GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO.pdf

download GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO.pdf

of 50

Transcript of GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO.pdf

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kegiatan Konferensi Nasional Danau Indonesia Ke-2

    diselenggarakan dalam rangka penyelamatan dan pengelolaan ekosistem

    danau di Indonesia, khususnya penyelamatan Danau prioritas periode

    2009-2014, sesuai dengan kesepakatan Bali 2009 tentang Pengelolaan

    Danau yang berkelanjutan. Dalam pengembangan dan pemanfaatan

    potensi danau sangat diperlukan upaya untuk mempertahankan,

    melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan keseimbangan

    ekosistem melalui 7 strategi, yaitu pengelolaan ekosistem danau;

    pemanfaatan sumber daya air danau; pengembangan sistem monitoring,

    evaluasi dan informasi danau; penyiapan langkah-langkah adaptasi dan

    mitigasi perubahan iklim terhadap danau; pengembangan kapasitas,

    kelembagaan dan koordinasi; peningkatan peran masyarakat; dan

    pendanaan berkelanjutan.

    Kesepakatan Bali 2009 menetapkan 15 danau prioritas yang akan

    ditangani bersama secara terpadu, berwawasan lingkungan dan

    berkelanjutan pada periode 2010-2014. Penetapan danau prioritas

    berlandaskan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen

    Pemda dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis untuk

    kepentingan nasional, keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko

    bencana. 15 danau tersebut adalah Danau Toba, Maninjau, Singkarak,

    Kerinci, Tondano, Limboto, Rawapening, Tempe, Matano, Mahakam,

    Sentarum, Sentani, Batur, Rawa Danau, dan danau Poso.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 2

    Danau Poso terletak di sebelah selatan kota Poso tepatnya di desa

    Tentena, kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso yang berjarak 56 km

    dari kota Poso dan dapat ditempuh selama 1,5 jam dari kota Poso dengan

    menggunakan roda empat. Danau Poso memiliki luas kurang lebih 32.000

    hektar, dengan di kelilingi oleh hutan, pegunungan. Danau ini berada

    pada ketinggian 657 meter diatas permukaan laut, sehingga memiliki

    udara yang sejuk ditambah lagi dengan keunikan hamparan pantai pasir

    berwarna putih dan kuning, air danau yang jernih sehingga dapat

    menambah keindahan danau Poso. Saat ini keberadaan kawasan Danau

    Poso sudah sangat mengkhawatirkan, di mana kondisi Daerah Aliran

    Sungai (DAS) mengalami degradasi ditandai semakin meluasnya lahan

    kritis, erosi pada lereng-lereng curam baik yang digunakan untuk

    pertanian dan untuk peruntukan lain seperti pemukiman,

    pertambangan dan sebagainya telah berdampak luas terhadap

    lingkungan antara lain banjir yang semakin besar dan frekuensinya

    meningkat, debit air sungai di musim kemarau yang sangat rendah,

    percepatan sedimentasi pada danau dan jaringan irigasi, serta

    penurunan kualitas air, yang mengancam keberlanjutan

    pembangunan khususnya pembangunan pertanian. Sehingga danau

    Poso masuk dalam kategori danau Prioritas yang perlu mendapat

    perhatian serius dari semua stakeholders.

    1.2 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    A. Undang - Undang

    1. Undang - Undang No. 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar

    Pokok - Pokok Agraria.

    2. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan

    Pokok Pertambangan.

    3. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 3

    Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

    4. Undang-undang No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan

    Pemukiman

    5. Undang-undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan

    Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati.

    6. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan.

    7. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

    8. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan

    Daerah.

    9. Undang-Undang No 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang.

    10. Undang-Undang No 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan.

    11. Undang-undang No 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup

    B. PERATURAN PEMERINTAH

    1. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970, tentang Perencanaan

    Kehutanan.

    2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991, tentang Rawa

    3. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai.

    4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran

    Tanah.

    5. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997, tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional.

    6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan

    Jenis Tumbuhan dan Satwa.

    7. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999, tentang Pemanfaatan

    Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

    8. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan

    Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 4

    9. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2001, tentang Tata

    Pengaturan Air.

    10. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001, tentang Irigasi

    11. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan

    Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air.

    12. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004, tentang Penatagunaan

    Tanah.

    13. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2004, tentang Pemanfaatan

    Jasa Lingkungan.

    14. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004, tentang Perlindungan

    Hutan.

    15. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007, tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah

    Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota.

    16. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, tentang Bendungan.

    C. KEPUTUSAN PRESIDEN

    1. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan

    Kawasan Lindung.

    2. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003, tentang Kebijakan

    Nasional Bidang Pertanahan.

    3. Keputusan Presiden No. 65 Tahun 2006, tentang Pengadaan

    Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

    Umum.

    D. PERATURAN MENTERI

    1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009,

    tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau

    Waduk.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 5

    2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tentang

    Garis Sepadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah

    Peguasaan Sungai dan Bekas Sungai

    3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39/PRTI1990, tentang

    Pembagian Wilayah Sungai.

    4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/1990, tentang

    Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air.

    5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 48/PRT/1990, tentang

    Pengelolaan Atas Air dan Sumber Air Pada Wilayah Sungai.

    6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49/PRT/1990, tentang

    Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber

    Sumber Air.

    7. Peraturan Menteri Kesehatan 416/1990, tentang Syarat-Syarat

    Pengawasan Kualitas Air.

    8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009,

    tentang daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau

    waduk

    9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    86/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Penyediaan Akomodasi.

    10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    87/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Jasa Makanan dan Minuman.

    11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    88/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Kawasan Pariwisata.

    12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    89/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Transportasi Wisata.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 6

    13. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    90/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Daya Tarik Wisata.

    14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    91/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi.

    15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM

    92/HK.501/MKP/2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

    Jasa Pramuwisata.

    E. KEPUTUSAN MENTERI

    1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458/KPTS/1986,

    tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan

    Penambangan Bahan Galian Golongan C.

    2. Keputusan Menteri Kehutanan No. 687/KPTS-11/1989, tentang

    Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan

    Rakyat dan Taman Wisata Laut.

    3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 779/KPTS/1990,

    tentang Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai.

    4. Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/KPTS-11/1994, tentang

    Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata di Kawasan

    Pelestarian Alam.

    5. Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/KPTS-11/1996, tentang

    Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam.

    6. Keputusan Menteri Kehutanan No. 348IKPTS-11/1997, tentang

    Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/KPTS-ll/1996

    tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin

    Pengusahaan Pariwisata Alam.

    7. Keputusan Menteri Kesehatan No 907 Tahun 2002 tentang

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 7

    Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

    8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 42 Tahun 2003

    tentang Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta

    Pedoman Pembuangan Limbah ke Air.

    F. PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

    1. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No 4 Tahun

    1985, tentang Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di

    Sulawesi Tengah.

    2. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No 11 Tahun

    1996, tentang Sempadan Sungai.

    3. Perda Provinsi Sulawesi Tengah No 02 Tahun 2004 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

    4. Perda Provinsi Sulawesi Tengah No 02 Tahun 2009 tentang

    Irigasi.

    G. KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH

    1. Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah No.

    Kep.188.44/1443/Ro. BKLH/1990 tentang Baku Mutu Lingkungan

    di Provinsi Sulawesi Tengah;

    2. Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor 465

    Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air dan Udara di Sulawesi

    Tengah.

    H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO

    1. Peraturan Daerah Kabupaten Poso No 15 Tahun 1994 tentang

    Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Poso.

    2. Peraturan Daerah Kabupaten Poso No 8 Tahun 2006 tentang

    Daerah Aliran Sungai dan Danau.

    3. Peraturan Daerah Kabupaten Poso No 1 Tahun 2008 tentang

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 8

    Kewenangan Kabupaten Poso.

    4. Peraturan Daerah Kabupaten Poso No 6 Tahun 2010 tentang

    Irigasi.

    1.3 PERMASALAHAN

    Beberapa program telah dikembangkan dan dijalankan, namun

    demikian lebih bersifat sporadis, dan seringkali berbenturan dengan

    kewenangan dan tanggung jawab, sehingga hasilnya kurang optimal, di

    mana program tersebut hanya menyelesaikan permasalahan sesaat,

    namun ketika program telah berhenti, maka permasalahan akan muncul

    lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan suatu grand

    design yang mampu mengatasi akar permasalahan dan keberlanjutan

    programnya terjamin.

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka permasalahan

    Danau Poso secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori

    yaitu permasalahan pada badan air danau Poso, permasalahan di DTA dan

    Sempadan, serta permasalahan kelembagaan. Adapun Evaluasi dan Road

    Map identifikasi permasalahan Danau Poso akan dijelaskan lebih detail

    pada Bab II.

    1.4. RUANG LINGKUP DAN KERANGKA PIKIR

    Kebijakan pengelolaan ekosistem danau didasarkan pada visi untuk

    melestarikan fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi

    sekarang dan yang akan datang. Sedangkan misi: melakukan tindakan

    konservasi dan pemanfaatan yang bijak atas danau dan daerah tangkapan

    airnya melalui kegiatan inventarisasi, penelitian, dan kajian ekosistem

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 9

    danau serta mengikutsertakan peran aktif masyarakat setempat dan

    meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan kerjasama, koordinasi, dan

    keterpaduan antar pemangku kepentingan.

    Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaannya

    dalam UU N0.23 tahun 1997. Kelestarian ekosistem danau sangat

    diperlukan untuk kesinambungan fungsi lingkungan hidup danau, yaitu

    sebagai habitat makhluk hidup pada perairannya serta manfaat sumber

    daya airnya bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan danau sebagai sumber

    daya alam dan sumber energi terbarukan perlu seimbang dan tidak

    mengganggu ekosistemnya. Danau memiliki ukuran dan keterbatasan

    daya dukungnya bagi makhluk hidup, sehingga tidak boleh menampung

    beban pencemaran lingkungan yang melebihi daya tampungnya yang

    merupakan karakteristik dari danau tersebut. Setiap pemanfaatan dan

    kegiatan pada perairan danau atau menggunakan sumber daya air danau

    perlu memperhatikan karakteristik danau tersebut, agar tidak terjadi

    kerusakan lingkungan. Beban lingkungan berasal dari daerah tangkapan

    air danau, dan dari atas perairan danau, serta dari hilir danau yang

    mengambil air yang mengganggu keseimbangannya. Oleh karena itu

    tanggung jawab menjaga kelestarian danau perlu dipikul bersama oleh

    semua stakeholder yang berkepentingan dan berkaitan dengan danau,

    yaitu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pengusaha dan

    Masyarakat.

    Strategi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah

    ditempuh dengan pendekatan perencanaan pembangunan secara holistik

    yang memungkinkan kebijakan-kebijakan secara terpadu, baik dari proses

    perencanaan sampai ke pengelolaannya. Prinsip ini ditetapkan dalam Pola

    Dasar Pembangunan Daerah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah

    dengan mempertimbangkan segi-segi konservasi, pemulihan terhadap

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 10

    kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup sesuai dengan

    pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi kebijaksanaan

    pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah ditempatkan

    pada prioritas utama, disamping bidang kependudukan dan

    ketenagakerjaan.

    Ruang lingkup penyelamatan ekosistem Danau Poso diawali dengan

    analisis SWOT untuk menemukenali akar permasalahan dari kondisinya

    sekarang. Degradasi lahan kawasan danau Poso terutama Daerah Aliran

    Sungai (DAS) ditandai semakin meluasnya lahan kritis, erosi pada

    lereng-lereng curam baik yang digunakan untuk pertanian dan untuk

    peruntukan lain seperti pemukiman, pertambangan dan sebagainya.

    Terjadinya fenomena tersebut tidak terlepas sebagai akibat dari

    kurang efektifnya pengelolaan DAS, terutama karena tidak adanya

    keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan oleh berbagai sektor,

    instansi, atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan DAS. Oleh

    karena itu pendekatan menyeluruh dan terpadu sangat diperlukan

    dalam mengurangi degradasi lahan di kawasan Danau Poso. Guna

    mencapai kondisi tersebut, maka disusun milestones 5 tahun pertama

    Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) 3 pendekatan yang saling

    mendukung dan terintegrasi seperti pada Gambar 1.

    Pendekatan untuk GERMADAN Danau Poso tediri dari Aplikasi Sains

    dan Teknologi untuk remediasi Badan Danau dan DTA, Pengembangan

    Kelembagaan untuk Peningkatan Pengelolaan Danau, dan Peningkatan

    peran serta masyarakat dalam Pengelolaan dan Konservasi Danau. Ketiga

    pendekatan tersebut di atas saling terintegrasi sehingga dapat

    dirumuskan program Super Prioritas (Pokok) dan Prioritas (Pendukung).

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 11

    PROGRAM SUPER PRIORITAS (POKOK)

    1. Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air

    2. Penyelamatan ekosistem DAS dan DTA

    3. Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

    PROGRAM PRIORITAS (PENUNJANG)

    1. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau

    2. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat

    Gambar 1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    1.5. TUJUAN DAN KEGUNAAN PROGRAM PENYELAMATAN DANAU POSO

    1.5.1. Tujuan Studi

    Program Penyelamatan Danau Poso bertujuan untuk

    mengkonservasi danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir

    alami untuk PLTA, irigasi pertanian, perikanan, sumber baku air minum

    dan wisata dapat terjaga. Adapun tujuan khusus dari program ini adalah:

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    I - 12

    a. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air

    dan DTA

    b. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan Danau Poso yang

    didukung oleh kelembagaan yang baik

    c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan

    konservasi Danau Poso dengan berbasis kearifan lokal.

    1.5.2. Manfaat

    a. Program Penyelamatan Danau Poso akan bermanfaat untuk

    mencegah kerusakan ekosistem danau dari berbagai aktivitas

    masyarakat.

    b. Sebagai bahan kebijakan Pemerintah dalam penilaian kesesuaian

    antara rencana kegiatan penyelamatan danau dengan rencana

    pembangunan daerah.

    c. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi di dalam kegiatan

    pengelolaan Danau Poso. Melalui partisipasi masyarakat dalam

    proses penyelamatan Danau Poso diharapkan di masa mendatang

    masyarakat juga akan turut serta secara aktif dalam pengambilan

    keputusan mengenai kelayakan lingkungan suatu rencana usaha

    dan/atau kegiatan.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 13

    BAB II

    EVALUASI DAN ROAD MAP DANAU POSO

    2.1. LINGKUP WILAYAH STUDI

    Danau Poso merupakan danau yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi

    Sulawesi Tengah dengan memiliki luas 36.677 ha, ketinggian 600 m

    dpl, dengan klasifikasi iklim menurut Shemid dan Ferguson dalam tipe

    iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.284,16 mm/tahun dengan nilai q

    = 19-32C, terletak di lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pamona

    Utara, Pamona Timur, Pamona Tenggara, Pamona Barat dan Pamona

    Selatan.

    2.1.1. Batas Administrasi

    Wilayah DAS atau daerah tangkapan air Danau Poso, secara geografis

    terletak pada posisi koordinat sbb.: 120 21 27,10 Bujur Timur - 120 51

    9,28 Bujur Timur dan 1 41 18,42 Lintang Selatan - 2 18 3,41 Lintang

    Selatan. Berdasarkan ketinggian tempat terletak pada kisaran ketinggian

    500 - 1.788 m di atas permukaan laut. Secara administratif terletak dalam

    wilayah Pemerintah Kecamatan Pamona Utara, Pamona Selatan, dan

    Pamona Barat.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 14

    2.1.2. Geologi dan topografi

    Geologi

    Secara geologis wilayah Kabupaten Poso terletak pada daerah

    pegunungan lipatan, yakni pegunungan Fennema dan Tineba di bagian

    barat, pegunungan Takolekaju di bagian barat daya pegunungan Verbeek

    di tenggara, pegunungan Pompangeo dan pegunungan Lumut di bagian

    timur. Sebagian besar wiayah Kabupaten Poso merupakan kawasan

    pegunungan dan perbukitan, ketinggian wilayah pada umumnya berada

    di atas 500 meter dari permukaan laut.

    Di daerah lembar poso terdapat tiga mendala geologi yang memiliki ciri

    batuan dan sejarah pencenanggaan yang berbeda; yaitu (1) mendala

    Sulawesi Barat dibagian barat lembar, (2) Mendala Sulawesi Timur

    dibagian tengah dan timur lembar (zona lokasi studi), serta (3) Mendala

    Banggai-Sula dibagian paling timur Lembar. Sejarah tektonik yang

    menyatukan ketiga mendala tersebut dapat diuraikan mulai jaman kapur,

    yaitu saat Mendala Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti gerakan

    penunjaman landai ke arah barat dibagian timur Mendala Sulawesi Barat.

    Penunjaman ini menyebabkan terbentuknya bancuh tektonik dan sekis

    glokofan. Fase tektonik berikutnya pada oligosen, yaitu saat benua mikro

    Banggai-Sula bergerak ke barat

    seiring terjadinya sesar besar

    mendatar (Sesar Sorong),

    sementara penunjaman dibagian

    timur Mendala Sulawesi Barat

    masih berlanjut. Pada Miosen

    Tengah ketiga mendala geologi

    tersebut menyatu dengan kontak

    tektonik, dan sebagian batuan dari

    Gambar 2.1. Peta Geologi danau Poso

    dan sekitarnya

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 15

    bagian timur Mendala Sulawesi mencuat ke atas Mendala Banggai-Sula.

    Pada akhirnya Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan

    sedimen molasa secara tak selaras di atas ketiga mendala tersebut, serta

    terjadi batuan terobosan granit di Mendala Sulawesi Barat. Pada Plio-

    Plistosen seluruh daerah tersebut mengalami pencenanggaan serta

    penerobosan oleh granit yang sebelumnya hanya terjadi di Mendala

    Sulawesi Barat. Setelah itu diikuti pengangkatan diseluruh daerah hingga

    menghasilkan kenampakan bentang alam seperti sekarang.

    Topografi

    Daerah Tangkapan Air Danau Poso sebagian besar terletak di empat

    kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona

    Utara, dan Pamona Timur. Tepi bagian timur danau sangat curam hanya

    di daratan DAS Kodina dan Bancea yang agak landai.

    2.1.2. Hidrologi

    Daerah Aliran Sungai yang masuk ke Danau Poso sebagian besar berada di

    Kecamatan Pamona Selatan dan curah hujannya cukup tinggi. Sehingga

    dari data curah hujan yang ada sangat menguntungkan. Secara garis besar

    DAS Danau Poso dapat dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu hulu, tengah

    dan hilir.

    a. Daerah Hulu

    Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai kelandaian cukup

    terjal, lebih daripada 25%. Kemiringan lahan di bagian ujung hulu

    mencapai 25-40%. Di atas hulu yang berada di lereng pegunungan

    kemiringan mencapai lebih dari 40%.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 16

    b. Daerah Tengah

    Merupakan daerah dengan kelandaian sedang berkisar 8%. Di

    beberapa bagian dijumpai kemiringan yang agak besar sampai 15%.

    Kawasan ini merupakan daerah pertanian, khususnya tanaman padi,

    tegalan dan semak belukar.

    c. Daerah Hilir

    Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2%.

    Di areal ini terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa

    lokasi

    2.1.3. Tata guna lahan

    Kondisi tata guna lahan di Kawasan Danau Poso lebih didominasi

    oleh pemanfaatan Lahan kering, baik sebagai tegalan, pekarangan, hutan

    dan lainnya. Pada tabel berikut diperlihatkan penggunaan lahan pada

    kawasan Danau Poso.

    Tabel 2.1 Penggunaan lahan Kawasan Poso Tingkat Kecamatan

    Kecamatan

    Sawah (Ha) Jumlah

    (Ha) Teknis teknis Sederhana Non PU Tadah hujan

    Pamona Selatan 870,50 1.752 420 2.039 47,60 5129,10

    Pamona Barat - - 386 395 - 781,10

    Pamona Timur 600,50 1027 1524 110,30 - 2940,50

    Pamona Utara - 794 170 1521 110,30 2595,50

    Tabel 2.2 Penggunaan lahan Kawasan Poso Tingkat Kecamatan

    Kecamatan Tanah Kering (Ha) Jumlah

    (Ha) Lahan bangunan Tegalan/kebun Ladang/huma

    Pamona Selatan 1.044,80 6.104 1.426,80 8575,60

    Pamona Barat 261,20 1.526 356,70 2143,50

    Pamona Timur 349,75 4.952,80 307,50 5810,05

    Pamona Utara 1.037 8.377,60 774,40 17.158,63

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 17

    Berdasarkan data tersebut jumlah total lahan sawah dan lahan

    kering yang berada di kawasan Danau Poso 19.753.93 Ha. Sedangkan

    kondisi tata guna pada tingkat desa dalam batas 500 m dari batas

    genangan di Kawasan Danau Poso lebih didominasi oleh pemanfaatan

    lahan berturut-turut sawah, hutan, tegalan dan belukar juga

    pemukiman. Persawahan sangat dominan tetapi cukup tersebar di

    semua desa.

    2.1.4. Kependudukan

    Jumlah penduduk di Kabupaten Poso sampai dengan tahun 2012

    mencapai 213.096 jiwa, dengan mata pencaharian sebagian besar adalah

    petani. Sedangkan jumlah penduduk yang berada di kawasan Danau Poso

    yang meliputi kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Timur,

    dan Pamona Utara mencapai 50.379 jiwa (BPS Kabupaten Poso, 2012).

    2.1.5. Sosial Ekonomi dan Budaya

    Ekonomi

    Ditinjau dari segi sosial ekonomi ketergantungan masyarakat di

    sekitar cukup besar sejak zaman dahulu merupakan urat nadi kehidupan

    bagi masyarakat yang mendiami sepanjang pesisir danau tersebut.

    Berbagai kegiatan sosial dan ekonomi berkembang cukup pesat dari tahun

    ke tahun seperti kegiatan pertanian. Pada umumnya pekerjaan utama

    penduduk yang bermukim di kawasan danau Poso adalah bertani. Usaha

    pertanian yang digeluti umumnya berupa pertanian lahan kering dan lahan

    basah. Lahan basah dikelola untuk budi daya tanaman padi, sedangkan

    lahan kering untuk budidaya tanaman perkebunan (Jeruk, jambu mete,

    kakao, kelapa, cengkeh dan kopi) dan budidaya tanaman pangan (padi

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 18

    ladang, jagung, singkong, ubi jalar, kacang tanah dan kacang ijo).

    Banyaknya masyarakat yang menggeluti usaha pertanian disebabkan oleh

    kondisi wilayah yang sebagian besar lahan kering dan semak belukar

    sehingga bisa diusahakan untuk berusaha tani. Selain usaha tani lahan

    kering, mereka juga mengusahakan lahan pekarangan dan perkebunan. Di

    samping itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat

    juga menangkap ikan dengan memancing atau bubu serta mengusahakan

    kolam perikanan darat seperti jenis ikan mas, lele dan gurami.

    Sarana perekonomian lokal yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat

    baik untuk menjual produksi usahatani (dalam skala kecil) maupun dalam

    pemenuhan kebutuhan keluarga lainnya terbatas pada kios/warung, pasar

    harian dan mingguan.

    Sosial dan Budaya

    Penduduk Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, dan Pamona

    Utara memiliki adat istiadat dan kebiasaan yang merupakan campuran

    yang kental antara budaya lokal setempat dengan nilainilai yang

    terkandung dalam ajaran agama yang dianut masyarakatnya. Namun,

    dalam proses perkembangannya tidak lagi terlihat diberlakukan secara

    ketat, artinya nilai-nilai budaya yang tergali dari kearifan lokal

    masyarakatnya penggunaanya senantiasa disesuaikan dengan

    perkembangan zaman dan telah terlebur dengan nilai-nilai agama yang

    dianutnya. Pengaruh nilai-nilai keagamaan tersebut terlihat seperti dalam

    upacara adat, perkawinan, upacara syukuran yang dilakukan di tempat-

    tempat tertentu, acara hajatan keluarga, dan pemberian sanksi bagi

    pelanggaran susila yang dilaksanakan berdasarkan campuran antara nilai

    adat dan agama. Dalam struktur masyarakat desa berbagai macam adat

    istiadat yang ditaati dan diimplementasikan pada umumnya yang

    menyangkut aturan-aturan yang ditaati secara turun temurun.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 19

    2.2. KONDISI DAN PERMASALAHAN BADAN AIR DANAU POSO

    2.2.1. Kualitas air

    Penelitian kualitas air Danau Poso masih sangat terbatas, sehingga

    untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kualitas air danau

    Poso apakah tercemar atau tidak tercemar perlu dilakukan secara berkala

    untuk mendapatkan data secara komprehensif. Penelitian kualitas air

    danau Poso yang pernah dilakukan oleh tim PPLH Universitas Tadulako di

    sekitar kawasan Danau Poso menunjukkan bahwa beberapa parameter

    yang sering dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat pencemaran

    dalam suatu badan perairan menunjukkan peningkatan konsentrasi yang

    cukup signifikan jika dibandingkan dengan nilai ambang batas baku mutu

    kualitas air. Adapun hasil analisis kualitas air danau Poso disajikan pada

    tabel 2.3

    Tabel 2.3 Hasil Analisis Kualitas Air Danau Poso (sesuai PP No. 82 Tahun 2001)

    No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu Air Kelas

    I II III IV

    1 Temperatur oC 30.40 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3

    2 TDS mg/L 60 - - - -

    3 pH mg/L 7.70 6-9 6-9 6-9 6-9

    4 DO mg/L 4.67 6 4 3 0

    5 BOD mg/L 3.30 2 3 6 12

    6 COD mg/L 10.08 10 25 50 100

    7 Nitrit (N-NO2) mg/L 0.024 0.06 0.06 0.06 (-)

    8 Nitrat (N-NO3) mg/L 0.40 0.5 (-) (-) (-)

    9 Tembaga (Cu) mg/L 0.006 0.02 0.02 0.02 0.2

    10 Seng (Zn) mg/L 0.000 0.05 0.05 0.05 2

    11 Timbal (Pb) mg/L 0.000 0.03 0.03 0.03 1

    12 Mangan (Mn) mg/L 0.000 0.1 (-) (-) (-)

    13 Kadmium (Cd) mg/L 0.000 0.01 0.01 0.01 0.01

    14 Besi (Fe) mg/L 0.003 0.3 (-) (-) (-)

    15 Sulfat (SO4) mg/L 0.65 400 (-) (-) (-)

    Sumber : PPLH UNTAD Tahun 2010

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 20

    Berdasarkan tabel 2.3 menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas

    air telah melewati nilai ambang batas baku mutu air antara lain :

    kandungan oksigen terlarut (DO) yaitu 4.67 mg/L, di mana nilai baku

    mutu air untuk peruntukkan kelas II dan III telah melewati nilai ambang

    baku mutu yang dipersyaratkan. Kandungan oksigen terlarut sangat

    penting di perairan karena sangat menentukan proses biokimia air yang

    akan mempertahankan tingkat kualitas air. Oksigen terlarut (Dissolved

    Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

    proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan

    energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga

    dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam

    proses aerobik.

    Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD)

    menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk

    mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi

    secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara

    biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap

    paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik.

    Keberadaan bahan organik pada badan perairan dapat berasal dari alam,

    aktivitas rumah tangga, dan aktivitas kegiatan. Mutu air yang baik untuk

    standar kualitas air limbah adalah 40 mg/L (Allaert, 1984). Sedang nilai

    COD yang paling tinggi untuk kehidupan biota perairan adalah sekitar 10

    mg/L, dan untuk kebutuhan mandi dan renang lebih kecil dari 30 mg/L.

    Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD yaitu 10,08

    mg/L, di mana nilai tersebut di atas nilai ambang baku mutu air kelas I.

    Sedangkan hasil analisis kualitas air danau Poso untuk parameter BOD

    yaitu 3.30 mg/L, di mana nilai tersebut telah melewati nilai ambang baku

    mutu air yang dipersyaratkan. Parameter BOD secara umum banyak

    dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 21

    BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat

    hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu

    prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang

    digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan

    bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir

    sama dengan kondisi yang ada di alam.

    Nitrogen diperairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik.

    Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit

    (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen

    organik berupa protein, asam amino, dan urea. Nitrat (NO3) adalah

    bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama

    bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah

    larut dalam air dan bersifat stabil, serta tidak bersifat toksik terhadap

    organisme akuatik, sedangkan amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi

    bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap

    organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan konsentrasi

    oksigen terlarut, pH, dan suhu. Hasil analisis laboratorium menunjukkan

    kandungan Nitrat (N-NO3) yaitu 0.40 mg/L, sedangkan kandungan nitrit

    (N-NO2) yaitu 0.024 mg/L. Berdasarkan nilai tersebut efek eutrofikasi yang

    sering mengganggu dalam kehidupan ekosistem perairan semakin

    berkurang, di mana pertumbuhan algae maupun tumbuhan air seperti

    enceng gondok jarang dijumpai di perairan danau Poso. Namun demikian

    tidak menutup kemungkinan pengaruh limbah-limbah pertanian yang

    masuk ke dalam badan air di sekitar danau Poso akan meningkatkan

    proses eutrofikasi.

    2.2.2. Pemanfaatan Danau Poso

    Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang

    menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 22

    pertanian). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai

    berikut: (1) sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai

    penyumbang bahan genetik; (2) sebagai tempat berlangsungnya siklus

    hidup jenis flora/fauna yang penting, (3) sebagai sumber air yang dapat

    digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri

    dan pertanian); (4) sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang

    berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-

    sumber air bawah tanah; (5) memelihara iklim mikro, di mana

    keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaman dan

    tingkat curah hujan setempat; (6) sebagai sarana transportasi untuk

    memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya;

    (7) sebagai penghasil energi melalui PLTA; (8) sebagai sarana rekreasi dan

    objek pariwisata (Connell & Miller,1995).

    Sebagai salah satu tujuan sarana dan objek wisata danau Poso

    memiliki beberapa tempat yang menarik antara lain ; 1) Taman Anggrek

    Bancea berada di sebelah barat Danau Poso memilki luas 5.000 hektar,

    terdapat beragam spesies anggrek khususya yang dikenal dengan

    Anggrek Hitam (Black Orchid). Taman ini mempunyai suhu udara yang

    sejuk karena merupakan kawasan dari Danau Poso, 2) Air Terjun Saluopa

    terletak dipinggiran Danau Poso yang terdiri dari 12 tingkat dengan aliran

    air yang sangat deras, jernih dan sejuk. Air yang mengalir berasal dari

    hutan tropis sehingga menyebabkan suhu air bertambah dingin.

    Pengunjung dapat naik sampai pada tingkat teratas melalui tangga yang

    berada disepanjang air terjun tidak berlumut. Jarak Air Terjun Saluopa 12

    km sebelah barat kota Tentena, 3) Goa Pamona merupakan peninggalan

    prasejarah yang berfungsi sebagai tempat penguburan kedua pada zaman

    budaya megalith. Mulut goa menghadap keselatan dengan lebar 2.4

    meter memiliki kedalaman 80 meter dan didalamnya terdapat 8 buah

    kamar tempat penyimpanan kerangka manusia serta bekal kuburnya.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 23

    Menurut sejarah, kamar pertama, kedua, ketiga dan keempat adalah

    benteng raja Suku Pamona yang dipakai sebagai tempat berlindung bagi

    raja pada saat terjadi perang. Goa Pamona terletak disebelah barat tepian

    Danau Poso, 4) Goa Latea terletak di tepi Danau poso sebelah timur Goa

    ini didasari oleh konsep pemikiran bahwa ada kehidupan setelah

    kematian. Goa Latea terletak ditebing bukit Parera yang merupakan goa

    alam berupa bukit kapur yang usia Genesisnya kurang lebih tiga puluh

    ribu tahun yang lalu. Goa ini pernah mengalami keruntuhan batuan

    sekitar dua ribu tahun lalu. Goa ini dijadikan sebagai tempat penguburan

    Suku Pamona pada masa lalu, khususnya masyarakat dari perbukitan

    Wawolembo. Sistem penguburan seperti ini berakhir pada abad ke-19.

    Situs ini memiliki benda cagar budaya berupa 4 pasang peti dan 36 buah

    tengkorak. Tempat ini dipugar pada tahun 1994 oleh Direktorat

    Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Bersejarah dan Purbakala, 5)

    Pantai Siuri terletak sebelah barat di tepian Danau Poso dengan

    menghadirkan pemandangan alam yang indah kearah danau. Di Pantai

    Siuri terdapat beberapa tempat penginapan yang dapat digunakan

    wisatawan sewaktu-waktu jika ingin menginap. Pantai Siuri memiliki pasir

    putih yang bersih, air danau yang jernih laksana cermin berpadu suasana

    hutan tropis sehingga airnya tenang dan udaranya dingin, 6) Watu

    Mpangasa Angga menurut legenda adalah sebuah batu yang digunakan

    oleh mahluk halus untuk mengasah benda tajam. Batu ini terdiri dari

    berbagai jenis batu kapur dengan bentuk yang unik dan selalu tampak

    basah yang memberikan kesan seolaholah batu itu baru saja digunakan

    oleh manusia, padahal sebernanya tidak. Watu mpangasa angga terletak

    disebelah timur pantai Danau Poso.

    Berdasarkan hasil studi ada beberapa pokok-pokok masalah yang

    menjadi objek permasalahan pada Wisata Kawasan Danau Poso

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 24

    diantaranya: 1) Sebagai Kawasan wisata yang terbilang sangat berpotensi

    di Indonesia, objek - objek Wisata di daerah Kabupaten Poso khususnya

    wisata Danau Poso sangatlah memerlukan suatu bentuk informasi yang

    terarah, 2) Perlu dibuat mediamedia yang akan mendukung program

    promosi pada Kawasan Wisata Danau Poso, 3) Bentuk informasi yang

    selama ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata belum efektif.

    Disamping sebagai sarana obyek wisata, pemanfaatan danau Poso

    juga digunakan sebagai sumber energi PLTA Sulewana, oleh karena itu

    maka wilayah perairan danau perlu segera dikendalikan proses terjadinya

    pendangkalan dengan cara merehabilitasi hutan dan lahan rusak/kritis di

    wilayah daerah tangkapan airnya, mengamankan kawasan hutan lindung

    dan cagar alam dari aktivitas pembukaan dan okupasi lahan untuk non-

    kehutanan, pembuatan bangunan konservasi tanah pada lahan-lahan

    agak curam sampai curam di luar kawasan hutan, dan penetapan lahan-

    lahan berlereng curam sampai sangat curam yang memiliki jenis tanah

    peka erosi sebagai kawasan perlindungan setempat.

    2.3. KONDISI DAN PERMASALAHAN DTA DAN SEMPADAN

    2.3.1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)

    a. Laju erosi dan sedimentasi

    Kerusakan daerah tangkapan air (DTA) di kawasan danau Poso sangat

    dipengaruhi oleh laju erosi dan sedimentasi. Dari hasil kajian tim PPLH

    UNTAD (2010) menunjukkan bahwa kerusakan DTA umumnya

    dipengaruhi oleh tingkat kerusakan lahan. Hasil analisis laju erosi

    sebagaimana pada Tabel 2.4 menunjukkan bahwa laju erosi tertinggi

    terdapat di wilayah Sub DAS Kodina yaitu 57,98 ton/ha/tahun. Pada Sub

    DAS Meko dan Saluopa-Mayakeli masing-masing sebesar 50,90 dan 42,39

    ton/ha/tahun. Kemudian paling rendah laju erosinya adalah Sub DAS

    Taipa dan Peura-Sangale yakni 14,89 ton/ha/tahun.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 25

    Faktor utama penyebab tingginya laju erosi pada wilayah Kodina dan

    Meko adalah tingkat kerusakan lahan, panjang dan kemiringan lereng

    (kelas lereng IV) yang ditunjang oleh kondisi lahan dalam bentuk lahan

    terbuka serta curah hujan rerata bulanan di atas 100 mm. Sedangkan

    besarnya laju sedimentasi di sekitar kawasan Danau Poso sesuai Tabel 2.4

    menunjukkan bahwa pada Sud DAS Meko dan Sub DAS Kodina adalah

    paling besar nilai sedimentasinya dibanding dengan beberapa sub DAS

    lainnya. Kedua Sub DAS tersebut masing-masing memiliki laju sedimentasi

    13,49 dan 12,14 ton/tahun. Laju sedimen yang tinggi berkorelasi dengan

    percepatan pendangkalan terutama pada segmen sungai dan danau di

    kawasan das tersebut. Pendangkalan ini telah membuat daya tampung

    Sungai dan danau Poso menjadi berkurang, sehingga airnya mudah

    meluap pada saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang

    lama.

    Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Luas Sub DAS, Panjang Sungai, Koefisien Bentuk, Kerapatan Sungai, Kemiringan Sungai, Laju Erosi,dan Laju Sedimentasi Sungai

    Sumber : PPLH UNTAD, 2010

    No

    Kode Sampel

    Luas DAS (km

    2)

    (A)

    Panjang Sungai Utama (km) (L)

    Koefisien Bentuk

    (F)

    Kerapatan Sungai

    (G)

    Kemiringan Sungai (% S)

    Laju Erosi (LE)

    (ton/Ha/ Tahun)

    Laju Sedimentasi Sungai (LSS) (ton/tahun)

    1 Kodina-Boe 8.875,14 38,58 32,84 0,0019 1,30 57,98 12,14

    2 Bancea-Panja

    13.768,98 25,17 21,73 0,0028 2,02 36,37 9,12

    3 Taipa 3.727,95 12,15 25,25 0,0067 9,84 14,89 5,39

    4 Meko 46.793,16 54,89 15,53 0,0021 2,14 50,9 13,49

    5 Salukaia 7.108,53 16,31 26,72 0,0061 7,35 18,85 6,69

    6 Toinasa 7.826,36 12,45 50,49 0,0055 8,62 25,05 9,15

    7 Saluopa-Mayakeli

    589,51 5,64 238,59 0,0035 0,92 42,39 6,91

    8 Peura-Sangele

    97,26 5,30 124,50 0,0033 11,28 14,89 5,47

    9 Dulumai-Tokilo

    9.359,51

    8,59

    126,84

    0,0025

    2,85

    25,2

    7,13

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 26

    b. Kerusakan Lahan

    Hasil analisis tingkat kerusakan lahan di kawasan danau Poso

    menunjukkan bahwa umumnya di daerah usaha pertanian berada pada

    tingkat kerusakan agak rusak (AR) sampai rusak (R). Sedangkan lahan

    terbuka pada semua sub DAS memiliki status rusak baik pada lereng 25

    - 45% maupun di atas 40%. Pada Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tingkat

    kerusakan lahan berdasarkan tipe penggunaan lahan untuk semua sub

    DAS.

    Tabel 2.5 Tingkat kerusakan lahan pada kawasan danau Poso

    Penggunaan Lahan

    Tingkat Kerusakan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Hutan Primer (X1) Lereng 25-40 % >40 %

    B B

    B B

    B B

    B B

    B B

    B B

    -

    -

    -

    Hutan Sekunder (X2) Lereng 25-40 % >40 %

    AR AR

    B B

    AR AR

    B B

    B B

    B B

    B B

    B B

    -

    Sawah (X3) B B B B B B B B B

    Semak Belukar (X4) Lereng 25-40 % >40 %

    AR B

    -

    B B

    AR B

    B B

    B B

    B B

    B B

    -

    Kebun Campuran (X5) Lereng 25-40 %

    >40 %

    R R

    AR AR

    AR AR

    R R

    AR AR

    AR AR

    AR AR

    AR R

    AR AR

    Tegalan (X6) Lereng 25-40 % >40 %

    R R

    -

    AR AR

    -

    -

    -

    AR B

    -

    -

    Padang Rumput (X7) Lereng 25-40 % >40 %

    AR AR

    -

    AR AR

    AR B

    -

    -

    AR B

    -

    -

    Lahan Terbuka (X8) Lereng 25-40 % >40 %

    R R

    R R

    R R

    -

    -

    -

    R R

    -

    -

    Pemukiman (X9) AR B B AR B B AR B B Sumber: PPLH UNTAD, 2010

    Keterangan: AR = Agak Rusak, B=Baik, R = Rusak 1 = Sub DAS Kodina; 2 =Sub DAS Bancea-Panja; 3=Sub DAS Taipa; 4= Sub DAS Meko; 5 = Sub DAS Salukaia

    ; 6=Sub DAS Toinasa ; 7= Sub DAS Saluopa-Mayakeli; 8 = Sub DAS Peura-Sangele; dan 9 = Sub DAS Tokilo - Dulumai.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 27

    Berdasarkan tabel 2.5 menunjukkan bahwa kondisi kerusakan lahan di

    kawasan DAS Danau Poso berada pada kondisi tingkat kerusakan

    (degradasi) lahan dari kondisi masih baik (B), agak rusak (AR) sampai

    dengan rusak (R). Pada kawasan hutan primer (hutan rapat) kondisi

    lahannya masih tergolong baik, kecuali hutan sekunder (hutan jarang) pada

    Sub DAS Kodina-Boe dan Sub DAS Meko yang memiliki tingkat kerusakan

    pada tahap agak rusak (AR). Pada kondisi lahan dengan tingkat degradasi

    agak rusak dibutuhkan perhatian dari semua pihak karena pada wilayah

    tersebut telah terdapat kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perusakan

    ekosistem DAS. Secara umum, bagian tengah dan hilir sub DAS sekitar

    kawasan Danau Poso yang dinilai agak rusak terutama pada terutama pada

    daerah berlereng curam sampai dengan sangat curam dengan tiper

    penutupan lahan berupa lahan terbuka (tanah gundul dan padang rumput),

    tegalan dan ladang, serta beberapa lokasi pada liputan vegetasi kebun

    campuran. Mengingat terjadinya kecenderungan ke arah kerusakan lahan

    dari kondisi baik menjadi agak rusak dan kondisi agak rusak menjadi rusak,

    maka perlu diupayakan adanya tata kelola kawasan DAS yang

    memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di wilayah DAS

    Danau Poso. Alokasi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai fungsinya

    dihimbau untuk dihentikan dan dikembalikan kepada fungsi semula, tanah-

    tanah yang tergolong curam sampai sangat curam dengan jenis tanah peka

    erosi agar dikelola menjadi kawasan perlindungan setempat. Untuk

    mencapai maksud tersebut maka perlu diupayakan adanya payung

    kelembagaan yang mampu mengamankan kawasan DAS dari kerusakan

    dengan melibatkan para pihak terkait dalam bentuk forum koordinasi

    pengelolaan DAS terpadu.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 28

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 29

    2.3.2. Kerusakan Sempadan

    Kerusakan sempadan berdasarkan hasil survey dan analisis Peta Citra

    Lansad 7 ETM ban 542 menunjukkan bahwa kawasan Danau Poso telah

    mengalami pendangkalan akibat dari degradasi lahan di mana hampir

    seluruh bagian sisi tepi Danau Poso mengalami pendangkalan yang cukup

    serius terutama pada DAS-DAS yang kondisinya telah rusak (DAS Kondina-

    Boe, Bancea/Panja, Meko dan DAS Saluopa- Mayakeli) dan diperkirakan

    telah mencapai luas 7.072,64 Ha ( 19,28 % ) dari luas Danau Poso +/-

    36.677 ha yang telah mengalami pendangkalan baik kategori dangkal

    ataupun agak dangkal.

    Tabel 2.6 Prakiraan Tingkat Pendangkalan Danau Poso

    No Sub DAS Luas DAS Dangkal (40 m)

    Jumlah (Ha)

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Kodina-Boe 48.875,14 197,06 2.355,14 - 1.412,14 3.964,34

    2 Bancea-Panja 13.768.98 232,77 204,04 - 3.063,24 3.500,05

    3 Taipa 3.727,96 100,47 528,14 - 1.907,79 2.536,40

    4 Meko 46.793,16 121,01 1.000,07 - 1.802,42 2.923,50

    5 Salukaia 7.108,53 62,01 - - 1.259,10 1.321,11

    6 Toinasa 7.826,36 214,66 - - 3.650,77 3.865,43

    7 Saluopa-Mayakeli

    7.589,51 525,46 208,07 1.205,32 - 1.938,85

    8 Peura-Sangele 3.497,26 184,16 859,51 4.254,30 - 5.298,27

    9 Dulumai-

    Tokilo 9.359,51 75,85 203,92 - 2.281,91 2.561,68

    10 Danau Bagian

    Tengah 8.767,37 8.767,37

    Jumlah 148.546,41 1.713,45 5.359,19 5.459,62 24.144,74 36.677,00

    Sumber : PPLH UNTAD, 2010

    Berdasarkan tabel 2.6 menunjukkan bahwa akibat terjadinya

    degradasi lahan menyebabkan hampir seluruh bagian sisi tepi Danau

    Poso mengalami pendangkalan yang cukup serius terutama pada DAS-

    DAS yang kondisinya telah rusak (DAS Kodina-Boe, Bancea/Panja,

    Meko, dan DAS Saluopa-Mayakeli). Dari total luas Danau Poso yaitu

    36.677 Ha, terdapat sekitar 19,28% atau diperkirakan mencapai luas

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 30

    7.072,64 Ha yang telah mengalami pendangkalan baik kategori

    dangkal ataupun agak dangkal.

    Pendangkalan tersebut akan mempengaruhi daya tampung danau

    yang pada akhirnya dapat mengurangi umur danau. Dengan demikian

    jika hal ini tidak segera ditangani, maka pendangkalan akan terus

    terjadi dan daya tampung danau akan semakin berkurang.

    2.3. KONDISI DAN PERMASALAHAN KELEMBAGAAN

    Ada beberapa hal yang sering menjadi permasalahan dalam

    pengembangan kawasan Danau Poso, di mana permasalahan tersebut

    bersifat multidimensional terutama dalam manajemen kelembagaan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim PPLH

    Universitas Tadulako beberapa permasalahan tersebut antara lain :

    a. Kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini menggunakan

    pendekatan kebijakan topdown approach dan bersifat sektoral serta

    kedaerahan, sehingga diperlukan koordinasi antara bottom up dan

    top-down approach

    b. Belum terciptanya pengelolaan sumberdaya air dengan menggunakan

    pendekatan regional,

    c. Belum tersedianya data base pengelolaan lingkungan hidup yang

    mengintegrasikan antara teknologi penginderaan jauh (remote

    sensing) dengan sistem informasi geografi yang lebih akurat.

    d. Belum berjalannya pengembangan sistem monitoring dan evaluasi

    lingkungan danau yang diintegrasikan dengan sistem informasi

    lingkungan danau. Akibatnya keterbatasan akan akses data dan

    informasi tersebut tidak berjalan efektif sehingga antar sektor lembaga

    bekerja sendiri tanpa dukungan antar instansi terkait.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 31

    e. Belum adanya master plan dalam pengelolaan kawasan danau Poso

    mengakibatkan program yang dijalankan bersifat sektoral sehingga

    terjadi overlapping program dan pemborosan.

    Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka strategi

    pengembangan kelembagaan pengelolaan perairan danau harus didorong

    agar lebih bersifat partisipatif. Di mana peran pemerintah melalui

    departemen atau dinas terkait sangat diharapkan untuk bertindak sebagai

    fasilitator dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan partisipatif

    tersebut. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain :

    Pembentukan forum untuk pertemuan-pertemuan koordinatif yang

    melibatkan semua pemangku kepentingan untuk penyusunan

    kerangka kelembagaan, meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, serta

    strategi-strategi pengelolaan, termasuk di dalamnya program-

    pogram implementasi kebijakan dalam jangka pendek, menengah,

    dan panjang. Pertemuan demikian juga harus menyepakati bentuk

    kelembagaan serta yang akan dibentuk beserta struktur organisasi di

    dalamnya;

    Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan yang telah

    ditetapkan untuk dijadikan undang-undang, peraturan pemerintah,

    atau peraturan daerah yang bersifat mengikat;

    Untuk implementasi kebijakan serta strategi pencapaian sasaran

    selanjutnya disusun master plan kawasan perairan danau.

    Penyusunan master plan juga memerlukan keterlibatan masyarakat,

    pemangku kepentingan, serta pemerintah, ditambah tenaga-tenaga

    ahli terkait yang dapat memberikan masukan-masukan informasi

    untuk pengambilan keputusan yang akurat.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 32

    2.4. Kondisi dan Permasalahan Kemasyarakatan

    Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka

    pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh kehati-

    hatian agar potensi danau dapat termanfaatkan secara optimal dan

    kegiatannya diprioritaskan pada kawasan danau yang memiliki potensi

    pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami degradasi, selain

    itu kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi kesejahteraan

    masyarakat. Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya suatu

    kawasan danau (khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai

    kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkan danau secara bijaksana,

    akan memelihara keberadaan danau dengan berbagai fungsi dan nilai

    pentingnya. Berdasarkan pada prinsip ini maka danau dapat terjaga dengan

    sendirinya oleh komunitas masyarakat.

    Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang

    melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal,

    lebih memberikan kepastian keberlanjutan pengelolaan dibandingkan

    kegiatan serupa yang dilakukan tanpa peran aktif masyarakat lokal. Peran

    aktif masyarakat dalam pengelolaan danau harus dimulai sejak identifikasi

    isu pengelolaan, penentuan alternatif pengelolaan isu danau, implementasi

    rencana kegiatan, hingga monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan

    berdasarkan kriteria yang disepakati. Danau dimanfaatkan oleh beragam

    pemangku kepentingan, akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik

    dan di beberapa tempat memicu rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab

    itu, pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan

    semua pemangku kepentingan.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    II - 33

    Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan

    regional serta belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian

    tanggung jawab bagi masing-masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari

    kegiatan seringkali didasarkan pada kepentingan masing-masing sektor

    sehingga tidak jarang menimbulkan konflik diantara para pengguna. Secara

    umum, untuk pengelolaan (perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring

    dan evaluasi) yang terintegrasi diperlukan kerja sama yang kuat antara

    pemerintah, swasta, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, dan

    masyarakat sekitar yang ada di kawasan danau Poso.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-34

    BAB III

    GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO

    3.1 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan

    Danau Poso

    Program penyelamatan Danau Poso merupakan program yang sangat penting

    bagi masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya masyarakat di pesisir Danau

    Poso. Danau Poso merupakan sumberdaya alam yang sangat terkait dengan hajat

    hidup masyarakat. Secara ekologis danau merupakan habitat dari berbagai biota air,

    juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara ekonomi Danau Poso merupakan

    sumber mata pencaharian petani dan nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai

    sarana transportasi dan obyek wisata. Dengan upaya penyelamatan ini diharapkan

    Danau Poso dapat memberikan manfaat yang secara berkelanjutan, baik manfaat

    ekonomi maupun manfaat ekologis.

    Upaya penyelamatan Danau Poso perlu dilakukan melalui kajian lingkungan eksternal

    dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam mencapai sasaran.

    Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal perlu dianalisis sehingga

    dapat diketahui dampak penting ditimbulkan dan dapat ditetapkan rencana-rencana

    strategis yang mungkin dapat dilakukan. Untuk mengetahui kondisi eksternal dan

    internal yang dibutuhkan dalam upaya penyelamatan Danau Poso, dilakukan analisis

    SWOT yaitu menganalisa lingkungan eksternal dan internal yang dimiliki kawasan

    Danau Poso. Adapun lingkungan internal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang

    mempengaruhi ekosistem yang berasal dari dalam danau Poso itu sendiri, dan

    lingkungan eksternal berasal dari luar badan air danau Poso. Adapun faktor-faktor

    internal terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) kawasan Danau

    Poso, sedangkan faktor-faktor eksternal terdiri atas peluang (Opportunity) dan

    ancaman (Threat). Analisis SWOT disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-35

    Tabel 3.1 Analisis SWOT upaya penyelamatan danau Poso

    Peluang (O) Ancaman (T)

    Terbukanya peluang untuk pengembangan kawasan wisata danau Poso

    Terbukanya alternatif diversifikasi usaha pertanian dengan komodisitas unggulan

    Tersedianya dana dari

    pemerintah

    Tingginya tingkat penyusutan/pendangkalan danau

    Hilangnya keragamanhayati danau Poso

    Hilangnya pekerjaan

    dan sumber

    pendapatan

    masyarakat pesisir

    danau Poso

    Kekuatan (S) Rencana Strategis (SO) Rencana Strategis (ST)

    Komitmen yang kuat pemerintah dan masyarakat terhadap penyelamatan danau Poso

    Adanya potensi alam yang cukup untuk pengembangan usaha termasuk pariwisata

    Melakukan dokumentasi dan publikasi potensi danau Poso

    Melakukan promosi wisata danau Poso yang ramah lingkungan

    Melakukan konservasi pada zona penyangga dan hulu yang menjadi sumber pendangkalan danau Poso

    Memulihkan keanekaragaman hayati danau melalui pemantuan kualitas air dan identifikasi biota air

    Kelemahan (W) Rencana Strategis (WO) Rencana Strategis (WT)

    Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pelestarian danau Poso

    Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola danau Poso

    Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir danau Poso

    Belum adanya Perda

    tentang pengelolaan

    danau Poso

    Membentuk kelompok pencinta dan penyelamat danau Poso

    Melakukan sosialisasi program penyelamatan danau Poso

    Melakukan

    penyuluhan dan

    pelatihan

    keterampilan usaha

    produktif

    Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pelestarian danau Poso

    Penciptaan lapangan kerja baru sebagai sumber pendapatan masyarakat

    Mengupayakan lahirnya Perda pengelolaan danau Poso

    Mengadakan Pusat

    Informasi Pesisir

    Danau Poso di lokasi

    strategis

    Berdasarkan inventarisasi dan identifikasi program penyelamatan danau Poso

    maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang perlu mendapat

    penanganan serius utamanya pada daerah aliran sungai (DAS) dan daerah

    tangkapan air danau (DTA) serta sempadan danau, potensi kerusakan yang

    dapat terjadi pada umumnya adalah:

    Eksternal

    Internal

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-36

    Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan

    hutan dan pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan

    erosi dan sedimentasi dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan

    danau.

    Pembuangan limbah domestik, industri, dan pertanian yang menyebabkan

    pencemaran air danau.

    Berbagai kegiatan yang berlangsung pada perairan danau juga berpotensi

    merusak ekosistem akuatik, yaitu:

    Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya (overfishing).

    Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali

    sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air.

    Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air (PLTA)

    yang kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi danau sehingga

    mengubah karakteristik permukaan air danau dan sempadan danau.

    Dalam upaya penyelamatan Danau Poso perlu dilakukan kajian lingkungan

    eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam

    mencapai sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal

    perlu dianalisis agar dapat diketahui dampak penting yang mungkin terjadi,

    sehingga perlu ditetapkan rencana-rencana strategis.

    Pelaksanaan program dilakukan berdasarkan beberapa pendekatan yaitu:

    Pendekatan ilmiah, dalam setiap kegiatan diterapkan inovasi teknologi

    untuk memecahkan masalah.

    Pendekatan partisipatif, masyarakat terlibat langsung dalam pelaksanaan

    program dengan pengawalan dan pengawasan dari instansi terkait.

    Pendekatan integratif dan koordinatif, program dilakukan secara terpadu

    oleh berbagai stakeholders.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-37

    Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akan dirumuskan program-

    program yang diharapkan dapat menyelamatkan danau Poso. Dalam

    pelaksanaannya Program-program tersebut dikelompokkan menjadi 2 program

    besar, yaitu 1) Program Super Prioritas dan 2) Program Prioritas. Untuk

    mencapai hal tersebut maka akan dilaksanakan secara periodik, di mana

    pendekatan program-program tersebut akan diimplementasikan dalam

    kegiatan-kegiatan yang saling mendukung. Beberapa program super prioritas

    dan prioritas dalam menyelamatkan danau Poso antara lain :

    PROGRAM SUPER PRIORITAS (POKOK)

    1. Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air

    2. Penyelamatan ekosistem DAS dan DTA

    3. Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

    PROGRAM PRIORITAS (PENUNJANG)

    1. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau

    2. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat

    PROGRAM SUPER PRIORITAS (POKOK)

    1. Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air

    Untuk mengetahui kualitas air sungai/danau yang ada dilokasi studi, dilakukan

    pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan sistem Daerah Aliran Sungai

    (DAS) yang merupakan suatu unit kesatuan ekosistem sehingga segala kegiatan melalui

    pengamatan air, baik kualitas maupun kuantitasnya. Baku mutu kualitas air yang

    digunakan dalam kaitannya dengan studi yaitu peraturan pemerintah No. 82 Tahun

    2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-38

    Karakterisasi Sifat Fisik Kimia Air

    Kondisi kualitas air danau Poso mengalami penurunan akibat adanya buangan

    limbah domestik, limbah pertanian, aktivitas budidaya yang dilakukan di dalam danau,

    sedimentasi danau akibat erosi di daerah hulu sungai.

    Tujuan: Mengetahui kualitas air melalui pengukuran parameter fisika, kimia,

    dan mikrobiologi

    Ruang Lingkup Kegiatan:

    Pengukuran kualitas air danau Poso dengan ruang lingkup pekerjaan meliputi

    21 titik, di mana titik pengambilan sampel dilakukan pada inlet, outlet, pertengahan

    danau, bagian tepi danau, serta identifikasi biota air yang ada di danau Poso serta

    ekosistemnya. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, parameter

    kimia, dan parameter mikrobiologi.

    Input : dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat

    Output : Data kualitas air dengan beberapa parameter, dan data biota air serta

    ekosistemnya

    Outcome : Tersedianya data akurat kualitas air Danau Poso dalam rangka rencana

    pengelolaan dan pemulihan lingkungan

    Benefit : Mengetahui baku mutu air Danau Poso

    Impact : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan

    pengendalian pencemaran air

    Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air

    Pemantauan kualitas air sangat diperlukan mengingat kondisi kualitas air danau

    Poso sudah mulai tercemar oleh beberapa buangan limbah domestik, limbah

    pertanian, dan limbah industri berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan.

    Dengan demikian maka pemantauan kualitas air secara berkala perlu dilakukan untuk

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-39

    mendapatkan data secara komprehensif, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan

    oleh adanya berbagai aktivitas masyarakat dapat dieliminer dengan menerapkan

    kebijakan yang berwawasan lingkungan.

    Ruang Lingkup Kegiatan:

    Untuk mendapatkan data secara komprehensif maka pemantauan dan evaluasi

    kualitas air dilakukan pengambilan sampel secara berkala.

    Input : dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat

    Output : Data kualitas air secara berkala

    Outcome : Tersedianya data akurat kualitas air Danau Poso dalam rangka rencana

    pengelolaan dan pemulihan lingkungan

    Benefit : Mengetahui baku mutu air Danau Poso.

    Impact : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan

    pengendalian pencemaran air.

    Tersedianya data kualitas air secara berkala sangat menguntungkan utamanya

    dalam pengambilan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan danau Poso. Hal

    ini berkaitan erat dengan daya tampung beban pencemaran air danau. Di mana

    dengan mengetahui daya tampung beban pencemaran, maka Pemerintah Daerah

    dapat mengeluarkan regulasi berupa penetapan zona yang bisa dimanfaatkan untuk

    kegiatan industri, lingkungan perumahan, dan kegiatan pertanian. Adanya penetapan

    zona tersebut akan memberi dampak terhadap kualitas air danau, sehingga danau

    punya kemampuan dalam memulihkan diri dari pencemaran yang masuk ke dalam

    badan perairan. Dengan demikian maka status mutu air danau Poso secara tidak

    langsung dapat diketahui dengan adanya penetapan zona tersebut.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-40

    2. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA

    Secara alami danau akan mengalami pendangkalan meskipun memerlukan

    waktu yang relatif lama. Pendangkalan danau dapat dipercepat karena aktivitas

    manusia di daerah DTA seperti tingginya laju sedimentasi dan erosi. DAS dan DTA yang

    rusak menyebabkan fluktuasi debit banjir di musim hujan dan debit sangat rendah di

    musim kemarau dengan perbedaan yang sangat drastis. Daerah Aliran Sungai (DAS)

    yang masuk ke Danau Poso sebagian besar berada di Kecamatan Pamona Selatan dan

    curah hujannya cukup tinggi. Sehingga dari data curah hujan yang ada sangat

    menguntungkan. Secara garis besar DAS Danau Poso dapat dibagi menjadi tiga (3)

    bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir.

    a. Daerah Hulu

    Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai kelandaian cukup terjal, lebih

    daripada

    25 %. Kemiringan lahan di bagian ujung hulu mencapai 25-40%. Di atas hulu yang

    berada di lereng pegunungan kemiringan mencapai lebih dari 40 %.

    b. Daerah Tengah

    Merupakan daerah dengan kelandaian sedang, berkisar 8 %. Di beberapa bagian

    dijumpai kemiringan yang agak besar sampai 15 %. Kawasan ini merupakan daerah

    pertanian, khususnya tanaman padi dan tegalan dan semak belukar.

    c. Daerah Hilir

    Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2 %. Di areal ini

    terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa lokasi.

    Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Poso sebagian besar terletak di empat

    kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Utara, dan

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-41

    Pamona Timur. Tepi bagian timur danau sangat curam hanya didaratan DAS Kodina

    dan Bancea yang agak landai.

    Ruang Lingkup Kegiatan:

    Pengumpulan data tentang letak, luas, pola dan struktur pengelolaan serta

    tingkat degradasi lahan pada kawasan Danau Poso. Data yang dikumpulkan masing-

    masing lokasi adalah letak, luas, dan status lahan menurut geografis dan administrasi

    pemerintahan, kondisi penutupan lahan, kelerengan lahan, tingkat erosi, manajemen

    konservasi (bila ada) dan produktivitas lahan (khusus pada kawasan budidaya usaha

    pertanian) sekitar danau. Selain itu teridentifikasinya potensi dan permasalahan, serta

    terciptanya keserasian dan keterpaduan pemanfaatan kawasan Danau Poso. Sasaran

    lokasi kegiatan adalah lokasi yang termasuk dalam daerah tangkapan air (cathment

    area) Danau Poso yang penetapannya diperoleh dari hasil analisis peta rupa bumi skala

    1:50.000 dan citra landsat 7 ETM band 542 skala 1:50.000.

    Input : dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat

    Output : tersusunnya laporan yang memuat data/informasi serta analisis

    mengenai nilai-nilai dari parameter penilaian kerusakan lahan menurut

    dengan fungsinya sehingga dapat digunakan dalam penyusunan

    rencana program kegiatan pencegahan dan pengendalian degradasi

    lahan di kawasan Danau Poso.

    Outcome : Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir dan hulu danau terhadap

    pelestarian lingkungan Danau Poso

    Benefit : Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso dengan

    aktivitas usaha masyarakat yang tidak ramah lingkungan.

    Impact : Meningkatkan kualitas SDM lingkungan

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-42

    3. Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

    Suatu ekosistem yang mempunyai keanekaragam yang tinggi mempunyai

    kestabilan ekologi yang tinggi pula. Pada suatu ekosistem danau misalnya apabila

    tumbuh massal gulma air atau algae berarti didominasi oleh satu jenis tumbuhan,

    keanekaragamannya rendah. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati ekosistem air

    tawar disebabkan oleh 5 faktor, yaitu:

    1. Penangkapan berlebihan (over exploitation) dan dengan cara yang merusak

    seluruh biota air.

    2. Kerusakan habitat oleh pelumpuran, pendangkalan dan penurunan permukaan

    air serta penyempitan perairan danau.

    3. Kerusakan kualitas air oleh pencemaran dari DAS, DTA, sempadan dan kegiatan

    pada perairan danau

    4. Perubahan pola aliran air

    5. Invasi oleh jenis-jenis hewan eksotis.

    Ketidakseimbangan ekosistem danau yang diakibatkan oleh proses degradasi

    lahan menyebabkan biota perairan danau mengalami tekanan yang cukup signifikan.

    Hal ini dapat diketahui dari menipisnya unsur hara, penurunan kualitas air, dan

    penurunan volume danau. Dengan adanya kondisi tersebut maka perlu dilakukan

    restocking keanekaragaman hayati.

    Ruang Lingkup Kegiatan :

    1. Persiapan

    2. Pelaksanaan

    3. Monitoring dan Evaluasi

    Input : Dana untuk restocking.

    Output : Jenis dan banyaknya jenis biota yang direstocking.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-43

    Outcome : Mengembalikan ketersediaan sumberdaya hayati danau.

    Benefit : Mengembalikan fungsi Ekonomis dan Lingkungan danau

    Impact : Kelestarian sumber daya alami Danau Poso

    PROGRAM PRIORITAS (PENUNJANG)

    1. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau

    Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut:

    (1) sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan

    genetik;

    (2) sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting,

    (3) sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya

    (rumahtangga, industri dan pertanian);

    (4) sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran

    permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah;

    (5) memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat

    mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat;

    (6) sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari

    tempat satu ke tempat lainnya;

    (7) sebagai penghasil energi melalui PLTA;

    (8) sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata (Connell & Miller,1995).

    Pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana, agar potensi danau

    dapat termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya diprioritaskan pada kawasan

    danau yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami

    degradasi, selain itu kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi

    kesejahteraan masyarakat.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-44

    Ruang Lingkup Kegiatan :

    Penyusunan master plan tata guna air danau, Water Management

    pemanfaatan air danau untuk keperluan pengairan, air baku, PLTA dan lain-lain

    Input : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

    Output : Peningkatan sumberdaya air danau

    Outcome : Mengembalikan ketersediaan sumberdaya air danau.

    Benefit : Mengembalikan fungsi Ekonomis dan Lingkungan danau

    Impact : Kelestarian sumber daya alami Danau Poso

    2. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat

    Masyarakat memiliki peranan sangat penting dalam keberhasilan gerakan

    penyelamatan danau. Kearifan lokal yang ada perlu dilestarikan, di mana dalam

    implementasinya pengelolaan dan konservasi Danau Poso dapat diperkaya dengan

    pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini sangat diperlukan karena pengelolaan yang

    bottom up, yaitu pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat dilaksanakan secara

    terpadu, desentralistik dan partisipatif untuk menangani permasalahan lingkungan

    dengan partisipasi aktif dan peran serta masyarakat (KLH, 2008).

    Ruang Lingkup Kegiatan :

    1. Persiapan

    2. Pembentukan kelembagaan yang melibatkan seluruh stakeholder

    3. Sosialisasi kelembagaan dan peranannya kepada masyarakat

    4. Evaluasi

    Input : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

    Output : Lembaga Pengelola Danau Poso

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-45

    Outcome : Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap pelestarian

    lingkungan Danau Poso

    Benefit : Tumbuhnya partisipasi stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat)

    dalam Penyelamatan Danau Poso.

    Impact : Meningkatkan kualitas lingkungan danau.

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-34

    MATRIKS USULAN PROGRAM SUPER PRIORITAS DAN PRIORITAS PENYELAMATAN DANAU POSO

    Permasalahan Kegiatan Indikator/output Baseline

    Target Capaian

    Pelaksana/Penanggung Jawab 2014 2015 2016 2017 2018

    Program Super Prioritas

    Pencemaran air oleh limbah domestik, industri, dan pertanian

    Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air BLHD, KLH, Kementrian PU, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Pertanian

    Kualias air DO (mg/L) Baku Mutu Air Kelas II. Kepmen LH

    114/03

    COD (mg/L)

    BOD (mg/L)

    pH

    TN (mg/L)

    TP (mg/L)

    TDS (mg/L)

    TSS (mg/L)

    Logam berat (mg/L)

    mikrobiologi

    Daya tampung beban pencemaran

    DO (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L) Cl

    - (mg/L)

    KepMen LH 110/03

    Status mutu air tercemar atau tidak tercemar

    KepMen LH 115/03

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-35

    Permasalahan Kegiatan Indikator/output Baseline Target Capaian Pelaksana/Penanggung Jawab

    2014 2015 2016 2017 2018

    Program Super Prioritas

    Penanganan lahan kritis, erosi, banjir, dan sedimen

    Penyelamatan Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA)

    Rehabilitasi lahan kritis secara teknis

    Luas lahan sangat kritis (ha)

    BLHD, KLH, Kementrian PU, Kementrian Pertanian, dan Kementrian Kehutanan

    Rehabilitasi lahan kritis secara vegetatif

    Luas lahan sangat kritis (ha)

    Pengembangan agroforestry

    Hutan rakyat (ha)

    Pembuatan bronjong/pelindung tebing

    Laju erosi (ton/ha/thn)

    Monitoring debit dan sedimen

    Laju sedimentasi (ton/thn)

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-36

    Permasalahan Kegiatan Indikator/output Baseline Target Capaian Pelaksana/Penanggung Jawab

    2014 2015 2016 2017 2018

    Program Super Prioritas

    Menurunnya ikan endemik , terjadinya introduksi ikan invasive serta terputusnya jalur ruaya

    Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

    Penyusunan rencana pengelolaan perikanan danau

    % Peningkatan terselamatkan populasi ikan endemik

    Jumlah populasi dan jenis ikan spesis endemik

    BLHD, KLH, Kementrian Kelautan dan Perikanan

    Pengembangan perikanan tangkap ramah lingkungan

    Penertiban teknik penangkapan ikan

    Restocking (penebaran) benih ikan endemik

    Permasalahan Kegiatan Indikator/output Baseline Target Capaian Pelaksana/Penanggung Jawab

    2014 2015 2016 2017 2018

    Program Prioritas

    Penurunan tinggi muka air danau akibat (pemanfaatan PLTA, pengambilan air baku, dan irigasi

    Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau

    Penyusunan master plan tata guna air danau berupa pemanfaatan/fungsi air danau sebagai :

    BLHD, KLH, Kementrian PU, Kementrian Pertanian, dan Kementrian Kehutanan

    1. Sumber air baku

    Liter/detik

    % peningkatan debit air dan %

    peningkatan pemanfaatan

    sebagai sumber air

    baku

    2. Debit air ke PLTA

    m3/detik

    3. Debit ke saluran irigasi

    m3/detik

    4. Luas karamba ha

    5. Irigasi dari danau Poso

    ha

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    III-37

    Permasalahan Kegiatan Indikator/output Baseline Target Capaian Pelaksana/Penanggung Jawab

    2014 2015 2016 2017 2018

    Program Prioritas

    Rendahnya keterlibatan masyarakat dan kearifan lokal dalam penyelamatan ekosistem danau

    Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat

    Pengoptimalan tenaga kerja lokal dalam kegiatan rehabilitasi dan konservasi

    Pendapatan perkapita (rupiah),

    luas lahan kritis (ha), hutan rakyat (ha)

    BLHD, KLH, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Pertanian, Kementrian PU, Kementrian Kehutanan, Kementrian Sosial, Bappenas, dan BPS

    Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan

    Pentaatan pemanfaatan sempadan (%)

    Efisiensi pemanfaatan fungsi air danau

    Sumber air baku (liter/detik), debit

    air ke PLTA (m

    3/detik), debit air

    ke saluran irigasi (m

    3/detik)

    Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam aksi peduli lingkungan

    Jumlah kelompok peduli lingkungan

    Sinergisme pemerintah, masyarakat, stakeholders, dan perguruan tinggi dalam aksi peduli lingkungan

  • Gerakan Penyelamatan Danau Poso

    IV - 38

    BAB IV

    REKOMENDASI

    Keberhasilan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Poso sangat

    tergantung pada komitmen para pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun

    perguruan tinggi dan LSM. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang kuat antar

    lembaga, dukungan dana, dan fasilitas pendukung lainnya yang dapat dilakukan

    secara bertahap.

    Guna mendukung keberhasilan tersebut, maka sangat diperlukan

    pemantauan dan evaluasi terhadap program berjalan. Unit pemantauan dan

    evaluasi dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk oleh Gubernur dan

    memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut dapat dibentuk dengan

    mengembangkan kebijakan dan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa

    membentuk lembaga baru.

    Unit pemantauan dan evaluasi diperlukan sejak rancangan disusun dan

    dilaksanakan secara terpadu untuk menjamin implementasi program berjalan

    sesuai dengan perencanaan program Gerakan Penyelamatan Danau Poso.