Gerard.com-5 (Feb 2016)

download Gerard.com-5 (Feb 2016)

of 20

description

Buletin Novisiat Gerard.Com yang dibuat oleh para novis dan pranovis.Selamat menikmati.LJC et MI(Ant. Sussanto OMI)

Transcript of Gerard.com-5 (Feb 2016)

  • 1

    Edisi Februari 2016

    GERARD.COM Buletin Novisiat OMI Indonesia

  • 2

    Meja Redaktur Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil- Syalom, selamat

    memasuki dan menjalani masa Prapaskah 2016. Prapaskah menjadi saat

    yang istimewa bagi kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan

    dalam pertobatan. Selamat berjumpa lagi dengan buletin Gerard.Com.

    Pada Edisi Februari 2016 ini kami menyajikan kepada pembaca sekalian

    bunga rampai refleksi Komunitas Novisiat OMI Indonesia atas

    pengalaman-pengalaman dan kegiatan dari bulan Januari-Februari 2016.

    Selamat menikmati.

    Redaktur

    Daftar isi

    Dari Meja Magister 3

    Seorang Oblat di Tunjuk Menjadi Uskup di Peru 4 Akulah Garam dan Terang Dunia 5

    Domu Kecil Jadi Bidan 6

    Masa Pra-Paskah dan Paskah 7

    Gas Beracun 8

    Misa Malam Jumat Pertama 19

    200 Tahun OMI 10-11

    Berkah Imlek 12

    Kunjungan Mgr. Mark Edwards , OMI 13

    Historia Domus-Galeria Nostra 14

    Luka yang Membangkitkan 15

    Perayaan 200 Tahun OMI di Novisiat Beato Joseph Gerard 16

    Menjawab Kerinduan Akan Allah 17-18

    Studi Bahasa Inggris 19

  • 3

    Dari Meja Magister

    Kebersamaan Kita Meneguhkan Rangkaian kata tersebut sering saya

    gunakan untuk menutup SMS undangan

    yang saya kirimkan kepada para sahabat.

    Pilihan kata tersebut bertolak dari beberapa

    pengalaman pribadi saya.

    Pertama, kebersamaan itu berharga.

    Situasi saat ini membuat setiap pribadi

    cenderung sibuk dan harus bergerak cepat.

    Sarana komunikasi menjembatani ruang dan

    jarak. Kebersamaan lebih mudah lewat

    dunia maya. Kehadiran fisik dan personal dalam ruang dan waktu yang

    sama tidak gampang dan harus direncanakan jauh-jauh hari, sekaligus

    dilihat kepentingan dan kegentingannya. Demikian pula mengenai

    biaya, setiap orang mempertimbangkannya.

    Kedua, kebersamaan itu dibutuhkan. Setiap pribadi adalah

    makhluk individu yang berada dalam kebersamaan dengan orang lain.

    Untuk mengaktualisasikan dirinya, setiap pribadi memerlukan kehadiran

    orang lain. Paling tidak dalam semangat hidup bersama para OMI,

    setiap orang menanamkan dalam dirinya akan perlunya hidup bersama

    dalam komunitas untuk membangun semangat berbagi rasa dan

    persaudaraan. Dalam semangat tersebut hidup rohani, perkembangan

    intelektual dan karya kerasulan para Oblat menjadi lebih intensif.

    Ketiga, kebersamaan itu meneguhkan. Bagi para Oblat, dalam

    kebersamaan ada tanggung jawab satu sama lain untuk saling

    mengoreksi dan mengampuni dalam semangat persaudaraan, dengan

    penuh rendah hati dan daya cinta kasih. Maka para Oblat dikenal

    sebagai Community Men yang setiap pribadi berkembang dalam kebersamaan komunitas.

    Kebersamaan komunitas yang tertuang di dalam buletin ini

    menjadi ungkapan sukacita persaudaraan dalam panggilan. Selamat

    menikmati kebersamaan bersama kami!

    Rm. Ant. Sussanto, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 4

    Oblate News

    Seorang Oblat Ditunjuk Menjadi Uskup di Peru

    Tanggal 30 Januari 2016, Vatikan

    menunjuk seorang Oblat Maria Imakulata,

    yaitu Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda,

    menjadi Uskup Pembantu Keuskupan

    Huancayo, Peru. Dia saat ini melayani

    sebagai pastor kepala di dua paroki di

    Keuskupan yang sama. Ada 812,000 jiwa

    orang Katolik di keuskupan tersebut.

    Mgr. Salcedo lahir tahun 1960,

    mengucapkan kaul pertama sebagai Oblat

    pada 1989 dan ditahbiskan 1996.

    Sejak ditahbiskan, dia melayani berbagai paroki di Peru. Dia juga

    sibuk dalam karya formasi Oblat di Regio Amerika Latin, yaitu

    menjabat sebagai asisten Magister Novis di Asuncin, Paraguay (2008-

    2011). Mgr. Salcedo saat ini menjadi Koordinator komisi KPKC

    (Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan) untuk Delegasi Oblat

    Peru.

    Semoga dengan terpilihnya Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda OMI

    menjadi Uskup, Tuhan selalu mendampingi dia dalam setiap karya dan

    pengembalaannya bagi umat di keuskupannya. Saya harap umat Katolik

    di Peru bisa merasakan kebahagiaan dan gambaran Kerajaan Allah di

    Surga dalam penggembalaan Mgr. Carlos Alberto Salcedo Ojeda

    Diambil dari OMI-World, diterjemahkan oleh Pra-Novis Rezerius

    Bintang Taruna, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 5

    Refleksi

    Akulah Garam dan Terang Dunia

    Paus Yohanes Paulus II bersama

    Bunda Teresa, Bapa Uskup yang

    berada di sawah bersama para petani,

    dan Yesus tersalib, adalah gambar

    yang terpampang di sampul buku

    panduan APP 2016.

    Gereja hadir menanggapi situasi

    zaman yang terus berubah, Gereja

    diharapkan menjadi inspirasi bagi

    banyak orang untuk mengambil

    inisiatif, hadir di tengah-tengah

    masyarakat dan bertanggung jawab

    merawat dan memelihara bumi. Hal

    tersebut telah dikatakan dalam Ijlil

    dan dijadikan tema APP 2016, Akulah Garam dan Terang Dunia.

    Menjadi Garam dan Terang Dunia adalah jati-diri kita sebagai orang

    Kristiani.

    APP adalah salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa

    Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa pertobatan, pertobatan bukan

    hanya dalam arti sempit menyesali berbagai macam kesalahan dan dosa,

    tetapi juga menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Dengan

    menjadikan diri lebih baik, maka pribadi yang bertobat meningkatkan

    kualitas hidup. Bila pribadi mempunyai kualitas hidup yang baik, maka

    dapat menjadi garam dan terang bagi dunia.

    Orang lain yang melihat kualitas hidup yang baik dari dalam diri

    kita sendiri, maka orang lain bisa kagum bahkan meneladani apa yang

    baik dalam diri pribadi kita. Hal itu adalah salah satu yang saya pahami

    dalam tema APP 2016.

    Pra-Novis Rezerius Bintang Taruna, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 6

    Cerita Inspiratif

    Domu Kecil Jadi Bidan

    Domu sedang menggembalakan kerbau di padang rumput. Dia

    memisahkan diri dari teman-temannya yang sedang bermain karena dia

    perlu menjaga kerbau mudanya yang hendak melahirkan. Dengan rasa

    cemas Domu senantiasa mengikuti perjalanan kerbau mudanya yang

    mencari tempat untuk melahirkan. Berdasarkan pengalaman yang sudah

    bertahun-tahun dia mengerti bahwa tiap kerbau muda, akan sulit

    melahirkan.

    Sementara Domu sedang sedih melihat kerbaunya yang kesulitan

    melahirkan, tiba-tiba teman-temannya mendekatinya. Mereka mengejek

    dia yang sedang melihat kerbau mudanya yang sebentar lagi mau

    melahirkan. Domu tidak menghiraukan apa yang teman-temannya

    perbuat terhadapnya. Teman-temannya terus-menerus mengejek dia

    sampai ia merasa jengkel. Namun karena ia melihat kerbaunya

    menderita, ia menahan amarahnya dan segera menolong kerbau itu yang

    baru saja berusaha mengeluarkan anaknya.

    Domu dengan panik mencari akal, ia mencari tanah yang biasanya

    dijilati oleh kerbau-kerbau yang lainnya dan membawa tanah itu kepada

    kerbau muda itu. Si kerbau muda itu melihatnya sejenak, lalu menjilati

    tanah itu. Kemudian kerbau itu dengan susah payah mulai melahirkan

    anaknya. Tak lama kemudian lahirlah dengan sehat bayi kerbau itu.

    Dengan segera Domu mengambil rerumputan untuk membersihkan bayi

    kerbau itu. Sementara Domu sedang asyik bergembira, teman-temannya

    datang lagi dan mereka semua tercengang melihat apa yang dibuatnya.

    Saat itu pula teman-teman Domu tidak pernah lagi mengejek dia dan

    Domu dipanggil oleh teman-temannya sebagai bidan kecil.

    Dalam kehidupan hendaknya kita peka, kreatif terhadap lingkungan

    sekitar dan jangan merendahkan orang lain. Sebab omongan kita bisa

    berbalik menyerang kita sendiri.

    Br. Nov. Andrianus, OMI

  • 7

    Dari Laci Socius

    Masa Pra-Paskah dan Paskah Perjalanan waktu bagi banyak

    orang hanyalah sekedar perguliran/ pergantian dari masa ke masa tanpa ada penghayatan. Tetapi iman Kristiani memiliki penghayatan terhadap pergantian masa:

    1. Perjalanan waktu selama sepekan memiliki awalan dan berpuncak pada perayaan hari Minggu

    2. Perjalanan sepanjang tahun li-turgi berpuncak pada peraya-an Paskah Misteri Wafat dan Kebangkitan

    Yesus. Misteri penderitaan, Wafat dan Kebangkitan Kristus ini, digemakan sepanjang tahun Liturgi.

    Perayaan Paskah sebagai puncak Tahun Liturgi, dipersiapkan selama masa Pra-Paskah yang berlangsung 40 hari dan dimulai pada hari Rabu Abu. Masa persiapan ini adalah masa penuh rahmat bagi pemurnian jiwa, masa penuh pemenungan, doa, serta pembinaan tobat. Tradisi Rabu Abu Ritus Alkitabiah penerimaan Abu pada awal Pra-Paskah, mengungkapkan:

    1) Pengakuan akan kedosaan di hadapan Allah. 2) Niat tobat yang dilandasi oleh pengharapan akan Allah yang

    berbelas kasih. Niat tobat yang kuat masa pada awal Pra-Paskah ini, diungkapkan secara meyakinkan dengan melaksanakan pantang dan puasa.

    Olah rohani selama masa Pra-Paskah yang membina sikap tobat ini, tidak hanya bersifat privat belaka, tetapi juga memiliki dampak sosial. Aksi Puasa Pembangunan adalah perwujudan aksi sosial itu. Tahun 2016 ini di Keuskupan Agung Semarang bertema: Akulah Garam dan Terang Dunia. Melalui tema APP ini kita diajak semakin menghadirkan nilai-nilai iman, misalnya mengungkapkan keutuhan ciptaan dengan merawat bumi sebagai Rahim pangan dan sumber hidup bersama.

    Mari kita semakin menampakkan identitas kita sebagai garam dan terang dunia yang meresapi dan menerangi kehidupan masyarakat.

    Rm. Ign. Yulianto, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 8

    Sejenak Tawa

    Gas Beracun

    Suatu hari terjadi perang saudara dalam kelompok Joker antara

    Mbah Dengkek dan Telur. Mereka berperang secara halus namun

    mematikan. Perang ini bisa dikatakan perang dingin. Gerak-gerik dalam peperangan tidak tampak, bahkan jika cuma sekedar melihat

    tanpa mengamati sampai dalam sepertinya biasa saja. Tetapi jika kita

    mengamati dengan cermat di sana ada dendam yang membara untuk

    saling membalas.

    Perang saudara ini juga ternyata berefek sampai ke kelompok Max,

    antara Mbah Kukang dan Ujang. Mbah Kukang terkenal sebagai orang

    yang kritis dan ia selalu mengkritisi dengan apa saja yang dibuat oleh

    Ujang. Saking kritisnya membuat Ujang marah karena selalu mendapat

    kritikan dari setiap kata yang ia ucapkan. Ujang pun berpikir untuk

    mencari cara untuk membalas si Mbah Kukang. Cara yang Ujang

    gunakan menggunakan gas beracun. Segala strategi sudah dipersiapkan oleh Ujang untuk

    menghancurkan Mbah Kukang, maka tibalah saatnya untuk menyerang. Ketika meditasi, Ujang sengaja duduk di depan Mbah

    Kukang agar mudah untuk menyerang. Ujang sangat fokus dan

    konsentrasi pada setiap tarikan nafas yang dilakukan Mbah Kukang agar

    gas beracun yang mau dikeluarkan tepat sasaran. Dan ternyata benar, Ujang berhasil mengeluarkan gas beracun nya ketika Mbah Kukang sedang menarik nafas. Karena sangat menikmati gas beracun yang diluncurkan Ujang, Mbah Kukang sampai terbatuk-batuk. Mbah

    Kukang bertanya, WehhhJang, kamu makan apa kok bauuu banget sampai aku batuk-batuk? Dengan senyum penuh kemenangan Ujang menjawab, Makan buah pete, Mbah. Yahh, pantesan baunya menyengat sekali, jawab Mbah Kukang. Makanya Mbah, jangan terlalu kritis, balas Ujang.

    Pra-Novis Konstantinus Karaeng Tasik, OMI

  • 9

    Refleksi

    Misa Malam Jumat Pertama

    Misa malam Jumat pertama dipimpin oleh Romo Sussanto OMI (Oblat Maria Imakulata) di Gua Maria Pereng, Salatiga, pada Jumat 4 Febuari 2016. Umat yang hadir sekitar 150 orang. Acara dimulai pukul 18.00 diawali dengan Rosario. Kemudian dilanjutkan dengan misa.

    Saat misa dalam kotbahnya, Romo Sussanto mengambil sedikit kata-kata Yesus dalam injil yang baru saja dibacakan. Katanya: Yesus mengutus para murid-Nya untuk tidak membawa bekal, pakaian, uang dalam ikat pinggang. Mereka hanya diperbolehkan membawa tongkat dan kasut. Tujuannya agar dalam perutusannya para Murid bebas dari hal-hal yang duniawi. Namun perlu saya sampaikan bahwa para Novis dan Pra-Novis dalam hal ini tidak taat karena mereka tadi dari rumah berangkat ke sini membawa bekal buah sukun goreng di mobil. Khotbah Romo langsung disambut oleh tertawaan umat.

    Setelah perayaan Ekaristi acara dilanjutkan dengan makan malam bersama umat. Kebersamaan makan malam menimbulkan kehangatan relasi kami dengan umat yang hadir di situ. Kebersamaan ini merupakan

    kebersamaan yang meneguhkan, sebab dalam sharing, kami saling menguatkan, khususnya umat sangat mendukung dengan pilihan kami sebagai religius.

    Rahmat yang besar bagi kami, dengan kedatangan kami di sana mereka dapat mengenal Kongregasi OMI. Bagi mereka OMI adalah nama yang masih asing. Moment kebersamaan ini menjadi kesempatan bagi kami untuk mengenalkan OMI kepada mereka. Harapan saya semoga dengan kehadiran kami di tempat itu ada anak muda yang tertarik menjadi OMI.

    Fr. Nov. Hendrianus Wendi, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 10

    Serba-Serbi

    200 Tahun OMI

    Sudah 200 tahun OMI melayani Gereja di seluruh dunia. OMI lahir

    di Aix-en-Provence Prancis Selatan. Kongregasi ini didirikan oleh

    Pastor Eugenius De Mazenod. Pada waktu itu pastor Eugenius de

    Mazenod sendirian sebagai imam muda berusaha memenuhi kebutuhan

    Gereja di daerahnya pasca terjadinya revolusi Perancis. Dalam proses

    pelayanan yang begitu melelahkan ia jatuh sakit karena beratnya

    pelayanan yang ia jalankan. Setelah pengalaman sakit karena cinta yang

    besar terhadap Gereja, ia kemudian sembuh dan mulai mencari rekan

    kerja untuk bersama-sama melayani Gereja. Kemudian, setelah ia

    mengumpulkan temannya terbentuklah sebuah komunitas kecil di bekas

    biara Karmel di di Aix-en-Provence pada 25 Januari 1816 dan mereka

    mulai melayani orang miskin berangkat dari rumah itu.

    Komunitas kecil itu berisikan lima Imam Projo yang mempunyai

    satu keprihatinan dan tujuan yang sama yaitu: P. Eugenius de Mazenod,

    P. Tempier, P. Deblieu, P. Icard, dan P. Mie. Mereka melayani yang

    terabaikan dan dilupakan oleh Gereja saat itu. Dalam proses pelayanan

    mereka menamakan diri mereka Misionaris Provence. Sepuluh tahun

    kemudian mereka mengganti namanya menjadi Oblat St. Carolus dan

    ingin mengajukan ke Kepausan agar dapat melayani Gereja lebih total.

    Dalam proses pengajuan kongregasi ke kepausan Pastor Eugenius

    mempertimbangkan nama kongregasinya, lalu mengganti nama

    kongregasi mereka yang awalnya adalah Oblat St. Carolus menjadi

    Oblat Maria Imakulata. Ketika ia menghadap Paus pada 17 Februari

    1826 dan mengusulkan nama Oblat Maria Imakulata, nama itu pun di

    setujui oleh Paus Leo XII. Artinya nama Oblat Maria Imakulata

    disetujui oleh Gereja dan itu merupakan pemberian nama yang indah

    dari Gereja.

    25 Januari 2016, Oblat Maria Imakulata (OMI) telah genap 200

    tahun dan sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di usia

    200 tahun, OMI Internasional merayakan dengan penuh syukur dan

  • 11

    terima kasih kepada Allah dan dengan kesederhanaan sesuai dengan

    situasi dan kondisi di tempat para Oblat berkarya.

    OMI Indonesia, khususnya di Distrik Formasi merayakan 200 tahun

    OMI dengan misa syukur bersama di Kapel Seminari Tinggi OMI

    Minggu, 24 Januari 2016. Dalam perayaan syukur itu, Provinsial OMI

    Indonesia, Rm. Ant. Rajabana menjadi selebran utama.

    Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas segala kebaikan Tuhan,

    OMI Provinsi Indonesia mempersembahkan dua orang frater yang

    secara bebas mengikrarkan kaul kekal di hadapan Provinsial OMI

    Indonesia dan seluruh umat yang hadir. Dengan lantang dan mantap

    mereka berjanji siap dan bersedia menjadi Oblat misionaris yang setia

    dan total. Mereka adalah kado terindah untuk perayaan 200 tahun OMI.

    Persembahan kedua frater tersebut bukan hanya menambah jumlah

    anggota Oblat khususnya OMI Indonesia, namun menjadi tanda restu

    Allah akan hadirnya OMI di tengah-tengah Gereja dan umat

    mengharapkan OMI terus bertumbuh dan berkembang menjadi

    misionaris yang handal dan terdepan untuk melayani Gereja.

    Harapan saya untuk kongregasi OMI ialah semoga di usia yang

    sudah 200 tahun ini, OMI tetap berdiri kokoh kuat di tengah himpitan

    zaman yang semakin maju. Semoga di usia 200 tahun ini semakin

    banyak kaum mudah bergabung bersama dengan OMI agar dapat

    melayani yang tak terlayani.

    Fr. Nov. Flavianus A. A. Onlet, OMI

    Acara Siraman Fr. Denny & Fr. Maryanto, 23 Januari 2016

    Acara Kaul Kekal fr. Denny & Fr. Maryanto, 24 Januari 2016

  • 12

    Refleksi

    Berkah Imlek Gong Xi Fa Cai Senin, 8 Febuari

    2016 Romo Magister mengajak kami

    pergi memancing di Berbah, persisnya di

    kolam pemancingan milik Pak

    Langgono. Selain memancing, kami

    turut merayakan hari Ulang Tahun

    Giovan, anak kedua dari Pak Langgono.

    Pada kesempatan ini penulis dimintai

    tolong untuk memimpin sembahyang

    ulang tahun dan mohon berkat bagi

    keluarga.

    Memancing selain sebagai refreshing saya secara pribadi mengolah

    beberapa hal. Yang paling utama adalah

    kesabaran. Memancing butuh kesabaran karena umpan belum tentu

    dimakan oleh ikan. Tanpa kesabaran, yang ada hanyalah frustasi.

    Memancing melatih saya untuk mengolah emosi dalam batin. Hal kedua

    yang perlu adalah daya tahan. Daya tahan diperlukan untuk bertahan

    berdiri di bawah panas matahari sembari memancing. Dari pengalaman

    ini, daya tahan saya sebagai seorang misionaris ditantang dan diuji.

    Memimpin Sembahyang Ini merupakan pengalaman pertama saya berpastoral memimpin sembahyang ulang tahun anak dan mohon berkat

    bagi keluarga. Tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana

    membawakan renungan saya secara ringkas namun tetap berbobot.

    Membawakan hasil permenungan dalam bahasa yang sederhana dan

    mudah dimengerti juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini menjadi

    penting karena itulah yang dikehendaki oleh St. Eugenius de Mazenod

    bagi para Oblatnya, agar para Oblat tidak mewartakan dengan kalimat-

    kalimat indah melainkan dengan kalimat yang paling sederhana yang

    mudah dimengerti oleh orang-orang paling kecil sekalipun.

    .

    Fr. Nov. Henrikus Prasojo, OMI

  • 13

    Refleksi

    Kunjungan Mgr. Mark Edwards , OMI

    Komunitas Novisiat OMI Blotan menerima kunjungan Mgr. Mark Edwards, OMI dan kedua orangtuanya Pada 15 Januari 2016 yang lalu. Kunjungan ke Novisiat ini bukanlah kunjungan resminya sebagai uskup auxillier Melbourne, Australia. Beliau mengunjungi Indonesia sebagai tanah kelahirannya, tepatnya di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ketika itu beliau menyebutkan bahwa orangtuanya bekerja di Balikpapan. Kenangan akan Indonesia membuatnya rindu mengunjungi tanah kelahiran.

    Dalam Ekaristi, beliau menekankan bahwa yang terbesar dalam Ekaristi bukanlah Uskup, melainkan Yesus Kristus yang menjadi Oblat sejati. Ia menyebutkan penghayatan itu bahwa hari kelahirannya tidak begitu penting ketika ia mengenal Yesus dan menerima Sakramen Babtis. Sebagai misionaris Oblat, kenyataan zaman ini memerlukan keberanian dan kebijaksanaan.

    Dua kata pokok kunjungannya bersama komunitas Novisiat OMI, yakni wisdom and courage merupakan modal para OMI untuk menerima misi baru saat ini. Walaupun dalam kesibukannya sebagai uskup, ketika berkunjung di Indonesia, ia seperti seekor ikan yang dilepaskan di perairan luas. Artinya, Mgr. Mark Edwards, OMI memiliki kerinduan mendalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dan memastikannya diterima oleh umat. Dalam kata penutupnya, cinta yang diungkap dalam hidup Yesus, yang nampak dalam kebangkitanNya menebus setiap orang yang merindukan Allah, betapapun berat dosa-dosanya. Inilah al-asan mengapa keberanian dan kebijaksaanaan dipero-leh dari Allah bagi para Oblat dan rekan-rekan sekerjaNya. Terima kasih, Mgr. Mark Edwards OMI, kami, ko-munitas Novisiat OMI mendoakanmu.

    Pra-Novis Tarchizius Edtwin Sulispriyanto, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 14

    Historia Domus-Galeria Nostra

    Turut Berduka cita atas

    meninggalnya ibu Maria

    Fransiska Saminah, Ibu Rm.

    Toro OMI pada Jumat, 12

    Febuari 2016. Komunitas

    Novisiat OMI ikut hadir

    mendoakan dan meneguhkan

    segenap anggota keluarga.

    Mas Agus, karyawan Novisiat

    OMI Indonesia merayakan

    ulang tahunnya yang ke-40

    pada Jumat, 5 Febuari 2016

    bersama segenap Komunitas

    Novisiat OMI Indonesia.

    Pemberkatan Rumah KSW

    (Koperasi Swadaya Wanita) di

    Ds. Minomartani Ngemplak,

    Sleman pada19 Februari 2016 .

    Foto: Dok Novisiat OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 15

    Refleksi Luka yang Membangkitkan

    Novis dan Pranovis OMI mengikuti retret Inner Child atau

    pengolahan luka batin yang dibawakan oleh Suster Irene FCJ. Retret berlangsung dari 13-17 Januari 2016 di Komunitas Novisiat OMI Beato Joseph Gerard. Inner Child merupakan salah satu cara pengolahan hidup dengan melihat si kecil dalam diri manusia yang mengalami luka batin dalam dirinya dan berdamai luka itu

    Setiap manusia memiliki luka batin yang terkadang tidak diketahui bahkan diabaikan. Padahal luka batin dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh dalam diri masing-masing pribadi. Hal serupa juga saya alami, tanpa saya duga ternyata saya juga memiliki luka batin itu, selama ini tidak saya sadari.

    Dengan mengikuti retret Inner Child, Banyak pelajaran yang membantu saya menyembuhkan luka batin yang ada dalam diri saya. Saya juga semakin mengenal diri saya lebih jauh lagi. Saya semakin sadar kekurangan maupun kelebihan saya. Sekarang ini saya merasa semakin bisa berdamai dengan luka batin saya dan saya menjadi lebih bahagia.

    Pengalaman mengenal luka batin ini mengajak saya untuk lebih rendah hati, berani menerima diri apa adanya dari apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada saya. Saya juga semakin mampu menerima diri, baik segala kelebihan dan kekuarangan saya. Saya juga semakin berani tampil apa adanya di hadapan orang lain serta terbuka

    bagi siapa saja yang membutuhkan saya.

    Sepanjang hidup luka itu akan tetap terbawa. Yang perlu dilakukan hanyalah berdamai dengan luka itu. Bagi saya sikap rendah hati dan terbuka pada orang lain membantu saya untuk merawat si kecil dalam diri saya, membantu saya untuk berdamai dengan luka, dan membuat saya menjadi lebih baik lagi menjalani hidup.

    Pra-Novis Konstantinus Karaeng Tasik, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 16

    Refleksi

    Perayaan 200 Tahun OMI di Novisiat Beato Joseph Gerard Komunitas Novisiat OMI

    Beato Joseph Gerard merayakan pesta

    hari jadi Kongregasi yang ke 200

    tahun pada 25 Januari 2016 yang lalu.

    Perayaan ini dilakukan dalam

    kesederhanaan dan kegembiraan.

    Setiap anggota komunitas diajak

    kembali berefleksi mengenai mengapa

    Allah memanggil dalam kharisma St.

    Eugenius de Mazenod. Ungkapannya

    hadir dalam jam kudus oraison

    bersama karyawan dan awam.

    Kami diingatkan tentang pentingnya kembali ke jantung Bapa

    Pendiri yang disapa oleh Roh Kudus karena Keilahian Allah yang

    dirasanya begitu terlambat ia jawab. Pusat sapaan Kasih Allah ini tidak

    berhenti dalam pergumulan Bapa Pendiri, melainkan dibagikan mulai

    dari komunitas Novisiat dan relasinya. Kehadiran keluarga para novis

    yang hadir dalam perayaan, dalam doa mereka untuk para formandi dan

    formator, peran awam OMI dan karyawan yang ikut memperhatikan

    formasi para Oblat dan karya yang dipercayakan Allah demi

    tersampainya Kabar Gembira untuk orang miskin memperkaya kami.

    Dalam acara santap bersama, ungkapan kebersamaan

    memberikan inspirasi keberanian dan kebijaksanaan bagi saya. Hal itu

    tentu saja melibatkan peran serta berbagai pihak dalam tubuh OMI.

    Keberanian dan kebijaksanaan ditampakkan dalam kesungguhan hidup

    doa dan berelasi, kemampuan menerapkan studi bukan untuk diri oblat

    sendiri dan akhirnya membagikan kegembiraan karena oblat dan awam

    OMI dicintai Allah bagi siapapun di mana berada. Harapan ini

    memperteguh saya sebagai calon Bruder Oblat agar relevan, sederhana

    dan mengandalkan inisiatif Allah dalam pertobatan setiap hari bersama

    saudara-saudari saya dalam komunitas Novisiat OMI.

    Pra-Novis Tarchizius Edtwin Sulispriyanto, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 17

    Ringkasan

    Menjawab Kerinduan Akan Allah

    Buku yang berjudul Hati yang

    Mendamba adalah sebuah buku kecil

    yang ditulis oleh Pastor Siriakus Maria

    Ndolu O.Carm. Buku ini dicetak oleh

    Percetakan dan Penerbitan DIOMA

    Malang tahun 2004. Buku ini hendak

    menjawab kerinduan orang-orang yang

    mencari Allah.

    Allah seringkali terasa jauh,

    bukan karena Dia benar-benar jauh

    melainkan karena manusia yang

    membuat jauh. Pekerja Injil yang

    dipercaya memperkenalkan Allah

    kepada umat juga terkadang terjebak dengan ungkapan-ungkapan indah

    dan Maha Agung sehingga Allah tidak sungguh dikenal di hati umat.

    Umat ada yang mengungkapkan kerinduannya akan Allah, bahwa dalam

    hidupnya umat ingin memperhatikan keimanan mereka melalui hal yang

    mudah ditangkap dan membuat umat semakin dekat dengan Allah.

    Pendekatan yang diambil oleh penulis diambil dari teks

    Perjanjian Baru yaitu kisah Zakheus yang memiliki kerinduan hati untuk

    bertemu dengan Yesus. Dalam buku ini, Zakheus menjadi contoh dan

    teladan untuk bisa menjawab kerinduan akan Allah.

    Pencarian akan Allah memang berasal dari manusia, dan itu

    merupakan awal yang baik untuk bisa menemui Allah, tetapi perlu

    diingat bahwa kerinduan itu berasal dari Allah. Allah yang meletakkan

    kerinduan itu di hati manusia, dengan kata lain kerinduan untuk

    menemui Allah adalah rahmat dari Allah. Zakheus mendengar Yesus

    masuk ke Yerikho dan ia ingin sekali bertemu Yesus, demikianlah Allah

    telah menanamkan kerinduan dalam hati Zakheus.

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 18

    Zakheus yang merasakan adanya kerinduan kemudian berusaha

    untuk menemui Yesus. Kerinduan sebagai rahmat dan hasrat masihlah

    belum cukup, perlu ada usaha dari manusia untuk menjawab anugerah

    kerinduan tersebut dan tak jarang usaha tersebut mengalami tantangan

    dan hambatan. Hal itu dialami oleh Zakheus. Ia ingin bertemu Yesus,

    sayang badannya pendek dan ia kesulitan untuk melihat Yesus yang ada

    di tengah kerumunan.

    Butir pentingnya bukan pada kelemahan Zakheus, melainkan

    usahanya untuk melihat Yesus. Ia memanjat pohon. Jika kita dalam

    menjawab kerinduan akan Allah ini menghadapi tantangan dan

    kesulitan, kita harus menemukan jalan yang bisa membantu kita untuk

    semakin dekat dengan Allah.

    Ada yang lebih menarik dari uraian penulis tentang Zakheus ini.

    Usaha Zakheus yang memanjat pohon memang membuat ia mampu

    melihat Yesus di tengah keramaian, tetapi ingat siapa yang duluan

    menyapa? Zakheus atau Yesus? Yesuslah yang duluan menyapa

    Zakheus dan mengatakan bahwa Ia ingin singgah di rumah Zakheus.

    Sekali lagi, Allah yang menyapa kita terlebih dahulu. Maka untuk

    menyadari hal itu, menjawab kerinduan hati kita akan Allah, hati harus

    peka dan terbuka terhadap sapaan-Nya. Kita tidak disarankan untuk

    fokus pada usaha kita mendekati Dia, tetapi fokus kita adalah semakin

    menyadari kehadiran Dia yang telah ada di dalam lubuk hati terdalam

    kita. Selamat menjawab kerinduan Anda akan Allah.

    Fr. Nov. Henrikus Prasojo, OMI

  • 19

    Refleksi

    Studi Bahas Inggris

    Untuk menjalani hidup ini saya sendiri memaknainya sebagai anugerah yang indah dari Tuhan. Salah satu anugerah yang saya syukuri adalah belajar Bahasa Inggris. Belajar Bahasa Inggris merupakan sesuatu yang mudah-mudah sulit. Namun, Tuhan masih memberi kesempatan kepada saya untuk terus belajar Bahasa Inggris dan terus mencoba.

    Belajar Bahasa Inggris merupakan pengalaman yang menarik. Mengapa? Karena saya harus belajar dari dasar. Ketika masuk Novisiat OMI mau tak

    mau saya harus belajar Bahasa Inggris dengan tekun. Bukan hal yang mudah bagi saya belajar Bahasa Inggris, karena ini adalah hal baru, sebelumnya saya belum pernah mendapatkan pelajaran itu. ketika harus belajar Bahasa Inggris tantangan yang saya hadapi ialah rasa malas, takut, bosan, dan patah semangat.

    Namun dengan niat yang ada dan dengan bantuan dari komunitas serta Tuhan, saya berusaha untuk terus mencoba dari yang sederhana. Tetapi saya bersyukur dengan dari dasar saya mengalami perkembangan walaupun sedikit. Saya berpikir sejenak bagaimana jadinya kalau saya tidak belajar dari dasar mungkin saya terus jalan di tempat.

    Untuk dapat berkembang dalam belajar Bahasa, Inggris saya berusaha untuk rendah hati. Saya membiasakan diri untuk terbuka terhadap masukan, kritikan, saran dari teman-teman maupun guru. Memang ketika mendapatkan masukan ada banyak tantangan untuk rendah hati, masih ada rasa sombong dalam diri saya. Tetapi akhirnya saya sadar maksud dari itu semua ialah tanda bahwa mereka mengasihi saya. Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan, walaupun sampai sekarang saya belum bisa berbahasa Ingris dengan baik, tetapi Ia masih menganugerahkan pada saya guru, teman-teman, dan formator yang sabar membantu saya dalam belajar Bahasa Inggris.

    Br. Nov. Andrianus, OMI

    Foto: Dok Novisiat OMI

  • 20

    Gerard.Com

    Pengasuh : Rm. Ant. Sussanto, OMI;

    Rm. Ign. Yulianto, OMI

    Redaktur Piket Edisi ini : Fr. Nov. Hendrianus Wendi, OMI

    Kontributor : Bintang; Edtwin; Tio; Br. Andrianus;

    Fr. Vian; Fr. Wendi; Fr. Prasojo

    Alamat : Novisiat OMI Beato Joseph Gerard,

    Jln.Kamboja No.17, RT 01/RW 40

    Blotan, Wedomartani, Sleman, YK,

    55581

    Telp : 0274-889783

    Keterangan Cover : Saat komunitas Novisiat rekreasi ke taman wisata

    Kopeng

    Selamat Pantang dan Puasa, Tuhan Memberkati !!! Amin