GI_3 Cekungan Sumatra

8
Secara umum, Pulau Sumatra terdiri atas tiga buah cekungan besar. Ketiga buah cekungan itu adalah Cekungan Sumatra Utara, Cekunga Sumatra Tengah dan Cekungan Sumatra Timur. Cekungan- cekungan tersebut umumnya dicirikan oleh endapan berumur Tersier yang sangat tebal dan diendapkan dalam waktu yang relatif singkat. Peta Tektonik Regional Sumatra Cekungan Sumatra Utara Cekungan Sumatra Utara berbentuk segitiga yang membuka ke utara, dibatasi oleh Tinggian Asahan. Luas cekungan ini 60000 km 2 dengan tebal sedimen berumur Tersier mencapai 5 km. Struktur batuan dasarnya dikontrol oleh sesar-sesar yang

description

Cekungan Hidrokarbon di Indonesia

Transcript of GI_3 Cekungan Sumatra

Secara umum, Pulau Sumatra terdiri atas tiga buah cekungan besar. Ketiga buah cekungan itu adalah Cekungan Sumatra Utara, Cekunga Sumatra Tengah dan Cekungan Sumatra Timur. Cekungan-cekungan tersebut umumnya dicirikan oleh endapan berumur Tersier yang sangat tebal dan diendapkan dalam waktu yang relatif singkat.

Peta Tektonik Regional Sumatra

Cekungan Sumatra Utara Cekungan Sumatra Utara berbentuk segitiga yang membuka ke utara, dibatasi oleh Tinggian Asahan. Luas cekungan ini 60000 km2 dengan tebal sedimen berumur Tersier mencapai 5 km. Struktur batuan dasarnya dikontrol oleh sesar-sesar yang berarah Utara Selatan, yang membaginya menjadi beberapa sub-cekungan dan tinggian di sebelah tenggara dari Cekungan Sumatra Tengah. Batuan dasar terdiri dari batupasir dan batugamping atau dolomit yang disebut juga dengan economic basement. Cekungan Sumatra Utara ini terdiri dari sub-sub cekungan, yang dipisah-pisahkan oleh tinggian-tinggian setempat. Yang penting disini adalah sub-cekungan : Jawa-Paseh di Utara, Lhok-Sukon dan Tamiang di bagian tengah, dan sub-cekungan Langkat dan Siantar di sebelah Tenggara. Struktur yang sangat signifikan di cekungan ini adalah Lembahan Lhok Sukon yang merupakan graben yang memanjang ke Utara Selatan dan bertindak sebagai kitchen utama untuk hidrokarbon. Pembentukan horst dan graben dimulai sejak Akhir Eosen.Gerakan tektonik pada Mesozoikum membuat terbentuknya cekungan ini. Sementara tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut tenggara. Struktur-struktur geologi yang terbentuk rata-rata berarah baratlaut tenggara. Selama Tersier, proses sedimentasi yang terjadi yaitu transgresi, regresi dan gerakan tektonik di Tersier Akhir. Sedimentasi dimulai dengan subcekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Diatas batuan dasar secara berurutan tersusun oleh formasi Tempur, Bruksah, Bampo, Peutu dan Belumai, Baong, Ketapang dan formasi yang lebih muda yaitu Seurula, Julu Rayeu dan Idi.

Cekungan Sumatra TengahCekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan belakang busur dibatasi Tinggian Asahan pada bagian utara, Pegunungan Bukit Barisan di sebelah barat, Tinggian Tigapuluh di sebelah selatan dan Craton Sunda di sebelah Timur.Secara umum keadaan teknonik dan stratigrafi di Cekungan Sumatra Tengah dapat digambarkan dalam 3 fase utama. Ketiga fase tektonik ini adalah: 1. Pre-rift - yang terdiri dari basement berumue lebih tua dari Tersier. Batuan dasar ini berorientasi NW- SE dan NNW-SSE. Struktur yang ada pada umumnya berupa patahan yang tentunya telah mengalamai reaktivasi menjadi sesar naik dan geser. Malacca terrane terletak disebelah timur dari Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari batuan kuarsit dan granit/batuan granitik. Disebelah baratnya berbatasan dengan Mutus terrane, yang terdiri atas endapan batuan laut: serpih laut dalam, karbonat, chert dan meta argillit. Disebelah barat Mutus adalah Mergui terrane yang utama terdiri atas batuan greywacke dan sebagian kecil kwarsit halus. Sedangkan paling barat adalah Kualu terrane yang terdiri atas filit, batusabak, tuf dan batugamping. Struktur dan jenis batuan dari basement ini sangat berpengaruh pada pembentukkan struktur dan endapan batuan Tersier diatasnya.

Basement Terranes yang mendasari Cekungan Tersier Sumatra Tengah (Eubank and Makki 1981, Heidrick et al, 1996)

1. Synrift yaitu fase pembentukkan rift pada awal Eosen akhir Oligosen yang diisi oleh endapan Kelompok Pematang yang terdiri atas 3 formasi yaitu Lower Red Bed, Brown Shale dan Upper Red Bed, kurang lebih mulai dari 50 25.5 Ma. Geometri dari rift ini adalah half graben. 1. Postrift Sagging. Pada masa ini secara umum Cekungan Sumatra Tengah mengalami penurunan dan akibatnya air laut mulai menggenangi Cekungan ini. Endapan pada fase ini adalah Kelompok Sihapas yang terdiri atas Formasi Menggala, Bangko, Bekasap, Duri dan Telisa. Secara umum terjadi suatu transgresi. Uplift. Pada fase ini secara umum penurunan Cekungan Sumatra Tengah mulai melambat. Genang laut yang terjadi sebelumnya mulai ke arah regresi, dimana Formasi Petani diendapkan. Secara regional ini bersamaan dengan pembentukan pegunungan Bukit Barisan. Mulai dari phase ini, pembentukan struktur-struktur perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatra dimulai dan berlanjut sampai puncaknya (pengangkatan) pada akhir Miosen (5 Ma).

Cekungan Sumatra SelatanCekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur yang dibatasi oleh Bukit Barisan di sebelah barat, Paparan Sunda di sebelah timur, Pegunungan Tigapuluh sebelah utara dan Tinggian Lampung di sebelah selatan. Cekungan Sumatera Selatan terbentuk pada periode tektonik ektensional Pra-Tersier sampai Tersier Awal yang berarah relatif barat timur.Evolusi tektonik yang terjadi yaitu kompresi akibat kolisi antara lempeng Eurasia dan lempeng India pada Middle Mezosoik, ekstensional selama Paleosen Miosen Awal, tektonik relatif tenang pada Miosen Awal Pliosen, kompresi menjadi inversi, pengangkatan basement. Berikut penjelasan lebih detail mengenai 4 fasa tektonik utama:1. Upper Jurasic Lower CretaciousPada masa ini, terjadi rezim tektonik kompresi. Tegasan utamanya berarah N300W. Kegiatan magmatisme, intrusi dan proses metamorfosa batuan dasar masih berlangsung.2. Late Cretaceous OligoceneRezim tektonik yang berkembang pada rentang ini yaitu rezim tektonik regangan/tarikan di mana tegasan utamanya berarah utara-selatan di mana struktur yang terbentuk merupakan sesar-sesar normal. Sesar-sesar ini menghasilkan morfologi berupa horst (tinggian), graben (depresi) dan half graben. Periode ini merupakan periode awal pembentukan Cekungan Sumatera Selatan dan awal mula diendapkannya sedimen Formasi Lahat dan Talang Akar3. Oligocene Pliocene Basin FillFase tektonik ini merupakan fase tektonik yang tenang di mana tidak ada pergerakan pada dasar cekungan. Pada tahap ini, sedimen-sedimen yang mengisi cekungan yaitu sedimen Formasi Talang Akar, Baturaja, Gumai, Lower Palembang, Middle Palembang, dan Upper Palembang.4. Pliocene Pleistocene Orogeny Sesar-sesar bongkah pada dasar cekungan mengalami reaktifasi. Reaktifasi tersebut disebabkan oleh adanya tektonik kompresi yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya pengangkatan (uplift) dan pembentukan antiklinorium utama di Cekungan Sumatera Selatan. Ada beberapa antiklinorium yang terbentuk seperti Antiklinorium Muara Enim, Pendopo-Benakat, dan Palembang.Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier serta kelompok batuan Kuarter. Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar cekungan basement. Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen. Batuan Pra-Tersier ini diperkirakan telah mengalami perlipatan dan patahan yang intensif pada zaman Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan diintrusi oleh batuan beku sejak orogenesa Mesozoikum Tengah.Urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap susut laut. Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut Kelompok Telisa, dari umur Eosen Awal hingga Miosen Tengah. Kelompok ini terbentuk pada fase transgresi, dari bawah ke atas meliputi Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Telisa/Gumai. Sedangkan yang terbentuk pada tahap susut laut disebut Kelompok Palembang terbentuk pada fase regresi dari umur Miosen Tengah Pliosen terdiri atas Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

Daftar Pustaka:Barber, A.J., Crow, M.J. & Milsom, J.S. (editor) 2005. Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. London: Geological Society Memoir no. 31. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-mufdifirda-31024-3-2008ts-2.pdf diunduh pada 26 Februari 2015http://en.wikibooks.org/wiki/The_Geology_of_Indonesia/Sumatra#2.3._SUMATRA_BACK_ARC_BASINS diakses pada 26 Februari 2015http://books.google.co.id/books?id=NlvUlh1UqwkC&pg=PA132&lpg=PA132&dq=North+Sumatera+Basin+-.com&source=bl&ots=0BDkCL-TJQ&sig=Ei3NtUURdO8I661wv-L7J8UELg4&hl=en&sa=X&ei=mewFU-S4GInPrQfB2IFY&redir_esc=y#v=onepage&q=North%20Sumatera%20Basin%20-.com&f=false diakses pada 26 Februari 2015