Gizi.doc

5

Click here to load reader

Transcript of Gizi.doc

Page 1: Gizi.doc

Vitamin A adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki aktivitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi lendir/getah. Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya β- karetin) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi bersama lemak dan ditransportasikan ke hati untuk disimpan. Tergantung  kebutuhan jaringan, retinil ester diubah menjadi retinol dan ditranportasikan oleh retinol-binding protein (RBP), yang membentuk suatu kompleks bersama prealbumin. RBP berfungsi untuk melarutkan retinol yang mengirimkannya ke sel-sel.

Konsentrasi serum RBP berbeda dengan ketersediaan vitamin A, yang akan berkurang ketika defisiensi protein dan penyakit hati dan meningkat ketika penyakit ginjal dan pengaturan estrogen. Ketika status vitamin A mencukupi, sekitar 50 hingga 80% total retinol tubuh akan disimpan pada hati dan lebih dari 90% sebagai retinil ester. Tingkat plasma vitamin A dan RBP mungkin ditekan atau tidak pada pecandu alkohol yang kronis. Pada penyakit hati kronis konsentrasi plasma retinol dan RBP biasanya berkurang proporsinya sehubungan dengan penyakit yang berat (Ross,1999).

Vitamin A diperlukan untuk pembesaran tulang dan gigi yang kuat bagi anak-anak. Diperlukan juga untuk penglihatan yang normal. Dapat juga membantu memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru, dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A juga mengatur sistem kekebalan (immune system) di mana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan jangkitan dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bacteria dan virus.

Vitamin A berfungsi dalam pertumbuhan terutama dalam menyesuaikan pertumbuhan tulang melalui proses remodeling. Vitamin A penting untuk aktivitas sel-sel dalam tulang rawan epifase yang harus menjadi sustu siklus pertumbuhan normal, pendewasaan dan degenerasi untuk pertumbuhan tulang yang normal, yang dikontrol oleh epifise

Vitamin A mempertahan integritas jaringan epitel melalui pengaruhnya terhadap pemecahan sel, sintesis RNA, glikosilasi protein, stabilitas membran lisosom, dan biosintesis prostaglandin. Melalui mekanisme ini, vitamin A menentukan proses keratinisasi dan diferensiasi lapisan epitel. Hal ini menjalankan peranan penting dalam penglihatan. Retina adalah kelompok prosthetic pigmen fotosensitif pada mata kemungkinan cahaya yang diterima diubah menjadi rangsangan syaraf

Vitamin A mempunyai peranan penting dalam kesuburan/fertilasi. Dalam keadaan defisiensi vitamin A, spermatogenesis berhenti/ditahan pada tingkat spermatid (pada tikus, ayam dan sapi), dan sebaliknya spermatogenesis akan terjadi apabila diberi vatamin A. Defesiensi vatamin A juga akan mengganggu siklus estrus, perkembangan plasenta dan aspek ini reproduksi betina (tikus dan ayam), yang dapat menyebabkan resorpsi janin

Vitamin A juga memilki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Defisiensi vatamin A pada hewan percobaan berkaitan dengan pengurangan proliferasi limfosit, reaksi hipersensitivitas kulit, pengurangan fungsi makrofage, sitotoksik sel-T dan sel NK; dan pengurangan proliferasi sel-sel dan produksi antibodi

Page 2: Gizi.doc

VITAMIN AGejala awal dari defisiensi vitamin A adalah anak tidak lagi dapat melihat dengan jelas di sore

hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan selanjutnya jika defisiensi vitamin A terus berlanjut adalah xerosis konjungtiva (bagian putih mata kering, kusam, tidak bersinar), bercak bitot (bercak seperti busa sabun), xerosis kornea (bagian hitam mata kering, kusam, dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur), ulserasi kornea (seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola mata mengecil atau mengempis), dan akhirnya menjurus buta permanen

Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar setelah katarak. Defisiensi vitamin A tingkat sedang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan sistem imunitas (kekebalan) terhadap serangan penyakit infeksi.

Di dunia, sekarang ini sekitar 40 juta anak-anak menderita defisiensi vitamin A dan 13 juta anak menunjukkan gejala klinis gangguan pada mata. Sekitar sepertiga kematian anak-anak juga disebabkan oleh kekurangan vitamin A.

Di Indonesia, sekitar separuh anak balita menunjukkan defisiensi vitamin A subklinis (Malaspina, 1998). Selain itu, paling sedikit tiga juta anak di seluruh dunia menderita xeropthalmia yang dapat merusak kornea mata, dan 250.000 sampai 500.000 menderita buta setiap tahunnya akibat defisiensi vitamin A.

Kebanyakan penderita tinggal di negara-negara sedang berkembang. Dari berbagai studi terungkap bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan seperempat dari kematian anak di negara berkembang. Di dunia, tidak kurang dari dua juta anak meninggal setiap tahun karena kekurangan vitamin A. Hal tersebut terjadi karena selain menyebabkan kebutaan, kekurangan vitamin A juga menurunkan daya pertahanan tubuh.

Dengan kondisi seperti itu, anak-anak akan mudah terserang penyakit infeksi, seperti campak, diare, dan tuberkulosa paru. Padahal, konsumsi vitamin A yang cukup akan meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga terhindar dari penyakit tersebut.

Penyebab utama defisiensi vitamin A adalah konsumsi yang kurang pada makanan sehari-hari. Penyebab lainnya adalah meningkatnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi pada kondisi fisiologis tertentu (seperti ketika sedang hamil dan menyusui), terganggunya proses penyerapan (malabsorpsi), atau diare dan penyakit liver kronis.

Sumber :

Berasal dari karoten (provitamin A) Terdapat pada mentega, telur, hati dan daging Terdapat dalam beberapa bentuk, misalnya retinol (vitamin A1) dan 3- dehidroretinol (vitamin A2).

Asam retinoat (tretinoin, isotretinoin) merupakan hasil oksidasi group alkohol dari retinol.

Tergantung Lemak

Tingkat penyerapan vitamin A oleh tubuh, antara lain dipengaruhi oleh konsumsi lemak dan sumber bahan pangannya. Dalam kondisi konsumsi lemak yang tepat, tingkat penyerapan vitamin A asal hewani dapat mencapai sekitar 80 persen.

Page 3: Gizi.doc

Kemampuan penyerapan karotenoid sangat tergantung pada keberadaan garam empedu, umumnya mencapai sekitar separuh dari penyerapan vitamin A asal hewani. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber vitamin A hewani jauh lebih baik daripada nabati.

Mengingat tingkat penyerapan vitamin A sangat tergantung pada kecukupan konsumsi lemak, upaya pengolahan sayuran menjadi sayur bersantan (sayur bobor atau lodeh) dan yang ditumis dengan sedikit minyak (oseng-oseng) akan jauh lebih baik dibandingkan dengan sayur bening atau lalap. Diet rendah lemak yang terlalu ketat, karena alasan takut kegemukan atau untuk menghindari penyakit jantung, perlu ditinjau ulang.

Kehadiran lemak dalam makanan sehari-hari tetap diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah jenis dan jumlah lemak dalam menu harian. Lemak dengan kandungan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), lebih bermanfaat bagi kesehatan daripada lemak dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi.

Defisiensi vitamin A :

Night blindness

Night blindness adlah salah satu kelainan akibat dari defisiensi vitamin A yang ditandai dengan kesulitan melihat pada tempat yang memiliki sedikit sumber cahaya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya vitamin dalam bentuk retinal sehingga menyebabkan regenerasi rhodopsin yang bekerja sebagai reseptor warna dan reseptor cahaya terang terganggu, sehingga penderitanya sulit untuk melihat pada suasana yang kurang cahaya. Pengobatan dilakukan dengan pemberian vitamin A dosis tinggi dan suplemen-suplemen pembantu seperti bilberry dan beta karoten.

Bitot’s Spot

Bitot’s Spot adalah terbentuknya keratin yang terletak superficial dari lapisan konjungtiva, yang dapat berbentuk oval, segitiga, atau tidak beraturan. Bitot’s Spot ini juga dapat berhubungan dengan night blindness akibat dari defisiensi vitamin A.

Xeropthalmia

Merupakan kegagalan dari pembentukan air mata yang disebabkan oleh karena defisensi vitamin A. Terbagi menjadi beberapa tahapan:

Xerosis kornea

Kornea adalah jalan masuk cahaya ke dalam bola mata (retina). Pada stadium dua kornea tampak kering dan kasar, hal ini dapat mengganggu penglihatan OS(orang sakit). Dengan pemberian vitamin A, kornea diharapkan membaik.

Xerosis konjungtiva

Konjungtiva merupakan pelindung bola mata. Pada mata yang sehat, selaput lendir ini tampak bening, tidak merah, tidak berlendir dan transparan. Jika terdapat gangguan, warna mata menjadi keabu-abuan, mata tampak kering, kusam dan tak lagi berkilau. Juga timbul kekeringan pada bagian luar mata. Kelainan ini dapat diketahui dengan pemeriksaan sederhana, menggunakan senter dan kaca pembesar. Alat yang digunakan untuk memeriksa disebut biomikroskop.

Page 4: Gizi.doc

Xerosis Bercak Bitot

Merupakan tanda-tanda dari xerosis konjungtiva ditambah bercak putih seperti busa sabun atau keju (bercak bitot) terutama didaerah celah mata sisi luar. Kekeringan ini meliputi seluruh permukaan konjungtiva (bagian putih mata)  konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut.

Keratomalasia

Pada stadium tiga, di kornea sudah muncul ulkus atau borok. Ukurannya bisa kecil atau hanya mengenai kurang dari 1/3 bagian kornea mata dan bisa juga besar sampai mengenai daerah permukaannya. Yang paling parah, bila kornea sudah mencair. Kerusakan mata seperti ini sudah permanen sifatnya. Anak akan mengalami kebutaan dan tak bisa disembuhkan.

Xeroftalmia Scars

Pada stadium akhir, kornea mata tampak putih, bola mata mengempis. Jaringan parut yang ditinggalkan akibat kerusakan itu akan menghalangi penglihatan anak. Ia tak bisa melihat lagi atau buta. Kerusakan yang terjadi pun permanen, tak bisa diperbaiki.

Squamous metaplasia

Squamous metaplasia berhubungan dengan perubahan yang benign (jinak, bukan berupa kanker) pada sejumlah epitel organ-organ di dalam tubuh, menyebabkan sel-sel berubah bentuk menjadi squamous / gepeng. Perubahan ini terutama terjadi akibat defisiensi vitamin A. Pada perokok, perubahan ini terutama terjadi pada traktus respiratorius. Squamous metaplasia terutama terjadi akibat respon tubuh terhadap stress dan iritasi.