Good Manufacturing Practices (GMP)

22
GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) A. Latar Belakang Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen. Aturan mengenai GMP dikeluarkan oleh pemerintah masing-masing negara, seperti aturan GMP Amerika Serikat. Selain itu aturan, peraturan mengenai GMP dalam bentuk aturan. Praktik yang hygienis (codes of hygienic practices) dikembangkan oleh organisasi internasional seperti Food Hygiene Committee of The Food and Agriculture Organization, World Health Organization (WHO) , dan Codex Alimentarius Commisision. Sebenarnya GMP bukan merupakan sistem mutu yang baru dikenal di Indonesia, karena sejak tahun 1978 telah dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/Menkes/SK/I/1978 tertanggal 24 Januari 1978 sebagai Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan. Seiring dengan perkembangan jaman, definisi untuk produk pangan yang bermutu tidak dinilai sebatas mutunya saja, namun juga mulai dituntut masalah kandungan gizi, nutrisi, kesehatan, dan keamanan pangannya. Dengan demikian, aturan mengenai GMP pun terus dikembangkan oleh produsen pangan dan sekarang pun telah

Transcript of Good Manufacturing Practices (GMP)

Page 1: Good Manufacturing Practices (GMP)

GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)

A. Latar Belakang

Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)

merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen

memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk

makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen.

Aturan mengenai GMP dikeluarkan oleh pemerintah masing-masing negara, seperti

aturan GMP Amerika Serikat. Selain itu aturan, peraturan mengenai GMP dalam bentuk

aturan.

Praktik yang hygienis (codes of hygienic practices) dikembangkan oleh organisasi

internasional seperti Food Hygiene Committee of The Food and Agriculture Organization,

World Health Organization (WHO) , dan Codex Alimentarius Commisision.

Sebenarnya GMP bukan merupakan sistem mutu yang baru dikenal di Indonesia,

karena sejak tahun 1978 telah dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/Menkes/SK/I/1978 tertanggal 24 Januari 1978

sebagai Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan.

Seiring dengan perkembangan jaman, definisi untuk produk pangan yang bermutu

tidak dinilai sebatas mutunya saja, namun juga mulai dituntut masalah kandungan gizi,

nutrisi, kesehatan, dan keamanan pangannya. Dengan demikian, aturan mengenai GMP pun

terus dikembangkan oleh produsen pangan dan sekarang pun telah dipergunakan sebagai

persyaratan dasar (prerequisites) dalam aplikasi sistem HACCP atau sistem keamanan

pangan.

Jadi, GMP merupakan program penunjang keberhasilan dalam implementasi sistem

HACCP sehingga produk pangan yang dihasilkan benar-benar bermutu dan sesuai dengan

tuntutan konsumen, tidak hanya didalam akan tetapi juga di luar negeri.

B. Dasar Hukum

a. SK Menkes No.23 tahun 1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik

untuk Makanan

b. UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan

c. UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan

Page 2: Good Manufacturing Practices (GMP)

d. PP No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

e. Permenperin No.75 tahun 2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan

yang Baik

f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor

HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk

Industri Rumah Tangga.

C. Aspek-aspek dalam Good Manufacturing Practices

Secara umum, peraturan GMP terdiri dari desain dan konstruksi higienis untuk

pengolahan produk makanan, desain dan konstruksi higienis untuk peralatan yang

digunakan dalam proses pengolahan, pembersihan dan desinfeksi peralatan, pemilihan

bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan dan higienitas pekerja serta dokumentasi

yang tepat.

Cara produksi makanan yang baik atau GMP terdiri dari beberapa aspek yang saling

berkaitan dan berpengaruh langsung terhadap produk yang diolah dan dihasilkan.

Komponen dasar tersebut sebagai berikut :

1. Bangunan Pabrik

Konstruksi bangunan pabrik yang hygienis sangatlah penting untuk mendapat

perhatian khusus. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang suatu

pabrik makanan adalah :

BUILDING

EQUIPMENTS

MAINTENANCE

UTILITYMANAGEMENT

STORAGE

SANITATION

GMP

QUALITY

Page 3: Good Manufacturing Practices (GMP)

a. Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi pabrik berpengaruh pada mutu dan kualitas produk yang

dihasilkan. Pabrik makanan sebaiknya jauh dari pabrik lain yang memproduksi

bahan-bahan kimia atau produk lain yang berbahaya karena limbah yang

dihasilkan secara tidak langsung mencemari produk pangan.

b. Tata letak pabrik

Tata letak pabrik termasuk jarak dengan bahan baku yang akan digunakan juga

harus menjadi pertimbangan. Misalnya industri pengalengan ikan, akan lebih

baik berada dekat dengan pelabuhan atau pasar ikan. Hal ini berkaitan dengan

kualitas bahan baku yang digunakan.

c. Tata letak bahan baku

Bahan-bahan yang rentan bahaya mikrobiologis lebih baik ditempatkan

terpisah dari produk yang diproses maupun produk yang telah jadi. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara produk dengan

bahan baku.

d. Peralatan

Alat yang digunakan untuk bahan mentah harus dibedakan dengan alat yang

digunakan pada produk setengah jadi atau telah jadi.

e. Desain dan rancang bangun

Diperlukan untuk mencegah atau meminimalisasi kontaminasi silang yang

dapat terjadi pada produk. Beberapa aspek yg harus dipertimbangkan :

1) Pemantauan terhadap faktor luar yg memengaruhi hasil produk

2) Ruangan harus ditata sedemikian rupa untuk melancarkan proses produksi

dari bahan baku sampai produk jadi

3) Ketahanan, keutuhan, dan kebersihan dari permukaan bangunan dan

fasilitas (lantai, dinding, dan langit-langit)

4) Pemantauan lingkungan

2. Manajemen Perusahaan

Komitmen manajemen untuk menghasilkan makanan yang bermutu dan aman

dikonsumsi merupakan satu kunci yang dapat menghantarkan suatu industri

pangan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam penerapan sistem manajemen

Page 4: Good Manufacturing Practices (GMP)

modern yang mengandalkan kekuatan data, komitmen manajemen umumnya

dinyatakan dalam bentuk dokumen pernyataan.

Sistem manajemen perusahaan yang dikendalikan didalam GMP dapat

dikelompokkan menjadi komitmen manajemen, pengelolaan sumber daya,

operasional, pemantauan dan evaluasi, serta peningkatan sistem.

a. Komitmen Manajemen

Bergeraknya sistem manajemen keamanan pangan harus diawali dengan

suatu itikad baik dari pimpinan tertinggi perusahaan dan ditunjukkan juga

dengan pembentukan tim khusus yang ditugaskan untuk mengoperasikan

kegiatan pengelolaan sistem manajemen keamanan pangan.

b. Pengelolaan Sumber Daya

Manajemen sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber daya

alam, fasilitas, infrastruktur, informasi, hingga dana. Pengelolaan sumber daya

tersebut disesuaikan dengan fungsi organisasi yang terlibat.

Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) didalam penerapan sistem

keamanan pangan meliputi : pemilihan atau rekrutmen SDM, penetapan

uraian jabatan, pengaturan pelatihan, sanitasi karyawan dan penyediaan

fasilitas sanitasi karyawan.

Pengelolaan sumber daya alam seperti air tanah, batu bara, listrik, atau

sumber daya galian langsung di dalam perusahaan umumnya berada di bawah

kendali departemen teknik atau utilitas.

Pengelolaan pranata dasar dan fasilitas di dalam perusahaan dikendalikan

oleh departemen teknik atau departemen umum. Pengaturan terhadap

pranata dasar meliputi perawatan dan pengoperasian.

Informasi dikendalikan oleh departemen khusus Electronic Data

Processing (EDP) pada industri modern atau departemen khusus yang

menyediakan public relation pada industri secara umum.

c. Operasional

Manajemen operasional sistem manajemen keamanan pangan menjadi

tanggung jawab divisi pabrikasi. Rangkaian kegiatan divisi pabrikasi meliputi

perencanaan produksi, produksi, perawatan mesin, dan utilitas pabrik.

Page 5: Good Manufacturing Practices (GMP)

Seluruh kesatuan proses operasi sistem manajemen keamanan pangan

terkonsentrasi dalam divisi produksi.

d. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dilakukan baik terhadap CCP, operasi CP, atau sistem

keseluruhan. Proses pemantauannya sendiri menggunakan prinsip inspeksi,

pengujian, pengukuran, validasi, internal audit, atau metode lain yang sesuai.

e. Manajemen pemantauan dan evaluasi meliputi aktivitas perencanaan,

pangambilan contoh, inspeksi proses, pengujian laboratorium, audit internal,

pengendalian alat ukur, tindakan koreksi, analisis statistika, dan tinjauan

manajemen.

f. Peningkatan sistem

Dimasukkannya sistem manajemen keamanan pangan ke dalam rencana

strategis perusahaan akan sangat memungkinkan proses perbaikan dan

peningkatan terus dilaksanakan.

3. Utilitas Pabrik

Unit penunjang seperti utilitas juga sangat diperlukan untuk menjalankan produksi

dengan baik. Beberapa hal yang termasuk di dalam unit utilitas tersebut adalah :

a. Steam

Steam atau kukus digunakan hampir di semua industri modern yang

menggunakan operasi panas.

b. Air compressed

Beberapa industri pangan menggunakan udara kempa berpotensi kontak

langsung dengan produk, misalnya pembersihan botol sebelum dimuat

produk, penambahan tekanan pada pengalengan minuman dan pembentukan

kemasan plastik.

c. Air

Air dalam pengolahan pangan terdiri dari air pengolahan, air minum, dan air

bersih.

d. Listrik

Listrik di industri digunakan sebagai sumber energi gerak, beberapa di

antaranya sebagai pembangkit panas, dan penerangan. Dalam praktik

Page 6: Good Manufacturing Practices (GMP)

industry, listrik dapat menggunakan dua sumber, yakni aliran yang disediakan

oleh pemerintah dan listrik yang menggunakan generator sendiri. Aliran listrik

yang disediakan swasta belum popular di Indonesia. Rekaman pasokan listrik

adalah bagian dari bukti pengendalian system GMP di Industri.

4. Pemeliharaan Alat

Untuk kelancaran proses produksi, sebaiknya pabrik juga dilengkapi dengan unit

perbaikan/bengkel. Karena produk makanan adalah produk yang tidak tahan lama,

apabila terjadi kerusakan pada mesin, harus segera diambil langkah perbaikannya.

Di samping itu, untuk menghemat waktu harus disediakan pula suku cadangnya.

Di dalam pemenuhan terhadap aspek keamanan pangan, peranti dan bahan yang

digunakan untuk pemeliharaan alat haruslah memenuhi persyaratan food grade.

Pelumas, pelincir, cat, pembersih, dan bahan dasar peralatan secara keseluruhan

harus memiliki klasifikasi food grade.

Pemeliharaan mesin dan instrumentasi industri harus terjadwal dengan baik,

meliputi beberapa aktivitas sebagai berikut:

a. Pembersihan

b. Pelumasan dan inspeksi rutin;

c. Perbaikan kecil atau penggantian suku cadang;

d. Perbaikan menengah;

e. Overhaul;

f. kalibrasi.

Keseluruhan jadwal tersebut disusun untuk mendukung aktivitas produksi dan

tetap memerhatikan aspek keamanan pangan. Perusahaan harus memiliki jadwal

yang tetap untuk memeriksa jalur pemipaan dan ducting. Korosivitas, kebocoran,

isolasi yang terbuka, penyumbatan, seal, katup, dan pengerakan adalah kejadian

yang berpotensi untuk memberikan kontaminasi silang kepada produk. Beberapa

jalur pemipaan yang harus selalu diinspeksi adalah

a. Pipa air,

b. Pipa steam,

c. Pipa air compressed,

d. Ducting,

Page 7: Good Manufacturing Practices (GMP)

e. Pipa distribusi produk,

f. Pipa bahan bakar,

g. Pipa udara pendingin, dan

h. Pipa listrik.

Khusus pipa listik, memiliki mekanisme pemeriksaan khusus yang umumnya

dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

5. Penyimpanan

Ruang penyimpanan pabrik harus dirancang sebaik mungkin, tidak lembap, mudah

dibersihkan, dan terpisah dengan ruang penyimpanan lainnya untuk mencegah

terjadinya kontaminasi silang. Gudang penyimpanan bahan baku harus dipisah dari

gudang penyimpanan produk jadi. Demikian pula dengan gudang penyimpanan

bahan kimia dan pestisida harus diletakkan terpisahjauh dari area tempat makanan

diproses dan disimpan.

Untuk kondisi ruang penyimpanan bahan kimia harus kering, terlindungi, dan aman.

Sedangkan ruang penyimpanan untuk bahan berbentuk tepung atau bubuk harus

kering, suhu dan kelembapanterkontrol, berwadah, danjauh dari bahan lainnya.

Ruangan harus didesain dengan baik dan terlindungi dari faktor luar, seperti

masuknya tikus, serangga, burung, dan debu.

6. Peralatan

Jenis produk pangan terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu cair (cair/pasta), semi padat

(gel/jeli), dan padatlkering (tepung, stik, crumble, ball, hole, pellet).

Dari kesemuanya produk yang sangat rentan terkontaminasi mikroorganisme

adalah jenis semi padat dan cair. Untuk itu penangananproduk jenis ini harus benar-

benar higienis dengan mengendalikan kebersihan lingkungan sekitar, khususnya

area pengolahan.produk pangan.

Demikian pula halnya dengan peralatan yang digunakan, harus dipilih dan diseleksi

dengancermat sertatata letaknyadiperhatikan sesuai dengankebutuhan.

Peralatan tersebut harus dibersihkan dan didisinfektan secara rutin sebelum dan

sesudah digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang pada produk

pangan.

Page 8: Good Manufacturing Practices (GMP)

Peralatan di industri pangan sangat beragam, tergantung dari jenis produk pmge,

apakah merupakan pangan yang kering, jeli, atau pasta. Umumnya makanan kering

lebih mudah dipantau karena mikroorganisme lebih menyukai tempat lembap.

Sebagai contoh, peralatan yang sangat kompleks dapat ditemukan dalam industri

peugolahan gula pasir. Semua bahan bakunya adalah air perasan tebu atau tetes

tebu yang berbentuk cairan, dan produk jadinya berupa kristal-kristal gula yang

berbentuk padat. Pemrosesan harus dipantau sedemikian rupa untuk menjaga mutu

dankeamanan pangan. Alat-alat yang dipakai antara lain tangki pengaduk,

evaporator, crystallizer dan masih banyak peralatan lainnya. Kondisi peralatan yang

baik harus diperhatikan dan alat pengatur suhu atau alat lainnya harus dikalibrasi

untuk menjamin bahwa proses dapat dijalankan dengan optimal.

Pengenalan terhadap jenis dan kondisi peralatan sangat diperlukan agar para

pekerja dapat memahami dan memperbaiki kerusakan ataupun kekurangan yang

terjadi dengan segera sehingga aktivitas tidak akan tertunda lama. Berikut ini

adalah beberapa peralatan yang umunnya digunakan dalam industri pangan.

a. Storage Tank (Tangki Penyimpan)

Dalam merancang dan memilih suatu tangki penyimpanan bahan baku atau

produk jadi, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah

1. Kapasitas produksi, pengeluaran bahan baku/produk jadi semestinya

mengikuti sistem fifo atau first in first out;

2. Tangki berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak korosi{ tidak retak

atau berlubang, dan tahan lama;

3. Konstruksi tangki tidak bercelah, mudah dibersihkan, dan tidak bersudut

sehingga tidak menyulitkan dalam pembersihan;

4. Temperatur/suhu pada tangki harus disesuaikan dengan jenis bahan

balar/produk yang ada;

5. Kelembapan harus dihindari karena merupakan tempat berkembang biaknya

mikroba dengan cepat.

Page 9: Good Manufacturing Practices (GMP)

Contoh untuk storage tankltarryttrpenyimpanan dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Sebuah tangki penyimpanan (storage tank) harus dilengkapi dengan pengatur

suhu (sesuai denganjenis bahan baku).Untuk produk ikan, daging, ayam, susu,

dan produk lain yang tidak tahan lama harus disimpan dalam cold storage agar

tidak mengalami kerusakan dan terkontaminasi mikroorganisme.

Tangki penyimpanan bahan harus mudah dibersihkan untuk menghindari sisa

bahan pangan di dalamnya.

b. Mill Grinder

Selanjutnya, dari tangki penyimpanan bahan baku makanan akan melalui proses

pemotongan atau penghancuran. Jika yang diinginkan berbentuk tepung atau

ditujukan untuk mempermudah dalam proses pencampuran formula. Alat yang

digunakan, antara lain pisau atalu grinder. Pisau tersebut harus diperiksa

ketajamannya agar proses dapat berjalan dengan baik dan tidak dapat

mencemari produk pangan yang dapat saja terjadi karena bahaya fisik atau

mikrobiologi.

Sebaiknya sistem dalam proses pembuatan makanan merupakan sistem batch,

sehingga peralatan mudah dibersihkan secara rutin. Namun jika sistem yang

digunakan semi kontinu maka peralatan yang tersedia harus lebih dari satu

sehingga pada saat salah satu alat dibersihkan, alat yang lainnya dapat

digunakan. Dengan demikian, kebersihan peralatan yang digunakan akan selalu

terjamin.

Page 10: Good Manufacturing Practices (GMP)

c. Mixer (Tangki Pencampur)

Dalam pembuatan suatu produk Pangan, misalnya snack, pasti ada proses

pencampuran bahan baku dengan bahan tambahan atau additive-nya. Formula

akan lebih mudah homogen jika berbentuk cair atau butiran halus (tepung).

Karena itu mixer memegang peranan penting, terutama dalam menghasilkan

taste (rasa) dan. colour (warna) pada produk pangan.

Sebelum memasuki proses pencampuran, sebaiknya bahan-bahan yang akan

dicampur ditimbang dan ditakar dalam tempat yang terpisah. Hal ini untuk

mencegah terjadinya kontaminasi dari sisa-sisa produk terdahulu apabila sistem

tidak dilakukan secara batch, dan sekaligus menjamin ketepatan pengukuran

formula yang dimasukkan ke dalam mixer.

Lama proses sangat memengaruhi mutu dan homogenitas produk yang

dihasilkan. Dengan demikian, dalam tahap ini pemeriksaan pada waktu dan suhu

harus dilakukan agar proses berjalan optimal. Beberapa jenis Mixer disajikan

pada Gambar.

Page 11: Good Manufacturing Practices (GMP)

d. Sizer dan Product Shapes

Bentuk makanan padat/kering seperti snack sangat beragam, ada yang

berbentuk tepung, crumble (butiran), hole (cincin berlubang), pellet (silinder),

ball (bola-bola) ataupun stick. Untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan,

biasanya telah disediakan alat yang telah diset untuk bentuk tertentu.

Pengolahan dilakukan pada suhu tertentu untuk menghasilkan produk dengan

bentuk yang sebaik-baiknya. Ekstruder adalah salah satu peralatan yang banyak

digunakan untuk membuat makanan dalam berbagai bentuk, sebagaimana

disajikan pada gambar.

Page 12: Good Manufacturing Practices (GMP)

e. Heater/Cooler (pada Proses Pemanasan/Pendinginan)

Ada beberapa jenis makanan tertentu yang harus melalui tahap pendinginan

atau pemanasan. Tahap pemanasan biasanya dilakukan untuk mematikan

mikroorganisme yang kemungkinan mencemari produk, di samping itu juga

berfungsi untuk memudahkan indusfri pangan dalam meinbentuk produk

pangan sesuai dengan yang diinginkan. Sebagai contoh dalam pembuatan bentuk

pellet/silinder, proses yang terjadi meliputi proses pemanasan dengan steam

yang dikombinasikan dengan proses pengepresan produk pada alat sehingga

produk keluar dalam benfiik pellet/silinder.

Proses pendinginan juga umum digunakan dalam industri pangan karena

sebelum dikemas harus berada pada suhu kamar, kecuali untuk produk tertentu

yang harus dr-packingpada suhu di bawah suhu kamar. Sebagai contoh, setelah

keluar dari mesin pembentuk pellet (silinder) atau pelleting produk dalam

keadaan panas karena langsung disemprot dengan steam. Untuk mencegah agar

produk yang akan dikemas tidak rusak maka pengemasan harus dilakukan pada

kondisi suhu kamar sehingga proses pendinginan merupakan alternative yang

baik untuk mempercepat proses.

f. Oven

Dalam proses pembuatan snack, cake, ataumakanan kering lainnya, perlu

keberadaan alat ini. Oven merupakan alat untuk memanaskan adonan pada suhu

tertentu sehingga adonan mengalami berbagai perubahan karakteristik,

misalnya perubahan viskositas, tekstur, rasa, kadar air, dan juga mematikan

mikroorganisme karena adanya panas.

Dengan berbagai perubahan karakteristik adonan, kualitas oven menjadi salah

satu perhatian utama. Oven yang baik minimal harus memiliki pengatur suhu

dan waktu, selain konstruksi yang tepat.

g. Evaporator

Evaporator adalah peralatan pindah panas yang dipergunakan khusus untuk

menguapkan sebagian air dari bahan. Peralatan ini secara sepintas sederhana,

namun menjadi rumit apabila dirancang khusus untuk bahan pangan yang

sensitive terhadap perlakuan panas.

Page 13: Good Manufacturing Practices (GMP)

Produk sari buah memerlukan rancangan evaporator khusus, sebab penggunaan

evaporator kancah terbuka sangat riskan bagi kontaminasi silang bahan dari

luar, terutama cemaran fisik. Evaporator untuk pembuatan sari buah harus

memiliki transfer panas tinggi denganlarutan cenderung mengental.

h. Vacuum Frying

Alat lain adalah vacuum frying, yang digunakan untuk membuat ceriping, chips

atau keripik. Alat ini sangat baik digunakan untuk bahan bakar yang memiliki

kadar air cukup tinggi. Dengan kondisi vacuum, produk yang dihasilkan tidak

mengandung banyak minyak sehingga tidak diperlukan proses drying atau,

pengeringan.

i. Crystalizer

Crystalizer berfungsi mengubah bahan yang berbentuk cair/larutan menjadi

padatan yang berbentuk kristal. suhu/temperatur crystallizer harus

dikendalikan agar kristal terbentuk dengan sempurna.

j. Conveyor

Pengangkutan atau transportasi produk dari satu proses ke proses lainnya harus

terlindungi dari faktor luar yang dapat mencemari produk yang diproses.

Jenis conveyor yang baik untuk produk makanan adalah conveyor yang

berpenutup seperti screw conveyor, pneumatic conveyor ataupun bucket

elevator. Contoh untuk desain conveyor dapat dilihat pada Gambar.

k. Metal Detector

Page 14: Good Manufacturing Practices (GMP)

Banyak unit pengolahan menggunakan alat ini untuk pemantauan terhadap

kontaminasi yang berasal dari logam. Alat ini cukup efektif untuk mempermudah

pengawasan produk, baik mulai dari bahan mentah, produk setengah jadi,

sampai produk akhir. Peralatan-peralatan yang dijelaskan di atas baru

merupakan sebagian kecil dari peralatan yang ada di industri pangan. sebaiknya

seluruh tangki-tangki memiliki penutup agar terlindung dari faktor-faktor luar

yang dapat mencemari produk. Demikian pula dengan konstruksi/rancang

bangun alat harus dibuat sebaik mungkin agar mudah dibersihkan dan

didisinfektan. Peralatan-peralatan tersebut hendaknya ditunjang dengan

alat:alat lain seperti temperature control, pressure control, dan seluruhnya

harus dikalibrasi agar alat dapat berjalan seoptimal mungkin dalam

menghasilkan produk pangan yang bermutu dan arnan dari bahaya fisik, kimia,

dan mikrobiologi. Dalam memilih suatu peralatan unfuk proses pengolahan

makanan, hal-hal yang harus dipertimbangkan, antara lain:

1. Peralatan yang dipilih harus sesuai dengan produk yang akan dihasilkan;

2. Ukuran peralatan sesuai dengan kapasitas produk;

3. Peralatan harus tahan lama, mudah dioperasikan dan dipelihara, sesuai

dengan peralatan lain, aman untuk operator, dan harus diperhitungkan pula

masalah biayanya.

Pemilihan yang salah akan berpengaruh pada kondisi alat misalnya dalam satu

kasus rancangan alatnya tidak bagus, akan mengakibatlian kontaminasi silang

pada makanan yang diolah. Faktor utama yang teridentifikasi dapat

menyebabkan kontaminasi oleh mikroorganisme adalah kurangnya kebersihan

yang memengaruhi konstruksi bahan, serta rancangan yang kurang baik dari

bagian alat yang spesifik, seperti mesin injeksi, pompa, dan ketajaman pisau.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme dan

kontaminasi produk dapat disebabkan oleh pengeluaran produk dari peralatan

yang tidak baik, peralatan berkontak langsung dengan produk pangan, sulitnya

perneliharaan, serta perbaikan dan kelayakan dari peralatan. Berikut Cara

Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.