gigi

73
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rongga mulut terdapat jaringan keras dan jaringan lunak. Lidah merupakan organ otot yang bergerak yang terletak di dalam rongga mulut dan setengahnya lagi terletak di oropharinx. Bentuk anatomis lidah dengan banyak papilla dan adanya fisura di bagian tengah, serta letak anatomisnya, menyebabkan banyak sekali bakteri bersembunyi di bagian dorsal. Lebih dari 100 bakteri ditemukan melekat pada setiap sel epitel terlepas yang ada di permukaan dorsal lidah, dan salah satu bakteri tersebut adalah golongan Streptococcus. 1 Bakteri yang menimbulkan karies gigi adalah Streptococcus sp, diantaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus viridians, Peptostreptokokus yang menrupakan bakteri penghuni mulut dan penyebab utama karies gigi. 2

description

gigi

Transcript of gigi

Page 1: gigi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rongga mulut terdapat jaringan keras dan jaringan lunak. Lidah

merupakan organ otot yang bergerak yang terletak di dalam rongga mulut dan

setengahnya lagi terletak di oropharinx. Bentuk anatomis lidah dengan banyak

papilla dan adanya fisura di bagian tengah, serta letak anatomisnya, menyebabkan

banyak sekali bakteri bersembunyi di bagian dorsal. Lebih dari 100 bakteri

ditemukan melekat pada setiap sel epitel terlepas yang ada di permukaan dorsal

lidah, dan salah satu bakteri tersebut adalah golongan Streptococcus.1

Bakteri yang menimbulkan karies gigi adalah Streptococcus sp, diantaranya

adalah Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus viridians,

Peptostreptokokus yang menrupakan bakteri penghuni mulut dan penyebab utama

karies gigi.2

Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus adalah

bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau

rantai selama masa pertumbuhannya. Beberapa diantara golongannya merupakan

anggota flora normal pada manusia. Dua puluh spesies termasuk Streptococcus

pyogenes, Streptococcus agalactiae, dan Enterokokkus, digolongkan berdasarkan

kombinasi sifatnya.2

Page 2: gigi

Streptococcus merupakan suatu spesies yang mendominasi komposisi bakteri

dalam plak. Bakteri ini merupakan mikroflora normal rongga mulut yang harus

mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk plak dari sukrosa,

melebihi jenis bakteri lainnya.1

Penting bagi seseorang untuk membersihkan mulut setelah makan. Menyikat

gigi merupakan perawatan esensial untuk kesehatan mulut, namun ada beberapa

perawatan tambahan lain yang perlu dilakukan sendiri di rumah sebagai bagian dari

pemeliharaan rutin, membersihkan lidah adalah salah satu diantaranya.

Membersihkan lidah terbukti efektif mengurangi bau mulut. Namun,juga

dapat dengan menggunakan sikat gigi untuk menyikat lidah bagian tengah dan

belakang, yang merupakan tempat utama berkumpulnya mikroba.1

Tindakan pembersihan lidah dapat mengurangi halitosis. Selain itu juga dapat

mengurangi sebagian bakteri yang berperan dalam penyakit periodontal dan

penyikatan serta pengerukan lidah. Tidak hanya membersihkan lidah, tetapi juga

mengaktifkan kelenjar saliva. Dengan adanya pembersihan lidah, dapat melindungi

dari infeksi tenggorokan dan mulut. Kebiasaan membersihkan lidah secara sempurna

dan dilakukan secara rutin merupakan bagian dari prosedur perawatan kesehatan

mulut sehari-hari di rumah dan efektif serta terbukti dapat mengurangi halitosis.

Penyikatan gigi disertai pembersihan lidah banyak mengurangi kadar Volatile Sulfur

Compounds (VSC). Pembuangan plak gigi dengan penyikatan saja hanya mengurangi

halitosis kurang dari separuh dibandingkan dengan melakukan penyikatan gigi

disertai penyikatan atau pengerukan lidah.3 Oleh karena itu diharapkan prosedur

2

Page 3: gigi

pembersihan lidah dapat dijadikan rutinitas sehari-hari sama seperti menyikat gigi.

1,3,4

Pembersihan lidah sangat penting perannya dalam hubungan nya dengan

koloni Streptococcus yang terdapat pada lidah yang dapat menimbulkan berbagai

penyakit pada rongga mulut.3

Beberapa tahun terakhir telah bermunculan berbagai cara dan alat untuk

membersihkan lidah. Konsepnya sangat masuk akal dan sangat sederhana yaitu

orang-orang yang berpedoman untuk selalu mencegah seharusnya hanya perlu

menyertakan sedikit demi sedikit usaha untuk membersihkan lidahnya dalam

rutinitas membersihkan mulutnya.

Tongue scraper merupakan salah satu jenis pembersih lidah yang telah

dirancang khusus untuk membersihkan lidah. Tongue scraper dirancang sesuai

bentuk anatomi lidah, dan dioptimalkan untuk mengangkat lapisan plak, serta lebih

efektif membersihkan permukaan lidah. Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri

dari potongan plastik atau metal seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan

menggores secara berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik seperti alat

pencukur atau penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat kecil, hingga

alat berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah.

Selain menggunakan tongue scraper, permukaan lidah dapat juga

dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi. Tidak semua masyarakat

membersihkan lidah dengan menggunakan tongue scraper, sebagian orang

menggunakan sikat gigi mereka untuk membersihkan lidah mereka.3

3

Page 4: gigi

Oleh karena itu penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana perbandingan

jumlah koloni Streptococcus pada lidah yang dibersihkan dengan sikat gigi dan

tongue scraper.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian adalah “ Bagaimanakah perbandingan jumlah

koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi

dan tongue scraper”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah

sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper.

2. Tujuan khusus

- Untuk mengetahui jumlah koloni Stretococcus pada lidah.

- Untuk mengetahui jumlah koloni Streptococus pada lidah setelah

menggunakan sikat gigi.

- Untuk mengetahui jumlah koloni Streptococcus pada lidah setelah

menggunakan tongue scraper.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan

sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper.

4

Page 5: gigi

E. MANFAAT PELITIAN

1. Dapat menjadi wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman

langsung pada peneliti dalam melakukan penelitian.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya pembersihan lidah menggunakan tongue

scraper yang dapat mengurangi frekuensi halitosis, karies dan penyakit-

penyakit lain yang disebabkan oleh koloni bakteri Streptococcus pada

lidah.

3. Sebagai acuan untuk dilakukannya penelitian selanjutnya.

5

Page 6: gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LIDAH

Lidah merupakan indera pengecapan memiliki peran sebagai fungsi putting

kecap pada mulut, dan manfaatnya memungkinkan seseorang memilih makanan

menurut kesukaannya dan menurut kebutuhan akan zat gizi tertentu secara fisiologis,

umumnya lidah memiliki sedikitnya empat fungsi pengecapan primer yaitu asam,

asin, manis, dan pahit. Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar,

halus, dan nyeri. Namun kita tahu bahwa seseorang dapat menerima secara harfiah

berates-ratus rasa. Diduga semuanya merupakan gabungan dari empat rasa primer

pada cara yang sama seperti semua warna pada spektrum merupakan gabungan tiga

warna primer.1,2

Rasa asam disebabkan oleh asam, dan intensitas rasa kira-kira sebanding

dengan logaritma konsentrasi ion hydrogen, yaitu makin asam suatu asam, rasanya

menjadi semakin kuat. Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi. Kualitas rasa

sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena garam juga

mengeluarkan rasa lain disamping asam. Rasa manis disebabkan oleh suatu golongan

zat kimia yang menyebabkan rasa ini. Hampir semua zat menyebabkan rasa manis

merupakan zat kimia organik. Rasa pahit, seperti rasa manis tidak disebabkan oleh

satu jenis agen kimia. Rasa pahit bila terjadi dengan intensitas besar, biasanya

menyebabkan orang atau binatang menolak makanan. Hal ini niscaya merupakan

fungsi rasa pahit yang mempunyai tujuan penting karena banyak toksin mematikan

Page 7: gigi

yang terdapat pada tanaman beracun adalah alkohol, dan semua zat ini menyebabkan

rasa pahit yang hebat.2,3

Lidah adalah organ otot yang bergerak yang dapat diasumsikan memiliki

variasi bentuk dan posisi. Setengah bagian dari lidah terletak didalam rongga mulut

dan setengahnya lagi terletak di oropharinx. Lidah terlibat dalam proses mastikasi,

perasa, menelan, artikulasi, dan pembersihan mulut.2

Bagian dorsal lidah adalah permukaan pada bagian posterior superior, yang

terletak sebagian di dalam rongga mulut dan sebagian lagi terletak di dalam

oropharinx, dan mempunyai bentuk dan alur seperti huruf V. Sulcus terminalis atau

groove (L.sulcus terminalis) adalah bagian belakang dari foramen cecum. Lubang

kecil ini adalah bagian non fungsional yang merupakan sisa dari bagian embrio

saluran thyroglosal dari pertumbuhan kelenjar tiroid. Sulcus terminalis membagi

bagian dorsum lidah yaitu bagian anterior (oral) merupakan bagian dari rongga mulut

dan pada posteriornya (pharyngeal) merupakan bagian dari oropharinx, tepi lidah

terhubung pada setiap sisi lingual gingival dan bagian lateral gigi. Membran mukosa

pada bagian anterior kasar karena adanya sejumlah papilla lingual.2,3

Warna lidah yang sehat adalah merah terang, dengan permukaan yang

tidak rata karena keberadaan papilla. Didalam papilla pengecapan ditemukan

satu atau lebih tunas pengecapan, mempunyai diameter 50 µm dan dibangun

dari 50 sel berbentuk panjang, yang berakhir dengan mikrovili di dalam pori

pengecapan.1

Ada 4 jenis papilla pada lidah, yaitu:

1. Filiform

7

Page 8: gigi

2. Fungiform

3. Foliate

4. Vallatae, papilla terbesar, ada di cekungan berbentuk Vdi 1/3 lidah bagian

belakang.

Semua papilla tersebut memiliki kuncup pengecap, kecuali papilla

vallatae yang hanya berfungsi untuk membantu “memegang” makanan.

Selain berfungsih sebagai kuncup pengecap, papilla juga membantu untuk

“memegang ” makanan. Manusia terlahir dengan kurang lebih 10.000 kuncup

pengecap. Namun seiring dengan beratambahnya usia, sebagai kuncup

pengecapnya mengalami atrofi / mati. Kuncup pengecap dapat membuat kita

dapat menentukan apakah suatu makanan berasa manis, asam, pahit atau asin.

Adapun bagian-bagian lidah dapat dilihat pada gambar dibawah ini1:

Gambar II.1 : Bagian-bagian lidah.Sumber : [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010.Available from: http://www.mercksource.com/pp/us/cns/cns_hl_dorlanssplit.j.html

8

Page 9: gigi

Mekanisme kerja lidah adalah:

Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran

mikro yang sensitive, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat

berkontak dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan

menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan

yang kita makan.1

B. TINJAUAN UMUM TENTANG BAKTERI STREPTOCOCCUS

1. Morfologi dan karakteristik Streptococcus

Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang

merupakan flora normal normal. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat

memberi efek yang menguntungkan dan merugikan bagi tubuh. 4

Ciri khas organisme ini adalah kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat

telur dan tersusun dalam bentuk rantai. Kokus membelah pada bidang yang

tegak lurus sumbu panjang gigi. Anggota-anggota rantai sering tampak

sebagai Diplococcus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang.

Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor

lingkungan. Streptococcus bersifat gram-positif. Namun, ada biakan tua dan

bekteri yang mati, bakteri ini menjadi gram negative, keadaan ini dapat

terjadi jika bakteri dieramkan semalam.4

9

Page 10: gigi

Gambar II. 2: Streptococcus Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010.Available from: http://www.google.co.id/imglanding?q=streptococcus&um.html

Streptococcus merupakan suatu spesies yang mendominasi komposisi

bakteri dalam plak. Bakteri ini merupakan mikroflora normal rongga mulut

yang harus mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk

plak dari sukrosa, melebihi jenis bakteri lainnya.4

Kebanyakan streptococcus tumbuh dalam pembenihan padat sebagai

koloni discoid dengan diameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan

simpai sering membentuk koloni mukoid.4

Energi utama diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan

Streptococcus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat atau

dalam kaldu, kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan.

Kebutuhan makanan bervariasi untuk setiap spesies. Kuman yang patogen

bagi manusia paling banyak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan.

Pertumbuhan dan hemolisis dibantu oleh pengeraman dalam CO2 10%.

10

Page 11: gigi

Meskipun kebanyakan Streptococcus patogen tumbuh paling baik pada suhu

37 ̊ C, enterokokus tumbuh baik pada suhu 15 ̊ C dan 45 ̊ C.4,5

Varian strain Streptococcuss yang sama dapat menunjukkan bentuk

koloni yang berbeda. Organisme ini cenderung virulen dan relative kebal

terhadap fagositosis oleh leukosit manusia.4

Gambar II. 3: Streptococcus pada cawan petriSumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://www.google.co.id/images.html

2. Klasifikasi Streptococus

Selama bertahun-tahun, klasifikasi Streptococcus dikelompokkan menjadi

beberapa kategori utama berdasarkan suatu seri berikut ini:4

1. Morfologi koloni dan reaksi hermolitik pada agar darah .

2. Spesifisitas serologik dari unsur dinding sel golongan-spesifik dan

dinding sel lain

3. Reaksi biokimia dan resistensi terhadap faktor-faktor fisik dan kimia

4. Sifat ekologiknya

Pada beberapa kasus, nama spesies yang berbeda digunakan untuk

menerangkan organisme yang sama dan ditempat lain, beberapa anggota dari

11

Page 12: gigi

spesies yang sama juga meliputi spesies yang lain , atau yang diklasifikasikan

secara terpisah.3

Klasifikasi golongan Streptococcus dan Enterococcus berikut ini terutama

memiliki relevensi medik yaitu:

1. Streptococcus pyogenes: kebanyakan streptococcus yang mengandung

antigen golongan A adalah S.pyogene. Bakteri bersifat β-hemolitik.

S.pyogene adalah bakteri patogen utama manusia yang berkaitan

dengan invasi lokal atau sistemik dan gangguan imunologik setelah

infeksi Streptococcus.

2. Streptococcus agalactiae: bakteri ini adalah streptococcus golongan

B, merupakan anggota flora normal saluran genital dan penyebab

penting dari sepsis neonates dan meningitis.

3. Streptococcus golongan C dan G: streptococcus ini kadang-kadang

muncul pada nasofaring dan mungkin menyebabkan sinusitis,

bakterimia, atau endokarditis. Bakteri ini sering terlihat menyerupai

S.pyogenes golongan A pada pembenihan agar darah dan bersifat β-

hemolitik. Bakteri ini diidentifikasi dengan reaksi terhadap antisera

spesifik untuk golongan C dan G.

4. Enterococcus faccalis (E.faecium, E.durans): Enterococcus yang

bereaksi dengan antiserum golongan D. Enterococcus adalah bagian

dari flora usus normal.

5. Streptococcus bovis: bakteri ini termasuk streptococcus golongan D

yang non enterococcus. Bakteri ini dapat menyebabkan endokarditis,

12

Page 13: gigi

dan kadang-kadang dapat menyebakan bakteremia pada penderita

karsinoma kolon.

6. Streptococcus anginosus: bakteri ini adalah bagian dari flora normal.

Bakteri ini dapat diklasifikasi sebagai S.viridan.

7. Streptococcus golongan N: bakteri ini jarang ditemukan pada penyakit

yang timbul pada manusia tetapi menimbulkan koagulasi yang normal

pada susu.

8. Streptococcus golongan E,F,G,H, dan K-U: bakteri ini tumbuh pada

hewan dari pada di manusia, dengan beberapa pengecualian.

9. Streptococcus pneumonia: bakteri ini bersifat α-hemolitik.

Pertumbuhannya dihambat oleh optokin dan koloninya larut dalam

empedu.

10. Streptococcus viridans mencakup S.mitis, S.mutans, S.salivarius,

S.sanguis: Streptococcus golongan ini merupakan anggota flora

normal yang paling umum pada saluran pernapasan bagian atas dan

berperan penting untuk menjaga keadaan normal selaput mukosa

disitu. Bakteri ini dapat mencapai aliran darah akibat suatu trauma dan

menyebabkan endokarditis pada katub jantung yang abnormal.

Beberapa S.viridans (misalnya S.mutans) mensintesis polisakarida

besar seperti dekstran atau levan dari sukrosa dan menjadi faktor

penting pada pembentukan karies gigi, halitosis dan berbagai penyakit

periodontal. S.mutans dapat membentuk koloni yang melekat dengan

13

Page 14: gigi

erat pada permukaan gigi dan lebih esidurik daripada dengan

streptococcus yang lain.

11. Streptococcus varian secara nutrisi: bakteri ini meliputi (S.defectivus

dan S.adjacens) telah dikenal sebagai “streptococcus defesiensi

nutrisi”, dan dengan nama lainnya. Bakteri ini merupakan flora

normal dan kadang-kadang menyebabkan bakteremia atau

endokarditis, dapat ditemukan pada abses otak dan infeksi lain.

12. Peptostreptococcus (banyak spesies): bakteri jenis ini hanya timbul

pada situasi anaerob atau keadaan mikroaerofilik dan secara bervariasi

membentuk hemolisin. Bakteri ini adalah bagian dari flora normal

mulut, usus, dan saluran genital pada wanita. Bersama dengan spsies

bakteri lain seringkali ikut berperan dalam infeksi anaerob campuran

di abdomen, pelvic, paru-paru, atau otak.5,6

3. Manifestasi klinis infeksi bakteri Streptococcus

a. Karies

Bakteri Streptococcus terutama golongan Streptococcus mutans

merupakan strain streptoocci yang paling dominan didalam lesi karies

dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri ini memiliki beberapa

karakteristik penting yang dapat dikaitkan dengan proses terjadinya karies

pada gigi.5

Patogenisitas S.mutans dalam menyebabkan kelainan utama di

dalam rongga mulut yaitu karies gigi, disebabkan kemampuannya

14

Page 15: gigi

mensintesis polisakarida ekstraseluler yang tidak larut yang merupakan

prekursor plak gigi. 5

Gambar II.4: KariesSumber: [internet]. Accessed on: 2 Maret 2011. Available from: http://www.opti-dent-schweiz.ch/Artikel/index.cfm?ID=8381.html

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu

email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang

ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai

dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan

kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi

bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke

jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang, karies

masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di

negara-negara bekembang.6

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti

penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang

terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang

15

Page 16: gigi

memegang peranan yaitu host atau tuan rumah, agen atau

mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang

digambarkan sebagai tiga lingkaran yang berhubungan.6

Gambar II.5 : Skema perjalanan kariesSumber: Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press; 2008. pp. 5

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan

rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk

gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada

gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan

mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.6

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang

terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas

suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang

16

Page 17: gigi

tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak,

kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti

Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan

Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya. Walaupun

demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh

karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten

terhadap asam).6

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak

karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme

yang ada pada permukaan enamel.6

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.

Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu

kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.6

b. Penyakit periodontal

Plak merupakan massa yang lengket berisi bakteri beserta produk-

produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi

bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui

serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar dalam rongga mulut

maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel.

Pelikel ini terutama terdari atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva

17

Page 18: gigi

dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan

mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan

gigi.6

Sebagian besar pasien berusaha membuang plak tersebut tetapi tak

terelakkan lagi bahwa keberhasilan seratus persen tak mungkin diperoleh

sehingga biasanya akan terlihat daerah dengan plak lama dan daerah plak

baru. Bakteri yang dikandung kedua daerah itu tidak sama. Pada plak baru

terbentuk bakteri yang paling banyak adalah Streptococcus dan Neisseria,

tetapi sesuai dengan perjalanan waktu terdapat pula bakteri lain yang

berkembang biak terutama Actinomyces dan Veillonella. Dengan

demikian plak yang matang sebagian besar akan menjadi seperti filamen

dan berisi lebih banyak kuman anaerob.8

Gambar II.6: PeriodontitisSumber: [internet]. Accessed on: 2 Maret 2011. Available from: http://www.implantdentist.co.nz/assets//Periodontitis%201.jpg.html

Faktor Risiko Terjadinya Penyakit 8

Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya

18

Page 19: gigi

akumulasi plak pada gigi dan gingival. Ada beberapa faktor yang ikut

berkontribusi dalam peningkatan risiko terjadinya penyakit, antara lain:

1. Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingival pada

dentogingival junction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi

periodontitis kronis. Bakteri biasanya memberikan efek lokal pada

sel dan jaringan berupa inflamasi.

2. Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien

yang memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektifan

respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang dapat

meningkatkan keganasan penyakit ini.

3. Lingkungan dan perilaku. Merokok dapat meningkatkan keganasan

penyakit ini. Pada perokok, terdapat lebih banyak kehilangan

attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman poket.

Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit

ini.

4. Genetik. Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu

keluarga, ini kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang

mempengarui periodontitis kronis ini.

C. TINJAUAN UMUM PEMBERSIHAN LIDAH SECARA MEKANIS

Berabad-abad yang lalu, ada beberapa teori tentang pembersihan lidah.

Adanya penemuan benda kuno yang mengarah kepada bekas dari pembersihan lidah,

yang didapatkan dari berbagai daerah termasuk Afrika, Amerika selatan, India dan

19

Page 20: gigi

Arabia. Banyaknya kebudayaan terdahulu yang juga kurang memperhatikan

kebersihan seluruh tubuh apalagi pembersihan lidah.2

Dorsum lidah merupakan sebuah area yang besar untuk akumulasi

mikroorganisme oral dan debris. Biofilm terbentuk pada permukaan lidah, menjadi

sebuah struktur dinamis yang tersusun oleh bakteri, sel epithelial yang berasal dari

mukosa, leukosit dari pocket periodontal, metabolit darah, dan nutrient yang

berbeda.9

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa menggosok lidah

dapat mengurangi jumlah bakteri pada permukaan lidah secara signifikan.

Menurut Joseph Tonzetich, hanya dengan menyikat bagian posterior dorsum

lidah saja, oral sulfida dapat berkurang hingga 70%. Penelitian ini sejalan

dengan hasil dari penelitian ini, dimana menurut Hinode, tongue coating

score memiliki korelasi yang signifikan terhadap senyawa sulphur penyebab

bau mulut atau halitosis.2,9

Pembersihan lidah secara efisien membersihkan lender, bakteri dan debris

dari lidah dengan mudah dan efisiensi. Pentingnya pembersih lidah secara mekanis

untuk menjaga kebersihan mulut karena bakteri pada lidah dapat menghasilkan VSC,

yaitu komponen utama penyebab halitosis. Selain itu, penelitian tahun 1999

memperlihatkan bahwa VSC juga dapat menyebabkan periodontitis dan gingivitis.10

Pembersihan lidah secara mekanik juga penting untuk menjaga kesehatan

secara umum. Studi terbaru menunjukkan beberapa bakteri di dalam mulut dapat

masuk ke dalam aliran darah dan meningkatkan pembekuan darah, serta kerusakan

20

Page 21: gigi

otot jantung. Ada juga penelitian yang menghubungkan diabetes dan penyakit

periodontal . 10

Pembersihan lidah menggunakan tongue scraper dapat mengurangi populasi

bakteri Streptococus, di mana dengan jumlah yang tinggi bakteri ini dapat

menyebabkan karies serta infeksi saluran nafas. Penemuan terbaru kebiasaan

menyikat lidah setiap hari merupakan cara menjaga kebersihan mulut dan dilakukan

secara rutin merupakan bagian dari prosedur perawatan kesehatan mulut, faktanya

American Dental Association merekomendasikan melakukan pembersihan lidah

untuk menjaga kesehatan mulut yang baik.2

Pembersihan lidah mekanik merupakan salah satu cara efektif untuk

mengurangi jumlah dari senyawa VSC yang dihasilkan sebagian besar pada dorsum

lidah. 9

Secara statistik pembersihan lidah secara mekanik menggunakan

tongue scraper memiliki perbedaan nyata pengurangan nilai VSC yang lebih

tinggi dibanding dengan penggunaan sikat gigi sehingga lebih efektif

mengurangi halitosis.3

Umumnya orang mengabaikan membersihkan lidah tetapi bila hal

tersebut dilakukan secara teratur bisa menjadi pengobatan paling bermanfaat

untuk halitosis. Bagian anterior lidah lebih self-cleansing dan lebih sedikit

akumulasi bakteri penghasil bau seperti bakteri Streptococcus.3

1. Efektifitas pembersihan lidah dengan menggunakan tongue scraper

dan sikat gigi

21

Page 22: gigi

Beberapa tahun terakhir telah bermunculan berbagai cara dan alat

untuk membersihkan lidah. Konsepnya sangat masuk akal dan sangat

sederhana yaitu orang-orang yang berpedoman untuk selalu mencegah

seharusnya hanya perlu menyertakan sedikit demi sedikit usaha untuk

membersihkan lidahnya dalam rutinitas membersihkan mulutnya.9

Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan

plastik atau metal seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan

menggores secara berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik

seperti alat pencukur atau penggaruk untuk menggores permukaan lidah

atau sikat kecil, hingga alat berbentuk bundar dengan sebuah pegangan

untuk menggaruk permukaan lidah.9

Debris terletak di bagian dorsal posterior dari lidah dan cukup

untuk menyebabkan terjadinya bau mulut yang signifikan serta berbagai

penyakit rongga mulut lainnya. Pembersihan lidah menyingkirkan

organisme dan debris dari lidah. Kemungkinan dapat mengurangi

penyakit gigi dan periodontal.6

Tongue scraper secara statistik berpengaruh signifikan

menurunkan VSC yang merupakan produk dari bakteri anaerob pada lima

menit dan pada dua puluh menit setelah pembersihan lidah. Kita dapat

mengetahui presentase penurunan VSC lebih tinggi setelah menggunakan

tongue scraper.3

Penggunaan sikat gigi juga dapat mereduksi bakteri yang ada

pada lidah, namun efektifitas penurunan bakteri tidak sama di bandingkan

22

Page 23: gigi

dengan penggunaan tongue scraper. Hal ini disebabkan oleh ukuran

permukaan sikat gigi yang lebih kecil, sehingga kurang efektif

mengurangi debris pada lidah Penggunaan sikat gigi untuk pembersihan

lidah dapat menyebabkan pendarahan kecil dan kerusakan pada bagian

permukaan dorsal lidah. Direkomendasikan untuk menggunakan tongue

scraper dari pada penggunaan sikat gigi dalam membersihkan lidah. 3,4

Gambar II.7: Tongue scraper

Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010.Available from: http://www.google.co.id/imglanding?q=tongue+scraper. html

Gambar II.8: Sikat gigi untuk membersihkan lidahSumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010.Available from: http://3.bp.blogspot.com/_LhPAN3ew264/S5yxHtAiXgI/AAAAAAAAACs/ML7CDrqtHHg/s320/tbrush3.jpg.html

2. Indikasi dan kontraindikasi

23

Page 24: gigi

Dalam sebuah penelitian dengan subjek (n = 30) menyikat

permukaan dorsal lidah mereka dengan sebuah sikat gigi biasa dan

dengan gaya 100g, haemoglobin terdeteksi pada saliva setelah tiga kali

menyikat. Hasil tersebut menunjukkan menyikat lidah dengan sebuah

sikat gigi reguler dapat menyebabkan microbleeding dan kerusakan pada

permukaan dorsal lidah. Oleh karena itu, kami merekomendasikan pada

pasien daripada menggunakan sebuah scraper atau sebuah sikat gigi

dengan buluh sikat yang keras, sebuah sikat gigi berbuluh sikat halus

yang didesain untuk lidah, seperti dua sikat lidah dari Freshmate

(Dentcare, Neyagawa, Japan) dan Zetu-Fresh (GC Co., Tokyo, Japan),

dapat digunakan. Sikat lidah tersebut tidak pernah diamati menyebabkan

microbleeding (bahkan perdarahan yang tidak terlihat dengan

menggunakan mata telanjang) dengan kurang dari 30 gerakan, gaya

sebesar 100-150g . Diasumsikan bahwa sebanyak pada gerakan rata-rata

yang kurang dari 30 dibutuhkan untuk membersihkan lidah.4

Pasien diinstruksikan untuk membersihkan lidah posterior sedapat

mungkin ke bagian belakang lidah mereka sesuai dengan kemampuan

mereka dan akibatnya kadang mungkin mengenai tonsil lidah walaupun

instruksi juga mengamati menyikat mungkin selalu dilakukan dari sulcus

terminal sampai dengan bagian depan lidah untuk mencegah menyikat

tonsil dan menyebabkan infeksi sistem respirasi. Praktisi harus

mendemonstrasikan pasien mengenai posisi sulkus terminal lidah dengan

tujuan untuk membuat mereka lebih familiar dengan batas anatomi untuk

24

Page 25: gigi

menyikat. Ketika seorang pasien mengeluarkan lidah mereka, lidah

membuat sebuah “bukit,” dan sulkus terminal terletak pada puncak

“bukit” tersebut . Untuk mencegah refleks muntah selama pembersihan

lidah, pasien juga harus berhenti bernapas secara momentum. Jika rasa

mint pada pasta gigi menyebabkan sensitisasi oropharynx, sehingga

terjadi peningkatan reflex muntah, pasien direkomendasikan untuk

membersihkan lidah sebelum menyikat lidah.9,12,13

Banyak orang membutuhkan instruksi yang jelas untuk

menyelesaikan pembersihan lidahnya dengan baik tanpa mual. (Beberapa

orang dengan bulimia menggunakan sebuah objek yang mirip dengan

pembersih lidah untuk membangkitkan rasa mual.) Dengan

dipraktikkannya membersihkan lidah pada kehidupan sehari-hari,

prosesnya akan menjadi lebih mudah dan mulai disetujui. Akhirnya,

orang akan merasakan tidak bersih bila debris pada lidah tidak

dihilangkan.9,12

Tongue scraper dapat membantu membersihkan semua bakteri

dan kuman pada lidah. Lidah sehat mempunyai warna merah muda,

sementara lidah yang tidak sehat adalah tumpul atau mempunyai bercak

keputihan. Bagian paling dorsal dari permukaan lidah biasanya dapat

diperhatikan secara signifikan memiliki banyak debris. Makanan-

makanan berminyak dan berlemak yang banyak berkontribusi dalam

menggemukkan badan juga berkontribusi secara signifikan dalam

mengakumulasikan debris lidah.

25

Page 26: gigi

3. Cara penggunaan tongue scraper: 9,10

Adanya penelitian klinis mengenai penuntun yang

direkomendasikan dalam suatu metode dan frekuensi dalam

membersihkan lidah, anjuran dibawah ini tampak sangat logis, yakni:

1. Sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat

di bagian belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri.

2. Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling

posterior dari lidah, dan sepanjang permukaan lidah.

3. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda.

4. Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau

menggunakan pegangan untuk membersihkan lidah. Menjangkau

sejauh mungkin dalam mulut dan pembersih dari belakang ke depan

dengan tekanan ringan.

5. Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua bakteri dan

saliva yang terakumulasi pada tongue scraper. Lakukan pembersihan

lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap pembersihan.

6. Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah

membersihkan lidah.

7. Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper,

jangan menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi lidah.

26

Page 27: gigi

Penelitian klinis dibutuhkan untuk menentukan jumlah optimal

dalam sehari untuk membersihkan lidah. Orang-orang dengan halitosis

baik untuk disarankan melakukan berulang kali prosedur pembersihan

lidah ini selama satu hari. Tergantung pada anatomi dari lidah dan pada

makanan yang dimakan, beberapa orang tidak memiliki akumulasi debris

pada lidah mereka. Orang-orang ini mungkin hanya membutuhkan sedikit

pembersihan lidah atau mungkin tidak sama sekali, sedangkan yang

lainnya yang memiliki jumlah akumulasi debris yang banyak harus

menghilangkannya berkali-kali dalam satu hari.9,10

Debris yang ada pada bagian posterior dorsal dari lidah

bertanggung jawab secara signifikan terhadap terjadinya bau mulut.

Pembersihan lidah menghilangkan organisme dan debris dari lidah. Ini

juga menurunkan penyakit pada gigi dan periodontal. Banyak alat dan

instrumen yang bisa digunakan untuk membersihkan lidah. Prosedur

pembersihan lidah sangat sederhana dan cepat serta keuntungannya pada

banyak orang jauh melebihi harga instrumen yang kecil itu dan waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur ini.11

27

Page 28: gigi

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Plak / Debris OH

∑ Koloni Flora RM

Saliva

Penyakit sistemik

Frekuensi sikat gigi

Jenis makanan yang dikonsumsi

Individu masing-masing

Cara sikat gigi

Sosial ekonomi

Kebiasaan

Page 29: gigi

B. VARIABEL PENELITIAN

a. Variabel bebas : Penggunaan sikat gigi pada lidah, penggunaan

tongue scraper pada lidah

b. Variabel Akibat : Jumlah koloni bakteri Streptococcus

c. Variabel Kontrol : Jenis tongue scraper, jenis sikat gigi, waktu kultur

bakteri, frekuensi kerokan, arah kerokan dan lokasi hapusan.

d. Variable perancu : OH, flora mulut, konsumsi makanan sebelum

perlakuan, besar tekanan yang diberikan pada saat pengerokan lidah.

C. DEFENISI OPERASIONAL

1) Koloni Strptococcus adalah bakteri Sreptococcus yang tumbuh dalam BPS

(Buffer Phospat Solution) yang koloni nya tampak kecil halus, tidak

berwarna, lisis sempurna atau sebagian pada blood agar plate, yang di kerok

pada permukaan dorsal lidah sampel menggunakan sterile swab.

Ada pertumbuhan bakteri apabila:

- Tumbuh koloni bakteri yang tampak kecil dan halus

- Koloni bakteri tidak berwarna yang lisis sempurna atau sebagian

Tidak ada pertumbuhan bakteri apabila:

- Tidak tampak koloni bakteri yang kecil dan halus

- Terdapat koloni yang putih, bulat, besar pada plate

- Tidak terjadi lisis pada blood agar plate

29

Page 30: gigi

2) Tongue scraper adalah alat yang digunakan untuk membersihkan lidah

sampel, terbuat dari bahan plastik berbentuk bundar menyerupai bentuk

anatomi lidah.

3) Sikat gigi adalah alat yang digunakan untuk membersihkan lidah sampel

dengan ukuran bulu halus.

4) Arah pengerokan adalah pengerokan lidah menggunakan sterile swab dari

papil sirkumvalata sampai ujung lidah.

5) Jumlah koloni Streptococcus adalah banyaknya jumlah koloni yang tumbuh

dalam satu cawan dalam satu kali pembiakan, yang telah dibiakkan selama

1x24 jam, bakteri dihitung secara visual dengan perhitungan manual.

6) Sampel adalah mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusif dan eksklusi.

30

Page 31: gigi

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara quase eksperimental.

B. DESAIN PENELITIAN

Pretest - Posttest control group design

C. LOKASI PENELITIAN

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar

D. WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitian pada 1 April – 25 Mei 2011

E. JUMLAH SAMPEL

30 orang mahasiswa

F. METODE SAMPLING

Purposive sampling

G. KRITERIA SAMPEL

Kriteria Inklusi

1. Sampel yang dipilih mempunyai OH baik.

31

Page 32: gigi

2. Sampel memiliki maksimal satu karies atau empat restorasi.

3. Sampel bersedia mengikuti kegiatan ini.

Kriteria Eksklusi

1. Sampel sedang menjalani perawatan gigi apapun dari dokter gigi.

2. Sampel sedang menjalani pengobatan yang memerlukan penggunaan

antibiotik.

3. Sampel sedang tidak menggunakan obat kumur.

4. Seluruh sampel adalah subjek yang tidak terpapar penyakit periodontal.

H. ALUR PENELITIAN

32

Pengambilan bahan pemeriksaan sebelum menggunakan tongue

scraper

15 sampel Pengambilan bahan pemeriksaan setelah membersihkan lidah

dengan tongue scraper

15 sampel Pengambilan bahan pemeriksaan setelah pembersihan lidah

dengan menggunakan sikat gigi

Pengenceran sampai 10-4 dengan BPS ( Buffer Phospat Solution)

Penanaman 1 ml suspense bakteri pada LAD eramkan pada 37 ̊C selama 24 jam

Perhitungan jumlah koloni secara manual

Analisis perbedaan jumlah koloni Streptococcus

Pengambilan bahan pemeriksaan sebelum menggunakan sikat gigi

Page 33: gigi

I. DATA

a. Jenis Data : Data Primer

b. Pengolahan Data : Menggunakan Program komputer SPSS 16.0

c. Analisis Data : Uji t tidak berpasangan

d. Penyajian Data : Dalam bentuk tabel

J. ALAT DAN BAHAN

a. Alat:

1. Alat diagnostik

2. Nierbekken

3. Tabung reaksi

4. Pipet

5. Rak tabung reaksi

6. Lampu spiritus

7. Lup

8. Sterile swab

9. Cawan petri

10. Tongue scraper

11. Sikat gigi

12. Autoklaf

13. Incubator

14. Masker

33

Page 34: gigi

15. Spidol berwarna (non permanen)

b. Bahan:

1. Aquadest

2. Bahan pemeriksaan (BP), kerokan permukaan dorsal lidah

3. BAP (Blood Agar Plate)

4. BPS (Buffer Phospat Solution) pH 7,2

5. Spiritus

K. PROSEDUR PENELITIAN

1. Sebelum penelitian dilakukan, subjek diperiksa terlebih dahulu untuk

mencari sampel yang memenuhi kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi

dengan alat diagnostik.

2. Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, sampel diminta untuk tidak

menyikat gigi , makan dan minum terlebih dahulu.

3. Sampel di instruksikan untuk berkumur dengan akuadest steril.

4. Sebelum menggunakan tongue scraper pada sampel, dilakukan

pengambilan BP dari kerokan dorsal lidah dengan menggunakan sterile

swab. BP dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi BPS (Buffer

Phospat Solution) dengan pH 7,2.

5. Pengambilan BP berikutnya setelah sampel menggunakan tongue

scraper yang telah di sediakan. Lakukan 10 kali pengerokan secara

ringan pada lidah dari papil sirkumvalata sampai ujung lidah.

34

Page 35: gigi

6. Pada sampel yang berbeda dilakukan tahapan no 3 dan 4 dengan

menggunakan sikat gigi. Dilakukan 10 kali pengerokan secara ringan

pada lidah. Teknik pembersihan lidah tanpa menggunakan pasta gigi.

7. Setiap selesai pembersihan lidah, dilakukan pengambilan kerokan

dorsal lidah sampel dengan menggunakan sterile swab, masukkan ke

dalam tabung reaksi lain yang berisi BPS.

8. Inkubasi BP selama 24 jam.

9. Pengenceran BP secara seri : sediakan 4 tabung reaksi berisi 9 ml Buffer

Phospat Plate. Pada setiap tabung rekasi diberi nomor satu sampai

empat, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi swab dari hasil

kerokan dorsal lidah sampel yang sekaligus terhitung sebagai

pengenceran pertama atau 10 -1 kemudian dihomogenisasikan, setelah

suspensi tersebut homogen dengan pipet sterile dimasukkan ke dalam

tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi

pengenceran, dari tabung nomor dua diambil suspensi sebanyak 1 ml

dengan menggunakan pipet steril kembali, masukkan ke dalam tabung

nomor tiga, dikocok hati-hati sampai homogen sehingga terjadi

pengenceran 1000 dengan konsentrasi 10-3. Pengenceran dilakukan pada

tabung nomor empat dan didapatkan pengenceran 10000 kali dengan

konsentrasi 10-4 seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah.

35

Page 36: gigi

1 ml 1 ml 1 ml

9ml (10-1) 9ml (10-2) 9ml (10-3) 9ml (10-4)

1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

Gambar IV.9 : Pengambilan bahan BP ke dalam BAP (Blood Agar Plate )

10. BP yang telah di encerkan dengan konsentrasi 10-1 sampai 10-4 , diambil

dengan pipet steril sebanyak 1 ml, kemudian di sebar pada cawan petri

steril. Selanjutnya dimasukkan dalam inkubator 37 ̊ C dalam suasana

anaerob selama 1 x 24 jam.

11. Setelah di inkubasikan dalam inkubator, dilakukan penghitungan koloni

bakteri.

12. Penghitungan koloni secara manual yaitu menggunakan kaca pembesar

(lup). Titik-titik kecil dan halus pada cawan petri menunjukkan koloni

bakteri, untuk mempermudah perhitungan koloni bakteri dapat dibuat

36

1 1 2 3

Page 37: gigi

garis bantu pada cawan petri, selain itu hal ini untuk menghindari

kesalahan dalam perhitungan.

37

Page 38: gigi

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan jumlah koloni

Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi

dan tongue scraper. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Makassar pada tanggal 1 April – 25 Mei 2011. Pengambilan

sampel dilakukan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin angkatan 2008. Subjek penelitian diambil dengan

metode purposive sampling, serta yang memenuhi kriteria-kriteria inklusi dan

eksklusi dengan alat diagnostik.

Pengambilan sampel dengan menggunakan sterile swab yang

dikerokkan pada permukaan lidah sebelum menggunakan tongue scraper dan

sikat gigi sehingga didapatkan perbandingan keefektifan penggunaan kedua

alat tersebut dilihat dari penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus.

Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer

SPSS. Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

38

Page 39: gigi

TABEL V.1 Analisa deskriptif hasil penelitian terhadap jumlah koloni Streptococcus

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

Streptococcus sebelum 30 850000 5120000 2346667 1178878.290

Streptococcus sesudah 30 230000 3670000 1275667 1061107.695

Valid N (listwise) 30

Pada tabel V.1 diatas menunjukkan analisa deskriptif dari hasil penelitian

terhadap jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah membersihkan lidah,

dari 30 sampel didapatkan nilai minimum dari jumlah koloni Streptococcus pada

lidah sebelum penggunaan alat pembersih lidah yaitu 850.000 dan sesudah

penggunaan alat pembersih lidah yaitu 230.000. Sedangkan nilai maksimum dari

jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum penggunaan alat pembersih lidah

yaitu 5.120.000 dan sesudah penggunaan alat pembersih lidah yaitu 3,670.000. Nilai

rata-rata dari keseluruhan jumlah koloni Streptococcus sebelum menggunakan alat

pembersih lidah yaitu 2.346.667 dan nilai rata-rata dari keseluruhan jumlah koloni

Streptococcus sesudah membersihkan lidah yaitu 1.275.667.

TABEL V.2 Nilai rata-rata koloni Streptococcus pada penggunaan sikat gigi dan tongue scraper

Streptococcus sebelum Streptococcus sesudah

Bahan Mean N Std.Deviation Mean N Std.Deviation

Sikat gigi 2270667 15 1010151 642666.67 15 287115.374

Tongue scraper 2422667 15 1358673 1908667 15 1179520.887

Total 2346667 30 1178878.290 12756667 30 1061107.695

39

Page 40: gigi

Pada tabel V.2 diatas menunjukkan nilai rata-rata dari jumlah koloni

Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan

tongue scraper. Dari hasil yang diperoleh, nilai rata-rata sesudah penggunaan tongue

scraper lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata sesudah menggunakan sikat gigi.

Hal ini menunjukan keefektifan penggunaan tongue scraper lebih tinggi

dibandingkan dengan penggunaan sikat gigi.

TABEL V.3 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi

Mean N Std.Deviation Sig.(2-tailed)

Pair Streptococcus sebelum 2270667 15 1010151.804.000

1 Streptococcus sesudah 642666.67 15 287115.374

a. Bahan = sikat gigi

Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.3 diketahui nilai signifikan (p),

nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.05), maka Ho ditolak, artinya terdapat

perbedaan signifikan antara nilai rata-rata sebelum penggunaan sikat gigi pada lidah

dengan sesudah penggunaan sikat gigi pada lidah. Hal ini menunjukkan bahwa

jumlah koloni Streptococcus sebelum penggunaan sikat gigi pada lidah lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunakan sikat gigi,

sehingga penggunaan sikat gigi efektif untuk pembersihan lidah dalam mengurangi

jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah.

40

Page 41: gigi

TABEL V.4 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan tongue

scraper

Mean N Std.Deviation Sig.(2-tailed)

Pair Streptococcus sebelum 2422667 15 1358673.022.000

1 Streptococcus sesudah 1908667 15 1179520.887

a. Bahan = Tongue scraper

Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.4 diketahui nilai signifikan (p),

nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.005), maka Ho ditolak, artinya terdapat

perbedaan signifikan antara nilai rata-rata sebelum penggunaan tomgue scraper pada

lidah dengan sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah, menunjukkan bahwa

jumlah koloni Streptococcus sebelum penggunaan tongue scraper pada lidah lebih

tinggi dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan

tongue scraper, sehingga penggunaan tongue scraper efektif untuk pembersihan

lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah.

TABEL V.5 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue

scraper

Bahan N Mean Std.deviation Lavene’s Test for

equality of

variances

Sig.(2tailed)

F Sig. Equal variances

not assumed

Streptococcus

sesudah

Sikat gigi 15 642666.67 287115.374

24.146 .000 0.001Tongue

scraper

15 1908667 1179520.887

41

Page 42: gigi

Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.5 diketahui nilai signifikan (p),

nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.05), maka Ho ditolak, artinya terdapat

perbedaan yang sangat signifikan antara nilai sesudah penggunaan sikat gigi dan

tongue scraper sehingga dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah koloni

Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi

pada lidah, sehingga penggunaan tongue scraper lebih efektif untuk pembersihan

lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah

42

Page 43: gigi

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbandingan jumlah koloni

Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan

tongue scraper. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar pada tanggal 1 April – 25 Mei 2011.

Pengambilan sampel sebanyak 30 orang, dengan menggunakan metode

purposive sampling dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat

diagnostik. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa preklinik Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin angkatan 2008 karena peneliti

mengasumsikan bahwa tingkat OH sampel yang diambil adalah sama namun hal ini

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan rongga mulut dari setiap

sampel, komposisi saliva, kebiasaan membersihkan lidah, faktor sistemik, frekuensi

sikat gigi, jenis makanan yang dikonsumsi, bahkan sampai tingkat sosial-ekonomi.

Pada tabel V.1 menunjukkan analisa deskriptif dari hasil penelitian terhadap

jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah membersihkan lidah dengan nilai

minimum dan maksimum dan rata-rata keseluruhan dari jumlah koloni Streptococcus

sebelum dan jumlah koloni Streptococcus sesudah.

Pada tabel V.3 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus

sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi, dari data tersebut diketahui bahwa

43

Page 44: gigi

jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi terjadi penurunan, hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan sikat gigi efektif untuk membersihkan lidah.

Pada tabel V.4 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus

sebelum dan sesudah penggunaan tongue scraper, dari data tersebut diketahui bahwa

jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper terjadi penurunan,

hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tongue scraper efektif untuk membersihkan

lidah.

Pada tabel V.5 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus

sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue scraper, dari hasil uji statistik

menggunakan uji t tidak berpasangan, diketahui nilai signifikan (p), nilai p=0.000,

dimana nilai tersebut (p < 0.05) dengan tingkat kepercayaan 95% (A=0.05), maka Ho

ditolak, artinya terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai sesudah

penggunaan sikat gigi dan tongue scraper sehingga dari data tersebut menunjukkan

jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah lebih

kecil dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat

gigi pada lidah, sehingga penggunaan tongue scraper lebih efektif untuk

pembersihan lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada

lidah.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Eddy Prijono2, dengan sampel

sebanyak 5 orang mendapatkan hasil bahwa adanyak efek pembersihan lidah

terhadap jumlah populasi bakteri anaerob pada lidah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Quirynen14, dengan tujuan bahwa

pembersihan lidah dianjurkan untuk mengurangi re-infeksi periodontal dengan

44

Page 45: gigi

membersihkan debris yang terdapat pada lidah dan untuk mengurangi pembusukan

oleh bakteri. Penelitian ini dengan menggunakan metode cross-over, dengan jumlah

sampel sebanyak 16 orang, pembersihan lidah menggunakan tongue scraper yang

terbuat dari plastik dan sikat gigi. Setelah 2 minggu penggunaan kedua alat

pembersih lidah tersebut, ditemukan penurunan jumlah bakteri aerob dan anaerob

secara signifikan, terutama dengan menggunakan tongue scraper yang terbuat dari

plastik. Subjek penelitian mengalami peningkatan sensasi rasa dan terjadi penurunan

substrat pembusukan yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Bosy A13, mengatakan bahwa halitosis yang

parah dapat juga berhubungan dengan degenerasi derajat dari bakteri pada debris

permukaan epitel di permukaan lidah. Sebagai tambahan, pembersihan lidah dengan

menggunakan sikat gigi atau pembersih lidah khusus (tongue cleaner) meningkatkan

lingkungan mulut dan memacu kepada salah satu penelitian, dapat mengurangi

bakteri seperti Streptococcus mutans (S. mutans) dan Lactobacilli sp., serta berbagai

mikroorganisme yang berhubungan dengan bau mulut. Walaupun S.mutans bukan

penyebab utama dari produksi bau, namun dia merupakan agen utama dari formasi

biofilm, dan penurunan dari biofilm dapat pula menurunkan bakteri dalam mulut

yang dapat memproduksi terjadinya produksi VSC.

Data terbaru, berdasarkan penelitian Casemiro10, pembersihan lidah dengan

menggunakan tongue scraper merupakan prosedur yang penting untuk mengurangi

microba dan VSC dalam mulut. Tongue scraper merupakan salah satu jenis

pembersih lidah yang telah dirancang secara khusus untuk membersihkan lidah.

Tongue scraper dirancang sesuai dengan anatomi lidah dan dioptimalkan untuk

45

Page 46: gigi

mengangkat lapisan plak, tidak menyebabkan terjadinya mikrobleeding dan

kerusakan pada permukaan dorsal lidah yang dihasilkan oleh penggunaan sikat gigi

dalam membersihkan lidah4, serta tongue scraper lebih efektif membersihkan

permukaan lidah, terutama untuk menghilangkan debris dan bakteri permukaan lidah

disekitar fungiformis dan filiformis papilla sampai dasar dari permukaan dorsal

lidah.10

46

Page 47: gigi

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penilitian ini menunjukkan bahwa:

Pembersihan lidah secara mekanis dengan menggunakan tongue scraper

lebih efektif mengurangi koloni Streptococcus pada lidah dari pada dengan

mengunakan sikat gigi terlihat dengan adanya perbandingan jumlah koloni

Steptococcus yang lebih kecil pada lidah sesudah penggunaan tongue scraper.

Pengurangan jumlah koloni Streptococcus pada lidah dapat mengurangi

frekuensi terjadinya karies, penyakit periodontal, halitosis dan infeksi-infeksi lainnya

yang dapat disebabkan oleh bakteri ini.

Ada perbedaan yang signifikan terhadap jumlah koloni Streptococcus pada

lidah sesudah dibersihkan dengan tongue scraper.

B. SARAN

Perlu menyadari pentingnya pembersihan lidah menggunakan pembersih

lidah (tongue scraper) yang dapat mengurangi frekuensi karies, penyakit periodontal,

halitosis, dan infeksi-infeksi lain yang dapat di sebabkan oleh bakteri ini.

Perlu penelitian lebih lanjut dengan lingkup penelitian lebih luas sehingga

diperoleh informasi yang optimal tentang pembersihan lidah secara mekanis

menggunakan sikat gigi dan tongue scraper.

47

Page 48: gigi

DAFTAR PUSTAKA

1. Lidah . [ internet]. Available from http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CCkQFjAD&url=http%3A%2F%2Ffri3ta.files.wordpress.com%2F2010%2F06%2Flidah.pdf&rct=j&q=jenis-jenis%20papilla%20yang%20terdapat%20pada%20lidah&ei=yZJjTcP7EIWycJGq2cEJ&usg=AFQjCNFKbrSGSrBwSuBJ14No-DosScZYoQ&cad=rja.html Accessed 22 Februari 2011

2. Prijono E, Dewi W, Puspa TK. Efektifitas pembersihan lidah secara mekanis menggunakan tongue scraper terhadap jumlah populasi bakteri anaerob lidah. Jurnal PDGI edisi 55. Bandung, 2005 . pp. 95-100

3. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit 3rd ed. Jakarta: EGC ; 1995, pp. 564-6.

4. Jawetz E, Melnink J, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran 20th ed. Jakarta: EGC ; 1996. pp. 190-1, 218-33.

5. Roeslan BO. Karakteristik streptococcus mutans penyebab karies gigi. Majalah Ilmiah FKG Usakti 1995; 10 (29-30): 112-25.

6. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press; 2008. pp. 4-8.

7. Edwina, Joyston S. Dasar-dasar karies. Alih bahasa : Sumawinata N. Jakarta: EGC ; 1992. pp. 4.

8. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. Silabus periodonti. Ed 4. Jakarta: EGC; 2004. pp. 13-9.

9. Yaegaki K, Coil, Kamemizu T, Miyazaki H. Tongue brushing and mouth rinsing as basic treatment measures for halitosis. Int Dent J 2002: pp. 52, 192-5.

10. Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC, Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H, et al. Effectiveness of new toothbrush design versus a conventional tongue scraper in improving breath odor and reducing tongue microbiota. J Appl Oral Sci. [internet] 2008; 16 (4). Available from http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S16787757200800040000&script=sci_arttext.html. Accessed 27 November 2010

48

Page 49: gigi

11. Christensen GJ. Why clean your tongue?. JADA. 1998; 129: pp 1605-7.

12. Kazor CE, Mitchell PM, Lee AM, Stokes LN, Loesche WJ, Dewhirst FE, et al. Deversity of bacterial populations on the tongue dorsa of patients with halitosis and healthy patients. J Clin Microbiol 2003; 41 (2) : pp. 558 -63

13. Bosy A. Optimal oral care: Managing oral malador. JPH. 2006 .pp. 20-1.

14. Quirynen M, Avontroodt P, Soers C, Zhao H, Pauwels M, van Steenberghe D . Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J Clin Periodontol 2004; 31: pp. 506-10

49