gigi tiruan

54
BAB I PENDAHULUAN Skenario Pak Joko 48 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan gigi tiruannya telah pecah setelah mengunyah kacang dan ingin menggantinya dengan yang baru. Gigi tiruan yang berlapis porcelain tersebut dibuat dua tahun yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis diketahui, gigi penyangga 35 dan 37 menggunakan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan adanya karies pada bagian servikal gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan tidak dapat dilakukan perawatan restorasi. Selanjutnya dokter gigi telah membongkar gigi tiruan tetap dengan menggunakan crown remover dan akan dilakukan perawatan rehabilitative pada pasien tersebut. 1.1. Latar Belakang Kasus kehilangan gigi karena pencabutan merupakan kasus yang banyak dijumpai di bidang kedokteran gigi. 1

description

prosto

Transcript of gigi tiruan

Page 1: gigi tiruan

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario

Pak Joko 48 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan gigi tiruannya

telah pecah setelah mengunyah kacang dan ingin menggantinya dengan yang baru.

Gigi tiruan yang berlapis porcelain tersebut dibuat dua tahun yang lalu. Berdasarkan

hasil pemeriksaan klinis diketahui, gigi penyangga 35 dan 37 menggunakan desain

extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan

tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian

oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan

adanya karies pada bagian servikal gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan

tidak dapat dilakukan perawatan restorasi. Selanjutnya dokter gigi telah membongkar

gigi tiruan tetap dengan menggunakan crown remover dan akan dilakukan perawatan

rehabilitative pada pasien tersebut.

1.1. Latar Belakang

Kasus kehilangan gigi karena pencabutan merupakan kasus yang banyak

dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

tersebut salah satunya berupa gigi tiruan tetap (GTT). Gigi tiruan tetap yang baik

adalah yang dapat mengembalikan fungsi kunyah, fungsi estetik, fungsi bicara,

mengembalikan kesehatan jaringan penyangga gigi dan kesehatan syaraf serta otot

pengunyahan. Salah satu komponen GTT yang perlu mendapat perhatian guna

tercapainya tujuan pembua tan GTT tersebut adalah pontik yaitu bagian GTT yang

menggantikan gigi yang hilang.

Ketidakpuasan pasien pemakai GTT seringkali terjadi karena GTT kurang

nyaman dipakai, penampilan atau estetika yang kurang alami, tidak nyaman ketika

1

Page 2: gigi tiruan

berbicara dan terjadinya penumpukan sisa makanan. Tidak hanya kepuasan pasien,

dari proses perawatan serta pembuatan dari gigi tiruan ini sendiri juga beperan sangat

penting dalam keberhasilan perawatan gigi tetap.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah macam-macam faktor kegagalan perawatan gigi tiruan tetap?

2. Bagaimana tatalaksana perawatan selanjutnya pada kasus kegagalan

perawatan gigi tiruan tetap?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui berbagai macam-macam faktor kegagalan perawatan gigi

tiruan tetap.

2. Untuk mengetahui tatalaksana perawatan selanjutnya pada kasus kegagalan

perawatan gigi tiruan tetap.

2

Page 3: gigi tiruan

1.4 MAPPING

3

Kegagalan Perawan Gigi Tiruan Tetap

ESTETIS

PERENCANAAN PERAWATAN ULANG

PEMERIKSAAN ULANG

MEKANISBIOLOGIS

ETIOLOGI

Page 4: gigi tiruan

4

Page 5: gigi tiruan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Tetap

Pengertian Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah gigi tiruan yang menggantikan

satu atau lebih gigi yang hilang yang dilekatkan pada gigi asli, biasanya digunakan

dengan pontik yang didisain untuk memenuhi fungsi dan juga estetika dari gigi yang

hilang tersebut (Rosenstiel, dkk.1995). Menurut Simon dan Yanase (2003) gigi tiruan

tetap adalah gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara mekanis pada gigi asli, akar

gigi dan atau implan gigi sebagai penyangga utama gigi tiruan.

Komponen GTT adalah : gigi penyangga (abutment) yaitu gigi asli atau akar

gigi yang digunakan untuk menyangga GTT; retainer yaitu mahkota yang dilekatkan

pada gigi penyangga; pontik yaitu bagian GTT yang menggantikan gigi yang hilang;

dan konektor yaitu yang menghubungkan retainer dengan pontik (Shillingburg, dkk.

1997).

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi

tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan

sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat

dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan tetap/ Fixed/ GTT  (yang

disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan

GTT diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.

Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang

penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown

adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi yang terbuat

dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi.

Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa

(geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas

5

Page 6: gigi tiruan

dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1

atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

           Menurut Martanto (1981) ada beberapa istilah dalam ilmu mahkota dan

jembatan  yaitu :

1. Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian

dari  suatu gigi yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi.

2. Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan

kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan

secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi

atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

3. Jembatan Lepas (Removable Bridge) adalah protesa sebagian dimana daya

kunyah  seluruhnya didukung oleh gigi-gigi asli yang masih ada dan

dilekatkan padanya dengan pengait/ attachment lain yang memungkinkan

jembatan ini dibuka-pasang

4. Geligi Tiruan Sebagian (Partial Denture) adalah protesa yang mengganti satu

atau lebih dari suatu gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi. Protesa ini

dipertahankan pada tempatnya dengan cangkolan atau attachment lainnya.

Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan

jembatan yaitu :

1. Mencari Keserasian oklusi

Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi

kalau mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya

kontak prematur mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan

sendi dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.

2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik

Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis,

yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu

lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap

dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien

6

Page 7: gigi tiruan

yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul,

meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat

meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali

mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan

bicaranya.

3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan

Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya

makanan di bagian yang tidak bergigi

4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal

Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang

timbul karena kehilangan gigi.

5. Pencegahan Migrasi Gigi

Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak

memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya

menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah

kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak

interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta

dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi begitu

saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan

akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh

tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk

pembuatan protesa di kemudian hari.

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah.

Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban

oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi

periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal.

Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan

atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan

menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau

7

Page 8: gigi tiruan

merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini

menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu

dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi

oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari

kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan

pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah.

7. Manfaat Psikologik.

Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada

penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan

profesi penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal

penyiar tv atau guru dan lain-lain.

8. Pemulihan Fungsi Estetik

Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena

masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,

warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang

dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,

sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan

malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan

perawatanort odontik, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya,

biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan imidiat yang dipasang langsung segera

setelah pencabutan gigi.

2.2 Perawatan Gigi Tiruan Tetap

Tahap 1 : Preparasi Gigi Penyangga

Langkah I     : a.  Anestesi lokal agar tidak ngilu saat preparasi

b. Mengurangi permukaan mesial dan distal

Gunakan bur intan untuk membuat chamfer, dimulai pada marginal

ridge. Jurusan pemotongan harus sesuai dengan arah jurusan masuk

8

Page 9: gigi tiruan

mahkota. Penggerindaan ini menghasilkan suatu permukaan dinding

yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan retensi

gesekan (trictional retention) yang cukup. Permukaan-permukaan

tersebut sebaiknya memiliki kemiringan 5 derajat ke arah permukaan

oklusal

Langkah II : Mengurangi permukaan bukal

Menggunakan bur turpedo, penggerindaan bertujuan untuk

menghilangkan kecembungan permukaan bukal dan undercut dan

diperoleh bentuk chamfer. Rata-rata permukaan-permukaan ini

dikurangi 0,5 sampai 1 mm.

Langkah III : Pengurangan permukaan lingual

Gunakan bur  turpedo sampai diperoleh bentuk chamfer. Bagian 2/3

gingiva dngan kemiringan 5 derajat, bagian 1/3 oklusal sebaiknya

melengkung ke dalam untuk menyesuaikannya dengan permukaan

lingual.

Langkah IV : Mengurangi permukaan oklusal

Dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan buang substansi

gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan

seluruhnya tapi bila tidak permukaan yang dipreparasi sebaiknya

mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.

Tahap 2 : Pengecekan hasil preparasi, Paralisme dinding aksial :

a. Makin paralel makin kuat

b. Pengerucutan preparasi dinding aksial 3-5 derajat

c. Bila sudut > 5 derajat makin mudah lepas

d. Bila sudut < 3 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar

9

Page 10: gigi tiruan

Tahap 3 : Pencetakan

Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak

sekitarnya harus sehat, bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva

adalah Usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud

agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.

a. Cara Retraksi gingiva:

1. Daerah preparasi keringkan

2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit

3. Potong benang 5 cm seperti U

4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga

5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen

6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal

7. Kembali ke permukaan bukal sampai mesio proksimal

8. Potong kelebihan benang.

b. Cara Mencetak:

1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)

Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang

tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut,

ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu aduk hingga warna

berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah

yang telah dipreparasi harus dicekungkan untuk menyediakan bahan yang

kedua.

Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi kemudian

injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada

bagian yang dicekungkan tadi.

Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien

Cor cetakan dengan hard stone.

2. Bahan double impression dengan teknik two phase

10

Page 11: gigi tiruan

Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah rata

masukkan ke dalam mulut pasien tanpa melepas crown sementara. Pada bagian

anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu dicekungkan. Setelah mengeras ambil

sendok cetak tersebut dari mulut pasien, kemudian aduk light body yang terdiri

dari basa dan katalis, setelah homogen masukan ke dalam injeksi kemudian

injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi tadi. Masukkan cetakan putty tadi ke

dalam mulut. Setelah keras keluarkan dari mulut pasien.

Tahap 4 : Pemilihan warna gigi

Sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade

guide) untuk menentukan value (tingkat warna gelap ke terang), chroma(kepekatan

warna), hue (merah atau kuning).

Tahap 5 : Temporary Bridge

Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi

selesai, maka pasien dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya lakukan wax up

pada model kerja untuk proses bridge, kemudian dilakukan pemilihan warna gigi

yang sesuai dengan gigi asli.

Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Pelindungan pulpa

b. Stabilitas kedudukan

c. Fungsi oklusal

d. Mudah dibersihkan

e. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)

f. Kekuatan dan retensi

g. Estetis (terutama pada gigi depan)

Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate

Cara pembuatan:

11

Page 12: gigi tiruan

1. Direct ; lebih dari 1 x kunjungan

Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self

curing akrilik, masukkan catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi yang

dipreparasi)

2. Indirect : lebih dari 1 x kunjungan

Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan

gips/model 2) , lalu masukkan cetakan 1 pada model 2.

3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang

cukup tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan

akan mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah penyemenan

selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan lunak.

Tahap 6 : Proses Laboratorium

Proses laboratorium

a. Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan

dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk membuat mahkota

terutama bagian proksimal

Alat :

Bowl dan spatula

Strock tray

Lekron

Pin

Jarum pentul

Gergaji triplek

Bur bulat

Kuas kecil

Mikromotor dan handpiece

Pencil

Bahan :

Bahan cetak rubber base

Gips bentuk atau plaster of

paris (gips type 1)

Gips keras

Vaselin

Wax merah

Cara Kerja :

1. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).

12

Page 13: gigi tiruan

2. Penentuan letak pin.

Tandai lebar masing-masing gigi.

Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau

lingual gigi yang telah dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai

lebar gigi (bagian proximal).

3. Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar).

4. Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran).

Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum

pentul.

Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil

Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur

bulat, buat lekukan setengah lingkaran.

Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin.

Olesi permukaan gigi dengan vaselin menggunakan kuas kecil.

5. Boxing dan pembuatan basis

Dengan menggunalan base plate wax setelah cetakan di boxing.

6. Penggergajian

Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal

gigi yang diperbaiki

Gergaji sampai batas gips keras

7. Trimming die

Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal dengan

kedalaman 1 mm.

b. Pembuatan Model/ pola malam mahkota/ bridge & pembuatan pontik:

Pembuatan pola malam (retainer dan pontik) diusahakan:

1. Kontak oklusal merata dengan gigi lawan

13

Page 14: gigi tiruan

2. Pengurangan dimensi buko-palatal untu mengurangi beban kunyah (long

span bridge)

Pembuatan pontik : dengan jenis ridge lap pontik dengan bahan kombinasi

metal keramik (porselen fused to metal), lalu siapkan kontak bentuk garis antara

logam dengan mukosa labial/bukal berbentuk cembung atau lurus, sifatnya self

cleansing

Cara kerja :

1. Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun, tunggu sampai

kering.

2. Panaskan malam.

3. Gunakan lekron untuk mengukir mahkota atau bridge.

4. Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk anatomis gigi yang

digantikan.

5. Lepaskan pola malam dari dai, letakkan pada model kerja. Pada bridge,

dengan bantuan sonde, sambungkan pontik dengan gigi penyangga.

6. Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola malam harus mencapai

kontak yang baik.

7. Jika pola malam berkontak berlebihan maka untuk koreksinya taburkan

bedak.

c. Prossesing Mahkota dan Bridge

1. Penanaman dalam Kuvet (Flasking)

Cara kerja :

Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah

diisi gips putih dengan bagian labial menghadap ke atas.

Permukaan gips dihaluskan.

Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating

medium.

Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.

Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.

14

Page 15: gigi tiruan

2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)

Cara kerja :

Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan

gips sudah mengeras, dibuka lalu wax dihilangkan dengan

mengalirkan air panas.

Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam

permukaan gips.

Dinginkan permukaan kuvet.

3. Pengisian aklirik (Packing)

Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could

Mould Seal (CMS) tunggu kering.

Pengisian aklirik yang sudah diaduk, sambil mengetok kuvet.

Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan

kuvet atas, press lalu buka dan potong kelebihan aklirik dengan pisau

model.

Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.

4. Pengisian akrilik (Prossesing)

Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan

Polimerisasi dengan cara direbus 1 jam

5. Membuka kuvet (Deflasking)

Keluarkan  model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.

Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.

6. Finishing

Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur)

dan kertas pasir.

7. Polishing

15

Page 16: gigi tiruan

Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur,

rubbercup, wool bur dengan bubuk pumis)

Tahap 7 : Pemasangan / insersi dan penyemenan

1. Try in bridge  yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan

bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi

sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak

oklusal dan kontak marginal.

2. Penyemenan Bridge

a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang

akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan

b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :

Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1

Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi

sedikit hingga homogen

Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk

benang dan tidak putus

Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien

disuruh menggigit kapas

Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen

Periksa oklusi sebelum pasien pulang

Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.

3. Instruksi untuk memelihara gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :

Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)

Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya

yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar terlihat

(daerah interdetal/ dasar pontik)

16

Page 17: gigi tiruan

Tahap 8 : kontrol

Kontrol dilakukan untuk mengatahui kesalahan atau kegagalan dalam perawatan.

Kegagalan yang mungkin terjadi :

1. Kegagalan sementasi

2. Jemabaatn patah secara mekanikal

3. Iritasi dan resesi gingiva

4. Kelainan jaringan periodontal

5. Karies

6. Nekrosis pulpa

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Berbagai Macam Faktor Kegagalan Perawatan Gigi Tiruan Tetap

17

Page 18: gigi tiruan

A. Perasaan tidak nyaman (discomfort )

Perasaan tidak nyaman saat menggunakan GTJ dapat ditimbulkan karena

adanya :

1. Kontak prematur oklusi yang tidak sesuai

2. Penimbunan sisa makanan di bagian retainer ataupun pontik (pada celah –

celah gigi atau embrasur)

3. Tekanan yang terlalu berat atau tidak ada kontak

4. Penyemenan yang dilakukan pada GTJ yang kurang tepat dapat

mengakibatkan tarikan atau dorongan pada gigi penyangga.

5. shock termis maupun rasa sakitpada daerah servikal gigi

B. GTJ lepas dari gigi penyangga

GTJ yang terlepas dari penyangga dapat terjadi karena :

1. Torsi atau ungkitan

2. Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau

pengadukan yang kurang sempurna)

3. Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi

4. Gigi penyangga goyah

5. Gigi penyangga mengalami karies

6. Kesalahan dalam pemilihan retainer

7. Restorasi tidak akurat

C. Hilangnya facing (porcelen)

Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena :

1. Kurangnya retensi

2. Perubahan bentuk dari kerangka logam

3. Maloklusi

4. Pengolahan bahan pelapis yang salah dan keausan bahan

18

Page 19: gigi tiruan

Hilangnya facing ini dapat diperbaiki dengan cara :

a. Retainer atau pontik. Apabila facing telah terkikis atau hilang, sebaiknya

oklusi diperiksa dengan cermat. Malam untuk mengganti bagian yang

hilang dapat membantu memperlihatkan gangguan oklusi yang terjadi.

Komposit merupakan bahan utama untuk perbaikan tambahan dan tersedia

screw pin repair kit.

b. Hanya pontik. Kadang – kadang rangka pontik yang ada dapat diasah

menjadi bentuk bar yang bebas dari gigi oklusi sekurang – kurangnya 1

mm. Kemudian dibuat mahkota lapis porcelen dengan kunci yang

melewati mesial ke distal yang tepat masuk pada bar dan disemen dengan

semen fosfat. (Allan, dkk., 1994).

D. Kegagalan mekanis

Kegagalan mekanis anatara lain dapat disebabkan karena fraktur konektor dan

retainer yang longgar.

1. Fraktut konektor

Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti pertutan yang disolder

dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut,

tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi jari (selagi oklusi),

kertas artikulasi, atau malam indicator oklusal. Untuk memperbaiki hal ini,

mungkin jemabatan harus dibuat kembali

2. Retainer yang longgar

Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah

dirasakan penderita, atau jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras

19

Page 20: gigi tiruan

tidak enak, karena adanya kebocoran cairan. Jembatan dpata digerakkan

secara manual ke atasa dan ke bawah, dan terlihat saliva keluar masuk pada

sambungan. Maslah ini memerlukan pengeluaran jembatan dan analis

kegagalan (Allan, dkk., 1994).

E. Karies pada abutment (gigi penyangga)

Mungkin penderita tidak menyadarai adnya karies dibawah retainer.

Pemeriksaan dilakukan pada semua jembatan dengan mencari adanya lubang

di retainer logam dan dilakukan sondasi untuk menemukan karies yang sering

terjadi. Juga sebagaimana biasa, perlu dilakukan sondasi disekeliling tepi

perifer semua retainer. Kadang – kadang tambalan servical cukup dalam

mengatasi masalah ini, terutamapada karies dpat terlihat, tetapi biasanya

jembatan memerlukan preparasi untuk jalan masuk (Allan, dkk., 1994).

Karies pada abutment ini disebabkan karena :

a. Tepi retainer yang terlalu panjang

b. Tepi retainer terbuka

c. Kerusakan atau keausan pada retainer

d. Oral hygiene yang buruk

e. Kesalahan pemilihan retainer

F. Pulpa (Endodontik)

Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya

vital sewaktu jembatan dibuat. Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat,

seringkali dimungkinkan untuk melakukan perawatan endodontik dengan

baik, melalui jalan masuk kavitas pada retainer jembatan (dan bahkan

digunakan pasak penguat bila diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa karena

karies, jembatan perlu dikeluarkan dnan dilakuakan pembuangan semua

jaringan karies (Allan, dkk., 1994).

20

Page 21: gigi tiruan

G. Struktur pendukung (periodontik)

Sebaiknya hal ini ditelusuri dalam hubungannya dengan keadaan umum

periodontal. Jika baik, berarti jembatan menahan beban terlalu besar karena

oklusi taumatis atau kekuatan yang tidak memadai pada pemilihan gigi – gigi

abutment. Biasanya perlu mencari tamabahan gigi – gigi abutment yang lebih

sesuai atau mempertimbangkan protesa lepasan (Allan, dkk., 1994).

3.2. Perawatan Lanjutan pada Kasus Kegagalan Gigi Tiruan Tetap

A. Perawatan bahan

Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:

1. Biologis

Non iritan

Non toksik

Kariostatik

2. Kelarutan

Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva ( tidak larut dalam saliva)

3. Mekanis

Memiliki daya tahan abrasi yang baik

Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin

4. Sifat termis

Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.

Macam – macam bahan gigi tiruan :

1. All porcelain bridge

Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.

Kelebihannya adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan

21

Page 22: gigi tiruan

permukaannya mengkilat.Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang

asli.Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat

logam.Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga tidak

dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi

belakang.Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi.

Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan

buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya

akan menyebabkan porcelain cepat pecah.

2. All acrylic bridge

Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket

sementara (menunggu mahkota jaket permanen).Bahan akrilik biasanya

dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan

beban kunyah.Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan

dengan gigi asli, namun mudah berubah warnanya.Harganya pun murah tetapi

tampilan menarik.Kontraindikasi dari bahn ini adalah tidak digunakan pada

gigi yang memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan akrilik hanya

1/16 kekerasan dentin.Gigi tiruan yang menggunakan bahan ini juga tidak

cocok digunakan pada penderita dengan bruxism.

3. All metal bridge

Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai

kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun,

keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat.

Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat

berbeda dengan gigi asli.Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan

kontraindikasinya adalah gigi abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan

dentin yang kecil. Salah satu contohnya adalah Gold Crowns :

Keuntungan:

22

Page 23: gigi tiruan

metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.

Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan

mengunyah.

Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota

memenuhi

Sehat lingkungan untuk jaringan gusi

Kerugian:

estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.

4. Kombinasi (porselen dan metal)

Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan

mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak

menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelen fuse to

metal ini lebih kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelen fuse to

metal dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada

beberapa kelemahan utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya.

Berikut adalah beberapa kelemahan dicatat oleh pengguna dan dokter gigi

mahkota ini:

Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi

dimahkotai masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif

terhadap panas dan dingin.

Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan

pada gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol

sehingga tidak dapat diawasi.Bagian porselen bisa terkelupas mati dan

logam yang mendasari dapat terlihat sebagai garis gelap.

5. In Ceram (keramik bridge)

23

Page 24: gigi tiruan

Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika

yang sangat baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi

tradisional.

a. SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan

estetika unggul dan tembus.

b. ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior,

dan sampai restorasi 3-unit jembatan.

c. Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan

sampai restorasi 5-unit jembatan.

Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan :

1. Pontik logam

Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya

terdiri dari alloy yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki

kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah

atau berubah bentuk(deformasi) akiba tekanan pengunyanhan. Pontik

logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan

factor estetis, namun lbih mementingkan factor fungsi dan kekuatan

seperti pada jembatan posterior.

2. Pontik porselen

Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam

sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini

biasanya diiindikasikan untuk jembatan anterior dimana factor estetis

menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan

gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang

lama.

3. Pontik akrilik

24

Page 25: gigi tiruan

Pontik akrilik ini adalah pontik yang dibuat dengan pemakaian

bahan resin akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik

lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk

kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah/gigit.Pontik ini biasanya

diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan

pelapis estetis saja.

4. Koimbinasi logam dan porselen

Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana

logam akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik

ini memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat

dikombinasikan dengan logam yang bertitik leburtinggi (lebih tinggi dari

temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan

logam, sangat keras, kuat, kaku dan memiliki pemuaian yang sama dengan

porselen. Porselen ditempatkan pada bagian bukal/labial dan daerah yang

menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada oklusal dan

lingual.Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior maupun

posterior.

5. Kombinasi logam dan akrilik

Pada kombinasi logam dan akrilikini, akrilik hanya berfungsi

sebagai bahan estetik sedangkan logam yang member kekuatan dan

dianggap lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan

lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam

sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.

B. Perawatan pendahuluan

Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan

lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan.

25

Page 26: gigi tiruan

Keberhasilan atau gagalnya gigi tiruan cekat tergantung pada beberapa factor diantarnya

meliputi:

Kondisi mulut pasien

Keadaan periodontal gigi abutment

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga

untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan

pendukungnya. Perawatan ini meliputi:

1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung

gigi abutment.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada

sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan. Antara

lain :

Menghilangkan kalkulus

Menghilangkan pocket periodontal

Memperbaiki tambalan yang tidakbaik, seperti tambalan menggantung.

Menghilangkan gangguan oklusal

Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi

juga perlu dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat

digunakan sebagai penyangga atau tidak.

2. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat

terhadap gigi-gigi yang ada. Antara lain :

Penambalan gigi yang karies

Pembuatan inlay, dsb

3. Tindakan Prostetik

Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi tahap

berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru. Keuntungan dari

perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan didalam mulut yang teliti adalah

26

Page 27: gigi tiruan

sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan mengarahkan gaya pengunyahan,

sehingga desain gigi tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang seimbang dan

didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan struktur rongga

mulut yang masih ada dan restorasi. Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan

ramalan, prognosa yang baik untuk suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan

pendahuluan yang baik, barulah dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien

untuk pembuatan gigitiruan, karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti

fungsi gigi yang hilang dan mengembalikan kesehatan jaringan mulut.

C. Pemilihan desain

Pertimbangan Pemilihan Desain Dasar Gigi Tiruan Cekat

1. Desain Retainer

a. Extra Coronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:

1) Full Veneer Crown Retainer

Indikasi:

• Tekanan kunyah normal/besar

• Gigi-gigi penyangga yang pendek

• Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

• Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan

• Indikasi luas

• Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

• Memberikan efek splinting yg terbaik

Kerugian:

• Jaringan gigi yg diasah lebih banyak

• Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

27

Page 28: gigi tiruan

Gambar 3. Extra Coronal Retainer

2) Partial Veneer Crown Retainer

Indikasi :

• Gigi tiruan jembatan yang pendek

• Tekanan kunyah ringan/normal

• Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

• Salah satu gigi penyangga miring

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer

Keuntungan

• Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

• Estetis lebih baik daripada FVC retainer

28

Page 29: gigi tiruan

Kerugian:

• Indikasi terbatas

• Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit

• Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang

• Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

b. Intra Coronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.

Bentuk:

• Onlay

• Inlay MO/DO/MOD

Indikasi:

• Gigi tiruan jembatan yang pendek

• Tekanan kunyah ringan atau normal

• Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

• Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal

Keuntungan:

• Jaringan gigi yang diasah sedikit

• Preparasi lebih mudah

• Estetis cukup baik

Kerugian:

• Indikasi terbatas

• Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

• Mudah lepas/patah

29

Page 30: gigi tiruan

Gambar 5.Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.

c. Dowel retainer

Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa

jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri

sendiri.

Indikasi:

• Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

• Gigi tiruan pendek

• Tekanan kunyah ringan

• Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

• Estetis baik

• Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

• Sering terjadi fraktur akar

30

Page 31: gigi tiruan

Gambar 6. Dowel Retainer.

2. Desain Pontik

a. Berdasarkan bahan

Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:

Pontik logam

Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri

dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III.Alloy ini memiliki

kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah

atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik

logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan

faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan

seperti pada jembatan posterior.

Pontik porselen

Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam

sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini

biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis

menjadi hal yang utama.Pontik porselen mudah beradaptasi dengan

gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang

lama.

31

Page 32: gigi tiruan

Pontik akrilik

Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin

akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak

dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya

agar mampu menahan daya kunyah / gigit.Pontik ini biasanya

diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan

pelapis estetis saja.

Kombinasi Logam dan Porselen

Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam

akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini

memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat

dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari

temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan

logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama

dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian labial/bukal dan

daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada

oklusal dan lingual.Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior

maupun posterior.

Kombinasi Logam dan Akrilik

Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai

bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap

lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan

daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah

labial/bukal dilapisi dengan akrilik.

32

Page 33: gigi tiruan

b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak

1) Pontik Sanitary

Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak samasekali dengan

linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik

dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung

dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-

sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik

yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga

hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah.4

Gambar 7. Pontik Sanitary

2) Pontik Ridge Lap

Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir

alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit

menyentuh mukosa dari linggir.Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian

labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian

palatal.Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa

makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk

dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan

anterior dan posterior.4

Gambar 8. Pontik Ridge Lap

33

Page 34: gigi tiruan

3) Pontik Conical Root

Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat

yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis

dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar

pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm.

pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada

pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4

Gambar 9.Pontik Conical Root.

3. Konektor (Connector)

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik

dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga

menyatukan bagian-bagian tersebutuntuk dapat berfungsi sebagai splinting dan

penyalur beban kunyah.

Terdapat 2 macam konektor, yakni:

1. Rigid connector

2. Non Rigid Connnector

4. Penyangga (Abutment)

Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:

1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga

2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga

3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga

34

Page 35: gigi tiruan

4. Terminal abutment

5. Intermediate/pier abutment

6. Splinted abutment

7. Double splinted

Gambar 10.Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment

35

Page 36: gigi tiruan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Kegagalan perawatan gigi tiruan tetap dapat disebabkan oleh berapa hal, diantaranya

yaitu: biologis, mekanis dan estetis. 

4.2 SARAN

Dalam perawatan gigi tiruan hendaknya operator memperhatikan hal-hal yang

berkaitan dengan prosedur, baik prosedur perawatan ataupun pembuatan gigi tiruan

serta kondisi pasien itu sendiri, sehingga kegagalan dapat diminimalisir.

36

Page 37: gigi tiruan

DAFTAR PUSTAKA

Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan Tumpang.  Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.

Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone.

Blakesslee, R.W., et al. 1980.  Dental Technology Theory and Practice. Hal: 113-5, 120-1, 313-15.  St. Louis-Toronto-London: C.V. Mosby Company

Dykema, E.W, Cunningham, D.M, and Johnston, J.F. 1978. Modern practice in removable partial prosthodontics. Philadelphia- London- Toronto: W.B Saunders Company.

Dyson, J.E. 1988. Prosthodontic for Children. Hal: 259-68. Philadelphia: Lea and Febriger.

Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia: W.B Saunders Company inc.

Goodarce, C.J dan Brown, T.D, 1994. Prosthodontic Treatment of the Adolescent Patient Care. Editor: Sthephen H.Y.Wei. Philadelphia: Lea and Febiger.

Heartwell, C.M. and Rahn, A.O. 1986. Glossary of Prosthodontics. Fourth edition. Philadelphia: Lea and Febriger.

Herman, W. 1980. Majalah Kedokteran Gigi. Volume 1. Bandung: Yabina.

Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th  ed. Hal: 271-285. McGraw-Hill Book Company Inc.

Mathewson, R.J and Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3rd 

ed. Hal: 356-9. Chicago: Quintessence Books.

McCracken’s. 1995. Removable Partial Prosthodontics. 9th  ed. St. Louis: C.V. Mosby Company.

McDonald, R.E. and D.R. Avery, 2000. Dentistry forThe Child and Adolescent. 7th ed. Saint Louis: Mosby 

37

Page 38: gigi tiruan

 

38