Gerontik Loos Griving

download Gerontik Loos Griving

of 22

Transcript of Gerontik Loos Griving

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    1/22

    Loos and griving Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANGDalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan untuk sembuh,seorang perawat

    profesional harus mempunyai keterampilan yang multikompleks. Sesuai dengan peran yang

    dimiliki,perawat harus mampu member pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan

    fisik,mental,social,dan spiritual.Perawat juga dituntut untuk membantu anggota keluarganya

    dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelam perasaan hidup dan mati.

    Pemberian asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang menghadapi sakaratul maut

    tidak selamanya mudah.Klien lanjut usia akan member reaksi yang berbeda-beda, bergantung

    pada kepribadian dan cara klien lanjut usia menghadapi hidup. Bagaimanapun

    keadaannya,perawat harus dapat menguasai situasi ,terutama terhadap keluarga klien lanjut

    usia.Biasanya,anggota keluarga yang dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian perawat

    karena kematian seseorang dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-

    hari.Kadang-kadang sebelum ajal tiba, klien lanjut usia kehilangan kesadarannya terlebih

    dahulu.

    I.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien lanjut usia yang akan

    menghadapi kematian?

    I.3 Tujuan

    1. Untuk mengetahui teori tentang loos and griving pada manusia

    2. Untuk mengetahui teori tentang lansia yang akan menghadapi kematian

    3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia yang akan

    menghadapi kematian

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    2/22

    Loos and griving Page 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    KONSEP DASAR LOSS & GRIEVING

    2.1 DEFINISI KEHILANGAN

    Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi

    melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi

    ditemui, diraba, didengar, diketahui atau dialami.Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat

    distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress yang sama ketika

    kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian, setiap individu berespon

    terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan

    distress lebih besar dibandingkan ke hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri

    kematian hewan peliharaan menyebabkan distress emosional yang lebih besar dibanding dengan

    saudaranya yang sudah tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan penting

    artinya untuk proses berduka; namun perawat harus mengenali bahwa setiap interpretasi

    seseorang tentang kehilangan sangat bersifat individualistis.

    Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan yang bersifat aktual dapat

    dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainnya pindah rumah atau

    seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai.Kehilangan yang dirasakan kurang

    nyata dan dapat disalahartikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam

    makna dari apa yang hilang, maka makin besar perasaan kehilangan tersebut. Klien mungkin

    mengalami kehilangan maturasional (kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan

    normal untuk pertama kalinya, kehilangan situasional (kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba

    dalam merespon kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak dari orang yang dicintai)

    atau keduanya.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    3/22

    Loos and griving Page 3

    2.2 JENIS KEHILANGAN

    2.2.1 Kehilangan Objek Eksternal

    Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikian yang telah menjadi usang,

    berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.Bagi seorang anak benda tersebut

    mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa berupa perhiasan atau aksesoris

    pakaian.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung

    pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari

    benda tersebut.

    2.2.2 Kehilangan Lingkungan yang Telah Dikenal

    Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal

    mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selma periode tertentu atau perpindahan

    secara permanen. Contohnya termasuk pindah ke kota baru, mendapat pekerjaan baru, atau

    perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal

    dapat terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah

    perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau

    mengalami cedera atau penyakit.

    2.2.3 Kehilangan Orang Terdekat

    Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,

    pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja.Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pidah,

    melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.

    2.2.4 Kehilangan Aspek Diri

    Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau

    psikologis.Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau

    payudara.Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,

    mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris.Kehilangan fungsi psikologi termasuk kehilangan

    ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respeks, atau cinta.Kehilngan seperti ini

    dapat menurunkan kesejahteraan individu.Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan

    akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan

    konsep diri.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    4/22

    Loos and griving Page 4

    2.2.5 Kehilangan Hidup

    Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan

    merespons terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian.Perhatian utama

    sering bukan kepada kematian itu sendiri tetapi mengenai nyeri dan kehilangan kontrol.

    Meskipun sebagian besar orang takut tentang kematian dan gelisah mengenai kematian, masalah

    yang sama tidak akan sama pentingnya bagi setiap orang.

    2.2.6 DAMPAK KEHILANGAN

    Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika

    seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya.Duka cita

    berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.

    Perawat merawat klien yang mengalami banyak tipe kehilangan, seperti klien yang

    dirawat di rumah sakit yang mengalami banyak kehilangan termasuk kesehatan, kemandirian,

    kontrol terhadp lingkungannya, dan keamanan finansial.Kehilangan mengancam konsep diri,

    harga diri, keamanan, dan rasa makna diri.Perawat harus mengenali makna dari setiap

    kehilangan bagi klien dan dampaknya bagi fungsi fisik dan psikologis.

    Efek atau dampak dari kehilangan tergantung pada faktor-faktor, yaitu :

    1.Usia

    2.Jalannya kematian

    3.Hubungan dengan orang yang meninggal

    4.Pengalama masa lalu

    5.Kepribadian

    6.Persepsi tentang kehilangan

    7.Makna tertentu dari kehilangan yang mereka miliki

    8.Respon keluarga terhadap keluarga

    2.3. BERDUKA

    2.3.1 DEFINISI BERDUKA

    Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena kehilangan seseorang

    yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan Rodgers (2000), duka cita dapat

    digambarkan sebagai berikut : Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    5/22

    Loos and griving Page 5

    berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku

    seseorang.

    Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari

    aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:

    1.Menolak (denial)

    2.Marah (anger)

    3.Tawar-menawar (bargaining)

    4.Depresi (depression)

    5.Menerima (acceptance)

    2.3.2 JENIS BERDUKA

    Dukacita mencakup pikiran, perasaan, dan prilaku.Tujuan duka cita adalah untuk

    mencapai fungsi yang lebih efektif dengan mengintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman

    hidup klien.Pencapaian ini membutuhkan waktu dan upaya.Istilah upaya melewati dukacita

    berasal dari seorang psikiater Erich Lindemann (1965) yang menggambarkan tugas dan proses

    yang harus diselesaikan dengan berhasil agar dukacita terselesaikan. Orang yang mengalami

    dukacita mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya. Worden (1982) menggarisbawahi

    empat tugas dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan, dan

    Harper (1987) merancang tugas dalam akronim TEAR:

    1.T- To accept the reality of the loss (untuk menerima realitas dari kehilangan.)

    2.E- Experience the pain of the loss (mengalami kepedihan akibat kehilangan).

    3.A- Adjust to the new environment without the lost object (menyesuaikan lingkungan yang

    tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek diri yang hilang).

    4.R- Reinvest in the new reality (memberdayakan kembali energi emosional ke dalam hubungan

    yang baru).

    2.3.3 RESPON BERDUKA

    Respon dukacita dibagi menjadi dua, yaitu:

    1. Dukacita Adaptif

    Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan

    pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespons terhadap kesadaran tentang suatu

    ancaman kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    6/22

    Loos and griving Page 6

    ini, dan masa mendatang.Dukacita yang adaptif terjadi pada mereka yang menerima diagnosis

    yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh, seperti pada lupus eritomatosus

    sistemik.Klien mungkin merasa sangat sehat ketika didiagnosis tetapi mulai berduka dalam

    merespons informasi tentang kehilangan di masa mendatang yang berkaitan dengan penyakit.

    Dalam situasi seperti ini , dukacita adaptif dapat mendalam lama dan dapat terbuka. Dukacita

    adaptif bagi klien menjelang ajal mencakup melepas harapan, impian, dan harapan terhadap

    masa depan jangka panjang. Keterlibatan secara kontinu dengan klien menjelang ajal dan tujuan

    untuk memaksimalkan kemungkinan hidup bukan hal yang tidak sesuai dengan pengalaman

    dukacita adaptif.Dukacita adaptif bagi klien menjelang ajal mempunyai akhir yang pasti. Hal

    tersebut akan menghilang sejalan dengan kematian klien; meskipun duka cita berlanjut, tetapi

    dukacita tersebut tidak lagi adaptif. Klien, keluarganya, dan perawat dihadapkan dengan

    serangkaian tugas adaptasi dalam proses dukacita adaptif (Rando,1986).

    2. Dukacita Terselubung

    Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak atau

    tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas,atau didukung secara sosial. Konsep mengenali

    bahwa masyarakat mempunyai serangkaian norma mengenai aturan berduka yang berupaya

    untuk mengkhususkan siapa, kapan, di mana, bagaimana, berapa lama, dan kepada siapa orang

    harus berduka. Dukacita mungkin terselubung dalam situasi dimana hubungan antara yang

    berduka dan meninggalkan tidak didasarkan pada ikatan keluarga yang dikenal.Dukacita ini

    dapat mencakup teman, pemberi perawatan, dan rekan kerja atau hubungan non-tradisional,

    seperti hubungan di luar perkawinan atau hubungan homoseksual dan mereka yang hubungannya

    terjadi pada masa lalu, seperti bekas pasangan.

    2.4 KONSEP DAN TEORI BERDUKA

    Konsep dan teori berduka hanya cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi

    kebutuhan emosional klien dan keluarganya serta merencanakan intervensi untuk membantu

    mereka memahami duka cita dan menghadapinya.

    Penting artinya untuk mempertimbangkan beberapa teori tentang kedukaan.Ketika

    mendiskusikan tentang tahapan, fase atau tugas, penting artinya untuk mengingat bahwa hal ini

    tidak terjadi dengan urutan yang kaku, tetap dapat diperkirakan.Tujuannya bukan untuk

    mengklasifikasi duka cita klien.Dengan demikian perawat tidak harus mengidentifikasi duka cita

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    7/22

    Loos and griving Page 7

    klien sebagai mengalami tahapan khusus duka cita.Peran perawat adalah mengamati perilaku

    berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan yang

    empatik.

    a. Teori Engel

    Engel (1964) mengajukan bahwa proses berduka mempunyai tiga fase yang dapat diterapkan

    pada seseorang yang berduka dan menjelang kematian.

    Fase pertama, individu menyangkal realitas kehidupan dan mungkin menarik diri, duduk

    tidak bergerak, atau menerawang tanpa tujuan. Hal tersebut mungkin dipandang oleh

    pengamat bahwa orang tersebut tidak menyadari apa makna kehilangan. Reaksi fisik dapat

    mencakup pingsan, berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan

    keletihan.

    Fase kedua adalah individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin

    mengalami keputusasaan.Secara mendadak terjadi marah, rasa bersalah, frustasi, depresi dan

    kehampaan.Menangis adalah khas sejalan dengan individu menerima kehilangan.

    Fase ketiga, dikenali realitas kehilangan.Marah dan depresi tidak lagi

    dibutuhkan.Kehilangan telah jelas bagi individu, yang mulai mengenali hidup.Dengan

    mengalami fase ini seorang beralih dari tingkat fungsi emosi dan intelektual yang lebih

    rendah ke tingkat yang lebih tinggi.Berkembang kesadaran diri.

    b. Tahapan Menjelang Ajal Menurut Kubler-Ross

    Kerangka kerja yang diberikan oleh Kebler-Ross (1969) berfokus pada perilaku dan

    mencakup lima tahapan.

    1.Pada tahap menyangkal individu bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan dapat menolak

    untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.

    2.Pada tahap marah individu melawan kehilangan dan dapat bertindak pada seseorang dan

    segala sesuatu dilingkungan sekitarnya.

    3.Pada tahap tawar menawar terdapat penundaan realitas kehilangan. Individu mungkin

    berusaha membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah

    kehilangan.

    4.Tahap depresi terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna

    kehilangan tersebut timbul. Seseorang merasa terlalu sangat kesepian dan menahan

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    8/22

    Loos and griving Page 8

    diri.Tahap ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai

    memecahkan masalah.

    5.Dan pada tahap terakhir ini dicapai suatu penerimaan. Reaksi fisiologis menurun, dan

    Interaksi sosial berlanjut.Kubler-Ross mendefinisikan penerimaan lebih sebagai

    menghadapi situasi ketimbang menyerah untuk pasrah atau pututs asa.

    c. Fase Berduka Menurut Rando

    Rando (1993) mendefinisikan kembali respon berduka menjadi tiga kategori, yaitu :

    1.Penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan.

    2.Konfrontasi, dimana terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara

    berulang melawan kehilangn mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan

    palinga kaut.

    3.Akomodasi, ketika terdapat secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai

    memasuki kembali secara emosional dan social dunia sehari-hari dimana klien belajar

    untuk menjalani hidup dengan kehilangan mereka.

    2.5 Konsep Perawatan Paliatif

    a. Pengertian

    Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita,

    terutama yang tidak mungkin disembuhkan.Tindakan aktif tersebut diatas artinya mengurangi

    atau menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis, sosial

    dan spiritual.

    Perawatan paliatif adalah pelayanan aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim

    dari berbagai disiplin ilmu.Tim paliatif terdri atas tim terintegrasi, antara lain dokter,

    perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli gizi, rohaniawan dan relawan.

    Keberhasilan keperawatan paliatif bergantung pada kerja sama yang efektif dan pendekatan

    interdisiplin antara dokter, perawat, pekerja sosial medis, rohaniawan atau pemuka agama,

    relawan dan anggota pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan.

    Tim harus mampu mengupayakan dan menjamin agar pasien lanjut usia mendapat

    pelayanan seutuhnya yang mencakup bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual. Artinya, tidak

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    9/22

    Loos and griving Page 9

    ada anggota tim yang menjadi primadona. Pemimpin tim dibantu anggotanya harus berusaha

    keras untuk mencapai tujuan perawatan.

    Kerjasama yang erat antara anggota tim perawatan paliatif dengan keluarga pasien dirasakan

    sebagai kebutuhan utama yang saling mendukung kelancaran perawatan paliatif.

    Dukungan keluarga saat masa sulit sangat penting yaitu:

    a. Pada saat perawatanb. Pada saat mendekati kematianc. Pada saat kematiand. Pada saat masa dukaPerawatan tim paliatif merupakan perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistik

    (menyeluruh) terhadap lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan

    menyentuh faktor fisiki, psikis, sosial, spiritual dan budaya pasien. Keberhasilan program

    tidak dapat dijamin tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu, kualitas

    karya dan kualitas perilaku serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya.

    Perawat.tim perawatan paliatif perlu dan harus memperhatikan serta mengacu kutipan Dame

    Cecely Saunders You matter because are you, you matter to the last moment of your life,

    and we will do all we can, not only to help you die peacefully, but to life until you die

    b. Tujuan Perawatan Paliatif:

    Mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan perawatan tim paliatf

    Meringankan, bukan menyembuhkan. Meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan

    semangat dan motivasi.Mengurangi beban penderitaan lanjut usia.

    c. Prinsip Pemberian Perawatan Paliatif adalah memberi perawatan paripurna kepada klien lanjut

    usia dengan pengawasan dari tim professional.

    d. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang

    digariskan oleh WHO yaitu:

    1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lansia3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    10/22

    Loos and griving Page 10

    5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap sakit sampai akhir hayatnya.6. Berusaha mambantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia.

    e. Kekhususan Tim Paliatif:

    1. Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya.2. Para profesional ini bergabung dalam satu kelompok kerja.3. Secara bersama, mereka manyusun dan merancang tujuan akhir perawatan, melakukan

    langkah tujuan pendek.

    4. Bila perlu, kepemimpinan dapat terbagi di antara anggota tim, bergantung pada kondisiyang paling diperlukan oleh pasien lanjut tua.

    5. Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien.6. Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.

    f. Kekhususan Pasien Lanjut Usia:

    1. Lanjut usia menghadapai kondisi yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Artinya,terapi yang diberikan hanya bersifat simptomatis atau paliatif (bukan kuratif).

    2. Lanjut usia cenderung mengalami kelemahan dan kerapuhan, baik fisik maupun mental.3. dengan demikian, kemungkinan pasien lanjut usia tidak mampu menghadapi stres fisik

    dan mental yang timbul dari luar atau dari lingkungannya.

    4. Lanjut usia berada diambang kematian yang terutama akan menimbulkan ketakutan dankegelisahan, yang sudah tentu perlu mendapat simpati dan dukungan mental atau

    spiritual.

    5. bila proses kematian berlangsung lama (memakan waktu panjang), faktor etika dapatmenjadi masalah yang harus diatasi.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    11/22

    Loos and griving Page 11

    2.6 ASKEP TEORI

    2.6.1 Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Loss (Kehilangan)

    a. Sebab sebab kehilangan:

    1. Kehilangan fungsi, misalnya: fungsi seksual dan fungsi kontrol usus.2. Hilangnya gambaran diri atau citra diri.3. Hilangnya seseorang yang sangat dekat hubungannya.4. Kehilangan barang yang berharga (rumah, mobil, dan tabungan).

    b. Gejala-gejala Umum:

    1. Tahap 1: Merasa shock atau terpukul dan tidak percaya. Hampir semua tingkah laku

    yang tidak bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian pada tahap ini.

    2. Tahap 2: Munculnya kesadaran akan peristiwa kehilangan tersebut kemungkinan klien

    lanjut usia akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa kehilangan

    tersebut. Tingkah laku penyesuaian diri, yaitu mulai mengakui peristiwa kehilangan

    tersebut serta pengaruhnya terhadap seseorang.

    3. Tahap 3: Pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk

    memahami dan menghayati kehilangan tersebut. Setelah itu melanjutkan kegiatan

    hidupnya sehari-hari dengan cara: merencanakan masa depannya, seraya mengingat

    kembali kejadian baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan yang

    diakibatkan oleh peristiwa tersebut secara realistis.

    c. Penatalaksaan:

    Tahap 1:

    1. Luangkan waktu sekurang-kurangnya 15-20 menit sehari untuk bercakap-cakapbersama klien lanjut usia.

    2. Berikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk mengarahkan pembicaraan.3. Katakan kepada klien lanjut usia bahwa dengan peristiwa itu berarti ia telah

    melakukan sesuatu yang baik.

    4. Terima tingkah laku klien lanjut usia yang tidak merusak fisik.Tahap 2:

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    12/22

    Loos and griving Page 12

    1. Gabungkan pengaruh peristiwa kehilangan tersebut baik pada diri klien lanjut usiamaupun keluarganya selama pembicaraan dengan klien lanjut usia.

    2. Libatkan klien lanjut usia dalam merencanakan dan melakukan perawatan diri.Tahap 3:

    1. Diskusikan bersama klien lanjut usia segi-segi positif dan negatifnya peristiwakehilangan tersebut.

    2. Berikan motivasi untuk merencanakan masa depannya.3. Apabila klien lanjut usia menyangkal dengan melakukan sesuatu yang

    membahayakan fisiknya, batasi tindakan tersebut dengan menghadapkan klien lanjut

    usia kepada kenyataan yang ada. Intervensi dilakukan sesuai dengan tahapan yang

    dialami klien

    4. Ulangi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan klien agar ia dapat mencari jawabannyaberkat bantuan perawat.

    d. Rencana Selanjutnya:

    1. Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia masih mempunyai dukungan baik dari keluargamaupun teman-temannya

    2. Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia sadar akan normalnya keadaan tersebut danmengerti setiap orang juga mengalami proses yang sama bila mengalami kehilangan.

    2.6.2Asuhan Keperawatan Lansia Usia dengan Tidak ada Harapan Sembuh (yangmenghadapi saat kematian)

    A. Ciri-ciri atau tanda-tanda pada klien lanjut usia menjelang kematian:

    1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara perlahan.Dimulai pada anggota badan,kaki dan ujung kaki.

    2. Badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.3. Kulit tampak pucat, berwarna kebiru-biruan atau kelabu.4. Denyut nadi mulai tidak teratur.5. Nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran

    pernafasan.

    6. Tekanan darahnya menurun.7. Terjadi gangguan kesadaran.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    13/22

    Loos and griving Page 13

    B. Sebab-sebab Kematian:

    1. Penyakit

    a. Keganasan, misalnya:1. Carnisoma (C)2. Carnisoma Hati3. Carnisoma Paru

    b. Penyakit Kronis, misalnya:1. CVD (Cerebro Vascular Diseases)2. CRF (Chronic Renal Failure) = Gangguan Ginjal3. DM Gangguan Endokrin4. MCI (Myocard Infarc) = Gangguan Kardiovaskular5. COPD (Chronic Obstruction Pulmo Diseases)

    C. Tanda-tanda Kematian:

    1. Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah.2. Hilangnya semua refleka dan ketiadaan kegiatan otak yang ampak jelas dalam hasil

    pemeriksaan EEG yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.

    D. Pengaruh Kematian:

    1. Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usiaa. Bersikap kritis terhadap cara-cara perawatan.b. Keluarga dapat menerima keadaan kondisinya.c. Terputusnya komunikasi dengan orang lain menjelang maut.d. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat

    mengatasi rasa.

    e. Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi.f. Keluarga menolak diagnosa, penolakan tersebut dapat memperbesar beban emosi

    keluarga.

    g. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatanE. Tahap-tahap Menuju Kematian:

    Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling tindih kadang-

    kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke

    tahap itu. Lamanya setiap tahap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    14/22

    Loos and griving Page 14

    bulan. Apabila suatu tahap tertentu berlangasung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah-olah

    klien lanjut usia melompati satu tahap terkecuali jika perawat mempertahankan secara

    seksama dan cermat.

    1. Tahap Pertama (Tahap Penolakan)

    Selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa

    semua orang kecuali dia. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolakannya sehingga

    ia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mungkin sedang dijelaskan perawat kepadanya. Ia

    malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan meminta pertolongan

    dari berbagai macam sumberprofesional dan non profesional dalam upaya melarikan diri dari

    kenyataan bawhwa maut sudah berada diambang pintu.

    2. Tahap Kedua (Tahap Marah)

    Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan. Klien lanjut usia

    mudah marah terhadap perawat dan petugas-petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang

    mereka lakukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia.

    Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Marah

    terhadap kenyataan bahwa kematian akan dialami daalm waktu dekat dan respon ini mungkin

    diekspresikan kepada dokter dan perawat atau kepada pemuka agama.

    3. Tahap Ketiga (Tahap Tawar Menawar)

    Kemarahan biasanya mereda dan klien lanjut usia dapat menimbulkan kesan sudah dapat

    menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi, pada tahap tawar= menawar

    inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum

    maut tiba, dan akan menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan

    hidup bagi orang-orang tercinta yang ditinggalkan.

    Selama tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi

    karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai dan harus dibereskan

    sebelum mati. Misalnya: lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir untuk melihat

    pertandingan olahraga, mengunjungi seorang kerabat, melihat cucu terkecil, pergi makan ke

    restaurant dsb. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena tawar-menawar

    membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    15/22

    Loos and griving Page 15

    4. Tahap Keempat (Tahap Sedih)

    Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya merasakan saat-saat sedih. Klien lanjut usia

    sedang dalam suasana berkabung karena masa lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintai

    dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri, bersamaan dengan ini harus meninggalkan

    semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selama tahap ini klien lanjut usia

    cenderung untuk tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi perawat untuk duduk

    dengan tenang disamping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum maut.

    5. Tahap Kelima (Tahap Akhir/Tahap Menerima)

    Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien lanjut usia

    telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi

    oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan tibalah

    saat kedamaian dan ketenangan.Seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap

    mererima tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan kata lain, pasrah

    kepada maut tidak berarti menerima maut.

    Menerima diagnosis dan mulai bekerja sama dalam membuat keputusan mengenai

    pemantauan nyeri dan mendiskusikan aspek praktik perawatan terminal.

    F. Penatalaksanaan:

    1. Tahap Pertama (Tahap Penolakan)

    a. Berikan kesempatan klien lanjut usia mempergunakan caranya sendiri dalam menghadapikematiannya sejauh tidak merusak.

    b. Memfasilitasi klien lanjut usia menghadapi kematian, luangkan waktu setidak-tidaknya10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap ataupun sekedar bersamannya.

    2. Tahap Kedua (Tahap Marah)

    a. Berikan kesempatan klien lanjut usia mengungkapakan kemarahannya dengan kata-kata.b. Ingatlah bahwa dalam benaknya begejolak pertanyaan mengapa hai nin terjadi padaku? c. Seringkali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara klien lanjut

    usia bertingkah laku.

    3. Tahap Ketiga (Tahap Tawar Menawar)

    a. Klien lanjut usia akan mempergunakan ungkapan-ungkapan, seperti, seandainya saya...b. Berikan kesempatan klien lanjut usia menghadapi kematian dengan tawar-menawar.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    16/22

    Loos and griving Page 16

    c. Tanyakan kepada klien lanjut usia kepentingan-kepentingan apakah yang masih iainginkan. Dengan cara demikian dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk

    mendengarkan keluh kesah perasaannya.

    4. Tahap Keempat (Tahap Sedih)

    a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingatlah bahwa tindakan ini sebenarnyahanyalah memnuhi kebutuhan petugas, jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau

    menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekspresian kesedihannya.anad boleh saja

    berduka cita dengan empati bukan simpati.

    b. Klien lanjut usia hanya sekedar mengisidan menghabiskan waktu untuk perasaan-perasaannya dan bukannya mencari jawaban. Biasanya klien lanjut usia menanyakan

    sesuatu yang sebetulnya sudah mengetahui jawabannya.

    5. Tahap Kelima (Tahap Akhir/Tahap Menerima)

    Klien lanjut usia telah menerima, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia

    tidak boleh menolak.

    Sebenarnya klien lanjut usia tidak menghendaki kematian ini terjadi, akan tetapi

    ia tahu bahwa akan terjadi. Jadi, klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai. Sikap

    Menyerah

    2.7 PROSES KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN

    a. Perasaan takut.

    Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan yang

    begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan itu

    disebabkan oleh penyakit yang ganas.Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat

    apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasian

    dengan cara yang tepat.

    Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara teori,

    nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin, dehidrokodein

    dan dektomoramid. Apabila berbicara mengenai perasaan takut mereka terhadap maut,

    respon mereka secara tipikal mencakup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas, takut

    meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang belum selesai dsb.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    17/22

    Loos and griving Page 17

    Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian

    tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa takut dan

    cemas.Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan

    stress.

    b. Emosi

    Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, mudah marah

    c. Tanda Vital

    Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi, pernapasan

    dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan satu sama lain.

    d. Kesadaran

    Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada yang merupakan

    ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu,

    raba, getar, gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat.

    e. Fungsi Tubuh

    Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ.Setiap organ memiliki fungsi khusus.

    2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    a. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d adanya penyumbatan slem yang ditandaidengan sesak napas.

    b. Gangguan kenyamanan b.d batuk, panas tinggi yang ditandai dengan gelisah.d. Gangguan kesadaran b.d dsampak patologis dengan manifestasi apatis/koma.e. Perubahan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakkan makanan yang

    disajikan sering tidak habis.

    f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah dan diare yang ditandai denganturgor jelek, mata cekung, suhu naik.

    g. Gangguan eliminasi alvi b.dobstipasi yang ditandai dengan beberapa hari pasien tidakdefekasi.

    h. Gangguan eliminasi urine b.d produksi urinennya yang ditandai dengan jumlah urineberapa cc.

    i. Keterbatasan pergerakan b.d tirah baring lam ditandai dengan kaku sendi/otot.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    18/22

    Loos and griving Page 18

    j. Gangguan psikologis b.d perubahab pola seksualitas yang ditandai dengan susah tidur,pucat, murung.

    k. Cemas b.d memikirkan penyakitnya dengan keluarga.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Perilaku yang menandakan dukacita maladaptif :

    1. Aktifitas berlebihan tanpa rasa kehilangan2. Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga3. Bermusuhan terhadap oang tertentu4. Depresi agitasi dg ketegangan, agitasi, insomnia, perasaan tidak berharga, rasa bersalah

    yang berlebihan, dan kecenderungan untuk bunuh diri.

    5. Hilang keikutsertaan dalam aktivitas keagamaan dan ritual yang berhubungan dg budayaklien

    6. Ketidakmampuan mediskusikan kehilangan tanpa menangis7. Rasa sejahtera yang salah.

    Contoh Diagnosa :

    a. Dukacita adaptif yang berhubungan dengan :1. Potensial orang terdekat yang dirasakan2. Potensial kehilangan kesejahteraan fisiopsikososial yang dirasakan3. Potensial kehilangan kepemilikan pribadi yang dirasakan

    b. Dukacita maladaptif yang berhubungan dengan :1. Kehilangan objek potensial atau aktual2. Rintangan respon berduka3. Tidak ada antisipasi terhadap berduka4. Penyakit terminal kronis5. Kehilangan orang terdekat

    c. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan berduka yang tidak selesai.d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan Respon

    dukacita tertahan.

    e. Perubahan koping keluarga berhubungan dengan :

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    19/22

    Loos and griving Page 19

    1. Preokupasi sementara oleh orang terdekat yang mencoba untuk menangani konflikemosional dan personal

    2. Menderita dan tidak mampu untuk menerima atau bertindak secara efektif dalamkaitannya dengan kebutuhan klien.

    f. Perubahan Proses Keluarga yang berhubungan dengan Transisi atau krisis situasig. Keputus asaan berhubungan dengan :

    1. Kekurangan atau penyimpangan kondisi fisiologis2. Stress jangka panjang3. Kehilangan keyakinan nilai luhur atau yang maha kuasa.

    h. Isolasi Sosial berhubungan dengan Sumber pribadi tidak adekuat.i. Disress Spiritual berhubungan dengan Perpisahan dari ikatan keagamaan dan kulturalj. Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan stress karena respon berduka

    3. INTERVENSI KEPERAWATAN

    a. Tahap denialBeri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi klien

    untuk melihat kebenaran..bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi a.l.

    melalui second opinion

    b. Tahap angerBantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan ketidak

    berdayaan..siapkan bantuan berkesinambungan agar klien merasa aman

    c. Tahap bargainingAsah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.. Bargaining

    sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhapap bayang-bayang dosa masa

    laluBantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang dirasakanapabila perlu refer ke

    pemuka agama untuk pendampingan.

    d. Tahap depresiKlien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan

    kesedihannya.Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    20/22

    Loos and griving Page 20

    e. Tahap menerimaKlien merasa damai dan tenang.dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna (self

    worth).berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan

    dengan pendampingan.fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan abadi

    4. EVALUASI

    1) Klien mampu mengkomunikasikan dan mengekspresikan dukacita.

    2) Pada perawatan menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat

    kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas hidupnya.

    3) Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dg dasar hasil spt penurunan nyeri, kontrol gejala,

    pemeliharaan funsi sistem tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan, dan

    ketenangan emosional.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    21/22

    Loos and griving Page 21

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    3.1 Kesimpulan

    Dalam melakukan pendekatan Perawat harus menjalin hubungan dan persahabatan yang

    sangat baik dengan lansia dalam perawatan menjelang kematian.Pada saat lansia memasuki

    keadaan yang terminal, perawat bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan mengenai

    kondisi mereka dan memastikan tingkat pengetahuan mereka mengenai kondisinya

    tersebut.Setiap informasi dapat dikumpulkan dalam suatu percakapan dengan individu dan dalam

    konsultasi keluarga.

    Perawatan tim paliatif merupakan perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistik

    (menyeluruh) terhadap lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh

    faktor fisiki, psikis, sosial, spiritual dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat

    dijamin tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu, kualitas karya dan kualitas

    perilaku serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya.

    Perawat.tim perawatan paliatif perlu dan harus memperhatikan serta mengacu kutipan

    Dame Cecely Saunders You matter because are you, you matter to the last moment of your life,

    and we will do all we can, not only to help you die peacefully, but to life until you die

    3.2 Saran

    Demikian sedikit tentang materi gerontik yang dapat saya bagikan kepada pembaca

    semoga bermanfaat bagi penbaca semua.saya selaku penulis artikel ini.Mohon maaf jika ada

    beberapa materi yang kurang sesuai ato masii banyak kekurangan nya Tentu masih banyak sekali

    kekurangan yang jauh dari sempurna.Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih

    sangat kami butuhkan.Saya ucapkan banyak terimakasih telah mengunjungi blog saya.Sekali lagi

    saya mohon maaf karena artikel ini jauh dari sempurna.

  • 8/12/2019 Gerontik Loos Griving

    22/22

    Loos and griving Page 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Martono, Hadi dan Krispranarka. 2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatric,Ilmu

    Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : Balai penerbit FK UI

    Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co

    Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication

    Pattison,Mansell (1977), The Experience of Dying, Englewood Cliffs:Prentice- Hall Inc.

    www.growthhouse.org, Grief,anger and loss : Improving care of the Dying

    http://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.

    html?zx=9d3d7f76549a3b0a

    http://wordlibraries.wordpress.com/2010/05/28/asuhan-keperawatan-kehilangan-

    kematian-dan-dukacita/

    http://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0a