Good Manufacturing Practices (GMP)
-
Upload
rivai-nakoe -
Category
Documents
-
view
139 -
download
14
Transcript of Good Manufacturing Practices (GMP)
GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)
A. Latar Belakang
Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)
merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk
makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen.
Aturan mengenai GMP dikeluarkan oleh pemerintah masing-masing negara, seperti
aturan GMP Amerika Serikat. Selain itu aturan, peraturan mengenai GMP dalam bentuk
aturan.
Praktik yang hygienis (codes of hygienic practices) dikembangkan oleh organisasi
internasional seperti Food Hygiene Committee of The Food and Agriculture Organization,
World Health Organization (WHO) , dan Codex Alimentarius Commisision.
Sebenarnya GMP bukan merupakan sistem mutu yang baru dikenal di Indonesia,
karena sejak tahun 1978 telah dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/Menkes/SK/I/1978 tertanggal 24 Januari 1978
sebagai Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan.
Seiring dengan perkembangan jaman, definisi untuk produk pangan yang bermutu
tidak dinilai sebatas mutunya saja, namun juga mulai dituntut masalah kandungan gizi,
nutrisi, kesehatan, dan keamanan pangannya. Dengan demikian, aturan mengenai GMP pun
terus dikembangkan oleh produsen pangan dan sekarang pun telah dipergunakan sebagai
persyaratan dasar (prerequisites) dalam aplikasi sistem HACCP atau sistem keamanan
pangan.
Jadi, GMP merupakan program penunjang keberhasilan dalam implementasi sistem
HACCP sehingga produk pangan yang dihasilkan benar-benar bermutu dan sesuai dengan
tuntutan konsumen, tidak hanya didalam akan tetapi juga di luar negeri.
B. Dasar Hukum
a. SK Menkes No.23 tahun 1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik
untuk Makanan
b. UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan
c. UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan
d. PP No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
e. Permenperin No.75 tahun 2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik
f. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga.
C. Aspek-aspek dalam Good Manufacturing Practices
Secara umum, peraturan GMP terdiri dari desain dan konstruksi higienis untuk
pengolahan produk makanan, desain dan konstruksi higienis untuk peralatan yang
digunakan dalam proses pengolahan, pembersihan dan desinfeksi peralatan, pemilihan
bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan dan higienitas pekerja serta dokumentasi
yang tepat.
Cara produksi makanan yang baik atau GMP terdiri dari beberapa aspek yang saling
berkaitan dan berpengaruh langsung terhadap produk yang diolah dan dihasilkan.
Komponen dasar tersebut sebagai berikut :
1. Bangunan Pabrik
Konstruksi bangunan pabrik yang hygienis sangatlah penting untuk mendapat
perhatian khusus. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang suatu
pabrik makanan adalah :
BUILDING
EQUIPMENTS
MAINTENANCE
UTILITYMANAGEMENT
STORAGE
SANITATION
GMP
QUALITY
a. Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi pabrik berpengaruh pada mutu dan kualitas produk yang
dihasilkan. Pabrik makanan sebaiknya jauh dari pabrik lain yang memproduksi
bahan-bahan kimia atau produk lain yang berbahaya karena limbah yang
dihasilkan secara tidak langsung mencemari produk pangan.
b. Tata letak pabrik
Tata letak pabrik termasuk jarak dengan bahan baku yang akan digunakan juga
harus menjadi pertimbangan. Misalnya industri pengalengan ikan, akan lebih
baik berada dekat dengan pelabuhan atau pasar ikan. Hal ini berkaitan dengan
kualitas bahan baku yang digunakan.
c. Tata letak bahan baku
Bahan-bahan yang rentan bahaya mikrobiologis lebih baik ditempatkan
terpisah dari produk yang diproses maupun produk yang telah jadi. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara produk dengan
bahan baku.
d. Peralatan
Alat yang digunakan untuk bahan mentah harus dibedakan dengan alat yang
digunakan pada produk setengah jadi atau telah jadi.
e. Desain dan rancang bangun
Diperlukan untuk mencegah atau meminimalisasi kontaminasi silang yang
dapat terjadi pada produk. Beberapa aspek yg harus dipertimbangkan :
1) Pemantauan terhadap faktor luar yg memengaruhi hasil produk
2) Ruangan harus ditata sedemikian rupa untuk melancarkan proses produksi
dari bahan baku sampai produk jadi
3) Ketahanan, keutuhan, dan kebersihan dari permukaan bangunan dan
fasilitas (lantai, dinding, dan langit-langit)
4) Pemantauan lingkungan
2. Manajemen Perusahaan
Komitmen manajemen untuk menghasilkan makanan yang bermutu dan aman
dikonsumsi merupakan satu kunci yang dapat menghantarkan suatu industri
pangan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam penerapan sistem manajemen
modern yang mengandalkan kekuatan data, komitmen manajemen umumnya
dinyatakan dalam bentuk dokumen pernyataan.
Sistem manajemen perusahaan yang dikendalikan didalam GMP dapat
dikelompokkan menjadi komitmen manajemen, pengelolaan sumber daya,
operasional, pemantauan dan evaluasi, serta peningkatan sistem.
a. Komitmen Manajemen
Bergeraknya sistem manajemen keamanan pangan harus diawali dengan
suatu itikad baik dari pimpinan tertinggi perusahaan dan ditunjukkan juga
dengan pembentukan tim khusus yang ditugaskan untuk mengoperasikan
kegiatan pengelolaan sistem manajemen keamanan pangan.
b. Pengelolaan Sumber Daya
Manajemen sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber daya
alam, fasilitas, infrastruktur, informasi, hingga dana. Pengelolaan sumber daya
tersebut disesuaikan dengan fungsi organisasi yang terlibat.
Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) didalam penerapan sistem
keamanan pangan meliputi : pemilihan atau rekrutmen SDM, penetapan
uraian jabatan, pengaturan pelatihan, sanitasi karyawan dan penyediaan
fasilitas sanitasi karyawan.
Pengelolaan sumber daya alam seperti air tanah, batu bara, listrik, atau
sumber daya galian langsung di dalam perusahaan umumnya berada di bawah
kendali departemen teknik atau utilitas.
Pengelolaan pranata dasar dan fasilitas di dalam perusahaan dikendalikan
oleh departemen teknik atau departemen umum. Pengaturan terhadap
pranata dasar meliputi perawatan dan pengoperasian.
Informasi dikendalikan oleh departemen khusus Electronic Data
Processing (EDP) pada industri modern atau departemen khusus yang
menyediakan public relation pada industri secara umum.
c. Operasional
Manajemen operasional sistem manajemen keamanan pangan menjadi
tanggung jawab divisi pabrikasi. Rangkaian kegiatan divisi pabrikasi meliputi
perencanaan produksi, produksi, perawatan mesin, dan utilitas pabrik.
Seluruh kesatuan proses operasi sistem manajemen keamanan pangan
terkonsentrasi dalam divisi produksi.
d. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dilakukan baik terhadap CCP, operasi CP, atau sistem
keseluruhan. Proses pemantauannya sendiri menggunakan prinsip inspeksi,
pengujian, pengukuran, validasi, internal audit, atau metode lain yang sesuai.
e. Manajemen pemantauan dan evaluasi meliputi aktivitas perencanaan,
pangambilan contoh, inspeksi proses, pengujian laboratorium, audit internal,
pengendalian alat ukur, tindakan koreksi, analisis statistika, dan tinjauan
manajemen.
f. Peningkatan sistem
Dimasukkannya sistem manajemen keamanan pangan ke dalam rencana
strategis perusahaan akan sangat memungkinkan proses perbaikan dan
peningkatan terus dilaksanakan.
3. Utilitas Pabrik
Unit penunjang seperti utilitas juga sangat diperlukan untuk menjalankan produksi
dengan baik. Beberapa hal yang termasuk di dalam unit utilitas tersebut adalah :
a. Steam
Steam atau kukus digunakan hampir di semua industri modern yang
menggunakan operasi panas.
b. Air compressed
Beberapa industri pangan menggunakan udara kempa berpotensi kontak
langsung dengan produk, misalnya pembersihan botol sebelum dimuat
produk, penambahan tekanan pada pengalengan minuman dan pembentukan
kemasan plastik.
c. Air
Air dalam pengolahan pangan terdiri dari air pengolahan, air minum, dan air
bersih.
d. Listrik
Listrik di industri digunakan sebagai sumber energi gerak, beberapa di
antaranya sebagai pembangkit panas, dan penerangan. Dalam praktik
industry, listrik dapat menggunakan dua sumber, yakni aliran yang disediakan
oleh pemerintah dan listrik yang menggunakan generator sendiri. Aliran listrik
yang disediakan swasta belum popular di Indonesia. Rekaman pasokan listrik
adalah bagian dari bukti pengendalian system GMP di Industri.
4. Pemeliharaan Alat
Untuk kelancaran proses produksi, sebaiknya pabrik juga dilengkapi dengan unit
perbaikan/bengkel. Karena produk makanan adalah produk yang tidak tahan lama,
apabila terjadi kerusakan pada mesin, harus segera diambil langkah perbaikannya.
Di samping itu, untuk menghemat waktu harus disediakan pula suku cadangnya.
Di dalam pemenuhan terhadap aspek keamanan pangan, peranti dan bahan yang
digunakan untuk pemeliharaan alat haruslah memenuhi persyaratan food grade.
Pelumas, pelincir, cat, pembersih, dan bahan dasar peralatan secara keseluruhan
harus memiliki klasifikasi food grade.
Pemeliharaan mesin dan instrumentasi industri harus terjadwal dengan baik,
meliputi beberapa aktivitas sebagai berikut:
a. Pembersihan
b. Pelumasan dan inspeksi rutin;
c. Perbaikan kecil atau penggantian suku cadang;
d. Perbaikan menengah;
e. Overhaul;
f. kalibrasi.
Keseluruhan jadwal tersebut disusun untuk mendukung aktivitas produksi dan
tetap memerhatikan aspek keamanan pangan. Perusahaan harus memiliki jadwal
yang tetap untuk memeriksa jalur pemipaan dan ducting. Korosivitas, kebocoran,
isolasi yang terbuka, penyumbatan, seal, katup, dan pengerakan adalah kejadian
yang berpotensi untuk memberikan kontaminasi silang kepada produk. Beberapa
jalur pemipaan yang harus selalu diinspeksi adalah
a. Pipa air,
b. Pipa steam,
c. Pipa air compressed,
d. Ducting,
e. Pipa distribusi produk,
f. Pipa bahan bakar,
g. Pipa udara pendingin, dan
h. Pipa listrik.
Khusus pipa listik, memiliki mekanisme pemeriksaan khusus yang umumnya
dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
5. Penyimpanan
Ruang penyimpanan pabrik harus dirancang sebaik mungkin, tidak lembap, mudah
dibersihkan, dan terpisah dengan ruang penyimpanan lainnya untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Gudang penyimpanan bahan baku harus dipisah dari
gudang penyimpanan produk jadi. Demikian pula dengan gudang penyimpanan
bahan kimia dan pestisida harus diletakkan terpisahjauh dari area tempat makanan
diproses dan disimpan.
Untuk kondisi ruang penyimpanan bahan kimia harus kering, terlindungi, dan aman.
Sedangkan ruang penyimpanan untuk bahan berbentuk tepung atau bubuk harus
kering, suhu dan kelembapanterkontrol, berwadah, danjauh dari bahan lainnya.
Ruangan harus didesain dengan baik dan terlindungi dari faktor luar, seperti
masuknya tikus, serangga, burung, dan debu.
6. Peralatan
Jenis produk pangan terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu cair (cair/pasta), semi padat
(gel/jeli), dan padatlkering (tepung, stik, crumble, ball, hole, pellet).
Dari kesemuanya produk yang sangat rentan terkontaminasi mikroorganisme
adalah jenis semi padat dan cair. Untuk itu penangananproduk jenis ini harus benar-
benar higienis dengan mengendalikan kebersihan lingkungan sekitar, khususnya
area pengolahan.produk pangan.
Demikian pula halnya dengan peralatan yang digunakan, harus dipilih dan diseleksi
dengancermat sertatata letaknyadiperhatikan sesuai dengankebutuhan.
Peralatan tersebut harus dibersihkan dan didisinfektan secara rutin sebelum dan
sesudah digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang pada produk
pangan.
Peralatan di industri pangan sangat beragam, tergantung dari jenis produk pmge,
apakah merupakan pangan yang kering, jeli, atau pasta. Umumnya makanan kering
lebih mudah dipantau karena mikroorganisme lebih menyukai tempat lembap.
Sebagai contoh, peralatan yang sangat kompleks dapat ditemukan dalam industri
peugolahan gula pasir. Semua bahan bakunya adalah air perasan tebu atau tetes
tebu yang berbentuk cairan, dan produk jadinya berupa kristal-kristal gula yang
berbentuk padat. Pemrosesan harus dipantau sedemikian rupa untuk menjaga mutu
dankeamanan pangan. Alat-alat yang dipakai antara lain tangki pengaduk,
evaporator, crystallizer dan masih banyak peralatan lainnya. Kondisi peralatan yang
baik harus diperhatikan dan alat pengatur suhu atau alat lainnya harus dikalibrasi
untuk menjamin bahwa proses dapat dijalankan dengan optimal.
Pengenalan terhadap jenis dan kondisi peralatan sangat diperlukan agar para
pekerja dapat memahami dan memperbaiki kerusakan ataupun kekurangan yang
terjadi dengan segera sehingga aktivitas tidak akan tertunda lama. Berikut ini
adalah beberapa peralatan yang umunnya digunakan dalam industri pangan.
a. Storage Tank (Tangki Penyimpan)
Dalam merancang dan memilih suatu tangki penyimpanan bahan baku atau
produk jadi, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
1. Kapasitas produksi, pengeluaran bahan baku/produk jadi semestinya
mengikuti sistem fifo atau first in first out;
2. Tangki berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak korosi{ tidak retak
atau berlubang, dan tahan lama;
3. Konstruksi tangki tidak bercelah, mudah dibersihkan, dan tidak bersudut
sehingga tidak menyulitkan dalam pembersihan;
4. Temperatur/suhu pada tangki harus disesuaikan dengan jenis bahan
balar/produk yang ada;
5. Kelembapan harus dihindari karena merupakan tempat berkembang biaknya
mikroba dengan cepat.
Contoh untuk storage tankltarryttrpenyimpanan dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Sebuah tangki penyimpanan (storage tank) harus dilengkapi dengan pengatur
suhu (sesuai denganjenis bahan baku).Untuk produk ikan, daging, ayam, susu,
dan produk lain yang tidak tahan lama harus disimpan dalam cold storage agar
tidak mengalami kerusakan dan terkontaminasi mikroorganisme.
Tangki penyimpanan bahan harus mudah dibersihkan untuk menghindari sisa
bahan pangan di dalamnya.
b. Mill Grinder
Selanjutnya, dari tangki penyimpanan bahan baku makanan akan melalui proses
pemotongan atau penghancuran. Jika yang diinginkan berbentuk tepung atau
ditujukan untuk mempermudah dalam proses pencampuran formula. Alat yang
digunakan, antara lain pisau atalu grinder. Pisau tersebut harus diperiksa
ketajamannya agar proses dapat berjalan dengan baik dan tidak dapat
mencemari produk pangan yang dapat saja terjadi karena bahaya fisik atau
mikrobiologi.
Sebaiknya sistem dalam proses pembuatan makanan merupakan sistem batch,
sehingga peralatan mudah dibersihkan secara rutin. Namun jika sistem yang
digunakan semi kontinu maka peralatan yang tersedia harus lebih dari satu
sehingga pada saat salah satu alat dibersihkan, alat yang lainnya dapat
digunakan. Dengan demikian, kebersihan peralatan yang digunakan akan selalu
terjamin.
c. Mixer (Tangki Pencampur)
Dalam pembuatan suatu produk Pangan, misalnya snack, pasti ada proses
pencampuran bahan baku dengan bahan tambahan atau additive-nya. Formula
akan lebih mudah homogen jika berbentuk cair atau butiran halus (tepung).
Karena itu mixer memegang peranan penting, terutama dalam menghasilkan
taste (rasa) dan. colour (warna) pada produk pangan.
Sebelum memasuki proses pencampuran, sebaiknya bahan-bahan yang akan
dicampur ditimbang dan ditakar dalam tempat yang terpisah. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dari sisa-sisa produk terdahulu apabila sistem
tidak dilakukan secara batch, dan sekaligus menjamin ketepatan pengukuran
formula yang dimasukkan ke dalam mixer.
Lama proses sangat memengaruhi mutu dan homogenitas produk yang
dihasilkan. Dengan demikian, dalam tahap ini pemeriksaan pada waktu dan suhu
harus dilakukan agar proses berjalan optimal. Beberapa jenis Mixer disajikan
pada Gambar.
d. Sizer dan Product Shapes
Bentuk makanan padat/kering seperti snack sangat beragam, ada yang
berbentuk tepung, crumble (butiran), hole (cincin berlubang), pellet (silinder),
ball (bola-bola) ataupun stick. Untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan,
biasanya telah disediakan alat yang telah diset untuk bentuk tertentu.
Pengolahan dilakukan pada suhu tertentu untuk menghasilkan produk dengan
bentuk yang sebaik-baiknya. Ekstruder adalah salah satu peralatan yang banyak
digunakan untuk membuat makanan dalam berbagai bentuk, sebagaimana
disajikan pada gambar.
e. Heater/Cooler (pada Proses Pemanasan/Pendinginan)
Ada beberapa jenis makanan tertentu yang harus melalui tahap pendinginan
atau pemanasan. Tahap pemanasan biasanya dilakukan untuk mematikan
mikroorganisme yang kemungkinan mencemari produk, di samping itu juga
berfungsi untuk memudahkan indusfri pangan dalam meinbentuk produk
pangan sesuai dengan yang diinginkan. Sebagai contoh dalam pembuatan bentuk
pellet/silinder, proses yang terjadi meliputi proses pemanasan dengan steam
yang dikombinasikan dengan proses pengepresan produk pada alat sehingga
produk keluar dalam benfiik pellet/silinder.
Proses pendinginan juga umum digunakan dalam industri pangan karena
sebelum dikemas harus berada pada suhu kamar, kecuali untuk produk tertentu
yang harus dr-packingpada suhu di bawah suhu kamar. Sebagai contoh, setelah
keluar dari mesin pembentuk pellet (silinder) atau pelleting produk dalam
keadaan panas karena langsung disemprot dengan steam. Untuk mencegah agar
produk yang akan dikemas tidak rusak maka pengemasan harus dilakukan pada
kondisi suhu kamar sehingga proses pendinginan merupakan alternative yang
baik untuk mempercepat proses.
f. Oven
Dalam proses pembuatan snack, cake, ataumakanan kering lainnya, perlu
keberadaan alat ini. Oven merupakan alat untuk memanaskan adonan pada suhu
tertentu sehingga adonan mengalami berbagai perubahan karakteristik,
misalnya perubahan viskositas, tekstur, rasa, kadar air, dan juga mematikan
mikroorganisme karena adanya panas.
Dengan berbagai perubahan karakteristik adonan, kualitas oven menjadi salah
satu perhatian utama. Oven yang baik minimal harus memiliki pengatur suhu
dan waktu, selain konstruksi yang tepat.
g. Evaporator
Evaporator adalah peralatan pindah panas yang dipergunakan khusus untuk
menguapkan sebagian air dari bahan. Peralatan ini secara sepintas sederhana,
namun menjadi rumit apabila dirancang khusus untuk bahan pangan yang
sensitive terhadap perlakuan panas.
Produk sari buah memerlukan rancangan evaporator khusus, sebab penggunaan
evaporator kancah terbuka sangat riskan bagi kontaminasi silang bahan dari
luar, terutama cemaran fisik. Evaporator untuk pembuatan sari buah harus
memiliki transfer panas tinggi denganlarutan cenderung mengental.
h. Vacuum Frying
Alat lain adalah vacuum frying, yang digunakan untuk membuat ceriping, chips
atau keripik. Alat ini sangat baik digunakan untuk bahan bakar yang memiliki
kadar air cukup tinggi. Dengan kondisi vacuum, produk yang dihasilkan tidak
mengandung banyak minyak sehingga tidak diperlukan proses drying atau,
pengeringan.
i. Crystalizer
Crystalizer berfungsi mengubah bahan yang berbentuk cair/larutan menjadi
padatan yang berbentuk kristal. suhu/temperatur crystallizer harus
dikendalikan agar kristal terbentuk dengan sempurna.
j. Conveyor
Pengangkutan atau transportasi produk dari satu proses ke proses lainnya harus
terlindungi dari faktor luar yang dapat mencemari produk yang diproses.
Jenis conveyor yang baik untuk produk makanan adalah conveyor yang
berpenutup seperti screw conveyor, pneumatic conveyor ataupun bucket
elevator. Contoh untuk desain conveyor dapat dilihat pada Gambar.
k. Metal Detector
Banyak unit pengolahan menggunakan alat ini untuk pemantauan terhadap
kontaminasi yang berasal dari logam. Alat ini cukup efektif untuk mempermudah
pengawasan produk, baik mulai dari bahan mentah, produk setengah jadi,
sampai produk akhir. Peralatan-peralatan yang dijelaskan di atas baru
merupakan sebagian kecil dari peralatan yang ada di industri pangan. sebaiknya
seluruh tangki-tangki memiliki penutup agar terlindung dari faktor-faktor luar
yang dapat mencemari produk. Demikian pula dengan konstruksi/rancang
bangun alat harus dibuat sebaik mungkin agar mudah dibersihkan dan
didisinfektan. Peralatan-peralatan tersebut hendaknya ditunjang dengan
alat:alat lain seperti temperature control, pressure control, dan seluruhnya
harus dikalibrasi agar alat dapat berjalan seoptimal mungkin dalam
menghasilkan produk pangan yang bermutu dan arnan dari bahaya fisik, kimia,
dan mikrobiologi. Dalam memilih suatu peralatan unfuk proses pengolahan
makanan, hal-hal yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Peralatan yang dipilih harus sesuai dengan produk yang akan dihasilkan;
2. Ukuran peralatan sesuai dengan kapasitas produk;
3. Peralatan harus tahan lama, mudah dioperasikan dan dipelihara, sesuai
dengan peralatan lain, aman untuk operator, dan harus diperhitungkan pula
masalah biayanya.
Pemilihan yang salah akan berpengaruh pada kondisi alat misalnya dalam satu
kasus rancangan alatnya tidak bagus, akan mengakibatlian kontaminasi silang
pada makanan yang diolah. Faktor utama yang teridentifikasi dapat
menyebabkan kontaminasi oleh mikroorganisme adalah kurangnya kebersihan
yang memengaruhi konstruksi bahan, serta rancangan yang kurang baik dari
bagian alat yang spesifik, seperti mesin injeksi, pompa, dan ketajaman pisau.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme dan
kontaminasi produk dapat disebabkan oleh pengeluaran produk dari peralatan
yang tidak baik, peralatan berkontak langsung dengan produk pangan, sulitnya
perneliharaan, serta perbaikan dan kelayakan dari peralatan. Berikut Cara
Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.