Gerard.com-5 (Feb 2016)
-
Upload
teguhstece -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of Gerard.com-5 (Feb 2016)
-
1
Edisi Februari 2016
GERARD.COM Buletin Novisiat OMI Indonesia
-
2
Meja Redaktur Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil- Syalom, selamat
memasuki dan menjalani masa Prapaskah 2016. Prapaskah menjadi saat
yang istimewa bagi kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan
dalam pertobatan. Selamat berjumpa lagi dengan buletin Gerard.Com.
Pada Edisi Februari 2016 ini kami menyajikan kepada pembaca sekalian
bunga rampai refleksi Komunitas Novisiat OMI Indonesia atas
pengalaman-pengalaman dan kegiatan dari bulan Januari-Februari 2016.
Selamat menikmati.
Redaktur
Daftar isi
Dari Meja Magister 3
Seorang Oblat di Tunjuk Menjadi Uskup di Peru 4 Akulah Garam dan Terang Dunia 5
Domu Kecil Jadi Bidan 6
Masa Pra-Paskah dan Paskah 7
Gas Beracun 8
Misa Malam Jumat Pertama 19
200 Tahun OMI 10-11
Berkah Imlek 12
Kunjungan Mgr. Mark Edwards , OMI 13
Historia Domus-Galeria Nostra 14
Luka yang Membangkitkan 15
Perayaan 200 Tahun OMI di Novisiat Beato Joseph Gerard 16
Menjawab Kerinduan Akan Allah 17-18
Studi Bahasa Inggris 19
-
3
Dari Meja Magister
Kebersamaan Kita Meneguhkan Rangkaian kata tersebut sering saya
gunakan untuk menutup SMS undangan
yang saya kirimkan kepada para sahabat.
Pilihan kata tersebut bertolak dari beberapa
pengalaman pribadi saya.
Pertama, kebersamaan itu berharga.
Situasi saat ini membuat setiap pribadi
cenderung sibuk dan harus bergerak cepat.
Sarana komunikasi menjembatani ruang dan
jarak. Kebersamaan lebih mudah lewat
dunia maya. Kehadiran fisik dan personal dalam ruang dan waktu yang
sama tidak gampang dan harus direncanakan jauh-jauh hari, sekaligus
dilihat kepentingan dan kegentingannya. Demikian pula mengenai
biaya, setiap orang mempertimbangkannya.
Kedua, kebersamaan itu dibutuhkan. Setiap pribadi adalah
makhluk individu yang berada dalam kebersamaan dengan orang lain.
Untuk mengaktualisasikan dirinya, setiap pribadi memerlukan kehadiran
orang lain. Paling tidak dalam semangat hidup bersama para OMI,
setiap orang menanamkan dalam dirinya akan perlunya hidup bersama
dalam komunitas untuk membangun semangat berbagi rasa dan
persaudaraan. Dalam semangat tersebut hidup rohani, perkembangan
intelektual dan karya kerasulan para Oblat menjadi lebih intensif.
Ketiga, kebersamaan itu meneguhkan. Bagi para Oblat, dalam
kebersamaan ada tanggung jawab satu sama lain untuk saling
mengoreksi dan mengampuni dalam semangat persaudaraan, dengan
penuh rendah hati dan daya cinta kasih. Maka para Oblat dikenal
sebagai Community Men yang setiap pribadi berkembang dalam kebersamaan komunitas.
Kebersamaan komunitas yang tertuang di dalam buletin ini
menjadi ungkapan sukacita persaudaraan dalam panggilan. Selamat
menikmati kebersamaan bersama kami!
Rm. Ant. Sussanto, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
4
Oblate News
Seorang Oblat Ditunjuk Menjadi Uskup di Peru
Tanggal 30 Januari 2016, Vatikan
menunjuk seorang Oblat Maria Imakulata,
yaitu Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda,
menjadi Uskup Pembantu Keuskupan
Huancayo, Peru. Dia saat ini melayani
sebagai pastor kepala di dua paroki di
Keuskupan yang sama. Ada 812,000 jiwa
orang Katolik di keuskupan tersebut.
Mgr. Salcedo lahir tahun 1960,
mengucapkan kaul pertama sebagai Oblat
pada 1989 dan ditahbiskan 1996.
Sejak ditahbiskan, dia melayani berbagai paroki di Peru. Dia juga
sibuk dalam karya formasi Oblat di Regio Amerika Latin, yaitu
menjabat sebagai asisten Magister Novis di Asuncin, Paraguay (2008-
2011). Mgr. Salcedo saat ini menjadi Koordinator komisi KPKC
(Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan) untuk Delegasi Oblat
Peru.
Semoga dengan terpilihnya Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda OMI
menjadi Uskup, Tuhan selalu mendampingi dia dalam setiap karya dan
pengembalaannya bagi umat di keuskupannya. Saya harap umat Katolik
di Peru bisa merasakan kebahagiaan dan gambaran Kerajaan Allah di
Surga dalam penggembalaan Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda
Diambil dari OMI-World, diterjemahkan oleh Pra-Novis Rezerius
Bintang Taruna, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
5
Refleksi
Akulah Garam dan Terang Dunia
Paus Yohanes Paulus II bersama
Bunda Teresa, Bapa Uskup yang
berada di sawah bersama para petani,
dan Yesus tersalib, adalah gambar
yang terpampang di sampul buku
panduan APP 2016.
Gereja hadir menanggapi situasi
zaman yang terus berubah, Gereja
diharapkan menjadi inspirasi bagi
banyak orang untuk mengambil
inisiatif, hadir di tengah-tengah
masyarakat dan bertanggung jawab
merawat dan memelihara bumi. Hal
tersebut telah dikatakan dalam Ijlil
dan dijadikan tema APP 2016, Akulah Garam dan Terang Dunia.
Menjadi Garam dan Terang Dunia adalah jati-diri kita sebagai orang
Kristiani.
APP adalah salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa
Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa pertobatan, pertobatan bukan
hanya dalam arti sempit menyesali berbagai macam kesalahan dan dosa,
tetapi juga menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Dengan
menjadikan diri lebih baik, maka pribadi yang bertobat meningkatkan
kualitas hidup. Bila pribadi mempunyai kualitas hidup yang baik, maka
dapat menjadi garam dan terang bagi dunia.
Orang lain yang melihat kualitas hidup yang baik dari dalam diri
kita sendiri, maka orang lain bisa kagum bahkan meneladani apa yang
baik dalam diri pribadi kita. Hal itu adalah salah satu yang saya pahami
dalam tema APP 2016.
Pra-Novis Rezerius Bintang Taruna, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
6
Cerita Inspiratif
Domu Kecil Jadi Bidan
Domu sedang menggembalakan kerbau di padang rumput. Dia
memisahkan diri dari teman-temannya yang sedang bermain karena dia
perlu menjaga kerbau mudanya yang hendak melahirkan. Dengan rasa
cemas Domu senantiasa mengikuti perjalanan kerbau mudanya yang
mencari tempat untuk melahirkan. Berdasarkan pengalaman yang sudah
bertahun-tahun dia mengerti bahwa tiap kerbau muda, akan sulit
melahirkan.
Sementara Domu sedang sedih melihat kerbaunya yang kesulitan
melahirkan, tiba-tiba teman-temannya mendekatinya. Mereka mengejek
dia yang sedang melihat kerbau mudanya yang sebentar lagi mau
melahirkan. Domu tidak menghiraukan apa yang teman-temannya
perbuat terhadapnya. Teman-temannya terus-menerus mengejek dia
sampai ia merasa jengkel. Namun karena ia melihat kerbaunya
menderita, ia menahan amarahnya dan segera menolong kerbau itu yang
baru saja berusaha mengeluarkan anaknya.
Domu dengan panik mencari akal, ia mencari tanah yang biasanya
dijilati oleh kerbau-kerbau yang lainnya dan membawa tanah itu kepada
kerbau muda itu. Si kerbau muda itu melihatnya sejenak, lalu menjilati
tanah itu. Kemudian kerbau itu dengan susah payah mulai melahirkan
anaknya. Tak lama kemudian lahirlah dengan sehat bayi kerbau itu.
Dengan segera Domu mengambil rerumputan untuk membersihkan bayi
kerbau itu. Sementara Domu sedang asyik bergembira, teman-temannya
datang lagi dan mereka semua tercengang melihat apa yang dibuatnya.
Saat itu pula teman-teman Domu tidak pernah lagi mengejek dia dan
Domu dipanggil oleh teman-temannya sebagai bidan kecil.
Dalam kehidupan hendaknya kita peka, kreatif terhadap lingkungan
sekitar dan jangan merendahkan orang lain. Sebab omongan kita bisa
berbalik menyerang kita sendiri.
Br. Nov. Andrianus, OMI
-
7
Dari Laci Socius
Masa Pra-Paskah dan Paskah Perjalanan waktu bagi banyak
orang hanyalah sekedar perguliran/ pergantian dari masa ke masa tanpa ada penghayatan. Tetapi iman Kristiani memiliki penghayatan terhadap pergantian masa:
1. Perjalanan waktu selama sepekan memiliki awalan dan berpuncak pada perayaan hari Minggu
2. Perjalanan sepanjang tahun li-turgi berpuncak pada peraya-an Paskah Misteri Wafat dan Kebangkitan
Yesus. Misteri penderitaan, Wafat dan Kebangkitan Kristus ini, digemakan sepanjang tahun Liturgi.
Perayaan Paskah sebagai puncak Tahun Liturgi, dipersiapkan selama masa Pra-Paskah yang berlangsung 40 hari dan dimulai pada hari Rabu Abu. Masa persiapan ini adalah masa penuh rahmat bagi pemurnian jiwa, masa penuh pemenungan, doa, serta pembinaan tobat. Tradisi Rabu Abu Ritus Alkitabiah penerimaan Abu pada awal Pra-Paskah, mengungkapkan:
1) Pengakuan akan kedosaan di hadapan Allah. 2) Niat tobat yang dilandasi oleh pengharapan akan Allah yang
berbelas kasih. Niat tobat yang kuat masa pada awal Pra-Paskah ini, diungkapkan secara meyakinkan dengan melaksanakan pantang dan puasa.
Olah rohani selama masa Pra-Paskah yang membina sikap tobat ini, tidak hanya bersifat privat belaka, tetapi juga memiliki dampak sosial. Aksi Puasa Pembangunan adalah perwujudan aksi sosial itu. Tahun 2016 ini di Keuskupan Agung Semarang bertema: Akulah Garam dan Terang Dunia. Melalui tema APP ini kita diajak semakin menghadirkan nilai-nilai iman, misalnya mengungkapkan keutuhan ciptaan dengan merawat bumi sebagai Rahim pangan dan sumber hidup bersama.
Mari kita semakin menampakkan identitas kita sebagai garam dan terang dunia yang meresapi dan menerangi kehidupan masyarakat.
Rm. Ign. Yulianto, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
8
Sejenak Tawa
Gas Beracun
Suatu hari terjadi perang saudara dalam kelompok Joker antara
Mbah Dengkek dan Telur. Mereka berperang secara halus namun
mematikan. Perang ini bisa dikatakan perang dingin. Gerak-gerik dalam peperangan tidak tampak, bahkan jika cuma sekedar melihat
tanpa mengamati sampai dalam sepertinya biasa saja. Tetapi jika kita
mengamati dengan cermat di sana ada dendam yang membara untuk
saling membalas.
Perang saudara ini juga ternyata berefek sampai ke kelompok Max,
antara Mbah Kukang dan Ujang. Mbah Kukang terkenal sebagai orang
yang kritis dan ia selalu mengkritisi dengan apa saja yang dibuat oleh
Ujang. Saking kritisnya membuat Ujang marah karena selalu mendapat
kritikan dari setiap kata yang ia ucapkan. Ujang pun berpikir untuk
mencari cara untuk membalas si Mbah Kukang. Cara yang Ujang
gunakan menggunakan gas beracun. Segala strategi sudah dipersiapkan oleh Ujang untuk
menghancurkan Mbah Kukang, maka tibalah saatnya untuk menyerang. Ketika meditasi, Ujang sengaja duduk di depan Mbah
Kukang agar mudah untuk menyerang. Ujang sangat fokus dan
konsentrasi pada setiap tarikan nafas yang dilakukan Mbah Kukang agar
gas beracun yang mau dikeluarkan tepat sasaran. Dan ternyata benar, Ujang berhasil mengeluarkan gas beracun nya ketika Mbah Kukang sedang menarik nafas. Karena sangat menikmati gas beracun yang diluncurkan Ujang, Mbah Kukang sampai terbatuk-batuk. Mbah
Kukang bertanya, WehhhJang, kamu makan apa kok bauuu banget sampai aku batuk-batuk? Dengan senyum penuh kemenangan Ujang menjawab, Makan buah pete, Mbah. Yahh, pantesan baunya menyengat sekali, jawab Mbah Kukang. Makanya Mbah, jangan terlalu kritis, balas Ujang.
Pra-Novis Konstantinus Karaeng Tasik, OMI
-
9
Refleksi
Misa Malam Jumat Pertama
Misa malam Jumat pertama dipimpin oleh Romo Sussanto OMI (Oblat Maria Imakulata) di Gua Maria Pereng, Salatiga, pada Jumat 4 Febuari 2016. Umat yang hadir sekitar 150 orang. Acara dimulai pukul 18.00 diawali dengan Rosario. Kemudian dilanjutkan dengan misa.
Saat misa dalam kotbahnya, Romo Sussanto mengambil sedikit kata-kata Yesus dalam injil yang baru saja dibacakan. Katanya: Yesus mengutus para murid-Nya untuk tidak membawa bekal, pakaian, uang dalam ikat pinggang. Mereka hanya diperbolehkan membawa tongkat dan kasut. Tujuannya agar dalam perutusannya para Murid bebas dari hal-hal yang duniawi. Namun perlu saya sampaikan bahwa para Novis dan Pra-Novis dalam hal ini tidak taat karena mereka tadi dari rumah berangkat ke sini membawa bekal buah sukun goreng di mobil. Khotbah Romo langsung disambut oleh tertawaan umat.
Setelah perayaan Ekaristi acara dilanjutkan dengan makan malam bersama umat. Kebersamaan makan malam menimbulkan kehangatan relasi kami dengan umat yang hadir di situ. Kebersamaan ini merupakan
kebersamaan yang meneguhkan, sebab dalam sharing, kami saling menguatkan, khususnya umat sangat mendukung dengan pilihan kami sebagai religius.
Rahmat yang besar bagi kami, dengan kedatangan kami di sana mereka dapat mengenal Kongregasi OMI. Bagi mereka OMI adalah nama yang masih asing. Moment kebersamaan ini menjadi kesempatan bagi kami untuk mengenalkan OMI kepada mereka. Harapan saya semoga dengan kehadiran kami di tempat itu ada anak muda yang tertarik menjadi OMI.
Fr. Nov. Hendrianus Wendi, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
10
Serba-Serbi
200 Tahun OMI
Sudah 200 tahun OMI melayani Gereja di seluruh dunia. OMI lahir
di Aix-en-Provence Prancis Selatan. Kongregasi ini didirikan oleh
Pastor Eugenius De Mazenod. Pada waktu itu pastor Eugenius de
Mazenod sendirian sebagai imam muda berusaha memenuhi kebutuhan
Gereja di daerahnya pasca terjadinya revolusi Perancis. Dalam proses
pelayanan yang begitu melelahkan ia jatuh sakit karena beratnya
pelayanan yang ia jalankan. Setelah pengalaman sakit karena cinta yang
besar terhadap Gereja, ia kemudian sembuh dan mulai mencari rekan
kerja untuk bersama-sama melayani Gereja. Kemudian, setelah ia
mengumpulkan temannya terbentuklah sebuah komunitas kecil di bekas
biara Karmel di di Aix-en-Provence pada 25 Januari 1816 dan mereka
mulai melayani orang miskin berangkat dari rumah itu.
Komunitas kecil itu berisikan lima Imam Projo yang mempunyai
satu keprihatinan dan tujuan yang sama yaitu: P. Eugenius de Mazenod,
P. Tempier, P. Deblieu, P. Icard, dan P. Mie. Mereka melayani yang
terabaikan dan dilupakan oleh Gereja saat itu. Dalam proses pelayanan
mereka menamakan diri mereka Misionaris Provence. Sepuluh tahun
kemudian mereka mengganti namanya menjadi Oblat St. Carolus dan
ingin mengajukan ke Kepausan agar dapat melayani Gereja lebih total.
Dalam proses pengajuan kongregasi ke kepausan Pastor Eugenius
mempertimbangkan nama kongregasinya, lalu mengganti nama
kongregasi mereka yang awalnya adalah Oblat St. Carolus menjadi
Oblat Maria Imakulata. Ketika ia menghadap Paus pada 17 Februari
1826 dan mengusulkan nama Oblat Maria Imakulata, nama itu pun di
setujui oleh Paus Leo XII. Artinya nama Oblat Maria Imakulata
disetujui oleh Gereja dan itu merupakan pemberian nama yang indah
dari Gereja.
25 Januari 2016, Oblat Maria Imakulata (OMI) telah genap 200
tahun dan sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di usia
200 tahun, OMI Internasional merayakan dengan penuh syukur dan
-
11
terima kasih kepada Allah dan dengan kesederhanaan sesuai dengan
situasi dan kondisi di tempat para Oblat berkarya.
OMI Indonesia, khususnya di Distrik Formasi merayakan 200 tahun
OMI dengan misa syukur bersama di Kapel Seminari Tinggi OMI
Minggu, 24 Januari 2016. Dalam perayaan syukur itu, Provinsial OMI
Indonesia, Rm. Ant. Rajabana menjadi selebran utama.
Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas segala kebaikan Tuhan,
OMI Provinsi Indonesia mempersembahkan dua orang frater yang
secara bebas mengikrarkan kaul kekal di hadapan Provinsial OMI
Indonesia dan seluruh umat yang hadir. Dengan lantang dan mantap
mereka berjanji siap dan bersedia menjadi Oblat misionaris yang setia
dan total. Mereka adalah kado terindah untuk perayaan 200 tahun OMI.
Persembahan kedua frater tersebut bukan hanya menambah jumlah
anggota Oblat khususnya OMI Indonesia, namun menjadi tanda restu
Allah akan hadirnya OMI di tengah-tengah Gereja dan umat
mengharapkan OMI terus bertumbuh dan berkembang menjadi
misionaris yang handal dan terdepan untuk melayani Gereja.
Harapan saya untuk kongregasi OMI ialah semoga di usia yang
sudah 200 tahun ini, OMI tetap berdiri kokoh kuat di tengah himpitan
zaman yang semakin maju. Semoga di usia 200 tahun ini semakin
banyak kaum mudah bergabung bersama dengan OMI agar dapat
melayani yang tak terlayani.
Fr. Nov. Flavianus A. A. Onlet, OMI
Acara Siraman Fr. Denny & Fr. Maryanto, 23 Januari 2016
Acara Kaul Kekal fr. Denny & Fr. Maryanto, 24 Januari 2016
-
12
Refleksi
Berkah Imlek Gong Xi Fa Cai Senin, 8 Febuari
2016 Romo Magister mengajak kami
pergi memancing di Berbah, persisnya di
kolam pemancingan milik Pak
Langgono. Selain memancing, kami
turut merayakan hari Ulang Tahun
Giovan, anak kedua dari Pak Langgono.
Pada kesempatan ini penulis dimintai
tolong untuk memimpin sembahyang
ulang tahun dan mohon berkat bagi
keluarga.
Memancing selain sebagai refreshing saya secara pribadi mengolah
beberapa hal. Yang paling utama adalah
kesabaran. Memancing butuh kesabaran karena umpan belum tentu
dimakan oleh ikan. Tanpa kesabaran, yang ada hanyalah frustasi.
Memancing melatih saya untuk mengolah emosi dalam batin. Hal kedua
yang perlu adalah daya tahan. Daya tahan diperlukan untuk bertahan
berdiri di bawah panas matahari sembari memancing. Dari pengalaman
ini, daya tahan saya sebagai seorang misionaris ditantang dan diuji.
Memimpin Sembahyang Ini merupakan pengalaman pertama saya berpastoral memimpin sembahyang ulang tahun anak dan mohon berkat
bagi keluarga. Tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana
membawakan renungan saya secara ringkas namun tetap berbobot.
Membawakan hasil permenungan dalam bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini menjadi
penting karena itulah yang dikehendaki oleh St. Eugenius de Mazenod
bagi para Oblatnya, agar para Oblat tidak mewartakan dengan kalimat-
kalimat indah melainkan dengan kalimat yang paling sederhana yang
mudah dimengerti oleh orang-orang paling kecil sekalipun.
.
Fr. Nov. Henrikus Prasojo, OMI
-
13
Refleksi
Kunjungan Mgr. Mark Edwards , OMI
Komunitas Novisiat OMI Blotan menerima kunjungan Mgr. Mark Edwards, OMI dan kedua orangtuanya Pada 15 Januari 2016 yang lalu. Kunjungan ke Novisiat ini bukanlah kunjungan resminya sebagai uskup auxillier Melbourne, Australia. Beliau mengunjungi Indonesia sebagai tanah kelahirannya, tepatnya di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ketika itu beliau menyebutkan bahwa orangtuanya bekerja di Balikpapan. Kenangan akan Indonesia membuatnya rindu mengunjungi tanah kelahiran.
Dalam Ekaristi, beliau menekankan bahwa yang terbesar dalam Ekaristi bukanlah Uskup, melainkan Yesus Kristus yang menjadi Oblat sejati. Ia menyebutkan penghayatan itu bahwa hari kelahirannya tidak begitu penting ketika ia mengenal Yesus dan menerima Sakramen Babtis. Sebagai misionaris Oblat, kenyataan zaman ini memerlukan keberanian dan kebijaksanaan.
Dua kata pokok kunjungannya bersama komunitas Novisiat OMI, yakni wisdom and courage merupakan modal para OMI untuk menerima misi baru saat ini. Walaupun dalam kesibukannya sebagai uskup, ketika berkunjung di Indonesia, ia seperti seekor ikan yang dilepaskan di perairan luas. Artinya, Mgr. Mark Edwards, OMI memiliki kerinduan mendalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dan memastikannya diterima oleh umat. Dalam kata penutupnya, cinta yang diungkap dalam hidup Yesus, yang nampak dalam kebangkitanNya menebus setiap orang yang merindukan Allah, betapapun berat dosa-dosanya. Inilah al-asan mengapa keberanian dan kebijaksaanaan dipero-leh dari Allah bagi para Oblat dan rekan-rekan sekerjaNya. Terima kasih, Mgr. Mark Edwards OMI, kami, ko-munitas Novisiat OMI mendoakanmu.
Pra-Novis Tarchizius Edtwin Sulispriyanto, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
14
Historia Domus-Galeria Nostra
Turut Berduka cita atas
meninggalnya ibu Maria
Fransiska Saminah, Ibu Rm.
Toro OMI pada Jumat, 12
Febuari 2016. Komunitas
Novisiat OMI ikut hadir
mendoakan dan meneguhkan
segenap anggota keluarga.
Mas Agus, karyawan Novisiat
OMI Indonesia merayakan
ulang tahunnya yang ke-40
pada Jumat, 5 Febuari 2016
bersama segenap Komunitas
Novisiat OMI Indonesia.
Pemberkatan Rumah KSW
(Koperasi Swadaya Wanita) di
Ds. Minomartani Ngemplak,
Sleman pada19 Februari 2016 .
Foto: Dok Novisiat OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
15
Refleksi Luka yang Membangkitkan
Novis dan Pranovis OMI mengikuti retret Inner Child atau
pengolahan luka batin yang dibawakan oleh Suster Irene FCJ. Retret berlangsung dari 13-17 Januari 2016 di Komunitas Novisiat OMI Beato Joseph Gerard. Inner Child merupakan salah satu cara pengolahan hidup dengan melihat si kecil dalam diri manusia yang mengalami luka batin dalam dirinya dan berdamai luka itu
Setiap manusia memiliki luka batin yang terkadang tidak diketahui bahkan diabaikan. Padahal luka batin dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh dalam diri masing-masing pribadi. Hal serupa juga saya alami, tanpa saya duga ternyata saya juga memiliki luka batin itu, selama ini tidak saya sadari.
Dengan mengikuti retret Inner Child, Banyak pelajaran yang membantu saya menyembuhkan luka batin yang ada dalam diri saya. Saya juga semakin mengenal diri saya lebih jauh lagi. Saya semakin sadar kekurangan maupun kelebihan saya. Sekarang ini saya merasa semakin bisa berdamai dengan luka batin saya dan saya menjadi lebih bahagia.
Pengalaman mengenal luka batin ini mengajak saya untuk lebih rendah hati, berani menerima diri apa adanya dari apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada saya. Saya juga semakin mampu menerima diri, baik segala kelebihan dan kekuarangan saya. Saya juga semakin berani tampil apa adanya di hadapan orang lain serta terbuka
bagi siapa saja yang membutuhkan saya.
Sepanjang hidup luka itu akan tetap terbawa. Yang perlu dilakukan hanyalah berdamai dengan luka itu. Bagi saya sikap rendah hati dan terbuka pada orang lain membantu saya untuk merawat si kecil dalam diri saya, membantu saya untuk berdamai dengan luka, dan membuat saya menjadi lebih baik lagi menjalani hidup.
Pra-Novis Konstantinus Karaeng Tasik, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
16
Refleksi
Perayaan 200 Tahun OMI di Novisiat Beato Joseph Gerard Komunitas Novisiat OMI
Beato Joseph Gerard merayakan pesta
hari jadi Kongregasi yang ke 200
tahun pada 25 Januari 2016 yang lalu.
Perayaan ini dilakukan dalam
kesederhanaan dan kegembiraan.
Setiap anggota komunitas diajak
kembali berefleksi mengenai mengapa
Allah memanggil dalam kharisma St.
Eugenius de Mazenod. Ungkapannya
hadir dalam jam kudus oraison
bersama karyawan dan awam.
Kami diingatkan tentang pentingnya kembali ke jantung Bapa
Pendiri yang disapa oleh Roh Kudus karena Keilahian Allah yang
dirasanya begitu terlambat ia jawab. Pusat sapaan Kasih Allah ini tidak
berhenti dalam pergumulan Bapa Pendiri, melainkan dibagikan mulai
dari komunitas Novisiat dan relasinya. Kehadiran keluarga para novis
yang hadir dalam perayaan, dalam doa mereka untuk para formandi dan
formator, peran awam OMI dan karyawan yang ikut memperhatikan
formasi para Oblat dan karya yang dipercayakan Allah demi
tersampainya Kabar Gembira untuk orang miskin memperkaya kami.
Dalam acara santap bersama, ungkapan kebersamaan
memberikan inspirasi keberanian dan kebijaksanaan bagi saya. Hal itu
tentu saja melibatkan peran serta berbagai pihak dalam tubuh OMI.
Keberanian dan kebijaksanaan ditampakkan dalam kesungguhan hidup
doa dan berelasi, kemampuan menerapkan studi bukan untuk diri oblat
sendiri dan akhirnya membagikan kegembiraan karena oblat dan awam
OMI dicintai Allah bagi siapapun di mana berada. Harapan ini
memperteguh saya sebagai calon Bruder Oblat agar relevan, sederhana
dan mengandalkan inisiatif Allah dalam pertobatan setiap hari bersama
saudara-saudari saya dalam komunitas Novisiat OMI.
Pra-Novis Tarchizius Edtwin Sulispriyanto, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
17
Ringkasan
Menjawab Kerinduan Akan Allah
Buku yang berjudul Hati yang
Mendamba adalah sebuah buku kecil
yang ditulis oleh Pastor Siriakus Maria
Ndolu O.Carm. Buku ini dicetak oleh
Percetakan dan Penerbitan DIOMA
Malang tahun 2004. Buku ini hendak
menjawab kerinduan orang-orang yang
mencari Allah.
Allah seringkali terasa jauh,
bukan karena Dia benar-benar jauh
melainkan karena manusia yang
membuat jauh. Pekerja Injil yang
dipercaya memperkenalkan Allah
kepada umat juga terkadang terjebak dengan ungkapan-ungkapan indah
dan Maha Agung sehingga Allah tidak sungguh dikenal di hati umat.
Umat ada yang mengungkapkan kerinduannya akan Allah, bahwa dalam
hidupnya umat ingin memperhatikan keimanan mereka melalui hal yang
mudah ditangkap dan membuat umat semakin dekat dengan Allah.
Pendekatan yang diambil oleh penulis diambil dari teks
Perjanjian Baru yaitu kisah Zakheus yang memiliki kerinduan hati untuk
bertemu dengan Yesus. Dalam buku ini, Zakheus menjadi contoh dan
teladan untuk bisa menjawab kerinduan akan Allah.
Pencarian akan Allah memang berasal dari manusia, dan itu
merupakan awal yang baik untuk bisa menemui Allah, tetapi perlu
diingat bahwa kerinduan itu berasal dari Allah. Allah yang meletakkan
kerinduan itu di hati manusia, dengan kata lain kerinduan untuk
menemui Allah adalah rahmat dari Allah. Zakheus mendengar Yesus
masuk ke Yerikho dan ia ingin sekali bertemu Yesus, demikianlah Allah
telah menanamkan kerinduan dalam hati Zakheus.
Foto: Dok Novisiat OMI
-
18
Zakheus yang merasakan adanya kerinduan kemudian berusaha
untuk menemui Yesus. Kerinduan sebagai rahmat dan hasrat masihlah
belum cukup, perlu ada usaha dari manusia untuk menjawab anugerah
kerinduan tersebut dan tak jarang usaha tersebut mengalami tantangan
dan hambatan. Hal itu dialami oleh Zakheus. Ia ingin bertemu Yesus,
sayang badannya pendek dan ia kesulitan untuk melihat Yesus yang ada
di tengah kerumunan.
Butir pentingnya bukan pada kelemahan Zakheus, melainkan
usahanya untuk melihat Yesus. Ia memanjat pohon. Jika kita dalam
menjawab kerinduan akan Allah ini menghadapi tantangan dan
kesulitan, kita harus menemukan jalan yang bisa membantu kita untuk
semakin dekat dengan Allah.
Ada yang lebih menarik dari uraian penulis tentang Zakheus ini.
Usaha Zakheus yang memanjat pohon memang membuat ia mampu
melihat Yesus di tengah keramaian, tetapi ingat siapa yang duluan
menyapa? Zakheus atau Yesus? Yesuslah yang duluan menyapa
Zakheus dan mengatakan bahwa Ia ingin singgah di rumah Zakheus.
Sekali lagi, Allah yang menyapa kita terlebih dahulu. Maka untuk
menyadari hal itu, menjawab kerinduan hati kita akan Allah, hati harus
peka dan terbuka terhadap sapaan-Nya. Kita tidak disarankan untuk
fokus pada usaha kita mendekati Dia, tetapi fokus kita adalah semakin
menyadari kehadiran Dia yang telah ada di dalam lubuk hati terdalam
kita. Selamat menjawab kerinduan Anda akan Allah.
Fr. Nov. Henrikus Prasojo, OMI
-
19
Refleksi
Studi Bahas Inggris
Untuk menjalani hidup ini saya sendiri memaknainya sebagai anugerah yang indah dari Tuhan. Salah satu anugerah yang saya syukuri adalah belajar Bahasa Inggris. Belajar Bahasa Inggris merupakan sesuatu yang mudah-mudah sulit. Namun, Tuhan masih memberi kesempatan kepada saya untuk terus belajar Bahasa Inggris dan terus mencoba.
Belajar Bahasa Inggris merupakan pengalaman yang menarik. Mengapa? Karena saya harus belajar dari dasar. Ketika masuk Novisiat OMI mau tak
mau saya harus belajar Bahasa Inggris dengan tekun. Bukan hal yang mudah bagi saya belajar Bahasa Inggris, karena ini adalah hal baru, sebelumnya saya belum pernah mendapatkan pelajaran itu. ketika harus belajar Bahasa Inggris tantangan yang saya hadapi ialah rasa malas, takut, bosan, dan patah semangat.
Namun dengan niat yang ada dan dengan bantuan dari komunitas serta Tuhan, saya berusaha untuk terus mencoba dari yang sederhana. Tetapi saya bersyukur dengan dari dasar saya mengalami perkembangan walaupun sedikit. Saya berpikir sejenak bagaimana jadinya kalau saya tidak belajar dari dasar mungkin saya terus jalan di tempat.
Untuk dapat berkembang dalam belajar Bahasa, Inggris saya berusaha untuk rendah hati. Saya membiasakan diri untuk terbuka terhadap masukan, kritikan, saran dari teman-teman maupun guru. Memang ketika mendapatkan masukan ada banyak tantangan untuk rendah hati, masih ada rasa sombong dalam diri saya. Tetapi akhirnya saya sadar maksud dari itu semua ialah tanda bahwa mereka mengasihi saya. Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan, walaupun sampai sekarang saya belum bisa berbahasa Ingris dengan baik, tetapi Ia masih menganugerahkan pada saya guru, teman-teman, dan formator yang sabar membantu saya dalam belajar Bahasa Inggris.
Br. Nov. Andrianus, OMI
Foto: Dok Novisiat OMI
-
20
Gerard.Com
Pengasuh : Rm. Ant. Sussanto, OMI;
Rm. Ign. Yulianto, OMI
Redaktur Piket Edisi ini : Fr. Nov. Hendrianus Wendi, OMI
Kontributor : Bintang; Edtwin; Tio; Br. Andrianus;
Fr. Vian; Fr. Wendi; Fr. Prasojo
Alamat : Novisiat OMI Beato Joseph Gerard,
Jln.Kamboja No.17, RT 01/RW 40
Blotan, Wedomartani, Sleman, YK,
55581
Telp : 0274-889783
Keterangan Cover : Saat komunitas Novisiat rekreasi ke taman wisata
Kopeng
Selamat Pantang dan Puasa, Tuhan Memberkati !!! Amin