Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

60
EDISI I TAHUN 2011 Good sebagai Pilar Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman Governance UU PKP “Sebuah Tantangan Kelembagaan” Program Dekonsentrasi 2011 PEMDA Tentukan Keberhasilan Pembangunan Perumahan

description

Media Komunikasi Perumahan dan Permukiman Inforum dikelola oleh Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat. Dimaksudkan sebagai wahana bertukar informasi diantara pemangku kepentingan, termasuk juga masyarakat

Transcript of Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Page 1: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

EDISI I TAHUN 2011

Goodsebagai Pilar Pembangunan Perumahan dan Kawasan PermukimanGovernance

UU PKP“Sebuah Tantangan Kelembagaan”

Program Dekonsentrasi 2011PEMDA Tentukan Keberhasilan Pembangunan Perumahan

Page 2: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

2

Tahun 2010 telah berlalu dan kita kembali bertemu di tahun 2011 ini. Di awal tahun 2011 ini terdapat kabar yang menggembirakan dan penuh harapan

bagi pembangunan perumahan di Indonesia. Revisi Undang-Undang Perumahan dan Permukiman telah resmi diundangkan menjadi Undang Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Dalam edisi sebelumnya, isi dari Undang-Undang tersebut telah kami angkat menjadi topik utama. Kehadiran Undang Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman diharapkan akan memberikan harapan baru terutama terkait perumahan bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah. Namun, tentunya kehadiran undang-undang ini juga membawa berbagai konsekuensi dan tantangan baru.

Salah satu tantangan yang dihadapi sebagai konsekuensi dari undang-undang baru tersebut adalah dalam aspek kelembagaan pemerintah. Untuk itu, cukup relevan jika dalam edisi kali ini, kami menurunkan laporan utama mengenai aspek kelembagaan sebagai konsekuensi lahirnya UU baru dan juga secara umum membahas tentang Good Governance sebagai laporan utama. Kementerian Perumahan Rakyat sendiri telah berusaha mempraktekkan Good Governance dan di tahun yang baru ini akan berusaha lebih baik lagi.

Kami berharap, dengan semangat Good Governance dan undang-undang yang baru, pembangunan perumahan di tahun 2011 dapat berjalan ke arah yang lebih baik. Majalah Inforum pun akan berjalan seiringan agar dapat terus hadir untuk memasyarakatkan isu perumahan yang tentunya tak hanya terbatas mengenai Kementerian Perumahan Rakyat belaka. Untuk itu, Inforum juga menerima kiriman artikel, foto-foto maupun surat pembaca sehingga informasi yang disajikan bisa lebih luas. Terima kasih.

Selamat membaca.

Foto cover depan: Humas Kemenpera

Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bidang perumahan rakyat dari pembaca. Lampirkan gambar/foto dan identitas penulis ke alamat email redaksi. Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12.Redaksi juga menerima saran maupun tanggapan terkait bidang perumahan rakyat ke email [email protected] atau saran dan pengaduan di www.kemenpera.go.id

Pelindung Menteri Negara Perumahan Rakyat

Penasehat RedaksiSekretaris Kementerian Perumahan Rakyat Deputi Bidang Pembiayaan PerumahanDeputi Bidang Pengembangan KawasanDeputi Bidang Perumahan SwadayaDeputi Bidang Perumahan Formal

Pemimpin RedaksiOswar Mungkasa

Dewan RedaksiRifaid M. NurHardi SimamoraEko D. HeripoerwantoLukman Hakim

Redaksi PelaksanaMoch. Yusuf HariagungEko SuhendratmaLusia Nini Purwajati

Penyunting dan Penyelaras Naskah :JeffryTri Pudji AstutiArief KaryawanHotman Sahat Gayus

Reporter Ristyan Mega PutraDavid Agus Sagita

Desain dan Produksi Akbar Pandhu PAris KarnadhiRidho FauzyRossi Dwi ApriawanAgus Sumarno

Bagian Administrasi Angga Dwijayanti

Bagian Distribusi Saiful AnwarRuby MSri Rahmi PPustika Chandra KJadima Lumban R

KorespondenR. Budiono SubambangToni Rusmarsidik B. EkoputroCut LisaBambang Sucipto Yuwono

Alamat Redaksi Inforum:Bagian Humas dan Protokol Kementerian Perumahan RakyatJln. Raden Patah I No. 1 Lantai 3 Wing 3 Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelp / Fax : (021) 724687Email : [email protected] Website : www.kemenpera.go.id

Page 3: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

3

Yth. Majalah InforumSaya melihat bahwa majalah Inforum ini adalah media yang telah cukup baik dalam mengangkat isu-isu perumahan dan permukiman. Gaya bahasanya ringan dan tampilannya juga cukup mengikuti “trend” jaman sekarang sehingga dapat cukup dimengerti. Pertahankan dan semoga ke depannya Inforum dapat tetap terbit secara konsisten serta dapat lebih berkembang.Susilo – Bogor

Yth. Sdr. SusiloTerima kasih banyak atas apresiasi yang diberikan kepada Inforum. Untuk itu, kami tentunya tak putus berharap agar Sdr. Susilo dan pembaca lainnya dapat untuk terus mendukung Inforum.

Yth. Redaksi Inforum,Pada edisi akhir tahun 2010, Inforum telah mengulas mengenai isi Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Awal tahun ini, UU tersebut telah diundangkan secara resmi. Saya harap Inforum turut berpartisipasi untuk menyosialisasikannya lebih lanjut terutama tentang bagaimana implementasinya secara riil di lapangan.Salam,Agus – Jakarta

Yth. Sdr. Agus,Terima kasih atas saran dan masukannya.Redaksi Inforum berkomitmen ikut mengawal pemberitaan dari implementasi UU PKP tersebut. Pada tahun ini sendiri, akan diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan sosialisasi UU PKP yang tentu saja akan terus diinformasikan oleh Inforum.

Yth. Redaksi Inforum,Saya adalah salah satu pegawai di dinas daerah yang kebetulan menemukan majalah Inforum ketika sedang mengikuti kegiatan sosialisasi di pusat. Yang saya lihat

selama ini, banyak di kalangan rekan-rekan saya yang kurang mengerti mengenai Kementerian Perumahan Rakyat. Bahkan, banyak yang kurang “ngeh” akan keberadaan Kementerian Perumahan Rakyat yang secara khusus menangani perumahan dan permukiman. Ini tentunya cukup memprihatinkan. Padahal, perumahan adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah. Inforum sebaiknya dapat mengambil tempat untuk lebih memasyarakatkan hal ini. Tak lupa, saya harap distribusi majalah Inforum di daerah agar dapat lebih baik lagi.Andi – Makassar

Yth. Bapak Andi,Terima kasih banyak atas masukannya. Ini menjadi pembelajaran yang sangat berarti untuk Inforum. Sementara ini, kami masih mengalami sedikit keterbatasan dalam distribusi majalah Inforum versi cetak. Namun majalah Inforum tetap dapat diakses setiap saat dengan mengunduh melalui http://kemenpera.go.id

Yth. Majalah Inforum,Dalam edisi 2 tahun 2010, Inforum mengangkat topik utama tentang FLPP. Ini adalah hal yang cukup baru dan sangat diperlukan masyarakat. Sayang, tentang info teknis di lapangan sepertinya kurang diinformasikan dalam pembahasan di edisi tersebut. Dari mana saya dapat mengetahui info-info terkait FLPP dan apakah FLPP ini telah ada di daerah-daerah? Mohon info dan tanggapannya.Tri Astuti – Lombok

Yth. Sdri. Tri Astuti,Mulai tahun 2011, Inforum telah memiliki rubrik tanya jawab di mana pembaca dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik terkait perumahan. Dalam edisi kali ini terdapat juga pertanyaan terkait FLPP yang semoga dapat ikut memberikan penjelasan kepada Saudari. Anda juga dapat mengajukan pertanyaan melalui kotak saran Kementerian Perumahan Rakyat di http://kemenpera.go.id

Page 4: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

4

Dari Redaksi 02

Surat Pembaca 03

Daftar Isi 04

Laporan Utama 06

Wawancara Khusus 12

Wacana 16

Liputan 24

Kata Stakeholder 38

Tanya Jawab 40

Intermezzo 41

Tips 44

Pengelolaan Pengetahuan 45

Praktek Unggulan 51

Fakta 54

Galeri Foto 56

Agenda 58Good Governancedan Semangat Baru Pembangunan Perumahan

Rapat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011

24

Taman Fatahillah Kota Tua :Sarana Promosi Budaya, Sarana Kumpul Kawula Muda dan Pembangkit Ekonomi Masyarakat.

Pada kesempatan ini pembaca Info-rum akan diajak untuk mengunjungi Kota Tua yang ada di wilayah Jakarta Barat. Kenapa Kota Tua? Karena Kota Tua sarat akan sejarah khususnya tentang Jakarta.

Peraturan untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi

dan Good Governance telah banyak dikelu arkan

oleh pemerintah. Inforum berkesempatan me wawancarai

Agus Sumargiarto, SH, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian,

Kementerian Perumahan Rakyat, untuk membahas pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya

di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat.

38

Pada awal tahun 2011 tepatnya pada 17-19 Januari 2011, Kemente rian Perumahan Rakyat menyelenggarakan Ra pat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat (Rakerpera). Dalam kesempatan tersebut, Men teri Negara Perumahan Rakyat Su harso Monoarfa menyampaikan agar dalam pelaksanaannya, rencana kerja di Kementerian Perumahan Rakyat diterapkan berdasar kaidah good gover nance yang sesuai.

Liputan

Kata Stakeholder

12

Laporan Utama

Wawancara Khusus Agus Sumargiarto, SH

Jangan Dukung Setengah Hati, Jangan Reformasi Setengah Hati

Intermezzo 41

6

Kelola Kebijakan Perumahan dengan Baik, Demi Rumah untuk RakyatAngka kekurangan persediaan rumah bukan berkurang, justru terus bertambah. Menurut pemerintah, angka kekurangan itu sudah mencapai hampir 8 juta unit dengan kebutuhan rata-rata sekitar 800 ribu unit per tahun.

Raker yang dibuka oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa ini berusaha untuk menjaring isu dan permasalahan terkini, baik yang terkait dengan hasil pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sampai tahun 2010, maupun rencana ke depan dalam rangka menyelesaikan RPJMN dan Renstra Kemenpera Tahun 2010-2014.

Page 5: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 3 Tahun 2010

5

Tips Oke Mengecat Tembok Rumah Idaman Jangan Asal Pilih Cat TembokTembok sebenarnya merupakan bagian penting dari sebuah rumah. Selain mencerminkan kondisi rumah yang sebenarnya, aneka warna cat tembok pada dasarnya juga menunjukkan bagaimana pemilik rumah merawat tempat tinggalnya dengan baik. Tentunya Anda juga ingin melihat tembok rumah terlihat indah untuk dipandang dan tidak membosankan.

44TipsMengkaji Ulang Good Governance: Transformasi Menuju Good Governance di Dunia GlobalDalam konteks teoritis, pembicaraan tentang good governance tidak bisa lepas dari proses transformasi government, karena dulu istilah pemerintahan lebih populer sebagai government, bukan governance. Pandangan ini di dasarkan ulasan Sutoro Eko dalam makalahnya “Mengkaji Ulang Good Governance”.

49 Wacana

Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan PemukimanBuku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman ditulis oleh Kuswartojo Budiharjo atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Tjuk Kuswartojo. Buku ini berisikan kumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalam rentang waktu yang cukup panjang yaitu sejak

pertengahan 1980-an hingga dekade awal

abad 21 dan terdiri dari dua jilid buku yang dikemas menjadi satu.

45 Info Buku

CD Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disahkan pada tanggal 12 Januari 2011. Undang-Undang ini lebih menegaskan peran pemerintah yang semula sebagai regulator menjadi

stimulator dan fasilitator dalam penyelenggaraan

perumahan umum, aktor pembangunan rumah negara dan rumah khusus, penyediaan tanah serta Prasarana,

Sarana dan Utilitas umum.

46 Info CDhttp://www.bpkp.go.id/

Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011.

47 Info Pustaka

48 Info Situs

Modul

Situs Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang beralamatkan di http://www.bpkp.go.id/ memberikan informasi antara lain tentang berbagai peraturan terkait dan informasi mengenai produk dan layanan unggulan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Rumah Panggung (Platform House)Bentukan arsitektur rumah di nusantara selain memiliki bentuk (form) juga memiliki gaya

(style) yang beragam salah satunya adalah rumah panggung (platform

house). Rumah panggung bukan merupakan gaya bentukan

arsitektur yang baru di nusantara, hal ini bisa

dibuktikan dari relief-relief candi yang ada.

54 Fakta

Page 6: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

6

Laporan Utama

Pada awal tahun 2011 tepatnya pada 17-19 Januari 2011, Kemente-rian Perumahan Rakyat menyelenggarakan Ra-

pat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat (Rakerpera) bertempat di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara. Rakerpera tersebut bertemakan “Me-mantapkan Good Governance dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman”.

Dalam kesempatan tersebut, Men-teri Negara Perumahan Rakyat Su-harso Monoarfa menyampaikan agar dalam pelaksanaannya, rencana kerja di Kementerian Perumahan Rakyat diterapkan berdasar kaidah good gover-nance yang sesuai, ini tentunya selaras dengan tema yang diangkat dalam Rakerpera tersebut.

Rakerpera yang diselenggarakan di awal tahun 2011 tersebut bertepatan dengan momen penting bagi pemba-ngunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Undang-Undang Pe-rumahan dan Kawasan Permukim-an yang pada Desember 2010 telah di sahkan oleh DPR, di awal 2011 ini akhirnya telah resmi diundangkan menjadi Undang-Undang No 1 Ta-hun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).

Kehadiran UU PKP ini tentunya juga memberi jiwa baru bagi Kemen-terian Perumahan Rakyat dalam men-jalankan amanahnya. Sejalan dengan semangat good governance yang diangkat dalam Rakepera tersebut, UU PKP ini pun juga memberikan tantangan-tan-tangan baru terkait implementasi good governance yaitu dari segi kelembagaan. Tulisan berikut ini akan memberikan

gambaran awal mengenai good gover-nance yang kemudian akan dirangkai dengan tulisan mengenai tantangan kelembagaan dalam UU baru terse-but, konsep good corporate governance, implementasi sistem pengendalian internal pemerintah, serta gambaran praktek pelayanan publik di Kemen-terian Perumahan Rakyat dan praktek good governance di negara lain.

Sejarah Good Governance (GG)Di Indonesia, penerapan GG mun-

cul sejak tahun 1997, saat itu sedang krisis multi dimensional yang mem-pengaruhi tidak hanya sektor ekono-mi, tapi juga pada aspek kehidupan berpolitik dan sosial masyarakat. Se-lama kepemerintahan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun, pemerin-tahan dilaksanakan secara sentralistik, up-down atau birokrasi yang primo-

Good Governancedan Semangat Baru Pembangunan Perumahan

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERAMenteri Negara Perumahan Rakyat dalam Rapat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat 2011.

Page 7: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

7

dial dan pemerintahan yang lepas dari kontrol sosial yang pada akhirnya ber-dampak tumbuh suburnya praktek-praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) dalam penyelenggaraan pe-merintahan.

Upaya pemerintahan saat itu da-lam memberantas KKN bukannya tidak ada. Tahun 1971 diterbitkan UU No. 3 tentang Tindak Pidana Korupsi. Keinginan rakyat untuk memberantas KKN pun dimanifestasikan dengan dikeluarkannya ketetapan MPR No-mor XI Tahun 1998 tentang Penye-lenggaraan Ne gara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Kemudian, diter-bitkan pula UU No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari KKN dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tidak cu-kup hanya pener tiban peraturan per-undang-undangan, sejak rezim orde baru sampai de ngan Kabinet Persatu-an jilid dua, telah ba nyak dibentuk lembaga pemerintah yang menangani pemberantasan korupsi mulai jaman orde baru dengan “OPSTIB-nya” (red: Operasi Tertib) hingga KPK di masa kini. Organisasi kemasyarakat-an terkait pun banyak bermunculan mi salnya Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Indonesia Corruption Watch (ICW) dan lain-lain. Banyaknya ketentuan dan lembaga-lembaga di atas tidak serta merta menurunkan Indeks Prestasi Korup si Indonesia seperti yang dikeluarkan oleh MTI. Akhir-akhir ini justru se ring diberi-takan media massa banyak pejabat negara yang diperiksa aparat penegak hukum. Me ngapa hal tersebut bisa terus terjadi? Apa yang salah: konsep, sistem, atau manusianya?

Konsepsi Good GovernanceGG secara konseptual terdiri

atas dua pengertian, yaitu Good atau baik dan Governance atau tata kelola kepemerintahan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut GG mengandung

makna bahwa pemerintahan dilak-sanakan dengan orientasi ideal pada pencapaian tujuan bernegara dan ber-fungsi secara efektif dan efisien.

Dalam praktek sehari-hari penger-tian governance sering disamakan de-ngan pengertian government. Kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama, yaitu “to govern”, namun memi-liki makna yang berbeda. Government diterjemahkan sebagai pemerintah, pemerintahan, negara, pengelola atau pengurus, dengan demikian government

adalah wadah atau institusi. Adapun governance memiliki cakupan yang lebih luas, para ahli mengartikannya seba-gai tindakan, proses, pola penyeleng-garaan pemerintahan atau sering juga disebut sebagai memerintah, mengua-sai, mengurus atau mengelola.

Dari pengertian di atas, governance adalah pelaksana/pelaku dalam pe-nyelenggaraan negara. Jika dalam govern ment penyelenggara negara ada lah ha nya pemerintah, maka dalam penger-tian governance terkandung makna bahwa penyelenggaraan negara tidak semata dijalankan oleh pemerintah, tetapi ada pelaku lain yang menun-jang pe ngelolaan negara tersebut, yaitu sektor swasta (private sector) dan masyarakat madani (society), sehingga ibarat bangunan governance berbentuk segi tiga sama sisi, dengan tiga pilar yaitu: state, society, dan private sector.

Dalam konsep governance masyara-kat turut berperan aktif dan berpar-tisipasi dalam penyampaian gagasan, dan aspirasi, sebagai pelaksana pemba-ngunan dan terakhir berperan sebagai social control terhadap jalannya peme-

rintahan. Demikian pula dengan sek-tor swasta yang saat ini wilayah usa-hanya telah memasuki wilayah yang selama ini hanya dikerjakan oleh pe-merintah (sektor publik). Dengan de-mikian tiga pilar yang membentuk segi tiga di atas, satu dengan lainnya saling berkaitan dengan posisi yang setara, transparan dan saling mengontrol, se-hingga membentuk suatu sistem keta-tanegaraan yang terintegrasi.

Dalam penerapannya, GG harus dilandasi dengan nilai-nilai luhur, yaitu prinsip-prinsip yang sifatnya funda-mental dan mengandung kebenaran. Prinsip GG banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan nonpemerintah, misalnya dari Bappenas, LAN, BPKP dan UNDP, Bank Dunia, dan lain sebagainya. Di-antara berbagai prinsip dari berbagai lembaga tersebut, paling tidak terda-pat tiga prinsip yang sama dan meru-pakan prinsip yang dominan, yaitu:

Transparansi; prinsip ini diterap-1. kan atas dasar kebebasan akses arus informasi bagi pihak yang berkepentingan. Akuntabilitas; merupakan tanggung 2. gugat atas penyelenggaraan gover-nance yang dilakukan oleh penyu-sun dan pelaksana kebijakan public, yaitu seberapa besar tingkat kese su-aian penyelenggaraan dengan pera-turan perundang-undangan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Efektivitas dan efisiensi; penye-3. lenggara negara harus selalu ber-upaya mencapai hasil yang opti mal untuk kebutuhan warga masya-rakat dengan menggunakan sum-ber daya yang tersedia. Selain tiga prinsip di atas, terda-

pat prinsip lainnya yang dikembang-kan antara lain: prinsip kepentingan umum, partisipasi, peduli kepada stakeholders; berorientasi kepada kon-sensus; kesetaraan; tegaknya supre-masi hukum; profesionalisme; dan visi strategis. (Tri/LNP, dari berbagai sumber)

Tiga Prinsip Utama Good Governance

Transparansi1. Akuntabilitas2. Efektivitas dan efisiensi3.

Page 8: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

8

Dalam era keterbu-kaan informasi dewasa ini, Good governance atau tata kelola kepemerin-

tahan yang baik merupakan isu utama dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Perubahan untuk mewu-judkan kepemerintahan yang baik (good governance) mulai muncul seiring dengan era reformasi, dimulai dengan dikeluarkannya TAP MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 (UU 28/1999) tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Ne-potisme (KKN). Untuk mewujudkan penyelenggaraan Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugas secara sungguh-sungguh dan penuh tang-gung jawab, perlu diletakkan asas-asas umum penyelenggaraan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan Negara menurut Pasal 3 UU 28/1999 meli-puti asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepen-tingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiat-an dan hasil dari kegiatan penyeleng-garaan negara harus dapat dipertang-gungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan keten-tuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Reformasi di sektor pemerintahan tersebut menuntut aparat negara un-tuk melaksanakan kepemerintahan yang baik, yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profe-sionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,

efektivitas, supremasi hukum, dan da-pat diterima oleh seluruh masyarakat. Suatu kepemerintahan yang baik (good governance) memiliki tiga elemen dasar, yaitu: transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Dukungan untuk ber-partisipasi dalam mewujudkan good governance menjadi hal yang penting. Sebagai pelayan masyarakat, peme-rintah dituntut untuk lebih berperan aktif dan memiliki pemikiran yang berkembang dan tanggap terhadap perubahan yang demikian cepat, seka-ligus mampu beradaptasi dalam ber-bagai aktivitasnya dalam kegiatan pe-nyelenggaraan pembangunan.

Website, E-Procurement, Ko-tak Pengaduan Masyarakat Ke-menpera Guna Maksimalkan Pe-layanan Publik

Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dalam mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik te-lah melakukan pembenahan untuk melakukan pelayanan publik yang le-bih maksimal dengan lebih meres pon pada kemajuan teknologi informasi yang ada, diantaranya dengan pene-ra p an layanan pengadaan secara elek-tronik (e-procurement) di lingkung an Kemenpera, Sistem Informasi Pene-rimaan CPNS elektronik, dan kotak pengaduan masyarakat.

Bulan Agustus tahun 2010 lalu Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa telah meluncur-kan: 1).Website (baru), 2) Kotak Peng aduan Masyarakat, serta 3) E-Procurement yang berlangsung di Ruang Rapat Prambanan Kantor Ke-menterian Perumahan Rakyat,

Kegiatan tersebut diawali de ngan penandatanganan kesepakatan bersa-ma (MoU) antara Kemenpera dengan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Ba-rang/Jasa Pemerintah tentang kerjasa-ma implementasi sistem pengadaan barang/jasa pemerintah secara elek-tronik (E-procurement) dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Kemenpera. Sasaran kesepakatan bersama ini meliputi ter-bangunnya Pusat Layanan Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik (Pusat LPSE) yang melayani proses peng-adaan barang/jasa satuan kerja di lingkungan Kemenpera; penerapan e-procurement oleh Pusat LPSE secara bertahap di lingkungan Kemenpera; dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang pengadaan ba-rang/jasa di lingkungan Kemenpera. Prinsip-prinsip dasar pelaksana an e-procurement meliputi efisiensi, efek-tifitas, terbuka dan persaingan sehat, transparansi, adil dan non-diskrimi-natif, akuntabilitas, interoperabilitas dan jaminan keamanan data. Dengan penerapan e-procurement ini, proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Kemenpera dapat terlaksana dengan baik dan akurat.

Pada kesempatan yang sama, Menpera juga meluncurkan website baru Kemenpera dan kotak pengadu-an masyarakat. Perbedaan mendasar antara website lama dengan website baru Kemenpera lebih kepada keter bukaan informasi publik dari sisi konten website, meliputi: konten informasi pejabat dan tupoksinya; kon ten in-formasi email pejabat; konten infor-masi produk perundang-undangan Kemenpera; konten saran pengaduan secara online di website dan alamat kotak pos; dan konten pengadaan ba-rang/jasa secara elektronik.

Mengenai kotak pengaduan masya-ra kat, latar belakang dibentuknya kotak

Menuju Good Governance Melalui Pelayanan Publik yang Maksimal

Laporan Utama

Page 9: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

9

pengaduan masyakarat Kemenpera adalah terkait perkembangan di bi-dang perumahan permukiman yang menuntut pemerintah untuk mem-berikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Hal ini terkait dengan te-lah diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Ke-terbukaan Informasi Publik dan Un-dang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Masyarakat berhak untuk mendapat informasi, juga dapat menyampaikan pengaduan di bidang perumahan dan permukim-an. Pengaduan dimaksudkan agar hak masyarakat sebagai konsumen dapat dilindungi. Sementara layanan publik yang disampaikan kepada masyarakat harus berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, ke-seimbangan hak dan kewajiban, profe-

sional, partisipatif, tidak diskriminatif, terbuka, akuntabel, tepat waktu, cepat, mudah dan terjangkau.

Pembentukan kotak saran pengadu-an ini bertujuan untuk memberikan pelayanan cepat tanggap atas keingin-tahuan masyarakat terhadap pelayanan perumahan dan permukiman; mening-katkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan peru-mahan dan permukiman; dan mence-gah terjadinya penyalahgunaan we-wenang dalam memberikan pelayanan perumahan dan permukiman.

Jenis pengaduan masyarakat ini dapat berupa informasi aktif terha-dap pelayanan pelaksanaan barang/jasa; pelayanan bantuan fasilitas li-kuiditas perumahan; pelayanan mitra kerja yang mengelola fasilitas subsidi prasarana, sarana dan utilitas peru-

mahan; penyalahgunaan wewenang aparatur kementerian; kedisiplinan pegawai Kemenpera; dan pengadu-an masyarakat lainnya sesuai dengan haknya untuk mendapatkan pelayanan Kemenpera dan mitra kerja. Penyam-paian peng aduan bisa dikirim melalui surat ke tromol pos 4400, melalui web-site Kemenpera (pada menu saran dan pengaduan di alamat website www.ke-menpera.go.id atau datang lang sung ke Kantor Kemenpera. Diharapkan dengan adanya pelayanan publik yang lebih maksimal ini dapat mewujudkan good governance dalam mendukung pe-ningkatan kinerja Kemenpera. (Pan-du)

Good governance seringkali dikaitkan dengan keterbukaan publik. Ini selaras dengan 3 prinsip Good governance yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Seiring

dengan kemajuan teknologi, internet kini menjadi media utama bagi pemerintah dalam mewujudkan keterbukaan publik terse-but. Layanan pemerintah melalui media internet sering disebut dengan E-government. Layanan E-govenrment ini dipercaya dapat meminimalkan penyelewengan dan Kemenpera sendiri telah ikut mempraktekkan misalnya melalui LPSE. Berikut ini adalah contoh gambaran praktek di beberapa negara lain.

India sebagai contoh, mengeluarkan RTI Act atau Right to In-formation Act pada 2005 di mana masyarakat berhak untuk tahu dan berhak untuk meminta informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan. Dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa setiap lembaga publik pemerintah harus menyimpan data-data dalam format digital atau ke dalam bentuk komputer agar nanti-nya dapat diakses luas. Lembaga publik pemerintah tersebut juga diminta untuk mempublikasikan informasi dalam kategori tertentu. Salah satu media untuk memperoleh informasi terse-but adalah melalui internet dan website. Implementasinya bisa dilihat pada situs pemerintah kota Hyderabad (http://ghmc.gov.in) di mana dalam situs ini, dimungkinkan pembayaran pajak se-cara online begitu pula dalam hal pengaduan masyarakat. Terkait perumahan, layanan yang terkait adalah pengajuan ijin bangunan secara online.

Pada situs kota Boston di Amerika (http://cityofboston.gov), fasilitas yang disediakan antara lain adalah fasilitas pembayaran, laporan dan publikasi, serta formulir ijin dan aplikasi misalnya un-

tuk pengajuan ijin bangunan. Informasi-informasi pun tampil sangat lengkap mulai dari lingkup kota, neighborhood, hingga individu.

Pada situs ini, yang menarik adalah dalam hal pengaduan masyarakat, keluhan-keluhan diklasifikasikan hingga ke pem-bagian yang sangat mikro misalnya terkait tumpukan salju atau parkir ilegal yang mengganggu rumah individu. Hal ini menunjuk-kan bahwa aspek-aspek mikro tersebut telah turut diatur oleh pemerintah.

Situs kota Manchester di Inggris (http://www.manchester.gov.uk/) memungkinakan pengunjungnya untuk turut melakukan proses monitoring dan evaluasi. Dalam portal konsultasi (http://manchester-consult.limehouse.co.uk), masyarakat Manchester dapat turut memberikan review terhadap dokumen rancangan pemerintah dengan terlebih dahulu mendaftar dan mengisi data diri. Salah satu contoh dokumen yang dapat turut direview mi-salnya adalah Manchester Core Strategy yang akan berlaku mulai tahun 2012 hingga 2027. (LNP, dari berbagai sumber)

Situs web kota Boston

Maksimalisasi Pelayanan Publik:1. E-Procurement2. Sistem Informasi Penerimaan CPNS3. Kotak Pengaduan Masyarakat

Gambaran Implementasi E-Government di Manca Negara

Page 10: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

10

Penerapan GG di setiap instansi pemerintah, di-harapkan akan dapat terus meningkatkan kinerja pemerintahan secara keseluruhan, untuk itu imple-

mentasi GG harus didukung dengan struktur organisasi dan sistem yang handal. Penyiapan struktur organisasi dan sistem yang handal adalah sangat penting dan ini merupa-kan bagian dari Reformasi Birokrasi (RB). Dalam strategi implementasi program RB, sesuai Peraturan MENPAN Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum RB disebutkan antara lain berupa Program Perce-patan (Quick Win) dengan dampak perbaikan sistem dan perbaikan kualitas produk utama, dan Program Penataan Sistem dengan dampak perbaikan organisasi ketatalaksa-naan dan sistem manajemen SDM.

Kedua program RB tersebut berkaitan langsung de-ngan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) se-bagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, karena PP tersebut mengatur mengenai Sistem pengendalian intern (SPI) yang berupa perangkat lunak (soft control), yaitu kualifikasi SDM-nya, maupun perangkat kerasnya (hard control) berupa pe-menuhan instrumen dan ketatalaksanaan dalam pengen-dalian intern.

SPIP adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh jajarannya untuk memberikan keya-kinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pe-laporan keuangan, pengamanan aset negara, serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Unsur-unsur SPIP meliputi:

Lingkungan pengendalian. Unsur ini berkaitan dengan 1. soft control, yaitu yang berkaitan dengan perilaku, etika dan integritas SDM, oleh karena lingkungan dalam ke-seluruhan organisasi harus diciptakan dan dipelihara untuk menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian internal dan manajemen yang sehat.Penilaian risiko. Pengendalian internal harus memberi-2.

kan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.Kegiatan pengendalian. Unsur ini membantu memas-3. tikan bahwa arahan pimpinan dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapai-an tujuan organisasi.Informasi dan komunikasi. Informasi harus dicatat dan 4. dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu se-hingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.Pemantauan. Untuk dapat menilai kualitas kinerja dari 5. waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklan-juti perlu dilakukan pemantauan.Implementasi SPIP harus dilakukan secara bertahap,

agar SPIP menjadi efektif dan efisien, tahapan tersebut meliputi :

Tahapan pemahaman, yaitu tahapan untuk mengetahui 1. tingkat pemahaman dan kepedulian terkait penerapan SPIP secara efektif dan efisien di instansinya Tahapan membangun desain. Hal yang harus dipertim-2. bangkan adalah ukuran, kompleksitas, dan tugas fungsi instansi serta memperhatikan kepatutan dan kewajar-an.Tahapan menjalankan dan mereviu.3. SPI yang telah dibangun harus diimplementasikan pada setiap lini in-stansi pemerintah dan harus direviu atau dimonitor, di-petakan faktor-faktor penghambat efektivitas penerap-an dalam mewujudkan tercapainya tujuan organisasi.Tahapan peningkatan keandalan sistem4. . SPI merupa-kan satu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya peningkatan yang terus menerus, seiring dengan tu-juan instansi pemerintah yang juga selalu mengalami pengembangan. Penerapan suatu SPI bukanlah suatu tujuan melainkan suatu proses yang dibangun untuk memberikan keyakinan yang memadai atas pencapai-an tujuan yang ditetapkan. SPI dikembangkan dengan

Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Langkah Menuju Good GovernanceTri Prijana*

Laporan Utama

Page 11: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

11

mempertimbangkan aspek biaya-manfaat (cost and bene-fit ratio), SDM, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas dan perkembangan teknologi informasi, serta dilaku-kan secara komprehensif.Di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat (Ke-

menpera) SPI sebenarnya juga bukan merupakan hal yang baru, namun secara konsep SPI yang ada belum terinte-grasi, masih terpisah-pisah dan belum dilaksanakan se-cara terus menerus. Secara umum konsep SPIP belum sepenuhnya dipahami oleh para pegawai Kemenpera, hal tersebut karena belum optimalnya sosialisasi PP Nomor 60/2008. Berdasarkan data hasil pemetaan BPKP atas penyelenggaraan SPIP di K/L, kondisi ini tidak hanya terjadi di Kemenpera melainkan hampir diseluruh K/L.

Penyelenggaran SPIP di Kemenpera berdasarkan Diag-nostic Assesment (DA) BPKP disimpulkan bahwa penerapan SPIP masih belum memadai dan terdapat area-area yang memerlukan perbaikan (areas of improvement), hal tersebut wajar karena tahapan penerapan SPIP yang telah dilaksa-nakan baru pada tahapan pemahaman, melalui sosialisasi.

Unsur yang paling signifikan untuk diperbaiki adalah unsur Penilaian Risiko dan Kegiatan Pengendalian. Penilaian Risiko (Risk Assessment) antara lain meliputi pe-netapan tujuan secara keseluruhan dan pada tingkat ke-giatan, identifikasi, serta kegiatan analisis risiko. Lemah-nya penilaian risiko dapat menggagalkan capaian visi Kemenpera, contoh yang saat ini sedang menjadi current issue di media massa adalah tingkat hunian Rusunawa yang sangat rendah, bahkan pengamanan fisiknya cenderung terabaikan, karena persyaratan serah terima aset tersebut yang diminta Kementerian Keuangan selaku Pengelola BMN belum terpenuhi. Rendahnya capaian kinerja pro-gram Rusunawa ini antara lain disebabkan tidak adanya risk assessment atas program tersebut.

Sedangkan kelemahan dalam Kegiatan Pengendalian berkaitan dengan pengendalian atas sistem informasi, pe-ngendalian fisik aset, SOP dan penempatan serta pengem-bangan SDM sesuai kebutuhan organisasi. Namun de-mikian yang mungkin harus segera ditingkatkan dan tetap harus dipelihara adalah unsur Lingkungan Pengenda-lian, karena unsur ini berkaitan dengan SDM. Sebaik-baiknya suatu sistem dibangun akhirnya sangat tergantung dari kuantitas dan kualitas manusia yang melaksanakannya. Sistem akan hancur jika pelaksananya tidak punya keahlian (tidak kompeten), memiliki sifat yang buruk (korup, rakus, serakah, dan tidak disiplin seperti gerombolan) dan seba-gainya. Kelemahan dalam Pemantauan Pengendalian Intern yang seharusnya berfungsi mengawal kesuksesan pencapaian tujuan, juga turut andil pada rendahnya capai-an kinerja karena keterbatasan sumber daya.

Perubahan ParadigmaKemenpera perlu melakukan perubahan paradigma

untuk menghilangkan pengertian lama (ortodoks) menge-nai pemerintahan yang melulu hanya memerintah (punya kuasa). Strategi Kemenpera ke depan yang harus diuta-makan dalam rangka mewujudkan visi “Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni” meliputi :

Fungsi koordinasi, yaitu mengoordinasikan kepen-1. tingan pihak pemerintah (state), para pengembang pe-rumahan, pihak perbankan, lembaga penerbit kredit (sektor swasta) dan warga masyarakat (society) yang membutuhkan rumah (terutama MBR). Koordinasi diperlukan karena hubungan antartiga pilar GG se-makin kompleks dengan latar belakang yang berbeda serta perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis, dengan demikian berbagai kepentingan para pelaku dapat diakomodasi.Fungsi pengaturan, sebagai regulator menyiapkan 2. peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman, menjamin kepastian hu-kum dan keadilan bagi setiap warga masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak huni dengan harga yang terjangkau di lingkungan atau kawasan yang teratur. Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengendalian 3. dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan permukiman di tingkat pusat dan daerah, memfasilitasi kawasan dan lingkung an siap bangunan untuk mencegah berkembangnya kawasan/lingkungan kumuh, menjaga suku bunga pembiayaan perumahan tetap rendah terjangkau oleh MBR.Pelaksanaan fungsi-fungsi di atas harus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip GG serta aspek kehati-hatian (prudential) dan ketelitian dengan menerapkan SPIP. Untuk efektif dan efesiennya penerapan SPIP langkah pertama yang harus dilakukan adalah penyebaran “vaksin” unsur SPIP kepada seluruh staf/pegawai sampai tingkat yang paling rendah, pembe-rian contoh keteladanan oleh para pemimpin, penyiap-an SDM sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi, kelengkapan rasana prasarana informasi berikut sistem keamanannya, penyiapan SOP, dan yang lebih penting adalah menyiapkan SDM agar memiliki budaya kerja yang menekankan pentingnya nilai integritas dan etika. Untuk itu perlu adanya perubahan mindset seluruh jajaran Kemen-pera dan ditetapkan suatu aturan perilaku dan etika (code of conduct) yang disepakati dan dituangkan dalam ketentuan yang formal.

*) Inspektur Kementerian Perumahan Rakyat

Page 12: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

12

Wawancara Khusus

Peraturan untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Good Governance telah banyak dikelu-arkan oleh pemerintah. Inforum berkesempatan me-

wawancarai Agus Sumargiarto, SH, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian, Kementerian Perumahan Rakyat, untuk membahas pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat.

1. Saat ini sedang hangat dibicarakan tentang pelaksanaan Good Governance dan Reformasi Birokrasi hampir di seluruh institusi pemerintah, apa tujuan utama dari pelaksanaan Good Governance dan Reformasi Birokrasi ini?

Tujuannya jelas, bagaimanapun, tujuan Reformasi Birokrasi untuk kepentingan semua. Pertama, kalau kita bicara dari roadmap Reformasi Birokrasi (Red: Kemenpera juga sedang menyiapkan roadmap tersebut) adalah untuk memberikan arahan dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian atau Pemda agar berjalan efektif, efisien, terintegrasi, dan terlembaga serta berkelanjutan. Selain itu, dengan adanya Reformasi Birokrasi, kita menata diri kita sendiri. Penataan ini harus disadari oleh semua karyawan atau PNS.

2. Dalam menuju pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik, paradigma apa yang diharapkan berubah di lingkungan birokrasi terutama Kementerian Perumahan Rakyat dan apa indikator dari perubahan itu?

Sebenarnya kita mengharapkan peran serta semua dalam Reformasi Birokrasi. Pejabat publik harus menaati peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Untuk indikatornya, bisa terlihat dari hasil kerja Kementerian, apakah efisien atau efektif. Ketertiban juga bisa terukur, diantaranya beban tugas dari masing-masing pegawai, con-

tohnya Humas atau Inforum, pasti terukur kan? Si A melak-sanakan apa, si B melakasanakan apa, terus digabung, hasilnya itu dibuat sebagai laporan. Jadi semua terukur dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

3. Apa hal terberat dalam melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat?

Saya pikir tidak berat, kita jelas siap. Kita dorong semuanya supaya siap, memiliki kemauan untuk berubah, jadi tidak setengah-setengah. Reformasi Birokrasi jangan hanya dilihat saat ini saja, ini masa depan semua, PNS generasi muda khususnya dan masyarakat Indonesia secara umum. Negara ini luas, harus dikelola supaya efektif dan efisien. Nah, kita sebagai PNS memberikan fasilitasi untuk kesejateraan masyarakat.

4. Apakah masyarakat bisa ikut serta untuk memantau pelaksanaan Good Governance, jika ya bagaimana caranya?

Tentu saja. Ada Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik kemudian Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Peran aktif itu bukan peran yang tidak terukur, (namun) harus sesuai dengan regulasi. Masyarakat bisa mencari tahu program-program apa saja di Kementerian yang diperuntukkan untuk masyarakat. Misalnya tingkat pelayanan, dalam rangka fasilitasi pembiayaan perumahan, (jika) masyarakat mau bertanya bagaimana mekanismenya, silakan menulis surat. Selain itu ada pusat informasi, bisa juga kan melalui Inforum ini.

5. Bagaimanakah konsep reward dan punishment untuk pegawai dalam Reformasi Birokrasi?

Reward dan punishment berlaku untuk semua tidak hanya Kemenpera. Ada PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai, di situ diatur kenapa kita memberikan punishment dan reward. Contoh yang gampang saja deh, pegawai kalau tidak masuk kerja, ada hukumannya, dari hukuman yang ringan hingga berat sudah diatur. Termasuk pimpinan, tidak memberikan kesempatan kepada pegawai untuk meningkatkan kemampuan (pun), bisa terkena sanksi. Jadi kita harapkan melalui Inforum ini kita ajak semua karyawan di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat khususnya, mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi, “Jangan Dukung Setengah Hati, Jangan Reformasi Setengah Hati”.

Jangan Dukung Setengah Hati, Jangan Reformasi Setengah Hati Agus Sumargiarto, SH Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian, Kementerian Perumahan Rakyat

SUMBER FOTO: BPA

Page 13: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

13

Prof. Dr. Indroyono Soesilo Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Mari Bersama-sama Bergandengan Tangan untuk Membangun Bangsa

Menyejahterakan Masyarakat

Inforum kali ini berkesempatan untuk mewawancarai Prof. Dr. Indroyono Soesilo, Sekretaris

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Dalam kesempatan ini Inforum berdiskusi mulai dari hal penyediaan perumahan, good governance, hingga masalah pangan terkait pencalonannya sebagai kandidat Direktur Jenderal FAO periode 2012-2014.

1. Terkait ketersedian ‘papan’ atau perumahan terdapat istilah housing for all. Bagaimana menurut Bapak dukungan dari Kemenkokesra tentang penyediaan perumahan?

Kalau dalam koordinasi kita melihat saat ini Men-Pera bersama Men-PU sedang menyusun programnya, seperti apa sih rumah murah, desain dan segala sesuatunya sedang disusun. Misalnya rumah murah dengan harga 10 juta itu seperti apa, kemudian pertanyaannya apakah harga tersebut sudah termasuk tanahnya atau belum? Nah, setelah siap biasanya

dirapatkan dalam rapat koordinasi, dalam rapat tersebut Menkoeko datang, Menkokesra datang, Menkeu datang, setelah itu dilihat punya uang berapa untuk 2011, kalau ada uang segini cukup untuk membangun berapa rumah. Tahun 2012 berapa rumah, tahun 2013 berapa rumah, dan seterusnya. Harapannya masyarakat yang mampu mencicil bangsa 100-200 ribu perbulan, bisa memiliki rumah. Karena dignity sebuah keluarga kan kalau punya

rumah. Kalau sekarang rumah harganya puluhan juta rupiah, itu susah sekali, sekarang kita bicara ‘bisa tidak sih cicilannya 100-200 ribu sebulan?’ Jika itu memungkinkan, harapannya semua orang punya rumah dengan harga murah.

2. Pada era Reformasi Birokrasi, saat ini pemerintah selalu menyuarakan bahwa hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik atau good

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

SUMBER FOTO: BPA

Page 14: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

14

Wawancara Khusus

governance apalagi saat ini masyarakat dapat meminta informasi dari pemerintah dengan adanya dukungan UU tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) bagaimana hal ini menurut Bapak?

Benar sekali dengan adanya Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 masyarakat dapat memperoleh berbagai macam data dan informasi tentang apa yang dikerjakan oleh pemerintah, jika dulu masyarakat sangat sulit menembus dunia birokrasi, maka dengan adanya Undang-Undang ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi, hal ini juga membuat masyarakat berperan aktif dalam pengelolaan pemerintahan. Akibatnya, masyarakat dapat menjadi fungsi kontrol bagi pemerintah dalam menjalankan pemerintahan, harapannya tata pemerintahan dapat berjalan menjadi lebih baik. Tapi Undang-Undang KIP tidak bisa sendiri, harus punya saudaranya, harus punya mitra Undang-Undang lainnya, yaitu Undang-Undang Intelijen dan Undang-Undang Rahasia Negara. Saya kira cocok, kalau cuma satu susah nanti. Informasi publik, semuanya terbuka kecuali yang dirahasiakan. Pertanyaannya, yang dirahasiakan mana? Ya kita susun sendiri. Jadi Undang-Undang KIP menetapkan bahwa semua informasi publik terbuka kecuali yang dirahasiakan. Sehingga pengelolaan

informasi untuk kemajuan bangsa dan kepentingan semua orang dapat terlaksana dengan baik.

3. Salah satu inti dari pokok tugas Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat adalah mengupayakan kesejahteraan rakyat Indonesia, menurut Bapak dengan berjalannya reformasi birokrasi untuk pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik, kapankah masyarakat Indonesia dapat mencapai kesejahteraannya?

Hmm… pemerintah saat ini bekerja dengan sungguh-sungguh untuk terus berupaya menyejahterakan rakyat, memang jika ingin dikatakan masih belum sempurna mari kita sama-sama melihatnya sebagai sebuah proses yang berjalan. Kita analogikan saja pemerintah yang saat ini berproses seperti kita, manusia yang sedang tumbuh berkembang, manusia kan butuh waktu belajar untuk berjalan, misalnya dari merangkak, berpegangan pada sesuatu untuk merambat, pelan-pelan di-tetah hingga akhirnya bisa berjalan sendiri bahkan terkadang saat sudah jalan masih bisa terjatuh, nah seperti inilah saya umpamakan keadaan saat ini. Jadi yang baik adalah tidak hanya menjustifikasi ini salah yang ini benar, tapi mari bersama-sama bergandengan tangan untuk membangun bangsa menyejahterakan masyarakat.

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 15: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

15

- Saat ini, Bapak mencalonkan diri sebagai Dirjen FAO, apa yang melatarbelakanginya?

Pertama latar belakang negara, Indonesia sekarang ini di dunia sudah sering tampil sebagai negara new emerging ekonomi, sebagai negara yang memiliki kebangkitan ekonomi yang sangat signifikan beberapa tahun terakhir. Kedua, Indonesia masuk dalam G-20. Ketiga Indonesia adalah pendiri, kalau sekarang berpengaruh sebagai ketua GNB. Keempat, sekarang kita ketua ASEAN. Kelima, Indonesia juga leader dalam bidang perubahan iklim. Posisi Indonesia sudah sering tampak di dunia, tentunya Indonesia harus bisa tampil memegang posisi-posisi penting di dunia. Oleh karena itu, ini waktunya Indonesia dalam tanda kutip memberikan kontribusi lebih kepada FAO, selain karena kita sudah menjadi anggota FAO sejak tahun 1949. Indonesia, untuk swasembada pangan tahun 1985 yang kemudian membawa Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO di tahun yang sama. Mengapa saya secara pribadi maju (menjadi kandidat)? Karena FAO adalah lembaga pengetahuan. Lembaga FAO berkaitan dengan pangan, pertanian dengan kehutanan dan pengelolaan SDA. Melihat latar belakang saya yang sudah 10 tahun sebagai pejabat eselon satu di Kementerian, saya pernah eselon I di BPPT, sekarang saya Sesmenkokesra, mudah-mudahan dapat menjawab harapan kita untuk ada orang Indonesia yang tampil, sudah waktunya kita tampil. Karena latar belakang saya ilmu pengetahuan. 30 tahun karir saya, 20 tahun di dunia pengetahuan dan 10 tahun di birokrasi, pejabat eselon I. Saat kita melaksanakan reform, jadi ini kesempatan bahwasanya dengan semua pengalaman yang ada, baik sebagai scientist atau birokrat, bisa dihimpun dan disumbangkan untuk kemaslahatan dunia.

- Perubahan seperti apa yang nantinya Bapak harapkan?FAO sedang memasuki era reformasi, oleh karena

itu nanti kalau saya terplih saya akan menawarkan misi reformasi. Beberapa isu yang kami angkat misalnya FAO itu lembaga pengetahuan, lantas apa sih tugasnya? Untuk mengurangi kelaparan di seluruh dunia. Dengan demikian maka dengan keberadaan kami, harapan kami bisa memobilisasi sumberdaya yang ada di FAO dan SDA yang ada di anggota FAO untuk bergerak bersama-sama, meningkatkan kinerja, dan menjawab tantangan.

- Apa visi misi, Bapak sebagai seorang kandidat Dir-Jend FAO?

Pangan harus tersedia untuk makhluk hidup di dunia caranya food for all. Pertama pangannya harus ada. Sedangkan untuk misinya adalah memberikan aksesibilitas terhadap pangan artinya pangan harus mudah didapatkan, misalnya jika kita melakukan pemetaan terhadap mana daerah yang surplus mana yang kekurangan sehingga ada integrasi sistem yang baik, termasuk kita harus secara global terkoneksi.

- Untuk meningkatkan produkasi pangan dibutuhkan lahan, sedangkan kalau melihat ketersediaan lahan yang ada semakin berkurang dan terbatas, lalu bagaimana caranya meningkatkan produksi pangan jika lahan yang dibutuhkan tidak ada?

Isu pertama memang untuk menyediakan ‘lahan’ sebagai ‘sumber’ penyediaan pangan adalah dengan membuka lahan-lahan pertanian baru. Nah, pembukaan lahan baru ada kaitannya dengan bibit unggul, bibitnya unggul juga tahan terhadap perubahan iklim. Kedua ada isu perubahan iklim, kita harus tahu betul perubahan iklim, karena jika kita dapat memantau perubahan iklim secara bagus maka kita dapat memprediksi kapan kita mulai tanam dan panen. Kalau kita terlambat tahu prediksi perubahan iklim, misanya terlambat menanam padi 2-3 minggu, bisa merubah siklus pangan, hal ini dapat berimplikasi pada ketersedian pangan atau istilahnya ketahanan pangan. Nanti badan dunia seperti FAO yang harus menginformasikan, sebaiknya harus tanam sekarang karena nanti akan ada kemarau panjang, sebaiknya hujan buatan harus dibuat karena nanti akan ada El Nino, hal seperti inilah harus di-share khususnya di dalam database dan inventory. Dengan demikian menurunnya jumlah lahan pertanian yang ada dapat diakali sehingga pangan tetap tersedia untuk semua orang.

- Jadi FAO itu mempunyai kewenangan untuk memberikan seperti peringatan ya?

Oh ya, makanya kemarin misalnya FAO memberitahu, hati-hati harga pangan dunia akan naik, karena ada perubahan iklim, Rusia kena kebakaran hutan maka produksi gandumnya turun, siap-siap karena ada kenaikan harga pangan. Negara-negara ada yang menimbun cadangan pangannya, negara lain sibuk impor pangannya, sehingga harga pangan naik. KIta harus concern dengan hal itu ke depan dan merupakan salah satu tugas dari FAO yaitu untuk memberikan peringatan.

(SR/PL/DVD)

Prof. Dr. Indroyono Soesilo dan Pencalonannya Menjadi Dirjen FAO

Page 16: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

16

Wacana

Penerapan tata kelola peme-rintahan yang baik atau Good Governance merupakan elemen

yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan Dalam mewujudkan good governance, Kementerian Perumah-an Rakyat menghadapi tantangan baru dari segi kelembagaan yaitu de-ngan hadirnya Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (UU PKP). Tulisan ini akan berusaha mengupas mengenai kelembagaan sebagai pilar utama Good Governance untuk men-jawab tantangan yang dihadapi Ke-menpera dengan terbitnya UU PKP tersebut.

Kelembagaan sebagai pilar Good Governance

Dengan mengambil analogi ten-tang ‘rumah’, maka gambar diatas da-pat dijelaskan sebagai berikut:

Organisasi 1. adalah rumahnya, yang terdiri dari kamar-kamar atau ruangan-ruangan yang bisa dilihat sebagi kotak-kotak yang tercermin dalam bentuk atau struktur orga-nisasi.Proses bisnis2. adalah sistem atau tatanan yang berlaku di dalam ru-mah tersebut yang mengatur ba-gaimana penghuni rumah tersebut melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.SDM3. adalah penghuni rumah tersebut, yang bernaung, ting-gal serta beraktivitas dan ten-tu saja akan tunduk dengan sistem atau tatanan yang ber-laku dalam rumah tersebut.Untuk memperkokoh tegak-

nya bangunan rumah serta berlangsungnya aktivitas peng-huninya, maka rumah perlu dilandasi semangat dan upaya untuk melakukan reformasi. Seperti nampak dalam analogi rumah tersebut di atas, dengan pondasi semangat reformasi, maka bangunan rumah beserta sistem serta penghuninya akan menghasilkan ki-nerja (performance) yang bersih (good governance), lebih nyaman (peningkatan kinerja), memberikan rasa keamanan bagi penghuni maupun orang lain (pelayanan publik) yang akhirnya akan memberikan kepercayaan masyarakat sekitarnya.

Aspek Kelembagaan dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang PKP

Pada dasarnya aspek kelembagaan mewarnai seluruh Bab (I/XVIII) yang ada dalam UU PKP ini, sesuai dengan penjelasan tentang 7 prinsip Good Governance (diambil dari Komite Nasional Kebijakan Governance) dan 3 pilar Reformasi Birokrasi (penataan organisasi, tata laksana, dan SDM) yang digambarkan dalam analogi ru-mah yang ada di awal tulisan ini.

Dari beberapa pertemuan para pa-kar, antara lain pada waktu membahas RPP yang diamanatkan UU PKP ini, ada pemikiran sebagai berikut:

Yang diperlukan berikutnya adalah pembagian “peran dan fungsi” pemerin-tah, dunia usaha dan masyarakat yang

transparan, sinergi dan akuntabel. Disamping itu diperlukan “penguatan kelembagaan” pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha dan masyarakat.

Penguatan kelembagaan pemerintah antara lain terdapat pada pasal 5 ayat 2 tentang pembinaan pada tingkat na-sional merupakan kewenangan tingkat Menteri. Maka Kemenpera juga harus mampu menjalankan fungsinya secara

Tantangan Kelembagaan dalam Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

KELEMBAGAAN SEBAGAI PILAR UTAMA GOOD GOVERNANCE

Oleh Haryo Sasongko*

Dalam permasalahan kelembagaan sering dilupakan pentingnya sinergi dan ko-produksi baik internal maupun eksternal.. Adanya UU PKP tersebut memberi kesempatan kepa-da kita untuk menata kembali hubungan antarlembaga dalam pembangunan perumahan da kawasan permukiman. Akhirnya pada dasarnya Good governance (di bidang PKP) itu sendiri merupakan ko-produksi dari para pemangku…

Sumber: Template Reformasi birokrasi Kementerian Perumahan Rakyat.

Page 17: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

17

optimal dalam penyelenggaraan pem-bangunan perumahan rakyat sampai ke tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-un-dangan yang berlaku.

Adapun diharapkan BTN akan me nuju National Housing Fund Autho r-ity. Selanjutnya Perum Perumnas di-harapkan menuju National Housing and Urban Development Corporation, yang menjalankan misi sekunder peru-mahan yang kuat dan berkelanjutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (PUSLITBANGKIM) hendaknya berperan besar dalam mendukung inovasi teknik, teknologi dan bahan bangunan strategis yang berkualitas bagi pembangunan peru-mahan rakyat, khususnya MBR. Bank Daerah (Asbanda) harus berperan aktif untuk membantu dan mendu-kung penyelenggaraan pembangunan perumahan rakyat di daerah masing-masing sesuai dengan amanat PP No. 38/2007 (Koto, Zulfi Syarif, Politik Pembangunan Perumahan Rakyat di Era Reformasi, Siapa Mendapat Apa, 2011), yang semuanya membutuhkan kemi-traan yang setara dan sinergis.

Kemitraan dan Good Govern­ance

Lahirnya paradigma baru dalam tata kelola pemerintahan, yaitu good go-vernance, menjadikan pemerintahan di era reformasi ini berkepentingan un-tuk mewujudkannya, termasuk dalam penyelenggaraan pembangunan peru-mahan rakyat. Apa kaitan antara good governance dengan kemitraan pemerin-tahan, dunia usaha dan masyarakat? Nampak bahwa kemitraan eksternal antara pemerintah dengan society dan dunia usaha memungkinkan terwujud-nya suatu kepemerintahan yang siner-gis, akuntabel, transparan, dan par-tisipatif atau good governance. Namun, hal ini hanya dapat dicapai jika negara dan kelompok-kelompok masyarakat madani menyadari bahwa mereka ter-ikat dalam suatu upaya bersama (com-

mon enterprise) untuk mewujudkan dan memantapkan demokrasi yang didu-kung oleh ekonomi pasar.

Kemudian pertanyaan yang mun-cul adalah bagaimana kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat dalam rangka mewujudkan good governance di bidang pembangunan perumahan rakyat dapat terjadi? Atau dengan kata lain dapat dipertanyakan, apakah kemitraan antara ketiga stake-holder tersebut telah mencerminkan penyelenggaraan pembangunan peru-mahan rakyat yang sinergis, akuntabel, transparan, dan partisipatif ?

Dalam kenyataannya hingga seka-rang pembangunan perumahan masih belum sesuai dengan paradigma good governance. Hal ini terbukti dari muncul-nya berbagai permasalahan dalam pe-nyelenggaraan dan pengelolaan pem-bangunan perumahan rakyat, seperti perizinan, pertanahan, pembiayaan, infrastruktur dan energi, perpajakan/retribusi, teknik, teknologi dan bahan bangunan lokal/strategis, kemampuan konsumen, dan peraturan perundang-undangan.

Tantangan yang dihadapi Ke-menpera

Diakui bahwa banyak hal positif yang dicapai Kemenpera antara lain dalam pengelolaan keuangan publik

sebagaimana tercermin dalam au-dit BPK dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 5 tahun berturut-turut. Sukses penyelenggara-an APMCHUD juga merupakan ca-paian tersendiri yang patut menda-pat apresiasi. Langkah awal Reformasi Birokrasi di lingkungan Kemenpera juga telah membuahkan hasil, teru-tama keterlibatan hampir semua peja-bat dan staf untuk langkah inside out-nya. Telah banyak yang dilakukan dan terakhir terbitnya UU PKP ini yang juga merupakan kerja bersama (co-production). Dengan kata lain, UU ini sudah mencerminkan good governance itu sendiri. Tinggal, kini bagaimana aturan pelaksanaannya dapat diatur dalam PP, Permen, Perda, dan lain-lain. Langkah berikutnya ini menjadi tantangan bersama semua pihak.

Meski demikian, masih ada bebe-rapa penyelenggaraan tugas dan fung-si Kemenpera belum mencapai kinerja yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada beberapa kenyataan, antara lain:

Dibidang kelembagaan dan or-a. ganisasi masih ditemukannya:Tumpang tindih tugas antar unit •kerja di lingkungan Kemenpera, ataupun dengan unit kerja lain di lingkungan Kementerian/Lemba-ga/Pemerintah Daerah lainnya sehingga perlu dilakukan penataan

Sumber: Template Reformasi Birokrasi Kementerian Perumahan Rakyat.

Page 18: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

18

Wacana

organisasi Kemenpera.Belum tersusunnya Indikator Ki-•nerja Utama Kemenpera hingga unit kerja terendah.

Belum optimalnya ketatalak-b. sanaan (proses bisnis) dengan masih adanya: Proses kegiatan yang tidak memi-•liki Standar Operasional Prosedur (SOP), termasuk dalam penyedi-aan pelayanan publik. Belum optimalnya kinerja pe-•layanan yang diberikan oleh apara-tur Kemenpera kepada pemangku kepentingan maupun pihak-pihak terkait, termasuk didalamnya ke-tika melakukan fungsi fasilitasi pe-nyelenggaraan pemerintah daerah.Tingkat efisiensi, efektivitas, dan •produktivitas birokrasi Kemen-pera belum menggunakan indika-tor kinerja yang terukur.Tingkat transparansi dan akun-•tabilitas birokrasi Kemenpera masih rendah.

Belum optimalnya pengelolaan c. sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam Kemenpera, un-tuk dapat mewujudkan pelayanan prima tehadap pemangku kepen-tingan, sesuai fungsi dan peran Kemenpera. Hal ini mencakup ke-seluruhan siklus pengelolaan sumber daya aparatur, mulai dari rekruitmen, pengisian fungsi/jabatan dan ke-mampuan/kecakapan aparaturnya, termasuk tingkat disiplin dan etos kerja sebagian aparatur Kemenpera.Kondisi Kemenpera yang diharap-

kan dalam jangka waktu 5 tahun men-datang tergambar dari Renstra Kemen-pera tahun 2010-2014 yang vi sinya adalah: Setiap Keluarga Indonesia menempati Rumah yang Layak Huni. Ini semua akan didukung dengan misi yang secara internal berupa optimalisa-si bidang kelembagaan dari organisasi, praktek ketatalaksanaan, dan pengelo-laan sumber daya manusia.

Peluang Kementerian Peru-mah an Rakyat

Peluang untuk menyempurnakan dalam arti melengkapi UU PKP ini da-lam bentuk RPP, permenpera maupun perda (Prop, Kab/kota) sudah terbuka. Ini harus secara positif dikembangkan, terutama karena kelebihan UU ini dari yang sebelumnya, antara lain sebagai berikut: 1) Pembagian tugas dan we-wenang pemerintah dalam pembinaan dan operasionalisasi, melakukan lit-bang, sertifikasi terhadap pelaku dan keahlian serta diklat akan meningkat-kan kapasitas dan posisi pemerintah di tingkat pusat. Sedangkan peran pemda sebagaimana diamanatkan dalam PP 38/2007 akan semakin jelas dengan adanya pengaturan mengenai pem-binaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman; 2) Mem-bagi jenis dan bentuk rumah dengan jelas sesuai dengan fungsi, peran dan tanggung jawab penyelenggaraannya termasuk kriteria teknisnya; 3) Mem-bagi bentuk penyelenggaraan pemba-ngunan perumahan maupun kawasan permukiman di perkotaan maupun di perdesaan secara spesifik; 4) Pendana-an dan sistem pembiayaan pembangun-an perumahan yang berkelajutan; 5) Keberpihakan kepada MBR (pro poor); 6) Infrastruktur (PSD-PU dan PSU); 7) Insentif dan disinsentif; 8) Penye-diaan tanah; 9) Peran masyarakat; 10) Perlindungan konsumen; 11) Larangan dan sanksi; dan sebagainya.

Saat ini adalah peluang yang sangat bagus untuk segera menyusun aturan pelaksanaannya, mengingat Pasal 165 Ayat 1, yang menyatakan paling lama dalam jangka 1 tahun harus telah “diru-muskan peraturan pelaksanaannya”, se-dangkan pada Ayat 2 yang menyatakan paling lama dalam 2 tahun telah diben-tuk “badan/lembaga” yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut.

Beberapa pemikiran adalah seba-gai berikut:

Kegiatan 1. penyusunan RPP seba-gai salah satu program Quick­

win RB Kemenpera (selain E-Proc, Kotak Layanan Pengaduan dan FLPP).Kemitraan yang telah diuraikan 2. sebelumnya perlu dituangkan da-lam bentuk peta jalan (road map) pembangunan perumah an dan kawasan permukiman antarpe-mangku kepentingan (stake­holders), selain peta jalan yang sedang disusun Tim RB Kemen-pera. Peluang ini bisa dimanfaat-kan Kemenpera untuk mengambil inisiatif memulai. Upaya penyempurnaan aturan 3. per undangan bisa dengan Regula-tion Examination. Dengan terbitnya UU PKP ini, bisa diusulkan mi-salnya penajaman PP 38/2007 dan PP 41/2009. Dengan demikian RPP yang diamanatkan UU PKP ini bisa selaras dengan PP yang lain dan demikian juga sebaliknya.Pembentukan 4. badan/lembaga yang diamanatkan oleh UU PKP ini seiring dengan perkembangan Kemenpera sendiri. Untuk pe-ningkatan Sinergitas Pemerintah Pusat-Daerah bisa memanfaatkan rencana Program Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat. Berbagai kajian di lingkung-an Kemenpera antara lain Penyusun-an Pedoman Penguatan Kapa-sitas Kelembagaan Perumahan dan Permukiman di Daerah juga bisa dipakai sebagai masukan. Untuk sinergitas Pembangunan 5. antara Pusat dan Daerah, semuanya perlu mengacu pada Pedoman Pe-rencanaan Kemenpera yang sedang disusun, sehingga mengikuti siklus perencanaan secara Nasional sesuai UU no 17 Th 2003 tentang Keuang-an Negara dan UU No. 25 Th 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (SPPN).

* Tenaga Ahli Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat; Anggota Tim Verifikasi RB Kemenpera; Anggota Pokja RPP UU PKP; dan Anggota De-wan Pakar the HUD Institute LPP3I.

Page 19: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

19

Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menyiapkan sistem dan struktur yang kuat serta kokoh bagi korporasi Indonesia. Sebagai suatu

sistem, GCG mengatur bagaimana korporasi diarahkan dan dikendalikan untuk meningkatkan kemakmuran bis-nis secara akuntabel untuk mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tidak mengabai-kan kepentingan stakeholder lainnya. Sedangkan sebagai suatu struktur, GCG memberikan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab antara pihak-pihak yang berkepentingan atas korporasi, mencakup proses kontrol internal dan eksternal yang efektif serta menciptakan ke-seimbangan internal (antar organ perusahaan) dan kese-imbangan eksternal (antar stakeholders)

Beberapa hal yang melandasi adanya GCG adalah adanya penyimpangan terhadap:

Penggunaan perusahaan sebagai a. vehicle untuk menda-patkan dana murah dari masyarakat.Ketidakterbukaan atas informasi bisnis yang berisiko. b. Penggunaan nama perusahaan untuk pinjaman pri-c. badi.Keputusan bisnis yang diambil karena d. moral hazard. Intervensi pemegang saham atau pihak lain dalam ke-e. giatan perusahaan.Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan. f. Perusahaan “g. highly leveraged” tidak mempertimbangkan service capacity.Diversifikasi dan ekspansi usaha yang tidak pruden-h. sial. Risiko tidak dikelola secara hati-hati.i. Diabaikannya hak-hak pemegang saham minoritas. j. Mengapa Good Corporate Governance diperlukan?Agar korporasi bisa melakukan pengelolaan secara :

Efisien,•

Kompetitif,•Berkelanjutan,•Keuntungan yang tinggi dan,•Nilai yang optimum•

Sebagai ilustrasi dapat dilihat dalam perbedaan antara korporasi yang jelek dengan korporasi yang baik adalah sebagai berikut :

Korporasi yang jelek

Korporasi yang baik

Manfaat GCG Kemanfaatan yang diperoleh dari suatu korporasi de-

ngan pengelolaan yang baik adalah sebagai berikut : Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah dan •bertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja korporasi secara berkelanjutan.

Good Corporate Governance:

Suatu Tinjauan Pelaksanaan Korporasi yang Baik sebagai Refleksi dalam Good Governance

Edisi 3 Tahun 2010

Oleh :Moch.Yusuf Hariagung*

Good People do not need laws to tell them to act responsibility while bad people will find away around the laws (Plato).

Page 20: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

20

Wacana

Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yang •bertanggungjawab (good corporate citizen) sehingga me-ningkatkan nilai perusahaan (value of the firm).Peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi se-•hingga menjadi lebih atraktif sebagai target investasi.Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan •asingMelindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntut-•an hukumHal mendasar secara sederhana tentang Good Corporate

Governance (GCG) dapat dilihat dalam ilustrasi sebagai berikut :

Pada intinya adalah melakukan apa yang ditulis, dan menulis-kan apa yang dilakukan.

Transparan yaitu korporasi harus menyediakan in-formasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepen-tingan.Akuntabel yaitu korporasi harus dapat mepertang-gungjawabkan kinerjanya secara trasnparan dan wajar. Kejelasan yaitu korporasi harus senantiasa memper-hatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Bertanggung jawab yaitu korporasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan danKebebasan yaitu korporasi harus dikelola secara in-dependen.

Implementasi GCGSebagai implementasi dari GCG telah dilakukan bebe-

rapa komitmen yang dilakukan pemerintah dengan Bank Indonesia. Pada tahun 1999 telah dibentuk Komite Na-sional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang didasarkan pada Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG. Di sini, KNKCG diamanatkan untuk mener-bitkan pedoman GCG di Indonesia. Kemudian, pada 2004 dibentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

sebagai pengganti KNKCG. Penetapan ini didasarkan pada Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian No-mor: KEP/49/M.EKON/11/2004. KNKG ini terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.

Refleksi GCG terhadap Good Governance (GC)Refleksi terhadap korporasi yang baik bisa dipakai se-

bagai pembelajaran pada tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), hal tersebut dapat dituangkan dalam beberapa kebijakan yang selalu mengutamakan kepen-tingan publik. Selain itu, mekanisme korporasi yang baik bisa dijadikan contoh untuk meningkatkan pelayanan publik, sebagaimana terjadi pada perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN). Pada pemerintahan, pola dan me-kanisme tentang ketepatan metode, kedisiplinan waktu, serta penempatan seseorang dalam jabatan sesuai kapa-sitas dan pengalamannya akan memberikan nilai tambah dalam pengelolaan pemerintahan.

Peluang dan tantangan good governance bagi pemerintah Indonesia adalah dengan memanfaatkan sumber daya ma-nusia dalam kerangka yang tepat, sebagai peluang jumlah pegawai negeri sipil harus diarahkan pada merespon tan-tangan global untuk bertahan dan memperbaiki diri da-lam dinamika lingkungan yang selalu berubah. Sedangkan tantangan kuat terhadap kesinambungan pegawai negeri sipil adalah kemauan dan budaya untuk berubah, dari pola yang sifatnya konvesional rutin menjadi pola yang sifatnya berbasis hasil dan kemanfaatan. Satu hal yang perlu juga disadari bahwa peningkatan kemampuan melalui updating data, updating informasi maupun kemampuan mengonver-si informasi dalam bentuk manajemen pengetahuan perlu diletakkan sebagai pilar pemikiran utama.

Reformasi Birokrasi sebagai pilar dari perubahan menuju good governance harus disikapi secara proporsional, tidak serta merta perubahan reward sebagai tujuan utama, namun harus dilandasi sikap berubah terhadap competetive-ness suatu pengeloalaan yang terbaik dari suatu kementerian atau lembaga. Beberapa pengukuran kiner ja kementerian/lembaga saat ini sudah berjalan dengan baik melalui La-poran Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP), mau-pun monitoring yang dialakukan oleh Unit Kerja Presi-den tentang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP), namun semangatnya perlu dirubah dari yang sifatnya reporting menjadi competetiveness yang terbaik. Ke depan, diharapkan dapat diciptakan iklim yang kondusif maupun lingkungan yang saling mendukung untuk meraih perubahan yang terbaik dalam sistem pengelolaan peme-rintahan yang adaptif, tansparan dan bertanggung jawab.

* Kepala Bagian Data dan Pelaporan, Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Perumahan Rakyat

Page 21: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

21

Pengantar

Memang untuk mencapai cita-cita pemenuhan ke-butuhan perumahan da-

lam permukiman perkotaan mau-pun perdesaan yang layak huni tanpa penyelenggaraannya secara tertib pemerintahan tidak mungkin akan tercapai.

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28 H Ayat 1 telah mengamanatkan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan se-hat serta berhak memper-oleh pelayanan kesehatan. Amanat tersebut lebih dipertegas lagi melalui Un-dang Undang No. 39 Ta-hun 1999 tentang Hak Asa-si Manusia yang berbunyi: Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidup-an yang layak.

Dalam mewujudkan pembangun-an perumahan dan permukiman sangat tergantung pada masalah pe-ñata gunaan tanah , penatagunaan air dan sumber daya lainnya disamping dukungan prasarana dan sarana da-lam satu kesatuan penataan ruang wilayah perkotaan dan perdesaan.

Undang Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Pokok Agraria

telah mengatur hak-hak atas tanah seperti hak milik, hak guna usaha. hak guna bangunan, hak pakai/pengelo-laan, hak sewa, dan hak-hak lainnya yang berkaitan dengan persediaan ta-nah, penggunaan tanah, pembebasan tanah termasuk bagi pembangunan perumahan dan permukiman.

Berbagai pengaturan atas hak hak tersebut sangat strategis dalam pe-

nyelenggaraan pembangunan peru-mahan dan permukiman. Pemerintah harus melihat tanah sebagai aset atas segala potensi perubahan nilai tanah. Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang berbunyi; Bumi dan ruang angkasa beserta segala isinya dikuasai Negara untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Jadi secara hukum Negara mempunyai kekuatan untuk meng-atur atas hak hak tersebut sejauh un-tuk sebesar besarnya kesejahteraan

masyarakat termasuk bagi penyeleng-garaan pembangunan perumahan dan permukiman.

Dalam pelaksanaannya pemba-ngunan perumahan di suatu wilayah dan atau kawasan perumahan dalam permukiman perkotaan dan perde-saan secara hukum harus terikat pula kepada Undang Undang No.26 Ta-hun 2007 tentang Penataan Ruang,

Undang Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang Undang No 32 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah, Un-dang Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung-an Hidup, serta Undang Undang lainnya yang terkait disamping pelaksanaan Un-dang Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman serta Undang Undang no.16

Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang pada saat ini sedang dalam pro-ses revisi yang seharusnya merupa-kan satu kesatuan tertib hukum da-lam pemba ngunan perumahan dan permukiman.

Kondisi Objektif Pelaksanaan Tertib Tata Kelola Pemerintahan yang baik di Bidang Perumahan dan Permukiman.

Sejak Kongres Perumahan Rakyat

Tertib Pemerintahan dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman

Dr. Ir Aca Sugandhy M.Sc*Ketua Umum Masyarakat Peduli Perumahan dan Permukiman Indonesia (MP3I)

SUMBER FOTO: KEMENPERA

Page 22: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

22

Wacana

pada tahun 1950 sebenarnya Peme-rintah telah membuat keputusan politik yang jelas mengenai sangat pentingnya upaya pemenuhan kebu-tuhan perumahan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana dalam penyelenggaraannya baik di tingkat pusat maupun di daerah ha-rus dilakukan dengan adanya kelem-bagaan yang dapat melakukan pelak-sanaan pembangunan perumahan secara tertib baik secara fisik, teknis penggunaan bahan bangunan dan pendanaannya yang memadai guna terwujudnya cita-cita kebutuhan pe-rumahan rakyat dari tahun ketahun.

Yang menjadi pertanyaan dan persoalan besar sampai dengan saat ini adalah apakah kita telah menye-lenggarakan pembangunan perumah-an dalam permukiman perkotaan dan perdesaan secara tertib dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)?

Kalau melihat dari perkem bangan sejak 60 tahun yang lalu dan kondisi jumlah dan kualitas rumah, perumah-an dan permukiman perkotaan dan perdesaan rasa rasanya belum terlak-sana. Karena dari sudut jumlah untuk pemenuhan kebutuhan tempat ting-gal yang merupakan hak setiap warga Negara masih jauh tertinggal; dan banyaknya kawasan perumahan yang

menjurus kepada ketidak layakan un-tuk dihuni. Disamping itu telah ba-nyak ditinggalkannya pula pengguna-an bahan bangunan setempat yang dapat memberikan dampak berganda bagi kesempatan kerja dan industri disamping untuk mengangkat ke-khasan arsitektur masing ma sing dae-rah sebagai jati diri kebudayaan se-tempat yang di masa mendatang dapat menjadi aset pariwisata budaya.

Tantangan Untuk Menerapkan Prinsip Good Governance

Mempertimbangkan kondisi ob-jektif tersebut tentunya ke masa de-pan menjadi tantangan untuk melaku-kan reformasi dalam penyelenggaraan perumahan dan permukim an secara tata kelola pemerintahan yang baik.

Kita mengetahui dan sangat sa-dar bahwa untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik ter-masuk untuk penyelenggaraan pe-rumahan dan permukiman harus melak sanakan prinsip :1. keterbukaan informasi dalam

proses pembangunannya yang menyangkut antara lain penye-diaan tanah, harga tanah, harga rumah, pendanaan, aspek teknis, sosiologis maupun ekologis.

2. kepedulian lembaga-lembaga pe-merintah, dunia usaha, badan

hukum, perguruan tinggi, serta masyarakat umum, yang berke-cimpung dalam bidang peru-mahan dan permukiman baik ditingkat pusat maupun daerah untuk bersinergi dan mau tertib dalam melakukan pembangunan perumahan dan permukiman se-suai amanat perundang-undangan yang berlaku.

3. partisipasi masyarakat untuk turut serta secara aktif dalam penye-lenggaraan pembangunan peru-mahan dalam permukiman perko-taan dan perdesaan secara tertib hukum, adminstratif, fisik, teknis sosiologis dan ekologis; Bagi ter-capainya cita cita kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

4. adanya konsensus dari semua pa ra pemrakarsa dibidang perumahan dan permukiman untuk mewu-judkan pemenuhan kebu tuh an jumlah rumah dalam kawasan pe-rumahan, di permukiman perko-taan dan perdesaan dari waktu kewaktu yang layak huni secara berkeadilan/ke setaraan, efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya yang ada disetem-pa;, tegaknya supremasi hukum bagi setiap warga Negara untuk memperoleh tempat tinggal se-suai perundang undangan yang berlaku; serta akun tabilitas dari semua pihak untuk terselengga-ranya pembangunan perumahan dan permukiman secara tertib tata kelola pemerintahan baik di-pusat maupun di daerah sebagai urusan wajibnya.

Agar tidak mengulang sejarah 60 tahun kebelakang dimana amanat kesepakatan politik dari Kongres Pe-rumahan Rakyat yang telah menga-rahkan tertib penyelenggaraan pem-bangunan perumahan rakyat serta visi strategisnya tentang keberadaan

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 23: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

23

kelembagaan perumahan di pusat dan daerah serta pentingnya pem-binaan teknis, ekonomis, sosiologis, dan ekologis dalam pembangunan serta pengembangan bangunan se-tempat namun dalam pelaksanaan-nya tidak konsisten, tidak efektif serta efisien Dan hanya terbatas pada pencapai an target pembangunan pe-rumahan formal, swadaya, rumah tapak atau rumah susun yang dalam pemanfaat annya salah sasaran dan bahkan ba nyak juga tidak atau belum dimanfaatkan karena kurangnya ke-terlibatan masyarakat dan bahkan be-lum adanya kelengkapan sarana dan prasa rana dasar seperti air, listrik ser-ta sarana dan prasarana umum lain-nya dalam satu kesatuan lingkung an dan atau kawasan perumahan.

Kemasa depan diharapkan prinsip GOOD GOVERNANCE tidak ha-nya menjadi wacana sebatas good…..good saja tanpa dikembangkan perang-kat pelaksanaanya. Yang hasilnya akan percuma saja (bussiness as usual). Seperti antara lain: persoalan BACK-LOG dari tahun ke tahun, kawasan perumahan dan permukim an ku-muh meningkat, ketim panganantara tempat tinggal komersial bagi yang berpendapat an menengah keatas dan kebutuh an tempat tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tetap berjalan terus.

Konsep hunian berimbang yang diamanatkan undang undang belum terlaksana dalam satu kesatuan ling-kungan dan atau kawasan perumah-an berdasarkan rencana tata ruang karena perbedaan kepentingan dalam hal perhitungan keuntungan ekono-mi, dan pertimbangan perbedaan strata sosial dan masalah pertanahan serta sistem pembiayaan yang belum melaksanakan subsidi silang antara keuntungan ekonomi yang diper-oleh terhadap tujuan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

SaranUntuk itu maka bagi pelaksanaan

prinsip tata kelola pembangunan pe-rumahan dan permukiman yang baik tersebut perlu dikembangkan indika-tor pencapaiannya antara lain dengan rencana aksi sebagai berikut 1. Target penguatan kelembagaan

perumahan dan permukiman di pusat dan daerah yang merupa-kan bagian yang strategis dan menentukan dalam penyeleng-garaan dan pembinaan pemba-ngunan baik secara fisik, teknis, administratif, ekonomis, sosiolo-gis maupun ekologis,

2. Penyelesaian segera Peraturan pe -laksanaan dari perundang undang-an yang berlaku serta pedoman NSPM bagi penegakan hukum pembangunan perumahan di per-mukiman perkotaan dan perdesaan

3. Target pembinaan dunia usaha dan badan hukum lainnya seba-gai mitra untuk konsensus me-nyelengarakan pembangunan

pe ru mahan dan permukiman sesuai amanat Undang Undang yang dituangkan dalam Kebijakan dan Strategi Pembangunan Peru-mahan dan Permukiman jangka pendek, menengah dan jangka

panjang, dengan skala prioritas berbasis kawasan .

4. Target pengadaan informasi statis-tik perumahan dan permukiman dan transparansi target jumlah dan sumber pendanaan untuk dapat diakses.

5. Pembinaan kapasisitas dunia usa-ha, badan hukum lainnya serta masyarakat sipil/madani untuk berpartisipasi dalam penyeleng-garaan pembangunan perumahan dan permukiman Indonesia se-cara tertib hukum.

HarapanAdanya kelembagaan perumahan

dan permukiman secara operasio-nal di pusat dan daerah adalah kunci bagi terlaksanaanya tertib tata kelola dan baiknya penyelenggaraan pe-rumahan dan permukiman Indone-sia sesuai amanat Undang Undang Dasar Tahun 1945, Undang Undang Tentang HAM, dan Undang Undang tentang Pemerintahan Daerah yang

secara hukum jelas mengikat semua pihak untuk bertanggung jawab. Karenanya keberadaan kelembagaan secara konsisten, sistemik, efisien dan efektif tidak bisa ditunda tunda lagi dengan berbagai alasan apapun.

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 24: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

24

Liputan

Pada awal tahun 2011 yaitu pada tanggal 17-19 Januari 2011, Kemenpera mengadakan Rapat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat (Raker-

pera) yang bertemakan “Memantapkan Good Governance Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman”. Rakerpera diadakan dengan maksud sebagai forum koor-dinasi bagi unit kerja di lingkungan Kemenpera dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksa-naan program dan kegiatan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dan diselenggarakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.

Sebelum resmi dibuka, terlebih dulu dilakukan juga Penandatangan Nota Kesepahaman Kerjasama Nomor 01/SKB/M/2011 dan Nomor MoU-37/ K/D2/2011 tentang Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik di Lingkungan Kemenpera antara Kemenpera dengan BPKP. Nota kesepahaman ini tentunya sejalan dengan komitmen Kemenpera dalam mewujudkan good governance sesuai dengan tema yang diangkat dalam Rakepera tersebut.

Melalui Rakerpera ini, Kemenpera melakukan evaluasi terhadap pencapaian program dan kegiatan Kemenpera pada tahun 2010. Selain itu, Kemenpera juga mencoba mengukur serta efisiensi dan efektivitas dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Raker yang dibuka oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa ini juga berusaha untuk menjaring isu

dan permasalahan terkini, baik yang terkait dengan hasil pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sampai tahun 2010, maupun rencana ke depan dalam rangka menyelesaikan RPJMN dan Renstra Kemenpera Tahun 2010-2014.

Dalam pembukaan Rakerpera tersebut, terdapat beberapa poin penting yang disampaikan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. Menyambut telah diundang-kannya UU Perumahan dan Kawasan Permukiman, Suharso Monoarfa menekankan bahwa undang-undang tersebut harus dipelajari dan ditindaklanjuti baik da-lam peraturan turunan maupun pelaksanaan program Kemenpera. Selain itu, Suharso Monoarfa juga menyam-paikan mengenai perlunya review data-data permukiman, evaluasi predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang diraih Kemenpera, land banking, serta pemanfaatan asset back securities. Tak lupa, Suharso Monoarfa juga berpesan agar semua unit kerja harus bisa memahami kontribusi Kemenpera dalam mengentaskan kemiskinan sekaligus menyumbang perekonomian negara.

Rakepera yang berlangsung selama 3 hari ini diisi dengan paparan eksternal yaitu dari BPKP dan Men PAN RB serta paparan pencapaian unit-unit kerja di Kemenpera sebagai sarana evaluasi internal. Dalam Rakerpera diadakan juga diskusi kelompok secara paralel yang terdiri atas 5 kelompok. Melalui diskusi kelompok tersebut, para pejabat Kemenpera berbaur untuk mem-bahas isu strategis terkait perumahan dan permukiman untuk ditindaklanjuti. Hasil pembahasan tersebut kemu-dian dirumuskan menjadi rencana aksi Kemenpera yang disepakati bersama pada hari ketiga Rakerpera.

Menutup acara Rakepera pada hari ketiga, terdapat pesan-pesan dari Suharso Monoarfa yaitu bahwa seluruh unit kerja harus menjadi part of solution (bukan part of problem) untuk memecahkan masalah perumahan dn per-mukiman. Rencana aksi yang telah disepakati pun harus menjadi pedoman semua unit kerja di Kemenpera.

(Pandu/LNP)

Rapat Kerja Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011Memantapkan Good Governance dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERA

Page 25: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

25

Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) ke depan siap mempertahan-

kan opini Wajar Tanpa Pengecuali-an (WTP) dari Badan Pemerik-sa Keuangan dalam hal laporan keuang an yang telah dilaksanakan selama ini. Untuk itu, Kemenpera terus berupaya menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, salah satunya dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Penandatanganan Nota Kese-pahaman Kerjasama Nomor 01/SKB/M/2011 dan Nomor MoU-37/ K/D2/2011 tentang Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik di Lingkungan Kemenpera tersebut dilakukan secara langsung oleh Menpera, Suharso Monoarfa dengan Kepala BPKP, Mardiasmo dalam Rapat Kerja Kemenpera Ta-hun 2011 bertemakan Memantapkan Good governance dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis Pembangunan Perumahan dan Ka-wasan Permukiman di Hotel Mer-cure, Jakarta, Senin (17/1).

Menpera, Suharso Monoarfa mengungkapkan, tujuan dilaksana-kannya kerjasama ini adalah untuk memperkuat tata kelola kepemerin-tahan yang baik di lingkungan Ke-menpera, khususnya dalam bidang akuntabilitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN). “Kerjasama ini juga dituju-kan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan publik Kemenpera,” ujar Suharso.

Menurut Suharso, dirinya mema-hami bahwa mempertahankan opini WTP agar tidak menjadi Wajar De-

ngan pengecualian (WDP) dari BPK tentunya bukan hal yang mudah. Akan tetapi, dirinya yakin dengan adanya tranparansi serta kerjasama yang baik antara Kemenpera serta pihak-pihak terkait dalam penyu-sunan laporan keuangan hal itu dapat dilaksanakan dengan baik.

Adapun ruang lingkup pelaksa-naan kerjasama ini meliputi pen-dampingan dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, pendampingan dalam manajemen pengelolaan keuangan dan asset ne-gara yang transparandan akuntabel, pendampingan dalam review laporan keuangan, audit bersama (joint audit) program bersama pengembangan Sistem Akuntansi Instansi Peme-rintah (SAKIP), bimbingan teknis reformasi birokrasi, peningkatan kapabilitas APIP dan bimbingan teknis lainnya.

Lebih lanjut, Suharso mengata-kan, pelaksanaan tata kelola peme-rintahan yang baik membutuhkan komitmen bersama baik dalam lingkup internal maupun eksternal Kemenpera. Oleh karena itu, dirinya berharap seluruh jajaran pegawai di

lingkungan kerja Kemenpera dapat melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai tugas pokok dan fungsinya.

“Masih banyak tugas yang diemban Kemenpera dalam rangka memastikan penyediaan rumah bagi masyarakat. Namun de-mikian, bukan berarti tugas Ke-menpera itu hanya membangun rumah dan membagikannya kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, kepala BPKP, Mardiasmo menyatakan, pihaknya sangat senang dengan adanya jalinan kerjasama antara Kemenpera dan BPKP setelah sebelumnya melaku-kan hal serupa pada tahun 2010 lalu.

“Kami harap nota kesepahaman bersama antara Kemenpera dan BPKP ini dapat menjadi payung hukum pelaksanaan kegiatan pengawasan program perumahan baik di pusat maupun di daerah. Dengan adanya penyusunan laporan keuangan yang baik tentunya Kemenpera ke depan juga bisa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mempertahankan WTP yang telah diperolehnya selama empat kali berturut-turut,” harapnya.

(Pandu)

Jalin Kerjasama Dengan BPKP, Kemenpera Siap Pertahankan Opini WTP

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERA

Page 26: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

26

Liputan

Pembangunan perumahan saat ini memang tidak melulu dilakukan secara melata tanah atau dibangun

menapak tanah. Akan tetapi, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan ketersediaan tanah yang selalu berkurang membuat pengembangan perumahan kini diarahkan menjadi hunian vertikal atau bersusun seperti terdapat juga di Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.

Oleh karena itu, Provinsi Kaltim juga dapat dikatakan sebagai etalase negara Indonesia sehingga mau tidak mau pembangunan hunian sebagai prasyarat program pengembangan sebuah kota harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakatnya, para pengembang yang tergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) pun mulai melirik peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Tak tanggung-tanggung, pembangunan rumah susun (Rusun) pertama langsung dicanangkan. Hal itu tentunya juga tidak mencari keuntungan bisnis semata tapi juga bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kaltim melalui sektor perumahan.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa diundang oleh pengembang di Kaltim untuk melakukan pemancangan tiang pertama (ground breaking) rumah sejahtera susun pertama Batakan Height Residence di Kalimantan Timur dan meresmikan pembangunan sekitar 2.510 unit rumah sejahtera tapak, Jum’at (21/1).

Semakin meningkatnya pembangunan rumah sejahtera tapak dan susun yang dibangun oleh para pengembang yang tergabung dalam APERSI di Kalimantan Timur tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah kekurangan kebutuhan (backlog) perumahan secara nasional yang terus bertambah setiap tahunnya.

“Saya harap adanya pembangunan 2.510 unit rumah sejahtera tapak dan rumah sejahtera susun pertama yang

dibangun oleh pengembang yang tergabung dalam DPD APERSI Kalimantan Timur ini bisa memantau pemerintah dalam mengatasi backlog perumahan secara nasional,” ujar Suharso Monoarfa dalam sambutannya.

Menurut Suharso Monoarfa, meskipun pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Timur termasuk cukup besar jika dibandingkan daerah lainnya, namun masalah perumahan dan permukiman ternyata masih ditemukan. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dari semua

pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah serta sektor swasta khususnya pengembang dan masyarakat untuk mencari solusi bersama untuk menangani masalah ini.

Lebih lanjut, Suharso menerangkan, Pemda mesti memahami bahwa adanya penyediaan rumah sama dengan mengatasi kemiskinan di daerahnya. Pasalnya, empat indikator dari 14 indikator kemiskinan adalah rumah. Selain itu, dengan membangun rumah maka Pemda juga dapat menggerakkan perekonomian masyarakat serta menghasilkan PAD juga. “Jangan sampai ada lagi masyarakat di Kaltim yang tinggal di rumah yang tidak sehat dan layak huni,” tandasnya.

Pada kesempatan itu, Menpera juga menginformasikan bahwa mengenai telah terbitnya UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam UU ini, kata Suharso, banyak perintah serta amanat kepada Pemda terkait masalah perumahan yang telah menjadi salah satu urusan wajib daerah dan ukuran kesuksesan daerah. “Sebentar lagi akan diterbitkan PP terkait penugasan pemerintah untuk atasi backlog. Alangkah baiknya jika tidak ada kekumuhan di kota-kota yang ada di Indonesia. Saya harap Pemprov Kaltim bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam menangani masalah perumahan,” harapnya.

Program prioritasSementara itu, Gubernur Provinsi Kalimantan Timur,

H Awang Farouk Ishak menuturkan, perumahan pada dasarnya termasuk kebutuhan dasar masyarakat dan oleh karena itu pihaknya akan mendukung APERSI dengan programnya dan siap membantu sepenuhnya

Batakan Height Residence

Rusun Pertama Hadir di Kaltim

Page 27: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

27

pengembangan APERSI tidak hanya di Balikpapan tapi juga di Kaltim.

Gubernur juga langsung mengusulkan kepada Kemenpera untuk membantu kebutuhan perumahan prajurit Kodam di Balikpapan dan Rusun di Samarinda untuk pemindahan masyarakat di sepanjang Karang Bungus. Selain itu, Kampus Universitas Mulawarman yang memiliki mahasiswa hampir 24.000 orang yang kebanyakan dari luar daerah serta sekolah khusus olahragawan berstandar internasional di Kompleks olahraga Palaran juga memerlukan Rusunawa. “Kami telah menyediakan lahan di Gangnibung dan Kompleks Olahraga Palaran sekitar 10 hektar untuk pembangunan Rusun,” terangnya.

Berdasarkan data yang ada komposisi kepemilikan rumah di Kaltim sekitar 60 % milik sendiri, 30 % rumah

sewa dan 10 % rumah yang diperoleh dari kredit bank. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kaltim tahun 2010/ 2011 yang berjumlah 3,5 juta jiwa tentunya hal itu tidak sebanding dengan keperluan pengadaan kepemilikan rumah oleh warga yang layak memiliki rumah.

Gubernur juga berharap kepada DPD APERSI untuk terus fokus pada pembangunan perumahan bagi MBR serta menciptakan mekanisme pembiayaan dengan bunga rendah dan jangka panjang. Namun demikian, dirinya juga mengingatkan pengembang untuk tidak mengumbar janji kepada masyarakat tapi yang lebih penting adalah bukti.

“Saya harap Kaltim ke depan secara bertahap tapi pasti bisa selesaikan berbagai persoalan yang menyangkut perumahan. Selain itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kaltim kita telah tetapkan perumahan atau pembangunan perumahan sebagai salah satu prioritas. Dengan peresmian rumah sejahtera tapak dan Rusun ini bisa menjadi bukti bahwa APERSI Kaltim mampu berbuat untuk masyarakat,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua DPP APERSI, Eddy Ganefo menjelaskan, APERSI bangga dapat membangun Rusunami Pertama di Kaltim dan diharapkan dapat menjadi percontohan bagi Kalimantan. Eddy menyadari belum banyak pengembang yang tergabung dalam APERSI yang membangun Rusunami karena lebih fokus pada rumah sejahtera tapak.

Eddy menambahkan, APERSI siap mendukung pemerintah dalam mengatasi backlog perumahan yang secara nasional sangat besar sekali. Sedangkan backlog perumahan di Samarinda berjumlah 700.000 rumah dan Balikpapan 500.000 rumah. “Ini adalah peluang bagi APERSI untuk membangun perumahan di Kaltim,” terangnya.

Ke depan, imbuh Eddy, DPP APERSI juga punya program untuk melaksanakan pembinaan secara langsung kepada anggotanya di seluruh Indonesia dengan pola kemitraan antara DPP dan DPD. Sehingga apa yang menjadi aturan perumahan

yang harusnya bisa dijalankan sesuai regulasi juga bisa dilaksanakan di daerah. Sebab selama ini sering menjadi hambatan di daerah tidak mengerti atau tidak menyambung dengan stakeholder di daerah. “Jadi disamping kita berbisnis juga melakukan pembinaan,” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Komisaris PT Griya Telaga Mas, Achmad Sutjirda,“Kami harap pemerintah dapat membantu pembangunan infrastruktur jalan, air bersih dan listrik. Adapun pembangunan Rusun akan dimulai awal tahun 2011 dan diperkirakan selesai tahun 2013 mendatang,” terangnya. (Ris)

HUMAS KEMENPERA

Menpera Suharso Monoarfa didampingi Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, H Awang Faroek Ishak (kiri) dan Ketua DPP APERSI, Eddy Ganefo (kanan) menandatangani prasasti saat meresmikan pembangunan sekitar 2.510 unit rumah sejahtera tapak dan melakukan pemancangan tiang pertama (ground breaking) rumah sejahtera susun pertama Batakan Height Residence di Kalimantan Timur, Jum’at (21/1). Semakin meningkatnya pembangunan rumah sejahtera tapak dan susun yang dibangun oleh para pengembang yang tergabung dalam APERSI di Kalimantan Timur tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah kekurangan kebutuhan (backlog) perumahan secara nasional yang terus bertambah setiap tahunnya.

Page 28: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

28

Liputan

Sebanyak 62 Kabupaten / Kota di Indonesia memperoleh Dana Alokasi Khusus (DAK)

Bidang Perumahan dan Permukiman dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) pada tahun 2011. DAK Bidang Perumahan dan Permukiman yang disalurkan oleh Kemenpera berjumlah Rp 150 Milyar.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera, Oswar Mungkasa saat memberikan penjelasan mengenai Rencana Strategis Kemenpera kepada sejumlah anggota Komisi III DPRD Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan di Kantor Kemenpera, Jakarta (25/1). “Tahun 2011 ini setidaknya ada 62 Kabupaten/Kota yang akan menerima DAK Bidang Perumahan dan Permukiman,” ujarnya.

Oswar mengungkapkan, penyaluran DAK Perumahan dan Permukiman ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau. “DAK akan dialokasikan ke sejumlah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan program perumahan dan permukiman di daerah. Jumlah dana DAK Perumahan dan permukiman yang disalurkan

berjumlah Rp 150 M,” terangnya.Lebih lanjut, Oswar

menerangkan, lingkup kegiatan DAK Bidang Perumahan dan Permukiman adalah Prasarana dan Sarana, serta Utilitas (PSU) kawasan perumahan dan permukiman, meliputi komponen air minum, berupa jaringan distribusi air minum, komponen air limbah, berupa septic tank komunal, komponen jaringan distribusi listrik, serta komponen Penerangan Jalan Umum, berupa tiang, lampu, dan kabel listrik.

Beberapa kriteria yang ditentukan untuk dapat memperoleh DAK Bi-dang Perumahan dan Permukiman, antara lain tingginya angka kepadat-an penduduk di Kabupaten/Kota, angka jumlah kekurangan rumah atau backlog di Kabupaten/Kota, adanya rencana pembangunan ru-mah pada tahun pelaksanaan DAK di Kabupaten/Kota serta kesiapan lokasi perumahan di Kabupaten/Kota tersebut.

Terkait dengan lokasi Kabupaten/Kota yang menerima DAK Perumahan dan Permukiman tersebar di sekitar 22 Provinsi di seluruh Indonesia. Data rinci mengenai lokasi Kabupaten/Kota serta jumlah bantuan terdapat di website www.kemenpera.go.id.

Adapun persyaratan lokasi pelaksanaan DAK itu diantaranya lokasi tersebut telah disetujui untuk pembangunan perumahan dan permukiman melalui diterbitkannya ijin lokasi oleh Bupati/Walikota, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota, memiliki Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan (RRTR) ataupun Siteplan, ada jaminan bahwa rumah akan terbangun dan dihuni yang dibuktikan dengan data calon konsumen rumah, rencana pembangunan rumah pada tahun pelaksanaan DAK minimal 50 unit per lokasi, lahan untuk pembangunan PSU harus sudah jelas lokasinya, luasannya, maupun batasan fisik lahan, dan tidak dalam sengketa dan tersedianya pasokan dan jaringan air minum serta pasokan dan jaringan distribusi listrik sampai ke lokasi pembangunan perumahan.

Oswar berharap adanya penyaluran DAK Perumahan dan Permukiman dari Kemenpera ini dapat mendorong Pemerintah Daerah setempat untuk lebih memprioritaskan serta mendorong program pembangunan rumah bagi masyarakatnya antara lain dengan memanfaatkan kearifan lokal. (Ris)

62 Kabupaten/Kota Peroleh DAK Perumahan dan Permukiman

Seorang ibu sedang menggendong anaknya di Distrik Klayili, Kampung Klasuat, Kabupaten Sorong. Untuk meningkatkan program pembangunan rumah untuk masyarakat di seluruh Indonesia, Kemenpera menyalurkan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan dan Permukiman termasuk kepada Pemerintah Kabupaten Sorong, Papua Barat.

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

Page 29: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

29

Ketersediaan bank tanah di daerah pada dasarnya memberikan keuntungan

bagi Pemda sendiri. Pasalnya, tanah atau lahan yang ada saat ini jum-lahnya tidak akan bertambah dan sebaliknya akan terus berkurang mengingat kebutuhan masyarakat yang terus meningkat baik untuk pe-rumahan maupun perkantoran. Hal tersebut tentunya harus diantisipasi oleh Pemda sejak saat ini.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa meminta pemerintah daerah (Pemda) ke depan untuk memiliki bank tanah (land banking) untuk mendukung tata ruang serta program pembangunan perumahan bagi masyarakat. Hal itu perlu dilakukan mengingat penyedi-aan lahan atau tanah sangat penting untuk perencanaan pengembangan sebuah kota ke depan.

“Ke depan saya meminta Pemda yang memiliki luas lahan yang masih cukup luas untuk bisa membeli tanah-tanah yang ada di daerahnya saat ini,” ujar Menpera Suharso Monoarfa saat memberikan sam-butan pada acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dan PKO antara Kemenpera dengan Bank Bukopin dan Bank BTN tentang Penyaluran Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dalam Rangka Pengadaan Perumah-an Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera di Ruang Rapat Prambanan, Kantor Kemen-pera, Jakarta, Senin (31/1).

Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh Pemda antara lain me-reka dapat memastikan tata ruang sesuai peraturan daerah (Perda) yang dibuat. Dengan demikian, Pemda bisa membuat masterplan

dan detail plan terkait perencanaan kota maupun daerahnya ke depan. “Penyediaan bank tanah atau lahan ini merupakan suatu hal yang sangat krusial di masa mendatang. Pemda juga mampu mengimplementasi-kan sesuai masterplan dan detail plan untuk program perumahan maupun perkantoran karena tanah yang ada sudah dikuasai,” terangnya.

Kemenpera, ungkap Suharso Monoarfa, menetapkan tahun 2011 ini sebagai tahun penyediaan rumah bagi masyarakat. Salah satu kunci keberhasilannya adalah adanya kepastian lahan yang pasti oleh pemda setempat. “Kalau lahan dan tanahnya sudah tersedia tentunya bisa dipastikan lokasi pembangunan rumahnya,” tandasnya.

Suharso menjelaskan, bank tanah juga bisa dijadikan sebagai aset pemerintah daerah. Suharso menyatakan banyak pertanyaan yang diajukan oleh bupati, walikota dan gubernur kepada dirinya ingin dijadikan apa kalau tanah yang ada sudah dibeli. Mau diapakan tanah-tanah tersebut?. Ia menjelaskan begitu lahan dibeli, maka aset itu dapat dibukukan ke dalam neraca daerah. Setelah dimasukkan dalam aktiva daerah, maka tanah tersebut menjadi satu kekayaan dan Pemda dapat menerbitkan obligasi daerah atau municipal bond.

“Obligasi daerah dalam hal bank tanah ini diharapkan bisa mem-pererat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika hal itu bisa terjadi maka masalah penyediaan tanah di Indonesia di daerah tidak lagi menjadi persoalan dikemudian hari,” katanya. (Ris)

Bank TanahPentingnya Bank Tanah Bagi Pemda “Ke depan saya meminta Pemda yang memiliki luas lahan yang masih cukup luas untuk bisa membeli tanah-tanah yang ada di daerahnya saat ini” Menpera Suharso Monoarfa

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

Tersedianya bank tanah di daerah sangat penting untuk pengembangan program pembangunan perumahan di daerah.

Page 30: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

30

Liputan

Kementerian Peru-mah an Rakyat (Ke-menpera) dari wak-

tu ke waktu terus berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas pegawai antara lain di-lakukan dengan meng adakan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Penerimaan CPNS Kemen-pera dilakukan oleh Bagian Kepegawaian dan Organisasi Tata Laksana Biro Hukum dan Kepegawaian Sekretariat Kemenpera dengan mengadakan tes baik tes tertulis, tes potensi akademis, tes psikotes dan wawancara untuk men-jaring calon-calon pegawai yang baik dan handal sesuai kompetensi yang dimiliki. Di pundak para CPNS inilah masa depan Kemenpera dipertaruhkan karena mereka akan menjadi PNS yang akan memikul tanggung jawab yang cukup besar dalam mengembangkan program peru-mahan dan kawasan permukiman bagi Indonesia.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada tahun 2010 lalu, sebanyak 35 orang diterima menjadi CPNS Kemen-pera. Mereka diharapkan mampu segera beradaptasi de-ngan lingkungan kerja di Kemenpera. Untuk meningkatkan kebersamaan dan kapasitas para CPNS tersebut, Bagian Kepegawaian dan Ortala Kemenpera menyeleng garakan Orientasi CPNS angkatan ke IV tahun 2010 beberapa waktu lalu. Kegiatan orientasi ini dilaksanakan selama satu pekan mulai Senin hingga Jum’at (7-11/2) bertempat di Wisma PKBI, Jln Hang Jebat III, Jakarta dan Hotel Jaya Raya, Cipayung, Bogor.

Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat (Sesmen-pera) yang diwakili oleh Kepala Biro Hukum dan Kepe-gawaian, Agus Sumargiarto, SH saat membuka kegiatan orientasi mengungkapkan, dirinya berharap para CPNS bisa menunjukkan kualitas yang dimiliki sehingga dapat bekerja secara maksimal. “Peningkatan keterampilan dan kapasitas CPNS sangat diperlukan supaya dapat melayani masyarakat dengan baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Agus Sumargiarto mengatakan, jumlah

PNS di lingkungan Kemenpera saat ini baru sekitar 483 orang. Oleh karena itu, pengadaan CPNS sangat diperlu-kan untuk menambah jumlah pegawai serta menggantikan para pegawai yang telah memasuki masa pensiun. “Dari empat kali penerimaan CPNS, jumlah pegawai yang diteri-ma baru sekitar 90 orang. Tentu ke depan jumlah ini akan terus ditingkatkan,” harapnya.

Kegiatan dan materi yang diberikan selama acara ori-entasi tersebut mencakup outbond, sejumlah materi yang terkait pengembangan kepribadian dan kebersamaan dibe-rikan melalui metode outbond. Kegiatan ini wajib diikuti para peserta. Dan yang paling penting adalah materi wawasan kebangsaan dan bela negara yang diharapkan dapat mening-katkan rasa cinta tanah air para CPNS. (Ris)

Peserta Orientasi CPNS tahun 2010:Maria Widya Sahara, ST., Mohammad Adzkasyah, S. Kom., Suhendra, ST., Rizki Eko Prabowo, SH. MH., Ita Kurniasih, SH., Pustika Chandra Kasih, S.Sos., Ristyan Mega Putra, S.Sos., Maulana Ibrahim, SE., Indro Utomo Nugroho Pu-tro, S.Sos., Diana Suryana Putra, SAP., Emmanuel Pati Li-bak, S.Pd., Anggoro Winindito, ST., Gede Yoga Mahendra, SE., Eka Nisfiasari, SE., Arief Sulistyawan, S.Sos., Imron Affandi, SE., Naniek Widiyaningsih, ST., Dian Mangiring Arika, ST., Octavianus Siahaan, ST., Rio Febiranto Moroisa, S.Kom., Poni Hidayu, SE., Nandaka Ekacarana, ST., Rezky Gauthama, S.Kom., Widy Ramadhan Atmojokusumo, SE., Catur Budi Satriawan, ST., Ariestina Nurlita Putri, SE., Es-tinar Ambarita, SH., Wahyu Adi Satriawan, ST., R. Rifi Fir-daus Lustika, ST., Marendi Rahman, ST., Haryo Wacono, ST., Angga Ditya Kusuma, ST., Lutfia Herawati, SE., Mia Aryanti, SE., Achmad Hendrico Irwan SE.

Orientasi CPNS Kemenpera Angkatan IV

Menjalin Kebersamaan dan Peningkatan Kapasitas Pegawai

35 peserta mengikuti orientasi CPNS Kemenpera angkatan IV.RUBY MARCHELINNUS/ INFORUM

Page 31: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

31

Bank Tabungan Negara menggelar BTN Property Expo 2011 selama 9 hari

pada tanggal 5-13 Februari 2011 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta. BTN Property Expo 2011 yang baru kali pertama dilaksanakan ini diikuti sekitar 83 pengembang perumahan baik perumahan subsidi maupun non subsidi, 22 distributor furnitur dan 11 distributor elektronik. Adapun lokasi pembangunan perumahan tersebar di lebih dari 200 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kegiatan BTN Property Expo 2011 yang mengambil tema “Indonesia Property, Furniture & Electronic” ini tak hanya menampilan pameran perumahan namun juga sejumlah distributor baik furnitur maupun elektonik sehingga pameran ini dapat memberikan pilihan yang lebih beraneka ragam kepada masyarakat luas untuk memilih rumah maupun barang-barang yang diinginkan untuk mengisi rumah yang diimpikannya. Pameran BTN Property Expo 2011 ini sendiri dilaksanakan juga sebagai bagian dari peringatan HUT Bank BTN yang ke-61 yang jatuh pada tanggal 9 Februari 2011.

Pameran ini secara resmi dibuka oleh Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa di JCC pada hari Sabtu (5/2). Selain itu, tampak hadir pula dalam kegiatan tersebut para pengembang yang tergabung dalam asosiasi pengembang seperti REI dan APERSI, serta sejumlah pejabat

Eselon I di lingkup Kementerian Perumahan Rakyat.

Menpera Suharso Monoar fa dalam sambutannya mengung-kapkan, Kemenpera sangat mendukung pelaksanaan pameran perumahan yang dilaksanakan oleh Bank BTN ini. Oleh karena itu, dirinya berharap masyarakat luas dapat memiliki lebih banyak pilihan properti yang diinginkan mengingat banyak pengembang baik bersubsidi maupun non subsidi yang ikut serta dalam kegiatan pameran ini.

Menurut Suharso, Bank BTN sebagai mitra pemerintah dalam program pembiayaan perumahan telah menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satunya adalah ikut serta mensosialisasikan program Fasilitas Likuiditas pembiayaan Perumahan (FLPP) Kemenpera. Adanya sosialisasi program FLPP dalam pameran ini berarti Bank BTN telah membantu Kemenpera dalam menyebarluaskan program pembiayaan rumah murah dengan suku bunga rendah dan jangka panjang,” terangnya.

Lebih lanjut, Suharso Monoarfa menambahkan, Kemenpera pada tahun 2011 ini akan fokus pada kebijakan penyediaan perumahan. Oleh karena itu, dirinya akan terus mendorong para pengembang baik yang tergabung dalam asosiasi REI dan APERSI serta Perum Perumnas untuk meningkatkan pembangunan rumah khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun

demikian, masalah pembiayaan perumahan tentunya tidak akan terlupakan sehingga Kemenpera juga akan terus menjalin kerjasama dengan kalangan perbankan khususnya dalam program FLPP.

Bank BTN mencatat bahwa total transaksi yang terjadi selama 9 hari penyelenggaraan tersebut mencapai angka sebesar Rp 1,9 triliun khususnya dari penjualan rumah. “Total transaksi selama pameran BTN Property Expo 2011 selama sembilan hari mencapai angka Rp 1,9 Triliun,” ujar Wakil Direktur Utama Bank BTN Evi Firmansyah pada acara penutupan BTN Expo, di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (13/2). Dari Rp1,9 triliun total transaksi yang berhasil dicatatkan selama pameran, imbuh Evi, sebanyak Rp 310 miliar sudah melakukan pembayaran uang muka di 728 unit rumah. (Ris)

BTN Gelar Property Expo 2011Transaksi Capai Rp 1,9 T

Menpera Suharso Monoarfa bersama para pemangku bidang perumahan baik dari Bank BTN maupun Perum perumnas melihat maket pembangunan yang dilaksanakan oleh Perum Perumnas di sela-sela BTN Property Expo 2011

RIST

YAN

MEG

A P

UTR

A/

INFO

RUM

Page 32: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

32

Liputan

Menciptakan lingkung-an perumahan dan permukim an yang nya-

man dan asri tentunya diperlukan kerjasama dari banyak pihak antara lain dengan menjalankan peraturan lingkungan hunian berimbang seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Ka-wasan Permukiman.

Hal itulah yang menjadi fokus bahasan dalam salah satu kegiatan diskusi yang dilakukan oleh Fo-rum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera) pada hari Senin, 28 Februari 2011 dan mengangkat tema “Mencari Konsep Ideal Hunian Berimbang”. Dalam diskusi yang juga mengundang anggota Komisi V DPR RI, REI serta pengamat perumahan ini, Menteri Negara Perumah an Rakyat (Menpera) me-nyatakan, pihaknya saat ini sedang menyiapkan peraturan terkait kebi-jakan lingkungan hunian berimbang (LHB) dalam program pembangun-

an perumahan di Indonesia. Menurut Suharso Monoarfa,

konsep hunian berimbang sudah diatur dalam UU Nomor Tahun 2011 tentang Perumahan dan Ka-wasan Permukiman. Oleh karena itu, dirinya berharap peraturan ini dapat dipatuhi oleh para pengembang perumahan maupun pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah, ujar Suharso, sangatlah penting karena mereka yang menentukan tata ruang pembangunan. “Konsep pembangunan hunian berimbang pada dasarnya juga menjaga ling-kungan perumahan agar nyaman untuk dihuni. Dengan konsep 1 : 3: 6, selain membangun satu rumah mewah, pengembang juga diwajib-kan untuk membangun tiga rumah menengah dan enam rumah umum untuk masyarakat,” terangnya.

Lebih lanjut, Suharso Monoarfa menerangkan, ke depan tidak ter-tutup kemungkinan kebijakan LHB akan diterapkan untuk lingkungan rumah susun umum. Pasalnya, saat

ini banyak masyarakat yang tinggal di rumah susun di perkotaan sebagai solusi atas keterbatasan lahan pem-bangunan perumahan yang ada saat ini.

Pengembang minta insentifSementara itu, Ketua DPP REI

Setyo Maharso mengungkapkan, kebijakan LHB memang sulit dilak-sanakan di lapangan. Untuk itu, ka-langan pengembang juga men desak pemerintah untuk mengguyurkan paket insentif terhadap kebijakan lingkungan hunian berimbang (LHB).

Hal senada juga disampaikan Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Ali Wongso Halomoan Sinaga. Dirinya me-ngatakan, kebutuhan perumahan adalah kebutuhan rakyat yang harus dipenuhi oleh negara. “Pemerintah perlu memperjelas berapa target penyediaan hunian bagi MBR. Sementara kebijakan LHB, itu sudah diatur, sehingga tidak boleh menjadi andalan yang utama dalam mengatasi backlog perumahan. Kebijakan LHB hanya bersifat komplimen, mem-back up,” papar dia.

Pengamat perumahan dari Lembaga Pengkajian Pengembangan Perumahan dan Perkotaan Indonesia (LP P3I) Zulfi Syarif Koto menya-takan, kebijakan LHB memang tidak bisa dilaksanakan di seluruh daerah. Diperlukan pembagian wilayah pelaksanaan pembangunan baik diperkotaan maupun di pedesaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan harga serta luas lahan yang tersedia.

(Ris)

Diskusi Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera)

Mencari Konsep Ideal Hunian Berimbang

Para narasumber memaparkan berbagai konsep ideal mengenai hunian berimbang dalam kegiatan diskusi Forwapera beberapa waktu lalu.

RISTYAN MEGA PUTRA/INFORUM

Page 33: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

33

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa mengungkapkan, Kemenpera ke

depan akan terus melakukan kerjasama dengan Kementerian Pertahanan terkait pemenuhan kebutuhan rumah bagi prajurit TNI. “Kami akan membangun sebanyak 9.600 unit rumah untuk prajurit TNI,” ujar Suharso Monoarfa kepada wartawan seusai acara penandatangan Kesepakatan Bersama antara Kemenpera dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengenai Penyediaan Rumah Umum, Rumah Negara dan Rumah Khusus untuk Prajurit, PNS, Purnawirawan/ Warakawuri dan Janda/Duda PNS di Lingkungan Kemhan dan TNI, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Penandatanganan kesepakatan kerjasama Nomor SKB/02/I/2011 dan Nomor 01/SKB/SM/2011 antara Kemenpera dan Kemhan itu ditandantangani oleh Sesmenpera Dr Ir Iskandar Saleh, MCP, MA dan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, M.A. Tujuan dilaksanakannya kesepakatan bersama ini adalah terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal atau hunian untuk Prajurit, PNS, Purnawirawan/Warakawuri dan Janda/Duda PNS di Lingkungan Kemhan dan TNI sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan.

Ruang lingkup kesepakatan bersama ini meliputi penyediaan rumah umum, rumah negara dan rumah khusus berupa dukungan bantuan FLPP untuk kredit/ pembiayaan pemilikan rumah umum yang berbentuk tunggal atau deret atau rumah susun umum beserta prasarana, sarana, utilitas (PSU) lingkungan bagi MBR termasuk di dalamnya prajurit, PNS, Purnawirawan/ Warakawuri dan Janda/Duda PNS serta penyediaan rumah susun negara untuk prajurit dan PNS di lingkungan Kemhan dan TNI dan rumah khusus yang berbentuk tunggal atau deret beserta PSU lingkungan di daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Suharso Monoarfa menerangkan, rumah bagi prajurit

TNI itu nantinya berbentuk rumah susun sebanyak 100 tower. Rusun TNI tersebut akan dibangun di atas lahan milik TNI sehingga diharapkan dapat menjadi percontohan bagi masyarakat mengenai tinggal di hunian vertikal.

Terkait masalah perumahan prajurit di daerah perbatasan, Menpera menyatakan bahwa pihak Kemenpera juga akan membangun 1.000 unit rumah. Program pembangunan tersebut, kata Menpera, sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2010 akan tetapi masih menunggu lokasi yang ditentukan oleh Kemenhan dan TNI.

Lebih lanjut, Suharso menjelaskan bahwa kerjasama antara Kemenpera dan Kemenhan ini tidak hanya dalam hal pembangunan perumahan saja melainkan juga terkait pembiayaan perumahan prajurit.

Rusun Sejahtera TNISelain akan membangun rumah tapak, Kemenpera

pada tahun anggaran 2011 akan mengalokasikan anggaran untuk membangun sekitar 18,5 twin block (TB) Rusun Sejahtera untuk TNI AD dan sekolah. Direncanakan pembangunan Rusun Sejahtera tersebut akan dibangun di 17 lokasi di seluruh Indonesia, seperti diungkapkan oleh Kepala Pusat Pengembangan Perumahan (P2P) Kemenpera, Kuswardono saat memberikan laporan pada peresmian Rusunawa Kodam Jaya di Bekasi, Jawa Barat.

Kuswardono menerangkan, dari rencana 18,5 TB yang akan dibangun oleh Kemenpera, sebanyak 14 TB di bangun di 10 Kodam. Lebih lanjut, Kuswardono menjelaskan, bantuan Rusun Sejahtera juga akan diberikan untuk anggota Kostrad dan Kopassus. (Ris)

Rumah Sejahtera

bagi TNI

DOK HUMAS DAN PROTOKOL KEMENPERA

Page 34: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

34

Liputan

Selama ini kita banyak mengenal berbagai macam sertifikat hak atas tanah.

Diantaranya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU) ataupun Sertifikat Hak atas Satuan Rumah Susun (SHSRS).

Sertipikat sangatlah penting sebagai bukti pemilikan baik rumah maupun tanah. Setiap pemilik rumah tentunya ingin memiliki sertipikat baik tanah maupun rumah. Apabila belum memiliki sertipikat sepertinya serasa masih ada yang kurang dan belum mantap bila pemilikan atau penguasaan atas tanah itu belum disertai bukti pemilikan berupa sertifikat.

Fungsi utama dari sertifikat adalah sebagai alat bukti legal yang kuat. Oleh karena itu, siapapun dapat dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah bila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu.

Untuk membantu masyarakat dalam proses sertipikasi rumah, khususnya rumah swadaya yang dibangun oleh masyarakat sendiri, Kementerian Perumahan Rakyat

(Kemenpera) akan melakukan sertipikasi untuk sekitar 30.000 unit rumah swadaya di seluruh Indonesia. Bantuan sertipikasi rumah ini tentunya diutamakan untuk rumah yang dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pemberian bantuan pendampingan serta fasilitasi sertipikasi rumah swadaya ini akan dilakukan oleh Kemenpera bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional.

Deputi Bidang Perumahan Swadaya Kemenpera, Jamil Anshari mengungkapkan, selama empat tahun mendatang, Kemenpera mematok target sekitar 30.000 sertipikasi rumah. Setiap tahunnya minimal sekitar 7.500 rumah akan disertipikasi.

“Kami targetkan selama empat tahun mendatang akan tercapai sekitar 30.000 unit rumah swadaya,” ujar Jamil Anshari kepada sejumlah wartawan usai menandatangani perjanjian kerjasama Kemenpera dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) tentang Pemberdayaan

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk Membangun Rumah Secara Swadaya Melalui Sertipikasi

Hak Atas Tanah di Ruang Prambanan, Kantor Kemenpera, Jakarta beberapa waktu lalu.

Jamil Anshari menerangkan, untuk tahun 2010 ini, pihak Kemenpera menargetkan sekitar 7.500 sertipikasi. Dari target tersebut, hingga bulan Desember 2010 pihaknya

telah mengajukan 6.800 sertipikat untuk diproses di BPN.

“Kalau tahun ini belum mencapai target, maka tahun depan program sertipikasi rumah akan tetap kami lanjutkan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Jamil Anshari menuturkan, berdasarkan hasil peninjauan lapangan program ini nantinya tidak terfokus pada satu atau dua daerah saja melainkan tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini pihaknya masih merujuk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi seperti di Pulau Jawa dan Kalimantan. (Ris)

30.000 Rumah Swadaya

Siap Disertipikasi

SUMBER FOTO-FOTO: ISTIMEWA

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERA

Page 35: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

35

Melihat pentingnya masalah perumahan yang terkait erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono telah mencanangkan 6 program pro rakyat yang salah satunya adalah program rumah murah untuk rakyat. “Kita berencana untuk meningkatkan dan memperluas program-program pro-rakyat ini dengan 6 program baru. Pertama adalah program rumah sangat murah di luar scheme perumahan rakyat yang ada ini atau on top dari itu,” ujar Presiden saat memberikan pengarahan pada penutupan Raker Pemerintah dengan Pemda dan BUMN Untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Visi 2025 di Istana Bogor, Selasa (22/2).

Program pembangunan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut disambut baik oleh seluruh pemangku kepentingan bidang perumahan walau ada sejumlah pihak yang memandang program tersebut tidak realistis.

Sebagai tindak lanjut, Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa menyatakan, pemerintah telah menargetkan pembangunan 100 ribu unit rumah tahun ini. Sedangkan untuk angsurannya hanya sebesar Rp 200.000 per bulan dan tanpa uang muka. “Kami akan membangun 100.000 rumah murah untuk masyarakat mulai tahun 2011,” kata Suharso Monoarfa pada Rabu (2/3).

Menurut Suharso Monoarfa, rumah murah yang dibangun nantinya seharga Rp 20-26 juta. Rumah tersebut diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan sekitar Rp1,5-2,5 juta per bulan dengan cicilan yang ringan.

Lebih lanjut, Suharso Monoarfa menerangkan, pembangunan rumah murah akan menggunakan lahan daerah yang disediakan oleh pemerintah daerah. Namun demikian program ini nantinya dapat dikerjakan oleh setiap pengembang serta Perumnas.

Selain itu, dirinya juga mengajak para pengembang untuk ikut dalam pembangunan rumah murah bagi masyarakat. Pembangunan rumah murah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraan serta kualitas perumahan dan permukiman yang ada.

Untuk mengatasi masalah pendanaan, pemerintah berencana untuk menggunakan dana penghematan dari kementerian dan lembaga yang saat ini sebesar Rp 15 triliun. “Pemerintah juga akan dibantu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam program Corporate Social Responsibility (CSR),” katanya.

Sementara itu dalam kesempatan lain, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso menyatakan, pihak REI sangat mendukung rencana Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) yang menargetkan pembangunan rumah murah sebanyak 100.000 unit yang dimulai pada tahun 2011.

Untuk dapat membuat rumah murah dengan harga Rp 20 juta hingga Rp 26 juta seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dirinya menerangkan saat ini REI sedang melakukan inovasi dan pengembangan. “REI sangat mendukung program ini (rumah murah-red) dan pada prinsipnya rumah murah dengan harga Rp 20 juta - Rp 25 juta hanya bangunan saja tanpa tanah,” ujarnya.

Perumnas juga menyatakan optimis terhadap target 100.000 unit rumah murah tersebut. Dirut Perum Perumnas Himawan Arief Sugoto menyatakan, pihaknya optimis target dapat dikerjakan dalam satu semester jika memang lahannya tersedia. Lebih lanjut, menurut Himawan, berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh Perumnas, pada lahan seluas 1 hektar setidaknya dapat dibangun sekitar 60 unit rumah murah. Namun demikian, program ini sangat sulit jika dibangun di kawasan Jabodetabek karena keterbatasan ruang serta mahalnya harga lahan di kawasan ini. (Ris)

Presiden Canangkan

Program Pro Rakyat6 program pro rakyat yang dicanangkan

Presiden:1. Program rumah sangat murah.

2. Program kendaraan angkutan umum murah.

3. Program air bersih untuk rakyat.

4. Program listrik murah dan hemat.

5. Program peningkatan kehidupan nelayan.

6. Program peningkatan kehidupan masyarakat

pinggir perkotaan.

Page 36: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

36

Liputan

Pemerintah Daerah (Pemda) memegang peran penting dalam menentukan

keberhasilan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman ke depan. Pasalnya saat ini Pemda wajib mengurusi bidang perumahan sekaligus memenuhi kebutuhan dasar masyarakat agar mampu menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak huni.

Hal itu disampaikan Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat (Sesmenpera) Iskandar Saleh dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Staf Ahli Menpera Bidang Peran Serta Masyarakat dan Pemberdayaan, Ir Mirna Amin saat membuka kegiatan Bimbingan

Teknis Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu (23/3).

“Pemda berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman ke depan. Untuk itu, kami mendorong penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di daerah yang pengelolaannya dilaksanakan dengan tertib, taat, transparan, dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Lebih lanjut, dirinya menambahkan, dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perumahan sekaligus untuk mendorong sinergitas antara Pusat

dan Daerah, maka terdapat beberapa urusan pemerintahan di bidang perumahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah. Hal ini juga sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ungkapnya, tahun 2011 ini Kementerian Perumahan Rakyat melimpahkan sebagian urusannya kepada Gubernur melalui kegiatan Dekonsentrasi dengan ruang lingkup kegiatan meliputi sosialisasi kebijakan

Pemda Tentukan Keberhasilan Pembangunan Perumahan

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERA

Page 37: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

37

bidang perumahan dan kawasan permukiman dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam hal penyiapan perencanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

“Dana Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011 merupakan bagian dari anggaran Kemenpera yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran tersebut diarahkan untuk mendorong penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di daerah,” tandasnya.

Kegiatan Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011

Kegiatan Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 terkait dengan misi kelima dalam Renstra Kemenpera yaitu “Meningkatkan Peran Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya dalam Pembangunan Perkim” yang terkait dengan arah kebijakan Kementerian Perumahan Rakyat no 5 yaitu “Peningkatan Sinergi Pusat-Daerah dan Pemberdayaan Pemangku Kepentingan Lainnya Dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman”. Pada tahun 2011 ini kegiatan utama Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kegiatan utama Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Sosialisasi Kebijakan dan Peningkatan Kapasitas Daerah.

Untuk menunjang penyelenggaraan Kegiatan Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 tersebut, maka diselenggarkanlah kegiatan

Bimbingan Teknis Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 tersebut. Bimbingan Teknis Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 adalah dalam rangka pembinaan pelaksanaan Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011. Kegiatan ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari perangkat pengelola keuangan/pejabat inti SKPD pelaksana dekonsentrasi dari 33 provinsi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

memberikan pembekalan kepada perangkat pengelola keuangan/ pejabat inti SKPD Provinsi Pelaksana Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai antara lain terlaksananya pembinaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan program perumahan yang baik antara Pemda dan pemerintah pusat.

Selain itu, pada Senin, 4 April 2011, Kementerian Perumahan Rakyat juga menyelenggarakan kegiatan Training of Trainers (ToT)

Narasumber Kemenpera dan Tenaga Ahli Perumahan Provinsi Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011 di lokasi yang sama. Pelaksanaan kegiatan ToT ini dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas narasumber Kemenpera yang berlangsung selama dua hari mulai tanggal 4-5

April 2011. Sementara untuk kelas tenaga ahli perumahan provinsi (TAPP) berlangsung selama lima hari pada tanggal 4-8 April 2011.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga ahli perumahan provinsi (TAPP) dan narasumber yang mampu dan siap menjadi fasili-tator Dekonsentrasi Kementerian Pe-rumahan Rakyat Tahun 2011. TAPP dan narasumber ini akan menjadi penghubung Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan teknis

serta komunikasi dalam pelaksanaan dekonsentrasi Kemenpera. Melalui kegiatan ini, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) siap melaku-kan mobilisasi sejumlah tenaga ahli dan narasumber untuk pelaksanaan dekonsentrasi ke-33 provinsi di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk menyinergikan program perumahan serta memberikan penjelasan kepada pemerintah daerah terkait pelaksana-an dekonsentrasi Kemenpera.

(Ris/LNP)

SUMBER FOTO: HUMAS KEMENPERA

Kegiatan Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat

Tahun 2011Sosialisasi Kebijakan Bidang PKP;1. Peningkatan kapasitas pemerintah 2. daerah dalam hal penyiapan perencanaan pembangunan PKP, meliputi:

Pembentukan Pokja PKP Provinsi;Manajemen pendataan PKP;Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan PKP provinsi;Pelatihan monitoring dan evaluasi pembangunan PKP.

Page 38: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

38

Kata Stakeholder

“Memang tjita-tjita itoe tidak akan tertjapai dalam setahoen, doea tahun, tidak akan terselenggara semuanja dalam 10 ataoe 20 tahoen. Tetapi dalam 40 tahoen atau setengah abad pasti dapat ditjapai, apabila kita soenggoeh-soenggoeh maoe dan beroesaha dengan penoeh kepertjajaan. Sebab itoe, tidak mustahil apabila kita maoe mengamalkan dan mengerdjakan soenggoeh-soenggoeh”.

Paragraf di atas adalah sebagian kutipan pidato Muhammad Hatta, Wakil Presiden RI pertama. Pelopor Kongres Perumahan Rakyat yang diadakan di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1950. Apakah yang dicita-

citakannya? Cita-cita tersebut adalah agar semua rakyat Indonesia memiliki rumah dalam lingkungan yang layak.

Kini, hampir setengah abad berlalu, namun cita-cita itu belum semua terwujud. Angka kekurangan persediaan rumah bukan berkurang, justru terus bertambah. Menurut pemerintah, angka kekurangan itu sudah mencapai hampir 8 juta unit dengan kebutuhan rata-rata sekitar 800 ribu unit per tahun.

Terkait dengan otonomi daerah, di mana selama ini justru dikeluhkan menjadi “penghambat” pembangunan perumahan di daerah, maka pemerintah daerah (Pemda) harus menjadi perpanjangan tangan pemerintah pusat. Peraturan di daerah mestinya bisa sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, sehingga tidak ada lagi peristiwa penyegelan pembangunan yang diresmikan oleh presiden atau menteri.

Kekuasaan mengatur penyediaan rumah bisa dialihkan ke Pemda dan ada pembagian tugas yang jelas antara Pemda dan pusat. Pemda harus lebih berperan, merekalah yang menghitung kebutuhan perumahan untuk daerahnya. Selanjutnya, Pemda mengajak pengembang swasta, seperti REI untuk ikut membangun.

Melihat kondisi yang ada saat ini, yang terjadi justru sebaliknya. Para pengembanglah yang kerap ditanya seberapa besar kemampuan mereka membangun untuk memasok kebutuhan rumah di suatu daerah. Padahal, kemampuan REI bisa dibilang terbatas, tapi bisa juga menjadi tidak terbatas jika seluruh pihak, seperti pemerintah dan perbankan mendukung.

Sayangnya, kebanyakan pemerintah daerah masih bersikap ambigu terhadap pembangunan hunian, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman serta Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota secara tegas menyebutkan bidang perumahan sebagai urusan pemerintah pusat yang wajib diselenggarakan pemerintah daerah (Pemda). Meski demikian, sebagian besar Pemda justru menerapkan aturan keras terhadap pembangunan

hunian rakyat melalui berbagai persyaratan dan proses perizinan yang mahal untuk pemasukan

daerah. Kesadaran yang rendah juga tecermin dari banyaknya daerah yang enggan

membentuk perangkat kelembagaan untuk mengurusi perumahan. Terkait persoalan

izin misalnya, proses yang panjang dan berbelit-belit menjadi persoalan karena akan menciptakan biaya tinggi, untuk

itu proses perizinan yang berbelit-belit harus bisa dipangkas.

Pemerintah daerah harus memiliki standar pelayanan yang jelas terkait aturan perizinan. Misalnya tentang berapa lama waktu yang harus dipenuhi perangkat pemerintah terkait soal perizinan. Kalau perlu, libatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Komisi Pemerantasan Korupsi untuk membantu meneliti jejak-jejak perizinan itu sehingga prosesnya bisa lebih sederhana.

Jika tidak, maka ekonomi biaya tinggi yang ditimbulkan proses perizinan pasti harus ditanggung

*Setyo Maharso

Kelola Kebijakan Perumahan dengan Baik, Demi Rumah untuk Rakyat

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 39: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

39

oleh konsumen. Sering disebutkan, izin bisa dituntaskan dalam 14 hari, tapi untuk melengkapi persyaratan yang sangat banyak bahkan ada pengembang yang harus menunggu hingga satu sampai dua tahun. Belum lagi, semua pemerintah kabupaten/kota tidak siap dengan aturan main yang baru, terutama tentang Tata Ruang. Seharusnya Pemda kabupaten/kota sudah membuat kebijakan tentang tata ruang wilayah untuk pengembangan sektor perumahan. Dalam hal ini, Pemda harus memiliki tata ruang wilayah yang benar untuk pengembangan sektor perumahan.

Misalnya, mana saja lahan yang bisa digunakan untuk perumahan, atau lahan-lahan yang sudah tidak produktif, atau dimana lahan yang betul-betul untuk ruang terbuka hijau. Tidak ada lagi wilayah “abu-abu”. Semua peruntukkan lahan harus transparan dan bisa diakses terbuka oleh publik, sehingga jika ada pelanggaran, publik akan mengetahuinya.

Dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional REI ke-13 tahun 2010 lalu pun, secara terbuka REI juga meminta pemerintah untuk segera membuat peraturan tata ruang bawah tanah. REI meyakini pemanfaatan ruang bawah tanah merupakan solusi tepat untuk mengatasi kemacetan dan pemanfaatan lahan yang lebih efisien.

REI prihatin melihat kemacetan-kemacetan lalu lintas yang terjadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Namun, belum ada satu pun kota di Indonesia yang memiliki Rencana Tata Ruang Bawah Tanah. Oleh karena itu diperlukan adanya aturan tata ruang bawah tanah yang bisa mengatasi kemacetan sehingga ruang bawah tanah yang tersedia bisa dimanfaatkan secara efisien.

Dalam hal perizinan, Pemerintah kota atau kabupaten mungkin bisa mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Surakarta. Di sana, semua proses perijinan tidak hanya sudah berada di dalam satu atap,

tetapi juga memiliki kepastian. Dalam waktu dua hari kerja, pengusaha sudah mengetahui nasib “proposal”nya apakah disetujui atau tidak. Dan dalam waktu lima hari berikutnya, jika semua persyaratan yang dibutuhkan telah lengkap maka pengusaha bisa memulai kegiatan usahanya. Jika saja semua itu berjalan di sebagian wilayah Indonesia maka persoalan backlog hanya tinggal cerita.

Sekali lagi REI mendorong agar program dan target pembangunan yang ingin dicapai berasal dari inisiatif daerah sendiri. Melalui inisiatif daerah, maka nantinya bupati/wali kota yang akan mengundang pengembang datang guna memenuhi target yang sudah dibuatnya. Inilah yang disebut sebagai Paradigma Baru Pembangunan Perumahan Rakyat.

Saat ini, ada sekitar 450 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia selain Kabupaten/Kota Baru akibat Pemekaran. Jika masing-masing mampu membangun rata-rata 1000 unit rumah saja per tahun, maka setiap tahun bisa terealisasi sebanyak 450.000 unit rumah di seluruh Indonesia, Bandingkan dengan sekarang, dalam lima tahun pemerintah hanya mampu membangun sekitar 500 ribu unit rumah.

Penguatan wewenang dan tanggung jawab pembangunan perumahan rakyat di daerah juga akan memangkas separuh dari persoalan yang selama ini dihadapi pengembang. Sebagai pelaksana program Pemda, pengembang tentu akan diberikan kemudahan perizinan, mendapat akses pada lahan murah, serta dibantu dalam penyediaan infrastruktur.

Kalau daerah yang berinisiatif, mematok target, serta menyediakan lahan dan infrastrukturnya, pengembang pasti akan berlomba-lomba masuk ke daerah. Di samping stimulus berupa DAK, REI juga berharap ada payung hukum jelas terkait peran penting Pemda terhadap pengadaan rumah rakyat.

*Ketua Umum DPP REI

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 40: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

40

Tanya Jawab Perumahan

Tanya:Saya membutuhkan informasi mengenai pengajuan

kredit rumah second, kebetulan saya berniat mengajukan kredit di daerahSerpong, dengan adanya FLPP ini apakah persyaratannya sama dengan kredit sebelumnya terutama menganai besar plafond kredit, bunga dan masa jatuh temponya?

Ade,Jakarta

Jawab:Yth. Bapak/Ibu Ade, untuk saat ini program FLPP diberi-

kan untuk rumah sejahtera tapak dan satuanrumah susun baru (belum termasuk rumah second) yang dibangun dan dibeli melalui pengembang dimana KPRnya dilakukan melalui Bank Pelaksana yang telah melakukan MoU/PKO dengan Kemenpera.Untuk saat ini Bank Pelaksana yang telah melakukan MoU/PKO dengan Kemenpera yaitu: Bank BTN, Bank BTN Syariah dan Bank BNI.

Plafond bunga dan kredit untuk KPR Sejahtera Tapak dan KPR Sejahtera SyariahTapak adalah sebagai berikut:

No Nilai KPR/Pembiayaan

Bunga/Marjin paling tinggi

Uang muka minimum

1 Rp. 50.000.000,- 8,15% 10 %2 Rp. 60.000.000,- 8,25% 10 %3 Rp. 70.000.000,- 8,35% 10 %4 Rp. 80.000.000,- 8,50% 10 %Sementara itu, untuk KPR Sejahtera Susun dan KPR

Sejahtera Syariah Susun, rinciannya adalah sebagai berikut.No Nilai KPR/

PembiayaanBunga/

Marjin paling tinggiUang muka minimum

1 Rp. 90.000.000 9,25% 12,5 %2 Rp. 100.000.000,- 9,35% 12,5 %3 Rp. 110.000.000,- 9,50% 12,5 %4 Rp. 120.000.000,- 9,65% 12,5 %5 Rp. 130.000.000,- 9,80% 12,5 %6 Rp. 135.000.000,- 9,95% 12,5 %Terkait jatuh tempo, menjadi kesepakatan antara de-

bitur dan Bank Pelaksana.Terima kasih.

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Dear friends,Tentang program FLPP yang kabarnya telah dilun-

curkan dan telah ada 2 (dua) Bank pemerintah yang ikut dalam kerja sama ini yaitu BTN dan BNI. Saya pernah bertanya kepada salah satu Bank tersebutyaitu BNI, na-mun mereka tidak dapat memberikan informasi yang jelas bahkan mengaku tidak tahu menahu tentang hal tersebut.

Saya menjadi ragu apakah program ini hanya berupa tahap sosialisasi dan sampai mana?! Serta belum sampai tahap implementasi real untuk segera dapat dipetik man-faatnya bagi masyarakat.

Mohon tanggapan dan informasinya lebih lanjut, teri-makasih.

Best regard,Ari

Yth.Bapak/Ibu Ari, Kemenpera telah melakukan MoU/PKO dengan Bank BTN Pusat pada tanggal 7 September 2010, melakukan PKO dengan Bank BTN Syariah pada tanggal 25 Oktober 2010, dan melakukan MoU/PKO dengan Bank BNI. Hal yang bapak/ibu alami di Bank BNI dimungkinkan ka rena terjadinya delay informasi dari kantor Bank BNI Pusat kepa-da Bank BNI cabang. Selain itu, pihak Kemenpera juga telah melakukan Sosialisasi Program FLPP ke beberapa daerah se-perti Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Pekanbaru. Dapat di-informasikan sampai bulan Desember ini telah ada sekitar 6.482 unit permintaan KPR Sejahtera tapak dan 4 Unit KPR Sejahtera Susun melalui Bank BTN yang pembiayaan subsidinya melalui skim FLPP. Untuk informasi selengkapnya mengenai Program FLPP dapat bapak/ibu lihat pada website: http://pembiayaan.kemenpera.go.id/

Terimakasih

Page 41: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

41

ada kesempatan ini pembaca

Inforum akan diajak untuk mengunjungi Kota Tua yang

ada di wilayah Jakarta Barat. Kenapa harus Kota Tua? Karena Kota Tua sarat akan sejarah khususnya tentang Jakarta. Selain itu, di Kota Tua tersebut ada sebuah taman terbuka yang bisa dijadikan untuk sarana berkumpul dan ada juga museum yang menyimpan peninggalan sejarah Zaman penjajahan VOC. Kita bisa mencapai Kota Tua dengan menggunakan sarana transportasi massal yaitu Busway Trans Jakarta maupun dengan KRL menuju tujuan akhir di Stasiun Kota.

Sejak menginjakkan kaki di Stasiun Kota kita akan melihat berbagai gedung-gedung historis kota tua yang menyimpan berbagai macam informasi sejarah bangsa

menandakan bahwa telah sampai di Kawasan Kota Tua. Di dalam kota tua tersebut kita bisa melihat langsung gedung-gedung yang terlihat memprihatinkan, kotor, dan dipenuhi lumut serta sudah rusak dimakan usia. Meski demikian, di sinilah spot yang banyak digunakan orang untuk mengambil foto prewedding. Sambil berjalan ke arah utara, kita akan menemukan taman terbuka yang luas, ini pertanda sudah tibalah kita di Taman Fatahillah.

Taman Fatahillah yang berada di kawasan kota tua ini berupa sebuah halaman terbuka yang cukup luas dengan pelatarannya yang terbuat dari batu alam dan tidak ada air mancur maupun bangku apalagi gazebo, hanya ada ditumbuhi beberapa buah pohon mahoni, flamboyant dan juga palm raja. Pada hari Sabtu (19/2) yang

terik itu, Inforum berkunjung ke kawasan kota tua, Inforum sangat beruntung bisa bertemu dan mewawancarai Khasirun, yang bekerja pada Bagian Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Fatahillah. Menurutnya, dari awal Taman Fatahillah ini terbentuk mengikuti gedung/museum Fatahillah yang dulu digunakan sebagai gedung Balaikota Batavia yang peletakan batunya dilakukan pada tahun 1627. “Sehingga pada zaman dulu taman yang ada itu berfungsi sebagai sarana berbagai macam kegiatan, baik di bidang sosial, ekonomi maupun budaya”, ujar Khasirun.

Lebih lanjut Khasirun menjelaskan bahwa Taman Fatahillah ini pada zaman dahulu lantainya masih alamiah. Tidak seperti sekarang yang dipasang batu andesit yang merupakan batu kali

Taman Fatahillah Kota Tua: Sarana Promosi Budaya, Sarana Kumpul Kawula Muda dan

Pembangkit Ekonomi Masyarakat

Intermezzo

Taman Fatahilah Kota Tua.

Ondel-ondel Jampang dan Berby.

Meriam VOC.

SUMBER FOTO-FOTO: SRI-INFORUM

Page 42: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

42

dan juga pernah dijadikan terminal trem. “Setelah menjadi Kota Tua, taman ini lantainya dipugar yang pada masa itu sudah diaspal, dan melalui Program tahun 2007 penataan tata kota tua ini diubah dengan lantainya terbuat dari batu andesit dan diberikan lampu-lampu penerang”, jelas Khasirun.

Menarik memang, di Taman Fatahillah ini kita tidak akan menemukan bangku atau tempat duduk yang biasa ada di taman. Berkaitan dengan bangku atau tempat duduk dan gazebo yang memang tidak bisa kita temukan di Taman Fatahillah, pengelola kawasan kota tua memiliki alasan tersendiri. “Bahwa belum ada tata ruang yang mengharuskan bahwa di taman itu harus ada bangku atau gazebo. Karena taman ini memang digunakan sebagai sarana kegiatan sehingga kalau ada tempat duduk dikhawatirkan akan menjadi kumuh, sehingga apabila tidak diberikan tempat duduk akan bisa terjaga kebersihannya”, jelas Pak Khasirun.

Namun, tentu saja di Taman manapun juga kita akan bertemu

dengan pengunjung yang duduk-duduk menikmati taman, seperti juga di Taman Fatahillah ini. Di Taman Fatahillah ini, dampak tidak tersedianya bangku-bangku taman adalah, pengunjung bahkan menduduki benda-benda peninggalan sejarah. Mengenai hal ini, Khasirun mempunyai alasan lain, “Itu sebagai salah satu bagian pemahaman bagi pengunjung di areal kota tua ataupun yang ke museum dikarenakan banyak para pengunjung terutama masyarakat Indonesia belum memahami apa itu kota tua atau pun museum. Sehingga benda-benda yang ada diduduki. Seharusnya tidak. Harusnya ada larangan karena akan timbul yang namanya vandalisme atau korosi pada benda itu. Tapi mudah-mudahan berikutnya para pengunjung yangada di kota tua ataupun museum akan memahami seperti hanya pengunjung dari negara-negara lain, atau aturan dan etika”, jelas Pak Khasirun.

Di taman ini kita juga tidak akan menemui air mancur yang lazimnya ada di setiap taman, namun, kita

masih bisa melihat bekas dari sumber air yang ada ditengah-tengah areal Taman Fatahillah. “Kebetulan di tengah-tengah taman itu dibuat tempat untuk pengambilan air besih, jadi dulu Batavia sudah membuat saluran air bersih kalau sekarang namanyaa PAM, salah satu pengambilannya di tengah areal taman itu”, ujar Khasirun. Lebih jauh lagi Khasirun memaparkan bahwa dulu tempat pengambilan air bersih itu berfungsi, sekarang tidak aktif karena harus ada sumber airnya dan untuk salurannya dulu dibuat dari keramik yang panjangnya 60 cm dan tempat pengambilan air bersih itu dibuat pada tahun 1743.

Bicara kota tua tentunya kita akan berbicara tentang gedung-gedung peninggalan kuno. Bangunan-bangunan tersebut terutama banyak juga terdapat di sekeliling Taman Fatahillah. Terdapat Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Keramik, dan bangunan lainnya. Tidak semua bangunan tersebut adalah bangunan milik negara. Sayang, sebagian gedung tersebut sudah rusak bahkan ada yang runtuh. Tentunya hal ini patut menjadi perhatian walau tidak bisa dipaksakan kepada para pemilik gedung untuk menjaga kondisi gedung-gedung tersebut.

Pengunjung Taman Fatahillah ini cukup beragam termasuk juga wisatawan mancanegara. Banyak juga remaja-remaja usia SMP yang berkunjung ke taman ini seperti Vinda yang kebetulan dijumpai oleh Inforum. “Saya bersama teman-teman datang ke Kota Tua tujuannya untuk mengisi hari libur saja dan menurut saya tamannya bagus, selain itu bisa menambah pengetahuan tentang sejarah kota tua”, tutur Vinda.

Meski banyak pengunjung yang kurang tertib, untuk saat ini

Intermezzo

Bangunan yang tampak pada gambar di atas merupakan salah satu bangunan di Kota Tua. Terlihat memprihatinkan dan perlu untuk direnovasi.

SUMBER FOTO-FOTO: SRI-INFORUM

Page 43: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

43

Meriam VOC dan Meriam JagurDi pelataran Taman Fatahillah ini kita bisa melihat Meriam VOC. Terdapat

juga Meriam si jagur yang merupakan meriam yang digunakan sebagai benteng pertahanan Portugis. Dahulu meriam Jagur memang pernah diletakan diareal Taman Fatahillah.

Kesenian Tradisional Ondel-OndelDi Taman Fatahillah ini juga digelar kesenian tradisional Khas Betawi yaitu

Ondel-ondel. Pertunjukkan ondel-ondel ini dilakukan secara berkelompok dan setiap orang bergantian untuk menggerakkan ondel-ondel atau orang-orangan yang besar itu.

Sewa Sepeda OnthelDi pelataran Taman Fatahillah juga disediakan sepeda onthel. Ada sepeda

yang diberi warna biar menarik serta ada juga yang tidak diberi warna. Sepeda ini dilengkapi juga dengan aksesoris lain seperti topi kompeni dan juga modern. Sepeda onthel ini disewakan per jam seharga Rp. 20.000; tetapi hanya boleh dipakai di pelataran Taman Fatahillah dan tidak diijinkan untuk dipakai diluar pelataran Taman.

Kerak TelorSalah satu jajanan yang ada di kawasan Kota Tua adalah Kerak Telor

yang merupakan makanan khas Betawi.Kerak telor ini memang sulit untuk ditemukan di tempat-tempat lain kecuali di tempat – tempat yang erat kaitannya dengan nilai budaya atau sejarah.

Area Hot SpotDi pinggir areal Taman Fatahillah dapat ditemukan area hotspot.

Pemasangan hotspot di areal Taman Fatahillah ini bertujuan untuk memudahkan para pengunjung yang membawa alat-alat elektronik baik laptop untuk mencatat data yang penting. Memang, kawasan Taman Fatahillah termasuk sering dikunjungi untuk kegiatan study tour.

belum ada denda yang dikenakan. Sementara ini bila ada yang tertangkap basah melakukan vandalisme atau kurang tertib dalam menjaga kebersihan, baru diberikan pembelajaran atau pemahaman saja. Taman Fatahillah juga tidak mengenakan retribusi, namun tentu saja untuk masuk ke museum-museum di sekitar Taman Fatahillah akan dikenakan biaya. Retribusi dikenakan untuk para pedagang kaki lima yang ada di kawasan Taman Fatahillah. Semua pemasukan yang berasal dari retribusi untuk kawasan kota tua masuk ke dalam kas Pemda DKI dan akan digunakan kembali untuk pembangunan di kota tua. “Sebenarnya uangnya tidak seberapa, tetapi dengan adanya peraturan diharapkan orang akan selalu tertib tidak semaunya”, ujar Khasirun.

Setiap tahun di Kawasan Kota Tua terdapat berbagai kegiatan untuk mempromosikan Kota Tua seperti Museum Day, Batavia Festival, kegiatan rekonstruksi, ataupun kegiatan kunjungan tamu-tamu luar negeri. Taman Fatahillah yang merupakan salah satu ikon wisata di Ibu Kota Jakarta tentunya harus terus dipelihara dan dijaga kelestariannya. Jangan sampai punah bahkan hilang digantikan oleh pusat perbelanjaan seperti mal-mal yang banyak kita jumpai hampir disetiap sudut wilayah Jakarta maupun digantikan oleh bisnis properti yang kurang memperhatikan ruang terbuka hijau. (Sri)

Lalu, apa saja yang bisa dinikmati di Taman Fatahillah?

TarifMuseum

Dewasa = Rp. 2.000

Mahasiswa = Rp. 1.000,

Pelajar/Anak-anak = Rp. 600

Tarif foto prewedding = Rp. 350.000

Tarif syuting = Rp. 1.000.000.

Ondel-ondel Bang Jii dan Manohara.

Topi kompeni.

Sepeda onthel.

SUMBER FOTO-FOTO: SRI-INFORUM

Page 44: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

44

Tembok sebenarnya merupakan bagian penting dari sebuah rumah. Selain mencerminkan kondisi rumah yang sebenarnya, aneka warna cat tembok pada

dasarnya juga menunjukkan bagaimana pemilik rumah merawat tempat tinggalnya dengan baik. Tentunya Anda juga ingin melihat tembok rumah terlihat indah untuk dipandang dan tidak membosankan. Tapi bagaimana kita bisa membuat rumah kita nyaman untuk ditempati dengan tembok yang rapi? Apakah kita harus mengecat tembok seenaknya? Apakah ada aturan untuk mengecat tembok?

Kebanyakan orang menganggap mengecat tembok rumah adalah pekerjaan yang mudah. Tapi ternyata untuk mengecat tembok yang indah tidaklah semudah yang Anda bayangkan. Ada aturannya juga lho...

Inilah beberapa aturan serta tips atau cara mengecat jika anda menginginkan hasil pengecatan tembok rumah mencapai hasil yang maksimal.

Beberapa hal yang harus anda perhatikan sebelum Anda memulai pengecatan yaitu:

Dinding yang akan dicat/diplamir disiram dulu dengan 1. air secukupnya sampai dinding tersebut bersih dari kotoran.Bersihkan permukaan yang sudah dicat sebelumnya 2. dengan baik. Hilangkan semua bagian cat yang terkelupas, debu, dan kotoran lainnya sebelum melakukan pengecatan dengan cara diampelas lebih dulu dan lapisi dengan satu lapis cat, biarkan sampai permukaan mengering.Berilah lapisan plamir sebelum permukaan tersebut 3. dicat dengan cat tembok. Hal itu dilakukan jika permukaan tembok luar dengan sisa-sisa cat lama yang

terkelupas, debu dan kotoran tidak bisa dibersihkan seluruhnya. Untuk permukaan tembok yang lama, periksa terlebih 4. dulu lapisan plamir atau cat lama masih kuat melekat atau tidak. Untuk mengetahuinya, kuaskan air pada permukaan tersebut, tunggu beberapa saat. Jika permukaan tembok tampak gelembung-gelembung, permukaan tembok harus disekrap.Jika ingin mengganti warna cat, pilihlah cat tembok yang 5. memiliki daya tutup yang kuat. Gunakan kuas rol atau tutup warna yang lama (terutama warna tua) dengan menggunakan plamir tembok.Berikanlah waktu pengeringan secukupnya untuk 6. mendapatkan hasil akhir terbaik untuk permukaan tembok baru, beton atau permukaan baru lainnya, sebelum proses pengecatan. Waktu pengeringan untuk menghindari tembok dari lembap yang dapat mempengaruhi cat menjadi berjamur dan rontok.Sebelum tembok diplamir, lapisi dulu tembok dengan 7. wall sealer guna menetralisasi PH semen agar sesuai dengan PH cat. Dengan wall sealer, cat tidak mudah mengelupas dan warna cat tidak akan berubah dari warna aslinya. (Ris)Disarikan dari berbagai sumber.

Tips Oke Mengecat Tembok Rumah Idaman

Jangan Asal Pilih Cat Tembok

Tips

Page 45: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

45

Buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman ditulis oleh Kuswartojo Budiharjo atau yang lebih akrab dikenal dengan

sebutan Tjuk Kuswartojo. Buku ini berisikan kumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalam rentang waktu yang cukup panjang yaitu sejak pertengahan 1980-an hingga dekade awal abad 21 dan terdiri dari dua jilid buku yang dikemas menjadi satu.

Buku jilid pertama bertajuk ”Pembangunan dan Lingkungan Hidup” yang memiliki sampul dengan nuansa warna hijau dan terdiri dari 322 halaman. Jilid ini memuat 26 tulisan yang dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian awal dari buku jilid pertama ini berusaha mengurai aspek paradigmatik tentang pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup. Uraian aspek paradigmatik ini kemudian diikuti dengan gagasan konkret bagaimana seharusnya pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup dapat berjalan. Bagian berikutnya dari jilid pertama ini menyoroti aspek yang lebih teknis yaitu bagaimana AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dapat menjadi instrumen pengendalian lingkungan. Pada bagian ketiga, tulisan-tulisan Tjuk Kuswartojo menyoroti pada manajemen bencana alam dan

kajian lingkungan hidup strategis atau KLHS.Permukiman dan Perkotaan menjadi judul dari jilid

kedua Buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman. Jilid yang kedua dengan sampul yang bernuansa warna merah kecoklatan ini hadir lebih tebal berisikan 47 kumpulan tulisan dengan total 514 halaman. Jilid ini memuat tiga bagian ditambah satu

bagian khusus pada bagian penutup yang bertajuk “Mengusik Arsitektur, Pendidikan Arsitektur, dan Perancangan di Indonesia”.

Di sini, Tjuk Kuswartojo mengutarakan bahwa perumahan dan permukiman dapat dilihat sebagai kasus bagaimana pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup (sebaiknya) dilakukan dan dijalankan.

Penulis juga menggagas bagaimana peran pemerintahan, masyarakat, dan sektor lain di dalamnya.

Bagian pertama dari jilid ini menuturkan pandangan penulis tentang konsep dan sifat kota serta perkembangan kota yang tidak hanya ditentukan oleh faktor kependudukan nmaun juga aspek historis dan basis ekonominya. Bagian kedua dari jilid ini kemudian berusaha menuturkan mengenai peran pemerintah sebagai unsur penting penyelenggaraan dan pengelolaan lingkungan hidup, perkotaan dan permukiman.

Bagian ketiga dari buku ini kemudian secara spesifik didedikasikan penulis untuk membahas pembangunan perumahan. Tulisan–tulisan yang ada dalam bagian ini

Pengelolaan Pengetahuan

Judul: Mengusik Tata Penyelenggaraan

Lingkungan Hidup dan PemukimanPenulis:

Tjuk KuswartojoPenerbit:

Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur

Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi

Bandung, 2010Pendukung Penerbitan:

Kementerian Perumahan RakyatJilid 1:

Pembangunan dan Lingkungan Hidup (322 halaman)

Jilid 2: Permukiman dan Perkotaan (514

halaman)

Info Buku

Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman

Page 46: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

46

Pengelolaan Pengetahuan

antara lain membahas tentang pentingnya perumahan swadaya, penyediaan perumahan yang terjangkau serta implementasi pembangunan partisipastif dan bertumpu pada komunitas.

Jilid 2 Permukiman dan Perkotaan ini ditutup dengan sejumlah tulisan tentang reorientasi pendidikan arsitektur, perancangan arsitektur dan profesi arsitek. Tulisan-tulisan ini selaras dengan profesi Tjuk Kuswartojo sebagai pendidik di bidang arsitektur. Meski tulisan-tulisan tersebut ditulis dalam rentang waktu yang terpisah, secara garis besar bagian ini menunjukkan benang merah antara pandangan-pandangan penulis tentang pembangunan

lingkungan dengan apa yang harus disikapi oleh profesi perancangan arsitektur.

Buku ini merupakan buku yang lengkap jika dilihat dari rentang waktu maupun cakupan bahasannya. Buku ini tak hanya penting bagi pemangku kepentingan perumahan belaka namun juga untuk masyarakat luas karena sifatnya yang interdisplin.

Kehadiran buku ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi positif untuk menambah pemikiran dalam dalam pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup serta penyelenggaraan perumahan dan permukiman. (LNP)

Info CD

Majalah INFORUM adalah majalah yang dikeluarkan oleh Kementerian Perumahan Rakyat sebagai media komunikasi bagi komunitas perumahan. Mulai tahun 2010 Majalah Inforum hadir kembali dengan wajah baru setelah sempat terhenti penerbitannya.

Selama tahun 2010 majalah Inforum terbit 3 edisi dengan edisi I mengusung tema Era Baru Perumahan Rakyat, Edisi II Reformasi Pembiayaan Perumahan

Melalui Fasilitas Likuiditas dan Edisi III Selamat Datang Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

CD INFORUM 2010 diatas berisi Soft file majalah Inforum Tahun 2010. CD ini sangat bermanfaat bagi para pembaca yang menyukai electronic book karena versi Pdf majalah ini sangat enak dibaca baik di PC, notebook maupun di tablet PC.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disahkan pada tanggal 12 Januari 2011. Undang-Undang ini lebih menegaskan peran pemerintah yang semula sebagai regulator menjadi stimulator dan fasilitator dalam penyelenggaraan perumahan umum, aktor pembangunan rumah negara dan rumah khusus, penyediaan tanah serta Prasarana, Sarana dan Utilitas umum

Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang terdiri atas 18 Bab dan 167 pasal ini menegaskan landasan bagi pemerintah daerah untuk lebih aktif memberikan pelayanan pada masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan rumah dan juga diharapkan dapat lebih memberikan perlindungan

yang lebih tegas kepada masyarakat untuk tidak menghuni rumah di lokasi yang berpotensi menimbulkan bahaya atau tidak diperuntukan bagi perumahan, memberi landasan

peran masyarakat dalam pembangunan permukiman, dan dalam sektor pendanaan dan sistem pembiayaan

perumahan dan kawasan permukiman yang selama ini menjadi kendala utama bagi

masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah yang layak.

Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ini

menggantikan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

menyesuaikan dinamika kondisi lingkungan strategis sektor perumahan dan permukiman.

CD Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

CD INFORUM 2010

Page 47: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

47

Booklet

Modul 2 : Manajemen Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Penerbit: Biro Perencanaan dan Anggaran, Sekretariat Kementerian Perumahan Rakyat, 2011

Modul 3 : Penyusunan Perencanaan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi

Modul Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011

Modul 1 : Pembentukan Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi

Menuju Negara Yang Demokratis

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SHPenerbit:

Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi, 2008

Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Indonesia

Penerbit: Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, 2010

Buku

Info Pustaka

RegulasiPeraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Plus Info Penting Pengadaan, alamat LPSE, Perbedaan dengan Keppres 80 Tahun 2003

Penerbit : Visi Media, 2010

Modul 4 : Pelatihan Monitoring Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Metoda Membangun Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa

Panduan Praktis Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

Daur Ulang Reruntuhan

Bangunan sebagai Bahan Bangunan

Terknologi Konstruksi, Instant dan Knock Down

Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan PermukimanBadan Penelitian dan Pengembangan PU, 2006

Page 48: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

48

http://www.kemitraan.or.idKemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia adalah lembaga multi-stakeholder yang dibentuk untuk memacu pembaruan tata pemerintahan di Indone-sia. Kemitraan merupakan badan hukum Indonesia yang berbentuk perkumpulan perdata nirlaba, yang secara teknis beroperasi sebagai proyek Program Pembangunan Persatuan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme - UNDP). Kemitraan memiliki situs bernuansa merah putih dan beralamatkan di http://www.kemitraan.or.id

Situs Kemitraan yang tampil dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris ini menampilkan antara lain tentang Partnership Governance Index yang dilaku-kan di seluruh provinsi di Indonesia. Beberapa aspek yang menjadi perhatian dari Kemitraan dan ditampilkan secara khusus dalam situs ini antara lain adalah tentang Usaha anti Korupsi, Desentralisasi Pemerintahan, serta Usaha Pencapaian MDG’s. Situs ini juga menampilkan beberapa publikasi dan lembar fakta yang bisa diunduh misalnya adalah lembar fakta tentang KISAH SUKSES: Advokasi Anggaran Berha-sil Mengubah Kebijakan APBD di Kabupaten Kubu Raya. (LNP)

http://www.kpk.go.idKomisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK) memiliki situs resmi yang beralamatkan di http://www.kpk.go.id. Halaman muka situs ini memuat berita terkini mengenai kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi serta berita-berita terbaru terkait kasus korupsi. Situs KPK yang memiliki slogan “Mewujudkan Indonesia yang Bebas Korupsi” ini juga berusaha menyebarluaskan pengetahuan tentang anti korupsi misalnya melalui anak domain Anti Corruption Clearing House (http://acch.kpk.go.id). Selain itu, terdapat berbagai berbagai dokumen yang bisa diunduh misalnya Buku Saku Memahami Gratifikasi dan Buku Saku Memahami Untuk Membasmi.

KPK juga mencoba mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi tindak korupsi secara interaktif melalui beberapa fitur. Dalam Forum Indonesia Memantau (http://indonesiamemantau.kpk.go.id, KPK mengajak peran serta masyarakat dalam melaku-kan pengawasan terhadap penanganan jalan yang dibiayai oleh APBN/APBD. Se-mentara itu, masyarakat juga dapat melakukan pengaduan masayarakat melalui KPK Whistleblowers System yang beralamatkan di http://kws.kpk.go.id.

http://www.bpkp.go.idBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memiliki tugas melaksana-kan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan. Sejalan dengan fungsinya tersebut, situs BPKP yang beralamatkan di http://www.bpkp.go.id memberikan informasi antara lain tentang berbagai peraturan terkait dan informasi mengenai produk dan layanan unggulan BPKP.

Melalui situs ini, pengunjung juga dapat mengunduh beberapa modul seperti Modul Pelatihan Neraca, Modul Pelatihan Siklus Akuntansi, ataupun buku-buku terkait sistem keuangan daerah. Situs BPKP yang bernuansa warna merah bata ini pernah pula memperoleh penghargaan dari Warta E-Gov sebagai salah satu situs pemerintah yang terbaik pada tahun 2009.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Kemitraan – The Partnership for Governance Reform

Info SitusPengelolaan Pengetahuan

Page 49: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 3 Tahun 2010

49

Dalam konteks teoritis, pembicaraan tentang good governance tidak bisa

lepas dari proses transformasi government, karena dulu istilah pemerintahan lebih populer sebagai government, bukan governance. Pandangan ini di dasarkan ulasan Sutoro Eko dalam makalahnya “Mengkaji Ulang Good Governance”.

Transformasi government sendiri sepanjang abad ke-20 secara kronologis berlangsung melalui beberapa tahap. Tahap I adalah era abad ke-20 yang ditandai dengan konsolidasi pemerintahan demokratis (democratic government) di dunia Barat. Tahap II berlangsung pada paska Perang Dunia I, yang ditandai dengan semakin menguatnya peran pemerintah. Pemerintah mulai tampil dominan, yang

melancarkan regulasi politik, redistribusi ekonomi dan kontrol yang kuat terhadap ruang-ruang politik dalam masyarakat.

Tahap II ini adalah era dimana peran negara dominan untuk membawa perubahan sosial dan pembangunan ekonomi.

Tahap III, era tahun 1960-an sampai 1970-an, yang menggeser perhatian ke pemerintah di negara- negara Dunia

Ketiga. Era itu adalah perluasan proyek developmentalisme (modernisasi) yang dilakukan oleh dunia Barat di Dunia Ketiga, yang mulai melancarkan pendalaman kapitalisme. Pada saat yang sama pendalaman kapitalisme itu diikuti oleh kuatnya negara dan hadirnya rezim otoritarian di kawasan Asia, Amerika Latin dan Afrika. Perspektif barat mengasumsikan bahwa modernisasi akan mendorong pembangunan ekonomi dan birokrasi yang semakin rasional, partisipasi politik semakin meningkat, serta

demokrasi semakin tumbuh berkembang. Perspektif ini

kemudian gugur, karena pembangunan ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin malah diikuti oleh meluasnya rezim otoritarian yang umumnya ditopang

oleh aliansi antara militer, birokrasi sipil dan masyarakat bisnis internasional.

Tahap IV, memasuki

dekade 1980-

Mengaji Ulang Good Governance:

Transformasi Menuju Good Governance

di Dunia Global

Wacana

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 50: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

50

an, yang ditandai dengan krisis ekonomi dan finansial negara yang melanda dunia. Di Amerika ketika Reagan naik menjadi presiden maupun di Inggris ketika diperintah Margaret Tatcher, menghadapi problem serius tersebut. Di Indonesia juga menghadapi krisis ekonomi yang dimulai dengan anjloknya harga minyak. Krisis ekonomi pada dekade 1980-an mendorong munculnya cara pandang baru terhadap pemerintah. Pemerintah dimaknai bukan sebagai solusi terhadap problem yang dihadapi, melainkan justru sebagai akar masalah krisis. Karena itu pada masa ini berkembang pesat “penyesuaian struktural”, yang lahir dalam bentuk deregulasi, debirokratisasi, privatisasi, pelayanan publik berorientasi pasar. Berkembangnya isu-isu baru ini menandai kemenangan pandangan neoliberal yang sejak lama menghendaki peran negara secara minimal, dan sekaligus kemenangan pasar dan swasta.

Tahap V, adalah era 1990-an, dimana proyek demokratisasi (yang sudah dimulai dekade 1980-an) berkembang luas seantero jagad. Pada era ini muncul cara pandang baru terhadap pemerintahan, yang ditandai munculnya governance dan good governance. Perspektif yang berpusat pada government bergeser ke perspektif governance. Sejumlah lembaga donor seperti IMF dan World Bank dan para praktisi pembangunan internasional yang justru memulai mengembangkan gagasan governance dan juga good governance.

Kemunculan konsep

governance menjadi good governance punya cerita panjang, yang terkait dengan pengelolaan bantuan oleh World Bank. Setelah kemerdekaan, para pemimpin di kawasan Asia dan Afrika konon mengundang hadirnya donor dan agen-agen internasional untuk keperluan asistensi membangun badan-badan pemerintahan dan untuk pelatihan para pejabat publik. Pada waktu itu, tepatnya tahun 1960-an, bantuan-bantuan internasional tersebut dinamai pembangunan kelembagaan

(institution building) ketimbang governance. Namun memasuki tahun 1990-an, konsep pembangunan kelembagaan mengalami revitalisasi di bawah kontrol Bank Dunia, sebagai inisiatif “pembangunan kapasitas kelembagaan” (institutional capacity building) di bawah rubrik “governance untuk pembangunan”.

Bank Dunia sebagai lembaga yang untuk pertama kalinya telah memperkenalkan konsep ‘public sector management programs’ (program pengelolaan sektor publik) dalam rangka memperlakukan tata pemerintah yang lebih baik, khususnya

dalam bingkai persyaratan bantuan pembangunan, yang dikenal dengan Structural Adjustment Program (SAP, atau program penyesuaian struktural) (Dasgupta 1998; World Bank 1983: 46). Good governance dalam konteks tersebut kemudian maknanya tidak lebih sama dengan a sound of development. Sejak saat itulah awal mula gelombang penyuntikan dalam upaya memberantas ‘penyakit’ di dunia ketiga dilakukan, dengan cara mewajibkan sejumlah persyaratan-persyaratan dari Bank Dunia (yang kemudian diikuti oleh lembaga dan negara donor lainnya). Krisis di Afrika telah membawa pesan yang jelas dalam memperkenalkan sebuah konsep baru untuk melawan apa yang diidentifikasi Bank Dunia sebagai sebuah ‘crisis of governance’ atau ‘bad governance’ (World Bank 1992). Tentu, dalam menyuntikkan ide-ide governance semacam itu, telah diusung pula diskursus sebagai “pemanis” agar bisa

diterima dan terlegitimasi oleh kekuasaan diktatorial yang memang banyak berkuasa saat itu, termasuk rezim otoritarian militer Soeharto di Indonesia. Good governance dalam konteks tersebut adalah imposisi politik hukum yang dikendalikan negara-negara industrial dan agen internasional (lembaga maupun negara donor) dalam membentuk ketatapemerintahan yang berselerakan pasar (Stokke 1995; Gathii 1998). Inilah good governance yang lahir dari rahim agenda besar globalisasi.

*Dikutip dari tulisan Hermanto Rohman mengenai “ Analisa Kritis Good Governance dan Paradigma Baru Arah Pembangunan Di Era Globalisasi”

Wacana

SUMBER FOTO: ISTIMEWA

Page 51: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

51

Praktek Unggulan

Sejak tahun 2008, Kementerian Perumahan Rakyat bekerjasama dengan instansi terkait lainnya melaksanakan kegiatan Pemberian Penghargaan Adiupaya Puritama Bidang Penyelenggaraan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dan Pemerintah Kabupaten yang dianggap berhasil dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman di daerahnya. Selain Pemerintah Daerah, penghargaan Adiupaya Puritama juga diberikan kepada Pelaku Pembangunan Perumahan Sederhana Berwawasan Lingkungan, Pengelolaan dan Pemanfaatan Rusunawa, dan Lembaga Penerbit Kredit/Pembiayaan (LKPP). Tujuan adanya penghargaan ini adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap para mitra kerja serta pemerintah daerah yang memberikan kontribusi dalam program pembangunan perumahan.

Terutama bagi pemerintah daerah, pemberian penghargaan ini diharapkan dapat lebih mendorong dan memotivasi pemerintah kota dan kabupaten untuk senantiasa meningkatkan upaya penyelenggaraan perumahan dan permukiman di daerahnya masing-masing. Terlebih, sejalan dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dinyatakan bahwa perumahan merupakan urusan wajib yang menjadi wewenang pemerintah daerah.

Maka, perhatian pemerintah daerah terhadap penyelenggaraan perumahan dan permukiman di daerahnya masih sangat perlu untuk terus ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan yang disusun perlu terus dikembangkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Adanya penghargaan Adiupaya Puritama diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu untuk meningkatkan

perhatian serta kinerja pemerintah daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman di daerahnya khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memang menjadi sebuah upaya yang terus menerus dilakukan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat terpenuhi kebutuhannya untuk hidup dan bertempat tinggal di dalam sebuah rumah yang layak huni.

Adiupaya Puritama Tahun 2010Pada tahun 2010, Penghargaan Adiupaya Puritama

diberikan bertepatan dengan Peringatan Hari Perumahan Nasional. Beberapa kota yang meraih penghargaan antara lain adalah kota Pekanbaru, Jakarta Timur, dan Cimahi.

Kota Jakarta Timur misalnya, kota ini berada pada peringkat 2 untuk kategori Pemerintah Kota Metropolitan/Besar. Kota Jakarta Timur telah melakukan pembenahan wilayah, diantaranya adalah membedah daerah kumuh menjadi lingkungan yang bersih dan sehat. Ini misalnya melalui perbaikan kampung di RW 13 Cipinang Melayu dan RW 15 Klender.

Kota Pekanbaru meraih penghargaan Juara 3 untuk kategori Pemerintah Kota Metropolitan/Besar. Kota Pekanbaru selama ini telah memberikan kemudahan pelayanan birokrasi kepada pengusaha properti dalam mengembangkan perumahan dan permukiman. Pemerintah kota tersebut telah memiliki komitmen dalam memberikan fasilitas hidup yang lebih baik bagi masyarakatnya, lewat sektor perumahan.

Untuk kategori Pemerintah Kota Menengah atau Kecil, salah satu peraih penghargaan adalah kota Cimahi. Bagi kota Cimahi, penghargaan pada tahun 2010 ini merupakan kali yang kedua. Sebelumnya, pada tahun 2009, kota Cimahi juga pernah meraih

Menpera Award:

Adiupaya Puritama, Sebuah Motivasi untuk Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah bagi MBR

Page 52: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

52

penghargaan Adiupaya Puritama. Kota Cimahi memiliki beberapa program unggulan antara lain adalah program rumah susun sewa (rusunawa) dan rumah susun huni (rusunami). Luas kota yang sangat terbatas dengan jumlah penduduk yang terus meningkat membuat pemerintah kota Cimahi menerapkan konsep perumahan vertikal dan fokus pada penyehatan lingkungan di permukiman.Untuk rusunawa sendiri, Cimahi telah memiliki tujuh twin blocks yang terdiri atas tiga blok di kelurahan Cibeureum dan empat blok di kelurahan Cigugur Tengah. Sementara untuk rusunami, pembangunannya masih dalam proses di Kelurahan Baros.

Pemberian penghargaan di Tahun 2011Untuk tahun 2011, pemberian penghargaan Adiupaya

Puritama ini kembali diadakan. Tim penilai akan terdiri dari banyak pihak antara lain adalah dari Kementerian Perumahan Rakyat, Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Asosiasi (REI, APERSI, APPSI dan MP3I), Perum Perumnas serta Perguruan Tinggi. Mereka akan memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang ada.

Lalu, apa yang menjadi dasar kriteria penilaiannya? Pemberian penghargaan ini tentunya berdasarkan pada perwujudan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, aman, dan teratur, sesuai dengan UU No. 1 Tahun

SUMBER FOTO: palembang.go.id

a. KATEGORI PEMERINTAH KOTA METROPOLITAN/BESAR1. Pemerintah Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan2. Pemerintah Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta3. Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

b. KATEGORI PEMERINTAH KOTA MENENGAH/KECIL1. Pemerintah Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh 2. Pemerintah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat 3. Pemerintah Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah

c. KATEGORI PEMERINTAH KABUPATEN1. Pemerintah Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur 2. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan 3. Pemerintah Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

d. KATEGORI PEMERINTAH PROVINSIlPemerintah Provinsi Sumatera SelatanlPemerintah Provinsi AcehlPemerintah Provinsi Jawa Timur

PENERIMA PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA BIDANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TAHUN 2010

Page 53: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

53

2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Perhatian lebih terutama dikhususkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain itu, Adiupaya Puritama juga mengacu pada nilai-nilai dari Agenda Habitat yang antara lain mengamanatkan tentang pentingnya penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat (shelter for all) dengan mengedepankan strategi pemberdayaan (enabling strategy).

Kemudian, yang tak kalah penting, pemberian penghargaan ini juga mengacu pada pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu memperhatikan aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi, yang merupakan suatu sistem dalam tata kelola penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang baik. (lihat bagan).

Pemerintah daerah, melalui Provinsi mengajukan nominasi kepada Tim Juri untuk dapat berperan serta dalam penyelenggaraan Adiupaya Puritama ini. Melalui Adiupaya Puritama, tentunya daerah akan dapat saling berbagi dan belajar mengenai pengalaman berbagai daerah dalam mengupayakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Penghargaan

Adiupaya Puritama dapat menjadi dorongan motivasi kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota agar secara terus menerus mempunyai kebijakan yang pro rakyat khususnya yang terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan rumah bagi MBR. Semoga, melalui penghargaan ini, dapat memacu semangat dan meningkatkan kesadaran dari pemerintah daerah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang lebih baik. (Toni/LNP, dari berbagai sumber)

SUMBER FOTO: cimahikota.go.id

Rusunawa, Cimahi.

Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

SUMBER FOTO: palembang.go.id

Page 54: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

54

B entukan arsitektur rumah di nusantara selain memiliki bentuk (form) juga memiliki gaya (style)

yang beragam salah satunya adalah rumah panggung (platform house). Rumah panggung bukan merupakan gaya bentukan arsitektur yang baru di nusantara, hal ini bisa dibuktikan dari relief-relief candi yang ada, salah satunya pada relief yang terdapat pada candi Borobudur (Foto 1). Di Indonesia, persebaran rumah panggung ini dapat kita temui hampir di seluruh Indonesia, dari ujung barat hingga ujung timur dengan ragam bentukan arsitektur yang menonjolkan kearifan lokal daerah masing-masing. Secara garis besar, rumah panggung terbagi atas 2 (dua) bagian utama

yaitu bagian atas dan bagian bawah atau kolong.

Rumah panggung sebenarnya sangat cocok untuk iklim Indonesia yang tropis

lembab. Pada rumah panggung, lantai rumah ditinggikan jauh dari tanah

sehingga lebih hangat pada malam hari. Selain itu ‘kolong’ pada

rumah panggung memiliki fungsi lain misalnya sebagai

fungsi service. Pada jaman kolonial, rumah

panggung juga

Rumah Panggung (Platform House)

Fakta

Foto 2.Struktur Rumah

Panggung.

Foto 3.Sebaran Rumah

Panggung

Sumber: Rumah Panggung, Perahu di Kota, ACETATE, 2003

Foto 1. Relief Rumah pada Candi.

Sumber: IstimewaSumber: Rumah Panggung, Perahu di Kota, ACETATE, 2003

SUMBER FOTO-FOTO: ISTIMEWA

Page 55: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

55

mengalami perubahan, jika tiang penyangga pada rumah panggung tradisional seluruhnya menggunakan material kayu, maka pada rumah panggung yang mengalami ‘akulturasi’ dengan kolonialisme, tiang penyangga pengalami transformasi dengan adanya penggantian material yang digunakan dengan menambahkan batu bata hingga plat baja (Foto 2). Secara tipologi, rumah panggung memiliki tata ruang yang sama, hal ini dapat dilihat pada rumah panggung yang ada di daerah Sumatera Barat (Rumah Gadang), Kalimantan (Lamin/Rumah Betang), Papua (Jew). Rumah panggung yang ada di beberapa daerah tersebut biasanya tidak dihuni oleh 1 keluarga (single family) melainkan dapat dihuni oleh beberapa keluarga (multiple family). Kolong rumah pada beberapa rumah panggung juga terkadang difungsikan sebagai tempat memelihara hewan ternak.

Persebaran rumah panggung ternyata ada beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam memiliki tradisi rumah panggung. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa budaya rumah panggung atau platform house tidak hanya ada di Indonesia akan tetapi di Asia Tenggara sebagai bagian dari tradisi ‘rumah’ masyarakat Austronesian (Foto 3) (DVD)

Page 56: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

56

Dubes Australia.Duta Besar Australia untuk Indonesia Mr. Greg Moriarty melakukan audiensi dengan Menpera Suharso Monoarfa di Kantor Kemenpera. Australia menawarkan kerjasama di bidang program pembangunan perumahan.

Menpera Hadiri Rakor Kesra.Menpera Suharso Monoarfa bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II menghadiri Rakor Kesra di Kantor Menko Kesra.

Konsultasi Regional Wilayah Tengah.Menpera Suharso Monoarfa berbincang-bincang dengan sejumlah pengurus REI usai membuka Konsultasi Regional Wilayah Tengah Program Pengembangan Kawasan Tahun Anggaran 2011 yang diadakan Deputi Bidang Pengembangan Kawasan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (24/2). Kemenpera mengajak para pengembang untuk membangun rumah murah di berbagai Kawasan Siap Bangun (Kasiba) di seluruh Indonesia.

Jalan Santai HUT BTN ke -61.Para peserta jalan santai dalam rangka HUT BTN ke 61 berjalan mulai dari Menara Bank BTN, Jakarta. Tema yang diangkat pada HUT BTN ke – 61 ini adalah Kebersamaan Untuk Kinerja Yang Lebih Baik.

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

Pelantikan Eselon III.

Menpera Suharso Monoarfa melantik sejumlah peja-

bat Eselon III di lingkungan Kemenpera. Para pejabat di

lingkungan Kemenpera yang dilantik diharapkan dapat

bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan

terbaik untuk masyarakat.

RUBY MARCHELINNUS/ INFORUM

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

RISTYAN MEGA PUTRA/ INFORUM

Galeri Foto

Page 57: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

57

Lingkungan Hunian

BerimbangRedaksi menerima artikel, berita,

karikatur yang terkait bidang perumahan rakyat dari pembaca.

Lampirkan gambar/foto dan identitas penulis ke alamat email redaksi.

Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12, spasi 1,5.

Redaksi juga menerima saran maupun tanggapan terkait bidang perumahan rakyat ke email majalah.inforum@

gmail.com atau saran dan pengaduan di www.kemenpera.go.id

SUMBER FOTO-FOTO: ISTIMEWA

Edisi

Depan

Page 58: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

58

Pada waktu yang hampir bertepatan dengan penyelenggaraan sesi ke-23 Governing Council ini, juga akan digelar Rapat ke-2 Biro

APMCHUD ke-3 pada tanggal 10 April 2011. Rapat biro ini merupakan kelanjutan dari rapat biro yang telah dilaksanakan di Bali pada tanggal 29 November 2010. Dalam rapat ke-2 ini, Indonesia masih bertindak sebagai penyelenggara karena Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Suharso Monoarfa, ditunjuk sebagai Ketua Biro APMCHUD.

Beberapa isu yang yang akan dibahas dalam rapat biro ini masih merupakan rangkaian dari rapat biro ke-1 di Bali, yaitu tindak lanjut dari Deklarasi Solo dan juga Rencana Aksi Implementasi Solo yang telah disepakati sebelumnya. Dalam pertemuan ini, DelRI juga berkewajiban untuk melaporkan informasi terbaru tentang perkembangan isu Pembiayaan Perumahan (Housing Finance) di Indonesia

serta tindak lanjut dari kelompok kerja 5 yang membahas tentang Partisipasi Masyarakat dalam

Menghadapi Perubahan Iklim, dimana Indonesia bertindak sebagai ketua dalam kelompok

kerja tersebut. Beberapa materi lain yang akan disampaikan dalam rapat biro tersebut adalah kelanjutan dari Regional Center of Community Empowerment on Housing Urban Development (RCCEHUD), yang bertempat di Bandung, sebagai wadah pengembangan pengetahuan yang

berkaitan dengan pemberdayan masyarakat dan masalah permukiman perkotaan.

Rapat ke-2 Biro APMCHUD 3 ini adalah serangkaian pertemuan yang dilakukan setelah terlaksananya konferensi APMCHUD 3 di Solo pada bulan Juni 2010. Pertemuan biro ini akan berlangsung sebanyak 5 kali, selanjutnya rapat biro akan diselenggarakan di Korea pada kuartal akhir tahun 2011. (Day)

Governing Council merupakan forum tingkat tinggi pemerintahan setingkat menteri untuk menentukan arahan dan anggaran organisasi UN-

Habitat untuk periode dua tahunan ke depan. Governing Council melapor kepada Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC – Economic and Social Council), yang mengoordinasikan kegiatan berbagai badan di bawah General Assembly. Setiap Negara mempunyai perwakilan tetap di Nairobi di mana pejabat senior UN-Habitat bertemu secara berkala sepanjang tahun dalam Komite Perwakilan Tetap (Committee of Permanent Representatives).

Saat ini Governing Council beranggotakan 58 negara. Indonesia menjadi anggota kelompok Negara Asia yang juga beranggotakan negara Asia lainnya yaitu; Afghanistan, Bahrain, Bangladesh, China, India, Iran, Irak, Jepang, Pakistan, Republik Korea, Saudi Arabia dan Srilanka.

Governing Council berfungsi sebagai media untuk menetapkan kebijakan UN-Habitat melalui pengembangan tujuan, prioritas dan pedoman terkait dengan program bidang permukiman; memantau kegiatan dengan mitra kerja dan memberi masukan untuk meningkatkan kinerja.

Forum tingkat tinggi ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali dan bertempat di Markas Besar UN-Habitat di Nairobi, Kenya. Pertemuan Governing Council ke-23 tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 11-15 April 2011. Tema yang dipilih untuk sesi kali ini adalah “Sustainable

Urban Development through Expanding Equitable Access to Land, Housing, Basic Services and Infrastructure”. Isu-isu yang akan didiskusikan pada Governing Council ini antara lain, dialog yang berhubungan dengan tema khusus, kegiatan – kegiatan UN-Habitat termasuk didalamnya masalah koordinasi dan

juga mengenai Program Kerja dan Anggaran UN-Habitat tahun 2012-1013. Selain mengikuti rapat, setiap negara yang berpartisipasi dalam Governing Council ke-23 ini berpeluang untuk memamerkan hasil karya dan inisiatif mitra kerja UN-Habitat dalam menjawab tantangan keberlanjutan pengembangan perkotaan. Delegasi RI (DelRI) akan memaparkan beberapa hal penting mengenai country profile Indonesia, kemajuan yang telah dicapai negara ini dalam mendukung Agenda Habitat serta sekilas tentang APMCHUD III yang telah diselenggarakan di Solo, 2010. (Day)

Agenda

Sekilas tentang Governing Council ke-23

Rapat ke-2 Biro APMCHUD III

Page 59: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

Edisi 1 Tahun 2011

59

“Remajakan Jakarta dengan Rumah Susun”Cosmas Batubara

SUMBER FOTO-FOTO: ISTIMEWA

Page 60: Good Governance. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman. Inforum Edisi 1 Tahun 2011

60

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

“Sinergitas yang saling menguntungkan antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk Masyarakat”

Kementer ian Perumahan RakyatRepubl ik IndonesiaJl . Raden Patah I No.1, Kebayoran BaruJakarta Selatan 12110Telp. (021) 7226601www.kemenpera.go. id

SUMBER FOTO: ISTIMEWA, KEMENPERA