Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada...

13
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1 Desember 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF Pada penghujung tahun 2020, pandemi Covid-19 masih eskalatif akibat gelombanggelombang baru Covid-19 di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Afrika. Kasus harian melonjak tajam ke level di atas 700 ribu dengan catatan kematian mencapai lebih dari 12 ribu per hari. Kasus kumulatif Covid-19 per 22 Desember 2020 tercatat sebanyak 78,34 juta dengan 1,72 juta orang diantaranya meninggal dunia. Per 22 Desember, jumlah kasus kumulatif di Indonesia mencapai 678.125 kasus, dengan 20.257 kematian, dan 105.146 kasus aktif. Jumlah tes terus mengalami perbaikan, namun positive rate masih cukup tinggi mengindikasikan masih tingginya penyebaran Covid-19. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih lanjut, Pemerintah menerapkan pengetatan perjalanan libur akhir tahun 2020 saat Natal dan Tahun Baru. Tingginya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 membuat outlook pertumbuhan ekonomi global juga masih bergerak dinamis. Proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan ke-IV 2020 di beberapa negara termasuk Indonesia masih negatif. Di beberapa negara yang mengalami gelombang baru kasus Covid-19 dan berujung pengetatan, seperti kawasan Eropa, Malaysia serta Korea Selatan, kembali mengalami kontraksi di triwulan terakhir 2020. Tiongkok dan Vietnam masih diperkirakan sebagai negara yang akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di 2020. Ditinjau dari PMI Manufacture, aktivitas ekonomi secara global masih ekspansif dan berada di level 53,7 pada November 2020. Meski demikian, beberapa negara yang mengalami gelombang baru Covid-19 menunjukkan adanya perlambatan PMI, dan bahkan kembali ke level kontraktif seperti yang dialami Perancis. Kinerja pasar saham domestik di bulan November 2020 mampu meneruskan tren peningkatan yang ditunjukkan dengan IHSG yang ditutup pada level 5.612 atau meningkat 9,4% dibanding bulan sebelumnya, meskipun masih masih terkontraksi 10,9% (ytd) dibanding akhir 2019. Tercatat net inflow bulan November mencapai Rp3,4 trilliun, berbalik dari kondisi bulan Oktober yang mencatatkan net ouflow sebesar Rp3,7 trilliun. Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar obligasi pemerintah juga melanjutkan peningkatan dari bulan Oktober 2020 dengan masih mencatatkan neto pembelian (net inflow) di instrumen SBN sebesar Rp15,6 Triliun. Total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia (net inflow) di bulan November 2020 mencapai Rp19 Triliun atau sedikit meningkat dibandingkan bulan Oktober 2020. Hal ini menopang perbaikan nilai tukar Rupiah dalam dua bulan terakhir. Rupiah terapresiasi 3,8% (mtm) dan ditutup di level Rp 14.128/USD di akhir November 2020. Namun secara year-to-date (ytd) Rupiah masih mencatatkan depresiasi sebesar 1,6%. Memasuki bulan Desember, nilai tukar Rupiah ditutup di level Rp14.146/USD. Sementara, posisi cadangan devisa pada akhir November 2020 mencapai USD133,6 miliar, setara dengan kapasitas pembiayaan 9,9 bulan impor. Setelah mempertahankan suku bunga acuan (7DRR) sebesar 4% sejak Juli 2020, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga sebesar 25bps di bulan November menjadi 3,75% untuk mendukung pemulihan ekonomi. Penurunan suku bunga ditransmisikan ke penurunan suku bunga simpanan maupun kredit dengan penurunan suku bunga simpanan yang lebih besar. Walaupun suku bunga kredit sudah menunjukkan penurunan, namun belum mampu meningkatkan intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit terus menunjukkan pelemahan mencapai -0,9% (yoy) di bulan Oktober. Perlambatan kredit terjadi di semua jenis kredit baik untuk modal kerja, investasi dan konsumsi, masing-masing sebesar -2,72% (yoy), 1,39% (yoy) dan 0,11% (yoy). Laju inflasi November 2020 mencapai 1,59% (yoy), meningkat dari angka Oktober yang mencapai 1,44% (yoy) atau 0,28% (mtm). Hingga November, laju inflasi kumulatif mencapai 1,23% (ytd). Laju inflasi kembali mengalami peningkatan dalam dua bulan berturut-turut setelah sejak periode Juli sampai dengan Oktober mencatatkan deflasi. Perkembangan inflasi bulan November 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga pangan sebagai dampak mulai berkurangnya pasokan di tengah permintaan yang mulai meningkat. Bertolak belakang dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat dari 79 ke 92, Indeks Penjualan Eceran (RSI) yang juga menunjukkan indikator konsumsi rumah tangga pada bulan November 2020 masih menunjukkan pelemahan yang bisa jadi merupakan siklus musiman kuartal IV. Pada bulan November RSI berkontraksi 0,43% (mtm) atau 15,66% (yoy). Konsumsi makanan dan minuman yang merupakan porsi terbesar dalam konsumsi rumah tangga (42%) pada bulan November mengalami kontraksi 0,45% (mtm) atau 6,51% (yoy). Kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di akhir bulan ke-2 pada periode triwulan IV-2020 diperkirakan mengalami sedikit perbaikan dari triwulan III-2020 yang ditandai dengan membaiknya beberapa indikator. Indikator PMTB seperti penjualan semen, penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal telah mengalami perbaikan meskipun masih di teritori negatif. Komponen PMTB bangunan masih membaik secara perlahan setelah pada bulan Oktober bergerak cenderung berlawanan dengan tendensi perbaikan yang dialami berbagai indikator yang diukur dengan google mobility. Indikator itu sejalan dengan peningkatan aktifitas masyarakat maupun keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda.

Transcript of Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada...

Page 1: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1

Desember 2020

RINGKASAN EKSEKUTIF

• Pada penghujung tahun 2020, pandemi Covid-19 masih eskalatif akibat gelombanggelombang baru Covid-19 di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Afrika. Kasus harian melonjak tajam ke level di atas 700 ribu dengan catatan kematian mencapai lebih dari 12 ribu per hari. Kasus kumulatif Covid-19 per 22 Desember 2020 tercatat sebanyak 78,34 juta dengan 1,72 juta orang diantaranya meninggal dunia. Per 22 Desember, jumlah kasus kumulatif di Indonesia mencapai 678.125 kasus, dengan 20.257 kematian, dan 105.146 kasus aktif. Jumlah tes terus mengalami perbaikan, namun positive rate masih cukup tinggi mengindikasikan masih tingginya penyebaran Covid-19. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih lanjut, Pemerintah menerapkan pengetatan perjalanan libur akhir tahun 2020 saat Natal dan Tahun Baru.

• Tingginya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 membuat outlook pertumbuhan ekonomi global juga masih bergerak dinamis. Proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan ke-IV 2020 di beberapa negara termasuk Indonesia masih negatif. Di beberapa negara yang mengalami gelombang baru kasus Covid-19 dan berujung pengetatan, seperti kawasan Eropa, Malaysia serta Korea Selatan, kembali mengalami kontraksi di triwulan terakhir 2020. Tiongkok dan Vietnam masih diperkirakan sebagai negara yang akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di 2020. Ditinjau dari PMI Manufacture, aktivitas ekonomi secara global masih ekspansif dan berada di level 53,7 pada November 2020. Meski demikian, beberapa negara yang mengalami gelombang baru Covid-19 menunjukkan adanya perlambatan PMI, dan bahkan kembali ke level kontraktif seperti yang dialami Perancis.

• Kinerja pasar saham domestik di bulan November 2020 mampu meneruskan tren peningkatan yang ditunjukkan dengan IHSG yang ditutup pada level 5.612 atau meningkat 9,4% dibanding bulan sebelumnya, meskipun masih masih terkontraksi 10,9% (ytd) dibanding akhir 2019. Tercatat net inflow bulan November mencapai Rp3,4 trilliun, berbalik dari kondisi bulan Oktober yang mencatatkan net ouflow sebesar Rp3,7 trilliun. Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar obligasi pemerintah juga melanjutkan peningkatan dari bulan Oktober 2020 dengan masih mencatatkan neto pembelian (net inflow) di instrumen SBN sebesar Rp15,6 Triliun.

• Total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia (net inflow) di bulan November 2020 mencapai Rp19 Triliun atau sedikit meningkat dibandingkan bulan Oktober 2020. Hal ini menopang perbaikan nilai tukar Rupiah dalam dua bulan terakhir. Rupiah terapresiasi 3,8% (mtm) dan ditutup di level Rp 14.128/USD di akhir November 2020. Namun secara year-to-date (ytd) Rupiah masih mencatatkan depresiasi sebesar 1,6%. Memasuki bulan Desember, nilai tukar Rupiah ditutup di level Rp14.146/USD. Sementara, posisi cadangan devisa pada akhir November 2020 mencapai USD133,6 miliar, setara dengan kapasitas pembiayaan 9,9 bulan impor.

• Setelah mempertahankan suku bunga acuan (7DRR) sebesar 4% sejak Juli 2020, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga sebesar 25bps di bulan November menjadi 3,75% untuk mendukung pemulihan ekonomi. Penurunan suku bunga ditransmisikan ke penurunan suku bunga simpanan maupun kredit dengan penurunan suku bunga simpanan yang lebih besar. Walaupun suku bunga kredit sudah menunjukkan penurunan, namun belum mampu meningkatkan intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit terus menunjukkan pelemahan mencapai -0,9% (yoy) di bulan Oktober. Perlambatan kredit terjadi di semua jenis kredit baik untuk modal kerja, investasi dan konsumsi, masing-masing sebesar -2,72% (yoy), 1,39% (yoy) dan 0,11% (yoy).

• Laju inflasi November 2020 mencapai 1,59% (yoy), meningkat dari angka Oktober yang mencapai 1,44% (yoy) atau 0,28% (mtm). Hingga November, laju inflasi kumulatif mencapai 1,23% (ytd). Laju inflasi kembali mengalami peningkatan dalam dua bulan berturut-turut setelah sejak periode Juli sampai dengan Oktober mencatatkan deflasi. Perkembangan inflasi bulan November 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga pangan sebagai dampak mulai berkurangnya pasokan di tengah permintaan yang mulai meningkat.

• Bertolak belakang dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat dari 79 ke 92, Indeks Penjualan Eceran (RSI) yang juga menunjukkan indikator konsumsi rumah tangga pada bulan November 2020 masih menunjukkan pelemahan yang bisa jadi merupakan siklus musiman kuartal IV. Pada bulan November RSI berkontraksi 0,43% (mtm) atau 15,66% (yoy). Konsumsi makanan dan minuman yang merupakan porsi terbesar dalam konsumsi rumah tangga (42%) pada bulan November mengalami kontraksi 0,45% (mtm) atau 6,51% (yoy).

• Kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di akhir bulan ke-2 pada periode triwulan IV-2020 diperkirakan mengalami sedikit perbaikan dari triwulan III-2020 yang ditandai dengan membaiknya beberapa indikator. Indikator PMTB seperti penjualan semen, penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal telah mengalami perbaikan meskipun masih di teritori negatif. Komponen PMTB bangunan masih membaik secara perlahan setelah pada bulan Oktober bergerak cenderung berlawanan dengan tendensi perbaikan yang dialami berbagai indikator yang diukur dengan google mobility. Indikator itu sejalan dengan peningkatan aktifitas masyarakat maupun keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda.

Page 2: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 2

PEREKONOMIAN GLOBAL Pada penghujung tahun 2020, pandemi Covid-19 masih

eskalatif akibat gelombang baru Covid-19 di Amerika Serikat,

Eropa, Asia, dan Afrika. Kasus harian melonjak tajam ke level di

atas 700 ribu, begitu juga dengan catatan kematian akibat Covid-

19 yang mencapai lebih dari 12 ribu per hari. Tingginya data

harian ini membawa kasus kumulatif Covid-19 hingga ke 78,34

juta kasus dengan 1,72 juta orang di antaranya meninggal dunia

per 22 Desember 2020. Mendekati masa libur Natal dan Tahun

Baru, kenaikan kasus masih tinggi di banyak negara. Untuk

mencegah penyebaran virus yang lebih luas, Pemerintah di

beberapa negara memutuskan untuk kembali lockdown untuk

ketiga kalinya, seperti Jerman, Belanda, Italia, sebagian Inggris

dan Austria (setelah Natal). Di samping itu, risiko tambahan

muncul dengan adanya strain virus Covid-19 baru di Inggris

dengan sifat penularan jauh lebih cepat.

Sejalan dengan kondisi global, kasus Covid-19 di Indonesia juga

terus meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah tes dan

mobilitas masyarakat. Kenaikan kasus harian masih terus terjadi

sejak libur panjang di akhir Oktober. Per 22 Desember, jumlah

kasus kumulatif di Indonesia mencapai 678.125 kasus, dengan

20.257 kematian, dan 105.146 kasus aktif. Jumlah tes terus

mengalami perbaikan hingga secara rata-rata mencapai lebih dari

34 ribu per hari pada bulan Desember. Namun pada periode yang

sama, positive rate (kasus baru/tes baru) masih cukup tinggi di

kisaran 18%, mengindikasikan masih tingginya penyebaran

Covid-19. Kondisi ini semakin menguatkan kebutuhan TLI yang

lebih masif, terutama di berbagai daerah, untuk menangkap

profil pandemi Covid-19 yang lebih utuh di setiap daerah dan

secara nasional. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih lanjut,

Pemerintah menerapkan pengetatan perjalanan libur akhir tahun

2020 saat Natal dan Tahun Baru.

Di tengah pandemi yang eskalatif, momen vaksinasi yang telah

mulai dilakukan memperbesar harapan mengakhiri pandemi

Covid-19 lebih cepat. Perkembangan vaksin berjalan sangat

cepat khususnya dalam dua bulan terakhir. Berbagai

pengembang vaksin mengumumkan efikasi yang tinggi pada

kisaran 70-95%. Hingga minggu ke-3 Desember, tiga vaksin telah

mendapat izin penggunaan secara darurat, yaitu dari

Pfizer/BioNTech (AS-Jerman), Sinopharm (Tiongkok), dan

Moderna (AS). Inggris menjadi negara pertama yang melakukan

vaksinasi pada 8 Desember, disusul oleh AS pada 14 Desember.

Di samping itu, beberapa negara seperti Bahrain, Kanada,

Meksiko, Singapura, dan Uni Eropa juga telah memberikan izin

penggunaan darurat atas vaksin Pfizer-BioNTech dan akan mulai

vaksinasi pada Desember 2020 – Januari 2021. Namun

perkembangan positif ini perlu tetap disertai dengan

kewaspadaan yang tinggi karena faktor kompleksitas vaksin dan

kejutan pandemi Covid-19 yang sangat mungkin terjadi ke depan.

Masih tingginya ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi

membuat outlook pertumbuhan ekonomi global juga masih

bergerak dinamis. Proyeksi pertumbuhan ekonomi di triwulan

ke-IV 2020 bagi beberapa negara termasuk Indonesia

menunjukkan pemulihan ekonomi akan terus bergulir meskipun

secara umum pertumbuhan masih berada di teritori negatif.

Namun demikian, di beberapa negara yang mengalami

gelombang baru kasus Covid-19 dan berujung pengetatan,

seperti kawasan Eropa, Malaysia serta Korea Selatan, kontraksi

kembali mendalam di triwulan terakhir 2020. Hal ini

menunjukkan kasus Covid-19 yang tidak terkendali dapat

berakibat pada memudarnya momentum pemulihan ekonomi.

Tiongkok dan Vietnam masih diperkirakan sebagai negara yang

akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di 2020. Di

triwulan ke-IV pertumbuhan kedua negara masih dalam tren

peningkatan, didukung oleh terus terkendalinya penanganan

Covid-19 yang membuat pemulihan aktivitas terus terjadi.

Page 3: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 3

Ditinjau dari indikator Purchasing Manager Index (PMI)

Manufacture, aktivitas ekonomi secara global masih ekspansif.

PMI Manufacture global November berada di level kuat yakni

53,7. Hal ini didorong oleh ekspansi yang terjadi di negara maju

serta perbaikan di beberapa negara besar Asia. Meski demikian,

beberapa negara yang mengalami gelombang baru Covid-19

menunjukkan adanya perlambatan PMI, dan bahkan kembali ke

level kontraktif seperti yang dialami Perancis. Seiring dengan

perbaikan aktivitas ekonomi, harga komoditas global

melanjutkan penguatan di bulan November. Peningkatan yang

cukup kuat tampak pada harga karet, CPO dan logam, seiring

meningkatnya aktivitas manufaktur di banyak negara di dunia.

Kenaikan CPO yang tinggi didorong oleh perbaikan aktivitas

ekonomi India.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN DAN NILAI TUKAR

Kinerja Pasar Saham dan Surat Berharga Negara

Kinerja pasar saham domestik di bulan November 2020 mampu

meneruskan tren peningkatan dari bulan sebelumnya. Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 5.612 atau

meningkat 9,4% dibanding bulan sebelumnya, meskipun masih

terkontraksi 10,9% (ytd) dibanding akhir 2019. Jika dibandingkan

dengan kondisi di bulan Maret 2020 saat kebijakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai berlaku di beberapa kota di

Indonesia, pasar saham domestik telah pulih sebesar 23,7%.

Secara sektoral, keseluruhan sektor di bursa saham mengalami

rebound di bulan ini, yang menandakan optimisme investor

terhadap potensi pemulihan ekonomi domestik. Investor asing

juga mampu membukukan total arus dana masuk (net inflow) di

pasar saham yang turut menopang peningkatan kinerja bursa

saham. Tercatat net inflow bulan November mencapai Rp3,4

trilliun, berbalik dari kondisi bulan Oktober yang mencatatkan

net ouflow sebesar Rp3,7 trilliun.

Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar

obligasi pemerintah juga melanjutkan peningkatan dari bulan

Oktober 2020. Meskipun sedikit menurun apabila dibandingkan

bulan sebelumnya, investor nonresiden masih mencatatkan neto

pembelian (net inflow) di instrumen SBN sebesar Rp15,6 Triliun.

Namun demikian, secara kumulatif tahunan hingga akhir

November 2020 investor asing masih mencatatkan neto

penjualan (net ouflow) sebesar Rp91,4 Triliun. Kepemilikan

investor asing di SBN tradable berada pada posisi 26% per

November, turun cukup besar apabila dibandingkan share di

akhir 2019 yang mencapai 38,57% dari total SBN tradable.

Perbaikan kinerja di pasar obligasi pemerintah juga terlihat dari

pergerakan yield dari SBN seri benchmark 5 Tahun dan 10

Tahun yang mengalami penurunan jika dibandingkan posisi

akhir Oktober 2020. Yield SBN 5 Tahun turun dari level 5,49% di

bulan Oktober ke level 5,08% di akhir bulan November 2020,

sementara yield 10 Tahun menurun ke level 6,18%. Sejalan

dengan turunnya yield SBN, risiko investasi di instrumen pasar

keuangan Indonesia juga menurun, yang ditunjukkan dengan

penurunan CDS 5 tahun menjadi 89,6 di bulan November 2020

dari level 99,3 pada akhir Oktober.

Peningkatan kinerja pasar saham maupun SBN di bulan

November 2020 didorong oleh situasi global yang kondusif

sejalan dengan kemajuan vaksin covid19 serta perbaikan

situasi politik di Amerika Serikat terkait dimulainya proses

transisi pemerintahan dan kemajuan positif perundingan

stimulus fiskal. Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia yang

relatif kondusif meskipun masih dibayangi kenaikan kasus covid-

19, masih mampu menopang optimisme investor. Sentimen

positif dari dalam negeri di antaranya berasal dari perbaikan

kinerja neraca pembayaran triwulan III 2020 yang mampu

mencatatkan surplus di tengah masa pandemi. Kinerja transaksi

berjalan bahkan mencatatkan surplus untuk pertama kalinya

sebesar 0,4% PDB sejak surplus terakhir di triwulan III 2011.

Sementara itu, memasuki bulan Desember pasar keuangan

domestik masih relatif kondusif meskipun terdapat tekanan

sejalan dengan tingginya kasus covid19 dalam negeri. Pelaku

pasar mengantisipasi pengetatan kebijakan PSBB menjelang

libur Natal dan Tahun Baru. Tercatat IHSG masih meneruskan

tren peningkatan di level 6.104,3 per 18 Desember 2020, namun

investor asing mencatatkan net outflow sebesar Rp2,5 Triliun. Di

pasar obligasi pemerintah, tercatat yield SBN tenor 5 Tahun dan

10 Tahun masih relatif rendah dengan masing-masing berada di

level 5,16% dan 5,97% dan investor asing masih mencatatkan net

inflow sebesar Rp2,6 Triliun. Namun demikian, dengan melihat

tren penurunan spread yield antara SBN dengan US T Bill,

Pemerintah perlu mewaspadai potensi pembalikan arus modal

sewaktu-waktu (sudden reversal) akibat spread yang semakin

rendah.

Page 4: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 4

Kinerja Arus Modal dan Nilai Tukar

Berdasarkan perkembangan di pasar saham dan pasar SBN, total

aliran modal asing yang masuk ke Indonesia (net inflow) di bulan

November 2020 mencapai Rp19 Triliun atau sedikit meningkat

dibandingkan bulan Oktober 2020 yang mencatatkan total net

inflow sebesar Rp18,1 Triliun. Sementara di bulan Desember

hingga 18 Desember tercatat arus masuk di pasar saham dan SBN

sebesar Rp0,1 Triliun. Secara keseluruhan sepanjang tahun 2020

hingga 18 Desember 2020 investor nonresiden masih

mencatatkan net outflow di pasar keuangan domestik sebesar

Rp138,6 Trilliun.

Tingginya arus modal masuk dari investor asing menopang

perbaikan nilai tukar Rupiah dalam dua bulan terakhir. Rupiah

terapresiasi 3,8% (month-to-month) dan ditutup di level Rp

14.128/USD di akhir November 2020. Namun secara year-to-date

(ytd) Rupiah masih mencatatkan depresiasi sebesar 1,6%.

Memasuki bulan Desember, nilai tukar Rupiah berada pada level

Rp14.146/USD. Meskipun tertekan oleh sentimen negatif dari

pengetatan kebijakan PSBB, terdapat faktor positif yang mampu

menopang pergerakan Rupiah, terutama didorong oleh

kemajuan proses kebijakan vaksinasi di dalam negeri yang

meningkatkan optimisme pemulihan perekonomian.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2020

mencapai USD133,6 miliar, relatif sama dibandingkan dengan

posisi akhir Oktober sebesar USD133,7 miliar. Posisi cadangan

devisa bulan November tersebut setara dengan kapasitas

pembiayaan 9,9 bulan impor atau 9,7 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas

standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Perkembangan cadangan devisa bulan November ini di antaranya

dipengaruhi oleh adanya penarikan pinjaman luar negeri

pemerintah, penerimaan pajak dan devisa migas, serta

pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Perkembangan Moneter dan Perbankan

Setelah mempertahankan suku bunga acuan (7DRR) sebesar 4%

sejak Juli 2020, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku

bunga sebesar 25bps di bulan November menjadi 3,75%.

Penurunan ini menunjukkan bahwa kebijakan suku bunga rendah

masih dipertahankan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Penurunan suku bunga tersebut ditransmisikan ke penurunan

suku bunga simpanan maupun kredit dengan penurunan suku

bunga simpanan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa

sumber pendanaan di perbankan masih cukup melimpah. Selain

itu, penurunan suku bunga simpanan lebih besar di tenor jangka

pendek. Perbankan masih menjaga suku bunga tenor yang lebih

panjang cukup tinggi untuk menjaga likuiditasnya tetap aman.

Dengan penurunan suku bunga ini, likuiditas perekonomian

semakin meningkat. Selain itu, peningkatan likuiditas juga

didorong kenaikan ekspansi keuangan pemerintah yang

tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah

Pusat.

Walaupun suku bunga kredit sudah menunjukkan penurunan,

namun hal tersebut belum mampu meningkatkan kinerja

intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit terus

menunjukkan pelemahan dan bahkan sudah dua bulan ini

menyentuh zona negatif. Di bulan Oktober, pertumbuhan kredit

turun mencapai -0,9% (yoy). Perlambatan kredit tersebut terjadi

di semua jenis kredit baik untuk modal kerja, investasi dan

konsumsi, masing-masing sebesar -2,72% (yoy), 1,39% (yoy) dan

0,11% (yoy). Perlambatan terbesar terjadi di kredit modal kerja

yang menunjukkan bahwa perusahaan masih menggunakan

sumber pembiayaan lain (dana internal) atau sisi supply masih di

bawah kapasitas optimal. Dari sisi lapangan usaha, pelemahan

pertumbuhan kredit juga masih terjadi di semua sektor sejalan

Page 5: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 5

dengan perlambatan ekonomi domestik. Selain itu, dominasi

kredit juga tidak berubah dengan penyaluran kredit masih ke

sektor perdagangan dan manufaktur dengan share masing-

masing sebesar 27,6% dan 22,3%. Di sisi lain, pertumbuhan dana

simpanan berada dalam tren yang meningkat walau di bulan

November sedikit melambat. Pertumbuhan dana simpanan

menjadi 11,6% (yoy) dimana didukung oleh peningkatan

simpanan dana-dana yang besar (masyarakat menengah ke

atas). Dengan pertumbuhan dana simpanan dan penurunan

kredit membuat loan to deposit ratio semakin turun.

Dengan masih melimpahnya

likuiditas perbankan

sementara kredit masih cukup

lemah, maka portofolio

perbankan masih cukup besar

ke instrumen surat berharga,

penempatan pada BI dan

cadangan kerugian penurunan

nilai aset keuangan. Penempatan dana perbankan meningkat

lebih dari 1% per total dana pihak ketiga di bulan September

dibandingkan awal tahun ini. Selain itu, dalam periode yang

sama, penempatan dana perbankan meningkat sebesar 2,5% per

total dana pihak ketiga. Hal tersebut membuat porsi kepemilikan

bank di SBN meningkat tinggi mencapai 38,7%. Secara lebih

khusus, terkait dengan pembiayaan, melemahnya kredit

terhadap sektor riil membuat perusahaan melakukan shifting

untuk pembiayaannya khususnya terhadap modal kerja dan

investasi perusahaan. Untuk modal kerja, sumber pembiayaan

kredit modal kerja dari perbankan nasional sempat meningkat di

triwulan I 2020. Namun di dalam perkembangannya, kredit

modal kerja telah melambat dan akhirnya terkontraksi di

semester II 2020.

Di sisi lain, sumber pembiayaan kredit modal kerja dari utang

luar negeri yang pada awalnya tumbuh negatif di awal tahun

2020, telah meningkat dan mencapai pertumbuhan positif di

semester II 2020. Dalam hal ini, terjadi tren shifting pendanaan

kegiatan kredit modal kerja semenjak akhir semester I 2020.

Sementara untuk pertumbuhan kredit investasi baik dari

pendanaan perbankan dalam negeri maupun utang luar negeri,

bergerak searah dengan kecenderungan menurun seiring dengan

perlambatan pertumbuhan investasi. Namun, perlambatan

pertumbuhan kredit investasi oleh perbankan cenderung lebih

cepat terjadi dibandingkan perlambatan pertumbuhan utang

luar negeri untuk investasi. Perkembangan tersebut dapat

menjadi tantangan bagi efektivitas kebijkanan stimulus fiskal

melalui penempatan dana di perbankan. Dalam hal ini, terdapat

indikasi kecenderungan pihak swasta yang lebih memanfaatkan

utang luar negeri dibanding pembiayaan dari perbankan

nasional. Tentu hal ini akan menimbulkan tantangan bagi

efektivitas kebijakan fiskal yang didanai oleh utang dan SBN, dan

juga akan berdampak pada stabilitas nilai tukar ke depannya.

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan di bulan November kembali mencatatkan

surplus sebesar USD2,6 miliar, melanjutkan kinerja positif selama

tujuh bulan terakhir. Surplus masih ditopang oleh neraca

nonmigas sebesar USD2,93 miliar, sementara neraca migas

mengalami defisit sebesar USD0,32 miliar. Sementara itu,

sepanjang tahun 2020 (Jan-Nov’ 2020), neraca perdagangan

telah mencatatkan surplus sebesar USD19,68 miliar atau jauh

meningkat dari tahun sebelumnya yang mencatatkan defisit

USD3,51 miliar. Surplus tersebut masih disebabkan oleh

kontraksi impor yang jauh lebih dalam dibanding ekspor.

Ekspor bulan November 2020 tercatat sebesar USD15,29 miliar,

tumbuh positif dibandingkan bulan sebelumnya. Perbaikan

ekspor di bulan November membuat pertumbuhan secara

tahunan membaik yaitu menjadi 9,58% (yoy). Perbaikan tersebut

juga mengurangi penurunan laju defisit ekspor sepanjang tahun

ini yaitu menjadi -4,2% (ytd). Sementara itu, impor bulan

November 2020 juga mencatatkan peningkatan dibandingkan

bulan sebelumnya yang mencapai USD12,66 miliar. Peningkatan

didominasi oleh impor non migas. Peningkatan impor tersebut

mendorong perbaikan defisit impor menjadi sebesar -17,46%

(yoy) dan -18,91% (ytd).

Perkembangan harga dan juga permintaan pasar global

mempengaruhi pergerakan ekspor dan impor Indonesia.

Sepanjang tahun 2020 ini, perkembangan ekspor lebih banyak

didukung oleh perbaikan harga komoditas nonmigas. Sementara

permintaan masih melemah. Untuk ekspor migas, terdapat

sedikit peningkatan permintaan, namun penurunan harga jauh

Page 6: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 6

lebih dalam. Di sisi impor, perkembangan sepanjang tahun 2020

masih menunjukkan defisit walaupun terdapat perbaikan di

bulan November. Penurunan impor disebabkan baik oleh

kontraksi harga komoditas impor dan juga penurunan jumlah

permintaan yang terjadi baik di sektor migas maupun non migas,

dimana penurunan harga lebih mendominasi.

Perkembangan harga dan

juga permintaan pasar

global mempengaruhi

pergerakan ekspor dan

impor Indonesia.

Sepanjang tahun 2020 ini,

perkembangan ekspor

lebih banyak didukung oleh

perbaikan harga komoditas

nonmigas. Sementara permintaan masih melemah. Untuk ekspor

migas, terdapat sedikit peningkatan permintaan, namun

penurunan harga jauh lebih dalam. Di sisi impor, perkembangan

sepanjang tahun 2020 masih menunjukkan defisit walaupun

terdapat perbaikan di bulan November. Penurunan impor

disebabkan baik oleh kontraksi harga komoditas impor dan juga

penurunan jumlah permintaan yang terjadi baik di sektor migas

maupun non migas, dimana penurunan harga lebih

mendominasi.

Apabila dilihat dari komoditasnya, secara umum komoditas

ekspor masih mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa

komoditas dengan kontribusi cukup besar yang masih

menunjukkan performa positif antara lain lemak dan minyak

nabati/hewani (HS15), besi dan baja (HS72), serta logam

mulia/perhiasan (HS71). Kenaikan jumlah permintaan

mendorong meningkatnya ekspor besi dan baja. Sementara

kenaikan ekspor logam mulia/perhiasan lebih didorong oleh

kenaikan harga. Sementara itu, mayoritas komoditas di sisi impor

juga mengalami penurunan baik disebabkan harga dan volume

seperti mesin dan peralatan mekanis (HS84), plastik dan barang

dari plastik (HS39), besi dan baja (HS72) serta kendaraan dan

bagiannya (HS87). Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik

(HS85) juga mengalami kontraksi volume, namun sedikit

tertolong dengan kenaikan harga.

Apabila dilihat secara sektoral, sepanjang tahun 2020, ekspor

pertanian dan manufaktur bertumbuh positif masing-masing

sebesar 13,7% (ytd) dan 1,5% (ytd). Ekspor pertanian

melanjutkan tren positif sejak awal tahun, sementara ekspor

manufaktur yang sejak pandemi mengalami tekanan, mulai

menunjukkan kinerja positif. Ekspor sektor pertambangan yang

terus mengalami kontraksi selama beberapa waktu, sedikit

tertolong dengan kenaikan ekspor di bulan November. Hal

tersebut mendorong perlambatan laju defisit menjadi 23% (ytd).

Berdasarkan penggunaannya, secara kumulatif Jan-Nov 2020

semua impor berdasarkan jenis penggunaan masih mengalami

penurunan. Impor barang modal dan juga impor bahan

baku/penolong mengalami kontraksi cukup dalam masingmasing

sebesar -18,61% dan -19,78% (ytd). Hal ini menunjukkan masih

melemahnya sisi supply di dalam negeri. Sementara untuk impor

barang konsumsi, penurunan sepanjang tahun ini sebesar -

12,59% (ytd). Laju penurunan impor barang penggunaan

tersebut sedikit melambat dikarenakan peningkatan impor di

bulan November. Peningkatan tersebut diharapkan akan

meningkat sejalan dengan peningkatan investasi domestik.

PERKEMBANGAN HARGA

Laju inflasi November 2020 mencapai 1,59% (yoy), meningkat

dari angka Oktober yang mencapai 1,44% (yoy) atau 0,28%

(mtm). Hingga November, laju inflasi kumulatif mencapai 1,23%

(ytd). Laju inflasi kembali mengalami peningkatan dalam dua

bulan berturutturut setelah sejak periode Juli sampai dengan

Oktober mencatatkan deflasi. Perkembangan inflasi bulan

November 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga

pangan sebagai dampak mulai berkurangnya pasokan di tengah

permintaan yang mulai meningkat.

Tren peningkatan inflasi dicerminkan oleh naiknya inflasi

beberapa kelompok pengeluaran. Secara umum, kelompok

pangan sudah menunjukkan tren peningkatan, sementara

kelompok nonpangan masih melanjutkan tren melemah.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau melanjutkan tren

peningkatan sejak September didorong oleh faktor musim tanam

beberapa komoditas pangan. Peningkatan juga terjadi di

kelompok transportasi seiring mulai naiknya mobilitas

masyarakat antardaerah. Sementara itu, beberapa kelompok

komoditas lainnya, seperti perumahan, perlengkapan rumah

tangga, dan rekreasi masih melanjutkan tren melemah meskipun

penurunannya sudah melandai.

Jika dilihat persebaran spasial, secara bulan ke bulan, inflasi

Page 7: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 7

terjadi di 83 kota mengalami, sementara 7 kota lainnya

mengalami deflasi. Laju inflasi tertinggi terjadi di Tual (Maluku)

didorong oleh kenaikan harga ikan, produk unggas, sayuran, dan

bahan bakar rumah tangga. Sementara itu, kota Kendari

(Sulawesi Tenggara) mengalami deflasi terdalam didorong oleh

penurunan harga pada komoditas ikan dan beberapa jenis

sayuran.

Pada November 2020, laju inflasi volatile food menjadi faktor

utama yang mendorong inflasi secara umum. Inflasi volatile

food mencapai 2,41% (yoy), meningkat dari bulan Oktober yang

mencapai 1,32% (yoy). Meningkatnya laju inflasi ini dipengaruhi

oleh kenaikan beberapa harga komoditas pangan seperti daging

ayam ras dan telur ayam ras, serta aneka bumbu seperti aneka

cabai merah, aneka bawang, beberapa jenis sayuran lainnya, dan

minyak goreng. Kenaikan harga pangan terutama didorong oleh

meningkatnya harga produk unggas yang lebih tinggi

dibandingkan tahun 2019. Pada tahun 2020, kenaikan harga

daging dan telur ayam ras dipengaruhi oleh bekurangnya stok

akibat kebijakan apkir dini dan pengurangan bibit ayam di tengah

permintaan yang mulai naik. Selain itu, harga aneka cabai juga

meningkat, berbeda pada tahun November 2019 yang justru

mengalami deflasi cukup dalam.

Inflasi administered price kembali meningkat setelah dua bulan

sebelumnya melambat. Pada November 2020, inflasi

adminisitered price tercatat mencapai 0,56% (yoy), sedikit

meningkat dari angka Oktober 2020, yaitu 0,46% (yoy). Tekanan

inflasi komponen tersebut berasal dari inflasi transportasi udara

yang mulai meningkat seiring mobilitas masyarakat antardaerah

yang naik. Pada November 2020, angkutan udara mengalami

inflasi setelah empat bulan mengalami deflasi. Hal ini berbeda

dengan November 2019 yang masih mengalami deflasi. Di sisi

lain, tarif listrik masih memberikan sumbangan deflasi sebagai

dampak kebijakan penurunan tarif untuk beberapa golongan

pelanggan tertentu, khusus pelanggan pascabayar.

Di tengah inflasi volatile food dan administered yang

meningkat, komponen inti masih melanjutkan perlambatan

meskipun sudah semakin melandai. Pada November 2020,

inflasi inti mencatatkan angka 1,67% (yoy), menurun tipis

dibandingkan bulan Oktober 2020, yaitu sebesar 1,74% (yoy).

Secara umum, perlambatan inflasi inti masih terlihat pada inflasi

komoditas perlengkapan rumah tangga dan jasa-jasa, seperti -

jasa perumahan, rekreasi dan kebutuhan leisure, dan perawatan

jasmani. Perlambatan inflasi yang terjadi masih sejalan dengan

lemahnya pertumbuhan kredit konsumsi di tengah tren

peningkatan tajam pertumbuhan uang beredar. Selain faktor

domestik, faktor harga komoditas global secara umum yang

masih rendah dan nilai tukar Rupiah yang relatif stabil

berdampak pada terbatasnya imported inflation dan terjaganya

ekspektasi inflasi.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : PERKEMBANGAN KINERJA PERDAGANGAN, TRANSPORTASI, DAN PARIWISATA

Penjualan kendaraan pada Oktober masih dalam kontraksi

pertumbuhan, dengan kinerja penjualan mobil penumpang

yang lebih baik dari bulan sebelumnya sejalan dengan aktivitas

produksi dan peningkatan penjualan pabrik ke dealer. Namun,

kinerja penjualan mobil niaga dan sepeda motor kembali

melambat.

Sementara itu kinerja penjualan eceran kembali melemah pada

bulan November dengan terkontraksi -15,6% (yoy) lebih dalam

dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini seiring dengan

penurunan penjualan kelompok peralatan informasi dan

komunikasi.

Page 8: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 8

Impor Barang Konsumsi pada November masih dalam level

kontraksi, tetapi dengan arah pergerakan yang lebih baik

dibanding bulan sebelumnya. Jika dilihat secara klasifikasi BEC,

terlihat perbaikan pada bulan November karena adanya

pertumbuhan positif secara bulanan pada komponen barang

konsumsi, kecuali untuk komponen impor mobil penumpang

yang masih negatif.

PERKEMBANGAN SEKTOR TRANSPORTASI DAN LOGISTIK

Sektor Transportasi dan Pergudangan memberikan kontribusi

terhadap PDB triwulan II 2020 sebesar 3,57%, mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya di 2020 yang

sebesar 5,17% terhadap PDB. Sektor Transportasi dan

Pergudangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat

pandemi, dimana kinerjanya pada triwulan II 2020 mengalami

kontraksi hingga sebesar 30,8% (yoy). Kontribusi terbesar pada

sektor ini diberikan oleh subsektor Angkutan Darat sebesar 2,2%,

disusul subsektor Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan,

Pos dan Kurir sebesar 0,65%. Kinerja pengangkutan penumpang

dan barang di telah meninggalkan titik terendahnya, dimana

indikator transportasi dan logistik yang terpantau hingga bulan

Juli 2020 menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan

sebelumnya, walaupun secara umum masih berada di zona

pertumbuhan negatif. Peran sektor transportasi dan logistik

terutama didominasi oleh subsektor angkutan darat dan logistik.

Mobilitas masyarakat dalam indikator pengangkutan

penumpang terus menunjukkan perbaikan hingga Juli, meski

pertumbuhannya masih terkontraksi. Hal ini sejalan dengan

mulai dilonggarkannya pembatasan mobilitas, dan peningkatan

operasi angkutan pasca PSBB.

Perkembangan Angkutan Penumpang

Penanganan Covid-19 yang mengharuskan pembatasan

mobilitas masyarakat dan pembatasan protokol batas jumlah

penumpang, berdampak langsung pada demand sektor ini.

Selama masa pandemi (Maret-Oktober), rata-rata kontraksi

pertumbuhan jumlah penumpang terdalam terjadi di angkutan

udara (-77%), diikuti angkutan kereta (-67%) dan angkutan laut (-

52%). Keselurahan moda angkutan mengalami kontraksi

terdalam di bulan Mei, tetapi kemudian terus bergerak membaik

hingga bulan Oktober meski dalam level kontraksi. Adanya hari

libur nasional di bulan Oktober turut mendorong perbaikan

kinerja ini. Secara keselurahan, kinerja transportasi udara perlu

menjadi perhatian karena baik penumpang dan barang telah

berada dalam tren kontraksi sejak sebelum pandemi. Angkutan

penumpang memiliki keterkaitan dengan kepercayaan

masyarakat dalam menggunaan transportasi publik. Sehingga,

penanganan dari sisi kesehatan di masa pandemi (penemuan

vaksin) dapat menjadi stimulus terbesar pemulihan sektor ini.

Namun, dalam jangka pendek kepercayaan masyarakat dapat

ditingkatkan dengan adanya regulasi dan komunikasi terkait

standar keamanan perjalanan masa pandemi. Selain itu,

angkutan penumpang memiliki keterkaitan erat dengan Sektor

Pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah.

Perkembangan Angkutan Penumpang

Sektor ini sangat berkaitan dengan sektor lain seperti

manufaktur dan perdagangan. Penurunan aktivitas distribusi

logistik masa pandemi ditunjukkan pada penurunan volume

kendaraan angkutan logistik, serta bongkar muat di pelabuhan

dan bandara. Penurunan aktivitas pada masa PSBB dialami lebih

dari 80% perusahaan transportasi logistik dengan penurunan

aktivitas logistik yang berdampak pada pengurangan armada

operasi, jumlah pegawai, dan jam kerja. Indikator pengangkutan

barang bulan Oktober menunjukkan pergerakan yang beragam.

Angkutan barang laut dan udara menununjukkan perbaikan

kinerja, sementara angkutan kereta api kembali mengalami

tekanan. Pandemi Covid-19 mendorong masyarakat beralih

memenuhi kebutuhan melalui e-commerce. Hal ini mendorong

meningkatnya jasa pengiriman barang permintaan pergudangan

logistik. Transportasi logistik adalah sektor dengan

ketergantungan antarwilayah sangat tinggi, sehingga

pemerataan kebijakan dan pembangunan antarwilayah (supply-

demand dan infrastruktur) dapat mendorong sektor ini.

Diperkirakan pertumbuhan sektor transportasi dan logistik

akan terus mengalami perbaikan ke depan sejalan dengan

peningkatan aktivitas pergerakan penumpang maupun barang

serta adanya insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada

pelaku di sektor transportasi yang terdampak covid-19 berupa

Page 9: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 9

penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan pokok, hingga

penyertaan modal sementara. Aturan pemberian insentif harus

diterjemahkan secara operasional atau teknis dan bersifat

executable dan perlu adanya kepastian aturan main mengingat

teknis pelaksanaan pemberian insentif diserahkan kepada bank

atau lembaga pembiayaan (multifinance) sehingga menimbulkan

permasalahan tersendiri bagi bank dan multifinance dalam

pelaksanaannya di lapangan.

PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA

Sektor Pariwisata masih bertumpu pada wisatawan domestik

dengan tetap mengutamakan kesehatan masyarakat.

Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp3,8 Triliun untuk

pemulihan sektor wisata untuk Sertifikasi CHSE (Cleanliness,

Health, Safety, and Environmental Sustainability) pada objek

wisata, hotel, dan restoran yang diharapkan dapat

meminimalisasi penyebaran wabah COVID19, serta stimulus

Reaktivasi Pariwisata berupa diskon 50% untuk paket wisata

setelah vaksinasi berjalan diharapkan mampu mempercepat

pemulihan sektor pariwisata.

Kunjungan Wisman ke Indonesia masih berada pada level yang

sangat rendah, non-essential travel restriction masih diterapkan

sebagai akibat pergerakan kasus Covid-19 yang masih ekskalatif

dan dinamis. Kunjungan Wisman ke Indonesia pada Oktober

2020 mencapai 158,19 ribu kunjungan, mengalami penurunan

tajam sebesar 88,25 persen jika dibandingkan dengan jumlah

kunjungan wisman pada Oktober 2019 yang berjumlah 1,35 juta

kunjungan. Namun jika dibandingkan dengan September 2020,

jumlah kunjungan wisman Oktober 2020 sedikit meningkat

sebesar 4,57 persen.

Berdasarkan pintu masuk, wisman yang berkunjung melalui

pintu masuk udara sebanyak 12,76 ribu kunjungan, pintu masuk

laut sebanyak 45,69 ribu kunjungan, dan pintu masuk darat

sebanyak 99,74 ribu kunjungan.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Hotel Berbintang di

Indonesia menunjukkan tren perbaikan setelah melewati

penurunan paling dalam pada bulan April 2020. Masyarakat yang

tidak dapat bepergian jauh dan ingin liburan menjadikan

staycation sebagai alternatif wisata, yang didukung oleh

penurunan tarif kamar dan promo Online Travel Agent (OTA) dan

juga libur panjang pada Bulan Oktober. Namun, pengurangan

jumlah libur akhir tahun dan pemberlakuan Rapid Test Antigen

untuk keluar masuk Jakarta berpotensi menghambat laju

perbaikan TPK. Bali sebagai daerah yang bergantung pada

wisman, memiliki TPK terendah yaitu 9,53% atau turun dari

63,30% pada Oktober 2019.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : INDIKATOR PERTUMBUHAN EKONOMI

Indikator Konsumsi Rumah Tangga

Indikator Konsumsi rumah tangga pada bulan November

menunjukkan penguatan optimisme konsumen yang tercermin

pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 92,0, dibanding

bulan sebelumnya yang sebesar 79,0. Keyakinan konsumen

menguat di seluruh kategori tingkat pengeluaran. Perbaikan

keyakinan konsumen pada November 2020 didorong oleh

ekspektasi konsumen yang membaik terhadap kondisi ekonomi

ke depan, yakni pada peningkatan ekspansi kegiatan usaha,

kenaikan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja pada 6

bulan mendatang. Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini juga membaik meski masih berada pada area kontraksi,

terutama disebabkan oleh persepsi yang menguat terhadap

penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja.

Bertolak belakang dengan IKK, Indeks Penjualan Eceran (RSI)

pada bulan November 2020 masih menunjukkan pelemahan

yang bisa jadi merupakan siklus musiman kuartal IV. Pada bulan

November RSI berkontraksi 0,43% (mtm) atau 15,66% (yoy).

Konsumsi makanan dan minuman yang merupakan porsi

terbesar dalam konsumsi rumah tangga (42%) pada bulan

November mengalami kontraksi 0,45% (mtm) atau 6,51% (yoy).

Page 10: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 10

Sementara itu penjualan mobil penumpang terus menanjak di

bulan November, mencapai 70% dari keadaan pra-pandemi di

bulan Maret 2020. Sementara itu penjualan sepeda motor

menunjukkan penurunan sejak Bulan September 2020 dimana

siklus musiman ini juga terjadi di periode yang sama tahun lalu.

Penjualan sepeda motor dan mobil penumpang dari PT Astra di

Bulan November ini masing-masing terkontraksi 56,7% (yoy) dan

41,0% (yoy). Secara bulan ke bulan (mtm) penjualan sepeda

motor mengalami kontraksi 25,4%, sedangkan penjualan mobil

tumbuh 9,8%.

Penjualan listrik untuk golongan rumah tangga di bulan

November 2020 mengalami penurunan bila dibandingkan bulan

Oktober yang menunjukkan masyarakat kembali beraktivitas di

luar rumah. Konsumsi listrik yang merupakan bagian dari

konsumsi RT untuk perumahan dan peralatan RT di bulan

November ini berkontraksi 2,2% (mtm) namun meningkat 7,1%

bila dibandingkan bulan November 2019.

Kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)

Mengakhiri bulan ke-2, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) pada periode triwulan IV-2020 diperkirakan mengalami

sedikit perbaikan dari triwulan III-2020 yang ditandai dengan

membaiknya beberapa indikator. Indikator PMTB seperti

penjualan semen, penjualan kendaraan niaga dan impor barang

modal telah mengalami perbaikan meskipun masih di teritori

negatif. Komponen PMTB bangunan masih membaik secara

perlahan setelah pada bulan Oktober bergerak cenderung

berlawanan dengan tendensi perbaikan yang dialami berbagai

indikator yang diukur dengan google mobility. Indikator itu

sejalan dengan peningkatan aktifitas masyarakat maupun

keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda.

Pada bulan November, indikator PMTB bangunan

menunjukkan tren membaik dibandingkan pergerakan

indikator di bulan Oktober. Konsumsi semen yang pada bulan

Oktober mengalami penurunan yaitu -15,2% (YoY) dibandingkan

realisasi pada bulan September, pada bulan November

mengalami sedikit perbaikan yaitu sebesar - 13,9% (YoY). Hingga

bulan November konsumsi semen terkontraksi sebesar 10,2%

(ytd). Impor Besi dan Baja sebagai indikator PMTB bangunan juga

mengalami perbaikan dari bulan Oktober sebesar -46,0% (YoY)

menjadi sebesar 34,2% (YoY).

Demikian pula impor barang modal sebagai indikator PMTB

Mesin dan Perlengkapan mengalami perbaikan yang cukup

signifikan. Setelah mengalami pelemahan pada bulan Oktober -

24,2% (YoY), pada bulan November kembali mengalami

perbaikan menjadi sebesar -2,9% (YoY). Perbaikan indikator ini

diperkirakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan PMTB

Mesin dan Perlengkapan di triwulan IV-2020 ini, dengan

beberapa downside risk, yaitu hari libur akhir tahun yang

memotong hari kerja dan kegiatan pembangunan fisik serta

korporasi masih enggan untuk ekspansi yang terlihat dari tren

kredit yang masih menurun.

Penjualan mobil niaga sebagai indikator PMTB Kendaraan pada

bulan November mengalami perbaikan setelah mengalami

pelemahan pada bulan Oktober. Pada bulan Oktober, penjualan

mobil niaga sebesar -43,2% (YoY) tumbuh lebih rendah

dibandingkan pada bulan September sebesar -36,7% (YoY). Pada

bulan November kembali menguat sebesar -13,9% (YoY).

Diperkirakan kondisi ini masih akan mengalami perbaikan seiring

dengan semakin membaiknya aktifitas masyarakat dan

perekonomian, namun belum adanya stimulus yang menjadi

pendorong untuk indikator ini bergerak lebih baik lagi.

Page 11: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 11

Indikator lainnya yang digunakan untuk memperkirakan

pertumbuhan PMTB secara keseluruhan adalah realisasi

belanja modal Pemerintah Pusat. Pada bulan November 2020,

realisasi belanja modal Pemerintah Pusat sebesar Rp20.783

miliar. Secara YoY, realisasi bulan November tumbuh positif

sebesar 9,9%, secara mtm tumbuh sebesar 26,0%. Secara

kumulatif realisasi selama bulan Januari-Oktober sebesar

Rp110.441 miliar. Penyerapan ini mencapai 80,4%, meningkat

dibandingkan dengan penyerapan November 2019 sebesar

66,8%. Berdasarkan hal itu, diperkirakan hingga akhir tahun,

penyerapan belanja modal tersebut akan terkontraksi jika

dibandingkan dengan realisasi tahun 2019.

Kinerja Konsumsi Pemerintah

Bulan November 2020 menunjukkan realisasi belanja negara

secara kumulatif Januari - November telah mencapai Rp2.306,7

triliun atau 84,2% dari total anggaran belanja negara, tumbuh

12,7% (yoy) dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp2.046,6

triliun. Capaian belanja negara tersebut ditopang oleh

peningkatan realisasi belanja bantuan sosial, dukungan untuk

dunia usaha terutama usaha menengah kecil (program PEN)

melalui belanja lainnya, serta peningkatan belanja barang.

Akselerasi realisasi belanja negara yang meningkat sangat pesat

pada triwulan III sedikit mengalami perlambatan di bulan

November. Hal ini terlihat dari melambatnya pertumbuhan

belanja negara kumulatif menjadi 12,7% di bulan November

dibandingkan bulan Oktober yang mencapai 13,6% (yoy).

Secara kumulatif Januari-November belanja Pegawai telah

mencapai Rp356,5 triliun (88,3% dari pagu perpres 72), atau

tumbuh 2,2% (yoy), terutama dipengaruhi oleh menurunnya

belanja untuk honorarium, vakasi, dan tunjangan karena

sebagian PNS melakukan pekerjaannya dari rumah (WFH), serta

adanya perubahan kebijakan pembayaran THR dan gaji ke-13.

Sementara itu, sampai dengan bulan November Pemerintah

telah membelanjakan Rp329,4 triliun untuk belanja barang,

meningkat 22,4% yoy dan mencapai 120,6% dari pagu anggaran

berdasarkan Perpres 72/2020. Belanja barang di tahun 2020

terutama digunakan untuk bidang kesehatan dan bantuan

pemerintah. Pos belanja Jaring Pengaman Sosial masa Pandemi

Covid-19 serta peningkatan nilai Premi PBI JKN di tahun 2020.

Lebih lanjut peningkatan realisasi Bansos tersebut berdasarkan

Kementerian /Lembaga di antaranya sebagai berikut: a)

pelaksanaan PKH, Kartu Sembako dan bansos sementara lainnya

(BST, Bansos beras, bansos Paket Sembako) oleh Kementerian

Sosial; b) pencairan bantuan premi iuran JKN dengan premi iuran

yang lebih besar sejak awal tahun oleh Kementerian Kesehatan;

c) realokasi KIP Kuliah dari Kemristek/BRIN oleh Kemendikbud;

dan d) pelaksanaan kegiatan penanganan pandemi Covid-19 oleh

BNPB. Sementara barang untuk diserahkan kepada

masyarakat/pemda tumbuh 163,7% (yoy) yang didorong belanja

barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda.

Selain itu pos belanja BLU juga tumbuh cukup tinggi mencapai

70,2% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan belanja BLU

biodiesel/kelapa sawit. Selain itu, sampai dengan November

2020 belanja bantuan sosial telah mencapai Rp191,4 triliun,

meningkat 80,7% (yoy) atau mencapai 109,7%, melampaui

pagunya dalam Perpres 72/2020. Peningkatan tersebut

didorong belanja bantuan sosial untuk penanggulangan

kemiskinan dan bantuan sosial untuk penganggulangan bencana,

yang meningkat cukup tinggi. Namun demikian, meskipun

realisasi program-program yang dilakukan Pemerintah melalui

penyaluran subsidi sangat besar seperti perlindungan sosial

sangat luar biasa bermanfaat bagi masyarakat, namun kontribusi

belanja sosial hampir keseluruhan masuk ke dalam komponen

PDB konsumsi rumah tangga, karena sebagian besar belanja

sosial langsung diberikan kepada masyarakat. Sementara itu

pada bulan November 2020 realisasi belanja negara mencapai

Rp264,9 triliun, meningkat 6,4% (yoy) dibandingkan realisasi

pada bulan November 2019 yang mencapai Rp248,8 triliun.

Tumbuhnya realisasi belanja negara ini didorong masih

tumbuhnya komponen belanja negara pembentuk PDB Konsumsi

Pemerintah dari sisi pemerintah pusat yaitu belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, bantuan sosial, serta belanja lain-

lain. Sementara itu pembentuk PDB Konsumsi Pemerintah dari

sisi pemerintah daerah diperkirakan mengalami kontraksi yang

terlihat dari indikatornya yaitu TKDD yang mengalami kontraksi

cukup besar mencapai 34,2% (yoy).

Selama periode Januari-November 2020 diperkirakan terjadi

peningkatan konsumsi Pemerintah dibandingkan periode yang

sama tahun 2019. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi

oleh meningkatnya realisasi belanja bantuan sosial serta belanja

barang yang didorong oleh realisasi PEN baik berupa dukungan

kesehatan, perlindungan sosial, bantuan upah, maupun bantuan

mikro.

Page 12: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 12

\

Page 13: Global PMI Manufacture · 2019. 12. 31. · Pada bulan November, nilai tukar Rupiah ditutup pada Rp14,102/USD terdepresiasi 0,67% ... berdampak pada kegiatan investasi dan produksi

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 13

Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun : Thomas NPD Keraf, Yasir Niti Samudro, Roni Parasian, Rahadian Zulfadin, Lilik Surya, Iis Iskandar, Raditiyo Harya Pamungkas, Dwi Anggi Novianti, Dedy Sunaryo, Immanuel Bekti Hartanto, Restu Rinayanti, Johan Zulkarnain, Andi Yoga, Wignyo Parasian, Yayu Andini, Ika Kartika Sari, Wiranda Baihaqi, Dimas Nurdy, Adi Triyono, Dessy Kusumawardani, Rizki Saputri, Ilham Satriyo N., Hilda Choirunnisyah

Layout : Patria Yoga Asmara Sumber Data : CEIC, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.