GINGGIVITIS

48
GINGIVITIS Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel. Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku. Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada awalnya organisme streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3 minggu, spesies batang gram positif khususnya Actinomyces, organisme gram negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan organisme-organisme spirochaetal termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi. Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi pada masa remaja, dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadap jenis kelamin atau ras. 12

Transcript of GINGGIVITIS

Page 1: GINGGIVITIS

GINGIVITIS

Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva,

sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami

kelainan akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis.

Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva

dan bersifat reversibel.

Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi. Secara klinis

gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan

konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran,

perubahan kontur/bentuk pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada awalnya organisme

streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3 minggu, spesies batang gram positif

khususnya Actinomyces, organisme gram negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan

organisme-organisme spirochaetal termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi.

Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi pada masa remaja,

dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadap jenis kelamin atau ras.

(http://medicastore.com/penyakit/143/Gingivitis_radang_gusi.html)

12

Page 2: GINGGIVITIS

KLASIFIKASI GINGIVITIS

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:

1. Gingivitis Akut

Gingivitis akut dibagi menjadi :

a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA

(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG)

GUNA terbagi lagi menjadi:

- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal

- GUNA yang berkaitan dengan H.I.V

b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis)

2. Gingivitis kronis

Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:

a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis)

b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)

c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)

3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.

Menurut Carranza dan Glickman’s Clinical Periodontology (2002)( Carranza, F. A.,

Newman, M. G. 2002. Clinical Periodontology. 10th ed. Tokyo: W. B.Saunders Company.),

gingivitis dibedakan berdasarkan perjalanan dan lamanya serta penyebarannya. Berdasarkan

perjalanan dan lamanya diklasifikasikan atas empat jenis yaitu :

1. gingivitis akut (rasa sakittimbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek),

2. gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut),

3. gingivitis rekuren (peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan

dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali,

4. gingivitis kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul secara perlahan-

lahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit apabila tidak ada komplikasi dari

gingivitis akut dan subakut yang semakin parah).

13

Page 3: GINGGIVITIS

Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya

a. Gingivitis Lokalisata

Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi. Membatasi gusi pada satu daerah gigi

atau beberapa daerah gigi

b. Gingivitis Generalisata

Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah.

Meliputi gusi di dalam rongga mulut secara menyeluruh

c. Gingivitis Marginalis

Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached

gingiva. Meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi cekat

d. Gingivitis Dims

Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila

interdental. Meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papila interdental

e. Gingivitis Papilaris

Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal gingiva yang

berbatasan. Meliputi papila interdental, sering meluas sampai batas margin gusi, dan

gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart Crate 51

Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

14

Page 4: GINGGIVITIS

Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG)

(Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwama Kelainan

Rongga Mulut, hal. 27)

Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas Berwarna Kelainan

Rongga Mulut yang Lazim), (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller,

Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

DENTAL PLAK INDUCED

Terjadi pada periodontium dengan tidak ada attachment loss atau adaattachment loss yang

menyeluruh dan tidak berkembang.

15

Page 5: GINGGIVITIS

- Gingivitis associated with dental plaque only

 Disebabkan karena interaksi antara mikroorganisme pada dental plak biofilm, jaringan, dan sel

ecurrentry host.a. With local contributing factor. Faktor local yaitu plaque-retentive calculus

formation pada mahkota danpermukaan akar yang memiliki kemampun untuk

melekatkanmikroorganisme dan menghalangi pembersihannya dengan teknik controlplak.b.

Without local contributing factor2. Gingival disease modified by systemic factor

 

a. Associated with Endocrine system

1) Puberty associated gingivitis. Respon gingivitis terhadap dental plak dan ecurre yang relative

sedikit selama masa puber.

2) Menstrual-cycle associated gingivitis Respon gingivitis terhadap dental plak dan ecurre

sebelum ovulasi.

3) Pregnancy associated- Gingivitis Respon terhadap dental plak dan perubahan ecurre, biasanya

terjadi selama trimester 2 dan 3.- Pyogenic granuloma. Terdapat mushroom-shaped ecurren pada

margin gingival, tetapi lebih umum terjadi pada interdental papil selama kehamilan. Bukan

tumor, tetapi merupakan respon terhadap iritasi yng diakibatkan hemangioma yang dapat mudah

berdarah.

4) Diabetes mellitus associated gingivitis

b. Associated with blood dyscrasias

1) Leukemia associated gingivitisDisebabkan karena terganggunya keseimbangan sel darah putih

yangmenyuplai periodonsium, sehingga terjadi peningkatan pendarahan danpembesaran

gingival.

2) Lainnya Gingivitis yang berhubungan dengan keabnormlan fungsi atau jumlahsel darah.

c. Gingival disease modified by medication (drug influenced gingivaldisease)

1) Drug influenced gingival enlargementSystemic medication :- Anticonvulsant : phenytoin- Ca

channel blocker : nivedipine, verapamil, diltializem, sodiumvalporat.- Imunosupresant :

16

Page 6: GINGGIVITIS

cyclosporine- Adanya plak akan memperburuk kondisi.2) Drug influenced gingivitisOral

contraceptive associated gingivitisYaitu yang dikonsumsi oleh wanita premenopause

d. Gingival disease modified by malnutrition

1) Ascorbic acid deficiency gingivitisYaitu kekurangan asam askorbat (vitamin C) yang kronis.

Manifestasi :bengkak, ulcer, mudah berdarah.

2) Lainnya

- Deficiency nutrisi spesifik :

vitamin a untuk menjaga kesehatan epitel sulkus

vitamin b untuk menjaga kesehatan mukosa

- Kelaparan mengeliminasi semua nutrient yang dibutuhkan untukkesehatan periodonsium.

2.2.4 Non-plak Induced

1. Disebabkan oleh bakteri

a.Neisseria gonorrhoeae 

b. Treponema pallidum 

c. Streptooccus species 

2. Disebabkan oleh virus Infeksi virus herpes- primary herpetic gingivostomatitis- ecurrent oral

herpes- varicella zoster, dll.

3. Disebabkan oleh jamur

a. Infeksi candida

- Gingival candidiasis

b. Linear gingival erythema

c. Histoplasmosis

17

Page 7: GINGGIVITIS

e. Lainnya

4. Karena genetic

a. Hereditary gingival

b. Lainnya

5. Karena kondisi sistemik

a. Kelainan mukokutaneus

- Lichen planus

- Pemphigus vulgaris

- Pemphygoid

- Erytheum multiforme

- Lupus erythematosus

- Drug induced

- Lainnya

b. Reaksi alergi

1) Dental restorative materials

- merkuri, nikel, aklirik, other

2) reaksi yang diakibatkan oleh

- pasta gigi, obat kumur

- permen karet aditif

- makanan

18

Page 8: GINGGIVITIS

ETIOLOGI GINGIVITIS

Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor lokal

b. Faktor sistemik

A. Faktor Lokal

Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium

a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri

Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak

dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi.

b. Faktor Pendorong /predisposisi

Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :

- Materia alba

Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme,

leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel

makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan

gingiva,

- Debris Makanan

Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah

partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim

bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi.

- Stein Dental

Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi.

Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein)

stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange stein)

- Kalkulus

19

Page 9: GINGGIVITIS

Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang

telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.

- Karies

Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah

terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya.

- Merokok

Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri

dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein

tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak.

- Impaksi makanan (food impaction)

Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut

merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak

dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium

- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)

Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu

tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi

mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau

cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.

- Kontrol plak inadequat

Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit

lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya.

- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat

Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang

menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang

kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak.

- Trauma mekanis

Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih

mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis

20

Page 10: GINGGIVITIS

ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan

menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.

- Trauma kimiawi

Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi

sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang

keras serta obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada

gingiva.

Faktor lokal fungsional:

Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari

mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang

traumatik

B. Faktor Sistemik

Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang

dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor

sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas,

kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin

dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan

hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis

(emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis :

leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)

Beberapa mikroorganisme yang terdapat pada gingivitis marginalis kronis:

Streptococcus sanguis

Streptococcus milleri

Actinomyces israelii

Actinomyces neaslundii

21

Page 11: GINGGIVITIS

Prevotela intermedia

Capnocytophaga sp.

Fusobacterium nucleatum

Veilonella spp.

- 55% adalah gram + dengan terkadang berbentuk spirochaetes & motile rods.

- Gingivitis berhubungan dengan paparan plak yang berkepanjangan pada host.

- Mikrobiologi poket gingiva berubah selama proses transisi dari initial lesion

hingga established lesion.

- Pada tahap awal (initial stage), gram + dan fakultatif organisme mendominasi

termasuk Streptococci.

- Pada early lesion, Actinomyces spp. meningkat bersama dengan proporsi

species canophilic, seperti Capnsytophaga spp. dan bakteri gram (–) anaerob

obligat. Sebagai contoh, pada suatu studi pada initial stage proporsi Actinomyces

israelii dan Actinomyces naeslundi hampir 2x lipat.

- Ketika penyakit berlanjut pada tahap established lesion, ketika perdarahan sudah

terlihat, flora akan berubah lebih jauh dan level dari black pigmented anaerob

seperti Phorpohyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia meningkat.

22

Page 12: GINGGIVITIS

PATOGENESIS

Patogenesis Penyakit Periodontal

Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap awal sampai

akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal berupa inflamasi kronis.

a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva

Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang berdekatan dihuni

oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan membentuk plak bakteri/plak

gigi (bakterial plague/dental plague). Beberapa menit setelah terdepositnya partikel,

partikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email,

tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri dapat

menyelubungi glikoprotein saliva.

Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu (host) tanpa

menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan antara serangan bakteri

plak dengan mekanisme pertahanan pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah

jumlah dan menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan terganggu

dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul akibat menurunnya

mekanisme pertahanan pejamu.

b. Mekanisme pertahanan periodonsium

Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti integritas

permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada daerah dentogingival, yang

dikelompokkan sebagai mekanisme protektif non spesifik dan sistem imunitas yang

merupakan mekanisme protektif spesifik.

c. Stadium awal respon pejamu

Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri atau produk-

produknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini berupa respon vaskular dan

respon seluler.

d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis

23

Page 13: GINGGIVITIS

Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari penyakit yang

melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial kronis. Bentuk dan perluasannya

dipengaruhi oleh interaksi pejamu bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat

menimbulkan penyakit secara langsung maupun secara tidak langsung.

TAHAPAN PATOGENESIS

1. Initial Lesion

- Perubahan vaskular ditandai dengan dilatasi kapiler dan peningkatan flow darah

respon pertama disebut dengan gingivitis subklinis

- Secara klinis belum tanpa tanda-tanda kelainan

- Secara histologi : gambaran klasik keradangan akut pada jaringan ikat dibawah JE, dan

peningkatan PMN pada jaringan ikat JE dan sulkus gingiva

- Akumilasi PMN mengakibatakan peningkatan aliran cairan gingiva

- Setelah 2 hari - 1 minggu akumulasi plak terjadi peningkatan netrofil pada pembuluh

darah

2. Early Lesion

- Secara klinis : kemerahan dan proloferasi kapiler

- Bleeding on probing

- Secara histologi :

Inflitrasi lekosit pada jaringan ikat di bawah JE, netrofil, makrofag, sel-sel

plasma dan mostosit

PMN keluar dari pembuluh darah

Respon keradangan lebih besar dari initial lesion

24

Page 14: GINGGIVITIS

70% kolagen rusak oleh karena infiltrasi seluler

Pembentukan kolagen oleh fibroblas menurun

Serabut sirkular dan dentogingiva rusak

3. Established Lesion

- secara klinis perubahan warna, ukuran, tekstur, tanda dari gingivitis kronis

- aliran darah lambat anoxemia gingiva yang terlokalisir kebiru-biruan

- Gungiva merah gelap pecahnya hemoglobin dan ekstravasasi SDM ke jaringan

- Secara histologis :

tampak reaksi keradangan yang lebih hebat antara lain meningkatnya sel-sel plasma

ditemukan inflitrasi seluler yang merusak komponen jaringan

aktivitas kolagenolitik meningkat

keradangan moderate sampai dengan severe

4. Advanced Lesion

- Sudah meluas ke tulang

25

Page 15: GINGGIVITIS

GEJALA KLINIS

Gambaran Klinis

 a. Perdarahan gingiva (BoP)

- Gejala awal:

peningkatan aliran cairan krevikular gingival

perdarahan sulkus gingiva dengan probing (BoP)

- Perdarahan tampak lebih dulu daripada tanda keradangan yang lain

- Warna juga dapat digunakan untuk diagnosa awal keradangan gingival

b. Perubahan warna

- Gingivitis kronis

Merah gelap atau merah kebiruan

Karena proliferasi vaskuler kapiler dan berkurangnya keratinisasi karenatertekannya

epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Venous statis

warnakebiruan.

Dimulai dari papil interdental dan margin gingival

attached gingival

.- Gingivitis akut

Merah terang pada marginal, diffuse atau seperti bercak. Parah:merah

abu-abu, mengkilat

c. Perubahan pada tekstur permukaan

- Hilangnya stippling

- Permukaan gingiva licin, mengkilap, padat atau keras dan bernodul-nodul kronis

tergantung eksudat atau fibrotik

26

Page 16: GINGGIVITIS

- Gingivitis akut pembengkakan difuse dan lunak, kadang disertaipseudomembran warna

abu-abu

  d. Perubahan posisi

- Terjadi resesi

- Etiologi:

Fisiologis

8% pada anak-anak, 100% pada usia>50 tahun

Cara menggosok gigi

abrasi gingival

Malposisi gigi, keradangan, frenulum yang tinggi, trauma oklusi.

e. Perubahan konsistensi

- Kronis konsistensi lunak

- Tergantung sifat edematous atau fibrotikf. Perubahan kontur gingival

- Berkaitan dengan pembesaran gingiva dan kondisi.

27

Page 17: GINGGIVITIS

CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DENGAN GINGIVITIS

Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan dengan struktur

mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa

perubahan warna, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan kontur,

pendarahan.

Ciri Klinis Gingiva Normal

Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari:

a. Warna gingival

Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva

dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel dan

keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.

b. Besar gingiva

Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler serta vaskular.

Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada keadaan patologis menyebabkan

pertambahan besar gingiva. Besarnya gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai

pada penyakit gingival.

c. Kontour/bentuk gingiva

Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi dan besar

lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal dimensi embasur gingiva dalam

arah vestibular dan oral. Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti

arah seperti busur (arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral.

d. Konsistensi gingiva

Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent). Konsistensi

gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak mengandung serat kolagen

dan melekat pada tulang alveolar, dan berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat

gingiva.

e. Tekstur permukaan gigi

28

Page 18: GINGGIVITIS

Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit jeruk

(stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin. Bagian

tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk, sedangkan bagian

tepinya licin. Stippling timbul sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang

secara mikroskopis disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada

permukaan gingiva.

Ciri Klinis Gingivitis

Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan konsistensi,

perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi, resesi gingiva,

halitosis dan rasa sakit.

a. Perdarahan

Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma mekanis,

misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva pada waktu probing

merupakan tanda klinis gingivitis yang penting. Pendarahan ini mudah terjadi karena

inflamasi kronis menyebabkan penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah

yang penuh berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang sehingga

berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus.

b. Perubahan warna

Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental dan gingiva

bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan warna pada gingiva cekat Akibat

inflamasi kronis warna gingiva yang normainya merah jambu akan berubah menjadi

sedikit merah sampai merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya

keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Terjadinya stasis

venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah kebiru-biruan sampai biru, apabila

vaskularisasi bericurang (berkaitan dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif)

warna gingiva terlihat pueat atau hampir menyerupai warna normal.

c. Perubahan Konsistensi

29

Page 19: GINGGIVITIS

Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan. Konsistensi

gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan menggembung, serta berlekuk

apabila ditekan. Hal ini adalah akibat jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan sel-

sel eksudai inflamasi. Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh

yang mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan karena

degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis berlangsung lama terjadi

fibrosis dan proliferasi epitel sehingga konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.

d. Perubahan tekstur permukaan

Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya tekstur seperti

kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena perubahan histopatologis yang

terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur yang demikian terjadi pada gingiva yang

berkonsistensi lunak. Perubahan histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur

permukaannya adalah bernodul-nodul.

e. Perubahan kontur/bentuk

Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan dengan terjadinya

pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun pembesaran gingiva ini juga bisa

disebabkan oleh sebab-sebab lain sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini

tepi giginya membulat dan papila interdental menjadi tumpul.

f. Perubahan saku gusi

Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo pocket) yaitu

sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi tanpa adanya migrasi epitel

saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan sulkus gingiva adalah pada saku gusi

terdapat tanda-tanda inflamasi gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga

bertambah apabila terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal.

g. Resesi

Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat bergesernya posisi

gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang terinflamasi apabila gingivanya tipis

terutama bila gingiva cekatnya inadequate

h. Halitosis

30

Page 20: GINGGIVITIS

Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita gingivitis, dan

keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien untuk meminta perawatan.

Penyebabnya adalah sisa makanan yang tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang

disebabkan oleh gingivitis harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab

lain seperti kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit

metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia.

i. Nyeri Sakit

Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii terjadi eksaserbasi

akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena penderita menyikat giginya hanya

dengan tekanan yang lebih ringan dan lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih

banyak menumpuk dan kondisi penyakit bertambah parah.

Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis

Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink),

tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting,

dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).

Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan,

bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang

licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya

akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

31

Page 21: GINGGIVITIS

PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran keparahan gingiva serta

kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang

dikenal sebagai indeks. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva

(gingiva index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik

pendarahan (bleedingpoint index).

Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran

dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva

vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh

dengan meajumlahkan skor untuk keempat sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor

dari semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor

indek gingiva untuk individu.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor indeks gingiva

dengan kriteria sebagai berikut:

Skors Indeks Gingiva Kondisi Gingiva

0,1 - 1,0

1,1-2,0

2,1-3,0

Gingivitis Ringan

GingtvitisSedang

GingivitisParah

Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan timbuf setelah

prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang diukur. Dengan tetap

mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan

sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut

32

Page 22: GINGGIVITIS

mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya.

Setelah probing pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai

berikut:

0 = Tidak terjadi pendarahan

1 = Pendarahan berupa titik kecil

2 = Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis

3 = Pendarahan menggenang di interdental

Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:

Indek Titik Pendarahan=Jumlah Permukaan Gigi dengan PendarahanJumlah Seluruh Gigi

x100%

Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang biasa

digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan pelaksanaan prosedur

hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien.

Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus mendiagnosis gingivitis

sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,. terutama bila kasusnya terungkap

sedini mungkin, perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang

dibutuhkan.

Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur:

a. Instruksi Kontrol Plak

Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan

alat pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih

terhalang oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan.

b. Penskeleran dan penyerutan akar

Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar

saku periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk

menyirigkirkan kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran

33

Page 23: GINGGIVITIS

supragingiva, gingivitis akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada

sesi selanjutnya

Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin

bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose

tersingkap.

c. Perbaikan restorasi yang cacat

Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus,

yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun sepanjang tepi restorasi. Apabila

terdapat tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari

restorasi ke arah gigi dan terasa ada hambatan.

Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin digantikan dengan

restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan

inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper harus disingkirkan. Bagian

restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir

periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian

restorasi yang mengeper ke arah gigi.

d. Penumpatan Lesi Karies

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan

periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat

disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun

pada keadaan tertentu penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat

menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.

e. Pemolesan

Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies,

lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan

aberasif yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

1. Kunjungan Pertama

34

Page 24: GINGGIVITIS

Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan keluhan utama

pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan kontrol plak. Hal tersebut

mencakup sesuatu yang harus dilakukan perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama

ini yang dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah

menderita penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan

konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan kontur/bentuk,

pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis bahkan bisa terjadinya nyeri

sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor penyebabnya seperti plak bakteri, merokok,

kalkulus, karies dan perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan

juga indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak menggunakan

disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :

Indek Plak =Jumlah Permukaan dengan PlakJumlah Seluruh Permukaan x 4

x 100%

Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan kepada pasien apa

yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien dan apa

yang haras dilakukannya untuk menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan

menjamin keberhasilan perawatan.

Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga kebersihan mulut

dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien yang telah termotivasi untuk

memelihara kebersihan mulut mampu melaksanakannya.

Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus subgingiva. Setelah

semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada pasien tentang keparahan plak setiap

kali kunjungan, agar pasien tetap menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur

dan mengkonsumsi gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu

2. Kunjungan Kedua

Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution untuk kembali

dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling untuk menyingkirkan deposit-

35

Page 25: GINGGIVITIS

deposit plak. Dan perhatikan indeks perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran

kalkulus dapat dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah

semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi dikilatkan atau

dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka sebaiknya dilakukan penumpatan

karies, dan perbaikan restorasi yang cacat.

3. Kunjungan ke Tiga

Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian khusus diberikan

pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini biasanya mengakibatkan

dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap dihitung indeks pendarahan, dan papilla

calculus indeks, agar diketahui perubahan dari pendarahan dan oral hygiene.

4. Kunjungan ke Empat

Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan dan kalkulus

indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah 5 % berarti tidak adanya

inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga

kebersihan mulutnya dan dilanjutkan untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.

TERAPI

1. NON-SURGICAL

a. Scalling : pemakaian instrument pada mahkota dan permukaan akar gigi, membersihkan

plak, kalkulus, dan noda.

b. Root planning : menghilangkan sementum / permukaan dentin yang kasar terisi oleh

kalkulus dan terkontaminasi oleh toksin atau mikroorganisme.

c. Periodontal debridement : menghilangkan atau merusak bakteri plak beserta produknya dan

perlekatan plak serta penumpukan karang gigi dari permukaan mahkota, permukaan akar

dan sampai ruang saku gusi dan dinding jaringan hingga perluasannya.

d. Deplaqueing : merusak atau menghilangkan mikroba plak subgingival beserta produknya

dari permukaan sementum dan ruang saku gusi.

*Penyembuhan setelah perawatan atau instrumentasi :

36

Page 26: GINGGIVITIS

a. Setelah dilakukan periodontal debridement beberapa penyembuhan dari jaringan

periodontal proses penyembuhan.

b. Susunan utama dari penyembuhan setelah periodontal debridement oleh kembalinya

bentuk atau susunan dari Junctional Epithelium yang panjang. Disana tidak ada bentuk

atau susunan tulang yang baru, sementum / ligament periodontal selama proses

penyembuhan yang terjadi setelah periodontal debridement.

c. Terapi periodontal non bedah dapat memberikan hasil pada berkurangnya kedalaman

probing.

d. Topical chemical plaque control bahan kimia atau obat yang digunakan untuk

mengontrol mikroorganisme di tempat tertentu.

*Langkah-langkah lain pada terapi Non Surgical periodontal :

a. Kontrol resiko sistemik

1) Lokal

- mengidentifikasi faktor resiko local selama penetapan terapi periodontal, harusnya menjadi

bagian terapi non-bedah periodontal.

Cth : - tambalan amalgam yang berlebih

- design mahkota yang salah

- kesalahan pemakaian alat

2) Sistemik

- Dokter gigi harus meminimalkan pengaruh dari faktor resiko sistemik.

- Anggota klinis harus tahu tentang beberapa faktor resiko sistemik yang tidak dapat dihindari.

Cth : faktor genetik.

b. Modulasi host

37

Page 27: GINGGIVITIS

Modulasi host mengacu pada perubahan mekanisme pertahanan normal tubuh untuk

membantu menjaga penyakit periodontal tetap dibawah kontrol.

c. Menggunakan antibiotic secara sistemik. Cth : Penicilin

2. SURGICAL

a. Gingivectomy

- Adalah prosedur di mana gingiva dipotong dan dihilangkan

- Indikasi :

Sebelum ada teknik periodontal modern (teknik ini yang paling sering

digunakan)

Untuk reshaping jaringan gingiva yang mengisolasi daerah dan

penghilangan gingival enlargement

b. Gingival Curretage

- Tindakan ini tidak direkomendasikan

- Merupakan tindakan bedah periodontal yang meliputi percobaan untuk menggores garins

pocket periodontal menggunakan curet periodontal, paling sering curet gracey.

c. Periodontal Flap Surgery

- Prosedur bedah dengan irisan yang dibuat pada gingiva yang mengelilingi gigi dan jaringan

lunak pada dasarnya harus diangkat dari akar gigi dan tulang alveolar

- Indikasi :

Tindakan bedah periodontal yang paling modern, membutuhkan penutupan periodontal

38

Page 28: GINGGIVITIS

ANAK TUNAGRAHITA

Pengertian

Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal,

dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban, ada anak

yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam pembahasan

ini adalah anak yang termasuk kategori lamban dalam belajarnya. Mereka memiliki tingkat

kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program

sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak normal. Mereka mem- butuhkan pelayanan

penddidikan khusus. Anak ini disebut anak terbelakang mental. Istilah resminya di

Indonesia seperti dikemukakan Mohammad Amin (1995 : 11) yang dikutip dari Peraturan

Pemerintah nomor 72 thun 1991, yaitu anak tunagrahita.

Anak tunagrahita terdapat di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Di

lingkungan orang kaya maupun di lingkungan orang miskin. Karena mereka memiliki

kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Mereka tidak mampu memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit.

Demikian juga dalam pelajaran seperti mengarang, berhitung, dan pelajaran yang bersifat

akademik lainnya.

Anak tunagrahita ini ada beberapa macam, juga memliki ciri-ciri dan tingkat

ketunagrahitaan yang berbeda-beda, Ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang

berat.

Adapun yang damasked dengan kecerdasan di bawah rata-rata ialah apabila 2

perkembangan umur kecerdasan (Mental Age) terbelakang atau di bawah pertumbuhan usianya

(Cronological Age)

Ada masyarakat awam yang menyebut anak tunagrahita itu sebagai orang gila,

Antara anak tunagrahita dengan anak sakit ingatan dan sakit mental jelas berbeda. Dalam

bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness, yaitu kegagalan dalam membina

kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan tunagrahita dalam bahasa Inggris disebut

39

Page 29: GINGGIVITIS

mentally retarded atau mental retardation, yaitu ketidak mampuan dalam memecahkan

persoalan karena inteligensinya kurang berkembang.

Untuk lebih memahami apa yang disebut anak tunagrahita, akan dikemukakan

definisi yang sering dijadikan rujukan dalam berbagai tulisan mengenai anak tunagrahita,

Definisi tersebut dari American Association on Mentally Deficiency (AAMD) yang dikutif

Grossman sebagai berikut : “Mental retardation refers to significantly sub average

general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior and

manifested during the development period (Hallahan and Kauffman, 1982 : 40).

Peristilahan

Meskipun bahasa nasionalnya sama, namun negara tersebut menggunakan istilah

untuk menunjuk kepada anak tuagrahita berbeda-beda. Di Amerika istilah yang umum

digunakan sekarang ialah mental retardation. Di Inggris menggunakan istilah mentally

retarded. Sedangkan di New Zeland istilah resminya intellectually handicapped. Persatuan

Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan istilah mentally retarded atau intellectually disabled.

Di Indonesia dulu untuk menyebut anak tunagrahita itu lemah ingatan, lemah otak, lemah

fikiran, cacat mental, dan terbelakang mental. Istilah-istilah 3 tersebut sudah ditinggalkan

karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sekarang Pemaritah

Indonesia sudah mengeluarkan peraturan, bahwa istilah yang resminya adalah tunagrahita.

Perlu diketahui bahwa istilah-istilah yang dikemukakan di atas mengandung makna

yang sama, yaitu semuanya menunjuk kepada anak yang mempunyai fungsi intelektual umum di

bawah rata-rata.

Klasifikasi

Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu berbeda-beda, hal ini

disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya,

berdasarkan kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya.

Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan memberikan layanan dan

bantuan yang sebaik-baiknya.

40

Page 30: GINGGIVITIS

Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk yang ringan, imbesil

untuk anak yang sedang, dan idiot untuk anak yang berat. Untuk ketiga kelompok anak

tunagrahita tersebut ada juga yang menyebutnya sebagai berikut : mampu didik dengan IQ

berkisar antara 50 - 70, mampu latih antara 30 - 50, dan perlu rawat dengan IQ kurang

dari 30. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

72 tahun 1991, Pengelompokan anak tunagrahita pun dirubah menjadi anak tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat.

Karakteristik

1. Karakteristik anak tunagrahita ringan

Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka

mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti

pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di

sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak

normal yang berusia 12 tahun.

2, Karakteristik anak tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat

akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena

perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain,

meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur

kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.

3. Karakteristik anak tunagrahita berat

Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain,

sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau

tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi

anak normal yang berusia tiga tahun.

41

Page 31: GINGGIVITIS

KESIMPULAN

Definisi gingivitis adalah peradangan yang terjadi pada gusi akibat berbagai macam

factor..

Klasifikasikan gingivitis :

1. Klasifikasi gingivitis secara umum : gingivitis akut dan gingivitis kronis,

gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.

2. Klasifikasi gingivitis berdasarkan perjalanan dan lamanya: gingivitis akut,

gingivitiss subakut, gingivitis rekuren, gingivitis kronis.

3. Klasifikasi gingivitis berdasarkan lokasinya : gingivitis lokalisata, gingivitis

generalisata, gingivitis marginalis, gingivitisdims, gingivitis papilaris.

Etiologi gingivitis :

Factor local, meliputi factor local pencetus, factor local pendorong, dan factor local

fungsional.

Factor sistemik

Tahapan pathogenesis terjadinya gingivitis:

Initial lesion early lesion establish lesion advanced lesion

Gejala klinis pada gingivitis meliputi perdarahan gingival,terjadinya perubahan warna,

perubahan tekstur permukaan, perubahan posisi, perubahan konsistensi.

Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis

Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink),

tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting,

dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).

42

Page 32: GINGGIVITIS

Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan,

bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang

licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya

akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

Penatalaksanaan gingivitis :

1. Non surgical, meliputi : scalling, root planning, periodontal debridement,

deplaqueing.

2. Surgical, meliputi : gingivectomy, gingival curettage, periodontal flap surgery.

Definisi tunagrahita berdasarkan American Association on Mentally Deficiency

(AAMD) sebagai berikut : “Mental retardation refers to significantly sub average

general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior

and manifested during the development period

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no 72 than 1991 adalah

tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat.

Karakteristik tunagrahita:

1. Karakteristik anak tunagrahita ringan

Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka

mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti

pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di

sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak

normal yang berusia 12 tahun.

2, Karakteristik anak tunagrahita sedang

43

Page 33: GINGGIVITIS

Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat

akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena

perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain,

meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur

kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.

3. Karakteristik anak tunagrahita berat

Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain,

sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau

tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi

anak normal yang berusia tiga tahun.

Tidak ada perbedaan derajat gingivitis antara anak tunagrahita dengan keterbelakangan

mental tingkat ringan dan anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang

usia 12-15 tahun di Sekolah Bhakti Luhur Malang. Pada anak tunagrahita dengan

keterbelakangan mental tingkat ringan lebih banyak menderita derajat gingivitis skor 2

Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan. Demikian pula pada anak

tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang.

Ada perbedaan bermakna dengan antara derajat gingivitis anak tunagrahita yang

bertempat tinggal di asrama dengan yang tinggal bersama orang tuanya. Pada anak

tunagrahita yang tinggal di asrama lebih banyak yang menderita derajat gingivitis skor 1

Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang tidak melibatkan

seluruhnya, marginal dan papillary ingival sedangkan anak tunagrahita yang tinggal

bersama orang tuanya (non asrama) menderita derajat gingivitis skor 2 Modified Gingival

Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang melibatkan seluruh bagian marginal dan gingiva

ingival.

44

Page 34: GINGGIVITIS

SARAN

Untuk mengatasi masalah gingivitis yang dijumpai pada anak tunagrahita usia 12-15

tahun yang tinggal di asrama maka diperlukan tindakan oral prophylaxis yang baik dan

penyuluhan kesehatan gigi kepada suster atau pengurus asrama terutama dalam hal

membersihkan gigi yang efektif.

Selain itu perlu kiranya ditanamkan suatu pengertian yang baik tentang kesehatan gigi dan

mulut kepada orang tua anak tunagrahita sehingga dapat lebih perhatian terhadap kesehatan

oral anaknya.

Pelayanan kesehatan gigi bagi penyandang tunagrahita berbeda dengan yang umumnya

dilaksanakan. Kesabaran dan ketekunan sangat dibutuhkan, serta perlu pula menyelami

keadaan para tunagrahita.

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program

perawatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita

45