Geron Tik

36
PENDAHULUAN Karena fisik lansia mulai mengalami kemunduran dan keterbatasan. Banyak penyakit yang diderita lansia, antara lain penyakit salah gizi (gizi kurang dan gizi lebih), diabetes mellitus, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, anemia, dan penyakit tulang. Lansia (orang dengan usia 60 tahun ke atas) biasanya tidak hanya menderita satu penyakit saja, tetapi bisa mengidap dua bahkan tujuh penyakit sekaligus. Dari sekian banyak penyakit, menurut Kepala Instalasi Geriatri RS Sanglah dr. R.A. Tuty Kuswardhani, Sp.PD., KGer. mengatakan hipertensi menduduki peringkat pertama. ''Hampir 70-80% lansia yang datang berkunjung ke Geriatri RS Sanglah menderita hipertensi,'' ujarnya. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Dari 50 juta kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskular, 39 juta terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, mengacu pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 mengenai pola penyakit pada para lanjut usia (lansia) khususnya usia 55 tahun ke atas, penyakit kardiovaskular juga menduduki peringkat pertama.

description

keperawatan

Transcript of Geron Tik

BAB I

PENDAHULUAN

Karena fisik lansia mulai mengalami kemunduran dan keterbatasan. Banyak penyakit yang diderita lansia, antara lain penyakit salah gizi (gizi kurang dan gizi lebih), diabetes mellitus, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, anemia, dan penyakit tulang. Lansia (orang dengan usia 60 tahun ke atas) biasanya tidak hanya menderita satu penyakit saja, tetapi bisa mengidap dua bahkan tujuh penyakit sekaligus.

Dari sekian banyak penyakit, menurut Kepala Instalasi Geriatri RS Sanglah dr. R.A. Tuty Kuswardhani, Sp.PD., KGer. mengatakan hipertensi menduduki peringkat pertama. ''Hampir 70-80% lansia yang datang berkunjung ke Geriatri RS Sanglah menderita hipertensi,'' ujarnya.

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Dari 50 juta kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskular, 39 juta terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, mengacu pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 mengenai pola penyakit pada para lanjut usia (lansia) khususnya usia 55 tahun ke atas, penyakit kardiovaskular juga menduduki peringkat pertama. Peningkatan tekanan darah arteri (hipertensi) merupakan kejadian yang sering didapati pada lanjut usia (lansia). Laporan baru-baru ini dari studi penyakit jantung Framingham telah menunjukkan bahwa setelah usia pertengahan dan lansia 90 % mengalami hipertensi di dalam sisa hidupnya. Pada umumnya, dengan bertambahnya usia maka tekanan darah akan bertambah tinggi, baik tekanan darah tertinggi (sistolik) maupun tekanan darah terendah (diastolik), tetapi tekanan darah diastolik akan menetap pada usia pertengahan dan kemudian akan menurun sejalan dengan pengerasan (kekakuan) pada dinding pembuluh darah arteri yang semakin bertambah, sedangkan tekanan sistolik akan meningkat terus. Pendapat dahulu menganggap bahwa hipertensi pada lansia tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya jika tekanan darah diturunkan. Memang pendapat ini didukung oleh bukti-bukti yang diamati dalam jangka pendek bahwa penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi seringkali diikuti dengan perburukan kekurangan oksigen pada jaringan otak (serangan iskemik otak sepintas), berkurangnya fungsi ginjal dan meningkatnya serangan nyeri dada (angina). Akan tetapi pada akhir-akhir ini dari penelitian ternyata bahwa hipertensi pada lansia merupakan salah satu risiko yang paling penting untuk terjadinya komplikasi-komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh darah serta strok, dan risiko tersebut menjadi lebih penting dengan adanya faktor risiko lainnya seperti merokok, kegemukan, penyakit kencing manis dan lain-lain, sehingga hipertensi memerlukan penanganan yang tepat dan segera.

Dengan semakin banyaknya orang-orang yang dapat mencapai lansia maka beban komplikasi-komplikasi hipertensi semakin meningkat kecuali jika hipertensi ditangani secara efektif pada sebahagian besar populasi. Demikian pula, biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat akan meningkat karena biaya di dalam penanganan komplikasi-komplikasi hipertensi mencapai beberapa kali lebih besar dibandingkan biaya penanganan hipertensi tanpa komplikasi.

Meskipun penanganan hipertensi telah jelas memberikan manfaat, tetapi dari suatu survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rata-rata hanya 1 dari setiap 4 orang penderita hipertensi yang terkontrol tekanan darahnya dengan baik, sedangkan setengahnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita hipertensi atau mengetahui mereka penderita hipertensi tetapi tetap tidak berobat. Oleh karena itu, perlu penanganan hipertensi pada lansia, karena sangat membantu di dalam mengurangi komplikasi-komplikasi yang akan terjadi. (www.waspada.co.id)

BAB ITINJAUAN PUSTAKAA. Anatomi Jantung

Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-paru. Daerah di pertengahan dada di antara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut perikardium. Perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan: lapisan dalam disebut prikardium viseralis dan lapisan luarnya disebut pericardium parietalis. Kedua lapisan perikardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri. Perikardium peritalis melekat pada tulang dada di sebelah depan, dan pada kolumna vertebralis di sebelah belakang, sedangkan ke bawah pada bagian diafragma. Perikardium viseralis langsung melekat pada permukaan jantung. Jantung itu sendiri terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel yang disebut endokardium.

Ruangan jantung bagian atas (atrium) secara anatomi terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah (ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katup jantung terletak dalam cincin ini. Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi: vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.

Jantung memiliki dua jenis katup jantung yaitu atrioventrikularis dan semilunaris. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Katup yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respons terhadap perubahan tekanan dan aliran darah.

Proses Penuaan Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan, dan menjadi manusia lanjut usia ( lansia ) yang SEHAT merupakan suatu RAHMAT

Ada dua terminologi mengenai usia lanjut yaitu yang berdasarkan usia kronologik dan usia biologik. Terminologi biologik sebenarnya yang lebih bermakna didalam penanganan masalah usia lanjut. Secara kronologik perjalanan hidup manusia terdiri dari beberapa masa yaitu : masa bayi (0-1 tahun), pra sekolah (6-10 tahun), masa pubertas (10-20 tahun), dewasa muda (20-30 tahun), masa setengah renta (50-65 tahun), masa usia lanjut (>65-74 tahun), medium old (74-84 tahun) dan tua renta (old-old : > 84 tahun). Secara biologik proses penuaan manusia terbagi dalam 3 fase : yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase pematangan (maturasi) dan fase penurunan.

Proses biologik baik yang sifatnya menua normal maupun karena penyakit, akan mempunyai dampak / berakibat kemunduran atau disfungsi pada sistem dan subsistem organ tubuh manusiaProses penuaan fisik berlangsung sejak lahir dengan kecepatan berbeda antaa masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. Kuantitas dan kualitas disfungsi tiap organ akan saling berpengaruh pada sistem faali dan struktur lainnya. Seiring dengan pertambahan umur, apa lagi memasuki masa lanjut usia (lansia), terjadi berbagai perubahan pada tubuh. Penuaan identik dengan degenerasi (penurunan fungsi) berbagai jaringan dan organ tubuh, sehingga tubuh lebih rentan terhadap berbagai faktor yang dapat menyebabkan penyakit. Penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh penurunan fungsi jaringan atau organ tubuh kerap disebut penyakit degeneratif, seperti misalnya penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Hipertensi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering diserita oleh para lansia.

Penuaan mengubah metabolisme tubuh, yang antara lain menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan perubahan pola makan. Jika dibandingkan dengan orang yang lebih muda, lansia cenderung memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih besar. Komponen massa tubuh berupa lemak membutuhkan energi yang lebih sedikit untuk memeliharanya dibandingkan massa tubuh berupa otot. Dengan demikian, jika lansia makan dengan kuantitas yang sama seperti orang yang masih muda, maka kecenderungan untuk menjadi gemuk (obesitas) menjadi lebih besar. Aktivitas fisik yang cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia juga mempertinggi risiko terjadinya kegemukan. Oleh sebab itu, lansia sebaiknya mengurangi jumlah kalori yang masuk.Aspek medik di dalam klinik masalah peredaran darah usia lanjut dapat berupa: Disini organ jantung dan pembuluh darah memegang faktor penting selain kualitas darahnya sendiri. Pada usia lanjut terjadi penebalan dinding pembuluh (atherosclerotis) dan iregularitas lumen. Fibrosis otot jantung dan penebalan katup, sehingga akan berpengaruh pada kinerja jantung sebagai pemompa darah. Sirkulasi darah sebagai sarana transportasi oksigen keseluruhan organ tubuh akan mengalami gangguan dan sirkulasi darah tersebut semakin memburuk bila terdapat hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus dan meningkatnya agregasi darah. Didalam klinik manifestasinya seperti stroke, penyakit jantung koroner dan hipertensi-artostatik.

Defenisi

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan sistolik diatas 90 mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah arteri (hipertensi) merupakan kejadian yang sering didapati pada lanjut usia (lansia). Laporan baru-baru ini dari studi penyakit jantung Framingham telah menunjukkan bahwa setelah usia pertengahan dan lansia, 90% mengalami hipertensi di dalam sisa hidupnya. Apa yang mesti dilakukan para lansia menghindari hipertensi? Mengapa begitu penting penanganan hipertensi pada lansia.Menurut data, ada ahli yang menyatakan hipertensi terjadi pada lansia usia 64-74 tahun sebanyak 57 persen laki-laki dan 61 persen perempuan. Pada lansia usia 77 tahun atau lebih sebanyak 64 persen laki-laki dan 77 persen perempuan. Mereka ternyata menderita hipertensi dengan tekanan 140/90 mmHg atau lebih.

Jenis-jenis Hipertensi pada Usia LanjutBerdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan :

Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12 % penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insidensi meningkat dengan bertambahnya umur.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), terdapat antara 12-14 % penderita diatas 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan bertambahnya umur.

Hipertensi sisitolik-diastolik terdapat pada 6-8 % penderita usia > 60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.Disamping itu terdapat pula hipertensi sekunder yang diakibatkan oleh obat-obatan, gangguan ginjal, endokrin, berbagai penyakit neurologik dan lain-lain.

EtiologiHipertensi dapat dipengaruhi akibat :

Faktor keturunan

Besarnya asupan garam sehari-hari (mengandung natrium)

Stres

Kegemukan

Kondisi jalan darah sendiri. Lapisan jalan darah yang bernama endotel dapat mengalami perubahan yang buruk akibat radang

Lemak darah terlalu tinggi terutama LDL Cholesterol dan trigliserid

Asam urat yang tinggi

Faktor usia.

Merokok Penyakit kencing manis (DM)Hipertensi pun dapat disebabkan oleh hal lain sehingga disebut hipertensi sekunder. Penyakit penyebabnya misalnya tumor pada kelenjar adrenalin, kelainan ginjal, mengonsumsi pil kontrasepsi, dan lain-lain.

Patogenesis Hipertensi LansiaData dari studi Framingham dan beberapa penelitian lainnya membuktikan adanya peningkatan yang terus menerus dari tekanan sistolik selama seseorang hidup. Dengan bertambahnya usia maka kejadian hipertensi meningkat. Pada usia 30-49 tahun, didapati peningkatan tekanan sistolik, diastolik dan tekanan arteri rata-rata, yang disebabkan meningkatnya tahanan pada dinding pembuluh darah. Pada usia 50-60 tahun, tekanan diastolik mulai berkurang, sedangkan tekanan sistolik terus meningkat, yang kemungkinan disebabkan adanya kekakuan dinding arteri-arteri besar yang bertambah pada usia pertengahan dan lansia. Pada keadaan selanjutnya, hipertensi merupakan sebab dan akibat ibarat ayam dengan telur sulit menentukan yang mana yang lebih dahulu, karena hipertensi menyebabkan meningkatnya kekakuan dinding arteri, sedangkan kekakuan dinding arteri sebaliknya menyebabkan hipertensi.

Tekanan darah yang terkontrol dengan baik pada lansia adalah jika tekanan sistolik < 140 mmHg dan tekanan diastolik < 90 mmHg (< 140 / 90 mmHg). Oleh karena itu, berdasarkan perubahan tekanan darah akibat proses menua yang telah diuraikan di atas maka hipertensi pada lansia bahkan pada mereka yang berusia > 50 tahun sering hanya berupa peningkatan tekanan sistolik (> 140 mmHg), sedangkan tekanan diastolik tidak meningkat (< 90 mmHg) bahkan menurun. >>

Kebanyakan penderita hipertensi pada lansia disertai penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit kencing manis, penyakit jantung koroner, gagal jantung, strok, penyakit penyempitan pembuluh darah misalnya pada tungkai, peningkatan kolesterol darah dan lain-lain. (www.waspada.co.id). Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut terutama adalah:

Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi-glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia makin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja (ISH).

Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimia lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatnya proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.(Budi darmojo, 2004)

Perubahan stuktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung-jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

Pada lansia terjadi beberapa perubahan-perubahan pada pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya hipertensi: Perubahan-perubahan pada struktur dan fungsi pembuluh darah : sifat elastis dari pembuluh darah menjadi berkurang dan kejadian aterosklerosis (kekakuan dinding pembuluh darah arteri) semakin meningkat, sehingga pembuluh darah menjadi terganggu untuk melebar. Selain daripada itu, reflex baroreceptor yang terdapat pada dinding jantung dan pembuluh darah yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan darah telah berkurang kemampuannya untuk mempertahankan tekanan darah jika seseorang berada dalam posisi tegak.

Kekakuan dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah sehingga aliran darah yang dialirkan ke jaringan dan organ-organ tubuh menjadi berkurang, dan sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik agar aliran darah ke jaringan dan organ-organ tubuh tetap mencukupi.

Ginjal : berkurangnya sel-sel ginjal (nefron) yang masih utuh yang diperkirakan tinggal setengahnya akibat proses menua menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat yang melewatinya akan berkurang sehingga kemampuan ginjal untuk mengeluarkan natrium yang berlebihan di dalam tubuh telah berkurang yang merupakan salah satu faktor yang berperanan untuk terjadinya hipertensi. (www.waspada.co.id)

Tanda dan GejalaUntuk mendiagnosis hipertensi, ternyata tak hanya dapat diketahui dari gejalannya saja. Pasalnya menurut dr Probosuseno SpPD --dari Subbagian Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada-- gejala hipertensi kebanyakan tidak jelas (tidak dirasakan).

Ada penderita yang mengeluh tengkuknya kaku, nyeri kepala, mual, atau muntah. Bahkan yang ditakutkan adalah jika tensi sangat tinggi tanpa sinyal, langsung tidak sadar, kemudian sesudah itu lumpuh badan separuh atau bisu. Resiko terburuk adalah meninggal dunia.

Jadi cara mengetahui tekanan darah Anda, tentu saja harus diukur dengan tensimeter. Tekanan darah ini dipengaruhi banyaknya curah jantung (besarnya volume darah yang dipompakan oleh jantung).

Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult). Seringkali yang terlihat adalah gejala akibat penyakit, komplikasi atau penyakit yang menyertai. Pasien biasanya datang ke dokter karena 3 alasan di bawah ini :

Peningkatan tekanan darah itu sendiri.

Penyakit vaskular hipertensi ( sakit jantung, stroke dan lain-lain)

Penyakit yang menjadi penyebab yang mendasari, dalam hal ini hipertensi sekunder

Diagnosis seringkali juga didapatkan pada waktu mengadakan asesmen geriatri atau general check-up. Yang penting apabila adanya hipertensi sudah terdeteksi dengan tatacara pemeriksaan yang baik dan benar, pemeriksaan menyeluruh (asesmen geriatrik) pada penderita harus dikerjakan (fisik, sosial-ekonomi, psikologik dan lingkungan) sehingga penatalaksanaan berkesinambungan pada penderita dapat dikerjakan. Berbagai pemeriksaan penunjang dan laboratorium yang penting misalnya fungsi ginjal dan saluran kemih, diantaranya ada-tidaknya pembesaran prostat,jantung, fungsi hati, paru, kadar elektrolit darah,disamping pemeriksaan laboratorium rutinManifestasi KlinisAlat untuk mengukur hipertensi adalah tensimeter. Alat ini mencatat sistolik dan diastolik.

Sistolik adalah suara pertama yang terdengar keras dan tajam saat arteri mulai terbuka dan terjadi turbulensi aliran darah, ini disebut fase 1 Korotkow. Sedangkan diastolik adalah saat suara menghilang karena arteri sudah tidak tertekan lagi, ini disebut fase 2 Korotkow. Disebut hipertensi bila sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.

Hipertensi dibagi dua stadium yaitu: Stadium 1 bila sistolik 140-159 mmHg dan atau diastolik 90-99 mmHg; Stadium 2 bila sistolik sama atau lebih besar dari 160 mmHg dan atau diastolik sama atau lebih besar dari 100 mmHg. Ada istilah prehipertensi yaitu jika sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg. Ini dimaksudkan agar orang sadar akan risiko terjadinya hipertensi. Menurut Probo, Isolated Systolic Hypertension (sistoliknya tinggi di atas normal tetapi diastoliknya normal) sangat banyak terdapat pada usia lanjut. Sebagian disebabkan oleh menurunnya kelenturan aorta dengan cabang-cabangnya.

Penatalaksanaan

Adapun prinsip pengelolaan masalah medik usia lanjut harus dilaksanakan secara komprehensif interdisiplin keilmuan. Selain itu, faktor penyebab masalah harus di teliti secara akurat dan ditentukan adanya hubungan antar fungsi organ/sistem yang terkain.

Adalah sangat penting untuk memilih tindakan terapi yang efektif, rendah resiko/efek samping dan terjangkau atau murah. Sedangkan peran dikembangkan pada berbagai tindakan yaitu di keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan nursing home. Kiat preventif dan promotif perlu di kembangkan bukan untuk mencegah tambahnya usia, tetapi guna meminimalkan kemunduran fungsi organ dan mencegah komplikasi morbiditas dan handicap. Pengembangan program rehabilitasi fisik dan mental, serta program aktivitas psikososial sangat penting dalam menjaga kualitas hidup sebagai individu dan anggota masyarakat

Penatalaksanaan hipertensi hendaknya dimulai dengan memperbaiki gaya hidup, yaitu dengan mengatur diet (makanan rendah garam dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal), latihan jasmani yang teratur sepanjang tidak bertentangan dengan keadaan atau penyakit yang dialami penderita, menghentikan kebiasaan merokok, menghentikan minum kopi dan alkohol. Jika hal-hal tersebut berhasil di dalam mengontrol tekanan darah maka mungkin tidak memerlukan obat-obat anti hipertensi ataupun hanya membutuhkan obat-obat dengan takaran yang minimal, sedangkan jika memperbaiki gaya hidup yang dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama tidak berhasil maka obat anti hipertensi yang sesuai perlu diberikan. Selain daripada itu, pada mereka yang telah didapati komplikasi-komplikasi maka pemberian obat anti hipertensi perlu segera dimulai.

Di dalam pemilihan obat-obat anti hipertensi yang akan digunakan pada lansia hendaknya juga memperhatikan bahwa lansia mempunyai beberapa perbedaan dengan orang dewasa muda, antara lain pada lansia kekakuan dinding pembuluh darah meningkat, fungsi ginjal yang berkurang, sering hipertensi disertai penyakit-penyakit lainnya yang mempengaruhi pemilihan jenis obat anti hipertensi.Pada umumnya hampir semua golongan obat anti hipertensi dapat digunakan pada lansia, akan tetapi jika tidak didapati komplikasi-komplikasi dari hipertensi dan sepanjang dapat diberikan maka sebaiknya digunakan golongan obat diuretik (obat yang meningkatkan pengeluaran air seni) atau penyekat beta maupun kombinasinya. * dr.Pirma Siburian Sp PD, S IP, SH, CN, dokter spesialis penyakit dalam yang mendalami penyakit lansia/Geriatri ()(www.waspada.co.id)

Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai penyakit komorbid / penyakit lain yang menyertainya pada orang itu karena penyakit lain yang menyertai sangat erat kaitannya dengan penatalaksanaan secara keseluruhan

Target pengobatan penyakit hipertensi ini bukan hanya menurunkan tekanan darah tetapi juga yang terpenting adalah menurunkan angka kesakitan/morbiditas dan angka kematian/mortalitas penyakit jantung pembuluh darah dan penyakit ginjal Untuk mencapai target seperti yang disebut di atas, pemberian obat anti hipertensi bukanlah satu-satunya modalitas pengobatan.

Ada beberapa faktor non farmakologis ( non obat-obatan) yang harus diperhatikan. Faktor Non-farmakologis ini disebut juga Lifestyle modification/ modifikasi gaya hidup yang meliputi :

1. Menjaga berat badan ideal.

Untuk mengukur BB ideal biasanya memakai nilai BMI/ Body Mass Index yaitu nilai dari BB dalam kg dibagi dengan kuadrat TB dalam meter.Nilai normalnya 18,5 24,9. Bila melihat TB dan BB Bapak, nilai BMInya masih tergolong normal.

2. Membatasi alcohol.

3. Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.

4. Mengurangi asupan natrium/garam.

5. Mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium yang adekuat.

6. Berhenti merokok.

7. Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

Sedangkan untuk faktor farmakologis / obat obatan, tentunya harus sepengetahuan dokter Bapak untuk memilihkannya yang disesuaikan dengan kondisi tubuh. Bagi penderita hipertensi kepatuhan terhadap 3J (jenis obat yang diminum, Jumlah obat, dan jadual minum obat ) juga harus diperhatikan. Semoga keterangan ini bermanfaat. (kaltimpos.com)Pengobatan farmakologis:

Pengobatan dapat tunggal dan dapat pula kombinasi, tergantung penyakit atau keadaan pasien. Kombinasi obat dapat lebih dari tiga jika keadaan memaksa. Bila pasien menderita diabetes mellitus, pascaserangan jantung koroner, stroke berulang, gagal jantung, sakit ginjal, penyakit paru obstruksi menahun dan lain-lain atau kerusakan yang ada pada organ utama, diperkirakan sulit dicapai dengan obat tunggal. Pengobatan hipertensi pada lansia pada umumnya semua dapat digunakan, tetapi sebaiknya jika tidak ada kontraindikasi dan komplikasi adalah diuretik thiazide atau dengan kombinasi beta blocker. Jika ada kelainan prostat pilihannya adalah alfa blocker. Jika asam urat tinggi, diuretik thiazide tidak dianjurkan.

Dosis obat biasanya dimulai dengan dosis kecil dan jika belum baik dapat dinaikkan perlahan-lahan (start low go slow).

Penurunan tensi pada lansia harus pelan-pelan, target sekitar 140/90 mmHg ternyata dapat menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian akibat stroke dan serangan jantung koroner.

Hati-hati penggunaan obat-obatan yang bersifat menaikkan tensi (kortikosteroid, kontrasepsi oral, NSAID, antidepresan trisklik, ergot alkaloid, amfetamin, ekstasi, carbenoxole, dan obat anti influensa di pasaran).

Golongan yang kontra menyatakan bahwa penurunan tekanan darah pada hipertensi lansia justru akan menyebabkan kemungkinan terjadinya trombosis koroner, hipotensi postural dan penurunan kualitas hidup.

Sasaran tekanan darah yang harus dicapai

Pedoman Standard Diabetisi Lansia Dirumah/MTDA

JNC VI