Gereja Gedangan2

20
Gereja Gedangan, itulah nama sebuah gereja yang sering disebut-sebut oleh banyak orang Katolik di Kota Semarang, di mana sebenarnya memiliki nama Gereja Paroki Santo Yusup. Gereja pertama di Semarang ini sering disebut dengan Gereja Gedangan karena gereja ini terletak di Jalan Ronggowarsito yang dulunya bernama Gedangan. Gereja Gedangan ini sampai sekarang masih terus aktif dan terlibat dalam kehidupan bergereja meskipun sekarang gereja ini bisa dikatakan semakin menurun karena banyaknya factor yang tidak mendukung “kelangsungan hidup” gereja ini. 1. Sejarah Singkat Ada sedikit cerita dibalik pembangunan Gereja Santo Yusup Gedangan, yakni berikut ini sejarah singkatnya : Pada tanggal 20 September 1843 tahta suci mengangkat Betawi menjadi vikariat Apostolik. Sebagai Vikaris Apostolik diangkat Mgr. J. groof. Beliau dipindahkan dari Suriname dan tiba di Indonesia pada 21 April 1845. Segera timbul konflik dengan pemerintah kolonial yang tidak biasa berurusan dengan pejabat-pejabat gereja yang tidak diangkat oleh 1

Transcript of Gereja Gedangan2

Page 1: Gereja Gedangan2

Gereja Gedangan, itulah nama sebuah gereja yang sering disebut-sebut

oleh banyak orang Katolik di Kota Semarang, di mana sebenarnya memiliki

nama Gereja Paroki Santo Yusup. Gereja pertama di Semarang ini sering

disebut dengan Gereja Gedangan karena gereja ini terletak di Jalan

Ronggowarsito yang dulunya bernama Gedangan. Gereja Gedangan ini sampai

sekarang masih terus aktif dan terlibat dalam kehidupan bergereja meskipun

sekarang gereja ini bisa dikatakan semakin menurun karena banyaknya factor

yang tidak mendukung “kelangsungan hidup” gereja ini.

1. Sejarah Singkat

Ada sedikit cerita dibalik pembangunan Gereja Santo Yusup Gedangan,

yakni berikut ini sejarah singkatnya :

Pada tanggal 20 September 1843 tahta suci mengangkat Betawi menjadi

vikariat Apostolik. Sebagai Vikaris Apostolik diangkat Mgr. J. groof. Beliau

dipindahkan dari Suriname dan tiba di Indonesia pada 21 April 1845. Segera

timbul konflik dengan pemerintah kolonial yang tidak biasa berurusan dengan

pejabat-pejabat gereja yang tidak diangkat oleh pemerintah sendiri dan masih

berpegang pada peraturan lama yang menentukan bahwa “hanya imam yang

diangkat dengan kepuasan pemerintah diakui sah dan boleh memimpin upacara

keagamaan di muka umum.”

Mgr. Grooff segera mulai menertibkan keadaan gereja dengan

memberhentikan beberapa pastor yang hidupnya tidak pantas sebagai seorang

imam. Salah seorang pastor dipecat adalah Pastor A. Grube, yang pada waktu

itu menjadi pastor di Semarang (1832-1845). PGPM Semarang menerima

keputusan itu dan segera menutup gereja dan menyegel tabernakel. Tetapi

pemerintah ternyata tidak mengakui pemecatan itu. Maka oleh pastor Grube

gereja dapat dibuka lagi. Namun sebagian besar uamat tidak mau mengikuti lagi

misa yang dipersembahkan oleh Pastor Grube. Dengan adanya peristiwa antara

1

Page 2: Gereja Gedangan2

pemerintah dengan Mgr. Grooff semakin meruncing. Dalam bulan Februari

1846 Mgr. Grooff dipaksa meninggalakan Indonesia. Akhirnya Raja Willem II

di Belanda yang cukup liberal turun tangan. Ia membenarkan tindakan-tindakan

mgr. Grooff dan mengharuskan imam-imam yang dipecat untuk pulang ke

Nederland. Juga Pastor Grube pulang ke Belanda. Setibanya di situ ia

melepaskan jubahnya dan kawin. Dengan demikian di seluruh Indonesia hanya

tinggal satu imam, yaitu Pastor Staal, Pr. Di kota

Padang.

Baru pada tanggal 17 Oktober 1846 Semarang mendapat pastor lagi,

yaitu Pastor H. van der Grinten, Pr. (1847-1854). Dalam tahun 1848 Mgr.

Vrancken, pengganti Mgr. Grooff, datang dari Betawi mengunjungi Semarang

dan menyatakan harapannya supaya di Semarang segera dibangun gereja yang

layak. Tetapi untuk itu dibutuhkan tanah dan modal. Pastor J. W. Sanders, Pr.

(1854-1858) mulai mencari tanah, pertama-tama di Heerenstraat (sekarang Jl.

Jend. Suprapto), tetapi gagal. Kemudian dia berhasil membeli tanah di Jl.

Cendrawasih, yaitu sebelah selatan Komedi ( bangunan yang sampai sekarang

masih ada, walaupun dalam keadaan terlantar). Tanah yang dulu dibelinya

sekarang menjadi Cendrawasih 23 dan ditempati oleh PT EMKL Marabunta.

Seorang arsitek segera membuat rencana untuk pembangunan gereja, tetapi

tidak pernah dilaksanakan karena keterbatasan uang. Sebagai langkah sementara

untuk menambah tempat di tempat ibadah darurat di Taman Sri Gunting, Pastor

Sanders melepaskan lantai atasnya dan ia sendiri pindah ke rumah lain. Pastor

berikut yang berada di Semarang adalah Mgr. J. Lijnen, Pr. (1858-1882). Dalam

bulan Oktober 1859 G.G mengunjungi Semarang dan sempat melihat keadaan

gereja darurat yang tidak memenuhi syarat itu, lalu menawarkan subsidi dari

pemerintah. Tetapi subsidi baru turun 10 tahun kemudian, dalam tahun 1869,

sebanyak f. 50.000.

Pada waktu itu PGPM sudah berhasil membeli sebidang tanah di sebelah

timur ja;an yang dulu dinamakan Zeestraat, kemudian kloosterstraat, lalu

Gedangan, dan sekarang Jalan Ronggowarsito. Arsitek W.I. van Bakel sudah

diberi tugas mebuat rencana pembangunan gereja dan umat sudah mulai

mengumpulkan batu bata. Kemudian kurang lebih 650 pancang dimasukkan ke

dalam yang kurang keras untuk menahan bangunan besar itu. Diatas pancang-

pancang itu dibuat fondasi daei batu kali serta lantai.

2

Page 3: Gereja Gedangan2

Batu pertama diletakkan oleh Pastor Lijnen pada 1 Oktober 1870. Dalam

itu ia didampingi oleh pastor P.J. den ouden yang sudah sejak 1848 tinggal di

Semarang sebagai Pastor pembantu. Peristiwa itu disaksikan oleh semua

pengurus gereja, arsitek,para suster, dan anank-anak dari panti asuhan. Beberapa

lama pembangunan terhenti karena panitia kehabisan uang. Lalu diteruskan lagi

sedikit demi sedikit. Dalam tahun 1873 usuk-usuk atapnya sudah mulai

dipasang. Tetapi pada 12 mei jam 8.30 sekonyong-konyong atapnya runtuh,

karena tiang-tiang di sebelah kanan kurang kuat. Menurut sumber lain, karena

kualitas batu bata yang dipakai kuarang baik, maka tembok sebelah kiri runtuh.

Syukurlah dalam musibah itu tidak ada korban. Setelah peristiwa itu tembok-

tembok dibangun kembali dengan batu bata yang diimpor dari Belanda, tetapi

gereja dibuat lebih rendah daripada rencana semula. Kapal-kapal Belanda sering

dating ke Indonesia dalam keadaan kosong. Lalu, supaya kapal-kapal itu tidak

terlalu ringan sehingga diombang-ambingkan gelombang laut, diisi saja dengan

batu bata. Di pelabuhan batu bata itu dijual dengan harga murah.

Ubin lantai merupakan sumbangan dari perusahaan keramik ragout di

Maastricht, Nederland. Tadinya direncanakan ujung menara berwujud lancip

dan tinggi. Tetapi akhirnya tidak jadi dilaksanakan karena bahaya gempa bumi.

Meskipun demikian, dalam buku karangan Pater A.I. van Aernsbergen, S.J.

tentang sejara gereja di Indonesia, yang diterbitkan tahun 1934, ditulis, “Gereja

ini, yang dibangun dengan gaya gotik sedikit serta diberi menara yang tegap,

sampai lama merupakan salah satu gereja paling bagus di Indonesia, dan

sekarang pun pantas dilihat, berkat polykromi (pengecatan berwarna banyak)

indah yang dibuat oleh Pastor van Hout S.J sekitar tahun 1900. Gereja ini dapat

memuat sekitar 800 orang.” Sebenarnya kalu kita ingin mendpat kesan tentang

bagaimanakah gaya gotik (lebih tepatnya gaya neo gotik) kita lebih baik melihat

kapel susuteran Gedangan.

Gereja Gedangan dengan Santo Yusup sebagi pelindungnya diresmikan

pada tanggal 12 Desember 1875 dan diberkati oleh Pastor Mgr. J. Lijnen.

Seluruh pembangunannya menghabiskan biaya f. 110.000. Biaya itu didapat

dari subsidi, dari pengumpulan dana terus-menerus, juga di kota-kota lain di

Indonesia, dari lotre dan akhirnya dari hasil penjualan tanah di Jalan

Cendrawasih yang tidak jadi dipakai untuk gereja serta penjualan gereja lama di

taman Srigunting, Pembangunan tidak meninggalkan utang.

3

Page 4: Gereja Gedangan2

Tak lama kemudian kesehatan Pastor Lijnen mulai menurun dan beliau

akhirnya meninggal di Ungaran pada tanggal 10 juni 1882 di usia 67 tahun. Atas

permintaan umat katolik Semarang ia dimakamkan di kerkop Kobong pada 17

Juni 1882. Diatas makamnya didirikan tugu persegi empat dari marmer. Di

bagian depan terlihat potret Pastor Lijnen sendiri, di sebelah kiri dan kanan

relief gereja di Padang dan Semarang yang telah dibangunnya, dan di bagian

belakang Pastor Lijnen terlihat dikerumuni anank-anak yatim piatu, yang telah

mendapat perhatian begitu besar oleh Beliau. Pada tahun 1976 sebenarnya dari

pihak Gereja Gedangan berencana untuk memindahkan makam Pastor Lijnen di

kerkop Kobong karena kerkop Kobong akan ditutup. Tetapi pada hari-hari

berikutnya ternyata batu-batu marmer itu sudah diambil orangdan tidak pernah

ditemukan lagi. Sedangkan jenazah Mgr. Lijnen segera dipindahkan di kuburan

Girisonta, Ungaran.

Dalam tahun-tahun sesudah peresmiannya, Gereja Gedangan diperindah

terus. Pada tahun 1880 didirikan altar baru model gotik, yang dibuat di kota

Duesseldorf, Jerman, dan sekarang masih dipakai sebagai altar Sakramen

mahakudus. Pada tahun 1882 dibuat bangku komuni, tetapi sejak Konsili

Vatikan II tidak dipakai lagi. Pada tahun yang sama menara dilengkapi dengan

jam dan dua lonceng. Kemudian jendela-jendela dihias dengan kaca berwarna

(stained glass). Bangku-bangku yang sekarang digunakan dibuat pada tahun

1885. Pada tahun 1903 didirikan organ pipa dan dipasang juga gambar-gambar

jalan salib.

Itulah sejarah singkat pembangunan Gereja Gedangan yang sampai kini

masih aktif dalam pelayanan umat Katolik

2. Seputar Gereja Gedangan

Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan Romo Markus Irwan

Susiananta akrab dipanggil Romo Irwan, salah satu romo di Gereja Gedangan

yang mulai mengabdikan dirinya di Gereja Gedangan sejak 1 Oktober 2003.

Penulis mendapatkan begitu banyak wawasan tentang Paroki Gedangan dimana

Penulis tempati. Banyak sekali suka maupun duka yang Romo Irwan rasakan

selama dia menjadi romo. Sukanya adalah bahwa Beliau bisa menjadi lebih aktif

karena di Gereja Gedangan banyak sekali kegiatan yang bisa Beliau lakukan

baik intern atau ekstern gereja. Dukanya ialah ketika Beliau dipindahkan ke

4

Page 5: Gereja Gedangan2

Paroki lain, Beliau harus berusaha untuk beradaptasi lagi, tetapi bagi Dia hal itu

merupakan hal biasa yang pasti setiap orang biasa rasakan.

Gereja Gedangan yang diresmikan tanggal 12 Desember 1976 ini

memiliki luas wilayah yang bisa dikatakan sangat besar (tidak bisa

dipublikasikan). Di dalam perkembangannya gereja ini memiliki jumlah stasi

satu dengan terdapat 13 wilayah yang membawahi 59 lingkungan, di mana

setiap wilayahnya biasanya membawahi 4-6 lingkungan. Di samping itu, pada

gereja ini kita masih bisa menemukan adanya etnik budaya Jawa dikarenakan

sebagian besar umatnya adalah orang-orang Jawa dan yang cukup bisa

membanggakan lagi dari gereja ini adalah umatnya yang berjumlah cukup

banyak sekitar 12.000 orang dengan keadaan ekonomi kebanyakan kelas

menengah ke bawah, di mana sebagian besar pekerjaannya adalah buruh.

Menurut pendapat Bpk. Wahono, salah seorang umat yang bekerja di SD

Marsudirini Gedangan (depan Gereja Gedangan) ini. Beliau sangat senang bisa

ikut dalam umat Paroki Gedangan , karena banyak sekali item kegiatan yang

bisa diikuti seperti koor, lector, dll, serta hubungan antara umat dengan paroki

sangat akrab sekali. Juga saat Beliau melihat dari segi keterlibatan SD

Marsudirini Gedangan yang Beliau bekerja di dalamnya, Beliau sangat senang

karena dari pihak paroki mau memberi kesempatan pada SD Marsudirini

Gedangan untuk ikut swerta dalam pelayanan gereja. Hal itu sering diwujudkan

dalam bentuk mengirimkan wakil dari murid untuk berpatisipasi dalam kegiatan

seperti koor, lector, misdinar, dll. Beliau sebagai umat terkadang juga

menemukan adanya umat yang tidak bisa atau tidak mau ikut aktif dalam

kegiatan kegerejaan. Tetapi menurut Beliau kesemua hal itu bisa dimaklumi

karena biasanya masalah tersebut disebabkan adanya kawin campur atau beda

agama serta kesibukkan setiap pribadi orang yang pastinya berbeda-beda satu

sama lainnya. Dan saran Beliau masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan

adanya saling pengertian antara pasangan yang kawin campur (beda agama)

serta dapat membagi waktu bagi mereka yang sibuk sehari-harinya.

Itulah isi secara umum Gereja Gedangan menurut Romo Irwan selaku

perwakilan romo di Gereja Gedangan dan juga Bapak Wahono mewakili umat

di Keparokian Gedangan Semarang.

5

Page 6: Gereja Gedangan2

3. Struktur Dewan Paroki

Di dalam suatu organisasi tentu saja ada suatu struktur yang menopang

system kerja organisasi tersebut, yang mana bila di paroki sering disebut dengan

Dewan Paroki. Maka berikut inilah skema struktur Dewan Paroki Gereja

Gedangan.

Ketua Umum (Pastor Kepala)Wakil Ketua Umum (Pastor Pembantu)

Pengurus Harian Ketua I,II,III (ketua)(awam)Sekretaris I+IIBendahara I+IIPengurus Stasi

Dewan Paroki Inti Korwil (sejauh ada)Anggota yang ditunjuk

Ketua-ketua Seksi-seksiKetua-ketua Wilayah-wilayahatau dan Stasi-stasi

Dewan Ketua-ketua/ Pamong-pamong/ Lingkungan-Paroki Pleno

lingkungan/dan Kring-kring

Wakil-wakil dari (sejauh ada):Organisasi-organisasi,biara-biara,karya pstoral profesional,karya pastoral karitatif,tokoh-tokoh lain.

Catatan :

1. De fakto di keuskupan Agung Semarang pada garis besarnya sudah

terdapat 3 macam type paroki, yakni :

Paroki tanpa stasi: kebanyakan paroki dalam kotamadya.

Paroki dengan stasi: kebanyakan paroki pinggiran kota dan paroki desa.

Paroki berentuk semacam federatif, yakni terdiri dari beberapa stsi uang

mempunyai kedudukan sejajar. Bila bentuk ini karena situasi khusus dirasakan

dan dialami sebagai bentuk yang paling baik berfungsi, dapat terus

6

Page 7: Gereja Gedangan2

diperkembangkan dengan catatan Pastor Kepala ex officio menjadi Ketua

Umum untuk Dewan masing-masing stasi.

Di Gereja Gedangan terdapat juga skema/bagan kepengurusan Paroki

Gedangan yang lebih detail, di mana dalam skema berikut ini digambarkan

struktur setiap seksi-seksinya. Berikut adalah skema kepengurusannya

berdasarkan beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja Gedangan.

KETUA UMUM

WAKIL KETUA UMUM

KETUA I-KETUA II-KETUA III `

SEKRETARIS I-SEKRETARIS II STASIBENDAHARA I-BENDAHARAII

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI WILAYAH WIL.

PEWARTAAN LITURGI P. S. E. P. K. K. K. KHUSUS

LINGKUNGAN LINGK.

Sub seksi Sub seksi Sub seksi Sub seksi KelompokPen.

Sakramen Pro Diakon Pen. Non Hub. AntarSanta

Monica

Sub seksi Sub seksi Sub seksi Sub seksi Kelompok

Katekis Putra Altar Kesehatan WKRILegio

Mariae

Sib seksi Sub seksi Sub seksi Sub seksi Kelompok

Bina imam Lektor Koperasi Mudika M. E.

PIA,PIK,PID

Sub seksi Sub seksi Kelompok

KoorRukun

KematianPend.

Keluarga

Sub seksi Sub seksi Kelompok

Paramenta Tenaga KerjaPD.

Karismatik

Sub seksi Kelompok

Hias AltarKeluarga

Kasih

Sub seksi Kelompok

Tata Tertib K.K.M.K

Kelompok

Pasukris

7

Page 8: Gereja Gedangan2

4. Apa Saja Kegiatan-kegiatan Paroki Gedangan?

Ada berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan Paroki Santo Yusup

Gedangan , Semarang ini, baik itu yang bersifat harian, mingguan, bulanan,

maupun tahunan, yang pastinya tiap kegiatan memiliki manfaat dan dampak

yang brbeda-beda di setiap bidangnya.

Macam-macam kegiatan yang dilakukan oleh Paroki Santo Yusup

Gedangan ini adalah antara lain :

Gerakan Karismatik

Gerakan ini lahir dalam tahun limapuluhan abad yang lalu

dalam gereja-gereja Protestan di Amerika Serikat, kemudian

dalam tahun 1967 juga dikembangkan di antara umat Katolik di

Amerika, lalu meluas di Negara-negara lain. Sejak tahun 1978 di

paroki Gedangan juga dimulai suatu Kelompok Doa Karismatik.

Salah satu daya tarik Gerakan Karismatik adalah spontanitasnya

serta adanya lagu-lagu khas yang biasanya dinyanyikan dengan

penuh semangat oleh seluruh kelompok.

Persekutuan Doa Karismatik di paroki Gedangan

dipelopori oleh Romo J. van Waijenburg dan kemudian

dibimbing oleh Romo G. Oosthout sampai sekarang. Persekutuan

ini juga sering dilakukan dengan cara mengadakan sebuah retret-

retret singkat seelama dua sampai tiga hari pernah diadakan di

komplek Susteran Gedangan, di Magelang dan di Muntilan.

Kemudian dirasa perlu membangun rumah khusus untuk retret,

maka dibangunlah rumah retret Girisonta yang diresmikan

tanggal 22 Maret 1931. Dan sampai sekarang masih digunakan

dan room-romo dari Gereja gedangan kadang-kadang masih

menyempatkan diri untuk membimbing retret tersebut.

Tim Lektor

Suatu keistimewaan Paroki Gedangan adalah adanya

“Tim Lector Gereja St. Yusup”, yang lahir pada 6 Agustus 1968

dan sudah merayakan pesta peraknya dalam tahun 1993.

8

Page 9: Gereja Gedangan2

Pembinanya sejak awal sampai sekarang adalah Bapak Victor

Roesdianto alias Kak Roes.

Tim ini sangat berdisiplin dan berlatih secara rutin setiap

minggu sekali “untuk meningkatakan kualitas dan kepribadian

lector” dan sekaligus mewujudkan persaudaraan di antara para

anggotanya. Selain mereka bertugas setiap akhir pecan untuk

membacakan Bacaan Pertama, Kedua serta Pengumuman,

mereka juga ditugaskan setiap tahun untuk membaca Kisah

Sengsara pada hari Minggu Palwa dan untuk mengadakan

visualisasi Sengsara Kristus pada hari Jumat Agung pagi serta

visualisasi Kelahiran Kristus dalam Misa Malam Natal.

Marriage Encounter atau ME

Di Semarang untuk pertama kali diadakan pada 21

Januari 1977 dan diikuti oleh 26 pasangan suami istri (pasutri).

ME mengadakan weekend-weekend untuk pasutri-pasutri,

dengan tujuan menghayati janji-janji perkawinan dengan lebih

dalam, sehingga hubungan suami istri menjadi lebih akrab. ME

menjadi suatu berkat bagi para paustri yang pernah

mengikutinya.

Kelompok Karayawan Muda Katolik (KKMK)

Untuk Paroki Gedangan didirikan pada 21 Januari 1995

untuk professional muda, yang sudah di atas umur Mudika.

KKMK menjadi sub seksi dari seksi Kerawam paroki. Tujuan

mereka adalah mengikuti Kristus secara konkret, berarti

melibatkan diri dalam kehidupan menggereja aatu lebih

konkretlagi: terjun dalam swemua kegiatan paroki dan juga

terbuka bagi masyarakat umum dengan tidak memandang agama.

Kelompok Doa Meditatif Taize

Diperkenalkan di Gedangan pada 22 April 1998 oleh

Frater dari Jangli. Mereka bertemu sebualan sekali untuk berdoa

bersama. Doa yang diutamakan adalah “Doa Repetitif”, berarti

kata-kata sederhana dinyanyikan berulang-ulang kali dengan lagu

sederhana. Lagu-lagu itu telah dikembangkan di biara ekumenis

9

Page 10: Gereja Gedangan2

di dekat Taize, Perancis, dan bisa dinyanyikan juga dengan

Bahasa Indonesia.

Kelompok atau Tim Lazarus

Merupakan bagian dari Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT)

yang telah dibentuk di beberapa Negara dan didirikan di paroki

Gedangan sejak tahun 1987 dengan mendapat inspirasi dari

kehidupan Ibu Teresa di Calcutta, India. Ibu Teresalah yang telah

mendirikan Kongregsi Misionaris Cinta Kasih. Tim Lazarus

bergerak di bawah naungan PSE.

Sejak tahun 1991 mereka mengontrak sebuah rumah

untuk menampung “wanita tua, dalam keadaan sakit, miskin dan

tidak ada yang merawat”, diberi nama “Wisma Rela Bhakti” dan

akhirnya mereka memiliki rumah sendiri. Pada tanggal 15

Oktober 1997 KKIT mendapat kebahagiaan dikunjungi oleh dua

suster dari Kongregasi Misionaris Cinta Kasih.

Natalan Bersama

Perayaan Paskah, dll.

Dalam uraian di atas, Penulis tidak bisa menyebutkan semua

perkumpulan atau kegiatan yang ada satu per satu. Ada begitu banyak model

kegiatan dan gerakan yang baru sehingga mungkin ada yang belum Penulis

tuliskan karena keterbatasan Penulis.

6. Keunikan-Keunikan Gereja Gedangan

10

Page 11: Gereja Gedangan2

11

Page 12: Gereja Gedangan2

Lukisan kaca jendela yang sangat indah, rasanya sekarang sudah tidak banyak seniman yang sanggup melakukannya, yang ada, hanya bentuk kaca-kaca berwarna, membentuk lukisan dengan timah untuk mengikatnya, bukan lukisan. Di jendela gedangan, terdapat 12 lukisan, masing-masing dengan lukisan Santo Santa. Gambar di atas adalah Santa Elisabeth. Berturut-turut dari arah altar :

Sisi Kiri Sisi KananBunga Leli St. Elisabeth Bunga Leli St. AnnaSt. Ignatius Loyola St. Petrus claver St. Fransiscus Asisi St. CaeciliaSt. Alotsius St. Fransiscus St. Antonius Padua Bunga LeliSt. Agnes Bunga Leli St. Yohanes Berchmans

St. Stanislaus Kostka

LUKISAN TRIFORIUM

Triforium adalah bagian dari interior (ruang dalam) Gereja-gereja gaya

gotik dan sesudahnya. Tempatnya terletak di atas kolom. Pada Gereja Gedangan

diisi dengan lukisan-lukisan.

Ada 12 lukisan besar di triforium kiri dan kanan gedung gereja yang

menceritakan Doa Bapa kami.

Lukisan terdiri dari 3 bagian utama:

Bagian I:

12

Page 13: Gereja Gedangan2

Doa Bapa Kami, terdiri dari 8 lukisan di sisi kiri dan kanan, diapit oleh;

Bagian II:

Dua lukisan Kutipan Injil Yohanes 6:49 sebagai Pengapit Awal (terletak paling

depan, kiri dan kanan).

Bagian III:

Dua likisan Ucapan salam pada Bunda maria dan pujian pada Yesus sebagai

Pengapit Akhir.

BAGIAN DALAM GEREJA YANG BERSEJARAH

Patung Hati Kudus Yesus, terbuat dari kayu berdiridi atas nisan Mgr. Lijnen, yang bisa diselamatkan dari Pekuburan Kobong.Di tempai ini dulu Bejana Baptis terletak.

Dan masih banyak lagi lainnya………

13

Page 14: Gereja Gedangan2

~The End~

14