Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

20
MASYARAKAT SIPIL GLOBAL ERA BRILLIANA LARGIS - 071012008 1 Masyarakat Sipil Global : CARE dan Oxfam NGO telah lama menjadi salah satu mesin penggerak yang mempunyai peran yang cukup signifikan terhadap perkembangan isu Hak Asasi Manusia (HAM) sejak paska perang dunia kedua (Lauren, 1998 dalam Florini & Simmons, 2000). Akan tetapi selain organisasi yang memang fokusnya dalam masalah HAM seperti Amnesty Internasional dan Human Right Watch, terdapat juga NGO yang kemudian mengalami perubahan fokus atau pandangan prioritas menjadi berorientasi HAM, seperti yang terjadi pada CARE dan Oxfam. Keduanya merupakan bentuk NGO yang dapat diklasifikasikan kedalam bentuk masyarakat sipil global dimana kemudian seiring dengan berkembangnya jumlah NGO dan isu yang ada terjadi pengadopsian nilai-nilai HAM dalam program dan prinsip organisasinya , keduanya kemudian dikenal sebagai beberapa NGO yang vokal sebagai MSG dalam hal HAM. Sehingga yang kemudian akan dibahas dalam tulisan kali ini, adalah bagimana Oxfam dan CARE akan dilihat sebagai salah satu entitas MSG yang akan dianalisis menggunakan pendekatan cara berfikir masyarakat sipil global dalam suatu jenis isu tertentu yaitu HAM. Penggunaan CARE dan Oxfam sebagai studi kasus dalam tulisan ini dikarenakan keduanya mencerminkan kelompok INGO (International Non-Governmental Organization) yang cukup mempunyai pengaruh dan aktif dalam isu humanitarian atau Hak Asasi (Chesters, 2004). Keduanya juga mempunyai bentuk atau model organisasi yang hampir sama, akan tetapi mempunyai beberapa

description

Paper Masyarakat Sipil Global, membandingkan NGO CARE dan Oxfam

Transcript of Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

Page 1: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

1

Masyarakat Sipil Global : CARE dan Oxfam

NGO telah lama menjadi salah satu mesin penggerak yang mempunyai peran yang cukup

signifikan terhadap perkembangan isu Hak Asasi Manusia (HAM) sejak paska perang dunia

kedua (Lauren, 1998 dalam Florini & Simmons, 2000). Akan tetapi selain organisasi yang

memang fokusnya dalam masalah HAM seperti Amnesty Internasional dan Human Right Watch,

terdapat juga NGO yang kemudian mengalami perubahan fokus atau pandangan prioritas

menjadi berorientasi HAM, seperti yang terjadi pada CARE dan Oxfam. Keduanya merupakan

bentuk NGO yang dapat diklasifikasikan kedalam bentuk masyarakat sipil global dimana

kemudian seiring dengan berkembangnya jumlah NGO dan isu yang ada terjadi pengadopsian

nilai-nilai HAM dalam program dan prinsip organisasinya , keduanya kemudian dikenal sebagai

beberapa NGO yang vokal sebagai MSG dalam hal HAM. Sehingga yang kemudian akan

dibahas dalam tulisan kali ini, adalah bagimana Oxfam dan CARE akan dilihat sebagai salah satu

entitas MSG yang akan dianalisis menggunakan pendekatan cara berfikir masyarakat sipil global

dalam suatu jenis isu tertentu yaitu HAM.

Penggunaan CARE dan Oxfam sebagai studi kasus dalam tulisan ini dikarenakan

keduanya mencerminkan kelompok INGO (International Non-Governmental Organization) yang

cukup mempunyai pengaruh dan aktif dalam isu humanitarian atau Hak Asasi (Chesters, 2004).

Keduanya juga mempunyai bentuk atau model organisasi yang hampir sama, akan tetapi

mempunyai beberapa perbedaan yang kemudian mempengaruhi strategi pergerakannya. CARE

lebih mempunyai struktur yang sentral dengan strategi yang jelas dalam isu hak asasinya,

sedangkan Oxfam lebih terdesentralisasi atau mempunyai otonomi yang mempengaruhi strategi

isu hak asasinya. Keduanya juga dipilih karena mudahnya pencarian data, karena keduanya

mempunyai publikasi yang kredibel dan lebih mudah diakses untuk menunjukkan persamaan dan

perbedaan keduanya sebagai MSG dalam isu HAM.

Diawali oleh terminologi dari G.W.F. Hegel. Seorang akdemisi dari Prussia dan Baden

pada abad ke 19 yang oleh Leni Wild (2006) dalam artikelnya secara struktur didefinisikan

sebagai ‘encompassing all associations, excluding governments, private sector actors and

families, that act transnationally’. Jan Art Scholte (1999) mendefinisikan Masyarakat Sipil

Global melalui batasan definisinya, dimana Scholte (1999) menekankan bahwa MSG bukanlah

Page 2: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

2

negara, tidak-Official, bukan pemerintahan, bukan merupakan bagian formal dari aparat negara,

ataupun mencari kontrol kenegaraan, serta berada pada ranah diluar sektor publik dari

pemerintah. Kedua, adalah MSG bukan merupakan bagian dari pasar, bersifat non-komersil,

bukan merupakan bagian dari perusahaan, dan juga tidak bertujuan untuk mencari keuntungan

sehingga bisa dikatakan sebagai masyarakt yang berada diluar sektor privat dari ekonomi dan

pasar (Scholte, 1999).

Kemudian juga, aktivitas yang masuk dalam kategori MSG adalah kegiatan atau usaha

yang secara sengaja yang bertujuan untuk merubah kebijakan, norma, atau suatu struktur sosial

(Scholte, 1999). Sehingga bisa dikatakan bahwa MSG muncul ketika masyarakat mempunyai

pemikiran atau kepedulian yang secara sukarela dibentuk untuk merubah atau membentuk aturan

yang ada, baik itu aturan yang resmi, formal, legal ataupun konstruksi sosial yang sifatnya

informal. Sebuah entitas dikatakan MSG menurut Scholte (1999) jika mencakup satu atau

beberapa aktivitas yang membahas tentang isu-isu yang universal atau Transworld;

Melibatkankomunikasi lintas batas; Mempunyai organisasi global; serta berlangsung atas dasar

solidaritas supraterritorial. Dalam melihat dan mendeskripsikan Masyarakat Sipil Global,

Vujadinovic (2009) juga mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan,

yaitu secara Anlytical-descriptive dan juga secara Normative-mobilizing dimension. Secara

Analitis-deskriptif, MSG dilihat dalam konteks yang Horizontal, yang berhubungan dengan

semakin meluas atau melebarnya interkonektifitas, asosiasi antara individu dan kelompok dalam

konteks dunia (Vujadinovic, 2009). Sedangkan dalam pendekatan yang Normatif, MSG lebih

dilihat secara konteks vertikal menekankan pada kehidupan yang seharusnya, pluralisme dalam

kehidupan global yang sesuai dengan prinsip demokrasi, merupakan bentuk dari asosiasi

sukarela atas dasar nilai-nilai universal dan nilai demokratisv(Vujadinovic, 2009).

Menurut David Chandler (2007) secara normatif definisi MSG mempunyai karakter

tertentu, yang dimana eksistensinya adalah untuk memenuhi nilai-nilai universal, validitas

normatif, dalam melakukan global public goods pada dunia global yang berada diantra pasar dan

politik nasional. Mary Kaldor (2003) juga mengatakan bahwa MSG adalah kegiatan tentang

civilizing atau mendemokratisasikan globalisasi, dimana terdapat proses suatu kelompok,

pergerakan atau individual dapat menuntut adanya aturan, hukum, keadilan dan juga

empowerment. Pengertian normatif yang serupa juga dikatakan oleh Donatella Della Porta (2005

Page 3: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

3

dalam Kaldor, 2003) yang mengatakan adanya kemampuan MSG untuk mendirikan, menampung

atau membangun identitas yang berbeda dan bermacam-macam, yang kemudian disebutnya

sebagai movement of movement yang menyebabkan mereka menjadi gerakan yang bersifat

positif.

Mary Kaldor (2003) juga menyatakan bahwa Masyarakat Sipil Global merupakan

sebuah proses dimana para individu dapat bernegosiasi, argumentasi, berjuang, mendukung atau

menolak dengan pihak lain atau dengar kekuasaan sentral ekonomi dan politik, yang juga berarti

institusi global dan perusahaan. Hal inilah yang memebedakan Masyarakat Sipil Global dengan

aktor lain, dimana jika pemerintah mempunyai kekuatan dalam hal militer, ekonomi, dan juga

politik; atau perusahaan yang mempunyai kontrol terhadap ekonomi, dapat mempengaruhi

pemerintah dan juga militer; Masyarakat Sipil Global lebih menggunakan soft power, yaitu

otoritas moral dan juga opini publik (Florini &Simmons, 2000). MSG sendiri muncul dalam

berbagai model, seperti; (1) claimant movement yang memiliki goals untuk mengejar keadilan

bagi masyarakat; (2) political movement yang mempertanyakan format representatif, pengaruh,

serta pengambilan keputusan dalam politik; dan (3) antagonistic movement yang dengan

bentuknya yang abstrak, seringkali berujung pada sikap-sikap antagonis (Melucci,1996 dalam

Chester,2004).

MSG mempunyai banyak dan bermacam bentuk, dengan model yang berbeda-beda.

Scholte (1999) mengklasifikasikan bentuk atau model dari MSG dalam beberapa kriteria. Dilihat

dari keanggotaannya, yang bisa terdiri dari akademisi, asosiasi bisnis, dan kelompok kepentingan

lain. Dilihat dari bentuk organisasinya, terdapat MSG yang sifatnya terpusat dan tidak terpusat,

formal ataupun informal; koalisi atau merupakan jaringan yang tidak mengikat; atau dilihat dari

regularitas hubungan yang terjalin. Dilihat dari level kapasitasnyanya, terdapat MSG yang

mempunyai sumber daya yang mencukupi seperti dalam dana, anggota, tempat dll., dan juga

kapasitas ide seperti visi dan misi, hubungan dengan pemegang kekuasaan yang baik ada juga

yang tidak. Kemudian dilihat dari Taktiknya, ada yang menggunakan lobbying secara langsung

atau dengan memobilisasi publik, menggunakanan media atau dengan bertemu secara langsung,

menarik simpati atau pengaruh dengan aim at heart atau aim at mind; atau dengan atau tidak

menggunakan internet; serta juga pencapaian tujuan dengan bekerja sama (Cooperation) atau

dengan konfrontasi. Sedangkan dilihat dari tujuannya, MSG dapat dibedakan menjadi MSG yang

Page 4: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

4

Conformist, yang berusaha mempertahankan nilai yang telah ada; Reformist merupakan MSG

yang berusaha untuk membenarkan atau memperbaiki kekurangan yang ada pada struktur sosial

yang ada; atau yang ketida yaitu MSG yang bersifat Radicals dimana bertujuan untuk

mentrasformasi, mengganti, tatanan sosial yang ada.

Oxfam dan CARE

Definisi dari Masyarakat Sipil Global menurut Vujadinovic (2009) mengatakan bahwa

kegiatan publik dari perkumpulan individu dan grup yang terorganisisr secara global,

mempunyai hubungan berskala global serta bergerak dalam bidang ekonomi, politik atau sosial

yang isunya relevan secara global dan diekspresikan pada level global atas nama kemanusiaan.

Hal ini dengan baik dicerminkan oleh Oxfam ataupun CARE. Oxfam International, yang

berdasarkan sejarahnya dibentuk merupakan kelompok indepen bukan negara dibentuk tahun

1995, yang bertujuan untuk bekerja sama dalam menurunkan jumlah kemiskinan dan

ketidakadilan serta komitmen terhadap hak asasi manusia(Oxfam.org). Oxfam berasal dari

Oxford Committee for Famine relief yang dulunya memberikan bantuan pangan pada korban

perang pada perang dunia kedua (Oxfam.org). Oxfam kemudian tidak hanya untuk memberikan

bantuan pada rakyat miskin dan kebijakan publik saja, tetapi juga pada beberapa macam isu,

seperti kemiskinan, HAM, dan juga fair trade (Beery & Gabay, 2009).

Sedangkan CARE singkatan dari Cooperative For Assistance and Relief

Everywhere(Care.org). Dibentuk pada tahun 1946 sebagai sebuah organisasi Amerika yang

menyediakan bantuan makanan ke Eropa, yang hingga sekarang masih aktif mengirimkan

surplus makanan dari AS ke negara yang membutuhkan yang kemudian berkembang menjadi

berkembang kearah kesehatan, pertanian, dan juga pengurangan kemiskinan, sehingga

kemiskinan dapat dihapuskan melalui program yang membuat self-sufficient(Dijkzeul & Moke,

2005). Dilihat sebagai sebuah MSG keduanya mempunyai sistem keanggotaan yang sama,

dimana baik Oxfam maupun CARE mempunyai bentuk keanggptaan yang berbasis sukarela

yang tidak mengikat(Care.org). Didalamnya juga terdiri dari beberapa agen-agen ahli, seperti

advokasi, dan juga badan eksekutif layaknya sebuah organisasi. Bedanya terdapat dalam model

organisasinya,walaupun keduanya merupakan organisasi yang formal, CARE lebih bersifat

sentralisasi berpusat yaitu di Amerika Serikat yang saat ini mempunyai program pembangunan di

Page 5: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

5

37 negara(Care.org)., sedangkan Oxfam lebih desentralisasi dan mempunyai otonomi karena

cabangnya tersebar di 94 negara seperti Inggris, America, Australia, Canada, Prancis, India,

HongKong, New Zealand, Mexico dll (Oxfam.org).

Dilihat dari level kapasitas sebagai organisasi, keduanya mengandalkan dana untuk

proyek merekaa dari sumbangan atau donatur, dan juga Fundraising. Perbedaan mungkin

terletak dari cara pengumpulan dana, sebagai contoh Oxfam mempunyai cara khas yaitu dengan

menjual pakaian bekas yang layak pakai sumbangan dari donaturnya(Oxfam.org), sedangkan

CARE lebih kepada bekerja sama dengan pemerintah yang berhubungan langsung dengan

surplus makanan di AS dan menyebabkan relatif besarnya kebergantungannya pada dana hibah

pemerintah AS terutama perannya dalam bantuan makanan(Dijkzeul & Moke, 2005). Sama

seperti Oxfam , CARE juga melakukan strategic partnership dan aliansi, untuk meningkatkan

penagruhnya dan juga image positif(Beery & Gabay, 2009). Hal inni pula yang turut

membedakan kapasitas keduanya, CARE lebih mempunyai hubungan yang baik dengan

pemerintah karena pengaruh sejarah berkembangnya, sedangkan Oxfam cenderung lebih

mandiri(Beery & Gabay, 2009). Dilihat dari kapasitas idenya Oxfam juga mempunyai Shared

value yang cenderung bersifat normatif dan menuntut adanya perubahan, mencoba untuk

merubah keadaan karena adanya pihak yang dirugikan (Displaced), serta penyelesaian masalah

yang bersifat lintas batas negara (Florini & Simmons, 2000). Sedangkan CARE tujuan

organisasinya pada umumnya adalah untuk menolong masyarakat miskin melalui personal

empowerment; social empowerment; service delivery. Yang dimana keduanya hampir sama-

sama bergerak dalam bidang emergency relief dan isu pembangunan(Dijkzeul & Moke, 2005).

Meluasnya dan banyaknya MSG terdaapat suatu bentuk pola dalam melakukan atau

strategi pergerakan(Chesters, 2004). Dimana Sebagian dari mereka memfokuskan diri untuk

mencoba mempengaruhi (lobbying) ke arah atas para penguasa, dan agen egen penting baik

melalui acara-acara resmi yang sedang berlangsung dengan tujuan mempengaruhi aturan yang

akan dibuat. Sebagian lainnya memanfaatkan konferensi-konferensi UN untuk meluaskan

jaringan (networking) secara horizontal dengan sesama NGOs (Clark, 1998).. Dalam taktik

pergerakan secara horizontal atau Networking, Oxfam lebeih cenderung bekerja sama dengan

beberapa organisasi lokal di masing-masing negara melalui kegiatan pembangunan, pemberian

bantuan, kampanye, Advokasi serta mengadakan penelitian tentang kebijakan yang ada

Page 6: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

6

(Oxfam.org). CARE juga sebenarnya melakukan hal yang sama hanya saja, akan tetapi CARE

selain melakukan program di negara asalnya juga melakukan program di negara

berkembang(Care.org).

Dalam hubungan dengan pemimpin atau penguasa disuatu negara, keduanya sama-sama

menggunakan teknik Lobbying, akan tetapi CARE lebih mempunyai banyak pengaruh karena

latar belakang organisasi yang pada dasarnya mempunyai hubungan erat dengan satu pihak saja,

sedangkan Oxfam harus berurusan dengan banyak penguasa di negara laian atau dalam suatu

kondisi lain(Dijkzeul & Moke, 2005). sehingga bisa dikatakan walaupun taktik dan strategi

pergerakan keatasnya sama-sama menggunakan Lobbying CARE lebih unggul. Sedangkan untuk

taktik dan strategi pergerakan kebawah, Oxfam mempunyai fokus issue kampanye

multidimensional, seperti GROW dalam hal proyek memberantas kelaparan, dan juga proyek

pemberian bantuan lain(Oxfam.org). Strategi Oxfam fokus pada area manajemen media,

kampanye, dan Lobbying. Selain itu Oxfam juga beraliansi dengan advokasi lain seperti

Amnesty Internasional. Oxfam membangun strategic partnership dan aliansi dengan badan

lain(Dijkzeul & Moke, 2005). Aktivitas kampanye Oxfam juga didukung dengan media nasional

sebagai media working groupnya. Contohnya Oxfam Jerman, menyediakan jasa logistik untuk

melakukan investigasi jurnalisme dan mengeluarkaan publikasi secara reguler pada topik

tertentu(Dijkzeul & Moke, 2005). Sebagai advokasi Oxfam mempekerjakan 70 staf advokasi

(Oxfam America) yang lebih banyak daripada CARE USA yang hanya 11 pada tahun 2001.

Elemen strategi komunikasinya juga kepada stakeholder adalah dengan regular newsletters,

donors, photo exhibitions dan juga laporan berupa video(Dijkzeul & Moke, 2005).

Selain itu Oxfam juga menggunakan teknologi internet sebagai salah satu sarana

pergerakannya, seperti penandatanganan petisi online, video dll(Oxfam.org). Sedangkan CARE

lebih pada aktifitas secara langsung dirasakan oleh para anggotanya atau experience dengan

penggunaan teknologi internet yang masih minim. Oxfam mempengaruhi opini publik melalui

kampanye, petisi, video, dan juga strategi lain sehingga menyebabkan individu yang tidak

mempunyai latar belakang yang sama, berada di tempat yang berbeda dan hanya memiliki

kepercayaan yang sama dapat bergerak bersama untuk mempengaruhi pengambilan suatu

keputusan hanya dengan bantuan koneksi internet(Oxfam.org).Oxfam juga mengeluarkan press

release dalam berbagai bahasa, fokus dalam topik tertentu, dan juga menyediakan informasi

Page 7: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

7

terbaru mengenai isu, konflik yang perlu diketahui oleh publik(Oxfam.org). Oxfam kemudian

merupakan salah satu bentuk dari organisasi yang mempunyai komitmen atas tanggung jawab

dalam excellence, transparansi, dan akuntabiltas terhadap stakeholdernya(Dijkzeul & Moke,

2005). sehingga penggunaan media massa termaksimalisasi dan juga bertujuan untuk

mempengaruhi secara pemikiran atau aim at mind (Oxfam.org).

Sedangkan CARE ldalam hal media massa dan transparansi, bisa dibilang masih lemah,

karena lebih jarang mengeluarkan publikasi mengenai perkembangan yang ada(Dijkzeul &

Moke, 2005). Dalam website resminya, publikasi yang lengkap bukan mengenai transparansi

organisasi dan tujuan-tujuan programnya, melainkan pada transparansi pendanaan. CARE juga

lebih menjalankan taktik pergerakannya dengan terlibat secara langsung memberikan makanan,

peralatan, dan mengajarkan masyarakat bagaimana membuat sistem perairan, jalan, sekolah,

rumah dan pusat kesehatan(Care.org). CARE juga mengajarkan bagaimana meningkatkan

produksi pada pertanian, dan peternakan mereka, bagaimana memanfaatkan hutan secara

sustainable serta bagaimana memulai industri kecil dipedesaan, sehingga bisa dikatakan

taktiknya lebih face to face dengan sasaran pengaruhnya adalah perasaan, simpati atau aim at

heart.

Dalam menentukan target global dan privat CARE dan Oxfam mengadopsi RBA (Right

Based Approach) (Bengtsson, 2007). Dimana keduanya sama-sama dalam menentukan target

globalnya pada beberapa elemen yaitu: yang pertama adalah keinginan untuk menghubungkan

aktivitas atau kepedulian yang ada dengan isu HAM; yang kedua adalah menuntut adanya

Akuntabilitas; yang ketiga adalah Empowerment yang dalam hal ini diartikan sebagai bagaimana

individu dan kelompok memperkuat kapasitas mereka untuk menegosiasikan kembali hubungan

mereka dengan negara dan kelompok lain, sehingga dapat mengontrol beberapa keadaan atau

untuk mencapai suatu tujuan yang meningkatkan kualitas hidup dan masa depan mereka. ;

kemudian yang keempat adalah Partisipasi; kelima adalah non-diskriminasi dan perhatian pada

kelompok tertentu(Bengtsson, 2007). Isu hak asasi manusia menjadi fokus dalam melihat

perbedaan dan persamaan CARE dan Oxfam dikarenakan, selain karena keduanya sama-sama

aktif dalam isu tersebut adalah, isu tersebut sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam

tulisan ini yaitu pendekatan secara Normatif(Bengtsson, 2007). Dimana isu HAM merupakan isu

yang bersifat universal, Transworld,yang muncul pada akhir perang dingin, dan menjadi sebua

Page 8: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

8

isu yang banyak dibicarakan di dunia internasional. Isu HAM merupakan salah satu isu yang

mainstream yang dibahas oleh masyarakat sipil global(Bengtsson, 2007). Selain itu, isu HAM

juga merupakan isu yang berhubungan langsung dengan bagaimana MSG dalam hal ini CARE

dan Oxfam mempengaruhi kekuasaan pemerintah negara dalam hal public welfare terutama di

negara-negara berkembang.

CARE mulai fokus pada isu HAM tahun 1999 melalui strategi RBA(Care.org), dengan

mempromosikan bahwa penyebab dari kemiskinan adalah pemerintahan yang kurang berkualitas,

korupsi, political will dan faktor ekonomi, tidak meratanya distribusi pendapatam, faktor sosial

seperti norma dan diskriminasi, dan juga faktor lingkungan(Bengtsson, 2007). 6 prinsip dalam

menjalankan programnya yaitu promote empowerment; work partnership with others; to ensure

accountability and promote responsibility; oppose discrimination; oppose violence and to seek

sustainable results(Bengtsson, 2007). Dalam hal HAM, CARE lebih banyak fokus dalam hal

diskriminasi gender dan kelompok marjinal(Care.org). CARE kemudian menjadi organisasi

humanitarian yang fokus untuk memerangi kemiskinan melalui empowerment perempuan.

Perempuan merupakan sasaran utama dari CARE untuk meningkatkan pendidikan, mencegah

penyebaran penyakit, meningkatkan ketersediaan air dan sanitasi seerta untuk memperluas

kesempatan ekonomi da melindungi sumber daya alam yang ada. CARE juga menyediakan

bantuan bagi bencana alam, dan membantu masyarakat meningkatkan taraf hidupnya(Care.org).

Keanggotaannya bersifat sukarela, dengan pembagian kelompok berdasarkan isu dan

kepeduliannya(Care.org). Visi dari CARE adalah untuk menciptakan dunia yang mempunyai

harapan, toleransi, dan juga keadilan sosial, dimana kemiskinan sudah teratasi serta seluruh

manusia telah hidup dalam keadaan yang pantas dan aman(Care.org). Sedangkan Misinya adalah

untuk melayani individu dan keluarga yang miskin dalam sebuah komunitas di dunia(Care.org).

Sedangkan Oxfam yang mempunyai Shared value dan awareness dalam hal hak asasi

manusia, pada dasarnya menuntut adanya equality, be safe from harm, be heard, decent living

dan juga access to basic services (Beery & Gabay, 2009). Dimana Perubahan fokus isu dari

kemiskinan kearah yang lebih luas, salah satunya menjadi isu HAM dimulai tahun 1980an ketika

presiden dari Oxfam dipimpin oleh Amartya Sen, yang merupakan pelopor dan salah satu

akademisi yang menjunjung ide-ide kebebasan dan juga HAM sebagai suatu bentuk pendorong

utama pembangunan, dan Oxfam menginginkan adanya perhatian lebih lanjut mengenai

Page 9: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

9

penyebab struktural dari ketidakadilan, kemiskinan, dan rendahnya tingkat penghargaan

HAM(Bengtsson, 2007). Oxfam mengatakan bahwa merupakan suatu hal yang sangat penting

bagi seluruh manusia untuk menjalankan haknya, dimana mereka seharusnya mempunyai

kesempatan dan empowered untuk melakukannya. Isu HAM yang ditekankan oleh Oxfam dalam

hal ini lebih banayak fokus dalam hal right to be heard, empowerment of women, diskriminasi

gender, dan indigenous group(Aaronson & Zimmerman, 2005). Dalam mencapai target dalam

isu HAMnya Oxfam mempunyai metode untuk mengembangkan aktifitasnya dengan beberapa

cara yaitu dengan mengeluarkan annual impact reporting; facilitated reviews; programmes

audits, strategic evaluation; long term research; stakeholder survey. Oxfam mempunyai 5

kategori HAM yaitu Right to a sustainable Livelihood; right to basic social services; right to life

and security; right to be heard and the right to equity(Aaronson & Zimmerman, 2005).

Peran dari masayarakat Sipil Global seperti CARE dan Oxfam menurut Wild (2006)

adalah mereka telah membantu peningkatan transparansi, dan hingga taraf tertentu, akuntabilitas

dari institusi-institusi global serta memobilisasi kesadaran publik dan keterlibatan politik (Wild,

2006). Beberapa kampanye bahkan berhasil mengidentifikasi isu-isu yang sebelumnya diabaikan

oleh pemerintah. Masyarakat sipil global banyak berkontribusi pada diskusi-diskusi kebijakan

global. Jaringan dari masyarakat sipil global dapat berperan dalam memastikan bahwa

pemerintah dan institusi internasional akan memenuhi komitmennya dan menjaga mereka dari

ketidakkonsistenan tindakan dan kebijakannya. Ini memperlihatkan peran lain dari masyarakat

sipil global yaitu sebagai check and balance bagi pemerintah. Selain itu, masyarakat sipil global

juga dapat menjadi sumber dukungan penting baik secara moral maupun praktikal bagi orang-

orang yang tinggal di bawah rezim otoritarian dimana masyarakat sipil lokal ditekan (Wild,

2006). Salah satu contoh dari hal tersebut adalah kritik Oxfam terletak pada sistem WTO yang

cenderung mengabaikan adanya HAM dalam promosi perdagangan(Aaronson & Zimmerman,

2005). Salah satu contoh kritik Oxfam adalah mengenai EPZ (Export Processing Zones) yang

digunakan oleh negara berkembang untuk menarik investor asing dan menstimulasi

perdagangan, dimana seringkali pembuat kebijakan ekonomi tidak memperhatikan tentang

kesejahteraan atau Hak-hak buruh dalam aturan finansialnya(Aaronson & Zimmerman, 2005).

Sehingga menghasilkan standar buruh yang rendah dan pemenuhan HAM yang juga rendah. bisa

dilihat bahwa dalam kasus Oxfam ini targetnya adalah organisasi internasional yaitu WTO.

Page 10: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

10

sedangkan CARE target yang ingin dipengaruhinya adalah negara dan sistemnya, dimana

CARE mengkritik AS dengan cara menolak sumbangan food aid dari pemerintah AS tahun 2005

karena menganggap bahwa adanya metode penyaluran makanan yang dilakukan oleh AS malah

menyebabkan keadaan yang lebih buruk, karena adanya Monetized food aid. (Harell, 2007)

Sumbangan makanan dari AS rata-rata dibagiakan dengan cara dijual dipasar, sehingga

sumbangan tersebut menjadi tidak tepat sasaran(Harell, 2007). Penolakan yang dilakukan CARE

ini, merupakan hasil dari adanya intergrasi prinsip baru yaitu HAM kedalam programnya,

dimana CARE yang telah menjadi badan penyalur sumbangan makanan dari AS selama 50 tahun

lebih tiba-tiba berhenti mendukung hal tersebut karena pertimbangan hak dalam makanan

sebagai vital source(Harell, 2007). Dari kedua contoh peran diatas dapat dilihat bahwa

Globalisasi yang seringkali menjadi katalisator kemunculan gerakan-gerakan, organisasi, hingga

aksi-aksi dari MSG dalam hal ini Oxfam dapat memnepngaruhi aspek ekonomi merupakan salah

satu hal yang positif karena dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup. Namun seiring

dengan akselerasi globalisasi dilain sisi, hal tersebut justru dapat menjadi bumerang, seperti

yang dicontohkan oleh CARE yang hadir dan menantang sistem yang telah dianggap gagal dan

justru membawa keburukan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah dalam melihat masyarakat

sipil global dapat dilakuakan dengan dua pendekatan yaitu secara deskriptif ataupun normatif.

Dalam tulisan kali ini penulis menggunakan pendekatan yang normatif, dalam melihat dua

entitas NGO sebagai bentuk dari masyarakat sipil global vertikal menekankan pada kehidupan

yang seharusnya, sukarela atas dasar nilai-nilai universal dan nilai demokratis. Contoh kasus

kemudian dimabil dari dua NGO yaitu CARE dan Oxfam, dimana dilihat secara karakteristik

sebagai MSG melalui modelpergerakan organisasi; bentuk organisasi; level kapasitas; taktik dan

strategi pergerakan; juga tujuannya sebagai entitas MSG mempunyai banyak kesamaan dan

beberapa perbedaan yang krusial. Dalam beberapa aspek seperti taktik dan strategi pergerakan

Oxfam dianggap lebih baik karena lebih bersifat otonom dan bebas tidak bergantung dengan

entitas lain seperti CARE. Perbedaaan dalam model dan karakteristik ini kemudian juga

membedakan bagaimana mereka melihat satu isu, dalam hal ini HAM. Isu HAM sendiri pada

awalnya bukan merupakan fokus dari kedua NGO, akan tetapi terdapat perubahan fokus isu yang

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu membuat keduanya mengadopsi nilai Right Based

Page 11: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

11

Approach. Oxfam lebih melihat HAM hubungannya dengan ekonomi, perdagangan dan

kesejahteraan buruh, dimana CARE melihat HAM lebih dihubungkan dengan diskriminasi

gender, pentingnya peranan wanita dan juga masalah kelaparan.

Sehingga bisa dikatakan walaupun MSG mempunyai struktur bentuk yang hampir sama,

perbedaan tetap bisa muncul karena adanya perbedaan latar belakang sejarah, berubahnya prinsip

pergerakan, dan juga nilai-nilai, elit yang mengarahkannya. Melalui contoh Oxfam dan Care ini

juga menggambarkan bahwa keberadaan Masyarakat Sipil Global mempunyai beberapa dimensi

yaitu; pertama, sebagai fenomena empiris dari mengglobalnya hubungan sosial dan

interconnections. Kedua, sebagai sarana mobilisasi, melalui aspek normatif Oxfam dan CARE

berusaha mengajak atau influencing melalui program-programnya. Dimensi ketiga, yaitu sebagai

social actor atau social movement pada level yang global. Sehingga dapat dikatakan Masyarakat

Sipil Global dalam hal ini digambarkan oleh Oxfam dan CARE sebagai suatu entitas yang

berusaha untuk menyediakan isu normatif dan juga memobilisasi soft power dari perspektif

humanitarian terhadap konfrontasi aktor yang lain dalam hal ini perusahaan dan juga institusi

dunia. Maka dari itulah tidak salah jika Masyarakat Sipil Global dianggap juga sebagai the 3rd

emerging force in global politics (Florini & Simmons, 2000).

Referensi:

Wild, Leni. 2006. Strengthening Global Civil Society. Institute for Public Policy Research, 30-32

Southampton Street, London.

Florini, Ann & P.J. Simmons. 2000. “What the World Needs Now?” dalam The Third Force of

Transnational Civil Society, edited by: A. Florini. Washington, D.C.: Carnegie

Endowment for International Peace

Kaldor, Mary. 2003. The Idea of Global Civil Society, International Affairs 79 (3): 583-593

Vujadinovic, Dragica. 2009. Global civil Society as Concept and Practicein the Processes of

Globalization, SYNTHESIS PHILOSOPHICA 47 (1): 79-99 

Page 12: Global Civil Society : comparing CARE and Oxfam

MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008

12

Clark, Anne Marie, Elisabeth J. Friedman, Kathryn Hochstetler. 1998. The Sovereign Limits of

Global Civil Society: A Comparison of NGO Participation in UN World Conferences on

the Environment, Human Rights and Women, World Politics (51 (1): 1-35.

Chesters, Graeme, 2004. “Global Complexity and Global Civil Society”, Voluntas International

Journal of Voluntary and Non-profit Organizations. 15(4), pp. 323-342

Berry, Craig and Gabay, Clive (2009). Transnational political action and ’global civil society’ in

practice: the case of Oxfam. Global Networks, 9(3), pp. 339–358.

Scholte, Jan Aart. 1999. “Global Civil Society: hanging the World”. Department of Politics and

International Studies, University of Warwick, CSGR Working Paper No.31/99

Aaronson, Susan Ariel & Zimmerman, Jamie. 2005. “Fair Trade How Oxfam Presented a

Systemic Approach to Poverty, Development, Human Rights, and Trade”. University of

Nottingham Seminar on Globalization

Dijkzeul, Dennis & Moke, Markus. 2005. “Descriptions of organisation and their public

communication ”. International review of the Red Cross vol.87 Number 860

Bengtsson, Linus. 2007. “The impact of right based approaches to development”. School of

iternational migration and ethnic relation. Human Rights 61-80

Harell, Eben. 2007. “CARE turns down US Food aid”. [online] dalam

http://www.time.com/time/nation/article/0,8599,1653360,00.html 25 Juni 2013

Website resmi Oxfam International http://www.oxfam.org

Website resmi CARE International http://www.care.org