GERAKAN INDONESIA SADAR ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN...
Transcript of GERAKAN INDONESIA SADAR ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN...
GERAKAN INDONESIA SADAR ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN (GISA) DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN MASYARAKAT UNTUK MENGURUS
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KELURAHAN
GANDUL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
ACHMAD SETYADI
1112112000041
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iv
Abstrak
Program GISA di Kelurahan Gandul berjalan dengan efektif dan efisien
yang berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat akan mengurus
administrasi kependudukan ditopang dengan kerjasama pihak terkait yang bisa
bersinergi membangun tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
administrasi kependudukan. Disamping memberikan fasilitas tambahan, GISA
juga sebagai amunisi baru di Kelurahan Gandul untuk tetap menjaga tertib
administrasi kependudukan. Dengan menjalankan 4 poin penting yang ada pada
GISA yaitu: kesadaran akan pentingnya memiliki dokumen kependudukan,
pentingnya suatu pemanfaatan dokumen kependudukan, pentingnya pemutakhiran
data kependudukan dan pentingnya menjaga pelayanan prima untuk rakyat.
Dengan diterapannya program GISA ini diharapkan agar seluruh warga
terutama Kelurahan Gandul tertib administrasi kependudukan. Pihak terkait
seperti RT/RW yang berada dalam lingkungan kelurahan Gandul turut berperan
aktif dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelurahan Gandul. Sejauh ini
kegiatan kepengurusan dokumen di kelurahan Gandul mengalami peningkatan
dalam segi kualitas pelayanan dan minat masyarakat terhadap kepengurusan
dokumen administrasi kependudukan. Dampak yang dibawa oleh GISA
menunjukan kesuksesan awal dari sebuah permulaan untuk mencapai tujuan yaitu
Indonesia Sadar Administrasi kependudukan secara menyeluruh atau tingkat
nasional.
Kata kunci: GISA, meningkatkan, Administrasi Kependudukan
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji serta Syukur hal yang pertamakali penulis ucapkan kepada Allah
SWT, rahmat dan berkah yang tiada henti diberikan oleh Allah kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Penelitian ini
merupakan awal bagi penulis memasuki pintu ilmu pengetahuan yang tentunya
sangat luas, sehingga dalam penyusunannya menjadi tanggungjawab penulis
sepenuhnya atas argumentasi dan kesimpulan dalam penelitian ini. Dalam
penyusunannya sendiri tentunya hal ini melibatkan banyak pihak yang sangat
membantu dalam penyusunan argumentasi dan analisa sehingga sangat
memungkinkan untuk terselesaikannya penelitian Skripsi ini. Oleh karenanya
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof Dr. Amany Lubis sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayahtullah Jakarta
2. Prof Dr. Ali Munhanif sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
3. Dr. Iding R. Hasan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Suryani M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
5. Dr. Agus Nugraha sebagai Dosen Pembimbing pada penelitian ini.
Kiranya tanpa kesediaan dan kesabaran beliau dalam menyempatkan
waktu ditengah kesibukan sudah pasti penelitian ini sulit untuk
terselesaikan, Semoga Allah SWT selalu membalas segala kebaikan
beliau.
6. Penguji dari Penelitian Skripsi ini yaitu Dr. Nawirudin dan Dr. A. Bakir
Ihsan yang telah bersedia meluangkan waktu beliau untuk menguji hasil
penelitian ini. Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT.
7. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu.
8. Kedua Orang Tua Penulis Marullah & Nurul Hikmah juga adik penulis
yang tanpa lelah terus memberi semangat, menyayangi, serta memberi
kasih sayang kepada penulis. Doa untuk kesehatan dan keselamatan
mereka.
9. Almarhum kakek H. Jayadih yang semasa hidupnya beliau selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
10. Saudara sepupu M. Izzat Thayyibi
11. Kerabat Dekat penulis yaitu M. Amirul Sumang, Alridho Satria, Rizki
Ramadhan, Eko Aji Wahyudin, Naufal Abdul Fattah, Fikri Abdul Basith
vii
dan M. Al-Jufri yang memberikan banyak sekali kontribusi kepada
penulis.
12. Kawan-kawan dari Ilmu Politik angkatan 2012 Alridho Satria, Fajar
Fachrian, almarhum Rizki Ahmad Zainuri, Putri Nurafifah, Putri Lalla
Tanjung, Tadzkira Nadiya, Denayu Swami, Hervi Nindya, Syahrizal
Ahmad, Rizki Ramadhan, Eko Aji Wahyudin, Robiatul Adawiyah.
13. Rekan HMI Komfisip yang tidak bisa disebutkan satu persatu
14. Kawan Kawan seperjuangan angkatan 2012 yang sedang berjuang
menyelesaikan tugas akhir masing-masing
15. Kawan-kawan GENIUS yaitu Fikri Abdul Basith, Muhammad Al-Jufri,
Naufal Abdul Fattah, dan Gilang Ramadhan.
Tanpa adanya mereka, mustahil penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan mereka. Akhir kata, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada para pembaca yang tentunya masukan dan kritikannya pastilah
sangat penulis tunggu. Terimakasih.
Wassalamualaikum wr. Wb
Ciputat, 03 Mei 2019
Achmad Setyadi
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………………………….. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………………………………… ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ………………………………. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11
E. Kerangka Teori .................................................................................. 14
F. Metode Penelitian .............................................................................. 17
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 20
BAB II KERANGKA TEORETIS .................................................................. 22
A. Good Governance ............................................................................. 22
1. Prinsip – Prinsip Good Governance ............................................ 24
2. Pelaksanaan Good Governance di Indonesia .............................. 27
3. Pelayan Publik ............................................................................. 29
B. Kebijakan Publik ............................................................................... 32
1. Definisi Kebijakan Publik ........................................................... 34
2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik ................................................ 37
3. Kerangka Kebijakan Publik ........................................................ 39
C. Administrasi Publik ........................................................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK & KELURAHAN
GANDUL ............................................................................................ 45
A. Kondisi Topografi ............................................................................. 46
ix
B. Kondisi Geohidrologi ........................................................................ 49
C. Administratif ..................................................................................... 52
D. Kependudukan ................................................................................... 54
E. Gambaran Umum Kelurahan Gandul………………………………. 56
BAB IV ANALISIS PROGRAM (GISA) DI KELURAHAN GANDUL … 58
A. Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) ....... 58
B. Undang-Undang yang Mengatur Administrasi Kependudukan ........ 64
C. Pelaksanaan GISA di Kelurahan Gandul .......................................... 75
D. Perwujudan GISA di Kelurahan Gandul: One Day Serviece ............ 80
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 82
A. Kesimpulan ....................................................................................... 82
B. Saran .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.A.1 Peta Ketinggian Kota Depok………………………………. 47
Gambar 3.A.2 Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2006-2010…………. 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Dinamika yang terjadi saat mengawali era reformasi, banyak perubahan yang
terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berimplikasi mendalam
terhadap penyelenggaraan suatu pembangunan di Indonesia. Pada aspek
pemerintahan, hal yang paling nampak ialah tuntunan pembangunan sistem
organisasi khususnya institusi pemerintah yang berbasis good governance dengan
prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka, adil, dan bertanggungjawab.
Prinsip good governance itu sendiri amat diperlukan dalam meningkatkan
suatu kinerja dari aparatur negara dalam peningkatan kualitas pelayanan publik.
Konsep dari good governance menjadi kata kunci dalam wacana untuk membenahi
sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. United Nations Development
Programme (UNDP), mendefinisikan (Governance) sebagai suatu pelaksanaan
kewenangan atau kekuasaan dibidang ekonomi, politik dan administratif untuk
mengelola berbagai urusan negara pada tingkatannya dan merupakan suatu
instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan
integritas dan kohesivitas sosial dalam masyarakat.1
Dalam suatu proses kegiatan politik dengan proses kegiatan terkait
administrasi merupakan proses untuk menggerakan, menghidupkan dan
mengembangkan suatu negara. Dalam mengembangkan bangsa dan negara, maka
1 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Geovernance Melalui Pelayanan Public, (Yogyakarta: UGM
Press, 2006), h. 78.
2
kebijakan-kebijakan yang merupakan suatu reaksi, tanggapan-tanggapan keinginan
rakyat, kemauan bangsa dan kehendak negara itu haruslah diwujudkan dalam
bentuk langkah, sikap, dan perbuatan yang di terapkan dan dijalankan oleh
pemerintah.
Demi terjaminnya kepastian hukum terhadap rakyat, maka diperlukan suatu
peraturan untuk kepastian dan batasan dalam mengatur hal tersebut. Peraturan yang
dimaksud ialah peraturan terkait status kependudukan yang disebut dengan
Administrasi Kependudukan.
Setiap individu dalam masyarakat diharuskan sadar untuk memiliki bukti
tertulis dalam menentukan status identitasnya atas peristiwa-peristiwa terkait
administrasi kependudukan. Beberapa masyarakat sudah menyadari betapa
pentingnya bukti tertulis, akan tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang yang belum
menyadari pentingnya bukti tertulis, dimana bukti tertulis tersebut akan berakibat
hukum terhadap masyarakat itu sendiri baik mengenai peristiwa kependudukan
maupun peristiwa lainnya yang bersangkutan dengan hukum.
Pemerintah telah mengupayakan langkah-langkah perbaikan dan
penyempurnaan dalam suatu penyelenggaraan administrasi kependudukan, baik
terkait dalam hal sistem, pengorganisasian, maupun sumber daya manusia, sesuai
amanah Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan Undang-
undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan tertib administrasi
kependudukan, pemerintah mengadakan upaya dengan mengadakan sosialisasi
3
kebijakan kependudukan yaitu pencanangan Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
Kependudukan (GISA) demi tercapainya tertib administrasi.
Tertib administrasi kependudukan yang dimaksud dalam ialah kesadaran
dari para anggota masyarakat untuk melaporkan diri atas keberadaannya maupun
perubahan-perubahan dalam status kependudukan atau kejadian peristiwa penting
kependudukan dan memiliki dokumen kependudukan serta menggunakan sesuai
peruntukannya.
Untuk selanjutnya aparat Kelurahan dan Kecamatan serta Tim Penggerak
dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan diharapkan dapat
menyebarluaskan pengetahuan yang sudah diperoleh melalui sosialisasi kebijakan
kependudukan kepada masyarakat luas.
Dalam hal ini ada keterkaitannya dengan kebijakan kependudukan.
Berbagai kebijakan dalam berbagai bidang merupakan alternatif untuk peningkatan
tingkat kesejahteraan penduduk. Kebijakan yang dimaksud meliputi bidang:
Penyediaan lapangan kerja, kesemptan pendidikan, meningkatakan kesehatan serta
usaha-usaha menambah kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai hal tersebut
mempengaruhi penduduk baik mengenai jumlah, komposisi dan distribusi atau
persebaran pertumbuhan serta cici-ciri penduduk lainnya.2
Kegiatan sosialisasi tentang Kebijakan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dilaksanakan guna mendukung program pemerintah pusat melalui
Kementrian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) yang dituangkan dalam Instruksi
2 Kebijakan Kependudukan, diakses dari http://dukcapil.gunungkidulkab.go.id/kebijakan-
kependudukan/ diakses pada 20 februari 2019
4
Mendagri Nomor 470/837/SJ Tentang Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
Kependudukan (GISA). GISA dalam hal ini mewajibkan seluruh warga masyarakat
memiliki dokumen administrasi kependudukan secara lengkap. Dokumen tersebut
adalah KTP elektronik, Kartu Keluarga, akta kelahiran, akta kematian bagi keluarga
yang telah meninggal dunia, Akta Perkawinan, Akta Perceraian dan Kartu Identitas
Anak (KIA). Dokumen-dokumen tersebut wajib dimiliki untuk keperluan layanan
publik seperti pengurusan BPJS, SIM, perbankan, dan paspor.3
Kegiatan sosialisasi kebijakan kependudukan amat penting dilakukan agar
peraturan tentang administrasi kependudukan dapat diketahui dan dipahami secara
jelas, sehingga dapat memiliki pemahaman yang benar untuk menyebarluaskan
informasi pentingnya Administrasi Kependudukan. Administrasi Kependudukan
adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan
data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan
informasi penduduk serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik,
pemerintah, dan pembangunan.4
Terkait status kependudukan, pemerintah berupaya memperoleh data-data
terkait kependudukan di Indonesia yang akurat guna pemetaan yang tepat dan
menanggulangi masalah kependudukan tingkat lokal dan nasional. Pengelolaan
suatu pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab dari pemerintah
kabupaten/kota, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari tingkat kelurahan/desa
3 Sosialisasi administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di desa sanggalangit, diakses dari
https://disdukcapil.bulelengkab.go.id/berita/sosialisasi-administrasi-kependudukan-dan-pencatatan-sipil-di-
desa-sanggalangit-60 diakses pada 21 februari 2019 4 Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Tahun 2016 diakses dari
https://dispendukcapil.semarangkota.go.id/berita-SOSIALISASI-KEBIJAKAN-KEPENDUDUKAN-
TAHUN-2016 diakses pada 20 februari 2019.
5
selaku ujung tombak pendaftaran kependudukan, maka dari itu sebagai ujung
tombak pelaksanaan administrasi kependudukan, kelurahan harus menyampaikan
setiap program yang ada kepada masyarakat dan memberikan edukasi terhadap
program tersebut sehingga setiap warga dapat terdaftar secara administrasi dan
sesuai dengan Undang-undang No 24 Tahun 2013 tentang Administrasi
Kependudukan.5
Kesadaran tersebut berokus terhadap 4 hal, yakni kesadaran akan
pentingnya memiliki dokumen kependudukan, pentingnya pemanfaatan suatu data
kependudukan, pentingnya pemutakhiran data kependudukan, dan pentingnya
pelayanan administrasi kependudukan.
GISA sendiri dilaunching oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo
bersama dengan Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh, Gubernur Kepri Nurdin
Basirun, dan Walikota Batam Muhammad Rudi, serta disaksikan juga oleh lebih
dari 1.600 pejabat yang membidangi Adminduk dari provinsi dan kabupaten/kota
seluruh Indonesia.
Launching GISA berlangsung pada pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Rakornas Dukcapil) Tahun 2018 di Hotel
Harmoni One & Convention Center Batam, Kepri, Kamis 08 februari 2018.6
Sesuai dengan Instruksi Mendagri Nomor 470/837/SJ dalam rangka
meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang administrasi kependudukan menuju
masyarakat yang tertib, pemerintahan yang efektif dan efisien serta negara yang
5 Lihat pasal 1 ayat 10 undang-undang no 24 tahun 2013 tentang administrasi kependudukan. 6 Apa itu gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA), diakses dari
https://dukcapil.kalbarprov.go.id/post/apa-itu-gerakan-indonesia-sadar-adminduk-gisa, diakses pada 3 januari
2019
6
memiliki daya saing, berdasarkan pada undang-undang Nomor 23 tahun 2006
Tentang administrasi kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 24 tahun 2013.
Dalam hal ini mendagri menginstruksikan kepada Gubernur dan Bupati/
walikota di seluruh Indonesia untuk:
1. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas pokok,
fungsi dan kewenangan masing-masing untuk melaksanakan program
Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)
2. menciptakan ekosistem yang mendukung suksesnya GISA
3. pedoman dalam pengambilan langkah-langkah sesuai dengan instruksi
pertama yaitu 4 program gisa yang meliputi:
a. program sadar kepemilikan dokumen kependudukan
b. program sadar pemutahiran data penduduk
c. program sadar pemanfaatan data kependudukan sebagai satu-satunya
data yang dipergunakan untuk semua kepentingan
d. program sadar melayani administrasi kependudukan menuju
masyarakat yang bahagia
4. dalam pelaksanaan keempat program sebagaimana yang dimaksud dalam
poin kedua:
a. gubernur
b. Bupati/Walikota
7
5. dalam melaksanakan instruksi sebagaimana dimaksud dalam poin keempat,
gubernur, bupati/walikota melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada
menteri dalam negeri 3 bulan sekali dalam setahun
6. segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan instruksi mendagri ini
dibebankan kepada APBN dan APBD dan sumber lain yang sah dan tidak
mengikat serta pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
7. melaksanakan instruksi menteri ini dengan penuh tanggung jawab.7
Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) mulai
diterapkan dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan
berpuncak pada tingkat nasional.
Dalam teknis penerapannya GISA mengharuskan 1 kecamatan minimal
harus terbentuk 1 desa/kelurahan sadar adminduk, 1 kabupaten/kota minimal harus
terbentuk 1 kecamatan sadar adminduk, dan 1 provinsi minimal terbentuk 1
kanupaten/kota sadar adminduk.
Target dari GISA adalah masyarakat, aparatur petugas pelayanan dukcapil,
dan lembaga pengguna (pemerintah dan swasta). Sementara puncak akhir dalam
pelaksanaan GISA ini ialah agar terwujudnya negara Indonesia yang sadar
administrasi kependudukan sehingga terwujud tertib administrasi kependudukan
sebagaimana yang tertera pada amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
7 Intruksi menteri dalam negeri Republik Indonesia Nomor 470/837/SJ
8
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan.8
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah telah diamanatkan bahwa agar terwujudnya kesejahteraan masyarakat ada
3 poin penting yang harus diterapkan yaitu: peningkatan pelayanan publik,
pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat dalam mensukseskan
program pemerintah. Maka nampak bahwa pelayanan publik mempunyai peranan
yang sangat penting sebagai salah satu tugas umum pemerintah.
Kemendagri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun
2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu tingkat Kecamatan, yang
kemudian dilanjutkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 138–270
tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.
Pelayanan administrasi terpadu tingkat kecamatan merupakan penyelenggaraan
suatu pelayanan publik di kecamatan yang prosesnya mulai dari tahap permohonan
awal sampai ke tahap terbitnya suatu dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu
tempat disini yaitu cukup melalui satu pintu atau loket pelayanan.9
Kelurahan sebagai unit organisasi pemerintah daerah mempunyai
kedudukan yang amat strategis karena berada di garis depan (front line) dalam
pelaksanaan program GISA dan berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai macam latar belakang, kebutuhan dan tuntutan. Dalam menjalankan
8 Apa itu gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA), diakses dari
https://dukcapil.kalbarprov.go.id/post/apa-itu-gerakan-indonesia-sadar-adminduk-gisa, diakses pada 3 januari
2019 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.4 tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan.
9
Gerakan Indonesia Sadar Adminduk (GISA) disini kecamatan juga memiliki peran
penting dimana kecamatan memiliki target untuk mewujudkan minimal 1 kelurahan
sadar adminduk.
Fokus penelitian disini ialah dampak peningkatan kepengurusan
Administrasi Kependudukan di Kelurahan Gandul setelah dicanangkannya
program GISA, dengan berbagai kompleksitas dan keragaman kegiatan dalam
menjalani serta mensukseskan program GISA dan dilihat sejauh mana efektifitas
program tersebut setelah dilakukannya sosialisasi kebijakan kependudukan dalam
peingkatan kualitas pelayanan publik di Kelurahan Gandul, lalu bagaimana
tanggapan masyarakat Gandul terhadap program GISA. Dalam hal ini, diharapkan
agar sekiranya aparatur pemerintah dapat berperan dan berfungsi sebagaimana
mestinya guna mewujudkan tujuan tertib administrasi yang juga menjadi fokus
utama GISA untuk menunjang dan melancarkan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Masalahnya ialah bagaimana agar masyarakat sadar
dan tertib akan adminitrasi kependudukan dan mengoptimalkan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kelurahan dalam perannya untuk menjalankan program
GISA yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai
dengan harapan masyarakat sehingga tercapainya tertib administrasi yang sesuai
dengan tujuan dari GISA.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana implementasi GISA dari tingkat nasional hingga tingkat
pemerintahan pusat hingga ke pemerintah daerah?
10
2. Bagaimana strategi GISA dalam menarik masyarakat agar sadar akan
pentingnya administrasi kependudukan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Agar penelitian ini tepat pada sasaran dari permasalahan di atas maka tujuan
dari penelitian ini:
1. Mengetahui upaya dari pemerintah pusat dan daerah dalam membangun
kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajibannya sebagai warga
Indonesia yang sah untuk mengurus administrasi kependudukan melalui
program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA).
2. Mengetahui efektifitas program GISA dalam peningkatan kesadaran
masyarakat dalam mengurus administrasi kependudukan dan
peningkatan kualitas birokrasi serta pelayanan publik yang berlangsung
di Kelurahan Gandul.
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
1. Secara teoretis, penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumbangan ilmu
pengetahuan serta menjadi kajian studi ilmu politik khususnya yang
terkait dengan Program Gerakan Sadar Administrasi Kependudukan
yang dimaksudkan untuk memberikan edukasi akan pentingnya
meningkatkan kualitas pelayanan publik oleh pemerintah dan pentingnya
mengurus administrasi kependudukan sebagai warga Indonesia yang sah
secara hukum.
11
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan
wawasan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pelayanan publik administrasi
kependudukan dan kebijakan kependudukan.
D. Tinjauan Pustaka
Merujuk pada penelitian yang serupa, terdapat beberapa penelitian yang
menjadi acuan peneliti disini.
1. Jurnal yang dibuat oleh Irma suryani dan Jamaluddin, jurnal ini meneliti
tentang pelayanan administrasi kependudukan pada kantor kecamatan
pattallassang kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelayanan adminsitrasi kependudukan terutama pencatatan
atas pelaporan peristiwa kependudukan dalam hal ini adalah
administrasi keterangan pindah dan pencatatan sipil berupa pencatatan
kelahiran dalam hal ini adalah penerbitan surat keterangan kelahiran
sebagai dasar pembuatan akte kelahiran. Penelitian dari jurnal ini
mengacu pada pengoptimalan pelayan administrasi terpadu tingkat
kecamatan.10
2. Jurnal yang ditulis oleh Shinta Tomuka tentang Penerapan Prinsip-
Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik di Kecamatan
Girian Kota Bitung (Studi Tentang Akte Pelayanan Jual Beli).
10 Irma Suryani dan Jamaluddin, “pelayanan administrasi kependudukan pada kantor kecamatan
pattallassang kabupaten Gowa”, Jurnal office vol 2 no.2, 2016. H. 134-135.
12
Penelitian ini merupakan analisa tentang penerapan prinsip-prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di Kecamatan Girian Kota
Bitung, menyangkut pelayanan pembuatan Akta Jual Beli Tanah yang
dilakukan oleh camat sebagai PPAT, informan dalam penelitian ini
adalah: Camat, dan masyarakat yang melakukan pengurusan Akta Jual
Beli Tanah, yang tercatat oleh peneliti sebanyak 3 orang, dengan
klasifikasi 2 orang sebagai masyarakat biasa, dan 1 orang sebagai
wiraswasta, dimana pengurusan Akta Jual Beli tanah digunakan untuk
tempat usaha/toko bangunan.11
3. Jurnal yang ditulis oleh Rizki Anggraini tentang kesadaran masyarakat
dalam administrasi kependudukan (studi pengurusan Akta Kelahiran
dan Akta Kematian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Tanjungpinang Tahun 2015). Penelitian ini berpacu pada undang-
undang no.24 tahun 2013 yang mengatur tentang administrasi
kependudukan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui
kesadaran masyarakat dalam administrasi kependudukan studi
kepengurusan akta kelahiran dan akta kematian di dinas kependudukan
dan catatan sipil kota tanjungpinang pada tahun 2015. penelitian ini
dilaksanakan di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil kota
tanjung pinang dan masyarakat kota tanjungpinang.12
11 Shinta Tomuka “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di
Kecamatan Girian Kota Bitung,” ejurnal unsrat (2013). h. 2
12 Rizki Anggraini, “kesadaran masyarakat dalam administrasi kependudukan (studi pengurusan
Akta Kelahiran dan Akta Kematian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang Tahun
2015)”. Jurnal program studi ilmu pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. H. 7
13
4. Jurnal yang di tulis oleh syahruddin yang meneliti tentang
Implementasi Administrasi Kependudukan di Kabupaten Merauke
(Perspektif Pelayanan Kartu Tanda Penduduk, Akta Kematian dan Akta
Kelahiran). Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan administrasi
kependudukan dengan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain yang dilakukan kepada
warga negara dan penduduk yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah merupakan bagian dari pelayanan
publik.13
5. Skripsi yang ditulis oleh Agus Ultianto. Skripsi ini meneliti tentang
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dalam
Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Satu Pintu di Kota Pekanbaru
(Studi Kasus Pada Pelaksanaan Pembuatan KTP di Kota Pekanbaru)”.
Merujuk pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 bahwa tujuan di
laksanakannya administrasi kependudukan adalah agar terciptanya
pelayanan yang prima dan proposional. Di berlakukanya PERDA No
05 tahun 2008 tentang pelaksanaan administrsi melalui satu pintu
membuat pelayanan kepada masyarakat tidak siap, hal ini terbukti
13 Syahruddin, “Implementasi Administrasi Kependudukan di Kabupaten Merauke
(Perspektif Pelayanan Kartu Tanda Penduduk, Akta Kematian dan Akta Kelahiran)”, Jurnal Ilmu
EKonomi & sosial, Vol. VII, No. 02, Oktober 2016. H. 117-134
14
dengan bayaknya kebijakan-kebijakan yang berubah-ubah dalam
pelaksannan administrasi kependudukan dalam hal pelaksanan
pembuatan KTP di Kota Pekanbaru. dan biaya retribusi yang semakin
besar. Penelitian skripsi ini juga terkait dengan good governance.
Dimana konsep good governance disini akan menghasilkan birokrasi
yang handal dan profesional, efisien, produktif, serta memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. 14
E. Kerangka Teori
1. Good Governance
Good governance merupakan suatu kesepakatan menyangkut terhadap
pengaturan Negara yang diciptakan oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor
swasta secara Bersama, kesepakatan tersebut mencakup pembentukan mekanisme,
proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingan mereka, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan yang ada di antara masyarakat.15
Menurut Sedarmayati good governance adalah suatu bentuk manajemen
pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan. Dengan demikian ia
berpendapat bahwa pemerintah berada pada posisi sentral (agent of chance) dari
14 Agus Ultiranto, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dalam
Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Satu Pintu di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Pada
Pelaksanaan Pembuatan KTP di Kota Pekanbaru)”, skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekan Baru-Riau.
15 Masyarakat Transparansi Indonesia Indonesia, 2002, "Supermasi Hukum", Modul,
Jakarta. H. 9
15
masyarakat dalam suatu masyarakat berkembang. Good governance tidak hanya
pemerintah, tetapi juga meliputi masyarakat, masyarakat yang dimaksud ialah
masyarakat yang terorganisir, yaitu LSM, asosiasiasosiasi kerja, dan paguyuban.16
Sementara, Lembaga Administrasi Negara mengartikan good
governance yaitu sebagai penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi
yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat.17
2. Kebijakan Publik
Secara terminologi kebijakan publik (public policy) tergantung dari sudut
mana kita mengartikannya. Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai
the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell
dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of
goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam
praktek-praktek yang terarah.
Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-
kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus
16 Sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) (Bandung: Mandar Maju, 2007): h. 76
17 Diakses dari www.lan.go.id, pada 10 januari 2019.
16
dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta.
Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah.18
Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy mendefinisikan kebijakan
publik sebagai “is whatever government choose to do or not to do” (apapaun yang
dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Definisi ini
menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan
bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di
samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan
kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang sama dengan pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu.19
3. Teori Administrasi Publik dan Governance
Administrasi publik dalam konteks pelayanan publik, memiliki peranan
yang sangat penting. Seiring dengan banyaknya tuntutan yang dilakukan oleh
berbagai pihak untuk menyusutkan peran negara terhadap kehidupan bangsa, Peran
dari administrasi itu sendiri terkait konteks yang imperatif memposisikan dirinya
sebagai governance.
Administrasi publik menjadi suatu sarana utama yang digunakan untuk
meningkatkan dan mewujudkan tujuan publik dalam mengalokasi, distorsi, serta
manipulasi. Governance dalam hal ini menjadi pendekatan yang sifatnya lebih
18 Budi Winarno,2007. Kebijakan Publik : Teori dan Proses Edisi Revisi, Media Presindo.
Yogyakarta. H. 17. 19 Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara:
Jakarta. H. 19
17
cenderung ke ekologi sosial. Nilai-nilai formal yang direproduksi secara hirarkis
dan rasional turut membangun watak reposisi. Governance dalam hal ini
menggambarkan kemampuan sejumlah oraganisasi dalam status milik
pemerintahan atau swasta. Hal ini dimaksudkan dengan tujuan untuk melayani
kegiatan-kegiaan terkait pelayanan publik.
Governance dalam konteks administrasi publik disini sebagai suatu proses
perumusan yang diaplikasikan untuk mecapai tujuan publik itu sendiri. Hal tersebut
dilakukan dengan menjunjung semangat kesetaraan serta memiliki jaringan yang
kuat untuk mencapai tujuan publik yang bertanggung jawab atas pelayanan publik
kepada masyarakat.20
F. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, dimana ini merupakan
penelitian kontekstual yang menjadik individu sebagai instrumen, dan disesuaikan
dengan situasi dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya
bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam bukunya Moleong, metode
kualitatif merupakan prosedur meneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan juga perilaku yang dapat
diamati.21Adapun fokus dalam penelitian ini ialah mengenai Studi Gerakan
20 Teori administrasi public dan Governance, Diakses dari https://idtesis.com/teori-
administrasi-publik-governance/ pada 11 januari 2019
21 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Ikip Remaja Rosdakarya,
2009), h. 31
18
Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) dalam Mewujudkan
Masyarakat Tertib Administrasi Kependudukan.
Penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif yaitu sebagai
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis. Dengan
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung dari buku-buku atau Jurnal
poltik yang berhubungan dengan skripsi ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari wawancara
calon yang terkait, pihak pendukung serta buku-buku dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan berupa buku yang diperlukan terkait
kebijakan, data-data yang terkait dengan penelitian ini, kutipan dari
gambar atau surat kabar, foto dan segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan yang bersifat tertulis ataupun tidak. Dokumetasi
diperlukan untuk mempermudah peneliti menemukan jawaban dari
permasalahan.
b. Wawancara
19
Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, jawaban
responden akan menjadi data mentah. Wawancara juga merupakan metode
yang bagus untuk pengumpulan data tentang subjek kontemporer yang
belum dikaji secara ekstensif dan tidak banyak literatur yang
membahasnya. Responden yang dituju adalah Masyarakat khususnya
daerah Cinere depok dan juga aparatur Kecamatan Cinere.
c. Sumber dan Jenis Data
Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti masukan
serta hasil dari observasi dan wawancara yang akan dilakukan oleh
peneliti. Sebelum digunakan dalam proses analisis, data dikelompokan
terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan karakteristik yang menyertainya.
Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua macam,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh
orang yang melakukan penelitian. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
sumber-sumber yang telah ada.
3. Teknik Analisa Data
Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan,
penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis
dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.
20
G. Sistematika Penulisan
Penelitian pada skripsi ini terbagi dalam lima bab, sistematika penulisan
dalam skripsi ini sebagai berikut:
BAB I, pada bagian ini peneliti memaparkan pernyataan masalah yang
melatarbelakangi peneliti untuk mengangkat tema mengenai Gerakan Indonesia
Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) dalam mewujudkan efisiensi dan
efektifitas pelayanan publik serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya mengurus administrasi kependudukan di kelurahan Gandul. Pada bab
ini juga dipaparkan mengenai perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II, berisikan landasan teori maupun konsep yang dapat digunakan untuk
menganalisis data-data hasil penelitian dan juga digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
BAB III, pada bagian ini dijelaskan gambaran secara umum mengenai
Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan. Kemudian akan dipaparkan
sejarah singkat Kota Depok dan kelurahan Cinere.
BAB IV, bagian ini memaparkan hasil dan temuan penelitian terkait peran
Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) dalam mewujudkan
masyarakat sadar adminduk di wilayah kelurahan gandul. Disajikan dalam bentuk
amalisis deskriptif dengan menggunakan konsep dan teori yang dipaparkan dalam
BAB II.
21
BAB V, bagian ini peneliti akan menarik kesimpulan atas hasil dan temuan
penelitian dari BAB IV. Kemudian dipaparkan saran kritik akademik berupa
rekomendasi penelitian berikutnya dan saran praktis terhadap subjek penelitian.
22
BAB II
KERANGKA TEORETIS
A. Good Governance
Good governance merupakan suatu kesepakatan menyangkut terhadap
pengaturan Negara yang diciptakan oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor
swasta secara Bersama, kesepakatan tersebut mencakup pembentukan mekanisme,
proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingan mereka, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan yang ada di antara masyarakat.22
Menurut Koiman, governance merupakan suatu rangkaian proses interaksi
sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam bidang yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat dan adanya intervensi dari pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-
mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara
mengartikulasi kepentingan-kepentingan, memediasi berbagai perbedaan mereka
serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. Governance merupakan
proses berjalannya mekanisme lembaga-lembaga pelayanan, mengelola sumber
daya publik dan menjamin realita hak azasi manusia. Dalam konteks ini good
governance memiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan
22 Masyarakat Transparansi Indonesia Indonesia, 2002, "Supermasi Hukum", Modul,
Jakarta, h. 9
23
wewenang terhadap hak rakyat dan korupsi serta dengan perlakuan hak yang
berlandaskan pada hukum.23
Menurut Sedarmayati good governance adalah suatu bentuk manajemen
pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan. Dengan demikian ia
berpendapat bahwa pemerintah berada pada posisi sentral (agent of chance) dari
masyarakat dalam suatu masyarakat berkembang. Good governance tidak hanya
pemerintah, tetapi juga meliputi masyarakat, masyarakat yang dimaksud ialah
masyarakat yang terorganisir, yaitu LSM, asosiasiasosiasi kerja, dan paguyuban.24
Menurut OECD dan World Bank dalam sedarmayanti, good governance
merupakan penyelenggaraan manajemen pembangunan solid dan bertanggung
jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan terjadinya korupsi secara
politik dan administrasi, menjalankan disiplin anggaran dengan benar serta
penciptaan kerangka kerja politik dan hukum bagi tumbuhnya aktivitas
kewiraswastaan.25
Sementara, Lembaga Administrasi Negara mengartikan good governance
yaitu sebagai penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung
jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang
konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat.26
23 Jan Kooiman, Governing as Governance, Sage Publication, 2003, h. 237
24 Sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) (Bandung: Mandar Maju, 2007), h. 76 25 Sedarmayanti, h. 273
26 Diakses dari www.lan.go.id, pada 10 januari 2019
24
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Good Governance
merupakan tata pemerintahan dalam penggunaan wewenang politik, dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat agar eektif
dan efisien. Tata pemerintahan tersebut mencakup seluruh mekanisme, proses dan
lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
1. Prinsip-prinsip Good Governance
Kunci utama untuk memahami kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya.
Selain itu, penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bertanggungjawab
baru akan tercapai apabila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan
administrasi ketiga komponen good governance tersebut memiliki jaringan dan
interaksi yang setara. Interaksi dan kemitraan seperti ini biasanya baru dapat
berkembang subur apabila prinsip-prinsip good governance telah diterapkan
dengan baik. Menurut United Nation Development Program (UNDP) prinsip-
prinsip yang dikembangkan dalam Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance) adalah sebagai berikut :27
a. Partisipasi
27 Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. (Bandung: Mandar Maju,
2004), h. 5
25
Setiap orang atau warga Negara memiliki hak suara yang sama
dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun
lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasi masing-
masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan
kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
b. Kepastian hukum (Rule Of Law)
Kerangka aturan hukum dan prundangan-undangan haruslah
berkeadilan dan dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh
(impartialy), terutama tentang atuaran hukum dan hak azasi manusia.\
c. Transparansi
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran
informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat di
akses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya dan harus dapat
disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat
digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.
d. Tanggung Jawab (Responsiveness)
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk
melayani berbagai pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan
dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut akan
26
semakin baik. Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan
ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi dalam mewujudkan
misi dan tujuan organisasi publik.
e. Berorientasi konsensus
Pemerintahan yang Baik (Good Governance) akan bertindak
sebagai penengah (mediator) bagi berbagai kpentingan ang berbeda
untuk mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik bagi
kepentingan masing-masing pihak, jika mungkin juga dapat diberlakukan
terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapakan
pemerintah.
f. Berkeadilan
Pemerintah yang Baik akan memberikan kesempatan yang sama
baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya
g. Efektifitas dan efisiensi
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk
menghasilkan sesuatu yang benar-benar seusai dengan kebutuhan
melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang
tersedia.
h. Akuntabilitas
27
Para pengambil keputusan (Decision Maker) dalam organisasi
sektor pelayanan dan warga Negara madani memiliki
pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada public sebagaimana halnya
kepada para pemilik (stakeholder).
i. Visi yang strategis
Para pemimpin dan warga Negara memiliki perspektif yang luas
dan jangka panjang tentang penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik
(Good Governance) dan pembangunan manusia, bersamaan dengan
dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.
Jumlah komponen ataupun prinsip yang melandasi tata pemerintahan
yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke
pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai
prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas.28
2. Pelaksanaan Good governance di indonesia
Penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal
yang sangat mendasar:
a. Tuntutan eksternal: Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untk
menerapkan good governance. Istilah good governance mulai
mengemuka di Indonesia pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan
28 Sedarmayati, h. 289
28
interaksi antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara luar dan
lembaga-lembaga donor yang menyoroti kondisi objektif situasi
perkembangan ekonomi dan politik dalam negeri Indonesia.
b. Tuntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu
penyebab terjadinya krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya
juse of power yang terwujud dalam bentuk KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme), dan sudah sedemikan rupa mewabah dalam segala aspek
kehidupan. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling mencolok
kualitas dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh cabang-
cabang pemerintahan, eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pelaksanaan good governance yang baik adalah bertumpu pada tiga pilar
dan penerapannya akan berjalan dengan baik jika didukung oleh tiga pilar yang
saling berhubungan, yaitu negara/pemerintah dan perangkatnya sebagai regulator,
dunia usaha atau swasta sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna
produk dari dunia usaha, sehingga menjalankan good governance seyogyanya
dilakukan bersama-sama pada tiga pilar/elemen tersebut. Bila pelaksanaan hanya
dibebankan pada pemerintah saja maka keberhasilannya kurang optimal dan
bahkan memerlukan waktu yang panjang.29
29 Neneng siti maryam Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume VI No. 1 / Juni 2016,
h. 7-8
29
3. Pelayanan Publik
Salah satu tugas pokok terpenting pemerintah adalah memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pemberian jasa
oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, ataupun pihak swasta kepada
masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau
kepentingan masyarakat. Ada tiga alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik
strategis untuk memulai mengembangkan dan menerapkan good governance di
Indonesia, yaitu:
a. Pelayanan publik merupakan ranah antara negara dengan lembaga non
pemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik dapat meningkatkan
dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
b. Pelayanan publik adalah ranah di mana berbagai aspek clean dan good
governance dapat diartikulasikan.
c. Pelayanan publik yang melibatkan kepentingan semua unsur
governance, yaitu pemerintah, masyarakat, dan juga mekanisme pasar.
Widodo berpendapat bahwa pelayanan publik adala Pemberian suatu
layanan terhadap keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada suatu organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan di lembaga atau instansi terkait.30
30 Joko Widodo, Good governance: telaah dari dimensi akuntabilitas dan kontrol birokrasi
pada era desentralisasi dan otonomi daerah (Surabaya: Insan Cendekia, 2001), h. 131
30
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
mendefinikan pelayanan publik sebagai berikut: “Pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik”.31
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
diambil kesipulan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah
pemenuhan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan negara. Negara didirikan
oleh publik atau masyarakat dengan tujuan agar meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Negara haruslah memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam
hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang
sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.
Menerapkan good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuaiu
dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Upaya untuk
menghubungkan tata pemerintahan yang baik dengan pelayanan publik bukanlah
merupakan hal baru. Namun keterkaitan antara konsep good governance dengan
konsep public service sudah cukup jelas. Argumentasi lain yang yang membuktikan
betapa pentingnya pelayanan publik ialah keterkaitannya dengan tingkat
kesejahteraan rakyat. Inilah yang tampaknya harus dilihat secara jernih karena di
31 UU no 25 Tahun 2009
31
negara-negara berkembang kesadaran para birokrat untuk memberikan pelayanan
yang baik masih terbilang rendah.
Secara garis besar, permasalahan penerapan good governance meliputi:
1. Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan
masyarakat;
2. Tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi
perbaikan;
3. Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya
praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja
aparatur;
4. Makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan publik;
5. Meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik, antara lain transparansi, akuntabilitas dan
kualitas kinerja publik serta taat pada hukum;
6. Mengingatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab,
kewenangan dan pengambilan keputusan dalam era desentralisasi;
7. Rendahnya kinerja sumberdaya manusia dan kelembagaan aparatur,
sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan daerah yang
belum memadai.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kinerja birokrat dalam sebuah
lingkungan yang bermuatan nilai dan lingkungan yang didorong oleh sejumlah
32
nilai, dimana nilai-nilai ini yang akan menjadi pijakan dalam segala aktivitas
birokrasi saat memberi pelayanan publik. Terdapat beberapa nilai yang harus
dipegang teguh yaitu: kesetaraan, keadilan, keterbukaan, kontinuitas dan
regulasitas, partisipasi, inovasi dan perbaikan, efisiensi, efektivias.
B. Kebijakan Publik
Pada dasarnya, kebijakan merupakan suatu rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak dalam suatu pemerintahan maupun organisasi,
tujuan, prinsip dan pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai tujuan dan
sasaran yang diinginkan.
Menurut Carl J Federick dikutip Leo Agustino mendefinisikan kebijakan
sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga
menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan
tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena
bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan
daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.32
32 Leo agustino, Dasar- dasar Kebijakan Publik. (Alfabeta: Bandung, 2008), h. 7
33
Solichin Abdul Wahab berpendapat bahwa istilah kebijakan sendiri masih
terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk
memahami istilah kebijakan, memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:33
1. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
2. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari
administrasi
3. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan
4. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan
5. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai
6. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implisit
7. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang
waktu
8. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar
organisasi dan yang bersifat intra organisasi
9. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci
lembaga-lembaga pemerintah
10. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.
33 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara
Edisi Kedua. (Bumi Aksara: Jakarta, 2008), h. 40-50.
34
1. Definisi Kebijakan Publik
Secara terminologi kebijakan publik (public policy) tergantung dari sudut
mana kita mengartikannya. Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai
the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell
dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of
goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam
praktek-praktek yang terarah.
Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-
kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus
dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta.
Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah.34
Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy mendefinisikan kebijakan
publik sebagai “is whatever government choose to do or not to do” (apapaun yang
dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Definisi ini
menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan
bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di
samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan
34 Budi Winarno, Kebijakan Publik : Teori dan Proses Edisi Revisi, (Media Presindo: Yogyakarta,
2007), h. 17
35
kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang sama dengan pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu.35
Chandler dan Plano sebagaimana dikutip Tangkilisan yang menyatakan
bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.
Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok
yang kurang beruntung dalam mereka dapan berpartisipasi secara luas.36
David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino memberikan definisi
kebijakan publik sebagai “the autorative allocation of values for the whole
society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem
politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya
dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena
pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para
penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari
dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu maslaha tertentu dimana pada suatu
titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari kelak diterima
serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.37
35 Irfan Islamy, Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. (Bumi Aksara: Jakarta, 2009),
h. 19 36 Tangkilisan, Implementasi Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI, 2003), h. 1 37 Leo agustino, Dasar- dasar Kebijakan Publik. (Alfabeta: Bandung, 2008), h. 19
36
Berikut ialah beberapa alasan penting mengapa kebijakan pulik amat
penting untuk dipelajari:
b. Alasan ilmiah
Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan
konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat
dipandang sebagai variabel terikat (dependent variable) maupun
sebagai variabel independen (independent variable). Kebijakan
dipandang sebagai variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada
faktor-faktor politik dan lingkungan yang membantu menentukan
substansi kebijakan atau diduga mempengaruhi isi kebijakan piblik.
Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika focus perhatian
tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada sistem politik dan
lingkungan yang berpengaruh terhadapo kebijakan public.
c. Alasan professional
Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan
pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan
masalah-masalah sosial sehari-hari.
d. Alasan politik
Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar
pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai
tujuan yang tepat pula.
37
2. Tahap-tahap Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.
Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji
kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap
ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William
Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno 2007: 32-34 adalah sebagai berikut:38
a. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat
masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk
ke agenda kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin
suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain
ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena
alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
38 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses. (Yogyakarta: Med Press Anggota IKAPI,
2007), h. 32-34.
38
kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut
berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy
alternatives/policy options) yang ada. Dalam perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan
yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-
masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan
masalah terbaik.
c. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus
antara direktur lembaga atau putusan peradilan.
b. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika
program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh
badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat
bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit
administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan
manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling
bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para
39
pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin akan
ditentang oleh para pelaksana.
c. Tahap evaluasi kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih
dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-
kriteria yamh menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang
telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan
atau belum.
3. Kerangka kebijakan publik
Menurut Suharno kerangka kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa
variabel dibawah ini, yaitu:39
a. Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas tujuan yang
akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka
semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan
kebijakan semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin
mudah.
39 Suharno, Prinsip-Prinsip Dasar Kebijakan Publik. (Yogyakarta: UNY Press, 2008), h. 31
40
b. Prefensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan. Suatu kabijakan
yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk
dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu
nilai.
c. Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan
ditentukan oleh sumber daya finansial, material, dan infrastruktur
lainnya.
d. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas
dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas aktor kebijakan
yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut
ditentukan oleh tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,
pengalaman kerja dan integritas moralnya.
e. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks
sosial, ekonomi, maupun politik tempat kebijakan tersebut
diimplementasikan.
f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang
digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan
mempengaruhi kinerja suatu kebijakan. Stretegi yang digunakan dapat
bersifat top/down approach atau bottom approach, otoriter atau
demokratis.
41
C. Administrasi publik
Di indonesia, pemahaman tentang administrasi terdapat dua bahasa yang
berbeda dengan makna yang berbeda. Yang pertama yaitu adminstratie dari bahasa
belanda yang dikenal sejak awal masuk penaruh dari sistem administasi publik
klasik yang dibawa pemerintah pada masa jajahan belanda. Istilah administratie
dalam bahasa belanda memiliki pengertian stelselmatige verkrijging, en verwerking
van gegevens, yang dalam bahasa indoneisa disebut “tata usaha” atau “administrasi
dalam arti sempit”.
Administrasi sebagai ketatausahaan yang dalam bahasa inggris
menggunakan istilah clerical work, paper work, atau office work atau yang dalam
arti sempitnya ialah kegiatan pencatatan, pengolahan, pengumpulan, pemberian
nomor/kode surat, pengetikan, pengadaan, penyimpanan, pengiriman, berbagai
informasi yang diterima atau dikeluarkan oleh suatu institusi.
Administrasi juga disebut sebagai proses kegiatan usaha kerja sama
sekelompok orang secara terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien.
Dalam pengertian administrasi terkandung hal-hal berikut yaitu:40
a. Kelompok orang, yakni dimana berkumpulnya dua orang maupun lebih
dalam perkumpulan organisasi sipil atau militer, negeri atau swasta,
organisasi besar atau kecil. Pengelempokan tesebut terjadi dengan asumsi
bahwa untuk mencapai tujuan tidak bisa dilakukan seorang diri.
40 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik , (Erlangga: jakarta, 2012), h. 4-5
42
b. Kegiatan, yaitu sejumlah aktivitas yang dierjakan baik secara individual,
namun masih terkait denga orang lain, demi mencapai tujuan bersama.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka administrasi ini merupakan suatu
kegiatan yang berangkaian dengan kegiatan lainnya sehingga merupakan
suatu proses yang sistematis.
c. Kerja sama, yaitu terjalinnya interaksi antarindividu dalam suatu kelompok
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan karena pekerjaan itu tidak dapat dan
tidak boleh diselesaikan seorang diri.
d. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok yang bekerjasama
dan biasanya berupa kebutuhan bersama yang tidak bisa diraih seorang diri.
e. Efisiensi, yakni perbandingan terbaik antara input dan output.
Sebagai suatu proses, administrasi menggambarkan berjalannya suatu
kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam prosesnya,
terdapat berbagai rencana baik itu jangka pendek, menengah, dan panjang, serta
kebijakan strategi, lalu upaya untuk mencapai tujuan. Administrasi sebagai proses
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan mengarah pada suatu
pencapaian atau tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan pengertian dari publik ialah umum, banyak orang, masyarakat
dan negara. Publik merupakan kumpulan orang yang menaruh perhatian, minat dan
kepentingan yang sama dan tidak diikat oleh suatu nilai atau norma tertentu.
Menurut Kimball Yong, yang dimaksud dengan publik ialah:41
41 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik , (Erlangga: jakarta, 2012), h. 14
43
1) Orang.
2) Keseluruhan anggota suatu komunitas, bangsa, atau masyarakat.
3) Kumpulan individu dengan kepentingan yang sama.
Sementara menurut pandangan Scott M. Cutlip dan Allen H. Center publik
merupakan kelompok individu yang terikat oleh kepentingan Bersama dan berbagi
rasa atas dasar kebersamaan.42
Berdasarkan asumsi dari pendapat maka dapat ditarik suatu unsur-unsur
publik yaitu:
a) Adanya sejumlah manusia
b) Adanya kepentingan Bersama dan mengikat
c) Adanya persatuan karena suatu ikatan kepentingan tersebut
Terminologi administrasi publik berasal dari Amerika dan inggris.
Sebelumnya orang menggunakan istilah ilmu pemerintahan untuk menyebut subjek
ini, tapi pada dasarnya ilm pemerintahan tidak sama dengan administrasi publik.
Banyak terdapat definisi dalam ilmu administrasi publik, namun substansinya
tetaplah sama, yaitu berbicara mengenai kerjasama kelompok orang dalam
mencapai suatu tujuan tertentu.
Pfiffner & presthus mendefinisikan administrasi publik sebagai suatu upaya
koordinasi dari individu maupun kelompok untuk menjalankan kebijakan publik.43
Sementara Rosenbloom dan Goldavan mendefinisikan administrasi publik sebagai
42 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik, (Erlangga: jakarta, 2012), h. 15 43 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik, (Erlangga: jakarta, 2012), h. 20
44
penggunaan kepemimpinan secara politis dan dalam berbagai proses serta teori
yang sah untuk menjalankan tugas-tugas legislative, eksekutif, dan yudisial dalam
suatu penyediaan peraturan bagi pelayanan seluruh masyarakat.
Woodrow Wilson berpendapat bahwa administrasi publik ialah urusan atau
praktik urusan pemerintah karena tujuan pemerintah pada hakikatnya ialah
melaksanakan pekerjaan publik secara efisien dan sesuai dengan keinginan rakyat.
Dengan menjalankan adminitrasi publik, pemerintah berusaha memenuhi
kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak swasta.44
Subtansi dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para tokoh menuju
kearah yang sama yaitu terkait kerja sama kelompok orang dalam lingkup
organisasi negara untuk mencapai tujuan negara melalui berbagai kebijakan dan
program yang telah dirumuskan.
Dengan memperhatikan berbagai rumusan definisi dari administrasi publik,
dapat didefinisikan bahwa administrasi publik merupakan suatu proses kerja sama
kelompok maupun orang dalam merumuskan, mengimplementasikan berbagai
kebijakan dan program untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat dan mencapai
suatu tujuan negara secara efisien dan adil.
44 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik, (Erlangga: jakarta, 2012), h. 21
45
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK DAN KELURAHAN GANDUL
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00”–6o 28’ 00”
Lintang Selatan dan 106o 43’ 00”–106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis,
Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam
lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara
merupakan daerah dataran rendah– perbukitan bergelombang lemah, dengan
elevasi antara +50 sampai dengan +140meter dari permukaan laut dan kemiringan
lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat,
mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.45
Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi. Secara
lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Bojonggede Kabupaten Bogor.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor.
45 Diakses dari buku putih depok, h. 10
46
A. Kondisi Topografi
Kondisi morfologi wilayah bagian Utara umumnya berupa dataran rendah,
sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan
dengan ketinggian 40- 140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng
antara 2-15 %. Sebagian besar ketinggian Kota Depok berkisar antara 40-70 mdpl
yang berada di bagian tengah Kota Depok dengan sebaran seluruhnya di Kecamatan
Beji, sebagian kecil di bagian Selatan Kecamatan Cinere, hampir seluruhnya di
Kecamatan Cimanggis, sebagian di Kecamatan Bojongsari bagian Utara, dan
sebaian besar di Kecamatan Pancoran Mas.46
46 Buku putih Kota Depok h.12
47
Gambar 3.A.1 Peta Ketinggian Kota Depok
Daerah resapan air merupakan daerah yang dapat menampung limpasan air
dan dapat menampung air untuk memenuhi kebutuhan air baku di musim kemarau
dan sekaligus dapat mengendalikan banjir di musim hujan antara lain berupa waduk
dan Setu. Kawasan resapan air memiliki kriteria:
1. Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun
2. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm
48
3. Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan lebih dari 1
mm/hari
4. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah.
5. Kelerengan kurang dari 15%
6. Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air
tanah dalam.
Kota Depok memiliki 25 Setu/danau yang tersebar di beberapa kecamatan
di Kota Depok yang dapat di jadikan kawasan resapan air dimana daerah sekitar
Setu/danau merupakan daerah perlindungan setempat (kawasan lindung) yang
digunakan sebagai kawasan resapan air. Dalam Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang
kawasan lindung disebutkan bahwa kawasan perlindungan setempat yang
fungsinya kawasan sekitar danau atau waduk, kriterianya meliputi daratan dengan
jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air
danau atau waduk tertinggi; atau daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang
lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
Selain itu, Kota Depok memiliki Hutan Raya Pancoran Mas yang juga dapat
dijadikan kawasan resapan air. Tahura ini memiliki luas mencapai 7,2 Ha. Akan
tetapi lokasi hutan ini sangat dekat dengan permukiman padat sehingga rawan teradi
keruskan. Kondisi seperti ini sangat tidak bagus untuk Ruang Terbuka Hijau yang
fungsi utamanya sebagai ekologis.
Selain memiliki Tahura, Kota Depok juga terdapat beberapa taman kota
yang bisa menjadi daerah resapan air seperti misalnya taman kota yang terdapat
49
Kawasan Pendidikan Universitas Indonesia yang dibangun di atas lahan seluas 390
Ha, dimana 70% atau + 273 Ha lahannya berfungsi sebagai dearah resapan air. Ada
juga di Harjamukti Kecamatan Cimanggis, Taman Wiladatika biasa digunakan
untuk kegiatan pramuka dan memiliki luas mencapai 19,764 Ha.
B. Kondisi Geohidrologi
Kondisi hidrogeologi Kota Depok berdasarkan peta Peta hidrogeologi skala
100.000 lembar Jakarta Batuan Dasar terdiri dari 3 jenis, yaitu: daerah beririgasi,
luah sungai kurang dari 5 l/detik dan luah sungai antara 5-25 l/detik. Di Kota Depok
terdapat luah sumur antara 5-25 l/dtk yang artinya akuifer dengan aliran melalui
ruang antar butir, setempat melalui rekahan umumnya terdapat pada batuan
sedimen kuartet; terdiri dari beberapa akuifer batu pasir, ketebalan berkisar antara
3-18 meter, keterusan 120-260 m2/hari dengan kedalaman 150-250 m di bawah
tarah, kapasitas jenis 0,5 – 1,5 l/dtk, muka air tanah statis 3-21m dibawah muka air
tanah. Luah sumur antara 5-25 l/det di Kota Depok hanya berada di Kecamatan
Cinere.47
Selain itu, terdapat pula luah sumur kurang dari 5 l/det, yang berada di
sebagian besar Kecamatan Kota Depok diantaranya berada di Kecamatan
Bojongsari, sebagian besar di Kecamatan Cinere dan Limo, dan membentang dari
Selatan ke Utara Kota Depok di Kecamatan Cilodong, Sukmajaya dan Cimanggis.
Luah sumur kurang dari 5 l/ det ini terdiri dari beberapa akuifer batuan sedimen
kuarter berupa batu pasir dan breksi, batuan gamping koral dan battu gamping
47 Diakses dari “https://www.depok.go.id/profil-kota” , pada 21 maret 2019
50
pasiran; ketebalan berkisar antara 3-20m, keterusan 7- 1000 m2/hari dengan
kedalaman sumur 60-250 m, di bawah muka tanah kapasitas jenis 0, 1-0, 4 l/dtk/m,
muka air tanah statis 2-45 m di bawah tanah.
Tinjauan air tanah di wilayah Kota Depok tidak terlepas dari daerah
Jabotabek. Kondisi air tanah di daerah Jabotabek dipengaruhi kondisi geologi dan
sifat batuan penyusunnya. Unit hidrogeologi yang erat kaitannya dengan sistem air
tanah yang terdapat di wilayah ini adalah:
1. Batuan sedimen tersier dan vulkanikan
2. Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh sedimen tersier
3. Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh endapan laut dan endapan
dataran banjir
4. Endapan paparan pantai
Sistem air tanah di Jabotabek dibagi menjadi 3 (Tiga) kelompok akifer
(Sumber: WJEMP Depok City 3-1). Hal ini didasarkan atas adanya lapisan
lempung laut yang merupakan lapisan pemisah antar kelompok akifer. Kelompok
akifer tersebut adalah:
1. Kelompok Akifer Tidak Tertekan (< 40m)
Kelompok ini merupakan air tanah bebas, dibentuk oleh endapan kipas
vulkanik di bagian Selatan. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya berasal
dari presipitasi air hujan dan air sungai. Kelompok akifer ini merupakan
sumber air utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
2. Kelompok Akifer Tertekan (40-140 m)
51
Kelompok ini terdiri dari endapan vulkanik menyatu dengan kelompok
endapan paparan di bagian Utara. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya
berasal dari imbuhan (recharge) dari daerah Selatan. Pemanfaatan air
tanah banyak dilakukan dengan cara pembuatan sumur bor.
Terdapat 2 (dua) jenis air tanah di Kota Depok menurut WJEMP Depok City 3-1,
yaitu:48
1. Air Tanah Dangkal
Di Kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan
masyarakat. Pada umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di
sebagian tempat kondisinya keruh dan berbau dengan kedalaman rata-rata
10 m.
2. Air Tanah Dalam
Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini tanah
merupakan sumber penyediaan air yang utama di Kota Depok. Kota
Depok sendiri dilewati oleh formasi genteng dan endapan vulkanik yang
mempunyai potensi 3-4 l/detik/km2, serta alluvium dengan potensi air
sebesar 5-7 l/detik/km2.
Dari peta proyeksi transverse mercator yang diterbitkan oleh Direktorat
Geologi dan Tata Lingkungan Tahun 1986 (dikutip dari WJEMP Depok City)
diindikasikan bahwa wilayah Depok berada pada lokasi antara Badak Kulon dan
48 Bappeda Kota Depok: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Depok. 2003. Western
Java Environmental Management Project (WJEMP) Depok City 3- 1: Assignment Completion
Report (ACR), Study For Normalization and Management of Lakes Depok: Bappeda Kota Depok
52
Pasar Minggu yang merupakan ujung dari kipas alluvium yang merupakan batas
dari Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta dan Bogor dimana akuifer terdapat pada
kedalaman < dari 5 m sepanjang 20 km dari Selatan ke Utara dimana Daerah
Pengamatan yang dilakukan UI-BPPT.
Dari hasil sample yang didapat menunjukan hasil yang beragam dan rata-
rata adalah laju infiltrasi sebesar 19,7 l/det dan di lain tempat didapat 22,4 l/det.
Hal dapat memberikan keyakinan bahwa bila dapat dilakukan pemotongan
akuifer/penyingkapan dan membuat sarana pengisian kembali air tanah (recharge)
maka sudah dapat diprediksi aliran air bawah tanah akan sangat optimum dengan
biaya yang relative murah.
C. Administratif
Secara administrasi merupakan kota yang otonom dengan luas wilayah
200,29 km2, yang terbagi atas 11 kecamatan dan yang kemudian terbagi lagi
menjadi 63 kelurahan. Jumlah kelurahan dalam satu kecamatan berkisar dari 4
sampai 7 kelurahan.
Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas)
kecamatan merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Adapun selangkapnya
nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut :
53
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji
Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan
Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas,
Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya,
Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung,
Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok
Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya,
Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya,
Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju,
Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan
Kelurahan Jatimulya.
6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan
Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan
Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
54
8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar,
Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan,
Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan
Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru,
Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan,
Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru,
Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
11. Kecamatan Bojongsari, meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari Baru,
Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan
Duren Seribu dan Kelurahan Duren Mekar.
D. Kependudukan
Dengan luas wilayah 200,29 km², berdasarkan sensus penduduk tahun 2010,
Kota Depok dihuni oleh 1.736.565 jiwa, dengan sex ratio penduduk laki-laki
terhadap perempuan sebesar 102. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar
316.085 jiwa dari tahun 2006 yang baru mencapai 1.420.480 jiwa menurut
perhitungan BPS, laju pertumbuhan pendudukan (LPP) kota depok dalam 10 tahun
terakhir menempati urutan ke dua setelah kabupaten Bekasi dengan rata-rata
sebesar 4,27% dengan laju perumbuhan tertinggi di Limo sebesar 8,48% dan
terendah di Kecamatan Sukmajaya sebesar 3,27%.
55
Gambar 3.A.2. Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2006 – 2010
Pertumbuhan penduduk yang demikian tinggi ini dipengaruhi oleh tingginya arus
migrasi yang masuk ke Kota Depok, mengingat Kota Depok dinilai sebagai daerah
yang sangat strategis dilihat dari seluruh fungsi kota, terutama jasa, perdagangan
dan permukiman. Namun perubahan menyolok ini juga dapat disebabkan oleh
perbedaan sumber data. Data 2005-2009 menggunakan data Depok Dalam Angka
yang merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan Sensus Penduduk Tahun
2000. Sedangkan data 2010 menggunakan Data Sensus Penduduk 2010 yang
mencatat jumlah penduduk faktual yang ada di lokasi tanpa melihat status
administrasi kependudukannya.
1,800
1,600
1,400
56
E. Gambaran Umum Kelurahan Gandul
Kelurahan Gandul adalah salah satu dari 4 Kelurahan yang berada di
wilayah Kecamatan Cinere yang terdiri dari 19 Rukun Warga dan 64 Rukun
Tetangga dengan jumlah Penduduk pada tahun 2019 sebanyak 24772 jiwa.
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Laki-laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Penduduk
12.447
12.325
24772
` Sumber:Data Masyarakat Kelurahan Gandul Tahun 2019
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk Keluarahan Gandul terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 12.447 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
12.325 jiwa dengan jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Gandul sebanyak
24.772 jiwa.
Jumlah penduduk Kelurahan Gandul berdasarkan Ekonomi Masyarakat:
1. Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun): 6348 Orang
2. Jumlah penduduk usia 18-56 masih sekolah dan tidak kerja: 2515 Orang
3. Jumlah penduduk usia 18-56 menjadi ibu rumah tangga: 3746 Orang
4. Jumlah penduduk usia 18-56 yang bekerja penuh: 3032 Orang
5. Jumlah penduduk usia 18-56 bekerja tida tentu: 135 Orang
Berdasarkan data umum yang tertera pada papan monografi Kelurahan Gandul
bahwa Kelurahan Gandul memiliki luas wilayah 289 Km dengan batas wilayah:
1. Sebelah Utara: Pangkalan Jati Baru
57
2. Sebelah Selatan: Krukut
3. Sebelah Barat: Cinere
4. Sebelah Timur: Ciganjur/DKI Jakarta
Berikut pemaparan mengenai jarak tempuh antara Kelurahan Gandul dari Pusat
Pemerintahan:
1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan: 1 Km
2. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota: 13 Km
3. Jarak dari Ibukota Kabupaten: 58 Km
4. Jarak dari Ibukota Provinsi: 186 Km
58
BAB IV
ANALISIS PROGRAM (GISA) DI KELURAHAN GANDUL
A. Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengurus administrasi Kependudukan di Kelurahan Gandul. Pada
BAB ini akan dijelaskan mengenai GISA yang dijalankan di Kelurahan Gandul,
dimana Kelurahan Gandul merupakan kelurahan yang ditnjuk dan diberikan amanat
sebagai salah satu kelurahan yang menjalankan GISA oleh kecamatan cinere dan
disdukcapil kota depok. Dari 4 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Cinere,
Kelurahan gandul meruupakan kelurahan yang ditunjuk untuk menjalankan GISA
dan mewakili Kecamatan Cinere untuk menjalankan program GISA.
Terpilihnya Kelurahan Gandul sebagai Kelurahan perwakilan dari
Kecamatan Cinere dikarenakan ada faktor yang menjadikan Kelurahan Gandul
sebagai Kelurahan percontohan diantaranya yaitu responsifitas dalam menjalankan
program. Kelurahan Gandul dinilai sebagai Kelurahan yang memiliki kualitas
pelayanan yang baik dan terbuka terhadap masyarakat. Kelurahan Gandul juga
bereran aktif dalam mensosialisasikan program kepada masyarakat melalui RT dan
Rw serta mengadakan diskusi bulanan kepada RT dan Rw yang ada di Kelurahan
Gandul untuk menampung aspirasi serta solusi yang berasal dari masyarakat terkait
keberlangsungan kinerja dari aparat Kelurahan Gandul.
Meskipun dari segi fasilitas Kelurahan Gandul masih terbilang minim dari
Kelurahan yang ada di Kecamatan Cinere. Akan tetapi dari pemanfaatan fasilitas
59
tersebut Kelurahan Gandul dipergunakan dengan sangat baik dan kualitas
pelayanan yang ada di Kelurahan Gandul lebih baik disbanding 3 kelurahan yang
ada di Kecamatan Cinere.
Menurut David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino memberikan
definisi kebijakan publik sebagai “the autorative allocation of values for the whole
society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem
politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya
dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena
pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para
penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari
dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu maslaha tertentu dimana pada suatu
titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari kelak diterima
serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.49
Dalam hal ini, Pemerintah memliliki otoritas dalam pembuatan suatu
kebijakan dimana dalam konteks penelitian ini GISA merupakan suatu kebijakan
yang berasal dari Kemendagri. Alokasi kebijakan GISA menciptakan suatu tatanan
nilai dimana hal tersebut menjadi acuan bagi peningkatan kesadaran masyarakat
dalam mengurus administrasi kependudukan.
Dengan munuculnya program GISA, adanya suatu perbaikan dalam sistem
pelayanan di Kelurahan Gandul dimana peningkatan kinerja dari pegawai
49 Leo agustino, Dasar- dasar Kebijakan Publik. (Alfabeta: Bandung, 2008), h. 19
60
Kelurahan Gandul ditingkatkan dan pelaksanaan sosialisasi terhadap masyarakat
melalui RT dan RW masing-masing yang ada di Kelurahan Gandul dalam
pengalokasian program GISA.
Penyelenggaraan GISA membawa perubahan pada kinerja instansi terkait
dan berdampak bagi masyarakat. Adanya GISA tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurus administrasi kependudukan
dan kualitas pelayanan di Kelurahan Gandul, namun juga mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat. Perubahan yang terjadi melalui GISA seperti adanya sistem
pelayanan yang lebih responsif, penetapan standar pelayanan, dan pengadaan
fasilitas pelayanan. Kelurahan yang berposisi sebagai ujung tombak pelayanan
GISA, harus melakukan pendekatan kepada masyarakat secara birokrasi sruktural
yaitu dengan melibatkan RT dan RW yang ada dikelurahan Gandul untuk
menghimbau kepada warga setempat dalam pelaksanaan program GISA. Oleh
karena itu, partisipasi masyarakat disini juga amat penting, supaya nantinya
program GISA yang dijalankan sesuai kebutuhan masyarakat. Di sisi lain,
masyarakat harus lebih aktif dalam mengawasi pelaksanaan program GISA serta
kualitas pelayanan di Kelurahan Gandul.
Setelah berlangsungnya rapat terbatas penataan penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan (Adminduk) dengan Presiden Joko Widodo pada
April 2018, Kemendagri mengambil tindakan dengan menerbitkan Permendagri
Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan
Adminduk. Permendagri diikuti dengan surat edaran yang ditandatangani Dirjen
61
Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh atas nama Mendagri nomor 471.13/8039/Dukcapil
tentang Percepatan Penerbitan KTP Elektronik.
Lalu muncul Inovasi Layanan Adminduk di Daerah, upaya percepatan dan
perbaikan layanan Adminduk sudah lebih awal dipraktekkan di sejumlah
kabupaten/kota dengan menghadirkan beragam inovasi pelayanan. Adapun salah
satu layanan tersebut ialah layanan Salam 5 Menit, 15 Menit, 30 Menit, atau Salam
1 Jam. Inovasi yang sudah diterapkan sejak 2016 ini mencerminkan kecepatan
penerbitan KTP elektronik dan dokumen lainnya hanya dalam waktu 5 menit
sampai 1 jam sejak berkas dinyatakan lengkap oleh petugas yang bersangkutan.
Pada tahun 2017, hadir inovasi baru yaitu layanan Semedi (Sehari Mesti
Jadi). Layanan ini memberi kepastian penerbitan dokumen kependudukan
maksimal satu hari sejak berkas dinyatakan lengkap oleh pihak terkait dan selama
tidak bermasalah dengan server pusat.
Adapun inovasi lain yang sudah banyak diterapkan daerah adalah layanan
mobile keliling atau sering dikenal dengan layanan jemput bola (Jebol). Layanan
Jebol diterapkan dengan banyak cara oleh Dinas Dukcapil. Adapun sarana yang
digunakan oleh mereka ialah mobil, motor dan kendaraan lain yang memiliki desain
khusus. Dinas Dukcapil mendatangi berbagai tempat seperti kantor pemerintahan,
lapangan terbuka, sekolah, kampus, pondok pesantren, lembaga pemasyarakatan,
fasilitas umum, hingga desa/kelurahan atau kecamatan untuk melaksanakan
program tersebut. Tidak sedikit pula pelayanan dilakukan langsung secara door to
door dari rumah ke rumah, terutama untuk menyisir penduduk yang memiliki
62
keterbatasan seperti warga yang sakit, tuna netra, warga jompo, dan keterbatasan
lainnya.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan semua inovasi tersebut maka diadakan
perancangan GISA tingkat Nasional. Mendagri Tjahjo Kumolo menerbitkan
Instruksi Mendagri Nomor 470/837/SJ Tentang Gerakan Indonesia Sadar
Administrasi Kependudukan (GISA) pada tanggal tanggal 07 Februari 2018. Lalu
GISA dicanangkan secara nasional oleh Mendagri pada Rapat Koordinasi Nasional
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Rakornas Dukcapil) Tahun 2018 di Kota
Batam, Kepulauan Riau pada tanggal 08 Februari 2018.
GISA merupakan sebuah gerakan untuk membangun ekosistem bagi semua
pihak, masyarakat, pemerintah, dan lembaga pengguna, akan pentingnya sadar
Adminduk. Untuk mewujudkan target tersebut, dibutuhkan kerjasama yang solid
dari pemerintah tingkat atas hingga ke bawah agar pengimplementasiannya berjalan
lancer.
Lembaga Administrasi Negara mengartikan good governance yaitu sebagai
penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta
efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara
domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat.50
Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama yang solid untuk menciptakan sinergi
antara Lembaga terkait yaitu kecamatan Cinere dan kelurahan Gandul untuk
mensukseskan program GISA ini, dimana masyarakat ikut terkait dalam
50 Diakses dari www.lan.go.id, pada 10 januari 2019
63
berpartisipasi melengkapi dan mengurus dokumen kependudukan. Hal ini ditujukan
untuk tertib administrasi baik itu Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga
(KK), Akta Kelahiran, dan Kartu Identitas Anak (KIA) agar bisa diselesaikan
dengan baik dan tertib.
Sementara itu, Kepala Disdukcapil Kota Depok, Misbahul Munir
mengatakan, demi menyukseskan program tersebut, pihaknya akan melaksanakan
pelayanan dokumen kependudukan selama satu hari (one day service) di 11
kelurahan yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Walikota. Dimana,
belasan kelurahan tersebut yaitu Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Mekarjaya,
Kelurahan Gandul, Kelurahan Grogol, Kelurahan Sawangan, Kelurahan Cilangkap,
Kelurahan Jatimulya, Kelurahan Cipayung, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan
Pondok Cina, dan Kelurahan Mampang.
Pencanangan GISA di Depok dilakukan Usai Upacara Peringatan Hari Jadi
Ke-19 Kota Depok, Wali Kota Depok Mohammad Idris mencanangkan GISA, di
Halaman Balaikota Depok pada Jum’at (27/04/2018). GISA atau Gerakan
Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan merupakan sebuah gerakan dalam
rangka menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara sebagaimana tertuang dalam
Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 470/837/SJ tanggal 7 Februari 2018.51
Dalam SK tersebut dijelaskan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat
dibidang administrasi kependudukan menuju masyarakat yang tertib, pemerintahan
51 Diakses dari ”https://www.depoknews.id/wali-kota-depok-canangkan-gerakan-sadar-
administrasi-kependudukan-gisa/ “ pada 21 maret 2019
64
yang efektif dan efisien, serta negara yang memiliki daya saing berdasarkan pada
Undang-undang no 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang no 24 tahun 2013. Dalam hal ini awal mula
terbentuknya gisa merujuk pada Undang-undang tersebut.
B. Undang-Undang mengatur Administrasi Kependudukan
Administrasi kependudukan merupakan hal yang krusial dalam upaya
menertibkan hukum di masyarakat khususnya dalam tertib administrasi. Dalam
banyak kasus, tertib administrasi sangat dibutuhkan agar memudahkan proses
penyelenggaraan berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat terkait
kependudukan.
Seperti yang dikatakan oleh Woodrow Wilson berpendapat bahwa
administrasi publik ialah urusan atau praktik urusan pemerintah karena tujuan
pemerintah pada hakikatnya ialah melaksanakan pekerjaan publik secara efisien
dan sesuai dengan keinginan rakyat. Dengan menjalankan adminitrasi publik,
pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
oleh pihak swasta.52
Nara sumber saya terkait penelitian ini yaitu Sekertaris Camat Cinere bapak
h.otong juga menjelaskan tentang pelaksanaan administrasi yaitu:
“pelaksanaan administrasi kependudukan pertama haruslah tertib di tingkat
penyelenggara dan harus direncanakan sematang mungkin serta
dikoordinasikan dengan Lembaga terkait. Disini kecamatan berfungsi
sebagai koordinasi, dalam konteks program GISA ini, pihak kecamtan turut
mengkoordinasikan serta mensosialisasikan ke tingkat kelurahan. Karena
52 Wirman syafri, studi tentang administrasi publik , (Erlangga: Jakarta, 2012), h. 21
65
target dari GISA ini kan dimulai dari 1 kecamatan minimal mempunyai 1
kelurahan yang sadar administrasi kependudukan, disitulah kenapa
kelurahan menjadi ujung tombak pelaksanaan GISA ini. Di kecamatan
Cinere adapun kelurahan yang ditunjuk sebagai kelurahan yang akan
menjalankan GISA ialah kelurahan Gandul”.53
Sebelum mengulik mengenai proses GISA di kelurahan Gandul, akan
dibahas mengenai landasan terbentuknya GISA. Indonesia dalam masalah
administrasi kependudukan telah mempunyai hukum mengaturnya, yaitu Undang-
Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, peraturan ini
menjadi payung hukum dalam memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan
status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang
berada di luar wilayah NKRI.
Peristiwa Kependudukan yang dimaksud yaitu kejadian yang dialami
Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan
kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status
tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
Peristiwa penting meliputi kejadian yang dialami oleh penduduk yaitu
meliputi kelahiran, kematian, lahir, mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
53 Wawancara dengan sekertaris Camat bpk. h. otong pada tanggal 28 April 2019
66
Dalam rangka peningkatan pelayanan Administrasi Kependudukan yang
sejalan dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang profesional,
memenuhi standar teknologi informasi, dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif
dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima menyeluruh
untuk mengatasi permasalahan kependudukan, perlu dilakukan penyesuaian
terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan, maka dari itu diterbitkanlah Undang-Undang No. 24
tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan.
Dalam hal ini, untuk memahami bagaimana proses peralihan dari Undang-
Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ke Undang-
Undang No. 24 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 tahun
2006 Tentang Administrasi Kependudukan, baik segi substansi materil dan segi
kuantitasnya.
Dikarenakan bersifat revisi, maka yang berubah dari Undang-Undang No.
23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ke Undang-Undang No. 24
tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan adalah sebagian kecil yang dianggap sudah tidak
relevan dan perlu disesuaikan. Perubahan itu diantaranya adalah:54
1. BAB I tentang Ketentuan Umum, perubahan terjadi pada:
54 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
67
a. Pasal 1 angka 14 yang berkaitan dengan perubahan dari aturan
sebelumnya yang bernama KTP menjadi KTP Elektronik yang
dilengkapi cip.
b. Pasal 1 angka 20 yang berkaitan dengan pegawai yang diberi tugas
dalam pelayanan pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting serta pengelolaan penyajian data Kependudukan,
sebelumnya dalam UU/No.23/2006 dipegang oleh PNS.
c. Pasal 1 angka 24 yang berkaitan fungsi UPT Instansi pelaksana yang
adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang bertanggung jawab
kepada Instansi Pelaksana. Sedang pada aturan sebelumnya bernama
Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya
disingkat UPTD Instansi Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat
kecamatan yang melaksanakan pelayanan Pencatatan Sipil dengan
kewenangan menerbitkan akta.
2. BAB III tentang Kewenangan Penyelenggara dan Instansi Pelaksana,
perubahan terjadi pada:
a. Pasal 5 yang berkaitan dengan kewenangan Pemerintahan dalam
Administrasi Kependudukan yang bertambah, dari sebelumnya 6
menjadi 9.
b. Pasal 6 yang berkaitan dengan tanggungjawab serta kewenangan
Pemerintah Provinsi dalam Administrasi Kependudukan.
68
c. Perubahan dalam ayat (1) huruf g Pasal 7, yang berkaitan dengan
kewajiban dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam
hal data kependudukan.
d. Perubahan dalam pasal 8 yang berkaitan dengan kewajiban instansi
pelaksana urusan Administrasi Kependudukan dalam ayat (1) huruf
c tentang kewenangan dalam hal mencetak, menerbitkan dan
mendistribusikan Administrasi Kependudukan dan dalam ayat (5)
tentang keharusan pembentukannya dengan Peraturan Menteri.
e. Pasal 12 ayat (2) tentang ketentuan pengangkatan petugas registrasi
yang diutamakan dari PNS.
3. BAB V tentang Pencatatan Sipil, perubahan terjadi pada:
a. Pasal 27 ayat (1) tentang kewajiban penduduk melaporkan kelahiran
penduduk kepada instansi pelaksana setempat (domisili penduduk)
paling lambat 60 hari. Adapun pada aturan sebelumnya harus pada
tempat kelahiran si bayi.
b. Pasal 32 ayat (1) tentang pelaporan kelahiran setelah 60 hari setelah
tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan akta kelahiran setelah
mendapat keputusan kepala Instansi Pelaksana setempat. Adapun
dalam aturan sebelumnya hanya sampai pada batas usia 1 tahun dan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Instansi
Setempat.
69
c. Pasal 32 ayat (2) dihapus, adapun dalam aturan sebelumnya
berkaitan dengan pencatatan kelahiran setelah satu tahun
berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri.
d. Pasal 32 ayat (3) yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara
pencatatan kelahiran berdasar pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Presiden, adapun sebelumnya juga mencakup ayat (2) sebelum
dihapus.
e. Pasal 44 ayat (1) yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan
kematian oleh Kepala Rukun Tetangga atau nama lainnya kepada
Kepala Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 hari sejak
tanggal kematian, adapun dalam aturan sebelumnya wajib
dilaporkan oleh keluarga atau yang mewakilinya.
f. Pasal 49 ayat (2) tentang pencatatan pengakuan anak yang sah
menurut hukum agama, tetapi tidak menurut hukum Negara. Sedang
di aturan sebelmnya tidak dibenarkan memberikan pengakuan pada
anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
g. Perubahan pasal 50 ayat (2) tentang pengesahan anak yang hanya
berlaku bagi orang tuanya telah melaksanakan pernikahan menurut
hukum agama dan hukum Negara, sedangkan dalam aturan
sebelumnya pelaporan dan pengesahan anak di luar pernikahan tidak
dapat dilakukan jika tidak dibenarkan menurut agama si orang tua.
h. Perubahan Pasal 50 ayat (3) tentang pencatatan pengesahan setelah
ada laporan, maka pejabat pencatatan sipil mencatat pada register
70
akta pengesahan anak serta menerbitkan kutipan akta pengesahan
anak. Sedang dalam aturan sebelumnya pejabat pencatatan sipil
hanya membuat catatan pinggir akta kelahiran.
i. Selain dalam Pasal, perubahan terjadi pada penjelasan Pasal 50 ayat
(1) tentang maksud dari frase “pengesahan anak”. Jika menurut yang
pasca revisi, pengesahan anak adalah pengesahan status seorang
anak yang lahir dari perkawinan yang telah sah menurut hukum
agama, pada saat pencatatan perkawinan dari kedua orang tua anak
tersebut telah sah menurut hukum negara. Sedang dalam aturan
sebelumnya pengesahan anak adalah pengesahan status seorang
anak yang lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan
perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
4. Bab VI Tentang Data dan Dokumen Kependudukan, perubahan terjadi
pada:
a. Pasal 58 ayat (2) tentang penambahan 4 huruf tentang Data
Perorangan, adapun 4 huruf itu yakni huruf bb, cc, dd dan ee.
Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
1) bb. sidik jari
2) cc. iris mata
3) dd. Tanda tangan
4) ee. Elemen dan data lainnya yang merupakan aib dari seseorang
b. Perubahan lain dalam Pasal 58 adalah penambahan satu (1) ayat,
yakni dalam ayat (4), adapun substansi dalam ayat (4) berkaitan
71
dengan data Perorangan ayat (2), serta data Agregat ayat (3) antara
lain untuk pemanfaatan pelayanan public, perencanaan
pembangunan, alokasi anggaran, pembangunan demokrasi dan
penegakan hukum serta pencegahan criminal.
c. Pasal 63 ayat (1), (3), (4), (5), dan (6) diubah, ayat (1) berkaitan
dengan penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki izin tinggal
telah berusia 17 tahun wajib memiliki E-KTP dan pada aturan
sebelumnya cukup memilki KTP, selain itu orang asing yang
memiliki izin tinggal tetap wajib melaporkan perpanjangan masa
berlaku E-KTP paling lambat 30 hari sebelum berakhir izin tetap
tinggal. Di ayat (4) dan (5) penduduk yang telah memiliki E-KTP
wajib membawanya kemana-mana serta pendudk hanya boleh
memiliki satu (1) E-KTP. Perubahan dari aturan sebelumnya terletak
pada pemakain KTP dan E-KTP.
d. Selain perubahan substansi dalam Pasal 63, perubahan yang laina
adalah penghapusan dalam ayat (2) yang berkaitan dengan
penghapusan kewajiban memiliki KTP bagi orang asing yang sudah
memiliki izin tinggal tetap karena mengikuti status orang tuanya.
e. Pasal 64 yang berkaitan dengan pencantuman apa saja dalam E-
KTP, seperti NIK, lambing garuda, cip, agama.
f. Pasal 68 berkaitan dengan penambahan perihal tentang kutipan Akta
Pencatatan Sipil, yaitu penambahan pada huruf F, tentang
Pengesahan Anak.
72
g. Pasal 76 berkaitan dengan dokumen yang berhubungan dengan hal-
hal rahasia Negara, diatur dalam Peraturan Menteri, sebelumnya
dalam Peraturan Presiden.
h. Pasal 77 berkaitan dengan pelarangan memerintahkan,
memfasilitasi dan memanipulasi data kependudukan, adapun pada
aturan sebelumnya hanya melarang untuk mengubah, mengurangi
dan menambah tanpa hak serta dalam isi elemen data kependudukan.
i. Pasal 79 berkaitan dengan perlindunngan data dan dokumen
kependudukan, dalam aturan baru ini Menteri sebagai
penanggungjawab bisa memberikan akses data kependudukan
kepada petugas Provinsi dan instansi pelaksana. Dan mereka
dilarang menyebarluaskan data Kependudukan yang tidak sesuai
kewenangannya, untuk tata cara pemberian akses data
Kependudukan diatur dalam Peraturan Menteri. Adapun di aturan
sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
j. Penambahan pasal 79A, diantara Pasal 79 dan 80, berkaitan dengan
bahwa pengurusan serta penerbitan Dokumen Kependudukan tidak
dipungut biyaya.
k. Diantara Bab VIII dan Bab IX disispkan Bab VIIIA yang berkaitan
dengan pengangkatan serta pemberhentian pejabat struktural.
5. BAB Perlindungan Data Pribadi Penduduk, perubahan pada:
a. Pasal 84 ayat (1) berkaitan dengan data pribadi penduduk yang pada
hakikatnya harus dilindungi, seperti keterangan tentang cacat fisik/
73
mental, sidik jari, tanda tangan dan elemen lain yang merupakan aib
dari seseorang. Sedang pada aturan sebelumnya terdiri atas nomor
KK, NIK, tanggal lahir, NIK Ibu dan Bapak.
b. Pasal 84 ayat (2) berkaitan dengan elemen data yang berisi yaitu
privasi seseorang, diatur dalam Peraturan Pemerintah
c. Pasal 86 ayat (1) dan (2) berubah yang berkaitan dengan
tanggungjawab Menteri dalam hal memberikan hak akses data
pribadi kepada petugas Provinsi dan petugas Instansi pelaksana.
Dalam hal pengaturannya diatur dalam Peraturan Menteri.
d. Diantara Pasal 86 ayat (1) dan (2) disisipkan ayat (1a) yang berisi
tentang pelarangan petugas Provinsi dan Instansi pelaksana yang
mendapat data pribadi untuk menyebarluaskan privasi yang tidak
sesuai dengan kewenangannya.
e. Pasal 87 dalam aturan sebelumnya dihapus, yang berkaitan dengan
diperbolehkannya pengguna data pribadi penduduk memperoleh
data pribadi dari petugas dan instansi pelaksana yang memiliki hak
akses.
f. Disisipkan Bab IXA tentang Pendanaan diantara Bab IX dan X
6. Bab XII tentang Ketentuan Pidana, perubahannya ada pada:
a. Pasal 94 yang diubah tentang perubahan pada setiap orang yang
memanipulasi, memrintahkan dan memfasilitasi suatu data
Kependudukan akan dipidana paling lama 6 tahun dan denda paling
banyak sebesar Rp.75.000.000,00. Sedangkan dalam aturan
74
sebelumnya, pidana paling lama 2 tahun dan denda sebesar
Rp.25.000.000,00.
b. Disispkannya pasal 95A diantara Pasal 95 dan Pasal 96, yang
berkaitan dengan pidana dan denda bagi setiap orang yang tanpa hak
menyebarluaskan data Kependudukan dan Data Pribadi dengan
pidana paling lama 2 tahun dan denda Rp.25.000.000,00
c. Disisipkannya pasal 95B diantara Pasal 95 dan Pasal 96, yang
berkaitan dengan pidana bagi setiap pejabat dan petugas pada
instansi terkait yaitu desa/kelurahan, kecamatan, UPT Instansi
Pelaksana dan Instans Pelaksana yang memerintahkan dan
memfasilitasi atau melakukan pungutan biaya kepada Penduduk
dalam pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79A dipidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
d. Perubahan pada Pasal 96, yang berkaitan dengan pidana bagi badan
hukum dan setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan blangko
data kependudukan dengan pidana paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp.1.0000.0000.000,00.
e. Diantara Pasal 96 dan Pasal 97 disipkan Pasal 96A, yang berkaitan
dengan pidana bagi setiap orang dan badan hukum yang mencetak,
menerbitkan dan mendistribusikan dokumen kependudukan paling
lam 10 tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00.
75
Dari uraian Undang-Undang tersebut dapat dijelaskan bahwa pemeritah
sedang menggalakan program Sadar Administrasi Kepedudukan. Seperti yang
diutarakan oleh narasumber saya yaitu pak Budi sebagai operator Disdukcapil Kota
Depok yang bertugas di Kelurahan Gandul:
“dengan merujuk kepada SK kemendagri yang didalamnya terdapat
pendahuluan mengenai Undang-Undang 23 tahun 2006 yang dialihkan ke
Undang-undang no.24 tahun 2014 bahwa pemerintah telah berniat untuk
memperbaiki sistem terkait administrasi kependudukan, salah satunya
dengan mencanangkan program GISA ini, dengan tujuan agar seluruh
masyarakat sadar akan mengurus administrasi kependudukan. Hal ini amat
penting karena itu bisa jadi cerminan kerjasama yang baik antara
pemerintah dan warga. Pemerintah menyediakan pelayanan yang baik dan
program yang mendukung kemajuan terhadap masyarakat dan masyarakat
turut berpartisipasi dan mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah.” 55
C. Pelaksanaan GISA di Kelurahan Gandul
Kelurahan Gandul terpilih sebagai salah satu kelurahan dari 4 kelurahan
yang terdapat di kecamatan Cinere untuk menjalankan program GISA. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Rohman Thohir yang enjabat sebagai Sekertaris
Lurah beliau menuturkan:
“Terpilihnya Kelurahan Gandul sebagai Kelurahan yang menjalankan
program GISA ini karena ada beberapa keunggulan, diantaranya dalam segi
pelayanan, keterbukaan terhadap masyarakat dan juga komunikasi yang
baik antar Lembaga. Dengan masuknya program GISA ini, kami merasa
teradapa peningkatan kesadaran masyarakat akan kepengurusan dokumen
keendudukan mereka. Kami juga salut terhadap sikap masyarakat yang
sigap dan ma menerima setiap program yang kita adakan. Sejak awal GISA
di sosialisasikan di Kecamatan Cinere oleh Disdukcapil Kota Depok lalu
ditunjuklah Kelurahan Gandul sebagai perwakilan dari Kecamatan Cinere
55 Wawancara dengan pak Budi selaku operator Disdukcapil Kota Depok yang bertugas di
Kelurahan Gandul pada 30 April
76
untuk menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan GISA ini, Alhamdulillah
semua berjalan dengan lancar.”56
Mengingat betapa krusial nya pengurusan dokumen untuk kemudahan
masyarakat terutama daerah Gandul dalam menjalankan beberapa prosedur yang
dimana pada era sekarang diharuskan untuk menunjukan identitas kelengkapan
dokumen seperti mengurus rekening bank, jaminan kesehatan, kelengkapan untuk
masuk sekolah anak, dan lainnya. Untuk itu melalui program GISA ini instansi
terkait berupaya untuk menyadarkan masyarakat terutama kelurahan Gandul untuk
segera melengkapi dokumen administrasi kependudukan.
Pak rohman menuturkan :
“Sewaktu kegiatan sosialisasi berlangsung, semua elemen diikutsertakan
seperti Camat, Lurah, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua
RW, dan Ketua RT. Dalam sosialisasi tersebut dijelaskan bagaimana
mekanisme ini bekerja dan impementasi GISA dari tingkat kecamatan
sebagai pengkoordinasi hingga tingkat kelurahan sebagai pelaksana dan
penggerak dan juga mengikutsertakan RT dan RW kelurahan Gandul. Jadi
untuk menjalankan program ini, kita mensosialisasikan kepada RT dan RW
masing-masing, lalu mereka menyampaikan apa yang kami amanatkan
kepada masyarakat setempat yang berada di wilayah Kelurahan Gandul.”57
Dalam teknis penerapan GISA dijelaskan bahwa, 1 kecamatan minimal
harus terbentuk 1 desa/kelurahan sadar Adminduk, 1 kabupaten/kota minimal
terbentuk 1 kecamatan sadar Adminduk, dan 1 provinsi minimal terbentuk 1
kabupaten/kota sadar Adminduk. Hal ini menegaskan bahwa kelurahan merupaka
unjung tombak dari pelaksanaan GISA, sementara kecamatan disini hanya
berfungsi sebagai koordinasi program yang akan dijalankan.
56 Wawancara dengan pak Rohman Thohir selau Sekertaris Lurah Gandul Pada Tanggal
29 April 2019 57 Wawancara dengan pak Rohman Thohir selaku Sekertaris Lurah Gandul Pada Tanggal
29 April 2019
77
Berikut adalah 4 hal penting yang difokuskan oleh GISA di kecamatan
Gandul:
1. Kesadaran akan pentingnya dokumen kependudukan
Hal ini menjadi penting karena kelengkapan dokumen pada setiap warga
nantinya akan menguntungkan mereka dan mempermudah dalam
mengurus hal-hal terkait yang memang mengharuskan memiliki
dokumen penduduk.
Pak budi selaku operator disudukcapil Kota Depok yang ditugaskan di
Kelurahan Gandul berpendapat:
“kami sudah menjalankan suatu program yaitu pelayanan sabtu
minggu dimana pelayanan tersebut berfokus pada pengurusan
pencetakan e-KTP dan Kartu Keluarga (KK), jadi pihak dari
kelurahan Gandul secara bergantian melaksanakan pelayanan pada
hari sabtu dan minggu. Pelayanan yang kami lakukan hanya untuk
KTP dan KK saja, untuk dokumennya dilaksanakan di hari kerja.
Secara kelurahan Gandul ini kan terpilih untuk diamanatan
menjalankan program GISA jadi kami dari segi fasilitas juga
mungkin lebih memadai dan relasi terhadap pusat lebih responsive
tapi hal itu bukan untuk menimbulkan diskriminasi dengan 3
kelurahan lainnya yang ada di kecamatan cinere, kami disini juga
saling tukar pendapat dan mengadakan pertemuan dari berbagai
kelurahan. Salah satu kelebihan yang di dapat di kelurahan Gandul
yaitu warga dari kelurahan lain yang masih berada dalam
kecamatan cinere itu bisa mencetak KTP disini, intinya masih 1
kecamatan dengan Kelurahan Gandul. Jadi pada hari sabtu dan
minggu itu bukan warga dari kelurahan Gandul saja, akan tetapi
ada juga dari Kelurahan Pangkalan Jati Baru dan Cinere.”58
Dalam hal ini, melihat dari kondisi Kelurahan Gandul yang memang
memiliki mayoritas pekerja aktif sehingga untuk mengurus dokumen
administrasi kependudukan tidak dapat memiliki keterwakilan seperti
58 Wawancara dengan pak budi selaku operator Disdukcapil Kota Depok yang berugas di
Kelurahan Gandul. Pada Tanggal 30 April 2019
78
pencetakan e-KTP, maka pelayanan sabtu minggu ini amenjadi
semacam solusi sehingga para pekerja aktif dapat mengurus dokumen
kependudukan pada hari libur.
2. Pentingnya pemenfaatan data kependudukan
Seperti yang diketahui bahwa data kependudukan yang diperoleh oleh
masyarakat sangat bermanfaat dalam berbagai kepengurusan hal
penting seperti penurusan akta kelahiran dan kematian. Di kelurahan
Gandul untuk kepengurusan akta kematian juga ditekankan agar segera
di urus apabila ada pihak keluarga yang terkena musibah meninggal
dunia. Hal ini dikarenakan keberadaan dari akta kematian penting untuk
mengurus surat seperti ahli waris, serta untuk meningkatkan akurasi data
kependudukan, dan juga apabila pihak terkait musibah ingin mengurus
asuransi terhadap pihak yang sudah mati. Sejauh ini di kelurahan Gandul
cukup baik dalam kesigapan pengurusan dokumen dalam hal apapun
terutama KTP dan KK. Dalam hal ini data kependudukan juga amat
penting dalam konteks pemilu untuk mendata warga terutama
Kelurahan Gandul untuk menerima hak pilihnya masing-masing.
3. Pemutakhiran Data Kependudukan
Pemutakhiran data penduduk disini juga bisa menjadi suatu solusi
terkait suatu masalah urbanisasi penduduk dan juga pertambahan
penduduk yang secara tiba-tiba. Momen seperti ini biasanya terjadi
setelah hari raya idul fitri dari tahun ke tahun. Dampak tersebut bukan
hanya dirasakan di Jakarta saja, akan tetapi di Depok terutama Gandul
79
yang memang berdekatan dengan Jakarta Selatan. Jadi pemutahiran
disini ialah untuk mengantisipasi apabila ada penduduk yang masih
belum terdata. Keterlambatan dalam suatu pemutakhiran penduduk
berdampak pada sekor pencatatan administrasi. Dalam hal ini terkait
masalah urbanisasi harus diatasi dengan baik dan disinilah pentingnya
pemutakhiran data penduduk dan hal ini juga harus berlaku pada Warga
Negara Asing.59
4. Pelayanan administrasi kependudukan yang membahagiakan rakyat
Ini merupakan poin penting dimana sebagai instansi yang ditugaskan
melayani warga, terutama warga kelurahan Gandul, kualitas pelayanan
sangat diutamakan. Sekertaris Lurah menuturkan:
“Kualitas pelayanan di Kelurahan Gandul terus kita tingkatkan
demi kenyamanan warga dalam mengurus dokumen administrasi
kependudukan. Kita juga manyediakan kotak saran karena kita
juga belum akif di website jadi kta tetep terbuka terhadap
pengaduan warga terkhusus Gandul. Kita juga sudah menerapkan
anti pungli kepada seluruh jajaran staff Kelurahan Gandul, jadi
disini warga akan dibuat senyaman mungkin sehingga mereka
memiliki kesan baik terhadap Kelurahan Gandul ini. Kita juga
melaksanakan pelayanan berdasarkan prosedur yang berlaku dan
tidak berbelit. Kendala kami ialah apabila terjadi gangguan server
di pusat, jadi agak rumit terkadang untuk input data atau meminta
data. Tapi selebihnya Alhamdulillah berjalan baik dan lancar dan
semenjak ada program dari GISA ini kualitas pelayanan pulik dan
minat warga untuk mengurus administrasi kependudukan juga
meningkat berkat kerjasama pihak instansi terkait dan juga
RT/RW setempat.”60
59Diakses dari https://id.beritasatu.com/home/perlunya-pemutakhiran-data-
penduduk/177336 pada 1 april 2019 60 Wawancara dengan rohman thohir selaku Sekertaris Lurah Gandul 29 April 2019
80
D. Perwujudan GISA di Kelurahan Gandul: One Day Serviece
Seperti yang dikatan oleh fried landdors and frickle (dalam, steers 1985)
bahwa tolak ukur keberhasilan atau efektifitas dalam suatu instansi dan organisasi
ialah jika hal tersebut menguntungkan, berhasil merumuskan sesuatu pada para
pekerjanya dan memenuhi kebutuhan sesuai masyarakat. Instansi yang bisa
dikatakan hebat apabila kumpulan dari orang-orang terkait berhasil meningkatkan
kapasitas untuk menciptakan sesuatu yang memang ingin digapai Bersama.61
Dalam mengupayakan program GISA, Dukcapil Kota Depok menggalakan
program one day service di Kelurahan yang termasuk dalam GISA diantaranya
yaitu kelurahan Gandul. Program one day service ini ialah merupakan suatu
program pelayanan dokumen yang dilaksanakan 1 hari terlaksana. Diantara layanan
one day service ini ialah pembuatan KK, perekaman e-KTP, pencetakan e-KTP,
pembuatan akta kelahiran dan juga pengurusan KIA. Pada pelayanan one day
service, diupayakan fasilitas yang memadai dan pelayanan prima.
Pak Budi selaku operator Disdukcapil Kota Depok yang bertugas di
kelurahan Gandul mengatakan kepada saya saat wawancara:
“Pada pelayanan one day service ini kita memang diberikan fasilitas
tambahan yaitu alan untuk cetak e-KTP ini karena dengan fasilitas
tambahan ini kinerja bisa lebih cepat dan pelayanan bisa lebih efisien. Kita
kan kerja sehari jadi dalam program ini, kita juga gabisa kerja asal-asalan,
tetap ada prosedurnya, kualitas pelayanan kita juga ga kendor dan disini
banyak rata-rata yang menguus KIA. Untuk e-KTP dan KK pada
pelayanan one day service kemarin tidak sebanyak KIA. Antusias warga
cukup bagus terhadap program ini dan tertib selama pelaksanaan dan juga
61 Richard M Steers, Efektifitas Organisasi. (Jakarta: Erlangga, 1985), h.15
81
Alhamdulillah server pusat tidak bermasalah saat kami akan menginput
atau melihat data.”62
Dalam pelaksanaan One day service ini pelayanan yang diutamakan ialah
pembuatan Akta Kelahiran. Dalam mengurus Akta Kealhiran, warga diharapkan
membawa persyaratan yang diharuskan. Melihat dari data yang ada di Kelurahan
Gandul bahwa untuk kepengurusan Akta Kelahiran masih sangat minim dari jumlah
kependudukan yang ada.
Program ini sukses dilaksanakan berdasarkan data dari jumlah total 2733
anak dari usia 0-5 tahun yang belum mempunyai akta kelahiran pada tahun 2018
mencapai 1700 anak dan yang baru memiliki Akta Kelahiran hanya 1033.
Sementara setelah dilaksanakannya program One day Service di Kelurahan
Gandul jumlah anak dari usia 0-5 tahun yang totalnya 2733 yang sudah memiliki
akta kelahiran tercatat hingga 2607 anak.
Berdasarkan data kependudukan kelurahan gandul terhitung pada tahun
2018 terdapat 3700 kepemilikan KK dan 10.677 pemilikan KTP dari total 24.741.
Sedangkan Data kepengurusan Administrasi Kependudukan meningkat sampai
dengan Januari 2019 yaitu dengan total 4.982 kepemilikan KK dan 16.487
kepemilikan KTP dari total 24741.
62 Wawancara dengan pak budi selaku operator disdukcapil Kelurahan Gandul Pada
Tanggal 30 April 2019
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya Program GISA di Kelurahan Gandul, kesadaran masyarakat
akan mengurus administrasi kependudukan dibilang cukup meningkat ditopang
dengan kerjasama pihak terkait yang bisa bersinergi membangun tingkat kesadaran
masyarakat akan pentingnya administrasi kependudukan. Disamping memberikan
fasilitas tambahan, GISA juga sebagai amunisi baru di Kelurahan Gandul untuk
tetap menjaga tertib administrasi kependudukan.
Dengan menjalankan 4 poin penting yang ada pada GISA yaitu: kesadaran
akan pentingnya memiliki dokumen kependudukan, pentingnya suatu pemanfaatan
dokumen kependudukan, pentingnya pemutakhiran data kependudukan dan
pentingnya menjaga pelayanan prima untuk rakyat. Dengan diterapannya program
GISA ini diharapkan agar seluruh warga terutama Kelurahan Gandul tertib
administrasi kependudukan. Pihak terkait seperti RT/RW yang berada dalam
lingkungan kelurahan Gandul turut berperan aktif dalam segala kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kelurahan Gandul.
Sejauh ini kegiatan kepengurusan dokumen di kelurahan Gandul mengalami
peningkatan dalam segi kualitas pelayanan dan minat masyarakat terhadap
kepengurusan dokumen administrasi kependudukan. Dampak yang dibawa oleh
GISA menunjukan kesuksesan awal dari sebuah permulaan untuk mencapai tujuan
yaitu Indonesia Sadar Administrasi kependudukan secara menyeluruh atau tingkat
83
nasional. Ditetapkannya kelurahan Gandul sebagai kelurahan GISA juga
diharapkan dapat mewakili kecamatan Cinere dalam hal daya saing pada tingkat
kualitas pelayanan yang tertib dan juga sebagai percontohan diantara para
kelurahan yang ada di Kecamatan Cinere. Disamping itu, Kelurahan Gandul juga
memiliki kelebihan dalam segi fasilitas pelayanan dan dapat menerima pelayanan
dari kelurahan lain selama masih berada dalam lingkup Kecamatan Cinere.
B. Saran
Program GISA yang di canangkan oleh kemendagri melalui dukcapil dan
diturunkan kepada tingkat kelurahan yang berfungsi sebagai ujung tombak sejauh
ini sudah berjalan baik. Dalam hal ini mungkin ada beberapa aspek yang harus
menjadi perhatian lebih. Aspek tersebut ialah pengurusan KTP pada tingkat manula
yang memang kurang mendapat perhatian lebih. Begitupun dengan tingkat
pelayanan di Kelurahan Gandul yang menurut peneliti cukup baik dan tertib. Yang
perlu ditambahkan mungkin dalam aspek SDM di kelurahan Gandul, mengingat
pelayanan yang berjalan bahkan pada hari sabtu dan minggu.
Juga untuk data umum tentang kelurahan Gandul alangkah baiknya bisa di
sharing dalam bentuk tulisan dan data di media sosial mengingat website resmi
kelurahan Gandul sangatlah pasif dan tidak ada informasi apapun mengenai
kelurahan Gandul di internet. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah warga
maupun orang lain untuk melihat transparansi kegiatan kelurahan gandul secara
online dan menyediakan kolom saran dan kritik secara online.
84
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solicin, 2008. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara Edisi Kedua. (Bumi Aksara: Jakarta)
“Apa itu gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)”, diakses
dari https://dukcapil.kalbarprov.go.id/post/apa-itu-gerakan-indonesia-
sadar-adminduk-gisa artikel dirilis pada 12 Februari 2018
Anggraini, Rizki. “kesadaran masyarakat dalam administrasi kependudukan (studi
pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Tanjungpinang Tahun 2015)”. Jurnal program studi ilmu
pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Atik, dan ratminto. 2005, “Manajemen Pelayanan, disertai dengan pengembangan
model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan
minimal”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Bappeda Kota Depok, Badan Perencanaan Pembangunan Kota Depok. 2003.
Western Java Environmental Management Project (WJEMP) Depok City 3-
1: Assignment Completion Report (ACR), Study For Normalization and
Management of Lakes Depok: Bappeda Kota Depok
Diakses dari situs resmi Lembaga Administrasi Negara www.lan.go.id
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Geovernance Melalui Pelayanan Public.
(UGM Press: Yogyakarta)
Hardiansyah. 2011. “Kualitas Pelayanan Publik”, (Yogyakarta: Gava Media)
85
Intruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 470/837/SJ
Irma Suryani dan Jamaluddin, “Pelayanan Administrasi Kependudukan Pada
Kantor Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”, Jurnal office vol 2
no.2, (2016)
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015, Magister Hukum Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Kooiman Jan. 2003. Governing as Governance, Sage Publication.
Masyarakat Transparansi Indonesia Indonesia. 2002, "Supermasi Hukum", Modul,
Jakarta
Moelong, Lexy J. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya)
Pasal 1 Ayat 10 Undang-Undang No. 24 tahun 2013 tentang Administrasi
Kependudukan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
Suharno. 2008. Prinsip-Prinsip Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: UNY Press
Sedarmayanti. (2004), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju
Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dan Good
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) (Bandung:
Mandar Maju)
86
Syafri, Wirman. 2012. Studi Tentang Administrasi Publik, Jakarta: Erlangga.
Steers, Richard M. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Syahruddin, “Implementasi Administrasi Kependudukan di Kabupaten Merauke
(Perspektif Pelayanan Kartu Tanda Penduduk, Akta Kematian dan Akta
Kelahiran)”, Jurnal Ilmu EKonomi & sosial, Vol. VII, No. 02, Oktober
(2016)
Teori administrasi publik dan Governance, Diakses dari https://idtesis.com/teori-
administrasi-publik-governance/ artikel dirilis pada 22 Juli 2018
Tomuka, Shinta. “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan
Publik Di Kecamatan Girian Kota Bitung,” ejurnal unsrat (2013)
Undang-Undang Republik Rndonesia Nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
Ultiranto, Agus. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dalam
Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Satu Pintu di Kota Pekanbaru
(Studi Kasus Pada Pelaksanaan Pembuatan KTP di Kota Pekanbaru)”,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Pekan Baru-Riau.
Widodo, Joko. 2001. Good governance: telaah dari dimensi akuntabilitas dan
kontrol birokrasi pada era desentralisasi dan otonomi daerah (Surabaya:
Insan Cendekia)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara Dengan Bapak Rohman Thohari selaku Sekertaris Lurah Gandul Kota
Depok
Wawancara dengan Sekertaris Camat Cinere bapak Otong, kecamatan Cinere
Kota Depok
Wawancara Dengan Sekertaris Camat Cinere dan aaratur perangkat Kecamatan
Wawancara Dengan Bapak Budi selaku Operator Disdukcapil Kota Depok yang
ditugaskan di Kelurahan Gandul