GIZI DAN OBESITAS
-
Upload
siskha-hidayat -
Category
Documents
-
view
384 -
download
25
description
Transcript of GIZI DAN OBESITAS
-
MAKALAH GIZI DAN OBESITAS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Biokimia
Disusun oleh :
Siska Hidayat (1211C1052)
Dewi Wahyuni (1211C1046)
Rizal Akbar (1211C1039)
S1 ANALIS MEDIS (Kelas : B) Tk . III
SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
2014
-
DAFTAR ISI
Daftar isi ....................................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Obesitas .........................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gejala Obesitas .......................................................................................
3.2 Klasifikasi Obesitas .................................................................................
3.3 Faktor yang mempengaruhi Obesitas & Penanganannya ........................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ...............................................................................................................
Daftar Pustaka
-
DAFTAR TABEL & GAMBAR
TABEL
Tabel 1 : Hubungan IMT dengan Obesitas ................................................................ 2
GAMBAR
Gambar 1 : Pria Super Obesitas ................................................................................ 2
Gambar 2 : Tikus Gemuk dan Normal ...................................................................... 4
Gambar 3 : Molekul Leptin ....................................................................................... 5
Gambar 4 : Prevalensi Kegemukan di dunia ............................................................. 6
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan
karunia-Nyalah makalah berjudul Obesitas dapat diselesaikan tanpa hambatan yang berarti.
Makalah ini disusun kedalam empat bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab dua
mengenai tinjauan pustaka, Bab tiga mengenai pembahasan dan Bab empat Penutup.
Pada makalah kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai obesitas, klasifikasi obesitas
gejala obesitas, serta faktor yang mempengaruhi obesitas dan penanganannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kelemahan yang perlu dibenahi.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua Amin.
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umur seseorang berbanding terbalik dengan panjang ikat pinggang sebuah
ungkapan yang sangat tepat menggambarkan betapa kegemukan atau obesitas menjadi
salah satu pemicu timbulnya berbagai penyakit yang dapat memperpendek usia kita.
Masalah obesitas menjadi lebih menarik jika dikaitkan dengan penampilan (body image)
atau citra diri sehingga menurunkan berat badan pada seseorang yang merasa kegemukan
menjadi salah satu produk yang laris dipasaran dengan berbagai metode yang
ditawarkan. Saat ini konsep obesitas sudah mulai bergeser dari sekedar
mempermasalahkan kelebihan berat badan menjadi kelebihan komposisi lemak tubuh
dan distribusi lemak dalam tubuh kita.
Obesitas adalah hal lumrah yang banyak dialami orang-orang di dunia. Namun setelah
ditindak lanjut lebih jauh ternyata obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit lain. Oleh karena itu pada kesempatan kali
ini kami akan membahas tentang Obesitas sebagai bentuk berbaginya sedikit wawasan
yang kami miliki dengan para pembaca sekalian.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengetahui dan memahami definisi dari obesitas, ciri-ciri obesitas, klasifikasi
obesitas, dan faktor yang menyebabkan obesitas serta cara menanganinya.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Definisi dari obesitas?
2. Ciri-ciri obesitas?
3. Klasifikasi obesitas?
4. Faktor yang menyebabkan obesitas dan cara penanganannya?
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh
yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah
kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT),
yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2. Sedangkan sistem di Amerika dan
imperial IMT = lb x 703/ in2 dimana lb adalah berat badan subyek dalam pon dan in adalah
tinggi badan subyek dalam inchi.
Berikut ini klasifikasi IMT dengan Obesitas :
IMT Klasifikasi
< 18.5 berat badan kurang
18.524.9 normal
25.029.9 berat badan lebih
30.034.9 kegemukan kelas I
35.0-39.9 kegemukan kelas II
40.0 kegemukan kelas III Tabel 1 : Hubungan IMT dengan Obesitas
Gambar 1 : Seorang pria "super obesitas" dengan IMT 47 kg/m2: berat 146 kg (322 lb), tinggi 177 cm (5 kaki 10 in)
Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis dan
asma. Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan
yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil
kasus terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri.
Hanya sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan sedikit
namun berat badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat; rata-rata orang
gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena
dibutuhkan energi untuk manjaga massa tubuh yang lebih besar.
-
Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan.
Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi
contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat.
Obat-obatan anti-kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau
menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet,
olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi
berat badan, atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau
panjang usus sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan
kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.
Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia,
dengan prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak
berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling
serius pada abad 21. Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya
di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap
sebagai simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di
dunia hingga sekarang.
Mortalitas
Grafik 1 : Risiko kematian relatif selama lebih dari 10 tahun pada pria (kiri) dan wanita (kanan) kulit
putih yang belum pernah merokok di Amerika Serikat berdasarkan IMT.
Kegemukan adalah salah satu dari penyebab kematian yang dapat dicegah utama di
dunia. Studi berskala luas di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa risiko mortalitas paling
rendah terjadi pada IMT 2025 kg/m2 pada kelompok non-perokok dan 2427 kg/m2 pada
kelompok perokok, dengan risiko yang kian meningkat seiring perubahan angka IMT ke
kedua arah. IMT lebih dari 32 berhubungan dengan angka kematian dua kali lipat lebih tinggi
ada wanita setelah 16 tahun kemudian.Di Amerika Serikat, kegemukan diperkirakan
menambah jumlah kematian sebanyak 111,909 hingga 365,000 per tahun, sementara 1 juta
-
kematian (7.7%) di Eropa berhubungan dengan berat badan berlebihan. Kegemukan rata-rata
akan mengurangi harapan hidup hingga enam hingga tujuh tahun: IMT 3035 mengurangi
harapan hidup dua hingga empat tahun, sementara kegemukan berat (IMT > 40) mengurangi
harapan hidup hingga 10 tahun.
Morbiditas
Kegemukan meningkatkan berbagai risiko gangguan fisik dan mental. Komorbiditas
ini paling sering terlihat pada sindrom metabolik, yang merupakan kombinasi gangguan
medis berupa: diabetes melitus tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan kadar
trigliserida tinggi.
Komplikasi dapat secara langsung disebabkan oleh kegemukan, atau secara tidak
langsung berhubungan dengan mekanisme yang juga menyebabkan kegemukan, seperti
asupan diet yang tidak sehat atau akibat gaya hidup kurang bergerak. Terdapat variasi
kekuatan hubungan antara kegemukan dengan penyakit tertentu. Salah satu hubungan yang
paling kuat adalah dengan diabetes tipe 2. Kelebihan lemak tubuh merupakan penyebab 64%
kasus diabetes pada pria dan 77% pada wanita.
Konsekuensi kesehatan yang terjadi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
konsekuensi akibat meningkatnya massa lemak (misalnya osteoartritis, apnea tidur
obstruktif, stigma sosial) dan konsekuensi yang akibat meningkatnya jumlah sel lemak
(diabetes, kanker, penyakit kardiovaskular, penyakit perlemakan hati non-alkoholik).
Peningkatan lemak tubuh mengubah respon tubuh terhadap insulin sehingga berpotensi
menyebabkan penolakan insulin. Peningkatan lemak juga mengakibatkan kondisi
proinflamasi, dan kondisi protrombosis.
Patofisiologi
Gambar 2 : Suatu perbandingan tikus yang tak mampu memproduksi
leptin sehingga mengakibatkan terjadinya kegemukan (kiri) dan tikus
yang normal (kanan)
Flier merangkum beberapa kemungkinan mekanisme patofisiologis yang terlibat
dalam terjadinya dan bertahannya kegemukan.Penelitian di bidang ini hampir tidak pernah
dilakukan sampai ditemukannya leptin pada 1994. Sejak penemuan ini, banyak mekanisme
-
hormonal lain telah dijelaskan, yang berperan dalam regulasi nafsu makan serta asupan
makanan, pola penyimpanan jaringan adiposa, dan terjadinya resistensi insulin. Sejak
ditemukannya leptin, telah dilakukan penelitian tentang grelin, insulin, oreksin, PYY 3-36,
kolesistokinin,adiponektin, dan juga mediator lainmya. Adipokin adalah mediator yang
dihasilkan oleh jaringan adiposa; diduga, mereka terlibat dalam berbagai penyakit yang
terkait dengan kegemukan.
Leptin dan grelin dianggap saling melengkapi dalam memengaruhi nafsu makan,
dengan grelin dihasilkan oleh lambung untuk mengontrol nafsu makan jangka pendek (yaitu
makan ketika lambung kosong dan berhenti ketika lambung penuh) Leptin dihasilkan oleh
jaringan adiposa untuk memberi sinyal penyimpanan lemak dalam tubuh, dan menjadi
perantara kontrol nafsu makan jangka panjang (yaitu, makan lebih banyak ketika cadangan
lemak sedikit dan makan lebih sedikit ketika cadangan lemak banyak). Meskipun pemberian
leptin mungkin efektif untuk sebagian kecil orang gemuk yang kekurangan leptin, sebagian
besar orang gemuk dipikirkan resisten terhadap leptin dan bahkan terbukti mempunyai kadar
leptin yang tinggi. Resistensi ini dapat sebagian menjelaskan mengapa pemberian leptin tidak
terbukti efektif dalam menekan nafsu makan orang gemuk pada umumnya.
Gambar 3 : molekul leptin
Walaupun leptin dan grelin diproduksi di perifer, mereka mengendalikan nafsu makan
dengan bekerja pada sistem saraf pusat. Leptin dan grelin, beserta dengan hormon lain yang
berhubungan dengan nafsu makan khususnya bekerja di hipotalamus, daerah di otak yang
merupakan pusat pengaturan asupan makanan dan pengeluaran energi. Terdapat beberapa
sirkuit di dalam hipotalamus yang berperan dalam mengatur nafsu makan, jalur melanokortin
merupakan yang paling dipahami. Sirkuit ini dimulai dengan pada suatu area di hipotalamus,
nukleus arkuata, yang keluar di hipotalamus lateral (LH) dan hipotalamus ventromedial
(VMH), yang masing-masing merupakan pusat lapar dan pusat kenyang di otak.
Nukleus arkuata mempunyai dua kelompok neuron yang berbeda. Kelompok pertama
mengekspresikan neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related peptide (AgRP) yang
memberikan input stimulasi ke LH dan input inhibisi ke VMH. Kelompok kedua
mengekspresikan pro-opiomelanokortin (POMC) dan cocaine- and amphetamine-regulated
-
transcript (CART) dan memberikan input stimulasi ke VMH dan input inhibisi ke LH.
Akibatnya, neuron NPY/AgRP merangsang makan dan menghambat rasa kenyang, sementara
neuron POMC/CART menimbulkan rasa kenyang dan menghambat makan. Kedua kelompok
neuron nukleus arkuata ini sebagian diregulasi oleh leptin. Leptin menghambat kelompok
NPY/AgRP dan merangsang kelompok POMC/CART. Oleh karena itu, apabila terdapat
kekurangan sinyal leptin, baik karena kekurangan leptin atau resistensi leptin, akan terjadi
makan yang berlebihan, yang berkontribusi atas beberapa bentuk kegemukan genetik dan
didapat.
Epidemiologi
Prevalensi kegemukan dunia di kalangan laki-laki (kiri) dan perempuan (kanan).
55%
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui; tetapi pada 1997 WHO secara resmi
menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. Hingga 2005, WHO memperkirakan
sedikitnya 400 juta orang dewasa (9,8%) mengalami kegemukan, dengan lebih banyak wanita
dibandingkan pria. Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya
hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di Amerika Serikat, Australia, dan
Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan secara keseluruhan.
Dahulu, kegemukan dianggap sebagai masalah negara-negara berpenghasilan tinggi,
namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia
maju maupun dunia berkembang. Peningkatan ini dirasakan paling dramatis di daerah
perkotaan. Satu-satunya bagian dunia dimana kegemukan jarang ditemukan adalah di Afrika
sub-sahara.
Kegemukan pada anak
Kisaran IMT sehat berbeda-beda bergantung pada usia dan jenis kelamin anak.
Kegemukan pada anak dan remaja didefinisikan sebagai IMT lebih dari persentil ke-95 . Data
referensi yang menjadi dasar persentil ini adalah data dari 1963 hingga 1994, dan dengan
demikian belum dipengaruhi oleh peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini. Kegemukan
anak telah mencapai proporsi epidemik dalam abad ke-21 , dengan peningkatan baik di dunia
maju maupun berkembang. Angka kegemukan di kalangan anak laki-laki Kanada telah naik
-
dari 11% pada tahun 1980-an menjadi lebih dari 30% pada tahun 1990-an, sementara selama
periode yang sama angka kegemukan di kalangan anak Brazil meningkat dari 4 hingga 14%.
Seperti halnya kegemukan pada dewasa, berbagai faktor ikut berperan dalam
meningkatkan angka kegemukan anak. Perubahan diet dan penurunan aktivitas fisik diyakini
sebagai dua faktor yang terpenting dalam menyebabkan peningkatan angka kegemukan akhir-
akhir ini. Karena kegemukan anak sering berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan
berbagai penyakit kronik, anak yang kegemukan sering diperiksa untuk hipertensi, diabetes,
hiperlipidemia, dan perlemakan hati. Tata laksana yang diterapkan pada anak terutama adalah
intervensi gaya hidup dan teknik perilaku, meskipun upaya untuk meningkatkan aktivitas
fisik pada anak-anak jarang berhasil. Di Amerika Serikat, penggunaan obat-obatan untuk
kelompok umur ini tidak disetujui oleh FDA.
Pada hewan
Kegemukan pada hewan peliharaan sering ditemukan di berbagai negara. Angka berat
badan lebih dan kegemukan anjing di Amerika Serikat berkisar antara 23% dan 41% dengan
sekitar 5,1% anjing mengalami kegemukan. Angka kegemukan pada kucing sedikit lebih
tinggi, yaitu 6,4%. Di Australia, angka kegemukan anjing pada data dokter hewan adalah
7,6%. Risiko kegemukan pada anjing dikaitkan dengan apakah pemiliknya mengalami
kegemukan atau tidak; namun, tidak ada korelasi yang serupa antara kucing dan pemiliknya.
Pada Ibu Hamil
Kegemukan memiliki banyak dampak buruk bagi kesehatan. Risiko yang ada menjadi
dua kali lipat jika obesitas terjadi pada ibu hamil.Selain berisiko bagi perkembangan ibu
hamil, kondisi kegemukan sendiri membuat usaha untuk hamil menjadi lebih sulit ketimbang
pada perempuan yang massa tubuhnya ideal
Perempuan yang masuk kategori obesitas dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter kandungan semenjak memulai perencanaan kehamilan. Perempuan
obesitas yang memutuskan untuk hamil juga diharuskan untuk melakukan kontrol secara
rutin. Karena lebih berisiko terkena diabetes, pre eklampsia, kelainan (cacat) bawaan pada
janin dan kemungkinan keguguran
Karena itu, perempuan yang mengalami obesitas disarankan untuk mengubah gaya
hidup serta pola makannya untuk dapat mencapai batas berat badan yang ideal. Perempuan
dengan berat badan ideal akan meningkatkan kualitas janin yang dikandungnya.
-
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gejala Obesitas
Gejala yang berhubungan dengan obesitas antara lain:
Sulit tidur
Mendengkur
Henti napas untuk sementara secara tiba-tiba saat tidur
Nyeri punggung atau sendi
Berkeringat secara berlebihan
Selalu merasa panas
Ruam atau infeksi pada lipatan kulit
Sulit bernapas
Sering ngantuk dan lelah
Depresi
3.2 Klasifikasi Obesitas
Obesitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu obesitas perifer dan obesitas abdominal
atau sentral obesitas jenis yang kedua inilah yang lebih berbahaya karena biasanya
disertai meningkatnya jumlah berbagai penyakit kronis, seperti jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi, stroke sampai penyakit kanker tertentu. Secara mudah cara untuk
menentukan apakah kita obesitas atau tidak dengan cara mengukur lingkar perut kita
tepat melalui pusar jika laki-laki panjangnya lebih 90 cm dan wanita lebih 80 cm maka
anda termasuk menderita obesitas. Cara lain dengan cara menghitung indeks massa tubuh
(IMT) dengan rumus Berat badan dibagi Tinggi badan dalam meter. Jika nilai IMT lebih
dari 25 maka dikategorikan mendeita obesita. Contohnya: tinggi badan (TB) seseorang
160 cm dan berat badan (BB) 80 kg, maka dari rumus ini didapatkan hasilnya 31,25,
berarti menderita obesitas.
Penyebab obesitas pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyebab Internal
dan eksternal. Penyebab internal dapat berupa permasalahan metabolisme (hormonal)
atau pencernaan (enzimatik). Penyebab eksternal sangat erat dengan ketidak seimbangan
antara diet dan aktivitas kita . Untuk mengatasi masalah obesitas biasanya kita mulai
-
dengan mengatasi masalah eksternal yakni dengan pengaturan diet dan kecukupan
aktivitas fisik.
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Obesitas serta Penanganannya
Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Ada pengaruh genetik dan hormon pada berat badan. Hal yang paling mendasar
adalah obesitas terjadi ketika tubuh menerima lebih banyak kalori daripada
membakarnya. Kalori tersebut kemudian menumpuk dan menjadi lemak.
Obesitas biasanya merupakan hasil dari kombinasi antara faktor-faktor berikut :
Tidak aktif secara fisik sehingga pembakaran lemak menjadi sedikit
Makan makanan tinggi kalori, terutama makanan cepat saji
Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini memicu
obesitas
Kurang tidur
Obat-obatan tertentu, seperti obat diabetes, anti kejang, antidepressants,
antipsychotic, steroids dan beta blockers.
Masalah medis lain.
Faktor risiko
1. Gaya hidup
Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, Namun, 90% obesitas terjadi
karena gaya hidup yang tidak sehat, kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis
gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan
tanpa diimbangi aktivitas yang cukup, atau istilah kerennya, sedentary lifestyle (gaya
hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang cukup diperlukan untuk
membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan
energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Tapi,
jangan langsung panik saat mengingat jumlah makanan yang Anda makan tadi
malam. Sebab hal ini tak terjadi dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu yang
cukup lama.
-
2. Faktor Genetik
Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor
genetik, yaitu sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota keluarga Anda yang
memiliki riwayat obesitas, maka Anda memiliki risiko yang lebih tinggi menderita
obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. Tapi faktor genetik juga
berhubungan dengan masalah gaya hidup yang kurang sehat, kata dr. Inge. Sebab
jika ada anggota keluarga Anda yang memiliki masalah obesitas yang disebabkan
karena hal tersebut, maka hal itu juga akan memengaruhi Anda.
3. Faktor Lain
Beberapa hal lain yang turut berperan dalam obesitas adalah konsumsi obat-
obatan tertentu seperti obat depresi dan faktor usia. Saat usia Anda bertambah,
maka kinerja sistem metabolisme Anda akan menurun. Hal ini menyebabkan lemak
menjadi lebih cepat tersimpan. Hasilnya? Tubuh Anda akan membesar.
Cara Mencegah Obesitas
Jika dulu penyakit ini hanya mengintai pria dewasa lebih tepatnya usia lanjut,
sekarang ini obesitas bisa dengan mudah menyerang para remaja, anak-anak hingga
balitas.
Untuk mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
Sering berolahraga
Makan makanan sehat rendah lemak
Jaga berat badan sehat anda
Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari
Ada rumus dari Dr Aman mengenai cara menghindari obesitas, yaitu "Rumus 5210".
Lebih jauh lagi Dokter Aman Bhakti Pulungan, Ketua Bidang Ilmiah IDAI, memberikan
penjelasan mengenai rumus ini.
5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari.
Usahakan buah dan sayur selalu ada, meski buah yang harganya murah.
2 jam duduk sudah terlalu lama
Di luar waktu sekolah, anak tak boleh duduk lebih dari dua jam. Waktu menonton
televisi, bermain game, dan sebagainya harus dipangkas. Kebanyakan duduk
membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga
memicu obesitas.
-
1 jam aktivitas fisik setiap hari
Selain aktivitas fisik satu jam per hari, usahakan melakukan olahraga terstruktur
selama 20 menit minimal tiga kali dalam sepekan. Aktivitas fisik bisa berupa jalan,
naik tangga, dan sebagainya. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta
dijemput langsung masuk mobil lagi harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih
seperti jalan, lari, bersepeda, dan berenang.
0 gram gula
Sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis. Saat ini kebanyakan anak
minum minuman yang serba manis, seperti teh dan jus. Semua itu harus dikurangi
dan diganti dengan banyak minum air putih.
Jika telah melakukan diet rendah kalori gizi seimbang ternyata susah menurunkan
berat badan maka penyebab internal berupa permasalahan metabolisme (hormonal)
atau pencernaan (enzimatik) perlu dicari penyebabnya. Sebagai contoh seorang dengan
kelainan jumlah hormon tiroid yang rendah (hipotiroid) meskipun makan dalam jumlah
sedikit tetapi tetap gemuk. Kurangnya leptiin atau lemak coklat dapat menyebabkan
susah merasa kenyang sehingga mendorong kita menjadi rakus dengan makanan. Jika
sudah menyangkut penyebab internal maka perlu diadakan pemeriksaan yang seksama di
laboratorium dengan bantuan medis.
BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN DALAM UPAYA
MENURUNKAN BERAT BADAN
1. Menghindari sarapan pagi
Ini tindakan salah besar , meniadakan makan pagi akan mengacaukan metabolisme tubuh
kita gula darah yang rendah setelah lama tidak terisi makanan karena tidur menyebabkan
hormon yang keluar adalah hormon yang dapat meningkatkan gula darah seperti
glukagon, cortisol dan norepineprin dampaknya, ketika makan siang nafsu makan kita
menjadi sangat besar sehingga kita akan lebih bersemangat untuk makan secara
berlebihan dan tubuh juga semangat menyimpan lemak ke dalam tubuh kita .
2. Menghindari susu
Biasanya susu selalu dikatakan sebagai biang kegemukan padahal faktanya susu adalah
sumber kalsium yang tinggi yang dapat meningkatkan termogenesis atau peningkatan
tubuh anda membakar lemak sehingga lemak yang menumpuk di daerah perut dapat
-
dikurangi. Penelitian telah berhasil membuktikan bahwa asupan kalsium yang cukup
dapat menurunkan produksi hormon kortisol, meningkatkan termogenesis dampaknya
dapat menurunkan berat badan.
3. Menghindari makan malam
Banyak yang berpendapat makan menyebabkan penumpukan lemak sehingga dihindari,
faktanya jika kita tidak makan termasuk makan malam maka tubuh kita secara otomatis
akan menurunkan kecepatan atau laju metabolismenya (basal metabolisme rate) yang
berakibat tubuh menjadi efesien dalam menggunakan energi keadaan tersebut justru tidak
menguntungkan bagi yang ingin menurunkan berat badan.
4. Diet sangat rendah kalorinya
Logikanya jika ingin cepat turun berat badannya maka harus makan sedikit mungkin hal
itu tidak salah tetapi dampak yang ditimbulkan akan sangat merugikan kesehatan.
Pemenuhan kebutuhan energi dibawah rata-rata metabolisme basal akan dapat
mengganggu kesehatan kita semisal terjadinya keracunan keton akibat pembongkaran
lemak tubuh yang berlebihan. Selain itu kesinambungan diet juga akan susah
dipertahankan.
5. Ingin berhasil dalam waktu singkat
Harapan itu wajar yang lebih utama adalah terjaganya kesehatan kita secara optimal dan
itu hanya dapat dicapai jika penurunan berat badan dilakukan dengan cara perlahan tapi
pasti dan hasilnya permanen (sustained).
-
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh
yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah
kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT),
yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.
Gejala yang berhubungan dengan obesitas antara lain:
Sulit tidur
Mendengkur
Henti napas untuk sementara secara tiba-tiba saat tidur
Nyeri punggung atau sendi
Berkeringat secara berlebihan
Selalu merasa panas
Ruam atau infeksi pada lipatan kulit
Sulit bernapas
Sering ngantuk dan lelah
Depresi
Obesitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu obesitas perifer dan obesitas abdominal
atau sentral obesitas jenis yang kedua inilah yang lebih berbahaya karena biasanya disertai
meningkatnya jumlah berbagai penyakit kronis, seperti jantung koroner, diabetes melitus,
hipertensi, stroke sampai penyakit kanker tertentu. Secara mudah cara untuk menentukan
apakah kita obesitas atau tidak dengan cara mengukur lingkar perut kita tepat melalui pusar
jika laki-laki panjangnya lebih 90 cm dan wanita lebih 80 cm maka anda termasuk menderita
obesitas. Cara lain dengan cara menghitung indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus Berat
badan dibagi Tinggi badan dalam meter. Jika nilai IMT lebih dari 25 maka dikategorikan
mendeita obesita. Contohnya: tinggi badan (TB) seseorang 160 cm dan berat badan (BB) 80
kg, maka dari rumus ini didapatkan hasilnya 31,25, berarti menderita obesitas.
Penyebab obesitas pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyebab Internal dan
eksternal. Penyebab internal dapat berupa permasalahan metabolisme (hormonal)
-
atau pencernaan (enzimatik). Penyebab eksternal sangat erat dengan ketidak seimbangan
antara diet dan aktivitas kita . Untuk mengatasi masalah obesitas biasanya kita mulai dengan
mengatasi masalah eksternal yakni dengan pengaturan diet dan kecukupan aktivitas fisik.
Penyebab & Faktor Risiko
Obesitas biasanya merupakan hasil dari kombinasi antara faktor-faktor berikut :
Tidak aktif secara fisik sehingga pembakaran lemak menjadi sedikit
Makan makanan tinggi kalori, terutama makanan cepat saji
Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini memicu
obesitas
Kurang tidur
Obat-obatan tertentu, seperti obat diabetes, anti kejang, antidepressants, antipsychotic,
steroids dan beta blockers.
Masalah medis lain.
Faktor risiko
1. Gaya hidup
2. Faktor Genetik
3. Faktor Lain
Cara Mencegah Obesitas
Untuk mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
Sering berolahraga
Makan makanan sehat rendah lemak
Jaga berat badan sehat anda
Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari
Atau dengan rumus 5210
5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari.
Usahakan buah dan sayur selalu ada, meski buah yang harganya murah.
2 jam duduk sudah terlalu lama
Di luar waktu sekolah, anak tak boleh duduk lebih dari dua jam. Waktu menonton
televisi, bermain game, dan sebagainya harus dipangkas. Kebanyakan duduk
membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga
memicu obesitas.
-
1 jam aktivitas fisik setiap hari
Selain aktivitas fisik satu jam per hari, usahakan melakukan olahraga terstruktur
selama 20 menit minimal tiga kali dalam sepekan. Aktivitas fisik bisa berupa jalan,
naik tangga, dan sebagainya. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta
dijemput langsung masuk mobil lagi harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih
seperti jalan, lari, bersepeda, dan berenang.
0 gram gula
Sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis. Saat ini kebanyakan anak
minum minuman yang serba manis, seperti teh dan jus. Semua itu harus dikurangi
dan diganti dengan banyak minum air putih.
-
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rsulin.com/berita-119-gizi-pada-penderita-obesitas.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Obesity-waist_circumference.svg