GINGGIVITIS
-
Upload
shelly-stephanie-bintoro -
Category
Documents
-
view
174 -
download
2
Transcript of GINGGIVITIS
GINGIVITIS
Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva,
sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami
kelainan akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis.
Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva
dan bersifat reversibel.
Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi. Secara klinis
gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan
konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran,
perubahan kontur/bentuk pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.
Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada awalnya organisme
streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3 minggu, spesies batang gram positif
khususnya Actinomyces, organisme gram negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan
organisme-organisme spirochaetal termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi.
Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi pada masa remaja,
dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadap jenis kelamin atau ras.
(http://medicastore.com/penyakit/143/Gingivitis_radang_gusi.html)
12
KLASIFIKASI GINGIVITIS
Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:
1. Gingivitis Akut
Gingivitis akut dibagi menjadi :
a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA
(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG)
GUNA terbagi lagi menjadi:
- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal
- GUNA yang berkaitan dengan H.I.V
b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis)
2. Gingivitis kronis
Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:
a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis)
b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)
c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)
3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.
Menurut Carranza dan Glickman’s Clinical Periodontology (2002)( Carranza, F. A.,
Newman, M. G. 2002. Clinical Periodontology. 10th ed. Tokyo: W. B.Saunders Company.),
gingivitis dibedakan berdasarkan perjalanan dan lamanya serta penyebarannya. Berdasarkan
perjalanan dan lamanya diklasifikasikan atas empat jenis yaitu :
1. gingivitis akut (rasa sakittimbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek),
2. gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut),
3. gingivitis rekuren (peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan
dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali,
4. gingivitis kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul secara perlahan-
lahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit apabila tidak ada komplikasi dari
gingivitis akut dan subakut yang semakin parah).
13
Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya
a. Gingivitis Lokalisata
Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi. Membatasi gusi pada satu daerah gigi
atau beberapa daerah gigi
b. Gingivitis Generalisata
Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah.
Meliputi gusi di dalam rongga mulut secara menyeluruh
c. Gingivitis Marginalis
Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached
gingiva. Meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi cekat
d. Gingivitis Dims
Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila
interdental. Meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papila interdental
e. Gingivitis Papilaris
Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal gingiva yang
berbatasan. Meliputi papila interdental, sering meluas sampai batas margin gusi, dan
gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila
Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart Crate 51
Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)
14
Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG)
(Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwama Kelainan
Rongga Mulut, hal. 27)
Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas Berwarna Kelainan
Rongga Mulut yang Lazim), (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller,
Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)
DENTAL PLAK INDUCED
Terjadi pada periodontium dengan tidak ada attachment loss atau adaattachment loss yang
menyeluruh dan tidak berkembang.
15
- Gingivitis associated with dental plaque only
Disebabkan karena interaksi antara mikroorganisme pada dental plak biofilm, jaringan, dan sel
ecurrentry host.a. With local contributing factor. Faktor local yaitu plaque-retentive calculus
formation pada mahkota danpermukaan akar yang memiliki kemampun untuk
melekatkanmikroorganisme dan menghalangi pembersihannya dengan teknik controlplak.b.
Without local contributing factor2. Gingival disease modified by systemic factor
a. Associated with Endocrine system
1) Puberty associated gingivitis. Respon gingivitis terhadap dental plak dan ecurre yang relative
sedikit selama masa puber.
2) Menstrual-cycle associated gingivitis Respon gingivitis terhadap dental plak dan ecurre
sebelum ovulasi.
3) Pregnancy associated- Gingivitis Respon terhadap dental plak dan perubahan ecurre, biasanya
terjadi selama trimester 2 dan 3.- Pyogenic granuloma. Terdapat mushroom-shaped ecurren pada
margin gingival, tetapi lebih umum terjadi pada interdental papil selama kehamilan. Bukan
tumor, tetapi merupakan respon terhadap iritasi yng diakibatkan hemangioma yang dapat mudah
berdarah.
4) Diabetes mellitus associated gingivitis
b. Associated with blood dyscrasias
1) Leukemia associated gingivitisDisebabkan karena terganggunya keseimbangan sel darah putih
yangmenyuplai periodonsium, sehingga terjadi peningkatan pendarahan danpembesaran
gingival.
2) Lainnya Gingivitis yang berhubungan dengan keabnormlan fungsi atau jumlahsel darah.
c. Gingival disease modified by medication (drug influenced gingivaldisease)
1) Drug influenced gingival enlargementSystemic medication :- Anticonvulsant : phenytoin- Ca
channel blocker : nivedipine, verapamil, diltializem, sodiumvalporat.- Imunosupresant :
16
cyclosporine- Adanya plak akan memperburuk kondisi.2) Drug influenced gingivitisOral
contraceptive associated gingivitisYaitu yang dikonsumsi oleh wanita premenopause
d. Gingival disease modified by malnutrition
1) Ascorbic acid deficiency gingivitisYaitu kekurangan asam askorbat (vitamin C) yang kronis.
Manifestasi :bengkak, ulcer, mudah berdarah.
2) Lainnya
- Deficiency nutrisi spesifik :
vitamin a untuk menjaga kesehatan epitel sulkus
vitamin b untuk menjaga kesehatan mukosa
- Kelaparan mengeliminasi semua nutrient yang dibutuhkan untukkesehatan periodonsium.
2.2.4 Non-plak Induced
1. Disebabkan oleh bakteri
a.Neisseria gonorrhoeae
b. Treponema pallidum
c. Streptooccus species
2. Disebabkan oleh virus Infeksi virus herpes- primary herpetic gingivostomatitis- ecurrent oral
herpes- varicella zoster, dll.
3. Disebabkan oleh jamur
a. Infeksi candida
- Gingival candidiasis
b. Linear gingival erythema
c. Histoplasmosis
17
e. Lainnya
4. Karena genetic
a. Hereditary gingival
b. Lainnya
5. Karena kondisi sistemik
a. Kelainan mukokutaneus
- Lichen planus
- Pemphigus vulgaris
- Pemphygoid
- Erytheum multiforme
- Lupus erythematosus
- Drug induced
- Lainnya
b. Reaksi alergi
1) Dental restorative materials
- merkuri, nikel, aklirik, other
2) reaksi yang diakibatkan oleh
- pasta gigi, obat kumur
- permen karet aditif
- makanan
18
ETIOLOGI GINGIVITIS
Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor lokal
b. Faktor sistemik
A. Faktor Lokal
Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium
a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri
Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak
dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi.
b. Faktor Pendorong /predisposisi
Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :
- Materia alba
Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme,
leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel
makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan
gingiva,
- Debris Makanan
Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah
partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim
bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi.
- Stein Dental
Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi.
Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein)
stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange stein)
- Kalkulus
19
Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang
telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.
- Karies
Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah
terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya.
- Merokok
Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri
dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein
tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak.
- Impaksi makanan (food impaction)
Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut
merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak
dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium
- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)
Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu
tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi
mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau
cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.
- Kontrol plak inadequat
Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit
lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya.
- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat
Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang
menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang
kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak.
- Trauma mekanis
Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih
mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis
20
ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan
menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.
- Trauma kimiawi
Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi
sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang
keras serta obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada
gingiva.
Faktor lokal fungsional:
Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari
mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang
traumatik
B. Faktor Sistemik
Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang
dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor
sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas,
kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin
dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan
hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis
(emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis :
leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)
Beberapa mikroorganisme yang terdapat pada gingivitis marginalis kronis:
Streptococcus sanguis
Streptococcus milleri
Actinomyces israelii
Actinomyces neaslundii
21
Prevotela intermedia
Capnocytophaga sp.
Fusobacterium nucleatum
Veilonella spp.
- 55% adalah gram + dengan terkadang berbentuk spirochaetes & motile rods.
- Gingivitis berhubungan dengan paparan plak yang berkepanjangan pada host.
- Mikrobiologi poket gingiva berubah selama proses transisi dari initial lesion
hingga established lesion.
- Pada tahap awal (initial stage), gram + dan fakultatif organisme mendominasi
termasuk Streptococci.
- Pada early lesion, Actinomyces spp. meningkat bersama dengan proporsi
species canophilic, seperti Capnsytophaga spp. dan bakteri gram (–) anaerob
obligat. Sebagai contoh, pada suatu studi pada initial stage proporsi Actinomyces
israelii dan Actinomyces naeslundi hampir 2x lipat.
- Ketika penyakit berlanjut pada tahap established lesion, ketika perdarahan sudah
terlihat, flora akan berubah lebih jauh dan level dari black pigmented anaerob
seperti Phorpohyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia meningkat.
22
PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Periodontal
Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap awal sampai
akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal berupa inflamasi kronis.
a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva
Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang berdekatan dihuni
oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan membentuk plak bakteri/plak
gigi (bakterial plague/dental plague). Beberapa menit setelah terdepositnya partikel,
partikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email,
tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva.
Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu (host) tanpa
menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan antara serangan bakteri
plak dengan mekanisme pertahanan pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah
jumlah dan menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan terganggu
dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul akibat menurunnya
mekanisme pertahanan pejamu.
b. Mekanisme pertahanan periodonsium
Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti integritas
permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada daerah dentogingival, yang
dikelompokkan sebagai mekanisme protektif non spesifik dan sistem imunitas yang
merupakan mekanisme protektif spesifik.
c. Stadium awal respon pejamu
Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri atau produk-
produknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini berupa respon vaskular dan
respon seluler.
d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis
23
Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari penyakit yang
melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial kronis. Bentuk dan perluasannya
dipengaruhi oleh interaksi pejamu bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat
menimbulkan penyakit secara langsung maupun secara tidak langsung.
TAHAPAN PATOGENESIS
1. Initial Lesion
- Perubahan vaskular ditandai dengan dilatasi kapiler dan peningkatan flow darah
respon pertama disebut dengan gingivitis subklinis
- Secara klinis belum tanpa tanda-tanda kelainan
- Secara histologi : gambaran klasik keradangan akut pada jaringan ikat dibawah JE, dan
peningkatan PMN pada jaringan ikat JE dan sulkus gingiva
- Akumilasi PMN mengakibatakan peningkatan aliran cairan gingiva
- Setelah 2 hari - 1 minggu akumulasi plak terjadi peningkatan netrofil pada pembuluh
darah
2. Early Lesion
- Secara klinis : kemerahan dan proloferasi kapiler
- Bleeding on probing
- Secara histologi :
Inflitrasi lekosit pada jaringan ikat di bawah JE, netrofil, makrofag, sel-sel
plasma dan mostosit
PMN keluar dari pembuluh darah
Respon keradangan lebih besar dari initial lesion
24
70% kolagen rusak oleh karena infiltrasi seluler
Pembentukan kolagen oleh fibroblas menurun
Serabut sirkular dan dentogingiva rusak
3. Established Lesion
- secara klinis perubahan warna, ukuran, tekstur, tanda dari gingivitis kronis
- aliran darah lambat anoxemia gingiva yang terlokalisir kebiru-biruan
- Gungiva merah gelap pecahnya hemoglobin dan ekstravasasi SDM ke jaringan
- Secara histologis :
tampak reaksi keradangan yang lebih hebat antara lain meningkatnya sel-sel plasma
ditemukan inflitrasi seluler yang merusak komponen jaringan
aktivitas kolagenolitik meningkat
keradangan moderate sampai dengan severe
4. Advanced Lesion
- Sudah meluas ke tulang
25
GEJALA KLINIS
Gambaran Klinis
a. Perdarahan gingiva (BoP)
- Gejala awal:
peningkatan aliran cairan krevikular gingival
perdarahan sulkus gingiva dengan probing (BoP)
- Perdarahan tampak lebih dulu daripada tanda keradangan yang lain
- Warna juga dapat digunakan untuk diagnosa awal keradangan gingival
b. Perubahan warna
- Gingivitis kronis
Merah gelap atau merah kebiruan
Karena proliferasi vaskuler kapiler dan berkurangnya keratinisasi karenatertekannya
epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Venous statis
warnakebiruan.
Dimulai dari papil interdental dan margin gingival
attached gingival
.- Gingivitis akut
Merah terang pada marginal, diffuse atau seperti bercak. Parah:merah
abu-abu, mengkilat
c. Perubahan pada tekstur permukaan
- Hilangnya stippling
- Permukaan gingiva licin, mengkilap, padat atau keras dan bernodul-nodul kronis
tergantung eksudat atau fibrotik
26
- Gingivitis akut pembengkakan difuse dan lunak, kadang disertaipseudomembran warna
abu-abu
d. Perubahan posisi
- Terjadi resesi
- Etiologi:
Fisiologis
8% pada anak-anak, 100% pada usia>50 tahun
Cara menggosok gigi
abrasi gingival
Malposisi gigi, keradangan, frenulum yang tinggi, trauma oklusi.
e. Perubahan konsistensi
- Kronis konsistensi lunak
- Tergantung sifat edematous atau fibrotikf. Perubahan kontur gingival
- Berkaitan dengan pembesaran gingiva dan kondisi.
27
CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DENGAN GINGIVITIS
Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan dengan struktur
mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa
perubahan warna, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan kontur,
pendarahan.
Ciri Klinis Gingiva Normal
Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari:
a. Warna gingival
Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva
dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel dan
keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.
b. Besar gingiva
Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler serta vaskular.
Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada keadaan patologis menyebabkan
pertambahan besar gingiva. Besarnya gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai
pada penyakit gingival.
c. Kontour/bentuk gingiva
Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi dan besar
lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal dimensi embasur gingiva dalam
arah vestibular dan oral. Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti
arah seperti busur (arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral.
d. Konsistensi gingiva
Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent). Konsistensi
gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak mengandung serat kolagen
dan melekat pada tulang alveolar, dan berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat
gingiva.
e. Tekstur permukaan gigi
28
Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit jeruk
(stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin. Bagian
tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk, sedangkan bagian
tepinya licin. Stippling timbul sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang
secara mikroskopis disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada
permukaan gingiva.
Ciri Klinis Gingivitis
Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan konsistensi,
perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi, resesi gingiva,
halitosis dan rasa sakit.
a. Perdarahan
Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma mekanis,
misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva pada waktu probing
merupakan tanda klinis gingivitis yang penting. Pendarahan ini mudah terjadi karena
inflamasi kronis menyebabkan penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah
yang penuh berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang sehingga
berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus.
b. Perubahan warna
Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental dan gingiva
bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan warna pada gingiva cekat Akibat
inflamasi kronis warna gingiva yang normainya merah jambu akan berubah menjadi
sedikit merah sampai merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya
keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Terjadinya stasis
venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah kebiru-biruan sampai biru, apabila
vaskularisasi bericurang (berkaitan dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif)
warna gingiva terlihat pueat atau hampir menyerupai warna normal.
c. Perubahan Konsistensi
29
Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan. Konsistensi
gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan menggembung, serta berlekuk
apabila ditekan. Hal ini adalah akibat jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan sel-
sel eksudai inflamasi. Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh
yang mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan karena
degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis berlangsung lama terjadi
fibrosis dan proliferasi epitel sehingga konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.
d. Perubahan tekstur permukaan
Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya tekstur seperti
kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena perubahan histopatologis yang
terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur yang demikian terjadi pada gingiva yang
berkonsistensi lunak. Perubahan histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur
permukaannya adalah bernodul-nodul.
e. Perubahan kontur/bentuk
Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan dengan terjadinya
pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun pembesaran gingiva ini juga bisa
disebabkan oleh sebab-sebab lain sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini
tepi giginya membulat dan papila interdental menjadi tumpul.
f. Perubahan saku gusi
Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo pocket) yaitu
sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi tanpa adanya migrasi epitel
saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan sulkus gingiva adalah pada saku gusi
terdapat tanda-tanda inflamasi gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga
bertambah apabila terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal.
g. Resesi
Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat bergesernya posisi
gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang terinflamasi apabila gingivanya tipis
terutama bila gingiva cekatnya inadequate
h. Halitosis
30
Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita gingivitis, dan
keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien untuk meminta perawatan.
Penyebabnya adalah sisa makanan yang tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang
disebabkan oleh gingivitis harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab
lain seperti kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit
metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia.
i. Nyeri Sakit
Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii terjadi eksaserbasi
akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena penderita menyikat giginya hanya
dengan tekanan yang lebih ringan dan lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih
banyak menumpuk dan kondisi penyakit bertambah parah.
Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis
Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink),
tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting,
dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).
Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan,
bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang
licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya
akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.
31
PENATALAKSANAAN GINGIVITIS
Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran keparahan gingiva serta
kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang
dikenal sebagai indeks. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva
(gingiva index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik
pendarahan (bleedingpoint index).
Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran
dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva
vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh
dengan meajumlahkan skor untuk keempat sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor
dari semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor
indek gingiva untuk individu.
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor indeks gingiva
dengan kriteria sebagai berikut:
Skors Indeks Gingiva Kondisi Gingiva
0,1 - 1,0
1,1-2,0
2,1-3,0
Gingivitis Ringan
GingtvitisSedang
GingivitisParah
Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan timbuf setelah
prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang diukur. Dengan tetap
mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan
sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut
32
mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya.
Setelah probing pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai
berikut:
0 = Tidak terjadi pendarahan
1 = Pendarahan berupa titik kecil
2 = Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis
3 = Pendarahan menggenang di interdental
Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:
Indek Titik Pendarahan=Jumlah Permukaan Gigi dengan PendarahanJumlah Seluruh Gigi
x100%
Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang biasa
digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan pelaksanaan prosedur
hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien.
Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus mendiagnosis gingivitis
sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,. terutama bila kasusnya terungkap
sedini mungkin, perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang
dibutuhkan.
Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur:
a. Instruksi Kontrol Plak
Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan
alat pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih
terhalang oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan.
b. Penskeleran dan penyerutan akar
Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar
saku periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk
menyirigkirkan kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran
33
supragingiva, gingivitis akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada
sesi selanjutnya
Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin
bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose
tersingkap.
c. Perbaikan restorasi yang cacat
Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus,
yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun sepanjang tepi restorasi. Apabila
terdapat tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari
restorasi ke arah gigi dan terasa ada hambatan.
Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin digantikan dengan
restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan
inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper harus disingkirkan. Bagian
restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir
periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian
restorasi yang mengeper ke arah gigi.
d. Penumpatan Lesi Karies
Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan
periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat
disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun
pada keadaan tertentu penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat
menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.
e. Pemolesan
Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies,
lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan
aberasif yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.
1. Kunjungan Pertama
34
Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan keluhan utama
pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan kontrol plak. Hal tersebut
mencakup sesuatu yang harus dilakukan perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama
ini yang dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah
menderita penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan
konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan kontur/bentuk,
pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis bahkan bisa terjadinya nyeri
sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor penyebabnya seperti plak bakteri, merokok,
kalkulus, karies dan perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan
juga indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak menggunakan
disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :
Indek Plak =Jumlah Permukaan dengan PlakJumlah Seluruh Permukaan x 4
x 100%
Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan kepada pasien apa
yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien dan apa
yang haras dilakukannya untuk menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan
menjamin keberhasilan perawatan.
Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga kebersihan mulut
dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien yang telah termotivasi untuk
memelihara kebersihan mulut mampu melaksanakannya.
Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus subgingiva. Setelah
semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada pasien tentang keparahan plak setiap
kali kunjungan, agar pasien tetap menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur
dan mengkonsumsi gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu
2. Kunjungan Kedua
Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution untuk kembali
dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling untuk menyingkirkan deposit-
35
deposit plak. Dan perhatikan indeks perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran
kalkulus dapat dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah
semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi dikilatkan atau
dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka sebaiknya dilakukan penumpatan
karies, dan perbaikan restorasi yang cacat.
3. Kunjungan ke Tiga
Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian khusus diberikan
pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini biasanya mengakibatkan
dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap dihitung indeks pendarahan, dan papilla
calculus indeks, agar diketahui perubahan dari pendarahan dan oral hygiene.
4. Kunjungan ke Empat
Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan dan kalkulus
indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah 5 % berarti tidak adanya
inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga
kebersihan mulutnya dan dilanjutkan untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.
TERAPI
1. NON-SURGICAL
a. Scalling : pemakaian instrument pada mahkota dan permukaan akar gigi, membersihkan
plak, kalkulus, dan noda.
b. Root planning : menghilangkan sementum / permukaan dentin yang kasar terisi oleh
kalkulus dan terkontaminasi oleh toksin atau mikroorganisme.
c. Periodontal debridement : menghilangkan atau merusak bakteri plak beserta produknya dan
perlekatan plak serta penumpukan karang gigi dari permukaan mahkota, permukaan akar
dan sampai ruang saku gusi dan dinding jaringan hingga perluasannya.
d. Deplaqueing : merusak atau menghilangkan mikroba plak subgingival beserta produknya
dari permukaan sementum dan ruang saku gusi.
*Penyembuhan setelah perawatan atau instrumentasi :
36
a. Setelah dilakukan periodontal debridement beberapa penyembuhan dari jaringan
periodontal proses penyembuhan.
b. Susunan utama dari penyembuhan setelah periodontal debridement oleh kembalinya
bentuk atau susunan dari Junctional Epithelium yang panjang. Disana tidak ada bentuk
atau susunan tulang yang baru, sementum / ligament periodontal selama proses
penyembuhan yang terjadi setelah periodontal debridement.
c. Terapi periodontal non bedah dapat memberikan hasil pada berkurangnya kedalaman
probing.
d. Topical chemical plaque control bahan kimia atau obat yang digunakan untuk
mengontrol mikroorganisme di tempat tertentu.
*Langkah-langkah lain pada terapi Non Surgical periodontal :
a. Kontrol resiko sistemik
1) Lokal
- mengidentifikasi faktor resiko local selama penetapan terapi periodontal, harusnya menjadi
bagian terapi non-bedah periodontal.
Cth : - tambalan amalgam yang berlebih
- design mahkota yang salah
- kesalahan pemakaian alat
2) Sistemik
- Dokter gigi harus meminimalkan pengaruh dari faktor resiko sistemik.
- Anggota klinis harus tahu tentang beberapa faktor resiko sistemik yang tidak dapat dihindari.
Cth : faktor genetik.
b. Modulasi host
37
Modulasi host mengacu pada perubahan mekanisme pertahanan normal tubuh untuk
membantu menjaga penyakit periodontal tetap dibawah kontrol.
c. Menggunakan antibiotic secara sistemik. Cth : Penicilin
2. SURGICAL
a. Gingivectomy
- Adalah prosedur di mana gingiva dipotong dan dihilangkan
- Indikasi :
Sebelum ada teknik periodontal modern (teknik ini yang paling sering
digunakan)
Untuk reshaping jaringan gingiva yang mengisolasi daerah dan
penghilangan gingival enlargement
b. Gingival Curretage
- Tindakan ini tidak direkomendasikan
- Merupakan tindakan bedah periodontal yang meliputi percobaan untuk menggores garins
pocket periodontal menggunakan curet periodontal, paling sering curet gracey.
c. Periodontal Flap Surgery
- Prosedur bedah dengan irisan yang dibuat pada gingiva yang mengelilingi gigi dan jaringan
lunak pada dasarnya harus diangkat dari akar gigi dan tulang alveolar
- Indikasi :
Tindakan bedah periodontal yang paling modern, membutuhkan penutupan periodontal
38
ANAK TUNAGRAHITA
Pengertian
Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal,
dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban, ada anak
yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam pembahasan
ini adalah anak yang termasuk kategori lamban dalam belajarnya. Mereka memiliki tingkat
kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program
sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak normal. Mereka mem- butuhkan pelayanan
penddidikan khusus. Anak ini disebut anak terbelakang mental. Istilah resminya di
Indonesia seperti dikemukakan Mohammad Amin (1995 : 11) yang dikutip dari Peraturan
Pemerintah nomor 72 thun 1991, yaitu anak tunagrahita.
Anak tunagrahita terdapat di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Di
lingkungan orang kaya maupun di lingkungan orang miskin. Karena mereka memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka tidak mampu memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit.
Demikian juga dalam pelajaran seperti mengarang, berhitung, dan pelajaran yang bersifat
akademik lainnya.
Anak tunagrahita ini ada beberapa macam, juga memliki ciri-ciri dan tingkat
ketunagrahitaan yang berbeda-beda, Ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang
berat.
Adapun yang damasked dengan kecerdasan di bawah rata-rata ialah apabila 2
perkembangan umur kecerdasan (Mental Age) terbelakang atau di bawah pertumbuhan usianya
(Cronological Age)
Ada masyarakat awam yang menyebut anak tunagrahita itu sebagai orang gila,
Antara anak tunagrahita dengan anak sakit ingatan dan sakit mental jelas berbeda. Dalam
bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness, yaitu kegagalan dalam membina
kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan tunagrahita dalam bahasa Inggris disebut
39
mentally retarded atau mental retardation, yaitu ketidak mampuan dalam memecahkan
persoalan karena inteligensinya kurang berkembang.
Untuk lebih memahami apa yang disebut anak tunagrahita, akan dikemukakan
definisi yang sering dijadikan rujukan dalam berbagai tulisan mengenai anak tunagrahita,
Definisi tersebut dari American Association on Mentally Deficiency (AAMD) yang dikutif
Grossman sebagai berikut : “Mental retardation refers to significantly sub average
general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior and
manifested during the development period (Hallahan and Kauffman, 1982 : 40).
Peristilahan
Meskipun bahasa nasionalnya sama, namun negara tersebut menggunakan istilah
untuk menunjuk kepada anak tuagrahita berbeda-beda. Di Amerika istilah yang umum
digunakan sekarang ialah mental retardation. Di Inggris menggunakan istilah mentally
retarded. Sedangkan di New Zeland istilah resminya intellectually handicapped. Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan istilah mentally retarded atau intellectually disabled.
Di Indonesia dulu untuk menyebut anak tunagrahita itu lemah ingatan, lemah otak, lemah
fikiran, cacat mental, dan terbelakang mental. Istilah-istilah 3 tersebut sudah ditinggalkan
karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sekarang Pemaritah
Indonesia sudah mengeluarkan peraturan, bahwa istilah yang resminya adalah tunagrahita.
Perlu diketahui bahwa istilah-istilah yang dikemukakan di atas mengandung makna
yang sama, yaitu semuanya menunjuk kepada anak yang mempunyai fungsi intelektual umum di
bawah rata-rata.
Klasifikasi
Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu berbeda-beda, hal ini
disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya,
berdasarkan kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya.
Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan memberikan layanan dan
bantuan yang sebaik-baiknya.
40
Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk yang ringan, imbesil
untuk anak yang sedang, dan idiot untuk anak yang berat. Untuk ketiga kelompok anak
tunagrahita tersebut ada juga yang menyebutnya sebagai berikut : mampu didik dengan IQ
berkisar antara 50 - 70, mampu latih antara 30 - 50, dan perlu rawat dengan IQ kurang
dari 30. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
72 tahun 1991, Pengelompokan anak tunagrahita pun dirubah menjadi anak tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat.
Karakteristik
1. Karakteristik anak tunagrahita ringan
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka
mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti
pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di
sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak
normal yang berusia 12 tahun.
2, Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat
akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena
perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain,
meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur
kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.
3. Karakteristik anak tunagrahita berat
Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain,
sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau
tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi
anak normal yang berusia tiga tahun.
41
KESIMPULAN
Definisi gingivitis adalah peradangan yang terjadi pada gusi akibat berbagai macam
factor..
Klasifikasikan gingivitis :
1. Klasifikasi gingivitis secara umum : gingivitis akut dan gingivitis kronis,
gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.
2. Klasifikasi gingivitis berdasarkan perjalanan dan lamanya: gingivitis akut,
gingivitiss subakut, gingivitis rekuren, gingivitis kronis.
3. Klasifikasi gingivitis berdasarkan lokasinya : gingivitis lokalisata, gingivitis
generalisata, gingivitis marginalis, gingivitisdims, gingivitis papilaris.
Etiologi gingivitis :
Factor local, meliputi factor local pencetus, factor local pendorong, dan factor local
fungsional.
Factor sistemik
Tahapan pathogenesis terjadinya gingivitis:
Initial lesion early lesion establish lesion advanced lesion
Gejala klinis pada gingivitis meliputi perdarahan gingival,terjadinya perubahan warna,
perubahan tekstur permukaan, perubahan posisi, perubahan konsistensi.
Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis
Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink),
tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting,
dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).
42
Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan,
bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang
licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya
akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.
Penatalaksanaan gingivitis :
1. Non surgical, meliputi : scalling, root planning, periodontal debridement,
deplaqueing.
2. Surgical, meliputi : gingivectomy, gingival curettage, periodontal flap surgery.
Definisi tunagrahita berdasarkan American Association on Mentally Deficiency
(AAMD) sebagai berikut : “Mental retardation refers to significantly sub average
general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior
and manifested during the development period
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no 72 than 1991 adalah
tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat.
Karakteristik tunagrahita:
1. Karakteristik anak tunagrahita ringan
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka
mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti
pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di
sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak
normal yang berusia 12 tahun.
2, Karakteristik anak tunagrahita sedang
43
Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat
akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena
perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain,
meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur
kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.
3. Karakteristik anak tunagrahita berat
Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain,
sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau
tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi
anak normal yang berusia tiga tahun.
Tidak ada perbedaan derajat gingivitis antara anak tunagrahita dengan keterbelakangan
mental tingkat ringan dan anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang
usia 12-15 tahun di Sekolah Bhakti Luhur Malang. Pada anak tunagrahita dengan
keterbelakangan mental tingkat ringan lebih banyak menderita derajat gingivitis skor 2
Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan. Demikian pula pada anak
tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang.
Ada perbedaan bermakna dengan antara derajat gingivitis anak tunagrahita yang
bertempat tinggal di asrama dengan yang tinggal bersama orang tuanya. Pada anak
tunagrahita yang tinggal di asrama lebih banyak yang menderita derajat gingivitis skor 1
Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang tidak melibatkan
seluruhnya, marginal dan papillary ingival sedangkan anak tunagrahita yang tinggal
bersama orang tuanya (non asrama) menderita derajat gingivitis skor 2 Modified Gingival
Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang melibatkan seluruh bagian marginal dan gingiva
ingival.
44
SARAN
Untuk mengatasi masalah gingivitis yang dijumpai pada anak tunagrahita usia 12-15
tahun yang tinggal di asrama maka diperlukan tindakan oral prophylaxis yang baik dan
penyuluhan kesehatan gigi kepada suster atau pengurus asrama terutama dalam hal
membersihkan gigi yang efektif.
Selain itu perlu kiranya ditanamkan suatu pengertian yang baik tentang kesehatan gigi dan
mulut kepada orang tua anak tunagrahita sehingga dapat lebih perhatian terhadap kesehatan
oral anaknya.
Pelayanan kesehatan gigi bagi penyandang tunagrahita berbeda dengan yang umumnya
dilaksanakan. Kesabaran dan ketekunan sangat dibutuhkan, serta perlu pula menyelami
keadaan para tunagrahita.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program
perawatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita
45