula mengerti bahwa gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian serta sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak ada. Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.

Page 8: GOTONG ROYONG

3. OVER SYMPATY Ada beberapa negara yang memberikan perhatian

sangat besar terhadap gerakan koperasi. Pemerintah ingin sekali menjalankan segala sesuatu

sedapat –dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-lebihan untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.

Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk pembentukan koperasi-koperasi secara cepat. Namun hal ini justru merugikan koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung oleh bantuan pemerintah

Self-help tidak nampak padahal seharusnya “helping peolple to help them servan”

Page 9: GOTONG ROYONG

4. WEEL BALANCE Sikap ini yang oleh gerakan Koperasi benar-

benar diharapkan dari pemerintah sesuai dengan prinsip self-help dari gerakan koperasi sebagai perkumpulan sukarela.

Sikap yang wajar diberikan Pemerintah terhadap gerakan koperasi yaitu memberikan bantuan dalam batas-batas prinsip-prinsip koperasi yaitu tidak menghalangi tetapi juga tidak memberi bantuan yang berlebihan.

Bantuan pemerintah antara lain berupa peraturan perpajakan yang adil mengingat koperasi bukan perusahaan yang mengejar keuntungan sebesar-besarnya.

Page 10: GOTONG ROYONG

KEBIJAKSANAAN ?

Kebijaksanaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan Pemerintah dibidang ke-koperasian baik yang berupa “rintangan” terhadap pertumbuhan gerakan koperasi maupun yang bersifat “membantu” memajukan gerakan koperasi.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua besar yaitu :

a. Kebijaksanaan yang merintangi (termasuk di dalamnya Antagonism dan yang menunjukkan sikap acuk tak acuh (Indefference)

Page 11: GOTONG ROYONG

b. Kebijaksanaan yang membantu (termasuk pula Over Sympaty atau Well Balance)

1. Kebijaksanaan Yang Merintangi Sebagai contoh di Jerman pada wakgu Bismark

berkuasa melarang diadakannya Koperasi tahun 1859 dimana tokoh koperasi kredit Schultze Delitch yang duduk dalam parlemen dikerja selama hidupnya karena dianggap membayakan.

Di Norwegia gerakan koperasi dihalang-halangi pada awal pertumbuhannya, tgokohnya Marcus Thrane pelopor gerakan koperasi dan penggerak serikat buruh di pandang berbahaya bagi yang berkuasa.

Page 12: GOTONG ROYONG

Di Inggris merintangi perkembangan koperasi dengan menggunakan pengawasan yang ketat.

Di Rusia koperasi hanya sebagai alat pemerintah. Tindakan paksaan yang demikian menyebabkan unsur sukarela menjadi tidak ada lagi

Di Jepang pemerintah merintangi pertumbuhan koperasi dengan memaksakan kepada masayrakat otomatis menghilankan sendiri-sendi dasar koperasi.

2. Kebijaksanaan Yang Membantu Tiap-tiap negara mempunyai campur tangan

dalam kehidupan koperasi, walaupun intensitasnya berbeda.

Page 13: GOTONG ROYONG

Mengenai seberapa campur tangan pemerintah dapat kita lihat contoh sbb :

1. Di negara-negara dimana perekonomian diatur oleh pemerintah, tugas memberi dorongan dengan pengawasan dijalankan terutama melalui perencanaan nasional, dimana tiap koperasi mengambil bagian tertentu dan pengawasan dijalankan secara sentral oleh suatu badan dimana duduk wakil-wakil dari Pusat Koperasi disamping petugas-petugas resmi.

2. Di negara-negara yang sedang berkembang peranan dipegang pemerintah lebih aktif. Karena cita-cita koperasi dalam bentuknya yang modern adalah asing bagi masyarakat dan pertumbuhan yang spontan tidak terlalu bisa diharapkan sehingga perlu diaktifkan.

Page 14: GOTONG ROYONG

Selain bersifat politis maka bantuan bisa berupa finansial (keuangan) a.l : subsidi, kredit, jaminan khususnya menyangkut pengembalian, dan permodalan.

Bantuan lain dapat berupa : keringanan pajak; kontrak dan lain-lain fasilitas, dan bantuan dalam bentuk tanah atau bangunan untuk meringankan beban perkumpulan koperasi yang modalnya tidak memadai.

Page 15: GOTONG ROYONG

SIKAP DAN KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH INDONESIA

Sikap dan kebijaksanaan pemerintah Indonesia terhadap Koperasi dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

1. Sebelum adanya peraturan koperasi di Indonesia

2. Setelah adanya peraturan-peraturan koperasi yang terddiri dari :

Masa sebelum kemerdekaan Masa setelah kemerdekaan

Page 16: GOTONG ROYONG

1. Sebelum Ada Peraturan Koperasi 1895 : R. Aria Wiriaatmadja mendirikan

semacam koperasi Simpan Pinjam yang diperuntukkan bagi priyayi

1898 : Idea ini dikembangkan oleh de Volff J.V. Westerode dengan menambah petani sebagai anggota koperasi

1908 : dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan , maka dikembangkan type Rochdale.

1912 : Serikat Dagang Islam mulai mengembangkan Koperasi Simpan Pinjam type Schultze

Page 17: GOTONG ROYONG

2. Stelah Ada Peraturan KoperasiMASA SEBELUM KEMERDEKAAN1915 : Diterbitkan Peraturan Raja No.413/1915

yang isinya menetapkan Badan Usaha yang menamakan diri Koperasi harus memenuhi syarat tertentu :

Akte dalam baahasa Belanda Membayar materai F 50,-

Banyak Koperasi berguguran sebab tidak mampu memenuhi persyaratan tsb.

1927 : dikeluarkan Peraturan Perkoperasian No. 91 tahun 1927 yang isinya mengatur pertumbuhan Koperasi dan hanya berlaku bagi Bumi Putera.

Page 18: GOTONG ROYONG

1933 : dikeluarkan Peraturan perkoperasian No. 108 tahun 1933 yang isinya tidak jauh berbeda dengan Peraturan perkoperasian No. 91 tahun 1927. Bedanya kalau Peraturan Perkoperasian No.91 tahun 1927 mereka harus taat pada hukum adat, maka Peraruran Perkoperasian No. 108 tahun 1933 mereka harus tunduk pada hukum barat.

1942 : zaman penjajahan Jepang, yang berlaku adalah peraturan-peraturan darurat Perang dan Koperasi merupakan alat saja dari Pemerintah.

Page 19: GOTONG ROYONG

MASA SETELAH KEMERDEKAAN1949: Dikeluarkan peraturan No. 147 tahun 1949

yang isinya tidak jauh berbeda dengan Peraturan Perkoperasian No.91 tahun 1q927.

1958: pertama kali dibentuk Undang-undang Koperasi. Saat Itu di Indonesia hanya ada satu Undang-undang yaitu UU Koperasi No.79 tahun 1958.

1959 : dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1959, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Koperasi no.79 tahun 1958, maka mulailah campur tangan Pemerintah terhadap Koperasi yang sesuai dengan politik pada waktu itu. Jumlah koperasi mulai berkembang dengan pesat, tetapi dari segi organisasi dan usaha masih tertinggal.

Page 20: GOTONG ROYONG

1965 : pada tahun ini dikeluarkan Undang-undang No.14 tahun 1965 tentang Perkoperasian dan Undang-undang ini hanya berlaku 2 tahun karena tahun 1967 dicabut.

1967 : pada tahun ini diundangkan Undang-undang Pokok Perkoperasian No. 12 tahun 1967 .

1992: pada tahun ini dindangkan Undang-undang Perkopersian No. 25 tahun 1992 menggantikan undang-undang Perkoperasian No. 12 tahun 1967.

ORDE BARU : kebijaksanaan dasar pengembangan Koperasi dinamakan kebijaksanaan tiap tahap :

Page 21: GOTONG ROYONG

Tiga tahapan yang sering dibseut dengan pola KUD terdiri dari :

1. Pemerintah memperkenalkan konsep Koperasi, mengambil inisiatif berdirinya, membimbing pertumbuhan disertai dengan bantuan fasilitas (tahap oficialisasi)

2. Kooperasi diharapkan semakin “mandiri”. Koperasi harus dapat mengambil rencana kegiatan usaha dan pelaksanaan serta permodalannya sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah (tahap de-oficialisasi/debirokratisasi)

3. Koperasi sudah benar-benar mencapai kedudukan otonomi berswadaya dan berdiri di aatas kaki sendiri (tahap otonomi)

Page 22: GOTONG ROYONG

POLA KUD

OTONOMI

DE-OFFICISIALISASI/DE-BIROKRATISASI

KUD (WELL BALANCE) PEM

OFICIALISASI (OVER SYMPATy)