Globalisasi Dan Global Governance

54
Critical Review: “GLOBALISASI DAN PEMBENTUKAN INSTITUSI INTERNASIONAL” (Cary Coglianese) Diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah Global Governance Dosen: Sendy Kristiani, S. IP Oleh: Kelompok 9:

Transcript of Globalisasi Dan Global Governance

Page 1: Globalisasi Dan Global Governance

Critical Review:

“GLOBALISASI DAN

PEMBENTUKAN INSTITUSI INTERNASIONAL”

(Cary Coglianese)

Diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah Global Governance

Dosen:

Sendy Kristiani, S. IP

Oleh:

Kelompok 9:

Page 2: Globalisasi Dan Global Governance

Denny L. Sihombing 170210070093

Resti Regina 170210070074

Septaris B. Perhusip 170210070096

Ice Nopianti 170210070109

Hilda Kurnia Fitri 170210070028

Fadel Fadillah 170210070114

Fitria Risdayanti 170210070034

Otniel Pati Roni S. 170210070083

Rani Kartika 170210070023

Mariana

Page 3: Globalisasi Dan Global Governance

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009

BAB I

REVIEW ARTIKEL

GLOBALISASI DAN PEMBENTUKAN INSTITUSI INTERNASIONAL

(Cary Coglianese)

Globalisasi saat ini membawa dunia kepada suatu bentuk yang dinamakan

koordinasi internasional dan aksi kolektif. Perluasan pasar membawa

interdependensi yang cukup dalam dan pertumbuhan permintaan dalam koordinasi

dan pengaturan yang luas dalam berbagai bidang meliputi ketahanan pangan,

keuangan, dan standar produk. Peningkatan kecepatan dan pengurangan biaya

dalam komunikasi global tergantung pada bagian luas dari sebuah koordinasi aksi

internasional dalam menjamin kesesuaian jaringan. Masalah lingkungan global

seperti perubahan iklim menjadi prominen yang membutuhkan aksi kolektif

dalam skala global. Sebagai sebuah keberuntungan dan takdir dari masyarakat

dunia untuk lebih saling terhubung, keterlanjutan aksi internasional akan

dibutuhkan untuk mengalamatkan sejumlah besar masalah global.

Usaha untuk menanggulangi masalah global sering kali menjadi pusat dari

kreasi berbagai macam bentuk dari institusi internasional. Dengan institusi, baik

aturan internasional dan organisasi internasional. Organisasi internasional dapat

berbentuk IGO atau NGO, dalam bahasan ini akan menekankan pada IGO.

Dipahami sebagai aturan dan organisasi, institusi internasional menjadi subjek

dari sebuah badan penelitian khusus dalam bidang hubungan internasional.

Banyak peneliti institusionalist terfokus akan mengapa institusi internasional

diciptakan dan mengapa mereka dapat mempengaruhi tingkah laku politik secara

Page 4: Globalisasi Dan Global Governance

independen dalam sebuah dominasi dunia oleh negara bangsa yang di dalamnya

terdapat kekuatan tidak berimbang, kepentingan yang divergen, dan politik

domestik yang kompleks.

Dalam bahasan ini, akan dikemukakan, bagaimana pemilihan bentuk

institusional mempengaruhi efektivitas sebuah institusi dalam menyelesaikan

masalah yang terkait dengan globalisasi. Semua hal bersifat equal, negara-bangsa

diharapkan memilih bentuk institusi yang menentukan paling tidak batasan dalam

otoritas kedaulatan mereka.

Globalisasi dan Masalah Global

Peningkatan intensitas dan perluasan interaksi global membawa sebuah

keberagaman dalam pergantian pemerintahan. Kita dapat membedakan tiga tipe

dari masalah yang berkaitan dengan globalisasi dan desakan terhadap aksi

internasional: masalah koordinasi; masalah umum/bersama; dan masalah dalam

nilai-nilai dasar/utama, seperti Hak Asasi Manusia.

Masalah koordinasi

Tipe masalah pertama adalah koordinasi keterhubungan global, atau

masalah pertukaran informasi, produk, jasa, dan uang antar batas negara. Ketika

melampaui batas negara berarti menghadapi ketidaksesuaian syarat atau teknologi,

hal ini akan menghalangi pertukaran transnasional yang ingin dilakukan oleh

masyarakat. Beberapa masalah koordinasi sangat sesuai untuk menentukan sisi

mana dalam sebuah jalan yang harus diadopsi ke dalam sebuah unit waktu

bersama. Sebagai contoh, kemajuan teknologi yang membuat komunikasi global

semakin lebih murah tergantung pada keter-operasian dari jasa jaringan dan

telekomunikasi yang berbeda di berbagai belahan dunia. Contoh lain dalam hal ini

adalah fokus akan tandatangan elektronik untuk transaksi internet. Tandatangan

elektronik memungkinkan firma untuk membuktikan kebenaran dari identitas

rekan kerja. Telah banyak otentifikasi yang ada, dan kemungkinan besar akan

1

Page 5: Globalisasi Dan Global Governance

berkembang di masa yang akan datang. Jika berbagai negara menggunakan

otentifikasi teknologi yang berbeda, perdagangan elektronik antar-negara akan

semakin tidak jelas dan tidak praktis jika tidak menggunakan pendekatan yang

umum.

Masalah koordinasi merupakan tinjauan sebagian dari perusahaan yang di

dalamnya menetakan standar yang berbeda dalam pengaturan nasional.

Pengaturan pemerintah nasional baik dalam bentuk dan penampilan dari sebuah

produk yang dijual dalam sebuah negara (standar produk) sama seperti proses

dimana produk dibuat (standar proses). Standar produk dapat beranekaragam

tergantung dalam bentuk yang ditampilkan, seperti keamanan dan keunggulan,

dan juga ketika diuji dengan menggunakan prosedur lain mendemonstrasikan

bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan substansial. Perbedaan standar

produk antar negara kadang-kadang menimbulkan diskriminasi dan diferensiasi

produk dalam pasar yang berbeda, yang akhirnya memperluas skala ekonomi.

Bahkan ketika standar produk yang ditetapkan sama, prosedur pengujian yang

digunakan dapat berbeda untuk menaikkan harga. Sebagai contoh, perusahan

mobil Eropa dan AS menetapkan harga yang berbeda yang berkaitan dengan

insentif pegawai dan harga design yang berkisar 10%.

Masalah Bersama

Tipe kedua dari masalah yang dihubungkan dengan globalisasi adalah

sebuah masalah yang sudah familiar dalam menjaga sumber daya bersama dalam

barang publik. Barang publik atau sumberdaya bersama merupakan barang non-

rivalry, dimana tidak mungkin untuk melarang seseorang utnuk menggunakannya.

Konsekuensinya, bukan hal yang tepat untuk menggunakan sistem pasar murni

untuk mengalokasikan penggunaannya. Sebagai contoh, emisi gas rumah kaca

meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan minyak bumi, pemanasan

global mnjadi sebuah masalah bersama. Semua negara dapat menggunakan

atmosfer si tempat dimana emisi dihasilkan, dan seluruh keuntungan dari reduksi

gas rumah kaca memperhatikan bagaimana mereka berkontribusi terhadap

reduksi. Sebagai hasilnya, ada insentif yang kuat untuk “free-riding”. Dalam

2

Page 6: Globalisasi Dan Global Governance

beberapa kasus, institusi internasional, jika cukup terbentuk, akan dapat

mengalokasi masalah penumpang gratis.

Masalah yang berkaitan adalah efek transboundary yang dihasilkan oleh

aktivitas domestik. Industri dalam suatu wilayah, sebagai contoh, dapat

menimbulkan polusi udara secara umum yang dibawa oleh angin ke negara lain.

Atau pengaturan hukum terlalu lemah dalam sebuah negara akan memberikan

eluang kepada pengedar obat-obatan terlarang dan teroris untuk melaksanakan

operasinya di negara tersebut. Dalam kasus ini, aksi internal (inaksi)

menghasilkan eksternalitas negatif yang akan menjatuhkan negara lain. Karena

biaya yang dihasilkan tidak proporsional satu sama lain, harus ada insentif dalam

invstasi untuk mengukur dan mencegah hal tersebut. Konsekuensinya, tindakan

internasional akan sangat dibutuhkan dalam batasan ini.

Nilai-Nilai Dasar

Tipe masalah global yang ketiga adalah perlindungan terhadap nilai-nilai

dasar, atau yang sangat penting. Prinsip moral seperti persamaan, kebebasan, dan

demokrasi dapat dikategorikan sebagai nilai yang penting dalam praktek politik.

Rinsip-prinsip yang mengklaim hak dan perlakuan yang pantas dan penghormatan

terhadap manusia dalam HAM, bukan sebagai warganegara suatu negara. Dalam

hal ini, masalah HAM menjadi masalah global. Lebih lanjut, periode globalisasi

dapat menciptakan sebuah kondisi dibawah nilai-nilai sosial yang diterima secara

luas sekaligus dibawa oleh globalisasi ide dan informasi, bahkan dalam ranah

sistem politik. Saat ini banyak orang-orang di dunia yang dapat mengakses

gambar-gambar atau ide-ide dari luar negaranya dibandingkan sebelumnya.

Peningkatan pertukaran ide-ide mengenai nilai-nilai budaya dan politik

dapat berkontribusi bagi perluasan penerimaan terhadap hak asasi manusia dan

prinsip demokrasi, walaupun terdapat hak-hak positif yang dilindungi oleh

negara-negara tertentu. Semenjak negara-bangsa tidak memiliki jaminan keadilan

yang seragam dan perlindungan terhadap hak-hak rakyatnya, institusi

3

Page 7: Globalisasi Dan Global Governance

internasional yang efektif dibutuhkan untuk membantu menjamin perlindungan

yang minimal terhadap hak asasi manusia di seluruh bangsa.

Masalah-masalah Global dan Permintaan Terhadap Institusi-Institusi

Internasional

Terdapat tiga masalah utama yang membenarkan pembentukan institusi-

institusi internasional, yaitu masalah-masalah koordinasi, masalah-masalah

umum/bersama, dan perlindungan terhadap nilai-nilai utama. Pada tingkat

tertentu, masalah-masalah ini akan meningkat selama periode globalisasi,

kemudian diharapkan pula peningkatan tindakan internasional. Ini bukan berarti

bahwa institusi-institusi internasional akan secara otomatis muncul kapan pun

mereka dibutuhkan. Negara-negara bangsa tetap bisa diharapkan untuk

melindungi kedaulatan dan kepentingan-kepentingan mereka. Tentu saja pada

waktu yang sama dimana pertumbuhan dunia terus meningkat saling berhubungan

pada skala global, banyak bangsa yang telah melihat bangkitnya perjuangan dari

kepentingan-kepentingan kedaerahan dan desentralisasi.

Hambatan lainnya terhadap kerjasama internasional, seperti dorongan-

dorongan untuk “free riding”. Terdapat biaya-biaya transaksi untuk membentuk

institusi-institusi internasional. Negara-negara membutuhkan informasi terpercaya

untuk memutuskan bahwa kerjasama akan melayani kepentingan-kepentingan

mereka. Sebagai tambahan, keberanian mereka dan biaya penyusutan dari

negosiasi dengan bangsa-bangsa lain.

Bentuk-Bentuk Institusi-Institusi Internasional

Negara-negara bangsa memiliki pilihan dalam merespon masalah-masalah

global. Mereka bisa memilih untuk tidak mengambil tindakan penyelesaian

dengan kemungkinan bahwa norma-norma dan mekanisme koordinasi lainnya

akan berkembang melalui pasar atau melalui jaringan-jaringan dari organisasi-

organisasi non-pemerintah. Di lain waktu, negara-negara bangsa dapat mencoba

untuk menunjuk masalah-masalah global melalui legislasi domestik, meskipun

4

Page 8: Globalisasi Dan Global Governance

memaksakan standar domestik terhadap produk-produk yang memasuki

perdagangan atau koordinasi regulasi domestik dengan standar negara-negara

lainnya. Selain itu, suatu bangsa dapat bekerja secara langsung dengan bangsa-

bangsa lainnya dalam mengembangkan strategi untuk mengenal norma-norma

internal yang satu dan lainnya atau untuk menciptakan norma-norma internasional

yang dapat diterima satu sama lain. Sebagai tambahan, bangsa-bangsa terkadang

juga bisa menciptakan organisasi-organisasi internasional untuk memproses

penyerahan kekuasaan dalam rangka mengkaji masalah-masalah global,

menghasilkan rekomendasi-rekomendasi atau kebijakan-kebijakan, menerapkan

program-program, atau melaksanakan aturan-aturan dan menyelesaikan sengketa-

sengketa.

Respon-respon tersebut berbeda sesuai dengan jumlah otoritas yang

memberi kuasa terhadap suatu negara-bangsa, sebagai reaksi untuk menentang

dipindahkannya ke negara-negara lain atau organisasi-organisasi internasional.

Dalam merespon masalah-masalah global, negara-ngara bangsa dapat memilih

diantara enam pilihan utama atau bentuk-bentuk kelembagaan, dan setiap negara

secara individual dapat menggunakan pilihan-pilihan tersebut. Jika globalisasi

meningkatkan permintaan terhadap tindakan internasional, maka perlu

diperhatikan penggunaan dari pilihan tersebut, khususnya mengenai pengakuan

bersama, konsensus, dan delegasi.

Non-state Action

Negara bisa saja tidak mengupayakan apapun untuk memecahkan masalah

global atau membiarkan aktor non-negara untuk mengatasinya. Tidak adanya

intervensi Negara, masalah-masalah global dapat ditangani dengan mekanisme

pasar, norma social transnasional, dan organisasi aturan standar privat (private

standard-setting organizations).

Dinamika pasar dapat mengatur tindakan-tindakan koordinasi dimana

pasar dapat menetapkan standar industri de facto. Setiap Negara memiliki

standarisasi yang berbeda untuk setiap produk. Perusahaan akan cenderung

mengikuti standar yang berbeda-beda tersebut apabila lebih murah daripada untuk

5

Page 9: Globalisasi Dan Global Governance

memproduksi produk baru. Norma sosial dapat berfungsi sebagai regulator,

meskipun tidak dibentuk oleh Negara, melainkan oleh public-publik domestik.

Contohnya, sikap protes tenaga buruh Negara ketiga dapat membentuk norma

untuk memperlakukan tenaga buruh bagi perusahaan-perusahaan multinasional.

Private standard-setting organization seperti International

Electrotechnical Commission and the International Organization for

Standardization (ISO) dapat mendorong koordinasi antara binsis-bisnis

internasional dengan mengatur ruang lingkup produk lintas batas atau mulai dari

perputaran film hingga sistem menejemen lingkungan. Norma-norma non-negara

dapat berjalan dengan keterlibatan Negara dan mekanisme hukumnya.

Internal Control

Proses hukum internal yang diupayakan oleh Negara ini dibatasi oleh

jangkauan yuridiksi sebuah Negara dan perbenturannya dengan hokum Negara

lainnya. Walaupun begitu, Negara dapat mengkoordinasikan kebijakan internal

dengan mengikuti kebijakan Negara lain. Negara dengan ekonomi lebih besar dan

pemerintahan lebih efektif dapat menjadi pelopor regulasi yang diikuti oleh

Negara lain sehingga dapat menghasilkan pertemuan regulasi tanpa koordinasi

internasional yang formal.

Mutual recognition

Mutuan recognition mencakup prinsip-prinsip yang diterima dengan

terkoordinasi oleh beberapa Negara. Pendekatan ini mencakup juga dasar dalam

menentukan aturan-aturan yang seharusnya diterapkan dalam transaksi yang

melibatkan perusahaan-perusahaan atau individu-individu dari Negara yang

berbeda. Sebagai contoh, mutual recognition telah diterapkan Negara-negara di

Uni Eropa.

Consensual Rules

Consensual rules atau traktat adalah bentuk keempat dari institusi

internasional. Melalui pembuatan traktat atau perjanjian internasional, negara

bangsa berkomitmen untuk tidak hanya mengetahui peraturan perundang-

6

Page 10: Globalisasi Dan Global Governance

undangan domestik negara lain, namun juga dengan membuat suatu undang-

undang bersama (transnational rules). Disaat perjanjian tidak didukung oleh suatu

mekanisme penyelenggaraan formal, maka digunakanlah bentuk-bentuk korporasi

internasional secara berkala. Lebih dari 34000 traktat terdaftar di PBB, dan lebih

dari 500 diantaranya digunakan sebagai perjanjian multilateral.

Walaupun negara bangsa harus menyetujui segala kebijakan yang terdapat

didalam perjanjian ini, otoritas kebijakan masih berada dalam jangkauan negara

bangsa yang bersangkutan. Dalam prakteknya, setiap kebijakan akan sedikit

mendapat hambatan oleh bargaining position (kemampuan tawar-menawar suatu

negara), karena apa yang muncul sebagai peraturan-peraturan dalam suatu traktat

tidak selalu merefleksikan prioritas utama suatu negara. Negara-negara kuat juga

akan selalu cenderung mendominasi negara-negara lemah. Namun

bagaimanapun, setiap negara masih memiliki kendali penuh untuk menyetujui

ataupun menolak traktat. Pemeliharaan otoritas ini tentu saja membutuhkan

pengorbanan, waktu yang habis saat pembuatan konsensus kebijakan adalah salah

satunya, dan mungkin saja dapat menciptakan efek status qou di saat mendatang.

Delegation

Format institusi kelima, yaitu delegasi, adalah bentuk khusus pembuatan

keputusan konsensual. Hal ini pun menjadi sangat penting saat melakukan

negosiasi dalam pembuatan traktat-traktat multilateral. Ketika negara berbicara

tentang otoritas, maka disaat ini pula mereka telah melakukan transfer otoritasnya

kedalam suatu organisasi internasional untuk mengambil langkah-langkah spesifik

tertentu. Organisasi internasional dapat mengambil langkah-langkahnya sendiri,

oleh karena itu negara-negara tidak perlu untuk merundingkannya lagi secara

holistik. Dalam hal ini, organisasi internasional dapat menediakan sebuah forum

untuk kerjasama internasional yang sedang dibahas. Pertengahan tahun 1990an,

pemerintah nasional telah membentuk lebih dari 250 IGO. Diantara organisasi-

organisasi ini contoh yang terkenal adalah PBB, Uni Eropa, dan WTO (World

Trade Center), serta beberapa organisasi yang kurang dikenal termasuk Codex

Alimentarius Commission (yang mengangkat isu-isu standar kesehatan makanan)

7

Page 11: Globalisasi Dan Global Governance

dan International Telecommunications Commission (yang mengatur standar-

standar pelayanan jasa telekomunikasi. Negara bangsa telah bergabung ke dalam

organisasi-organisasi ini untuk mengambil setiap langkah yang dirasa perlu terkait

isu-isu yang sedang berlangsung, serta dapat berfungsi sebagai dasar pembuatan

dan pelaksanaan setiap kebijakan transnasional, serta untuk memaksakan

kebijakan-kebijakan dalam penyelesaian konflik antarnegara.

Melakukan delegasi, bukan berarti bahwa negara secara penuh merasa

tidak memiliki otoritas dalam setiap kebijakan organisasi internasional. Sebagai

tambahan, bahwa pemimpin nasional negara bersangkutan diharapkan dapat

memastikan kepentingan-kepentingan nasional negaranya tidak diganggu oleh

institusi internasional yang mereka buat. Oleh karenanya, negara akan melakukan

delegasi dengan catatan, memberikan perhatian penuh terhadap tata cara

berdelegasi yang dipraktekkan dalam struktur institusi yang dibuat.

Sebagai contoh adalah WTO, memiliki visi untuk menciptakan pasar-paras

kompetitif yang dapat diterima negara anggotanya, serta masyarakat internasonal

secara keseluruhan. Terutama jika promosi ‘pasar bebas’ kemudian menimbulkan

permasalahan-permasalahan baru seperti permasalahan lingkungan dan budaya-

budaya masyarakat setempat.

Withdrawal

Format terakhir dalam institusi adalah penarikan kesimpulan. Hal ini

memang terlihat hanya dalam segi teoretikal ketimbang ptekteknya. pilihan ini

berada di akhir berkebalikan dengan pilihan di mana kekuasaan menurut undang-

undang seharusnya ditempatkan di dalam suatu negara. Melalui ini, negara

menyalurkan klaim-klaimnya masing-masing terhadap otoritas kebijakan secara

bersama-sama. Hal ini diperlukan terutama untuk melengkapi segala proses

terdahulu yang telah dilakukan, delegasi yang tidak dapat dirubah ke institusi

yang lain. Hal umum yang sering terjadi adalah ketika suatu negara melebur

mejadi satu kesatuan, contoh nyata yang dapat kita lihat adalah pada saat

reunifikasi Jerman. Di lain sisi, hal ini dapat menjadi ciri aspirasi pihak-pihak

8

Page 12: Globalisasi Dan Global Governance

yang menyebutnya dengan world government sebagai pengganti sistem

governance yang selama ini dijalankan oleh negara-negara.

Pilihan dan Dampak dari Bentuk Institusional

Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya, negara dapat

memilih satu dari enam kategori bentuk institusional/kelembagaan yang ada.

Namun demikian, kita juga harus menyadari bahwa di dalam setiap pilihan

tentunya juga terdapat banyak sekali pilihan-pilihan terhadap aturan yang lebih

spesifik. Misalnya, dalam hal pembentukan perjanjian mengenai pencegahan

terhadap polusi yang disebabkan oleh kecelakaan kapal tanker di laut, kesepakatan

atas penggunaan peralatan-peralatan yang lebih spesifik terhadap kapal tanker

tersebut dirasakan dapat lebih efektif jika dibandingkan dengan ketetapan lainnya.

Lebih lanjut, pilihan-pilihan tersebut, misalnya dari contoh tadi adalah antara

pertimbangan mengenai ekologi dengan penampilan atau lain sebagainya tentunya

juga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan aturan-aturan internasional.

Pertimbangan terhadap standar penampilan atau terhadap teknologi itu kemudian

dapat diterapkan atau diadopsi oleh badan pembuat undang-undang domestik,

kemudian diakui dalam suatu kesepakatan, dikodifikasi dalam suatu perjanjian,

kemudian dianjurkan/diterapkan oleh IGO.

Berikut ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk

institusional itu berhubungan dengan berbagai masalah global yang kemudian

akan berdampak pada keefektifan aturan dari institusi internasional tersebut.

Bentuk – Masalah yang cocok ( Form – Problem Fit )

Pada bagian awal telah dibedakan antara masalah koordinasi, masalah-

masalah umum, dan masalah core values yang muncul pada periode globalisasi.

Jika bentuk-bentuk institusi membuat suatu perbedaan mengenai bagaimana

efektif suatu institusi internasional dalam menyelesaikan masalah-masalah

tersebut, maka para analis dan pembuat aturan kemudian dapat melindungi dalam

memilih jenis institusi untuk digunakan dalam berbagai jenis persoalan yang ada.

9

Page 13: Globalisasi Dan Global Governance

Dengan kata lain, mereka perlu untuk memastikan bahwa suatu institusi benar-

benar dapat menangani masalah yang memang perlu diselesaikan.

Masalah koordinasi misalnya, tidak akan mungkin dapat diselesaikan

secara mudah oleh bentuk institusi pertama (non-state action dan internal

control). Namun hal ini mungkin dapat dipecahkan melalui mewakilkan

penyelesaian masalah koordinasi tersebut kepada sekelompok ahli. Disamping itu,

pencapaian yang lebih memungkinkan adalah melalui mutual recognition oleh

negara-negara tepatnya melalui pembentukan perjanjian (treaty making). Cara ini

tidak hanya dapat menyelesaikan masalah koordinasi, namun juga dapat

menyelesaikan masalah umum/bersama atau masalah core values. Dapat diambil

contoh yaitu mengenai penanganan masalah lingkungan, yaitu melalui

pembentukan perjanjian/rezim Montereal Protocol, Protocol Kyoto, dan lain

sebagainya. Jadi, suatu masalah benar-benar harus di analisis terlebih dahulu

untuk menentukan jenis institusi/kelembagaan mana yang benar-benar dapat

memberikan penyelesaian terhadap masalah tersebut.

Form & Legitimacy

Kepentingan negara bangsa dalam pembuatan dan implementasi institusi

internasional membuat support dan legitimasi politik menjadi kunci keefektifan

institusi. Akan tetapi, institusi internasional tidak unik ketika datang pengambilan

laporan politik.

Sebuah legitimasi institusi atau public support bisa menjadi spesifik dan

meluas. Legitimasi yang spesifik mengarah pada penerimaan outcome yang

disebabkan oleh institusi itu dalam hal-hal yang istimewa. Seseorang yang tidak

setuju dengan WTO akan melihat pasar sebagai legitimasi yang spesifik dalam

kasus ini. Akan tetapi, orang yang sama akan melihat WTO dengan legitimasi

yang luas jika dia mengakhiri prosedur itu dengan menggunakan bentuk yang adil

dan beralasan.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami seluruh determinan

legitimasi yang meluas dari institusi internasional. Satu faktor yang bisa

10

Page 14: Globalisasi Dan Global Governance

mendukung institusi internasional adalah derajat kedaulatan institusi itu

dipertahankan dan dilindungi untuk negara bangsa tersebut.

The Delegation Dilemma

Otoritas delegasi kepada organisasi internasional terbagi menjadi dua batas

kemampuan. Yang pertama, organisasi akan dipaksa. Selanjutnya nyaris

menggambarkan sebuah otoritas organisasi. Contohnya mungkin akan lebih sulit

bagi organisasi untuk merespon masalah perubahan. Batas kemampuan yang

kedua bahwa mereka tidak akan dipaksa. Apabila negara bangsa sedikit tidak

memaksa, organisasi internasional akan lebih baik bersikap tenang dalam

merespon masalah perubahan.

Dalam kata lain, ketegangan sering terjadi didalam IGO antara keefektifan

kebijakan dan keefektifan politik. Keseimbangan harus tercapai diantara

pembuatan organisasi yang cukup mandiri untuk menjalankan dengan efektif dan

menjaga dukungan negara bangsa yang dapat dimengerti dan waspada terhadap

power yang dimiliki oleh organisasi baru.

11

Page 15: Globalisasi Dan Global Governance

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Marxist: "The workers have nothing to sell but their labour power"

Neo-liberalist: "I offer courses on How to Sell Your Labour Power Like A Shark"

NEO-LIBERALISME

Tahun 1979 merupakan tahun dimana diciptakan sebuah tatanan dunia

kontemporer. Di tahun itu, sebuah modus operandi yang baru: sebuah cara untuk

mengontrol dunia yang tidak terlihat sebelumnya menjadi terlihat, sebuah tahun

dimana Margarate Thatcher, perdana mentri Inggris, mengimplementasikan

sebuah konstruk sosio-ekonomi yang menggabungkan ekonomi-sosial

Darwinisme yang menggantikan teori klasik tentang ekonomi non-negara. Ini

merupakan salah satu tinjauan Neo-liberalisme yang berkembang di tahun 1970-

an yang spesifikasinya dalam bidang ekonomi.

Lebih lanjut, Neo-liberalisme menurut pendekatan teoritis dalam

hubungan internasional menggambarkan konsep dari rasionalitas dan keterikatan,

dan fokus terhadap perhatian kita akan peranan utama institusi dan organisasi

dalam politik internasional. Politik internasional telah terinstitusi, dan organisasi

internasional memainkan peranan yang penting dalam distribusi internasional

akan kesejahteraan dan kekuatan. Neo-liberalisme merupakan pendekatan yang

digunakan dalam mempelajari organisasi internasional dan pola kerjasama

internasional secara umum.

Varian Neo-Liberalisme

Berikut ini adalah varian-varian dari Neo-liberalisme:

12

Page 16: Globalisasi Dan Global Governance

Neo-liberal Internasionalism

Salah satu gagasan besar dalam teori dan praktik hubungan internasional

di tahun 90-an adalah democratic peace thesis. Hal terpenting dari tesis ini adalah

pernyataan bahwa negara-negara liberal/negara-negara demokratis tidak

berperang satu sama lain.

Agenda penelitian Neo-liberal Internasionalisme didominasi oleh

perdebatan mengenai negara-negara liberal; sejauh mana zona perdamaian liberal,

mengapa hubungan-hubungan di dalamnya bersifat damai, dan pola hubungan

yang bagaimanakah yang dapat berlangsung di antara negara-negara liberal dan

rezim yang otoriter. Di era pasca-Perang Dingin, kaum neo-liberal internasionalis

mendukung upaya Barat untuk menggunakan kebijakan luar negeri dalam

menekan negara-negara otoriter agar menjadi liberal.

Neo-liberal institusionalism

Merupakan liberalisme kontemporer yang paling konvensional. Program

penelitian pokok dari neo-liberal jenis ini adalah bagaimana cara untuk mengawali

dan mempertahankan kerja sama dalam kondisi yang anarkis. Tugas ini difasilitasi

oleh pembentukan rezim-rezim. Neo-liberal institusionalis berbagi asumsi yang

sama dengan kaum realis, yaitu negara merupakan aktor yang paling signifikan,

dan lingkungan internasional bersifat anarkis.

Berikut merupakan prinsip utama dari neo-liberal institusionalisme:

Aktor: kaum liberal institusionalis menganggap negara adalah perwakilan

masyarakat yang legitimate. Meskipun menekankan pentingnya aktor-

aktor non-negara, Robert Keohane, mengenai neo-liberal

institusionalisme, mengakui bahwa aktor-aktor non-negara tersebut berada

di bawah negara.

Struktur: kaum liberal secara garis besar mengakui anarki internasional.

Akan tetapi, mereka berpendapat bahwa kerja sama dapat dilaksanakan,

bahkan dalam kondisi ini. Kerja sama dalam lingkungan yang anarkis

diperlihatkan oleh keberadaan rezim-rezim internasional. Rezim dan

institusi-institusi internasional dapat mengurangi keadaan yang anarkis.

13

Page 17: Globalisasi Dan Global Governance

Proses: integrasi pada level regional dan internasional meningkat. Arah

Uni Eropa di masa depan merupakan ujian yang penting bagi neo-liberal

institusionalisme.

Motivasi: negara-negara akan memasuki hubungan kerja sama dengan

negara lain, bahkan jika negara lain akan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar. Dengan kata lain, keuntungan absolut lebih penting daripada

keuntungan relatif.

Perkembangan Teori Neo-Liberal

Latar belakang Intelektual

Akar dari Neo-liberalisme dapat dilihat di awal tahun 1980. Sebelumnya,

studi institusi internasional dan organisasi internasional lebih kepada orientasi-

kebijakan dan deskriptif, kurang melingkupi kerangka analisis.1 Kurangnya dasar

teoritis berarti bahwa, meskipun individu mempelajari bagian ini secara umum,

mereka tidak mengumpulkan semuanya untuk membentuk sebuah gambar yang

sesuai, atau berdebat tentang peran organisasi internasional dalam ekonomi dunia.

Logika mendasar dari Neo-liberalisme dirangkum oleh Keohane tahun

1982. Agar negara-negara dapat bekerjasama, mereka harus menumbuhkan

sebuah cakupan aksi kolektif dalam berbagai masalah, kebanyakan diantaranya

terlihat dalam biaya transaksi. Tidak ada penggiatan eksternal yang muncul dalam

sistem internasional. Jadi bentuk-bentuk perjanjian harus memiliki kekuatannya

sendiri. Hal ini berarti negara harus menemukan cara untuk menghindari situasi

mengarah ke penipuan. Sebagai tambahan, negara-negara harus saling

mengkoordinasikan aksi mereka, seperti persetujuan akan standar teknologi dan

layanan kesehatan bersama.

Organisasi internasional menyediakan forum dimana negara dapat

mengurangi masalah-masalah yang mengancam pola stabilisasi dari kerjasama

1 Tim Dunne, Milza Kurki, and Steve Smith. 2006. International Relation Theories; Disciplines and Diversity. New York: Oxford University Press. Hlm. 110-111.

14

Page 18: Globalisasi Dan Global Governance

dengan aksi kolektif. Organisasi internasional dapat menjalankan fungsi

pengawasan, menyediakan asuransi satu sama lain untuk menjaga komitmen

diantara mereka. Organisasi internasional merupakan forum untuk bernegosiasi

dalam menyelesaikan masalah koordinasi, dan belajar bagaimana membuat

pilihan dan batsan dalam pemerintahan mereka. Mereka menciptakan struktur

untuk menyelesaikan dan resolusi damai, meskipun kekuatan dalam

menyelesaikan berbagai macam masalah terketak di tangan negara anggota.

Dalam fungsi ini, organisasi internasional menjadi sebuah fondasi yang

bernilai untuk kerjasama internasional. Semua pola kerjasama ini akan lebih

fleksibel dalam wajah sebuah kekuatan dan kepentingan dimana ia diletakkan.

Kerja awal dalam penerapan Neo-liberal dan pandangan kontraktual dari institusi

ini diterapkan dalam rezim internasional, didefinisikan sebagai sekumpulan

prinsip norma, aturan, dan prosedur pembuatan keputusan.2 Salah satu keuntungan

dalam mempelajari rezim, jika dibandingkan dengan fokus awal individu dalam

organisasi internasional adalah ketentuan diizinkannya institusi informal menjadi

badan formal.

Perspektif Neo-liberal terletak dalam asumsi rasionalitas. Merupakan

sebuah asumsi inti dari teori neo-liberal dimana negara mengkalkulasikan biaya

dan keuntungan dari berbagai pilihan aksi dan memilih pilihan terbaik yang akan

memberikan mereka keuntungan bersih yang lebih tinggi. Asumsi dari rasionalitas

adalah kekuatan, yang mengizinkan teori berkembang dalam model dan prediksi

yang jelas tentang pola tingkah laku. Hal tersebut juga sangat fleksibel dalam

mengizinkan variasi substansial tentang kesadaran yang akan dibawa dalam

kebijakan sebuah negara. Sebagai contoh, teori pembuatan keputusan rasional

dapat meliputi berbagai macam pilihan yang berbeda: beberapa negara

meletakkan keuntungan ekonomi sebagai hal yang utama, ketika negara lain

dihadapkan kepada sebuah keputusan akan pentingnya keamanan. Hal ini juga

memungkinkan aktor untuk meletakkan titik berat yang berbeda dalam

pembayaran jangka menengah dan jangka panjang, tergantung kondisi mereka.

Asumsi rasionalitas mengarahkan kita kepada suatu fokus dalam strategi, sebagai

2 Ibid. hlm. 111.

15

Page 19: Globalisasi Dan Global Governance

aktor yang turut andil dalam aksi yang dilakukan untuk mengetahui reaksi dari

orang lain, dan menyadari bahwa pembayaran yang tinggi tergantung pada

interaksi mereka dalam strategi berbagai negara.

Terdapat batasan yang jelas dalam kepercayaan akan rasionalitas sebagai

asumsi utama, dan batasan ini telah memberikan peningkatan dalam perspektif

alternatif teoritis seperti konstruktivisme. Asumsi rasionalitas tidak menjelaskan

kepada kita apa yang menjadi pilihan negara. Konten spesifik dari pilihan

umumnya mengarah kepada sebuah model komplementer yang lebih spesifik

(yang fokusnya terhadap keuntungan material atau biaya dan keuntungan sumber

daya lainnya). Di saat situasi menjadi sangat kompleks, bukan berarti strategi

alami tidak menjadi karakteristik akurat dalam proses pembuatan keputusan,

alternatif model seperti hal yang dijelaskan dalam rasionalitas dapat menjadi

superior. Jika aksi tidak dimotori oleh kalkulasi biaya dan keuntungan tapi peran

dan efektivitas, asumsi rasionalitas tidak dapat dijadikan acuan.

Pandangan Neo-liberal terhadap Institusi dan Rezim

1. Institusi dilihat sebagai sebuah lembaga yang tetap dan dihubungkan oleh

sekumpulan aturan dan praktek yang mendeskripsikan peran, batasan

aktivitas, dan bentuk ekspektasi dari aktor. Institusi dapat berupa

organisasi, agen birokrasi, treaty dan agreement, praktek-praktek informal

yang diterima negara sebagai ikatan

2. Rezim merupakan institusi sosial yang didasarkan atas aturan, norma,

prinsip, dan prosedur pembuatan keputusan. Hal ini memimpin interaksi

dari berbagai negara dan aktor non-negara dalam area isu seperti

lingkungan dan hak asasi manusia.

3. Neo-liberal melihat institusi dan rezim sebagai kekuatan yang signifikan

dalam hubungan internasional karena dapat memfasilitasi kerjasama.

4. Neo-liberal institusionalis melihat institusi sebagai mediator dan alat untuk

menciptakan kerjasama dalam sistem internasional. Rezim dan institusi

membantu mengatur sebuah sistem internasional yang kompetitif dan

16

Page 20: Globalisasi Dan Global Governance

anarki, dan mereka mendorong pada saat ini multilateralisme dan

kerjasama sebagai alat jaminan kepentingan nasional.

Respon Neo-liberal terhadap Pembentukan Institusi Internasional

Pada tahun 1990, teori Neo-liberal dalam institusi internasional menjadi

lebih dalam dan kaya. Sebagian hal ini merupakan respon terhadap beberapa

kritik. Keohane (1990) membawa konsep multilateralisme kembali ke dalam studi

institusi. Ia mendefinisikan multilateralisme secara sederhana sebagai kerjasama

antara tiga atau lebih negara. Konsep ini menyajikan perhatikan kembali terhadap

variasi dari institusi. Secara keseluruhan perkembangan ini menghadapkan kita

kepada satu pertanyaan yang harus dijawab ketika mempelajari sebuah organisasi

secara partikuler dan bagaimana masalah tersebut dibentuk dan dialamatkan.

Sebuah pengertian dari isu ini kemudian menuntun kita kepada prediksi tentang

bentuk dan fungsi organisasi dan efeknya dalam outcome politik.

GLOBALISASI

“Perusahaan kami membeli denim di North Carolina, menyeberangkannya ke Perancis dimana ia dijahit menjadi sebuah jeans, mencuci jeans ini di Belgia,

Menjualnya di Jerman dengan iklan TV komersial buatan Inggris”3

Globalisasi sebagai sebuah proses dilihat dari karakteristik sebagai berikut:

1. Sebuah peregangan aktivitas sosial, politik, dan ekonomi melintasi batas

politik, dan aktivitas dalam satu wilayah di dunia menimbulkan dampak

signifikan terhadap individu maupun komunitas dalam wilayah yang jauh

di seluruh dunia.

2. Intensifikasi/ penggiatan atau pertumbuhan paling serius, dalam setiap

lapangan dari eksistensi sosial dari ekonomi ke ekologi, dari aktivitas

3 R.D Hass. “The Coorporation without Boundaries”. Dalam M. Ray and A. Rinzler (Eds). 1993. The New Paradigm in Bussiness: Emerging Strategis for Leadership and Organizational Change. New York: Tarcher/Perigee. hlm.103.

17

Page 21: Globalisasi Dan Global Governance

Microsoft ke penyebaran mikroba berbahaya, seperti virus SARS.

3. Percepatan laju interaksi dan proses global sebagai evolusi dari sistem

perluasan peningkatan transportasi dan komunikasi dunia secara cepat

dengan ide, berita, barang, informasi, modal, dan pertukaran teknologi di

seluruh dunia.

4. Pertumbuhan ekstensitas, intensitas, dan velositas dari interaksi global

diasosiasikan dengan pendalaman jaringan dari lokal dan global dimana

peristiwa lokal dapat menimbulkan konsekuensi global begitu pula

sebaliknya.

Secara garis besar globalisasi diartikan sebagai:

1. Intensifikasi dari hubungan sosial menyeluruh yang menghubungkan

lokasi-lokasi yang letaknya jauh dan menciptakan sebuah jalan yang

memungkinkan kejadian lokal dibentuk oleh peristiwa yang terjadi bermil-

mil jauhnya dan sebaliknya.4

2. Integrasi ekonomi dunia.5

3. Penekanan batas waktu.

4. De-teritorianisasi atau pertumbuhan hubungan suprateritorial antara

masyarakat.6

GLOBAL GOVERNANCE

Definisi Global Governance

Konsep global governance berkembang dalam studi Hubungan

Internasional pada awal tahun 1990-an.7 Melalui Governance without

Governmnent8, Rosenau dan Czempiel berhasil menarik perhatian para ilmuwan

4 Anthony Giddens. 1990. The Consequences of Modernity: Self and Society in the Late Modern Age. Cambridge: Polity Press, and Stanford, Cal.: Stanford University Press. hlm. 21.

5 Robert Gilpin. 2001. Global Political Economy. Princeton, NJ: Princeton University Press. hlm. 364.

6 Jan Aart Scholte. 2000. Globalisation: A Critical Introduction. Basingstoke: Macmillan. hlm. 46.

7 Thomas G. Weiss. 2001. Global Governance. Melalui http://www.highbeam.com [24/02/09]. 8 James N. Rosenau & Ernst-Otto Czempiel. 1992. Governance without Government: Order and

Change in World Politics. Cambridge: Cambridge University Press.

18

Page 22: Globalisasi Dan Global Governance

Hubungan Internasional terhadap konsep tersebut. Terminologi global governance

semakin sering muncul dalam berbagai publikasi, baik dalam bentuk artikel jurnal

maupun buku, tentang hubungan internasional.

Global governance bukanlah sebuah konsep yang jelas. Di satu sisi,

konsep ini dipahami dengan cara yang berbeda oleh orang yang berbeda. Di sisi

lain, upaya untuk merumuskan konsep governance dengan mendefinisikannya

secara komprehensif, menjadikan konsep tersebut sangat luas, dalam artian global

governance mencakup ruang konseptual yang sangat luas. Oleh karena itu,

definisi mengenai konsep global governance masih sangat diperdebatkan.

Dalam upaya memahami dinamika global governance, terminologi

governance seringkali dilihat secara sinis sebagai sebuah bentuk kegagalan

ilmuwan politik internasional untuk memberi label pada dinamika tersebut.

Seperti ditulis oleh Finkelstein dalam bukunya yang berjudul What is Global

Governance?9, “We say “governance” because we don’t really know what to call

what is going on.”

Terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai definisi global

governance, diantaranya:

1. Messner, 2003

“Global governance merupakan tatanan politik yang berkembang sebagai

respon terhadap globalisasi, atau lebih khusus lagi, merupakan mekanisme

atau sarana institusional bagi kerjasama berbagai aktor baik negara

maupun bukan negara untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul

sebagai konsekuensi dari globalisasi.”10

2. James Rosenau, 1995

“Global governance merupakan regulasi dari hubungan saling

ketergantungan dalam ketiadaan lingkup otoritas politik, seperti di dalam

system internasional.”11

9 Lawrence S. Finkelstein. 1995. What is Global governance?; Global Governance. New York: California University Press. Hlm. 365.

10 Dirk Messner & Franz Nuscheler. 2003. Das Konzept Global Governance: Stand und Perspektiven. Duisburg: INEF Report der Universität Duisburg-Essen. Hlm. 3.

11 James Rosenau. 1995. Governance in the Twenty-First Century, Global Governance. Cambridge: Cambridge University Press. Hlm. 17.

19

Page 23: Globalisasi Dan Global Governance

3. Leon Gordenker dan Thomas G. Weiss, 1996

“Global governance merupakan upaya kolektif untuk mengidentifikasi,

memahami atau menunjukkan masalah-masalah di seluruh dunia (sosial

ataupun politik) yang melebihi kapasitas negara untuk menyelesaikan/

memecahkannya.”12

4. The Commission on Global Governance, 1995

“….keseluruhan upaya individu-individu dan institusi-institusi,

masyarakat dan perorangan, untuk mengelola urusan bersama mereka…

governance telah dilihat sebagai hubungan antar pemerintah, tetapi pada

saat ini harus dipahami juga sebagai hubungan yang mengikutsertakan

organisasi-organisasi non-pemerintah, pergerakan masyarakat,

perusahaan-perusahaan multinasional, dan pasar modal dunia…ini

merupakan proses berkelanjutan dimana konflik atau kepentingan yang

beragam dapat terakomodasikan dan dimungkinkan untuk melakukan

kerjasama.”13

Berdasarkan definisi-definisi diatas, global governance jelas diasumsikan

akan mengambil alih peran regulasi yang tidak lagi bisa dimainkan oleh

negara/pemerintah mengingat konsep global governance yang telah dipahami

sebagai respons terhadap masalah-masalah global yang lebih luas.

Pilar-Pilar Global Governance

Global governance meliputi aktivitas-aktivitas diseluruh tingkat interaksi

manusia yang memiliki reaksi-reaksi internasional. Ini menyiratkan ujian dari

berbagai aktivitas kepemerintahan, dari formal ke informal, dari hukum ke aturan-

aturan untuk memahami berbagai tempat. Ini bukanlah pendekatan hirarki darin

pemerintah dunia.

12 Leon Gordenker & Thomas G. Weiss. NGOs, the UN, and Global Governance. London: Lynne Rienner. Hlm. 17.

13 Commission on Global Governance. 1995. Our Global Neighbourhood, Oxfod: Oxford University Press. Hlm. 2.

20

Page 24: Globalisasi Dan Global Governance

Format baru dari global governance adalah muncul sebagai bagian yang

terkemuka dalam hubungan internasional. Format ini termasuk organisasi-

organisasi non-pemerintah (NGOs), koalisi-koalisi trans-pemerintah

(Transgovernmental Coalitions), anggota-anggota dari berbagai komunitas para

ahli, dan partisipan-partisipan dalam rezim internasional.

Nongovernmental Organizations (NGOs)

Peningkatan peran dan kuantitas NGOs menggambarkan bahwa politik

internasional bukan semata-mata atau terutama sebagai hubungan antar

pemerintah negara-negara yang berdaulat. Perkembangan tersebut merubah

kondisi-kondisi bagi penerapan kontrol politik di berbagai tingkat yang berbeda,

dan yang secara keseluruhan kemudian dikenal dengan global governance. Craig

Murphy14,secara meyakinkan telah berhasil menunjukkan peran dan sumbangan

aktor-aktor non-negara bagi perkembangan global governance sejak tahun 1850.

Disamping itu, asumsi utama yang mendasari konsep global governance

adalah asumsi yang juga ditampilkan dalam konsep complex interdependence

yang dikembangkan oleh Keohane dan Nye melalui Power and Interdependence.15

Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional

melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi bersama-sama dengan aktor-aktor

lainnya. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh

kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga

oleh institusi internasional.

Transgovernmental Coalitions

Ketika agenda-agenda politik meluas ke dalam isu-isu yang berbeda dan

negara tidak memiliki tindakan sebagai aktor unitary, kemudian koalisi-koalisi

trans-pemerintah dapat memainkan peran-peran khusus dalam mengatur aktor

sub-negara dalam aktivitas kepemerintahan global. Birokrasi dalam negara yang

14 Craig Murphy. 1994. International Organization and Industrial Change: Global governance since 1850, Europe and the International Order. New York; Oxford University Press.

15 Robert O. Keohane & Joseph S. Nye. 1977. Power and Interdependence; World Politics in Transition. Boston: Little Brown.

21

Page 25: Globalisasi Dan Global Governance

berbeda, seperti menteri transportasi, perdaganagan, atau pertanian, ditemukan

dalam kasus-kasus dimana mereka memerlukan persetujuan atau kesepakatan satu

sama lain secara langsung, daripada kesepakatan tidak langsung melalui menteri-

menteri luar negeri, khususnya ketika tidak ada kebijakan sentral atau dimana

kepentingan-kepentingan berbeda yang menarik menjadi taruhan.

Transnational Communities of Experts

Dalam beberapa area isu, kelompok perbatasan dari elit berhubungan

dengan kepemerintahan global. Komunitas para ahli terbentuk hanya sebagai

fungsionalis peramal, seperti spesialis teknikal dari IGOs, NGOs, dan negara.

Komunitas-komunitas ini membagi keahlian sama baiknya dengan serangkaian

kepercayaan. Mereka ikut andil dalam menyelesaikan masalah khusus. Anggota

dari komunitas dapat mempengaruhi kebiasaan negara dan sekretariat

internasional.

International Regimes

Menurut Stephen Krasner,16 rezim internasional merupakan serangkaian

prinsip-prinsip impisit atau eksplisit, norma-norma, peraturan, dan prosedur

pembuatan keputusan disekitar aktor dimana pemusatan harapan bertemu disuatu

kawasan hubungan internasional.

Rezim internasional dipahami sebagai bentuk-bentuk institusionalisasi

perilaku yang didasarkan pada norma ataupun aturan untuk mengelola konflik dan

masalah-masalah berbagai bidang dalam hubungan internasional. Teori rezim

mendapat banyak kritik sejak kemunculannya. Kelemahan utama teori rezim

adalah kecenderungan untuk menempatkan regulasi internasional dalam kerangka

negara (state-centric). Dengan asumsi state-centric ini teori rezim masih sangat

bernuansa realist dan menjadi kurang relevan dalam studi hubungan internasional

kontemporer, terutama setelah berkembangnya pemikiran tentang power and

interdependence. Global govenance merupakan konsep yang dianggap mampu

16 John Baylis dan Steve Smith. 2008. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, 4th ed. New York: Oxford University Press. hlm. 300.

22

Page 26: Globalisasi Dan Global Governance

mengatasi kelemahankelemahan teori rezim tersebut tidak hanya melibatkan

interaksi aktor negara melainkan juga aktor non-negara, masyarakat sipil dan

pelaku ekonomi.

Interaksi dari keempat pilar diatas mendorong terbentuknya pola perilaku.

Pola perilaku inilah yang merupakan Global governance. Karena konsep global

governance bukan hanya melibatkan rezim-rezim internasional tetapi juga

prinsip-prinsip yang konstitutif, jaringan-jaringan internasional dan transnasional

serta organisasi-organisasi internasional.

23

Page 27: Globalisasi Dan Global Governance

BAB III

PEMBAHASAN

Mengingat masalah yang ditimbulkan oleh globalisasi terdiri dari masalah

koordinasi, masalah-masalah bersama, dan masalah mengenai nilai-nilai dasar dan

utama. Serta merujuk pada beberapa bentuk institusi internasional: (1) non-state

action; (2) internal control; (3) mutual recognition; (4) consensual rules; (5)

delegation; (6) withdrawal, yang menjadi alternatif pilihan penyelesaian, maka

sebuah pilihan yang bijak untuk kita menentukan sebuah akar masalah dan

mengalamatkan dengan pilihan institusi yang tepat.

Untuk mempermudah pemahaman tentang masalah global dan bentuk

institusi yang relevan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu isu paling

krusial yang diangkat dalam bahasan ini adalah isu lingkungan. Masalah

lingkungan dapat kita kategorikan menjadi masalah bersama.

Isu-isu lingkungan muncul pada akhir abad ke-20 menjadi fokus utama

dalam perhatian dan aktivitas internasional. Pada waktu yang sama, isu

lingkungan internasional memberikan tantangan berarti dalam teori Hubungan

Internasional. Sejak akhir tahun 1960-an, kesadaran akan resiko dan implikasi dari

masalah lingkungan internasional terus meningkat. Sebagian besar lautan dunia

dan samudera mengalami over-fished. Tanah mengalami degradasi dan pengikisan

dalam skala besar. Habitat alami seperti daerah hutan hujan tropis berkurang lebih

dari 50% sejak tahun 1950, dan proses tersebut terus berlanjut. Dan hasilnya,

puluhan dari ribuan spesies tumbuhan dan binatang berkemungkinan punah tiap

tahunnya. Timbunan sampah pabrik menyebabkan polusi di laut, udara, dan tanah.

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

24

Page 28: Globalisasi Dan Global Governance

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya.

Terdapat beberapa anggapan mengapa lingkungan dapat menjadi isu

global. Pertama, beberapa masalah lingkungan bersifat global. Kedua, beberapa

masalah berhubungan dengan eksploitasi global : sumber daya alam yang diambil

oleh seluruh komunitas internasional, seperti samudera, laut dalam, atmosfir, dan

luar angkasa. Ketiga, beberapa masalah lingkungan pada hakekatnya bersifat

transnasional, bahwa alam mereka melewati batasan negara, sekalipun tidak

seluruhnya global. Keempat, beberapa proses over-exploitation atau degradasi

lingkungan relatif berada dalam skala lokal atau nasional dan berdampak di

berbagai tempat di seluruh dunia sehingga masalah ini dapat berdampak global.

Yang terakhir, proses-proses tersebut mengarah pada over-exploitation dan

degradasi lingkungan yang berhubungan dengan proses politik dan sosial-

ekonomi secara lebih luas, karena mereka merupakan bagian dari ekonomi politik

global.

Salah satu konsep yang kita kenal yang berkaitan dengan masalah

lingkungan adalah tragedy of common yang dikemukan oleh Garet Hardin.

Adanya tragedy of commons ini secara drastis telah meningkatkan kerusakan

lingkungan yang berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Menurut Hardin hal-

hal yang dapat mencegah terjadinya tragedy of the commons adalah sebagai

berikut:

1. Exploit and move on: memperbarui/ mengganti kembali sumber

daya yang sudah di ekspolitasi dengan begitu dapat memelihara

keseimbangan lingkungan

2. Privatization oleh pemerintah: agar sumber daya yang ada dapat

dikontrol dan dimanfatkan oleh pemerintah untuk kemakmuran

masyarakatnya sehingga tidak ada over exploit yang dilakukan

masyarakat untuk kepentingan dirinya mereka sendiri

3. System of governance: dengan mengawasi dan membuat peraturan

penggunaan/ eksploitasi sumber daya yang dilakukan oleh masyarakat

25

Page 29: Globalisasi Dan Global Governance

sehingga mencegah kerusakan lingkungan atas ekploitasi yang telah

dilakukan

4. No-world government skeptis atas kerjasama lingkungan

(collective governance): sehingga setiap negara dapat secara bersama-

sama mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi di negaranya

secara efektif dan tepat

5. International environmental regime: dengan begitu setiap negara

didunia akan selalu memperhatikan setiap permasalahan lingkungan

yang muncul. Terbagi dalam empat fase, yaitu formasi agenda,

negosiasi dan pembuatan keputusan, implementasi, dan pembangunan

lebih lanjut.

Selain itu, dalam masalah lingkungan hal yang perlu kita sadari adalah

adanya eksternalitas negatif dalam proses produksi. Selama terjadi revolusi

industri dan penggiatan ekonomi sektor industri di era globalisasi, pabrik-pabrik

akan menimbulkan polusi, untuk sejumlah produk yang mereka produksi,

menebang pohon dari paru-paru dunia untuk sumber daya produksi, dan

menghasilkan emisi CO2 dari distribusi barang yang akan dikonsumsi, sejumlah

asap kotor juga akan muncul dari tanur-tanur pabrik tersebut. Karena asap ini

berbahaya bagi kesehatan, maka asap merupakan eksternalitas negatif.

Akibat dari adanya eksternalitas ini, biaya yang dipikul masyarakat yang

bersangkutan secara keseluruhan akan lebih besar daripada yang dipikul oleh

produsennya. Biaya sosial (social cost) ini akan menimbulkan kerugian yang

besar bagi masyarakat.

Untuk mengatasi isu tersebut, maka alternatif institusional yang tepat

adalah delegasi, mutual recognition, dan consensual rules. Mengapa hal ini

dipilih?

Kita tahu bahwa delegasi adalah bentuk khusus pembuatan keputusan

konsensual. Hal ini menjadi sangat penting ketika melakukan negosiasi dalam

pembuatan traktat-traktat multilateral. Ketika negara berbicara tentang otoritas,

maka disaat ini pula mereka telah melakukan transfer otoritasnya kedalam suatu

26

Page 30: Globalisasi Dan Global Governance

organisasi internasional untuk mengambil langkah-langkah spesifik tertentu.

Organisasi internasional dapat mengambil langkah-langkahnya sendiri, oleh

karena itu negara-negara tidak perlu untuk merundingkannya lagi secara holistik.

Setelah itu, tindakan yang perlu dilakukan adalah “consensual rules”/ traktat.

Melalui pembuatan traktat atau perjanjian internasional, negara bangsa

berkomitmen untuk tidak hanya mengetahui peraturan perundang-undangan

domestik negara lain, namun juga dengan membuat suatu undang-undang bersama

(transnational rules). Disaat perjanjian tidak didukung oleh suatu mekanisme

penyelenggaraan formal, maka digunakanlah bentuk-bentuk korporasi

internasional secara berkala. Dan langkah paling komprehensif dalam

menyelesaikan masalah ini kemudian melalui “mutual recognition”, mencakup

prinsip-prinsip yang diterima dengan terkoordinasi oleh beberapa Negara.

Pendekatan ini mencakup juga dasar dalam menentukan aturan-aturan yang

seharusnya diterapkan dalam transaksi yang melibatkan perusahaan-perusahaan

atau individu-individu dari negara yang berbeda.

Dalam hal ini, Keohane, dengan pendekatan neo-liberalisme, berpendapat

bahwa politik internasional itu telah terinstitusi dan organisasi internasional

memainkan peranan yang penting dalam distribusi kekuatan internasional, negara-

negara dapat bekerjasama dengan menumbuhkan sebuah cakupan aksi kolektif

terhadap berbagai masalah global. Aksi kolektif tersebut dapat diejawantahkan

dalam rezim internasional yang mencakup pandangan kontraktual dalam institusi.

Rezim internasional yang menangani masalah lingkungan ini berkembang

dari tahun 1992 hingga 2007. Di tahun 1992, UN Conference on Environment and

Development (UNCED) di Rio de Janeiro, bertujuan untuk memajukan dan

mengembangkann ‘sustainable development’. Demi membatasi perubahan iklim,

pemeliharaan biodiversity, dan melawan desertifikasi. Tahun 1997 11 Desember,

disetujuinya Potokol Kyoto. Konvensi Perubahan Iklim (The United Nations

Frame Work Convention on Climate Change/the UNFCCC) yang diselenggarakan

di Bali tahun 2007.

Jika merujuk pada definisi global governance menurut Messner (2003)

“Global governance merupakan tatanan politik yang berkembang sebagai respon

27

Page 31: Globalisasi Dan Global Governance

terhadap globalisasi, atau lebih khusus lagi, merupakan mekanisme atau sarana

institusional bagi kerjasama berbagai aktor baik negara maupun bukan negara

untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dari

globalisasi.” Jika global governance merupakan penjumlahan cara dimana

individu dan institusi mengelola masalah bersama dalam ranah global, maka rezim

internasional merupakan alat untuk aktivitas ini, sejumlah aturan yang didalamnya

terdapat norma, aturan, dan prosedur pembuatan keputusan menunjukkan bahwa

aktivitas internasional terkait dengan organisasi internasional.

Dalam hal ini, organisasi internasional telah ditempatkan dalam alat yang

dibutuhkan oleh rezim internasional sebagai penyokong dalam global governance.

Oran Young, telah mendefinisikan peran organisasi internasional dalam rezim

internasional telah menjadi dua kali lipat. Pertama, mereka dapat dijadikan sbagai

instrument dari formasi rezim yang member tenaga dalam proses penawaran

institusi yang melahirkan kontrak konstitusi dalam menumbuhkan rezim. Lalu,

mereka dapat mengimplementasikan dan mengatur pembagian dari sistem

kepemerintah yang mereka ciptakan. Seorang pemikir berkebangsaan Amerika,

Duncan Snidal, menitikberatkan peran penting organisasi internasional dalam

sebagian area isu. Sebagai contoh-masalah lingkungan-yang merupakan sebuah

hal yang sangat baik disajikan oleh organisasi internasional dan global

governance.

28

Page 32: Globalisasi Dan Global Governance

BAB IV

KESIMPULAN

Globalisasi saat ini membawa dunia kepada suatu bentuk yang dinamakan

koordinasi internasional dan aksi kolektif. Perluasan pasar membawa

interdependensi yang cukup dalam dan pertumbuhan permintaan dalam koordinasi

dan pengaturan yang luas dalam berbagai bidang. Peningkatan intensitas dan

perluasan interaksi global membawa sebuah keberagaman dalam pergantian

pemerintahan. Kita dapat membedakan tiga tipe dari masalah yang berkaitan

dengan globalisasi dan desakan terhadap aksi internasional, yaitu masalah

koordinasi; masalah umum/bersama; dan masalah dalam nilai-nilai dasar/utama,

seperti Hak Asasi Manusia.

Negara-negara bangsa memiliki pilihan dalam merespon masalah-masalah

global. Di satu sisi, mereka bisa memilih untuk tidak mengambil tindakan

penyelesaian dengan kemungkinan bahwa norma-norma dan mekanisme

koordinasi lainnya akan berkembang melalui pasar atau melalui jaringan-jaringan

dari organisasi-organisasi non-pemerintah. Di sisi lain, dalam merespon masalah-

masalah global, negara-negara bangsa dapat memilih diantara enam pilihan utama

atau bentuk-bentuk kelembagaan,yaitu: non-state action, internal control, mutual

recognition, concensual rules, delegation, dan withdrawal. Setiap negara secara

individual dapat menggunakan pilihan-pilihan tersebut sesuai dengan masalah

yang dihadapi. Dengan kata lain, mereka perlu untuk memastikan bahwa suatu

institusi benar-benar dapat menangani masalah yang memang perlu diselesaikan.

Neo-liberalisme sebagai sebuah pendekatan teoritis dalam hubungan

internasional yang menggambarkan konsep dari rasionalitas dan keterikatan, serta

fokus terhadap peranan utama institusi dan organisasi dalam politik internasional.

Politik internasional telah terinstitusi, dan organisasi internasional memainkan

peranan yang penting dalam distribusi internasional akan kesejahteraan dan

29

Page 33: Globalisasi Dan Global Governance

kekuatan. Melalui organisasi internasional negara-negara dapat bekerjasama

dalam menumbuhkan sebuah cakupan aksi kolektif terhadap berbagai masalah.

Kerjasama tersebut diterapkan dalam suatu rezim internasional. Rezim

internasional itu sebdiri merupakan salah satu pilar dari global governance. Jadi

dapat disimpulkan bahwa global governance merupakan penjumlahan cara

dimana individu dan institusi mengelola masalah bersama dalam ranah global,

maka rezim internasional merupakan alat untuk aktivitas ini, sejumlah aturan yang

didalamnya terdapat norma, aturan, dan prosedur pembuatan keputusan

menunjukkan bahwa aktivitas internasional terkait dengan organisasi

internasional.

30

Page 34: Globalisasi Dan Global Governance

DAFTAR PUSTAKA

Archer, Clive. 2001. International Organizations, 3rd edition. New York:

Routledge.

Baylis, John & Steve Smith. 2008. The Globalization of World Politics: An

Introduction to International Relations, 4th ed. New York: Oxford

University Press.

Commission on Global Governance. 1995. Our Global Neighbourhood, Oxfod:

Oxford University Press.

Dunne, Tim, Milza Kurki, and Steve Smith. 2006. International Relation

Theories; Disciplines and Diversity. New York: Oxford University Press.

Finkelstein, Lawrence S. 1995. What is Global governance?; Global Governance.

New York: California University Press.

Giddens, Anthony. 1990. The Consequences of Modernity: Self and Society in the

Late Modern Age. Cambridge: Polity Press, and Stanford, Cal.: Stanford

University Press.

Gilpin, Robert. 2001. Global Political Economy. Princeton, NJ: Princeton

University Press.

Golstein, Joshua S. 2004. International Relations; Brief Second edition. The

United State: Lehigh Press Inc.

Gordenker, Leon & Thomas G. Weiss. NGOs, the UN, and Global Governance.

London: Lynne Rienner.

Hass, R.D. “The Coorporation without Boundaries”. Dalam M. Ray and A.

Rinzler (Eds). 1993. The New Paradigm in Bussiness: Emerging Strategis

for Leadership and Organizational Change. New York: Tarcher/Perigee.

Keohane, Robert O. & Joseph S. Nye. 1977. Power and Interdependence; World

Politics in Transition. Boston: Little Brown.

31

Page 35: Globalisasi Dan Global Governance

Messner, Dirk & Franz Nuscheler. 2003. Das Konzept Global Governance: Stand

und Perspektiven. Duisburg: INEF Report der Universität Duisburg-Essen.

Murphy, Craig. 1994. International Organization and Industrial Change: Global

governance since 1850, Europe and the International Order. New York;

Oxford University Press.

Rosenau, James N. & Ernst-Otto Czempiel. 1992. Governance without

Government: Order and Change in World Politics. Cambridge:

Cambridge University Press.

Rosenau, James. 1995. Governance in the Twenty-First Century, Global

Governance. Cambridge: Cambridge University Press.

Scholte, Jan Aart. 2000. Globalisation: A Critical Introduction. Basingstoke:

Macmillan.

Weiss, Thomas G. 2001. Global Governance. Melalui http://www.highbeam.com

[24/04/09].

32