Gerbatama ini UI! edisi 61 : Belum Ada 'IYA' untuk Statuta
date post
30-Mar-2016Category
Documents
view
216download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Gerbatama ini UI! edisi 61 : Belum Ada 'IYA' untuk Statuta
61edisi
maret2013
Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter @sumaUI // Gratis
BELUM ADA
IYA UNTUK STATUTA
Gerbatama, ini UI! edisi pertama di tahun ini mencoba untuk menyuguhkan kembali apa saja yang masih belum selesai di UI, dan apa-apa yang terjadi selama mahasiswa tengah berlibur satu bulan kemarin. Dari statuta, sampai penggusuran stasiun. Memasuki bulan maret di 2013,berarti sudah sebulan kegiatan ajar megajar semester genap di Universitas Indonesia berjalan. Namun, statuta UI yang sudah mulai dirumuskan sejak tahun lalu belum kunjung selesai. Hal ini tentunya berkenaan dengan nasib dan status dari universitas indonesia sendiri.
Bersamaan dengan itu, di awal 2013 ini stasiun UI juga mendapat sorotan nasional karena aksi penggusuran para pedagangnya oleh PT.KAI dan aksi pemblokiranrel yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat yang melumpuhkan transportasi commuter line arah Bogor-Jakarta. Pemblokiran yang digawangi oleh mahasiswa UI dan dibantu masyarakat ini apakah benar satu-satunya jalan yang harus ditempuh agar PT.KAI mau untuk duduk bersama, rekonsiliasi dan mencari jalan tengah demi nasib para pedagang di stasiun?
Pemimpin Redaksi Yasinta Sonia Ariesti Redaktur Pelaksana Hurunin Qurrotulaini Redaktur Artistik Akbar Budi Santoso Redaktur Bahasa Raisa Aurora Redaktur Foto Rahma Nissa Aini Reporter Tubagus Ramadhan, Iffah Karimah, Miranda Olga, Permata Mis Lusitania, Cindy Audilla, Candy Nurul, Coraima Okfriani, Jurnalistika Febra, Nur Fadhilah Fotografer Hana Maulida, Mochamad Hanbali Desain Tata Letak Pracetak Azharuddin, Dian Pratiwi, Juliana Putri Inderadjaja, Joana Helena Meijer Desain Sampul Hurun Qurrotulaini Tim Riset Binar Asri Lestari, Fauzan Widyarman, Yudhistira A. S. Iklan Anindya Fitriana Sirkulasi dan Promosi Anton Budiharjo, Anggara Irhas
e d i s i m a r e t 2 0 1 3
e d i t o r i a l
Hampir satu semester lamamya banyak pihak menunggu pengesahan Statuta UI. Aturan dasar yang ditunggu untuk bekal pemilihan rektor yang tertunda ini hingga sekarang masih terbelit birokrasi. Bahklan, ada kecurigaan pasal-pasal yang sebelumnya telah disepakati oleh para terkait akan dirombak kembali.
STATUS QUO STATUTA UI
FOTO
: M
OC
HA
MM
AD
HA
NB
ALI
OLEH : TUBAGUS RAMADHANIFFAH KARIMAH
L A P O R A N U TA M A04 g e r b ata m a 6 1 / / 0 3 - 2 0 1 3
vDitemui pagi itu (19/2) di kampus FISIP UI, Jodi Afila selaku perwakilan mahasiswa dalam tim perumus statuta UI, menyatakan bahwa pihaknya sudah tidak memiliki akses dalam mengawal draf statuta yang akan disahkan nantinya. Saat ini kita tim perumus statuta, red sudah tidak me-miliki kewenangan lagi dalam proses statuta ini, ujarnya. Sejak draf terakhir dari tim pe-rumus statuta UI diselesaikan pada akhir Nopember lalu, kejelasan mengenai peraturan tertinggi di UI menjadi buram.
L A P O R A N U TA M A 05g e r b ata m a 6 1 / / 0 3 - 2 0 1 3
Penanggung Jawab Sementara (PJS) Rektor Universitas Indonesia, Djoko Santoso menerangkan bahwa draf akhir dari statuta UI nantinya akan diharmonisasikan dengan tiga kementerian selain Kementerian Pendidikan Nasional. Tiga kementerian yang dimaksud Djoko adalah Kementerian Keuangan, Kementerian Tenaga Kerja, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Alur yang cukup panjang menuju pengesahan peraturan yang nantinya akan diterapkan di 7 Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) lain selain UI ini pun kembali mandek ditengah jalan. Hal ini dikarenakan adanya pelimpahan pengawasan dari Mendiknas kepada Sekretariat Bersama PTN BH. Universitas Indonesia sendiri diwakili oleh Prof. T. Basarudin yang merupakan mantan dekan Fakultas Ilmu Komputer UI.
Ketika dimintai keterangan mengenai hal ini, Alldo Felix, perwakilan MWA UI Unsur Mahasiswa 2013, membenarkan adanya proses pelimpahan dari Kemendiknas kepada Sekretariat Bersama PTN BH. Pada pertengahan Januari yang lalu kami MWA UI, red mendapatkan kabar seperti itu,. Aldo memaparkan bahwa hal ini menimbulkan kecurigaan dari pihak-pihak yang ikut serta dalam tim perumusan statuta.Perlu diketahui bahwa hingga rapat fiksasi akhir statuta UI sebelum dikirimkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional, masih terdapat permasalahan terutama pasal 29 tentang pengaturan dosen dan ketenaga kependidikan di UI. Pasal itu mengatur orientasi pengaturan kepegawaian yang merujuk pada peraturan
perundangan yang mengatur bidang kepegawaian negara serta peraturan perundangan lainnya.Hingga rapat kerja MWA UI terakhir pada tanggal 18 Februari 2013 lalu, permasalahan mengenai ketenagakerjaan ini pun masih dipertanyakan oleh pihak-pihak yang mewakili karyawan. Sebenarnya sudah ada kata sepakat dari tim perumus statuta bahwa keseluruhan karyawan statusnya akan dijamin sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Akan tetapi karena alur pengesahan tiba-tiba berubah dengan melibatkan Sekretariat Bersama (Sekber) PTN BH, muncul kekhawatiran adanya perubahan yang tidak disetujui dalam draf statuta UI yang terakhir dikeluarkan pada 16 Januari 2013 itu. Irwansyah, anggota Paguyuban Pekerja UI menyatakan ketidaksetujuannya apabila pengaturan dosen dan tenaga kependidikan yang tertera dalam statuta UI mengalami perubahan dalam pembahasan Sekber PTN BH. Padahal statuta UI sudah bagus buat pekerja, karena mengakui serikat pekerja dan kejelasan status, ungkap Irwansyah, dosen Ilmu Politik UI yang akrab disapa Jemi ini.
Lalu Bagaimana Selanjutnya?
Djoko Santoso mungkin tidak menyangka bahwa masa amanat yang ia emban atas instruksi Menteri Pendidikan Nasional akan sepanjang ini. Sejak dilantik pada 14 Agustus 2012 di gedung D lantai tiga Kementerian Pendidikan Nasional, mantan direktorat jenderal Kemendiknas itu resmi menjadi pengganti sementara orang tertinggi di institusi UI. Maret ini genap empat bulan proses harmonisasi statuta UI
dilakukan di tataran pemerintahan. Berdasarkan keterangan dari Djoko Santoso pada rapat umum MWA UI 18 Februari yang lalu, ia mengatakan bahwa berkas statuta sudah berada di tangan Sekretariat Negara. Setelah sebelumnya draf ini dirembukkan di Kemendiknas dan Sekretariat Besama PTN BH, presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu untuk meninjau status dan menyetujuinya. Setelah itu draf statuta ini akan dikembalikan kepada tiga kementerian untuk nantinya disepakati. Prof. Djoko sendiri tidak berani untuk menargetkan kapan selesainya statuta UI ini, komentar Aldo. Pada waktu bersamaan dengan rapat tersebut pun, ada sedikit pesimisme dari salah satu perwakilan MWA unsur masyarakat, Jusuf Kalla. Kalla yang merupakan mantan wakil presiden Indonesia periode 2004-2009, paham betul bahwa proses pengesahan dari sebuah peraturan pemerintah tidak akan bisa berjalan hanya dalam beberapa bulan ke depan saja. Meskipun demikian, April adalah target paling optimis dari pihak MWA UI untuk mendesak agar peraturan pelaksana Undang-Undang Perguruan Tinggi ini dapat segera disahkan. Proses panjang pengesahan statuta ini pun tentu akan mempengaruhi pula lamanya masa pemilihan rektor UI yang sampai sekarang masih ditunda pelaksanaannya meskipun sudah ada calon-calon pemimpin birokrasi di UI. Kalau ditanya statusnya seperti apa, dapat dikatakan proses statuta ini sedang status quo, ujar Aldo menanggapi.
PENGGUSURAN STASIUN, BAGAIMANA KINI?
Sejak tahun 2012 lalu, isu penggusuran pedagang-pedagang stasiun se-Jabodetabek oleh PT KAI ramai
terdengar di media massa.
Penggusuran ini tidak lepas dari
keinginan PT KAI yang ingin
melakukan revitalisasi untuk
memajukan sarana dan prasarana
transportasi PT KAI sesuai dengan
Rencana Strategis Kementrian
Perhubungan 2010-2014 Bidang
Perkeretaapian. Akan tetapi,
revitalisasi telah mengorbankan
hajat hidup sebagian pedagang-
pedagang di stasiun-stasiun milik PT
KAI.
Bagi Pedagang, revitalisasi ini
merupakan ketidakadilan karena
hak kerja untuk menafkahi hidup
mereka terampas. Namun bagi
PT KAI ini merupakan keharusan
untuk meningkatkan standar mutu
perkeretaapian Indonesia.
Menurut penuturan Ayu, koordinator
pedagang stasiun UI menjelaskan
bahwa mereka sudah mendapat 2 kali
surat penggusuran dan 1 kali tanpa
adanya surat resmi. Lanjutnya, tidak
ada relokasi atau ganti rugi untuk
para pedagang dari PT KAI. Nasib
yang menimpa para pedagang staiun
UI ini mendorong berbagai elemen
mahasiswa UI maupun mahasiswa
selain UI untuk memberikan
dukungannya, baik melalui aksi
demonstrasi dan advokasi.
Namun, pada 14 Januari 2013, para
pedagang yang mayoritas menjual
buku-buku di Pondok Cina (Pocin)
harus mengalami penggusuran
terlebih dahulu sebelum stasiun
UI. Hal ini memicu demonstrasi
gabungan antara para pedagang,
mahasiswa, dan para simpatisan
hingga terjadinya pemblokiran
rel kereta api di Pondok Cina.
Setelah puncak aksi massa hari
itu, gaung perlawanan para
pedagang dan mahasiswa seolah
meredup bersamaan dengan mulai
memasukinya masa libur semester
ganjil mahasiswa UI.
Apa Kabar Gerakan#SavePedagangStasiun ?
Segera setelah para pedagang stasiun
UI mendapat surat penggusuran,
perjuangan mempertahankan hak
berdagang di kios stasiun UI terus
mengalir. Menurut Ayu, mereka
segera merangkul mahasiswa untuk
bersama berjuang ke Komnas
HAM, LBH, dan Kementrian BUMN.
Para pedagang membentuk
Perpustagerak (Persatuan Pegiat
Usaha Stasiun Sejabodetabek) untuk
memperkokoh solidaritas antar
pedagang.
Berbagai tanggapan muncul
dari kalangan mahasiswa terkait
mered