Goneometer, O-1

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sifat cahaya adalah dapat dibedakan (didifraksikan).Pembiasan terjadi.Pembiasan adalah pembelokkan cahaya akibat perbedaan kecepatan rambat melalui 2 medium yang berbeda kerapatan optiknya. Ketika cahaya jatuh ke permukaan prisma, maka akan mengalami pembiasan, hal ini disebabkan karena cahaya datang dari medium kurang rapat ke yang lebih rapat. Cahaya yang dilewatkan pada celah sempit, atau kisi – kisi dapat mengalami pelenturan.Setelah melewati celah berkas berkas tersebut, maka dapat berinterferensi pada suatu titik di layar. 1.2 Identifikasi Masalah Cahaya yang jatuh pada permukaan prisma dapat menyebabkan terjadinya peristiwa pembiasan.Jika kita ingin mengetahui refraksiindeks pada sebuah prisma , nilai refraksi indeks tersebut dapat diukur melalui goneometer, yang memakai prinsip pembiasan pada 1

Transcript of Goneometer, O-1

Page 1: Goneometer, O-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sifat cahaya adalah dapat dibedakan (didifraksikan).Pembiasan

terjadi.Pembiasan adalah pembelokkan cahaya akibat perbedaan kecepatan rambat

melalui 2 medium yang berbeda kerapatan optiknya.

Ketika cahaya jatuh ke permukaan prisma, maka akan mengalami pembiasan,

hal ini disebabkan karena cahaya datang dari medium kurang rapat ke yang lebih

rapat.

Cahaya yang dilewatkan pada celah sempit, atau kisi – kisi dapat mengalami

pelenturan.Setelah melewati celah berkas – berkas tersebut, maka dapat

berinterferensi pada suatu titik di layar.

1.2 Identifikasi Masalah

Cahaya yang jatuh pada permukaan prisma dapat menyebabkan terjadinya

peristiwa pembiasan.Jika kita ingin mengetahui refraksiindeks pada sebuah prisma ,

nilai refraksi indeks tersebut dapat diukur melalui goneometer, yang memakai prinsip

pembiasan pada prisma.Yang prismanya sama sisi, atau sama kaki.Goneometer juga

dapat digunakan untuk mengukur deviasispektra sebuah kisi, dan untuk mengukur

sudut batas refleksi total, misalnya pada bidang batas cair dan gelas dengan

menggunakan goneometer ini, kita dapat mengukur indeks bias prisma dengan

bantuan cahaya monokromatik (disini cahaya natrium) dan dapat menentukan

konstanta kisi melalui sifat pelenturan cahaya (difraksi).

1.3 Tujuan Percobaan

1. Mengukur indeks bias prisma dengan menggunakan cahaya natrium.

2. Menentukan konstanta kisi

1

Page 2: Goneometer, O-1

1.4 Metoda Percobaan

1.Praktikum laboratorium

Mengambil kesimpulan antara teori yang ada dengan hasil praktikum yang

telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

2. Deskriftif

Permasalan yang dihadapi dalam percobaan /praktikum yang tidak sesuai

dengan teori perlu dipecahkan

3. Kepustakaan

Berdasar pada hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu fisika yang dapat

mendasari percobaan ini.

1.5 Sistematika Penulisan

COVER

LEMBAR PENGESAHAN (PENILAIAN)

ABSTRAK (INTISARI)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Tujuan Percobaan

1.4 Metoda Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

1.6 Waktu dan Tempat Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKABAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan percobaan

3.2 Prosedur Percobaan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

2

Page 3: Goneometer, O-1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

1.6. Waktu dan Tempat Percobaan

Hari/ Tanggal : Selasa 3 & 10 Mei 2005

Waktu : Pkl. 08.00 – 11.30 WIB

Tempat percobaan : Laboratorium Fisika Menengah, Jurusan Fisika UNPAD,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Jatinangor,Kab. Sumedang.

3

Page 4: Goneometer, O-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik dan trasversal dapat mengalami

pembiasan (refraksi). Pembiasan terjadi karena adanya perubahan kecepatan cahaya

dalam dua medium yang berbeda. Selain dapat mengalami pembiasan, cahaya juga

dapat dilenturkan (difraksi) apabila cahaya tersebut dilewatkan pada celah sempit

atau kisi.

Pada eksperimen kali ini kita akan membahas kedua sifat cahaya di atas tadi,

yaitu: Pembiasan (refraksi) dan Pelenturan (difraksi) dengan menggunakan suatu alat

yang dinamakan goneometer.

Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Prisma adalah sebuah benda bening yang terbuat dari kaca dan tembus cahaya

yang dibatasi oleh dua bidang segitiga yang sejajar dan tiga bidang persegi panjang

yang membentuk sudut satu sama lain (gambar 2.1). Kedua bidang permukaan yang

digunakan untuk membias disebut sudut pembias (β).

4

Page 5: Goneometer, O-1

Jika seberkas cahaya menembus bidang batas dua medium yang berbeda (dari

udara ke kaca atau sebaliknya), cahaya dari medium satu ke medium lainnya akan

mengalami pembiasan. Besar sudut datang dan sudut pembiasan cahaya akan

memenuhi Hukum Snellius I dimana .

Apabila cahaya monokromatis (cahaya yang tidak dapat diuraikan dan hanya

mempunyai satu gelombang tertentu, pada percobaan kali ini kita menggunakan

cahaya natrium dengan panjang gelombang 5893 A) datang pada bidang pembias

prisma sebelah kiri seperti diperlihatkan gambar di bawah ini (gambar 2.2).

5

Page 6: Goneometer, O-1

Cahaya yang masuk ke dalam prisma mengalami pembiasan yang didasarkan pada

Hukum II Snellius dimana cahaya yang masuk tersebut mengalami pembiasan yang

arahnya mendekati garis normal. Adapun cahaya yang keluar dari prisma ke udara

melalui bidang pembias sebelah kanan, akan mengalami pembiasan yang arahnya

menjauhi garis normal.

Perpotongan garis perpanjangan sinar masuk dan sinar yang keluar dari

prisma akan membentuk sebuah sudut yang disebut sudut deviasi (D). Jadi. sudut

deviasi (D) adalah sudut apit yang terbentuk dari perpanjangan sinar datang dan sinar

bias. N1 adalah garis normal yang tegak lurus pada bidang pembias sebelah kiri dan

N2 garis normal yang tegak lurus pada bidang pembias sebelah kanan. Adapun dan

merupakan sudut datang dan sudut bias pada bidang pembias sebelah kiri

sedangkan dan merupakan sudut datang dan sudut bias bidang pembias sebelah

kanan. Menurut fungsi trigonometri sudut deviasi dapat ditentukan sebagai berikut:

β = D =

Karena = + dan = + , sehingga

= - dan = - , maka

D = ( - ) + ( - )

6

Page 7: Goneometer, O-1

= ( + ) – ( + )

Apabila kita tinjau segitiga OPQ maka

POQ + PQO + A = 180°

(90° - ) + (90° - ) + A = 180°

180° - - + A = 180°

A = +

Sehingga D = + - A

Deviasi minimum (Dm) terjadi jika sinar yang di dalam prisma sejajar dengan

bidang alas atau = dan = , maka:

Dm = 2 - A dan A = 2 , Sehingga:

= ½ (A + Dm) dan = ½ A

Dengan menggunakan Hukum Snellius di titik O:

Pelenturan Pada Kisi

Difraksi merupakan peristiwa dimana cahaya dapat dilenturkan pada saat

gelombang cahaya memasuki celah sempit. Menurut Huygens setiap bagian celah

akan menjadi suatu sumber gelombang atau cahaya biru. Celah sempit yang dilalui

cahaya merupakan kisi. Difraksi terjadi pada :

a. Difraksi pada celah tunggal

Q interferensi

7

Page 8: Goneometer, O-1

S

P interferensi

Cahaya yang keluar dari titik S adalah cahaya yang terdifraksi. P dan Q merupakan

titik interferensi.

Untuk difraksi celah tunggal kita menggunakan persamaan interferensi akan tetapi

untuk difraksi maksimum kita menggunakan persamaan untuk interferensi

minimum pada interferensi sedangkan untuk difraksi minimum pada difraksi

menggunakan persamaan interferensi maksimum pada interferensi.

b. Difraksi pada kisi atau celah banyak.

O

Titik O merupakan titik interferensi cahaya yang keluar dari kisi. Maka dengan itu

dalam difraksi celah banyak kita menggunakan persamaan yang sama dengan

persamaan interferensi cahaya.

8

Page 9: Goneometer, O-1

Penurunan rumus bisa didapat dari gambar di atas:

Interferensi terjadi karena adanya beda lintasan yang ditempuh oleh cahaya I dan II

dari So ke P cahaya I menempuh lintasan (SoS1 +S1P) sedangkan cahaya II

menempuh lintasan (SoS2 + S2P) , maka beda lintasan adalah:

S2P – S1P = a sin S = a sin

Untuk interferensi maksimum dimana geombang saling menguatkan (destruktif) jika

beda fasanya = 0, 2 , 4 , 6 ,… rad atau kelipatan genap dari (gambar 2.3),

ditulis:

9

Page 10: Goneometer, O-1

= (2m) , m = 0,1,2,3,….

Beda fasa menunjukkan beda lintasan ½ . Dengan demikian, interferensi

maksimum terjadi jika beda lintasan S adalah kelipatan dari ½ , ditulis:

S = (2m) ½ , m = 0,1,2,3,….

a sin = m

10

Page 11: Goneometer, O-1

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan Percobaan

1. Goneometer :

a. Teropong

b. Cakram berskala

c. Meja objek

d. Kolimator

2. Lampu natrium

3. Sumber tegangan 110 V

4.Prisma

5. Pelat Kisi

3.2. Prosedur Percobaan

Persiapan :

1. Memposisikan teropong dan kolimator sedemikian rupa sehingga mempunyai

ketinggian yang sama dan terletak dalam satu garis lurus.

2. Jika perlu, melakukan prosedur penyetelan teropong, sbb :

a. Melepaskan teropong dari goneometer, dan menyetel okuler (diputar)

sehingga garis silang menjadi tidak jelas, dan kemudian diputar ke dalam , hingga

terlihat bayangan garis silang yang tajam.

b. Mengarahkan teropong menuju suatu benda di tempat yang jauh (± 20 m), dan

menggesar okuler dengan garis silangnya, sehingga bayangan dari benda jatuh

pada bidang garis silang. Pergeseran okuler dengan garis silang boleh dilakukan

apabila cincin jepitnya telah dilepaskan.

c. Memasang kembali teropong pada goneometer

11

Page 12: Goneometer, O-1

3. Pada setiap percobaan harus digunakan berkas cahaya sejajar, yaitu cahaya

yang diperoleh dari kolimator.Dalam hal ini, digunakan sumber cahaya lampu

natrium (λ = 5890 Ǻ). Lampu natrium dinyalakan dengan menghidupkan sumber

tegangan 110 V.

4. Untuk memperoleh berkas sejajar dilakukan dengan mengatur posisi teropong

sedemikian rupa sehingga celah kolimator terletak pada bidang fokus. Keadaan

ini terjadi jika bayangan celah terlihat tajam pada bidang garis silang.Memutar

garis silang, sehingga garis vertikal sejajar dengan celah kolimator.

Pengukuran Indeks Bias

1. Menentukan sudut bias prisma

Prisma sama sisi

a. Meletakkan prisma di atas meja objek, dan menjepitnya, mengusahakan

agar lubang penjepit terletak di pertengahan sisi prisma (Gb. 1) :

Gambar 1. Posisi prisma pada meja optis untuk mengukur sudut bias A

12

Page 13: Goneometer, O-1

b. Menentukan kedudukan nol teropong yaitu pada saat kolimator sejajar

dengan teropong (garis vertikal pada teropong berhimpit dengan berkas

cahaya sejajar).

c. Menggeser teropong ke sebelah kiri sehingga sinar yang dipantulkan oleh

sisi kiri prisma dapat ditangkap oleh teropong.Mencatat kedudukan

teropong pada keadaan tersebut.

d. Menentukan besar harga α kiri.

e. Menggeser prisma sehingga berkas sinar yang datang terletak pada

pertengahan sisi kanan prisma, melakukan hal yang sama untuk sisi kiri

prisma.

f. Menentukan kedudukan nol teropong.

g. Menggeser teropong ke sebelah kanan, sehingga sinar sejajar yang

dipantulkan oleh sisi kanan prisma dapat ditangkap oleh teropong.Mencatat

kedudukan teropong pada keadaan tersebut.

h. Menentukan besar harga α kanan

i. Mengulangi percobaan a s/d h beberapa kali, minimal 10 kali.

Prisma Sama Kaki

a. Mengganti prisma sama sisi dengan prisma sama kaki

b. Melakukan percobaan 1 s/d i untuk prisma sama kaki.

2. Menentukan deviasi minimum

a. Meletakkan prisma seperti pada gambar 2 :

13

Page 14: Goneometer, O-1

Sudut deviasi

Gb. 2 Posisi prisma untuk mencari sudut deviasi

b. Menentukan kedudukan nol, kemudian menggeser teropong ke kanan,

sehingga sinar ditangkap oleh teropong dan berimpit dengan garis vertikal

yang terdapat pada teropong.

c. Memutar meja optik ke kiri secara perlahan, juga memutar teropong searah

dengan putaran meja optik, hingga sinar dapat ditangkap oleh teropong.

d. Melakukan percobaan 3 hingga diperoleh sudut deviasi yang paling kecil.

3. Menentukan Konstanta Kisi

Posisi kisi tegak lurus sinar

a. Meletakkan kisi pada meja optis dengan posisi tegak lurus terhadap sinar

datang.

b. Menentukan kedudukan nol teropong.

c. Menggeser teropong ke kiri, sehingga teropong dapat menangkap sinar

pertama (orde pertama ) yang dilenturkan oleh kisi.

d. Mencatat kedudukan teropong pada keadaan tersebut.

e. Menentukan besar sudut pelenturan θ untuk orde pertama.

f. Melakukan prosedur c s/d e untuk orde berikutnya (hingga orde 3).

14

Page 15: Goneometer, O-1

g. Melakukan percobaan b s/d e untuk penggeseran teropong dari kedudukan nol

ke kanan.

h. Mengulangi percobaan c s/d g beberapa kali (minimal 10).

Posisi kisi, sinar datang membentuk sudut 45 terhadap bagian kanan kisi

a. Menentukan kedudukan nol teropong (teropong sejajar dengan kolimator,

berkas sinar berimpit dengan garis vertical yang terdapat pada teropong).

b. Mengeser teropong ke kanan, sampai teropong dapat menangkap sinar

yang didifraksikan oleh kisi (orde pertama).

c. Melakukan untuk orde berikutnya hingga orde tiga.

d. Mengulangi percobaan b dan c minimal 10 kali.

Posisi kisi, sinar datang membentuk sudut 45 terhadap bagian kiri kisi

a. Menentukan kedudukan nol teropong (teropong sejajar dengan kolimator,

berkas sinar berimpit dengan garis vertical yang terdapat pada teropong).

b. Mengeser teropong ke kanan, sampai teropong dapat menangkap sinar

yang didifraksikan oleh kisi (orde pertama).

c. Melakukan untuk orde berikutnya hingga orde tiga.

d. Mengulangi percobaan b dan c minimal 10 kali.

Sinar datang Sinar datang Sinar datang

45 45

teropong kedudukan nol teropong kedudukan nol teropong kedudukan nol

15

Page 16: Goneometer, O-1

BAB IV

PERHITUNGAN DAN DATA

Pembahasan:

1. Menghitung indeks bias gelas

Menentukan sudut bias prisma (A)

untuk α kiri A = titik nol – α kiri

untuk α kanan A = α kanan – titik nol

Misal: Prisma sama sisi; titik nol = 101o; α kiri = 40o

maka, didapat nilai A = 101o – 40o = 61o

Setelah didapat keseluruhan hasil perhitungan, maka dicari nilai rata-ratanya,

dengan menggunakan rumus :

Dengan cara dan rumus yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut :

1. Menentukan Sudut BiasDiubah ke dalam derajad :Prisma sama sisi        

No titik nolalfa kiri A

titik nol

alfa kanan A

1 26.06 338.32 47.74 26.06 99.53 73.472 26.06 337.04 49.02 26.06 99.42 73.363 26.06 337.48 48.58 26.06 99.05 72.994 26.06 337.04 49.02 26.06 99.45 73.395 26.06 337.5 48.56 26.06 99.52 73.466 26.06 337.5 48.56 26.06 99.53 73.477 26.06 337.53 48.53 26.06 99.53 73.478 26.06 338.6 47.46 26.06 99.35 73.299 26.06 337.53 48.53 26.06 99.47 73.41

16

Page 17: Goneometer, O-1

10 26.06 337.53 48.53 26.06 99.42 73.36Rata-rata 48.453 73.367

Prisma sama kaki

No titik nolalfa kiri A

titik nol

alfa kanan A

1 26.06 103.15 77.09 26.06 69.45 43.392 26.06 133 106.94 26.06 69.03 42.973 26.06 133.05 106.99 26.06 69.45 43.394 26.06 132.8 106.74 26.06 69.4 43.345 26.06 102.3 76.24 26.06 69.4 43.346 26.06 103.3 77.24 26.06 69 42.947 26.06 103.3 77.24 26.06 69 42.948 26.06 103.3 77.24 26.06 69.06 439 26.06 103.3 77.24 26.06 69 42.94

10 26.06 103.3 77.24 26.06 69 42.94Rata-rata 86.02 43.119

Menentukan deviasi minimum (Dm)

Dm = titik nol - Dev

Misal: Prisma sama sisi; titik nol = 101,16o; Deviasi = 53o

Maka didapat : Dm = 101,16o – 53o = 48,16o

Setelah didapat hasilnya, maka dicari Deviasi minimum yang nilainya paling

kecil.

2. Menghitung deviasi minimum

noPrisma sama sisi  

Prisma sama kaki  

  titik nol Deviasi titik nol Deviasi1 26.06 22.67 26.06 10.062 26.06 23.15 26.06 103 26.06 23.15 26.06 104 26.06 22.67 26.06 10.015 26.06 21 26.06 106 26.06 22.04 26.06 10.127 26.06 22.2 26.06 10.058 26.06 22.2 26.06 10

17

Page 18: Goneometer, O-1

9 26.06 21.03 26.06 10.0310 26.06 21.26 26.06 10.08

noPrisma sama sisi    

Prisma sama kaki    

  titik nol Deviasi Dm titik nol Deviasi Dm1 26.06 22.67 3.39 26.06 10.06 162 26.06 23.15 2.91 26.06 10 16.063 26.06 23.15 2.91 26.06 10 16.064 26.06 22.67 3.39 26.06 10.01 16.055 26.06 21 5.06 26.06 10 16.066 26.06 22.04 4.02 26.06 10.12 15.947 26.06 22.2 3.86 26.06 10.05 16.018 26.06 22.2 3.86 26.06 10 16.069 26.06 21.03 5.03 26.06 10.03 16.0310 26.06 21.26 4.8 26.06 10.08 15.98Dm rata     42.53     3.3

Setelah didapat nilai A dan Dm, maka kita dapat menghitung indeks bias prisma

tersebut dengan menggunakan rumus :

Misal: Prisma sama sisi, α kiri, dengan = 63,386 ; Dm terkecil = 42.3o

Maka, didapatkan indeks biasnya adalah :

Kita dapat membandingkannya dengan n literatur, yaitu n gelas = 1,5.

Maka KP nya adalah : 100 – 26,8 % = 98,8666 %

18

Page 19: Goneometer, O-1

Dengan cara yang sama, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Prisma sama sisi  

Prisma sama kaki  

  kirikana

n kirikana

nA rata 48.453 73.367 86.02 43.119

Dm rata 3.923   16.025  n 1.0423 1.3771 1.02735 1.2134

KSR 169.49 191.81 31.51 180.89

2. Menghitung konstanta kisi

Rumus: ,

Untuk mendapatkan nilai dari α akhir, yaitu dengan cara:

Untuk α kiri α = titik nol – kiri

Untuk α kanan α = kanan – titik nol

Misal: posisi kisi tegak lurus sinar datang, untuk kisi 100; α kiri orde 1; = 6,594

maka: . Dengan cara dan rumus yang sama

diperoleh hasil sebagai berikut:

2.menghitung konstanta kisia. kisi tegak lurus100No. ttk nol

    kiri knn kiri knn kiri knn 1. 21.5 29.33 212 24.02 214.3 22 217.32. 21.5 22.36 213.083 26.28 215.3 24.15 219.313. 21.5 30.33 212 26.083 214.3 24.13 217.34. 21.5 29.33 212.02 27 214.36 24.08 217.465. 21.5 29.33 213 26.08 214.3 24.08 217.36. 21.5 29.33 213 27 214.36 24 218.37. 21.5 29.33 212 26.08 214.42 24.1 217.588. 21.5 29.33 212.58 26.05 214.4 24.06 218.319. 21.5 29.33 213 26.083 214.3 24 218

19

Page 20: Goneometer, O-1

10. 21.5 29.33 212.083 27 214.36 24.1 218.3

No. ttk nol     kiri knn 1. 21.5 29.33 -7.83 212 190.52. 21.5 22.36 -0.86 213.083 2130623. 21.5 30.33 -8.83 212 190.54. 21.5 29.33 -7.83 212.02 190.525. 21.5 29.33 -7.83 213 191.56. 21.5 29.33 -7.83 213 191.57. 21.5 29.33 -7.83 212 190.58. 21.5 29.33 -7.83 212.58 191.089. 21.5 29.33 -7.83 213 191.510. 21.5 29.33 -7.83 212.083 212062

rata     -7.233   42665.1a     -0.0047   -0.0067

  kiri knn kiri knn 24.02 -2.52 214.3 192.8 22 -0.5 217.3 195.826.28 -4.78 215.3 193.8 24.15 -2.65 219.31 197.8126.083 -26062 214.3 192.8 24.13 -2.63 217.3 195.8

27 -5.5 214.36 192.86 24.08 -2.58 217.46 195.9626.08 -4.58 214.3 192.8 24.08 -2.58 217.3 195.8

27 -5.5 214.36 192.86 24 -2.5 218.3 196.826.08 -4.58 214.42 192.92 24.1 -2.6 217.58 196.0826.05 -4.55 214.4 192.9 24.06 -2.56 218.31 196.8126.083 -26062 214.3 192.8 24 -2.5 218 196.5

27 -5.5 214.36 192.86 24.1 -2.6 218.3 196.8  -5216.1   192.94   -2.37   196.416  -0.0171   -0.0053   -0.0427   -0.0063

300

No.ttk nol

    kiri kiri kiri 1. 21.5 20.36 1.14 3 18.5 0 21.5

20

Page 21: Goneometer, O-1

2. 21.5 12 9.5 4.3 17.2 0 21.53. 21.5 11 10.5 4.06 17.44 348 33.54. 21.5 11 10.5 4.06 17.44 0 21.55. 21.5 11 10.5 4.06 17.44 0 21.56. 21.5 11 10.5 4.133 -4111.5 0 21.57. 21.5 11.3 10.2 4.3 17.2 0 21.58. 21.5 12 9.5 4.3 17.2 348 33.59. 21.5 20.3 1.2 4.36 17.14 359.58 21.9210. 21.5 20.36 1.14 4.06 17.44 0 21.5

rata     7.468   -395.45   23.942a     0.00453   -0.002   0.00435

b. kisi 45

600No. ttk nol

    kiri knn 1. 66.5 40.2 26.3 242 175.52. 66.5 40.2 26.3 240.1 173.63. 66.5 40.2 26.3 240.3 173.84. 66.5 40 26.5 240.16 173.665. 66.5 40.2 26.3 242.16 175.666. 66.5 40.13 26.37 242 175.57. 66.5 40.2 26.3 242.16 175.668. 66.5 40.2 26.3 240.1 173.69. 66.5 40.2 26.3 242 175.510. 66.5 40.2 26.3 242 175.5

rata     26.327   174.798a     0.00133   0.0065

  kiri knn kiri knn 21.5 45 - -66.5 3.3 63.2 -  -66.521.5 45 - -66.5 4 62.5  - -66.521.5 45 - -66.5 3.5 63  - -66.521.43 45.07 - -66.5 3.5 63  - -66.521.3 45.2 - -66.5 4 62.5  - -66.5

21

Page 22: Goneometer, O-1

21.3 45.2 - -66.5 3.3 63.2  - -66.521.3 45.2 - -66.5 3.3 63.2  - -66.521.43 45.07 - -66.5 4 62.5  - -66.521.3 45.2 - -66.5 3.5 63  - -66.521.5 45 - -66.5 3.5 63  - -66.5

  45.094   -66.5   62.91   -66.5  0.00166   -0.0013   0.00198   -0.0019

Kisi 45

300 garis

No. ttk nol     kiri knn 1. 66.5 56 10.5 250.5 1842. 66.5 56.16 10.34 253.08 186.583. 66.5 57 9.5 251.13 185.034. 66.5 56.1 10.4 250.5 1845. 66.5 56 10.5 254.42 188.326. 66.5 56.16 10.34 250.5 1847. 66.5 56 10.5 250.5 1848. 66.5 56.06 10.44 251.13 185.039. 66.5 56 10.5 251.13 185.0310. 66.5 56 10.5 251.13 185.03

rata     10.352   185.102a     0.00328   -0.0066

  kiri knn kiri knn 43.58 22.92 -  -66.5 32.3 34.2 -  -66.543.5 23  - -66.5 32.16 34.34  - -66.543.42 23.08  - -66.5 32.25 34.25  - -66.543.42 23.08  - -66.5 32.3 34.2  - -66.543.58 22.92  - -66.5 32.25 34.25  - -66.543.5 23  - -66.5 32.16 34.34  - -66.543.58 22.92  - -66.5 32.25 34.25  - -66.542.68 23.82  - -66.5 32 34.5  - -66.543.58 22.92  - -66.5 32.3 34.2  - -66.5

22

Page 23: Goneometer, O-1

43.5 23  - -66.5 32.16 34.34  - -66.5  23.066   -66.5   34.287   -66.5  0.00301   -0.0013   0.00314   -0.0019

Kisi 45

100 garis

No. ttk nol     kiri kiri kiri 1. 66.5 37.5 29 350 76.5 32.3 34.22. 66.5 38.23 28.27 350 76.5 32.3 34.23. 66.5 38 28.5 350 76.5 32.36 34.144. 66.5 38.23 28.27 350 76.5 32.3 34.25. 66.5 38 28.5 350 76.5 32.3 34.26. 66.5 38.52 27.98 350 76.5 32.3 34.27. 66.5 38.23 28.27 350 76.5 32.3 34.28. 66.5 37.5 29 350 76.5 32.3 34.29. 66.5 38 28.5 350 76.5 32.3 34.210. 66.5 37.5 29 350 76.5 32.3 34.2

rata     28.529 350 76.5 32.3 34.194a     0.00123   0.00121   0.00314

23

Page 24: Goneometer, O-1

BAB V

KESIMPULAN

Pada eksperimen kali ini dengan menggunakan goneometer kita dapat

mengetahui nilai untuk menghitung indeks bias dari prisma dan konstanta kisi.

Cahaya natrium yang masuk melalui prisma dibiaskan dua kali, cahaya yang keluar

dari prisma membentuk sudut dengan mengurangi titik nol dengan kita akan

mendapatkan nilai sudut bias (A) dari prisma tersebut. Kemudian dengan cara yang

sama kita juga dapat menentukan nilai sudut deviasi dari prisma tersebut. Dengan

mengurangi titik nol dengan nilai sudut deviasi maka kita akan mendapatkan besar

sudut deviasi minimum (Dm). Kemudian kita hitung indeks bias prisma tersebut

dengan menggunakan rumus:

Untuk menghitung konstanta kisi, dapat terlihat bahwa semakin banyak

garis/mm, cahaya yang terlihat semakin tidak jelas. Sehingga kita tidak dapat melihat

cahaya pada orde ke-3 mulai dari kisi 300. Kita mendapatkan bayangan terjelas pada

kisi 100 garis/mm, dan dapat terlihat sampai orde ke 3. Karena pada kisi tersebut

jarak antara orde terang dan orde gelap jauh, sehingga cahaya yang terlentur dapat

terfokus. Sedangkan kisi 600 garis/mm, jarak antara orde terang dan gelapnya dekat,

sehingga cahaya yang dilenturkan terpendar (tidak terfokus).

24

Page 25: Goneometer, O-1

DAFTAR PUSTAKA

Brink,O.G , Flink,R,J , Sobandi, Sachri, Ir. 1984. Dasar – dasar Ilmu

Instrumen .Surabaya : Binacipta.

Halliday & Resnick. 1997.Fisika Jilid Ketiga. Jakarta: Erlangga.

25